ae kel 2 nnn

Upload: cynthia-putu-wirantika

Post on 16-Jul-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Berdasarkan catatan FAO pada tahun 2001, Indonesia menduduki peringkat ke enam sebagai negara penghasil produk perikanan di dunia, dengan penerimaan devisa sebesar USD 1,4 milyar (Nurdjana, 2001). Karena itu,

perhatian pemerintah dalam Program Peningkatan Export Hasil Perikanan (PPEHP) tahun2003 adalah usaha mengembangkan budidaya laut. Produktivitas yang tinggi dari budidaya diharapkan dapat mengambil alih produksi perikanan tangkap (Widodo, 2001) melalui optimalisasi sumberdaya dan aplikasi sains (Meske, 1996). Bell (1999) dalam Gimin (2001) menjelaskan tentang arti

pentingkegiatan budidaya perairan dalam meningkatkan hasil perikanan, seperti, restocking, stock enhancement, dan farming biota.Budidaya merupakan

kegiatanyang paling mungkin diterapkan mengingat tingkat produktivitas yang tinggi, baik persatuan organisme, lahan maupun waktu.Sumber data atau informasi sangat diperlukan untuk merancang suatu media budidaya untuk menentukan kelayakan suatu desain media budidaya ikan.Bagaimanapun, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk merancang tata ruang yang paling sesuai, metode konstruksi dan operasi.Perancangan konstruksi kolam atau tambak meliputi beberapa aspek diantaranya adalah pemilihan lokasi yang ideal. Meskipun demikian desain rancang-bangun dimugkinkan juga untuk kondisikondisi yang kurang menunjang dapat melangsungkan usaha budidaya ikan secara optimum (Pillay, 1993). Berdasarkan sejarah budidaya di berbagai belahan dunia, dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi yang tepat merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelayakan usaha budidaya (Milne, 1979). Meskipun dengan upayadan teknologi, beberapa unit yang kurang sesuai dapat diubah menjadi menguntungkan atau bahkan terpaksa ditinggalkan setelah menghabiskan dana dalam jumlah yang besar. Karena itu, pemilihan lokasi mutlak demi keberhasilan budidaya (Muir dan Kapetsky, 1998 ; Purnomo, 1992 ; Sukandi, 2002).

Pemilihan lokasi umumnya didasarkan pada spesies yang ingin dikultur dan teknologi yang digunakan, tetapi pada beberapa kejadian urutannya dapat dibalik. Adanya batasan-batasan pada salah satu faktor tersebut, karakteristik perairan yang sesuai akan membatasi pemilihan faktor lain. Beberapa

pertimbangan yang yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi dan non teknis yang berupa pangsa pasar, keamanan dan sumberdaya manusia (Milne, 1979 ; Pillay, 1990). Salah satu kesalahan dalam pengembangan budidaya adalah

lingkungan perairan yang tidak cocok. Agar budidaya dapat berkembang dengan baik diperlukan data kondisi perairan yang sesuai. Pengelolaan sumberdaya perairan yang tepat, mengharapkan kesesuaian yang cocok untuk setiap tujuan penggunaan sumberdaya tersebut. karena itu,pengemasan dan pengaturan perlu dilakukan (Zonneveld et al, 1991). Sehubungan dengan pemanfaatan sumberdaya perairan untuk kepentingan usahabudidaya, maka diperlukan suatu studi penentuan lokasi yang sesuai bagi peruntukan jenis kultivan dan pengembangan budidayanya. Rusaknya ekosistem karena pembukaan lahan untuk usaha budidaya ikan merupakan masalah yang sering dijumpai.Perencanaan kurang matang mulai dari pemilihan lokasi budidaya, desain tata letak dan konstruksi media budidaya beserta unsure-unsur penunjangnya menyebabkan usaha budidaya ikan tidak maksimal dan dapat merusak kondisi ekologis perairan (Tim Penyusun, 2008).

B. Tujuan Tujuan dari praktikum rekayasa akuakultur ini adalah : 1. Mengetahui macam-macam teknologi budidaya 2. Mengetahui peranan BPBL terhadap teknologi akuakultur 3. Mengetahui model pengembangan teknik akuakultur terhadap perkembangan rekayasa akuakultur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Wadah Budidaya Dalam budi daya ikan air tawar dan laut, ada beberapa jenis wadah yang dapat digunakan antara lain kolam, bak, akuarium, jaring terapung/karamba jaring apung. Kolam dapat digunakan sebagai wadah untuk budi daya ikan air tawar sedangkan bak, akuarium, jaring terapung dapat digunakan untuk melakukan budi daya ikan air tawar dan laut. Kolam dan bak berdasarkan definisinya dibedakan karena kolam dalam bahasa Inggrisnya pond adalah suatu wadah yang dapat menampung air dalam luasan yang terbatas, sengaja dibuat oleh manusia dengan cara melakukan penggalian tanah pada lahan tertentu dengan kedalaman rata- rata berkisar antara 1,5-2,0 m dan sumber air bermacam-macam.Sedangkan bak atau tanki adalah suatu wadah budi daya ikan yang sengaja dibuat oleh manusia yang berada diatas permukaan tanah yang dapat menampung air dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat bak tersebut disesuaikan dengan kebutuhan manusia (Gusrina, 2008). Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ada beberapa antara lain adalah karamba jaring terapung, karamba bambu tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ini relatif tidak mahal dan sederhana, tidak memerlukan lahan daratan menjadi badan air yang baru serta dapat meningkatkan produksi perikanan budidaya (Gusrina, 2008). Jenis-jenis kolam dapat dibedakan berdasarkan sistem budidaya yang akan diterapkan dan sumber air yang digunakan. Sedangkan jenis-jenis bak atau tanki ini biasanya dikelompokkan berdasarkan bahan baku pembuatannya yaitu yang terbuat dari beton disebut bak beton, yang terbuat dari kayu dilapisi dengan plastik disebut bak plastik, yang terbuat dariserat fiber disebut bak fiber (Gusrina, 2008).

Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang biasa dilakukan yaitu : 1. Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah. 2. Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya (dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah. 3. Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok (gusrina, 2008). Jenis-jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan adalah kolam air mengalir/running water dengan sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi dimana pada kolam tersebut selalu terjadi aliran air yang debitnya cukup besar (50 l/detik) dan kolam air tenang/ dengan sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan dan lain-lain tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya (0,5-5 l/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap (Gusrina, 2008). Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kolam antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan/pembesaran, kolam pemberokan induk (Gusrina, 2008). Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau tanki yang dapat digunakan untuk melakukan budidaya ikan. Berdasarkan proses budidaya ikan, jenis bak yang akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi budidaya dan hampir sama dengan kolam dimana dapat dikelompokkan menjadi bak pemijahan, bak penetasan, bak pemeliharaan dan bak pemberokan. Bak yang digunakan untuk melakukan pemijahan ikan biasanya adalah bak yang terbuat dari beton atau fiber sedangkan bak plastik biasanya digunakan untuk melakukan pemeliharaan larva ikan (Gusrina, 2008).

Akuarium merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk budidaya ikan yang terbuat dari kaca dan mempunyai ukuran tertentu. Jaring terapung merupakan suatu wadah budidaya ikan air tawar dan laut yang sengaja dibuat oleh manusia untuk membatasi air yang berada dalam suatu perairan umum (danau, laut, waduk, sungai) agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan (Gusrina, 2008). Wadah budidaya ikan selanjutnya yang dapat digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat melakukan budidaya ikan di perairan umum. Budidaya ikan dengan menggunakan karamba merupakan alternatif wadah budidaya ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia ini terdiri dari 70% perairan baik air tawar maupun air laut. Dengan menggunakan wadah budidaya karamba dapat diterapkan beberapa sistem budidaya ikan yaitu secara ekstensif, semi intensif maupun intensif disesuaikan dengan kemampuan para pembudidaya ikan. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ada beberapa antara lain adalah karamba jaring terapung, karamba bambu tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ini relatif tidak mahal dan sederhana, tidak memerlukan lahan daratan menjadi badan air yang baru serta dapat meningkatkan produksi perikanan budidaya (Gusrina, 2008).

B. Sistem Budidaya Sistem budidaya ikan yang dilakukan di perairan laut dapat berupa keramba jaring apung. Keramba jaring apung adalah wadah budidaya ikan selanjutnya yang dapat digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat melakukan budidaya ikan di perairan umum. Budidaya ikan dengan menggunakan karamba merupakan alternatif wadah budidaya ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia ini terdiri dari 70% perairan baik air tawar maupun air laut.

Dengan menggunakan wadah budidaya karamba dapat diterapkan beberapa sistem budidaya ikan yaitu secara ekstensif, semi intensif maupun intensif disesuaikan dengan kemampuan para pembudidaya ikan (Gusrina, 2008).

C. Teknologi Terapan Akuakultur Menurut Gusrina (2008), dari beberapa jenis wadah budidaya ikan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan jenis wadah yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan. Langkah selanjutnya adalah memahami konstruksi wadah budidaya agar wadah budidaya yang akan dibuat sesuai dengan kaidah budidaya. 1. Konstruksi Kolam Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah yang akan dijadikan kolam harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga kolam yang akan di buat tidak bocor. Bentuk kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada beberapa macam antara lain adalah kolam berbentuk segi empat/empat persegipanjang, berbentuk bujur sangkar, berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Dari berbagai bentuk kolam ini yang harus diperhatikan adalah tentang persyaratan teknis konstruksi kolam. Persyaratan teknis konstruksi suatu kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan sebaiknya mempunyai : a. Pematang kolam Pematang kolam dibuat untuk menahan massa air didalam kolam agar tidak keluar dari dalam kolam. Oleh karena itu jenis tanah yang akan digunakan untuk membuat pematang kolam harus kompak dan kedap air serta tidak mudah bocor.Jenis tanah yang baik untuk pematang kolam adalah tanah liat atau liat berpasir. Kedua jenis tanah ini dapat diidentifikasi dengan memperhatikan tanah yang cirri-cirinya antara lain memiliki sifat lengket, tidak poros, tidak mudah pecah dan mampu menahan air. Ukuran pematang disesuaikan dengan ukuran kolam.Tinggi pematang ditentukan oleh kedalaman air kolam, sebaiknya dasar

pematang kolam ini ditanam sedalam 20 cm dari permukaandasar kolam.Bentuk pematang yang biasa dibuat dalam kolam budidaya ikan ada dua bentuk yaitu berbentuk trapesium sama kaki dan bentuk trapesium tidak sama kaki. Bentuk pematang trapesium sama kaki artinya perbandingan antara kemiringan pematang 1 : 1. Bentuk pematang trapesium sama kaki sedangkan bentuk pematang trapesium tidak sama kaki artinya perbandingan antara kemiringan pematang 1 : 1,5 (Gusrina, 2008). b. Dasar Kolam dan saluran Dasar kolam untuk budidaya ikan ini dibuat miring ke arah pembuangan air, kemiringan dasar kolam berkisar antara 1-2% yang artinya dalam setiap seratus meter panjang dasar kolam ada perbedaan tinggi sepanjang 1-2 meter kemiringan dasar kolam (Gusrina, 2008). Cara pengukuran yang mudah untuk mengetahui kemiringan dasar kolam adalah dengan menggunakan selang air yang kecil. Pada masing-masing ujung pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air ditempatkan sebatang kayu atau bambu yang sudah diberi ukuran, yang paling bagus meteran, kemudian selang kecil yang telah berisi air direntangkan dan ditempatkan pada bambu, kayu atau meteran .Perbedaan tinggi air pada ujung-ujung selang itu menunjukkan perbedaan tinggi tanah/ kemiringan dasar kolam (Gusrina, 2008). Saluran didalam kolam budidaya ada dua macam yaitu saluran keliling dan saluran tengah. Saluran didalam kolam ini dibuat miring ke arah pintu pengeluaran air. Hal ini untuk memudahkan di dalam pengeringan kolam dan pemanenan ikan (Gusrina, 2008). c. Pintu Air Kolam yang baik harus memiliki pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air secara terpisah. Letak pintu pemasukkan dan pengeluaran air sebaiknya berada di tengah-tengah sisi kolam terpendek agar air dalam kolam dapat berganti seluruhnya . Pintu pemasukkan air dan pengeluaran air ditengah Ada juga letak pintu pengeluaran dan pemasukan air berada di sudut secara diagonal Letak pintu air tersebut ada kelemahannya yaitu air di kedua sudut yang

lain tidak berganti

dan

memperpanjang saluran pengeringan sehingga

penangkapan ikan relatif berlangsung agak lama (Gusrina, 2008). Pada kolam tanah pintu pemasukan dan pengeluaran air dibuat dari bambu atau pipa paralon. Bentuk pintu pemasukan diletakkan sejajar dengan permukaan tanggul sedangkan pintu pengeluaran dapat dibuat dua model yaitu pertama sama dengan pintu pemasukkan dengan ketinggian sesuai dengan tinggi air kolam dan kedua dibuat dengan model huruf L (Gusrina, 2008). 2. Konstruksi Karamba Jaring Apung Wadah budidaya ikan selanjutnya yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring terapung. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring. Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat perlintasan orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang mempunyai masa pakai yang lama (Gusrina, 2008). Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah : a. Arus b. Tingkat Kesuburan c. Bebas dari pencemaran d. Kualitas air Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya.Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survei lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat. Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kerangka Pelampung Pengikat Jangkar Jaring Pemberat, dan Tali tambang (Gusrina,2008),

3. Konstruksi Akuarium Konstruksi wadah akuarium sangat bergantung pada desain yang akan dikerjakan berdasarkan bentuk akuarium yang diinginkan. Bentuk akuarium yang biasa digunakan sebagai wadah budidaya ikan antara lain adalah akuarium segiempat, akuarium trapesium, akuarium segidelapan, akuarium segienam, akuarium botol dan akuarium ellips. Setelah merencanakan bentuk akuarium kaca yang akan dibuat, langkah selanjutnya menentukan ukuran kaca yang akan dipergunakan untuk membuat akuarium. Ukuran kaca yang akan digunakan biasanya berkisar antara 3 mm 16 mm (Gusrina, 2008).

D. Teknologi Rekayasa Akuakultur Rekayasa budidaya merupakan suatu upaya umat manusia untuk meningkatkan dan mengoptimalkan produksi budidaya dengan cara memanipulasi faktor-faktor lingkungan hayati maupun non hayati, karena adanya keterbatasan faktor-faktor lingkungan yang ada dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian. Ditetapkannya udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya cukup beralasan, karena udang merupakan primadona ekspor hasil perikanan Indonesia yang usaha budidayanya telah terbukti memiliki backward dan forward lingkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Menurunnya aktivitas usaha budi daya udang di beberapa sentra produksi beberapa tahun terakhir ini, telah membawa dampak yang cukup signifikan bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di beberapa kawasan budi daya tersebut.

Beberapa upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan produksi udang antara lain melalui ekstensifikasi usaha budi daya udang pada lahan baru yang potensial, revitalisasi budi daya udang pada lahan tambak yang terbengkalai (idle), dan melakukan pemeliharaan udang jenis unggul, yaitu jenis udang yang mempunyai peluang keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan yang relatif pendek. Sedangkan untuk meningkatkan pemasaran udang, maka peningkatan produksi harus diikuti dengan upaya peningkatan daya saing produk melalui peningkatan mutu, pengembangan produk bernilai tambah dan menekan biaya produksi (efisiensi).

III. METODOLOGI PRAKIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum lapangan mata kuliah Rekayasa Akuakultur ini dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2011 bertempat di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, Provinsi Lampung. B. Alat dan Bahan Karena praktikum ini bersifat survei atau pengamatan sehingga tidak menggunakan peralatan yang khusus. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah: alat tulis, kamera digital dan kuisioner.

C. Cara Kerja 1. Metode Pengambilan Data Pelaksanan kunjungan ilmiah ditekankan pada usaha untuk memperoleh data mengenai tata letak dan lokasi usaha budidaya (pemetaan), desain dan konstruksi Balai secara menyeluruh, alat-alat penunjang budidaya serta rekayasa teknologi yang telah dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi di atas dapat melalui : 1. Pengamatan secara langsung di lapangan 2. Wawancara dengan petugas lapangan 3. Diskusi Informasi yang harus diketahui pada saat pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut. a. Desain dan konstruksi Balai b. Tipe kolam ekstensif, semi intensif atau intensif c. Konstruksi kolam

1). Konstruksi pematang - Jenis bahan - Ukuran dan slope - Ada tidaknya berm - Pematang primer, sekunder, dan tersier 2). Konstruksi saluran air - Desain, bentuk, saluran primer, sekunder dan tersier - Saluran pemasukan dan pengeluaran - Ukuran 3). Konstruksi pintu air -Jenis, tipe, ukuran - Pintu air pemasukan dan pengeluaran d. Bentuk dan luas kolam: dasar kolam, kedalaman, pelataran, caren e. Alat-alat penunjang budidaya - Jenis, tipe dan ukuran f. Jenis-jenis ikan yang dibudidayakan dan menjadi komuditas utama. g. Syarat-syarat induk yang baik, jenis pakan yang diberikan serta frekuensinya h. Metode pmbenihan/pemijahan udang/ikan yang telah berhasil dilakukan (buatan dan alami) i. j. Perawatan benih dari penetasan ke gelondongan hingga ukuran konsumsi Jenis pakan dan frekuensi pemberian pakan untuk larva hingga udang/ikan dewasa k. Pengelolaan kualitas air dan resirkulasi air.

2. Analisis Data Data yang langsung diperoleh berupa data primer yaitu data dari pengamatan secara langsung di lapangan. Untuk menambah kevalidan data, maka ditunjang dengan data skunder yang brasal dari literatur penunjang yang relevan. Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis kondisi yang sesungguhnya yang ada

di lapangan disertai dengan landasan teori yang ada sehingga dapat menarik suatu kesimpulan tentang usaha budidaya ikan yang diamati.

IV. KEADAAN UMUM SELURUH PRAKTIKUM

A. Gambaran Umum Lampung adalah salah satu daerah di Indonesia yang mengembangkan banyak program budidaya. Mulai dari kuda laut, teripang, ikan badut, pohon bakau, rumput laut, udang windu, serta yang paling terkenal; ikan kerapu dan udang vaname. Triliunan rupiah bisa dikantongi Lampung dalam Pendapatan Asli Daerah, PAD. Budidaya sektor perikanan dipilih karena Lampung punya garis pantai terpanjang di Indonesia, yaitu lebih 1000 kilometer, dengan hampir 70 pulau kecil di sekitarnya. Staf Ahli Gubernur Lampung Bidang Pembangunan, Ansori Jausal mengatakan, budidaya merupakan solusi yang tepat untuk menjaga habitat laut. Kalau saya melihat budidaya itu the only strategy untuk melindungi laut. Karena yang merusak laut itu cuma satu: ekonomi. Karena dia mau menangkap ikan. Sebelumnya, ikan kerapu ditangkap nelayan Lampung dengan

menggunakan bom atau pukat harimau. Ini jelas membahayakan terumbu karang dan hewan-hewan laut lainnya.Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung adalah yang pertama kali memperkenalkan metode budidaya perikanan kepada masyarakat Lampung. Yang dicoba pertama adalah budidaya ikan kerapu, sejak 1999. Sekitar 10 perusahaan mencoba metode baru ini. Kepala Bidang Informasi BBPBL, Hidayat Adi Sarwono mengatakan metode budidaya ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk daerah lain.Mewujudkan Balai Besar Pengembangan Budidaya Lampung sebagai institusi rujukan nasional utama dalam pengembangan budidaya laut. Menghasilkan teknologi budaya laut yang adaptif guna mendukung peningkatan produksi perikanan budaya. Mendukung pengembangan budidaya laut di daerah binaan. Penyediaan benih dan sel induk ikan laut bermutu. Penyediaan pakan hidup dalam rangka mendukung pembudidyaan laut. Pengembangan kapasitas SDM melalui pelaksanaan pembina, pelatihan, dan sertifikasi.

Proyek budidaya di Lampung sudah berjalan hampir 12 tahun. BBPBL tetap mengawasi jalannya pertambakan atau budidaya oleh masyarakat Lampung. Kadang langsung mendatangi para pembudidaya untuk memperkenalkan metode baru, atau jika terjadi kerusakan lingkungan di sekitar wilayah pembudidaya.

B. Sejarah Pengembangan Lokasi BBPBL Lampung Untuk menunjang Pelaksanaan Program Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia berdasarkan Kep Pres RI No. 23 Tahun 1982 yang pelaksanaannya tertuang dalam SKMenteri Pertanian Nomor 437/KPts/UM/7/1982, maka Direktorat Jenderal Perikanan telah merintis pembentukan Balai Budidaya Laut Lampung (BBL) sejak tahun 1982. Pada awalnya BBL memperoleh bantuan teknis dari FAO/UNDP melalui Seaforming Development Project INS/81/008 selama 6 tahun (1983-1989). BBL ditetapkan secara resmi berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/8/1996 tanggal 5 Agustus 1986, SK Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/5/1994 tanggal 6 Mei 1994 dan disempurnakan dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP 26 F/MEN/2001 sejak 1 Januari 2006 Balai Budidaya Laut berubah menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 07/MEN/2006. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor.PER. 07.MEN/2006, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) adalah unit pelaksana teknis dibidang pengembangan budidaya laut yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.

C. Lokasi Lokasi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung adalah di Jl. Yos Sudarso, Desa hanura, Kec. Padang Cermin, Kab. PesawaranLampung Selatan 35454.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum lapangan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tipe kolam Tipe kolam untuk pemeliharaan ikan yang ada di BBPLberupa beton dan dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air. Menurut Pillay

(1993), salah satu kriteria standar dalam membangun sebuah kolam budidaya adalah adanya saluran hidrolik/saluran pemasukan dan pengeluaran air. Selain bak beton terdapat juga kolam yang berupa bak fiber yang dilengkapi pula dengansaluran pemasukan dan pengeluaran air. 2. Konstruksi kolam Bentuk petakan yang ada di BBPL adalah empat persegi panjang dan ada juga yang berbentuk seperti lingkaran. Bentuk petakan yang baik adalah empat persegi panjang, dimana pada sisi panjangnya lebih besar supaya adanya pemasukan air dari satu sisi ke sisi yang lain dan dapat menimbulkan arus yang masih cukup kuat. Kolam yang ada di BBPL terbuat dari beton/kolam permanen dan kolam fiber. Kelemahan dari kolam permanen ini menurut Pillay (1993) adalah jika permukaannya kasar maka akan melukai tubuh ikan dan apabila luka tersebut ditumbuhi jamur atau parasit maka ikan akan menjadi sakit. 3. Konstruksi saluran air Bentuk saluran air yang ada di BBPL adalah tabung/silinder dan terbuat dari paralon.Jenis saluran air yaitu saluran primer, dimana fungsinya yaitu akan mengalirkan atau mengambil air secara langsung dari kolam penampungan air sungai ke kolam pemeliharaan yang diinginkan. Jumlah saluran air dapat disesuaikan dengan luas kolam budidaya, dimana fungsinya menurut Pillay (1993) adalah untuk menjaga keseimbangan antara debit air yang masuk dan debit air yang keluar.

4. Bentuk kolam Bentuk kolam yang ada di BBPL adalah persegi panjang dan bundaran. Dasar dan dinding kolam terbuat dari bahan beton dan ada juga yang terbuat dari fiber.

Gambar 1. Kolam Beton

Gambar 2. Akuarium

Gambar 3. Bak Fiber

Gambar 4. Kolam Intensif

5. Alat penunjang dalam budidaya Adapun alat-alat penunjang yang ada di balai benih adalah pompa air, gudang pakan, mesin pembuat pakan dan rumah jaga.

Gambar 5. Pompa Air

Gambar 6. Pipa Saluran

Gambar 7. Pompa Air

Gambar 8. Pompa Air

6. Jenis organisme yang dibudidayakan Adapun jenis organisme yang dibudidayakan di BBPL antara lain adalah Ikan Kerapu, Ikan Cobia, Ikan Kakap, Ikan Baung, Kuda laut dan lain sebagainya.

Gambar 9. Ikan Kerapu 7. Jenis pakan

Gambar 10. Ikan Kerapuh Merah

Adapun pakan yang diberikan yaitu pakan alami berupa artemia, daphnia dan tubifex untuk benih, sedangkan untuk pembesaran berupa pakan buatan (pelet dan pasta). Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk ikan peliharaan yang berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan ikan dan dalam pembuatannya sangat memperhatikan sifat dan ukuran ikan. Pakan buatan dibuat oleh manusia untuk mengantisipasi kekurangan pakan yang berasal dari alam yang kontinuitas produksinya tidak dapat dipastikan. Dengan membuat pakan buatan diharapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan akan terpenuhi setiap saat (Gusrina, 2003). Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria-kriteria seperti: kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan, diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran bukaan mulut ikan, pakan mudah dicerna, kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh, memiliki rasa yang disukai ikan dan kandungan abunya rendah, serta tingkat efektivitasnya tinggi (Gusrina, 2003).

Pakan alami merupakan salah satu jenis pakan ikan hias dan ikan konsumsi air tawar, payau dan laut. Pakan alami adalah pakan yang disediakan secara alami dari alam dan ketersediaannya dapat di budidayakan oleh manusia, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang hanya dibuat oleh manusia dengan menggunakan beberapa bahan baku dan formulasi pakannya disesuaikan dengan kebutuhan ikan (Gusrina, 2003).

Gambar 11. Mikroalga 8. Metode pembenihan/pemijahan ikan Metode pembenihan/pemijahan ikan dapat dilakukan secara alami dan secara buatan. Secara buatan biasanya dilakukan dengan penyuntikan (kawin suntik).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Berbagai macam teknologi yang diterapkan dalam usaha budidaya akan memberikan dampak bagi lingkunga sekitarnya, oleh karena itu pengembangan teknologi juga harus diimbangi dengan perbaikan lingkungan. 2. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung didirikan sebagai bentuk kepedulian pemerintah Lampung terhadap budidaya perikanan Lampung. 3. Terdapat berbagai macam sarana budidaya baik yang tradisional maupun yang modern, seperti Pen System, Keramba Jaring Apung (KJA) dan Kolam Permanen, dimana pembangunanya merupakan penyesuaian terhadap lokasi yang ada.

B. Saran Untuk lebih memahami akan teknologi akuakultur, sebaiknya penerapan yang dilakuan adalah membuat sesuatu/karya yang berhubungan dengan perlengkapan budidaya, seperti pembuatan kolam terpal dan karamba.

DAFTAR PUSTAKA

Pillay, T.V.R. 1993. Aquaculture Principles and Practices.Fishing News Book. England. 575 p. Rahardi, K. R dan Nazaruddin. 2003. Agribisnis Perikanan. Jakarta : Penebar Swadaya. Tim Aquaculture Engineering.1997. Penuntun Praktikum Engineering.Semarang : PS Budidaya Perairan FPIK UNDIP. Aquaculture

Tarunamulia dan Sammut, J. 2005. Identifikasi Dan pengelolaan Tanah Sulfat Masam Untuk Budidaya Udang. (http://www.google.co.id). (diakses pada tanggal 25 November 2008).