akhlak terpuji
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن الله بسم على والسالم والصالة العالمين رب لله الحمد
وعلى محمد ومولنا سيدنا والمرسلين األنبياء أشرفأجمعـين وصحبه اله
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:
“AKHLAK TERPUJI”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan Nabi
Muhammmad Saw beserta keluarga, sahabat dan pengikut.
Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada semua pihak
yang turut membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini.
Semoga bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan mereka kepada penulis
mendapat ganjaran pahala di sisi Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih mungkin terdapat
kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya, penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi semua. Kepada Allah-
lah penulis berserah diri.
Martapura, Oktober 2010.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. 2
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………. 3
BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………. 4
A. Pengertian Akhlak ………………………………………………. 4
B. Ruang Lingkup Akhlak Islam …………………………………… 6
C. Sumber-sumber Akhlak ………………………………………….. 8
D. Akhlak Seorang Muslim ………………………………………… 9
E. Akhlak Terpuji …………………………………………………… 11
BAB III : PENUTUP/KESIMPULAN ………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah khalifah dimuka bumi, yang mendapat kepercayaan untuk
mengelola dan memakmurkan bumi. Kepercayaan ini tidak diberikan kepada
makhluk lainnya selain manusia.. Manusia yang mulia dihadapan Allah bukanlah
manusia yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, pangkat atau jabatan yang
tinggi, ketampanan atau kecantikan yang menakjubkan, kekuatan atau kesaktian yang
hebat. Tetapi manusia yang mulia dihadapan Allah adalah manusia yang beriman dan
bertaqwa yang dihiasi dengan akhlak al-karimah atau budi pekerti yang mulia.
Untuk melahirkan sebuah genarasi yang beraklak al-karimah memang tidak
gampang, karena memerlukan berbagai macam persiapan dan latihan yang tidak
gampang. Islam sebagai agama yang mempunyai konsep paling hebat dan paling
lengkap telah meletakkan dasar-dasar akhlak al-karimah yang berdasarkan Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Rasulullah SAW adalah sebagai contoh teladan yang paling pantas
untuk diteladani, karena dalam sepanjang sejarah umat manusia tidak pernah
ditemukan seorang yang lebih tinggi akhlaknya daripada Rasulullah SAW. Allahpun
memujinya dalam kitabnya yang mulia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendifinisikan akhlak,
yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminilogi (istilah).
Secara linguistik akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu isim masdar dari kata
أخالقا يخلق ,yang berarti perangai, tabi’at, kelakuan أخلق tingkah laku. Tetapi
ada yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlak ada yang
mengatakan isim jamid atau ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki
akar kata melainkan kata tersebut sudah demikian adanya. 1 Ada juga yang
mengatakan kata akhlak jamak dari kata yang خلق berarti budi pekerti,
perangai, tabi’at. 2
Kata خلق mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan خلق yang
berarti kejadian yang erat hubungannya dengan yang خالق berarti pencipta,
demikian pula dengan yang مخلـوق berarti yang diciptakan.3 Ahmad Amin
mendefinisikan akhlak sebagaimana dikutif A. Mustofa, “akhlak adalah kehendak
yang dibiasakan, yakni suatu kehendak bila dibiasakan terhadap sesuatu, sehingga
menjadi kebiasaan, maka itulah yang dinamakan akhlak”.4
Yang dimaksud dengan akhlak adalah Adat al-Iradah atau kehendak yang
dibiasakan. Dengan kehendak itulah manusia melakukan suatu perbuatan, baik
11Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.1. 22Ahmad Warsono Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997), h. 364. 33A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 4Ibid., h. 13.
4
perbuatan bathin maupun lahir yang dilakukan secara berulang-ulang
sehingga menjadi bebiasaan. Sesuatu yang dibiasakan itulah yang dinamakan
akhlak. Ibnu Miskawaih secara singkat mengemukakan sebagaimana dikutif
A. Mustofa bahwa, “akhlah adalah hal/sifat diri yang mendorong diri itu
untuk mengerjakan berbagai pekerjaan/perbuatan tanpa didahului oleh
pemikiran dan pertimbangan”:5
Imam Al-Ghazali mengemukakan akhlak adalah:
األفعال تصدر عنها راسخة النفس فى هيئة عن عبارة الخلق. وروية فكر إلى حاجة غير من ويسر بسهولة
Keseluruhan definisi akhlak tersebut nampak tidak ada pertentangan
melainkan memiliki kemiripan antara satu dan yang lainnya, dan saling
melengkapi, dan di sini akhlak memiliki lima ciri, adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dikerjakan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5. Perbuatan khusunya akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah swt.6
Jadi pembinaan akhlak dapat diartikan sebagai usaha, cara untuk
memperbaharui, mengembangkan dan menyempurnakan budi pekerti, watak dan
tabi’at anak melalui kegiatan latihan dan pendidikan yang terprogram dengan baik
dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten agar anak tersebut
mempunyai akhlak al karimah yang sesuai dengan Alquran dan Alhadis.5Ibid., h. 12.69Ibid., h. 7.
5
Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri
seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan
seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, dan sebaliknya, pemarah, pembenci,
dendam, iri dengki dan lain-lain.7
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak Islam adalah perangkat tata nilai
yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berpikir, bersikap dan
bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap Allah dan Rasul-Nya,
terhadap sesamanya dan terhadap lingkungannya.8
Samawi berarti akhlak itu bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits,
sedangkan azali berarti bahwa akhlak Islam tersebut bersifat tetap, tidak berubah,
walaupun tata nilai atau norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat berubah
sesuai dengan perubahan masa dan keadaan.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang
pada posisi yang terhormat dan tinggi. Akhlak secara umum dapat dibagi menjadi
dua yaitu akhlak al-karimah dan akhlak mazmumah. Akhlak al-karimah adalah
budi pekerti yang luhur seperti yang telah diteladankan Rasulullah SAW.
Sedangkan akhlak mazmumah adalah budi pekerti atau perangai yang tercela.
B. Ruang Lingkup Akhlak Islam
Akhlak bukanlah sekedar prilaku manusia yang bersifat bawaan lahir,
tetapi merupakan salah satu dari demensi kehidupan seseorang muslim yang
mencakup aqidah, ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu akhlak ruang
7 Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masarakat), Media Dakwah, Jakarta, 1994, h. 5
8 Ibid., h. 11
6
lingkupnya sangat luas, yakni ethos, ethis, moral dan estetika.
Ethos, yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliqnya, Al-Ma’bud
bil haq serta kelengkapan Uluhiyan dan Rububiyah, seperti terhadap Rasul-kasul
Allah, kitab-kitab-Nya dan sebagainya.
1. Ethis, yang mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap sesamanya
dalam kegiatan kehidupan sehari-harinya.
2. Moral, yang mengatur hubungan sesamanya, tetapi yang berlainan jenis dan
atau yang menyangkut kehormatan tiap pribadi.
3. Estetika, rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan
keadaan dirinya serta lingkungannya, agar lebih indah dan menuju
kesempurnaan.9
Dari uraian ditas dalam istilah yang lebih cendrung kepada Islam maka
akhlak Islami secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak kepada Allah
dan akhlak kepada makhluk Allah.
Akhlak kepada Allah adalah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim
baik secara zahir atau bathin, baik prilaku anggota tubuh ataupun prilaku hati
dalam hubungan dengan Allah baik dalam shalat dan lainnya. Sedangkan akhlak
kepada makhluk Allah adalah sikap dan tingkah laku yang dipraktekkan dalam
hubungan dengan makhluk Allah, baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain.
9 Musthafa Muhammad Tahhan, Muslim Ideal Masa Kini, Cendikia Centra Muslim, Jakarta, 2000, h. 175
7
C. Sumber-sumber Akhlak
Apabila diperhatikan dalam kehidupan umat manusia, akan dijumpai
tingkah laku manusia yang bermacam-macam, yang satu berbeda dengan yang
lain, bahkan dalam sebuah penelitian, tingkah laku itu berbeda, tergantung
pada batasan baik dan buruk suatu masyarakat, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan norma. 10
Dengan demikian dapat difahami bahwa akhlak seseorang dalam kehidupan
ditentukan oleh norma yang berlaku di dalam masyarakat dimana seseorang itu
hidup. Norma itulah yang menjadi akhlak seseorang. Ahli kemasyarakatan melihat
terjadinya norma disebabkan dua hal yakni kebudayaan dan agama.
Islam mengajarkan bahwa norma akhlak seseorang ditentukan oleh
hidayah (petunjuk) Allah, dalam bentuk ayat-ayat Al-Qur’an dan pelaksanaan atau
penerapannya dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah (contoh
yang baik) kepada masing-masing individu manusia. Sebagaimana firman Allah
dalam surah Al-Ahzab ayat 21 :
>ان> لقد @م? ك >ك س@ولB فBي ل CهB ر> و>ةD الل س?@ >ةD أ ن Bم>ن? ح>س> >ان> ل ك
ج@و >ر? Cه> ي >و?م> الل ?ي ر> و>ال Bخ >ر> اآل? Cه> و>ذ>ك ا الل GيرB >ث ك
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” 11.
10Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, 8811Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Qur’an, 1999, h. 670.
8
Dengan demikian yang menjadi sumber akhlak menurut pandangan Islam
adalah hidayah atau petunjuk Allah yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagai teladan dan ikutan.
D. Akhlak Seorang Muslim
Seperti telah disinggung ditas bahwa akhlak seorang muslim pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak kepada Allah sebagai Khaliq dan
akhlak kepada makhluk Allah. Sebagai seoarang muslim setiap individu muslim
harus bertindak, bertingkah laku dan berakhlak kepada Allah dengan akhlak yang
mulia. Bagaimanakah akhlak yang mulia hubungannya antara manusia sebagai
makhluk dengan Allah sebagai Khaliq. Akhlak kepada Allah dapat
diemplementasikan dalam bentuk prilaku anggota badan yang zhahir dan gerak
hati atau bathin yang selalu mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan Allah dan
Rasul-Nya melalui Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dengan menta’ati segala nilai-nilai yang diajarkan itu maka setiap individu
muslim dapat dikatakan sebagai muslim yang berakahlak Al-karimah kepada
Allah. Seperti melaksanakan kewajiban shalat, puasa dan lain-lain yang bersifat
zahir dan ingat selalu kepada Allah yang bersifat bathin dalam hati.
Di antara akhlak kepada Allah adalah ridha terhadap apa yang telah
ditaqdirkan-Nya, syukur atas ni’mat-Nya, shabar atas segala ujian-Nya dan ta’at
serta ibadat kepada-Nya. Masih banyak lagi nilai-nilai yang termasuk akhlak
kepada Allah yang tidak dapat penulis uraikan dalam kesempatan ini.12
12 Ahmad Libaru dan M.A. Daud, Tashilul Mubtadi, Hasanu, Banjarmasin, 1986, h. 93
9
Akhlak kepada makhluk Allah, adalah sikap atau tingkah laku yang
teremplementasi dalam praktik kehidupan sehari-hari kita terhadap sesama
manusia, kepada binatang, kepada tumbuhan dan lainnya. Akhlak kepada manusia
kalau dijabarkan sangat banyak sekali, di antaranya tolong menolong, tidak
menyakiti, tidak mendzalimi terhadap sesama manusia. Sedangkan akhlak kepada
binatang dan tumbuhan diantarnya tidak menyakiti dan membunuh binatang
melainkan dalam kondisi yang dibenarkan agama, tidak membabat dan menebangi
hutan dengan semaunya tanpa mengindahkan kelestariannya, karena semua itu
akan menimbulkan bahaya dan bencana bagi manusia itu sendiri.
Seorang muslim dituntut mencontoh apa yang telah Rasulullah praktekkan
dalam kehidupan beliau sehari-hari, karena Rasulullah adalah seorang Nabi dan
Rasul yang mempunyai akhlak yang sungguh sangat mulia dan patut dicontoh.
Allah SWT memuji ketinggian akhlak Rasulullah Saw dalam sebuah Firman-Nya:
Cك> Bن >ع>لى و>إ @قJ ل ل J خ@ ع>ظBيمArtinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.13
Dengan demikian seorang muslim harus berakhlak sebagaimana apa yang
telah Allah SWT gariskan dan juga Rasul SAW emplementasikan dalam hidup
dan kehidupan beliu sehari-hari. Muslim yang mengikuti Rasulullah SAW itulah
muslim yang berakhlakul karimah. Dengan akhlak al-karimah atau mulia seorang
akan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT dan juga disisi makhluk-Nya,
sebaliknya dengan akhlak mazmumah atau tercela seseorang akan rendah
derajatnya disisi Allah SWT dan dihadapan makhluk-Nya.
13Ibid., h. 960.
10
E. Akhlak Terpuji
Sesungguhnya identitas seseorang dilihat dari segi akhlaknya. Apabila
akhlaknya baik, maka baiklah nama orang tersebut. Begitu juga sebaliknya,
kalau akhlaknya buruk, maka buruk pulalah harkat dan martabatnya. Karena
itu, memelihara dan memakai akhlak yang baik sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari dalam tatanan hidup bermasyarakat dan bernilai ibadah
di sisi Allah Swt.
Di antara akhlak terpuji yang harus dipelihara oleh setiap muslim
khususnya adalah kejujuran. Kejujuran lebih penting dari kepintaran dan
kecerdasan, sebab kejujuran itu akan selalu membawa kepada kebaikan dan
kepintaran atau kecerdasan itu terkadang digunakan untuk berbuat kejahatan. Hal
ini sesuai dengan sabda Nabi Saw :
?دB ع>ن? CهB ع>ب س@ول@ ق>ال> ق>ال> الل CهB ر> لCى الل ه@ صــ> Cــ هB الل ــ? >ي ع>لCم> ل BنC و>س> >ه?دBي الصLد?ق> إ Bل>ى ي BرL إ ?ب BنC ال BرC و>إ ?ب >ه?دBي ال Bل>ى ي إBة Cــ ن ?ج> BنC ال ل> و>إ جــ@ Cد@ق@ الر >صــ? >ي >ب> ح>تCى ل ?ت @ك دLيقGا ي Bصــ CنB و>إذBب> ــ> ?ك دBي ال >هــ? Bل>ى ي ورB إ ?ف@جــ@ BنC ال ور> و>إ ?ف@جــ@ دBي ال >هــ? Bل>ى ي إ
Bار Cــ BنC الن ل> و>إ جـ@ Cب@ الرBذ ـ? >ك >ي >ب> ح>تCى ل ?ت @ك Gا ي ذCاب ــ> )متفـق كعليه(
Artinya : Dari Abdullah katanya : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke jalan menuju surga. Seseorang yang senantiasa bersifat jujur, maka ia tercatat (di sisi Allah dan pandangan manusia) sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa kepada jalan menuju neraka. Seseorang yang senantiasa bersifat dusta, maka ia tercatat (di sisi Allah dan pandangan manusia) sebagai seorang yang pendusta. (Muttafaq ‘Alaih)
Hadis tersebut menggambarkan betapa pentingnya kejujuran dalam
kehidupan sehingga orang yang jujur selamanya akan dinilai baik, dan orang yang
11
pendusta selamanya tidak akan dipercaya orang. Dalam hadis yang lain Nabi
SAW bersabda:
>ان> ول@ وسلم عليه الله صلى الله رسول ك >قــ@ ا : د>ع? ي مــ>
ك> ــ@ >رBيب Bل>ى ي ا إ ك> ال> مــ> ــ@ >رBيب BنC ي إ ــ> د?ق> ف Lالصــ Dة ــ> Bين ?ن BنC ط@م>أ و>إ
>ذBب> ?ك >ةD ال أحمد( )رواه رBيب
Artinya : Rasulullah SAW senantiasa bersabda : Jauhilah dan tinggalkanlah olehmu hal-hal yang membingungkan kepada hal-hal yang tidak membingungkan, sebab sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah kebimbangan/ kebingungan. (H. R. Ahmad)
Hadis tersebut menggambarkan bagaimana efek dari sifat jujur, yaitu
membawa kepada ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga orang yang jujur
hidupnya selalu merasa damai, jauh dari stress dan beban pikiran serta kecemasan.
Sebaliknya orang yang pendusta, ia merasa selalu dihantui oleh perasaan bersalah,
takut kalau orang yang didustainya marah dan menyakitinya serta berbagai
perasaan tidak tenteram lainnya.
Orang yang senantiasa jujur, maka akan mendapatkan pertolongan dari
Allah SWT dan dari manusia, sedangkan orang yang pendusta akan mendapat
laknat dari Allah dan permusuhan dari manusia. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi
Saw yang berbunyi:
ة> ع>ن? Bش> >ت? ع>ائ س@ول@ ق>ال> ق>ال هB ر> Cــ لCى الل ه@ صــ> Cــ هB الل ــ? >ي ع>لCم> ل ه@ م>ن? و>س> Cه@ و>ال Cــ زC الل لC عــ> رB مBن? و>جــ> مــ?
< BمBين> أ ل ?م@ســ? الGا ?ئ ي اد> ش> ر>
< BهB ف>أ ا ب Gر? ي >ه@ ج>ع>ل> خ> د?قJ و>زBيــر> ل Bن? صــB إ ي> فــ> Bســ< نه@ Cر> Bن? ذ>ك >ر> و>إ >ه@ ذ>ك ع>ان
< أحمد( )رواه أ
Artinya : Dari Aisyah, katanya : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa
12
yangdipilih oleh Allah sebagai pemimpin kaum muslimin dan Dia menghendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menjadikannya pemimpin yang jujur, jika ia lupa maka Allah akan mengingatkan-nya, dan jika ia ingat, maka Allah akan menolongnya” (H. R. Ahmad)
Hadis tersebut menegaskan bahwa orang yang senantiasa jujur, maka ia
senantiasa ditolong Allah dalam segala hal. Jika ia lupa, maka Allah akan
membuatnya ingat, dan jika ia ingat maka Allah akan lebih menolongnya dalam
segala urusannya untuk selalu berbuat jujur dan kebaikan.
Memang berbuat jujur tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang
berlaku jujur harus menanggung resiko yang merugikan, seperti berlaklu jujur
terhadap penjahat. Karena itu Nabi SAW pernah bersabda yang artinya :
“Katakanlah yang benar itu walaupun pahit”. Ringkasnya, kita harus berlaku dan
bersifat jujur semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keamanan diri,
sebab dalam hal-hal yang membahayakan kita boleh saja tidak berlaku jujur.
13
BAB III
PENUTUP
Setelah penulis membahas tentang topik akhlak seorang muslim pada bab II
tersebut maka penulis daat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Akhlak Islam adalah perangkat tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang
mewarnai cara berpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya,
terhadap Allah dan Rasul-Nya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungannya.
2. Akhlak mencakup aqidah, ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu akhlak ruang
lingkupnya sangat luas, yakni ethos, ethis, moral dan estetika.
3. Akhlak berdasarkan objeknya pada dasarnya dapat dibagi menjadi akhlak kepada
Allah sebagai Khaliq dan akhlak kepada makhluk Allah, seperti sesamam
manusia, hewan dan tumbuhan yang termasuk dalam lingkungannya. Sedangkan
akhlak menurut baik dan buruknya dapat dibagi menjadi akhlak al-karimah dan
akhlak mazmumah.
4. Seorang muslim dapat dikatakan berakhlak al-karimah jika ia mengikuti praktek
yang telah dilakonkan oleh Rasul SAW yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits. Dengan itu seseorang dapat dikatakan berakhlak al-karimah.
14
DAFTAR PUSTAKA
A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997).
Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masarakat), Media Dakwah, Jakarta, 1994.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997).
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
Ahmad Libaru dan M.A. Daud, Tashilul Mubtadi, Hasanu, Banjarmasin, 1986.
Ahmad Warsono Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1999.
Musthafa Muhammad Tahhan, Muslim Ideal Masa Kini, Cendikia Centra Muslim, Jakarta, 2000.
15