aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/bab-4-ok.docx · web view3iv. hasil dan...

87
3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak dan Batas Lokasi Kawasan Wisata terletak di Pesisir Desa Suli sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (UU RI No. 26 tahun 2007). Secara geografis berada pada Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, pada kedudukan 3 0 15’ - 3 0 40’ LS dan 126 0 30’ - 127 0 BT. Kawasan Wisata memiliki topografi wilayah yang datar dengan bagian pesisir terdapat pantai yang landai. Ditinjau secara geografi Desa Suli berbatasan di sebelah Utara dengan gunung Salahutu, sebelah Selatan dengan Teluk Baguala sedangkan secara administratif berbatasan di sebelah Timur dengan Desa Tulehu dan Desa Tial, sebelah Barat dengan Desa Passo. Desa Suli terbagi atas 4 (empat) Dusun yaitu Dusun Amalatuei terletak pada RT 1 s/d RT 11 dan RT 19 s/d RT 24 tepatnya di Suli bawah samping gereja Pentakosta s/d Jembatan Sungai Lorihua, Suli atas samping SD, daerah pengungsi Banda, Rindam s/d Jembatan Dua. Dusun Latuslamu terletak pada RT 12 s/d RT 15 dan RT 25 s/d RT 27 tepatnya 36

Upload: vuquynh

Post on 10-May-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak dan Batas Lokasi

Kawasan Wisata terletak di Pesisir Desa Suli sebagai daerah peralihan

antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan

laut (UU RI No. 26 tahun 2007). Secara geografis berada pada Kecamatan

Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, pada kedudukan 3015’ - 3040’ LS dan

126030’ - 1270 BT. Kawasan Wisata memiliki topografi wilayah yang datar dengan

bagian pesisir terdapat pantai yang landai. Ditinjau secara geografi Desa Suli

berbatasan di sebelah Utara dengan gunung Salahutu, sebelah Selatan dengan

Teluk Baguala sedangkan secara administratif berbatasan di sebelah Timur

dengan Desa Tulehu dan Desa Tial, sebelah Barat dengan Desa Passo.

Desa Suli terbagi atas 4 (empat) Dusun yaitu Dusun Amalatuei terletak

pada RT 1 s/d RT 11 dan RT 19 s/d RT 24 tepatnya di Suli bawah samping

gereja Pentakosta s/d Jembatan Sungai Lorihua, Suli atas samping SD, daerah

pengungsi Banda, Rindam s/d Jembatan Dua. Dusun Latuslamu terletak pada

RT 12 s/d RT 15 dan RT 25 s/d RT 27 tepatnya di Suli bawah Pantai Sopapey,

gereja Pentakosta s/d pertigaan, Suli atas pada daerah Kebun Kayu Manis,

samping SD dan Kantor Desa. Dusun Wainusalaut terletak pada RT 35 s/d

RT 57 tepatnya di Natsepa, Waiyari s/d Waitatiri dan Dusun Amarumatena

terletak pada RT 28 s/d RT 33 tepatnya di Suli bawah dari Jembatan Sungai

Lorihua s/d batas desa Tial. Keempat dusun tersebut juga berpengaruh langsung

maupun tidak langsung terhadap pengelolaan daerah wisata tersebut. Kawasan

Desa Suli berjarak ± 3 Km ke Ibukota kabupaten Maluku Tengah dan ± 17 Km ke

Ibukota Provinsi Maluku (Kantor Negeri Suli, 2010).

36

Page 2: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Desa Suli selain memiliki pantai Natsepa dan pantai Sopapey yang

berpasir putih juga terdapat tempat-tempat di tepi pantai yang dikeramatkan yaitu

Amahuing (Musamet) tempat pemukiman atau negeri lama. Sumber ditengah-

tengah negeri yaitu Sungai Lorihua dan yang di gunung disebut Waitete,

Labuhan Patiran, Baeleu Lea Nusa (Aman tempat penduduk berdamai dan

bersatu kembali) juga Tungku Tiga yaitu tempat mengangkat sumpah pela antara

negeri Suli, kaibobu dan Waai (Pattikayhatu, 2007) dan sangat bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat, salah satunya pariwisata jika dikembangkan dengan

tetap menjaga integritas budaya, proses-proses dan keanekaragaman hayati.

4.1.2. Kondisi Iklim

Di tiap tempat cuaca hari demi hari selalu berubah. Setelah satu tahun

perubahan tersebut biasanya membentuk pola siklus tertentu. Setelah beberapa

tahun (misalnya 30 tahun atau lebih) dari rata-rata tiap nilai unsur cuaca akan

mencerminkan sifat atmosfer yang dikenal sebagai iklim. Jadi iklim adalah

sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari

dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau wilayah yang

lebih luas. Sintesis tersebut dapat diartikan pula sebagai nilai statistik yang

meliputi rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian, atau peluang

kejadian dan sebagainya. Lebih jelas Maluku terletak pada wilayah tropika

sehingga memiliki tipe iklim tropika. Dilihat dari pola iklimnya, Maluku cenderung

berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor, diantaranya kondisi fisiografi dan geografisnya, ketinggian tempat, letak

wilayah terhadap pegunungan dan lautan dan sebagainya. Iklim tropika

merupakan sebuah tipe iklim yang dicirikan oleh suhu dan kelembaban tinggi

sepanjang tahun. Suhu rata-rata tahunan terendah di daerah beriklim tropika

berkisar 18ºC.

37

Page 3: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Perbedaan antara aspek cuaca dan aspek iklim di bumi terletak dalam hal

lingkup ruang dan waktu. Cuaca adalah nilai sesaat atmosfer, serta perubahan

dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 jam hingga 24 jam) disuatu tempat

tertentu. Cuaca dibentuk oleh beberapa unsur, yaitu :

Penerimaan radiasi matahari;

Suhu udara;

Kelembaban udara;

Tekanan udara;

Kecepatan angin;

Arah angin;

Penutupan langit oleh awan;

Dapat dilihat pada saat penelitian bulan Mei s/d Juni 2010 rata-rata unsur

bulanan penerimaan radiasi matahari 64.2% dan 33.9%, suhu udara rata-rata

27.3 ºC dan 26.0 ºC, kelembaban udara rata-rata 87% dan 90%, tekanan udara

1009.4 millibar dan 1011.5 millibar, kecepatan angin rata-rata 4 knot dan 3 knot,

arah angin 80 knot dan 150 knot serta penutupan langit oleh awan atau curah

hujan dengan dilihat jumlah hari hujan 23 hari dan 27 hari dalam 1 bulan

(Lampiran 1). (Badan Meteorologi dan Geofisika Ambon, 2010)

Jadi dengan mengetahui unsur-unsur diatas maka dalam pengembangan

kepariwisataan kita dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap akibat-akibat

negatif yang dapat ditimbulkan oleh keadaan cuaca/ iklim yang ekstrim misalnya

kekeringan, banjir serta angin kencang, menyesuaikan diri atau berusaha untuk

menyelenggarakan kegiatan dan usaha yang serasi dengan sifat cuaca dan iklim

sehingga terhindar dari hambatan atau kerugian yang diakibatkannya serta

berbagai hal lainnya.

38

Page 4: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

4.1.3. Geomorfologi dan Kondisi Fisik

Secara umum Desa Suli dengan luas 6.500 ha memiliki topografi tanah

datar dan berbukit dengan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut, curah

hujan 760 mm/tahun, bulan basah 3-5 bulan dan bulan kering 7-9 bulan,

keadaan suhu rata-rata 29-32ºC, tingkat kesuburan tanahnya tergolong subur

dengan jenis tanahnya lempung berpasir, lempung liat.

Tipe pantai pada kawasan desa Suli ada yang berbatu, pasir berbatu

maupun berpasir tapi pada kawasan wisata sebagaian besar dengan tipe pantai

landai dan berpasir. Beberapa meter pada daerah pantai tepat pada tengah

tempat wisata terdapat lereng topografi yang berupa bagian-bagian karang mati,

serta dibangun talit-talit yang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap

erosi dan abrasi akibat hempasan ombak maupun arus yang kuat. Penutup lahan

pantai didominasi oleh pohon kelapa, katapang, kayu besi pantai, hutung,

beringin, bintanggor maupun semak belukar yang biasa disebut katang-katang.

Kemungkinan bencana pada kawasan wisata desa Suli sangat kecil

karena tertutup, hanya pada saat musim-musim tertentu jika gelombang dan arus

yang kuat maka pada bagian-bagian pantai tertentu dapat terjadi abrasi. Jadi,

pengembangan pariwisata harus menggunakan prinsip berkelanjutan, dimana

secara ekonomi memberikan keuntungan, konstribusi pada upaya pelestarian

sumberdaya alam, serta sesentif terhadap budaya masyarakat lokal

Parameter fisik pada perairan kawasan desa Suli yang diukur pada bulan

Mei 2010, khususnya dipermukaan laut adalah suhu 30 - 32 ºC, salinitas berkisar

antara 32 - 25 %, kecerahan pada kedalaman 5 - 7 meter berkisar antara 75 -

85 % dan kecepatan arus permukaan laut berkisar antara 0,11 - 0,25 m/det

sedangkan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 7,3 - 8,3 mg/l.

39

Page 5: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

4.2. Kondisi Fisik, Oseanografi Perairan Pantai

Pengamatan kondisi oseanografi di perairan pantai Suli dilakukan pada air

pasang bulan Agustus 2011. Angin musim timur bertiup dari arah tenggara

dengan kecepatan 5 - 7 km/jam (1,38 - 1,94 m/det), menyebabkan permukaan

laut bergelombang dengan tinggi mendekati 1 meter, dan memecah menuju

pantai. Arus yang teramati adalah arus air pasang yang masuk ke dalam Teluk

Baguala, dengan kecepatan antara 14,80 - 26,23 cm/det atau 0,148 - 0,263

m/det di stasiun 1, 2, dan 3 (dekat pantai). Arus di stasiun 4, 5, dan 6, yang agak

jauh dari pantai mempunyai kecepatan antara 15,33 - 30,23 cm/det atau 0,153 -

0,302 m/det. Pola arus yang ditunjukkan pada Gambar 6 menunjukkan pola arus

pasang dan pengaruh hembusan angin musim timur, biasanya terjadi bulan Juni

- Agustus. Arus dekat pantai cenderung melemah disebabkan gesekan dasar

perairan dengan molekul air laut karena kedalaman relatif dangkal (< 1,5 meter).

Tabel 9. Nilai Arus tiap stasiun

No. Stasiun

Tanggal Waktu Kedalaman (m)

Kecepatan (cm/det)

Arah (deg)

1 8/20/2011 15:08:34 0.0 26.23 296

8/20/2011 15:08:35 0.5 26.15 295

8/20/2011 15:08:36 1.0 20.75 283

8/20/2011 15:08:37 1.5 16.66 280

2 8/20/2011 15:08:34 0.0 25.32 281

8/20/2011 15:08:35 0. 5 24.50 279

8/20/2011 15:08:36 1.0 20.40 274

8/20/2011 15:08:37 1.5 16.20 271

3 8/20/2011 15:08:34 0.0 25.80 272

8/20/2011 15:08:35 0.5 23.30 271

8/20/2011 15:08:36 1.0 18.90 269

8/20/2011 15:08:37 1.5 14.80 267

Nilai minimum 14.80 267

Nilai maksimum 26.23 296

40

Page 6: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Nilai rata - rata 21.58 278.2

1 2 3 4 5 6

4 8/20/2011 17:22:54 0.0 28.80 286

8/20/2011 17:22:56 0.5 22.34 287

8/20/2011 17:22:58 1.0 18.95 287

8/20/2011 17:23:00 1.5 18.16 272

8/20/2011 17:23:02 2.0 15.33 270

5 8/20/2011 16:52:31 0.0 27.32 300

8/20/2011 16:52:33 0.5 26.50 303

8/20/2011 16:52:35 1.0 22.72 292

8/20/2011 16:52:37 1.5 22.51 279

8/20/2011 16:52:39 2.0 18.40 276

6 8/20/2011 16:32:52 0.0 30.23 305

8/20/2011 16:32:54 0.5 27.15 303

8/20/2011 16:32:56 1.0 25.75 305

8/20/2011 16:32:58 1.5 22.65 280

8/20/2011 16:33:00 2.0 20.13 272

Nilai minimum 15.33 270

Nilai maksimum 30.23 305

Nilai rata - rata 23.13 287.8

Arus di permukaan umumnya lebih kuat karena tekanan angin, dan

kecepatannya cenderung melemah ke dasar perairan. Hal ini menurut Bowden

(1983), arus pasut yang terkuat akan ditemui di permukaan dan akan menurun

kecepatannya ke dekat dasar, disebabkan adanya gesekan dasar (bottom

friction). Nilai arus hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 9.

Hasil pengukuran suhu, salinitas, klorofil-a dan turbiditas di perairan

pantai Suli disajikan dalam Tabel 10. Nilai suhu air laut yang teramati relatif

sama, dengan nilai rata-rata 26,42 °C (stasiun 1, 2 dan 3), dan 26,46 °C (stasiun

4, 5 dan 6). Hal ini disebabkan karena pengadukan akibat pecahan gelombang

dan arus yang terjadi di sepanjang pantai. Salinitas air laut di dekat pantai

41

Page 7: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

berkisar antara 33,20 - 33,98 PSU (stasiun 1, 2, dan 3), nilai minimum teramati di

stasiun 3 dan maksimum di stasiun 1. Sedangkan salinitas air laut di stasiun 4,

5, dan 6 berkisar antara 33,25 - 33,82 PSU, nilai minimum teramati di stasiun 4

dan maksimum di stasiun 6. Distribusi salinitas cenderung meningkat di dekat

pantai, disebabkan oleh evaporasi akibat pecahan gelombang di sepanjang

pantai.

Nilai klorofil-a yang terdeteksi di stasiun 1, 2, dan 3 berkisar antara 0,31 -

0,43 ppb lebih rendah dari klorofil-a di stasiun 4, 5, dan 6, dengan kisaran nilai

0,33 - 2,65 ppb. Nilai klorofil-a lebih tinggi di stasiun 4, 5, dan 6, menunjukkan

masukan zat hara ke perairan pantai ini dominan berasal dari bibir (slope)

terumbu karang. Masukan zat hara dari darat sangat kecil karena masukan air

tawar dari Sungai Lorihua dan Sungai Supapei relatif kecil. Jadi batas Wilayah

pesisir mempunyai hubungan interaksi antara daratan dan lautan yaitu antara

wilayah daratan dan perairan laut, dimana proses-proses di daratan secara

langsung mempengaruhi proses-proses dan pemanfaatan kelautan dan

sebaliknya, yang memerlukan pengelolaan berkelanjutan yaitu pengelolaan yang

dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia saat ini, tanpa mengorbankan

potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di masa mendatang. Pada

kondisi-kondisi ekologis tersebut seharusnya di tambahkan faktor-faktor sosial

yang berpengaruh langsung pada berkelanjutannya interaksi antara kelompok

masyarakat dan lingkungan fisiknya (Dutton and Hal, 1989).

Nilai turbiditas atau kekeruhan yang terdeteksi relatif kecil, berkisar antara

0,24 - 1,50 NTU (stasiun 1, 2, dan 3) dan 3,0 - 30,0 NTU (stasiun 4, 5, dan 6).

Turbiditas yang tinggi di stasiun 4, 5, dan 6 disebabkan oleh padatan tersuspensi

dari bahan anorganik (pasir halus) dan juga bahan organik (plankton) yang

dibawa oleh arus pasang.

42

Page 8: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Tabel 10. Data CTD tiap Stasiun

No. Stasiun

Tanggal Waktu Kedalaman (m)

Suhu (°C)

Salinitas (PSU)

Chl-a(ppb)

Turbiditas (NTU)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 8/20/201 15:08:34 0.0 26.41 33.98 0.36 0.268/20/201

115:08:35 0.5 26.42 33.96 0.35 0.24

8/20/2011

15:08:36 1.0 26.42 33.90 0.31 0.508/20/201

115:08:37 1.5 26.42 33.80 0.39 1.01

2 8/20/2011

15:08:34 0.0 26.41 33.65 0.33 0.318/20/201

115:08:35 0.5 26.42 33.69 0.34 0.45

8/20/2011

15:08:36 1.0 26.42 33.76 0.36 0.818/20/201

115:08:37 1.5 26.42 33.77 0.41 1.50

3 8/20/2011

15:08:34 0.0 26.41 33.20 0.36 0.468/20/201

115:08:35 0.5 26.42 33.26 0.37 0.53

8/20/2011

15:08:36 1.0 26.42 33.42 0.37 1.038/20/201

115:08:37 1.5 26.42 33.48 0.43 1.35

Nilai minimum 26.41 33.20 0.31 0.24Nilai maksimum 26.42 33.98 0.43 1.50Nilai rata - rata 26.42 33.66 0.36 0.71

4 8/20/201 17:22:54 0.0 26.52 33.25 0.38 3.008/20/201

117:22:56 0.5 26.48 33.67 0.43 4.20

8/20/2011

17:22:58 1.0 26.49 33.71 0.39 5.408/20/201

117:23:00 1.5 26.47 33.75 0.72 12.40

8/20/2011

17:23:02 2.0 26.46 33.80 2.40 27.205 8/20/201

116:52:31 0.0 26.47 33.52 0.33 4.50

8/20/2011

16:52:33 0.5 26.46 33.57 0.35 5.908/20/201

116:52:35 1.0 26.46 33.73 0.37 7.70

8/20/2011

16:52:37 1.5 26.44 33.77 0.83 18.408/20/201

116:52:39 2.0 26.44 33.80 2.65 30.00

6 8/20/2011

16:32:52 0.0 26.44 33.81 0.36 3.428/20/201

116:32:54 0.5 26.43 33.81 0.36 3.08

8/20/2011

16:32:56 1.0 26.44 33.82 0.33 3.508/20/201

116:32:58 1.5 26.44 33.82 0.38 4.41

8/20/2011

16:33:00 2.0 26.44 33.80 2.20 25.31Nilai minimum 26.43 33.25 0.33 3.0Nilai maksimum 26.52 33.82 2.65 30.0Nilai rata - rata 26.46 33.71 0.83 10.56

* Keterangan:

PSU (Practical Salinity Unit)ppb (part per billion)NTU (Nephelometric Turbidity Unit)

43

Page 9: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

4.3. Kondisi Biologi

a. Mangrove

Pada kawasan Wisata Pesisir Desa Suli ditemukan spesies mangrove,

yang dapat digolongkan atas 6 spesies yang terdiri atas 1 spesies mangrove

sejati dan 5 spesies mangrove ikutan. Satu spesies mangrove sejati berasal dari

1 famili dan 1 genus, sedangkan 5 spesies mangrove ikutan berasal dari 5 famili

dan 5 genera yang berbeda.

Untuk mangrove sejati, yang ditemukan adalah famili Sonneraticeae yang

terdiri dari 1 genus, yakni genus Sonneratia dengan spesiesnya Sonneratia alba.

Mangrove ikutan yang ditemukan berasal dari 5 famili, yakni, famili Apocynaceae,

genus Cerbera dengan spesiesnya Cerbera manghas; famili Combretaceae,

genus Terminalia dengan spesiesnya Terminalia catappa; famili Lecythidaceae,

genus Barringtonia dengan spesiesnya Barringtonia asiatica; famili Malvaceae,

genus Hibiscus dengan spesiesnya Hibiscus tiliaceus; dan famili Pandanaceae,

genus Pandanus dengan spesiesnya Pandanus odoratissima (Tabel 11).

Tabel 11. Spesies-Spesies Mangrove yang Ditemukan Pada Kawasan Pesisir di Desa Suli

Mangrove Sejati

Famili Genus Spesies

Sonneraticeae Sonneratia Sonneratia alba

Mangrove Ikutan

Famili Genus SpesiesApocynaceae Cerbera Cerbera manghasCombretaceae Terminalia Terminalia catappaLecythidaceae Barringtonia Barringtonia asiaticaMalvaceae Hibiscus Hibiscus tiliaceusPandanaceae Pandanus Pandanus odoratissima

44

Page 10: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Mengenai jumlah mangrove yang ditemukan, bahwa terdapat 403 individu

mangrove yang ditemukan pada lokasi pengambilan data. Tabel 12 menunjukkan

bahwa spesies yang ditemukan baik pada individu pohon, sapihan dan anakan

masih dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga keberadan dan kelestarian

mangrove pada kawasan Bahari di Pesisir desa Suli masih dapat bertahan dan

dapat mendukung kawasan bahari tersebut. Jika dilihat dari jumlah spesies yang

ditemukan, hanya terdapat 1 spesies magrove saja.

Tabel 12. Jumlah Spesies dan Jumlah Individu yang Ditemukan Pada Kawasan Bahari

Spesies Pohon Sapihan Anakan Jumlah

Sonneratia alba 107 159 137 403 ind

Jumlah 107 159 137 403 ind di Pesisir Negeri Suli

Tabel 13 menunjukkan bahwa kerapatan spesies mangrove baik pada

individu pohon, sapihan dan anakan masih sangat rendah. Rendahnya kerapatan

spesies mangrove tersebut dipengaruhi oleh keterbukaan areal ekosistem

mangrove yang selalu terkena hempasan gelombang dari laut lepas, sehingga

pertumbuhan mangrove menjadi lambat dan tidak padat.

Tabel 13. Nilai Kerapatan Spesies Mangrove Pada Kawasan Pesisir di Desa Suli

SpesiesTingkat Pertumbuhan

Pohon Sapihan Anakan

Sonneratia alba 0,0535 ind/m2 0,0795 ind/m2 0,0685 ind/m2

b. Lamun

45

Page 11: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Sebanyak 8 (delapan) spesies lamun yang tergolong dalam 2 famili dan

6 genera dijumpai pada perairan pantai desa Suli. Jenis-jenis lamun tersebut

yakni Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule universis, Halodule pinifolia,

Cymodocea royundata, Cymodocea cerrulata, Syringodium isoetifilium dan

Thalasia hemprichii yang tergolong kedalam famili Hydrocharitaceae dan famili

Cymodoceaceae. Cymodocea rotundata merupakan jenis yang mendominasi

lokasi pengamatan. Substrat dasar perairan bervariasi mulai dari substrat pasir

kasar, sangat kasar, pasir halus, pasir sedang, patahan karang dan lumpur.

Persen penutupan lamun rata-rata setiap jenis pada lokasi pengamatan

yang tertinggi untuk jenis Cymodocea rotundata sebesar 28,57% (Tabel 15)

dengan nilai persen penutupan berkisar antara 12,69% - 42,07%, diikuti oleh

Cymodocea cerrulata sebesar 25,22% (Tabel 16) dengan nilai persen penutupan

berkisar antara 14,00% - 37,28%, Thalasia hemprichii sebesar 17,65%

(Tabel 21) dengan nilai persen penutupan berkisar antara 0,00% - 27,97%,

Halophila ovalis sebesar 16,11% (Tabel 17) dengan nilai persen penutupan

berkisar antara 0,00% - 18,38%, Syringodium isoetifilium sebesar 13,91%

(Tabel 20) dengan nilai persen penutupan berkisar antara 0,00% - 38,06%,

Halodule universis sebesar 12,85% (Tabel 18) dengan nilai persen penutupan

berkisar antara 0,00% - 12,85%, Halodule pinifolia sebesar 9,63% (Tabel 19)

dengan nilai persen penutupan berkisar antara 0,00% - 16,38% dan yang

terendah adalah Enhalus acoroides sebesar 5,42% (Tabel 14) dengan nilai

persen penutupan berkisar antara 1,94% - 6,72%. Jadi dapat dikatakan bahwa

persen penutupan lamun pada pesisir desa Suli masih dalam keadaan baik untuk

dijaga selalu lestari karena sangat bermanfaat bagi biota laut maupun

masyarakat dalam kebutuhan sehari-hari maupun pengembangan wisata pesisir.

Tabel 14. Persen Penutupan Lamun Jenis Enhalus acoroides pada Lokasi Pengamatan

46

Page 12: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 12 3 0 2 18 35 75 900,00 225,00 0,00 150,00

1350,00

2625,00

4 4 2 0 5 5 16 37,5 150,00 75,00 0,00 187,50 187,50 600,00

3 16 18 1 4 19 58 18,75 300,00 337,50 18,75 75,00 356,25 1087,5

0

2 60 104 8 7 59 238 9,38 562,80 975,52 75,04 65,66 553,42 2232,4

4

1 15 101 1 8 77 202 3,13 46,95 316,13 3,13 25,04 241,01 632,26

0 193 272 40

49 222 776 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 300 500 5

075 400 1325 1959,7

51929,1

596,9

2503,2

02688,1

87177,2

0

Persen Penutupan (C) 6,53 3,86 1,94 6,71 6,72 5,42

Tabel 15. Persen Penutupan Lamun Jenis Cymodocea rotundata pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 147 81 62 9 64 363 75 11025,0

0 6075,00 4650,00 675,00 4800,0

027225,0

0

4 36 98 48 7 67 256 37,5 1350,00 3675,00 1800,00 262,50 2512,5

0 9600,00

3 48 150 69 8 82 357 18,75 900,00 2812,50 1293,7

5 150,00 1537,50 6693,75

2 40 181 32 17 70 340 9,38 375,20 1697,78 300,16 159,46 656,60 3189,20

1 7 42 7 7 67 130 3,13 21,91 131,46 21,91 21,91 209,71 406,90

0 47 48 6 52 50 203 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah

325

600

224

100

400

1649 13672,1

114391,7

48065,8

21268,8

79716,3

147114,8

5

Persen Penutupan (C) 42,07 23,99 36,01 12,69 24,29 28,57

Tabel 16. Persen Penutupan Lamun Jenis Cymodocea cerrulata pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 104 21 45 0 45 215 75 7800,00 1575,0

03375,0

0 0,00 3375,00

16125,00

4 41 27 46 5 39 158 37,5 1537,50 1012,50

1725,00

187,50

1462,50 5925,00

3 27 57 50 4 71 209 18,75 506,25 1068,75 937,50 75,00 1331,2

5 3918,75

2 42 70 19 8 75 214 9,38 393,96 656,60 178,22 75,04 703,50 2007,32

1 5 57 1 4 60 127 3,13 15,65 178,41 3,13 12,52 187,80 397,51

0 56 68 14 4 60 202 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah

275

300

175

25

350 1125 10253,3

64491,2

66218,8

5350,0

67060,0

528373,5

8

47

Page 13: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Persen Penutupan (C) 37,28 14,97 35,54 14,00 20,17 25,22

Tabel 17. Persen Penutupan Lamun Jenis Halophila ovalis pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 0 0 0 15 4 19 75 0,00

0,00

0,00 1125,00 300,00 1425,00

4 0 0 0 12 3 15 37,5 0,00

0,00

0,00 450,00 112,50 562,50

3 0 0 0 10 2 12 18,75 0,00

0,00

0,00 187,50 37,50 225,00

2 0 0 0 17 1 18 9,38 0,00

0,00

0,00 159,46 9,38 168,84

1 0 0 0 11 0 11 3,13 0,00

0,00

0,00 34,43 0,00 34,43

0 0 0 0 60 15 75 0 0,00

0,00

0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 0 0 0 125 25 150 0,0

00,0

00,0

0 1956,39 459,38 2415,77

Persen Penutupan (C) 0,00

0,00

0,00 15,65 18,38 16,11

Tabel 18. Persen Penutupan Lamun Jenis Halodule universis pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 0 0 0 0 10 10 75 0,00 0,00 0,00 0,00 750,00 750,00

4 0 0 0 0 9 9 37,5 0,00 0,00 0,00 0,00 337,50 337,50

3 0 0 0 0 12 12 18,75 0,00 0,00 0,00 0,00 225,00 225,00

2 0 0 0 0 28 28 9,38 0,00 0,00 0,00 0,00 262,64 262,64

1 0 0 0 0 10 10 3,13 0,00 0,00 0,00 0,00 31,30 31,30

0 0 0 0 0 56 56 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 0 0 0 0 125 125 0,00 0,00 0,00 0,00 1606,44 1606,44

Persen Penutupan (C) 0,00 0,00 0,00 0,00 12,85 12,85

Tabel 19. Persen Penutupan Lamun Jenis Halodule pinifolia pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 0 0 3 0 0 3 75 0,00 0,00 225,00 0,00 0,00 225,00

4 0 0 1 0 0 1 37,5 0,00 0,00 37,50 0,00 0,00 37,50

3 0 0 3 0 0 3 18,75 0,00 0,00 56,25 0,00 0,00 56,25

2 0 0 9 0 3 12 9,38 0,00 0,00 84,42 0,00 28,14 112,56

1 0 0 2 0 14 16 3,13 0,00 0,00 6,26 0,00 43,82 50,08

0 0 0 7 0 8 15 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

48

Page 14: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Jumlah 0 0 25 0 25 50 0,00 0,00 409,43 0,00 71,96 481,39

Persen Penutupan (C) 0,00 0,00 16,38 0,00 2,88 9,63

Tabel 20. Persen Penutupan Lamun Jenis Syringodium isoetifilium pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 3 7 13 0 1 24 75 225,00 525,00 975,00 0,0

0 75,00 1800,00

4 2 6 14 0 1 23 37,5 75,00 225,00 525,00 0,00 37,50 862,50

3 4 17 20 0 6 47 18,75 75,00 318,75 375,00 0,00

112,50 881,25

2 2 21 3 0 17 43 9,38 18,76 196,98 28,14 0,00

159,46 403,34

1 0 7 0 0 65 72 3,13 0,00 21,91 0,00 0,00

203,45 225,36

0 14 17 0 0 60 91 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 25 75 50 0 150 300 393,7

6 1287,64 1903,14 0,00

587,91 4172,45

Persen Penutupan (C) 15,75 17,17 38,06 0,00 3,92 13,91

Tabel 21. Persen Penutupan Lamun Jenis Thalasia hemprichii pada Lokasi Pengamatan

Skala

Frekuensi (F) Nilai Frekuensi (F) x Nilai tengah (M)

TransekSuli

Tengah Transek

Suli1 2 3 4 5 (M) 1 2 3 4 5

5 20 13 35 0 18 86 75 1500,00 975,00 2625,0

00,0

01350,0

0 6450,00

4 21 14 27 0 22 84 37,5 787,50 525,00 1012,50

0,00 825,00 3150,00

3 8 20 49 0 48 125 18,75 150,00 375,00 918,75 0,00 900,00 2343,75

2 18 36 33 0 46 133 9,38 168,84 337,68 309,54 0,00 431,48 1247,54

1 11 54 9 0 82 156 3,13 34,43 169,02 28,17 0,00 256,66 488,28

0 47 63 22 0 59 191 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 125 200 175 0 275 775 2640,7

72381,7

04893,9

60,0

03763,1

413679,5

7

Persen Penutupan (C) 21,13 11,91 27,97 0,00 13,68 17,65

Persen penutupan lamun yang relatif rendah ini disebabkan karena skala

penutupan lamun 1 dan 0 yang artinya terdapat banyak ruang-ruang kosong

(hanya substrat dasar perairan saja) didalam antara komunitas lamun.

Ruang-ruang kosong tersebut ada yang terjadi secara ilmiah, ada juga karena

pengaruh manusia yaitu penggalian Molusca (Bivalvia).

49

Page 15: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Tabel 22. Kerapatan Jenis Lamun pada Lokasi Pengamatan

Jenis LamunJumlah Tegakan

SuliKerapatan (Tegakan/m2) Suli

T1 T2 T3 T4 T5 T1 T2 T3 T4 T5

Enhalus acoroides 363 435 27 153 533 1511 55,85 66,92 4,15 23,54 82,00 232,46

Cymodocea rotundata 2966 4229 2274 380 274

3 12592 456,31 650,62 349,85 58,46 422,00 1937,23

Cymodocea cerrulata 2471 1537 1821 127 224

8 8204 380,15 236,46 280,15 19,54 345,85 1262,15

Halophila ovalis 556 135 691 85,54 20,77 106,31

Halodule universis 499 499 76,77 76,77

Halodule pinifolia 120 39 159 18,46 6,00 24,46

Syringodium isoetifilium 125 472 577 272 1446 19,23 72,62 88,77 41,85 222,46

Thalasia hemprichii 692 810 1319 114

0 3961 106,46 124,62 202,92 175,38 609,38

Jumlah 6617 7483 6138 1715 7110 29063 1018,00 1151,23 944,3

1 263,85 1093,85 4471,23

Pada Tabel 22, terlihat bahwa jenis Cymodocea rotundata merupakan

jenis yang sangat dominan pada ke-4 transek pengamatan, hanya transek 4

yang didominasi oleh Halophila ovalis. Perbedaan jumlah tegakan dengan

Cymodocea cerrulata tidak terlalu besar tapi sangat besar dari 6 (enam) jenis

lainnya, bahkan untuk beberapa jenis ada yang tidak ditemukan dalam kotak

pengamatan.

Kerapatan total lamun di perairan pantai Desa Suli berkisar antara 263,85

- 1151,23 tegakan/m2 dengan nilai kerapatan sebesar 4471,23 tegakan/m2.

Jenis Cymodocea rotundata merupakan jenis yang sangat dominan di perairan

ini dengan nilai kerapatan rata-rata sebesar 1937,23 tegakan/m2 dengan kisaran

antara 58,46 - 650,62 tegakan/m2. Halodule pinifolia merupakan jenis yang

memiliki kerapatan rata-rata terendah yakni 24,46 tegakan/m2 dengan nilai

kerapatan berkisar antara 6,00 - 18,46 tegakan/m2 (Tabel 22). Padang lamun

50

Page 16: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

yang memiliki kerapatan dan persen penutupan lamun yang baik dapat dijadikan

sebagai potensi wisata minat (ekowisata).

c. Terumbu Karang

Komposisi taksa karang batu yang dijumpai sepanjang garis transek

terdiri dari 54 spesies 26 genera dan 10 famili. Famili Faviidae memiliki jumlah

spesies tertinggi yakni 22 spesies kemudian diikuti Acroporidae dengan

8 spesies, Pocilloporidae dengan 5 spesies, Poritidae dengan 4 spesies,

sedangkan 4 famili dengan 3 spesies dan 2 famili dengan 2 spesies. Genera

Acropora memiliki jumlah spesies tertinggi yakni 7 spesies kemudian diikuti

Favia, Favites dan Porites dengan 4 spesies, sedangkan 3 genera terdiri dari

3 spesies, 8 genera dengan 2 spesies dan sebanyak 11 genera masing-masing

1 spesies (lihat Lampiran 2).

Hasil analisa data transek perpotongan garis dari 3 (tiga) stasiun

pengamatan yang diambil pada zona tepi tubir (Reef Margin Zone) di laut Suli

antara lain : S1 = 03° 37 58,6 LS (S) 128° 18 02,8 BT (E)

S2 = 03° 37 52,3 LS (S) 128° 17 46,0 BT (E)

S3 = 03° 37 49,5 LS (S) 128° 17 23,5 BT (E)

Secara keseluruhan menunjukkan bahwa komponen biotik memiliki persen

penutupan dasar perairan yang lebih tinggi dari komponen abiotik (Tabel 23).

Dengan titik Stasiun 1 (Pada stasiun 1 dan Stasiun 2 persen penutupan

komponen biotik lebih tinggi dari komponen abiotik, sedangkan pada Stasiun 3

persen penutupan komponen biotik dan abiotik hampir berimbang. Total kategori

bentuk pertumbuhan bentik yang dijumpai di perairan desa Suli sebanyak 18

kategori dari 29 kategori bentuk pertumbuhan bentik yang ada. Komponen biotik

terdiri dari 15 kategori dan komponen abiotik terdiri dari 3 kategori. Kategori

51

Page 17: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

bentuk tumbuh yang dijumpai pada Stasiun 1 sebanyak 16 kategori, Stasiun 2

sebanyak 14 kategori dan pada Stasiun 3 dijumpai sebanyak 13 kategori.

Bentuk tumbuh CM (Massive) memiliki persen penutupan tertinggi yakni

30,65%, kemudian diikuti bentuk tumbuh S (Sand) 19,81%, RCK (Rock) 14,72%,

R (Rybble) 12,77% sedangkan bentuk tumbuh CMR (Coral Mushroom)

dan HA (Halimeda) memiliki persen penutupan terendah yakni 0,03%.

Pada Stasiun 1 bentuk tumbuh M (Massive) memiliki persen penutupan tertinggi

yakni 27, 26%, sedangkan bentuk tumbuh CMR (Mushroom) memiliki persen

penutupan terendah yakni 0,10%; Bentuk tumbuh M (Massive) memiliki persen

penutupan tertinggi yakni 41,90% sedangkan bentuk tumbuh H (Halimeda)

memiliki persen penutupan terendah yakni 0,08% pada Stasiun 2, dan pada

Stasiun 3 bentuk tumbuh S (Sand) memiliki persen penutupan tertinggi yakni

30,96% sedangkan bentuk tumbuh SC (Soft Coral) memiliki persen penutupan

terendah yakni 0,56%.

Tabel 23. Persen Penutupan Komponen Penyusun Dasar Perairan di Suli

Kategori Bentuk Kode Site Pengamatan SuliPertumbuhan Bentik St 1. St. 2 St. 3

1 2 3 4 5 6 B I O T I K   52,82 54,88 50,42 52,71

Hard Corals   40,98 52,5 42,04 45,17 Acropora         Branching ACB 1,20 0,00 0,00 0,40 Digitate ACD 1,58 2,24 1,20 1,67 Encrusting ACE 0,00 0,00 0,00 0,00 Submassive ACS 0,00 0,00 0,00 0,00 Tabulate ACT 0,32 1,28 1,18 0,93 Non Acropora     Branching CB 0,00 0,52 0,78 0,43 Encrusting CE 1,06 0,00 0,00 0,35 Foliose CF 0,00 0,00 0,00 0,00 Massive CM 27,26 41,90 22,78 30,65 Submassive CS 3,12 1,84 2,42 2,46 Mushroom CMR 0,10 0,00 0,00 0,03 Millepora CME 6,34 4,72 13,68 8,25 Heliopora CHL 0,00 0,00 0,00 0,00

52

Page 18: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Dead Corals   0,62 0,00 0,00 0,21 Dead Corals DC 0,62 0,00 0,00 0,21 Dead Corals with Algae DCA 0,00 0,00 0,00 0,00

1 2 3 4 5 6Algae   10,62 1,38 6,48 6,16

Algal Assemblage AA 0,00 0,00 0,00 0,00 Coralline Algae CA 0,48 0,62 2,86 1,32 Halimeda HA 0,00 0,08 0,00 0,03 Macroalgae MA 0,00 0,00 0,00 0,00 Turf Algae TA 10,14 0,68 3,62 4,81

Other Fauna   0,60 1,00 1,90 1,17 Soft Coral SC 0,48 0,20 0,56 0,41 Sponges SP 0,12 0,80 1,34 0,75 Zoanthids ZO 0,00 0,00 0,00 0,00 Others OT 0,00 0,00 0,00 0,00

A B I O T I K   47,18 45,12 49,58 47,29 Sand S 14,54 13,92 30,96 19,81 Rubble R 24,22 1,58 12,5 12,77 Silt SI 0,00 0,00 0,00 0,00 Water WA 0,00 0,00 0,00 0,00 Rock RCK 8,42 29,62 6,12 14,72

J u m l a h   100 100 100 100

Terumbu karang di perairan desa Suli dapat dikatakan sudah mulai

berada pada kondisi baik dengan persen penutupan karang hidup sebesar

45,17%. Informasi yang diperoleh dari masyarakat, kerusakan terumbu karang

disebabkan karena batu yang diambil untuk pembuatan rumah juga

penangkapan ikan dengan penggunaan bahan peledak (bom) sehingga sebagian

besar biota yang berada pada radius tertentu dari pusat ledakan ikut pula mati.

Tapi itu sudah terjadi sebelum tahun 2000, setelah itu sudah jarang dilakukan

masyarakat sehingga kondisi terumbu karang sudah mulai membaik.

Terumbu karang pada Stasiun 2 lebih berada pada kondisi baik dengan

persen penutupan karang hidup sebesar 52,50%; pada Stasiun 1 dengan persen

53

Page 19: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

penutupan karang hidup sebesar 40,98% dan diikuti Stasiun 3 dengan persen

penutupan karang hidup sebesar 42,04%.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan pada perairan terumbu

karang maupun sekitarnya yang dilakukan secara bertanggungjawab dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebaliknya bila tidak dimanfaatkan

secara bertanggung jawab dapat menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu

karang seperti jangkar perahu, suhu diluar batas toleransi terumbu karang

karena peningkatan suhu air akibat pencemaran panas oleh pembuangan air

pendingin pembangkit listrik hotel dan juga hal seperti aliran air tawar yang

berlebihan dapat menurunkan salinitas serta berbagai hal lainnya. Karena kita

tahu bahwa untuk mencapai pertumbuhan yang maksimum terumbu karang

memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakan

gelombang yang besar, sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses

sedimentasi (Dahuri dkk, 2001). Jadi pada pada perairan desa Suli Hal ini

ditandai dengan dijumpainya kategori bentuk tumbuh R (Rubble) atau patahan

karang mati pada ketiga stasiun pengamatan. Selain itu juga dijumpai kematian

terumbu karang (kategori bentuk tumbuh DC/ Death Coral) pada Stasiun 1.

Akibat kerusakan tersebut sehingga mengurangi keanekaragaman

hewani ekosistem terumbu karang yang dapat menyebabkan hilangnya

keindahan pada ekosistem tersebut dan menurunnya hasil tangkapan nelayan

karena pertumbuhan karang batu yang lambat. Tapi kita tahu bahwa ekosistem

terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki sendiri bila

terjadi kerusakan apabila karakteristik habitat dari berbagai macam formasi

terumbu karang dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terpelihara

dengan baik. Untuk itu komunitas terumbu karang pada perairan Desa Suli harus

dikelola lebih berhati-hati lagi dengan dilakukan upaya konservasi.

54

Page 20: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

d. Ikan Karang

1. Komposisi dan Distribusi

Diperairan karang kawasan Wisata Pesisir Desa Suli terinventarisasi

109 spesies ikan yang tergolong dalam 64 genera dan 29 famili. Komposisi taksa

ikan karang tertinggi dijumpai pada Stasiun 2 dan terendah pada Stasiun 1

(Tabel 24). Tabel juga memperlihatkan bahwa spesies ikan hias lebih tinggi dari

ikan konsumsi, serta jumlah spesies umum lebih tinggi dari spesies target dan

indikator. Disamping itu juga perlu diketahui bahwa biasanya semua ikan

konsumsi pada fase juvenil dapat dikategorikan sebagai ikan hias.

Tabel 24. Komposisi Taksa Ikan karang yang tersensus di Perairan Suli.

Taksa Ikan Karang St 1. St. 2 St. 3 Suli1 2 3 4 5

Spesies 53 80 61 109Ikan Hias 31 44 33 61

Ikan Konsumsi 22 36 28 481 2 3 4 5

Target 12 24 19 32Major 31 43 34 63

Indikator 10 13 8 14Genera 31 48 38 62Famili 16 23 17 28

Dapat dilihat bahwa 3 (tiga) famili memiliki jumlah spesies > 10 yakni

famili Chaetodontidae dengan 14 spesies, Labridae 18 spesies dan

Pomacentridae dengan 19 spesies sedangkan 25 famili lainnya memiliki jumlah

spesies < 10. Bila dilihat berdasarkan stasiun pengamatan pada Stasiun 2

kondisinya sama seperti secara keseluruhan, pada Stasiun 1 hanya famili

Chaetodontidae yang memiliki jumlah spesies ≥ 10, sedangkan pada Stasiun 3

seluruh famili memiliki jumlah spesies < 10. Selain itu sebanyak 3 genera yang

memiliki jumlah spesies ≥ 5 yakni Chaetodon dengan 12 spesies, Achanthurus

5 famili dan Scarus dengan 5 spesies. Bila dilihat berdasarkan stasiun

55

Page 21: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

pengamatan, pada Stasiun 1, 2 dan 3 hanya genus Chaetodon yang memiliki

jumlah spesies ≥ 5 sedangkan seluruh genus lainnya pada setiap stasiun

memiliki spesies < 5. Famili Pomancentridae memiliki spesies terbanyak

(19 spesies) dan genus Chaetodon memiliki jumlah spesies terbanyak yakni

12 spesies (lihat Lampiran 3).

Sebanyak 56 spesies memiliki distribusi yang sangat sempit karena

hanya terinventarisir pada satu stasiun saja sedangkan sebanyak 29 spesies

memiliki distribusi yang sangat luas karena dapat dijumpai pada ketiga stasiun

pengamatan (lihat Lampiran 3).

2. Kepadatan

Kepadatan ikan karang pada zona tepi tubir diperairan kawasan

Wisata Negeri Suli sebesar 1,62 individu/m2 atau 16.187 individu/Ha,

yang terdiri dari ikan hias sebesar 0,86 individu/m2 atau 8.600 individu/Ha dan

ikan konsumsi sebesar 0,76 individu/m2 atau 7.587 individu/Ha. Sedangkan bila

dilihat berdasarkan kategori monitoring dan evaluasi terumbu karang, maka

kepadatan spesies target sebesar 0,38 individu/m2 atau 3.787 individu/Ha,

spesies major sebesar 1,07 individu/m2 atau 10.680 individu/Ha, spesies indikator

sebesar 0,17 individu/m2 atau 1.720 individu/Ha. Kepadatan ikan karang tertinggi

di jumpai pada transek 2 yakni sebesar 2,05 individu/m2 atau 20.520 individu/Ha

dan terendah pada transek 1 yakni sebesar 1,05 individu/m2 atau 10.480

individu/Ha (Tabel 25).

Tabel 25. Kepadatan Ikan Karang berdasarkan Kriteria Pemanfaatan serta Kategori Monitoring dan Evaluasi Terumbu Karang di Perairan Desa Suli

Kepadatan Ikan Karang St 1. St. 2 St. 3 SuliKriteria Pemanfaatan- Ikan Hias 0,51 1,13 0,94 0,86- Ikan Konsumsi 0,54 0,92 0,82 0,76

56

Page 22: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Total 1,05 2,05 1,76 1,62Kategori Monitoring & Evaluasi- Ikan Target 0,22 0,50 0,42 0,38- Ikan Major 0,71 1,34 1,16 1,07- Ikan Indikator 0,12 0,22 0,18 0,17

Total 1,05 2,05 1,76 1,62Dari hasil pengamatan dan perhitungan maka jumlah spesies ikan yang

terbanyak adalah spesies ikan hias (mayor) dan tingkat kepadatan (K) ikan

karang pada lokasi penelitian perairan desa Suli adalah 1,62 individu/m2.

e. Moluska

Salah satu sumberdaya makrofauna benthos yang ada pada kawasan

wisata desa Suli adalah filum Moluska. Nilai kepadatan maupun jumlah spesies

pada lokasi pengamatan tergantung pada luas serta heterogenitas ekosistem

pantainya, makanan, kehadiran predator, tipe substrat yang disenangi dan juga

pengaruh aktivitas manusia disekitarnya. Pengamatan terhadap moluska hanya

dilakukan pada daerah intertidal yang bersubstrat pasir, maka dari hasil

pengamatan diperoleh 47 spesies moluska (Lampiran 4) dengan nilai kepadatan

makrofauna 3,31 ind/m2 serta individu yang terinventarisasi adalah sebanyak 248

individu (Tabel 26).

Tabel 26. Komposisi Taksa dan Kepadatan Moluska di Kawasan Perairan Desa Suli

Taksa Bivalvia Gastropoda Jumlah

Famili 8 15 23Genus 9 21 30Spesies 11 36 47N 46 202 248Dens. 0,6i ind/m2 2,69 ind/m2 3,31 ind/m2

Keterangan : - N = Total individu- Dens. = Kepadatan (ind/m2)- Luas Areal Kuadran = 5 transek x 15 kuadran

4.4. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

57

Page 23: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

4.4.1. Kependudukan

Tahun 2010, penduduk desa Suli berjumlah 9511 jiwa dan 2333 kepala

keluarga dan tersebar pada 4 (empat) dusun, dimana jumlah penduduk

terbanyak pada dusun Wainusalaut diikuti Latuslamu, Amalatuei dan

Amarumatena. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dan rasio gender

cenderung seimbang dimana selisih jumlah laki-laki dan perempuan sangat kecil

atau dikatakan mendekati rasio 1 : 1.

Tabel 27. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga pada Desa Suli

DUSUNLAKI-LAKI PEREMPUAN RATA-RATA KEPALA KEL.

Jumlah (%)

Jumlah(%)

Jumlah(%)

Jumlah(%)

  (jiwa) (jiwa) (jiwa) (KK)Latuslamu 861 18,85 1.400 28,32 2.261 23,77 455 19,50Amalatuei 1.076 23,56 1.127 22,80 2.203 23,16 632 27,09Wainusalaut 2.016 44,13 1.794 36,29 3.810 40,06 955 40,93Amarumatena 615 13,46 622 12,58 1.237 13,01 291 12,47TOTAL 4.568 100,00 4.943 100,00 9.511 100,00 2.333 100,00

Mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan dan terbagi pada

keempat dusun tetapi lebih banyak pada Dusun Wainusalaut, diikuti agama Islam

hanya pada tiga dusun, agam Kristen Katholik juga pada empat dusun

sedangkan agama Hindu sangat sedikit dan hanya pada satu dusun.

Tabel 28. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama pada Desa Suli

DUSUNPROTESTAN ISLAM KATHOLIK HINDU TOTALJumlah (%)

Jumlah (%)

Jumlah (%)

Jumlah (%)

Jumlah (%)

  (jiwa) (jiwa) (jiwa) (KK) (KK)

Latuslamu 2.156 25,10 0 0,00 105 40,70 0 0,00 2.26

1 23,77

Amalatuei 1.722 20,05 433 66,01 39 15,12 9 100,0

02.20

3 23,16

Wainusalaut 3.696 43,04 7 1,07 107 41,47 0 0,00 3.81

0 40,06

Amarumatena 1.014 11,81 216 32,93 7 2,71 0 0,00 1.23

7 13,01

TOTAL 8.588

100,00 656 100,0

0 258 100,00 9 100,0

09.51

1100,0

0

58

Page 24: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Pada tahun 2010, jumlah penduduk berdasarkan pendidikan dilihat lebih

banyak pada tingkat SMA, diikuti SD, SMP, PT dan yang kecil pada tingkat TK.

Jadi total jiwa yang sementara bersekolah pada desa Suli yaitu 6.646 jiwa terbagi

pada keempat dusun.

Tabel 29. Jumlah penduduk Berdasarkan Pendidikan pada Desa Suli

DUSUN TK SD SMP SMA PT TOTAL

Latuslamu 49 413 236 799 132 1.629Amalatuei 31 321 237 691 107 1.387Wainusalaut 63 512 325 959 227 2.086Amarumatena 70 374 259 759 82 1.544

TOTAL 213 1.620 1.057 3.208 548 6.646

4.4.2. Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk desa Suli sebagian besar sebagai TNI/

POLRI, PNS dan petani yang sebagian besar sebagai petani tanaman jangka

panjang (cengkih, pala, durian, gandaria dll). Nelayan tidak terlalu banyak dan

sebagian besar pada penduduk yang tinggal di pesisir.

Kebutuhan semakin meningkat sehingga sektor perdagangan sebagai

mata pencaharian alternatif bagi masyarakat (wiraswasta) antara lain sebagai

pedagang/ penjual (makanan ringan, kebutuhan pokok rumah tangga dan

lainnya), pengrajin (meubel), sopir, tukang ojek serta kerja lainnya.

Tabel 30. Mata Pencaharian Penduduk desa Suli

MATA LATUSLAMU AMALATUEI WAINUSALAUT AMARUMATENA KKPENCAHARIA

NJumlah (%)

Jumlah (%)

Jumlah (%)

Jumlah (%)

Jumlah(%)

  (KK) (KK) (KK) (KK) (KK)

PNS 130 33,59 125 13,28 292 46,65 101 27,08 648 27,85TNI/POLRI 28 7,24 584 62,06 32 5,11 17 4,56 661 28,41Petani 121 31,27 160 17,00 128 20,45 138 37,00 547 23,51Nelayan 18 4,65 22 2,34 36 5,75 39 10,46 115 4,94Wiraswast 90 23,26 50 5,31 138 22,04 78 20,91 356 15,30

59

Page 25: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

a

TOTAL 387 100,00 941 100,00 626 100,00 373 100,00 2.327

100,00

Fasilitas ekonomi yang tersedia pada desa Suli cukup, meskipun terbagi

belum merata pada semua dusun. Masyarakat lebih pusatkan perhatian pada

pemenuhan kebutuhan primer (sembako) namun dengan transportasi yang

lancar semuanya dapat dijangkau.

Tabel 31. Fasilitas Perekonomian Desa Suli

FASILITAS EKONOMIDUSUN

TOTALLatuslamu Amalatuei Wainusalaut Amarumatena

Kios/ Toko 11 21 39 8 79Pasar Mingguan   1     1Restaurant, RM/ Rumah Copi 2 6 15   23Cotage/ Hotel 1   9   10

TOTAL 14 28 62 8 112

Sarana perikanan yang ada dirasa juga masih belum cukup bagi

masyarakat karena selain mencari ikan di laut juga dapat dipakai pada tempat-

tempat rekreasi bagi pengunjung sehingga menghasilkan pendapatan.

Tabel 32. Sarana Perikanan Desa Suli

FASILITAS PERIKANAN

DUSUNTOTAL

Latuslamu Amalatuei Wainusalaut Amarumatena

Sampan 18 4 12 10 44Perahu Motor Katinting 3 1 2   6Speed Boat 2 1 8   11Bagan         0

TOTAL 23 6 22 10 61

Sarana olahraga juga dirasa cukup jika dibandingkan dengan masyarakat

yang pekerjaan dan kegiatannya kurang pada bidang olahraga, hanya pada

hari-hari tertentu untuk memperingatinya ada kegiatan-kegiatan perlombaan

yang dilakukan. Sarana ini sebagian besar pada Secata KODAM XVI

PATTIMURA, jika ingin digunakan dapat diberi ijin.

60

Page 26: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Tabel 33. Sarana Olah Raga pada Desa Suli

DUSUNSARANA OLAH RAGA

TOTALBola Kaki Bola Volley Bola Basket Lap. Tenis Karat

eSila

t Taekwando

Latuslamu                Amalatuei 1 1 1 1 1 1 1 7Wainusalaut                Amarumatena   1           1

TOTAL 1 2 1 1 1 1 1 8

4.4.3. Budaya Masyarakat

Desa Suli dikenal sebagai negeri adat, dimana hukum yang berlaku

bukan hanya hukum Negara Republik Indonesia tapi juga hukum adat. Semua

terlihat dalam sistem kemasyarakatannya yang berdasarkan Mata Rumah, Faam

(marga), Soa, Teon dan Gelar/ Upu yang sampai sekarang ini masih ada dan

bertahan turun temurun. Upacara-upacara adat yang masih tetap dilaksanakan

adalah upacara adat perkawinan dan pelantikan raja. Hal ini dapat membentuk

sistem kekerabatan penduduk yang sangat erat dan terbina dengan baik didalam

maupun diluar desa Suli.

Tabel 34. Asal-Usul Penduduk dan Sistem kemasyarakatannya pada Desa Suli

DUSUNASAL-USUL (KK) SISTEM

Asli Pendatang KEMASYARAKATAN

Latuslamu 455   - Sistem Mata Rumah

Amalatuei 432 200 - Kepala Faam (Marga

Wainusalaut 835 120 - Kepala SOA

Amarumatena 291   - Teon & Gelar/ Upu

TOTAL 2.013 320    

Mayoritas masyarakat desa Suli adalah penduduk asli sedangkan

sebagian penduduk pendatang adalah aparatur pemerintahan dan sosial dan

sebagian yang lain karena faktor perkawinan. Organisasi kemasyarakatan yang

berkembang di desa ini bersifat religius (keagamaan) sesuai dengan agama

61

Page 27: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

yang dianut. Hal ini juga dapat dilihat dari sarana ibadah yang dikatakan cukup

bagi masyarakat.

Sarana pendidikan dari tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi

(STT) juga Pendidikan Secata sudah cukup dalam peningkatan sumberdaya

manusia serta penyiapan generasi muda yang siap untuk turut berpartisipasi

dalam pembangunan. Selain itu juga perlu ada tambahan les guna peningkatan

potensi manusia. Sarana kesehatan kalau dilihat belum cukup karena jelas

belum terbagi pada keempat dusun di desa Suli yang luas ini sehingga

merupakan persoalan tersendiri, untuk itu perlu adanya kebijakan pemerintah.

Tapi kita juga patut bersyukur karena desa Suli berada tidak jauh dari pusat kota

serta transportasi yang lancar, sehingga dalam peningkatan kualitas SDM

melalui pendidikan maupun peningkatan kesehatan kita dapat bersekolah dan

periksa kesehatan di kota.

Tabel 35. Sarana Pendidikan, Kesehatan dan Ibadah pada Desa Suli

DUSUN

PENDIDIKAN KESEHATAN IBADAH

TK SD SMP

SMA PT

Secata KODAM XVI  Puskesmas

Pustu

Gereja

MesjidPATTIMURA

(bh)

(bh) (bh) (bh) (bh

) (bh) (bh) (bh) (bh) (bh)

Latuslamu 1 4             3  Amalatuei 1   1 1   1     3 2Wainusalaut   1     1     2 8  Amarumatena             1   1  

TOTAL 2 5 1 1   1 1 2 15 2

4.4.4. Presepsi Masyarakat

Presepsi masyarakat desa Suli dalam konteks pengembangan wisata

bahari mempunyai pandangan hampir seragam/ sama tentang perlunya

pengembangan pesisir pantai desa Suli yang menjadi tujuan wisata bahari.

Pandangan tersebut semuanya tidak didukung dengan pengetahuan yang

62

Page 28: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

memadai tentang konsep-konsep pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,

dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.5. Potensi Pariwisata

Keanekaragaman potensi sumberdaya alam laut dan budaya yang

terdapat pada kawasan desa Suli dilihat merupakan peluang pembangunan

yang dapat mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Maluku

Tengah. Potensi-potensi objek wisata pada desa Suli yang merupakan peluang

dalam pengembangan pariwisata antara lain daya tarik wisata yang berbasis

sumberdaya seperti wisata view, pantai berpasir, terumbu karang, ikan karang,

lamun serta daya tarik wisata yang berbasis budaya (cultural heritage) seperti

labuhan Patiran, tempat duduk dari meja dan batu, pertunjukan tradisi budaya

masyarakat misalnya upacara adat pela, tari-tarian maupun dalam pernikahan

dan pelantikan raja dilaksanakan secara adat.

Dilihat dari kawasan serta karakteristiknya, maka potensi pariwisata yang

terdapat di desa Suli secara umum adalah wisata pantai dan wisata bahari.

Potensi perlu dikembangkan dengan tetap menjaga terpelihara fungsi ekosistem.

4.5.1. Potensi Wisata pantai

Wisata ‘View’ (Estetika Panorama)

Secara nyata Kawasan desa Suli merupakan salah satu kawasan yang

menawarkan keindahan pemandangan alam lautnya serta dapat memberikan

suasana bahagia saat berada pada pantainya. Hal ini karena potensi

sumberdaya laut dengan keindahannya dan budaya yang masih terpelihara. Tipe

pantai yang landai dan berpasir putih ada pada saat pasang surut pada daerah

wisata ada pula yang pasir berbatu maupun berbatu dengan tutupan pantai yang

63

Page 29: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

didominasi dengan pohon kelapa, katapang, hutung, beringin, bintanggor

maupun semak belukar atau biasa disebut dengan katang-katang meskipun tidak

terlalu jauh tapi dapat memuaskan pengunjung untuk melakukan aktivitas.

Pantai Pasir Putih

Kawasan desa Suli memiliki potensi pantai pasir putih yang landai dan cukup

ketika terjadi pasang surut pada tempat rekreasi dan dapat dikembangkan

menjadi produk wisata pantai diantaranya sebagai tempat berjemur, bermain,

berenang, berperahu dan lainnya yang dapat memuaskan pengunjung.

Potensi Berbasis Budaya

Labuhan Patiran, tempat duduk dari meja dan batu serta pertunjukan tradisi

budaya masyarakat berupa upacara adat pela, tari-tarian maupun lomba perahu

di laut diselingi dengan tari-tarian adat sebagai potensi wisata yang sangat

sesuai dikembangkan sebagai objek wisata budaya (wisata minat).

4.5.2. Potensi Wisata Bahari

Potensi Terumbu Karang

Terumbu karang di perairan desa Suli dapat dikatakan sudah mulai berada pada

kondisi baik dengan persen penutupan karang hidup sebesar 45,17% merupakan

salah satu potensi wisata yang terdapat di desa Suli dan belum banyak dikenal.

Kondisi umum komunitas terumbu karang berdasarkan substrat terdiri dari

kategori pasir (sand), patahan karang (rubble), karang hidup (live coral) dan

karang mati (dead coral). Jadi terumbu karang sangat potensial untuk dikelola

menjadi produk wisata diving sehingga pengunjung/ wisatawan dapat mengenal

dan menikmati keindahan bawah laut.

64

Page 30: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Potensi Ikan Karang

Sesuai hasil penelitian yang dilakukan pada pantai desa Suli ditemukan 109

spesies ikan karang yang dapat dikelola sebagai objek wisata diving, snorkeling

dan memancing. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, karena

semuanya berkaitan dengan keindahan bawah laut yang dapat dinikmati.

Potensi Lamun

Secara umum dilihat bahwa lamun mempunyai ciri khas ekosistem daerah tropis

yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan budidaya berbagai jenis ikan,

molusca selain sebagai objek wisata, khusus wisata minat (ekotourisme).

4.6. Kesesuaian Kawasan untuk Pariwisata

4.6.1. Pariwisata Pantai

Menentukan kelas kesesuaian kawasan untuk pariwisata pantai perlu

diketahui lebih dulu berbagai jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan

utama dan umum dilakukan untuk kegiatan wisata pantai adalah rekreasi pantai

seperti berjemur, bermain, olahraga pantai, berenang dan berperahu serta

kegiatan lainnya. Kelas kesesuaian untuk kegiatan pariwisata dan berperahu

serta kegiatan lainnya. Kelas kesesuaian untuk kegiatan pariwisata pantai dinilai

dengan bobot dan skor pada parameter (faktor-faktor pembatas). Pemberian

bobot dan skor pada semua parameter didasarkan pada tingkat kepentingan

untuk kegiatan wisata pantai. Parameter-parameter yang menjadi indikator

penilai untuk bentuk sesuai atau tidak sesuainya suatu kawasan wisata pantai

yaitu kedalaman dasar perairan, material dasar perairan, kecepatan arus,

kecerahan, tipe pantai, penutupan lahan pantai dan ketersediaan air tawar

sesuai Tabel 4.

65

Page 31: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Berdasarkan hasil penelitian, terukur kedalaman perairan untuk daerah

intertidal 0-1 meter hingga 1-5 meter sedangkan pada daerah subtidal

kedalaman lebih besar dari 5 meter (Gambar 4), perairan yang relatif dangkal

merupakan lokasi yang paling ideal bagi wisata pantai. Material dasar perairan

juga merupakan satu faktor pambatas bagi wisata pantai, subtrat dasar yang

sangat sesuai untuk wisata pantai adalah pasir, karena pengunjung akan merasa

nyaman ketika berada pada kawasan tersebut maka sesuai dengan hasil

pengamatan dilokasi penelitian didominasi oleh subtrat pasir yang merupakan

lokasi ideal (Gambar 5). Kecepatan arus merupakan salah satu faktor pembatas

karena sangat berkaitan dengan keamanan pengunjung ketika berada pada

kawasan wisata, kecepatan arus permukaan laut dilokasi penelitian berkisar

antara 0,14 - 0,26 m/det, kecepatan arus dan pola arus dapat dilihat (Gambar 6).

Kecerahan perairan merupakan salah satu parameter yang juga turut

menentukan sesuai atau tidak sesuai kawasan pariwisata, sebab kecerahan

yang tinggi akan memberikan kepuasan bagi pengunjung dalam menikmati

wisata pantai, kecerahan pada kawasan desa Suli berkisar antara 75 - 85 %

(Gambar 7).

Faktor pembatas lain yang turut menentukan kesesuaian kawasan wisata

adalah faktor fisik pantai yang terdiri dari tipe pantai, penutupan lahan pantai dan

jarak sumber air kekawasan wisata, tipe pantai adalah faktor fisik utama yang

dipilih untuk mewakili data-data fisik lainnya, dalam kaitan dengan pariwisata

pantai maka tipe pantai yang sangat sesuai bagi wisata pantai adalah berpasir,

karena ini sangat sesuai dengan kegiatan berjemur, berolah raga maupun

bermain dipantai. Hasil pengamatan terhadap tipe pantai maka diketemukan

pantai berpasir, sedikit pasir berbatu dan pasir karang (Gambar 8). Penutupan

lahan pantai juga turut menentukan kenyamanan pengunjung dalam menikmati

66

Page 32: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

wisata pantai (wisata view), berdasarkan hasil pengamatan pada kawasan desa

Suli maka vegetasi pantai yang dominan dijumpai adalah kelapa, katapang,

hutung, beringin, bintanggor dan belukar (Gambar 9). Telah dikemukakan bahwa

jarak ketersediaan air tawar dengan kawasan wisata merupakan salah satu

parameter yang turut menentukan kesesuaian wisata pantai, karena dengan

sumber air tawar yang tersedia maka sangat mendukung kegiatan wisata pantai,

dari hasil pengukuran didapatkan bahwa jarak rata-rata sumber air dengan

kawasan wisata adalah 60 meter (Gambar 10).

Dari hasil perhitungan pada Tabel 36 sesuai dengan kondisi parameter

biofisik untuk wisata pantai maka kawasan desa Suli masuk dalam kategori

Sangat sesuai (S1). Tidak memiliki faktor pembatas yang serius, dengan

demikian kawasan desa Suli sangat memiliki peluang untuk dikembangkan

menjadi daerah wisata pantai seperti berenang dan rekreasi pantai sesuai

dengan kondisi biofisik yang terdapat pada kawasan tersebut.

Tabel 36. Hasil Perhitungan Kelas Kesesuaian untuk Wisata Pantai

No. Parameter Kondisi Bobot Skor Nilai

1. Kedalaman Dasar Laut (m) < 3 5 4 202. Material Dasar Perairan Pasir 5 4 203. Kecepatan Arus (m/det) 0.14 - 0.26 4 3 124. Kecerahan Perairan (%) > 75 3 4 125. Tipe Pantai Berpasir 4 4 16    Mangrove          kelapa, katapang,      

6. Penutup Lahan Pantai hutung, beringin, 3 1 3    bintanggor,semak belukar          dan pemukiman      

7. Jarak dari Sumber Air tawar (Km) > 0.5 - 1 3 3 9

Total Nilai       92

Sesuai peta kesesuaian wisata pantai (Gambar 11), maka dapat dilihat luasan

kesesuaian wisata pantai pada lampiran 6.

67

Page 33: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

68

Page 34: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 4. Peta Kedalaman Dasar Perairan

69

Page 35: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 5. Peta Material Dasar Perairan

70

Page 36: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 6. Peta Kecepatan Arus

71

Page 37: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 7. Peta Kecerahan

72

Page 38: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 8. Peta Tipe Pantai

73

Page 39: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan Pantai

74

Page 40: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 10. Peta Ketersediaan Air Tawar

75

Page 41: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 11. Peta Kesesuaian Wisata Pantai

4.6.2. Pariwisata Bahari

Kegiatan wisata bahari berbeda dengan wisata pantai dimana lebih

ditekankan pada snorkeling, menyelam (diving) juga memancing (fishing). Kelas

kesesuaian untuk kegiatan pariwisata bahari dinilai dengan bobot dan skor pada

parameter (faktor-faktor pembatas). Pemberian bobot dan skor pada semua

parameter didasarkan pada tingkat kepentingan untuk kegiatan wisata bahari.

Parameter-parameter yang menjadi indikator penilai untuk bentuk sesuai atau

tidak sesuainya suatu kawasan wisata bahari yaitu kecerahan perairan, tutupan

terumbu karang, jenis terumbu karang, jenis ikan karang, kedalaman dasar laut

dan kecepatan arus sesuai Tabel 5.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap parameter-

parameter pembatas yang menjadi indikator bagi penilaian kesesuaian antara

lain didapati kecerahan perairan lebih besar dari 75%. Kecerahan perairan yang

tinggi selain sangat baik dan membantu wisatawan dalam kegiatan snorkeling

maupun menyelam (diving) untuk menikmati keindahan taman bawah laut

juga berperan dalam perkembangan terumbu karang (Gambar 12). Dapat dilihat

bahwa tutupan terumbu karang hidup di kawasan laut desa Suli adalah 45,17%

dan jenis terumbu karang yang teridentifikasi sebanyak 54 spesies (Gambar 13

dan 14). Berdasarkan persen penutupan karang di kawasan desa Suli dikatakan

76

Page 42: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

sudah mulai membaik setelah tahun 2000. Jadi persen penutupan karang

maupun jumlah jenis karang sangat berhubungan dengan estetika dan

keindahan bawah laut maupun organisme yang berasosiasi sehingga dapat

memberi kepuasan bagi wisatawan.

Keragaman ikan karang merupakan potensi yaitu sebagai faktor

penunjang keindahan alam bawah laut dan peluang sebagai tempat

pemancingan baik wisatawan maupun masyarakat. Sesuai hasil pengamatan

dan analisis ikan karang maka jumlah spesies pada kawasan desa Suli

ditemukan sebanyak 109 spesies yang didominasi oleh spesies ikan hias

(Gambar 15). Dengan demikian maka kawasan ini sangat sesuai sebagai

pariwisata bahari.

Dalam melakukan snorkeling maupun diving (selam), kenyamanan dan

keamanan dipengaruhi oleh kecepatan arus. Sesuai hasil pengamatan dan

pengukuran maka kecepatan arus rata-rata 0.15 m/det sampai dengan 0.30

m/det (Gambar 16). Kedalaman dasar laut juga merupakan faktor pendukung

kegiatan wisata bahari, dimana berhubungan dengan kemampuan menyelam

untuk menikmati keindahan bawah laut juga merupakan salah satu faktor

pembatas bagi pertumbuhan terumbu karang, sehingga toleransi kedalaman bagi

kegiatan wisata bahari adalah 10 - 25 meter. Pada kawasan desa Suli ditemukan

kedalaman pada kawasan terumbu karang dapat mencapai 5 - 14 meter

(Gambar 17).

Tabel 37. Hasil Perhitungan Kelas Kesesuaian untuk Wisata Bahari

No. Parameter Kondisi Bobot Skor Nilai

1. Kecerahan Perairan (%) > 85% 5 4 202. Tutupan Terumbu Karang (%) 45.17 5 2 103. Jenis Terumbu Karang (sp) 54 4 2 84. Jenis Ikan Karang (sp) 109 4 4 165. Kedalaman Dasar Laut (m) 14 3 4 12

77

Page 43: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

6. Kecepatan Arus (m/det) 0.15 - 0.30 3 4 12

Total Nilai       78

Dari hasil perhitungan pada tabel 37 maka kelas kesesuaian wisata

bahari di kawasan desa Suli masuk dalam kategori Sangat Sesuai (S1). Dengan

demikian kawasan desa Suli sangat berpotensi dan memiliki peluang

dikembangkan menjadi daerah wisata bahari dengan berbagai kegiatan

snorkeling maupun diving (selam) dan luasan kesesuaian wisata bahari dapat

dilihat pada lampiran 7 sesuai peta kesesuaian Wisata Bahari (Gambar 18).

78

Page 44: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 12. Peta Kecerahan Perairan

79

Page 45: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 13. Peta Tutupan Terumbu Karang

80

Page 46: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 14. Peta Stasiun Pengamatan Jenis & Persen Tutupan Terumbu Karang

81

Page 47: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 15. Peta Ikan Karang

82

Page 48: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 16. Peta Kecepatan Arus

83

Page 49: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 17. Peta Kedalaman Dasar Laut

84

Page 50: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Gambar 18. Peta Kesesuaian Wisata Bahari

4.7. Daya Dukung Kawasan untuk Pariwisata

Daya dukung fisik dan lingkungan kawasan wisata di desa Suli harus

diperhatikan sehingga kegiatan pariwisata dapat berlangsung dengan baik.

Potensi alam laut dan pantai, gua alam dan Taman Nasional yang berada di

Kabupaten Maluku Tengah yang menjadi salah satu objek wisata dengan daya

tarik tersendiri, juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana/tempat penelitian

lapangan karena memiliki keanekaragaman flora dan fauna langka dan endemik,

penelitian farmasi serta penelitian jenis tanaman sebagai makanan alternatif bagi

masyarakat. Hal ini juga ditunjang dengan fasilitas perhotelan, kerajinan

masyarakat dan rumah-rumah makan yang menyajikan berbagai masakan

makanan daerah. Upaya pemerintah dengan pengelolaan sumber-sumber alam

dimaksud diatas kiranya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Maluku

sektor Pariwisata.

Seiring dengan meningkatnya perhatian Pemerintah Daerah untuk

mengoptimalkan pengembangan pariwisata di Maluku maka diikuti pula oleh

meningkatnya kunjungan wisatawan manca Negara dari tahun ke tahun seperti

terlihat pada tabel 38 sebagai berikut :

85

Page 51: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Tabel 38. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Provinsi Maluku Tahun 2006 - 2010

NO. KAWASANJUMLAH KUNJUNGAN/TAHUN (ORG)

2006 2007 2008 2009 2010

1. EROPA 2.805 2.497 1.839 2.405 5.260

2. AMERIKA 153 186 308 504 1.173

3. AUSTRALIA 64 121 90 924 468

4. ASIA 223 447 347 325 1.063

5. ASEAN 77 102 36 205 443

6. LAINNYA 74 302 185 221 1.652

TOTAL 3.396 3.655 2.805 4.584 10.059

Sumber; Dinas Pariwisata Tahun 2011

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Maluku cenderung meningkat selama 2 tahun terakhir. Jumlah

kunjungan wisatawan yang mencapai 2.805 pada tahun 2008 telah meningkat

menjadi 4.584 pada tahun 2009 dan 10.059 pada tahun 2010. Wisatawan paling

banyak berkunjung ke Maluku pada tahun 2010 berasal dari Kawasan Eropa

sebanyak 5.260 orang, diikuti oleh wisatawan yang berasal dari kawasan

Amerika sebanyak 1.173 orang dan Asia sebanyak 1.063 orang.

Tabel 39. Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Desa Suli Provinsi Maluku Tengah Tahun 2006 - 2010

NO. KAWASANJUMLAH KUNJUNGAN/TAHUN (ORG)

2006 2007 2008 2009 2010

1. Desa Suli 49.996 50.527 50.402 51.391 55.528

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Maluku Tengah (Salahutu dalam Angka), Dinas Pariwisata Kec. Salahutu Kab. Maluku Tengah Tahun 2011.

Kunjungan wisatawan dari waktu ke waktu sangat meningkat, khususnya

pada pantai Desa Suli dapat dilihat dari kunjungan tiap tahun orang dewasa

86

Page 52: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

termasuk anak-anak dapat mencapai 49.996 - 55.528 orang. Pada waktu-waktu

tertentupun dapat lebih dari itu tergantung cuaca yang baik.

Kebijakan umum pemerintah daerah dalam tahun 2011 diarahkan pada

berbagai program antara lain Program pengembangan pemasaran pariwisata

melalui kegiatan pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata,

pelaksanaan promosi pariwisata di dalam dan luar negeri, Program

pengembangan destinasi pariwisata melalui kegiatan pengembangan objek

wisata unggulan, peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata,

pengembangan sosialisasi dan penerapan serta pengawasan standarisasi,

Program pengembangan kemitraan melalui kegiatan pengembangan dan

penguatan informasi dan data base, pelaksanaan koordinasi pembangunan

kemitraan pariwisata, pengembangan penguatan litbang kebudayaan dan

pariwisata, Program pengelolaan kekayaan budaya melalui kegiatan peningkatan

kesadaran masyarakat tentang benda cagar budaya dan pemilihan peninggalan

sejarah purbakala.

Kebutuhan akan ruang bagi setiap wisatawan dan fasilitas yang

diperlukan sangat bervariasi tergantung pada standar kebutuhan dan latar

belakang wisatawan, kebutuhan akan ruang dan fasilitas wisata bahari sesuai

dengan standar bagi kegiatan pariwisata bahari (WTO, dalam Wong, 1991)

adalah kebutuhan ruang untuk pengunjung, tempat tidur, tempat penampungan

perahu (boat), fasilitas bak mandi, toilet, air pancuran dan fasilitas pelabuhan.

Daya dukung meliputi daya dukung fisik kawasan yaitu ketersedian lahan untuk

pembangunan fasilitas dan akomodasi, daya dukung sosial dan lingkungan laut

yaitu kemampuan lingkungan untuk menerima/ mengakomodir sejumlah

pengunjung (Wong, 1991).

87

Page 53: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Tabel 40.Daya Dukung Fisik dan Lingkungan

No. ZoneLuas P.

Meter Panjang Kapasitas

(Ha) (Km) (Km) Ha Km

1. Lahan Daratan 6.500     3.250  

2. Supratidal/Supralitoral 1,13     0,56  

3. Intertidal 8,9     4,45  

4. Lamun 4,45     2,22  

5. Tempat Perahu 0,02     0,01  

6. Terumbu Karang  18,32 11 9,16  5,5

7. Tepi Tubir     2,6   1,3

8. Panjang Garis Pantai     2,5   1,25

Berdasarkan pengamatan dilapangan maka parameter yang dapat dipakai

sebagai kriteria untuk menilai daya dukung kawasan wisata di desa Suli yaitu

(1). Luas lahan daratan untuk pembangunan akomodasi dan fasilitas penunjang;

(2). Luas pasir didaerah supratidal sebagai tempat berjemur;

(3). Luas pasir daerah intertidal sebagai tempat rekreasi pantai, berenang;

(4). Luas lamun untuk pengembangan wisata minat;

(5). Area pantai untuk tambatan perahu;

(6). Terumbu karang untuk wisata diving dan snorkeling;

(7). Tepi tubir untuk wisata diving dan snorkeling;

(8). Panjang garis pantai untuk rekreasi pantai;

4.7.1. Lahan Daratan dan Penggunaan Lahan Pantai

Kegiatan pariwisata biasanya berdampak pada pengembangan ekonomi,

sehingga tersedianya fasilitas penunjang kegiatan pariwisata merupakan hal

yang sangat diperlukan. Terutama tersedianya akomodasi serta penginapan

yang telah ada baik pada tempat wisata maupun diluar tempat wisata yang

88

Page 54: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

berada pada kawasan desa Suli, sehingga wisatawan selain banyak juga dapat

berlama-lama berada pada daerah tersebut dan nilai ekonomis semakin tinggi.

Sarana dan prasarana yang disediakan baik yang dibangun maupun diadakan

sesuai dengan tempat dan ruang yang ditetapkan sehingga tidak banyak

mengubah kondisi alam aslinya selain itu dapat memberikan rasa aman dan

nyaman bagi wisatawan maupun masyarakat setempat. Dalam pengembangan

pariwisata maka salah satu faktor pendukung yang menjadi syarat optimal adalah

tersedianya sarana dan prasarana baik fasilitas transportasi maupun fasilitas

akomodasi, keamanan dan lainnya.

Berdasarkan kapasitas lahan daratan yang tersedia pada desa Suli maka

dapat dihitung daya dukung lingkungan bagi fasilitas-fasilitas penunjang maupun

jumlah kunjungan, lihat tabel 41 dan 42.

Tabel 41. Daya Dukung Untuk Ruang Penginapan dan Fasilitas Pelabuhan

Zone Luas Kapasitas Lahan Ruang Fasilitas Pelabuhan (Ha) (Ha) Penginapan (Ha) (Ha)

Daratan 6.500 3.250 325

Tabel 42. Daya Dukung Lingkungan bagi Pengembangan Wisata Desa Suli

Daya Dukung Lingkungan

Jmlh fasilitas Pantai Jmlh Jmlh JmlhPengun Jmlh Jmlh Pancuran Tempat Perahu Air

jung WC Bak mandi Air Tidur Ditambat Bersih(orang) (unit) (unit) (unit) (liter/hr)6.500 65 26 52 390.000

Tabel 43. Daya Dukung Lingkungan bagi Pengembangan Wisata Desa Suli

  Fasilitas Pantai  

Nama Kamar WC Yang di Tambat Kasebo Rumah TOTALPantai Bilas Perahu Kan

oSpeed Banana Payung  

  Boat Boat      (unit) (unit

)(unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit)

Natsepa 1 (dlm) 13 4 20 6 1 1 10   55

89

Page 55: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Natsepa 1 (luar)             47 3 50

Natsepa 2 6 2 2       6   16

Sopapey 5  2 6         17 30

Total (unit) 24 8 28 6 1 1 64 20 151

Tabel 44. Daya Dukung Hotel&Sarana Prasarana bagi Pengembangan Wisata Desa Suli

Banyaknya Kolam Renang

No. Hotel/PenginapanKamar Tempat Tidur Kmr Mandi/WC Dewasa

Anak Lagoon

     (unit (unit) (unit) (unit)

(unit) (unit)

1.   Aston 96 96 96 1 1 1

2.   Holiday beach un Resort 10 10 10      

3.   Suli Indah 26 26 26      

4.   Bungalow 4 4 4      

5.   Monna 6 8 6      

6.   Milano 6 6 6      

7.   Ponpana Gotteg 13 28 13      

8.   Baguala Bay Resort 16 16 16 1 1  

9.   Lunterse Boer 6 6 6      10

.   Coral Beach 4 4 4      

TOTAL 187 204 187 2 2 1

Kawasan desa Suli telah memiliki daya dukung lingkungan berupa

akomodasi maupun penginapan yang baik telah tersedia pada kawasan

desa Suli bagi wisatawan dapat dilihat pada tabel 43 dan tabel 44.

4.7.2. Lingkungan Perairan

Untuk daya dukung lingkungan Perairan yang terdiri dari daerah

supratidal, intertidal, terumbu karang, lamun dan tepi tubir, maka jumlah

kunjungan dihitung berdasarkan kapasitas daya dukung fisik dan lingkungan

perairan dapat dilihat pada Tabel 45.

Tabel 45. Jumlah Pengunjung berdasarkan Daya Dukung Fisik Dan Lingkungan

No. Zone

Luas P. Meter

Panjang Kapasitas Jumlah Pengunjung

(Ha) (Km) (Km) Ha Km (org)

90

Page 56: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

1. Supratidal 1,13     0,565   2832. Intertidal 8,9     4,45 2.2253. Terumbu Karang  18,32 11   9,16 5,5 9164. Lamun 4,45     2,225   4455. Tepi Tubir     2,60   1,30 13

4.7.3. Kondisi Air Tanah

Air juga merupakan kebutuhan dasar baik bagi manusia maupun dalam

pembangunan dan dapat dilihat bahwa kondisi perairan di desa Suli sangat baik.

Sungai-sungai yang ada di Suli diantaranya 3 (tiga) sungai yang besar adalah

sungai Lorihua, sungai Waiyari dan sungai Waitatiri yang sudah cukup memenuhi

segala kegiatan manusia, meskipun ada sebagian masyarakat yang biasa

membeli dari masyarakat desa Suli yang bekerja pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM).

Air tanah juga merupakan sumber air tawar yang potensial bagi

kehidupan masyarakat di desa Suli dan tidak pernah ada persoalan karena air

tanah cukup tersedia bagi keperluan wisatawan maupun masyarakat.

Diantaranya 5 (lima) sumur yang berada pada kawasan pariwisata tidak jauh dari

pantai maupun salah satu sumber yang sangat penting dan menambah ekonomi

bagi masyarakat yaitu sumber air panas yang berada dekat pantai kira-kira

10 meter dari garis pantai di Suli dalam tepatnya pada dusun Amalatuei dekat

dengan hilir sungai Lorihua.

Diperkirakan bahwa potensi air cukup tersedia bagi keperluan para

wisatawan. Pengamatan kondisi air sungai maupun sumur dilakukan berada

dekat dengan pusat pengembangan pariwisata pada desa Suli pada Tabel 46

dan 47 dengan kualitas air tawar dan layak di pakai.

Tabel 46. Kondisi Air Sungai di Desa Suli

SUNGAIPOSISI POSISI LEBAR KEDALAMAN V DEBIT

91

Page 57: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Lorihua 128° 18,231' 03° 37,488' 3,13 0,967 0,428 1,30

Sopapei 128° 18,026' 03° 37,423' 1,4 0,500 0,724 0,51

Waiyari 128° 17,101' 03° 37,107' 16,4 0,413 0,542 3,67

+

Tabel 47. Kondisi Air Tawar di Desa Suli

SUMURPOSISI BT POSISI LS DIAMETER TINGGI KEDALAMAN VOLUME

(Long) (Lat) (m) (m) (m) (m3)

Sumur 1 128° 18,026' 03° 37,403' 0,96 3 1 3,02

Sumur 2 128° 17,917' 03° 37,422' 0,96 2 0,75 2,26

Sumur 3 128° 18,054' 03° 37,427' 0,96 3 0,5 1,51

Sumur 4 128° 18,070' 03° 37,431' 0,96 3 0,5 1,51

Sumur 5 128° 18,084' 03° 37,466' 0,96 2,5 0,5 1,51

Sumur 6 128° 18,102' 03° 37,450' 0,6 3 0,7 1,32

Sumur 7 128° 18,117' 03° 37,450' 0,96 2,5 0,75 2,26

Sumur 8 128° 18,140' 03° 37,443' 0,96 3 0,6 1,81

Sumur 9 128° 18,240' 03° 37,445' 0,96 2 0,5 0,96

4.7.4. Kondisi Fisik Kimia Perairan Kawasan Wisata Bahari Desa Suli

Kualitas perairan kawasan wisata bahari desa Suli (Tabel 48) dapat dilihat

melalui pengukuran pada tabel 6 dimana kualitas parameter fisik kimianya masih

berada sesuai standart baku mutu air laut untuk kebutuhan wisata bahari

(Keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2006).

Tabel 48. Kualitas Perairan di Kawasan Desa Suli

No. Parameter Sat.  

1. Temperatur °C 30 - 322. Salinitas ppm 32 - 353. PH - 8.41 - 8.454. Kecerahan m > 755. Kecepatan Arus m/det. 0.11-0.256. Arah Arus - -7. DO (Oksigen Terlarut) mg/l 7.3 - 8.38. Phosphat (PO4-P) mg/l 0.0

92

Page 58: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

9. Nitrit (NO2) mg/l 0.0 10. Nitrat (NO3-N) mg/l 0.0 11. Amoniak bebas (NH3-N) mg/l 0.0

4.8. Analisis Strategi Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Otonomi daerah dalam pengembangan sebagaimana yang tertuang

dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 merupakan landasan yang kuat untuk

mencapai pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan. Agar

otonomi daerah memberikan dampak positif terhadap pengelolaan sumberdaya

laut maka perlu komitmen pemerintah daerah berupa adanya kebijakan strategis

untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan pesisir bagi

kepentingan masyarakat, terkait dengan potensi sumberdaya kelautan dan

pesisir yang terdapat di Maluku Tengah maka kebijakan Pemerintah Daerah

telah menetapkan kawasan pantai Natsepa pada desa Suli sebagai salah satu

daerah tujuan wisata bahari di Maluku Tengah (Salahutu dalam Angka, 2010).

Menindak lanjuti tataran kebijakan tersebut maka perlu dilakukan suatu

analisis alternatif strategi kebijakan dalam mendorong pengembangan pariwisata

bahari dengan menggunakan Analisis SWOT.

4.8.1. Identifikasi Faktor dan Komponen SWOT

Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan komponen SWOT pada lokasi

penelitian ditemukam 6 komponen faktor S, 5 komponen faktor W, 5 komponen

faktor O dan 5 komponen faktor T. Sebaran komponen faktor-faktor SWOT

disajikan secara lengkap pada Tabel 49 dan 50.

Tabel. 49. Faktor dan Komponen Internal

WEAKNESS (W)) = KelemahanSTRENGTH (S) = Kekuatan

1. Lemahnya kesadaran lingkungan oleh 1. Memiliki potensi obyek wisata;

93

Page 59: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

 Kekuatan (S) :Memiliki potensi obyek wisata. Dukungan dan kebijakan Pemerintah Daerah dalam Kebijakan Umum Pemerintah Daerah 2011.Kerjasama Pemerintah Desa, Saniri Desa lewat aturan Desa untuk pengembangan desa.Adanya dukungan masyarakat.Adanya akses transportasi yang memadai.Kualitas perairan yang mendukung.

FAKTOR EKSTERNAL

  FAKTOR INTERNAL

Peluang (O) :Kunjungan wisatawan yang meningkat dari waktu ke waktu.Wisata bahari sangat diminati wisatawan mancanegara.Adanya program pengembangan pariwisata oleh Pemda.Adanya kesempatan berusahaAdanya investasi dibidang pariwisata.

Strategi  (S-O)(Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) Pengembangan Infrastruktur PariwisataPengembangan jaringan kerjasama peningkatan Promosi Pariwisata.Pengembangan obyek wisata pantai dan laut.

Kelemahan (W) Lemahnya kesadaran lingkungan oleh masyarakat.Infrastruktur (sarana&prasarana) terbatasKelembagaan wisata kurang berkembang (kurang kerjasama).Kurang pemahanan dan pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem.

Strategi  (W-O)(Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang)Peningkatan kualitas SDM lewat seminar, pelatihan dll serta Peningkatan kesadaran masyarakat tentang peninggalan kebudayaanPengembangan Kemitraan

FAKTOR INTERNAL

Masyarakat;2. Infrastruktur (sarana&prasarana) terbatas3. Kelembagaan wisata kurang berkembang (kurang kerjasama);

4. Rendahnya kualitas SDM;

2. Adanya dukungan kebijakan Pemerintah Daerah dalam Kebijakan Umum Pemda 2011;

3. Kerjasama Pemerintah Desa, Saniri Desa lewat aturan desa untuk pengembangan desa;

4. Adanya dukungan masyarakat;5. Adanya akses transportasi yang memadai;6. Kualitas perairan yang mendukung;

Tabel 50. Faktor dan Komponen Eksternal

THREAT (T) =AncamanOPPORTUNITY (O) = Peluang

1. Pemanfaatan sumberdaya laut yang cenderung merusak

2. Penataan ruang laut dan pesisir belum baik3. Kurangnya kesadaran wisata untuk menjaga lingkungan

4. Pengaruh Budaya luar (hidup bebas)5. Keamanan lingkungan pantai belum baik/ belum maksimal

1. Kunjungan wisatawan yang meningkat dari waktu ke waktu

2. Adanya programa pengembangan pariwisata3. Wisata bahari sangat di minati wisatawan 

mancanegara.4. Adanya kesempatan berusaha  5. Adanya investasi dibidang pariwisata

4.8.2. Analisis Alternatif Strategi Kebijakan dan Alahan Pengelolaan

Perumusan alternatif strategi dilakukan dengan pendekatan analisis

strategi strength-opportunities (SO), strength-threats (ST), weakness-

opportunities (WO), dan weakness-threats (WT). Pendekatan dengan

memaksimalkan faktor-faktor kekuatan (strength) dan peluang (opportunities)

yang menjadi faktor penentu, (Rangkuti, 2006). Hasil perumusan alternatif

kebijakan disajikan pada Tabel 51 formulasi strategi berikut ini.

Tabel. 51. Formulasi Strategi

94

Page 60: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Dari hasil formulasi strategi maka didapatkan 9 (sembilan) rumusan alternatif

strategi kebijakan pengembangan pariwisata di kawasan desa Suli sebagai

berikut :

1. Pengembangan Obyek Wisata Pantai dan Laut

Potensi utama yang dimiliki kawasan desa Suli adalah potensi view,

potensi pasir putih, pontensi terumbu karang, ikan karang yang merupakan

keindahan dan keaslian alam yang merupakan daya tarik bagi wisatawan

sebagai modal utama serta potensi sejarah dan budaya maka strategi kebijakan

pengembangan obyek wisata pantai dan laut di desa Suli sangat penting. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan produk wisata dengan sasaran intensifikasi obyek

wisata yang dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan pemanfaatan dari obyek

wisata yang ada. Dalam rangka intensifikasi obyek wisata maka pengembangan

95

Page 61: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas lingkungan obyek wisata. Sehingga

dengan demikian perlu menciptakan pengemasan produk wisata yang sesuai

dengan potensi pada kawasan desa Suli.

2. Pengembangan Infrastruktur Pariwisata

Strategi kebijakan pengembangan infrastruktur bertujuan meningkatkan

sarana dan prasarana pariwisata sehingga dapat memberikan rasa aman dan

nyaman bagi pengunjung. Sarana dan prasarana yang dikembangkan adalah

fasilitas bak mandi, pancuran air, wc, tempat tambat perahu, penginapan,

restoran/rumah makan dan sarana keamanan berupa bantal berenang serta

lainnya juga staf keamanan, sehingga sasaran yang ingin dicapai adalah

peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pariwisata, untuk itu

dalam upaya memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan perlu adanya

percepatan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.

3. Pengembangan Jaringan Kerjasama Peningkatan Promosi Wisata

Strategi kebijakan pengembangan jaringan keerjasama promosi bertujuan

untuk lebih meningkatkan jaringan kerjasama promosi pariwisata baik dalam

maupun luar negeri guna lebih memperkenalkan obyek wisata maupun

produk wisata bagi pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara.

Promosi pariwisata dikembangkan melalui pusat informasi pariwisata lokasi yang

strategis yang mudah dijangkau dan berada pada rangkaian jalur pergerakan

wisatawan. Sasaran yang hendak dicapai adalah meningkatnya kunjungan

wisatawan dalam maupun luar negeri kekawasan wisata di desa Suli Kabupaten

Maluku Tengah. Dengan demikian maka arahan yang perlu dilakukan adalah

memfasilitasi masyarakat, pemerintah, maupun lembaga swasta untuk proaktif

dalam pengembangan promosi wisata di desa Suli Kabupaten Maluku Tengah.

96

Page 62: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Sehingga promosi pariwisata dapat dilakukan melalui pengembangan alat

promosi cetakan maupun memanfaatkan teknologi informasi.

4. Pengembangan Atraksi Wisata

Strategi kebijakan pengembangan atraksi wisata bertujuan dalam rangka

meningkatkan diversifikasi atraksi pariwisata berbasis sumberdaya alam dan

budaya lokal. Diversifikasi dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan

produk yang lebih beragam untuk segmen pasar yang lebih luas dan khusus.

Sasaran yang hendak dicapai adalah meningkatnya kunjungan wisatawan dalam

maupun luar negeri ke kawasan wisata di desa Suli Kabupaten Maluku Tengah.

Untuk itu arahan kebijakan adalah mengembangkan sumberdaya alam lokal

serta menghidupkan kembali kearifan lokal sebagai basis utama atraksi wisata di

desa Suli Kabupaten Maluku Tengah.

5. Penguatan Sumberdaya Manusia (SDM)

Strategi kebijakan penguatan Sumberdaya manusia bertujuan

meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan Masyarakat, mengembangkan

potensi seni, dan budaya masyarakat bagi upaya penyiapan SDM yang baik bagi

pengembangan wisata di Maluku Tengah khususnya di desa Suli. Sasaran yang

hendak dicapai antara lain meningkatnya potensi seni dan kreativitas

masyarakat, meningkatnya kesehatan masyarakat, meningkatnya kesadaran

pelestarian nilai-nilai budaya di masyarakat. Arahan yang perlu dilakukan adalah

memfasilitasi pengembangan pendidikan, kesehatan dan potensi seni,

melakukan sosialisasi, kampanye sadar wisata dan membina masyarakat secara

kontinyu melalui kelembagaan lokal yang ada maupun melalui pelatihan bidang

97

Page 63: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

kepariwisataan pada masyarakat sehingga tercipta kesadaran akan pentingnya

pariwisata.

6. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Strategi kebijakan peningkatkan partisipasi masyarakat dalam

Pembangunan Pariwisata bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan

tanggung jawab masyarakat serta rasa memiliki terhadap berbagai program yang

direncanakan. Sasaran adalah pelibatan masyarakat baik secara aktif maupun

pasif dalam mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Maluku Tengah

khususnya desa Suli. Arahan kebijakan yaitu masyarakat harus difasilitasi dalam

keterlibatannya, termasuk menginformasikan konsekuensi dari keterlibatan dan

menunjukan betapa pentingnya nilai partisipasi masyarakat.

7. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Strategi kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat bertujuan untuk

meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan

sumberdaya alam yang terdapat pada kawasan desa Suli. Sasaran yang hendak

dicapai adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

dengan skala usaha yang ekonomis. Arahan kebijakan yang perlu dilakukan

adalah pengembangan kuantitas dan kualitas pelayanan institusi ekonomi pada

semua jenjang perekonomian, sehingga terciptanya kemampuan dan

kemandirian masyarakat disekitar kawasan wisata dimana secara ekonomis

mampu mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut dan pesisir.

8. Pengembangan Kemitraan

Strategi kebijakan pengembangan kemitraan bertujuan meningkatkan

partisipasi kelembagaan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam

Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Maluku Tengah khususnya desa Suli.

98

Page 64: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

Sasaran kemitraan yang hendak dicapai adalah meningkatkan kontribusi positif

kelembagaan berupa pengembangan sarana dan prasarana maupun pembinaan

terhadap masyarakat yang merupakan wujud tanggung jawab dalam mendukung

pembangunan Pariwisata. Arahan kebijakannya adalah memfasilitasi partisipasi

lembaga-lembaga yang ada dalam pembangunan Pariwisata di Kabupaten

Maluku Tengah khususnya desa Suli. Salah satunya kerjasama Pemerintah

Dasa dan Saniri Desa dalam membuat peraturan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (2012 - 2017) dalam Pembenahan Pemerintah Negeri, Mata

Rumah dan Pendapatan Anggaran Desa antara lain :

a. Pariwisata sumber inti (Retribusi dari penjual Rujak sehingga dapat di

fungsikan kewang untuk jaga kebersihan, tertibkan tempat parker, tertibkan

buang air di pantai dll);

b. Retribusi tentang Ijin bangunan;

c. Membantu Pemerintah Daerah tentang pajak daerah;

d. Hiburan (ditata dengan baik perlu pajak);

e. Surat ijin tentang Usaha, pajak harus diterima (tertibkan administrasi di desa

jadi ada petugas);

f. Tata cara hidup masyarakat negeri (misalnya jauhi minuman keras,

pengaruh budaya luar bebas, hidup bermasyarakat);

9. Pengelolaan Wisata Berbasis Ko-Manajemen

Strategi kebijakan pengelolaan wisata berbasis Ko-manajemen bertujuan

meningkatkan peran serta masyarakat dalam merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi Pembangunan Pariwisata, karena pada hakekatnya suatu

kebijakan pembangunan dihasilkan dari suatu proses politik, dalam pengertian

bahwa kebijakan tersebut tersusun dan diimplementasikan melalui proses

negosiasi antara berbagai pemangku kepentingan. Dengan demikian sasaran

99

Page 65: aguswi-kkp.comaguswi-kkp.com/wp-content/uploads/2013/08/Bab-4-OK.docx · Web view3IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran. Umum. Lokasi. Penelitian. Letak dan Batas Lokasi. Kawasan Wisata

yang ingin dicapai adalah keterlibatan masyarakat secara aktif dalam

merancang, melaksanakan dan mengevaluasi Pembangunan Pariwisata di

Kabupaten Maluku Tengah. Arahan kebijakan yaitu Menyediakan ruang yang

sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk dapat merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi Pembangunan, karena masyarakat merupakan mitra penting bagi

pemerintah dan stakeholders dalam pembangunan Pariwisata di Kabupaten

Maluku Tengah khususnya di desa Suli.

100