aisha (141610101058)_pcl 67_butir pancasila

6
Undang-Undang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai Wujud Penghargaan terhadap Karya Orang Lain oleh: Aisha Rahma Fairuz NIM 141610101058 PCL 67 Hak kekayaan intelektual menurut Saidin, H. OK. adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial, benda tidak berwujud. HaKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena ada memampuan intelektual manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karya-karya intelektual tersebut, apakah dibidang ilmu pengetahuan, ataukah seni, sastra, atau teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu bahkan biaya. Dalam Pancasila, perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual, tersirat dalam butir Pancasila sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yakni tentang menghargai karya orang lain. Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual pada awalnya merupakan bentuk perlindungan yang di berikan oleh negara atas ide atau hasil karya warga negaranya, dan oleh karena itu maka Hak atas Kekayaan Intelektual pada pokoknya bersifat teritorial kenegaraan. Adapun hukum akan HaKI ini bersifat teritorial artinya jika didaftarkan di Indonesia maka hukum hanya dapat melindungi hak nya jika ada

Upload: aisha-rahma-fairuz

Post on 04-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

butir pancasila pcl 67

TRANSCRIPT

Page 1: Aisha (141610101058)_pcl 67_butir Pancasila

Undang-Undang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai Wujud

Penghargaan terhadap Karya Orang Lain

oleh:

Aisha Rahma Fairuz

NIM 141610101058

PCL 67

Hak kekayaan intelektual menurut Saidin, H. OK. adalah hak kebendaan, hak

atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari

pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial,

benda tidak berwujud.

HaKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang

timbul atau lahir karena ada memampuan intelektual manusia dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi. Karya-karya intelektual tersebut, apakah dibidang ilmu

pengetahuan, ataukah seni, sastra, atau teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan

tenaga, waktu bahkan biaya.

Dalam Pancasila, perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual, tersirat dalam

butir Pancasila sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yakni tentang

menghargai karya orang lain. Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual pada

awalnya merupakan bentuk perlindungan yang di berikan oleh negara atas ide atau

hasil karya warga negaranya, dan oleh karena itu maka Hak atas Kekayaan

Intelektual pada pokoknya bersifat teritorial kenegaraan. Adapun hukum akan HaKI

ini bersifat teritorial artinya jika didaftarkan di Indonesia maka hukum hanya dapat

melindungi hak nya jika ada pelanggaran di Indonesia. Hak atas kekayaan Intelektual

ada dua yaitu Copyrights (Hak Cipta) dan Industrial Property Rights (Hak Milik

Industri).

Dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 pengertian hak cipta

adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Contoh kasus pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual berupa hak cipta

dituduhkan kepada Inul Daratista selaku pemilik tempat karaoke Inul Vizta pada

bulan Oktober 2014. Musisi reggae Tony Q Rastafara melaporkan Inul Vizta ke

Polda Metro Jaya karena di tempat karaoke Inul Vizta terdapat 10 lagu milik Tony

tanpa izin. Tony menjelaskan bahwa pihaknya tidak pernah memberikan izin kepada

Page 2: Aisha (141610101058)_pcl 67_butir Pancasila

Inul Vizta untuk menyiarkan, mempubilkasikan atau mengkomersilkan lagu-lagu

ciptaannya. Selain itu, pihak Inul Vizta juga tidak pernah membayar atau

memberikan royalty kepada pihak Tony meskipun Inul Vizta telahh mengambil

keuntungan terhadap lagu-lagu ciptaan Tony. Inul Vista diduga melakukan

pelanggaran tindak pidana Pasal 72 ayat (1) dan ayat (2) UU RI No. 19 tahun 2002

tentang Hak Cipta. Yang berbunyi

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan

ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1

(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta

rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,

atau menjualkepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran

Hak Cipta atau Hak Terkaitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dalam kasus ini Jika terbukti bersalah maka akan di perjara paling lama 7

tahun dan denda maksimal Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pelanggaran terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual juga terjadi pada hak

milik Industri misalnya sengketa sepeda motor Tossa Krisma dengan Honda

Karisma. Kasus ini berawal dari kesalahan penemu merek. Dilihat dengan seksama

antara Krisma dan Karisma memiliki penyebutan kata yang sama. Tossa Krisma

diproduksi oleh PT.Tossa Sakti, sedangkan Honda Karisma diproduksi oleh PT.Astra

Honda Motor. PT.Tossa Sakti tidak dapat dibandingkan dengan PT.Astra Honda

Motor (AHM), karena PT.AHM perusahaan yang mampu memproduksi 1.000.000

unit sepeda motor per tahun. Sedangkan PT.Tossa Sakti pada motor Tossa Krisma

tidak banyak konsumen yang mengetahuinya, tetapi perusahaan tersebut berproduksi

di kota-kota Jawa Tengah, dan hanya beberapa unit di Jakarta.

Permasalahan kasus ini tidak ada hubungan dengan pemroduksian, tetapi

masalah penggunaan nama Karisma oleh PT.AHM. Sang pemilik merek dagang

Krisma (Gunawan Chandra), mengajukan gugatan kepada PT.AHM atas merek

tersebut ke jalur hukum. Menurut beliau, PT.AHM telah menggunakan merek

tersebut dan tidak sesuai dengan yang terdaftar di Direktorat Merek Dirjen Hak

Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM. Bahkan PT.AHM diduga telah

Page 3: Aisha (141610101058)_pcl 67_butir Pancasila

menggunakan merek tidak sesuai prosedur, karena aslinya huru Karisma di desain

dengan huruf balok dan berwarna hitam putih, sedangkan PT.AHM memproduksi

motor tersebut dengan tulisan huruf sambung dengan desain huruf berwana.

Dari kasus tersebut, PT.AHM dikenakan pasal 61 dan 63 Undang-Undang

No.15 Tahun 2001 tentang merek sebagai sarana penyelundupan hukum. Sengketa

terhadap merek ini terjadi dari tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2011, hal ini

menyebabkan penurunan penjualan Honda Karisma dan pengaruh psikologis

terhadap konsumen. Kini, PT.AHM telah mencabut merek Karisma tersebut dan

menggantikan dengan desain baru yaitu Honda Supra X dengan bentuk hampir

serupa dengan Honda Karisma.

Pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual memiliki dampak negatif,

diantaranya: sang pencipta menjadi takut untuk membuat sesuatu, terciptanya hasil

karya bajakan, tidak dapat menghargai suatu ciptaan orang lain, merugikan

pencipta/pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual, misalnya mem-foto kopi

sebagian atau seluruhnya ciptaan orang lain kemudian dijual/belikan kepada

masyarakat luas, merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan

yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan,

bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya memperbanyak dan

menjual video compact disc (vcd) porno dan pelanggaran Hak atas Kekayaan

Intelektual akan membawa dampak buruk bagi pengembangan i1mu pengetahuan,

teknologi, seni dan sastra.

Upaya pemberantasan pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual sebaiknya

dilakukan untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkannya. Pemerintah dan

instansi terait dalam hal ini sudah berupaya semaksimal mungkin dengan cara

mengeluarkan peraturan perundangan yang mengatur Hak atas Kekayaan Intelektual

di segala bidang. Peraturan-peraturan tersebut dibuat sedemikian rupa dengan sanksi

tegas yang harus dipatuhi oleh semua penduduk negara Indonesia. Peraturan

perundangan tersebut diantaranya:

a. Undang-undang

UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

Page 4: Aisha (141610101058)_pcl 67_butir Pancasila

UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

b. Peraturan Pemerintah:

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang

Jenis Dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Tata Cara Permohonan dan Penerbitan Izin

Operasional Serta Evaluasi Lembaga Manajemen Kolektif

Peraturan Pemerintah Republik Indo4nesia Nomor 38 Tahun 2009 tentang

Jenis Dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Peraturan Bersama Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan

Kementerian Komunikasi dan Informatika

c. Keputusan Menteri

Keputusan Menteri Hukum dan HAM Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Manajemen Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kekayaan Intelektual

d. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual

Keputusan Direktur Jenderal KI Tentang Pemberlakuan Sistem Otomasi

Administrasi Kekayaan Intelektual (Industrial Property Automation System -

IPAS) di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Keputusan Direktur Jenderal KI Tentang Penetapan Penggunaan Sistem

Otomasi Merek Berbasis Industrial Property Automation System