agustus 2017 s jurnal arcsitaekturle - repository.uki.ac.idrepository.uki.ac.id/182/1/arsitektur...
TRANSCRIPT
scaleJurnal Arsitektur
PELESTARIAN PERMUKIMAN RUMAH TRADISIONAL BATAK TOBA DI DESA JANGGA DOLOK, SUMATERA UTARA
Sri Pare Eni
TIPE BANGUNAN DI KOTA TEGAL ERA KOLONIAL SAMPAI PERANG DUNIA II
Uras Siahaan dan Hartanto Budiyuwono
PENGGUNAAN PRODUK BAHAN BAKU BERKAYU DALAM PATOLOGI BANGUNAN
James Rilatupa
PROSES SOSIAL DALAM PRODUKSI RUANG PUBLIK ‘RPTRA’ KALIJODO DI JAKARTA
Sahala Simatupang
ARSITEKTUR TRADISIOANL RUMAH BETAWI ‘KETURUNAN’ Akulturasi Arsitektur Tradisional Betawi dengan Arsitektur Tradisional Cina (Etnis Tionghoa)
Grace Putri Dianty
KAJIAN PENCIRIAN VISUAL LOKASI WISATA KOTA BATU DI MALANGSitti Wardiningsih
Agustus 2017
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
ISSN: 2338-7912
Volume 5 Nomor 1 Halaman 1 - 75
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
i
SUSUNAN REDAKSIPelindung : Dekan Fakultas Teknik, UKI
PenanggungJawab : Ketua Program Studi Arsitektur, FT - UKI
Ketua Redaksi : Ir. Sahala Simatupang, MT.
Editorial : Ir. Sahala Simatupang, MT
Prissilia Giovani, SE
Nugraha Purnama Hanto, S.Psi
Mitra Bestari : Prof. Dr-Ing. Ir. Uras Siahaan, Lrr
Prof. Dr-Ing. Ir. Sri Pare Eni, Lrr
Ir. Sahala Simatupang, MT
Desain Sampul : Ir. Sahala Simatupang, MT
Sekretaris : Prissilia Giovani, SE
Sirkulasi : Fadillah
Alamat Redaksi : Sekretariat Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Kristen Indonesia (UKI)
Jalan Mayjen. Sutoyo, Cawang
Jakarta 13630
Email : [email protected]
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
ii
DAFTAR ISI
Susunan Redaksi…...……………………...……………………………………………...........i
Daftar Isi…………………………...………………………………………………...……...........ii
Editorial............……………………..……………………………………………………...........iii
1. PELESTARIAN PERMUKIMAN RUMAH TRADISIONAL BATAK TOBA DI DESAJANGGA DOLOK, SUMATERA UTARA
Sri Pare Eni..........................................................................................................01-13
2. TIPE BANGUNAN DI KOTA TEGAL ERA KOLONIAL SAMPAI PERANG DUNIA II
Uras Siahaan & Hartanto Budiyuwono ...................…………...............................14-33
3. PENGGUNAAN PRODUK BAHAN BERKAYU DALAM PATOLOGI BANGUNAN James Rilatupa..................…...............................................................................34-42
4. PROSES SOSIAL DALAM PRODUKSI RUANG PUBLIK ‘RPTRA’ KALIJODO DIJAKARTA
Sahala Simatupang..............................................................................................43-55
5. ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BETAWI ‘KETURUNAN’Akulturasi Arsitektur Tradisional Betawi dengan Arsitektur Tradisional Cina(Etnis Tionghoa)
Grace Putri Dianty.................................................................................................56-65
6. KAJIAN PENCIRIAN VISUAL LOKASI WISATA KOTA BATU DI MALANG
Sitti Wardiningsih...................................................................................................66-75
Petunjuk Penulisan Naskah……................................................……………............76
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
iii
EDITORIAL
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugrah-Nya, jurnal
SCALE Vol. 5. No.1, ini dapat diterbitkan. Edisi ini berisikan lima artikel dari hasil
penelitian para staf pengajar baik dari Prodi Arsitektur Fakultas Teknik UKI maupun staff
pengajar dari luar UKI.
Adapun redaksi berharap bahwa jurnal ini dapat menjadi wadah bagi para pemerhati
dunia arsitektur untuk dapat menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan
sehingga dapat memperkaya wawasan dalam bidang arsitektur.
Dalam kedepannya, redaksi berharap Jurnal Arsitektur SCALE ini dapat lebih baik dan
bermanfaat bagi para pembacanya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terkait atas segala bantuan,
perhatian dan kerjasamanya .
Syalom,
Redaksi Jurnal Arsitektur SCALE
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
56
ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BETAWI‘KETURUNAN’
Akulturasi Arsitektur Tradisional Betawi dengan Arsitektur Tradisional Cina(Etnis Tionghoa)
Grace Putri DiantyStaf Pengajar Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Indonesia
Kampus UKI, Mayjen Sutoyo, Cawang, [email protected]
ABSTRAKSebuah karya arsitektur tradisional dapat menjadi bukti sejarah terjadinya
peristiwa di masa lalu. Seperti rumah tradisional Betawi ‘Keturunan’, ada karenaperistiwa pembantaian warga Cina di Batavia pada tahun 1740. Para warga Cina (EtnisTionghoa) yang lari ke bagian selatan menyamarkan rumahnya dengan bentuk rumahmasyarakat setempat (masyarakat Betawi), dengan menggunakan material setempat,namun dengan organisasi ruang seperti rumah tradisional yang mereka kenal (rumahtradisional Cina), sehingga menghasilkan percampuran antara arsitektur tradisionalBetawi dengan arsitektur tradisional Cina (Etnis Tionghoa).
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengungkap sejauh mana terjadinyaakulturasi antara arsitektur Betawi asli dengan arsitektur Cina (Etnis Tionghoa) padarumah tradisional Betawi Keturunan dengan menelusuri dari data-data yang diperolehsecara tidak langsung mengenai keduanya dan sejarah yang melatarbelakangiterjadinya akulturasi pada rumah tradisional Betawi Keturunan. Penelusuran dalamtulisan ini dilakukan dengan metode deskriptif dan analitik. Melihat ciri khas arsitekturtradisional Betawi dan arsitektur tradisional Cina (Etnis Tionghoa) dari wujud arsitekturyang terlihat pada bangunan rumah untuk kemudian dibandingkan dengan arsitekturtradisional Betawi Keturunan, sehingga dapat diketahui sejauh mana akulturasi yangterjadi. Dari penelusuran yang dilakukan akan dapat membuktikan bahwa rumahtradisional Betawi Keturunan merupakan hasil dari akulturasi antara arsitektur Betawiasli dengan arsitektur tradisional Cina (Etnis Tionghoa) yang diakibatkan oleh peristiwasejarah yang terjadi di daerah tersebut pada masa lampau.
Kata Kunci : Arsitektur Tradisional, Akulturasi Arsitektur, Betawi Keturunan
1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan Arsitektur dan kearifan lokal yang tersebar diseluruh penjuru Nusantara, baik yang mengalami akulturasi maupun yang tidak. Denganmelihat Arsitektur Tradisional di daerah tertentu, maka dapat diketahui bagaimana carahidup masyarakat setempat, kepercayaan yang mereka anut, dan peristiwa apa yangpernah terjadi di daerah tersebut. Beragamnya Arsitektur Tradisional di Indonesiamerupakan harta yang patut untuk dipelihara dan dilestarikan sebagai suatu identitasdari bangsa Indonesia.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, Arsitektur Tradisional di Indonesiaperlahan-lahan mulai dilupakan dan diganti dengan gaya Arsitektur Modern. Sudahsedikit orang yang mau melestarikan atau bahkan mengenal Arsitektur Tradisional,karena alasan sudah ketinggalan zaman, tidak sesuai lagi dengan gaya hidupnya dankarena kurang atau tidak mengetahui makna dan sejarah dari Arsitektur Tradisional
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
57
tersebut. Oleh karena itu penting untuk mengenal lebih lagi mengenai sejarahterciptanya Arsitektur Tradisional daerah.
Pada tulisan ini akan membahas mengenai Arsitektur Tradisional Betawi‘Keturunan’ yang sarat akan nilai sejarah dan merupakan hasil akulturasi antara AritekturTradisional Betawi dengan Arsitektur Tradisional Cina (Etnis Tionghoa).
1.2. Ruang Lingkup KajianRuang lingkup kajian ini adalah membahas dan mengungkapkan bagaimana
akulturasi yang terjadi antara akulturasi tradisional Betawi asli dengan arsitekturtradisional etnis Tionghoa. Melalui proses penelusuran yang dilakukan akanmenghasilkan pemahaman tentang bagaimana akulturasi antara dua budaya itu dapatterjadi dan sampai sejauh mana akulturasi tersebut mempengaruhi tampak luar danorganisasi ruang bangunan yang diteliti. Dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif akan dilakukan analisa mengenai pengaruh arsitektur tradisional Tionghoaterhadap arsitektur Betawi yang merupakan budaya lokal di daerah tersebut.
Objek yang diteliti berupa bangunan rumah tinggal tradisional Betawi Keturunanyang berlokasi di Jakarta Selatan.
2. AKULTURASI DAN SEJARAH BETAWI DAN ETNIS TIONGHOA2.1. Akulturasi
Pengertian akulturasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagaiberikut;Akulturasi/akul·tu·ra·si/ n :- Percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi;- Proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian
menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dansebagian berusaha menolak pengaruh itu;
- Proses atau hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa di antara anggota duamasyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau bilingualisme.
2.2. Sejarah BetawiEtnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893.
Perkiraan ini didasarkan studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dilakukan olehsejarawan Australia, Lance Castle. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615dan 1815, terdapat penduduk dari etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai etnis Betawi.
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah adajustru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orangBetawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia pada waktu itu.
Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakartadibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi dalam arti apapun jugatinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, Suku Betawi mencakup kurang lebih 22,9persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesakke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupunsebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau di gusur dari Jakarta, karenaproses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsungdan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.
2.3. Sejarah Etnis TionghoaLeluhur orang Tionghoa-Indonesia bermigrasi secara bergelombang sejak ribuan
tahun yang lalu. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan Kutaidi Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina.
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
58
Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupunmanusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.
Awal mula kedatangan etnis Tionghoa ke Indonesia berawal pada masa kejayaanKerajaan Kutai di pedalaman kalimantan, atau Kabupaten Kutai, yang daerahnya kayaakan hasil tambang emas itulah mereka dibutuhkan sebagai pandai perhiasan (emas).Karena kebutuhan akan pandai emas semakin meningkat, maka didatangkan emas dariCina daratan, disamping itu ikut juga dalam kelompok tersebut para pekerja bangunandan pedagang. Mereka bermukim menyebar mulai dari Kabupaten Kutai, SanggauPontianak dan daerah sekitarnya. Gelombang kedua kedatangan Etnis Cina (Tionghoa)ke Indonesia ialah pada masa kerajaan Singasari di daerah Malaka Jawa Timur.
2.4. Peristiwa Pembantaian Etnis TionghoaPada tahun 1740 terjadi pembantaian etnis Tionghoa (Chinezenmoord) di
Indonesia. Tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang peristiwa tersebut.Peristiwa pembantaian tersebut merupakan pertikaian yang bersifat politik.
Berbagai sumber mengatakan bahwa peristiwa tersebut disebabkan oleh karena VOCsebagai perusahaan mulai kalah bersaing dalam dunia perdagangan. VOC kalahbersaing dengan EIC usaha dagang milik Inggris yang saat itu bermarkas di India. Lalu,hal itu memunculkan ketakutan akan kebangkrutan yang dialami oleh VOC jika tidakmelakukan sebuah manuver. Di saat yang bersamaan pada saat itu etnis Tionghoasudah mulai menguasai perdagangan di Nusantara.
2.5. Sejarah Terbentuknya Rumah Betawi KeturunanPada tahun 1740, Belanda melakukan gerak sapu bersih terhadap orang
Tionghoa. Sebagian orang Tionghoa lari ke Semarang, sebagian lagi dibunuh ataudijebloskan ke penjara (bagi yang tertangkap), namun sebagian lagi lari ke arah selatan,dan untuk menghindari pengejaran Belanda (VOC) mereka menyamarkan rumahnyadengan bentuk rumah masyarakat setempat, dengan menggunakan material setempat,namun dengan organisasi ruang seperti rumah tradisional yang mereka kenal.
3. AKULTURASI ARSITEKTUR BETAWI DAN ETNIS TIONGHOA3.1. Rumah Tradisional Betawi
Rumah tradisional Betawi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu berdasarkanorganisasi ruangnya dan berdasarkan bentuknya. Jika dilihat dari organisasi ruanganya,rumah satu dengan rumah lainnya dapat memiliki perbedaan dari segi perletakkanruangan-ruangannya. Tetapi setiap rumah tradisional Betawi tetap memiliki ruangan-ruangan yang sama yang menjadi ciri khas dari rumah tradisional Betawi. Ruangan-ruangan yang terdapat di rumah tradisional Betawi yaitu:a. Bagian luar atau teras digunakan untuk menerima tamu, tidur siang, bersosialisasi
dengan tetangga, dan sebagainya,b. Bagian dalam digunakan untuk ruang keluarga, ruang makan, dan kamar tidur,c. Bagian belakang (dapur yang kadang juga berfungsi sebagai ruang makan),d. KM / WC umumnya berada di luar bangunan rumah.
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
59
Gambar 1. Contoh Organisasi Ruang Dalam Rumah Tradisional Betawi(Sumber : Google)
Berdasarkan bentuknya, rumah Betawi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:a. Rumah Gudang, berdenah empat persegi panjang, dapur hanya merupakan
tambahan, beratap pelana memanjang dari depan sampai belakang, sedangkanatap bagian dapur sering hanya berupa atap tambahan (atap meja), denganbagian tertinggi menempel ke dinding ruang dalam, dan miring ke arahbelakang.
b. Rumah Joglo, denah berbentuk bujur sangkar, bentuk atap dipengaruhi olehbentuk atap rumah Jawa, namun tidak seperti Joglo murni, karena pada rumahBetawi ditambah dengan tekukan (dalam bahasa Sunda dinamakan "sorondoy")
c. Rumah Bapang / Kebaya, denah berbentuk empat persegi panjang, atap rumahberbentuk pelana yang dilipat (memiliki dua sudut kemiringan).
Arsitektur Tradisional Betawi
Rumah Gudang Rumah Joglo Rumah Bapang/Kebaya
Gambar 2. Rumah Tradisional Betawi(Sumber : Google)
Material yang digunakan pada rumah betawi asli adalah sebagai berikut :1. AtapNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Penutup atap Daun kirai yang yang dianyam2. Kuda-kuda dan gording Kayu Gowok (Syzygium Polycephalum) atau
kayu kecapi (Sandoricum Koetjape)3. Balok Tepi (terutama diatas
dinding luar)Kayu nangka (Artocarpus HeterophyllusLamk) yang sudah tua
4. Kaso dan reng Bambu tali (Giganto Chloa Apus)Tabel 1. Keterangan Material Pada Atap Rumah Tradisional Betawi
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
60
2. DindingNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Dinding depan Kayu gowok / kayu nangka yang terkadang di cat dengan
dominasi warna kuning dan hijau2. Dinding rumah
lainnyaBahan anyaman bambu (gedhek) dengan atau tanpapasangan bata di bagian bawahnya
Tabel 2. Keterangan Material Pada Dinding Rumah Tradisional Betawi(Sumber : Dokumen Pribadi)
3. Pintu dan JendelaNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Pintu dan
jendelaBiasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horisontalpada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu /jendela
Tabel 3. Keterangan Material Pada Pintu dan Jendela Rumah Tradisional Betawi(Sumber : Dokumen Pribadi)
4. StrukturNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Pondasi Batu kali dengan sistem pondasi umpak yang diletakkan di
bawah setiap kolom2. Landasan
dindingDigunakan pasangan batu bata (rollag) dengan kolom dari kayunangka yang sudah tua
Tabel 4. Keterangan Material Pada Struktur Rumah Tradisional Betawi(Sumber : Dokumen Pribadi)
5. Ragam HiasRagam Hias Rumah Tradisional Betawi
Ragam Hias Pada Lubang Angin dan PagarRumah Tradisional Betawi
Ornamen Betawi Gigi Balang RumahTradisional Betawi
Gambar 3. Ragam Hias Rumah Tradisional Betawi(Sumber : Google)
3.2. Rumah Tradisional Etnis Tionghoa DaratanRumah-rumah khas Tiongkok umumnya berlantai satu atau dua, dengan dinding
batu bata atau batu kali yang dibangun mengelilingi pekarangan (Skinner,1995).Pekarangan ini kemudian berfungsi sebagai lubang pergantian udara ataubiasa disebutsebagai sumur udara atau "skywells". Luas sumur udara dapat mencapai 40% dari luaslantai (Knapp, 1989). Walaupun demikian , namun ruang yang terdapat di lantai dasar disekitar sumur udara tersebut selalu terasa agak gelap, karena adanya koridor-koridorlebar yang menjorok ke bagian tengah sumur udara (Skinner, 1995).
Rumah tradisional Tiongkok sangat umum dihuni oleh lebih dari satu keluargayang memiliki pertalian darah yang erat. Di sini ada ruang yang disebut kuil leluhur, yaituruang yang berfungsi untuk meletakkan meja abu leluhur, yang setiap waktu tertentudigunakan untuk sembahyang. Kuil leluhur umumnya diletakkan di lantai dua pada ruang
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
61
tengah di sisi sebelah barat atau di daerah yang dinilai sebagai tempat yang palingterhormat. Ruang ini harus selalu terpelihara dengan baik dan bebas dari gangguan,agar roh leluhur merasa tenang dan bahagia, jiwanya dapat keluar masuk dengantenang, sehingga roh leluhur akan berkenan untuk selalu berada disekitar anak cucunyadan dengan senang hati melimpahkan berkatnya yang disampaikannya dari dunia baka(Skinner, 1995).
Gambar 4. Denah Rumah di Tiongkok(Sumber : Google)
Gambar 5. Rumah Tradisinal Tiongkok di Siheyuan(Sumber : Google)
Gambar 6. Skema Penzoningan Pada Rumah Tradisonal Tiongkok di Siheyuan(Sumber : Google)
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
62
Material yang digunakan pada rumah Etnis Tionghoa asli adalah sebagai berikut :
1. AtapNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Penutup atap Bergantung pada kondisi ekonomi keluarga (genting untuk
keluarga mampu, dan batang padi yang dilengkapi denganlembaran plastik pada bagian bawahnya untuk keluarga yangmiskin khususnya di pedesaan).
2. Konstruksiatap
Kayu, namun dengan sistem konstruksi yang sangat spesifik.Setiap satu rangkaian konstruksi bersifat sebagai satukesatuan rangka (frame), satu rangkaian ini merupakanrangkaian rangka atap yang jadi satu dengan dindingnya
Tabel 5. Keterangan Material Pada Atap Rumah Tradisional Etnis Tionghoa(Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 7. Sistem Rangka Struktur yang Umum Digunakan di Zhejiang(Sumber : Google)
2. DindingNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Dinding • Kayu, batu bata, batu kali
• Dinding yang menghadap sumur udara umumnya penuhdengan ragam hias yang berlubang-lubang yangberfungsi untuk mengalirkan udara dari dan keluarruangan
• Dinding ini umumnya terbuat dari kayu dan hanyasebagai dinding pengisi.
Tabel 6. Keterangan Material pada Dinding Rumah Tradisional Etnis Tionghoa(Sumber : Dokumen Pribadi)
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
63
3. StrukturNo. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Kolom • Dari kayu
• Struktur kolom menjadi satu dengan konstruksi atap• Berupa bingkai dengan menggunakan dua hingga lima
tiang tergantung ukuran ruang yang hendak dibangun2. Pondasi • Pondasi menerus (pondasi lajur) dengan bahan batu kali
yang disusun tanpa / dengan menggunakan adukan• Didirikan di atas tanah yamg dipadatkan• Untuk mengikat bagian bawah satu kolom dengan kolom
yang lain, diatas pondasi jalur diletakkan kayu (sepertilayaknya sloof), namun terletak di atas muka lantai,sehingga "sloof ini akan terlihat menonjol pada ambangbawah pintu.
Tabel 7. Keterangan Material Pada Struktur Rumah Tradisional Etnis Tionghoa(Sumber : Dokumen Pribadi)
4. Ragam Hias
Gambar 8. Ragam Hias Pada Rumah Tradisional Etnis Tionghoa(Sumber : Google)
Rumah tradisional Tiongkok rata-rata memiliki ragam hias, ragam hias biasanyamenghiasi dinding penyekat, jendela dan pintu, terutama jendela dan pintu yangmenghadap sumur udara, dengan maksud agar terjadi pergantian udara yang terusmenerus melalui lubang-lubang tadi, sementara udara di sumur udara tidaklah sedingindi luar (karena pada sumur udara tidak lagi ada hembusan angin).
3.3. Rumah Tradisional Betawi KeturunanOrganisasi ruang rumah tradisional Betawi Keturunan merupakan perpaduan
antara rumah tradisional Betawi dan rumah tradisional Tiongkok. Dalam rumahtradisional Betawi Keturunan dikenal adanya pembagian, yaitu ;a. Bagian luar (beranda, digunakan untuk menerima tamu, bersosialisasi dengan
tetangga, dan sebagainya),b. Bagian dalam (ruang dalam, digunakan untuk ruang meja abu, ruang keluarga,
ruang makan, dan kamar tidur),c. Bagian belakang (dapur beserta KM / WC dan gudang hasil bumi), dengan tipologi
organisasi ruang sebagai berikut:
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
64
Denah Rumah Tradisional Betawi Keturunan
Sketsa Denah Rumah Tradisional BetawiKeturunan.
Sketsa Denah Rumah Tradisional BetawiKeturunan Dengan Sumur Udara
Gambar 9. Sketsa Denah Rumah Tradisional Betawi Keturunan(Sumber : Google)
Pada rumah tradisional Betawi keturunan, pembagian ruangan-ruangannya masihmenggunakan pembagian ruang yang terdapat pada rumah tradisional Betawi aslinamun dengan ditambah ruang-ruang lainnya yang menjadi ciri khas dari rumahtradisional etnis Tionghoa, yaitu dengan adanya ruang meja abu.
Gambar 10. Bentuk RumahTradisional Betawi Keturunan Dengan Sumur Udara(Sumber : Google)
Material yang digunakan pada rumah Betawi Keturunan adalah sebagai berikut :No. BAGIAN MATERIAL / KETERANGAN1. Penutup atap Atep (daun kirai yang dianyam), sebagian lagi menggunakan
atap genting2. Konstruksi
atapUmumnya menggunakan kayu kecapi atau kayu gowok
3. Kaso danreng
Menggunakan bambu tali (seperti layaknya rumah TradisionalBetawi)
4. Kolom Menggunakan kayu nangka tua, terutama bagian depanrumah (sampai sebatas ruang meja abu)
Semua kolom yang berhubungan dengan udara luar akanmenggunakan kayu nangka yang sudah tua (kayu nangkamahal harganya karena sangat tahan terhadap rayap)
Jurnal SCALE ISSN : 2338 - 7912Volume 5 No. 1, Agustus 2017
65
5. Balokpengikat
Ada bagian atas kolom menggunakan kayu gowok atau kayukecapi, sedangkan balok pengikat bawah kolom (dinamakansunduk) menggunakan kayu nangka.
Balok pengikat bagian bawah kolom yang berada padaambang bawah pintu (yang dinamakan pelangkah) tidakboleh menggunakan kayu nangka, tapi digunakan kayugowok atau kecapi (kayu nangka tidak boleh dilangkahikarena kayu tersebut dituakan)
Tabel 8. Keterangan Material Pada Rumah Tradisional Betawi Keturunan(Sumber : Dokumen Pribadi)
Ragam hias tidak dikenal di rumah tradisional Betawi Keturunan, hal ini didugakarena sesuai dengan maksudnya semula ketika mendirikan rumah dengan bentukseperti itu, yaitu untuk menyembunyikan diri dari kejaran Belanda, sehingga dipilihbentuk tampilan rumah yang paling sederhana, yang biasa digunakan oleh masyarakatBetawi perekonomian rendah.
4. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang rumah tradisional
Betawi keturunan adalah sebagai berikut :1. Rumah tradisional Betawi Keturunan merupakan alat yang digunakan oleh para
etnis Tionghoa yang berhasil kabur dari kejaran VOC untuk bersembunyi (topeng /penyamaran). Dengan menggunakan material-material setempat orang etnisTionghoa membuat rumah mereka seperti rumah tradisional Betawi.
2. Tampilan rumah tradisional Betawi Keturunan mengambil tampak rumah tradisionalBetawi yang paling sederhana dengan tidak menggunakan ragam hias yangbiasanya terdapat pada rumah tradisional Tionghoa.
3. Pembagian ruangan pada rumah tradisional Betawi Keturunan menggunakanpembagian ruang yang terdapat pada rumah tradisional Betawi denganmenambahkan ruang meja abu yang menjadi ciri khas dari rumah tradisionalTionghoa (digunakan untuk kegiatan sembahyang). Dengan penyesuaian.
4. Akulturasi yang terjadi antara arsitektur tradisional Betawi dengan arsitekturtradisional Tionghoa dapat dikatakan seimbang, karena walaupun rumah tersebutmerupakan topeng / alat penyamaran etnis Tionghoa, tetapi masih mengandungelemen-elemen yang sangat mencirikan rumah tradisional Tionghoa seperti adanyaruang meja abu dan penambahan sumur udara.
DAFTAR PUSTAKAhttps://kbbi.web.idKania,Tjandra.Januari 2006, “Arsitektur Rumah Tradisional Betawi Keturunan”.Jurnal.
http://dspace.library.uph.edu,10 September 2016.Kakarisah. “Perkembangan Etnis Tionghoa di Indonesia Dari Masa ke Masa”. 9 Maret
2010. https://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-etnis-tionghoa-di-indonesia-dari-masa-ke-masa/
Thamrin, Mahandis Yoanata. “9 Oktober 1740, Pembantaian Warga Cina di Batavia”. 9Oktober 2012. http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/9-oktober-1740-pembantaian-warga-cina-di-batavia
Wikipedia. “Suku Betawi”. 5 November 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi