aktivitas antibakteri ekstrak zingiber zerumbet asal … · senyawa-senyawa aktif terhadap enzim...

49
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK Zingiber zerumbet ASAL PULAU TIMOR dan SIMULASI DOCKING INHIBISI SENYAWA-SENYAWA AKTIF TERHADAP ENZIM MurA ORIGENES BOY KAPITAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: vunguyet

Post on 28-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK Zingiber zerumbet

ASAL PULAU TIMOR dan SIMULASI DOCKING

INHIBISI SENYAWA-SENYAWA AKTIF

TERHADAP ENZIM MurA

ORIGENES BOY KAPITAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Zingiber zerumbet Asal Pulau Timor dan Simulasi Docking Inhibisi

Senyawa-Senyawa Aktif Terhadap Enzim MurA adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Origenes Boy Kapitan NIM G851130111

RINGKASAN

ORIGENES BOY KAPITAN. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Zingiber zerumbet

Asal Pulau Timor dan Simulasi Docking Inhibisi Senyawa-Senyawa Aktif

Terhadap Enzim MurA. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan SYAMSUL

FALAH.

Zingiber zerumbet merupakan tanaman herbal yang secara tradisional

digunakan sebagai obat borok oleh penduduk di Pulau Timor. Tanaman ini tumbuh

secara liar. Dari studi literatur diketahui bahwa tanaman ini memiliki aktivitas

antimikroba. Secara empiris penggunaan rimpang tanaman oleh masyarakat di

Timor dalam mengobati luka borok menjadi menarik untuk dikaji. Kondisi wilayah

Pulau Timor yang kering dengan iklim semi arid menimbulkan dugaan adanya

aktivitas senyawa metabolit sekunder yang tinggi dalam menyembuhkan luka

borok. Luka borok lebih banyak disebabkan oleh kesalahan penangan luka dan juga

serangan bakteri. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas

antibakteri dan mencari nilai KHTM dari ekstrak tanaman, mengetahui senyawa-

senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak dengan aktivitas antibakteri terbaik,

dan mempelajari interaksi senyawa-senyawa tersebut dengan enzim MurA melalui

in silico molecular docking.

Senyawa-senyawa aktif dari Z. zerumbet diekstraksi menggunakan pelarut n-

heksan, etil asetat, etanol, dan air. Selanjutnya diuji aktivitas antibakteri masing-

masing ekstrak menggunakan metode difusi sumur terhadap bakteri Eschericia coli,

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis. Ekstrak

dengan aktivitas terbaik digunakan untuk mencari nilai konsentrasi hambat tumbuh

minumun (KHTM) terhadap bakteri. Ekstrak tersebut selanjutnya diuji secara

kualitatif kandungan metabolit sekundernya menggunakan metode Harborne yang

meliputi uji fenolik hidrokuinon, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan

triterpenoid-steroid, serta dianalisis kandungan senyawa-senyawa aktif

menggunakan LCMS. Senyawa-senyawa tersebut selanjutnya digunakan sebagai

ligan uji dalam mempelajari penghambatan enzim MurA secara simulasi docking.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat ekstrak memiliki aktivitas

antibakteri dan ekstrak etanol memiliki aktivitas antibakteri terbaik. Nilai KHTM

untuk S. aureus, B. subtilis, E. coli dan P. aeruginosa berturut-turut adalah sebesar

50, 100, 150, 250 mg mL-1. Hasil uji fitokimia mengindikasikan ekstrak kasar etanol

rimpang tanaman mengandung senyawa-senyawa terpenoid, flavonoid, tanin dan

fenolik. Hasil analisis LCMS memperlihatkan bahwa ekstrak kasar etanol

mengandung senyawa zerumbon dan gingerglikolipid B. Energi afinitas (ΔGbinding)

hasil penambatan molekular untuk ligan alami (substrat), ligan obat (fosfomisin),

ligan zerumbon, dan ligan gingerglikolipid B, berturut-turut adalah senilai -10.1, -

4.7, -8.3, dan -8,4 kkal mol-1. Hasil simulasi docking menunjukkan bahwa terjadi

mekanisme reaksi kompetitif antara ligan uji zerumbon dengan substrat uridine-

diphosphate-N-asetylglucosamine pada enzim karena ligan uji menempati tempat

yang sama dengan substrat sehingga menghambat terbentuknya peptidoglikan

penyusun dinding sel bakteri.

Kata kunci : Gingerglikolipid B, Jahe Liar, Molecular Docking, Peptidoglikan,

Zerumbon

SUMMARY

ORIGENES BOY KAPITAN. Antibacterial Activity of Zingiber zerumbet Extracts

From Timor Island and Inhibition Docking Simulation of Active Compounds

Against MurA Enzyme. Supervised by LAKSMI AMBARSARI and SYAMSUL

FALAH.

Zingiber zerumbet is a medicinal plant which is traditionally used by

Timorese people to treat ulcerative lesions in Timor island. This plant grows wildly.

According to the literature, it is known that these plants have an antimicrobial

activity. Empirically, the use of rhizomes of plants by people in Timor to treat

ulcerative lesions is an interesting topic to study. The antibacterial activity of this

plant can be attributed to the presence of specific secondary metabolites which is

due to the dry and semi arid climate of Timor island region. Ulcers can be caused

by a fault treatment of injury and also bacterial attack. The objective of this study

was to determine the antibacterial activity and the minimun inhibitory concentration

(MIC) value of Z. zerumbet extract and to determine the active compounds

contained in the rhizome extract which had the highest antibacterial activity using

LC-MS and to study the interaction between the test compounds and MurA enzyme

through molecular docking simulations.

Initially, the active compounds of Z. zerumbet were extracted using a n-

hexane, ethyl acetate, ethanol and aqueous solvent. Antibacterial activity test was

done using the diffusion method wells of the four crude extracts of plants Z.

zerumbet against bacteria Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,

Staphylococcus aureus, and Bacillus subtilis. Extract with the highest activity was

then used to find the MIC value against the bacteria. The extracts were also tested

to determine their secondary metabolite content using Harborne methods which

include test phenolic hydroquinone, flavonoids, alkaloids, saponins, tannins and

triterpenoids-steroid, and analyzed the content of the active compounds using

LCMS. The active compounds were used as ligands in studying the MurA enzyme

inhibition test in simulated docking.

It was found that ethanol extract had the highest antibacterial activity

compared to other extracts. The minimum inhibitory concentration (MIC) values of

ethanol extract against S. aureus, B. subtilis, E. coli, and P. aeruginosa were

respectively determined to be 50, 100, 150, 250 mg mL-1. The result of LC-MS

analysis showed that the most active antibacterial compound in the ethanol extract

were zerumbone and gingerglycolipid B. Energy affinity (ΔGbinding) result tethering

molecule to the natural ligand (substrate), a drug ligand (fosfomycin), zerumbon

ligand, and the ligand gingerglikolipid B, respectively is worth -10.1, -4.7, -8.3, and

-8.4 kcal mol -1. Further docking simulations indicated that there was a competitive

reaction mechanism between test ligand with an uridine-diphosphate-N-

asetylglucosamine substrate in the enzyme as a test ligand occupied the same place

as the substrate therefore inhibiting the formation of peptidoglycan, a major

constituent of bacterial cell wall.

Keywords: Gingerglycolipid B, Molecular docking, Peptidoglycan, Wild ginger,

Zerumbone

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ORIGENES BOY KAPITAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Biokimia

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK Zingiber zerumbet

ASAL PULAU TIMOR dan SIMULASI DOCKING

INHIBISI SENYAWA-SENYAWA AKTIF

TERHADAP ENZIM MurA

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr I Made Artika, MAppSc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

baik yang berjudul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Zingiber zerumbet Asal Pulau

Timor dan Simulasi Docking Inhibisi Senyawa-Senyawa Aktif Terhadap Enzim

MurA dengan total penelitian selama 7 bulan sejak bulan Desember 2014 sampai

Juli 2015 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Bakteriologi, Divisi

Mikrobiologi Medik FKH IPB.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Laksmi Ambarsari,

MS selaku pembimbing pertama dan Dr. Syamsul Falah, S. Hut, M. Si sebagai

pembimbing kedua yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, perhatian,

motivasi dan masukkan selama penelitian serta dalam penyusunan tesis.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga (Bapa

David, Mama Martha, Ka Nadus dan Yati, Ka Meri, dan Ka Olivianus), sahabat

(Frans, Tirta, Ridho, Rini, Irma, Vida, Mb. Asih, Ka Fidelis, dan Ka Ocin), teman-

teman Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Bakteriologi, teman-teman SPs

IPB program studi Biokimia 2013, dan teman-teman Gamanusratim untuk

dukungan yang tidak henti-hentinya kepada penulis.

Penyusunan tesis ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan penyusunan tesis

ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2016

Origenes Boy Kapitan

vii

DAFTAR ISI Hal

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN viii 1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2

2 METODE PENELITIAN 3 Bahan 3 Alat 3 Prosedur Penelitian 3

3 HASIL 6

Identifikasi Tumbuhan 6

Rendemen Ekstrak 6 Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat, Etanol, dan Air 7 Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimun Ekstrak Etanol 8

Hasil Uji Fitokimia 8 Analisis Kandungan Senyawa Ekstrak Etanol 9

Karakteristik Enzim MurA 9 Kestabilan Struktur Reseptor 11

Potensi Ligan Menurut Aturan Lipinski 11 Energi Afinitas (ΔGbinding) Penambatan Molekular 12 Interaksi Penambatan Molekul Ligan pada Enzim MurA 13

4 PEMBAHASAN 14 Identifikasi Tumbuhan dan Rendemen Ekstrak 14

Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat, Etanol, dan Air dan

KHTM Ekstrak Etanol 15 Analisis Kandungan Senyawa Ekstrak Etanol 17 Simulasi Molecular Docking Ligan Senyawa Aktif Z. zerumbet Terhadap

Reseptor MurA 18 5 SIMPULAN dan SARAN 21

Simpulan 21 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 35

viii

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tanaman Z. zerumbet: A. Rimpang; B. Batang; C. Daun; D. Bunga 6 2 Zona bening yang terbentuk pada ekstrak etanol tanaman Z. zerumbet

ketika diuji terhadap bakteri S. aureus 7 3 Karakteristik enzim Mur A (a) Struktur 3D kompleks ternary enzim

(b) Plot Ramachandran enzim 10 4 Struktur sekunder reseptor Mur A 10 5 Afinitas energi (ΔG) ligan alami, ligan fosfomisin (obat),

ligan zerumbon, dan ligan gingerglikolipid B terhadap enzim MurA 12

1 Persentasi rendemen ekstrak 7

2 Hasil uji aktivitas antibakteri 8 3 Hasil uji KHTM ekstak etanol Z. zerumbet 8 4 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol Z. zerumbet 9 5 Struktur 2D ligan (substrat atau UDP-N-GluAc, fosfomisin, zerumbon,

dan gingerglikolipid B) 11

6 Hasil filter Lipinski antara ligan alami, ligan obat, dan ligan uji 12 7 Hasil interaksi penambatan molekuler antara ligan dengan

enzim MurA 13

1 Diagram alir penelitian 26

2 Hasil identifikasi tanaman 27

3 Ekstrak kasar n-heksan, etil asetat, etanol dan aquades tanaman Z. zerumbet 28 4 Profil dan kromatogram hasil analisis LCMS ekstrak etanol Z. zerumbet 28 5 Hasil analisis kromatogram LCMS m/z 219.12

menggunakan database HMDB 30

6 Hasil analisis kromatogram LCMS m/z 679.26

menggunakan database HMDB 30

7 Energi afinitas hasil penambatan ligan alami terhadap MurA 31

8 Energi afinitas hasil penambatan ligan obat fosfomisin terhadap MurA 31

9 Energi afinitas hasil penambatan ligan uji zerumbon terhadap MurA 32

10 Energi afinitas hasil penambatan ligan uji gingerglikolipid B

terhadap MurA 32

11 Visualisasi 3D kompleks substrat, fosfomisin

dan zerumbon pada enzim MurA 32

12 Visualisasi 3D kompleks substrat, fosfomisin

dan gingerglikolipid B pada enzim MurA 33

13 Visualisasi 2D interaksi antara substrat, fosfomisin, zerumbon,

dan gingerglikolipid B dengan residu enzim MurA 33

14 Visualisasi 2D kesamaan interaksi antara fosfomisin

dan zerumbon dengan residu substrat enzim MurA 34

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman Zingiberaceae mempunyai sifat aromatik dan efek farmakologis

yang dipengaruhi oleh senyawa-senyawa metabolit sekunder pada rimpangnya

(Voravuthikuncai et al. 2006; Chen et al. 2008). Salah satu anggota Zingiberaceae

yang menjadi daya tarik bagi para peneliti dunia karena beragamnya potensi

pengobatan yang dikandung adalah Zingiber zerumbet (L.) Smith (Singh et al.

2012). Tanaman ini tersebar di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, Pasifik dan

Oceania (Kress et al. 2002; Kress 2014). Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan

sebutan lempuyang dan tersebar di wilayah Sumatra, Jawa dan Kalimantan.

Tanaman ini tumbuh dan diduga tersebar secara merata di Pulau Timor serta hidup

secara liar. Secara empirik, masyarakat di Pulau Timor hanya memanfaatkan

tanaman ini dalam penyembuhan luka borok secara topikal, sementara itu di

beberapa daerah yang lain tanaman ini dimanfaatkan baik dalam kondisi ekstrak

segar maupun ekstrak rebusan sebagai pembersih darah, obat disentri, nyeri perut,

batu ginjal, sakit kuning, antelmintik, luka, obat borok, bisul, penurun bengkak, dan

gatal-gatal, serta pereda nyeri (Sinaga et al. 2011).

Voravuthikuncai et al. 2006 melaporkan bahwa Z. zerumbet yang berasal dari

Thailand diketahui efektif dalam menghambat bakteri S. aureus dengan nilai

konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) sebesar 0,79 mg mL-1. Sari et al.

(2013) melaporkan bahwa ekstrak segar Z. zerumbet asal Sumatra Barat

mempunyai aktivitas antimikrob dengan daya hambat berturut-turut sebesar 9,13

mm; 9,2 mm; dan 9,6 mm ketika diujikan pada mikrob uji S. aureus, E. coli, dan C.

albicans. Uji antimikrob ekstrak kasar etanol terhadap 30 jenis patogen dan 3 jenis

jamur menunjukkan bahwa tanaman Z. zerumbet asal wilayah Bangladesh

mempunyai kemampuan yang sangat potensial sebagai antimikrob dengan

kemampuan hambat sebesar 6-10 mm (Kader et al. 2011). Kemampuan aktivitas

antibakteri tanaman disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya yang

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuh tanaman. Pulau Timor beriklim semi arid yang dicirikan oleh bulan-bulan kering yang

lebih lama dari bulan-bulan basahnya, sehingga tanahnya dipengaruhi oleh kondisi

kering, bersuhu tinggi dan berkelembaban rendah. Keadaan daerah yang beriklim

semiarid mengakibatkan kondisi tanamannya berada dalam keadaan cekaman

kekeringan dan suhu tinggi dengan intensitas penyinaran matahari lebih panjang.

Kondisi ini memungkinkan tanaman Z. zerumbet untuk mensintesis dan

mengakumulasikan senyawa aktif tertentu yang berbeda dengan daerah lain sebagai

respon terhadap cekaman kekeringan dan panas. Senyawa-senyawa tersebut diduga

memiliki aktivitas antibakteri, terlihat dari penggunaannya secara empiris dalam

menyembuhkan luka borok.

Kelangsungan hidup bakteri bergantung pada aktivitas enzim UDP-N-

acetylglucosamine enolpyruvyl transferase, EC 2.5.1.7 (MurA) (Skarzynski et al.

1996; Eschenburg et al. 2005). MurA mengkatalisis tahapan pertama biosintesis

peptidoglikan dinding sel bakteri dengan mengkondensasikan fosfoenolpiruvat

(PEP) dan UDP-N-asetilglukosamin (UDP-Glc-NAc) menjadi UDP-GlcNAc-

enolpiruvat. Tahapan ini tidak terjadi pada mamalia sehingga MurA menjadi target

dalam pengembangan obat antibakteri (Eschenburg et al. 2005). Obat komersial

2

yang bekerja menghambat inhibitor kerja enzim MurA adalah Fosfomisin

(Skarzynki et al. 1996). Fosfomisin diketahui memiliki kekurangan karena semakin

meningkatkan tingkat resistensi bakteri terhadap obat ini (Eschenburg et al. 2005),

sehingga perlu untuk dicari obat inhibitor kerja enzim yang baru.

Computer aided drug design (CADD) adalah metode pengembangan obat-

obatan berbasis ilmu komputasi (Scheneider dan Baringhaus 2008; Meng et al.

2011). Salah satu CADD yang digunakan adalah simulasi molecular docking.

Tujuan simulasi molecular docking adalah untuk memahami dan memprediksi

rekognisi molekuler (Scheneider dan Baringhaus 2008; Yanuar 2012). Molecular

docking telah sering digunakan dalam mempelajari interaksi obat dan reseptor

dengan memberikan prediksi orientasi ikatan atau kecocokan geometris yang paling

mungkin dan prediksi afinitas ikatan atau kecocokan energi dari kandidat ligan pada

protein target (Scheneider dan Baringhaus 2008; Meng et al. 2011; Yanuar 2012).

Simulasi docking juga dapat digunakan untuk memperoleh mekanisme kerja suatu

senyawa kimia atau makromolekul dalam skala molekuler sehingga dimungkinkan

untuk mendesain obat berbasis struktur ligan (Vijesh et al. 2013).

Rumusan Masalah

Secara empiris penggunaan rimpang Zingiber zerumbet oleh masyarakat di

Timor dalam mengobati luka borok menjadi menarik untuk dikaji. Kondisi wilayah

Pulau Timor yang kering dengan iklim semi arid membuat peneliti menduga adanya

aktivitas senyawa-senyawa kimia aktif (metabolit sekunder) yang tinggi dalam

menyembuhkan luka borok. Luka borok lebih banyak disebabkan oleh kesalahan

penangan luka dan juga serangan bakteri. Sebelum mengisolasi senyawa yang

berperan dalam penyembuhan luka borok, dilakukan uji aktivitas antibakteri

terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan mempelajari mekanisme penghambatan

kerja enzim Mur A oleh senyawa-senyawa kimia aktif dari Z. zerumbet secara in

silico.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji aktivitas antibakteri dan

mencari nilai konsentrasi hambat tumbuh minumun dari ekstrak n-heksan, etil

asetat, etanol, dan air tanaman Z. zerumbet terhadap bakteri Eschericia coli,

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis. Selain itu,

penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung

pada ekstrak Z. zerumbet, dan mempelajari interaksi senyawa tersebut dengan

enzim MurA melalui in silico molecular docking.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat berkontribusi

pada bidang farmasi mengenai informasi akan kandungan senyawa-senyawa aktif

Z. zerumbet dan potensi hambatnya terhadap bakteri penginfeksi luka, sehingga

dapat dikembangkan sebagai salah satu kandidat obat antibakteri baru.

3

2 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Juli 2015 di

Laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia IPB dan Laboratorium

Bakteriologi, Divisi Mikrobiologi Medik FKH IPB.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang Zingiber

zerumbet segar yang dikoleksi pada bulan Juni dari wilayah Amarasi, Kabupaten

Kupang, Nusa Tenggara Timur. Untuk bakteri uji digunakan bakteri Eschericia

coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Bahan

pendukung yang digunakan antara lain aquadest, alkohol 70%, fosfomyacin, n-

heksana, etil asetat, etanol 96%, dimetilsulfoksida (DMSO), media Potato Dextrose

Agar (PDA), media Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), dan media Mueller

Hinton Agar (MHA), file berekstensi Fasta, PDB, PDBQT, struktur kimia enzim

MurA, struktur kimia zerumbon, struktur kimia gingerglikolipid B, struktur kimia

fosfomisin, ADT 1.5.6, VMD 1.9.2, Marvin Sketch, Discovery Studio V3.5,

LigPlot+ 4.5.3, dan Autodock Vina.

Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan digital (ACIS), blender, magnetic

stirrer, rotavapor, cawan petri, tabung reaksi, Erlenmeyer, pipet, gelas ukur, batang

pengaduk, jarum ose, vortex mixer XH-D, autoklaf (N-Biotech. Inc), inkubator

(Firlabo), shaker (N-Biotech. Inc), LCMS (Qmicro QAA 642), jangka sorong

(Varnier), pipet mikroliter (Gilsong), laminar air flow (ESCO), pembakar Bunsen,

perforator, Laptop (Intel core i3, 2GB RAM ddr2, 250 seagate HDD, dan VGA ati

radeon x1200).

Prosedur Penelitian

Preparasi dan Ekstraksi Sampel

Sampel diidentifikasi oleh Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, LIPI-

Bogor. Ekstraksi rimpang Z. zerumbet menggunakan metode maserasi. Sampel

dihaluskan dengan digiling menggunakan blender, selanjutnya diayak

menggunakan ayakan berukuran 40 mesh. Sebanyak 50 gram simplisia diekstraksi

mengunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol masing-masing sebanyak 150

mL selama 24 jam pada suhu ruang, sedangkan untuk pelarut akuades dilakukan

pemanasan dengan suhu = 80oC selama 2 jam. Filtrat hasil maserasi disaring dan

dipekatkan dengan rotavapor vakum pada suhu 60oC.

Uji Aktivitas Antibakteri (Kader et al. 2011)

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar (sumuran).

Bakteri-bakteri patogen Gram negatif (E. coli dan P. Aeruginosa) dan Gram positif

(S. aureus dan B. subtilis) diperoleh dari koleksi Laboratorium Bakteriologi

Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Inokulan bakteri ditumbuhkan pada media

4

Nutrien Agar (NA) (OxoidTM). Biakan bakteri kemudian diencerkan dengan NaCl

0,85% menggunakan metode McFarland 0.5 (setara dengan 108 CFU mL-1).

Sebanyak 0.1 mL masing-masing suspensi bakteri yang telah diencerkan kemudian

dicampurkan ke dalam 20 mL media Mueller-Hinton Agar (MHA) (OxoidTM)

suhu ± 45oC. Setelah memadat, media dilubangi dengan cork borrer berdiameter

5.3 mm. Sebanyak 50 μL dari masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam

sumuran. Uji aktivitas antibakteri masing-masing ekstrak dilakukan pada

konsentrasi 500 mg mL-1. Fosfomisin 0.4 mg mL-1 digunakan sebagai kontrol

positif dan akuades steril sebagai kontrol negatif. Selanjutnya diinkubasi pada suhu

37oC selama 24 jam. Zona bening yang terlihat di sekeliling lubang menjadi

petunjuk adanya aktivitas antibakteri dan merupakan zona hambat dari ekstrak

tanaman Z. zerumbet. Zona bening tersebut kemudian diukur menggunakan jangka

sorong.

Ekstrak yang menunjukkan aktivitas terbaik kemudian diukur nilai

konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM). Pengujian KHTM dilakukan

menggunakan metode difusi agar dengan prosedur sama seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Penentuan KHTM dilakukan dengan membuat konsentrasi

yang bervariasi yaitu 5, 10, 25, 50, 100, 150, dan 250 mg mL-1.

Penapisan Kandungan Fitokimia (Harborne 1996)

Ekstrak dengan aktivitas antibakteri terbaik selanjutnya diuji fitokimia untuk

mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa bioaktifnya. Uji ini meliputi uji

fenolik hidrokuinon, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan triterpenoid-steroid.

Semua uji fitokimia dilakukan menurut Harbone (1996). Senyawa fenolik

hidrokuinon diuji menggunakan pereaksi FeCl3. Terbentuknya warna hijau atau

hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam ekstrak. Senyawa

triterpenoid-steroid diuji menggunakan reagent Lieberman Burchard. Reaksi

campuran akan menghasilkan warna merah untuk adanya triterpenoid, warna hijau

atau biru untuk adanya steroid, sedangkan warna ungu menunjukkan adanya

senyawa triterpenoid dan steroid. Senyawa alkaloid diuji menggunakan reagent

Mayer, Dragendrof, dan Wagner secara berturut-turut yang akan memberikan

endapan berwarna putih, merah, dan coklat bila positif mengandung senyawa

tersebut. Senyawa golongan saponin diuji dengan memanaskan ekstrak dalam

akuades, kemudian dikocok. Adanya saponin diindikasikan dengan terbentuknya

busa. Tanin diuji dengan memanaskan ekstrak dalam akuades kemudian campuran

disaring. Filtrat direaksikan dengan FeCl 1% (w/v). Keberadaan tanin diindikasikan

oleh terbentuknya warna hijau gelap atau biru gelap. Senyawa flavonoid diuji

dengan memanaskan ekstrak dalam akuades dan disaring. Filtrat kemudian

direaksikan dengan H2SO4 10% (w/v). Adanya flavonoid ditandai oleh

terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol.

Analisis Kandungan Senyawa Ekstrak teraktif

Analisis kandungan senyawa yang terkandung pada ekstrak teraktif dilakukan

menggunakan Liquid chromatography mass spectra (LCMS) di Laboratorium

Kesehatan Daerah DKI Jakarta. Spesifikasi instrumen yang digunakan adalah

Qmicro QAA 642, dengan ion mode adalah ES+. Pelarut yang digunakan adalah

metanol dan air dengan perbandingan 10:90 (v/v) dengan laju alir 0.20 mL mnt-1,

dan temperatur kolom sebesar 40oC.

5

Analisis kromatogram massa molekul ion puncak senyawa-senyawa terkandung

dilakukan menggunakan database dari The Human Metabolome Database (HMDB).

Senyawa-senyawa kimia hasil analisis kemudian digunakan sebagai ligan uji dalam

uji simulasi pendaratan molekul terhadap enzim MurA.

Penambatan Molekuler Senyawa Aktif Terhadap Enzim MurA Secara In-

Silico (Kumar et al. 2012)

Tahap awal untuk melakukan simulasi docking adalah menentukan reseptor

dan ligan yang akan diuji. Reseptor yang digunakan adalah enzim MurA. Protein

target atau reseptor diperoleh dengan mendownload file pdb enzim dari pdb bank

melalui situs www.rscb.org/pdb. Proses optimasi geometri reseptor dilakukan

dengan perangkat lunak AutoDock Tools (ADT) 1.5.6. Tahap awal yang dilakukan

adalah penghilangan molekul air (H2O) disekitar protein, hetero atom dan ligan

alami. Selanjutnya adalah penambahan muatan Gasteiger dan Hidrogen. File

disimpan dalam format PDBQT. Kestabilan struktur dapat dilihat dengan VMD

1.9.2 melalui diagram plot Ramachandran.

Struktur ligan diperoleh dengan menggambar struktur dua dimensi (2D) dan

tiga dimensi (3D) menggunakan piranti lunak Marvin Sketch. Ligan yang akan

digunakan dirancang menggunakan perangkat lunak Marvin sketch dengan format

penyimpanan PDB. Proses optimasi dilakukan menggunakan ADT 1.5.6. Tahap

awal adalah dilakukan merged nonpolar hidrogen, memberikan muatan Gasteiger

dan semua file disimpan dalam format PDBQT. Selanjutnya dilakukan filter

menurut aturan Lipinski untuk semua senyawa ligan menggunakan online access

http://www.scfbio-iitd.res.in/ software/ utility/ lipinskifilters.jsp (Lipinski 2009).

Selanjutnya dilakukan penambatan molekuler yang dimulai dengan proses Grid dan

validasi parameter penambatan dilakukan dengan ADT 1.5.6, dan dilanjutkan

dengan penambatan molekular yang dilakukan menggunakan AutoDock Vina

(Scripps Research Institute, USA) dan di asumsikan semua rotatable bond (ikatan

siklik) dari ligan dapat berotasi (fleksibel) dan makromolekulnya adalah tetap

(rigid). Parameter berikut adalah parameter yang telah divalidasi. Ukuran grid box

yang dipilih adalah 80 x 80 x 80 Å dengan spacing centered 0.375 Å pada site sisi

aktif, center_x = 36.021, center_y = 19.91, center_z = 44.388 dan luas box

melingkupi keseluruhan struktur MurA. Exaustiveness di atur pada angka 250.

Letakkan folder vina di C:\Vina kemudian isikan file CONF.TXT dengan parameter

diatas sesuai dengan angka center dan size nya. Eksekusi perintah penambatan

menggunakan command pada jendela CMD, panggil Vina.exe lalu ketik perintah

“C:\vina --config conf.txt --log log.txt”, lalu tekan enter dan tunggu proses sampai

selesai lalu keluarkan num-mode 20. Ligan dalam kompleks MurA yang memiliki

energi bebas Gibbs (∆Gbinding) terkecil dari daftar disimpan dalam format PDBQT

(ADT 1.5.6) dan dikonversi ke format PDB dengan DSV 3.5. Hasil penambatan di

analisis energi bebas Gibbs (∆G), ikatan hidrogen, RMSD, residu yang berikatan,

gaya Van der waals dan gugus fungsi ligan menggunakan Ligplot+ 4.5.3 dengan

format .pdb untuk visualisasi 2D, DSV 3.5 untuk analisis gaya Van der waals dan

mode ikatan dengan DNA serta VMD digunakan untuk visualisasi struktur 3D.

6

3 HASIL

Identifikasi Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi, identitas sampel tumbuhan adalah Zingiber

zerumbet (L.) Sm., famili Zingiberaceae. Morfologi tanaman ini ditampilkan pada

Gambar 1. Z. zerumbet merupakan tanaman semak berumur tahunan (terna

parennial). Tanaman ini tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200

m di atas permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi botaninya, tanaman ini termasuk

ke dalam:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber zerumbet

A B C D

Gambar 1 Tanaman Z. zerumbet: A. Rimpang; B. Batang; C. Daun; D. Bunga

Rendemen Ekstrak

Ekstrak adalah sedian yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan selanjutnya semua pelarut diuapkan

sehingga tersisa massanya. Teknik ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah maserasi yaitu simplisia bahan direndam dalam larutan pengekstrak yang

sesuai selama 24 jam pada suhu ruang dan pada suhu 80oC. Penarikan senyawa

dapat terjadi karena memanfaatkan sifat bahan sehingga senyawa larut dalam

kepolaran larutan pengekstrak yang sesuai. Ini dikenal dengan prinsip like disolved

like.

Rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara bobot ekstrak yang

dihasilkan dengan bobot sampel awal yang diekstrak. Persentasi rendemen ekstrak

pada Tabel 1, memperlihatkan kemampuan pelarut air lebih besar dalam

mengekstraksi komponen aktif tanaman Z. zerumbet, diikuti oleh pelarut etanol, etil

asetat dan N-heksana. Rendemen ekstrak air yang lebih besar kemungkinan

7

dipengaruhi oleh polaritasnya. Polaritas relatif pelarut dapat dilihat dari nilai

konstanta dielektrik masing-masing pelarut.

Tabel 1 Persentasi rendemen ekstrak

Pelarut Bobot sampel (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%b/b)

n-Heksana 200 6.30 3.15

Etil Asetat 200 7.60 3.80

Etanol 100 6.20 6.20

Air 150 10.4 6.90

Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat, Etanol, dan Air

Pengujian aktivitas antibakteri merupakan teknik untuk mengukur berapa

besarnya potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek toksik

bagi bakteri. Ekstrak Z. zerumbet dinyatakan mempunyai aktivitas antibakteri jika

terbentuk zona bening di sekeliling sumuran berisi ekstrak yang ditumbuhkan pada

media yang telah diinokulasi oleh bakteri (Gambar 2).

Keterangan: A: Konsentrasi ekstrak uji sebesar 250 mg mL-1; B. Konsentrasi ekstrak sebesar 150

mg mL-1; C. Konsentrasi ekstrak sebesar 100 mg mL-1; D. Konsentrasi ekstrak sebesar

50 mg mL-1; E. Konsentrasi ekstrak sebesar 25 mg mL-1; F. Konsentrasi ekstrak sebesar

10 mg mL-1; G. Konsentrasi ekstrak sebesar 5 mg mL-1; H. Kontrol positif; I. Kontrol

negatif

Gambar 2 Zona bening yang terbentuk pada ekstrak etanol tanaman Z. zerumbet

ketika diuji terhadap bakteri S. aureus

Diameter hambat merupakan ukuran kekuatan hambatan substansi

antibakteri. Lebarnya diameter zona bening yang terbentuk ditentukan oleh

konsentrasi senyawa yang menjadi dasar pengujian kuantitatif dan

mengindikasikan bahwa senyawa tersebut bisa bebas berdifusi ke seluruh medium.

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak Z. zerumbet dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki diameter hambat yang

lebih besar dibanding ekstrak n-Heksan, etil asetat, dan air. Ekstrak etanol terlihat

lebih menghambat pada bakteri Gram positif (B. subtilis dan S. aureus) dibanding

8

pada bakteri Gram negatif (E. coli dan P. aeruginosa). Kekuatan hambat ekstrak

etanol pada bakteri Gram positif masih dalam rentang resisten (8.12 mm) pada

bakteri S. aureus, dan rentang intermediet (15.22 mm) untuk bakteri B. subtilis.

Tabel 2 Hasil uji aktivitas antibakteri

Ekstrak Diameter zona hambat (mm) pada bakteri

E. coli P. aeruginosa B. subtilis S.

aureus

N-Heksana 3.45 (R) 4.40 (R) 14.14 (I) 7.98 (R)

Etil Asetat 1.54 (R) 6.20 (R) 10.82 (R) 8.02 (R)

Etanol 3.42 (R) 7.88 (R) 15.22 (I) 8.12 (R)

Air 2.31 (R) 5.30 (R) 8.53 (R) 3.03 (R)

Keterangan: S (susceptible): ≥ 16 mm, I (intermediate): 13-15 mm, R (resistant): ≤ 12 mm (CLSI

2007)

Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimun Ekstrak Etanol

Konsentrasi minimum yang dibutuhkan untuk menghambat bakteri dikenal

sebagai konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM). Uji KHTM merupakan

upaya mencari konsentrasi terendah yang masih mampu menghambat pertumbuhan

organisme mikroba. Hasil uji aktivitas antibakteri pada Tabel 2 menunjukkan

bahwa ekstrak etanol merupakan ekstrak dengan aktivitas terbaik sehingga

digunakan untuk mencari nilai KHTM. Hasil uji KHTM ekstrak etanol tanaman Z.

zerumbet dapat dilihat pada Tabel 3. Terlihat bahwa KHTM ekstrak etanol dalam

keempat bakteri uji terjadi untuk bakteri Gram positif S. aureus pada konsentrasi

50 mg mL-1.

Tabel 3 Hasil uji KHTM ekstak etanol Z. zerumbet

Konsentrasi

ekstrak etanol

(mg mL-1)

Luas zona hambat (mm) pada bakteri

Ps. Aeruginosa E. coli B. subtilis S.aureus

250 2.59 (R) 2.89 (R) 3.42 (R) 7.71 (R)

150 - 1.98 (R) 2.72(R) 7.13 (R)

100 - - 2.27 (R) 6.12 (R)

50 - - - 3.85 (R)

K+ 8.96 (R) 29.66 (S) 11.59 (R) 27.92 (S)

K- - - - -

Keterangan: S (susceptible): ≥ 16 mm, I (intermediate): 13-15 mm, R (resistant): ≤ 12 mm (CLSI

2007)

Hasil Uji Fitokimia

Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit

sekunder dan golongan senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak. Uji

fitokimia meliputi uji kualitatif fenolik, triterpenoid-steroid, alkaloid, saponin,

tanin, dan flavonoid. Dari hasil uji fitokimia ini dapat diduga golongan senyawa

yang berperan sebagai antibakteri. Hasil uji fitokimia mengindikasikan ekstrak

9

etanol Z. zerumbet mengandung senyawa-senyawa terpenoid, flavonoid, tanin dan

fenolik (Tabel 4).

Tabel 4 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol Z. zerumbet

Uji Golongan Reagent Perubahan yang terjadi Ket

Fenolik FeCl3 5% Hijau +

Triterpenoid dan

Steroid

Lieberman

Burchard

Merah +

Alkaloid Dragendorff

Mayer

Wagner

Tidak terlihat endapan -

Saponin Water Busa tidak stabil -

Tanin FeCl3 1% Biru Pekat +

Flavonoid H2SO4 Jingga +

Keterangan: +: terdeteksi, -: tidak terdeteksi

Analisis Kandungan Senyawa Ekstrak Etanol

Analisis komponen kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol Z. zingiber

dilakukan menggunakan LCMS (Liquid Chromatography Mass Spectra). Analisis

ekstrak kasar etanol tanaman Z. zerumbet menggunakan LCMS dilakukan dengan

mode ionisasi positif, sehingga ion puncak (100%) molekul dari spektra massa akan

muncul sebagai ion terprotonasi (M+1)+. Hasil analisis memperlihatkan adanya 3

puncak (Lampiran 4a) dengan waktu retensi berturut-turut sebesar 1.448, 15.929

dan 22.062 dengan persentasi kelimpahan berturut-turut sebesar 46.25%, 34.375%

dan 100%. Analisis kromatogram ekstrak kasar etanol menunjukkan fragment ion

puncak pada m/z 717.41 (Lampiran 4b), 679.26 (Lampiran 4c), dan 219.12

(Lampiran 4d).

Analisis massa molekul ion puncak menggunakan database dari The Human

Metabolome Database (HMDB) berdasarkan mode ionisasi positif menunjukkan

bahwa senyawa dengan m/z 717 belum diketahui, m/z 679 adalah senyawa

gingerglikolipid B (2-hydroxy-3-{[3,4,5-trihydroxy-6-({[3,4,5-trihydroxy-6-

6(hydroxymethyloxan-2-yl]oxy}methyl)oxan2-yl]oxy}propyl(9Z,12Z)-octadeca-

9,12-dienoate), dan m/z 219 tersebut adalah zerumbon ((2E,6E,10E)-2,6,9,9-

tetramethyl-2,6,10-cycloundecatrienone).

Karakteristik Enzim MurA

Data struktur tiga dimensi dari enzim MurA yang digunakan dalam penelitian

ini diunduh dari Protein Data Bank (PDB) (www.pdb.org) dengan PDB ID: 1UAE

(Skarzynski et al. 1996). PDB merupakan tempat penampungan data 3D dari

protein dan asam nukleat. Data tersebut merupakan hasil teknik biofisika seperti

kristalografi X-ray, spektroskopi NMR, dan mikroskop elektron meliputi struktur,

sisi aktif dan sekuens. Setiap berkas sekuen berisi informasi mengenai asal

organisme, sekuens, dan nomor akses yang digunakan untuk mengidentifikasi

sekuens tersebut. Gambar 3a memperlihatkan kompleks ternary mencakup protein,

substrat atau ligan alami (uridine-diphosphate-N-asetylglucosamine) dan

10

fosfomisin atau ligan obat. Fosfomisin sebagai obat komersial yang menghambat

kerja enzim ini dengan menjadi analog substrat yang bereaksi dengan residu Cys115.

(A) (B)

Gambar 3 Karakteristik enzim MurA: (A) Struktur 3D kompleks ternary enzim

(Skarzynski et al. 1996); (B) Plot Ramachandran enzim

Enzim Mur A terdiri dari 418 residu dengan komposisi helixnya sebesar

34% yang terdiri dari 18 helix dengan 143 residu asam amino. Sedangkan beta

sheetnya terdiri dari 34 strand dengan 113 residu. Struktur sekunder enzim Mur A

dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Struktur sekunder reseptor MurA:

= Beta hairpin

= Turn

= Alfa heliks

= 3/10-heliks

11

Kestabilan Struktur Reseptor

Kestabilan struktur enzim MurA dilihat dari plot Ramachandran (Gambar

3b). Plot Ramachandran digunakan untuk mengetahui kualitas struktur enzim.

Setiap asam amino penyusun protein akan memiliki satu sudut phi (Ф) dan psi (ψ),

sehingga setiap residu asam tergambarkan sebagai satu plot (koordinat). Visualisasi

plot Ramachandran diunduh pada Protein Data Bank (PDB). Kualitas struktur

protein dapat diketahui dengan melihat sudut dihedral yang dilarang (dissalowed

region). Bila residu non glisin yang berada pada dissalowed region lebih dari 15%

maka dapat dikatakan bahwa protein tersebut memiliki kualitas struktur yang sangat

tidak stabil (kurang baik). Enzim MurA bersifat stabil terlihat dari data asam amino

yang berada pada daerah yang paling disukai (favorable) sebesar 97.8% (407/406)

dan daerah yang diizinkan (allowed) sebesar 100.0% (416/416) serta daerah yang

tidak diijinkan (disallowed) kurang dari 1%.

Potensi Ligan Menurut Aturan Lipinski

Struktur ligan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel

5. Sementara itu potensi ligan untuk dapat masuk ke dalam membran sel dan diserap

diuji menggunakan software Lipinski dengan parameternya adalah berat molekul,

jumlah gugus donor ikatan hidrogen, jumlah gugus penerima ikatan hidrogen, nilai

log P dan refrakfititas molar (Lipinski et al. 2001). Pengujian dilakukan

menggunakan tools online pada situs http://scfbio-

iitd.res.in/software/utility/lipinski filters.jsp. Hasil filter Lipinski antara ligan alami,

ligan fosfomisin (obat), ligan gingerglikolipid B (senyawa uji), dan ligan zerumbon

(senyawa uji) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5 Struktur 2D ligan (substrat atau UDP-N-GluAc, fosfomisin, zerumbon,

dan gingerglikolipid B)

Structur 2D Nama IUPAC Nama

umum

[({[2R,3S,4R,5R)-5-(2,4-dioxo-

1,2,3,4-tetrahydropyrimidin-1-yl)-

3,4-dihydroxyoxolan-2-

yl]methoxy}(hydroxyphosphoryl)o

xy]({[2R,3R,4R,5S,6R)-3-

acetamido-4,5-dihydroxy-6-

(hydroxymethyl)oxan-2-

yl]oxy}phosphinic acid

Uridine-

diphosphate

-N-acetyl-

glucosamine

[(1R)-1-hydroxypropyl]phosphonic

acid

Fosfomisin

12

(E,E,E)-2,6,9,9-tetramethyl-2,6,10-

cycloundecatrien-1-one

Zerumbon

2-hydroxy-3-{[3,4,5-trihydroxy-6-

({3,4,5-trihydroxy-6-

(hydroxymethyl)oxan-2-

yl]oxy}methyl)oxan-2-

yl]oxy}propyl (9Z,12Z)-octadeca-

9,12-dienoate

Gingergliko

lipid B

Tabel 6 Hasil filter Lipinski antara ligan alami, ligan obat, dan ligan uji

Lipinski’s rule Ligan

Alami Obat Zerumbon Gingerglikolipid B

A - 138 226 684

B - 1 1 9

C - 4 1 14

D - -1.3715 4.2973 0.5845

E - 25.2772 70.4057 169.8644

Keterangan: A: Massa atom relatif <500, B: Donor ikatan H <5, C: Akseptor ikatan H <10,

D: Log P <5, E: Refraktivitas molar 40-130, -: tidak dapat dianalisi oleh tools online

Energi Afinitas (ΔGbinding) Penambatan Molekular

Molecular docking memprediksi orientasi dari suatu molekul ke molekul

yang lain ketika berikatan membentuk kompleks yang stabil (Meng et al. 2011).

Energi dari setiap pose interaksi reseptor-ligan dihitung menggunakan fungsi

scoring. Energi bebas ikatan hasil docking dilihat pada output. Kompleks ligan-

enzim yang dipilih adalah kompleks yang memiliki nilai energi bebas ikatan

terendah. Analisis energi afinitas (ΔGbinding) hasil penambatan molekular untuk

ligan alami, ligan obat, ligan gingerglikolipid B, dan ligan zerumbon berturut-turut

adalah senilai -10.1, -4.7, -8.4, dan -8,3 kkal mol-1 (Gambar 5). Nilai energi bebas

Gibbs yang kecil menunjukkan bahwa konformasi yang terbentuk adalah stabil,

sedangkan makin besarnya nilai energi bebas Gibbs menunjukkan tidak stabilnya

kompleks yang terbentuk (Meng et al. 2011).

Gambar 5 Afinitas energi (ΔG) ligan alami, ligan fosfomisin (obat), ligan

zerumbon, dan ligan gingerglikolipid B terhadap enzim MurA

-10,1

-4,7

-8,3

-8,4

-12 -10 -8 -6 -4 -2 0

Alami/Substrat

Fosfomisin

Zerumbon

Gingerglikolipid B

∆Gbinding

Lig

an

13

Nilai Konstanta Inhibisi Ligan

Nilai ∆G digunakan untuk mengetahui konstanta inhibisi yaitu konsentrasi

inhibisi senyawa aktif terhadap waktu paruh reaksi enzim (Ki). Semakin kecil nilai

Ki maka semakin kecil konsentrasi inhibitor yang dibutuhkan untuk menghambat

substrat. Nilai Ki (konstanta inhibisi) diperoleh dengan persamaan:

Nilai Ki bersifat linear terhadap ∆G, sehingga bisa diketahui bahwa semakin

baik nilai ∆G suatu ligan maka semakin kecil konsentrasi ligan yang diperlukan

sebagai inhibitor enzim. Hasil nilai Ki untuk semua ligan dapat dilihat pada Tabel

7.

Interaksi Penambatan Molekul Ligan pada Enzim MurA

Simulasi docking dilakukan menggunakan Autodock Vina. Dalam simulasi,

reseptor bersifat rigid sementara ligan bersifat fleksibel. Hasil interaksi penambatan

molekul ligan dengan enzim MurA berupa jenis ikatan, panjang ikatan, residu asam

amino enzim yang berinteraksi, dan gugus fungsi ligan yang berinteraksi. Hasil

penambatan molekuler memperlihatkan adanya interaksi molekul ligan obat, ligan

uji, dan ligan alami dengan enzim MurA seperti terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil interaksi penambatan molekuler antara ligan dengan enzim MurA

Jenis ligan Alami (substrat) Obat

(fosfomisin)

Uji

gingerglikolipid B

Uji zerumbon

ΔG

( Kkal mol-1)

-10.1 -4.7 -8.4 -8.3

Ki value

0.012 0.126 0.025 0.026

RMSD

1.570 1.484 1. 693 0.986

Jumlah ikatan H 4 4 3 2

Residu interaksi

Hidrogen

NH dari Arg120

N dari His125

N dari Val163

N dari Gly164

N dari Arg91

NH dari Arg120

N dari Arg120

N dari Gly164

NH dari Arg91

N dari Val161

NH dari Arg232

NH dari Arg91

N dari His125

Atom ligan yang

berinteraksi

C1B-O4B

PA-O2A

C6’-O6’

C5B-O5B

P1-O4

C2-O1

C2-O1

P1-O3

C32-O13

C4-O3

C29-O10

C9-O

C9-O

Jarak ikatan

hidrogen (Å)

2.80

3.13

2.98

2.87

3.28

2.92

3.11

2.81

2.79

3.29

2.74

3.02

3.19

Kekuatan ikatan medium

medium

medium

medium

weak

medium

medium

medium

medium

weak

medium

medium

medium

∆G = RT ln Ki

14

4 PEMBAHASAN

Identifikasi Tumbuhan dan Rendemen Ekstrak

Z. zerumbet memiliki ukuran rimpang yang besar berwarna kuning gading,

dengan rasa yang cukup pahit, agak pedas, dan bau yang khas dari senyawa

aromatik (spice taste) (Gambar 1A). Tinggi tanaman berkisar 1.500-1.800 cm.

Memiliki batang semu dan tumbuh tegak serta berwarna kemerahan (Gambar 1B).

Daunnya berbentuk obovate (bulat telur terbalik) dengan pangkal daun membulat

dan ujung daunnya agak meruncing (subacuminate). Daun bertrikom halus

(subglabrous) serta memiliki tangkai (petiole) bermembran, ligula bermembran,

dan pelepah (sheath) (Gambar 1C). Bunga tanaman tumbuh dari pangkal rimpang

berbentuk seperti bonggol (cone), dan bunganya berwarna kuning pucat (Gambar

1D). Braktea merupakan kantong tempat munculnya bunga dimana satu bunga

dalam satu braktea. Braktea berwarna hijau sewaktu muda dan berubah warna

menjadi merah. Perubahan warna menjadi merah terjadi setelah pembuahan (Larsen

et al. 1999).

Ekstraksi dilakukan dengan teknik meserasi yang mana pengambilan

komponen atau zat aktif dilakukan dengan cara merendam bahan dalam cairan

ekstrak yang sesuai selama beberapa waktu dan suhu tertentu. Maserasi

dimaksudkan untuk dapat mengekstrak keseluruhan senyawa yang larut dalam

pengekstrak yang digunakan. Komponen aktif tersebut akan larut dengan prinsip

like disolved like. Penggunaan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda

bertujuan untuk mengekstrak komponen aktif yang belum sepenuhnya diketahui

dalam rimpang Z. zerumbet. Selama proses meserasi dilakukan pengadukan dan

penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh kemudian

dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Lampiran 3). Persentasi rendemen ektrak

pada Tabel 1, memperlihatkan kemampuan pelarut air lebih besar dalam

mengekstraksi komponen aktif tanaman Z. zerumbet, diikuti oleh pelarut etanol, etil

Residu interaksi

hidrofobik

Lys22, Asn23,

Leu24, Leu26,

Trp95, Arg91,

Ala92, Pro121,

Ser162, Val317,

Phe328

Ser162, Val163,

Phe32

Asn23, Val157,

Lys160, Val163,

Glu183, Asn184,

Glu188, Asp211,

Pro298, Thr304,

Asp305, Val327,

Phe328

Trp95, Ser162,

Val163,

Gly164, Val327,

Phe328

Kesamaan

interaksi

asam amino

terhadap Substrat

Lys22, Asn23,

Leu26, Arg91,

Ala92, Trp95,

Arg120, Pro121,

Leu124, His125,

Val161, Ser162,

Val163, Gly164,

Val327, Phe328

Arg91, Arg120,

Ser162, Val163,

Gly164, Phe328

Asn23, Arg91,

Val157, Lys160,

Val161, Val163,

Glu183, Asn184,

Glu188, Asp211,

Arg232, Pro298,

Thr304, Asp305,

Val327, Phe328

Arg91, Trp95,

His125, Ser162,

Val163, Gly164,

Val327, Phe328

Persentase

kesamaan

interaksi asam

amino terhadap

substrat (%)

16 (100)

6 (37,50)

6 (37,50)

8 (50)

15

asetat dan N-heksana. Rendemen ekstrak air yang lebih besar kemungkinan

dipengaruhi oleh polaritasnya. Polaritas relatif pelarut dapat dilihat dari nilai

konstanta dielektrik masing-masing pelarut. Polaritas pelarut air adalah sebesar

0,90 yang mana lebih besar dari pelarut etanol (0.68), etil asetat (0.38) dan heksana

(0.00) (Yasni 2013). Hal ini menunjukkan rendemen ekstrak makin meningkat

seiring meningkatnya kepolaran pelarut. Tingginya kemampuan pelarut air dalam

mengekstraksi komponen aktif berkaitan dengan polaritas (ε) pelarut yang berarti

komponen senyawa yang terkandung dalam rimpang Z. zerumbet sebagian besar

merupakan senyawa polar. Sifat kepolaran senyawa dilihat dari gugus polarnya

seperti gugus OH, COOH, dan lain-lain. Hal lain yang memperbesar kemampuan

pelarut air dalam menarik komponen aktif adalah proses ekstraksi yang

menggunakan pemanasan pada suhu 80oC yang mana proses pemanasan akan

memperbesar kelarutan.

Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat, Etanol, dan Air dan

KHTM Ekstrak Etanol

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak masing-masing dilakukan pada

konsentrasi 500 mg mL-1 untuk mengetahui ada atau tidaknya kemampuan ekstrak

tanaman menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Kontrol positif yang

digunakan adalah fosfomisin, sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah

aquadest. Ekstrak Z. zerumbet dinyatakan mempunyai aktivitas antibakteri jika

terbentuk zona bening di sekeliling sumuran berisi ekstrak yang ditumbuhkan pada

media yang telah diinokulasi oleh bakteri. Aktivitas antibakteri ekstrak Z. zerumbet

dapat dilihat pada Tabel 2. Dari data di atas, terlihat bahwa ekstrak etanol

memberikan batas daerah hambat yang terefektif dengan diameter terbesar adalah

15.22 mm pada bakteri B. subtilis, dan diameter terkecil adalah 3.42 mm pada

bakteri E. coli. Kader et al. (2011) melaporkan bahwa ekstrak kasar etanol Z.

zerumbet dengan konsentrasi 400 µg disk-1 mampu menghambat 5 jenis bakteri

Gram positif dan 8 jenis bakteri Gram negatif dengan luas zona hambat berkisar 6-

10 mm. Sifat antibakteri ini berkaitan dengan senyawa-senyawa yang terkandung

yakni zederon (suatu sesquiterpen), fenolik, saponin, dan terpenoid (Hashemi et al.

2008; Kader et al. 2010). Penghambatan aktivitas bakteri oleh senyawa aktif

tanaman dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni gangguan pada senyawa

penyusun dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang menyebabkan

kehilangan senyawa penyusun sel, menginaktivasi enzim metabolik, dan destruksi

fungsi material genetik (Yasni 2013). Pengaruh senyawa antibakteri terhadap sel

bakteri dapat menyebabkan kerusakan sel yang berlanjut pada kematian. Kerusakan

bakteri merupakan hasil interaksi senyawa antibakteri dengan bagian tertentu pada

sel. Terjadinya proses tersebut karena perlekatan senyawa antibakteri pada

permukaan sel maupun akibat berdifusinya senyawa tersebut ke dalam sel. Interaksi

tersebut mengakibatkan sejumlah perubahan atau kerusakan pada sel bakteri yang

mempengaruhi fungsi metabolisme sel.

Data penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Z. zerumbet lebih

menghambat bakteri Gram positif (S. aureus dan B. Subtilis) dibanding bakteri

Gram negatif (E. coli dan P. aeruginosa). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

perbedaan komposisi dan struktur pada dinding sel bakteri Gram positif dan Gram

negatif. Struktur dinding sel bakteri Gram positif lebih sederhana, yakni berlapis

16

tunggal (90% peptidoglikan) dengan ketebalan bervariasi antara 20-40 nm (Kim et

al. 2015) dengan kandungan lipid yang rendah (1-4%) sehingga memudahkan

bahan bioaktif masuk ke dalam sel. Sementara itu, struktur dinding sel bakteri

negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein,

lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan menghalangi masuknya bahan

bioaktif antibakteri (Griffin 2000), dan lapisan dalam berupa peptidoglikan yang

berkisar 5-10 % (6.25±0.53 nm untuk E. coli dan 2.41±0.54 nm untuk Ps.

aeruginosa) dengan kandungan lipid tinggi (11-12%) (Vollmer dan Seligman

2009).

Data pada Tabel 3 menunjukkan nilai KHTM terendah terjadi pada bakteri S.

aureus. S. aureus merupakan bakteri Gram positif, yang memiliki 40 lapisan

peptidoglikan yang merupakan 50% dari bahan penyusun dinding sel. Perhusip

(2006) mengungkapkan bahwa setiap zat yang menghambat salah satu langkah

dalam biosintesis peptidoglikan akan menakibatkan dinding sel bakteri yang

tumbuh menjadi rapuh sehingga sel akan mengalami lisis. Rusaknya dinding sel

atau terhambatnya sintesis oleh senyawa antibakteri mengakibatkan terbentuknya

sel-sel yang peka terhadap tekanan osmosis, terutama pada bakteri Gram positif

yang mana kekuatan dinding selnya berasal dari peptidoglikan. Tekanan osmosis

dalam sel bakteri menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek

bakterisidal pada bakteri (Perhusip 2006).

Dari data hasil uji KHTM (Tabel 3), memperlihatkan ekstrak etanol Z.

zerumbet mempunyai aktivitas yang sedang. Ini berkaitan dengan kondisi ekstrak

yang masih belum murni. Banyaknya senyawa yang terkandung dalam ekstrak

kasar etanol ini mengakibatkan adanya sifat saling meniadakan (antagonis) antar

senyawa dalam ekstrak sehingga mengurangi aktivitas antibakteri ekstrak etanol Z.

zerumbet. Pemisahan atau fraksinasi senyawa dalam ekstrak lebih lanjut berperan

penting dalam meningkatkan kemampuan hambat terhadap bakteri. Kader et al.

2011 melaporkan bahwa ekstrak etanol yang telah difraksinasi memiliki

kemampuan hambat terendah sebesar 128-256 µg disk-1 saat diujikan pada bakteri

E. coli, P. aeruginosa, S. typhi, B. cereus, S. lutea, dan V. Parahemolyticus.

Uji Fitokimia Ekstrak Etanol

Uji fitokimia menggambarkan akan golongan senyawa yang terkandung

dalam ekstrak. Hasil uji fitokimia mengindikasikan rimpang tanaman Z. zerumbet

mengandung senyawa-senyawa terpenoid, flavonoid, tanin dan fenolik (Tabel 3).

Flavanoid dan tanin merupakan bagian dari senyawa fenolik (Harbone 1996).

Alkaloid diketahui tidak terkandung dalam ekstrak etanol Z. zerumbet, hal ini

diduga berkaitan dengan keberadaan alkaloid dalam jaringan tumbuhan kurang dari

1 % sehingga dapat menyebabkan uji skrining alkaloid memberikan hasil negatif

(Harborne 1996). Nag et al. (2013) melaporkan bahwa Z. zerumbet mengandung

sesquiterpenoid, flavonoid, senyawa-senyawa aromatik, vanillin, kaempferol dan

senyawa turunannya, serta polifenol.

Senyawa-senyawa fenolik, flavanoid, tanin, dan terpenoid pada tanaman

zingiberaceae diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Nursal et al. 2006; Lawalata

2012). Senyawa terpen merupakan senyawa antibakteri utama dalam rempah-

rempah (Yasni 2013). Terpenoid diketahui dapat bersifat sebagai antibakteri

(Cowan 1999). Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan

17

fraksi lipid membran plasma bakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas

membran yang jika diakumulasikan terus-menerus dapat mengakibatkan lisisnya

material intraseluler akibat terbentuknya rongga pada lipid bilayer (Griffin 2000).

Senyawa tanin dan flavonoid merupakan senyawa polifenol yang bersifat sebagai

antibakteri (Cowan 1999). Senyawa flavanoid dalam aktivitas kerjanya akan

membentuk ikatan kompleks dengan dinding sel bakteri sehingga menurunkan

permeabilitas dinding sel (Nagappan et al. 2011) dan merusak membran sel bakteri

akibat sifat lipofiliknya (de Fatima et al. 2006). Demikian halnya tanin, tanin diduga

berikatan dengan dinding sel bakteri sehingga akan menginaktifkan kemampuan

menempel bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri (Cowan 1999).

Analisis Kandungan Senyawa Ekstrak Etanol

Analisis komponen kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol Z. zerumbet

dilakukan menggunakan LCMS (Liquid Chromatography Mass Spectra). Hasil

analisis ekstrak etanol Zingiber zerumbet menggunakan KCSM (kromatografi cair

spektra massa) memperlihatkan adanya 3 puncak dengan waktu retensi berturut-

turut sebesar 1.448, 15.929 dan 22.062 dengan persentasi kelimpahan berturut-

turut sebesar 46.25%, 34.375% dan 100%.

Analisis ekstrak etanol Z. zerumbet menggunakan KCMS dilakukan dengan

mode ionisasi positif, sehingga ion puncak (100%) molekul dari spektra massa akan

muncul sebagai ion terprotonasi (M+1)+. Analisis massa molekul ion puncak

menggunakan database dari The Human Metabolome Database (HMDB) berdasarkan

mode ionisasi positif menunjukkan bahwa senyawa dengan m/z 219 tersebut adalah

zerumbon ((2E,6E,10E)-2,6,9,9-tetramethyl-2,6,10-cycloundecatrienone). Abdul et al.

(2008) mengemukakan bahwa massa ion fragmentasi terbesar (218 m/z) sebanding

dengan bobot molekul senyawa. Zerumbon merupakan konstituen terbesar pada

rimpang tanaman dengan kelimpahan berkisar antara 12.6-73.1 % (Yob et al. 2011;

Singh et al. 2012). Zerumbon mempunyai rumus kimia C15H22O dengan berat molekul

sebesar 218.3346 (Tabel 5). Zerumbon adalah senyawa monosiklik sesquiterpen dan memiliki kekhasan

dalam strukturnya dimana mempunyai suatu konjugasi silang keton pada 11

anggota cincinnya (Kitayama et al. 2001). Zerumbon memiliki tiga ikatan rangkap

di mana ikatan rangkap pada posisi C6 terisolasi sedangkan dua ikatan pada posisi

C2 dan C10 terkonjugasi dalam sistem dienon (Kitayama et al. 2011). Ikatan

rangkap pada C10 terkonjugasi silang dengan gugus karbonil pada struktur cincin

beranggota 11 (Kitayama et al. 2011). Gugus keton pada atom C-8 mengakibatkan

zerumbon bersifat polar sehingga bisa terekstrak pada pelarut polar dan semi polar.

Sifat polaritas senyawa merupakan sifat kimia yang sangat penting. Kepolaran ini

berkaitan kelarutannya dalam air dan sifat hidrofilik sehingga zat antibakteri ini

dapat larut dalam fase air dimana mikroba umumnya tumbuh dalam fase air. Abdul

et al. 2008 melaporkan bahwa zerumbon memiliki aktivitas antibakteri pada S.

choleraesuis tetapi tidak memiliki kemampuan menghambat pada pada bakteri

resisten methicillin dari S. aureus, P. Aeruginosa, S. choleraesuis dan B. subtilis.

(Kumar et al. 2013) melaporkan bahwa konsentrasi MIC zerumbon dalam

menghambat bakteri B. cereus, S. aureus, E. coli, dan Y. Enterocolitica berturut-

turut sebesar 100, 125, 75, dan 250 ppm. Senyawa sesquiterpena diketahui memiliki

aktivitas antibakteri lebih baik pada bakteri Gram positif dari pada bakteri Gram

18

negatif. Ini diduga berkaitan dengan dimilikinya membran luar pada bakteri Gram

negatif yang mengelilingi dinding sel, dimana membatasi difusi senyawa hidrofilik

melalui lipopolysaccha.

Senyawa dengan massa molekul ion puncak m/z 679 juga menjadi penyusun

ekstrak etanol tanaman. Analisis menggunakan database HMDB memberikan hasil

bahwa senyawa tersebut adalah Gingerglikolipid B (2-hydroxy-3-{[3,4,5-

trihydroxy-6-({[3,4,5-trihydroxy-6-6(hydroxymethyloxan-2-

yl]oxy}methyl)oxan2-yl]oxy}propyl(9Z,12Z)-octadeca-9,12-dienoate). Senyawa

ini memiliki rumus kimia C33H58O14 dengan berat molekul sebesar 678.8052 (Tabel

5). Gingerglikolipid B umumnya ditemukan sebagai senyawa penyusun pada

tanaman Zingiber officinale dan diketahui bersifat sebagai anti borok (Yoshikawa

et al. 1994). Gingerglikolipid B merupakan suatu monoasildigalaktosilgliserol.

Beragamnya senyawa-senyawa aktif yang terkandung pada tanaman Z.

zerumbet dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tanaman tersebut tumbuh. Pulau

Timor merupakan wilayah berkarakteristik semi arid, dimana mengalami musim

kering yang panjang dan musim penghujan yang pendek. Keadaan daerah yang

beriklim semiarid mengakibatkan kondisi tanamannya berada dalam keadaan cekaman

kekeringan dan suhu tinggi dengan intensitas penyinaran matahari lebih panjang

(Selmar 2008). Ini mengakibatkan tanaman yang tumbuh mengalami kondisi

cekaman kekeringan. Kondisi stres abiotik ini mengakibatkan tanaman

mengakumulasikan secara berlebih senyawa-senyawa metabolit tertentu yang

berbeda dengan daerah lain sebagai toleransi akan kondisi tersebut (Sopandie

2014).

Simulasi Molecular Docking Ligan Senyawa Aktif Z. zerumbet Terhadap

Reseptor MurA

Kelangsungan hidup bakteri bergantung pada aktivitas enzim UDP-N-

acetylglucosamine enolpyruvyl transferase, EC 2.5.1.7 (MurA) (Skarzynski et al.

1996; Eschenburg et al. 2005). MurA mengkatalisis tahapan pertama biosintesis

peptidoglikan dengan mengkondensasikan fosfoenolpiruvat (PEP) dan UDP-N-

asetilglukosamin (UDP-Glc-NAc) menjadi UDP-GlcNAc-enolpiruvat.

Peptidoglikan adalah heteropolimer glikan yang dihubungsilangkan dengan asam

amino. Peptidoglikan merupakan komponen spesifik penyusun terbesar pada

dinding sel bakteri, yang terletak di luar membran sitoplasma (Vollmer et al. 2008).

Peptidoglikan sangat esensial bagi kehidupan bakteri karena berperan dalam

menahan tekanan turgor (Vollmer et al. 2008; de Pedro dan Cava 2015) dan

memberi bentuk atau kekakuan sel (Margolin 2009) sehingga melindungi bakteri

dari kerusakan akibat tekanan osmosis.

Terhambatnya aktivitas enzim MurA mengakibatkan ikut terhambatnya

biosintesis dinding sel bakteri. Rusaknya dinding sel atau terhambatnya sintesis

oleh senyawa antibakteri mengakibatkan terbentuknya sel-sel yang peka terhadap

tekanan osmosis, terutama pada bakteri Gram positif yang mana kekuatan dinding

selnya berasal dari peptidoglikan. Tekanan osmosis dalam sel bakteri menyebabkan

terjadinya lisis, yang mengakibatkan kematian bakteri. Molecular docking adalah metode yang digunakan untuk memprediksi oreintasi

antara satu molekul dengan molekul lainnya ketika terjadi suatu gaya antara satu

dengan yang lain untuk membentuk suatu ikatan yang stabil (Scheneider dan

19

Baringhaus 2008). Teknik ini memprediksikan apakah suatu molekul dapat berikatan

dengan reseptor, protein, DNA dan ligan docking dengan teknik penempatan pada area

tertentu. Tujuan simulasi molecular docking adalah untuk memahami dan

memprediksi rekognisi molekuler dengan mencari kestabilan ikatan antara ligan

dan reseptor pada keadaan energi minimum (Scheneider dan Baringhaus 2008;

Yanuar 2012). Simulasi docking dapat dipergunakan untuk memperoleh mekanisme

kerja suatu senyawa kimia atau makromolekul seperti protein maupun peptida, dalam

skala molekuler sehingga dimungkinkan untuk mendesain obat berbasis struktur. Data struktur tiga dimensi dari enzim MurA ligase yang digunakan dalam

penelitian ini diunduh dari Protein Data Bank (PDB) (www.pdb.org) dengan PDB

ID: 1UAE. Data tersebut merupakan hasil teknik biofisika seperti kristalografi X-

ray maupun spektroskopi NMR meliputi struktur, sisi aktif dan sekuens. Gambar

3A memperlihatkan kompleks ternary mencakup protein, substrat (uridine-

diphosphate-N-asetylglucosamine) dan ligan (fosfomisin). Fosfomisin bereaksi

dengan residu Cys115.

File berformat .pdb memiliki data-data yang dibutuhkan untuk keperluan

perancangan obat. Biasanya terdapat data dari posisi atom, koordinat molekul,

rantai-rantai asam amino dari suatu makromolekul. Terdapat juga data jumlah dari

atom protein, asam nukleat atom, heterogen atom, dan solvent atom. Bagian

terpenting yang terkandung adalah susunan dari rantai asam amino yang

membentuk rantai peptida dari makromolekul tersebut.

Kestabilan struktur enzim MurA ligase dilihat dari plot Ramachandran

(Gambar 3A). Visualisasi plot Ramachandran diunduh pada PDB. Diagram

Ramachandran memiliki empat kuadran, yakni most favoured regions pada kuadran

I, additional allowed regions pada kuadran II, generously allowed regions pada

kuadran III, dan disallowed regions pada kuadran IV. Phi (Φ) menyatakan sumbu

x, sedangkan psi (ψ) menyatakan sumbu y dari asam amino pada struktur protein

(Bosco & Brasseur 2005). MurA ligase bersifat stabil terlihat dari data asam amino

yang berada pada daerah yang paling disukai (favorable) sebesar 97.8% (407/406)

dan daerah yang diizinkan (allowed) sebesar 100.0% (416/416) serta daerah yang

tidak diijinkan (disallowed) kurang dari 1%. Semakin besar residu asam amino

yang berada pada most favored region dan semakin rendah persentase residu pada

disallowed region maka kualitas struktur semakin bagus dan stabil (Bosco &

Brasseur 2005).

Potensi ligan untuk dapat masuk ke dalam membran sel dan diserap diuji

menggunakan software Lipinski dengan parameternya adalah berat molekul,

jumlah gugus donor ikatan hidrogen, jumlah gugus penerima ikatan hidrogen, nilai

log P dan refrakfititas molar. Hasil filter Lipinski pada Tabel 6 menunjukkan bahwa

ligan fosfomisin dan gingerglikolipid B tidak memenuhi aturan Lipinski, sementara

ligan zerumbon memenuhi aturan Lipinski. Ligan fosfomisin memiliki nilai

refraktivitas molar dibawah 40, sehingga dinilai tidak optimal diserap dalam tubuh.

Sementara itu, ligan gingerglikolipid B memiliki massa atom relatif dan nilai

refraktivitas molar yang lebih besar dari yang disyaratkan sehingga disarankan

untuk tidak menjadi kandidat obat pengganti fosfomisin karena tidak akan optimal

diserap dalam tubuh.

Molecular docking memprediksi orientasi dari suatu molekul ke molekul

yang lain ketika berikatan membentuk kompleks yang stabil (Funkhouser 2007).

Analisis energi afinitas (ΔGbinding) hasil penambatan molekular untuk ligan alami,

20

ligan obat, ligan zerumbon, dan ligan gingerglikolipid B berturut-turut adalah

senilai -10.1, -4.7, -8.3, dab -8,4 kkal mol-1. Score energi bebas yang diperoleh

menggambarkan interaksi dan aktivitas biologis dari ligan terhadap reseptor. Nilai

energi bebas Gibbs yang kecil menunjukkan bahwa konformasi yang terbentuk

adalah stabil, sedangkan makin besarnya nilai energi bebas Gibbs menunjukkan

tidak stabilnya kompleks yang terbentuk (Meng et al. 2011; Yanuar 2012).

Interaksi antara reseptor dengan ligan dikendalikan oleh pengaturan interaksi

molekuler yang kompleks pada daerah binding pocket (Scheneider dan Baringhaus

2008). Interaksi yang spesifik di daerah binding pocket dikenal sebagai direct

docking. Pendekatan direct docking dilakukan dengan penentuan grid box pada

kantung ikatan ligan dari protein. Grid box digunakan untuk mengarahkan senyawa

ligan agar berinteraksi atau terikat ke daerah katalitik reseptor (Scheneider dan

Baringhaus 2008; Meng et al. 2011). Hasil interaksi penambatan molekul ligan

dengan MurA ligase berupa jenis ikatan, panjang ikatan, residu asam amino enzim

yang berinteraksi, dan gugus fungsi ligan yang berinteraksi. Hasil penambatan

molekuler memperlihatkan adanya interaksi molekul ligan obat dengan enzim

MurA ligase seperti terlihat pada Tabel 7 dan lampiran 11, 12, 13, serta 14.

Interaksi ligan obat dan ligan uji berbeda dalam menempati kantung sisi aktif enzim

tempat terikatnya substrat atau ligan alami. Ligan uji zerumbon memiliki kesamaan

interaksi dengan 8 residu asam amino substrat (50%) pada sisi aktif kompleks

enzim. Kesamaan residu interaksi antara ligan zerumbon dengan substrat MurA

menunjukkan bahwa ligan zerumbon menempati sisi aktif yang sama dengan

substrat pada enzim sehingga menjadi inhibitor kompetitif pada enzim MurA.

Interaksi ligan uji zerumbon dengan residu asam amino dalam kantung sisi

aktif enzim adalah sama dengan interaksi ligan obat dan ligan alami. Kesamaan

residu asam amino yang terikat pada zerumbon dan ligan obat yakni residu Arg91,

sementara dengan ligan alami yakni residu His125. Ligan alami mengikat residu

asam amino yang sama dengan tempat terikat zerumbon dan ligan obat pada asam-

asam amino Arg120 dan His125. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi mekanisme

reaksi kompetitif antara ligan uji zerumbon dengan substrat (ligan alami) pada

enzim karena menempati tempat yang sama dengan substrat. Ligan obat mengikat

residu asam amino Arg120 sehingga substrat terhalang untuk mengikat residu asam

amino pada tempat yang sama. Ini menunjukkan bahwa ligan obat selain berperan

sebagai analog untuk substrat dengan cara alkilasi balik gugus tiol asam amino

Cys115, juga terjadi reaksi juga terjadi reaksi kompetitif antara ligan obat dengan

substrat.

Ligan gingerglikolipid B memiliki kesaman tempat pengikatan dengan ligan

obat pada sisi aktif enzim, yang ditandai dengan kesamaan mengikat residu asam

amino Arg91. Diduga ligan ini juga menempati tempat yang sama dengan ligan

alami dari enzim MurA, yang mana terlihat juga dari kesamaan residu interaksi

hidrofobik, yakni Asn23, Arg91, dan Phe328.

Dilihat dari nilai energi affinitas, ∆Gbinding Gingerglikolipid B lebih baik dari

∆Gbinding zerumbon, namun perlu dipertimbangkan lagi untuk digunakan sebagai

obat pengganti fosfomisin karena tidak memenuhi aturan Lipinski. Aturan Lipinski

mengatur terdistribusinya obat dalam tubuh. Oleh karena itu, dapat diasumsikan

bahwa zerumbon lebih mampu berdistribusi di dalam tubuh, sehingga lebih

dipertimbangkan untuk menjadi kandidat obat pengganti obat fosfomisin. Senyawa

zerumbon lebih dipilih untuk dipertimbangkan sebagai kandidat obat penghambat

21

sintesis dinding sel bakteri karena dilihat dari hasil interaksi antara zerumbon

dengan MurA, dimana zerumbon menempati tempat atau berikatan dengan residu-

residu asam amino yang sama dengan substrat maupun obat fosfomisin.

Hasil simulasi molecular docking yang menunjukkan bahwa senyawa

zerumbon dapat bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap substrat enzim

MurA. Ini mengakibatkan zerumbon dapat menghambat kerja enzim MurA

sehingga mengganggu biosintesis peptidoglikan. Hasil simulasi molecular docking

berkorelasi positif dengan hasil uji in vitro antibakteri. Ekstrak etanol Z. zerumbet

sangat menghambat bakteri Gram positif dibanding pada bakteri Gram negatif

(Tabel 2). Zerumbon merupakan komponen utama pada ekstrak etanol Z. zerumbet.

Salah satu pembeda antara bakteri Gram positif dan Gram negatif adalah kandungan

peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Peptidoglikan merupakan penyusun

terbesar (90%) dinding sel bakteri Gram positif dan hanya 5-10% pada bakteri

Gram negatif. Terhambatnya sintesis peptidoglikan oleh zerumbon mengakibatkan

terbentuknya sel-sel yang peka terhadap tekanan osmosis, terutama pada bakteri

Gram positif yang mana kekuatan dinding selnya berasal dari peptidoglikan

sehingga menyebabkan terjadinya lisis yang mengakibatkan kematian bakteri.

5 SIMPULAN dan SARAN

Simpulan

Rimpang Z. zerumbet asal Pulau Timor yang diekstrak dengan pelarut air,

etanol, etil asetat, dan n-heksana memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak etanol

memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar daripada ekstrak lainnya. Nilai

KHTM ekstrak etanol terhadap S. aureus, B. subtilis, E. coli, P. aeruginosa secara

berurutan adalah 50, 100, 150, 250 mg mL-1. Hasil analisis LC-MS ekstrak etanol

menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak adalah zerumbon dan

gingerglikolipid B. Simulasi docking menunjukkan bahwa terjadi mekanisme

reaksi kompetitif antara ligan uji zerumbon dengan substrat uridine-diphosphate-

N-asetylglucosamine pada enzim karena ligan uji menempati tempat yang sama

dengan substrat sehingga menghambat terbentuknya peptidoglikan penyusun

dinding sel bakteri.

Saran

Belum diketahuinya salah satu komponen metabolit sekunder ekstrak etanol

hasil LCMS pada m/z 717.41 merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut

dan juga perlu penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakteri menggunakan

ekstrak segar tanaman Z. zerumbet asal Pulau Timor.

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdul A B, Abdelwahab S I, Al-Zubairi A S, Elhassan M M, Murali S M. 2008.

Anticancer and antimicrobial activities of Zerumbone from the rhizomes of

Zingiber zerumbet. Int, J. Pharmacol., 4 (4): 301-304

Bosco KH, Brasseur R. 2005. The Ramachandran plots of glycine and pre-proline.

BMC Struc Bio. 5:1-14.

Brown ED, Vivas EI, Walsh CT, Kolter R. 1995. MurA (MurZ), the Enzyme That

Catalyzes the First Committed Step in Peptidoglycan Biosynthesis, Is

Essential in Escherichia coli. J. Bacteriol. 177(14): 4194–4197.

Chen IN, Chan CC, Ng CC, Wang CY, Shyu YT, Chang TL. 2008. Antioxidant and

Antimicrobial activity of Zingiberaceae Plants in Taiwan. Plant Foods Hum

Nutr. 63: 15-20

Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). 2007. Performance standards

for antimicrobial susceptibility testing; seventeenth informational

supplement. M100-S17. Vol. 27 No. 1

Cowan M M. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Clin. Microbiol. Rev.

Vol 12, No. 4

de Pedro MA, Cava F. 2015. Structural constraints and dynamics of bacterial cell

wall architecture. Front Microbiol., 6: 1-10. doi:

10.3389/fmicb.2015.00449.

de Fatima A, Modo LV, Conegero LS, Pilli RA, Ferreira CV, Kohn LK, de

Carvalho JE. 2006. Lactones and their derivatives biological activities,,

mechanism of action and potential leads for drugs design. J. Med. Chem.

(13): 3371-3384

Eschenburg S, Priestman MA, Abdul-Latif FA, Delachaume C, Fassy F,

Schonbrunn E. 2005. A Novel Inhibitor That Suspends the Induced Fit

Mechanism of UDP-N-acetylglucosamine Enolpyruvyl Transferase

(MurA). J Biol Chem. 280 (14): 14070–14075. doi:

10.1074/jbc.M414412200.

Funkhouser T. 2007. Lecture: Protein-ligand docking methods. Pricenton

University

Griffin S. 2000. Aspect of antimicrobial activity of terpenoids and the relationship

to their molecular structure [Disertation]. New South Wales (AU):

University of Western Sidney

Harborne J B. 1996. Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis

tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.

Bandung (ID): Penerbit ITB

Hashemi SR, Zulkifli I, Hair Bejo M, Farida A, Somchit MN. 2008. Acute toxicity

study and phytochemical screening of selected herbal aqueous extract in

broiler chikens. Int. J. Pharmacol. 4(5): 352-360.

Kader M G, Habib M R, Nikkon F, Yeasmin T, Rashid M A, Rahman M M,

Gibbons S. 2010. Zedorone from the rhizomes of Zingiber zerumbet and its

antistaphylococcal activity. BLACPMA, 9 (1), 63-68

Kader M G, Nikkon F, Rashid M A, Yeasmin T. 2011. Antimicrobial activities of

the rhizome extract of Zingiber zerumbet Linn. Asian Pac J Trop Biomed.

1(5):409-412

23

Kim SJ, Chang J, Singh M. 2015. Peptidoglycan architecture of Gram-positive

bacteria by solid-state NMR. Biochim Biophys Acta. 1848: 350-362. doi:

10.1016/j.bbamem.2014.05.031.

Kitayama T, Yamamoto K, Utsumi R, Takatani M, Hill R K, Kawai Y, Sawada S,

Okamoto T. 2001. Chemistry of Zerumbone. 2. Regulation of ring bond

cleavage and uniqui antibacterial activities of zerumbone derivatives.

Biosci. Biotechnol. Biochem., 65 (10), 2193-2199

Krees WJ, Prince LM, Wiliam KJ. 2002. Phylogeny and a new classification of the

gingers (zingiberaceae): evidance from molecular data. Am. J. Botany 89

(11): 1682-1696.

Kress WJ, 2014. Zingiberales Research Website. Washington DC, USA:

Smithsonian Institution.

http://botany.si.edu/zingiberales/families/familypage.cfm?myfamily=Zingi

beraceae

Kumar DR, Lakshmi PS, Saravani N, Marimuthu S. 2012. In silico Molecular

Docking on Porcine pancreatic phospholipase A2 against plant extract of

phenolic inhibitor. IJRBB. 2 (3): 8-16.

Larsen K, Ibrahim H, Khaw SH, Saw LG. 1999. Pollination and seed dispersal, p.

19-20. In: K. M. Wong (Ed.). Ginger of Penninsular Malysia and Singapura.

Natural History Publication (Borneo). Kinabalu

Lawalata V N. 2012. Rekayasa proses ekstraksi kulit buah Langsat (Lansium

domesticum var. langsat) sebagai bahan antibakteri dan antioksidan.

[disertasi].Bogor (ID): Program pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Lipinski CA, Lombardo F, Segawa T, Ko D. 2001. Experimental and computational

approaches to estimate solubility and permeability in drug discovey and

development setting. Adv Drug Deliv Rev . 46: 3-26.

Kumar DR, Lakshmi PS, Saravani N, Marimuthu S. 2012. In silico Molecular

Docking on Porcine pancreatic phospholipase A2 against plant extract of

phenolic inhibitor. IJRBB. 2 (3): 8-16.

Margolin W. 2009. Sculpting the bacterial cell. Curr Biol. 19(17): 812-822. doi:

10.1016/j.cub.2009.06.033.

Meng XY, Zhang HX, Mezei M, Cui M. 2011. Molecular docking: a powerful

approach for structure-based drug discovery. Curr Comput Aided Drugs

Des. 7(2):146-157

Nag A, Bandyopadhyay M, Mukherjee A. 2013. Antioxidant activities and

cytotoxicity of Zingiber zerumbet (L.) Smith rhizome. J Pharmacogn

Phytochem. 2 (3): 102-108

Naggapan T, Ramasamy P, Wahid MEA, Segaran TC, Vairappan CS. 2011.

Biological activity of carbazole alkaloids and essential oil of Murraya

koenigii againts antibiotic resistant microbes and cancer cell lines. J.

Molecule. (16): 9651-9664

Nursal W, Sri, Wilda S. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.)

Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan

Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis 2(2): 64-66

Parhusip AJN. 2006. Kajian mekanisme antibakteri ekstrak andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC) terhadap bakteri patogen pangan

[disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascarjana Institut Pertanian Bogor.

24

Sari KIP, Periadnadi, Nasir N. 2013. Uji antimikroba ekstrak segar jahe-jahean

(Zingiberaceae) terhadap S. aureus, E. coli dan C. albicans. J. Bio. UA. 2

(1)-Maret 2013

Selmar D. 2008. Potensial of salt and drought stress to increase pharmaceutical

significant secondary coumpounds in plants. Agriculture and forestry

research. 58:139-144

Sinaga E, Suprihatin, Wiryanti I. 2011. Perbandingan daya sitotoksik ekstrak

rimpang 3 jenis tumbuhan Zingiberaceae terhadap sel kanker MCF-7.

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3. Januari 2011: 125-133

Singh CB, Nongalleima Kh, Brojendrosingh S, Ningobam S, Lokendrajit N, Singh

LW. 2012 Biological and chemical properties of Zingiber zerumbet Smith:

a review. Phytochem Rev. 11:113-125

Skarzynski T, Mistry A, Wonacott A, Hutchinson SE, Kelly VA, Duncan K. 1996.

Structure of UDP-N-acetylglucosamine enolpyruvyl transferase, an enzyme

essential for the synthesis of bacterial peptidoglycan, complexed with

substrate UDP-N-acetylglucosamine and the drug fosfomycin. Structure. 4:

1465-1474.

Sopandie D. 2014. Fisiologi Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Abiotik pada

Agroekositem Tropika. Bogor (ID): IPB Press

Staniek A, Bouwmeester, Fraser PD, Kayser O, Martens S, Tissier A, Van der Krol

S, Wessjohann L, Warzecha H. 2013. Natural-products-modifying metabolite

pathways in plants. Biotechnol. J. 8: 1159-1171

Vijesh AM, Isloor AM, Sandeep T, Arulmoli T, Fun H-K. 2013. Molecular docking

studies of some new imidazole derivatives for antimicrobial properties.

Arabian J Chem. 6(2): 197-204. doi: 10.1016/j.arabjc.2011.10.007.

Vishwanatha H N, Niraguna B P, Gowrishankar B S, Shridhar S B. 2012.

Antimicrobial activity of zerumbone from zingiber zerumbet against

staphylococcus epidermidis and Aspergillus spp. IJABPT, Vol 3, issue 4,

Oct-Dec 2012

Vollmer W, Blanot D, de Pedro MA. 2008. Peptidoglycan structure and

architecture. FEMS Microbiol Rev. 32(2): 149-167. doi: 10.1111/j.1574-

6976.2007.00094.x.

Voravuthikuncai SP, Limsuwan S, Supapol O, Subhadhirasakul S. 2006.

Antibacterial activity of extracts from family Zingiberaceae against

foodborne pathogens. J Food Safety. 26: 325-334.

Yanuar A. 2012. Penambatan Molekular: Praktek dan Aplikasi pada Virtual

Screening. Jakarta (ID): Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Yasni S. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif

Rempah. Bogor: IPB Press.

Yob N J, Jofrry S. M, Affandi M M R, Teh L K, Salleh M Z, Zakaria Z A. Zingiber

zerumbet (L.) Smith: A Review of Its Ethnomedicinal, Chemical, and

Pharmacological Uses. Doi: 10.1155/2011/543216

Yoshikawa M, Yamaguchi S, Kunimi K, Matsuda H, Okuno Y, Yamahara J,

Murakami N. 1994. Stomachic principles in Ginger III. An anti-ulcer

principle, 6-Gingesulfonic acid, and three monoacyldigalactosylglycerols,

Gingerglycolipids A, B, and C, from Zingiberis Rhizoma Originating in

Taiwan. Chem Pharm Bull. 42 (6) 1226-1230

25

LAMPIRAN

26

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Ekstraksi

Etanol Air n-Heksan

Uji fitokimia

Ekstrak dengan daya

hambat terbesar

Simplisia

Rimpang Segar Z. zerumbet

Analisis komponen

menggunakan LCMS

- Fenolik

- Alkaloid

- Terpenoid

- Flavanoid

- Saponin

- Tanin

Simulasi docking

senyawa-senyawa aktif

terhadap enzim MurA

Uji antibakteri:

1. E. coli

2. S. aureus

3. P. aeruginosa

4. B. subtilis

Uji antibakteri:

1. E. coli

2. S. aureus

3. P. aeruginosa

4. B. subtilis

Uji antibakteri:

1. E. coli

2. S. aureus

3. P. aeruginosa

4. B. subtilis

Etil asetat

Uji antibakteri:

1. E. coli

2. S. aureus

3. P. aeruginosa

4. B. subtilis

27

Lampiran 2 Hasil identifikasi tanaman

28

Lampiran 3 Ekstrak kasar n-heksan, etil asetat, etanol, dan aquades tanaman Z.

zerumbet

Lampiran 4 Profil dan kromatogram hasil analisis LCMS ekstrak etanol Z.

zerumbet

a

29

c

b

d

30

Lampiran 5 Hasil analisis kromatogram LCMS m/z 219.12 menggunakan

database HMDB

Lampiran 6 Hasil analisis kromatogram LCMS m/z 219.12 menggunakan

database HMDB

31

Lampiran 7 Energi afinitas hasil penambatan ligan alami terhadap MurA

Mode Affinity

(kcal/mol)

Dist from best mode

rmsd l.b rmsd u.b

1 -10.3 0.000 0.000

2 -10.2 2.196 4.345

3 -10.1 1.570 3.294

4 -10.1 1.849 3.407

5 -10.1 2.399 4.199

6 -10.1 2.016 3.240

7 -10.0 2.252 4.826

8 -9.9 2.102 8.605

9 -49.8 2.570 8.970

Lampiran 8 Energi afinitas hasil penambatan ligan obat fosfomisin terhadap

MurA

Mode Affinity

(kcal/mol)

Dist from best mode

rmsd l.b rmsd u.b

1 -4.8 0.000 0.000

2 -4.7 2.372 3.305

3 -4.7 1.414 1.580

4 -4.7 2.862 3.825

5 -4.7 2.354 3.137

6 -4.7 7.418 8.364

7 -4.7 1.431 2.129

8 -4.7 5.818 7.184

9 -4.7 2.881 3.746

32

Lampiran 9 Energi afinitas hasil penambatan ligan uji zerumbon terhadap MurA

Mode Affinity

(kcal/mol)

Dist from best mode

rmsd l.b rmsd u.b

1 -8.5 0.000 0.000

2 -8.3 2.575 4.719

3 -8.3 0.986 4.314

4 -8.3 2.612 5.679

5 -8.1 2.121 5.014

6 -8.1 1.951 4.717

7 -8.1 3.238 5.627

8 -8.1 2.689 6.249

9 -8.0 2.779 4.850

Lampiran 10 Energi afinitas hasil penambatan ligan uji gingerglikolipid B

terhadap MurA

Mode Affinity

(kcal/mol)

Dist from best mode

rmsd l.b rmsd u.b

1 -9.1 0.000 0.000

2 -8.7 10.281 15.681

3 -8.4 1.693 2.179

4 -8.0 8.083 15.319

5 -7.8 6.945 12.372

6 -7.8 29.337 35.464

7 -7.7 29.674 33.477

8 -7.7 17.929 21.781

9 -7.7 19.396 26.787

Lampiran 11 Visualisasi 3D kompleks substrat, fosfomisin, dan zerumbon

terhadap enzim MurA

33

Lampiran 12 Visualisasi 3D kompleks substrat, fosfomisin, dan gingerglikolipid

B terhadap enzim MurA

Lampiran 13 Visualisasi 2D interaksi antara substrat, fosfomisin, zerumbon, dan

gingerglikolipid B dengan residu enzim MurA

34

Lampiran 14 Visualisasi 2D kesamaan interaksi antara fosfomisin dan zerumbon

dengan residu substrat enzim MurA

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Soba-Amarasi, 2 Oktober 1988 dari ayah David Jibrael

Kapitan dan Ibu Martha Kadrida Kapitan-Ottemusu. Penulis merupakan putra

keempat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas

di SMAN 2 Kupang tahun 2006. Penulis meneruskan pendidikan di Jurusan Kimia,

Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana tahun 2007 dan penulis

mendapatkan gelar sarjana (S1) pada tahun 2012. Tahun 2013 penulis melanjutkan

studinya di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa BPPDN (Beasiswa Pendidikan

Pascasarjana Dalam Negeri) DIKTI 2013.

Selama mengikuti perkuliahan penulis sering mengikuti pelatihan dan

seminar yang diadakan baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Selan itu,

penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan Undana sebagai

Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (2008/2009, 2009/2010), Pengurus Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas (2010/2011, 2011/2012), organisasi ekstra kampus

pada Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Kupang (2008/2011).

Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah praktikum Kimia Dasar

(2011/2013), Kimia Analitik I dan II (2010/2013) untuk mahasiswa Kimia, dan

Biokimia untuk mahasiswa Politeknik Kesehatan Kupang (2010/2013) dan

Fakultas Kedokteran Hewan Undana (2011/2013) di Laboratorium Kimia Undana.

Penulis juga aktif sebagai tenaga lapangan dalam pemantauan kualitas air dan udara

pada Laboratorium Kimia Undana. Selama mengikuti perkuliahan di Pascasarjana

IPB, penulis pernah mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Forum Mahasiswa

Pascasarjana (Forum WACANA) IPB.

Penulis menulis artikel penelitian yang berjudul Uji fitokimia dan

identifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder ekstrak etil asetat, etanol, dan air

tanaman Zingiber zerumbet asal Pulau Timor yang dipublikasikan di jurnal Current

Biochemistry. Selain itu penulis juga mempublikasikan tulisan yang berjudul

Inhibition docking simulation of Zerumbone, Gingerglycolipid B, and Curzerenone

compound of Zingiber zerumbet from Timor island against MurA enzyme di

Journal of Applied Chemical Science pada Volume 3 No. 1: 9-19.