akses menuju keadilan (access to justice)

40
  PELATIHAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK JEJARING KOMISI YUDISIAL RI Bandung, 30 Juni - 3 Juli 2010 M K L H AKSES MENUJU KEADILAN (Access to Justice) Oleh: Dr. J. Djohansjah, S.H., M.H. KOMISI YUDISI AL REPUBLIK INDONESIA

Upload: risdha-nurasiva

Post on 14-Jul-2015

357 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 1/40

 

 

PELATIHAN HAK ASASI MANUSIA

UNTUK JEJARING KOMISI YUDISIAL RI

Bandung, 30 Juni - 3 Juli 2010 

MAKALAH

AKSES MENUJU KEADILAN(Access to Justice)

Oleh:Dr. J. Djohansjah, S.H., M.H.

KOMISI YUDISIAL

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 2/40

 

DAFTAR ISI

Judul

Pengantar ……………………………………………..……………………………………………… 1 Akses Menuju Keadilan …………………………………………………………………………. 4

A.  Bantuan Hukum …………………………………….…………………………………………. 9

1.  Akses Menuju Keadilan Dalam Sistem Hukum Acara Pidana ..... 10

2.  Akses Menuju Keadilan Dalam Sistem Hukum Acara Perdata .… 22

B.  Informasi Hukum ……………………………………………………………………………. 28

Penutup Dan Saran ……………………………………………………………………………… 34

Daftar Pustaka ......................................................................... 36

Page 3: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 3/40

 

MAKALAH

 AKSES MENUJU KEADILAN (Access to    Justice) 

Oleh:

Dr. J. Djohansjah, S.H., M.H.

Disampaikan Pada Pelatihan HAM Bagi Jejaring Komisi Yudisial

Bandung, 3 Juli 2010

Page 4: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 4/40

 

PENGANTAR 

Topik makalah yang diberikan kepada Penulis, adalah:” Akses

Menuju Keadilan”  atau yang lebih umum dikenal dengan istilah

” Access to Jus t ice”  . Pengertian Akses Menuju Keadilan adalah

 “K es em p a ta n a ta u k e m a mp u a n s et i a p w a r g a n e ga r a t a n p a  

membedakan la ta r be lakangnya ( r as , agama, ke tu runan ,

p e n d id i k a n , a ta u t e mp a t l a h i r n y a ) u n tu k me mp e r o l e h k e a d i l a n  

me la lu i l embaga pe rad i lan .” Termasuk juga akses bagi masyarakat

khususnya bagi kelompok miskin, buta hukum, dan tidak berpendidikan

terhadap mekanisme yang adil dan akuntabel (bertanggungjawab)

untuk memperoleh keadilan dalam sistem hukum positif melalui

lembaga peradilan.

Latar belakang faktual yang mendasari lahirnya pemikiran-

pemikiran mengenai “Akses Menuju Keadilan” adalah kenyataan bahwatidak semua golongan dalam masyarakat memperoleh kesempatan

yang sama untuk memperoleh keadilan pada saat menghadapi masalah

hukum di pengadilan. Seperti yang dikatakan oleh Warren Burger,

seorang hakim Pengadilan di Amerika Serikat pernah mengatakan

bahwa: “Sistem Pengadilan telah dipenuhi dengan pengacara yang

buas, hakim yang ganas dan pegawai dengan beban kesibukan yang

tinggi sehingga tidak dapat menyediakan prosedur yang adil”.

Padahal, pendekatan historis dan filsafat selalu menginginkan

hukum berkaitan dengan keadilan. Dalam kata lain, pengadilan sebagai

pelaksana hukum adalah suatu lembaga yang akan memberikan

keadilan bagi mereka yang mencari keadilan, tidak peduli siapapun dan

bagaimanapun latar belakangnya. Namun, dalam kenyataannya, hukum

sejak semula selalu mengandung potensi untuk cenderung memberikan

1

Page 5: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 5/40

 

keuntungan kepada mereka dari golongan yang lebih mampu secara

finansial.

1

 

Jurang pemisah antara tujuan ideal hukum, yaitu keadilan dengan

kenyataan hidup sehari-hari digambarkan oleh George Bernard Shaw 2 

sebagai berikut:

 “The law is equal before all of us, but we are not all equalbefore the law. Virtually there is one law for the rich andanother for the poor, one law for the cunning and anotherfor the simple, one law for the forceful and another for thefeeble, one law for the ignorant and another for the learned,one law for the brave and another for the timid, and withinfamily limits one law for the parent and no law at all for thechild.” 

Celah antara cita-cita keadilan dan praktik pelaksanaannya dalam

kehidupan sehari-hari telah melahirkan suatu pandangan John Rawls

mengenai keadilan. Rawls memandang keadilan seperti dua sisi mata

uang yang tidak dapat terpisahkan. Keadilan mengandung prinsip

persamaan (equality); di sisi lain, keadilan juga mengandung prinsip

perbedaan (difference). Prinsip persamaan termaktub dalam kalimat

  “setiap warga negara bersamaan haknya di hadapan hukum”. Di sisi

lain, prinsip perbedaan memberikan kewajiban kepada pemerintah

untuk memberikan perlindungan dan perlakuan khusus kepada warga

negara yang secara ekonomi dan sosial berada dalam posisi kurang

beruntung atau lemah.

1 Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Penerbit Buku Kompas,Jakarta, 2003, hlm. 177.

2 George Bernard Shaw adalah penulis drama Inggris. Kalimat tersebut dikutip darinaskah drama berjudul “Millionairess”. Lihat Laurence, Dan H. (ed), The Bodley Bernard

Shaw: Collected Plays with their Prefaces, vol. 6, 1973. Lihat juga Kurniawan, “RuntuhnyaTafsir Hukum Monolitik, Sketsa Wacana Hukum di Tengah Masyarakat yang Berubah”, JurnalHukum JENTERA, Edisi 01/Agustus 2002, hlm. 71.

2

Page 6: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 6/40

 

Apa yang dikemukakan oleh John Rawls sesungguhnya bukan hal

baru bagi kita di Indonesia, prinsip persamaan ini dapat dilihat jugadalam sila ke-5 Pancasila3, alinea IV Pembukaan UUD 19454, dan Pasal

27 UUD 1945.5 Dengan kata lain, negara Republik Indonesia

memberikan perlindungan hukum yang sama bagi seluruh warga

negara Indonesia tanpa memandang dasar agama, ras/suku,

keturunan, atau tempat lahirnya, dan latar belakang ekonomis,

pendidikan, dll.6 

Dengan demikian, topik mengenai   “Akses Menuju Keadilan” 

dilandasi oleh semangat untuk melindungi hak-hak warga negara yang

secara ekonomis kurang beruntung, bukan hanya pada saat

menghadapi masalah di peradilan, tetapi juga meliputi haknya untuk

memperoleh informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan

lembaga pengadilan.

Khusus mengenai pembicaraan tentang Akses Menuju Keadilan

sebagai “hak untuk memperoleh informasi”, maka pembahasan materi

tersebut berkaitan erat dengan topik mengenai ”Transparansi” yang

merupakan istilah yang sudah lebih dulu dikenal. Sebagai contoh, dalam

Cetak Biru Pembaruan Mahkamah Agung yang dikeluarkan oleh

Mahkamah Agung tahun 2003, hlm. 205, menyebutkan bahwa ” salah

satu bentuk dari transparansi bahwa publik diberikan keleluasaan untuk

mengakses informasi. Jaminan untuk mengakses informasi ini akan

3 Sila Kelima Pancasila berbunyi: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.4 Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 berisi 5 dasar negara yang kemudian dikenal dengan

nama ”Pancasila”.5 Pasal 27 UUD 1945 : ”Segala warganegara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya; (2) Tiap-tiap

warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; (3) Setiapwarganegara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” 

6 Ali, H. Zainuddin, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 101-102.

3

Page 7: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 7/40

 

memudahkan masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap

Mahkamah Agung...” 

7

Memang antara ” Akses Menuju Keadilan” dan ” Transparansi” 

memiliki keterkaitan yang sangat erat. Keduanya disebut-sebut dalam

pembahasan mengenai Reformasi Peradilan. Keduanya juga saling

berkaitan dengan istilah lain yang juga biasa kita dengar, yaitu

” akuntabilitas peradilan” atau judicial accountability.

Pembicaraan mengenai Akses Menuju Keadilan dan Transparansi

menjadi topik bahasan yang menarik sehubungan dengan makin

meningkatnya tekanan masyarakat terhadap jajaran pengadilan

Indonesia untuk melakukan reformasi yang disesuaikan dengan

reformasi demokrasi di bidang ketatanegaraan. Namun dalam makalah

ini kami tidak membahas mengenai Transparansi, oleh karena topik

mengenai Transparansi telah dibahas oleh pemateri sebelumnya.

Namun berbeda dengan pengertian “transparansi” yang

menitikberatkan pada “akuntabilitas” atau “kontrol” masyarakat kepada

badan peradilan, pengertian “akses menuju keadilan” meletakkan titik

berat kepada pelayanan sistem peradilan kepada masyarakat,

khususnya golongan masyarakat yang tidak mampu secara finansial.

AKSES MENUJU KEADILAN

Pembicaraan mengenai Akses Menuju Keadilan dalam makalah ini

berpedoman kepada terms of reference yang diberikan oleh Panitia

Penyelenggara seminar ini. Permasalahan dalam pembicaraan “Akses

7 Cetak Biru Pembaruan Mahkamah Agung, Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2003,hlm. 205.

4

Page 8: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 8/40

 

Menuju Keadilan” adalah hak setiap orang untuk mendapatkan akses

memperoleh keadilan melalui lembaga peradilan yang merupakan HakAsasi Manusia.

Mengenai Akses Menuju Keadilan Joshua Rozenberg berpendapat:

  “Few of us give it a second thought. We assume justice willsomehow be available, on tab, whenever we need it, but when thetime comes to enforce our rights many of us will find it verydifficult – if not downright impossible – to obtain true justice fromthe courts”.8 

Sebagai negara hukum (rechtsstaat) sebagaimana bunyi pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan “Negara

Indonesia adalah negara hukum”; maka negara harus menjamin

persamaan setiap orang di hadapan hukum serta melindungi hak asasi

manusia. Persamaan di hadapan hukum memiliki arti bahwa semua

orang memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum

(equality before the law). Persamaan perlakuan di hadapan hukum bagisetiap orang berlaku dengan tidak membeda-bedakan latar

belakangnya (ras, agama, keturunan, pendidikan atau tempat lahirnya),

untuk memperoleh keadilan melalui lembaga peradilan.

Pasal 8 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

telah dilengkapi dan disempurnakan dengan UU No. 4 Tahun 2003,

secara eksplisit menyatakan bahwa setiap orang, yang disangka,

ditangkap, ditahan, dituntut dan/atau dihadapkan di depan pengadilan,

wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan,

yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum

yang tetap. Secara implisit makna persamaan kedudukan di hadapan

8 Joshua Rozenberg, The Search For Justice An Anotamy od the Law, Hodder andStoughton Ltd, 194, hlm. 171. Yang terjemahannya kurang lebih adalah “Beberapa dari kitamemberikan suatu permikiran bahwa keadilan telah ada dan tersedia apabila kitamembutuhkannya, akan tetapi apabila tiba waktunya untuk melaksanakan hak-hak kita, kita

akan mendapatkan kesulitan-kesulitan atau tidak mendapatkannya sama sekali, untukmemperoleh keadilan yang benar dari lembaga peradilan”.

5

Page 9: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 9/40

 

hukum dapat ditemukan juga dalam Pasal 37 dan Pasal 38 UU No. 4

Tahun 2004 jo. UU No. 4 Tahun 2003 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Di dalam UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP, baik persamaan

kedudukan di hadapan hukum maupun asas praduga tak bersalah tidak

secara tegas dicantumkan dalam salah satu pasal, namun hal itu

tersirat baik dalam Konsideran dan Penjelasan Umum KUHAP,

khususnya dalam angka 3 antara lain ditegaskan:   “…asas yang

mengatur perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat

manusia yang telah diletakkan di dalam Undang-undang tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yaitu UU No. 14

Tahun 1970 harus ditegakkan dalam dan dengan undang-undang ini.”  

Asas-asas yang dimaksud tersebut, antara lain, adalah:

a.  Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di hadapan hukum

dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.

b.  Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, didakwa di

pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan

pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh

kekuatan hukum tetap (presumption of innocence).

c.  Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan

memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk

melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.

Dalam hubungan ini Solly Lubis9 menjelaskan bahwa:

Yang dimaksud dengan “kedudukan yang sama dalamhukum” dalam Pasal 27 ayat (1) itu adalah meliputi baikbidang hukum privat maupun hukum publik, sehinggakarenanya setiap warga negara mempunyai hak untukmendapatkan perlindungan dengan mempergunakan keduakelompok hukum tersebut dan jika ditilik selanjutnya, makatampak bahwa “hukum” yang dimaksud sebagai alat, sudah

9 Solly Lubis, Pembahasan UUD 1945, Alumni, Bandung, 1975, hlm. 112.

6

Page 10: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 10/40

 

mencakup segi-segi keperdataan dan kepidanaan, sertacabang-cabang hukum publik lainnya, seperti Hukum Tata

Negara, Hukum Tata Pemerintahan, Hukum AcaraPidana/Perdata dan sebagainya, di dalam Pasal 27 ayat (1)UUD 1945 tersebut telah tercakup semua hak-hak hukumseperti disebutkan di dalam UUD.

Bentuk persamaan perlakuan di hadapan hukum adalah bahwa

semua orang berhak untuk memperoleh pembelaan dari advokat sesuai

dengan ketentuan undang-undang, sehingga tidak hanya orang yang

mampu saja yang dapat memperoleh pembelaan dari

advokat/penasihat hukum tetapi juga fakir miskin atau orang yang tidak

mampu juga dapat hak yang sama dalam rangka memperoleh keadilan

(access to justice).

Pada abad ini Askes Menuju Keadilan dapat digambarkan sebagai

berikut:

  “Justice, as so administered, has to be available to all, on anequal footing. This is the ideal, but one which has never beenattained, due largely to inequalities of wealth and power and aneconomic system which maintains and tends to increase theinequalities”.10

Ada banyak kasus di Indonesia di mana orang dengan mudah bisa

menyebutkan bagaimana orang-orang yang sederhana dan tidak punya

uang mengalami perlakuan hukum yang tidak adil. Kasus “Sengkon-

Karta” pada akhir 1970-an mungkin merupakan kasus yang paling

terkenal di Indonesia. Kemudian perkara yang terbaru, perkara

terdakwa Prita yang sempat ditahan di Rutan atas laporan penghinaan

terhadap RS. Omni Internasional. Pada kasus-kasus tersebut, pihak

terdakwa atau terhukum adalah orang-orang lemah secara ekonomis,

10  Justice In The Twenty-First Century; Cavendish Publishing (Australia) Pty Limited,2000. Yang terjemahannya kurang lebih adalah: “Keadilan, sebagaimana dijalankan, harus

tersedia untuk semua, sederajat kedudukannya. Inilah sesuatu yang ideal, tetapi hal ini tidakpernah dicapai, karena terdapat ketidaksamaan kemakmuran dan kekuasaan serta sistemekonomi yang mempertahankan dan cenderung meningkatkan ketidaksamaan.” 

7

Page 11: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 11/40

 

sehingga mereka tidak mampu menemukan keadilan yang sepantasnya

bagi perkara mereka; atau di mana si terlapor atau terdakwa yangkalah ketika berhadapan dengan laporan pihak lain yang memiliki

kekuatan ekonomi besar dan dapat mempengaruhi lembaga peradilan.

Untuk memudahkan pembahasan pada makalah ini, maka penulis

akan membahas Akses Menuju Keadilan dari 2 (dua) sisi, yaitu

bagaimana Akses Menuju Keadilan berdasarkan:

(1) sistem hukum acara pidana; dan

(2) berdasarkan sistem hukum acara perdata.

Pembahasan keduanya perlu dibedakan, karena juga menganut tata

cara dan sistem yang berbeda, sekalipun tetap juga memiliki titik-titik

persamaan.

Selain itu, pembicaraan mengenai Akses Menuju Keadilan juga

menyangkut kemudahan bagi masyarakat luas untuk memperoleh

informasi mengenai hal-hal yang terjadi di pengadilan. Hal ini didasari

pada suatu pendapat bahwa pengadilan selain sebagai lembaga

yudikatif, juga merupakan lembaga yang memberikan pelayanan publik

kepada semua orang atau kepada masyarakat luas. Oleh karena itu,

pelayanan yang diberikan juga harus mudah dipahami dan mudah

didapatkan seperti selayaknya lembaga-lembaga pelayanan publik

lainnya.

Hal ini berarti bahwa Akses Menuju Keadilan bisa dipandang

melalui 2 (dua) sudut pandang yang saling melengkapi. Secara privat,

berarti “Bantuan Hukum” dan secara publik berarti “Informasi Hukum”.

8

Page 12: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 12/40

 

A. BANTUAN HUKUM

Mengenai Bantuan Hukum, Joshua Rozenberg mengatakan:

  “For many people the legal aid scheme will be no more than acruel deception – apparently available to help them a problemarises, but in practice priced out of their reach” 11

Pada dasarnya, usaha-usaha terhadap Akses Menuju Keadilan

telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1970, di mana dalam

TAP MPR No. IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN)12, mengenai pembangunan di bidang hukum, telah ditetapkan

arah pembangunan bidang kepada:

1)  Peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional

dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum

di bidang-bidang tertentu;

2)  penertiban badan-badan penegak hukum sesuai dengan fungsi dan

wewenang masing-masing;

3)  peningkatan kemampuan dan kewibawaan aparat penegak hukum;

4)  pembinaan penyelenggaraan bantuan hukum untuk golongan

masyarakat yang kurang mampu.

Melalui GBHN tahun 1978, maka Indonesia mulai secara aktif 

membicarakan Akses Menuju Keadilan yang digambarkan sebagai

Bantuan Hukum bagi mereka yang tidak mampu. Pelaksanaan atas

GBHN tersebut diwujudkan dengan lahirnya UU No. 8 Tahun 1981

Tentang Hukum Acara Pidana, yang menggantikan hukum acara

peninggalan masa kolonial sebagaimana diatur dalam HIR/RIB dan RBG.

11  Ibid, Joshua Rozenberg, hal. 171. Yang terjemahannya kurang lebih adalah “Untuk

banyak orang, bantuan hukum tidak lebih dari tipuan kejam - seharusnya ditujukan untukmembantu mereka yang menghadapi masalah hukum, tetapi dalam prakteknya menuntut biaya

diluar kemampuannya”.12 Ketetapan MPR ini merupakan salah satu pertimbangan dalam UU No. 8 Tahun 1981

tentang KUHAP.

9

Page 13: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 13/40

 

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Akses Menuju Keadilan

dalam sistem hukum acara pidana diwujudkan dalam bentuk “BantuanHukum”. Oleh karena itu, apabila orang membicarakan tentang

 “Bantuan Hukum”, maka pembicaraan adalah mengenai sistem hukum

acara pidana itu sendiri.

Pengertian ini sedikit berbeda jika kita berbicara dalam konteks

sistem hukum acara perdata. Bantuan Hukum tidak mengenai sistem

hukum acara perdata, karena di dalam hukum acara perdata, tidak ada

kewajiban khusus bagi pemohon atau penggugat untuk menggunakan

Penasihat Hukum. Setiap orang dapat mengajukan sendiri

permasalahan hukumnya langsung kepada pengadilan.

Masuknya ketentuan mengenai “Bantuan Hukum” dalam Hukum

Acara Pidana ini dipandang sebagai suatu tonggak penting dalam

perlindungan HAM di Indonesia, selain itu mengingat masalah Bantuan

Hukum ini merupakan hal yang esensi dalam setiap sistem hukum di

negara-negara modern.

Oleh karena itu, kami akan menguraikan mengenai bagaimana

sistem hukum acara pidana Indonesia dalam UU No. 8 Tahun 1981

mengatur tentang “Bantuan Hukum” tersebut.

1)   Akses Menuju Keadilan Dalam Sistem Hukum Acara P idana

Bantuan hukum merupakan pelaksanaan Pasal 1 ayat (1) KUHP13 

yang lazim disebut sebagai asas legalitas. Asas legalitas sendiri adalah

asas umum Hukum Pidana yang berlaku universal. Meskipun tidak

secara nyata menyebut tentang bantuan hukum, namun pasal 1 KUHP

13 Pasal 1 Ayat (1) KUHP berbunyi: “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecualiberdasarkan kekuatan ketentuan-ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.” 

10

Page 14: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 14/40

 

ini mempunyai substansi dan tujuan yang sama, yaitu sebagai

perlindungan hukum atas hak kebebasan dan jiwa raga seorangtersangka atau terdakwa. Sehingga adalah layak juga apabila bantuan

hukum dipandang sebagai wujud nyata atas asas legalitas.14

Bantuan hukum adalah instrumen penting dalam Sistem Peradilan

Pidana karena merupakan bagian dari perlindungan HAM, khususnya

terhadap hak atas kebebasan dan hak atas jiwa-raga. Namun

pertanyaan paling mendasar adalah apakah bantuan hukum itu

bersifat wajib ataukah baru diwajibkan setelah beberapa syarat

tertentu dipenuhi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana, seseorang yang dituntut untuk kejahatan-

kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara minimal 5 tahun

harus dibantu oleh Penasihat hukum, atau bantuan hukum lain dari

Lembaga Bantuan Hukum yang dibentuk oleh Lembaga Swadaya

Masyarakat.15

Hak untuk dibela advokat dan perolehan bantuan hukum bagi

fakir miskin sudah ada sejak dahulu sebagaimana diatur dalam

Reglement op de rechtsvordering (Rv) bagi golongan Eropa (Europeans)

dan HIR bagi golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen). Namun

tidak ada jaminan serupa bagi masyarakat golongan pribumi.

Apabila melihat Pasal 54 KUHAP maka pada prinsipnya hak atas

bantuan hukum tersebut diakui, tetapi tidak termasuk ke dalam hak

yang bersifat “wajib”. Ada kondisi atau syarat tertentu yang harus

dipenuhi sebelum hak atas bantuan hukum tersebut menjadi

14 Merupakan pendapat O.C. Kaligis dalam Disertasinya berjudul: “Perlindungan HukumAtas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa Dan Terpidana Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia

15 Access to Justice in Indonesia, Special Note on Indonesia’s Transitional Era andCorruption by Maruarar Siahaan, Access to Justice in Asian and European Transitional Countries,Bogor, 27-28 June.

11

Page 15: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 15/40

 

 “wajib”. Pasal 56 Ayat (1) dan (2) KUHAP menyatakan bahwa syarat

khusus tersebut menyangkut:(a) kemampuan (finansial); dan

(b) ancaman hukuman bagi tindak pidana yang disangkakan.

Apabila ketentuan wajib tersebut diabaikan, akan menimbulkan

akibat tuntutan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima atau

mengakibatkan Penyidikan menjadi tidak sah. Pendirian pengadilan

seperti itu dapat dilihat dalam salah satu putusan Mahkamah Agung No.

1565 K/Pid/1991 tertanggal 16 September 1993. Dalam kasus ini,

proses pemeriksaan Penyidikan melanggar pasal 56 ayat (1) KUHAP,

yakni Penyidikan berlanjut terhadap Tersangka tanpa didampingi oleh

penasihat hukum. Pelanggaran ini dijadikan alasan kasasi, dan

dibenarkan oleh peradilan tingkat kasasi, dengan pertimbangan:

  “Apabila syarat-syarat penyidikan tidak dipenuhi sepertihalnya Penyidik tidak menunjuk penasihat hukum bagi

Tersangka sejak awal Penyidikan, tuntutan Penuntut Umumdinyatakan tidak dapat diterima.” 

Kondisi dan syarat-syarat seperti itu menimbulkan ketidakpastian,

khususnya mengenai bagaimana penyidik bisa menilai apakah seorang

tersangka mampu secara finansial atau tidak untuk membayar jasa

Penasihat Hukum. Tampaknya, syarat ini diadakan karena pada awal

terbentuknya, KUHAP mencoba untuk mencari kompromi antara duakeadaan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia pada waktu itu, yaitu

kondisi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, di mana penegakan

hukum tetap harus berjalan sekalipun tidak ada tenaga penasihat

hukum.

12

Page 16: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 16/40

 

Contoh lain, dalam kasus “Bom Kuningan” dengan Terdakwa Joko

Triharmanto dan Purnama Putra.

16

Pada saat dakwaan dibacakan,kedua Terdakwa tersebut tidak didampingi oleh Penasihat Hukum,

padahal ancaman hukuman maksimal yang didakwakan kepada mereka

adalah hukuman mati sesuai Pasal 9 dan 13 huruf b Perpu No. 1/2002

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Juncto UU No. 15

tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1/2002 menjadi UU.

Rencananya kedua terdakwa tersebut didampingi oleh Penasihat Hukum

dari Mabes Polri, namun tanpa ada keterangan yang jelas Penasihat

Hukum tersebut tidak hadir di persidangan. Terhadap tidak adanya

Penasihat Hukum para Terdakwa, maka Majelis Hakim meminta Jaksa

Penuntut Umum untuk memastikan kedua terdakwa harus didampingi

oleh Penasihat Hukum pada persidangan selanjutnya, mengingat

ancaman pidana yang didakwakan adalah pidana mati.

Pada masa sekarang mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma diatur dalam pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Advokat No. 18

Tahun 2003 tentang Advokat yang berbunyi: “Advokat wajib

memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari

keadilan yang tidak mampu” ; dan juga diatur dalam Peraturan

pemerintah No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma; sebagai peraturan

pelaksana dari pasal 22 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tentang

Advokat.

Dalam pasal 1 angka (6) PP No. 83 Tahun 2008, disebutkan

bahwa “Lembaga Bantuan Hukum adalah lembaga yang memberikan

16 Lihat Harian KORAN TEMPO, tanggal 3 Januari 2006, “Lima Tersangka Bom KuninganDiadili”, hlm. 6. Lihat ”Diduga Membantu Noordin M. Top, Lima Terdakwa Teroris Mulai Diadili” ,<http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=1416&cl>, dikutip pada tanggal 23 Juni 2003.

Lihat juga ” Terdakwa Pengebom Kedubes Australia Di Sidang”,<http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/03/nas17.html>, dikutip pada tanggal 23 Juni2003.

13

Page 17: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 17/40

 

bantuan hukum kepada Pencari Keadilan tanpa menerima pembayaran

honorarium”. Namun konsep bantuan hukum sebagaimana dimaksuddalam pasal 1 angka (6) PP No. 83 Tahun 2008 tersebut tidak sesuai

dengan apa yang terjadi pada kenyataannya. Pada kenyataan banyak

terdapat kantor-kantor advokat yang mengaku sebagai organisasi

bantuan hukum tapi sebenarnya berpraktik komersial dan memungut

fee, yang menyimpang dari konsep pro bono public yang sebenarnya

merupakan kewajiban advokat.17 Hal ini terjadi karena tidak ada

peraturan perundang-undangan yang secara tegas memberikan sanksi

bagi advokat yang menolak memberikan bantuan hukum secara cuma-

cuma kepada orang yang tidak mampu membayar. Peraturan yang ada

hanya memberikan sanksi oleh Organisasi Advokat kepada advokat

yang melanggar ketentuan tersebut berupa sanksi teguran lisan,

teguran tertulis, pemberhentian sementara, dan pemberhentian tetap

dari profesinya, sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat (1) dan (2) PP

No. 83 Tahun 2008. Oleh karena itu diperlukan undang-undang bantuan

hukum yang mengatur dan memberikan sanksi yang tegas serta

mengikat kepada advokat yang menolak memberikan bantuan hukum

secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu dan mempertegas

hak konstitusional fakir miskin untuk memperoleh bantuan hukum.

Namun yang jadi permasalahan adalah bahwa peraturan

perundang-undangan mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma

hanya mengatur untuk golongan yang tidak mampu dan fakir miskin,

sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka (4) PP No. 83 Tahun 2008

yang berbunyi:  “Pencari Keadilan yang tidak mampu yang selanjutnya

disebut Pencari Keadilan adalah orang perseorangan atau sekelompok

orang yang secara ekonomis tidak mampu memerlukan jasa hukum

17 Frans Hendra Winarta, Probono Publico, Hak Konstitusional Fakir Miskin untukMemperoleh Bantuan Hukum, hal. 12, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2009

14

Page 18: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 18/40

 

Advokat untuk menangani dan menyelesaikan masalah hukum”  dan

pasal 4 ayat (3) PP No. 83 Tahun 2008 yang berbunyi: “Dalampermohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pencari Keadilan

harus melampirkan keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat

yang berwenang”; sehingga bagaimanakah untuk golongan menengah

yang tidak dapat digolongankan fakir miskin dan juga tidak dapat

dikatakan mampu (kaya) untuk membayar jasa pengaca/advokat,

namun ditolak untuk mendapatkan surat keterangan tidak mampu oleh

pejabat yang berwenang dengan alasan termasuk golongan yang

mampu untuk membayar jasa pengacara/advokat ?

Mengenai bantuan hukum Jerold Auerbach berpendapat bahwa:

  “Throughout the 20th century, as judges and lawyers havemonotonously conceded, legal institutions have defaulted ontheir obligation to provide justice for all. This is surelybecause the ideal of equal justice is incompatible with thesocial realities of unequal wealth, power, and opportunity,

which no amount of legal formalism can disguise”.18

 Dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma, aspek

terpenting dalam bantuan hukum adalah segi pendanaan. Kondisi

financial sangat penting dalam menentukan pengembangan program

bantuan hukum. Segi pendanaan untuk bantuan hukum bagi orang

yang tidak mampu seharusnya merupakan tanggung jawab negara. Jikanegara mengabaikan tugas konstitusionalnya untuk membiayai gerakan

bantuan hukum dan tidak mengalokasikan anggaran tertentu dalam

18  Justice In The Twenty-First Century; Cavendish Publishing (Australia) Pty Limited,2000. Hal. 82. terjemahannya kurang lebih adalah: ”Sepanjang abad 20, para hakim dan parapengacara terus-menerus mengakui bahwa lembaga-lembaga hukum sudah gagal memenuhikewajiban mereka untuk menyediakan keadilan untuk semua. Hal ini terjadi karena ide dari

keadilan yang sama ternyata tidak sejalan dengan kenyataan-kenyataan sosial darikemakmuran yang tidak merata, kekuasaan dan kesempatan, di mana tidak ada lagi formalismehukum yang dapat disembunyikan.” 

15

Page 19: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 19/40

 

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), itu artinya negara

tidak memenuhi kewajibannya untuk melindungi fakir miskin.

Namun dalam kenyataannya negara tidak menyediakan dana

yang signifikan untuk membiayai bantuan hukum bagi orang fakir

miskin dan tidak mampu. Contohnya adalah dukungan financial bagi

YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) yang merupakan

lembaga bantuan hukum diperoleh dari sumbangan-sumbangan luar

negeri, seperti dari Amerika Serikat, Belanda, Swedia, Belgia, Australia,

dan Kanada.19 

Di India, bantuan hukum diakui sebagai hak konstitusional yang

dinyatakan dalam Konstitusi India pasal 21 dan 22, intinya adalah

negara di berikan tanggung jawab untuk menyediakan bantuan hukum

bagi fakir miskin. Di Filipina, negara membantu pendanaan bagi

bantuan hukum untuk orang miskin melalui kejaksaan agung,

sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) mengakui haksipil, politik, ekonomi, budaya dan sosial fakir miskin tetapi belum

menyediakan dana signifikan dalam Anggaran Pendapatan dan

Pembelanjaan Negara (APBN) bagi bantuan hukum.20 Negara

seharusnya menyediakan dana yang diambil dari APBN bagi

terselenggaranya bantuan hukum.

Sedangkan dalam perkara pidana, Pasal 56 ayat (1) KUHAP

menjamin bahwa untuk perkara-perkara pidana dengan ancaman

hukuman mati atau hukuman lebih dari 15 tahun atau ancaman

hukuman lebih dari 5 tahun bagi mereka yang tidak mampu, negara

melalui pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan

dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum. Pada masa

lalu, setiap pengadilan dapat menunjuk Penasihat Hukum yang tersedia

19 Ibid, Frans Hendra Winarta, hal. 1520 Frans Hendra Winarta, “Suara Rakyat Hukum Tertinggi”, PT Kompas Media Nusantara,

2009

16

Page 20: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 20/40

 

di Pos Bantuan Hukum (Posbakum) yang umumnya ada di setiap

pengadilan negeri. Sekarang ini dengan adanya Peraturan PemerintahNo. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian

Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma; maka diharapkan orang yang

tidak mampu membayar jasa advokat/penasihat hukum dapat meminta

bantuan hukum secara cuma-cuma untuk menghadapi perkaranya dan

setiap orang yang tidak mampu serta diancam pidana penjara paling

sedikit 5 tahun dapat memperoleh penasihat hukum/advokat dalam

menghadapi perkaranya di pengadilan.

Di Amerika Serikat, setiap proses pidana akan dimulai dengan

Miranda Rule yang merupakan hak tersangka sebelum diperiksa oleh

penyidik/instansi yang berwenang.21 Hak tersebut antara lain adalah

hak untuk diam, karena segala perkataannya dapat digunakan untuk

melawannya di pengadilan; hak untuk mendapatkan penasihat

hukum/advokat untuk membela hak-hak hukumnya, dan bila ia tidak

mampu maka ia berhak mendapatkan penasihat hukum dari negara,

yang diberikan oleh pejabat yang bersangkutan.22 Hak tersebut

merupakan bagian dari hak untuk memperoleh keadilan. Miranda Rule

hanya merupakan penegasan saja terhadap hak-hak asasi manusia

untuk memperoleh keadilan yang telah ada sebelumnya. Keadilan di sini

termasuk keadilan atas kepastian hukum dalam tata cara mengadilinya.

Disamping hak-hak yang telah diatur dalam Miranda Rule sebagai

Hak Asasi Manusia (HAM). Ternyata ada HAM lain yang berkaitan

dengan Miranda Rule yang telah pula diakomodasi dalam peraturan-

 21 M. Sofyan Lubis, ; Prinsip “Miranda Rule”Hak Tersangka Sebelum Pemeriksaan; Hal.

15; Pustaka Yustisia, 2010. Miranda Rule berbunyi: “You have the right to remain silent. Youhave the right to the pressence of an attorney. If you cannot afford an attorney, one will beappointed for you. (huruf tebal oleh Penulis) Anything you say can and will be used againstyou.” Terjemahan: “Anda berhak untuk diam. Anda berhak atas kehadiran penasihat hukum. Jika

anda tidak mampu menunjuk penasihat hukum, maka negara akan memilihkan. Apapun yanganda katakan dapat dan akan digunakan untuk menuntutmu.” 

22 Ibid, M Sofyan Lubis, hal. 22

17

Page 21: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 21/40

 

peraturan perundang-undangan di Indonesia. Adapun prinsip-prinsip

yang ada di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,adalah sebagai berikut:

•  Hak untuk dianggap sama di depan hukum (pasal 17 UU HAM)

•  Hak untuk mendapat bantuian dan perlindungan yang adil dari

pengadilan yang objektif (pasal 5 ayat (2) UU HAM).

•  Hak memperoleh keadilan dari pengadilan yang jujur dan adil.

•  Hak untuk dianggap tidak bersalah sebelum diputuskan oleh

hakim (pasal 18 ayat (1) UU HAM)

•  Hak untuk dituntut hanya berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

•  Hak untuk mendapatkan ketentuan hukum yang paling

menguntungkan tersangka, jika perubahan aturan hukum (pasal

18 ayat (3) UU HAM)

•  Hak untuk mendapatkan bantuan hukum sejak penyidikan sampai

adanya putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap (pasal 18

ayat (4) UU HAM)

•  Hak untuk dituntut pidana hanya berdasar aturan hukum yang

telah ada sebelumnya (pasal 18 ayat (2) UU HAM)

•  Hak untuk tidak dituntunt untuk kedua kalinya dalam kasus yang

sama (pasal 18 ayat (5) UU HAM)

• Hak untuk mendapat jaminan hukum yang diperlukan untukpembelaannya (pasal 18 ayat (1) UU HAM)

Berdasarkan ketentuan pasal 54 dan pasal 114 KUHAP, sebelum

penyidik melakukan pemeriksaan terhadap seorang tersangka maka

tersangka wajib diberitahukan hak-haknya, termasuk untuk

mendapatkan bantuan hukum dengan didampingi oleh penasihat hukum

dalam pemeriksaannya. Berdasarkan ketentuan pasal 115 KUHAP

penasihat hukum dalam mendampingi tersangka dilakukan dengan cara

18

Page 22: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 22/40

 

menyaksikan dan mendengar pemeriksaan yang dilakukan oleh

penyidik, namun dalam hal kejahatan terhadap keamanan negara,penasihat hukum dapat hadir dengan cara melihat tetapi tidak dapat

mendengar pemeriksaan terhadap tersangka. Adapun hak-hak

tersangka selama pemeriksaan yang harus dihormati dan diperhatikan

oleh penyidik adalah sebagai berikut:

•  Hak untuk memberikan keterangan secara bebas tanpa tekanan dari

siapa pun dan atau dalam bentuk apa pun (pasal 117 ayat (1)

KUHAP).

•  Hak untuk dicatat keterangan yang diberikannya dengan seteliti-

telitinya sesuai dengan kata-kata yang dipergunakan oleh tersangka

sendiri (pasal 117 ayat (2) KUHAP).

•  Hak untuk meneliti dan membaca kembali hasil pemeriksaan

sebelum tersangka menandatanganinya (pasal 118 ayat (1) KUHAP).

Dari ketentuan pasal 114 KUHAP diatur bahwa penyidik

berkewajiban sebelum pemeriksaan dimulai, memberitahukan bahwa

tersangka berhak mendapatkan bantuan hukum dari penasihat

hukum/advokat, dan memberitahukan bahwa perkara yang dihadapinya

mengharuskan dirinya dalam pemeriksaan didampingi penasihat

hukum/advokat. Sesuai dengan prinsip-prinsip Miranda Rule, maka

pemberitahuan tersebut seharusnya diberikan setelah seseorang

dinyatakan sebagai tersangka, dengan maksud agar tersangka punya

waktu untuk menghubungi atau mengupayakan penasihat hukum atau

advokat guna mengkonsultasikan permasalahan yang sedang

dihadapinya tersebut.

Namun yang terjadi selama ini bukanlah demikian, seseorang

yang dijadikan tersangka tidak langsung diberitahukan akan hak-hak

hukumnya. Pemberitahuan dilakukan pada saat pemeriksaan dimulai,

sehingga hal itu mengakibatkan tersangka tidak punya waktu dan

19

Page 23: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 23/40

 

kesempatan untuk mencari, menghubungi, dan berkonsultasi dengan

penasihat hukum/advokat tentang perkara yang sedang dihadapinya.Pemberitahuan tersebut juga terkesan hanya formalitas.

Miranda Rule merupakan aturan yang bersifat universal di hampir

semua negara yang berdasarkan hukum mempunyai peraturan hukum

yang mirip. Negara Indonesia yang merupakan negara hukum sangat

menghormati Miranda Rule yang dibuktikan dengan mengadopsi

Miranda Rule ini ke dalam sistem Hukum Acara Pidana yaitu di dalam

pasal 56 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981 KUHAP yang berbunyi:  “Dalam

hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak

pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima

belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang

diancam dengan tindak pidana lima tahun atau lebih yang tidak

mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada

semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjukpenasihat hukum bagi mereka.” 

Ketentuan pasal 56 ayat (1) KUHAP dipandang dari pendekatan

strict law atau formalitas legal thinking mengandung beberapa aspek

permasalahan hukum, antara lain:

•  Mengandung aspek nilai Hak Asasi Manusia (HAM), di mana bagi

setiap tersangka atau terdakwa berhak didampingi penasihat hukum

pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan. Hak ini

tentu sejalan dan/atau tidak boleh bertentangan dengan “Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia” yang menegaskan hadirnya penasihat

hukum untuk mendampingi tersangka atau terdakwa merupakan

sesuatu yang inhaerent pada diri manusia. dan konsekuensi logisnya

bagi penegak hukum yang mengabaikan hak ini adalah bertentangan

dengan nilai HAM.

20

Page 24: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 24/40

 

•  Pemenuhan hak ini oleh penegak hukum dalam proses peradilan

pada semua tingkat pemeriksaan menjadi kewajiban dari pejabatyang bersangkutan apabila tindak pidana yang disangkakan atau

didakwakan diancam pidana mati atau 15 tahun atau lebih, atau bagi

yang tidak mampu yang diancam dengan pidana 5 tahun atau lebih

yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri. Berdasarkan

ketentuan pasal 56 ayat (1) KUHAP ini tentu kehadiran dan

keberadaan penasihat hukum mendampingi tersangka bersifat

imperatif, sehingga kalau mengabaikannya maka mengakibatkan

hasil pemeriksaan atau hasil penyidikan tidak sah atau batal demi

hukum.

•  Pasal 56 ayat (1) KUHAP sebagai ketentuan yang bernilai HAM telah

diangkat menjadi salah satu patokan Miranda Rule di Indonesia.

Apabila pemeriksaan/penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan

perkara tersangka/terdakwa di persidangan tidak didampingi

penasihat hukum maka sesuai dengan Miranda Rule, hasil penyidikan

tidak sah (illegal) atau batal demi hukum (null and void).23 

Kewajiban pejabat yang bersangkutan untuk menunjuk penasihat

hukum pada suatu tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan tersebut

tidak berlaku/gugur atau terdapat pengecualian dalam hal sebagai

berikut:

a.  sebelum pemeriksaan dimulai tersangka/terdakwa telah

mempunyai penasihat hukum sendiri yang telah ia tunjuk sendiri

atau atas tunjukan dari keluarga tersangka tersebut;

b.  Tersangka atau terdakwa tersebut diancam dengan pidana kurang

dari 5 (lima) tahun (sebagaimana diatur dalam pasal 21 ayat (4)

huruf a KUHAP).

23 Ibid, M. Sofyan Lubis, hal. 34

21

Page 25: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 25/40

 

Namun dalam hal tersangka menolak untuk didampingi oleh

penasihat hukum, maka guna terciptanya transparansi penegakanhukum, pihak penyidik seyogyanya membuat berita acara penolakan

tersangka atau membuat surat pernyataan dari tersangka yang

bersangkutan yang isinya menolak adanya penasihat hukum dalam

perkara yang dihadapinya, dan mengenai adanya surat pernyataan

penolakan dari tersangka tersebut harus diketahui dan turut

ditandatangani pula oleh penasihat hukum yang bersangkutan

tersebut.24

 

2)  Akses Menuju Keadilan Dalam Sistem Hukum Acara Perdata

Setiap orang mempunyai persamaan di hadapan hukum,

sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 27 UUD 1945, sebagai ide atau

gagasan atau cita-cita hukum. Asas persamaan hak disebut juga

sebagai asas “equality before the law”. Dalam praktik sehari-hari

dikatakan bahwa pengadilan wajib menjunjung tinggi prinsip persamaan

di hadapan hukum (equality before the law) sebagai bentuk keadilan.

Penerapan prinsip equality dapat dipandang sebagai landasan paling

hakiki bagi kekuasaan kehakiman. Melalui prinsip ini kekuasaan

kehakiman dituntut untuk memberikan berbagai hak (kepentingan)

individual yang terlibat pada suatu perkara, dan keseimbangan antara

hak-hak individual tersebut dengan kepentingan masyarakat yang lebih

luas cakupannya. Dalam dimensi universal, hakim wajib memperhatikan

asas simillia similibus (kasus serupa diperlakukan serupa).

Secara kontekstual, hakim justru mendapati kasus-kasus yang

seolah-olah serupa, tetapi sesungguhnya tidak mewakili konstelasi hak

(kepentingan) yang serupa pula. Setiap kasus memiliki keunikan yang

24 Ibid, M. Sofyan Lubis, hal. 40.

22

Page 26: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 26/40

 

pada akhirnya harus diperlakukan secara khusus pula. Jika generalisasi

perlakuan terjadi, justru akan melukai rasa keadilan, sebagaimanadiungkapkan dalam slogan summun ius summa injuria (hukum yang

mutlak adalah ketidakadilan terbesar).25

Dengan demikian penerapan asas equality before the law harus

tercermin dalam proses beracara di pengadilan, bukan pada putusan

perkaranya. Penerapan asas equality before the law perlu diterapkan

sejak pertama kali seorang pencari keadilan mendaftarkan gugatan atau

tuntutannya sampai kepada putusan dan eksekusi putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap.

Ketentuan Pasal 237 - 241 HIR / Pasal 272 – 281 RBg telah

mengatur bahwa orang-orang yang betul-betul tidak mampu membayar

bisaya perkara boleh minta izin kepada Ketua Pengadilan Negeri agar

berperkara secara cuma-cuma (prodeo) disertai dengan surat

keterangan dari kelurahan (sekarang ini dikenal dengan “surat

keterangan miskin”).

Ketentuan Pasal 118 HIR / 142 RBg mengatur gugatan yang

dibuat dengan tulisan tangan dan ditandatangani sendiri oleh

Penggugat.

Ketentuan Pasal 120 HIR / 144 RBg mengatur juga tentang

gugatan yang tidak tertulis bagi orang yang tidak bisa baca-tulis.

Penggugat dapat datang ke pengadilan dan mohon kepada Ketua

Pengadilan Negeri setempat untuk mengajukan gugatan tidak tertulis.

Kemudian Ketua Pengadilan Negeri akan menunjuk hakim atau panitera

yang akan membantu pemohon/penggugat untuk membuat gugatannya

secara tertulis. Dengan mengajukan sendiri gugatannya, pemohon atau

25 J. Djohansjah, Reformasi Mahkamah Agung Kepada Independensi KekuasaanKehakiman, Kesaint Blanc, Jakarta, 2008, hlm. 68.

23

Page 27: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 27/40

 

masyarakat tidak wajib menggunakan jasa advokat (kecuali dalam

perkara kepailitan).

Perkara perdata yang mencerminkan keberpihakan pengadilan

terhadap nasib rakyat miskin, dapat dicermati dalam kasus Kedung-

Ombo.

Perkara Kedung-Ombo ini merupakan contoh konkrit bagaimana

pengadilan menerapkan prinsip equality dan prinsip keadilan dari John

Rawls dan Jeremy Bentham yang menyatakan bahwa memaksimalkan

persamaan penghasilan akan tercapai apabila setiap orang dilindungi

dalam batas-batas tertentu agar ia dapat leluasa bergabung dalam

aktivitas produksi. Bagaimana kesejahteraan itu ditentukan oleh bentuk

dan besar-kecilnya masyarakat yang akan menikmati atau terkena

akibat dari suatu kebijakan.26 

Konsep keadilan sosial dapat dilihat dari Putusan MahkamahAgung RI No. 2263 K/Pdt/1991 tanggal 20 Juli 1991, yang dikenal

dengan perkara Kedungombo. Proyek bendungan Kedungombo adalah

proyek pemerintah yang berguna untuk meningkatkan padi dalam

rangka program swasembada beras. Proyek tersebut menyebabkan

beberapa desa yang berada di areal bendungan harus dibebaskan.

Pembebasan dan ganti rugi belum lagi selesai ketika bendungan

berfungsi dan rumah-rumah penduduk digenangi air. Putusan MARI

tersebut memenangkan gugatan para petani dan memberikan ganti rugi

lebih daripada tuntutan dalam gugatan mereka.

Putusan kasasi MARI tersebut mewakili konsep keadilan sosial.

Setiap kesejahteraan berarti persamaan kesejahteraan dan hal itu

berarti juga perlindungan terhadap masyarakat marjinal agar

26 Posner, Richard A., the Economics of Justice, Harvard University Press, Cambridge,1983, hlm. 91

24

Page 28: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 28/40

 

merekapun dapat dengan leluasa ikut atau menikmati aktivitas ekonomi

tersebut. Proyek bendungan Kedung Ombo adalah proyek yang baikbagi masyarakat petani di Jawa Tengah maupun masyarakat Indonesia

secara keseluruhan karena mendukung tujuan swasembada pangan.

Tetapi penduduk yang akan kehilangan tanah dan rumahnya tidak boleh

menjadi penonton atau “korban” atas proyek tersebut. Penduduk yang

terkena proyek juga harus ikut menikmati keberadaan proyek tersebut

melalui aktivitas ekonomi berupa ganti rugi atas tanah dan rumah

mereka.27 

Kasus Kedung Ombo berawal pada tahun 1982, dengan

dimulainya pembangunan waduk Kedung Ombo yang menyebabkan

6.576 Hektar lahan harus dibebaskan. Proyek tersebut terletak di 3

(tiga) keresidenan: Semarang, Pati dan Surakarta, dan 9 (sembilan)

kabupaten: Semarang, Demak, Kudus, Pati, Blora, Grobogan, Jepara,

Boyolali dan Sragen. Jumlah seluruh penduduk yang terkena dampakpembebasan tanah akibat proyek meliputi 5.268 kepala keluarga atau

sekitar 30.000 jiwa. Pembebasan tidak berjalan lancar. Sampai waduk

Kedung Ombo diresmikan pada tanggal 18 Mei 1991, masih sekitar 600

keluarga yang menolak ganti rugi dan tetap bertahan di daerah

genangan. 34 orang di antara keluarga yang menolak ganti rugi

kemudian mengajukan gugatan ke PN Semarang dengan tuntutan agar

diberikan ganti rugi yang wajar sebesar Rp 10.000,- / meter persegi.

Pada tanggal 20 Desember 1990, melalui putusan No.

117/Pdt/G/1990/PN.Smg, gugatan para penggugat dinyatakan ditolak.

27 Menciptakan keseimbangan antara kepentingan umum (algemeen belang) di satu sisidengan kepentingan individual (individueel belang) di sisi lain bukanlah merupakan persoalanyang mudah. Di masa Orde Baru, kepentingan umum selalu didahulukan atau dikedepankan.Pemerintah atas nama negara memiliki hak untuk mencabut atau mengabaikan hak-hakindividu demi kepentingan umum. Perkembangan dewasa ini telah berubah. Seiring

keikutsertaan Indonesia dalam berbagai konvensi internasional HAM, maka hak-hak yangdianggap sebagai non-derogable rights tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dandengan alasan apapun, termasuk oleh pemerintah sekalipun.

25

Page 29: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 29/40

 

Pada tanggal 9 April 1991, Pengadilan Tinggi Semarang dalam putusan

No. 143/Pdt/1991/PT.Smg, ternyata menguatkan putusan PNSemarang. Warga kemudian mengajukan kasasi kepada Mahkamah

Agung yang pada tanggal 28 Juli 1993, dalam putusan No.

2263K/Pdt.1991, Majelis Hakim Agung (Prof. Z. Asikin Kusumah

Atmadja; A.M. Manrapi; dan R.L. Tobing) mengabulkan permohonan

kasasi para warga Kedung Ombo. Bahkan putusan kasasi Mahkamah

Agung memerintahkan agar pemerintah membayar ganti rugi yang jauh

lebih besar (Rp 50.000,- / meter persegi) dari tuntutan yang diminta

oleh warga Kedung Ombo. Bahkan Majelis Hakim menetapkan kerugian

imaterial sesuai dengan petitum ex aequo et bono sebesar Rp 2 Milyar.

Mejelis Hakim Z. Asikin Kusumah Atmadja bependapat bahwa:

”...tanah yang digunakan adalah milik warga berekonomilemah yang ditempati turun temurun, sehingga setelahmereka rela melepaskan tanahnya seharusnya diberi gantirugi yang mendekati realitas agar mereka bisa memperoleh

tanah pengganti. Perbuatan pemerintah dalam kasus iniadalah tidak sah dan bertentangan dengan hukum, sehinggaakibat semua ini, warga telah kehilangan kenikmatan hidup(nilai imaterial) yang seharusnya ditambahkan pada nilaiganti rugi.... uang ganti rugi yang ditetapkan dalam suratkeputusan tersebut di atas sangat minim dan tidakmanusiawi, sebab uang ganti rugi tersebut di bawah hargaumum dan tidak dapat digunakan untuk membeli barangyang sejenis/kualitas/kwantitas yang sama.... uang gantirugi yang diperoleh dari para Termohon Kasasi tidak

dapat/bisa untuk membeli tanah dan rumah sebagaimanayang dimiliki semula.”  

Berdasarkan ketentuan Hukum Acara Perdata, Hakim dilarang

memberikan putusan lebih dari tuntutan yang diminta.28 Risiko atas

tindakan tersebut adalah putusan menjadi batal demi hukum.29 Hakim

28 Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 178 Ayat (3) HIR: ”Hakim tidak diizinkanmenjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat, atau memberikan lebih daripada yangdigugat” [asas judex non reddit plus quam quod petens ipse requirit atau a judge does not give

more than what the complaining party himself demands].29 Pada tanggal 30 Juli 1994, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Ketua

Mahkamah Agung. Presiden meminta secara khusus agar Ketua MA memberikan keputusan

26

Page 30: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 30/40

 

dalam perkara ini berpendapat lain. Pelanggaran atas ketentuan hukum

acara yang bersifat imperatif adalah berdasarkan pertimbangan tujuankeadilan bagi masyarakat luas. Nilai tanah bagi pegawai di kota besar

dan bagi kaum petani di pedesaan tentunya berbeda. Bagi orang kota

tanah adalah benda tidak bergerak yang mempunyai harga. Sementara

bagi kaum petani, tanah adalah seluruh hidup, nafkah, dan harta turun

temurun yang dipelihara. Pendekatan keadilan hukum hanya akan

melihat hukum dari sisi legal, tanah sebagai benda tetap yang

mempunyai harga. Tetapi pendekatan keadilan sosial akan melihat

aspek-aspek sosial dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu

putusan hakim pada tingkat kasasi dirasakan lebih memberikan

keadilan.

Akses kepada keadilan di bidang hukum acara perdata juga

mengakomodasikan perkembangan kasus-kasus seperti perkara Kedung

Ombo tersebut, di mana suatu tindakan hukum atau kebijakan dapatsaja menimbulkan kerugian bagi masyarakat banyak.

yang seadil-adilnya dalam penanganan Peninjauan Kembali perkara ini. Ketua MA tidak

menganggap pernyataan Presiden tersebut sebagai bentuk intervensi eksekutif. Purwotoberpendapat, hal ini adalah himbauan yang wajar-wajar saja, sekalipun pemerintah merupakanpihak dalam sengketa tersebut. Lihat Abdul Hakim G. Nusantara dan Budiman Tanuredjo ,Dua Kado Hakim Agung buat Kedung Ombo: Tinjauan Putusan-Putusan Mahkamah Agungtentang Kasus Kedung Ombo, Jakarta, Elsam, 1977, hlm. 87.

Melalui Putusan tanggal 29 Oktober 1994, No. 650 PK/Pdt.1994, dengan majelis hakimterdiri atas Ketua Mahkamah Agung dan 4 orang ketua muda MA (pimpinan MA) MahkamahAgung membatalkan putusan kasasi dan menyatakan gugatan warga Kedung Ombo tidak dapatditerima (niet ontvankelijk verklaard). Dalam pertimbangannya, Majelis hakim PK berpendapatbahwa hakim pada tingkat kasasi telah menyalahi ketentuan hukum acara Pasal 178 Ayat (3)

HIR.Selanjutnya Mejelis Hakim PK mengatakan: ”juga sesuai dengan tertib acara, apabila

hakim telah mengabulkan tuntutan primer pemohon, maka tuntutan subsider (nilai imaterial)tidak bisa dipertimbangkan lagi. Jika hakim memutuskan berdasarkan ex aquo et bono, tetapinilainya tidak boleh melebihi tuntutan primer. Ganti rugi akibat kehilangan kenikmatan hidup,selain tidak diminta oleh pemohon, juga kurang dipertimbangkan oleh hakim. Berdasarkan Pasal1370, 1371, dan 1372 KUHPerdata, ganti rugi imaterial hanya dapat diberikan untuk kondisitertentu, seperti kematian, luka berat dan penghinaan.” Majelis Hakim Purwoto menyatakanbahwa oleh karena dalam perkara ini pemohon (warga Kedung Ombo) menggunakan Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1975, sementara Majelis Hakim berpendapat seharusnyadipergunakan ketentuan Keppres No. 55 Tahun 1993 sebagai sumber hukum yang digunakandalam perkara, maka gugatan tersebut tidak dapat diterima.

27

Page 31: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 31/40

 

Ketentuan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tentang

Acara Gugatan Perwakilan Kelompok memberikan kesempatan kepadamasyarakat luas yang dirugikan akibat tindakan hukum atau kebijakan

tertentu, untuk mengajukan gugatannya secara bersama-sama ke

pengadilan.

Dengan cara ini, maka tiap-tiap orang yang merasa dirugikan oleh

suatu tindakan hukum tidak perlu mengajukan gugatan satu per satu

atas nama orang per orang. Cukup dengan membentuk satu kelompok

dan menunjuk perwakilannya untuk mengajukan gugatan kepada pihak

tertentu.

Sayangnya saat ini belum semua perbuatan hukum dapat

diajukan gugatan kelompok. Saat ini hanya perkara-perkara di bidang

tertentu saja yang boleh diajukan secara gugatan kelompok (class

action), antara lain perkara-perkara yang berkaitan dengan UU No. 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan UU No. 41 tentang 1999

tentang Kehutanan.

Sesungguhnya gugatan kelompok (class action) ini akan sangat

memudahkan dan membantu pihak masyarakat kecil yang secara

langsung menjadi korban kerugian atas tindakan tindak bertanggung

  jawab pihak lain. Namun dalam praktiknya gugatan kelompok tidak

mudah dilaksanakan karena pengelolaan anggota-anggota kelompok

yang juga tidak mudah.

B. INFORMASI HUKUM

Seiring dengan berlangsungnya reformasi ketatanegaraan diIndoensia pada tahun 1998, Mahkamah Agung tergerak untuk segera

28

Page 32: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 32/40

 

melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan, khususnya

Untuk membangun Pengadilan yang fair dan transparan.

Mahkamah Agung menyadari bahwa pengadilan yang fair dan

transparan dibentuk dalam rangka mewujudkan peradilan yang

berkualitas. Untuk mencapainya, maka para hakim maupun

penyelenggara peradilan harus memiliki integritas, ilmu pengetahuan

dan kemampuan yang memadai.

Peradilan yang berkualitas, menurut Mahkamah Agung, terdiri

atas 3 (tiga) unsur, yaitu:

a)  dipenuhinya pertimbangan Yuridis, Sosiologis dan Filosofis

dalam setiap putusan pengadilan;

b)  tercapainya unsur efisiensi, berupa penyelenggaraan peradilan

yang dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya ringan.

c)  Adanya efektivitas dalam setiap putusan berupa keseragaman

(unifikasi) dan kepastian hukum.

Untuk mencapai peradilan yang berkualitas, Mahkamah Agung

telah menetapkan sejumlah langkah kebijaksanaan yang diwujudkan

sebagai berikut:

1) Mengupayakan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya yang

terjangkau dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen,

sehingga dapat memenuhi rasa keadilan bagi pencari keadilan

dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk golongan masyarakat

yang tidak mampu;

2) Menyempurnakan administrasi peradilan untuk mempercepat

proses penyelesaian perkara pada tingkat pertama dan banding

dari semua lingkungan peradilan serta meningkatkan proses

penyelesaian perkara di tingkat kasasi dan peninjauan kembali;

29

Page 33: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 33/40

 

3) Melanjutkan upaya untuk lebih memfungsikan dan

mendayagunakan tempat sidang tetap (zittingsplaatsen) dalamrangka mendekatkan badan peradilan dengan pencari keadilan

serta agar perkara dapat diselesaikan di tempat kasus perkara

terjadi.

4) Mendorong Badan Peradilan agar dapat berfungsi sebagai

penggerak masyarakat dalam pembangunan hukum dan

pembinaan tertib hukum;

5) Mendorong para hakim agar dalam mengambil putusan, di

samping senantiasa harus berdasarkan pada hukum yang berlaku,

 juga berdasarkan atas keyakinan yang seadil-adilnya dan sejujur-

  jujurnya dengan mengingat akan kebebasan yang dimilikinya

dalam meriksa dan memutus perkara. Oleh karena itu, dalam

menegakkan hukum perlu digunakan metode analisis yuridis

komprehensip untuk memecahkan permasalahan hukum,

khususnya perkara. Analisis ini menggunakan pendekata yuridis,

sebagai pendekatan pertama dan utama yaitu sesuai dengan

ketentuan peraturan perundanga-undangan yang berlaku,

pendekatan filosofis yaitu berintikan rasa keadilan dan kebenaran

serta pendekatan sosiologis yaitu sesuai dengan tata nilai budaya

yang berlaku di masyarakat.

6) Meningkatkan kualitas serta kemampuan profesional para hakim

dari semua lingkungan peradilan melalui pelatihan teknis yustisial

berupa pendalaman materi terutama dalam menghadapi

perkembangan hukum sebagai dampak dari globalisasi dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

7) Meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan

di semua lingkungan peradilan.

8) Sikap keterbukaan/transparansi merupakan langkah yang diambillembaga peradilan sehingga setiap orang terutama para pencari

30

Page 34: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 34/40

 

keadilan dapat mengetahui sejauh mana penyelesaian

perkaranya, khususnya di Mahkamah Agung. Sikap keterbukaanini di Mahkamah Agung awalnya dikenal dengan namun ”Akses

121”. Sayangnya kemudian tidak berjalan baik, hingga sekarang

diganti menjadi ”SIMARI (Sistem Informasi Mahakamah Agung

RI)”, dan kini telah diubah lagi namanya menjadi ”SIAP MARI

(Sistem Informasi dan Administrasi Peradilan MARI)”. Dewasa

ini pun, setiap pengadilan negeri maupun pengadilan agama,

utamanya di kota-kota besar Indonesa juga sudah mempunyai

situs internet sendiri yang memberikan informasi mengenai

pengadilan yang bersangkutan.

Tuntutan-tuntutan agar pengadilan lebih transparan ditanggapi

oleh Mahkamah Agung dengan mengeluarkan Keputusan Ketua

Mahkamah Agung RI No. 144/KMA/SK/VII/2007 tentang Keterbukaan

Informasi di Pengadilan, tanggal 28 Agustus 2007.

Melalui keputusan tersebut Mahkamah Agung memberikan

pedoman mengenai informasi-informasi apa saja yang harus

diumumkan kepada publik, yaitu:

1)  gambaran umum pengadilan yang antara lain, meliputi: fungsi,

tugas, yuridiksi dan struktur organisasi Pengadilan tersebut serta

telepon, faksimili, nama dan jabatan pejabat Pengadilan non

Hakim;

2)  gambaran umum proses beracara di Pengadilan;

3)  hak-hak pencari keadilan dalam proses peradilan;

4)  biaya yang berhubungan dengan proses penyelesaian perkara

serta biaya hak-hak kepaniteraan sesuai dengan kewenangan,

tugas dan kewajiban Pengadilan;

5) putusan dan penetapan Pengadilan yang telah berkekuatan tetap;

31

Page 35: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 35/40

 

6)  putusan dan penetapan Pengadilan Tingkat Pertama dan

Pengadilan Tingkat Banding yang belum berkekuatan hukum tetapdalam perkara-perkara tertentu, yakni:

a.  korupsi;

b.  terorisme;

c.  narkotika/psikotropika;

d.  pencucian uang; atau

e.  perkara lain yang menarik perhatian publik atas perintah

Ketua Pengadilan.

7)  agenda sidang pada Pengadilan Tingkat Pertama;

8)  agenda sidang pembacaan putusan, bagi Pengadilan Tingkat

Banding dan Pengadilan Tingkat Kasasi;

9)  mekanisme pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan

hakim dan pegawai;

10) hak masyarakat dan tata cara untuk memperoleh informasi di

pengadilan.

Khusus untuk Mahkamah Agung30, selain informasi-informasi di

atas, juga wajib untuk mengumumkan informasi tentang:

30 Mahkamah Agung telah mengembangkan Sistem Informasi / komputerisasi yangdinamakan ”SIAP MARI” (dahulu namanya “SIMARI”). Sistem Informasi tersebut akan terdiriatas Sistem Inti dan Sistem Pendukung. Sistem Inti akan mengemukakan tentang: (i) Sistem

Informasi Adminstrasi Perkara (SIAP); (ii) Sistem Informasi Adminstrasi Hukum (SIAH); (iii)Portal Internet yang dapat diakses oleh umum melalui website<http://www.mahkamahagung.go.id>. Sedangkan Sistem Pendukung yang bersifat internalakan berisi modul: (i) Sistem Informasi Kepegawaian MA (SIKMA); Sistem Informasi Keuangan(SIKeu); (iii) Sistem Informasi Perencanaan (SIRen); (iv) Sistem Informasi Sarana Prasarana

(SILog); dan (v) Sistem Pengawasan (SIWasbin). Pengembangan sistem informasi berbasiskomputerisasi (Akses 121) sesungguhnya telah dimulai oleh Mahkamah Agung pada tahun 1998setelah penulis bersama-sama dengan Ibu Mariana Sutadi dan Bapak Kahardiman ditugaskanoleh Ketua Mahkamah Agung untuk melakukan studi banding mengenai Integrated CourtAdministration di Amerika Serikat. Menurut Arlene Sheskin dan Charles W. Grau, masuknyateknologi informasi dalam sistem hukum Amerika karena tuntutan “rasionalisasi” penggunaandana dan sumber daya pengadilan. Penggunaan teknologi informasi menjadi pilihan karenaselama bertahun-tahun cara ini telah dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan swasta agartetap memiliki daya saing dan memenuhi tuntutan konsumen. Inti dari penggunaan teknologi

informasi adalah integrasi dari seluruh tugas administrasi pengadilan dengan peran profesi-profesi pengadilan yang sudah ada sebelumnya. Integrasi tersebut juga berarti menggabungkanpekerjaan-pekerjaan rutin pengadilan dengan para pekerja profesional yang baru. Lihat tulisan

32

Page 36: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 36/40

 

(1)  Peraturan Mahkamah Agung;

(2) 

Surat Edaran Mahkamah Agung;(3)  Yurisprudensi Mahkamah Agung;

(4)  Laporan Tahunan Mahkamah Agung;

(5)  Rencana strategis Mahkamah Agung;

(6)  Pembukaan pendaftaran untuk pengisian posisi hakim atau

pegawai.

Selain dari informasi-informasi yang telah dikemukakan di atas,

maka bagi negara dengan topografi seperti Indonesia yang terdiri dari

banyak kepulauan, maka letak gedung pengadilan yang hanya ada di

Ibukota Kabupaten/Kotamadya juga merupakan salah satu

permasalahan Akses Menuju Keadilan, yang menyebabkan masyarakat

di pedalaman sulit untuk memperjuangkan hak-hak hukumnya melalui

lembaga pengadilan.

Di masa Hindia Belanda, diadakan tempat-tempat sidang tetap diluar gedung pengadilan yang disebut dengan istilah zittingsplaatsen.

Hakim-hakim (dalam perkara pidana) dan jaksa akan datang dan

menyidangkan perkara-perkara di tempat tersebut.31 

Tempat-tempat zittingsplaatsen seperti masa Hindia Belanda ini

sempat dihidupkan di masa Orde Baru. Sayangnya karena tidak ada

anggaran yang memadai, maka tempat-tempat zittingsplaatsen

tersebut tidak terawat bahkan sering dijadikan kandang hewan ternak

oleh masyarakat sekitar. Pada akhirnya gagasan yang mendekatkan

pencari keadilan dengan pengadilan ini lenyap dengan sendirinya.

Arlene Sheskin and Charles W. Grau,    “Judicial Responses to Technocratic Reform” ,terungkap dalam Cramer, James A. (ed.), Courts and Judges, volume 15, Sage Publications,

Baverlly Hills, 1981, hlm. 225-227.31 Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Indonesia Dalam UU No. 4 Tahun 2004, FH UII

Pers, Yogyakarta, 2007, hlm. 59

33

Page 37: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 37/40

 

Penulis berpendapat, gagasan mengenai zittingsplaatsen ini perlu

dihidupkan kembali. Jika pemerintah bisa menyediakan akseskesehatan (seperti puskesmas keliling, Kantor Pos Keliling, Kantor Pajak

Keliling, bahkan SIM Keliling), maka tentu saja penyediaan pengadilan

dengan hakim/jaksa keliling juga dapat dilakukan. Hal ini juga akan

sangat membantu dalam mendidik masyarakat mengenai hukum dan

bagaimana memperjuangkan hak-hak perorangan atau individu dan

hak-hak masyarakat.

Penutup dan Saran

Berdasarkan uraian kami tersebut di atas, maka penulis

berkesimpulan, bahwa:

1. Akses Menuju Keadilan dalam pengertian Bantuan Hukum kepadakaum lemah dan miskin sekalipun telah diatur dalam KUHAP,

namun masih memerlukan sinkronisasi dengan ketentuan

peraturan hukum lainnya, misalnya dengan UU Kejaksaan atau

UU Kepolisian atau UU Peradilan. Selain itu, juga perlu

diperhatikan bahwa syarat atau kondisi dalam KUHAP untuk

mengakses Bantuan Hukum juga perlu dihilangkan. Hak atas

Bantuan Hukum adalah bersifat mutlak dan bukan pilihan, kecuali

si tersangka atau terdakwa menolak dengan tegas haknya

tersebut.

2.  Perlu juga dipertimbangkan dan disiapkan bahwa Bantuan Hukum

bukan hanya sekedar hak bagi tersangka atau terdakwa, tetapi

 juga kewajiban bagi para Advokat. Dengan demikian, hak Advokat

untuk menerima honorarium harus ditanggung oleh negara.

34

Page 38: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 38/40

 

Dalam hal ini, pemerintah perlu membuat mekanisme

pembayarannya melalui sistem keuangan negara.3.  Akses Menuju Keadilan dalam pengertian Informasi Hukum

merupakan pelayanan publik dari lembaga peradilan. Dengan

menggunakan teknologi informasi, diharapkan setiap orang di

pelosok manapun berada dapat dengan mudah dan murah

menerima informasi mengenai tata cara, biaya dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan proses beracara di pengadilan.

Demikianlah ceramah kami, mudah-mudahan dapat bermanfaat

bagi Jejaring Komisi Yudisial sekalian. Terima kasih atas perhatiannya.

Denpasar, 26 Juni 2010

Dr. J. Djohansjah, S.H., M.H.

35

Page 39: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 39/40

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim G. Nusantara dan Budiman Tanuredjo, Dua Kado HakimAgung buat Kedung Ombo: Tinjauan Putusan-Putusan MahkamahAgung tentang Kasus Kedung Ombo, Elsam, Jakarta, 1977.

Ali, H. Zainuddin, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Arlene Sheskin and Charles W. Grau, Judicial Responses to TechnocraticReform, Cramer, James A. (ed.), Courts and Judges, volume 15,Sage Publications, Baverlly Hills, 1981.

Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Indonesia Dalam UU No. 4 Tahun2004, FH UII Pers, Yogyakarta, 2007.

Cetak Biru Pembaruan Mahkamah Agung, Mahkamah Agung RepublikIndonesia, 2003.

Frans Hendra Winarta, Probono Publico, Hak Konstitusional Fakir Miskinuntuk Memperoleh Bantuan Hukum, PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta 2009

Frans Hendra Winarta, Suara Rakyat Hukum Tertinggi, PT KompasMedia Nusantara, 2009

J. Djohansjah, Reformasi Mahkamah Agung Kepada IndependensiKekuasaan Kehakiman, Kesaint Blanc, Jakarta, 2008.

Joshua Rozenberg, The Search For Justice An Anotamy od the Law,Hodder and Stoughton Ltd, 194,

Justice In The Twenty-First Century, Cavendish Publishing (Australia)

Pty Limited, 2000.

Kurniawan, Runtuhnya Tafsir Hukum Monolitik, Sketsa Wacana Hukumdi Tengah Masyarakat yang Berubah, Jurnal Hukum JENTERA,Edisi 01/Agustus 2002.

Laurence, Dan H. (ed), The Bodley Bernard Shaw: Collected Plays withtheir Prefaces, vol. 6, 1973.

Posner, Richard A., the Economics of Justice, Harvard University Press,Cambridge, 1983

36

Page 40: Akses Menuju Keadilan (Access to Justice)

5/12/2018 Akses Menuju Keadilan (Access to Justice) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akses-menuju-keadilan-access-to-justice 40/40

 

Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Penerbit BukuKompas, Jakarta, 2003.

Solly Lubis, Pembahasan UUD 1945, Alumni, Bandung, 1975.

Sofyan Lubis, Prinsip “Miranda Rule” Hak Tersangka SebelumPemeriksaan; Pustaka Yustisia, 2010.

Access to Justice in Indonesia, Special Note on Indonesia’s TransitionalEra and Corruption by Maruarar Siahaan, Access to Justice inAsian and European Transitional Countries, Bogor, 27-28 June.

Harian Koran Tempo, tanggal 3 Januari 2006,

37