akademi sepak bola barcelona dengan …thesis.binus.ac.id/doc/ringkasanind/2011-2-01133-ar...

22
AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA Adri Hermawan, Noegroho, ST., MLP, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch Nama instansi, Jl. Daha O1 No. 10, Cimanggu Permai, Bogor, (0251) 8351256, [email protected] ABSTRAK ABSTRAK Akademi sepak bola sedang marak berdatangan ke bumi pertiwi ini, dimulai dari Akademi Sepak Bola Arsenal di Jakarta Selatan, Real Madrid di Bali, hingga Barcelona di Sentul. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi para arsitek dalam mendesain bangunan akademi sepak bola yang sesuai dengan standarisasi akademi sepak bola secara internasional. Tentunya tidak menghilangkan ciri khas dari Akademi Sepak Bola Barcelona ini sendiri, atau kurikulum dari akademi sepak bola di mana negaranya berasal. Isu global warming sedang menyebar di seluruh penjuru dunia, dengan peningkatan suhu bumi yang cukup signifikan setiap tahunnya membuat kami para arsitek ikut turut serta dalam menjaga dan juga merawat bumi yang kami cintai ini. Tenaga matahari yang dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai pencahayaan ruang dalam dari akademi sepak bola ini. Akan tetapi cahaya yang masuk ke dalam bangunan tidak begitu saja secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, tapi melalui pengurangan tenaga cahaya matahari dengan menggunakan sun shading. Bagaimanakah desain dan juga ukuran dari sun shading ini yang dapat memenuhi kriteria iklim tropis ini? Seberapa efektif cahaya matahari dapat mengurangi penggunaan energi listrik. Kata kunci : Akademi Sepak Bola, Barcelona, Sun Shading ABSTRACT Emerging football academy came to this country, starting from the Arsenal Football Academy in South Jakarta, Bali Real Madrid, to Barcelona in Sentul. Surely this is a challenge for the architects in designing buildings that football academy in accordance with the standardization of international football academy. Certainly does not eliminate the hallmark of Barcelona Football Academy itself, or the curriculum of the college football where the originating country. Global warming issue is being spread all over the world, with an increase in global temperatures significantly every year makes us the

Upload: vuongkiet

Post on 20-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM

SUTERA

Adri Hermawan, Noegroho, ST., MLP, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch

Nama instansi, Jl. Daha O1 No. 10, Cimanggu Permai, Bogor, (0251) 8351256, [email protected] ABSTRAK

ABSTRAK

Akademi sepak bola sedang marak berdatangan ke bumi pertiwi ini, dimulai dari Akademi Sepak

Bola Arsenal di Jakarta Selatan, Real Madrid di Bali, hingga Barcelona di Sentul. Tentunya ini menjadi

tantangan tersendiri bagi para arsitek dalam mendesain bangunan akademi sepak bola yang sesuai dengan

standarisasi akademi sepak bola secara internasional. Tentunya tidak menghilangkan ciri khas dari

Akademi Sepak Bola Barcelona ini sendiri, atau kurikulum dari akademi sepak bola di mana negaranya

berasal. Isu global warming sedang menyebar di seluruh penjuru dunia, dengan peningkatan suhu bumi

yang cukup signifikan setiap tahunnya membuat kami para arsitek ikut turut serta dalam menjaga dan

juga merawat bumi yang kami cintai ini. Tenaga matahari yang dapat dimanfaatkan secara maksimal

sebagai pencahayaan ruang dalam dari akademi sepak bola ini. Akan tetapi cahaya yang masuk ke dalam

bangunan tidak begitu saja secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, tapi melalui pengurangan

tenaga cahaya matahari dengan menggunakan sun shading. Bagaimanakah desain dan juga ukuran dari

sun shading ini yang dapat memenuhi kriteria iklim tropis ini? Seberapa efektif cahaya matahari dapat

mengurangi penggunaan energi listrik.

Kata kunci : Akademi Sepak Bola, Barcelona, Sun Shading

ABSTRACT

Emerging football academy came to this country, starting from the Arsenal Football Academy in

South Jakarta, Bali Real Madrid, to Barcelona in Sentul. Surely this is a challenge for the architects in

designing buildings that football academy in accordance with the standardization of international

football academy. Certainly does not eliminate the hallmark of Barcelona Football Academy itself, or the

curriculum of the college football where the originating country. Global warming issue is being spread

all over the world, with an increase in global temperatures significantly every year makes us the

architects take part in maintaining and caring for the earth we love it. Solar energy that can be fully

utilized as the illumination of the space in this football academy. But the light that enters the building

does not just directly put into the building, but by reducing solar light energy by using sun shading. How

does the design and also the size of the sun shading that can meet the criteria of this tropical climate?

How effective sunlight can reduce electrical energy usage.

Keywords: Football Academy, Barcelona, Sun Shading

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Hal yang melatar belakangi proyek ini adalah, sudah beberapa klub bertaraf

internasional menanamkan modal mereka sejak dini di negara ini, mulai dari Liverpool,

Arsenal, hingga Real Madrid yang telah membuat akademi sepak bola di Indonesia, maka

sangat mungkin klub Barcelona mengikuti langkah yang sebelumnya telah diambil oleh

klub-klub sekelasnya.

Foto 1.1. Akademi Sepak Bola Barcelona

( Sumber :Soccer Camps International )

Melihat bakat-bakat pesepak bola muda yang sekarang sedang naik daun di

Indonesia, para klub internasional seakan-akan berlomba-lomba untuk menanamkan modal

mereka sedini mungkin di sini, sehingga mereka mendapatkan pemain muda yang berbakat

tapi tidak semahal mereka mengambil pemain dari negara-negara Eropa.

Pemilihan lahan yang tepat akan sangat berpengaruh pada proses pelatihan nantinya,

dilihat dari segi iklim, dan letaknya yang berdekatan dengan fasilitas-fasilitas pendukung.

Lahan yang akan saya tuju adalah daerah Alam Sutera, yang merupakan kawasan nyaman

untuk tinggal dengan iklim tropis yang dapat mendukung proses dari pelatihan itu sendiri.

Akses yang dekat dengan Jalan Tol Merak membuat lokasi ini sangat strategis, terutama

pada saat adanya pertandingan di akademi sepak bola ini, para supporter dapat dengan

mudah mengunjungi lokasi, terutama bagi para supporter dari Jakarta.

Gambar 1.1. Fasilitas yang terdapat di Alam Sutera

I.2 Maksud dan Tujuan

Topik sustainable design yang saya pilih merupakan topik yang sudah sering sekali

diangkat di dunia Arsitektur sendiri. Terkait dengan isu Global Warming yang sekarang

sedang marak diperbincangkan di dunia Arsitektur. Melalui sustainable design inilah, kita

dapat ikut serta dalam meredam suhu bumi ini sehingga Global Warming tidak semakin

memburuk keadaannya.

Melalui pencahayaan alami dan pemanfaatan energi secara maksimal, dari alam

dan juga efisiensi pemanfaatan energi buatan manusia kita dapat ikut andil dalam meredam

suhu bumi ini. Tak hanya dari pemanfaatan energi saja, tapi dari desain bangunan yang

dapat mengefisiensikan kerja dari para pengguna bangunan itu sendiri.

Melihat klub Barcelona sendiri sudah merupakan klub internasional yang tenar,

maka bangunan ini akan menjadi sorotan dunia, dan dapat dijadikan contoh oleh bangunan-

bangunan lain di dunia ini. Dengan standar internasional dan juga fasilitas pendukung yang

menunjang kinerja dan juga hemat energi dapat menjadi nilai lebih bagi bangunan ini, tak

hanya sebagai akademi sepak bola biasa, tapi juga bangunan arsitektur dengan nilai seni

tinggi dan juga ramah lingkungan bagi bangunan sekitarnya.

I.3 Lingkup Pembahasan

Penerapan sistem pencahayaan alami di bangunan akademi sepak bola ini akan

menjadi pusat pembahasan dalam desain yang nantinya akan saya desain. Dengan

memanfaatkan cahaya alami, kita dapat menghemat energi listrik, terutama pada waktu

siang hari, dengan begitu, tidak perlu menggunakan listrik sebagai penerangan. Tentunya

pada ruangan-ruangan yang digunakan pada waktu siang hari, seperti contohnya ruang

kelas dan selasar.

Ruangan yang menjadi konsentrasi utama saya adalah ruang huniannya itu

sendiri, yang digunakan oleh para peserta yang sedang menjalani pelatihan sepak bola di

akademi sepak bola ini. Menciptakan ruang hunian yang hemat energi dan juga nyaman

adalah tujuan utama dari proyek ini.

Pencahayaan alami ini tentunya dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu dengan

memanfaatkan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Tentunya tidak sepenuhnya

semua cahaya matahari dimasukkan ke dalam ruangan, karena akan menjadi terlalu

terang dan dapat menaikkan suhu ruangan.

Ada beberapa cara untuk mengatasi penerangan dalam ruangan dengan

memanfaatkan cahaya matahari, yaitu dengan menggunakan sun shading, sehingga

cahaya yang masuk dalam ruangan sudah melalui pantulan dan juga tidak menaikkan

suhu ruangan secara signifikan. Output dari desain saya sendiri nantinya akan lebih

mengutamakan pada desain sun shading dan juga massa bangunan yang memanfaatkan

cahaya matahari secara maksimal.

Massa bangunan yang didesain berpengaruh cukup banyak pada pemanfaatan

cahaya matahari, karena apabila menghadap barat tentunya cahaya yang masuk akan

terlalu banyak dan juga panas, sehingga perlunya mendesain arah massa bangunan dan

bentuk dari massa itu sendiri.

Desain saya tentunya akan menjadi pemecahan dari permasalahan pencahayaan

alami, melalui desain sun shading dan juga massa bangunan yang dibentuk sedemikian

rupa sehingga maksimal secara pemanfaatan cahaya matahari.

I.4 Skematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan

Pemilihan judul dan juga proyek yang akan dikerjakan nantinya, latar belakang,

maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, skematikan pembahasan, kerangka berpikir dari

akademi sepak bola Barcelona.

Bab II Tinjauan dan Landasan Teori

Bagian yang memuat teori – teori yang berisi tentang tinjauan umum, kemudian

tinjauan khusus topik, dan kelengkapan data dan relevansi pustaka pendukung tentang

pencahayaan alami pada ruang-ruang di akademi sepak bola.

Bab III Permasalahan

Penulis mengidentifikasi permasalahan arsitektural yang berhubungan dengan

pencahayaan alami yang dapat dimanfaatkan untuk penerangan pada bangunan

berdasarkan hasil dari tinjauan referensi dan landasan teori yang diperoleh penulis.

Bab IV Analisis

Bab ini berisi analisis tentang penerapan ketajaman dan ketepatan teori

arsitektural yang dipadukan dengan topik di dalam pendekatan perencanaan. Mulai dari

analisis kondisi lingkungan, analisis kegiatan dan sistem ruang, dan analisis sistem

bangunan akademi sepak bola.

Bab V Konsep Perancangan

Terdiri dari dasar perencanaan dan perancangan, konsep perancangan yang terdiri

dari lokasi, tapak, ruang, estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan.

Daftar Pustaka

Sebagai daftar referensi yang digunakan sebagai acuan teori–teori yang

mendukung penelitian ini.

I.5 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Topik Sustainable Design

Tema Pemanfaatan Cahaya Alami

Teori Lokasi Pencahayaan Akademi Sepak Bola

Desain Akademi Sepak Bola Barcelona Berdasarkan Pencahayaan Alami

Permasalahan Analisis

Skematik Design Perancangan

Akademi Sepak Bola

METODE PENELITIAN Menggunakan metode penelitian menganalisa dari data yang telah ada, lalu menggunakan percobaan menggunakan perangkat lunak Autodesk Ecotect lalu digabung dengan rumusan sebagai pendukung perhitungan. HASIL DAN BAHASAN

Pencahayaan alami adalah topik yang saya ambil dan akan saya

terapkan pada akademi sepak bola ini, melalui pencahayaan alami,

bangunan ini dapat menjadi bangunan yang hemat energi, dan juga

memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal.

Tentunya cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak

secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, karena cahaya yang masuk

akan berlebihan, yaitu 100.000 lux, sedangkan cahaya yang dibutuhkan di

dalam ruangan sekitar 1000 lux. Maka dari itu perlu adanya filter untuk

cahaya matahari sehingga cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan.

Sun shading adalah penahan sinar matahari yang akan saya gunakan untuk

akademi sepak bola ini, terutama pada bagian asrama.

Melalui data-data yang saya dapat mengenai matahari yang

menyinari tapak yang terletak di Alam Sutera, Tangerang, saya dapat

mendesain sun shading yang sesuai dengan tapak dan bangunan akademi

sepak bola ini.

Gambar 4.26. Data-data mathari di Tangerang

Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa suhu di daerah

tersebut sepanjang tahun adalah di antara 26oC sampai dengan 27oC.

Pelatihan yang dilakukan di akademi ini dimulai dari bulan September

sampai dengan bulan Maret, di mana suhu di antara bulan-bulan ini adalah

26,03oC sampai dengan 26,49oC. Dapat dilihat dari suhu-suhu ini, suhu yang

berada di tapak akademi sepak bola ini tidak terlalu panas.

Data-data tentang matahari di Tangerang, dapat dilihat pula

lamanya matahari menyinari daerah Tangerang selama 6 bulan ke depan,

mulai dari bulan maret.

Tabel 4.8. Tabel 4. Analisa matahari 6 bulan ke depan

Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa matahari terbit

rata-rata antara jam 6 pagi, dan terbenam pukul 17.50, dengan lama

peredaran matahari selama kurang lebih 11jam 50 menit. Dengan waktu

peredaran matahari yang cukup panjang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin

sebagai pencahayaan dan juga pembangkit energi listrik berupa solar panel

sebagai penambah daya listrik bagi akademi sepak bola.

Analisis Sun Shading

Melalui gambar sun path yang didapat, dapat dilihat untuk daerah

Tangerang memiliki sudut kemiringan matahari maksimal sebsesar 70o,

yaitu pada bulan Desember. Melalui sudut kemiringan tersebut dapat dibuat

sun shading menghadap utara dan selatan dengan panjang tertentu

mengikuti sinar matahari datang, terutama unit hunian, atau kamar tidur dari

peserta akademi sepak bola ini.

Gambar 4.27. Sudut kemiringan matahari terbesar

Dari hasil analisis menggunakan sun path, saya membuat beberapa

alternatif besaran dari sun shading itu sendiri. Dengan mengetahui sudut

matahari sebesar 70 o, saya dapat mengetahui seberapa panjang sun shading

yang harus dibuat, bergantung pada besaran bukaan yang dibuat.

Analisis Sun Shading Utara dan Selatan

Analisis yang pertama adalah mengangkat bagian utara dan selatan

dari bangunan terlebih dahulu untuk mendesain sun shading. Berikut ini

adalah beberapa alternatifnya :

Alternatif pertama menggunakan asumsi tinggi bukaan jendela

setinggi 2m, maka panjang dari sun shading yang diperlukan agar dapat

secara maksimal menghalangi sinar matahari secara langsung adalah 115cm.

Gambar 4.28. Besaran sun shading pada Alternatif 1

Alternatif kedua adalah dengan menggunakan bukaan jendela

setinggi 120cm, maka panjang dari sun shading yang diperlukan adalah

hingga 69cm.

Gambar 4.29. Besaran sun shading pada Alternatif 2

Alternatif ketiga adalah dengan bukaan yang memiliki tinggi 2m,

tapi menggunakan variasi sun shading yang berbeda, yaitu dengan

menggunakan lekukan di ujung sun shading, tapi dengan desain yang seperti

ini akan mengganggu jarak pandang dari pengguna kamar tidur.

Gambar 4.30. Besaran sun shading pada Alternatif 3

Hasil dari ketiga alternatif yang saya buat, dapat dibuat

perbandingan menggunakan tabel, agar terlihat perbedaan antar sun shading

yang satu dengan yang lainnya :

Sun Shading Panjang Sun

Shading

Kekurangan

Alternatif 1 115cm -

Alternatif 2 69cm Bukaan terlalu kecil

Alternatif 3 85cm Sudut pandang

berkurang

Tabel 4.9. Perbandingan 3 alternatif sun shading

Dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif yang terbaik adalah

alternatif pertama, dikarenakan panjang dari sun shading yang sudah

memenuhi standar untuk menghalangi sinar matahari agar tidak langsung

masuk ke dalam ruangan. Seperti yang sudah saya survey di Binus Square

menggunakan sun shading dengan panjang 70cm.

Analisis Sun Shading Timur

Analisis yang selanjutnya adalah analisis sun shading untuk bagian

timur, di mana pada bagian timur terdapat jam-jam tertentu yang memiliki

intensitas sinar matahari yang cukup tinggi, yaitu pada pukul 10.00 hingga

pukul 12.00 siang.

Saya membuat diagram jam matahari yang terbit dari timur pada

pukul 06.00 hingga 18.00 di barat. Melalui diagram ini dapat dilihat sudut

matahari pada jam-jam tertentu, dan dapat ditentukan pula sudut matahari

yang terbentuk, melalui sudut matahari yang terbentuk akan dapat dibuat

desain sun shading yang tepat.

Gambar 4.31. Diagram matahari menurut jam

Dari gambar di atas dapat dilihat sudut yang dibentuk oleh

matahari pada pukul 10.00 adalah 75 o, dengan begitu dapat dibuat sun

shading dengan acuan sudut sebsesar 75 o.

Dengan membuat alternatif desain sun shading menggunakan

acuan sudut sebsar 75o dan tinggi bukaan atau jendela adalah 200cm, maka

panjang dari sun shading yang terbentuk adalah sepanjang 99cm.

Gambar 4.32. Alternatif sun shading yang menghadap timur

Sun shading dengan panjang 99cm ini dapat diterapkan pada

bangunan sudut barat dan timur, karena analisis ini menurut arah mata angin

barat dan timur.

Alternatif kedua dari sun shading yang menghadap ke timur adalah

dengan menggunakan bukaan setinggi 100cm, dan berjarak 100cm dari

lantai, sehingga cahaya yang masuk dari jendela ini dapat digunakan untuk

penerangan meja belajar.

Panjang dari sun shading sendiri yaitu sepanjang 58cm, dihasilkan

dari sudut yang dibentuk oleh matahari, yaitu sebesar 75o.

Gambar 4.33. Alternatif 2 sun shading yang menghadap timur

Dari kedua alternatif ini terdapat kekurangan dari masing-masing

alternatif, yaitu :

Sun Shading Panjang Sun

Shading

Kekurangan

Alternatif 1 99cm Bukaan terlalu tinggi

Alternatif 2 58cm -

Tabel 4.10. Perbandingan 3 alternatif sun shading arah timur

Alternatif 1 sangatlah tidak cocok, dikarenakan tinggi jendela yang

terlalu besar dan juga penggunaan material untuk membuat sun shading

menjadi banyak, karena sun shading pada alternatif 1 sangat panjang.

Alternatif 2 adalah solusi yang cocok, karena tinggi dan juga

panjang dari sun shading yang sesuai dengan kebutuhan.

Analisis Sun Shading Barat

Untuk analisis sun shading yang menghadap barat sendiri memiliki

sudut matahari yang cukup besar, dikarenakan panas matahari yang

menghadap barat mulai dari pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00, maka

dari itu saya menggunakan jenis sun shading yang berbeda, yaitu dengan

memantulkan cahaya yang masuk ke dalam bangunan melalui sun shading

itu sendiri.

Gambar 4.34. Sun shading bagian barat

Dengan tinggi bukaan 200cm, dapat diaplikasikan sun shading

dengan bentuk sirip, atau pada sisi samping dengan lebar 50cm yang

diterapkan berulang kali sepanjang jendela, dengan jarak antar sirip 50cm.

Gambar 4.35. Alternatif sun shading bagian barat

Analisis Sirip Sun Shading

Panjang sirip dari sun shading, atau sisi samping sun shading memiliki rumus tersendiri yang berbeda dengan sun shading sebelumnya, yaitu :

H = D x tan ( solar altitude )

Cos ( solar azimuth – window azimuth )

Gambar 4.36. Rumus sirip sun shading

Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa :

H = 200cm

Solar altitude = 70o

Solar azimuth = 60o

Window azimuth = 90o

200cm = D x tan 70o

Cos ( 90o - 60o )

200cm = D x 1,221

0,154

200cm = D x 1,221

0,154

30,8 = D

1,221

D = 24,57cm => 25cm

Gambar 4.37. Sun shading atas dan sirip samping

Contoh di atas adalah contoh hasil dari analisis matahari yang

menghasilkan sun shading sirip atas dan juga sirip samping, dengan

menggunakan alternatif 1 menghadap arah mata angin selatan atau utara

yaitu dengan sun shading atas sepanjang 115cm, tinggi 200cm, dan sirip

samping 25cm.

Penerapan pada sirip samping yang menghadap timur sebenarnya

sama saja, yaitu sepanjang 25cm, dikarenakan solar altitude dan solar

azimuth yang sama, menghasilkan perhitungan yang sama, sehingga tidak

ada perbedaan panjang sirip samping antara yang menghadap utara selatan

dengan sudut timur.

Alternatif bentuk-bentuk dari sun shading yang dapat diterapkan

adalah :

Gambar 4.38. Alternatif bentuk sun shading

Sun Shading Estetika Fungsi

Alternatif 1 2 4

Alternatif 2 2 2

Alternatif 3 3 4

Tabel 4.11. Perbandingan 3 alternatif sun shading final

Keterangan : 1 : kurang 2 : cukup 3 : baik 4 : sangat baik

Dari tabel di atas dapat dilihat dari ketiga alternatif sun shading

yang ada, yang terbaik adalah alternatif 3, karena pada alternatif ketiga tidak

adanya pengurangan panjang dari sirip sun shading ataupun atap sun

shading itu sendiri, sedangkan pada alternatif 1, memiliki bentuk yang

terlalu kaku, sehingga kurang cocok digunakan.

Menurut Libria Widiastuti ( 2004 ) kuat cahaya matahari rata-rata

pada Indonesia adalah di kisaran 40.000 lux. Dengan mengetahui kuat

cahaya matahari ini saya dapat menghitung besaran cahaya yang masuk ke

dalam ruangan hunian melalui bukaan sebesar 1m x 1m dengan sun shading

sepanjang 58cm, sirip 25cm dan menghadap timur.

Dengan menggunakan software Autodesk Ecotect, saya dapat

menghitung besaran dari cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan.

Gambar 4.39. Analisa menggunakan Autodesk Ecotect

Bulan/Jam 07.00 10.00 12.00 14.00 16.00

Maret 127 lux 147 lux 127 lux 127 lux 127 lux

Juni 107 lux 127 lux 107 lux 107 lux 107 lux

September 127 lux 147 lux 127 lux 127 lux 127 lux

Desember 107 lux 127 lux 107 lux 107 lux 107 lux

Tabel 4.12. Tingkat cahaya sepanjang tahun

Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa rata-rata

pencahayaan yang diukur 80cm dari lantai dan tepat di depan jendela adalah

107 lux sampai dengan 147 lux, sedangkan standarisasi penerangan pada

ruang tidur adalah 120-150 lux. (Sumber : SNI, 2001)

Dengan rata-rata penerangan dalam ruangan 127 lux, maka

penerangan ruang tidur akademi sepak bola ini sudah memenuhi standar

yang ditentukan.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pemanfaatan cahaya matahari masih dapat diterapkan pada unit asrama akademi sepak bola Barcelona ini. Dengan menggunakan pencahayaan alami, dapat memenuhi kebutuhan penerangan bagi pengguna ruang asramanya.

Perkembangan arsitektur semakin maju dan semakin memungkinkan kita menggunakan semua teknologinya dan semakin menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan bahkan merusaknya, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan semakin mengurangi perusakan alam, maka kita dapat menciptakan bumi yang saling berkesinambungan dan juga sustainable. REFERENSI

Bell,P.A., Greene., T.C., Fisher., J. D., & Baum., A. (1996). Environmental Psychology.

Fourth Edition. Fort Worth : Harcourt Brace College Publisher.

Broadbent. (1990). Design in Architecture : Architecture and Human Sciences Chichester

: Jhon Wiley and Sons.

Charles, JK (2008). Sustainable Construction “green building design and

delivery”.Canada:John Wiley & Sons.

Ching, Francis, D.K. (2000), Arsitektur “Bentuk, Ruang dan Tatanan”, edisi 2, Jakarta :

Erlangga

Daniel, EW. (2007). Sustainable Design “ecology, architecture, and

planning”.Canada:John Wiley & Sons.

Davis, Gray. (2002). “Photovoltaic Solar Electric System”. Kansas

Eugel, Heino. (2009). Structure Systems 4th Edition. Canada

Fireza, Doni. (2008). Penggunaan Potensi Sumberdaya yang Terbaharukan dalam

Merancang Lingkungan Perkotaan. (27-02-2012 14:40).

http://ruanghijau.wordpress.com/2008/12/01/penggunaan-potensi-sumberdaya-

yang-terbaharukan-dalam-merancang-lingkungan-perkotaan/

Fisher, J.D, dkk. (1984). Enviromental Psychology. New York : CBS College Publishing

Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga

Neufert, Ernst (2002). DATA ARSITEK JILID 2. (Jilid 1) Jakarta : Erlangga

No Name (2012). Asian Soccer Academy. (16-03-2012 19:25).

http://www.asiansocceracademy.com/

No Name (2012). FC Barcelona Camp 2012. (23-02-2012 15:50).

http://www.soccercampsinternational.com/barcelona-soccer-camp-daily-activities

No Name (2012). Gaisma Sun Analysis. (16-03-2012 17:20).

http://www.gaisma.com/en/location/tangerang.html

No Name (2012). Onyx Solar. (27-02-2012 14:23). http://www.onyxsolar.com/power-

per-unit-area.html

No Name (2012). Prakiraan Cuaca Propinsi Banten. (17-03-2012 09:30).

http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/propinsi/11

One, Page. (2005). Architecture on Sports Facilities. Singapore : Page One

RIWAYAT PENULIS Adri Hermawan lahir di kota Bogor pada 5 Februari 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Arsitek dan Fotografer di AWproject. Penulis aktif di (organisasi profesi) sebagai (jabatan).