agenda media dalam pemberitaan pemilu presiden 2014

142
AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014 PADA KORAN SINDO Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : Nur Laily NIM : 1110051000024 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1435 H

Upload: lenhi

Post on 27-Dec-2016

247 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU

PRESIDEN 2014 PADA KORAN SINDO

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Nur Laily

NIM : 1110051000024

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/ 1435 H

Page 2: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014
Page 3: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014
Page 4: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014
Page 5: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

iv

ABSTRAK

Nur Laily

1110051000024

Agenda Media Dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 pada Koran Sindo

Penelitian ini mengenai pemberitaan pemilu presiden 2014 di Koran

Sindo. Koran Sindo memperoleh The 5th

Indoensia Print Media Awards (IPMA)

2014 di Bengkulu. Koran ini merupakan koran Nasional peringkat ketiga dari

Kompas, dan Jawa Pos, termasuk koran yang memberikan ruang terbanyak

mengenai pemilu presiden sebanyak 2-3 halaman. Sindo memberikan kolom

terbanyak mengenai hal politik khususnya tentang pemilu Presiden. Ini terkait

dengan level agenda media dimana Koran Sindo memprioritaskan berita pemilu

Presiden selama tiga minggu pada tanggal 13 Juni 2014 hingga 5 Juli 2014.

Permasalahan ini menarik untuk diteliti untuk mengungkapkan agenda media

dibalik berita hasil produksi Koran Sindo. Berita-berita yang diagendakan Koran

Sindo kemudian mempengaruhi kecendrungan dalam pemilihan berita.

Berdasarkan konteks diatas terdapat dua rumusan masalah yaitu 1)

Bagaimana politik redaksional Koran Sindo terhadap pemberitaan dua pasangan

capres dan cawapres pada pemilu Presiden 2014? 2) Bagaimana karakteristik

pesan yang diagendakan Koran Sindo dalam pemberitaan pasangan capres dan

cawapres pada pemilu Presiden 2014? Metodologi yang digunakan adalah

kualitatif dengan mewawancarai wakil Pemimpin Redaksi Koran Sindo dan

wartawan harian Koran Sindo. Paradigma penelitian ini konstruktivis dan teknik

analisisnya adalah model framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki.

Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori Agenda Setting. Terdapat

tiga bagian dari teori ini yaitu agenda media, agenda publik, dan agenda

kebijakan. Salah satu agenda yang peneliti gunakan adalah agenda media, dimana

media memberikan tekanan dan pengaruh terhadap khalayak dengan menonjolkan

berita pemilu Presiden 2014 secara terus-menerus sehingga khalayak tertarik

untuk terus mengikuti berita tersebut. Penentuan agenda ini digunakan guna

menghimpun kekuatan opini publik terhadap salah satu calon kandidat presiden

dan wakil presiden.

Peneliti menemukan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Berdasarkan

wawancara peneliti dengan pihak wapemred dan wartawan Koran Sindo

kedekatan Hary Tanoesoedibjo sebagai pemilik media dengan Prabowo

memberikan pengaruh besar terhadap frekuensi dan konten berita pada Koran

Sindo. 2) Karakteristik pesan Koran Sindo berdasarkan teknik analisis model

Zhondang Pan baik dari segi analisis sintaksis, skrip, tematik dan retoris berita

cenderung kepada sosok Prabowo-Hatta, misalnya saja dengan penggunaan

headline seperti “Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta” dan “Rustriningsih

siap menangkan Prabowo”. Headline merupakan aspek wacana berita dengan

tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.

Dengan demikian, berita yang diagendakan Koran Sindo sejalan dengan

politik redaksionalnya. Politik redaksional tidak terlepas dari campur tangan

kebijakan pemilik media juga pemimpin redaksi. Sehingga Koran Sindo lebih

menonjolkan dan menekankan pada pemberitaan Prabowo-Hatta dibandingkan

dengan kandidat calon nomor 2, yaitu Jokowi-JK.

Keyword: Koran Sindo, politik redaksional, agenda media, dan framing.

Page 6: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

iv

ABSTRAK

Nur Laily

Agenda Media Dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 pada Koran Sindo

Berawal dari asumsi media bahwa adanya korelasi yang kuat antara apa

yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa yang menjadi agenda publik

menjadi akan semakin berpengaruh terhadap pemberitaan di media massa

menjelang maupun akhir masa kampanye pemilu presiden, tak dapat dipungkiri

jika kemudian asumsi media ini juga yang diterapkan oleh Koran Sindo.

Penentuan agenda yang digunakan guna menghimpun kekuatan opini publik

terhadap salah satu calon kandidat tertentu. Meski Sindo belum lama terbit,

namun Sindo merupakan salah satu koran di Indonesia dengan pembaca terbanyak

kedua setelah Kompas. Agar pemberitaan menjadi menarik, media tidak saja

mengemas berita apa adanya. Namun, alasan framing dan juga politik redaksional

yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap pemberitaan.

Berdasarkan konteks di atas tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab

pertanyaan mengenai bagaimana politik redaksional Koran Sindo terhadap

pemberitaan dua pasangan capres dan cawapres pada pemilu presiden 2014?

Kemudian, bagaimana berita yang diagendakan Koran Sindo selama pemilu

Presiden 2014?

Politik redaksional Koran Sindo menyebabkan adanya hubungan antara

kebijakan redaksional dengan kelayakan berita bagi Sindo. Kebijakan inilah yang

kemudian menjadi pondasi dasar bagi awak media Sindo dalam mencari, menulis,

mengedit, dan menyajikan berita di Koran Sindo.

Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori agenda setting. Teori ini

menjelaskan bahwa apa yang dianggap penting oleh media, maka akan dianggap

penting juga oleh khalayak. sebagaimana pernyataan McCombs dan Shaw, bahwa

ada korelasi antara kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan oleh media

massa dengan apa yang menjadi agenda publik.

Dalam teknik analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis framing

dengan model framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki, dan juga melakukan

sesi wawancara dengan beberapa awak media Sindo. Berdasarkan teknik analisis

yang digunakan, peneliti menemukan fakta bahwa cara pengemasan berita koran

Sindo lebih banyak menonjolkan dan menekankan pada pemberitaan Prabowo

Subianto-Hatta Rajasa sebagai kandidat calon presiden nomor 1. Hal ini sejalan

dengan kebijakan redaksional koran Sindo sendiri, bahwasanya kedekatan antara

owner sebagai salah satu pendukung Prabowo-Hatta memberikan porsi berita

berlebih dibandingkan dengan kandidat calon nomor 2, yaitu Jokowi-JK.

Koran Sindo sebagai salah satu komunikator massa di Indonesia, sebaiknya

tetaplah menjadikan diri sebagai wadah pendidikan moral dan politik untuk bisa

menjadi netral, independen, dan pelaksana kontrol yang efektif. Mengurangi

kecendrungan media terhadap politik tertentu dengan cara memperlihatkan sisi

ketokohan, kharisma sosok kandidat calon presiden secara berimbang, tanpa

mengesampingkan pemberitaan kandidat calon lainnya merupakan hal yang

penting guna membentuk kondisi pencitraan politik yang sehat, sehingga menjadi

faktor yang turut mempengaruhi perubahan perilaku pemilih.

Keyword: Koran Sindo, politik redaksional, agenda media, dan framing.

Page 7: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamiin atas keharibaan saya ucapkan dengan rasa

syukur dan nikmat iman yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya.

Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah

memberikan contoh tauladan dan sunnah yang diajarkannya telah membawa

umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang lebih bermoral dan berbudaya seperti

saat ini.

Segala upaya dan kemampuan atas motivasi dan karunia-Nya akhirnya

saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Berbagai hambatan, tekanan, dan kesulitan

telah saya lewati. Ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan sekaligus

pembelajaran saya bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak mudah, butuh

proses jatuh bangun, keringat, dan kesakitan. Dalam kesempatan ini, saya ingin

menyampaikan ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Suparto, M. Ed., Ph.D, selaku Wakil Dekan (Wadek) I, Drs.

Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan (Wadek) II, Dr. Sunandar, M. Ag.,

selaku Wakil Dekan (Wadek) III.

3. Rachmat Baihaky, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam yang telah berbagi ilmu dan motivasi untuk terus belajar dan Fita

Fathurokhmah, M. Si., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

Page 8: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

vi

4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si., selaku dosen pembimbing saya yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan nasihat, saran,

berbagi ilmu, memberikan motivasi dari awal proposal skripsi sampai

dengan hasil skripsi ini.

5. Ellies Sukmawati, ST, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan

seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Seluruh staf

dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

membantu hal administrasi perkuliahan.

6. Skripsi ini saya dedikasikan untuk Muhammad Salim, Almarhum Bapak

saya yang tidak akan pernah bisa menyaksikan anaknya menjadi

wisudawati.

7. Kepada Maysaroh, Mamah tercinta sekaligus ayah, sahabat, dan teman

berbagi dalam segala kondisi apapun, baik suka maupun duka, dan Uwa

Saer sebagai sumber dorongan, semangat, dan inspirasi yang begitu berarti

dan tiada henti, hingga terselesaikannnya skripsi ini.

8. Adik-adik tersayang, Abu Akhfas, Siti Khofifah dan Siti Khodijah yang

telah banyak memberikan kebahagiaan dan arti hidup.

9. Guru terhormat, Ibu Dzaroh dan Buya Bisyri Imam yang telah

memberikan ajaran terbaik sepanjang masa.

10. Kepada Bazis Unit Administrasi Kota Jakarta Pusat yang telah

memberikan tempat bagi saya untuk bisa merasakan pengalaman kerja,

terkhusus bagi Bang Yayat yang tidak pernah lelah dibuat repot.

11. Keluarga besar KPI, terkhusus ichi KPI A 2010 : Nabila, Vina, Thalita,

Fera, Dina, Inda, Haen, Dwita, Destri, Ulfa, Kiki, Mariam, Laskar KKN

Page 9: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

vii

CABE (Cari Berkah), keluarga besar IKPA BBPP BAZIS, terkhusus para

BPH, Segenap korwil dan kadiv yang luarbiasa, teman-teman IKPA Unit

Jakpus yang begitu hebat khususnya Hasbi, dan Keluarga besar Ma’had

Shighor Al-Islamy Al-Dauly, Ihya Shofos, IKAMASHI, IPNU & IPPNU

Cirebon, kakak sekaligus pendorong semangat, Bang Fani, Kak Tony, Kak

Ayank, Mba Wery, Aa Nana yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun material, dan sahabat lainnya yang tak dapat disebutkan namanya

satu persatu.

Saya mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat

dalam penelitian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, September 2014

Nur Laily

Page 10: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. v

DAFTAR ISI........................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ....................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 10

1. Pembatasan Masalah .......................................................................... 10

2. Perumusan Masalah ............................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11

E. Kerangka Berpikir .................................................................................... 12

F. Metodologi Penelitian .............................................................................. 17

1. Metode Penelitian ............................................................................... 17

2. Paradigma Penelitian .......................................................................... 18

3. Subjek dan Objek Penelitian .............................................................. 19

4. Tahapan Penelitian ............................................................................. 19

a. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 19

b. Analisis Data ................................................................................ 21

c. Teknik Analisis Data .................................................................... 22

d. Teknik penulisan .......................................................................... 28

G. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 28

H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 30

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Teori Agenda Setting ............................................................................... 32

1. Konsep Agenda Media ....................................................................... 32

2. Unsur-unsur Agenda Setting .............................................................. 38

3. Tipe Agenda Setting ........................................................................... 39

4. Agenda Setting Media Dalam Pembingkaian Pesan .......................... 40

B. Politik Redaksi Media .............................................................................. 44

1. Definisi Politik Redaksi ..................................................................... 44

2. Aspek Politik Redaksi ........................................................................ 46

C. Konstruksi Sosial Realitas Berita ............................................................. 52

D. Berita ........................................................................................................ 53

1. Definisi Berita .................................................................................... 53

2. Jenis-jenis Berita ................................................................................ 56

3. Nilai Berita ......................................................................................... 57

4. Kategori Berita ................................................................................... 59

Page 11: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

ix

E. Pemilu Presiden ........................................................................................ 61

1. Asas Pemilu Presiden ......................................................................... 61

2. Mekanisme Pemilu Presiden .............................................................. 64

BAB III. GAMBARAN UMUM

A. Profil Koran Sindo .................................................................................. 68

B. Logo Koran Sindo ................................................................................... 71

C. Visi dan Misi Koran Sindo ...................................................................... 71

1. Visi Koran Sindo ................................................................................ 71

2. Misi Koran Sindo ............................................................................... 72

D. Profil Pembaca ......................................................................................... 74

E. Struktur Redaksi Koran Sindo .................................................................. 75

BAB IV. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Politik Redaksional Koran Sindo dalam Pemberitaan 2 (Dua) Pasangan

Capres-Cawapres 2014 ............................................................................ 78

B. Agenda Media Koran Sindo dalam Pembingkaian Pesan (Framing) Berita

Kedua Pasangan Capres-Cawapres 2014 ................................................. 85

1. Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Kamis, 3 Juli 2014 ............... 88

2. Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Jumat, 4 Juli 2014 ................ 98

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 110

B. Saran ....................................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

x

DAFTAR TABEL

1. Model Framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki ................................. 23

2. Jenis Berita .................................................................................................... 56

3. Nilai Berita .................................................................................................... 57

4. Analisis Sintaksis Berita 1 ............................................................................ 88

5. Analisis Skrip Berita 1 .................................................................................. 93

6. Analisis Tematik Berita 1 ............................................................................. 94

7. Analisis Retoris Berita 1 .............................................................................. 96

8. Analisis Sintaksis Berita 2 ............................................................................ 98

9. Analisis Skrip Berita 2 ................................................................................ 101

10. Analisis Tematik Berita 2 ........................................................................... 102

11. Analisis Retoris Berita 2 ............................................................................. 104

Page 13: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Berpikir ............................................................................................. 16

2. Proses Analisis Data Kualitatif …................................................................. 22

3. Logo Koran Sindo ……................................................................................. 71

4. Struktur Koran Sindo ……………………………………………………. 76

Page 14: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perhelatan pesta demokrasi akan selalu diwarnai dengan aroma

persaingan. Setiap partai menyiapkan diri untuk memamerkan dan menunjukkan

kepada masyarakat luas akan eksistensi keberadaan partai, salah satunya yaitu

melalui pemberitaan di media massa. Maka, tidak dapat kita pungkiri akan terjadi

banyak peristiwa di tengah-tengah masyarakat. Banyak peristiwa itu yang

kemudian menjadi isu pemberitaan di berbagai media massa. Ada topik

pemberitaan yang menyangkut peristiwa pemilu sendiri, tapi ada pula pemberitaan

mengenai berbagai kerusuhan yang mengikuti terjadinya kampanye. Perhelatan

pemilu lima tahunan ini, senantiasa ditandai oleh kontestasi citra antarkandidat

baik perorangan maupun partai.

Sejak era reformasi, pemilu dilakukan dalam sistem politik yang kian

demokratis, dimana persaingan politik antarkontestan kian terbuka. Tidak ada lagi

partai politik yang dianakemaskan atau memperoleh hak-hak privilige sehingga

memungkinkan semua pihak bersaing meraih kekuasaan melalui kompetensi yang

sehat dan fair.1 Fenomena ini tumbuh dan menguat, bahkan semakin mapan dalam

realitas politik Indonesia masa kini sejak digaungkannya kebebasan pers di masa

jatuhnya Soeharto sebagai Presiden RI.

1 Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004,

(Jakarta: Anggota Ikapi, 2004), h.42.

Page 15: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

2

Tumbuh suburnya pers dengan adanya ketetapan proposional terbuka

menjadi kolaborasi yang indah antara pers dengan segala sesuatu yang berkaitan

tentang politik. Bahkan tradisi romantisme hubungan pers dengan organisasi

politik kemudian partai politik di Indonesia sudah dimulai sejak masa kebangkitan

nasionalisme. Namun, menurut Hamad tidak seluruh surat kabar menjadi corong

organisasi politik, tetapi beberapa lainnya menjadikan dirinya organ sebuah partai

atau organisasi politik.2

Kebebasan pers yang dirasakan di Indonesia tidak terlepas dari peran

penting Dewan Pers dan UNESCO (United Nation Educational, Scientific and

Cultural Organization) hingga sampai saat ini, yang kemudian dunia mengenal

dengan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia yang selalu diadakan setiap setahun

sekali tepatnya pada tanggal 3 Mei.3

Sebagaimana kita ketahui, euforia pemilu pada tiap periode ke periode

lainnya merupakan angin segar bagi awak media massa untuk saling

mengunggulkan diri dalam hal pemberitaan peristiwa-peristiwa yang terjadi di

sekitar kampanye termasuk pada pemilu presiden kali ini. Pada kenyataannya

peristiwa-peristiwa seputar pemilu mencakup salah satunya yaitu kampanye

memang merupakan informasi yang layak untuk dijual, dan merupakan laporan

pemberitaan yang banyak ditunggu khalayak. Karena hal ini merupakan wujud

dalam memenuhi kebutuhan akan informasi hajat orang banyak, dimana induvidu

bahkan sekelompok orang yang menjadi objek dalam pemberitaan tersebut

2 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Jakarta: Granit, 2004),

h.71. 3 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi

Simbiosis Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.62.

Page 16: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

3

dipercaya akan membawa pengaruh besar terhadap perubahan yang cukup

signifikan bagi kelangsungan Negara, menjadi lebih baikkah atau sebaliknya.

Berita yang berkaitan dengan kampanye pemilu dan yang kemudian diliput

oleh media membantu untuk mendefinsikan hal-hal yang dipikirkan orang dan

dicemaskan orang. Yang kemudian ini dinamakan sebagai penentuan agenda

(agenda setting). Ini terjadi saat media menciptakan kesadaran akan suatu isu

melalui liputan-liputannya, yang menunjukkan arti penting dari isu tersebut.

Sosiolog Robert Park menulis pada 1920-an, mengutarakan teori yang

menolak gagasan populer bahwa media memberi tahu orang apa yang akan

dipikirkan. Seperti dikatakan Park, media lebih banyak menciptakan kesadaran

tentang suatu isu, bukan menciptakan pengetahuan atau sikap.4 Kemudian, konsep

tersebut dikenal sebagai penentuan agenda (agenda setting).

Konsep teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter

Lipmann pada konsep “The world outside and the picture in our head”. McCombs

dan Shaw sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat

dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa

yang menjadi agenda publik.

Asumsi teori yang dimaksud ini adalah bahwa jika media memberi tekanan

pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk

menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting

juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang

sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan

dengan perubahan sikap dan pendapat.

4 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 495.

Page 17: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

4

Tingkat penonjolan ataupun penekanan berita dari sebuah media

mencakup beberapa level-level tertentu dalam penentuan agenda media,

diantaranya yaitu: 1) penciptaan kesadaran, hal ini bisa terjadi saat meliput berita

yang disebarluaskan di media secara spektakuler sehingga menjadi isu utama; 2)

menentukan prioritas, agenda seseorang akan terkena pengaruh bukan hanya dari

cara suatu berita ditampilkan atau disampaikan, tetapi juga waktu dan ruang yang

disediakan untuk berita itu; 3) mempertahankan isu, liputan terus menerus akan

membuat isu menjadi kelihatan penting.5

Pemberitaan di media massa terjadi melalui proses pesan yang sistematis

dan tersusun rapi, tidak semua pesan dapat dengan bebas diterima oleh khalayak,

namun harus melalui proses seleksi oleh wilayah pemilihan redaksi, pemilihan

pesan berlandasan pada dua kepentingan besar, penting menurut media dan

penting menurut khalayak. Jika salah satu unsur kepentingan tersebut tidak

terpenuhi maka pesan tidak akan disampaikan.6 Terlihat bahwa sedikit banyaknya

media memberikan pengaruh kepada publik mengenai isu mana yang lebih

penting dibandingkan dengan isu lainnya. Kemudian kita menyebutnya dengan

agenda setting pada media massa. Salah satu aspek yang paling penting dari

konsep agenda media ini adalah masalah waktu pembingkaian pesan atas

fenomena-fenomena tersebut. Dalam artian bahwa tiap-tiap media memiliki

potensi-potensi agenda setting yang berbeda satu sama lainnya.

Dengan begitu, media berpotensi besar dalam menentukan agenda. Media

dapat mengubah dirinya menjadi salah satu agen bagi konstruksi sosial yang

mampu mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. Bahkan, menurut

5 Ibid, h. 495-496.

6 Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi

Simbiosis Mutualisme Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.11.

Page 18: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

5

Muttaqin dalam jurnal Dakwah dan Komunikasi menuturkan, bahwa media

dengan kemampuannya menafsirkan realitas menciptakan realitas baru yang

sesungguhnya berbeda atau tidak memiliki referensi yang pasti dalam kehidupan

nyata.7

Pemilu sebagai sebuah realitas sosial politik merupakan salah satu berita

politik yang selalu menarik media massa untuk diliput dan dijadikan bahan

pemberitaan. Bahkan, baik berita politik dan media seperti tidak dapat terpisahkan

karena saling bergantung satu sama lain dan merupakan salah satu warisan dari

presiden Roosevelt. Awalnya presiden Franklin D Roosevelt (FDR)

memperkenalkan apa yang ia sebut Fireside Chast pada tahun 1933. Roosevelt

merupakan presiden pertama yang menggunakan media secara efektif untuk

mengalang dukungan publik. 8

Demikian pula yang kemudian dirasakan oleh pers

dan persuratkabaran di Indonesia saat ini, perpaduan yang indah antara politik dan

media.

Faktanya, pemilihan Umum Juni 1999 membersitkan semacam daya mitos

bahwa melalui pemilu itulah, segala krisis, segala kemelut akan kita atasi seakan-

akan ada formula jampi-jampi pada pemilu. Karena itu, pemilihan umum menjadi

agenda yang sangat sentral dan strategis. Masyarakat pers bersama media massa,

lembaga masyarakat dan pemerintah terpanggil untuk menjelaskan agenda itu dan

memasyarakatkannya.9 Bahkan sampai menjadikannya sebagai agenda media.

7 Ahmad Muttaqin, Ideologi dan Keberpihakan Media Massa, Jurnal Ilmiah Komunikasi

Makna, Vol.3 No.1, h.190. 8 Shirley Biagi, Media Impact: Pengantar Media Massa. Penerjemah Mochamad Irfan

dan Wulung Wira Mehendra, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.346. 9 Jakob Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus,

(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), h.475.

Page 19: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

6

Berita mengenai pemilu maupun kampanye senantiasa dikaitkan dengan

kekuatan media yang dapat mempengaruhi khalayaknya dalam hal orientasi dan

sikap politik warga. Karena itu, pemberitaan di sekitar peristiwa pemilu selalu

diwarnai konflik kepentingan dan pertarungan dalam hal mempengaruhi

penampilan berita di media massa. Tentu saja isi pemberitaan ini nantinya

mempunyai implikasi terhadap mereka yang menggunakan media tersebut.

Karena menyangkut fungsi dan peran media, baik sebagai sumber informasi

maupun sarana media komunikasi politik yang menghubungkan kekuatan-

kekuatan politik dengan khalayak luas.

Pemberitaan kampanye pemilu pada media massa tertuang dalam pasal 72

disebutkan bahwa kegiatan kampanye pemilu bisa dilakukan melalui berbagai

aktifitas seperti pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran melalui media cetak

dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan atau televisi, penyebaran bahan

kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, dan lain

sebagainya.10

Saat media dihadapkan pada berita-berita kampanye pemilu, akan

menghadapi berbagai kepentingan. Hal ini dipertegas dalam Hamad bahwasanya

setiap media memiliki motivasi dan tujuan di balik teks yang dibuatnya, entah itu

motif ideologis, idealis, ekonomis maupun politis, hal mana dapat tertangkap dari

penggunaan ketiga instrumen pembentukan teks tersebut: penggunaan gaya

bahasa, strategi pengemasan dan soal pemuatan.11

10

Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004,

(Jakarta: Anggota Ikapi, 2004), h.3. 11

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, (Jakarta: Granit, 2004),

h.6.

Page 20: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

7

Dengan begitu, persoalan bagi setiap media massa dewasa ini, baik cetak,

elektronik bahkan online memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam

menyeleksi informasi, memilih dan mengemas pemberitaannya. Unsur-unsur apa

yang ditonjolkan, dan unsur mana pula yang diabaikan dalam pemberitaan itu

menjadi pilihan jurnalistik yang berkait dengan kebijakan pengelola dan

kepentingan media.

Pemilihan Umum presiden di tahun 2014, merupakan pemilu yang berbeda

di tahun-tahun sebelumnya. Pada pemilu kali ini, Warga Negara Indonesia

dituntut untuk memilih calon pemimpin yang baru setelah masa jabatan Susilo

Bambang Yudhoyono sebagai Presiden selama dua periode di tahun 2004-2009

dan 2009-2014. Lebih-lebih kontestan pemilu dalam memperebutkan kursi RI 1,

hanya diperebutkan oleh dua calon kandidat pasangan capres dan cawapres yaitu

Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla. Seyogyanya, pemberitaan mengenai

pemilu merupakan angin segara bagi awak media, dan disadari maupun tidak,

keberpihakan media dalam menonjolkan salah satu kandidat takkan terhindarkan.

Sehingga, aroma pemberitaan di media kian memanas. Hal ini pula yang

menjadikan peneliti skeptis terhadap independensi salah satu surat kabar nasional

yaitu Koran Sindo.

Koran Sindo terbit perdana, 30 Juni 2005 yang sebelumnya bernama

Harian Seputar Indonesia. Dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI),

subsidiary dari PT Media Nusantara Citra (MNC).12

Meski Koran Sindo belum

lama berdiri, namun koran ini merupakan surat kabar yang patut diperhitungkan

baik dari prestasi yang diraih dengan surat kabar yang lebih dulu telah lama

12

Sejarah Koran Sindo, www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip09/204612083/bab4.pdf,

diakses pada 9 Juni 2014, pkl 11.30 WIB.

Page 21: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

8

berdiri. Dengan salah satu prestasinya yaitu Koran Sindo mampu menyabet

berbagai penghargaan dari Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) Dahlan

Iskan dalam ajang The 5th Indonesia Print Media Awards (IPMA) 2014 di

Bengkulu.13

Koran Sindo berhasil menyabet enam penghargaan sampul muka

(cover) koran terbaik. Empat di antaranya gold winner dan dua yang lain silver

winner. Bahkan, saat ini Koran Sindo telah menempati posisi nomor tiga secara

nasional dan nomor dua di wilayah Jabodetabek.14

Begitu banyak media cetak memproklamirkan diri sebagai korannya

pemilu atau media yang konsen memuat berita-berita pemilu. Namun, surat kabar

Sindo-lah yang konsisten mengabarkan berita-berita mengenai kampanye pemilu,

baik saat pilkada DKI Jakarta, pileg maupun pilpres. Muatan-muatan berita ini

diberikan kolom dan halaman khusus yaitu pada “Rakyat Memilih”. Meski Koran

Sindo bukan satu-satunya surat kabar yang memiliki konsentrasi terhadap pemilu.

Ada beberapa sederetan surat kabar yang sama konsentrasi pemberitaannya

mengenai pemilu, salah satunya yaitu Media Indonesia dan Kompas. Koran

Sindo memberikan 2-3 halaman muka khusus mengenai pemilu. Sedangkan,

meski Kompas merupakan koran terbaik pertama dalam skala nasional hanya

memberikan 1 halaman khusus mengenai berita pemilu dan Media Indonesia 1

atau 2 halaman berita pemilu. Demikian jelas bahwa Koran Sindo menganggap

penting betul akan agenda yang ditentukannya. Hal ini pula yang membuat

peneliti tertarik untuk mengambil subjek penelitian pada Koran Sindo.

13

Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional - KORANSINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA

2014, (http://www.koran-sindo.com/node/365813, 2014), diakses pada 9 Juni 2014, pkl 14.28

WIB. 14

http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id, diakses pada 9 Juni 2014, pkl 14.50

WIB.

Page 22: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

9

Salah satu fenomena yang juga menarik dalam komunikasi politik adalah

penggunaan bahasa atau teks dalam berpolitik. Bahasa tidak bersifat netral atau

objektif, seperti yang diasumsikan Lingkaran Wina dan Ilmuwan Positivis. Alih-

alih, bahasa bersifat sewenang-wenang, ganda dan majemuk. Tidak ada satu

katapun yang mempunyai makna tunggal. Oleh karena itu, bahasa juga dapat

mencerminkan kepentingan pihak yang menggunakannya.15

Bahkan, persis seperti yang diungkapkan oleh Dr John C Merrill, guru

besar Universitas Missouri dalam bukunya The Imperative of Freedom, A

Philosophy of Journalism Autonomy, kebebasan dan indepensi pers dalam

melaksanakan tugasnya ditekan oleh kepentingan ekonomi yang menguasai pers

itu sendiri.16

Dalam kenyataanya pula, usaha media massa Indonesia dalam

mengungkap realitas, masih mengalami banyak persoalan. Ada kendala berasal

dari luar seperti dari struktur kekuasaan, dan masyarakat, dan ada pula dari dalam

pers itu sendiri, yaitu menyangkut kepentingan politik redaksi dan ekonomi

mereka.

Sebagaimana Gerbner dalam McQuail menuturkan, para komunikator

massa memang acapkali berada dalam situasi tertekan, tekanan itu berasal dari

berbagai kekuatan luar, termasuk dari klien, penguasa, pakar, institusi lain, dan

khalayak.17

Demikian, meski adanya keharusan pers untuk menjalankan tugas-

tugas idealnya. Namun, pada waktu yang bersamaan kemampuan ekonomi pers

15

Deddy Mulyana, Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya

Komunikasi Praktisi Politik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.19. 16

Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1987), h. 31. 17

Dennnis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga,

1992), h.141.

Page 23: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

10

itu sendiri dapat berkembang sedemikian rupa, sehingga berpotensi menghimpit

peranan idealnya.

Fenomena ini yang kemudian menarik untuk diteliti oleh peneliti, dengan

keberpihakan media terhadap orientasi kekuatan politik tertentu, pengaruh

intervensi pemilik modal dan pengiklan dalam proses pemberitaan, bahkan

motivasi teks yang diproduksi oleh awak media, menjadikan berita yang masuk

pada meja redaksi harus disortir, berita mana yang layak maupun tidak layak

beredar, berita mana yang ditonjolkan maupun yang dibuang. Kemudian hal ini

yang menyebabkan ketidakberimbangan berita yang dikemas. Sehingga,

berdasarkan latar belakang diatas, maka skripsi penelitian ini saya beri judul

“Agenda Media dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 Pada Koran

Sindo”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Bermacam-macam rubrik berita pada kolom dan halaman koran,

termasuk berita nasional, internasional, politik, ekonomi, lifestyle, olahraga

dan lain sebagainya. Agar penelitian ini lebih terarah peneliti membatasi

fokus permasalahan pada kolom khusus pemilu yaitu „Rakyat Memilih‟ pada

Koran Sindo. hal ini berdasarkan, rubrik pada halaman „Rakyat Memilih‟

tepat dijadikan sumber penelitian karena memuat hal-ihwal mengenai

pemilihan umum presiden 2014.

Agenda setting memiliki tiga unsur penting diantaranya yaitu agenda

media, agenda khalayak, dan agenda kebijakan. Berdasarkan judul yang

Page 24: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

11

peneliti ambil, penelitian ini hanya ingin melihat agenda media. Hal ini tidak

terlepas dari kekurangan peneliti.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

beberapa pertanyaan yang akan di jawab pada penelitian ini di antaranya

yaitu:

1) Bagaimana politik redaksional Koran Sindo dalam mengagendakan berita

dua pasangan capres dan cawapres pada pemilu presiden 2014?

2) Bagaimana karakteristik pesan yang diagendakan Koran Sindo dalam

pemberitaan dua pasangan capres dan cawapres selama pemilu Presiden

2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kecenderungan kebijakan redaksional dalam

pemberitaan peristiwa kampanye pemilu 2014 di Koran Sindo.

2. Untuk mengetahui karakteristik pesan yang telah diagendakan Koran

Sindo terhadap pemberitaan dua pasangan capres dan cawapres selama

kampanye pemilu Presiden 2014.

D. Manfaat Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini

diharapkan kelak memberikan manfaat baik dari segi akademis maupun praktis

yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 25: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

12

1. Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dalam

pengembangan kajian Ilmu Komunikasi dan Dakwah. Diharapkan pula

dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis khususnya

dalam mengembangkan teori agenda setting media pada media cetak

melalui berita-berita yang disajikan dan dapat diadopsi ke dalam ranah

dakwah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini sedikitnya memberikan manfaat masing-masing: (1)

memberikan sumbangsih dan masukan bagi perkembangan studi analisis

media massa, khususnya analisis framing; (2) dapat memberikan masukan

bagi ilmu komunikasi khususnya pada dunia jurnalistik di Indonesia, yakni

memberikan gambaran mengenai kecendrungan isi pesan media yang

mungkin disadari maupun tidak disadari kesan kebijakan redaksi media

memperlihatkan kedekatan pada kekuatan politik tertentu, inilah yang

kemudian lebih dikenal dengan politik redaksi; (3) dapat digunakan sebagai

bahan masukan dalam usaha meningkatkan profesionalisme pers di

Indonesia, khususnya dalam mengembangkan media massa yang netral

dalam pemberitaan.

E. Kerangka Berpikir

Teori Agenda Setting dikemukakan oleh McCombs dan DL Shaw dalam

bukunya Public Opinion Quarteley tahun 1972 dengan judul tulisan The Agenda

Page 26: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

13

Setting Funciton of Mass Media.18

Menurut Bungin, asumsi teori agenda setting

adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan

mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.19

Media memiliki

pengaruh besar dan kekuatan menampilkan isu-isu secara terus-menerus kepada

publik. Publik lalu terpengaruh dan menganggap isu tersebut menjadi penting

untuk dikonsumsi. Dengan kata lain, isu yang dianggap publik penting pada

dasarnya karena media menganggapnya penting. Media tidak mementingkan hasil

produksinya untuk mencerdaskan wawasan publik. Tidak lain ini dipengaruhi oleh

kebijakan politik redaksi dan ada unsur komersial.

Menurut McComb dan DL Shaw, teori agenda setting terbagi menjadi tiga

bagian, masing-masing:

1. Agenda media; agenda media harus diformat, proses akan memunculkan

masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu kali pertama

dengan dimensi yang berkaitan.20

Unsur-unsur yang meliputi agenda media

ini mencakup sisi tingkat menonjolnya berita (visibility), juga tingkat

menonjolnya berita bagi khalayak (audience salience), maupun menyangkut

menyenangkan atau tidak menyenangkan (valence) cara pemberitaan Koran

Sindo dalam memberitakan Pemilu Presiden 2014.

2. Agenda khalayak; agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau

berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik.

Pertanyaan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media

18 The Evolution of Agenda SettingResearch: Twenty Five Years in The Market Place of

Ideas, www4.ncsu.edu/MccombsShawnew.pdf/, artikel diakses pada 30 September 2014, pkl

12.45. 19

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h.189. 20

Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada,2012), h.68.

Page 27: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

14

mampu memengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu

melakukannya.21

Agenda khalayak meliputi akrab (familiarity) atau tidak

akrab pemberitaan di tengah-tengah khalayak. Sisi familirity menyangkut

keterdekatan (proximity) antara peristiwa dengan pembaca atau pemirsa

dalam keseharian hidup mereka. Selain itu, berita yang diliput dan

diberitakan harus memiliki tingkat penonjolan pribadi (personal salience),

dan menyangkut senang atau tidaknya khalayak terhadap pemberitaan dari

media (favorability).

3. Agenda kebijakan; agenda publik yang memengaruhi atau berinteraksi ke

dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan

publik yang dianggao pentig bagi induvidu.22

Agenda kebijakan meliputi:

pertama, yaitu dukungan (support) khalayak terhadap isu yang diberitakan

oleh media. Kedua, dengan adanya dukungan khalayak terhadap

pemberitaan memberikan peluang kepada kemungkinan kegiatan (likelihood

of action) yang akan diberikan oleh media, misalnya saja media akan

mengaungkan isu sedemikian rupa sehingga media menganggap penting isu

tersebut. Ketiga, kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai

kegiatan yang pasti akan dijalankan oleh pemerintah mengenai isu

pemberitaan yang mencuat di tengah-tengah masyarakat.

Berdasarkan penjelasan unsur-unsur agenda setting di atas, asumsi kajian

agenda setting menyebutkan bahwa khalayak perlu mendapat perhatian. Khalayak

dapat bebas memilih berita sesuai ideologi yang dimiliki masing-masing

khalayak. Pada agenda publik teori ini ingin melihat kekuatan dari media dan

21 Ibid, h.69.

22

Ibid, h.69.

Page 28: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

15

kebebasan khalayak untuk memilih. Namun, perlu diingat bahwa perhatian

khalayak terhadap suatu pemberitaan tidak akan terbentuk saat media tidak

menentukan agenda pemberitaan yang dikehendakinya. Hal ini tidak terlepas dari

fungsi media massa sebagai penentu agenda, mempengaruhi opini publik, dan

juga mempengaruhi perilaku khalayak. Berdasarkan itu pula peneliti tertarik untuk

meneliti agenda media.

Menurut John Kingdon, terdapat tiga tahapan dalam proses agenda setting,

masing-masing (1) problem stream (membahas masalah yang perlu diperhatikan,

krisis yang muncul, dan konseptualisasi masalah); (2) policy stream (kemampuan

teknik terkait masalah kesiapan teknologi, pendapat masyarakat akan solusi dari

masalah); dan (3) political stream (unsur politik yang mempengaruhi solusi

seperti keadaan negara, opini publik, pemilihan politik, dan kelompok

kepentingan).23

Media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sistem

politik sehingga hubungan antara keduanya dipengaruhi dua hal. Pertama, bentuk

dan kebijakan politik sebuah negara menentukan pola operasi media massa di

negara itu, dari kepemilikan media, tampilan isi media, sampai pengawasannya.

Dengan kata lain, sistem politik sebuah negara sangat memengaruhi

media. Kedua, media sering menjadi media komunikasi politik terutama oleh

penguasa, atau sebagai power sharing (menyebar kekuasaan) oleh kelompok

kepentingan politik. Hal ini perlu dikaji lebih mendalam dengan menggunakan

analisis framing. Beterson pada 1995 kali pertama menemukan analisis

23

James P Lester & Joseph Stewart Jr., Public Policy an Evolutionary Approach, Second

Edition, (Belmont: Wadsworth, 2009), h. 6- 5.

Page 29: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

16

framing.24

Frame adalah bingkai, dimaknai sebagai struktur konseptual atau

perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan, dan

wacana. Perbedaan frame terlihat pada peletakan berita (utama atau biasa),

volume berita, dan teknik kecendrungan pemberitaannya. Gaya berita dan opini

media yang ditawarkan juga bisa menjadi frame bagi khalayak untuk menentukan

sikap antarisu politik. Demikianlah, analisis framing mengedepankan perspektif

multidispliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi.

Diharapkan frame yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini mampu

mengkaji fenomena isi pemberitaan dan kebijakan redaksi politik

Koran Sindo. Berikut adalah skema penelitian ini:

Gambar 1.1. Skema Berpikir

24

Mubarok dan Made Dwi Andjani, Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam

Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas,Vol.3 No.1, (Purwokerto: STAIN, 2011),

h.27.

Politik Redaksi

Agenda Media:

Visibility

Audience Salience

Valence

Agenda Khalayak:

Familiarity

Personal Salience

Favorability

Agenda Kebijakan:

Support

Likelihood of Action

Freedom of Action

Analisis Framing

Fra

Agenda Setting

PEMILIHAN UMUM PILPRES 2014

Masa Kampanye Pemilu

Presiden 2014

Text Berita Koran Sindo

Page 30: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

17

Dalam penelitian ini teori agenda media dan metode analisis framing

digunakan untuk melihat bagaimana Koran Sindo memberikan penekanan dan

penonjolan berita mengenai dua pasangan capres dan cawapres pada pemilu

presiden 2014 dengan melihat sisi kebijakan politik redaksi dan pesan pemilunya

dalam jangka waktu dua bulan yaitu pada bulan Juni 2014 sampai dengan Juli

2014.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian berdasarkan desain

penelitian deskriptif analisis. Sedangkan metode penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif. Menurut Rahmat, desain penelitian dekriptif analisis

bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan

gejala yang ada, mengidentifikasi masalah membuat perbandingan atau

mengevaluasi.25

Begitu juga Bogdan dan Taylor dalam Salam menjelaskan bahwa

metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku

yang dapat diamati.26

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang

diselidiki27

.

25

Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2006), h.25. 26

Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30. 27

Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.54.

Page 31: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

18

Penelitian deskriptif ditekankan pada observasi dan suasana alamiah

(naturalistic setting), peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat

kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi.28

2. Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Kasiram mengartikan paradigma

sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian.

Egon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln dalam Kasiram mendefinisikan

paradigma: as the basic belief system or worldview that guides the

investigator, not only in choices of method but in ontological, epistemilogical

and methodological assumptions.29

Paradigma merupakan hal yang sangat

penting dalam penelitian, ia adalah alat yang mempermudah peneliti dalam

proses menyusun kerangka berpikir terhadap penelitian yang sedang

ditelitinya. Berdasarkan metodologi penelitian yang digunakan peneliti yaitu

metodologi penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing, maka

penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis.

Paradigma konstruktivisme menggangap kenyataan itu hanya bisa

dipahami dalam bentuk jamak, berupa konstuksi mental yang tak dapat

diraba, berbasis sosial dan pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik

(ontologi). Peneliti dan subjek yang diteliti terkait erat secara timbal balik,

sehingga penemuan dicipta seperti yang dikehendaki peneliti (epistemilogi).

Cara menelitinya dengan menggunakan teknik hermeneutika dan

28

Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2006), h.25. 29

Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki Press,

2010), h.147.

Page 32: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

19

dibandingkan serta dilawankan dengan melalui tukar menukar bahasa daerah,

sehingga terjaring konstruksi konsensus yang lebih jelas (metodologi

penelitian kulitatif).30

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini ialah Koran Sindo. Koran Sindo mulai

beroperasi hingga sekarang di Gedung Sindo, Jalan Wahid Hasyim, No.38,

Jakarta, 10340.

Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini ialah berita-berita

mengenai kampanye pemilu presiden 2014 terhitung sejak Komisi Pemilihan

Umum (KPU) menetapkan masa kampanye pemilu terbuka pemilihan

presiden yaitu tertanggal 13 Juni 2014 hingga 5 Juli 2014.

Penulis memilih Koran Sindo, karena Koran Sindo merupakan salah

satu dari sekian banyak surat kabar yang memiliki konsentrasi tinggi terhadap

pemilu baik pilkada, pileg maupun pilpres pada pemilu 2014. Selain itu,

Koran Sindo juga memberikan kolom dan halaman khusus mengenai

pemberitaan pilpres yang sangat signifikan.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sutrisno dalam Maysyarah, adapun teknik pengumpulan data

yaitu dengan observasi teks, wawancara dan dokumentasi. Metode ilmiah,

observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data sebagai

30

Ibid, h. 151.

Page 33: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

20

dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang

diselidiki.31

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah:

1) Observasi Teks

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi teks yaitu

pengamatan untuk menganalisis isi makna pesan yang terdapat di dalamnya,

kemudian dilakukan pengamatan secara sistematis dengan mengambil

beberapa sampel berita berdasarkan fenomena yang terdapat pada Koran

Sindo edisi tanggal 13 juni hingga 4 Juli 2014

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset (seseorang yang

berharap mendapatkan informasi) dengan informan (seseorang yang

disumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek).

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak Koran Sindo yaitu

Djaka Susila selaku Wapemred (Wakil Pemimpin Redaksi) Koran Sindo,

dalam upaya mengetahui berita-berita kampanye yang telah disetting oleh

awak media dalam jajaran redaksi dalam kebijakan redaksional Koran

Sindo.

3) Dokumen

Selain melakukan observasi teks dan wawancara, peneliti juga akan

menghimpun data-data, dan kepustakaan yang ada kaitannya dengan

permasalahan yang akan diteliti.

31

Dalam skripsi Maysyarah mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik, UIN

Jakarta dengan judul “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia Dalam Surat Kabar Sindo”.

Page 34: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

21

b. Analisis Data

Pada prinsipnya analisis data merupakan sejumlah aktifitas yang

dilakukan oleh peneliti ketika proses pengumpulan data atau informasi

berlangsung, sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau

hubungan antarkonsep.32

Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul

dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata,

kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara

mendalam maupun observasi.33

Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif umumnya berasal dari

hasil proses wawancara, observasi maupun dokumentasi. Data menurut

Lincoln dalam Hamidi ialah:

“Data are, so to speak, the constructions offered by or in the

sources; data analysis leads to a reconstruction of those

constuctions”.34

Data yang diperoleh oleh peneliti di lapangan sebenarnya merupakan

hasil interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, baik berupa induvidu

atau berasal dari situasi sosial. Karena itu data yang dideskripsikan peneliti

sebenarnya merupakan hasil rekonstruksi pikiran peneliti terhadap apa yang

teramati (konstruksi subjek penelitan).

Pada penelitian kualitatif hanya menggunakan teknik analisis non

statistik, karena data seluruhnya adalah data kualitatif. Adapun analisis data

32

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2010), h.97. 33

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),

h.194. 34

Oppcit, h.95.

Page 35: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

22

non statistik atau analisis data kualitatif prosedur analisisnya kurang

berstruktur seperti halnya pada analisis data kuantitatif. Pada umumnya

analisis data kualitatif menganalisis menurut isinya. Sedangkan teknik

analisis yang digunakan bisa dengan metode deduksi, induksi atau gabungan

dari keduanya, yang dikenal dengan analisis reflektif.35

Maka, secara garis besar proses analisis data kulitatif menurut

Kriyantono sebagai berikut:36

Gambar 1.2

Proses Analisis Data Kualitatif37

Fakta Empiris Tataran

Konseptual

c. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pengumpulan dan analisis data, maka untuk kepentingan

analisis framing dilakukan secara langsung dengan mengidentifikasi wacana

berita berdasarkan pada model Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki. Data

35

Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki Press,

2010), h.379. 36 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008),

h.194. 37

Ibid, h.195.

berbagai data di

lapangan

Analisis/Klasifikasi,

Data/Kategorisasi, Ciri-

ciri Umum

Pemaknaan/

Interpretasi, Ciri-ciri

Umum

Keshahihan Data:

-Kompetensi Subjek

-Authenticity

Intersubjectivity

Agreement

BERTEORI &

KONTEKSTUAL

Page 36: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

23

hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk melihat struktur sintaksis, skrip,

tematik dan retoris.

Teknik analisa data yang digunakan peneliti sesuai dengan perangkat

model framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki seperti kerangka

berikut.38

Tabel 1.1

Model Framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki39

Struktur Perangkat

Framing

Unit yang Diamati

Sintaksis: Cara

wartawan

menyusun fakta

1.Skema berita Headline, lead, latar informasi,

kutipan sumber, pernyataan,

penutup.

Skrip: Cara

wartawan

mengisahkan fakta

2.Kelengkapan

berita

5W + 1H

Tematik: Cara

wartawan menulis

fakta

3.Detail

4.Koherensi

5.Bentuk

kalimat

6.Kata ganti

Paragraf, proposisi, kalimat,

hubungan antarkalimat.

Retoris: Cara

wartawan

menekankan fakta

7.Leksikon

8.Grafis

9.Metafora

Kata, idiom, gambar/foto, grafik.

Ada beberapa definisi framing yang kemudian ringkas oleh Eriyanto

dalam bukunya analisis framing, diantaranya yaitu:

38

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:

LkiS, 2008), h.256. 39

Ibid, h.256.

Page 37: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

24

1. Robert N. Entman menyatakan bahwa framing adalah proses seleksi dari

berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih

menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan

informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu

mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lain.40

2. Todd Gitlin menyatakan bahwa framing tak ubahnya strategi yang

digunakan untuk membentuk dan menyederhanakan suatu realitas kepada

khalayak pembaca. Yang kemudian, peristiwa-peristiwa tersebut

ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik

perhatian khalayak pembaca. Hal itu dilakukan dengan seleksi,

pengulangan, penekanan,dan presentasi aspek tertentu dari realitas.41

3. Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan framing sebagai

strategi kosntruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang

digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan

dihubungkan dengan konvensi pembentukan berita.42

Menurut Sudibyo dalam Tamburaka, framing merupakan metode

penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari

secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan

penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-

40

Ibid, h.67. 41

Ibid, h.67. 42

Ibid, h.67.

Page 38: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

25

istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan

alat ilustrasi lainnya43

Namun, secara umum framing merupakan pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh

wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau

perspektif pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana

yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita

tersebut.

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson

tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai dimaknai sebagai struktural

konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan

politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori

standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan

lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai

kepingan-kepingan prilaku (strips of behaviour) yang membimbing

induvidu dalam membaca realitas.44

Dalam perspektif komunikasi, Nugroho dalam Sobur menyatakan

bahwa analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara, atau ideologi

media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,

penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih

menarik, lebih berarti atau perlu diingat, untuk mengiring interpretasi

43

Apiadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.130-131. 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2009), h.161-162.

Page 39: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

26

khalayak sesuai perspektifnya. Jadi, framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh

wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau

perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian

mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita

tersebut. Demikian, sebagaimana Imawan dalam Sobur menuturkan bahwa

berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek

sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak

terelekkkan.45

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling

berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini

lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam

dirinya. Demikian, framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif,

bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dam ditunjukkan dalam

skema tertentu. Framing dipahami sebagai struktur internal dalam alam

pikiran seseorang atau pribadi wartawan.

Kedua, konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis lebih melihat pada

proses internal seseorang, bagaimana induvidu secara kognitif menafsirkan

suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis

lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini

dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan,

45 Ibid, h.162.

Page 40: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

27

mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti

dirinya dan realitas di luar dirinya.46

Saat kedua konsepsi ini digabung dalam satu model. Terdapat tiga

pihak yang saling berhubungan dalam membentuk frame pada suatu

pemberitaan, yaitu: wartawan, sumber dan khalayak. Pertama, proses

konstruksi melibatkan nilai sosial yang melekat pada diri wartawan yang

tertanam dan mempengaruhi bagaimana realitas dipahami. Kedua, saat

wartawan menulis dan mengkonstruksi berita, maka wartawan tidaklah

berhadapan dengan publik yang kosong, namun khalayak menjadi

pertimbangan dari wartawan. Ketiga, proses konstruksi ditentukan oleh

proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan

standar profesional dari wartawan.

Cara wartawan atau media menonjolkan suatu berita dapat dilihat dari

bagaimana wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead,

hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu

dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh

pembaca. Frame juga dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks

berita, seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat

tertentu ke dalam teks secara keseluruhan.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dibagi ke dalam empat

struktur bahasa sebagaimana pada tabel 3 Pertama, struktur sintaksis.

Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peistiwa,

46

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:

LkiS, 2008), h.253.

Page 41: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

28

pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk

susunan umum berita. Struktur semantik ini dapat diamati dari bagian berita

(lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya).

Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga,

struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan

menungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat

atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu ke dalam berita.

d. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi

dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Qualitiy Development and

Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada perpustakaan umum

dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan penelitian yang sama

namun sedikit berbeda yang menginspirasi dalam pengambilan penelitian ini yaitu

mengenai “Agenda Media Dalam Pemberitaan Pemilu Presiden 2014 Pada Koran

Sindo”. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut ialah:

1. Skripsi karya Maysyarah, mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam

Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta dengan judul “Analisis Framing Berita

Page 42: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

29

Aksi Terorisme Di Indonesia Dalam Surat Kabar Sindo”. Skripsi ini berisikan

bagaimana surat kabar Sindo mengkonstruk realitas suatu kejadian dalam hal

aksi terorisme yang terjadi di Indonesia yang dianggap menjadi berita yang

layak disuguhkan. Dari hasil penelitiannya, framing berita aksi terorisme pada

koran Sindo sejalan dengan konsep framing Robert N Entman.

Perbeedaan dengan penelitian milik Maysyarah adalah objek berita yang

digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan berita aksi terorisme yang

terjadi di Indonesia. Sedangkan, peneliti menggunakan berita kampanye

pemilu Presiden 2014.

2. Skripsi karya Nurhasnah, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta,

lulusan tahun 2007 dengan judul “Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media

Indonesia dalam Rubrik Editorial”. Skripsi ini berisikan bagaimana kebijakan

redaksional Surat Kabar Media Indonesia menganggap layak atau tidaknya

suatu berita tampil pada rubrik editorial. Hal ini tentunya juga bisa menjadi

bahan rujukan peneliti untuk mengetahui mekanisme redaksi Koran Sindo

dalam menyajikan berita yang layak muat sepanjang pemilu 2014 ini.

3. Skripsi karya Desi Mauliza, mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta,

lulusan tahun 2013 dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye

Terbuka Pemilukada DKI 2012 Pada Harian Seputar Indonesia dan

Republika”. Skripsi ini berisikan bagaimana surat kabar Seputar Indonesia

dan Republika membingkai pemberitaan selama kampanye pemilukada DKI

2012, yaitu melalui berita yang ditampilkan kepada khalayak. Dimana

ditemukan perbedaan antara surat kabar Seputar Indonesia dan Republika

Page 43: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

30

dalam mengkonstruk berita berdasarkan perspektif kedua media tersebut

melihat sebuah peristiwa dan memaknainya.

Perbedaan dengan penelitian milik Desi Mauliza adalah objek yang akan

diteliti. Perbedaan objeknya yaitu skripsi terdahulu menggunakan berita-

berita harian Seputar Indonesia dan Republika saat kampanye pemilukada

DKI 2012, dengan membandingkan antara berita-berita yang dikemas pada

harian Seputar Indonesi dan Republika. Sedangkan peneliti menggunakan

berita-berita selama pemilu presiden 2014 pada Koran Sindo tanpa adanya

membandingkan (komparasi) dengan surat kabar lainnya. Peneliti melihat

kecendrungan analisis framing melalui observasi teks maupun melihat

kebijakan redaksional Koran Sindo.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya

dibagi kedalam:

BAB I Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kerangka konsep, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka, dan sistematika penelitian.

BAB II Landasan Teoritis. Bagian ini terdiri dari pembahasan tentang Teori

Agenda Setting, Konsep Agenda Media, Unsur-unsur Agenda

Setting, Tipe Agenda Setting, Agenda Setting Media dalam

pembingkaian Pesan, Politik Redaksi Media, Aspek Politik Redaksi

Page 44: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

31

Media, Definisi Berita, Jenis-jenis Berita, Nilai Berita, Kategori

Berita, Asas Pemilu Presiden, Mekanisme Pemilu Presiden.

BAB III Gambaran Umum; pada bab ini memaparkan mengenai profil

Koran Sindo, logo Koran Sindo, visi dan Misi Koran Sindo, profil

pembaca serta struktur redaksi Koran Sindo.

BAB IV Analisis Data membahas tentang berita dan artikel mengenai

pemilihan umum Presiden pada Koran Sindo selama rentang waktu

kampanye terbuka pemilu pilpres 2014 tertanggal 16 Juni sampai 5

Juli 2014. Hasil temuan dan analisis data dikaitkan dengan politik

redaksi dan agenda media yang dijalankan oleh Koran Sindo dalam

memberitakan kedua pasangan capres dan cawapres pada pilpres

2014.

BAB V Penutup; bab ini berisi kesimpulan dan saran peneliti mengenai

hasil dari penelitian.

Page 45: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Agenda Setting

1. Konsep Agenda Media

Konsep agenda media merupakan bagian dari teori agenda setting.

Konsep teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lipmann

pada konsep “The world outside and the picture in our head”. Sependapat

dengan Lipmann, McCombs dan Shaw menyatakan bahwa ada korelasi yang

kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-

apa yang menjadi agenda publik. Kemudian teori ini diperkenalkan oleh

McCombs dan Shaw secara luas.

Teori agenda setting pertama kali diperkenalkan pada tahun 1973 oleh

Maxwell McCombs dan Donald L Shaw dari School of Journalism, University

of North Carolina lewat tulisannya The Agenda Setting Function of Mass

Media. Teori ini mengakui bahwa media memberi pengaruh terhadap

khalayak dalam pemilihan presiden melalui penayangan berita, isu, citra,

maupun penampilan kandidat itu sendiri. Menurut Becker & McLeod dan

Iyenger & Kinder dalam Canggara, mengakui bahwa meningkatnya

penonjolan atas isu yang berbeda bisa memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap opini publik.1

1 Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: Rajawali

Press, 2009), h. 124

Page 46: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

33

Dalam konteks politik, partai-partai dan para aktor politik akan

berusaha memengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum

dalam pembentukan image.2 Dengan menonjolkan isu, citra, dan karakteristik

tertentu kandidat, media ikut memberikan sumbangan yang signifikan dalam

melakukan konstruksi persepsi publik dalam pengambilan keputusan, apakah

akan ikut memilih dan siapa yang akan dipilih.

Para peneliti sebelum McCombs dan Shaw memiliki beberapa gagasan

yang mirip dengan hipotesis penentuan agenda. Menurut Kurt Lang dan

Gladys Engel Lang dalam Severin dan Tankard mengenai gagasan penentuan

agenda menyatakan bahwa:3

Media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media

massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media

massa secara konstan menghadirkan objek-objek yang menunjukkan

apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui dan dirasakan

induvidu-induvidu dalam masyarakat.4

Mengutip definisi penentuan agenda yang dikemukakan oleh Dennis

McQuail bahwa:

Process by which the relative attention given to items or issues in

news coverage influences the rank of public awwareness of issues and

2 Ibid, h. 124.

3 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), h.264. 4 Ibid, h.264.

Page 47: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

34

attribution of signifiicance. As an extension, effects on public policy

may occur.5

Pernyataan lain dari tentang gagasan penentuan agenda juga berasal

dari pernyataan Bernard Cohen dalam Severin dan Tankard tentang kekuatan

pers:6

Surat kabar mungkin tidak sering berhasil memberi tahu orang apa

yang harus dipikirkan, tetapi surat kabar luar biasa berhasil dalam

memberi tahu pembacanya apa yang harus dipertimbangkan.7

Artinya, membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap

penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan test

case tentang isu apa yang lebih penting.8

Namun menurut Tamburaka, sejarah agenda setting sebenarnya sudah

ada sejak lama tanpa ada yang memperkenalnya terlebih dahulu, namun

sudah dipraktikkan oleh media massa khususnya media cetak seperti koran

atau majalah di era Penny Press.9

Asumsi dasar agenda setting itu sendiri didasari oleh dua hal, yaitu:

pertama, baik pers maupun media tidak merefleksikan realitas yang

sebenarnya, mereka menyaring dan membentuknya. Kedua, konsentrasi

5 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2012), h.22. 6 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), h.265. 7 Ibid, h.265.

8 Elvinaro Erdianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.74. 9 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2012), h.23.

Page 48: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

35

media terhadap beberapa isu dan subjek tertentu yang menjadikan isu tersebut

jauh lebih penting daripada isu yang lain.10

Sehingga, setiap media massa

memiliki potensi besar dalam menyusun agenda medianya masing-masing

pada tiap pemberitaan dan memberikan efek pada khalayak.

Efek dari model agenda setting terdiri atas efek langsung dan efek

lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan isu: apakah isu

ada atau tidak ada dalam agenda khalayak, dari semua isu, mana yang

dianggap paling penting menurut khalayak, sedangkan efek lanjutan berupa

persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan seperti

memilih kontestan pemilu atau aksi protes.11

Fungsi penentuan agenda (agenda setting function) media mengacu

kepada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, yaitu

mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik.12

Sehingga, media

tidak saja bergantung pada berita kejadian (news event), tetapi ia memiliki

tanggung jawab untuk mengiring orang melalui agenda-agenda yang bisa

membuka pikiran mereka. Seperti yang dikatakan McCombs “the mass media

may not be successful in telling people what to think, but the media are

stunningly successful in telling audience what to think about”.

Berkenaan dengan itu, dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media

memberikan petunjuk tentang isu mana yang lebih penting. Demikian, model

10

Agenda Setting Theory, artikel ini diakses pada 20 Agustus 2014, pkl 16.15 WIB,

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Mass%20Media/Agenda-

Setting_Theory/. 11

Elvinaro Erdianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.74. 12

Werner J. Severin & James W. Tankard J.r, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), h.261.

Page 49: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

36

agenda setting mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara

penilaian yang diberikan media kepada suatu persoalan dengan perhatian

yang diberikan khalayak kepada persoalan itu. Singkatnya, apa yang dianggap

penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Begitu juga

sebaliknya, apa yang dilupakan oleh media, akan luput juga dari perhatian

masyarakat.13

Di Indonesia, beberapa surat kabar memiliki kelebihan dalam

mengetengahkan isu-isu tertentu (agenda media) lewat tajuk rencana

(editorial), berita utama (headline), artikel yang khusus dibuat untuk itu, serta

berita-berita hasil wawancara (talking news) dari narasumber yang

kompeten.14

Pandangan lain dari Stephen D. Reese dalam Morrisan menyatakan,

bahwa agenda media merupakan hasil tekanan (pressure) yang berasal dari

luar dan dari dalam media itu sendiri. Dengan kata lain, agenda media

sebenarnya terbentuk berdasarkan kombinasi sejumlah faktor yang

memberikan tekanan kepada media seperti proses penentuan program

internal, keputusan redaksi dan manajemen serta berbagai pengaruh eksternal

yang berasal dari sumber nonmedia seperti pengaruh induvidu tertentu,

pengaruh pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sponsor.15

13

Gun Gun Heryanto, “Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009,” Jurnal

diakses pada 20 Agustus 2014, pkl 14.00 dari

ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/.../30/30. 14

Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: Rajawali

Press, 2009), h. 125. 15

Morrisan, Teori Komunikasi: Induvidu Hingga Massa, (Jakarta: Prenada Media Group,

2013), h.499.

Page 50: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

37

Berita merupakan salah satu produksi media massa yang seringkali

diberikan penekanan-penekanan maupun penonjolan tertentu oleh awak

media. Produksi pesan, dalam hal ini berita di sebuah institusi media massa

sedikit banyak dipengaruhi oleh ideologi dari institusi itu sendiri. Artinya, isi

media mencerminkan ideologi pemilik institusi media dan para pengelola

yang berkecimpung di dalamnya.

Penyusunan agenda terjadi karena media harus selektif dalam

melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi

membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana

melaporkannya.16

Sehingga, para redaktur media dituntut agar memiliki

ketajaman untuk mengangkat isu-isu yang perlu dibicarakan oleh masyarakat

maupun pemerintah. Isu-isu itu tidak hanya muncul dari anggota redaksi

sendiri, namun para pengelola media biasanya memiliki kelompok pemikir

(narasumber) yang dapat dihubungi setiap saat untuk memberi ulasan. Bagi

masyarakat yang senang membaca surat kabar, berita-berita media menjadi

isu pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, dalam revisi teori agenda setting terhadap penelitian McCombs

dan Shaw, terdapat beberapa kenyataan yang seringkali dipertanyakan oleh

para ahli. Bagaimana media menentukan agenda jika awak media tidak benar-

benar intens mencoba persuasi pembaca. Maka menurut Sparks, jawabannya

akan ditemukan dalam konsep framing.17

Sebagaimana Tankard

16

Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2011), h.416. 17

Glenn G. Sparks, Media Effects Research; A Basic Overview, (Wadsworth: Cengage

Learning, 2006), h. 182.

Page 51: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

38

mendefinisikan istilah, bahwa framing adalah pusat ide yang terorganisir

dalam menyampaikan konteks dan saran mengenai isu yang diseleksi,

diberikan penekanan, pengecualian, dan elaborasi. Demikian, baik framing

maupun agenda setting memiliki keterkaitan yang mendasar.

2. Unsur-unsur Agenda Setting

Agenda setting beroperasi dalam tiga bagian, yaitu: 18

1. Agenda media; agenda harus diformat, proses akan memunculkan

masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali

dengan dimensi yang berkaitan, antara lain: Visibility, yakni jumlah dan

tingkat menonjolnya berita, Audience Salience yang berarti tingkat

menonjol bagi khalayak, dan Valence (valensi), yakni menyenangkan

atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Agenda khalayak; agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau

berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi

publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar

kekuatan media mampu memengaruhi agenda publik dan bagaimana

publik itu melakukannya. Dimensi yang berkaitan antara lain: Familiarity

(keakraban), Personal salience (penonjolan pribadi), Favorability

(kesenangan).

3. Agenda kebijakan; agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke

dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan

18

Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012), h. 68-69.

Page 52: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

39

publik yang dianggap penting bagi induvidu. Dimensi yang berkaitan

antara lain: Support (dukungan), Likelihood of action yaitu kemungkinan

kegiatan, yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang

diharapkan, Freedom of action yaitu kebebasan bertindak, yakni nilai

kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

3. Tipe Agenda Setting

Organisasi pemberitaan sering dikritik karena secara konsisten

menyajikan pandangan dari berita miring, kemudian fitnah disebutnya.

Kepercayaan bahwasanya jurnalis tidak mendorong khalayak untuk berpikir

sesuatu, namun mendorong masyarakat untuk memikirkan tentang apa dan

siapa. Hal ini yang kemudian disebut dengan agenda setting.

Menurut Biagi terdapat terdapat dua tipe agenda setting, yaitu,

pertama, arus informasi dari satu organisasi pemberitaan kepada organisasi

pemberitaan lainnya. Kedua, arus informasi dari organisasi pemberitaan bagi

khalayak mereka.19

Pada tipe pertama agenda setting ini, cerita yang muncul tentang

sebuah isu yang secara luas diedarkan media cetak dan memberikan ide-ide

ke media lain. Media cetak, misalnya sering mengidentifikasikan cerita

tertentu secara bersama dengan memberikan mereka perhatian lebih, sehingga

banyak media cetak lain mulai mengedarkan dan menetapkan agenda setting

tersebut sebagai isu nasional.

19 Shirley Biagi, Media Impact: Pengantar Media Massa. Penerjemah Mochamad Irfan

dan Wulung Wira Mehendra, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.327.

Page 53: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

40

Sedangkan, jenis tipe kedua ini merupakan wajah dunia yang disajikan

jurnalis kepada khalayak. Agenda ditentukan untuk mengkaji nilai-nilai sosial

dan budaya yang jurnalis hadirkan kepada khalayak.

4. Agenda Setting Media dalam Pembingkaian Pesan (Framing)

Media akan selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap realitas

sosial yang telah dikonstruksinya. Menurut Hamad dalam Suprapto,

pembingkaian itu dilakukan karena ada beberapa sebab, antara lain adanya

tuntutan teknis seperti keterbatasan-keterbatasan kolom atau halaman pada

media cetak atau waktu pada media elektronik.20

Atas kaidah jurnalistik,

peristiwa yang panjang, lebar, dan rumit dicoba disederhanakan melalui

pembingkaian (framing) fakta-fakta dalam bentuk berita, sehingga layak

terbit atau layak tayang.

Berawal dari anggapan para wartawan, kini tidak bisa lagi menganggap

bahwa pembacanya bersikap pasif alias duduk manis sambil menelan mentah-

mentah informasi apapun yang disodorkan oleh pewarta berita. Justru

pembaca melakukan perlawanan secara aktif terhadap isi tulisan. Karena

pembaca aktif mengkonstruksi bacaan, otoritas kepengarangan si pengarang

justru akan teruji. Dengan demikian, muncullah istilah ragam bahasa

jurnalistik yang dapat membantu wartawan dalam menyederhanakan

pengemasan pesan berita.

Ragam bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, karena

seperti dikemukakan di atas tersebut bahwa bahasa ilmiah cenderung

20 Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,

(Jakarta: Pustaka Kaiswaran, 2010), h.70.

Page 54: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

41

menggunakan bahasa njilimet.21

Sedangkan, bahasa jurnalistik harus mampu

bersatu padu dengan kepentingan khalayak untuk menghasilkan pesan-pesan

yang menarik dan menyimpan seribu makna. Hal demikian dibuat sedemikian

rupa agar mampu menarik “tanda tanya” dalam benak para pembacanya.

Penulisan berita yang berlandaskan prinsip pembingkaian. Mampu

mewujudkan suatu tulisan yang jelas dan komunikatif saat melakukan strategi

pembingkaian pesan (framing) yakni dengan menggarisbawahi atau

menonjolkan perspektif penulis terhadap gagasan inti pemberitaan agar

pembaca terpengaruh pada ideologi kita.

Pembingkaian mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh kognisi si

penulis dalam membentuk skema mengenai sesuatu dan bagaimana pengaruh

tersebut dapat dimaknai sehingga bermanfaat bagi diri si penulis itu maupun

bagi pembacanya. Dalam penegasan lain, pembingkaian berisikan perspektif

yang digunakan oleh penulis ketika mengkonstruksi fakta atau fenomena

sebagai dasar penonjolan gagasan inti tulisannya.22

Keterampilan jurnalistik merupakan salah satu kemampuan untuk

membingkai pesan sedemikian rupa agar menarik dan mudah dicerna oleh

akal pikiran pembaca, karena itu ada banyak keterampilan untuk memainkan

kata-kata agar bisa menimbulkan kesan dan makna yang berarti dalam pikiran

pembaca.

21

Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2012), h.118. 22

Ibid, h.120.

Page 55: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

42

Wibowo dalam Tamburaka menyebutkan sejumlah strategi yang sering

dilakukan kita dalam pembingkaian pesan sebagai berikut:23

a) Pengulangan kata; hubungan antarkalimat yang dilakukan dengan cara

melakukan pengulangan kata, dipercaya manjur jika digunakan dalam

strategi pembingkaian karena mampu menonjolkan gagasan inti.

Contohnya, kata “antek” dapat diulang dalam satu kalimat berbeda untuk

menonjolkan karakter.

b) Sinonim; penggunaan bentuk sinonim (sebutan lain untuk hal yang sama)

sebagai penghubung antarkalimat juga diyakini sangat efekif di dalam

strategi pembingkaian. Target utamanya, mencegah kejenuhan pembaca.

Contoh kata Susilo Bambang Yudhoyono dapat digantikan dengan kata

SBY, dewan pembina Partai Demokrat, Presiden RI dan lain sebagainya.

c) Kesamaan topik; menghubungkan kalimat satu dengan lainnya dalam

rangka strategi pembingkaian, bisa pula dilakukan dengan membangun

kesamaan topik. Misal kata “pendekatan antropologi” pada kali lain dalam

tulisan yang sama bisa menggunakan “pendekatan melalui ilmu tentang

manusia”.

Bahkan, framing dalam implementasinya yang dijalankan oleh media

dengan menyeleksi isu tertentu dan menyebarkan isu yang lain, dengan

menonjolkan aspek dan isu tersebut dengan berbagai strategi wacana.

Maka, terdapat beberapa hal strategi yang dijalankan framing dalam

implementasinya, sebagai berikut:24

23

Ibid, h.121.

Page 56: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

43

1) Penempatan informasi yang mencolok (menempatkan headline, depan

atau bagian belakang).

2) Pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat

penonjolan.

3) Pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang

diberitakan.

4) Asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplikasi dan sebagainya.

Semua aspek diatas tersebut dipakai untuk membuat dimensi tertentu

dan konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Memframing terhadap suatu realitas menjadi sebuah berita merupakan suatu

strategi dalam politik redaksi media untuk menarik perhatian khalayak dalam

memberikan respon terhadap wacana teks dalam berita.

Menurut Hamad mengutip pendapat Gitlin, Todd, pembuatan frame itu

sendiri didasarkan atas berbagai kepentingan internal maupun eksternal media

baik teknis, ekonomis, politis maupun ideologis. Sehingga pembuatan sebuah

wacana tidak saja mengindikasikan adanya kepentingan-kepentingan itu,

tetapi juga bisa mengarahkan hendak dibawa kemana isu itu diangkat dalam

wacana tersebut.25

24

Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,

h.71. 25

Ibid h.73.

Page 57: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

44

B. Politik Redaksi Media

1. Definisi Politik Redaksi

Membahas definisi politik redaksi berita, terlebih dahulu harus ada

pemahaman terhadap pengertian politik itu sendiri. Secara terminologi, politik

itu sendiri memiliki dua arti yakni politics dan policy. Politics yakni berkaitan

dengan hal-hal yang menyangkut kenegaraan dan atau kekuasaan. Ishwara

dalam Suprapto mengatakan bahwa politik adalah perjuangan untuk

memperoleh kekuasaan. Sedangkan, policy dapat diartikan sebagai

kebijaksaan atau wisdom. Bijak menurut Purwadarminta memiliki arti

kepandaian menggunakan akal budinya termasuk pengalaman dan

pengetahuannya.26

Maka, kebijaksanaan selalu terkait dengan upaya

pengambilan keputusan.

Politik menurut Budiardjo dewasa ini, definisi mengenai politik yang

sangat normatif telah didesak oleh definisi-definisi lain yang lebih

menekankan pada upaya (means) untuk mencapai masyarakat yang baik,

seperti kekuasaan, pembuatan kekuasaan, pembuat keputusan, kebijakan,

alokasi nilai, dan sebagainya.27

Politik redaksi (media) merupakan konsumsi masyarakat sendiri yang

bukan sesuatu yang alamiah. Kerapkali menghasilkan pemberitaan yang tidak

objektif guna memenuhi tuntutan selera pasar dan heterogennya khalayak.

26

Ibid, h.14. 27

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009), h.14.

Page 58: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

45

Sehingga, mau tidak mau media membuat segmentasi pembaca untuk

memenuhi selera khalayak.

Maksud politik redaksi media menurut Suprapto, berawal dari sulitnya

media masssa untuk menemukan objektivitas dalam pemberitaan media sebab

pemberitaan media tidak terlepas dari fakta atau opini wartawan yang

kemudian menjadi kebijaksanaan redaksional. Kebijaksanaan redaksional ini

membawa pada politik pemberitaan media massa yang juga disebut sebagai

politik media. Apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk ditampilkan

dalam media merupakan suatu politik media untuk mengkonstruksi realitas.28

Politik redaksi adalah bagian dari Politik Komunikasi di sektor

jurnalistik sebagai salah satu sektor di lingkungan kehidupan media, sehingga

politik redaksi merupakan suatu sikap dan campur tangan elitis media (owner,

pemegang saham, penyedia modal, sponsor dan faktor lain seperti regulasi

bidang media (undang-undang, peraturan pemerintah dan sebagainya) dalam

hal mengolah, mengendalikan, mempengaruhi, menetapkan atau mengatur

kemasan berita untuk tujuan-tujuan tertentu.29

Politik redaksi amat terkait dengan kebijaksanaan redaksi dalam

membentuk realitas sosial. Realitas yang dibentuk oleh media sangat

berpengaruh terhadap struktur teks dan penampilan di media. dalam

menerapkan kebijaksanaan tersebut redaksi selalu berpedoman pada regulasi

28

Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,

(Jakarta: Pustaka Kaiswaran, 2010), h.15. 29

Ibid, h.17.

Page 59: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

46

mengenai pengelolaan media, seperti undang-undang pokok pers, etika pers

dan jurnalistik.

Dapat ditarik kesimpulan, definisi politik redaksi berita adalah

kebijaksanaan redaksi dalam mengemas dan menyajikan berita untuk

memenuhi kebutuhan atau kepentingan sebagian besar khalayaknya guna

mencapai visi dan misi media bersangkutan. Sehingga pada akhirnya

kebijakan redaksional inilah yang menentukan arah dan fokus pemberitaan,

pemilihan topik, peliputan, pengemasan dan penyajian berita di media massa

yang mempengaruhi teks yang dihasilkan.

Dengan demikian, kebijakan redaksional yang dimaksud merupakan

karena adanya pengaruh organisasi berita dalam mempengaruhi produksi

berita tersebut. Organisasi berita menurut Dan Nimmo, adalah badan usaha

yang personelnya mengumpulkan, menyunting, dan menyebarkan laporan

serta evaluasi tentang peristiwa30

. Organisasi berita inilah yang kemudian kita

sebut sebagai awak media, yang terdiri dari pemimpin surat kabar, pengelola,

pemimpin redaksi, asisten pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, asisten

redaktur pelaksana, editor, asisten editor, penulis teks, reporter, pencetak,

distributor, dan lain sebagainya.

2. Aspek-aspek Politik Redaksi

Tunstall mengemukakan bahwa organisasi berita merupakan birokrasi

nonrutin, hubungan pemerintah dan pers, setidak-tidaknya sebagian, adalah

jaringan transaksi antara birokrasi rutin dan birokrasi nonrutin. Beberapa

30

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung: Remadja

Karya CV, 1989), h.252.

Page 60: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

47

aspek organisasi berita sebagai birokrasi non rutin mempengaruhi perannya

dalam pembuatan berita, diantaranya yaitu : 31

a. Nilai

Baik secara implisit maupun eksplisit, dalam operasi setiap

organisasi berita terdapat seperangkat nilai yang dominan yang menjadi

pedoman pemilihan kebijakan, terutama dalam pemilihan berita. Sebuah

organisasi, misalnya bisa memperhatikan terutama pembinaan jumlah

pembaca atau penilaian khalayak, yang lain bisa membanggakan diri atas

pelaporannya yang cermat, dengan komitmen “dapatkanlah paling dulu,

tetapi dapatkan yang benar”.

b. Prosedural

Banyak jalan prosedur yang diikuti organisasi berita dalam

memproses peristiwa menjadi berita. Hal ini juga yang kemudian

mempengaruhi sifat pelaporan. Proses ini mencakup, pertama, prosedur

penugasan mencari berita. Kedua, prosedur untuk mengedit naskah berita,

apakah naskah itu disajikan melalui surat kabar, majalah, atau televisi.

Ketiga, cerita dapat dihentikan melalui putusan manajemen. Putusan ini

yang kemudian dilakukan saat rapat redaksi.

c. Ritual Berita

Untuk menghindari tuduhan mempunyai kecendrungan politik,

banyak organisasi berita yang bersiteguh bahwa jurnalis mereka

31

Ibid, h.253.

Page 61: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

48

melaksanakan objektivitas. Seperti argumentasi Tuchman, pelaporan

objektif adalah ritual, prosedur rutin yang hampir tidak ada hubungannya

dengan penghilangan sikap memihak dari pembuatan berita.32

Ada strategi yang menyesuaikan gaya dan meritualkan pembuatan

berita menurut pedoman organisasi tentang objektivitas:33

1. Penyajian kemungkinan yang bertentangan. Dalam menghadapi

masalah yang tidak mungkin dapat disingkapkan faktanya, reporter

mempertahankan objektivitas dengan menyajikan laporan yang

betentangan.

2. Penyajian bukti yang mendukung. Strategi ini terdiri atas penyebutan

bukti yang biasa diterima sebagai kenyataan untuk mendukung

pernyataan yang keautentikannya diragukan.34

3. Kebijaksanaan penggunaan tanda kutip. Bagi jurnalis bukti yang

mendukung kebanyakan terdiri atas pengutipan pendapat orang lain.

Hal ini dilakukan oleh wartawan karena mereka tidak mungkin secara

sepihak memuat fakta tanpa mengemukakan pendapat orang lain.35

4. Penyusunan cerita dengan urutan yang tepat. Biasanya berita

disajikan dalam format piramida terbalik. Informasi terpenting

32

Ibid, h.254. 33

Ibid, h.255. 34

Ibid, h.255. 35

Ibid, h.255.

Page 62: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

49

diletakkan dalam paragraf pertama dan bahan yang kepentingannya

berkurang ditempatkan dalam setiap paragraf berikutnya.36

5. Pelabelan analisis berita. Dalam banyak hal reporter, kolumnis, dan

editor tidak berbuat seakan-akan objektif, mereka hanya memberi

label laporan demikian dengan komentar atau analisis berita.37

Maksud berbagai strategi diatas bukanlah untuk mencapai

objektivitas, tetapi merupakan rasional yang praktis yang digunakan oleh

jurnalis untuk menyesuaikan diri dengan tekanan organisasi seperti

deadline dan perintah untuk menghindari tuntutan atas dasar fitnah, dan

untuk memberikan jawaban dalam menghadapi teguran dari atas.

Tuchman dalam bukunya Objectivity as Strategic Ritual,

mengemukakan bahwa prosedur berita yang ditampakkan sebagai sifat

formal kisah berita dan surat kabar ini sebenarnya adalah strategi yang

digunakan oleh wartawan untuk melindungi diri terhadap dan untuk

meletakkan tuntutan profesional agar bersikap objektif.38

d. Konflik

Seperti dalam setiap operasi berskala besar, organisasi berita terdiri

atas jaringan orang, setiap orang memiliki minat, aspirasi, tujuan,

kebutuhan, dan hasrat sendiri. Terkadang hubungan interpersonal bekerja

sama, adakalanya juga bertentangan bahkan menuai konflik.

36

Ibid, h.256. 37

Ibid, h.256. 38

Ibid, h.256.

Page 63: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

50

Sebagai pegawai organisasi berita, reporter, editor, redaktur, dan

yang lain tidak selalu sepakat dengan kebijakan organisasi. seorang

reporter bisa saja merasa terkekang oleh editor yang tidak

memperbolehkan jurnalis menginterpretasikan peristiwa. Sampai pada

tingkat timbulnya konflik yang relatif kecil karena kebijakan organisasi

dalam pengangkatan pegawai dan dalam sosialisasi. Harus adanya

konformitas organisasi terhadap norma kebijakan dengan memberi

peluang kepada reporter untuk membentuk peran sendiri di dalam

organisasi. Misalnya, dengan menawarkan tugas yang bergengsi,

menghadiahkan promosi dan memberikan kenaikan gaji.

Singkat kata, hubungan personel berita di dalam organisasi benar-

benar sama politisnya dengan peristiwa yang dilaporkan oleh jurnalis.

Untuk melangsungkan bisnis produksi berita, atasan dan bawahan

menegosiasikan cara menanggulangi perselisihan internal organisasi.

e. Ekonomi Organisasi

Masuknya faktor ekonomi dalam pembuatan berita, melihat

kenyataan bahwa organisasi berita adalah usaha ekonomi yang

menghidupi diri terutama melalui penjualan produk dan periklanan.

Menurut Sigal dalam Dan Nimmo menunjukkan bahwa motif laba paling

banyak mempengaruhi pembuatan berita jika laba paling sedikit.39

Demikian, faktor ekonomi memainkan peran penting dalam berbagai jenis

39

Ibid, h.256.

Page 64: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

51

kepentingan khusus yang diwakili dalam pemilikan dan operasional

media.

Tiap surat kabar yang sampai ke tangan pembaca merupakan hasil

dari rangkaian seleksi akhir dan lengkap dari berita-berita yang pantas

dicetak, dalam keadaan apa dicetak, berapa banyak ruangan kolom yang

ditempatinya, dan apa tekanan misi yang dimiliki masing-masing koran.40

Keuletan wartawan dalam mencari berita, pemimpin redaksi

maupun redaktur yang cakap dalam memilah milih berita apa yang pantas

untuk dijadikan topik atau isu saat ini, bahkan editor sekalipun, yang

memberikan pengaruh terhadap pengemasan berita. Pada akhirnya, hal-hal

tersebut yang mempengaruhi politik redaksi media

Menurut Lipmann demikian ini tidak mungkin dapat terjadi jika

tanpa adanya pembakuan gaya koran, tanpa stereotip, tanpa penilaian

rutin, tanpa menyederhanakan seluk-beluk yang ruwet, maka editor akan

kehabisan tenaga karena keasyikan. Redaksi akhir mempunyai ukuran

definitif yang harus siaga di setiap saat. Jumlah halaman terbatas, tidak

boleh melebihi kuota. Maka liputan tentang masalahpun terseleksi. Dan

tiap tulisan jumlah hurufnya tertentu. Semuanya harus serba cepat, tangkas

dan tepat. Itulah konsekuensi sebuah harian.41

40

Walter Lipmann, Opini Umum, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h.337. 41

Ibid, h.337.

Page 65: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

52

C. Konstruksi Sosial Realitas Berita

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social consturction of reality) menjadi

terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann melalui

bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Tretise in the

Sociological of Knowledge. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan

interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas

yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. 42

Pendekatan konstruksi

sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu

eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Pada tahap pertama, eksternalisasi yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri

manusia ke dunia baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Tahap kedua,

objektivasi yaitu hasil yang telah dicapai baik secara mental maupun fisik dari

eksternalisasi yang telah dilakukan manusia. Eksternalisasi menghasilkan realitas

objektif yang bisa jadi akan menghadapi manusia itu sendiri. Ketiga, internalisasi

yaitu proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian

rupa sehingga subjektif induvidu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Melalui

internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat.43

Demikian, bagi Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah tetapi ia

dikonstruksi. Dengan pemahaman yang seperti inilah yang menjadikan realitas

42

Burhan Bungin S.Sos., M.Si, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh

Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan

Thomas Luckmann, (Jakarta: Kencana, 2011), h.13. 43

Mubarok dan Made Dwi Adnjani, “Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara

Islam Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas”, Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna,

Vol 3 No.1, h.27.

Page 66: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

53

berwajah ganda atau plural. Karena setiap orang dapat memiliki pandangan

berbeda-beda terhadap realitas yang sama.

Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan

Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui

bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan

semisekunder.44

Media massa mengkonstruksi realitas menggunakan teks. Sedangkan

bahasa merupakan elemen pembentuk teks tersebut. Bahasa menjadi elemen

paling utama dalam membuat suatu produk jurnalistik. Karena dengan bahasa

segala realitas yang ingin disampaikan pers dapat direalisasikan.45

Menurut Hamad dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia

merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat

konseptual dan alat narasi. Keberadaan bahasa diungkapkan Hamad tidak lagi

sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa

menentukan gambaran (citra) yang akan dimunculkan dalam benak khalayak.46

D. Berita

1. Definisi Berita

Berita menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah cerita atau

keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean Lyle

44

Burhan Bungin S.Sos., M.Si, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana,

2011), h.193. 45

Dalam Skripsi Desy Mauliza mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta dengan

judul “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Terbuka Pemilukada DKI 2012. 46

Ibnu Hamad, Agus Sudibyo, dkk, Kabar-Kabar Kebencian Prasangka Agama di Media

Massa, (Jakarta: ISAC, 2001), h.14.

Page 67: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

54

Spencer dalam Suhirman, berita adalah suatu kejadian atau ide yang benar

yang dapat menarik perhatian sebagian dari pembaca. Adapun pengertian

berita yang lebih sempurna menurut William S. Maulsby bahwa berita

dapatlah didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak

memihak dari fakta-fakta yang nempunyai arti penting dan baru terjadi, yang

dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita

tersebut.47

Berita berasal dari kata new (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang

baru. Dalam hal ini segala hal yang baru merupakan bahan informasi bagi

semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru

merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam

bentuk berita (news)..48

Secara etimologis istilah berita dalam bahasa Indonesia mendekati

istilah bericht (en) dalam bahasa Belanda. Besar kemungkinan kedua istilah

itu berketurunan mengingat Indonesia lama dijajah Belanda. Dalam bahasa

Belanda istilah bericht (en) dijelaskan sebagai mededeling (pengumuman)

yang beakar kata dari mede (delen) dengan sinonim pada bekend maken

(memberitahukan, mengumumkan, membuat terkenal) dan vertelen

(menceritakan atau memberitahukan). Sedangkan Departemen Pendidikan RI

membakukan istilah berita dengan pengertian sebagai laporan mengenai

kejadian atau peristiwa yang hangat. Juga berita disamakan maknanya dengan

47

Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan, (Bandung: Dimensi Publisher, 2005),

h. 1. 48

Kustadi Suhandang, Pengantar jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,dan Kode Etik,

(Bandung: Nuansa, 2004), h. 102-103.

Page 68: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

55

kabar dan informasi resmi, yang berarti penerangan, keterangan atau

pemberitahuan.49

M. Lyle Spencer dalam bukunya News Writing menyebutkan, berita

merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian

sebagian besar pembaca.50

Sedangkan, Menurut Sumadiria, berita adalah

laporan mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting

bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio,

Tv, atau media online internet.51

Berita bukan merupakan cerminan situasi dan kondisi sosial, akan tetapi

laporan dari aspek yang menonjolkan diri. Semakin banyak celah yang

memungkinkan kejadian dapat ditentukan sebelumnya, diungkapkan secara

objektif, diukur, diberi nama, semakin banyaklah kemungkinan berita.52

Berbeda halnya dengan pengertian berita yang dimaksud oleh Lipmann.

Lipmann merefleksikan berita sama halnya dengan penentuan agenda media,

yang kemudian kita kenal dengan agenda setting pada media massa.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan peristiwa

atau fakta arti riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia

adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta.53

49

Kustadi Suhandang, Pengantar jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,dan Kode Etik,

(Bandung: Nuansa, 2004), h. 103. 50

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),

h.132. 51

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.65. 52

Walter Lipmann, Opini Umum, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h. 325. 53

Tommy Suprapto, Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media,

(Jakarta: Pustaka Kaiswaran, 2010), h.14

Page 69: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

56

2. Jenis-jenis Berita

Berita dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya

yaitu:54

Tabel 2.1

Jenis Berita

No Nilai Berita Keterangan

1 Straight news

report

Laporan langsung mengenai suatu peristiwa,

contohnya pidato. Biasanya berita jenis ini ditulis

dengan unsur-unsur yang dimulai dari what,

who, where, why, dan how (5W, 1H).

2 Depth news

report

Laporan yang dihimpun informasi dengan fakta-

fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai

informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

3 Comprehensive

news

Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh

ditinjau dari berbagai aspek.

4 Interpretative

report

Memfokuskan sebuah isu, masalah atau

peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun, fokus

laporan beritanya masih berbicara mengenai

fakta yang terbukti bukan opini.

5 Feature story Cara penulis untuk menarik perhatian

pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu

pengalaman pembaca (reading experience) yang

lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan

humor daripada pentingnya informasi yang

disajikan.

6 Depth

reporting

Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,

tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa

fenomenal (aktual).

7 Investigative

reporting

Berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda

dengan laporan interpretatif. Biasanya

memusatkan pada sejumlah masalah dan

kontroversi. Dilakukan penyelidikan untuk

memperoleh fakta yang tersembunyi demi

tujuan.

8 Edditorial

writing

Adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di

depan sidang pendapat umum.

54

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.69-71.

Page 70: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

57

3. Nilai Berita

Berdasarkan pengertian berita sendiri, maka kita akan mengetahui

empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, sekaligus menjadi

karakteristik utama sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa (layak

muat). Keempat unsur ini pula yang kemudian dikenal dengan nilai-nilai

berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik.

Sebagaimana menurut Romli dalam bukunya Jurnalistik Praktis

diantaranya yaitu:55

Tabel 2.2

Nilai Berita

No Nilai

Berita

Keterangan

1 Cepat Yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini

terkandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu

yang baru (new). Tulisan jurnalistik kata Al Hester,

adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman arau

informasi yang tidak ia ketahui sebelumnya.

Aktual memiliki kesamaan makna dengan Immediacy,

kerap diistilahkan dengan timelines. Artinya terkait

dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan.

2 Nyata

(faktual)

Yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi

atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari

kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan

pernyataan (statement) sumber berita. Dalam unsur ini

terkandung pula pengertian sebuah berita harus

merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan

keadaan sebenernya atau laporan mengenai fakta

sebagaimana adanya. Seorang wartawan harus menulis

apa yang benar saja, ujar M.L Stein (1993: 26), seraya

mengingatkan, jangan sekali-kali ia mengubah fakta

untuk memuaskan hati seseorang atau suatu golongan.

Jika sumber anda dapat dipercaya, itulah yang paling

penting.

3 Penting Artinya menyangkut kepentingan orang banyak.

55

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 5-6.

Page 71: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

58

Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada

kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu

untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang

banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan

harga dan sebagainya.

4 Menarik artinya mengundang orang untuk membaca berita yang

kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian

pembaca, di samping yang aktual dan faktual, serta

menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita

yang bersifat menghibur (lucu), mengandung

keganjilan dan keanehan, atau berita human interest

(menyentuh emosi, menggugah perasaan).

Namun, Santana memberikan beberapa elemen penting nilai berita

selain keempat unsur nilai berita diatas, yang mendasari pelaporan kisah

berita, sebagai berikut:56

1. Proximity, artinya keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa

dalam keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan

berbagai peristiwa yang terjadi didekatnya, di sekitar kehidupan sehari-

harinya.

2. Consequence, artinya suatu berita yang dapat mengubah kehidupan

pembaca yaitu berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misal berita

kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak), masyarakat dengan segera akan

mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi

sehari-hari yang harus mereka hadapi.

56

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005), h. 18-20.

Page 72: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

59

3. Conflict, yakni sajian berita yang megandung peristiwa-peristiwa perang,

demonstrasi, kriminal, atau apapun berita yang mengandung elemen

konflik di dalam pemberitaan.

4. Oddiity, artinya berita dengan peristiwa yang tidak biasa terjadi yang

merupakan sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakar. Misal

kelahiran bayi kembar lima, gempa berskala Richer tinggi, dan

sebagainya, merupakan hal-hal yang akan jadi perhatian masyarakat.

5. Sex, artinya dalam pemberitaan seks kerap menjadi elemen utama dari

sebuah pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi elemen tambahan bagi

pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis, atau kriminal.

6. Suspense, yakni elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu

terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat.

7. Progress, merupakan elemen perkembangan peristiwa yang ditunggu

masyarakat.

4. Kategori Berita

Berbagai elemen nilai berita harus dipaparkan dengan bahasa pelaporan

berita. Penulisannya tidaklah sama dengan menulis makalah, laporan

pertanggungjawaban, atau hasil rapat. Dalam dunia jurnalistik, penulisan

berita memiliki tempat khusus, dalam arti dibahas secara khusus melalui

karakteristik dan batasan-batasan yang mesti dipenuhinya.

Page 73: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

60

Dalam kaitan itulah, kemudian jurnalistik membakukan beberapa

kategori pemberitaan, seperti: hard news, feature, sports, social,

interpretative, science, consumer dan financial.57

1. Hard news, merupakan kisah berita utama dari sebuah pemberitaan. Isinya

menyangkut hal-hal penting terkait kehidupan pembaca, pendengar dan

pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting,

oleh karena itu kisahnya bersifat segera dilaporkan semenjak peristiwanya

terjadi.

2. Feature news, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan

kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan). Peristiwanya bisa jadi tidak

termasuk dan teramat penting yang harus diketahui masyarakat, bahkan

mungkin hal-hal yang telah terjadi beberapa waktu lalu.

3. Sports news, merupakan berita-berita olahraga yang bisa masuk dalam

kategori hard news atau feature.

4. Social news, meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan

masyarakat sehari-hari, dari soal keluarga sampai ke soal perkawinan

anak-anak.

5. Interpretative, merupakan kisah berita dimana wartawan berupaya untuk

memberi kedalaman analisis, dan melakukan survai terhadap berbagai hal

yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.

57

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005), h. 20.

Page 74: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

61

6. Science, merupakan kisah berirta dimana wartawan berusaha untuk

menjelaskan dalam bahasa berita, ikhwal kemajuan perkembangan

keilmuan dan teknologi.

7. Consumer story, ialah para pembantu khalayak yang hendak membeli

barang-barang kebutuhan sehari-hari, baik yang berisifat kebutuhan primer

dan skunder.

8. Financial, ialah kisah berita yang difokuskan perhatiannya pada bidang-

bidang bisnis, komersial, atau investasi.

E. Pemilu Presiden

1. Asas Pemilu Presiden

Secara garis besar sistem pemilihan umum dapat dibagi dua, yaitu

sistem distrik dan sistem proporsional. Di beberapa negara dikembangkan

variasi-variasi dari kedua sistem itu, yaitu mencoba mengawinkan antara

sistem distrik dengan sistem proporsional.58

Pemilihan umum sistem distrik

menunjuk kepada pertarungan antara kandidat yang dicalonkan oleh partai-

partai dalam sebuah wilayah kecil (daerah pemilihan) untuk mencari satu

wakil. Sedangkan, pemilihan umum sistem proporsional justru menunjuk

kepada pertarungan antara partai politik dalam sebuah daerah pemilihan yang

besar untuk mencari beberapa orang wakil.

Pemilu di Indonesia menganut sistem proporsional terbuka. Karena

bersifat proporsional, maka proporsi suara yang diperoleh parpol dan caleg

58 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-strategi & Komunikasi

Politik Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003), h. 134.

Page 75: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

62

berbanding seimbang dengan proporsi kursi yang dimenangkan parpol dan

caleg di daerah pemilihannya. Sedangkan bersifat terbuka yakni pemilih tidak

hanya memilih parpol tetapi juga memilih caleg yang dikehendakinya,

sehingga yang harus ditonjolkan adalah program partai dan ketokohan para

kandidat karena yang dipilih oleh rakyat adalah tanda gambar partai.

Sistem proporsional yang diterapkan di Indonesia, memiliki kelebihan

sebagaimana Budiardjo menuturkan, bahwa sistem proporsional dianggap

representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah

suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilihan umum. Kemudian sistem

proporsional dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian karena

praktis tanpa adanya distorsi, yaitu kesenjangan antara suara nasional dan

jumlah kursi dalam parlemen, tanpa suara yang hilang atau wasted.59

Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, pemilu 2014 selain

pemilihan langsung untuk anggota DPR/DPRD dan anggota Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), juga dilakukan pemilihan langsung untuk memilih

presiden dan wakil presiden. Dalam Undang-undang No. 42 Tahun 2008 pasal

5 ditetapkan syarat-syarat untuk menjadi calon presiden dan wakil presiden

sebagai berikut:60

1. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

59

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009), h.467-468. 60

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden, www.kpu.go.id/.../945d241693086d3016ecdaa27e5bbc0a.pdf,

diakses pada 5 Agustus 2014, pkl 09.05 WIB.

Page 76: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

63

2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarnegaraan lain karena kehendaknya sendiri.

3. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana

korupsi dan tindak pidana berat lainnya.

4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban

sebagai presiden dan wakil presiden.

5. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi berwenang memeriksa laporan

kekayaan penyelenggaraan negara.

7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perorangan dan/atau secara

badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan

negara.

8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.

9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

10. Terdaftar sebagai pemilih.

11. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban

membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

12. Belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden selama 2 (dua) kali

masa jabatan dalam jabatan yang sama.

13. Setia kepada pancasila sebagai dasar negara,Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945.

Page 77: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

64

14. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih.

15. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun.

16. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

17. Buka bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk

organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI.

18. Memiliki visi, misi dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara

Republik Indonesia.

2. Mekanisme Pemilu Presiden

Sesuai dengan ketentuan norma pasal 3 ayat 5, pasal 9, pasal 14 ayat 2

dan pasal 112 Undang-undang No. 42 Tahun 2008 tentang peserta pemilu,

presiden dan wakil presiden harus diusulkan secara berpasangan oleh partai

politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memperoleh

sekurang-kurangnya 20 persen dari jumlah kursi DPR atau 25 persen dari

perolehan suara sah secara nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum

pelaksaan pemilu presiden dan wakil presiden.61

61

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden www.kpu.go.id/.../945d241693086d3016ecdaa27e5bbc0a.pdf,

diakses pada 5 Agustus 2014, pkl 10.00 WIB.

Page 78: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

65

Masa pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden

dimaksud dalam pasal 13, paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak penetapan

secara nasional hasil pemilu anggota DPR.62

Setelah dilakukan pengajuan calon untuk presiden dan wakil presiden

oleh partai-partai politik, maka akhirnya pada tanggal 1 Juni 2014 KPU

menetapkan dua pasangan calon untuk pemilu presiden dan wakil presiden

tahun 2014 sebagai berikut:

1. Prabowo Subianto – Hatta Rajasa

Dicalonkan oleh:

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

Partai Golongan Karya (Golkar)

Partai Amanat Nasional (PAN)

Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai Bulan Bintang (PBB)

Partai Demokrat

2. Jokowi – Jusuf Kalla (JK)

62

Putusan Sidang Mahkamah Kontitusi Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden,http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/putusan_sidang_1660_108%20PUU%20

2013-20Maret2014.pdf, diakses pada 5 Agustus 2014, pkl 10.15 WIB.

Page 79: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

66

Dicalonkan oleh:

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Partai Nasdem

Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)]

Berdasarkan penghitungan perolehan kursi oleh KPU, PDIP mendapat

jatah kursi terbanyak yaitu 109 kursi, diikuti Partai Golkar 91 kursi, Partai

Gerindra 73 kursi, Partai Demokrat 61 kursi, dan PAN 49 kursi. Kemudian

PKB 47 kursi, PKS 40 kursi, PPP 39 kursi, Partai Nasdem 35 kursi, serta

Partai Hanura 16 kursi.63

Penghitungan itu berdasarkan pada perolehan suara

masing-masing parpol yang tertuang dalam Surat Keputusan Nomor

411/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR,

DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten-Kota dalam rangka Pemilu

2014.64

Maka, berdasarkan data koalisi pencalonan presiden dan wakil presiden

pemilu 2014 diatas, maka koalisi partai pengusung Prabowo-Hatta Rajasa

merupakan koalisi mayoritas dengan perolehan 353 dari 560 kursi DPR,

63

Taufiqurrohman, Cek Di sini Daftar 560 Anggota DPR 2014-2019, Artikel diakses dari

http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2050146/cek-di-sini-daftar-560-anggota-dpr-2014-2019,

pada 20 Agustus 2014, pkl 17.30. 64

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden, Artikel diakses dari

www.kpu.go.id/.../SK_KPU_416_Penetapan_Kursi_Calon_Terpilih_145...pdf//, pada 20 Agustus

2014, pkl 16.00.

Page 80: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

67

dengan presentase 63,54%, atau 59,52% suara legislatif. Sedangkan partai

koalisi pengusung Jokowi-Jusuf Kalla merupakan koalisi minoritas dengan

perolehan 207 dari 560 kursi DPR, dengan presentase 36,46%, atau 40,38%

suara legislatif.

Page 81: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Koran Sindo

Pers dalam tatanan kenegaraan di Indonesia memiliki peranan penting. Pers

memiliki kekuatan dan peranan strategis dalam mewarnai kehidupan

ketatanegaraan. Salah satu peran pers diantaranya yaitu sebagai alat kontrol dan

penyeimbang terhadap jalannya kepemerintahan. Kekuatan inilah yang kemudian

mengantarkan pers pada urutan keempat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Oleh karena itu, agar kekuatan dan peran pers yang begitu penting tidak

disalahartikan dan disalahgunakan, pers dituntut untuk menggunakan fungsinya

secara tepat, sesuai dengan pedoman dan kaidah etik jurnalisme yang benar. Hal

ini diterapkan, guna menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang agar tidak

menjurus ke arah trial by press.

Inilah amanat yang harus dan akan diemban oleh salah satu koran nasional

yaitu Koran Sindo. Koran Sindo merupakan surat kabar yang terbilang belum

lama terbit dibandingkan dengan koran-koran lainnya. Namun, ia mampu bersaing

di tengah persaingan industri media massa yang semakin menjamur sejak era

reformasi.

Page 82: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

69

Koran Sindo terbit pertama kali pada tanggal 30 Juni 2005.2 Awal mula

terbit dengan nama harian seputar Indonesia, yang kemudian berubah nama

menjadi Koran Sindo. Pergantian nama menjadi Koran Sindo secara resmi terjadi

pada tanggal 1 Maret 2013 dengan tagline berupa “Generasi Semangat Baru”.

Perubahan yang terjadi tidak hanya pada nama dan logo saja, namun layout dari

koran ini turut berubah. Perubahan dilakukan setelah pihak pengelola media ini

melakukan survey pembaca.

Koran Sindo pertama kali dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi

(MNI), sub-sidiary dari PT Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI,

Global TV, MNC TV, dan Trijaya Network. PT MNC sudah sangat

berpengalaman dalam mengelola media serta terbilang mapan dan berpengaruh,

baik di kalangan masyarakat maupun pengambil keputusan. Hingga saat ini Koran

Sindo beroperasi tidak jauh dari gedung MNC Tower, bertempat di Gedung

Sindo, Jalan Wahid Hasyim No.38, Jakara 10340.

Meski Koran Sindo belum lama berdiri, namun koran ini merupakan salah

satu surat kabar yang patut diperhitungkan baik dari prestasi yang diraih dengan

surat kabar yang lebih dulu telah lama berdiri. Dengan salah satu prestasinya yaitu

Koran Sindo mampu menyabet berbagai penghargaan dari Ketua Umum Serikat

Perusahaan Pers (SPS) Dahlan Iskan dalam ajang The 5th Indonesia Print Media

Awards (IPMA) 2014 di Bengkulu.3 Koran Sindo berhasil menyabet enam

penghargaan sampul muka (cover) koran terbaik. Empat di antaranya gold winner

2 Deden Iman W, jbptunikompp-gdl-dedenimanw-24144-5-8.uniko-i.pdf diakses pada 1

September 2014, pkl 12.155 WIB. 3 Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional - KORANSINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA

2014, (http://www.koran-sindo.com/node/365813, 2014), diakses pada 9 Juni 2014, pkl

14.28 WIB.

Page 83: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

70

dan dua yang lain silver winner. Bahkan, saat ini Koran Sindo telah menempati

posisi nomor tiga secara nasional dan nomor dua di wilayah Jabodetabek.4

Berdasarkan Nielsen 2012, Koran Sindo menyabet predikat kedua setelah Kompas

sebagai surat kabar terbaik kedua dengan jumlah belanja iklan terbanyak.5

Koran Sindo terbit selama 7 (tujuh) hari dalam seminggu, dengan format

ukuran panjang 7 kolom dan tinggi 54 cm. Edisi reguler terbit 40 halaman dengan

3 (tiga) bagian. Sedangkan, minggu terbit 40 halaman edisi akhir minggu. Slogan

Koran Sindo adalah “Satu Koran Segala Berita”.

Sebagai surat kabar baru, Koran Sindo ditujukan untuk memudahkan

sekaligus memenuhi kebutuhan pembaca dalam satu keluarga. Pada saat sang

bapak memilih news, sang ibu bisa leluasa membaca lifestyle, sedangkan si anak

membaca sport. Atau sang bapak bisa membawa news ke kantor dengan

meninggalkan lifestyle untuk dibaca ibu di rumah, sementara si anak memasukkan

sport ke dalam tas untuk dibaca dalam perjalanan. Pendeknya, mereka bisa

bertukar section tanpa harus menganggu keayikan masing-masing.

Koran Sindo hadir setiap pagi dengan sajian berita-berita yang akurat,

mendalam, penuh gaya dan warna. Koran Sindo juga akan menyapa pembaca

dengan sentuhan jurnalisme khas untuk selalu memberikan lebih dari sekadar

berita. Apalagi ditunjang dengan kreatifitas visual yang progresif dan tidak

konservatif, Koran Sindo yakin akan menjadi media yang unik.

4 http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id, diakses pada 9 Juni 2014, pkl 14.50

WIB. 5 Lihat: Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam “2nd

Best Advertising Expenditure in All Newspaper”

Page 84: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

71

Karakteristik khas yang dimiliki Koran Sindo terdapat pada pemilihan

narasumber. Yaitu Kredibilitas, Kualifikasi Keilmuan, dan Kompetensi.

Ketiganya dianggap syarat bagi tersampainya informasi yang akurat dan

berimbang.

Sajian berita yang bersahabat karena pemanfaatan bahasa dan image yang

ramah (tidak berdarah-darah), aktual dan informatif, karena berita terkini disajikan

dengan ringkas dan jelas dengan topik-topik yang hangat. Koran yang menghibur

karena didukung oleh desain yang menarik dan tidak membuat kening berkerut.

Mampu mengakomodasi feature, lifestyle, dan infotainmen sekuat berita. Sajian

berita yang bersifat nonpartisan atau tidak memihak dan dapat dipercaya.

B. Logo Koran Sindo

Gambar 3.1. Logo Koran Sindo

C. Visi dan Misi Koran Sindo

1. Visi Koran Sindo

Koran Sindo ingin menjadikan berita yang disuguhkannya tidak hanya

menjadi berita biasa. Tapi juga sebagai sumber referensi terpercaya membuat

Sindo sesuai dengan mottonya yaitu “Satu Koran Segala Berita”.

Page 85: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

72

2. Misi Koran Sindo

Dengan mengusung konsep koran untuk keluarga, Koran Sindo

senantiasa memberi berita yang aktual, akurat dan mendalam. Namun, tetap

bergaya dam penuh warna.

Misi Sindo juga digambarkan dalam rubrikasi yang ada di dalamnya

yaitu:

1. News

Menyuguhkan berita-berita terkini yang dikemas secara menarik

yang meliputi bidang politik, ekonomi, hukum, opini sampai budaya.

2. Ekonomi Bisnis

1) Berita-berita ekonomi menjadi andalan Koran Sindo, data finansial,

ekonomi makro, bursa dan keuangan serta sektor riil.

2) Content ekonomi makin berisi dengan analisis tajam dari pelaku pasar

dan pengamat ekonomi.

3. Sport

Memanjakan pembacanya dengan menyuguhkan bola mancanegara,

bola nasional, dan ragam sport. Serta didukung oleh koresponden di

beberapa negara Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman dan Spanyol.

Page 86: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

73

Sport masuk pada rubrikasi hattrick, yangmana 80% konten

sepakbola internasional dan nasional. Dengan menggunakan desain lidah,

memudahkan pembaca untuk membaca dan membawa hattrick.6

4. Lifestyle

1) Menyuguhkan gaya hidup kaum metropolis dalam bagian lifestyle,

yang terdiri dari: kesehatan, fashion, selebriti, home dan garden,

tren, food, techno, dan family.

2) Menjadi referensi gaya hidup terbaik yang menjadi ikon tersendiri

Koran Sindo bagi masyarakat.

Berdasarkan rubrikasi yang telah dipaparkan diatas, pada dasarnya

sajian berita Sindo tidak jauh berbeda dengan koran maupun surat kabar

lainnya. Selain memberikan sajian yang terlengkap dalam informasi, Sindo

juga menyuguhkan special section regular setiap minggu dan tahunnya.

Setiap akhir pekan, Koran Sindo menerbitkan Weekend Guide semacam

tabloid. Terbit 8 halaman, setiap hari Jumat yang dicetak dan diedarkan

terpisah dari Koran Sindo yang biasanya didistribusikan di Mall-mall

Premium. Selain itu, Tabloid Komunitas (community engagement) yang terbit

setiap hari Selasa pada minggu pertama merupakan salah satu ikon Sindo.

Tabloid Komunitas ini membahas profile, kegiatan dan pernak pernik

komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal tersebut menyangkut

6 Lihat: Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam

“Special Section Regular: Hattrick”.

Page 87: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

74

event-event komunitas seperti acara apresiasi karya UMKM, BII Super Kidz,

Run for Cervix, Arisan Keliling Dunia, dan Daihatsu Frienship Walk.7

Selain itu, Koran Sindo juga melaksanakan beberapa kegiatan penting

dan strategis seperti acara Malam Rekor Bisnis, Apresiasi CSR, Apresiasi

Entrepreneur dan People Of The Year yang merupakan agenda rutin tahunan

Sindo.8

D. Profil Pembaca

Segmentasi pembaca Koran Sindo umumnya dari kalangan menengah ke

atas. Target pembaca adalah masyarakat segmentasi usia 10-14 tahun 9%, 15-19

tahun 7%, 20-29 tahun sebanyak 30%, 30-39 tahun 30%, 40-49 tahun sebanyak

23%, dan 50 tahun ke atas 2%. Dengan diferensiasi pembaca laki-laki sebanyak

63% dan pembaca wanita sebanyak 37%. Target distribusi Koran Sindo adalah

kota-kota besar di seluruh Indonesia yaitu dengan jumlah pembaca sekitar 1 juta

orang.

Karakteristik pembaca memiliki kebiasaan membaca lebih dari satu surat

kabar, karena tidak ingin tertinggal informasi penting dan informasi hiburan

dalam waktu yang bersamaan. Termasuk kelompok masyarakat yang haus

informasi dan inovatif sehingga mudah menerima hal baru.

7 Lihat: Dokumentasi Pribadi Koran Sindo, Koran Sindo: Profile 2014 dalam “Special

Section Regular: Community Engagement”. 8 http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id, diakses pada 1 September 2014, pkl

11.30.

Page 88: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

75

E. Struktur Redaksi Koran Sindo

Bagian redaksi dalam sebuah surat kabar perusahaan yang bergerak di

bidang penerbitan struktur maupun yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik,

merupakan tulang punggung bagi perusahaan surat kabar tersebut. Apabila

diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling penting atau vital yaitu

bagaikan jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa

menjalankan kegiatannya tanpa adanya redaksi bagaimana menjadi bagian yang

menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan surat kabar.

Dengan demikian, seperti perusahaan media cetak diperlukan sebuah

struktur organisasi sebagai pedoman siapa saja yang berhak memberikan instruksi

atau komando serta siapa saja yang berada di bawah garis struktural untuk

mempermudah dalam menjalankan sebuah organisasi. Sehingga, struktur redaksi

di bawah inilah yang kemudian memberikan kebijakan redaksional terhadap

pemberitaan yang dimuat dalam koran Sindo.

Page 89: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

76

Gambar 3.2 Struktur Redaksi Koran Sindo

Pemimpin Umum

Hary Tanoesoedibjo

Wakil Pemimpin Umum & Pemimpin

Perusahaan: Sururi Alfaruq

Asisten Redaktur

Haris, Rochim, Adam, Ainun, Andri,

Bernadette, Donatus,Edi, Fakhrur, Fefy,

Haryanto, Helmi, Herita, Hendri, Kastolani,

Ma’ruf, Maria, Latief, Yamin, Kamali, Iqbal,

Purwadi, Nurlwan Tri, Paijo, Pangeran,

Rakhmat, Rusman, Rakhmat Baihaqi,

Rusman, Sali, Sazili, Slamet, Sofian,

Sudarsono, Sugeng, Suriya, Sunu,

Fakhrurozi, Syarifudin, Tedy, Thomas, Titi,

Hilba, Wahab, Wasis, Wahyu, Wahyono,

Tanto, Yogi

Wakil Pemimpin Perusahaan

Priscilia D. Airin

Wakil Redaktur Pelaksana

Abdul Hakim, Azhar Aziz, YaniAdriyansyah,

Zen Teguh Triwibowo

Redaktur Pelaksana

Alex Aji Saputra, Hanna Farhana

Redaktur

Faisal, Agung, Alviana, Anton, Armi, Bakti,

Boy, Chamad, Danang, Edi, Hatim, Ridwan,

Faizal, Holis, Puguh, Sujoni, Syahrir, Wuri

Wakil Pemimpin Redaksi

DJaka Susila. Dwi Sasongko Masirom

Pemimpin Redaksi

Pung Purwanto

Page 90: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

77

Redaktur

Asisten Redaktur

Redaktur

Bahasa

Jaelani Ali

Muhammad

Reporter

Deni,

Haryudi,

Hendrati,

Helmi,

Hermansy

ah, Inda,

Jujuk,

Krisandi,

Maisaroh,

Neneng,

Rahmat,

Rarasati,

Rendra,

Sri, Susi,

Sucipto,

Teguh

Manajer

Litbang

Wiendy

Hapsari

Kordinator

Fotografer

Arie

Yudisthira

Direk. Sirkulasi

& Distribusi

Sugeng

H. Santoso

Fotografer

Astra, Azis,

Eko,

Hasiholan,

Ratman,

Yulianto,

Yudistiro

Manajer

Artistik

Wisnu, I

Masyhudi

Direktur

Keuangan

Rudy

Hidayat

VP

Sirkulasi &

Distribusi

Dony Irawan

VP Sales

Lia

Marliana

GM Biro

Nevy AN

Hetharia

VP

Sirkulasi

&

Distribusi

DonyIra

wan

VP Biro

Kiki Subarkah

Page 91: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Politik Redaksional Koran Sindo dalam Pemberitaan 2 (Dua) Pasangan

Capres-Cawapres 2014

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Politik redaksi adalah

suatu sikap dan campur tangan elitis media dari mulai owner, pemegang saham,

penyedia modal sponsor dan faktor lain seperti regulasi bidang media, yang

meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya, dalam hal

mengolah, mengendalikan, mempengaruhi, menetapkan atau mengatur kemasan

berita untuk tujuan-tujuan tertentu.

Politik redaksi muncul saat media massa sulit menemukan objektivitas

dalam pemberitaan media sebab pemberitaan media tidak terlepas dari fakta atau

opini wartawan yang kemudian hal itu menjadi kebijaksanaan redaksional ini

membawa pada politik pemberitaan media massa yang juga disebut sebagai

politik media. Apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk ditampilkan

dalam media merupakan suatu politik media untuk mengkonstruksi realitas dalam

berita.

Untuk menganalisis penelitian ini, maka peneliti mengaitkan politik redaksi

dengan aspek-aspek politik redaksi sebagaimana paparan Dan Nimmo dalam

bukunya komunikasi politik. Aspek-aspek tersebut meliputi:

Page 92: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

79

1. Nilai

Baik secara implisit maupun eksplisit, dalam operasi setiap organisasi berita

terdapat seperangkat nilai yang dominan yang menjadi pedoman pemilihan kebijakan,

terutama dalam pemilihan berita. Begitu pula sama halnya dengan dengan Koran Sindo.

Terkait dengan nilai yang ditanamkan dan diterapkan terhadap para pekerja Sindo,

sudah diterapkan semenjak awal saat mereka komitmen untuk bergabung atau dengan

kata lain saat perekrerutan. Sebagaimana pernyataan Wapemred Sindo, Djaka Susila:

Berawal dari datangnya mereka saat mulai bergabung (rekruitment) di koran

Sindo ini. Kita sudah memberikan pembekalan kepada mereka bahwa hal-hal apa

saja yang menjadi acuan pemberitaan, yang kemudian acuan tersebut dengan

rukun koran Sindo.1

Berdasarkan pernyataan Djaka Susila ini, nilai-nilai dan pedoman yang diterapkan

oleh Koran Sindo inilah yang kemudian sudah terangkum dan disebutnya dengan „Rukun

Koran Sindo‟.

2. Prosedural

Proses ini mencakup, pertama, prosedur penugasan mencari berita. Kedua,

prosedur untuk mengedit naskah berita, apakah naskah itu disajikan melalui surat kabar,

majalah, atau televisi. Ketiga, cerita dapat dihentikan melalui putusan manajemen.

Putusan ini yang kemudian dilakukan saat rapat redaksi. Prosedur pemberitaan milik Dan

Nimmo inilah yang kemudian sama persis dengan proses prosedural kelayakan

pemberitaan di Sindo, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sabir Laluhu

Sebelum berita masuk ke dalam rapat redaksi, semua berita yang didapatkan oleh

para reporter diajukan dalam rapat (berita di listing). Dalam rapat, maka

1 Wawancara Pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Jakarta 2 Juli 2014.

Page 93: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

80

dipilihlah beberapa berita yang pantas di post untuk esok hari. Hasil berita yang

masuk di meja Pemred dan Redpel dalam rapat redaksi merupakan berita yang

baik dan layak di posting.2

Sebagaimana penjelasan Sabir sebagai wartawan Sindo, kerja Sindo secara

prosedural dalam memproduksi berita tidak jauh berbeda dengan media-media lainnya.

Bahkan hingga pada tingkatan kelayakan berita sekalipun. Berawal dari wartawan yang

ditugaskan untuk mencari berita, kemudian naskah berita memasuki tahap editing, dan

berakhir dan dihentikan melalui putusan manajemen, yaitu putusan yang berasal dari

rapat redaksi.

Namun, kewenangan dalam pengambilan keputusan layak atau tidaknya berita

tetap dipegang oleh pemimpin redaksi sebagaimana yang dipaparkan oleh Susila,

wapemred Sindo, bahwasanya segi kewenangan dan tanggung jawab seleksi berita tetap

berada di tangan pemimpin redaksi (pemred).

“Dilihat dari segi kewenangan dan tanggung jawab, seleksi berita terletak pada

pemred. Karena berita apapun yang diproduksi oleh Sindo dialah yang

bertanggung jawab”.3

3. Ritual Berita

Tujuan ritualisasi berita berikut ialah untuk mengurangi kecendrungan media

terhadap politik tertentu. Seperti argumentasi Tuchman, pelaporan objektif adalah ritual,

prosedur rutin yang hampir tidak ada hubungannya dengan penghilangan sikap memihak

dari pembuatan berita.4

Maka, terdapat 5 (lima) strategi yang dapat menyesuaikan gaya dan meritualkan

pembuatan berita menurut pedoman organisasi tentang objektivitas sebagaimana yang

2 Wawancara pribadi dengan wartawan harian Koran Sindo, Sabir Laluhu, 13 April 2014.

3 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 20014.

4 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h.254.

Page 94: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

81

dipaparkan oleh Nimmo, berikut: 1) Penyajian kemungkinan yang bertentangan; 2)

Penyajian bukti yang mendukung; 3) Kebijaksanaan penggunaan tanda kutip; 4)

Penyusunan cerita dengan urutan yang tepat; 5) Pelabelan analisis berita.

Berdasarkan starategi-strategi di atas, strategi ke-3 yang sering digunakan dan

menjadi kebijakan Koran Sindo, yaitu kebijakan penggunaan tanda kutip. Opini

wartawan yang disertai dengan penggunaan tanda kutip menegaskan bahwa berita

tersebut tidak hanya opini wartawan semata. Namun, dengan kutipan inilah yang

kemudian menunjukkan objektivitas sebuah pemberitaan.

“Apakah berita-berita yang kita sajikan berusaha untuk mengarah kepada

kebenaran dan objektifitas? Maka jawabannya akan iya. Caranya adalah salah

satunya yaitu, pertama, melakukan verifikasi, kedua, melakukan kode etik

jurnalistik, ketiga, melakukan langkah-langkah perencanaan yang benar dan tepat.

Dengan menjunjung tinggi etika-etika jurnalistik.

Ketentuan berita memang harus menjunjung nilai objektivitas. Namun, pada

hakikatnya media diharuskan melakukan seobjektif mungkin bukan objektif 0%.

Seperti apa yang dikatakan Bill Kovach dalam 9 langkah yang harus diperhatikan

dalam jurnalistik, maka ada dua langkah yang paling urgent dan sering dilakukan,

yaitu verifikasi narasumber, memverifikasi informasi, memverifikasi perkataan,

kemudian membuat agar bagaimana kita menjadi komprehensive, bisa dilihat dari

sisi mana saja.”5

Sebagaimana Tamburaka menjelaskan bahwa objektivitas absolut tidak mungkin

terjadi, tetapi kenyataannya seorang jurnalis (atau komunikator lain) bisa melakukan

banyak hal untuk bisa objektif dengan mengacu sebanyak mungkin pada laporan (dan

meninggalkan inferensi serta penilaian) dan dengan melakukan usaha sadar untuk

menghindari slanting.6

Dengan demikian, pemaparan Susila akan objektivitas berbanding lurus dengan

pernyataan pernyataan Tamburaka diatas. Bahwa objektivitas pada berita tidak mungkin

5 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.

6 Lihat: Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),

h.127.

Page 95: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

82

terjadi hingga 0%. Karena pada kenyataannya media memiliki kepentingan-kepentingan

tertentu, baik kepentingan individu maupun organisasi berita.

4. Konflik

Seperti dalam setiap operasi berskala besar, organisasi berita terdiri atas jaringan

orang, setiap orang memiliki minat, aspirasi, tujuan, kebutuhan, dan hasrat sendiri. Alih-

alih berdasarkan perbedaan minat, aspirasi, hasrat atau yang lainnya itulah yang

kemudian menyebabkan konflik internal media. Salah satunya yaitu melalui intervensi,

baik antara redaktur dengan wartawan atau sebaliknya. Sebagaimana yang

diungkapkannya Susila:

“Jangankan menjawab kepentingan media. kepentingan redaktur dan reporternya.

Itupun sudah ada intervensi.”7

Maka, berdasarkan pernyataan Wapemred Sindo di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pada setiap organisasi berita akan selalu menunjukkan kepentingan-kepentingan

tertentu, tidak hanya kepentingan media saja, namun juga kepentingan setiap induvidu

pekerjanya.

5. Ekonomi Organisasi

Faktor ekonomi dalam suatu organisasi berita memang merupakan salah satu hal

terpenting dalam menghidupi kelangsungan media. Namun, peneliti tidak menemukan

kecendrungan ekonomi pada bagian redaksi.

“Kalau itu tidak ada sama sekali hubungannya dengan kerja redaksi. Karena

wewenang tersebut ada pada urusan bisnis dan kita (redaksi) tidak ikut campur

7 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.

Page 96: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

83

akan hal itu. Dalam keredaksian clear dengan masalah uang. Kalau redaksi sudah

dikaitkan dengan masalah uang, wah itu bahaya.”8

Demikian, kelima aspek pembentuk politik redaksi inilah yang juga membentuk

agenda media tertentu. Sebagaimana Stephen D Reese menyatakan, bahwa agenda media

merupakan hasil dari tekanan (pressure) yang berasal dari luar dan dari dalam media itu

sendiri.9 Dengan kata lain, agenda media sebenarnya terbentuk berdasarkan kombinasi

sejumlah faktor yang memberikan tekanan pada media seperti proses penentuan program

internal media, keputusan redaksi dan manajemen. Hal-hal tersebut yang kemudian telah

paparkan diatas.

Untuk melihat tingkat menonjolnya berita bagi khalayak (audience salience), Sindo

menyadari bahwa bahasa pemberitaan harus dimengerti dan dipahami terutama oleh

khalayak. Untuk mengatahui hal itu, Sindo melakukan Survei khalayak melalui FGD (Forum

Group Discusion). Selain itu, untuk mengangkat isu apa yang layak diberitakan atau tidak,

FGD, survey khalayak melalui angket, dan memberikan ruang bagi penulisan artikel terhadap

tema-tema tertentu yang ditulis langsung oleh beberapa tokoh atau beberapa pakar. Hal

demikian dilakukan guna melihat tingkat menonjolnya berita bagi khalayak. Seperti yang

dikemukakan Susila bahwa apa-apa saja yang termasuk penentu topik atau isu yang layak

diberitakan maupun tidak.

Dalam prosedur seleksi isu atau topik berita, kita menerapkan sistem FGD (forum

group discusion) untuk menilai berita apa yang ditungu-tunggu dan diinginkan oleh

khalayak. Anggota FGD itu sendiri terdiri dari pembaca tetap koran Sindo. Survey

khalayak tetap kita lakukan, kita ambil sampelnya secara random (acak). Selain itu,

kita meminta beberapa pakar politik, hukum, ekonomi atau budaya, untuk menulis

artikel pada kolom tajuk rencana kita. Tajuk rencana inilah yang kemudian salah

satu cara Sindo untuk mengangkat isu.10

8 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.

9 Lihat: Morrisan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013),

h.499 10

Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.

Page 97: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

84

Bahkan, untuk melihat tingkat menonjolnya berita bagi khalayak, seorang redaktur

dituntut memiliki ketajaman dalam menganalisis berita apa yang diinginkan khalayak

maupun yang tidak diinginkan.

Sedangkan, intuisi baik dari seorang redaktur maupun pemred akan muncul saat

ingin memutuskan topik berita yang akan diangkat. Hal ini merupakan main

mapping redaktur terhadap berita, adanya kesadaran berita dalam diri si redaktur.11

Politik redaksi sangat berkaitan erat dengan beberapa kepentingan media. bahkan

setiap individu memiliki kepentingan-kepentingan tersendiri. Namun, peran kepentingan

induvidu akan mulai tergeser saat berhadapan dengan kepentingan yang paling dominan di

media yaitu kepentingan owner. Persis seperti yang dijelaskan oleh Djaka Susila dan Sabir

Laluhu:

Meski, baik setiap individu sebenarnya memiliki kepentingan-kepentingan tertentu

terhadap berita. Tapi kita tetap mengacu kembali pada „Rukun Koran Sindo‟. Di

Sindo, tidak ada larangan wartawan harus membela siapa, pendukung Prabowo kah,

atau Jokowi. Berita kita tetap harus bernafaskan Sindo, seperti sekarang owner kita

pendukung dari siapa, untuk pemberitaan ya harus diikuti maunya.12

Sindo memandang kelayakan berita dari seberapa besar efek yang ditimbulkan oleh

sebuah berita yang akan disajikan dan menurut kepentingan pemilik modal

(owner).13

Bahkan menurut Sabir, kedekatan owner yaitu Hary Tanoesodibjo dengan tokoh politik

tertentu, khususnya salah satu kandidat calon presiden 2014 menjadi kebijakan tersendiri bagi

kelayakan berita. Demikian, hal ini lebih dipertegas kembali oleh pernyataan Sabir:

Kedekatan owner dengan narasumber merupakan hal idealis yang perlu diangkat

atau tidaknya berita tersebut. Contoh: Sindo memiliki kedekatan yang cukup baik

dengan Prabowo. Sehingga pemberitaan Prabowo di koran Sindo secara framing

akan jauh lebih spesifik memberitakan hal-hal positif tentang Prabowo.14

11

Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014. 12

Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014. 13

Wawancara pribadi dengan wartawan harian Koran Sindo, Sabir Laluhu, 13 April 2014. 14

Wawancara pribadi dengan wartawan harian Koran Sindo, Sabir Laluhu, 13 April 2014.

Page 98: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

85

Demikian, politik redaksi merupakan suatu sikap dan campur tangan elitis media baik

owner, pemegang saham, penyedia modal, sponsor, regulasi bidang media, peraturan

pemerintah dan sebagainya dalam hal menentukan agenda media pemberitaan. Meski secara

detail teknis owner tidak ikut campur , namun kejelian redaktur untuk melihat apa yang

diinginkan dan tidak diinginkan oleh owner yang menjadi tolak ukur agenda media itu

sendiri.

B. Agenda Media Koran Sindo dalam Pembingkaian Pesan (Framing) Berita Kedua

Pasangan Capres-Cawapres 2014

Pemilihan Umum presiden 2014 merupakan pemilu kelima pasca orde baru. Pemilu di

tahun 2014 ini, merupakan pemilu yang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu

kali ini, menuntut Warga Negara Indonesia untuk memilih calon presiden baru setelah dua

kali periode Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden RI pada tahun 2004-

2009 dan 2009-2014. Hal yang lebih menariknya lagi, kontestan pemilu dalam

memperebutkan kursi RI 1, hanya diperebutkan oleh dua calon kandidat pasangan capres dan

cawapres, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla.

Seyogyanya, pemberitaan mengenai pemilu merupakan angin segar bagi awak media.

Hal ini tidak luput akan peran penting berita terhadap pemilu, karena ia merupakan berita

yang sangat dinanti-nanti oleh khalayak. Namun jelas sikap dan fungsi media harus tetap

pada hakikat keberadaannya, yaitu sebagai wadah pendidikan moral dan politik untuk bisa

menjadi netral, independen, dan pelaksana kontrol yang efektif.

Sementara menurut pernyataan McQuail dalam Subiakto, media harus objektif bisa

dibaca sebagai kekhawatiran terhadap media yang akan berpihak pada kepentingan politik

Page 99: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

86

tertentu. 15

Demikian yang menimbulkan perdebatan mainstream terjadi saat mengaitkan

keberadaan media dengan urusan politik (political affairs). Selalu jawaban atau respon dari

kedua hal diatas terbagi ke dalam beberapa pendapat yaitu ada yang menyatakan bahwa

media idealnya objektif yang vis a vis dengan pandangan media sulit objektif untuk lebih

memperhalus bahasa dengan menyatakan bahwa media boleh saja tidak objektif. Bahkan,

jelang-jelang berakhirnya kampanye, menjadikan pemberitaan semakin memanas. Disadari

maupun tidak, objektifitas media akan selalu dipertanyakan.

Pasangan capres-cawapres beserta tim sukses masing-masing berupaya keras

memengaruhi setiap pemberitaan guna memaksimalkan dukungan di basis-basis massa.

Bahkan, romantisme antara politik dan media memuluskan jalan bagi pasangan capres-

cawapres untuk mengefektifkan pesan yang akan disampaikan melalui perantara media

massa, salah satunya yaitu melalui pemberitaaan. Pemberitaan-pemberitaan seputar pemilu

yang meliputi kampanye inilah yang kemudian menjadi agenda media.

Penentuan agenda dalam sebuah media pada dasarnya melihat konsep penentuan

agenda (agenda setting) dalam media itu sendiri. Kemampuan media mengangkat sebuah isu

dari publik sehingga persepsi publik terbentuk mengacu kepada media tersebut baik dalam

proses meliput berita, mengolah, lalu menyebarluaskannya kepada publik.

Namun, pemberitaan apapun yang disajikan media tidak akan benar-benar menjadi

sebuah agenda saat tidak dikolaborasikan dengan keinginan khalayak, yang disebut-sebut

sebagai agenda khalayak. Dengan demikian, para pekerja media harus mampu melakukan

upaya tertentu untuk mencari tahu berita apa yang diinginkan khalayak dan yang paling

ditunggu.

15

Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, (Jakarta: Kencana

Prenada Group, 2012), h.166.

Page 100: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

87

Untuk menganalisis agenda media tersebut, peneliti menggunakan teknik analisis teks

media, yaitu berdasarkan hasil temuan pada bingkai (framing) pengemasan berita Koran

Sindo. Penulisan berita yang berasaskan pada strategi pembingkaian pesan (framing) yakni

dengan mengarisbawahi atau menonjolkan perspektif kita terhadap gagasan inti penelitian

kita agar pembaca terpengaruh pada ideologi kita.

Peneliti menganalisis teks berita mengenai pemilu presiden (pilpres) 2014 baik yang

berkaitan dengan kampanye itu sendiri atau figur kandidat capres maupun cawapres. Peneliti

menggunakan rubrik pada kolom „Rakyat memilih‟ edisi Kamis 3 Juli 2014 dan Jumat 4 Juli

2014. Penulis yakin dengan pengambilan kedua edisi berita tersebut memiliki dan membawa

kekuatan agenda media tersendiri. Hal ini berdasarkan karena kedua tanggal tersebut

merupakan masa-masa akhir menjelang kampanye pemilu presiden (pilpres) 2014. Sehingga

mendorong awak media untuk makin menonjolkan kandidat calon presiden (capres) tertentu

dibandingkan dengan kandidat lainnya. Berita yang ditampilkan guna membentuk opini

publik dan menggarap basis dukungan menjelang masa-masa akhir pemilu presiden.

Selain itu, berdasarkan pengalaman melihat debat capres dan cawapres yang

dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga 5 (lima) kali ini, yaitu pada

tanggal 9 Juni, 15 Juni, 22 Juni, 29 Juni, dan 5 Juli 2014, membawa keuntungan tersendiri

bagi terbentuknya opini yang beredar di masyarakat. Sedangkan, pemberitaan pada hari-hari

berikutnya, membawa dan memperkuat persepsi masyarakat terhadap salah satu kandidat.

Bahkan pemberitaan-pemberitaan tersebut mampu meningkatkan elektabilitas kandidat calon

presiden tertentu.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Budianto, ia tidak memungkiri bahwa debat

capres ikut menentukan pilihan presiden. Terbukti jumlah presiden yang menjatuhkan

Page 101: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

88

pilihannya karena debat capres putaran ketiga mencapai 21,1%. Sisanya karena pemberitaan

media sebesar 13,5% dan media sosial 13,4%. Adapun iklan di media massa hanya 4,2%.16

Berdasarkan data yang diungkapkan oleh Budianto diatas, pemberitaan media

menduduki posisi yang cukup signifikan setelah debat capres yaitu dengan presentase 13,5%.

Maka, disadari maupun tidak pemberitaan akan mempengaruhi opini yang beredar di

masyarakat.

Berikut adalah hasil analisis analisis teks berdasarkan teknik pengemasan berita

(framing) berita yang didapatkan dan diperoleh dari koran Sindo, sebagai berikut:

1. Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Kamis, 3 Juli 2014

Tabel 4.1

Analisis Sintaksis Berita 1

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta Judul

Lead JAKARTA-Dukungan Ketua Umum

Partai Demokrat Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) pada masa-masa

akhir menjelang Pemilu Presiden

(pilpres) dinilai makin mendongkrak

elektabilitas

Lead

„ Latar Dukungan Presiden SBY kepada

Prabowo-Hatta pada masa-masa akhir

menjelang pemilu presiden dinilai

makin mampu mendongkrak

elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta

Rajasa.

Lead

Kutipan “Dulu saya memperkirakan kekuatan

Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK masih

imbang sepekan terakhir menjelang

pilpres. Tapi prediksi saya berubah

setelah Demokrat atas restu SBY resmi

mendukung,” ujar Iswandi kemarin.

“Dan itu bisa terjadi secara nasional,”

Paragraf 3

Paragraf 7

16

“Elektabilitas Prabowo Makin Tak Terbendung,” Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.3.

Page 102: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

89

ujarnya.

“Maka jika SBY bicara langsung, itu

akan sangat menentukan,” kata agung.

“Jadi kondisi ini seperti tutup ketemu

botol. SBY yang sejak lama naksir dan

Prabowo memang memberi bukti

mendapat dukungan besar. Dengan

begitu, saya menilai hanya keajaiban

yang bisa mengalahkan Prabowo-

Hatta,” ujar dia.

“Jangan lupa, Rustriningsih itu kader

perempuan PDIP, dia punya segmen

sendiri. Olehnya, perempuan bisa

merasa terwakili secara psikologis,”

ujarnya.

“Dia adalah kader PDIP, kader

ideologis yang punya pengaruh.

Dukungannya memang bisa

meningkatkan suara Prabowo-Hatta di

sekitaran wilayah Kebumen karena dia

mantan Bupati Kebumen,” paparnya.

“Sebab, dalam Pilgub Jawa Tengah lalu,

Rustriningsih juga memberikan

dukungan ke calon gubernur Bibit

Waluyo yang tak didukung PDIP dan

hasilnya adalah kemenangan mutlak

Ganjar Pranowo sebagai calon gubernur

yang diajukan PDIP,” kata Hasto.

Paragraf 8

Paragraf 10

Paragraf 11

Paragraf 13

Pernyataan Dua pengamat politik, yakni Iswandi

Syahputra dari UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, dan Agung Supario dari

Universitas Indonesia (UI) menilai

Prabowo-Hatta mendapat keuntungan

yang besar atas dukungan yang datang

menjelang pencoblosan itu.

Menurut survey Indo Barometer,

Prabowo-Hatta akan menang dengan

perolehan suara 53% jika tren positifnya

bisa terus dipertahankan.

Ada tiga alasan, menurut dia sehingga

dukungan SBY tersebut disebut

berpengaruh signifikan. Pertama,

Paragraf 1

Paragraf 2

Paragraf 4

Page 103: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

90

bagaimanapun SBY adalah Ketua

Dewan Pembina Demokrat yang juga

presiden yang memegang simpul-

simpul birokrasi dan pusat kekuasaan di

Indonesia. Kedua, Demokrat masih

memiliki pendukung loyal yang terbukti

dengan .......

Pernyataan SBY, menurut dia, bisa

mempengaruhi pemilih mengambang

dan bahkan bisa mengalihkan suara dari

pasangan Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.

Dia mengatakan, popularitas kader

Partai Demokrat yang kini masuk dalam

tim pemenangan Prabowo-Hatta jauh

dibawah SBY. Bahkan SBY lebih

dikenal dibandingkan Partai Demokrat

itu sendiri.

Dalam padangan Iswandi Syahputra,

setidaknya ada tiga alasan mengapa

dukungan Demokrat diberikan di saat-

saat akhir menjelang pilpres. Menurut

dia, SBY dikenal sejak lama sebagai

seorang king maker. ....

Menurutnya, tanpa dukungan kader

PDIP itupun Prabowo-Hatta di Jawa

Tengah bisa mendapatkan 40% dengan

dukungan Rustriningsih, dia yakin suara

di Jawa Tengah akan imbang, bahkan

dimenangi.

Menurut Agung Supario, dukungan

Rustriningsih sebagai kader ideologis

PDIP bisa memecah suara Jokowi-JK di

Jawa Tengah. Rustrianingsih dinilai

bisa membuat kader PDIP memilih

Prabowo-Hatta. Namun, dengan catatan,

Rustriningsih harus mengkampanyekan

capres-cawapres nomor urut 1 tersebut

secara terbuka.

Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-

JK, Hasto Kristiyanto, memastikan hal

itu tidak mengganggu kondisi internal

PDIP. Hasto bahkan sesumbar bahwa

Rustriningsih tidak akan mengurangi

Paragraf 7

Paragraf 8

Paragraf 9

Paragraf 11

Paragraf 12

Paragraf 14

Page 104: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

91

suara Jokowi-JK di Jawa Tengah.

Penutup Menurut Hasto, ada atau tidak adanya

dukungan dari Rustriningsih tidak akan

mengurangi suara Jokowi-JK di Jawa

Tengah. “Sebab, dalam Pilgub Jawa

Tengah lalu, Rustriningsih juga

memberikan dukungan ke calon

gubernur Bibit Waluyo yang tak

didukung PDIP dan hasilnya adalah

kemenangan mutlak Ganjar Pranowo

sebagai calon gubernur yang diajukan

PDIP,” kata Hasto.

Dilihat dari struktur sintaksis, Koran Sindo menurunkan berita mengenai

dukungan SBY terhadap Prabowo dengan judul “Dukungan SBY Perkuat Prabowo-

Hatta”. Menurut Eriyanto, headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita

dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.

Sehingga headline mempunyai fungsi framing yang kuat. 17

Pada lead berita, Koran Sindo menjelaskan bahwasanya dukungan Ketua

Umum Partai Demokrat sekaligus presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada

masa-masa akhir menjelang menjelang pemilu presiden, dinilai mampu

mendongkrak dan meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta sebagai calon

pasangan capres-cawapres pada pilpres 2014. Masuknya dukungan partai demokrat

menambah serentetan koalisi merah putih pada kubu Prabowo-Hatta.

Dalam teks berita, Koran Sindo mewawancarai dua pengamat politik dari

universitas terkemuka, penjelasan Iswandi Syahputra dari UIN Sunan Kalijaga

Jogjakarta yang begitu komprehensif dan juga Agung Supario dari Universitas

Indonesia (UI). Fungsi kutipan kedua pengamat politik dari universitas terkemuka

17

Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Pelangi

Aksara, 2008), h.257.

Page 105: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

92

ini tidak lain merupakan cara Sindo membentuk opini publik. Keduanya

berpandangan bahwasanya dukungan SBY penting sekali menjangkau dan

meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta sebagai capres-cawapres pada pilpres

2014. Ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Ada tiga alasan , menurut dia , sehingga dukungan SBY tersebut

disebut berpengaruh signifikan. Pertama, bagaimanapun SBY adalah Ketua

Dewan Pembina Demokrat yang juga presiden yang memegang simpul-

simpul birokrasi dan pusat kekuasaan di Indonesia. Kedua, demokrat masih

memiliki pendukung loyal yang terbukti dengan perolehan suara 10% pada

pemilu legislatif lalu. “kalau suara demokrat itu misalnya bocor 2% saja,

artinya masih ada 8%. Saya kira ini sangat besar dan menetukan untuk

kemenangan Prabowo-Hatta”, ujar dia

Ketiga, dukungan SBY yang dianggap sukses oleh negara tetangga selama

10 tahun memimpin Indonesia bisa mengubah persepsi internasional

terhadap Prabowo. Dukungan SBY itu secara tidak langsung akan

memberikan garansi kepada dunia internasional bahwa Prabowo itu layak

dipercaya, bukan hanya Jokowi yang selama ini dinilai lebih dipercaya

dunia internasional.18

Pernyataan SBY, menurut dia, bisa memengaruhi pemilih

mengambang dan bahkan bisa mengalihkan suara dari pasangan Jokowi-JK

ke Prabowo-Hatta, “Dan itu bisa terjadi secara nasional”.19

Dapat dikatakan dengan mewawancarai kedua narasumber tersebut, secara

tidak langsung Sindo ingin menjelaskan kepada pembaca bahwa pernyataan dari

kedua pengamat politik ini, Iswandi dan Agung, cukup relevan untuk meyakinkan

masyarakat bahwa dengan dukungan SBY pada masa-masa akhir menjelang pemilu

makin mampu mendongkrak tingkat keterpilihan Prabowo-Hatta. Bahkan mampu

memengaruhi pemilih mengambang dan mengalihkan suara dari Jokowi-JK ke

Prabowo-hatta.

Tabel 4.2

18

Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2. 19

Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2.

Page 106: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

93

Analisis Skrip Berita 1

Struktur Unit Teks

Skrip What Dukungan SBY makin memperkuat tingkat elektabilitas

Prabowo-Hatta pada masa-masa akhir menjelang pemilu

presiden (pilpres) 2014.

Who Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

When Masa-masa akhir menjelang pemilu presiden (pilpres)

2014

Where Melalui pernyataannya pada jumpa pers di media pada

beberapa waktu.

Why Dukungan SBY sangat berpengaruh terhadap tingkat

elektabilitas Prabowo-Hatta. Karena SBY merupakan

Ketua Dewan yang juga memegang simpul-simpul

birokrasi dan pusat kekuasaan di Indonesia. demokrat

juga memiliki pendukung loyal pada Pileg lalu, dan juga

dukungan SBY bisa mengubah persepsi Internasional

terhadap Prabowo bahwa ia layak di percaya.

How Dengan memberi dukungan resmi dari Partai Demokrat

kepada Prabowo-Hatta yang dapat meningkatkan

elektabilitas Prabowo-Hatta. SBY effect tersebut bisa jauh

lebih signifikan pengaruhnya.

Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dijelaskan oleh Koran Sindo dengan

mengisahkan berita ini sebagai bentuk dukungan seorang SBY, sebagai Ketua

Dewan Pembina Partai Demokrat sekaligus presiden RI kepada pasangan capres-

cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Dalam berita tersebut disebutkan bahwa

dukungan SBY memiliki kekuatan yang begitu sangat besar. Salah satunya yaitu

karena SBY pemegang kendali simpul-simpul birokrasi pada masa

kepemerintahannya sebagai presiden. Demokrat juga masih memiliki pendukung

loyal (loyalis) pada pileg lalu meski beberapa aktor politik dari Partai Demokrat

terjerat kasus pencucian atau suap di KPK, salah satunya yaitu Andi Malaranggeng,

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), dan juga Anas Urbaningrum selaku

Ketua Umum Partai Demokrat. Namun, terbukti ini tidak menyurutkan minat

pendukung loyal Demokrat untuk tetap mendukung partai tersebut. Terakhir,

Page 107: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

94

dukungan SBY mampu menyedot perhatian seluruh negara terhadap perspektif

buruk Prabowo di mata dunia internasional, bahwa ia layak dipercaya.

Tabel 4.3

Analisis Tematik Berita 1

Struktur Unit Teks Keterangan

Tematik Detail Apalagi, Prabowo-Hatta perlu terus

mempertahankan tren positifnya di

detik-detik akhir untuk dapat finis

sebagai pemenang pada pilpres 9 Juli

nanti.

Sementara itu, kabar dukungan, mantan

Wakil Gubernur Jawa Tengah

Rustriningsih kepada Prabowo-Hatta,

dinilai akan memberi kontribusi

signifikan.

Paragraf 2

Paragraf 11

Koherensi

Sebab-Akibat

Menurut survey Indo Barometer,

Prabowo-Hatta akan menang dengan

perolehan suara 53% jika tren

positifnya bisa terus dipertahankan.

Agung Supario menilai dukungan resmi

dari Partai Demokrat sangat penting

bagi Prabowo-Hatta karena akan

makin meningkatkan elektabilitasnya di

detik-detik akhir.

Meski demikian, SBY effect tersebut

bisa jauh lebih signifikan pengaruhnya

jika dia yang secara langsung

menyampaikan dukungannya.

Paragraf 2

Paragraf 6

Paragraf 6

Koherensi

Pembeda

SBY effect tersebut bisa jauh lebih

signifikan pengaruhnya jika dia yang

secara langsung menyampaikan

dukungannya.

popularitas kader Partai Demokrat yang

kini masuk dalam tim pemenangan

Prabowo-Hatta jauh dibawah SBY.

Bahkan SBY lebih dikenal

dibandingkan Partai Demokrat itu

sendiri.

Paragraf 6

Paragraf 8

Koherensi

Penjelas

Pernyataan SBY, bisa mempengaruhi

pemilih mengambang dan bahkan bisa

mengalihkan suara dari pasangan

Paragraf 7

Page 108: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

95

Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.

Berdasarkan susunan tematik pada teks berita di atas, maka kita akan

menemukan detail berita dan beberapa koherensi. Detail berita diatas, menyatakan

bahwa tingkat elektabilitas Prabowo-Hatta semakin menanjak sejak bertambahnya

dukungan SBY kepada pasangan capres-cawapres ini. Namun, Prabowo-Hatta tetap

harus mempertahankan tren positifnya hingga detik-detik akhir untuk dapat finis

sebagai pemenang pada pilpres 9 Juli nanti. Sementara itu juga, kabar dukungan,

mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih kepada Prabowo-Hatta, dinilai

akan memberi kontribusi signifikan terhadap tingkat elektabilitas Prabowo-Hatta di

Jawa Tengah, yang ditenggarai sebagai basis massa Jokowi-JK.

Koherensi sebab-akibat yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat

atau sebab dari proposisi lain.20

Misal koherensi sebab-akibat dapat kita lihat pada

paragraf 2, bahwasanya menurut survey Indo Barometer, Prabowo-Hatta akan

menang dengan perolehan suara 53% jika tren positifnya bisa terus dipertahankan.

Jadi, berdasarkan teks tersebut, survey Indo Barometer menyatakan bahwa jika tren

positif Prabowo-Hatta bisa terus dipertahankan hingga detik-detik akhir menjelang

pemilu, maka Prabowo-Hatta akan menang dengan perolehan suara 53%.

Koherensi pembeda yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan

atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.21

Misal koherensi pembeda ini dapat kita

lihat pada paragraf 8 dengan pernyataan bahwasanya, SBY lebih dikenal

dibandingkan Partai Demokrat itu sendiri. Pada kalimat tersebut terdapat kata lebih

dan dibandingkan. Kata-kata tersebut menunjukkan akan arti perbandingan.

20

Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.263. 21

Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.263

Page 109: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

96

Koherensi penjelas adalah proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas

proposisi atau kalimat lain. Misal koherensi penjelas ini dapat kita temukan pada

kalimat paragraf 7, bahwa:

Pernyataan SBY, bisa mempengaruhi pemilih mengambang dan bahkan

bisa mengalihkan suara dari pasangan Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.22

Maksud dari pernyataan tersebut menjelaskan kepada kita, bahwa dukungan

yang diberikan SBY tidak hanya akan memengaruhi pemilih mengambang, namun

juga mampu mengalihkan suara dari pasangan Jokowi-JK ke Prabowo-Hatta.

Tabel 4.4

Analisis Retoris Berita 1

Struktur Unit Teks

Retoris Leksikon Naksir, king maker, pendukung loyal, simpul birokrasi,

tutup ketemu botol.

Bold Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta

Italic Effect, Pertama, Kedua, Ketiga, King maker, naksir,

Underline -

Kapital SBY, UIN, UI, JK, PDIP.

Foto/gambar Calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan orasi

politik dalam kampanye akbar di GOR Satria

Purwokerto, Jawa Tengah, kemarin. Dalam kampanye

yang dihadiri ribuan pendukung dan simpatisan tersebut,

Prabowo mengajak mereka untuk memilih pemimpin

yang amanah dan tegas.

Pada berita ini kalimat yang dicetak tebal (bold), yaitu Dukungan SBY

Perkuat Prabowo-Hatta. Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena merupakan

judul berita. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djaka Susila pada sesi

wawancara:

“Judul dengan bold yang dihitamkan akan jauh lebih menarik dan

menonjol dibandingkan dengan judul tanpa di-bold (cetak tebal).”23

22 Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2.

Page 110: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

97

Sehingga, Ukuran huruf (font size) pada judul berita harus terlihat berbeda

dibandingkan dengan ukuran huruf dari isi berita. Hal ini dilakukan guna

memperlihatkan sisi penting dari sebuah berita, dengan menonjolkan sisi huruf pada

judul berita. Untuk unsur cetak miring (italic) diperlihatkan pada kata effect,

pertama, kedua, ketiga, king maker, naksir. Cetak miring digunakan untuk

memperlihatkan bahwa kata-kata tersebut tidak biasa digunakan dalam keseharian.

Kata-kata tersebut dikategorikan sebagai bahasa ilmiah. Terkecuali penggunaan kata

pertama, kedua, dan ketiga, menunjukkan akan sesuatu yang penting. Sehingga

dilakukan pembedaan dengan kata-kata yang lainnya. Sedangkan, unsur garis bawah

(underline) tidak ditemukan dalam teks berita ini.

Leksikon berasal dari bahasa Yunani yakni, lexikόn atau lexikόs. Arti dari kata

tersebut kira-kira adalah perihal kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), Leksikon memiliki arti sebagai kosakata, kamus yg sederhana, daftar istilah

dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya,

komponen bahasa yg memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata

dalam bahasa.24

Leksikon pada teks berita ini diantaranya yaitu, kata Naksir, king

maker, pendukung loyal, simpul birokrasi, tutup ketemu botol. Sementara itu,

penggunaan huruf kapital terdapat pada kata-kata SBY, UIN, UI, JK, dan PDIP.

Berita ini juga dilengkapi dengan foto calon presiden Prabowo Subianto saat

menyampaikan orasi politik dalam kampanye akbar di GOR Satria Purwokerto,

Jawa Tengah, di depan massa pendukung dan simpatisannya.

23

Wawancara pribadi dengan Wapemred Koran Sindo, Jakarta 2 Juli 2014. 24

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus Versi Online/Daring (Dalam JAringan), Diakses

dari http://kbbi.web.id/leksikon, Pada 19 September, Pkl 07.30.

Page 111: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

98

2) Bingkai (Framing) Koran Sindo Edisi Jumat, 4 Juli 2014

Tabel 4.5

Analisis Sintaksis Berita 2

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo Judul

Lead Banyumas-Mantan Wakil Gubernur

Jawa Tengah, Rustriningsih, resmi

mendeklarasikan dukungan kepada

pasangan Prabowo Subianto-Hatta

Rajasa Kemarin.

Lead

Latar Rustriningsih bersama relawan

Rustriningsih menyatakan mendukung,

memilih dan akan mencoblos pasangan

Prabowo-Hatta

Rustriningsih mendeklarasikan

dukungan bertepatan dengan peringatan

ulang tahunnya yang ke-47 di

kediamannya, Jalan Veteran Nomor 1,

Kebumen. Deklarasi tersebut dihadiri

capres Hatta Rajasa.

Paragraf 2

Paragraf 3

Kutipan „Saya, Rustriningsih, bersama relawan

Rustriningsih menyatakan mendukung,

memilih, dan akan mencoblos pasangan

Prabowo-Hatta dalam pilpres 2014,”

kata Rustriningsih di hadapan ratusan

relawannya di Kebumen, Jawa Tengah,

Kemarin.

“Saya melihat di depan mata selama

menjalani tugas-tugas dinas bahwa

kemampuan manajemen dan berbagai

hal yang dimiliki tidak akan berarti apa-

apa kalau tidak ada keberanian dan

ketegasan,” kata tokoh perempuan

kharismatik yang akrab disapa Rustri

ini.

“Komunikasi tidak ada lagi, tetapi untuk

menentukan pilihan itu bagi diri saya

menjadi perdebatan,” katanya.

“Bisa jadi pemecatan itu sudah

dilakukan. Pada Februari lalu, itu

(pemecatan) sudah dialami suami saya,”

Paragraf 2

Paragraf 5

Paragraf 6

Paragraf 7

Page 112: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

99

tunjuknya.

“Tentu saja dukungan ini sangat

memotivasi tim pemenangan nasional

dan tim-tim yang lain,” ujar Hatta

Rajasa seusai kunjungan ke Pesantren

Al Falah di Jatilawang, Banyumas,

Jawa Tengah, Kemarin.

“Ibaratnya kami sedang berlari, kami

mendapat energi tambahan,” ujarnya.

“Bu Rustri ini kan pernah memimpin

Kebumen, bahkan pernah menjadi wakil

gubernur Jateng,” ujar Hatta.

“Di PDIP itu tidak ada kader seperti di

partai lain. Selalu tegak lurus dan solid

sehingga kalau perintah ketua umum itu

mendukung Jokowi, maka kalau tidak

(mau ikut mendukung) ya sudah, artinya

jangan masuk di PDIP,” katanya si

Semarang kemarin.

“Saya sih terserah-terserah saja, dia

(Rustriningsih) punya hak sendiri,

hanya yang saya tidka mengerti itu dia

ke sana (mendukung Prabowo-Hatta),

tapi tetap menyatakan sebagai PDIP,”

ujarnya.

“Tidak ada karena kami melihat beliau

bagaimanapun juga kader yang baik,”

katanya.

Paragraf 9

Paragraf 10

Paragraf 11

Paragraf 13

Paragraf 14

Paragraf 15

Pernyataan Kader Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) tersebut

mengungkapkan alasannya mendukung

pasangan Prabowo-Hatta, yakni terkait

komitmennya mewujudkan

pemerintahan yang bersih.

Menurut Bupati Kebumen ini,

manajemen sebaik apapun yang

diterapkan jika tidak ditekankan tentang

pemerintah yang bersih, itu tetap jauh

dari harapan.

Pada kesempatan itu Rustriningsih juga

menyatakan tidak takut apabila suatu

Paragraf 4

Paragraf 4

Paragraf 7

Page 113: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

100

saat PDIP memecatnya karena dianggap

membelot dari kebijakan partai yang

mendukung pasangan Joko Widodo-

Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Bahkan, dia

juga tidak mempersoalkan jika

partainya diam-diam sudah

memecatnya.

Hatta mengungkapkan, dukungan

Rustriningsih itu makin menambah

energi kubu Prabowo-Hatta pada masa-

masa akhir menjelang pencoblosan.

Mengenai kemungkinan pemecatan

Rustriningsih dari PDIP, Megawati

mengungkapkan bahwa hal itu tidak

ada.

Ketua panitia silaturahmi Irna Nuralita

mengatakan, kaum perempuan memiliki

peran penting dalam pembangunan

perekonomian. Untuk itu, perlu

dilakukan dorongan agar semangat

juang kaum perempuan

Paragraf 10

Paragraf 15

Paragraf 17

Penutup Acara silaturahmi ini dihadiri Ketua Az-

Zahra Community, Indah Suryadarma

Ali.

Pararagraf 18

Dilihat dari struktur sintaksis, Koran Sindo menurunkan berita mengenai

dukungan Rustriningsih terhadap Prabowo, dengan judul berita “Rustriningsih Siap

Memenangkan Prabowo”. Sebagaima pada paparan analisis sintaksis berita 1, bahwa

headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan

yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.25

Sehingga headline digunakan

untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu tertentu.

Pada lead berita, Koran Sindo menjelaskan bahwasanya dukungan

Rustriningsih dan relawan Rustriningsih untuk memilih dan mencoblos pasangan

25 Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Pelangi

Aksara, 2008), h.257.

Page 114: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

101

Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2014. Adanya dukungan Rustriningsih menambah

deretan tokoh berpengaruh yang siap memenangkan Pasangan capres-cawapres

nomor urut 1 Prabowo-Hatta. Dukungan Rustriningsih ini membuat kubu Prabowo

makin optimistis jika nantinya mampu meraih kemenangan di pemilu presiden

(Pilpres), termasuk di Jawa Tengah, yang disebut-sebut basis kemenangan Jokowi-

JK.

Dalam teks berita, Koran Sindo mewawancarai Hatta Rajasa selaku cawapres

yang berpasangan dengan Prabowo. Mengenai tanggapan Hatta tersebut menyatakan

bahwasanya dukungan Rustriningsih kepada Prabowo-Hatta membawa energi positif

bagi dirinya dan pasangan Prabowo. Ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:

“Tentu saja dukungan ini sangat memotivasi tim pemenangan nasional

dan tim-tim yang lain,” ujar Hatta Rajasa seusai kunjungan ke Pesantren

Al Falah di Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Kemarin.

“Ibaratnya kami sedang berlari, kami mendapat energi tambahan,”

ujarnya.26

Dengan kutipan langsung dari Hatta Rajasa ini, memperlihatkan kita

bahwasanya dukungan Rustriningsih akan sangat signifikan terhadap kemenangan

Prabowo-Hatta pada pilpres 9 Juli ini. Rustriningsih pernah memimpin Kebumen,

bahkan pernah menjadi Wakil Gubernur Jateng. Sehingga dukungannya akan

berpengaruh besar terhadap suara Prabowo-Hatta di Jawa Tengah.

Tabel 4.6

Analisis Skrip Berita 2

Struktur Unit Teks

Skrip What Rustriningsih bersama relawan Rustriningsih siap

memenangkan Prabowo-Hatta pada pemilu presiden 2014

26

“Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.2.

Page 115: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

102

Who Rustriningsih dan relawan Rustriningsih

When 3 Juli 2014

Where Jalan Veteran Nomor 1, Kebumen, Jawa Tengah.

Why Dukungan yang diberikan oleh Rustriningsih dan relawan

terkait dengan komitmen Prabowo-Hatta dalam

mewujudkan pemerintahan yang bersih.

How Dengan pernyataan Rustriningsih untuk mendukung,

memilih dan akan mencoblos pasangan Prabowo-Hatta.

Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dijelaskan oleh Koran Sindo dengan

mengisahkan berita ini sebagai bentuk dukungan Rustriningsih untuk siap

memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Prabowo-Hatta pada pemilu

presiden 2014. Dukungan ini dideklarasikan oleh Rustriningsih bertepatan dengan

peringatan ulang tahunnya yang ke-47 di kediamannya, Jalan Veteran Nomor 1,

Kebumen. Dalam deklarasinya di depan ratusan para relawannya, Rustriningsih

menyatakan siap mendukung, memilih dan mencoblos pasangan Prabowo-Hatta

dalam Pilpres 2014. Dukungan ini diberikan terkait dengan komitmen Prabowo-

Hatta dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih.

Tabel 4.7

Analisis Tematik Berita 2

Struktur Unit Teks Keterangan

Tematik Detail Selain dukungan Rustriningsih,

sejumlah tokoh berpengaruh telah

terlebih dahulu berada di barisan

Prabowo-Hatta. Dukungan terakhir dari

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

selaku Ketua Umum DPP Partai

Demokrat. Beberapa tokoh lain yang

telah tergabung ke Prabowo-Hatta ialah

mantan Ketua Mahkamah Konstitusi

(MK) Mahfud MD dan Ketua Umum

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU)

Said Aqil Siradj.

Paragraf 12

Koherensi

Sebab-Akibat

Manajemen sebaik apapun yang

diterapkan jika tidak ditekankan tentang

pemerintahan yang bersih, itu tetap jauh

dari harapan.

Paragraf 4

Page 116: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

103

Dia menilai Rustriningsih bukan tokoh

sembarangan karena selama ini sudah

dikenal memiliki kapabilitas dalam

manajemen pemerintahan dan

kemampuannya sudah teruji.

Paragraf 11

Koherensi

Pembeda

Koherensi

Penjelas

“Saya melihat di depan mata selama

menjalani tugas-tugas dinas bahwa

kemampuan manajemen dan berbagai

hal yang dimiliki tidak akan berarti apa-

apa kalau tidak ada keberanian dan

ketegasan”

Paragraf 5

Berdasarkan susunan tematik pada teks berita di atas, maka kita temukan

detail berita dan beberapa koherensi. Teks berita ini, memberikan detail informasi

akan dukungan yang diperoleh oleh Prabowo Hatta, dengan menyebutkan beberapa

tokoh yang paling berpengaruh selain dukungan Rustriningsih. Tercatat sejumlah

tokoh berpengaruh sudah telah terlebih dahulu berada di barisan Prabowo-Hatta.

Dukungan terakhir dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Umum

DPP Partai Demokrat. Beberapa tokoh lain yang telah tergabung ke Prabowo-Hatta

ialah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan Ketua Umum

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj.

Koherensi sebab-akibat yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat

atau sebab dari proposisi lain.27

Misal koherensi sebab-akibat ini dapat kita lihat

pada pernyataan paragraf 11, berikut:

Dia menilai Rustriningsih bukan tokoh sembarangan karena selama ini

sudah dikenal memiliki kapabilitas dalam manajemen pemerintahan dan

kemampuannya sudah teruji.28

27

Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.263. 28

“Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.2.

Page 117: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

104

Penggunaan kata karena di atas, mengisyaratkan akan arti sebab atau akibat

dari antar jalinan kalimat tersebut. Sedangkan, tidak ditemukan koherensi pembeda

pada teks berita tersebut.

Koherensi penjelas adalah proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas

proposisi atau kalimat lain. Misal koherensi penjelas ini dapat kita temukan pada

kutipan di paragraf ke-5, yaitu:

“Saya melihat di depan mata selama menjalani tugas-tugas dinas bahwa

kemampuan manajemen dan berbagai hal yang dimiliki tidak akan

berarti apa-apa kalau tidak ada keberanian dan ketegasan”29

Maksud dari pernyataan Rustriningsih tersebut menjelaskan kepada kita,

bahwa tugas-tugas dinas akan menjadi sangat berarti, saat kemampuan manajemen

yang baik disertai dengan sikap berani dan tegas.

Tabel 4.8

Analisis Retoris Berita 2

Struktur Unit Teks

Retoris Leksikon Relawan, Kubu Prabowo-Hatta, Tim Pemenangan

Nasional.

Bold Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo

Italic Kan, ya

Underline

Kapital PDIP, JK, SBY, DPP, MK, NU.

Foto/gambar Calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan orasi

politik saat mengunjungi Pasar Ciparay, Bandung, Jawa

Barat, Kemarin. Capres nomor urut 1 mengajak

masyarakat untuk tidak golput dalam pilpres 9 Juli

mendatang dan memilih pasangan Prabowo Subianto-

Hatta Rajasa.

Pada berita ini kalimat yang dicetak tebal (bold), yaitu Rustriningsih Siap

Menangkan Prabowo. Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena merupakan

29 “Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014, h.2.

Page 118: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

105

judul berita. Untuk unsur cetak miring (italic) diperlihatkan pada kata kan dan ya.

Sedangkan, unsur garis bawah (underline) tidak ditemukan dalam teks berita ini.

Leksikon pada teks berita ini diantaranya yaitu, kata relawan, kubu Prabowo-

Hatta, tim pemenangan nasional. Sementara itu, penggunaan huruf kapital terdapat

pada kata-kata PDIP, JK, SBY, DPP, MK, dan NU. Berita ini juga dilengkapi

dengan foto calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan orasi politik saat

mengunjungi Pasar Ciparay, Bandung, Jawa Barat. Capres nomor urut 1 mengajak

masyarakat untuk tidak golput dalam pilpres 9 Juli mendatang dan memilih

pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Berkaitan dengan teknik analisis teks framing yang telah dipaparkan diatas,

peneliti mencoba ingin menghubungkan kembali dengan konsep agenda media,

bahwa asumsi penentuan agenda “apa yang dianggap penting oleh media akan

dianggap penting oleh khalayak”. Sebuah isu yang akan ditonjolkan oleh koran

Sindo terlebih dahulu dikonstuksikan oleh awak media Sindo melalui bagaimana

cara wartawan, editor, redaktur mengemas sebuah berita.

Berdasarkan dari kedua frame berita Koran Sindo diatas, maka dari sisi

visibility pemberitaan pemilu presiden (Pilpres) 2014, yang mengandung unsur ini

terlihat dari jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Sebagaimana Vivian

menjelaskan, bahwa tingkat penonjolan ataupun penekanan berita dari sebuah media

mencakup beberapa level tertentu dalam penentuan agenda media, diantaranya

yaitu:30

1) penciptaan kesadaran, hal ini bisa terjadi saat meliput berita yang

disebarluaskan di media secara spektakuler sehingga menjadi isu utama; 2)

30 Lihat: John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 495.

Page 119: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

106

menentukan prioritas, agenda seseorang akan terkena pengaruh bukan hanya dari

cara suatu berita ditampilkan atau disampaikan, tetapi juga waktu dan ruang yang

disediakan untuk berita itu; 3) mempertahankan isu, liputan terus menerus akan

membuat isu menjadi kelihatan penting.

Selain itu, menurut Wibowo dalam Tamburaka terdapat juga sejumlah strategi

yang sering dilakukan pewarta berita dalam pembingkaian pesan, diantaranya

yaitu:31

1) hubungan antarkalimat yang dilakukan dengan cara melakukan

pengulangan kata; 2) penggunaan bentuk sinonim sebagai penghubung antarkalimat;

3) penggunaan topik yang sama.

Maka, mempertahankan isu secara terus menerus dapat terlihat pada berita 1

edisi Kamis 3 Juli 2014, dengan judul “Dukungan SBY Perkuat Prabowo”

mengisahkan akan pentingnya dukungan SBY terhadap tingkat elektabilitas

Prabowo menjelang masa akhir kampanye pilpres 2014. Pemberitaan akan dukungan

Prabowo tersebut semakin lengkap dengan adanya pemberian ruang pemberitaan

Rustriningsih yang notabene kader dari PDIP yang sama-sama mendukung Prabowo

(lihat paragraf 11-13).32

Dengan pemberian ruang pemberitaan bagi Rustriningsih

ini, maka Sindo menggunakan level kedua dalam penentuan agenda.

Sindo meliput kembali Rustriningsih pada edisi Jumat 4 Juli 2014, yang

dikemudian dijadikan headline pada judul berita 2, dengan judul “Rustriningsih Siap

Menangkan Prabowo”. Liputan terus menerus mengenai dukungan Rustriningsih

kepada Prabowo inilah yang kemudian membuat isu menjadi kelihatan penting.

31

Lihat: Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),

h.121. 32 Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014, h.2.

Page 120: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

107

Demikian, Koran Sindo menggunakan level ketiganya dalam menentukan agenda

medianya.

Sedangkan, penggunaan bentuk sinonim sebagai penghubung antarkalimat

juga terlihat pada berita 1 edisi Kamis 3 Juli 2014, dengan judul “Dukungan SBY

Perkuat Prabowo”. Bentuk sinonim pada berita tersebut terdapat pada kata Susilo

Bambang Yudhoyono yang digantikan dengan kata SBY, Ketua Dewan Pembina

Partai Demokrat maupun presiden SBY. Penggunaan sinonim diyakini sangat efektif

dalam strategi pembingkaian pesan. Target utamanya yaitu mencegah kejenuhan

pembaca.

Jika dilihat dari sisi audience salience pemberitaan pemilu presiden (Pilpres)

2014 ini, memberikan informasi beritanya sangat erat hubungannya antara media

dan persepsi yang ada di publik. Pemberitaan ini juga dikaitkan dengan relevansi isi

berita kebutuhan khalayak atau tingkat menonjol bagi khalayak. Untuk melihat

tingkat menonjolnya bagi khalayak ini, Sindo menggunakan teknik FGD (Forum

Group Discusion), sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.

Berita pemilu memiliki kekuatan untuk membentuk ataupun mengubah

persepsi publik. Sehingga, berita pemilu merupakan berita yang sangat dibutuhkan

oleh khalayak. Bahkan, akan semakin mapan saat sudah memasuki masa tren politik.

sebagaimana yang diungkapkan oleh Wapemred Sindo.

“........semua media di Indonesia selama pilpres pasti yang akan dicari

adalah beritanya Prabowo dan Jokowi, kalau tidakpun media itu berarti

gila. Karena memang musim dan trennya adalah Prabowo dan

Jokowi.....”33

33

Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014

Page 121: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

108

Pemberitaan akan dukungan SBY dan Rustrinngsih di Koran Sindo pada

edisi Rabu 3 Juli 2014 dan edisi Kamis 4 Juli ini, mengisyaratkan kepada kita bahwa

pentingnya dukungan tokoh-tokoh ternama seperti SBY dan Rustriningsih dalam

menambah kekuatan basis Prabowo-Hatta.

Sedangkan dari sisi valience pemberitaan pemilu presiden (Pilpres) pada

Koran Sindo, dapat dilihat dari menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi suatu peristiwa. Sisi valensi bisa dilihat pada penggunaan gaya

bahasa teks Koran Sindo, apakah memberitakan dengan nada positif berarti

menyenangkan atau dengan nada negatif berarti tidak menyenangkan. Pemberitaan

mengenai dukungan SBY dan Rustriningsih kepada Prabowo bernilai positif, hal ini

berdasarkan pada pemaparan wartawan dalam mengisahkan berita tersebut.

Dukungan SBY dan Rustriningsih berbanding lurus dengan hasil survey yang pernah

dinyatakan oleh Indo Barometer. Bahwasanya, dengan bertambahnya dukungan

yang diberikan oleh SBY mampu mengdongkrak elektabilitas Prabowo-Hatta.

Selain itu, unsur menyenangkan atau tidak menyenangkan pemberitaan juga

dapat dilihat dari sisi kedekatan antara pihak yang memberitakan dengan yang

diberitakan, baik antara kedekatan awak media Koran Sindo dengan Prabowo.

Elemen penting dari awak media Koran Sindo terdiri dari pihak pekerja, baik dari

mulai pemilik modal (owner), reporter, redatur, pemimpin redaksi, editor dan lain

sebagainya. Namun, dominasi kedekatan owner-lah, yaitu Harry Tanoesoedibjo

merupakan salah satu pendukung dari Prabowo-Hatta yang menguatkan akan

anggapan pemberitaan Sindo bernada (tone) positif.

“...pemilik kita Harry Tanoesodibjo udah to deal bukan. Dan memang

pimpinan sekaligus pemilik koran Sindo adalah salah satu pendukung

Prabowo-Hatta. Ini terhitung pak HT keluar dari Hanura.”34

34 Wawancara pribadi dengan wapemred Koran Sindo, Djaka Susila, Jakarta 2 Juli 2014.

Page 122: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

109

Dengan demikian, konsep agenda media sesuai dengan yang dikatakan oleh

McCombs, dimana jika media massa memberikan perhatian lebih kepada isu tertenu

dan mengabaikan isu lainnya, maka akan memiliki pengaruh terhadap pendapat

umum, dimana orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan

media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap

isu-isu yang berbeda.

Page 123: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang peneliti dapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Politik redaksi Koran Sindo tidak berbeda jauh dengan politik redaksi koran-koran lainnya

baik secara implisit maupun eksplisit. Politik redaksi adalah suatu sikap dan campur tangan

elitis media dari mulai owner, pemegang saham, penyedia modal sponsor dalam hal

mengolah, mengendalikan, mempengaruhi, menetapkan atau mengatur kemasan berita

untuk tujuan-tujuan tertentu.

2. Politik redaksi Koran Sindo menganut asas politik redaksi Dan Nimmo, yang terdiri dari

nilai, prosedural, ritual berita, konflik, dan ekonomi organisasi.

3. Dari segi nilai, kebijakan dalam pemilihan berita Koran Sindo terangkum pada “Rukun

Koran Sindo”. Secara prosedural, tahapan-tahapan Koran Sindo dalam memproduksi

berita tidak jauh berbeda dengan media-media lainnya. Begitu pula halnya dengan ritual

berita, konflik dan pergerakan ekonomi yang berjalan. Kelima aspek ini juga tidak terlepas

dari campur tangan kebijakan pemilik, yaitu Hary Tanoesoedibjo.

4. Karakteristik pesan Koran Sindo berdasarkan teknik analisis model Zhondang Pan baik

dari segi analisis sintaksis, skrip, tematik dan retoris berita, pemberitaan cenderung

mengarah kepada sosok Prabowo-Hatta,, misalnya saja dengan penggunaan headline

seperti “Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta” dan “Rustriningsih siap menangkan

Page 124: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

111

Prabowo”. Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan

tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecendrungan berita.

B. Saran

1. Setiap media umumnya juga Koran Sindo khususnya diharapkan dapat

mengurangi kecendrungan-kecendrungan berita terhadap politik tertentu

dengan memperlihatkan sisi ketokohan, kharisma sosok kandidat calon

presiden secara berimbang, tanpa mengesampingkan pemberitaan kandidat

calon lainnya. Hal ini dilakukan, guna kondisi pencitraan politik yang sehat,

sehingga menjadi faktor yang turut mempengaruhi perubahan perilaku

pemilih.

2. Serta bagi pembaca yang tertarik pada skripsi ini dapat melanjutkan dan

menyempurnakan penelitian ini pada penelitian berikutnya. Dimana variabel

penelitian yang diukur tidak hanya variabel agenda medianya saja, namun

juga dilengkapi dengan agenda publik dan agenda kebijakan.

Page 125: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-strategi & Komunikasi Politik

Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003.

Baasir, Faisal. Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004. Jakarta:

Anggota Ikapi, 2004.

Biagi, Shirley. Media Impact: Pengantar Media Massa. Penerjemah Mochamad Irfan dan

Wulung Wira Mehendra. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Bungin, Burhan.Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2010.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan

Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann. Jakarta: Kencana, 2011.

Canggara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Press,

2009.

Erdianto, Elvinaro. dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2008.

Hamad, Ibnu.Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa. Jakarta: Granit, 2004.

Hamad, Ibnu. dan Agus Sudibyo, dkk. Kabar-Kabar Kebencian Prasangka Agama di Media

Massa. Jakarta: ISAC, 2001.

Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010.

Joseph, James P Lester & Stewart Jr. Public Policy an Evolutionary Approach. Second

Edition.Belmont: Wadsworth, 2009.

Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008.

Lipmann. Walter. Opini Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998.

Littlejohn, Stephen W. dan Karen A Foss. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Mc Quail, Dennnis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1992.

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.

Morrisan. Teori Komunikasi: Induvidu Hingga Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2013.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya Komunikasi

Praktisi Politik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Nazir, Moh.Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: CV Remadja

Karya, 1989.

Oetama, Jakob. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1987.

Oetama, Jakob. Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2001.

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006.

Romli, AsepSyamsul M,. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2003.

Salam, Syamsir. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Page 126: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, danTerapan di

Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2009.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing. Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 2009.

Sparks, Glenn G,. Media Effects Research; A Basic Overview. Wadsworth: Cengage Learning,

2006.

Subiakto, Henry. dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi. Jakarta:

Kencana Prenada Group, 2012.

Suhandang, Kustadi. Pengantar jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik.

Bandung: Nuansa, 2004.

Suhirman, Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publisher, 2005.

Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2006.

Suprapto, Tommy. Politik Redaksi Berita: Menguak Latar Belakang Teks Berita Media. Jakarta:

Pustaka Kaiswaran, 2010.

Syah, Putra Dedi Kurnia. Media dan Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi Simbiosis

Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Tamburaka, Apiadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2013.

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

JURNAL, ARTIKEL DAN KARYA ILMIAH

Skripsi Maysyarah mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta

dengan judul “Analisis Framing Berita Aksi Terorisme di Indonesia Dalam Surat Kabar

Sindo”.

Skripsi Desy Mauliza mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta dengan judul “Analisis

Framing PemberitaanKampanye Terbuka Pemilukada DKI 2012.

Mubarok dan Made Dwi Adnjani. “Konstruksi Pemberitaan Media Tentang Negara Islam

Indonesia: Analisis Framing Republika dan Kompas”. Jurnal Ilmiah Komunikasi

Makna, Vol 3 No.1.

Muttaqin, Ahmad. Ideologi dan Keberpihakan Media Massa. Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna,

Vol 3 No.1.

E-journal, Gun GunHeryanto, “Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009,”

ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/.../30/30.

“Rustriningsih Siap Menangkan Prabowo”, Koran Sindo, 4 Juli 2014.

“Dukungan SBY Perkuat Prabowo-Hatta,” Koran Sindo, 3 Juli 2014.

“Elektabilitas Prabowo Makin TakTerbendung,” Koran Sindo, 4 Juli 2014.

AKSES INTERNET

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Mass%20Media/Agenda-

Setting_Theory/.

www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip09/204612083/bab4.pdf

Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional – KORAN SINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA

2014,http://www.koran-sindo.com/node/365813.

http://www.mnc.co.id/businesses/sindomedia/id.

www.kpu.go.id/.../945d241693086d3016ecdaa27e5bbc0a.pdf.

Page 127: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2050146/cek-di-sini-daftar-560-anggota-dpr-2014-2019. www.kpu.go.id/.../SK_KPU_416_Penetapan_Kursi_Calon_Terpilih_145...pdf//. DedenIman W, jbptunikompp-gdl-dedenimanw-24144-5-8.uniko-i.pdf. Ibrahim Arsyad, Hari Pers Nasional – KORAN SINDO Sabet Enam Penghargaan IPMA 2014,

(http://www.koran-sindo.com/node/365813).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan), Diakses

dari http://kbbi.web.id/leksikon.

The Evolution of Agenda Setting Research: Twenty Five Years in The Market Place of Ideas,

www4.ncsu.edu/MccombsShawnew.pdf/.

DOKUMENTASI

Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam “2nd Best Advertising

Expenditure in All Newspaper”

Dokumentasi Pribadi Koran Sindo pada Koran Sindo: Profile 2014, dalam “Special Section

Regular: Hattrick”.

Dokumentasi Pribadi Koran Sindo, Koran Sindo: Profile 2014 dalam “Special Section Regular:

Community Engagement”.

Page 128: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

LAMPIRAN

Page 129: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014
Page 130: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014
Page 131: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014
Page 132: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

Transkip Wawancara

Hari/Tanggal : Rabu, 2 Juli 2014

Narasumber : Djaka Susila

Profesi : Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred), Mantan Redaktur Pelaksana (Redpel)

Pukul : 20.00 WIB

1. Apa yang maksud dengan kebijakan atau kebijaksaan itu sendiri?

Kebijakan dan kebijaksaan pada prinsipnya adalah melanggar aturan sehingga

dikeluarkannya suatu kebijakan baru. Andai saja, ada dua kebijakan yangmana A menang

dan B potensi. Dari beberapa kebijakan itu sendiri yang kemudian harus diambil keputusan

oleh si pengambil keputusan. Sehingga yang menang yang diambil sebagai keputusan akhir.

Namun tidak luput dan melupakan yang potensi dengan tetap memberikan celah untuk

dijadikan sebagai pelengkap kebijakan.

2. Siapa yang paling menentukan berita mana layak atau tidak layak diberitakan?

Semua memiliki kewenangan untuk menentukan berita yang terbit setiap harinya. Dari

mulai jajaran terbawah sampai jajaran teratas, dari wartawan hingga pimpinan redaksi.

Wartawan lama (senior) yang sudah lama biasanya saya tawarkan berita mana yang akan

kita terbitkan. Namun, kalau wartawan yang masih baru (junior) saya tawarkan, “ayo, kamu

punya ide apa?” itu meski mereka juga cenderung malu dan grogi saat ditanya. Bukan

kepalang kita membatasi (membalier), mereka biasanya ada tekanan psikologis karena

merasa orang baru. Mereka takut jika apa-apa yang mereka katakan salah adanya. Tekanan-

tekanan yang dirasakan pada umumnya seperti itu. Kaya kamu kalo jadi mahasiswa baru,

karena merasa minder, sampai mau bertanyapun dipikir berulang-ulang. Tapi kalau sudah

terbiasa dengan lingkugan itu, mau usul apapun akan jauh lebih enak. Kalau dilihat dari sisi

psikologis seperti itu.

3. Jadi apakah wartawan bisa memberikan ide topik berita yang akan terbit?

Oh pastinya sangat bisa sekali. tapi kendala-kendala psikologis akan menjadi perhatian juga

dan kita mencoba untuk mengurangi bahkan menghilangkan kendala-kendala itu.

Menghilangkannya dengan cara berhubungan dengan mereka lebih egaliter, tidak berjarak.

Sehingga ketika kita membuat para awak media Sindo baik reporter, redaktur, redpel,

Page 133: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

pemred tidak berjarak maka layaknya tidak ada batasan antara bawahan dengan atasan,

bahkan atasan dengan bawahan. Saat itu juga kita tidak akan merasa menjadi bawahan

bahkan merasa seperti teman, sahabat sehingga membuat ide-ide itu akan keluar dengan

gampang. Jadi, tidak membalier (membatasi/menutupi) ide. Ide itu biasanya keluar karena

ada kerikuhan, riweuh, minder, takut. Rikuh karena apa? Merasa karena ia atasan dan kita

bawahan. Dalam pikirannya terbersit jika nanti dia menyampaikan sesuatu bisa salah,

dipikirnya begitu. Tapi ketika hubungan kita sebagai sahabat, maka ide-ide itu akan keluar

dan mengalir apa adanya. Walaupun mungkin nanti ada rasa membalier lagi, seperti minder,

merasa kurang pengalaman, atau apa. Tapi alhamdulillah, selama ini dengan apa yang kita

terapkan dengan cara-cara yang lebih human seperti itu. Ide-ide temen-temen-temen

mengalir. Walaupun ada ide-ide tertentu yang akhirnya mengikuti program-program yang

sebelumnya sudah dicanangkan. Seperti yang tadi saya telah ceritakan bahwa dalam

pembuatan berita itu seperti orang yang ingin memasak. Kita akan masak apa? Kita akan

tanya selalu reporternya. Sistem penilaian tetap ada, walaupun itu bukan mutlak. Apapun

tetap dalam skema keorganisasian, ada bawahan ada pimpinan. Kalau pimpinan nurut

reporter terus juga ini patut dipertanyakan, ada apa ini? Kalau pimpinan tidak bisa

memberikan arahan kepada reporternya juga ini patut dipertanyakan, manutan kepada

reporternya, jangan-jangan redakturnya punya utang ke reporternya. jangan-jangan ternyata

reporternya istrinya kakanya, dan hal itu hal yang tidak diperbolehkan. Tetap apapun harus

profesional, perintah itu tetap ada. Saya memerintahkan reporter, itu bisa. Kamu garap

tulisan sesuai dengan apa yang saya minta. Dan mereka berhak bertanya dan kritis atas

peritah yang diberikan. Tugas redaktur dan pimpinanlah harus mampu menjelaskan maksud

perintah tersebut termasuk dalam penyusuran berita yang akan dicari dan ditulis karena kita

bekerja dengan orang-orang yang cerdas dan kritis.

4. Bagaimana pemred/redaktur mengetahui bahwasanya topik berita yang diangkat oleh

Sindo itu benar-benar diinginkan oleh khalayak?

Jangan salah, dalam prosedur seleksi isu atau topik berita, kita menerapkan sistem FGD

(forum group discusion) untuk menilai berita apa yang ditungu-tunggu dan diinginkan oleh

khalayak. Anggota FGD itu sendiri terdiri dari pembaca tetap koran Sindo. Survey khalayak

tetap kita lakukan, kita ambil sampelnya secara random (acak). Selain itu, kita meminta

beberapa pakar politik, hukum, ekonomi atau budaya, untuk menulis artikel pada kolom

tajuk rencana kita. Tajuk rencana inilah yang kemudian salah satu cara Sindo untuk

mengangkat isu.

Page 134: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

Sedangkan, intuisi baik dari seorang redaktur maupun pemred akan muncul saat ingin

memutuskan topik berita yang akan diangkat. Hal ini merupakan main mapping redaktur

terhadap berita, adanya kesadaran berita dalam diri si redaktur.

5. Bagaimana alur layak atau tidaknya berita sampai siap produksi (penyuntingan, editing,

dll), dan bagaimana kebijakan redaksional meja redaksi akan hal itu?

Ya sebenarnya, bagaimana alur keputusan kelayakan berita dari ribuan itu hanya menjadi

ratusan berita saja. Sebenarnya sistem menyaringnya itu, berawal dari datangnya mereka

saat mulai bergabung (rekruitment) di koran Sindo. Kita sudah memberikan pembekalan

kepada mereka bahwa hal-hal apa saja yang menjadi acuan pemberitaan, yang kemudian

acuan tersebut dengan rukun koran Sindo. dan dari situlah mereka dituntut berjalan sendiri

atau kita menyebutnya dengan masa percobaan (trial). Kalau memang masih ada yang

menyeleweng (missing) dari rukun koran Sindo, yang menyeleweng itulah yang kemudian

dibenahi oleh redaktur dan asisten redaktur. Dan mereka itulah yang akan menyaring.

Begitu disaring, kemudian masuk di rapat redaksi, yang kemudian disaring kembali

dibagian editor, dan dikembalikan lagi kepada redaktur sebagai pemegang kendali akhir

pemberitaan. Produksi berita tidak berjalan begitu saja namun proses, sistem yang

menjalankan bukan personal. Karena kita sudah punya buku putih atau rambu-rambu

bagaimana menulis berita ala koran sindo. itulah yang ditanamkan pada benak diri masing-

masing reporter sejak mereka pertama kali perekrutan. Pada tiap harinya tetap dilakukan

kontrol media. Yang kemudian redaktur itulah yang kemudian melakukan fungsi kontrol

yang mengupayakan agar berita tidak melenceng. Redaktur tidak hanya menyaring berita-

berita yang didapatkan oleh reporter, tetapi informasi yang didapatkan dari seluruhnya (baik

dari media lain, masyarakat, dll). Untuk pemilihan berita, mana yang cocok dan tidak

cocok. Kalau cocok mengolahnya harus seperti apa. Masalah kecocokan berita yang layak

diterbitkan, kalau reporter lama (senior) maka ia sudah paham benar bagaimana cara

memberitakannya. Dia akan langsung mengetahui larinya akan ke arah mana, nalarnya mau

dia arahkan kemana. Yang kemudian diajukan dan dilaporkan ke redaktur. Dan tugas

redaktur lah yang kemudian memberikan arahan apa-apa saja yang perlu ditambahkan atau

dikurangi dalam berita tersebut atau dengan kata lain tinggal me-mark yang kurang-

kurangnya saja. Namun, untuk reporter yang baru-baru, arahan yang diberikan lebih intens

dan lebih banyak seperti dengan memberikan pilihan-pilihan topik berita. Dari awal

wartawan sudah dibekali rukun berita, gaya penulisan, bahasa-bahasa yang dibutuhkan.

Yang kemudian kita menyebutnya dengan kebijakan redaksi, kebijakan editor-editorial

Page 135: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

policy koran Sindo. Dari framing itulah yang kemudian keluar, informasi seperti apa yang

dibutuhkan oleh koran Sindo. Setiap informasi yang didapatkan mendapat perlakuan yang

tidak sama. Untuk mengontrol informasi yang masuk, dilakukan oleh pemred. Untuk

mengurangi kegoyahan berita, maka reporter menjadi gatekeeper. Yang melakukan kontrol

utama adalah redaktur. Kita berharap kontrol yang pertama dimunculkan itu ialah dari

seorang reporter karena ia penerima berita pertama, setelah reporter sudah mendapatkan,

dibenarkan dan dibetulkan kembali. proses panjang inilah yang kemudian merupakan proses

sistem kerja produksi berita yang tidak akan berhenti, karena yang memainkan peran disini

bukan personal tapi sistem, mengalir terus.

6. Sejauhmana kewenangan antara pemred (pemimpin redaksi) dengan redpel (redaktur

pelaksana) dalam rapat redaksi?

Jawab:

Dilihat dari segi kewenangan dan tanggung jawab, seleksi berita terletak pada pemred.

Karena berita apapun yang produksi oleh Sindo dialah yang bertanggung jawab, yaitu

pemred. Namun secara teknis, tentu tidak. Kewenangan pemred diberikan oleh redaktur

pelaksana (redpel). Jika berbicara, siapa yang bertanggung jawab dalam pemberitaan adalah

pemred. Namun, siapa yang menjadi garda terdepan untuk menyaring berita adalah redaktur

dan asisten redaktur nya yang pertama karena masuk dalam teknis pengambilan kelayakan

berita.

7. Siapa yang berperan penting dalam menentukan dan mempertimbangkan topik isu yang

akan dibahas dan bakal terbit di setiap edisinya

Semua pihak yang bekerja di Sindo, baik dari susunan paling bawah hingga atasan

sekalipun, memiliki hak untuk memberikan topik isu apa yang pantas terbit di tiap-tiap

harinya. Namun, muara semua kebijakan ada pada rapat redaksi. Secara teknis, redaktur

pelaksana memiliki kewenangan besar akan hal ini.

8. Apa pendapat mas Djaka mengenai presiden di pilpres 2014 ini?

Calon presiden pada pemilu 2014 ini merupakan orang yang paling berani diantara 250 juta

orang, orang yang paling hebat, orang yang paling top, orang yang paling berani berbuat

lebih untuk bangsa diantara 250 juta orang, Baik Prabowo maupun Jokowi. Menurut saya,

mereka adalah orang hebat di Indonesia baik Prabowo maupun Jokowi, baik Hatta Rajasa

Page 136: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

maupun Jusuf Kalla. Mereka itulah orang-orang luar biasa yang harus kita dukung terus.

Bahwa mereka adalah orang-orang top. Karena untuk menjadi calon presiden dibutuhkan

nyali yang luar biasa.

9. Kalau melihat presentase, siapa yang sering Sindo kulik sepanjang pemilu 2014 ini?

Tidak perlu saya sebutkan bukan, pemilik kita Harry Tanoesodibjo udah to deal bukan. Dan

memang pimpinan sekaligus pemilik koran Sindo adalah salah satu pendukung Prabowo-

Hatta. Ini terhitung pak HT keluar dari Hanura.

10. Apakah ini berarti pak HT (sebagai owner) sendiri mempengaruhi berita-berita pemilu

pada rubrik “Rakyat Memilih”?

Justru media akan selalu seperti itu, media di seluruh dunia akan selalu seperti itu, di kolong

jagat sekalipun. Tidak ada media yang tidak dipengaruhi maupun terkontaminasi oleh

kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk kepentingan pemilik, termasuk pikiran-pikiran

pemilik. Kalau ada yang bilang media tidak memiliki kepentingan dari pemilik, yang bicara

seperti itu berarti bohong. Lihat saja seperti Washington Post, Era Tribun. Ambil saja skup

kecil. Besok kalau seandainya saya punya koran, saya modalin, misalnya saya namakan

dengan koran Jaka dan disebarkan di Kelurahan. Ketika anak saya punya prestasi di

sekolahan. Tak segan saya akan mneyuruhnya menulis feature. Saat kita menjadi pemilik

dari sebuah media maka intervensi akan selalu terjadi. Misal saya sebagai pemilik modal

memberikan perintah untuk menggunakan uang sekian harus dikelola sedemikian rupa.

Perintah itulah yang kemudian mengisyaratkan akan intervensi pemilik moadl. Dengan

begitu, tidak ada pemilik media yang menutup mata. Kalau koran Sindo membela Abu

Rizal Bakrie. Pasti ada pertanyaan di benak khalayak, bukankah koran Sindo punyanya pak

HT. Kok bisa-bisanya membela Abu Rizal Bakrie. Pak HT kan pendukung Prabowo.

Namun, kitapun menulis tentang Jokowi, seluk beluk mengenai Jokowi. Kok kita

menyerang Prabowo, menyebar fitnah seperti oknum-oknumnya relawan dari Jokowi (black

campaign). Aneh bukan?

11. Bukankah koran harus memiliki nilai independen?

Oh ya iya pastinya koran kita independen. Namun independen yang sampai dimana yang

dimaksud dengan independen. Koran di belahan dunia manapun yang ingin mencapai nilai

indepensi hingga 0% itu tidak akan pernah mungkin, itu bohong besar. Kalaupun ada itu

kebohongan belaka.

Page 137: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

12. Dengan demikian, bagaimana HT sebagai owner mempengaruhi kelayakan berita baik

dari isi koran Sindo sendiri? Sejauhmana tingkat kepengaruhannya dibandingkan dengan

pemred maupun redpel?

Secara konkrit, pak HT tidak secara detail memengaruhi teknis kelayakan berita. Namun

kita yang menterjemahkan keinginan-keinginan pak HT sebagai owner. Artinya, seberapa

banyak porsi berita yang diberikan untuk capres nomor urut 1 dan capres nomor urut 2, pak

HT tidak mempengaruhinya. Namun, lihat saja dari kolom dan ruang pemberitaan yang

diberikan untuk capres nomor urut 1 maupun capres nomor urut 2. Pastinya, memiliki

perbedaan yang cukup signifikan. Harus memperlakukan seperti apa, kita sudah tau. Tidak

sampai pihak atasan kita yang mengetahuinya. Secara porsinya, kitalah yang tau yang

kemudian ditentukan dalam rapat redaksi.

13. Mengapa berita pilpres itu menjadi hal yang menarik untuk diberitakan?

Tidak usah koran Sindo, semua media di Indonesia selama pilpres pasti yang akan dicari

adalah beritanya Prabowo dan Jokowi, kalau tidakpun media itu berarti gila. Karena

memang musim dan trennya adalah Prabowo dan Jokowi. Ini merupakan hal yang lumrah.

Karena memang trennya sedang ramai politik. kalau sedang mencari, puasannya tidak usah

dicari. Bila nantinya banyak berita yang meliput tentang Prabowo, hal tidak bisa kita

pungkiri karena media tersebut memiliki kedekatan dengan Prabowo, begitu pula

sebaliknya, kalau liputan berita berisikan dominan tentang Jokowi. Maka secara emosional

baik media dan Jokowi miliki kedekatan emosional. Semua media selama pilpres pasti

meliput dan memberitakan mengenai Prabowo dan Jokowi. Sekalipun basicly media

tersebut sebenarnya bukan salah satu tipe media pemuat informasi sekalipun berita.

Misalkan saja Trans TV sekalipun, kenyataannya memberitakan sedikitnya tentang

Prabowo dan Jokowi.

14. Bagaimana saat media dihadapkan pada sisi ekonomi, apakah akan sangat

mempengaruhi dalam pemilihan dan kelayakan terbit berita?

Kalau itu tidak ada sama sekali hubungannya dengan kerja redaksi. Karena wewenang

tersebut ada pada urusan bisnis dan kita (redaksi) tidak ikut campur akan hal itu. Dalam

keredaksian clear dengan masalah uang. Kalau redaksi sudah dikaitkan dengan masalah

uang, wah itu bahaya.

15. Bagaimana melihat fenomena hubungan media dan politik saat ini?

Page 138: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

Sangat kuat, karena keduanya memiliki titik fokus pada rakyat. Dimana ujung harapan

perpolitikan apalagi saat dikaitkan dengan demokrasi. Belum lagi saat mereka ingin menjadi

presiden, maka sudah pasti mereka butuh dukungan rakyat, bukan dukungan dari parlemen.

Parpol hanya sebagian sebab musabab ia bisa menjadi salah satu calon presiden. Parpolpun

dipilih dari rakyat juga. Ya, ujung-ujungnya rakyat lagi dan lagi. Fokus media akan selalu

seperti itu, berujung pada keinginan rakyat atau untuk pembaca. artinya apa, ketika seorang

politikus butuh platform yang ingin dikenalkan oleh masyarakat, mereka membutuhkan

media. kalau saja didatangi satu persatu, maka akan berat. Dengan media, akan jauh lebih

efektif. Pasti akan sangat ada kaitannya karena keduanya memiliki fokus subjek yang sama

yaitu rakyat. Kalaupun ini tidak ada kaitannya dengan rakyat, hanya untuk pihak internal

karyawan Sindo saja. Maka politikus pun tidak akan mendekati untuk hal itu. Politik

sekalipun di kantor itu ada, bagaimana ketika organisasi itu dibentuk sekalipun suudah

dapat dinyatakan sebagai politik. tetapi kalau berbicara mengenai politik secara luas tentang

stage dan negara (country) terus kaitannya dengan media massa, ya sangat terkait. Kenapa?

Karena sama-sama fokus subjek dan objeknya adalah rakyat. Kalaupun subjeknya sudah

berbeda, ya mungkin saja tidak berani menyatukan diri. Yang mau menyampaikan disinilah

yang kemudian butuh media.

16. Berdasarkan kekuatan media yang tidak perlu diragukan lagi, bagaimana cara pandang

Sindo terhadap berita-berita yang telah diagendakan dan memberikan efek kepada

khalayaknya?

Sebenarnya, semakin banyak media yang digunakan oleh para aktor politik. Maka,

platform dia untuk mengenalkan kepada rakyat akan semakin terbuka lebar, makin

terjangakau. Namun, pada akhirnya yang men-judge (menilai) adalah publik. Dukungan

media tertentu belum tentu dapat memenangkan capres tertentu. Tugas media hanyalah

sebagai pembentuk opini publik dan publik lah yang menilai. Media hanya sebagai

perantara untuk menyampaikan informasi kepada khalayak.

17. Bagaimana menurut mas Djaka terhadap kebenaran yang dianut oleh media?

Kalau ada yang menggangap bahwa apa yang dikatakan oleh media itu adalah kebenaran

mutlak. Maka itu salah besar. Karena hakikatnya media itu sendiri itu ditumpangi oleh

manusia. maka, tidak ada kebenaran yang hakiki dalam media.

Page 139: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

18. Bagaimana Sindo menilai kebenaran berita? Apa yang dimaksud dengan objektifitas

berita versi ala Sindo?

Produksi berita dilakukan oleh tangan-tangan manusia, maka dengan begitu berita-berita

yang dihasilkan tidak akan terlepas dari subjektifitas si pembuat berita. Makanya, berita-

berita yang beredar tidak mungkin bisa menjadi objektif. Kalaupun objektifitas itu

diperlukan, setting saja robot untuk melakukan hal itu. Karena produksi berita ini dilakukan

manusia, tidak mungkin bisa seobjektif hingga titik 0%. Demikian, berita merupakan

realitas tangan kedua (second hand reality) yang dibuat manusia. berita merupakan produk

dari media massa maka kita akan selalu terkait dengan komunikasi massa yang butuh

perantara. Karena ini dilakukan oleh manusia, belum tentu kebenaran mengerucut dianggap

benar. Apa yang dianggap orang-orang benar, belum tentu orang lain menganggapnya

benar. Tapi apakah berita-berita yang kita sajikan berusaha untuk mengarah kepada

kebenaran dan objektifitas? Maka jawabannya akan iya.

Caranya adalah salah satu, pertama, melakukan verifikasi, kedua, melakukan kode etik

jurnalistik, ketiga, melakukan langkah-langkah perencanaan yang benar dan tepat. Dengan

menjunjung tinggi etika-etika jurnalistik.

Ketentuan berita memang harus menjunjung nilai objektifitas. Namun, pada hakikatnya

media diharuskan melakukan seobjektif mungkin bukan objektif 0%. Seperti apa yang

dikatakan Bill Kovach dalam 9 langkah yang harus diperhatikan dalam jurnalistik, maka ada

dua langkah yang paling urgent dan sering dilakukan, yaitu verifikasi narasumber,

memverifikasi informasi, memverifikasi perkataan, kemudian membuat agar bagaimana kita

menjadi komprehensive, bisa dilihat dari sisi mana saja. Dengan melihat sisi-sisi yang

lainnya itulah yang kemudian kita akan terlihat objektif. Cuma terkadang manusia itu

cenderung melihat dari satu sisi saja.

19. Kemudian, seperti apa saling pengaruh dan mempengaruhi kepentingan reporter maupun

redaktur terhadap berita?

Jangankan menjawab kepentingan media. kepentingan redaktur dan reporternya. Itupun

sudah ada intervensi. Contohnya saja ada beberapa reporter yang mencari berita yang

menurut dia menyenangi berita itu. Ada redaktur yang ngedit dengan pemilihan kata

„ujarnya‟ bukan „katanya‟ hanya dengan alasan kata-kata „ujarnya‟ jauh enak didengar

daripada „katanya‟. Ada juga dengan penggunaan kata „ungkapnya‟. Bahkan dulu ada yang

Page 140: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

menggunakan kata „kilahnya‟. Saat dihadapkan dengan hal-hal seperti ini maka tidak ada

yang diketegorikan benar maupun yang salah. Karena keduanya memiliki arti yang sama.

Demikian, yang kemudian menjadi style redaktur dalam menyunting berita dan rasa (taste)

redaktur dalam berbahasa yang menimbulkan kembali kepada subjektifitas lagi. Meskipun

ada rambu-rambu dan etika-etika. berita akan selalu subjektif karena kembali kepada sifat

dasar manusia itu sendiri yaitu memihak. Asal rambu-rambu ini tidak dilanggar, maka tidak

masalah untuk itu. Tapi ada ruang-ruang pemakluman, tidak saklek karena peraturan

manapun tidak akan pernah ada yang begitu sakleknya kecuali undang-undang, sistem tidak

ada yang saklek.

Meski, baik setiap individu sebenarnya memiliki kepentingan-kepentingan tertentu terhadap

berita. Tapi kita tetap mengacu kembali pada „Rukun Koran Sindo‟. Di Sindo, tidak ada

larangan wartawan harus membela siapa, pendukung Prabowo kah, atau Jokowi. Berita kita

tetap harus bernafaskan Sindo, seperti sekarang owner kita pendukung dari siapa, untuk

pemberitaan ya harus diikuti maunya.

20. Bagaimana cara Sindo menonjolkan isu-isu tertentu?

Selain pemilihan kata yang dijelaskan tadi, ukuran font besar kecil, dibold atau tidakpun

menjadi hal penting. contohnya saja lihat berita ini (sambil menunjukkan pada headline

news dengan judul “Quick Count Bukan Penentu Pilpres). Kita beri bold hitam pada tulisan

quick count dan bold merah pada kata bukan penentu pilpres. Tanda bold menandakan

bahwa berita tersebut penting adanya. Yang ingin kita perlihatkan bukan kata quick count-

nya namun pada kata bukan penentu pilpresnya. kenapa harus ada yang hitam ataupun

merah, merah mengisyaratkan sesuatu yang mencolok, penting, dan ingin ditonjolkan

dibandingkan dengan bold hitam. Namun judul dengan bold yang dihitamkan akan jauh

lebih menarik dan menonjol dibandingkan dengan judul tanpa bold.

21. Apa yang membuat Sindo semakin menarik?

Kita tidak ingin pembaca Sindo hanya sekedar membaca kontennya saja, seperti baca

artikel, namun perwajahan juga menjadi penting. Lihat cover Sindo yang selalu berubah-

ubah. Inilah bagian dari perwajahan, dari artistik. Karena kita menyadari kompetitor kita

adalah bergaya konvemsional. Misal yang hitam demografi judulnya. Kalau kita hanya bisa

mengikuti mereka, kita layaknya sebagai pengekor saja.

Page 141: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

Transkip Wawancara

Hari/Tanggal : Minggu, 13 April 2014

Narasumber : Sabir Laluhu

Profesi : Wartawan Harian Sindo

Pukul : 10.30 WIB

1. Isu apa yang terpenting bagi kacamata koran Sindo?

Sindo yang terpenting pada halaman pertama atau Headline (HL) itu merupakan isu, baik

besar maupun kecil. Contoh isu besar: kasus budiono terhadap century. Bagi sindo berita

tersebut merupakan berita/ isu yang cukup besar. Karena satu sisi, budiono itu wakil

presiden dan bisa dikatakan sebagai seorang publik figure bagi rakyat Indonesia sehingga

efeknya bisa dirasakan dan menyangkut publik.

2. Bagaimana alur berita yang masuk dari wartawan hingga ke meja redaksi?

Sebelum berita masuk ke dalam rapat redaksi, semua berita yang didapatkan oleh para

reporter diajukan dalam rapat (berita di listing). Dalam rapat, maka dipilihlah beberapa

berita yang pantas di post untuk esok hari. Hasil berita yang masuk di meja Pemred dan

Redpel dalam rapat redaksi merupakan berita yang baik dan layak di posting.

3. Bagaimana kebijakan Sindo memandang kelayakan berita?

Sindo memandang kelayakan berita dari seberapa besar efek yang ditimbulkan oleh sebuah

berita yang akan disajikan dan menurut kepentingan pemilik modal (owner). Selain itu,

masalah framing juga menjadi prioritas kelayakan berita. Kedekatan owner dengan

narasumber merupakan hal idealis perlu diangkat atau tidaknya berita tersebut. Contoh:

Sindo memiliki kedekatan yang cukup baik dengan Prabowo. Sehingga pemberitaan

Prabowo di koran Sindo secara framing akan jauh lebih spesifik memberitakan hal-hal

positif tentang Prabowo.

4. Seberapa besar campur tangan Hary Tanoesodibjo sebagai owner mempengaruhi

kebijakan redaksional Sindo?

Untuk kebijakan redaksional, Hary Tanoesodibjo tidak terlalu berperan dan tidak

mempermasalahkan. Hal ini lebih dipercayakan kepada pimpinan redaksi sindo yaitu Mas

Pung Purwanto. Namun, jika ini sudah menyangkut masalah bisnis HT sangatlah berperan

dan ikut campur.

Page 142: AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PEMILU PRESIDEN 2014

LAMPIRAN FOTO

(Foto 1: bersama Wakil Pimpinan Redaksi (Wapemred) sekaligus Mantan Redaktur Pelaksana

Koran Sindo, Djaka Susila)

(foto 2: bersama Asisten Litbang Koran Sindo, Mas Bahrur)

(foto 3: kunjungan dengan Teman-teman UIN Jakarta untuk perizinan penelitian bersama

Wapemred Sindo)