akad musyarakah

Upload: pritta-amina-putri

Post on 21-Jul-2015

1.488 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

MUSYARAKAH () (PARTNERSHIP- PROJECT FINANCING PARTICIPATION)(Fatwa DSN No. 08/DNS-MUI/IV/2000 Oleh: Drs.M. Abduh Khalid.M.M.Si

1

PENGANTARProfit-Loss Sharing (PLS) merupakan jantung (hubb) sistem keuangan Islam PLS diyakini lebih mencerminkan keadilan bagi pelaku ekonomiPLS sesuai dengan fitrah bisnis yang selalu untung dan rugi. Secara umum implementasi konsep ini terdapat dalam mudharabah & musyarakah.

Dalam pertanian, muzaraah dan musaqat.

2

PENGERTIAN MUSYARAKAH-1Menurut Bahasa: Musyarakah = percampuran (( )Taqiyudin, t.th:208). Yang dimaksud percampuran disini = seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin dibedakan (al-Jaziri,1969:63). Menurut Istilah:

Akad antara dua orang bersyarikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan" (Sabiq, 1977:294).

3

PENGERTIAN MUSYARAKAH-2

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001:90).

4

LANDASAN SYARIAH MUSYARAKAH

Maka mereka berserikat pada 1/3 (QS An Nisaa/4:12)

Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini (QS Shaad/38:24).

Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Jika terjadi penghianatan, maka aku akan keluar dari mereka. (HR Abu Daud)

5

LANDASAN SYARIAH MUSYARAKAH

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNyalah pengetahuan tentang hari kiamat,dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang di dalam rahim, Dan Tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa (berapa) hasil usahanya besok dan tiada seorangpun mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha Mengenal.(QS Luqman:34)

6

Para ahli ekonomi Islam menjadikan ayat ini sebagai landasan (dasar/dalil) bagi konsep bagi hasil. Hasil Investasi PLS (bagi hasil) tidak bisa dipastikan, karena hanya Allah yang mengetahui hasilnya di masa depan. Ayat ini bertentangan dengan konsep bunga yang memastikan jumlah hasil investasi di masa depan. Kepastian tersebut bertentangan dengan fitrah bisnis yang mengandung 3 kemungkinan ; untung, no return (BEP) dan rugi.Besarnya keuntungan juga berfluktuasi, sehingga tidak bisa dipatok pada angka tertentu.

7

Oleh karena hanya Allah yang bisa memastikan berapa hasil keuntungan di masa depan dan bagaimana hasil bisnisnya, sementara manusia tidak bisa mengetahuinya, maka maka konsep bunga yang diterapkan manusia sesungguhnya bertentangan dengan konsep tauhid, karena bunga memastikan berapa keuntungan di masa depan.

8

Shigat (ucapan): Ijab dan Qabul (penawaran Dan penerimaan)

Pihak yang berkontrak/berakad: () dan pelaksana ()

RUKUN MUSYARAKAH

Obyek kesepakatan/ kontrak : modal dan kerja.

9

Musyarakah yang tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih

Musyarakah Pemilikan JENIS MUSYARAKAH

Musyarakah AkadMusyarakah yang terjadi karena kesepakatan dua orang/lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

10

Jenis-jenis Musyarakah Menurut Fikih KlasikJabariAmlak Ikhtiari

SyirkahUqud

InanMufawadhoh

WujuhAbdan

11

Musyarakah UqudInan Wujuh

MusyarakahMufawadhah Abdan

Mudharabah12

MACAM-MACAM SYIRKAHObjek PercampuranUang Rp.(xx) Uang Rp.(yy) Skill/Tenaga Goodwill Skill/Tenaga Uang Rp.(xx) Uang Rp.(xx) Uang Rp.(zz) Uang Rp.(zz) Skill/Tenaga

Jenis-jenis SyirkahSyirkah Mufawadah Syirkah Inan Mudarabah Syirkah Wujud Syirkah Abdan

13

SYIRKAH AL-INAN ()

Setiap pihak memberikan porsi dari keseluruhan dana Berpartisipasi dalam kerja Berbagi keuntungan dan kerugian yang besar kecilnya telah disepakati bersama Semua ulama membolehkan jenis Musyarakah ini

14

SYIRKAH MUFAWADHAH )(

Setoran dana harus sama Keuntungan & Kerugian

Kerja dan Tanggung JawabBeban Hutang

Dibagi Sama

15

SYIRKAH AMAAL ((

Kerjasama dua pihak atau lebih yang masingmasing mempunyai keahlian yang sama Contoh :Arsitek dengan arsitek yang lain bekerjasama untuk membangun proyek Penjahit dengan penjahit menerima order pembuatan seragam kantor

Disebut juga sebagai: SYIRKAH ABDAN atau SANAAI

16

SYIRKAH WUJUH ()

Yang dipertaruhkan dalam praktek ini adalah REPUTASI dan PRESTISE Membeli barang secara kredit dan dijual secara tunai Keuntungan & kerugian dibagi berdasarkan jaminan yang diberikan kepada penyuplai Karena tidak perlu modal, maka kontrak ini lazim disebut sebagai SYIRKAH PIUTANG

17

Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

Syarat-Syarat Musyarakah -Pihak yang Berakad-

Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk 18 kepentingannya sendiri.

Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Sebagian dari modal bukan piutang salah satu pihak musyarakah bersangkutan atas yang lain. Tidak boleh mencampur adukan harta pribadi bagi salah satu pihak dengan harta musyarakah.

Syarat-Syarat Musyarakah -Modal-

Saham tidak disyaratkan sama antara semua pihak musyarakah.

Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan atau menyumbangkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 19

Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan bagi dirinya.

Syarat-Syarat Musyarakah -KerjaSetiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

20

Keuntungan harus dikuantifikasi ( nisbah) untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

Syarat-Syarat Musyarakah -Keuntungan-

Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.

Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.

21

SYARAT-SYARAT MUSYARAKAH -Keuntungan-2

Contoh :Jika X dan Y berkongsi dalam musyarakah dan keduanya menyepakati bahwa X mendapatkan Rp 1.500.000,per bulan, .. MAKA : Jika keduanya bersepakat bahwa X mendapatkan 25% dari dana investasinya,

Musyarakah Ini BATAL

22

Bila keuntungan diatas proyeksi

Maka

Keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka kecuali salah satu pihak merelakan bagiannya diberikan kepada pihak lain.

Syarat-Syarat Musyarakah -Keuntungan-3

Bila keuntungan sesuai proyeksiMaka

Keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka Bila keuntungan dibawah proyeksi Keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka, kecuali apabila salah satu pihak merelakan bagiannya untuk menutup proyeksi

Maka

23

SYARAT-SYARAT MUSYARAKAH -Kerugian-1

Bila terjadi kerugian yang bukan disebabkan oleh pengurangan kapasitas kerja atau melanggar syarat-syarat yang telah disepakati oleh pelaksana operasional, maka kerugian itu ditanggung oleh semua pemilik saham. Masing-masing sesuai dengan persentase sahamnya dalam modal, dan pembagiannya tidak boleh dengan persentase lain, seperti dalam pembagian laba.

24

SYARAT-SYARAT MUSYARAKAH -Kerugian-2Para fuqoha sepakat bahwa kerugian dalam syirkah harus proporsional dengan jumlah modal disetor. Segala persyaratan yang bertentangan dengan kesepakatan fuqoha ini mengakibatkan batalnya syirkah.

Kesepakatan ini dinyatakan dalam kaidah:

Keuntungan sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian sesuai modal (disetor)

Contoh :Seorang partner menyetor 40% saham ke dalam musyarakah, maka jika syirkah rugi, ia hanya bertanggung jawab 40% dari kerugian

25

SYARAT-SYARAT MUSYARAKAH -Kerugian-3

Para pemilik saham tidak boleh menuntut pelaksana operasional dalam keadaan rugi. Kecuali, bila terbukti bahwa pelaksana mengurangi kapasitas kerjanya, maka ganti rugi dapat diminta senilai kerugian akibat pengurangan kapasitas kerja itu

26

PERBEDAAN MUDHARABAH DENGAN MUSYARAKAHMUDHARABAH (07/DSN-MUI/IV/2000) MUSYARAKAH (08/DSN-MUI/IV/2000)

1.Trust Financing ( pihak 1. Joint Financing ( pihak pertama pertama/ shahibul maal dan pihak kedua memiliki menyediakan seluruh modal kontribusi modal) (100%) dan pihak kedua (mudharib) bertindak sbg pengelola. 2. Keuntungan yang diperoleh 2. Keuntungan dan kerugian yang dibagi secara proporsional timbul dibagi secara proporsional sesuai nisbah. sesuai akad. 3. Kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama bukandiakibatkan karena kelalaian pengelola usaha.

27

PERBEDAAN MUDHARABAH DENGAN MUSYARAKAHMUDHARABAH (07/DSN-MUI/IV/2000) 4. MUSYARAKAH (08/DSN-MUI/IV/2000)

5.

Pemilik modal tidak turut 4. Pemilik modal dapat turut campur dalam campur dalam pengelolaan pengelolaan usaha tetapi usaha. mempunyai hak untuk melakukan pengawasan . 5. Biaya operasional dibebankan kepada modal Biaya operasional bersama dibebankan kepada mudharib.

28

Profit SharingBagi hasil dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya yang berkaitan langsung dengan pengelolaan dana mudharabah/musyarakah

KONSEP PEMBIAYAAN BAGI HASIL

Net Revenue SharingBagi hasil dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah/musyarakah.

29

Prinsip Distribusi Hasil UsahaUraian Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Beban Laba rugi bersih Jumlah Metode

100 65 ---------35 Net Revenue Sharing 25 ---------10 Profit Sharing

30

LANDASAN SYARIAH PROFIT SHARINGAbu Hanifah, Malik dan Zaidiyah:Mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya itu di perjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum dsb.

Imam Hambali: Membolehkan mudharib untuk menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan izin shahibul maal. Besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boleh boros.

31

LANDASAN SYARIAH NET REVENUE SHARINGSyafii :Mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan).

Karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan, maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu, atau mendapatkan bagian yang lebih besar dari shahibul maal.

32

Fatwa MUI (DSN) No.15/2000Ketentuan Umum :Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing). Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.

1

2

3

33

PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL

1

Berdasarkan kesepakatan antara Bank dan Nasabah. Nisbah satu nasabah dengan nasabah lain, bisa saja berbeda walaupun jenis usahanya sama.

2 3

Perbedaan nisbah disebabkan antara lain: a. b. c.Pengalaman dan keahlian nasabah Efisiensi usaha Tingkat keuntungan yang diproyeksikan.

34

JAMINAN DALAM MUSYARAKAH-1

Apabila usaha musyarakah mengalami kerugian yang terjadi bukan karena pengurangan kapasitas kerja atau pelanggaran syarat-syarat yang telah disepakati dalam transaksi, musyarik tidak dibebani membayar modal dengan jaminan. Tetapi apabila terjadi akibat pengurangan kapasitas kerja atau pelanggaran syarat-syarat yang telah disepakati, shahibul maal mempunyai hak untuk menerima kembali modalnya secara utuh dan meminta ganti rugi. Maka bank syariah boleh meminta kepada musyarik jaminan atau barang yang layak.

35

JAMINAN DALAM MUSYARAKAH-2 Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang) (QS Al Baqarah/2:283).

Jaminan musyarakah adalah jaminan pengurangan kapasitas kerja musyarik dan pelanggaran syarat-syarat transaksi. Jaminan bukanlah sebagai imbalan dari mendapatkan keuntungan tertentu dan bukan untuk ganti rugi yang terjadi diluar kemampuan musyarik.

36

F. JAMINAN (COLATERAL) DALAM MUDHARABAH

Ciri khas pembiayaan musyarakah menuntut saling percaya yang tinggi antar nasabah dengan bank. Menurut pendapat para fuqaha bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Dalam hal character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi wakil dari shahibul mal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul mal, sehingga wajiblah baginya berlaku amanah.3 37 7

Jika musyarik melakukan keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana, yaitu melakukan pelanggaran, kesalahan, dan keterlaluan dalam perilakunya yang tidak termasuk bisnis musyarakah yang disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, musyarik tersebut harus menanggung kerugian musyarakah sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggung jawab-nya.

38

Bank syariah tidak dapat menyalurkan begitu saja dananya kepada musyarik atas dasar kepercayaan, karena selalu ada risiko bahwa pembiayaan yang telah diberikan kepada musyarik tidak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak.

3 39 9

Begitu dana dikelola oleh musyarik, maka akses

informasi bank terhadap usaha musyarik menjadi terbatas. Dengan demikian, terjadi assymmetric information di mana musyarik mengetahui informasi-informasi yang tidak diketahui oleh bank. Pada saat yang sama timbul moral hazard dari si

musyarik, yakni musyarik melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan musyarik dan merugikan shahib al-mal (dalam hal ini bank syariah dan nasabah pemilik dana pihak ketiga).

40

Tujuan Pengenaan Jaminan

Untuk menghindari moral hazard musyarik, bukan untuk "mengamankan nilai investasi bank Syariah jika terjadi kerugian karena faktor risiko bisnis. Tegasnya, bila kerugian yang timbul disebabkan karena faktor risiko bisnis, jaminan musyarik tidak dapat disita oleh shahib al-mal.

Pengenaan jaminan yang bertujuan untuk menjaga harta masyarakat DPK disebut maslahah li hifzil mal

41

Untuk menghindari adanya moral hazard dari pihak musyarik yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib al-mal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada musyarik. Jaminan ini akan disita oleh shahib almal jika ternyata timbul kerugian karena musyarik melakukan kesalahan, yakni lalai dan/atau ingkar janji.4 42 2

Setiap pihak berhak mengakhiri musyarakah dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak lain.

BERAKHIRNYA AKAD MUSYARAKAH

Jika salah satu pihak meninggal, maka musyarakah berakhir dengannya. Ahli warisnya yang akan menggantikan kedudukannya.

Jika salah satu pihak hilang akal, seperti gila atau terkena penyakit yang mengakibatkan tidak mampu melakukan kegiatan komersial, musyarakah berhenti dengannya.

43

MUSYARAKAH MUTANAQISAH-1 (Decreasing Partnership)

Jenis musyarakah dimana musyarik berhak menggantikan bank dalam memiliki proyek dengan satu kali bayar atau cicilan, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati. Sifat operasionalnya, adalah berdasarkan pengaturan rencana demi terhindarnya sebagian pemasukan musyarik, sebagai bagian untuk mengembalikan nilai saham.

Para ahli fikih modern menyebut musyarokah mutanaqisah dengan bermacam-macam istilah seperti al-bay at-Tajiri.

44

MUSYARAKAH MUTANAQISAH-2Pemakaian Musyarakah mutanaqisah adalah menunjuk kepada pemikiran bank syariah yang memberikan suplai dana, dimana musyarakahnya berkurang begitu bagian suplai dananya dikembalikan. Musyarakah mutanaqisah juga dinamakan dengan musyarakah yang berakhir dengan pemilikan. Penamaan ini berdasarkan atas pemikiran musyarik, akan memiliki proyek atau operasional kerja setelah ia mampu untuk mengembalikan saham bank.45

MUSYARAKAH MUTANAQISAH-3Biasanya Bank Syariah dalam memberikan suplai dana musyarakah mutanaqisah mensyaratkan bahwa bank mulai melepaskan proyek, setelah periode tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan. Dalam menentukan periode tersebut, proyek tetap yang dibiayai itu, telah mulai menghasilkan pendapatan rata-rata rasional, dan tidak melepaskan proyek pada periode permulaan dimana rata-rata pendapatan masih sangat rendah.46

Bank menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

Manfaat Musyarakah

Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cara cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

47

Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan incentive compatible constraints (batasan-batasan untuk memberikan insentif bagi nasabah untuk berlaku jujur).

Risiko MusyarakahSide streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam akad.

Lalai dan kesalahan yang disengaja.

48

Prinsip bermitra (bagi hasil) tidak ada di bank konvensional.

PERBEDAAN MUSYARAKAH DENGAN BANK KONVENSIONAL

Bank konvensional menyalurkan berbagai kredit (kredit mobil,kredit rumah,kredit modal kerja,kredit usaha kecil) yang seluruhnya berbasis bunga.

Bank konvensional menetapkan return tetap, misalkan 18% per tahun dari plafond kredit, sedangkan return bagi hasil nasabah bisa diatas atau dibawah 18%.

49

SKEMA MUSYARAKAHNasabah Parsial : Asset Value PROYEK/USAHA KEUNTUNGAN Bagi Hasil Keuntungan Sesuai porsi kontribusi modal (nisbah) Bank Syariah Parsial : Pembiayaan

50

Skema Musyarakah (Profit)Sales = Rp 350 Jt COGS = Rp 250 Jt Net = Rp 100 Jt OH = Rp 35 Jt Profit = Rp 65 Jt

Nasabah (Shahibul Maal) Modal =Rp 100 Jt

Bank (Shahibul Maal) Modal = Rp 150 Jt

PROJECT

30 %30% x Rp 65 Jt = Rp 19.5 Jt

Profit Rp 65 Jt

Pendapatan Bagi Hasil Utk Bank

70 %

70% x Rp 65 Jt = Rp 45.5 Jt

51

Skema Musyarakah (Loss)Sales = Rp 350 Jt COGS = Rp 250 Jt Net = Rp 100 Jt OH = Rp 125 Jt Profit =(Rp 25 Jt)

Nasabah (Shahibul Maal) Modal =Rp 100 Jt

Bank (Shahibul Maal) Modal = Rp 150 Jt

PROJECT

60 %(Rp100Jt/Rp250Jt) x Rp 25 Jt = Rp 10 Jt Modal berkurang Rp 90 Jt

Rugi Rp 25 Jt

Pendapatan Bagi Hasil Utk Bank

40 %

(Rp150Jt/Rp250Jt) x Rp 25 Jt = Rp 15 Jt Modal berkurang Rp 135 Jt

52

CONTOH SOAL MUSYARAKAHBapak Sholeh mendapat proyek untuk pembuatan gedung SD di Cihiris dengan nilai Rp 200.000.000,- Jangka waktu 6 (enam) bulan dengan pembayaran pada saat proyek selesai. Modal kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek Rp 150.000.000. Bapak Soleh telah memiliki modal sendiri Rp 50.000.000. Hitung nisbah bagi hasilnya.Nilai Proyek Kebutuhan Modal Kerja Modal Sendiri Pembiayaan Bank Rp 200.000.000 Rp 150.000.000 Rp 50.000.000 Rp 100.000.000

Proyeksi Keuntungan (expected return)Proyeksi Keuntungan untuk Bank Rp 100.000.000 X 2% X 6 Bulan Perhitungan nisbah untuk Bank Rp 12.000.000 :Rp 50.000.000 X 100% Perhitungan nisbah untuk Bapak Soleh

Rp 50.000.000Rp 12.000.000 24 % dari proyeksi keuntungan

100% -24% = 76% dari proyeksi keuntungan. (Rp 38.000.000)

53