agama islam

14
SEMESTER I Agama A. Agama dan Pembagiannya Dalam pendapat lain dikatakan bahwa islam berasal dari kata assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan keamanan. Ada juga yang berpendapat bahwa Islam berasal dari kata assalamu-assalmu- assilmu yang berarti menyerahkan diri, tunduk, dan taat. Semua akar kata tersebut dibentuk dari tiga huruf yaitu sin, lam, mim yang berarti sejahtera, tidak tercela, dan selamat. Secara terminologis “Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir, Muhammad SAW” (Almasdoosi, 1962). Agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diakui disisi Allah SWT (Ali Imran, 3:19) memiliki enam karakteristik. Pertama, ajaran Islam sederhana, rasional, praktis, dan mendorong manusia berpikir serta menggunakan akal dan pikirannya. Kedua, kesatuan antara kebendaan dan kerohanian. Kebendaan berarti segala wujud material yang dapat ditangkap dengan panca indera, misalnya, membersihkan diri dari hadas dan najis.

Upload: rianda-dwi-putra

Post on 23-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PRESENTASI YA CUY

TRANSCRIPT

Page 1: agama ISLAM

SEMESTER I

Agama

A. Agama dan Pembagiannya

Dalam pendapat lain dikatakan bahwa islam berasal dari kata

assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan keamanan. Ada juga

yang berpendapat bahwa Islam berasal dari kata assalamu-assalmu-assilmu

yang berarti menyerahkan diri, tunduk, dan taat. Semua akar kata tersebut

dibentuk dari tiga huruf yaitu sin, lam, mim yang berarti sejahtera, tidak

tercela, dan selamat. Secara terminologis “Islam adalah kaidah hidup yang

diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan

terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an

yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir,

Muhammad SAW” (Almasdoosi, 1962).

Agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diakui disisi Allah

SWT (Ali Imran, 3:19) memiliki enam karakteristik. Pertama, ajaran Islam

sederhana, rasional, praktis, dan mendorong manusia berpikir serta

menggunakan akal dan pikirannya. Kedua, kesatuan antara kebendaan dan

kerohanian. Kebendaan berarti segala wujud material yang dapat

ditangkap dengan panca indera, misalnya, membersihkan diri dari hadas

dan najis. Sedangkan kerohanian adalah segala wujud spiritual yang

berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan, misalnya membersihkan

hati dari sifat iri dan dengki. Ketiga, Islam memberikan petunjuk bagi

seluruh kehidupan manusia. Keempat, keseimbangan antara individu dan

masyarakat. Kelima, Islam bersifat menyeluruh dan universal, artinya

islam diturunkan untuk seluruh manusia dan mengakui bahwa setiap

manusia memiliki tanggung jawab terhadap Tuhan yang Esa, Allah SWT.

Keenam, ketetapan dan perubahan, artinya ajaran islam sebagaimana yang

tercantum dalam Al-Quran dan hadits adalah bersifat kekal.

B. Sumber Agama Islam

1. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran

Page 2: agama ISLAM

Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou,

quranan), sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75:17-18: “Sesungguhnya

atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya dan ‘membacanya’. Jika

Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”. 

Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang

disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, berisi ajaran tentang

keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat), dan budi pekerti

(akhlak). 

Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan

terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran

membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum

yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia

membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-

hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan

semesta alam” (Q.S. 10:37). 

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah

yang benar, membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).

Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau

pembukuan yang dilakukan para sahabat. Pertama kali dilakukan oleh

shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu pada masa

Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf

Al-Quran yang diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang

disebut pula Mushaf Utsmani.

2. Sumber Ajaran Islam: Hadits/As-Sunnah

Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-

istiadat" atau "kebiasaan" (traditions). Sunnah adalah segala perkataan,

perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad

Page 3: agama ISLAM

Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw

terhadap perkataan dan perilaku sahabat.

Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan

Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad Saw.

“Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka

menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang

mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati terhadap

putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati” (Q.S.

4:65).

“Apa yang diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka terimalah dan

apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah” (Q.S. 59:7).

“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian

berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu

Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku.” (HR. Hakim dan Daruquthni).

“Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah

Khulafaur Rasyidin setelahku” (H.R. Abu Daud).

Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk

pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan tentang

kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan sujud. Sunnah atau

Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung bagaimana

shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan “Allahu Akbar”

sebagai pembuka shalat), doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku,

sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.

Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang para

sahabatnya menuliskan apa yang dikatakannya. Kebijakan itu dilakukan

agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur dengan wahyu (Al-Quran).

Page 4: agama ISLAM

Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya berada dalam ingatan atau

hapalan para sahabat.

Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi

40.000 Hadits. Ulama Hadits terkenal yang diakui kebenarannya hingga

kini adalah Imam Bukhari (194 H/256 M) dengan kitabnya Shahih

Bukhari dan Imam Muslim (206 H/261 M) dengan kitabnya Shahih

Muslim. Kedua kitab Hadits itu menjadi rujukan utama umat Islam hingga

kini. Imam Bukhari berhasil mengumpulkan sebanyak 600.000 hadits yang

kemudian diseleksinya. Imam Muslim mengumpulkan 300.000 hadits

yang kemudian diseleksinya. 

Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam Nasa'i yang

menuangkan koleksi haditsnya dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam

Shahih Tirmidzi, Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, Imam Ibnu

Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam Sunan Baihaqi dan

Syu'bul Imam, dan Imam Daruquthni dalam Sunan Daruquthni.

3. Sumber Ajaran Islam: Ijtihad

Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas

suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-

Sunnah. Pelakunya disebut Mujtahid.

Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga

setelah Al-Quran dan As-Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat

Tirmidzi dan Abu Daud) yang berisi dialog atau tanya jawab antara Nabi

Muhammad Saw dan Mu’adz bin Jabal yang diangkat sebagai Gubernur

Yaman.

“Bagaimana memutuskan perkara yang dibawa orang kepada Anda?”

“Hamba akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Quran.”

“Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu mengenai soal

itu?”

“Jika begitu, hamba akan memutuskannya menurut Sunnah Rasulillah.”

Page 5: agama ISLAM

“Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu dalam Sunnah

Rasulullah?”

“Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (Ijtihadu bi

ra’yi) tanpa bimbang sedikit pun.”

“Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan Rasulnya

menyenangkan hati Rasulullah!”

Hadits tersebut diperkuat sebuah fragmen peristiwa yang terjadi saat-saat Nabi

Muhammad Saw menghadapi akhir hayatnya. Ketika itu terjadi dialog antara

seorang sahabat dengan Nabi Muhammad Saw.

“Ya Rasulallah! Anda sakit. Anda mungkin akan wafat. Bagaimana kami

jadinya?”

“Kamu punya Al-Quran!”

“Ya Rasulallah! Tetapi walaupun dengan Kitab yang membawa penerangan

dan petunjuk tidak menyesatkan itu di hadapan kami, sering kami harus

meminta nasihat, petunjuk, dan ajaran, dan jika Anda telah pergi dari kami, Ya

Rasulallah, siapakah yang akan menjadi petunjuk kami?”

“Berbuatlah seperti aku berbuat dan seperti aku katakan!”

“Tetapi Rasulullah, setelah Anda pergi peristiwa-peristiwa baru mungkin

timbul yang tidak dapat timbul selama hidup Anda. Kalau demikian, apa yang

harus kami lakukan dan apa yang harus dilakukan orang-orang sesudah

kami?”

“Allah telah memberikan kesadaran kepada setiap manusia sebagai alat setiap

orang dan akal sebagai petunjuk. Maka gunakanlah keduanya dan tinjaulah

sesuatu dan rahmat Allah akan selalu membimbing kamu ke jalan yang

lurus!” 

Ijtihad adalah “sarana ilmiah” untuk menetapkan hukum sebuah perkara

yang tidak secara tegas ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah. Pada dasarnya,

semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad, sepanjang ia menguasai Al-

Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga  berakhlak baik dan menguasai

berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama

yang integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat Islam.

Page 6: agama ISLAM

Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara

bersama-sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan.

Wallahu a'lam. (www.risalahislam.com)

C. Sumber Hukum Islam

Hukum berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi berarti

“memutuskan”, “menetapkan”, dan “menyelesaikan”. Sedangkan pengertian

hukum menurut istilah sederhana adalah seperangkat aturan tentang tingkah

laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun oleh orang-orang

yang diberi wewenang oleh masyarakat itu; berlaku dan mengikat untuk

seluruh anggotanya.

Bila pengertian hukum tersebut dihubungkan dengan Islam atau syara

maka “Hukum Islam” berarti seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah dan

Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini

mengikat untuk semua yang beragama Islam. dari pengertian ini mengandung

arti bahwa hukum Islam mengatur tindak lahir manusia yang dikenakan

hukum. Peraturan tersebut berlaku dan mempunyai kekuatan terhadap orang-

orang yang meyakini kebenaran wahyu dan Sunnah Rasul itu, yaitu umat

Islam.

Jadi, yang dimaksud Sumber Hukum Islam adalah al Quran dan Sunnah

Rasul yang merupakan seperangkat aturan tentang tingkah laku manusia

mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama

Islam.

Macam-Macam Sumber Hukum Islam

Para ulama sepakat bahwa, Sumber Hukum Islam ada tiga, yaitu; al Quran,

Sunnah, dan al Rayu ( akal ).Landasannya adalah :

1. Al Quran surat al Nisa (4):59 yang artinya: ”Hai orang-orang yang

beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara

kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah ( al Quran ) dan Rasul (Sunnah)”. Perintah

mentaati Allah berarti perintah menjalankan hukum yang terdapat dalam al

Page 7: agama ISLAM

Quran. Perintah mentaati Rasul berarti perintah mengamalkan apa yang

disampaikan Rasul dalam Sunnahnya. Perintah mentaati ulil amri berarti

perintah mengamalkan hukum yang ditemukan berdasarkan ijma. Perintah

mengembalikan sesuatu yang siperselisihkan hukumnya kepada Allah dan

Rasul berarti perintah mengamalkan hukum yang ditemukan melalui

qiyas. Ijma dan qiyas merupakan hasil dari al Rayu ( hasil ijtihad ).

2. Sunnah, yaitu kisah pembicaraan Nabi dengan Muaz bin Jabal sewaktu ia

diutus oleh Nabi sebagai qadli ( hakim ) ke Yaman.

Nabi : Bagaimana Anda memutuskan seandainya kepada Anda dihadapkan

suatu perkara?

Muaz : Saya memutuskan berdasarkan apa yang saya temukan dalam al

Quran.

Nabi : Kalau engkau tidak dapat menemukan dalam al Quran ?

Muaz : Saya memutuskan berdasarkan apa yang saya temukan dalam

Sunnah.

Nabi : Seandainya dalam Sunnah pun engkau tidak dapat menemukan

jawabannya ?

Muaz : Saya mengamalkan ijtihad dengan nalar saya dan saya tidak akan

berbuat kelengahan.

Nabi : Segala puji untuk Allah yang telah meberikan taufik kepada utusan

Rasul Allah menurut apa yang direlakannya.

Hukum yang Terkandung dalam Al Qur`an

Secara garis besar hukum yang terkandung dalam al Qur`an dapat dibagi 3

macam:

Page 8: agama ISLAM

1. Pertama, hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt

mengenai apa yang harus diyakini dan harus dihindari sehubungan dengan

keyakinannya ( hukum diyah ) yang dikaji dalam “ilmu tauhid” atau “

ushuluddin”.i`tiqa

2. Kedua, hukum yang mengatur pergaulan manusia( hukum khuluqiyah )

yang kemudian dikembangkan dalam ilmu akhlak.

3. Ketiga, hukum yang menyangkut tindak tanduk manusia dan tingkah laku

lahirnya dalam hubungan dengan Allah Swt, dan dalam hubungannya

dengan sesama manusia, dan dalam bentuk apa-apa yang harus dilakukan

atau dijauhi ( hukum amaliyah ) yang dikembangkan dalam hukum

syari`ah.

Hukum amaliyah tersebut secara garis besar dibagi dua :

1. Hukum ibadah dalam arti khusus, hukum yang mengatur tingkah laku dan

perbuatan lahiriah manusia dalam hubungannya dengan Allah Swt,seperti;

shalat, puasa zakat, dan haji.

2. Hukum muamalah dalam arti umum, yaitu hukum yang mengatur tingkah

laku lahiriah manusia dalam hubungannya dengan sesama dan alam

sekitar, seperti; jual beli, perkawinan,pembunuhan, dan lain-lain.

Dilihat dari segi pemberlakuannya, hukum muamalah terdiri dari beberapa

macam, yaitu:

1. Hukum muamalah dalam arti khusus, yaitu hukum yang mengatur

hubungan sesama manusia yang menyangkut kebutuhan harta bagi

keperluan hidup. Contoh : jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam,

dan sebagainya.

2. Hukum munakahat, yaitu hukum yang mengatur hubungan sesama

manusia yang menyangkut kebutuhan akan penyaluran nafsu sahwat

Page 9: agama ISLAM

secara sah dan yang berkaitan dengan itu. Contoh : nikah, talak, cerai, dan

pengasuhan anak yang dilahirkan.

3. Hukum mawarits dan wasiat, yaitu hukum yang mengatur hubungan

sesama manusia yang menyangkut kebutuhan perpindahan harta karena

adanya kematian.

4. Hukum jinayah atau pidana, yaitu hukum yang mengatur hubungan

sesama manusia yang menyangkut kebutuhan usaha pencegahan terjadinya

kejahatan; harta, penyaluran sahwat, dan lain-lain serta sanksinya. Contoh;

pencurian, pembunuhan, perzinaan dan sebagainya.

5. Hukum murafa`at atau qadha atau hukum acara yaitu hukum yang

mengatur hubungan sesama manusia yang menyangkut kebutuhan usaha

penyelesaian akibat tindak kejahatan di pengadilan. Contoh; kesaksian,

gugatan, dan pembuktian.

6. Hukum dusturiyah atau tata Negara yaitu hukum yang mengatur hubungan

sesama manusia yang menyangkut kebutuhan kehidupan bermasyarakat

dan bernegara

7. Hukum dualiyah atau hukum hubungan internasional, yaitu hukum yang

mengatur hubungan sesama manusia yang menyangkut kebutuhan dengan

negara lain dalam keadaan damai maupun perang. Contoh; ekstradisi,

perjanjian, tawanan perang dan sebagainya.