administrasi pendidikan - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/administrasi...

179

Upload: vuongcong

Post on 03-Mar-2019

405 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Page 2: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Page 3: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Page 4: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ADMINISTRASIPENDIIDKAN

Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A.

Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana

Page 5: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Penulis: Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A.

Copyright © 2012, pada penulisHak cipta dilindungi undang-undang

All rigths reserved

Penata letak: Samsidar HasibuanPerancang sampul: Aulia@rt

Diterbitkan oleh:

PERDANA PUBLISHING(Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana}Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Jl. Sosro No. 16-A Medan 20224Telp. 061-77151020, 7347756 Faks. 061-7347756

E-mail: [email protected] person: 08126516306

Cetakan pertama: September 2012

ISBN 978-602-8935-83-8

Dilarang memperbanyak, menyalin, merekam sebagian atau seluruhbagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa

izin tertulis dari penerbit atau penulis

Page 6: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Pencipta dan Pemelihara sekalianalam, dengan rahmat dan ‘inayah-Nya penulisan buku ini dapat diselesaikan.Rabb yang di jari-Nya silih berganti bahagia dan sedih dalam garistakdir kehidupan setiap hamba-Nya. Dia yang menurunkan Alqur’anyang menjadi panduan untuk membebaskan manusia dari belenggukejahiliyyahan. Dengan setitik cahaya ilmu yang dilimpahkan kepadamakhluk-Nya telah membangkitkan kekuatan bagi hamba-Nya untukmerdeka, bebas, dan lepas di bumi-Nya yang luas. Semakin merasa bebasseseorang, semakin berpasrah diri kepada-Nya.

Untaian salawat teriring salam disampaikan kepada sebaik-baikmakhluk-Nya, Rasulullah Muhammad Saw “sang revolusioner” yangmembawa misi transformatif nilai-nilai “Uluhiyyah” dan “Rubbubiyyah”,membebaskan manusia dari belenggu-belenggu tirani yang telah mengubahwajah dunia dengan sejarah peradaban baru yang membawa rahmatbagi seluruh alam raya yang selalu bertasbih dan mengagungkan nama-Nya. Rasulullah Muhammad Saw dalam hadisnya telah menyampaikanmengenai wajibnya menuntut ilmu bagi kaum muslimin dan muslimat,sehingga memberikan semangat yang takkan pernah surut bagi penulisuntuk menuntut ilmu, termasuklah untuk menyelesaikan buku ini.

Penulisan buku ini penulis anggap penting, karena hingga sekarangmasih banyak orang yang beranggapan bahwa administrasi hanyalahsebagai kegiatan catat mencatat. Padahal sesungguhnya tidak sedikitteori yang mengemukakan kegiatan administrasi lebih dari sekadar itu.Kegiatan administrasi yang lebih sering disebut dengan ketatausahaanpada sebuah organisasi memiliki manfaat atau hasil yang sangat penting,sehingga memiliki fungsi yang tidak boleh diremehkan.

Dalam buku ini juga diulas dengan cukup panjang lebar tentangbirokrasi pendidikan yaitu penggunaan praktik-praktik birokrasi dalam

v

Page 7: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

pelayanan pendidikan oleh aparatur pemerintahan kepada warga negara.Birokrasi pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat pemerintah pusathingga pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, bertugas dalam menyusun kurikulum yang berlaku, menyediakantenaga pendidik dan kependidikan, menentukan pengalokasian anggaran,pengadaan sarana dan prasarana serta perawatannya, memperhatikanpelaksanaan proses belajar mengajar, mempersiapkan sistem evaluasipendidikan, menjamin mutu pendidikan, dan sebagainya. Lembagapendidikan seperti sekolah merupakan wadah organisasional di manaadministrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola organisasiuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian pula dengankebijakan sentralisasi atau desentralisasi dalam penyelenggaraan pendidikan.Desentralisasi secara politis juga memberi peluang yang memadai terhadapperan serta masyarakat yang optimal dalam pengelolaan pendidikandalam suatu wadah dewan sekolah (boards of local schools) atau komitesekolah pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, maupun provinsi.

Paradigma otonomi daerah juga menyentuh segi pengelolaan perguruantinggi. Di era otonomi daerah sekarang, di samping kabupaten/kota,perguruan tinggi juga memiliki otonomi untuk menentukan peranannyadalam memprogramkan kepentingan yang dianggap urgen oleh perguruantinggi tersebut sesuai dengan konteks kebutuhan daerahnya. Denganadanya kebebasan perguruan tinggi tersebut mengatur dirinya sendiridan komunikasi dengan pemerintah daerah di tingkat provinsi ataukota/kabupaten, maka dunia perguruan tinggi diharapkan dapat memenuhiapa saja yang paling dibutuhkan oleh pemerintah setempat.

Administrasi pendidikan yang baik mencerminkan pelaksanaanpendidikan yang baik. Dengan lain perkataan, apabila proses administrasidikerjakan dengan baik, maka berarti ada kinerja yang baik, karena salahsatu tugas pokok administrasi adalah “hanya” mencatat saja kejadian atauproses yang ada dalam aktivitas organisasi. Namun, dapat juga yangterjadi adalah hal sebaliknya, di mana dalam sebuah organisasi, tujuan-tujuan maupun sasaran-sasaran dari projek-projeknya di sana tidakpernah tercapai dalam artian sesungguhnya, melainkan hanya “tercapai”dalam laporan administratif, bukan pada praktik dan hasil yang sesungguhnya.

Kemudian penulis juga menukik pada permasalahan di level mikronamun mendasar, yaitu kepala sekolah, guru, pengawas, dan tenaga

vi

Page 8: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

kependidikan lainnya adalah tenaga profesional yang terus menerusberinovasi untuk kemajuan sekolah, bukan birokrat yang sekadar patuhmenjalankan petunjuk atasan mereka, namun sebagai insan pendidikanyang mewujudkan sekolah dengan kerangka akuntabilitas yang kuatkepada siswa dan warganya melalui pemberian pelayanan yang bermutu,dan bukan semata-mata akuntabilitas pemerintah/yayasan melaluikepatuhannya menjalankan petunjuk.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, olehkarena itu kritikan dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan,khususnya dari para pembaca, demi penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya,semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, mahasiswa,insan pendidikan, dan guru “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” sebagai pendidikyang berada di garis terdepan.

Jakarta, 06 Agustus 2012

Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., MA.

vii

Page 9: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................... vDaftar Isi ..................................................................................... viiiDaftar Tabel ................................................................................ xDaftar Gambar ............................................................................ xi

BAB I

PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN ................... 1

A. Teori Administrasi ................................................................ 1B. Konsep Administrasi dan Manajemen ................................. 2C. Persamaan dan Perbedaan antara Administrasi dan

Manajemen .......................................................................... 4D. Konsep Administrasi Pendidikan .......................................... 9E. Fungsi-Fungsi Administrasi Pendidikan ............................... 13

1. Fungsi Perencanaan (Planning) ..................................... 142. Fungsi Pengorganisasian (Organising) .......................... 153. Fungsi Penggerakkan (Actuating) ................................. 204. Pengawasan (Controlling) .............................................. 225. Penyusunan Pegawai (Staffing) ...................................... 236. Fungsi Pengarahan (Directing) ....................................... 237. Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating) ...................... 248. Fungsi Pelaporan (Reporting) ......................................... 249. Fungsi Pendanaan/Anggaran (Budgeting) . .................. 25

BAB II

SISTEM DAN BIROKRASI PENDIDIKAN NASIONAL ...... 26

A. Sistem Pendidikan Nasional ................................................. 27

viii

Page 10: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional ... 302. Pengelolaan Pendidikan Nasional .................................. 33

B. Birokrasi Pendidikan ............................................................ 431. Teori dan Konsep Birokrasi ............................................ 462. Birokrasi Dalam Administrasi Pendidikan ..................... 543. Administrasi Pendidikan di Sekolah ............................... 77

BAB III

KEBIJAKAN PENDIDIKAN .................................................... 94

A. Analisis Kebijakan ................................................................ 95B. Bentuk-Bentuk Analisis Kebijakan ....................................... 98C. Pembuatan Kebijakan Pendidikan........................................ 102D. Kebijakan Pemerintah Dalam Pendidikan ............................ 106E. Otonomi Pendidikan ............................................................. 108

BAB IV

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ........................................... 114

A. Aspek dan Penyusunan Model Kepemimpinan .................... 1191. Aspek Tuntutan Perubahan Dan Tantangan Masa

Depan ............................................................................. 1192. Aspek Keterpercayaan, Profesionalisme Serta Prinsip-

Prinsip Keadilan Dan Demokrasi ................................... 1243. Aspek Pengembangan Pola Dasar Kepemimpinan ......... 1274. Aspek Pola Kepemimpinan ............................................. 1315. Aspek Pemimpin Yang Besar .......................................... 136

BAB V

KINERJA PERSONIL PENDIDIKAN .................................... 148

A. Konsep Penilaian Kinerja ...................................................... 149

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 160RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................... 165

ix

Page 11: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Pengaruh Jenis Saling-ketergantungan terhadapKoordinasi .......................................................................... 20

2.1 Jalur Pendidikan ................................................................ 29

2.2 Tata Nilai Depdiknas ......................................................... 67

2.3 Sasaran-sasaran Program Pengembangan Sekolah .......... 89

3.1 Tabulasi Tiga Pendekatan dalam Analisis Kebijakan ........ 97

x

Page 12: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema Organisasi Bidang Mapenda Kanwil KementerianAgama ............................................................................... 17

2.1 Hubungan Dewan Pendidikan dengan Instansi Terkaitdi Kab./Kota ....................................................................... 41

2.2 Tata Hubungan Komite Sekolah dengan Instansi Terkait 432.3 Birokrasi Pendidikan Nasional Sebuah Tipologi

Pengembangan Personil .................................................... 572.4 Disain Sistem Organisasi Bidang Mapenda Kanwil

Kementerian Agama Provinsi Maupun Balai DiklatKeagamaan ........................................................................ 59

2.5 Jalur Penurunan Strategi Peningkatan Kinerja Pengawasdan Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten/Kota ............. 63

2.6 Paradigma Sistematis Pengelolaan Organisasi .................. 692.7 Sistem Organisasi Sekolah Distrik Cloudcroft ................... 802.8 Interaksi Lingkungan yang Mempengaruhi Keefektifan

Kinerja ............................................................................... 833.1 Skema Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan ........................ 1013.2 Tahap-tahap Pembuatan Kebijakan .................................. 1033.3 Proses Komunikasi Kebijakan............................................ 1055.1 Model Penilaian Kinerja Berfokus-Tujuan ......................... 1565.2 Fokus Pertanggungjawaban dalam Sistem Penilaian

Kinerja ............................................................................... 158

5.3 Hubungan Antara Sasaran-Sasaran Kinerja denganTujuan-tujuan Jabatan ..................................................... 158

xi

Page 13: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

ADMINISTRASI PENDIDIKANxii

Page 14: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

1ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1

BAB I

PENGERTIAN ADMINISTRASIPENDIDIKAN

Hingga sekarang masih banyak orang yang beranggapan bahwaadministrasi hanyalah sebagai kegiatan catat mencatat. Pandangan orangdapat saja seperti ini karena memang dari kegiatannya yang nampakdari luar administrasi memang didominasi oleh kegiatan catat mencatat,apakah dilakukan dengan menggunakan tangan, alat tulis, mesin ketik,komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Padahal sesungguhnya tidak sedikitteori yang mengemukakan kegiatan administrasi lebih dari sekadar itu.Kegiatan administrasi yang lebih sering disebut dengan ketatausahaanpada sebuah organisasi memiliki manfaat atau hasil yang sangat penting,sehingga memiliki fungsi yang tidak boleh diremehkan. Menurut SoewarnoHandayaningrat (1996: 2), dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasidan Manajemen”, administrasi adalah suatu kegiatan yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agendadan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan Manajemendiartikan sebagai pelaksanaan dan pengambilan keputusan dari administrasi.

A. Teori AdministrasiTeori administrasi yang dikemukakan oleh Hick dan Gullett (1975),

menjelaskan tentang organisasi yang ideal, yang mana teori administrasimerumuskan strategi untuk menerapkan struktur birokrasi. Teori administrasimenerjemahkan bagaimana gambaran dari dasar-dasar model birokrasimenjadi dasar-dasar manajerial praktis yang efektif.

Pada tahun 1916, Henry Fayol seorang industrialis yang berkebangsaanPerancis mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen. Warisan Fayol

Page 15: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

2 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

yang sangat terkenal adalah tentang lima fungsi utama manajemen,yaitu merencanakan (Planning), mengorganisasi (Organising), menggerakkan(Actuating), dan mengontrol (Controlling). Fayol terkenal akan dasar-dasarmanajemennya yang ia sebut sebagai dasar-dasar administrasi. Banyakorang memahami Fayol sebagai ahli yang mengemukakan teori manajemenketimbang teori administrasi yang disebabkan karya aslinya “Adminis-tration Industrielle et Generale” yang berbahasa Perancis itu diterjemahkandalam Bahasa Inggris menjadi “General and Industrial Management”. Prinsip-prinsip administrasi Fayol dalam buku tersebut telah diterapkan secaraluas dan memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan desaindan administrasi organisasi industri modern. Banyak prinsip dasar yangdikemukakan oleh Fayol tak berbeda jauh dengan model birokrasi yangdikemukakan oleh Weber.

B. Konsep Administrasi dan ManajemenAdministrasi berasal dari Bahasa Latin Administrare yang memiliki

arti membantu atau melayani. Dalam bahasa Inggris perkataan administrasiberasal dari kata administration, yang artinya melayani, mengendalikan,atau mengelola suatu organisasi dalam mencapai tujuannya secara intensif.Sagala (2005: 21) mengemukakan bahwa di Indonesia juga dikenal istilahadministratie yang berasal dari bahasa Belanda yang pengertiannya lebihsempit, sebab hanya terbatas pada aktivitas ketatausahaan yaitu kegiatanpenyusunan keterangan secara sistematis dan pencatatan semua keteranganyang diperoleh dan diperlukan mengenai hubungannya satu sama lain.Namun, administrasi dalam arti yang luas menurut Albert Lepawsky mencakuporganisasi dan manajemen. Hal ini sejalan dengan pendapat William H.Newman (1951) yang berpendapat bahwa administrasi dapat dipahamisebagai pembimbingan, kepemimpinan, dan kepengawasan usaha-usahasuatu kelompok orang-orang kearah tujuan bersama. Selanjutnya, SlametWijadi Atmosudarmo (1961) mengemukakan bahwa pengertian administrasidapat ditinjau dari sudut: (1) institusional, yaitu administrasi adalah sekelompokorang sebagai suatu kesatuan menjalankan proses kegiatan-kegiatanuntuk mencapai tujuan bersama, (2) fungsional, yaitu segala kegiatandan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan bersifat melihatke depan, dan (3) sebagai proses, yaitu keseluruhan proses yang berupakegiatan-kegiatan, pemikiran-pemikiran, pengaturan-pengaturan sejak

Page 16: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

3ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dari penentuan tujuan sampai penyelenggaraan sehingga tercapai tujuantersebut.

Administrasi dapat diartikan sebagai usaha bersama untuk mendaya-gunakan semua sumber baik personil maupun materil secara efektif danefisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dalamartiannya secara sempit administrasi dapat dipandang sebagai segalakegiatan pencatatan secara tertulis dan penyusunan sistematis dari seluruhinformasi yang ada agar mempermudah memperoleh rangkuman informasidari seluruh kegiatan dan keadaan yang tengah berlangsung dalamsebuah organisasi/kantor. Kegiatan dalam administrasi ini sendiri meliputiserangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan,mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukandalam setiap kerja sama. Sementara dalam artiannya secara luas, administrasidapat dipandang sebagai keseluruhan proses kerja sama antara duaorang atau lebih secara rasional dalam rangka mencapai tujuan secaraefektif dan efisien.

Menurut Parajudi Atmosudirjo (1975), administrasi merupakanpengendalian dan penggerak dari suatu organisasi sedemikian rupa sehinggaorganisasi itu menjadi hidup dan bergerak menuju tercapainya segalasesuatu yang telah ditetapkan oleh pimpinan organisasi. Leonald D. Whitemengemukakan bahwa administrasi merupakan suatu proses yang dijumpaidalam hampir semua organisasi yang produktif apakah milik pemerintahatau swasta, di bidang sipil atau militer, dalam skala besar ataupun kecil.

Sedangkan istilah manajemen diambil dari Bahasa Latin “manus”yang artinya tangan dan “agere” yang artinya mengerjakan. Kedua katatersebut digabung menjadi “managere” yang berarti menangani, manageredialihbahasakan dalam Bahasa Inggris menjadi kata kerja to managebagi orang yang melakukan aktivitas manajemen yang kemudian istilahmanagement ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemenyang dapat berarti pengelolaan.

Robert G. Murdoch dan Joel E. Ross (1990: 3) mendefinisikan manajemensebagai kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memprakarsai,dan mengen-dalikan operasi. Merencanakan yaitu menetapkan strategi,tujuan, dan memilih tindakan yang terbaik untuk mencapai apa yangtelah direncanakan. Mengorganisasikan yaitu menyusun tujuan-tujuanke dalam kelompok yang homogen dan menetapkan pendelegasian

Page 17: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

4 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

wewenang. Mengendalikan yaitu mengawasi prestasi kerja agar sesuaidengan standard yang telah ditentukan.

Pada pengertian manajemen sebagaimana yang diungkapkan olehRobert G. Murdoch dan Joel E. Ross di atas telah terkandung di dalamnya:(1) Fungsi-fungsi dari manajemen yaitu Perencanaan (Planning), Pengorganisasian(Organising), Tindakan/Pelaksanaan Tugas (Actuating), dan Pengendalian(Controlling), (2) Tujuan yang hendak dicapai dari suatu kegiatan yangdilaksanakan dan bagaimana mencapai tujuan sesuai dengan yangdiharapkan, dan (3) Melukiskan manajemen sebagai suatu proses sekaliguskemampuan dalam hal manajemen sebagai suatu keterampilan yangbukan hanya bersifat teoritis tetapi juga yang tidak kalah pentingnyamanajemen juga harus bersifat praktis karena seorang manajer harusmenghadapi suatu situasi yang nyata di tempat ia bekerja.

Manajemen juga dapat dikatakan sebagai proses mengkoordinasidan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secaraefisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Menurut Ross Stainton(1982: 1), manajemen adalah pengawasan/pengendalian terhadap benda,kejadian, atau urusan-urusan, apakah urusan pemerintahan, bisnis, politik,atau urusan rumah tangga seseorang sekalipun.

C. Persamaan dan Perbedaan antara Administrasidan ManajemenSebagian ahli berpendapat bahwa administrasi sama dengan manajemen,

seperti pendapat yang digunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwakedua istilah itu merupakan sinonim. Administrasi sering dipakai di bidangAdministrasi Negara/Birokrasi, sedangkan Manajemen sering dipakaidi bidang Administrasi Bisnis/Niaga. Dalam pengertian ini, penerapanadministrasi dan manajemen membentuk satu kesatuan yang tak dapatdipisahkan satu sama lain hanya kegiatannya yang dapat dibedakan.

Namun sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa administrasiberbeda dengan manajemen, di mana administrasi diposisikan dalamlingkup yang lebih luas dan manajemen merupakan bagian inti dariadministrasi. Administrasi bersifat konseptual yang menentukan tujuandan kebijakan umum secara menyeluruh sedangkan manajemen yanglebih bersifat operasional sebagai subkonsep yang tugasnya melaksanakan

Page 18: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

5ADMINISTRASI PENDIDIKAN

semua kegiatan untuk mencapai tujuan dan kebijaksanaan yang sudahtertentu pada tingkat administrasi. Administrasi penekanannya terletakpada pembuatan kebijakan menyeluruh, perencanaan, pembuatan program,penyiapan anggaran (budget), pendekatan sistem, dan pengawasan.Dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan manajemenadministrasi akan mencapai tujuannya.

Dapat juga dikatakan bahwa administrasi adalah seluruh prosespelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang/lebih secara rasionaldalam rangkai mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemenadalah ilmu atau seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif danefisien. Dengan kata lain administrasi merupakan segenap proses penyelenggaraanatau penataan tugas-tugas pokok dalam suatu usaha kerjasama sekelompokorang dalam mencapai tujuan bersama, sedangkan manajemen dibatasihanya pada segi kepemimpinannya yang mengarahkan semua orangyang merupakan anggota organisasi dan memfasilitasinya agar seluruhkegiatan organisasi dapat berjalan lancar. Dalam penerapannya administrasidan manajemen tidak dapat dipisahkan.

Administrasi sebagai proses rangkaian kegiatan memiliki unsursebagai berikut:

1. OrganisasiUnsur administrasi yang pertama adalah organisasi. Jika sekelompokindividu menghadapi pekerjaan yang sudah tidak mampu lagi untukditangani oleh satu orang, muncullah organisasi. Organisasi dalampengertian dinamisnya merupakan sesuatu yang berhubungan denganbentuk dan pola dalam rangka kerja sama dengan membagi habissemua tugas yang ada secara tepat dan proporsional agar tujuanbersama yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan organisasidalam pengertian statisnya merupakan bentuk sekumpulan orangyang memiliki tujuan yang sama yang ingin dicapainya. Pekerjaanyang telah terbagi-bagi kepada banyak personil itu lalu digabungkankembali dengan membentuk sinergi dan harmonisasi kegiatan/pekerjaan dalam sebuah organisasi.

2. ManajemenUnsur administrasi yang kedua adalah manajemen. Menurut StephenP. Robbins dan Mary Coulter (1999: 8), manajemen adalah proses

Page 19: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

6 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agardiselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.

3. KomunikasiUnsur administrasi yang ketiga adalah komunikasi yang berhubungandengan persoalan menyampaikan pesan dari satu pihak kepadapihak yang lain dalam rangka kerja sama dalam suatu organisasiuntuk mencapai tujuan bersama.

4. KepegawaianUnsur administrasi yang keempat adalah kepegawaian yang berhubungandengan persoalan sumber daya manusia, mulai dari penerimaan,pengembangan, hingga pemberhentiannya.

5. KeuanganUnsur administrasi yang kelima adalah keuangan yang berhubungandengan pembiayaan dalam suatu usaha kerja sama.

6. Perbekalan/Sarana/PrasaranaUnsur administrasi yang keenam adalah perbekalan/sarana/prasaranayang berhubungan dengan persoalan penelitian, pengadaan, pemanfaatan,penyimpanan, dan perawatan gedung, peralatan, barang-barang,serta perlengkapan, hingga penghapusan perlengkapan dari prosesadministrasi.

7. KetatausahaanUnsur administrasi yang ketujuh adalah ketatausahaan yang berhubungandengan persoalan menyiapkan, membuat, mengirim, mencatat bahan-bahan keterangan atau proses yang dimulai dari mengumpulkan,mencatat, memproses (konsep surat/keputusan/korespondensi),memperbanyak, mengirim (ekspedisi) dan menyimpan (pengarsipan)semua bahan-bahan yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkandalam suatu organisasi untuk dapat mencapai tujuannya. Informasiyang masih mentah akan diolah sehingga dapat dipakai oleh setiapbagian yang membutuhkan atau berkaitan dengannya.

8. Hubungan MasyarakatUnsur administrasi yang kedelapan adalah hubungan masyarakatyang berhubungan dengan penjalinan hubungan baik atau kerjasama dalam suatu organisasi dengan instansi/unit usaha lain yangada di lingkungannya.

Page 20: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

7ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Prajudi Atmosudirdjo (1979: 118-120) mengemukakan bahwa kehidupanmanusia mengalami perkembangan dari yang semula manusia primitif,nomaden, beradat, hingga menjadi manusia modern. Kemajuan yangdicapai manusia itu meliputi cara berpikir dan cara hidup bermasyarakatnya.Manusia modern dipandang atau diukur dari kemampuan serta cara berpikirdan pranata/sistem kehidupannya secara sederhana dapat dikelompokkansebagai berikut:

a. Manusia kerja (homo faber), adalah manusia yang sudah mengetahuibanyak tentang alam sekitarnya dengan cara mempelajari alam, unsur-unsur, dan hukum-hukumnya sehingga masyarakat tersebut dapatmenaklukkan alam dan memanfaatkannya bagi kepentingan masyarakatnya.

b. Manusia birokrasi, adalah manusia yang suka pekerjaan kertas(paper work) yang telah sadar akan pentingnya surat-menyuratuntuk mengatur dan menguasai pekerjaan. Manusia birokrasi sukakepada pekerjaan ajeg dan teratur, pekerjaan tertentu yang berdasarkanspesialisasi dan pembagian kerja, bekerja teratur berdasarkan perintah,bekerja secara lugas (impersonal), tidak melayani kehendak atau kesewenanganorang per orang (pribadi).

c. Manusia organisasi, adalah lanjutan dari manusia birokrasi. Ia adalahindividu yang mampu mengendalikan sekelompok orang untuk bekerjasama dalam sebuah tim, bersikap tegas, disiplin, mematuhi segalasesuatu di dalam peraturan yang berlaku/konstitusi, anggaran dasar,dan moral organisasi. Ia bekerja secara organisatoris. Ia telah biasadengan adanya pelimpahan kewenangan (delegation of authortity).

d. Manusia manajemen, adalah manusia rasional. Ia adalah individuyang mampu mengendalikan dan mengembangkan operasi kerja melaluikemampuan perencanaan (planning), penggerakkan (actuating),dan fungsi manajemen lainnya. Manusia manajemen kuat dalampengendalian dan pengembangan sistem, operasi, dan organisasi kerjayang terdiri atas berbagai macam kesatuan organisasi dan sistemkerja sekaligus.

e. Manusia administrasi, adalah manusia yang mampu mengendalikankinerjanya secara efektif dan efisien. Kekuatannya terletak terutamapada pembuatan kebijakan, tindakan yang menyeluruh dan terencana,pembuatan program, penyiapan anggaran, pendekatan sistem danpengawasan.

Page 21: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

8 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dari uraiannya di atas, maka Prajudi Atmosudirdjo (1979: 120)menyimpulkan bahwa untuk menjadi manusia modern diawali denganmenjadi manusia kerja, selanjutnya menjadi manusia manajemen, dansetelah itu baru menjadi manusia administrasi yang menjadi dasarnyaadalah manusia birokrasi. Ia mengemukakan bahwa administrasi dapatditinjau dari tiga sudut, yaitu:

1. Sudut Proses. Ditinjau dari sudut proses, administrasi merupakansegala kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diawalidengan proses pemikiran (konseptual), pelaksanaan, hingga tercapainyatujuan yang telah ditetapkan itu.

2. Sudut Fungsi. Ditinjau dari sudut fungsi, administrasi terdiri dariberbagai fungsi atau tugas dalam segala kegiatan yang dilakukanuntuk mencapai tujuan itu, seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian,penggerakan, dan pengawasan/pengendalian.

3. Sudut Kelembagaan. Ditinjau dari sudut kelembagaan, administrasimerupakan kelembagaan secara keseluruhan dengan berbagai kegiatandi dalamnya untuk mencapai tujuan yang mana kegiatan tersebutbersifat holistik dari tingkat atas hingga tingkat bawah. Dalam berbagaikegiatan ini melibatkan empat jenis personil, yaitu:

a. Personil yang menjadi pemikir dan menetapkan tujuan yangdisebut sebagai administrator.

b. Personil yang memimpin dan mengendalikan usaha agar tujuanorganisasi dapat tercapai yang disebut sebagai manajer.

c. Personil yang membantu manajer dengan memberikan pertimbanganteknis atau sumbangan pemikiran yang diperlukan oleh pimpinanuntuk mengambil suatu keputusan apa dan bagaimana suatuusaha akan dibuat dan dijalankan. Personil yang tugasnya sepertiini disebut sebagai staf ahli.

d. Personil yang bertugas melaksanakan pekerjaan secara langsungdi bidang-bidang yang telah ditentukan dalam unit kerjanyayang disebut sebagai staf atau pegawai.

Page 22: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

9ADMINISTRASI PENDIDIKAN

D. Konsep Administrasi PendidikanDari pemahaman terhadap persamaan dan perbedaan antara administrasi

dan manajemen sebelumnya, dapatlah dikatakan bahwa pada dasarnyaadministrasi sama dengan manajemen, kalaupun dipandang berbedamaka perbedaannya dapat dikatakan hanyalah sedikit atau hanya berupanuansa dalam ruang lingkup dan sifat dari kedua istilah tersebut. Demikianpula dalam pembahasan pada bagian ini, kita tidak menegaskan perbedaanyang ada dari istilah administrasi dan manajemen dalam upaya memahamikonsep administrasi pendidikan di sini.

Pengertian tentang pendidikan dalam arti luasnya adalah segenapkegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang waktu dalam konteksberbagai aspek kehidupan masyarakatnya, baik yang bersifat lokal maupunglobal. Pendidikan berlangsung dalam segala jenis, bentuk, dan jenjangnyayang mendorong perkembangan potensi setiap individu dalam sebuahmasyarakat bagi mewujudkan masyarakat yang maju dan beradab. Dengankegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah danmengembangkan diri menjadi manusia yang cerdas, kreatif, dan matangbaik secara fisik, mental, dan spiritual. Ringkasnya, pendidikan merupakansistem proses perubahan menuju pencerdasan, pendewasaan, dan pematangandiri. Memperoleh pendidikan yang layak adalah kewajiban sekaligushak asasi setiap orang untuk menjadi matang, terampil, dan cerdas sebagaibekal untuk menjalani kehidupannya.

Adapun pendidikan dalam arti sempit pada umumnya diketahui sebagaisegenap kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi yang telahdipersiapkan, pelaksanaannya terjadwal sedemikian rupa, dan untukmengukur keberhasilannya dilakukan evaluasi sesuai tujuan pembelajaranyang telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar tersebut dilaksanakandi lembaga pendidikan baik di sekolah/madrasah hingga perguruantinggi. Tujuan utamanya adalah pengembangan potensi intelektual dalambentuk penguasaan bidang ilmu tertentu dan teknologi.

Dari pemahaman tentang administrasi dan pendidikan di atas administrasipendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses bekerja samadengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dan dibutuhkanuntuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektifdan efisien. Menurut Djam’an Satori (1980), administrasi pendidikanmerupakan keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua

Page 23: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

10 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapaitujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Castetter(1996:198) mengungkapkan bahwa, educational administration is a so-cial process that take place within the context of social system.

Administrasi pendidikan pada dasarnya merupakan administrasidalam mengelola, mengatur dan mengalokasikan sumber daya yangterdapat dalam dunia pendidikan. Fungsi administrasi pendidikan merupakanalat untuk menyatukan dan menyelaraskan peranan seluruh sumberdayayang dimiliki guna tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu kontekssosial tertentu, ini berarti bahwa bidang-bidang yang dikelola mempunyaikekhususan yang berbeda dari manajemen dalam bidang lain.

Suryabrata yang dikutip oleh Jalaluddin dan Idi (2003: 119) mengatakanbahwa:

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, bahkantujuan merupakan salah satu hal yang teramat penting dalam kegiatanpendidikan, guna memberikan arah dan ketentuan yang pasti dalammemilih materi (isi), metode, alat, evaluasi terhadap kegiatan yangdilakukan. Dengan arah yang pasti, harapan untuk memperoleh hasilyang maksimal dari usaha penyelenggaraan pendidikan akan dapatdicapai.

Berbagai aspek dari usaha penyelenggaraan pendidikan di atasharuslah tercakup dalam sebuah rancangan pendidikan yang mempunyaikedudukan strategik dalam pelaksanaan proses manajerial pendidikansehingga akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itudalam penyusunan strategi peningkatan kinerja dan mutu bidang pendidikandibutuhkan landasan pendidikan yang akan mendeskripsikan orientasisubtantif berbagai aspek yang akan dikembangkan dalam proses manajerialpengembangan berbagai aspek pendidikan.

Oteng Sutisna (1989) menyatakan bahwa administrasi pendidikanmeliputi:

a. Latar belakang administrasi pendidikan (geografi, kependudukan,ekonomi, ideologi, kebudayaan, dan pembangunan);

b. Bidang garapannya;

Page 24: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

11ADMINISTRASI PENDIDIKAN

c. Unsur-unsur pokok administrasi pendidikan, seperti tugas-tugas,proses, asas-asas, dan perilaku administrasi memberikan gambaranbahwa administrasi pendidikan mempunyai bidang dengancakupan yang luas dan saling berkaitan, sehingga pemahamantentangnya memerlukan wawasan yang luas serta antisipatifterhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat di sampingpendalaman dari segi perkembangan teori administrasi.

Ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi bidang sumberdaya manusia, kurikulum, proses belajar mengajar, sarana/prasarana,dan dana yang diperlukan dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan,baik bagi perorangan maupun kelembagaan. Dalam kegiatan administrasipendidikan sangat diperlukan pengintegrasian dari berbagai sumber dayadan modal yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan pendidikan, sepertisumber daya manusia yang sangat menentukan bagi mutu proses pem-belajarannya dan sumber daya keuangan merupakan dana yang diperlukanuntuk melaksanakan dan memperbaiki proses pendidikan, di sampingmodal sosial yang merupakan ikatan kepercayaan dan kebiasaan yangmenggambarkan sekolah sebagai komunitas, dan modal politik yangmeliputi dasar otoritas legal yang dimiliki untuk melakukan proses pembelajaran/pendidikan.

Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampakbahwa salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalahberkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari mulai aspekpersiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu prosestersebut, dalam hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikanyang melakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatantersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatanutama dari suatu sekolah (Hoy dan Miskel 2001). Dengan demikiannampak bahwa guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor pentingdalam manajemen pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolahpada dasarnya adalah guru, karena keterlibatannya yang langsung padakegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Manajemen SumberDaya Manusia Pendidik dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukanbagaimana kontribusinya bagi pencapaian tujuan, dan kinerja gurumerupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian dari pihak manajemenpendidikan di sekolah agar dapat terus berkembang dan meningkat

Page 25: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

12 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

kompetensinya dan dengan peningkatan tersebut kinerja merekapun akanmeningkat, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatankualitas pendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan globaldewasa ini

Manajemen merupakan bagian yang paling besar dan inti dari kajiantentang proses administrasi. Makna manajemen dengan fungsi-fungsinyasebagai sebuah proses pengaturan dan pemberdayaan sumber daya untukmencapai tujuan dapat dikatakan sama saja dengan fungsi-fungsi administrasiitu sendiri. Dari pemahaman tersebut, maka manajemen pendidikan dapatdiartikan sebagai sebuah proses manajerial yang berkaitan dengan masalahpendidikan dan faktor pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, kurikulum,tenaga kependidikan, pendidik, peserta didik, dan sarana/prasarana.

Secara konsepsional, manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat,dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick yang dikutip NanangFattah (2004: 1) karena manajemen dipandang sebagai suatu bidangpengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa danbagaimana orang bekerja sama. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter(1999: 8) mengemukakan bahwa dalam hal konsepsi manajemen sebagaisuatu proses kemampuan manajemen merupakan suatu keterampilanyang bukan hanya bersifat teoritis tetapi sekaligus yang tidak kalah pentingnyaadalah manajemen juga harus bersifat praktis karena seorang kepalasekolah/manajer harus menghadapi suatu situasi yang nyata di tempatia bekerja.

Sebagai bahan rujukan dari apa yang dikemukakan di atas, dapatdilihat dari hasil penelitian Katz terhadap para manajer selama awal tahun1970-an sebagaimana yang juga dikutip oleh Stephen P. Robbins dan MaryCoulter (1999: 15-16), para manajer (termasuk kepala sekolah tentunya)membutuhkan tiga keterampilan hakiki:

1. Keterampilan Teknis, keahlian ini mencakup keahlian dalam bidangkhusus tertentu, misalnya bidang pendidikan dan manajemen bagikepala sekolah.

2. Keterampilan Manusiawi, keterampilan ini merupakan kemampuanuntuk bekerja sama dengan baik dengan orang lain baik secara peroranganmaupun dalam sebuah kelompok. Keterampilan ini sangat pentingkarena kepala sekolah/manajer langsung berurusan dengan orang-orang.

Page 26: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

13ADMINISTRASI PENDIDIKAN

3. Keterampilan Konseptual, yaitu kemampuan berpikir dan menggagaskeadaan-keadaan abstrak.

Gaffar dalam Mulyasa (2002: 19-20) mengemukakan bahwa manajemenpendidikan adalah proses kerja sama yang sistematik dan komprehensifdalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan baik yang berdimensijangka pendek, menengah, maupun panjang. Dari konsep dan maknamanajemen di atas, maka manajemen pendidikan dapat diartikan sebagaisebuah proses manajerial yang berkaitan dengan masalah pendidikandan faktor pendidikan yang meliputi pendidik, peserta didik, alat, sarana/prasarana, dan tujuan pendidikan.

Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampakbahwa salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitandengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari mulai aspek persiapansampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut,dalam hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yangmelakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatantersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakankegiatan utama dari suatu sekolah (Hoy dan Miskel 2001). Dengan demikiannampak bahwa guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor pentingdalam manajemen pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolahpada dasarnya adalah guru, karena keterlibatannya yang langsung padakegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Manajemen Sumber DayaManusia Pendidik dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukanbagaimana kontribusinya bagi pencapaian tujuan, dan kinerja guru merupakansesuatu yang harus mendapat perhatian dari fihak manajemen pendidikandi sekolah agar dapat terus berkembang dan meningkat kompetensinyadan dengan peningkatan tersebut kinerja merekapun akan meningkat,sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan kualitaspendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini

E. Fungsi-Fungsi Administrasi PendidikanGeorge R. Terry dalam bukunya “Principle of Management” merumuskan

fungsi-fungsi administrasi/manajemen sebagai Perencanaan (Planning),Pengorganisasian (Organising), Tindakan (Actuating), dan Pengawasan(Controlling) yang disingkat menjadi POAC. Sedangkan Robbins dan

Page 27: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

14 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Coulter mengklasifikasikannya atas empat fungsi, yaitu: Planning, Or-ganizing, Leading, dan Controling yang disingkat menjadi POCL.

Sementara Luther Gullick dalam bukunya “Papers on the Scienceof Administration” merumuskan fungsi-fungsi administrasi sebagai Perencanaan(Planning), Pengorganisasian (Organising), Penyusunan Staf (Staffing),Pengarahan (Directing), Pengkoordinasian (Coordinating), Pelaporan(Reporting), dan Penganggaran (Budgeting) yang disingkat menjadiPOSDCORB. Pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh H. Koontz& O, Donnell yang mengelompokkan fungsi-fungsi administrasi dalamlima proses, yaitu: Planning, Organizing, Staffing, Directing, dan Controlingyang disingkat menjadi PODICO.

Dari klasifikasi fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak bahwadi antara para ahli ada kesamaan pandangan tentang fungsi administrasi.Seluruh ahli sependapat bahwa fungsi pertama dari administrasi adalahperencanaan, kemudian ditindak lanjuti dngan pengorganisasian. Gullickmenambahkan satu fungsi yang tidak disinggung ahli lain, yang manafungsi-fungsi yang lain akan dapat berjalan dengan baik jika disertai denganusaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran dan pengawasannya.

Makna administrasi dengan fungsi-fungsinya merupakan sebuahproses pengaturan dan pemberdayaan sumber daya untuk mencapai tujuan.Penerapan fungsi-fungsi administrasi di bidang pendidikan di sini dapatdirangkum dari beberapa pendapat para ahli di atas yang meliputi Perencanaan(Planning), Pengorganisasian (Organising), Tindakan/Pelaksanaan Tugas(Actuating), Pengawasan (Controlling), Pengarahan (Directing), Pengkoordinasian(Coordinating), Pelaporan (Reporting), dan Penganggaran (Budgeting)yang dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah dasar bagi tindakan administrasi yang berhasil.Rencana adalah proses yang diikuti oleh seorang pemimpin/manajerdalam memikirkan secara tuntas lebih dahulu apa yang hendak dicapainyadan bagaimana dia mencapainya. Menurut Castetter (1996: 38) perencanaanmerupakan cara manusia memprojeksikan niat terhadap apa yangingin dicapai. Karena perencanaan berkaitan dengan konsep masa depan,masalah-masalah yang membutuhkan imajinasi dan pilihan, pemikirandisengaja dengan melihat masa lampau, dan dicapai melalui rancangan,

Page 28: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

15ADMINISTRASI PENDIDIKAN

perencanaan mewakili sebuah upaya yang paling menarik dan menantangyang merupakan antitesis dari keadaan yang telah dianggap layak padamasa sekarang, gaya kepemimpinan laissez-faire, dan kinerja yang takterarah. Berkaitan dengan perencanaan dan strategi yang dipilih untukmencapai tujuan organisasi, maka penting untuk diperhatikan bahwasemua orang bertanggung jawab atas perencanaan strategis pada tingkatyang berbeda-beda untuk berpartisipasi dan memahami strategi padatingkat organisasi yang lain untuk membantu memastikan koordinasi,fasilitasi, dan komitmen serta menghindari ketidakkonsistenan, ketidakefisienan,dan salah komunikasi.

Dengan kata lain bahwa perencanaan merupakan tindakan memilihdan menetapkan segala program dan sumber daya yang dimiliki olehsuatu organisasi untuk mencapai tujuannya di masa depan secaraoptimal. Dalam perencanaan meliputi beberapa tahapan yaitu:

a. Perumusan tujuan, yang mana perencanaan harus merumuskantujuan yang ingin di capai.

b. Perumusan kebijaksanaan, yaitu perumusan cara dan koordinasikegiatannya untuk mencapai tujuan secara terarah dan terkontrol.

c. Perumusan prosedur, yakni menentukan peraturan atau batasan-batasan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

d. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang akandicapai pada rentang waktu tertentu.

e. Perencanaan bersifat totalitas dengan melibatkan seluruh komponeninternal organisasi dan lingkungan eksternalnya.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organising)

Kelestarian suatu organisasi akan lebih terjamin apabila kerjasamayang terdapat di dalam pelaksanaan fungsi pengorganisasian (organising)pada organisasi tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Pengalamanberbagai organisasi menunjukkan bahwa semakin lama suatu organisasimampu bertahan, maka biasanya tingkat efektivitas dan efisiensi kerelaanpara anggotanya untuk memberikan sumbangsih masing-masing kepadausaha bersama yang dilakukan juga semakin meningkat. Hal tersebutakan memantapkan pelaksanaan fungsi pengorganisasian pada organisasitersebut karena didukung oleh semangat kerja dan keyakinan yang

Page 29: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

16 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

semakin mantap dalam diri mereka bahwa mereka mampu mencapaitujuan bersama yang diharapkan.

Pengorganisasian menurut Gibson, et. al. (1982) sebagaimana yangdikutip Sagala (2005: 50) meliputi semua kegiatan manajerial yang dilakukanuntuk mewujudkan kegiatan yang direncanakan menjadi suatu strukturtugas, wewenang, dan menentukan siapa yang akan melaksanakantugas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan suatu organisasi.Dalam pengorganisasian bukan hanya mengidentifikasikan jabatan danmenentukan hubungan antar komponen organi-sasi tersebut, namunyang paling penting adalah mempertimbangkan orang-orangnya denganmemperhatikan kebutuhannya agar berfungsi dengan baik.

Di samping itu, pengoganisasian dapat diartikan sebagai kegiatanpembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama untukmencapai tujuan bersama. Pengorganisasian berhubungan dengan prosesmemilih orang-orang serta penyediaan fasilitas penunjangnya baik yangberupa sarana maupun prasarana serta mengatur mekanisme kerjanyadalam rangka pencapaian tujuan.

Organisasi dalam arti statis yaitu organisasi sebagai wadah manajemen,sehingga memberikan bentuk bagi manajemen yang memungkinkannyadapat bergerak. Bentuk manajemen tergantung dari organisasi yangmenjadi wadahnya.

Pada bagian ini, pembahasan mengenai organisasi difokuskan padapengertian organisasi sebagai fungsi pengorganisasian (organising) yangbersifat dinamis. Organisasi dalam arti dinamis berarti dalam pelaksanaanfungsi pengorganisasian dilakukan pembagian pekerjaan, pengaturan,dan penempatan orang-orang yang akan menjalankan tugas-tugas yangtelah ditetapkan, pengaturan alat-alat, sarana, prasarana, dan sebagainya.Di samping berkaitan dengan hal-hal tersebut, pengorganisasian jugameliputi pengaturan ruangan pimpinan misalnya. Di mana pengaturanruangan pimpinan juga harus mempertimbangkan fungsi pimpinan sebagaiyang bertugas dan bertanggung jawab memimpin suatu organisasi atausekolah, sehingga ruang pimpinan harus ditempatkan di bagian yangstrategis karena sering menerima tamu-tamu. Demikian juga mengenaipenempatan barang-barang harus pada tempat yang dipandang aman.Organisasi mengarahkan para manajer untuk mengalokasikan personil,

Page 30: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

17ADMINISTRASI PENDIDIKAN

peralatan dan sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan misi organisasidan mencapai tujuannya yang telah diidentifikasi dalam perencanaan.

Davis (1951) mendefinisikan organisasi sebagai kelompok individuyang bekerja sama di bawah seorang pimpinan untuk mencapai suatutujuan tertentu. Daft (1983) dalam Lubis (2008: 270) mengemukakanbahwa struktur organisasi merupakan bentuk organisasi yang dirancangdengan memperhatikan akibat dari pengaruh keseluruhan faktor-faktortersebut secara bersamaan (simultan). Selanjutnya, menurut Lubis, akandiperlihatkan bahwa sifat atau corak dari aliran kegiatan internal jugaakan menjadi acuan yang perlu diperhatikan dalam menentukan rincianpengaturan dalam setiap “kotak” seperti skema organisasi yang menanganimadrasah dan pendidikan Agama Islam pada Kantor Wilayah KementerianAgama Provinsi pada Gambar 1.1 sebagai contohnya.

Gambar 1.1 Skema organisasi Bidang Mapenda Kantor Wilayah KementerianAgama

Lini dan fungsi staf mengidentifikasi kebutuhan personil dengandukungan khusus (staf) untuk membantu manajer yang memiliki tanggungjawab utama dalam membuat keputusan dan mengarahkan aktivitas

 

 

 Keterangan:                            = garis perintah  = garis koordinasi 

Kepala Kantor Wilayah Kementerian 

Agama Provinsi 

Kepala Kantor Kementerian 

Agama Kabupaten/Kota 

Kepala Bidang Madrasah dan 

Pendidikan Agama Islam 

(Mapenda) Kanwil Kemenag 

Provinsi 

Kepala 

Seksi 

Kepala 

Seksi 

Kepala 

Seksi 

Kepala Seksi Kependais 

dan Penamas / Mapenda 

Pengawas  dan Kepala 

Madrasah Aliyah 

Page 31: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

18 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

untuk mencapai tujuan organisasi (lini). Anggota staf yang menanganimasalah tehnik, administrasi, personil dan masalah lain membantu manajerlini untuk bebas dari detail administrasi sehingga dengan demikian merekadapat memfokuskan perhatiannya dalam mengarahkan pencapaiantujuan organisasi .

Castetter (1996: 14) menyebutkan bahwa organisasi formal merupakansalah satu kekuatan dalam infrastruktur sistem yang mempengaruhirancangan dan operasi fungsi berbagai sumber daya organisasi yang diperolehdari misi sistem yang pada gilirannya akan menentukan bentuk sistempendidikan yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya.Unsur-unsur kunci sebuah lembaga pendidikan meliputi tujuan sistem,kepemimpinan, struktur, insentif, dan budaya.

Menurut Child (1977) yang dikutip oleh Lubis (2008: 271), terdapatempat komponen dasar yang berperan sebagai kerangka dari definisistruktur organisasi, yaitu:

(a) Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagiantugas-tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu organisasi.

(b) Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubunganpelaporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakupdalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkatanhirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pimpinan di seluruhtingkatan dalam organisasi.

(c) Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadibagian organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasimenjadi suatu organisasi yang utuh.

(d) Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi,yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi, danpengintegrasian segenap kegiatan organisasi baik kearah vertikalmaupun horisontal.

Karakteristik teknologi organisasional menurut James D. Thompsonyang dikutip oleh Lubis (2008: 342) adalah sbb.:

Struktur dan aliran kegiatan dalam organisasi akan dipengaruhioleh saling-ketergantungan antara tugas. Karena itu, sifat ini dapat

Page 32: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

19ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dimanfaatkan untuk merancang bentuk atau struktur internal organisasi,disesuaikan dengan corak aliran kegiatan dan saling-ketergantungantugas yang terjadi dalam aliran kegiatan tersebut. Saling-ketergantunganyang rendah berarti bahwa suatu bagian dapat menyelesaikan tugasnyatanpa tergantung pada bagian lain, dan hanya memerlukan interaksi,konsultasi, ataupun material dalam jumlah yang sangat kecil, daribagian lainnya.

Thompson berpendapat, yang dikutip oleh Lubis (2008: 343), bahwa:Terdapat tiga jenis saling-ketergantungan, yaitu Saling-ketergantunganMengumpul (Pooled Interdependence), Saling-ketergantungan Berurutan(Sequential Interdependence) dan Saling-ketergantungan Bolak-balik(Reciprocal Interdependence), yang masing-masing memiliki tingkatsaling-ketergantungan yang berbeda. Ketiga jenis saling-ketergantunganini memiliki tuntutan koordinasi dan pengambilan keputusan yangsaling berbeda besarnya, sehingga perlu dilayani dengan menggunakanalat atau jenis koordinasi yang berbeda (lihat Tabel 1.1 di halamanberikut).

Ven (1976: 322-338) menunjukkan bahwa:Terdapat hubungan antara jenis saling-ketergantungan denganteknik koordinasi yang digunakan. Saling-ketergantungan yangrendah umumnya dikoordinasikan dengan peraturan atau rencana,sedangkan saling-ketergantungan yang tinggi menggunakan pertemuantatap-muka ataupun berbagai bentuk penyesuaian bersama lainnya.

Page 33: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

20 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Tabel 1.1 Pengaruh Jenis Saling-ketergantunganterhadap Koordinasi

Levesque (1991: III.3.85) mengemukakan bahwa:Ada dua jenis pengendalian yang harus diketahui: sistem dan fungsional.Pengendalian sistem difokuskan pada organisasi secara keseluruhandan meliputi kebijakan-kebijakan, uraian jabatan, perencanaan strategik,dan pernyataan misi. Pengendalian fungsional menyinggung tentangukuran-ukuran dari fungsi-fungsi organisasionalnya.

3. Fungsi Penggerakkan (Actuating)

Pemimpin/manajer sesuai dengan kemampuannya menggerakkanbaik tenaga pendidik, kependidikan, maupun penunjang dalam organisasiyang menangani pendidikan. Para Manajer melalui perintah yang merekaberikan mengarahkan aktivitas anggota organisasi dari berbagai bagianyang berbeda untuk mencapai tujuan organisasi.

Pembagian pekerjaan sesuai bidang-bidang yang ada mengarahkanpengembangan kemampuan kerja khusus dari para anggota organisasisehingga mereka dapat memusatkan fikiran pada tugas-tugas tertentuyang betujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Disiplinmengarahkan semua anggota organisasi untuk mematuhi prosedur opera-sional baku, kaidah yang berlaku dalam organisasi, dan penjatuhan sanksi

Jenis Saling- Ketergantungan

Tuntutan Koordinasi

Dan Pengambilan Keputusan

Jenis Koordinasi

Prioritas Dalam Pengelompokan

Mengumpul Rendah Standardisasi Rendah

Berurutan Sedang

Rencana

Sedang

Bolak-Balik Tinggi

Tatap Muka atau Bentuk Penyesuaian

Bersama antar

Bagian/Unit

Tinggi

Page 34: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

21ADMINISTRASI PENDIDIKAN

sebagai konsekuensi bagi anggota organisasi yang tidak dapat melaksanakantugas sesuai standar yang telah ditetapkan organisasi.

Setiap anggota organisasi menerima arahan hanya dari satu atasandan bertanggung jawab kepadanya sebagai wujud dari kesatuan perintah.Prinsip ini berfungsi untuk kejelasan dalam penelusuran terhadap peranseseorang dan siapa yang bertanggung jawab terhadap apa dan siapayang berwenang terhadap siapa dalam segenap kegiatan organisasi.

Setiap anggota organisasi harus membuat laporan pelaksanaan tugaskepada atasan langsung mereka dan mengawasi bawahannya. Hal iniakan membentuk rantai komando menurut hirarki organisasi antaraatasan dan bawahan di sepanjang jalur interaksi vertikal yang dilengkapidengan jalur komunikasi yang mampu menghasilkan hubungan timbalbalik yang saling menunjang dan rumit di antara anggota organisasiyang berada dalam posisi rantai komando yang setingkat dalam interaksihorizontalnya. Di sini terjadi pengkoordinasian dan sinkronisasi dari berbagaikegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai bidang atau bagian yangberbeda dalam organisasi untuk mencapai tujuannya. Prinsip pengkoordinasiandan sinkronisasi tersebut mengatasi masalah komunikasi horisontaldi antara anggota organisasi dengan tingkat hirarki yang sama yang manapengaruhnya sepintas akan terlihat seperti memutus rantai skalar (rantaikomando vertikal). Prinsip ini kemudian lebih dikenal dengan “jembatanFayol” sesuai dengan nama ahli yang memperkenalkan mekanisme dasarnamun juga tergolong vital tersebut.

Kesatuan arah menyatakan bahwa anggota organisasi harus satupikiran, bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Individubagi organisasi sebagai kelompok yang lebih besar diarahkan untuk bertindaksesuai kepentingan organisasi. Namun jangan dilupakan bahwa tujuanorganisasi dapat dicapai dengan baik ketika mayoritas anggotanya merasabahwa organisasi ini juga memberikan manfaat bagi tujuan pribadimereka, artinya antara individu dengan organisasi saling membutuhkandan memberi, bukan berdasarkan prinsip ekploitasi.

Realitas pe1aksanan pendidikan di lapangan akan banyak ditentukanoleh petugas yang berada di barisan paling depan, yaitu guru, kepalasekolah dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya. Pengembangan wawasandapat dilakukan melalui forum pertemuan teman sejawat, pelatihanataupun upaya pengembangan dan belajar secara individual.

Page 35: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

22 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan menuntut kepada para manajer untuk menggunakankewenangan mereka dalam rangka menjamin bahwa tindakan pekerjasesuai dengan tujuan dan aturan organisasi. Otoritas tersebut memberdayakanpara manajer untuk menggunakan kekuasaan dan kontrol terhadapbawahan guna mengarahkan aktivitas mereka demi kemajuan organisasi.Posisi bawahan dituntut untuk senantiasa dapat melaksanakan tugasdan fungsinya dengan berhasil oleh atasannya sesuai kewenangan atasanyang ada dalam organisasi.

Proses pengawasan mencatat segala kejadian yang berkembangdalam organisasi untuk memastikan bahwa organisasi berjalan sesuaidengan arah yang benar agar dapat sampai pada tujuannya dan memungkinkanmanajer mendeteksi terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari perencanaanyang telah dibuat dan mengambil tindakan korektif pada waktu yangtepat. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasirencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakandengan lebih baik.

Oteng Sutisna (1983 : 203) menegaskan bahwa tindakan pengawasanterdiri dari tiga langkah universal, yaitu:

(1) mengukur kinerja personil(2) membandingkan kinerja personil dengan standar yang ditetapkan(3) memperbaiki penyimpangan yang ditemukan dengan tindakan

korektif.

Pengawasan manajemen sekolah adalah usaha sistematis menetapkanstandar kinerja (performance standard) dengan perencanaan sasarannyayang dengan sendirinya pengawasan tersebut akan membangun sisteminformasi umpan balik. Membandingkan prestasi kerja dengan standaryang telah ditetapkan lebih dahulu sangat diperlukan untuk menentukanapakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnyapenyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untukmemastikan bahwa semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektifdan efisien.

Di bidang pendidikan, pengawas merupakan individu atau personilpendidikan yang bertugas untuk menguji, memeriksa, memverifikasi,dan memeriksa ulang segala aktivitas kependidikan dengan segala fasilitas

Page 36: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

23ADMINISTRASI PENDIDIKAN

penunjangnya. Secara terintegrasi pengawas akademik dapat bertindaksebagai supervisor yang harus membina personil pendidikan lain di sekolahyang berhubungan dengan faktor akademik, antara lain guru, kepalasekolah, pustakawan sekolah, dan teknisi sumber belajar/media pembelajarandi sekolah.

5. Penyusunan Pegawai (Staffing)

Seperti fungsi-fungsi administrasi lainnya, staffing juga merupakanfungsi yang tidak kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsilainnya, penekanan dari fungsi ini lebih difokuskan pada sumber dayayang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dandiorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian.Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain menentukan, memilih,mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia denganmenggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumberdaya manusia.

6. Fungsi Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, bimbingan serta pertimbanganterhadap para personil pendidikan yang terlibat, baik yang berada dalamjabatan struktural ataupun fungsional agar pelaksanaan tugas di bidangnyamasing-masing dapat berjalan dengan lancar dan tidak menyimpangdari garis program yang telah ditetapkan. Pejabat struktural di lingkunganKantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas PendidikanProvinsi/Kabupaten/Kota, dan pejabat fungsional seperti pengawas dankepala sekolah/madrasah sesuai dengan kemampuannya mengarahkanbaik tenaga kependidikan maupun tenaga penunjang di lingkungankerjanya masing-masing.

Dalam pelaksanaannya pengarahan ini dapat dilaksanakan bersamaandengan pengawasan. Di sini manajer memiliki banyak kesempatan untukmemberi petunjuk atau bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaandiselesaikan. Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengankemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasiuntuk memberdayakan potensinya dalam melaksanakan pekerjaannya.

Page 37: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

24 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

7. Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating)

Pengkoordinasian adalah segenap kegiatan yang ditujukan untukmeng-hubungkan berbagai bagian-bagian pekerjaan dalam suatu organisasi.Mengenai koordinasi terdapat perbedaan pandangan di antara paraahli. Di satu pihak ada yang memandangnya sebagai fungsi administrasi.Sementara pihak yang lain menganggapnya sebagai tujuan administrasi.Dalam pandangan yang kedua, keberhasilan koordinasi sepenuhnyatergantung pada keberhasilan atau efektivitas dari fungsi-fungsi perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Pengkoordinasian merupakan suatu aktivitas manajer untuk membawaorang-orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yangharmonis. Dengan adanya pengkoordinasian dapat dihindari kemungkinanterjadinya kesalahan komunikasi, persaingan yang tidak sehat, dan ke-simpangsiuran informasi yang dapat membingungkan para pegawai yangterlibat dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi dalam mengambiltindakan yang semestinya dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Disamping itu, dengan koordinasi dapat menyelaraskan semua kebutuhanterhadap sumber daya yang tersedia dalam rangka kerja sama menujuke satu arah yang telah ditentukan.

Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinyatumpang tindih dalam tugas, perebutan hak dan wewenang, atau salingmerasa lebih penting di antara bagian yang satu dengan bagian lain yangada dalam organisasi. Pengkoordinasian dalam suatu organisasi, termasukdalam organisasi pendidikan, dapat dilakukan melalui berbagai caradi antaranya seperti :

1) Melaksanakan penjelasan singkat (briefing)2) Mengadapan rapat kerja dan koordinasi3) Memberikan umpan balik terhadap hasil dari suatu kegiatan.

8. Fungsi Pelaporan (Reporting)

Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hinggapengawasan, bahkan pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidakdicatat secara baik. Kemudian semua proses dan atau kegiatan yangdirencanakan dan dilaksanakan dalam organisasi formal, seperti lembagapendidikan, biasanya selalu dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban

Page 38: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

25ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ini tidak dapat dilakukan jika tidak didukung dengan data-data tentangapa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam organisasi tersebut,data-data tersebut dapat diperoleh bila dilakukan pencatatan/pendokumentasian(recording) yang baik.

Fungsi pelaporan biasanya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan.Hasil catatan tersebut akan digunakan manajer untuk membuat laporantentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam upaya pencapaiantujuan pendidikan. Fungsi Pelaporan (Reporting) yang biasanya disertaioleh fungsi Pencatatan (Recording) ini, akan berhasil jika tata kearsipandapat dikelola secara efektif dan efesien.

Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan denganpemberian informasi kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapatmengikuti perkembangan dan kemajuan kerja. Jalur pelaporan dapatbersifat vertikal, tetapi dapat juga bersifat horizontal. Pentingnya pelaporanterlihat dalam kaitannya dengan konsep sistem informasi manajemen,yang merupakan hal penting dalam pembuatan keputusan oleh manajer.Manajer dapat menyelenggarakan rapat bulanan yang dihadiri semuastaf untuk melaporkan bagaimana organisasi bekerja, hasil yang telahdicapai, pemberian pengumuman, dan seterusnya.

9. Fungsi Pendanaan/Anggaran (Budgeting)

Pelaksanaan setiap kegiatan dalam program-program yang telahdibuat dalam suatu organisasi diperlukan pendanaan. Oleh karena itu,pada fungsi ini, organisasi sudah harus menetapkan dari mana sumberkeuangannya, akan dipergunakan untuk kegiatan apa saja, bagaimanapengalokasian dan perhitungannya. Penghitungan terhadap berbagaibiaya yang dikeluarkan untuk menjalankan roda organisasi ini dilakukanagar segala pengeluaran tersebut dapat dipertanggungjawabkan olehpara pengelola organisasi tersebut.

Page 39: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

26 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

BAB II

SISTEM DAN BIROKRASIPENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan pada hakikatnya adalah tanggung jawab keluarga,masyarakat, dan pemerintah sebagai sebuah kesatuan. Fungsi dan peranketiga institusi pendidikan tersebut saling menjembatani antara pendidikandalam keluarga, di masyarakat, dan pada seluruh jajaran institusi yangmengurusi pendidikan secara formal. Hal ini bertujuan agar kebutuhanterhadap pendidikan yang tumbuh dari setiap keluarga dapat dikembangkandalam kegiatan pendidikan di sekolah/madrasah dan bersifat sebagaikebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah yaitu Kementerian Pendidikandan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk diimplementasikan. KementerianPendidikan dan Kebudayaan sebelumnya bernama Kementerian PendidikanNasional (Kemendiknas). Perubahan nama yang diberlakukan pada BulanOktober 2011 ini, menyiratkan perubahan di Kementerian Kebudayaandan Pariwisata (Kemenbudpar) yang sebelumnya memiliki dua direktoratjenderal yang mengurusi bidang kebudayaan digabung menjadi satumenjadi Direktorat Jenderal Kebudayaan dan berubah posisi menjadiberada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Upaya percepatan peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritasutama yang sedang diupayakan oleh pemerintah melalui Kementerianyang mengelola pendidikan, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaandan Kementerian Agama. Untuk mencapai tujuan peningkatan mutupendidikan itu diawali dengan upaya mewujudkan tata kelola (man-agement dan governance) yang baik sebagai prasyarat utama dari lembaga-lembaga pendidikannya yang ada.

26

Page 40: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

27ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam dokumen Renstra Depdiknas (2007: 28) dikemukakan bahwa,kebijakan tata kelola dan akuntabilitas meliputi sistem pembiayaanberbasis kinerja baik di tingkat satuan pendidikan maupun pemerintahdaerah, dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), untuk membantupemerintah dan pemerintah daerah dalam mengalokasikan sumberdaya serta memonitor kinerja pendidikan secara keseluruhan. Disamping itu, peran serta masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan,dan pengawasan kinerja pendidikan ditingkatkan melalui perankomite sekolah/majelis madrasah dan dewan pendidikan.

Kebutuhan terhadap pendidikan yang dikembangkan dari tingkatkeluarga hingga kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah sepertiyang dipaparkan di atas dan keseluruhan komponen pendidikan yangsaling terkait secara terpadu membentuk sistem pendidikan nasionalyang dapat dianggap sebagai jaringan satuan-satuan pendidikan untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya, untuk memudahkanpelayanan publik di bidang pendidikan tersebut dalam hal kebutuhanakan kemampuan untuk merumuskan dan mengelola organisasi yangberukuran besar dengan sifat yang tidak memperhatikan pekerja secaraorang per orang (impersonal) maka birokrasi dapat dianggap sebagaibentuk yang paling sesuai. Birokrasi pendidikan diharapkan dapat mempercepatpeningkatan mutu pendidikan.

A. Sistem Pendidikan NasionalSistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan

yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikannasional. Konsep sistem pendidikan nasional akan tergantung pada konseptentang sistem dan pendidikan nasional. Perlu pula disadari bahwa konsepmengenai sistem dan pendidikan nasional tidak dapat hanya diturunkandari praktik pelaksanaan pendidikan yang terjadi sehari-hari di lapangan,melainkan harus dilihat dari segi teoretis, konsep, atau ide dasar yangmelandasinya dan kebijakan-kebijakan yang ada seperti Undang-UndangDasar, Undang-Undang Pendidikan dan peraturan-peraturan lain mengenaipendidikan dan pengajaran.

Pengertian mengenai sistem pendidikan nasional dapat dijumpaidalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Page 41: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

28 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Nasional. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang ini pendidikan didefinisikansebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliandiri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandiri, masyarakat, bangsa dan negaranya. Kemudian dalam Pasal 1 ayat2, Pendidikan Nasional didefinisikan sebagai pendidikan yang berdasarkanPancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional In-donesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Selanjutnya,dalam Pasal 1 ayat 3 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistempendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yangsaling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Komponen-komponen Sistem Pendidikan Nasional dapat dibagidalam dua golongan besar, yaitu:

a. Bagian yang bersifat formal, berjenjang, dan berkesinambungan.Bagian ini terdiri atas Satuan Pendidikan Sekolah yang dilihat darijenjangnya dibagi menjadi Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar,Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Selanjutnya bila dilihatdari sifatnya, pendidikan sekolah dapat diklasifikasikan lagi menjadipendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik,dan pendidikan profesional.

b. Bagian yang bersifat informal, nonformal, maupun formal. Bagianini terdiri atas Satuan Pendidikan Luar Sekolah yang meliputi pendidikandalam keluarga, pendidikan melalui kelompok-kelompok belajar,kursus-kursus, dan satuan-satuan pendidikan sejenis yang lainnya.

Dilihat dari jalur pendidikan di atas, Dalam UU Sisdiknas No. 20tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiridari pendidikan formal, non-formal, dan informal yang meliputi perbedaanpada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Page 42: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

29ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Tabel 2.1 Jalur Pendidikan

Di samping Satuan Pendidikan Sekolah dan Luar Sekolah di atas,terdapat jenis pendidikan lain yang diperoleh melalui proses belajar mandiriyang dilakukan oleh dan untuk diri sendiri dengan cara memperhatikan,mencari tahu, bertanya, membaca, serta bentuk-bentuk pendidikan informallain yang diperoleh melalui berbagai media massa dan sumber belajarlainnya.

Setiap warga negara berhak untuk memperoleh kesempatan belajardengan cara yang paling sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi merekayang ditujukan bagi terwujudnya masyarakat belajar melalui prosesbelajar yang berlangsung seumur hidup. Untuk itulah, seluruh satuanpendidikan atau komponen harus tersedia dan terbuka dengan pelayananyang optimal bagi semua warganegara yang memerlukannya. Namundemikian, jangan dilupakan bahwa seluruh satuan pendidikan atau komponen

Pendidikan formal Pendidikan non-formal

Pendidikan informal

- Ada tempat pem-belajaran khusus (gedung sekolah)

- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik

- Ada kurikulum yang jelas

- Materi pembelajaran bersifat akademis

- Proses pendidikan-nya berjangka waktu lama

- Ada ujian formal - Penyelenggara pendi-

dikan adalah peme-rintah atau swasta

- Tenaga pengajar memiliki kualifikasi tertentu

- Diselenggarakan dengan administrasi yang tertib dan seragam

- Pembelajarannya dapat berlangsung di luar gedung - Tidak diperlukan persyaratan khusus - Biasanya tidak me- miliki jenjang yang jelas - Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani - Bersifat praktis dan spesifik. - Pendidikannya berlangsung singkat - Terkadang ada ujian - Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

- Pembelajaran dapat berlangsung di mana saja

- Tanpa persyaratan formal

- Tidak memiliki jenjang - Program tak terencana

secara formal - Tidak ada materi

formal yang sudah ditentukan.

- Tidak ada ujian - Tidak ada lembaga

formal sebagai penyelenggara.

Page 43: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

30 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

tersebut harus diupayakan memiliki saling hubungan antara satu samalain yang seimbang dan dalam satu kesatuan sistem yang terintegrasi.

Keberhasilan komponen-komponen sistem pendidikan agar dapatberfungsi sebagaimana mestinya juga perlu didukung oleh ketersediaansarana penunjangnya yang terdiri dari kurikulum, tenaga kependidikan,sarana dan prasarana, serta sumber daya pendidikan lainnya, sepertibuku-buku, alat-alat bantu mengajar, dan dana yang memadai.

1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Yang dimaksud proses dalam sistem pendidikan nasional adalahmekanisme kerja dalam bentuk berbagai ketentuan, aturan, maupunprosedur yang memungkinkan seluruh komponen sistem pendidikandapat menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan yang te1ah ditetapkan.Aturan-aturan tersebut meliputi aturan-aturan mengenai persyaratanmasuk ke dalam suatu jenjang dan/atau jenis pendidikan, mata pelajaranyang dipelajari dan untuk berapa lama dipelajari, buku-buku yang di-pergunakan, prosedur, dan tata cara penyelenggaraan pengajaran termasukmetode mengajar dan sistem evaluasi yang dipergunakan, banyaknyapertemuan dalam satu minggu, serta sejumlah aturan lain yang menyangkutpelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran.

Sebagian dari aturan-aturan ini ditetapkan dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan-Peraturan Pemerintah, instruksi dari pejabat pendidikanpada berbagai tingkatan dan ketentuan-ketentuan yang dikembangkansendiri oleh suatu satuan pendidikan baik yang dinyatakan secara tertulismaupun tidak tertulis. Kerapkali komponen-komponen sistem pendidikanyang ada tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik karenatidak ada aturan yang menuntun proses kerjanya, atau karena aturan-aturan yang ada kurang memadai atau sering berubah-ubah. Oleh karenaitu, aturan-aturan yang bersifat mendasar perlu ditetapkan dalam bentukketetapan yang lebih permanen sifatnya seperti undang-undang atauperaturan-peraturan pemerintah.

Tidak semua aturan yang menuntun proses penyelenggaraan pendidikanharus diatur melalui Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah. Peraturan-Peraturan Pemerintah dibuat sebagai pedoman bagaimana melaksanakanUndang-Undang. Setelah ketentuan-ketentuan dalam Peraturan-PeraturanPemerintah itu tersusun barulah dapat dirancang kegiatan-kegiatan

Page 44: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

31ADMINISTRASI PENDIDIKAN

pelaksanaannya. Aturan-aturan yang bersifat lebih dinamis dan mudahberubah sebaiknya ditetapkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yangdapat diubah dengan cepat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional berfungsi dalam memberikan arah dan prinsip-prinsip dasaruntuk menuju arah tersebut, serta mengatur prosedurnya secara umum.Selanjutnya dalam implementasi pendidikan yang sesungguhnya di lapanganakan banyak ditentukan oleh petugas yang berada di barisan palingdepan, yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya.

Tugas utama yang diemban dalam pelaksanaan sistem pendidikannasional kita yaitu bagaimana meningkatkan kualitas proses pendidikanagar mampu menghasilkan tenaga kerja bermutu yang sanggup bersaingdengan masyarakat bangsa-bangsa lain di bidang ilmu pengetahuan,teknologi, dan budayanya. Perjuangan dalam meningkatkan mutu pendidikanmenuntut adanya kerja keras dari semua pemangku pendidikan, khususnyabagi kalangan personil dan birokrasi pendidikan, serta kerjasama antarasesama satuan pendidikannya. Masalah mutu pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional meskipunhanya diatur secara tersirat, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi mutupendidikan telah dicantumkan, seperti: tujuan pendidikan, peserta didik,tenaga kependidikan, sumber daya pendidikan, kurikulum, evaluasi, pengelolaan,dan pengawasan.

Untuk mencapai mutu pendidikan di atas telah dihasilkan StandarNasional Pendidikan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.Pada Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah ini dicantumkan LingkupStandar Nasional Pendidikan yang meliputi:

a. Standar isi yang merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensiyang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensibahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaranyang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikantertentu.

b. Standar proses yang merupakan standar nasional pendidikan yangberkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuanpendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Page 45: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

32 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

c. Standar kompetensi lulusan yang merupakan kualifikasi kemampuanlulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan yang merupakan kriteriapendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, sertapendidikan dalam jabatan.

e. Standar sarana dan prasarana yang merupakan standar nasionalpendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruangbelajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang prosespembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

f. Standar pengelolaan yang merupakan standar nasional pendidikanyang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasankegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitaspenyelenggaraan pendidikan.

g. Standar pembiayaan yang merupakan standar yang mengatur komponendan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selamasatu tahun.

h. Standar penilaian pendidikan yang merupakan standar nasionalpendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumenpenilaian hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya pada Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2005 itu disebutkan bahwa untuk penjaminan dan pengendalianmutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukanevaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.

Dalam implementasi kebijakan pemerintah di sektor pendidikanatau praktik proses kependidikan, dapat dikemukakan secara ringkasbahwa terdapat delapan faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutupendidikan, yaitu: kurikulum yang baik, guru yang berkompeten, keefektifanproses pembelajaran, penilaian, keterlibatan orang tua serta dukunganmasyarakat, pendanaan yang memadai, disiplin yang kuat, dan keterikatanpada ni1ai-ni1ai unggul budaya masyarakatnya. Keunggulan dalam bidangpendidikan dapat diwujudkan dengan pemanfaatan waktu di sekolahsecara optimal me1a1ui cara-cara berikut: mengajar siswa sejak dini dengan

Page 46: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

33ADMINISTRASI PENDIDIKAN

keterampi1an belajar dan praktik, menerapkan kedisiplinan, memberikanpekerjaan rumah yang memadai, melakukan pengelolaan kelas, danmenerapkan strategi pembelajaran yang tepat.

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, sistempendidikan nasional mempunyai peranan yang strategis dalam upayameningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yangakan datang. Peran strategis tersebut mencerminkan bahwa sistem pendidikannasional meliputi suatu usaha yang berskala besar dan kompleks baikdalam pengaturan maupun pelaksanaannya.

Penanganan masalah pendidikan di sini dikatakan merupakan sebuahsistem, karena baru dapat dilaksanakan dengan tuntas bila dilaksanakanoleh seluruh komponennya melalui hubungan yang timbal balik danmenyeluruh. Dengan kata lain, semua komponen sistem pendidikan (keluarga,birokrasi pendidikan, sekolah, masyarakat, dan media massa) harus terlibatsecara aktif di dalamnya dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Usaha-usahauntuk mencapai tujuan tersebut secara efektif sudah selayaknya diaturmelalui suatu strategi nasional yang memiliki landasan kokoh. Meskipunmewujudkan sistem pendidikan nasional yang ideal bukanlah pekerjaanyang mudah mengingat luasnya tujuan yang hendak dicapai, banyaknyakomponen yang terlibat, terbatasnya sarana pendukung dalam prosespelaksanaannya, serta permasalahan yang mendasar dan paling sulitdiatasi adalah persoalan budaya dan mentalitas bangsanya. Oleh karenaitu perlu dirumuskan landasan sistem pendidikan nasional yang akandiletakkan sebagai titik acuan dalam usaha melakukan pembenahanyang berkelanjutan.

2. Pengelolaan Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataankesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi manajemen

Page 47: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

34 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahankehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuanpendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Terwujudnyalayanan dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakankewajiban pemerintah.

Pada umumnya, pendidikan di sebuah negara dijalankan dalamsebuah kerangka kerja yang dikendalikan oleh peraturan pada tingkatanyang berjenjang, seperti di Indonesia berdasarkan Konstitusi yaitu UUD‘45, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, PeraturanMenteri Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Kementerian PendidikanNasional, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, KeputusanKepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (APBN), dan Peraturan Daerah. Setiap bentuk sistemmengendalikan kurikulum sekolah dan layanan pendukung, siapa yangakan mengajar, bagaimana sekolah dibiayai, dan otoritas komite sekolahpembuat kebijakan.

Sagala (2004: 268) mengungkapkan bahwa kebijakan sentralisasiatau desentralisasi urusan pendidikan merupakan bagian dari dimensipolitik dalam penyelenggaraan pendidikan. Dasar keseimbangan sentralisasidan desentralisasi kewenangan harus memperhatikan secara kuat realitaspolitik. Desentralisasi secara politis juga memberi peluang yang memadaiterhadap peran serta masyarakat yang optimal dalam pengelolaan pendidikandalam suatu wadah dewan sekolah (boards of local schools) atau komitesekolah pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, maupun provinsi. Wadahini memberdayakan potensi masyarakat dalam ruang lingkup sekolah,kabupaten/kota, maupun provinsi sehingga masyarakat tersebut mempunyaitanggung jawab terhadap perolehan mutu pendidikan sesuai aturandan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, institusi pendidikan maupunmasyarakat yang terkait dengan pendidikan tidak boleh buta politik.Mereka harus memperjuangkan secara politik kepentingan pendidikan,walaupun bukan sebagai anggota partai politik.

Sagala (2004: 268) juga mengemukakan bahwa desentralisasi adalahsuatu strategi politik untuk mengubah pemikiran para birokrat yangmenganut sifat status quo dengan menyerahkan wewenang pemerintahpada peringkat di bawahnya. Secara teoritik, desentralisasi sebagaipenyerahan wewenang pemerintah pada peringkat hirarki di bawahnya

Page 48: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

35ADMINISTRASI PENDIDIKAN

untuk mengambil keputusan tentang penggunaan sumber daya organisasi.Desentralisasi menyangkut ikhwal penyerahan wewenang pemerintahuntuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui beberapa fungsiyang melekat padanya.

Selanjutnya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 19 Tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan, Pasal 59 mengenai Pengelolaan Pendidikanoleh Pemerintah Daerah, pada ayat 1 disebutkan:

Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikandengan memprioritaskan program:

a. wajib belajarb. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan

menengahc. penuntasan pemberantasan buta aksarad. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan

oleh pemda maupun masyarakate. peningkatan status guru sebagai profesif. akreditasi pendidikang. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakath. pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan

Daerah otonom mempunyai kewenangan luas, mulai dari perencanaan,pengaturan, pelaksanaan serta evaluasi dalam hal penetapan anggarandana berdasarkan aset yang dimiliki daerah. Bidang-bidang yang menjadicakupan daerah menjadi tanggung jawab daerah, antara lain misalnyapendidikan. Bupati dan Walikota sebagai kepala daerah bertanggungjawab kepada DPRD setempat dan alokasi pendanaan setempat ditentukanoleh Pemerintah Daerah bersama DPRD setempat. Sementara Daulay(2004: 70) mengemukakan bahwa esensi otonomi pendidikan itu sendiriadalah agar kebijakan pendidikan itu tidak hanya ditetapkan dari “atas”saja, tetapi lebih kebijakan dari ‘’bawah” ke “atas” yang melibatkandan memberdayakan potensi daerah.

Menurut Sagala (2004: 6-7) ada beberapa problematika pendidikannasional yang patut dicatat antara lain:

1. Dalam rumusan kebijakan dinyatakan bahwa pendidikan adalahsebagai alat pembangunan nasional, namun realitas menunjukkan

Page 49: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

36 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

bahwa kebijakan pendidikan masih cenderung sebagai alat kekuasaanyang belum menjadi prioritas pembangunan.

2. Paradigma keberhasilan baru dapat dikatakan berhasil jika memenuhikepentingan dan harapan kekuasaan, bukan pada tuntutan perubahandan pengembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakatyang kompetitif.

3. Tugas utama pendidikan dirumuskan bukan sebagai merintis masadepan mengacu pada prinsip-prinsip profesionalitas, tetapi sebagaiupaya mewariskan masa lalu (status quo) dan berada pada ruangkegiatn rutinitas belaka.

4. Anggaran pendidikan, khususnya untuk kebutuhan kegiatan pembelajarandi sekolah yang bersumber dari APBD kota/kabupaten dan provinsimaupun yang bersumber dari APBN (pusat) dalam UUD 1945 yang telahdiamandemen ditentukan anggaran pendidikan 20% dari APBN danAPBD. Penggunaannya lebih banyak untuk keperluan birokrasi dalambentuk proyek-proyek daripada untuk kegiatan pembelajaran di sekolah.

5. Rendahnya kualitas kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesiguru dan tenaga kependidikan, serta karier profesionalnya tidak jelas.

6. Kebijakan perubahan kurikulum tidak diuji atas dasar kebutuhan(need assessment) di lapangan, tetapi atas dasar kajian, perkiraan,dan kemauan para birokrat dengan mendapat pembenaran olehpara pakar yang ditunjuk oleh birokrasi tersebut.

7. Hubungan pengelolaan pendidikan antara pemerintah sebagai fasilitatordan pihak sekolah sebagai pihak yang difasilitasi amat kompleksdan birokratis.

8. Biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua cukup mahal,khususnya bagi sekolah-sekolah favorit. Di samping itu, sebagianmasyarakat tidak tahu apa sebenarnya yang mereka butuhkanuntuk pendidikan anaknya yang disediakan oleh sekolah.

9. Pasar kerja bagi lulusan sekolah labil, khususnya sekolah menengahdan kejuruan, sehingga setiap tahun angka pengangguran lulusansekolah menengah terus bertambah.

10. Tekanan ekonomi yang kuat dan memprihatinkan (angka kemiskinanyang tinggi) bagi masyarakat luas dan mereka ini turut menanggungbiaya pendidikan.

Page 50: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

37ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 1992 tidak dinyatakanbahwa Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun DinasPendidikan di Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai institusi pendidikanyang diurus atas dasar profesionalisme kependidikan. Demikian puladengan persyaratan para pimpinan birokrasi pendidikan itu tidak menekankanpersonil yang berlatar belakang tenaga kependidikan. Hal ini menyiratkanmakna bahwa unsur pimpinan Dinas Pendidikan di Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab langsung kepada Kepala Daerah. Oleh karena itu persyaratan untukmenjadi Kepala Dinas Pendidikan beserta pejabat struktural di lingkungandinas tersebut adalah sama dengan persyaratan yang berlaku bagi peng-angkatan pejabat struktural pada Pemerintah Daerah yaitu atas dasargolongan ruang kepangkatan, pendidikan kedinasan eselon jabatansebelumnya, dan DP3 terakhir, bukan berdasarkan profesionalisme pendidikanyang dicerminkan dengan kepemilikan ijazah ilmu pendidikan dan keguruanserta pengalamannya dalam bidang manajemen pendidikan. Pernyataanini diperjelas pada Pasal 4 ayat 1 dalam PP No. 38/1992 yang menyebutkanbahwa hirarki yang diberlakukan untuk tenaga pendidik di masing-masing satuan pendidikan didasarkan atas dasar wewenang dan tanggungjawab dalam kegiatan belajar mengajar, namun ayat 2 pasal ini mengatakanhirarki yang diberlakukan untuk tenaga kependidikan yang bukan tenagapendidik didasarkan pada pengaturan wewenang dan tanggung jawabdalam bidang pekerjaan masing-masing. Hal ini menjadikan jenjangkarir bagi tenaga kependidikan pada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tidak mampu memberikan jaminan rasa aman dan kenyamanandalam bekerja bagi para personil itu.

Tujuan yang sesungguhnya dari gagasan otonomi daerah adalahuntuk mewujudkan pengaturan, pembagian, dan pengelolaan sumberdaya nasional yang adil dan berimbang. Di era otonomi daerah ini jugatelah dibuat peraturan tentang perimbangan antara keuangan pusatdan daerah.

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah Bab I Pasal 1 dijelaskan apa yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah PresidenRepublik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Page 51: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

38 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan olehpemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugaspembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalamsistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimanadimaksud dalam UUD 1945.

3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, danperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintahan daerah.

5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomuntuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan pemerintahandan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.

6. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakathukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengaturdan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat menurut prakarsa semdiri berdasarkan aspirasi masyarakatdalam sistem NKRI.

7. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan olehPemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurusdiri sendiri urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.

8. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan olehPemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ataukepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerahdan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kotadan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desauntuk melaksanakan tugas tertentu.

10. Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerahprovinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota.

11. Peraturan kepala daerah adalah peraturan gubernur, dan/atau bupati/walikota.

12. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebutdesa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-

Page 52: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

39ADMINISTRASI PENDIDIKAN

batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusanpemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, berdasarkanasal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalamsistem pemerintahan NKRI.

13. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintah daerahadalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaanpenyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraandekonsentrasi dan tugas pembantuan.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBDadalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkandengan peraturan daerah.

Daulay (2004: 96) menyebutkan bahwa kewenangan pemerintahdaerah di era otonomi dimaknai dengan keleluasaan untuk menyelenggarakanurusan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang kecualibidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter danfiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan olehpemerintah. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya pemberdayaanterhadap kesemua lembaga-lembaga itu, termasuk lembaga-lembagapendidikannya.

Namun demikian, apa yang telah dikemukakan di atas bukan berartibahwa tanggung jawab pengelolaan pendidikan hanya milik lembagapemerintah semata. Tanpa peran serta masyarakatnya, pemerintah didunia manapun juga tidak akan sanggup membangun dunia pendidikannyauntuk menjadi negara yang maju. Dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003pada Pasal 54 ayat (1) disebutkan bahwa peran serta masyarakat dalampendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasiprofesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam menyelenggarakandan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Inisiatif dan partisipasi aktif masyarakat sebagai hal yang dianggappenting telah dicantumkan dalam Pasal 8 Undang-Undang Sistem PendidikanNasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwamasyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Partisipasi masyarakat

Page 53: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

40 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

tersebut saat ini diatur dalam bentuk Dewan Pendidikan dan KomiteSekolah.

Dalam rangka mewadahi kepedulian dan bantuan dari masyarakatdan stakeholders lainnya bagi pengelolaan sekolah/madrasah yang efektif,maka di tingkat kabupaten/kota telah dibentuk Dewan Pendidikan. Badanini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkik dengan lembagapemerintahan daerah. Badan ini di kabupaten/kota berperan dalam mewadahidan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkankebijakan dan program pendidikan; meningkatkan tanggung jawab danperan serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelengaraanpendidikan; menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabeldan demokratis dalam penyelengaraan dan pelayanan pendidikan yangbermutu.

Peranan strategis Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota adalah dalammembuat kebijakan dan program pendidikan, kriteria kinerja daerah dalambidang pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, khususnya pengawasdan kepala satuan pendidikan, dan kriteria fasilitas pendidikan seharusnyajuga secara lebih intens mencakup di dalamnya perhatian dan pelayananterhadap satuan-satuan pendidikan yaitu sekolah/madrasah yang adadi kabupaten/kota tersebut, sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikansecara keseluruhan di daerah itu.

Bila pendidikan di sekolah berkualitas, maka hal itu akan meningkatkanloyalitas masyarakat yang dapat mengantarkan pada meningkatnya jumlahpendaftar siswa baru di sekolah itu. Dengan demikian ketersediaan danapendidikannya juga akan terjamin dalam jangka waktu panjang karenaadanya hubungan yang erat dengan para orangtua siswa dan masyarakat.

Tata hubungan antara Dewan Pendidikan dengan Pemerintah Daerah,DPRD, Dinas Pendidikan serta Komite–komite Sekolah bersifat koordinatifseperti pada Gambar 2.1.

Page 54: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

41ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 2. 1 Hubungan Dewan Pendidikan Dengan Instansi Terkait Di Kabupaten/Kota

Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota dapat merekomendasikanpengangkatan para calon kepala sekolah yang dipandang “cakap” dan“mampu” atau pemutasian terhadap kepala sekolah yang dinilai “tidakmampu” atau “bermasalah” kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam hal kebijakan dan program pendidikan idealnya bersifatterbuka sehingga dapat diketahui oleh khalayak pendidik maupun masyarakatluas. Kriteria dan penyediaan fasilitas pendidikan juga mendapat perhatianyang besar dari Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota dan hal ini jugaidealnya bersifat terbuka. Problema pendidikan yang juga menjadi perhatianbadan ini adalah bagaimana menyediakan baik SDM maupun SumberDaya Non-SDM yang berkualitas pada waktu yang bersamaan yangdapat saling melengkapi sehingga pendidikan berkualitas dapat tercapai.

Dalam hal yang dipandang perlu, Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi di tingkat provinsi. Namunsegala upaya yang dapat dilakukan itu belum tentu berhasil untuk meningkatkanperhatian masyarakat di suatu daerah terhadap sekolah dan pendidikanpada umumnya, tergantung pada tingkat kepedulian dan bantuan darimasyarakat dan stakeholders lainnya bagi efektivititas pengelolaan sekolahdi daerah tersebut yang berdasarkan pengkategorisasian menurut Sagala(2005: 153-155) berada pada rentang level yang mana dari sangat belummemadai, telah memadai, hingga sangat memadai.

Badan lain yang mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsamasyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program di sekolah adalahkomite sekolah/majelis madrasah. Dalam Keputusan Menteri PendidikanNasional (Kepmendiknas) No. 044/U/2002 disebutkan bahwa komitesekolah/majelis madrasah mempunyai beberapa peran sebagai berikut:

Dewan Pendidikan 

Dinas Pendidikan Kab/Kota  Komite Sekolah/Majelis Madrasah 

Bupati/Walikota  DPRD Kab/Kota 

Bid. Mapenda Kanwil Kemenag Provinsi 

Page 55: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

42 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

(1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan danpelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,

(2) Pendukung (suppoting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiranmaupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,

(3) Pengontrol (controling agency) dalam rangka transparansi dan ankutabilitaspenyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan,

(4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepadasatuan pendidikan mengenai:

a. kebijakan dan program pendidikan;b. Rencana Angaran Pendidikan dan Belanja Sekolah ( RAPBS);c. kriteria kinerja satuan pendidikan;d. kriteria tenaga kependidikan;e. kriteria fasilitas pendidikan, dan;f. hal lain yang terkait dengan pendidikan.

(5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikanguna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

(6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraanpendidikan di satuan pendidikan.

(7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, pro-gram, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Demikian pula dengan peranan komite sekolah/majelis madrasahdi suatu daerah belum tentu dapat terpenuhi sebagaimana yang dimaksudkandalam Kepmendiknas No.044/U/2002 tentang Komite Sekolah. Komiteini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkik dengan lembagapemerintahan. Tata hubungan antara Komite Sekolah dengan satuanpendidikan, Dewan Pendidikan, dan institusi lain yang bertanggung jawabdalam pengelolaan pendidikan dengan komite-komite sekolah pada satuanpendidikan lain bersifat koordinatif seperti pada Gambar 2.2. Dari sisikomite sekolah, semakin tinggi tingkat pendidikan dan ekonomi pengurusnyamaka Komite Sekolah sebagai institusi non-birokrasi di sekolah lebihdapat berfungsi dalam mengartikulasikan aspirasi, mengkoordinasikanrancang-tindakan, isu kebijakan, dan monitoring dalam kinerja sekolahyang diwakili oleh kinerja dari kepala sekolahnya.

Page 56: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

43ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 2. 2 Tata Hubungan Komite Sekolah Dengan Instansi Terkait

Dalam konteks pengelolaan pendidikan nasional, rumusan tujuanpendidikan nasional yang terbaru dapat dibaca dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menegaskan bahwa: “Pendidikan Nasionalbertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab”. Namun tak pelak, rumusan-rumusan tujuan pendidikan yang sering berubah-ubah mengundangkesimpulan dari sebagian kalangan pengamat pendidikan sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan nasional cukup sering berubah mengikuti perubahansituasi politik yang terjadi pada suatu masa.

b) Tujuan pendidikan yang dirumuskan pada umumnya sangat idealistis,dan tampaknya kurang memperhatikan kemungkinan-kemungkinankesulitan dalam pelaksanaannya di1apangan.

c) Perubahan tujuan tampaknya tidak secara maksimal diikuti denganperubahan strategi dan piranti yang memungkinkan tujuan tersebutdapat diwujudkan.

B. Birokrasi PendidikanBirokrasi merupakan perangkat dalam kehidupan sosial masyarakat

modern yang muncul sebagai tindakan nyata dari tugas utama pemerintahansuatu negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.Birokrasi merupakan sistem administrasi yang dibangun oleh suatunegara yang ditujukan bagi pelayanan kepentingan rakyatnya. Dengandemikian birokrasi juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengaturdan mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih tertib. Ketertiban

 

 

 

Dewan Pendidikan 

Sekolah/Madrasah  Instansi Lain 

Komite Sekolah/Majelis Madrasah 

Page 57: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

44 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

di sini berkaitan dengan pengelolaan berbagai sumber daya dan pen-distribusiannya secara adil kepada seluruh warga negara.

Secara etimologi, istilah birokrasi berasal dari bahasa Perancis “bureau”yang artinya meja yang kemudian sering mengalami perluasan maknamenjadi kantor. Oleh karena itu, istilah birokrasi sering dipahami orangsebagai aturan yang dikendalikan lewat meja atau kantor. Thoha (1995)menyebutkan bahwa istilah birokrasi kemudian dikembangkan oleh Jermanyang ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersonal, danlegalistik.

Weber menyatakan bahwa birokrasi merupakan sistem kekuasaanyang menekankan aspek kedisiplinan, di mana pemimpin (superordinat)mengawasi bawahan (subordinat) secara ketat. Birokrasi bersifat legalkarena tunduk pada peraturan-peraturan tertulis yang dapat dimaklumioleh setiap orang dalam organisasi tersebut. Rasional bermakna dapatdimengerti, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-akibatnya. Namun Weberjuga mengingatkan bahwa apabila pengawasan atasan kepada bawahannyaitu tidak dilakukan pembatasan dapat berakibat pada kekuasaan yangotoriter yang dapat berakibat pada organisasi berjalan tidak rasionallagi melainkan hanya menuruti keinginan pemimpin.

Untuk mencegah otoriteranisme di atas, Weber menganjurkan pem-batasan terhadap setiap kekuasaan yang ada di tubuh birokrasi melaluihal-hal sebagai berikut:

1. Kolegialitas yang merupakan sebuah prinsip pelibatan orang lain dalampengambilan keputusan. Prinsip kolegialitas dapat diterapkan untukmencegah penyalahgunaan kekuasaan yang diakibatkan oleh prosespengambilan keputusan yang hanya terpusat pada satu orang atasan.

2. Pemisahan kekuasaan yang diartikan sebagai pembagian tanggungjawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Denganadanya pemisahan kekuasaan tersebut dapat membatasi akumulasikekuasaan meskipun kestabilannya menjadi berkurang.

3. Administrasi amatir yaitu perekrutan personil yang dapat melaksanakansuatu tugas yang harus dikerjakan, karena keterbatasan dana untukmengerjakannya. Dalam melaksanakan tugasnya, administrasi dapatdi dampingi oleh pejabat profesional di kantor tersebut.

4. Demokrasi langsung yang bermanfaat agar orang bertanggung jawab

Page 58: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

45ADMINISTRASI PENDIDIKAN

kepada suatu majelis. Dalam pengangkatan pejabat di sini harusterlebih dahulu dilakukan fit and proper test. Hal ini bermanfaat agarpejabat publik yang diangkat tersebut merasa bertanggung jawabkepada seluruh rakyat yang memberikan mandat kepadanya.

5. Representasi yaitu seorang pejabat publik diangkat sebagai wakilbagi orang-orang yang memberikan suara kepadanya. Sebagai contohdalam masalah ini yaitu partai-partai politik melalui para anggotalegislatifnya yang dapat diandalkan untuk mengawasi kinerja pejabatdan staf birokrasi pemerintah sebagai bentuk tanggung jawab kepadarakyat pemilihnya.

Pada masa kini, birokrasi dapat dikatakan sebagai mesin yang meng-gerakan roda kinerja organisasi, baik organisasi pemerintah maupunswasta. Namun demikian, disebabkan seringnya terjadi penerapan yangcenderung menyimpang dari tujuan yang sebenarnya, maka birokrasisering dipandang secara keliru sebagai prosedur yang berbelit-belit,menyulitkan, dan menjengkelkan. Dari dua pandangan yang bertentangansatu sama lain dapat disimpulkan bahwa istilah birokrasi dalam masyarakatdapat dimaknai secara berbeda tergantung pada bagaimana praktikbirokrasi itu dijalankan. Sebagian orang memandang birokrasi sebagaialat yang efisien dan efektif untuk memudahkan dalam mencapai suatutujuan. Namun sebagian yang lain memandang birokrasi sebagai alatuntuk mendapatkan, melanggengkan, dan menancapkan kekuasaanyang korup. Pandangan kalangan yang negatif ini menganggap birokrasisangat kaku, ikut-ikutan secara membabi buta, tidak kreatif, ritual belaka,dan rawan terhadap penyimpangan dari sasaran sebenarnya yang hendakdicapai, hilangnya ruang pribadi, hingga munculnya perasaan terasingdari diri dan lingkungannya yang harus diabaikan, sangat mekanistik/otomatis, dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat.

Birokrasi juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem kerja yang berlakudalam suatu organisasi yang mengatur secara internal maupun eksternal.Hubungan internal yaitu hubungan antara orang yang satu denganorang yang lainnya berikut hubungan antara manusia dengan sumberdaya organisasi lainnya yang berada dalam organisasi itu sendiri. Sedangkanhubungan eksternal yaitu hubungan antara organisasi dengan pihaklain atau lingkungan di sekitarnya, baik pada level kelembagaan ataupunpada level individu.

Page 59: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

46 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1. Teori dan Konsep Birokrasi

Menurut Farel Heady (1989), birokrasi merupakan struktur yangdi dalamnya terdapat hierarki, diferensiasi, dan kompetensi. Hirarkiberkaitan dengan pemeringkatan jabatan yang mengakibatkan perbedaantingkat kewenangan antar anggota dalam organisasi tersebut. Diferensiasiadalah pembagian tugas yang berbeda-beda dalam suatu organisasi kepadapara personil birokrasi dalam sebuah kerangka kerja sama untuk mencapaitujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi adalah birokratyang menduduki suatu jabatan sebaiknya orang yang berkompetensesuai jabatannya itu sehingga dapat melaksanakan tugas dan wewenangnyasecara profesional.

Hirarki dalam birokrasi mengerucut seperti piramid yang manasemakin tinggi suatu jenjang berarti pula semakin besar wewenang yangmelekat di dalamnya dan jumlahnya semakin sedikit. Hirarki wewenangini berbanding lurus dengan hierarki tanggung jawab, artinya semakinbesar wewenang maka tanggung jawabnya juga semakin besar. Dalamhirarki tersebut setiap pejabat bertanggung jawab kepada atasannyatentang segala keputusan dan tindakannya sendiri maupun yang dikerjakanoleh anak buahnya. Dalam urusan dinas yang bersifat resmi, pejabatbirokrasi memiliki hak memberi perintah dan mengatur bawahannyadan menjadi kewajiban bagi para bawahan untuk mematuhinya.

Hegel mengemukakan bahwa birokrasi adalah lembaga dengankedudukan dalam struktur sosialnya yang tak berpihak serta berfungsisebagai penghubung antara negara yang merupakan perwujudan kepentinganumum dan warga negara yang mewakili kepentingan khusus dalammasyarakat. Hegel memandang bahwa birokrasi berfungsi sebagai jembatanyang diciptakan untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakatdan kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu dapat berbeda.Dengan demikian birokrasi memiliki peran yang strategik dalam rangkamempertemukan antara persepsi dan perspektif antara pemerintah danmasyarakat sehingga dapat menciptakan ketertiban dan kestabilandalam kehidupan berbangsa.

Dari berbagai pengertian di atas, birokrasi dapat dimaknai sebagaisekumpulan tugas dan fungsi yang melekat pada suatu jabatan yangmemiliki hirarki secara formal dalam sebuah organisasi yang kompleksdan terdapat kepatuhan terhadap kewenangan pejabat formal.

Page 60: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

47ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Konsep birokrasi dapat dipahami sebagai pengaplikasian prinsip-prinsip organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna danhasil guna administrasi. Birokrasi kadang-kadang dapat pula disamakanpula dengan administrasi publik. Dalam pengertian ini, birokrasi adalahunsur pelaksana dari administrasi publik yang bertujuan agar pelayanankepada masyarakat, pelanggan, atau klien dapat tercapai dengan efisien,efektif, dan rasional.

Birokrasi juga dapat dipahami sebagai administrasi yang dilaksanakanoleh para pegawai dalam suatu organisasi. Birokrasi dapat dikenali denganadanya segenap proses yang dirancang berdasar pengetahuan teknisyang disesuaikan dengan struktur organisasi yang dibutuhkan agar proses-proses tersebut berdaya guna dan berhasil guna secara optimal dan adanyaaturan-aturan yang rasional.

Birokrasi dapat diterapkan pada berbagai organisasi, seperti bidangpemerintahan, bisnis/perdagangan dalam skala besar dengan wilayahusaha yang terbentang luas, lembaga nirlaba internasional, dan perguruantinggi. Namun birokrasi yang dirancang dengan buruk atau berlebihanjustru akan memunculkan proses yang ruwet, lamban, boros, dan justrumenimbulkan ketidakadilan. Birokrasi yang seperti ini cenderung diselewengkanmenjadi lebih melayani diri dan kepentingan kliennya daripada tujuansemulanya yaitu mendahulukan kepentingan umum. Tidak jarang iajuga menjadi alat politik dari suatu kekuatan politik tertentu. Sementarapemahaman birokrasi secara ilmiah harus meliputi upaya pengujianhubungan administratif dan aparatur manajerial dalam konteks sosialyang khas dimana birokrasi itu diciptakan.

Birokrasi dapat dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahandan aparat administrasi publik. Menurut Weber, birokrasi dapat dilihatsebagai pekerjaan yang rutin dari pejabat dan staf pegawai yang menjalankanproses administrasi persis seperti bekerjanya mesin pada proses produksi.Sementara konsep birokrasi yang sering disebut dengan Parkinson Lawmenjelaskan bahwa setiap instansi pemerintah cenderung menambahjumlah pejabat struktural dan staf pegawainya, menciptakan tugas barubagi jajaran birokrasinya sendiri yang sering diragukan fungsi dan dampaknyabagi sistem, sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya antara jumlahpegawai dengan beban kerja personilnya. Ada juga pendapat lain yangmenyatakan bahwa, birokrasi sebenarnya tak lain hanyalah sebagai pembentukan

Page 61: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

48 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

jaringan kekuasaan yang luas dan efektif untuk mengendalikan kegiatanmasyarakat yang disebut Orwelisasi.

Ilmuwan sosial yang berpengaruh besar dalam pengembanganteori birokrasi adalah Max Weber yang berkebangsaan jerman. Ia jugaahli hukum yang terkenal dengan karyanya yang berjudul wirtschaftund gesellchaft (teori organisasi sosial dan ekonomi). Di dalam buku yangditulis oleh Weber itu dapat ditemukan konsep ideal tentang birokrasi.Ia banyak mengungkapkan hubungan timbal balik antara peran birokrasidengan kehidupan politik.

Weber menjelaskan bahwa berbagai tugas birokrasi dibagi dalamkegiatan-kegiatan dari berbagai bagian pemerintahan dengan fungsiyang berbeda-beda dan terpisah. Dengan dibentuknya pembagian kerjatersebut, maka telah terjadi spesialisasi fungsi dan pembagian tanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan pekerjaan dari masing-masingbagian itu, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai melalui kinerjayang efektif dari seluruh aparaturnya.

Kegiatan pemerintahan diatur oleh suatu sistem aturan main yangmeliputi perumusan tanggung jawab dari para pemegang jabatan di berbagailevel dan koordinasi berbagai tugas yang berbeda dan menjamin terciptanyakeseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan itu. Sistem aturan birokratikini harus dipatuhi dengan konsisten. Tugas–tugas birokrasi memiliki tingkatkerumitan yang berbeda-beda, dari tugas-tugas setingkat juru atau tukangoleh pegawai staf yang sifatnya rutin hingga tugas–tugas kebijakan strategikoleh pejabat eselon I yang membutuhkan keahlian, pengalaman, dan landasankeilmuan yang menopangnya. Namun para pejabat birokrasi itu dalambekerja harus berorientasi impersonal. Mereka harus menilai kinerja daripara bawahannya, bukan melihat pada siapa orangnya yang mengerjakansuatu tugas maupun dengan anggota masyarakat mana yang dilayaninya.Tindakan yang bersifat impersonal tersebut akan menghasilkan perlakuanyang tidak diskriminatif kepada siapapun sehingga akan mendorongkepemimpinan demokratis dan egaliter dalam sistem administrasi.

Jabatan dalam birokrasi pemerintah adalah jabatan karir. Berbagaijabatan dalam birokrasi pemerintah dicapai melalui penunjukan (ap-pointed) yang merupakan promosi atau jenjang karir bagi seorang pegawaidengan mempertimbangkan masa kerja dan prestasinya. Seorang birokratlebih mempertanggungjawabkan segala pekerjaannya kepada atasannya

Page 62: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

49ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dalam struktur pemerintahan, ketimbang bertanggungjawab langsungkepada publik. Birokrasi di sini berfungsi sebagai sarana untuk rnelaksanakanfungsi-fungsi pemerintahan dengan efektif dan efisien.

Model birokrasi yang ideal dari Weber di atas beranggapan bahwabirokrasi menjalankan fungsi administratif dalam pelaksanaan kebijakanpublik yang dibuat melalui proses dan mekanisme politik yang dilakukanoleh orang-orang yang menduduki jabatan politik, bukan oleh birokratkarir. Dengan pemisahan administrasi dari proses politik secara langsungtersebut, jajaran birokrasi diharapkan dapat bersikap netral secara politik.Artinya, pejabat birokrasi di sini sebagai pejabat negara sebenarnya tidakdapat dipengaruhi oleh siapa dan dari partai manapun pejabat politikyang menjadi pimpinan mereka, sehingga mereka dapat tetap berkonsentrasidalam melaksanakan tugas-tugas sebagai pelayan rakyat keseluruhandan menjaga netralitasnya secara politik.

Weber sebenarnya tak pernah secara khusus membangun sebuahteori birokrasi. Sebagai ilmuwan sebenarnya pada masa itu ia tengahmelakukan konseptualisasi sejarah dan menyajikan teori-teori umumdalam bidang sosiologi, hingga akhirnya ia terkenal dengan teori mengenaibirokrasinya. Ia tertarik untuk mengamati organisasi negara yang dijalankanpemerintah yang berkuasa pada masa itu. Birokrasi yang telah dikembangkanuntuk menjalankan kebijakan negara yang bercorak patrimonial di Jermanitu menurut Weber kurang efektif. Ia menemukan dan menyadari dampaknegatif dari pemusatan kekuasaan pejabat di dalam birokrasi, karenaperaturan yang telah dibuat mungkin saja rasional, tetapi aparatur yangmenjalankan aturan tersebut belum tentu semuanya bertindak rasionalbagi kepentingan organisasi. Dapat saja terjadi justru ada oknum-oknumpejabat yang memanfaatkan birokrasi bagi kepentingan pribadi mereka.Dari analisis terhadap hasil pengamatannya itulah kemudian Weber memper-kenalkan konsep birokrasi sebagai sebuah organisasi yang legal rasional.

Menurut Weber, bahwa suatu tipe birokrasi yang ideal itu sebenarnyaterletak pada rancang bentuknya yang mampu menjadi pemecahan masalahyang tepat pada waktu, tempat, dan situasinya ketika birokrasi itu dibangun.Tantangan bagi birokrasi untuk menjadi bentuknya yang ideal itu adalahpada kenyataan bahwa birokrasi memang tidak fleksibel dan adaptifterhadap perubahan sosial, dirancang untuk semua orang sehingga memangdari awalnya dicapai dengan jalan mengkompromikan kepentingan

Page 63: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

50 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dari berbagai pihak yang saling bertentangan, dan keunikan dari setiapindividu yang menjadi personil dalam jajaran birokrasi.

Pandangan Weber yang komprehensif terhadap birokrasi di atastak luput dari sejumlah kritik para ahli lainnya yang terdiri dari sosiolog,teoretisi manajemen, hingga praktisi administrasi negara, seperti: RobertK. Merton, Philip Selznick, Talcott Parsons, Alvin Gouldner, R. G. Francis,R. C. Stone, Rudolf Smend, Reinhard Bendix, Carl Friedrich, dan Peter Blauyang seluruhnya dimuat dalam karya Martin Albrow yang mengungkapkankelemahan Birokrasi Weber sebagai berikut:

1. Birokrasi dalam pengertian Weber dapat menjadi sarang bagi parabirokrat yang berkuasa untuk membentuk solidaritas kelompok secarakeliru sehingga mereka dapat merancang peraturan sebagai alatuntuk mencapai tujuan kelompoknya sendiri serta melakukan resistensiterhadap perubahan yang mengutamakan kepentingan publik yangditandai dengan telah terjadinya kegagalan dalam administrasi yangpada akhirnya dapat menyebabkan konflik dengan individu-individuwarganegara.

2. Keobjektifan sistem promosi dan penilaian terhadap prestasi dalambirokrasi seringkali masih dipertanyakan, sehingga dapat memunculkankonflik di dalam birokrasi yang menimbulkan pertanyaan yang dapatsering muncul dalam diri para aparatur birokrasi terhadap siapa yangpantas untuk ditaati? Orang yang memiliki kewenangan semata karenafaktor like or dislike dari atasan atau orang yang memang benar-benar memiliki keahlian yang dibutuhkan meskipun ia tidak mempunyaijabatan? Dasar kepatuhan dalam suatu organisasi pada konflik antaraotoritas birokrasi dan otoritas profesional seperti itu akan berbeda.

Pada tipe otoritas birokrasi yang berorientasi pada pemberian hukumanterhadap para personil yang dianggap membangkang, para anggotabirokrasi berpura-pura setuju dengan peraturan yang represif terhadapmereka oleh birokrat otoriter. Namun pada tipe otoritas birokrasiyang representatif, kepatuhan dari para anggota organisasi datangdengan kerelaan dan memandang peraturan sebagai kebutuhanberdasarkan pertimbangan teknis dan mewakili kepentingan merekasendiri. Dua sikap yang berbeda terhadap peraturan ini akan berdampakyang sangat berbeda terhadap proses perkembangan yang dialamisuatu organisasi.

Page 64: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

51ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Sebagai jalan tengah dari kedua tipe otoritas birokrasi itu, dapatditempuh langkah yang meskipun pada dasarnya melarang impersonalitasdan berpedoman pada prosedur yang telah ditentukan, namundalam prakteknya para staf birokrasi dapat mengambil kebijaksanaandengan menyesuaikan tindakan mereka dengan keadaan-keadaanyang cocok dengan kebutuhan-kebutuhan individu tanpa melanggarperaturan atau prosedur yang berlaku.

3. Kesalahpahaman tentang administrasi sebagai mesin rasional belakadi mana para pejabat birokrasinya dianggap sebagai pengembanfungsi-fungsi teknis saja, padahal para pejabat itu semestinya dipandangsebagai makhluk sosial dan berbudaya yang secara aktif mengembanfungsi-fungsi tertentu dalam membangun peradaban suatu bangsa.Apa yang dilakukan oleh manusia-manusia seperti itu ditentukanoleh keseluruhan budaya, yang diorientasikan melalui fungsi-fungsinya,dan pada gilirannya membantu menentukan hakikat dari peradabantersebut.

4. Undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif dapat ditaati denganpenuh kesadaran apabila peraturan tersebut berakar dari nilai-nilaiagama, sosial, dan politik yang sudah membudaya dalam masyarakatnya.Semua peraturan yang dibuat untuk mengatur segi kehidupan tertentu,dan untuk menentukan suatu peristiwa yang terjadi sudah sesuaiatau melanggar peraturan, seorang pejabat harus mampu memberikanalasan-alasan yang tepat sebagai pertimbangan bagi dirinya dalammenentukan sebuah keputusan yang akan dibuatnya. Dalam membuatpertimbangan tersebut, seorang pejabat birokrasi tak jarang menghadapisebuah dilema. Pada satu sisi, jika ia menerapkan undang-undangitu secara kaku sesuai apa adanya yang tersurat, ia akan dianggapsikapnya terlalu birokratis. Namun, pada sisi lain, jika ia terlalu mudahmengambil kebijaksanaan secara pribadi dengan pertimbangankemanusiaan, yang mana hal itu tidak tertulis di dalam suatu undang-undang, maka tindakannya dapat dianggap sebagai suatu penyalahgunaankekuasaan dengan telah melanggar hak prerogatif dari badan legislatif.

5. Seorang birokrat harus bertindak sesuai aturan yang tertulis. Namunpada kenyataannya, dapat dikatakan bahwa peraturan-peraturanyang paling sempurna sekalipun sebenarnya tetap masih ada celahbagi tindakan yang belum diatur di dalamnya. Oleh karena itu, sudah

Page 65: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

52 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

semestinya seorang birokrat memiliki ruang bertindak di luar ketentuanteknis atau instruksi. Penekanan Weber terhadap otoritas membuatorganisasi sipil diperintah secara otoriter seperti organisasi militer.Dalam birokrasi yang organisasinya paling rasional sekalipun hendaknyatetap harus memiliki keluwesan pandangan dalam menangani ataumengatasi situasi maupun kondisi tertentu yang rumit atau dilematis.

6. Para pejabat birokrasi tanpa adanya pertimbangan terhadap aturan-aturan formal dan sikap-sikap manusia dalam menghadapi lingkunganyang berubah akan terbelenggu oleh seperangkat undang-undangyang ada yang kaku sifatnya. Sementara tujuan organisasi baru dapatdicapai apabila terdapat peluang bagi terjadinya perubahan secaraterus-menerus di dalam struktur birokrasi. Oleh karena itu, identifikasiterhadap tujuan-tujuan organisasi secara holistik oleh pejabat birokrasiyang diikuti oleh penyesuaian tindakan sesuai dengan persepsinyatentang keadaan yang berubah untuk menghasilkan administrasiyang tepat guna, hendaknya justru ditekankan sebagai bekal kemampuanantisipatif dan inovatif bagi para pejabat birokrasi.

Birokrasi dapat dikategorikan sakit apabila telah memperlihatkangejala pemborosan, lamban, tujuannya hanya merupakan reaksi tambalsulam terhadap kelemahan atau masalah-masalah yang timbul, misinyatidak jelas, pelayanan publik yang buruk, terlalu sentralistik, tidak produktif,alergi terhadap kritik yang membangun dan pengawasan publik, menge-depankan kepentingan pribadi atau kelompok, hubungan antara atasandan bawahan bersifat eksploitatif, tidak realistik-pragmatik, dan penyalahgunaanwewenang telah merajalela dalam tubuh birokrasi tersebut.

Martin Albrow, seorang sosiolog dari Inggris, mengemukakan konsepbirokrasi di era modern ini sebagai organisasi yang di dalamnya orangmenerapkan kriteria rasionalitas terhadap tindakan mereka, berbeda denganpemahaman tentang organisasi rasional seperti yang dikemukakan Weber.Menurut Albrow, rasional dalam kajian sosial bukan berarti semuanyadapat diukur dengan pasti dan jelas, karena dalam penelitian sosial takpernah menghasilkan sesuatu yang pasti sesuai hipotesis yang dibangun.Birokrasi merujuk pada teknis dan susunan kegiatan yang rasional sebagaimode pengorganisasian pada organisasi-organisasi besar yang kompleksagar dapat berjalan secara mantap dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Page 66: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

53ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam pandangan Albrow, birokrasi sebagaimana yang diperkenalkanWeber menyimpan ketidaksempurnaan dalam struktur dan fungsi bagipengelolaan yang diperuntukkan bagi organisasi-organisasi berskala besar.Kritik Albrow terhadap masalah tersebut, yaitu diperlukan adanya keberanianuntuk memberikan peluang bagi penerapan administratif yang kritis dankreativitas manajerial yang merupakan kebalikan (antitesis) dari kekakuandan impersonalisasi dalam birokrasi. Bagi Albrow, birokrasi sebagai organisasiyang tidak mampu mengkoreksi perilakunya dengan cara belajar darikesalahannya karena selalu beranggapan bahwa peraturan yang dibuatsebelumnya sudah bagus, padahal peraturan yang baik sekalipun di masalalu belum tentu tetap baik dengan perubahan yang terjadi di masa selanjutnya,sedikit inisiatif, lamban dalam pelayanan, mengutamakan formalitas,tumpang tindih, dan bagian-bagiannya cenderung tersekat-sekat takterintegrasi. Lebih parahnya, aturan-aturan di dalam birokrasi sangatmudah disalahgunakan para aparaturnya untuk kepentingan pribadi.

Dalam hal birokrasi sebagai administrasi negara/publik, Albrowsependapat dengan Weber yang mengemukakan bahwa birokrasi merupakankomponen sistem politik, baik administrasi pemerintahan sipil atau publik.Kedua ahli tersebut memandang bahwa birokrasi merupakan pelaksanaankekuasaan oleh para administrator yang profesional. Para pejabat birokrasidiberikan kewenangan dan keistimewaan (privilege) sesuai dengan tingkatanmasing-masing dalam strukturnya untuk mengatur dan melakukan sesuatu.Dalam struktur birokrasi, staf-staf administrasi yang menjalankan fungsidan otoritas dari suatu bidang pekerjaan yang dilakukan sebagai rutinitasmenjadi bagian penting. Birokrasi melibatkan seluruh pegawai pemerintahdan merupakan sistem administrasi holistik, termasuk di dalamnya meliputipengalokasian barang dan jasa dalam suatu pemerintahan. Kebijakan-kebijakan suatu negara diimplementasikan melalui mesin birokrasi ini.

Birokrasi sebagai sebuah bentuk organisasi berskala besar, formal,dan rasional dipandang sebagai sebuah lembaga yang ditemukan padamasyarakat modern, di mana masyarakatnya tunduk kepada aturan-aturan yang diberlakukan oleh birokrasi. Birokrasi secara efektif dapatditerapkan baik pada perusahaan swasta besar maupun birokrasi negara.

Page 67: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

54 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. Birokrasi Dalam Administrasi Pendidikan

Birokrasi pendidikan yang dimaksud di sini adalah penggunaan praktik-praktik birokrasi dalam pelayanan pendidikan oleh aparatur pemerintahankepada warga negara. Birokrasi pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkatpemerintah pusat hingga pemerintah daerah, baik di tingkat provinsimaupun kabupaten/kota, bertugas dalam menyusun kurikulum yangberlaku, menyediakan tenaga pendidik dan kependidikan, menentukanpengalokasian anggaran, pengadaan sarana dan prasarana serta perawatannya,memperhatikan pelaksanaan proses belajar mengajar, mempersiapkansistem evaluasi pendidikan, menjamin mutu pendidikan, dan sebagainya.

Pendidikan telah mendapat perhatian yang tinggi dari para birokrasipemerintah sebagai pembuat kebijakan. Perhatian pemerintah tersebutdiwujudkan dalam berbagai kebijakan yang dihasilkan dan upaya, sepertidi bidang peningkatan penghasilan guru dengan adanya tunjangan profesisebesar satu kali gaji pokok, penetapan kualifikasi bagi guru dan tenagakependidikan, pemenuhan fasilitas pembelajaran yang memadai, penekananpada penerapan strategi belajar mengajar yang bervariasi di kelas disesuaikandengan materi pelajarannya, dan peningkatan mutu lulusan yang menguasaikemampuan kompetitif. Semua tindakan tersebut bertujuan untukmeningkatkan efektivitas manajemen sekolah yang kompleks dan mutupendidikan dari satuan pendidikan atau sekolah pada semua jenjangdan jenis pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.Meskipun peraturan dan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaandewasa ini telah memperlihatkan kemajuan, namun di era otonomidaerah sekarang bila dilihat dari posisi kepala sekolah di hadapan birokrasipemerintahan seperti birokrasi Dinas Pendidikan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, sering terjadi bahwa birokrasi ini kurang memberi dorongan untukmeningkatkan kualitas pendidikan di suatu daerah. Sebagai contohnya,kewenangan kepala daerah untuk mengangkat dan memberhentikankepala sekolah berdasarkan rekomendasi dari kepala dinas pendidikansebagai pejabat birokrasi pendidikan di pemerintah daerah tersebut dapatberjalan dengan sewenang-wenang yang dapat menjadikan kepala sekolahtidak merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan tugasnya di manasekolah itu berada. Birokrasi pemerintah daerah tersebut cenderungmemperlakukan kepala sekolah semata sebagai unit kerja yang menjadibawahan mereka, bukan dipandang sebagai pemimpin institusi profesionalkependidikan yang memiliki otonomi atas dasar profesional tersebut.

Page 68: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

55ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Perlakuan birokrasi di atas dapat menjadi penyebab rendahnya mutupendidikan di suatu daerah. Apabila mutu pendidikan di suatu daerahrendah, maka akan berkorelasi dengan rendahnya mutu sumber dayamanusia di daerah itu. Perilaku birokrat yang membatasi ruang profesionaltenaga kependidikan seperti pengawas dan kepala sekolah atau para guruyang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di daerahitu akan berdampak pada pengelolaan pendidikan yang buruk. Namunsebaliknya pula, apabila kepala daerah dan kepala dinas pendidikan merupakanpara pejabat yang visioner dan memiliki komitmen yang kuat untukmemajukan pendidikan tentu akan mendorong para kepala sekolah agarmampu menunjukkan kinerja yang baik dengan meningkatkan mutupendidikan di sekolahnya masing-masing.

Dalam Bab XIV Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional diatur tentang pengelolaan pendidikan, yaitupada Pasal 50 ayat:

(1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawabMenteri.

(2) Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasionalpendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikanuntuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertarafinternasional.

(4) Pemerintah Daerah Propinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraanpendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaanfasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah.

(5) Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikanmenengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.

(6) Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomidalam mengelola pendidikan di lembaganya.

(7) Ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 69: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

56 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Ayat-ayat yang mengatur tentang pengelolaan pendidikan di atasmencerminkan birokrasi pendidikan nasional di Indonesia. Dalam konteksotonomi daerah birokrasi pendidikan ini dapat digambarkan sepertipada Gambar 2.3.

Di samping Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, KementerianAgama sebagai bagian penting dalam dunia pendidikan di Indonesia jugamenyadari pentingnya pengelolaan birokrasi pendidikan yang sesuaidengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas danperaturan perundangan pendidikan lainnya yang berlaku dalampengiplementasian kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan di lingkunganlembaga-lembaga pendidikannya. Oleh karena itu, sejalan dengan kesetaraanantara madrasah dan sekolah dalam Undang-Undang No. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka manajemen di madrasahdi lingkungan Kementerian Agama menjadi penting dilakukan untukmengoptimalkan kinerja dan hasil yang dicapainya. Untuk itu jajaranKementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan pada Madrasahdari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota memposisikan diriuntuk meningkatkan tata kelola madrasah menjadi lebih baik, yang tentunyahal tersebut akan menjadi modal utama untuk mencapai mutu pendidikanyang tinggi di madrasah sebagai lembaga resmi Kementerian Agama.

Pendidikan di madrasah di kabupaten/kota merupakan sektornyaKantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi sebagai unitorganisasi induknya melalui Kepala Bidang Madrasah dan PendidikanAgama Islam (Kabid Mapenda) dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sebagai hirarki dari sebuah instansi vertikal, walaupun memangkarena hal ini termasuk dalam urusan bidang pendidikan yangdidesentralisasikan, maka jelas peran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai tuan rumah yang paling berhak harus diperhatikan. Hubungandan disain sistem organisasi antara Bidang Mapenda Kanwil KementerianAgama Provinsi maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat dilihatpada Gambar 2.4.

Page 70: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

57ADMINISTRASI PENDIDIKAN

       

                    

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Permendiknas, Renstra Depdiknas, Kepmendiknas 

Kelembagaan, Kurikulum, Ketenagaan, Sarana Prasarana, Mutu Pendidikan 

Dinas Pendidikan Provinsi 

Azas Dekonsentrasi, Koordinasi, dan Pembantuan 

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota  

Desentralisasi Bidang Pendidikan: Tanggung jawab dan wewenang terhadap penyelenggaraan pendidikan di daerah 

Sekolah 

Administrasi Siswa, Guru, Kurikulum, Sarana Prasarana, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah 

Masyarakat  Kegiatan belajar Mengajar Lulusan 

Gambar 2. 3 Birokrasi Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang mengelola sumberdaya manusia telah mengembangkan insentif atas kinerja yang denganjelas menghubungkan kinerja dan tunjangan profesi/tunjangan kependidikandi samping gaji yang diterima bagi pengawas sekolah, kepala sekolah,dan guru terhadap strategi peningkatan kinerja. Demikian pula denganpara pejabat struktural di kantor pemerintah telah mendapatkan tunjanganjabatan struktural dan tunjangan tambahan dari pengelolaan projekyang dialokasikan bagi bidang/seksi mereka.

Tunjangan-tunjangan/penghasilan tambahan itu bukanlah bertujuanuntuk menyejahterakan taraf ekonomi para personil itu semata, yang

Page 71: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

58 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

lebih penting adalah tercapainya tujuan dari pemberian tunjangan-tunjangan/penghasilan tambahan itu, yaitu adanya peningkatan kinerjasehingga sasaran-sasaran maupun tujuan bagi peningkatan mutu pendidikandi sekolah dapat dicapai.

Bila tunjangan-tunjangan itu tidak dikendalikan dengan sungguh-sungguh, maka pemberian penghasilan tambahan ini hanya merupakanprogram “menyejahterakan personil pendidikan” yang dipahami secarasalah kaprah oleh para personil yang terlibat langsung dalam urusan pendidikanini dengan tidak ada dampaknya yang signifikan terhadap peningkatanmutu pendidikan di sekolah karena secara etis tidak ada tanggung jawabmoral bagi para personil pendidikan itu untuk meningkatkan kinerjanya.Untuk itu para personil ini harus dimotivasi agar mereka menyadari untukapa sebenarnya penghasilan mereka dinaikkan dengan jumlah yang signifikan.

Di antara kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh KementerianPendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama yang berhubungandengan masalah tunjangan di atas adalah:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen, pasal 16 ayat (1) dinyatakan bahwa pemerintahmemberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikatpendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atausatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru diisyaratkanbahwa pengawas sekolah pada dasarnya adalah guru yang diangkatsebagai pengawas satuan pendidikan dan kepadanya disyaratkanmemperoleh sertifikat pendidik. Karena status formalnya sebagaiguru, maka sertifikasi bagi pengawas sekolah/madrasah dilakukandengan mengacu pada payung hukum ini.

c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Kepmendiknas) No: 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.

d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2007 TentangTunjangan Tenaga Kependidikan dalam Pasal 1 dijelaskan yang dimaksuddengan Tenaga Kependidikan di antaranya adalah: Guru yang diberitugas tambahan sebagai Kepala Madrasah Aliyah dan PengawasMata Pelajaran/Rumpun Mata Pelajaran pada Madrasah Aliyah.

e. Memorandum of Understanding (MoU) Projek Pengembangan Madrasah.

Page 72: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

59ADMINISTRASI PENDIDIKAN

 

                 

             

 

        

Petu

nju

k gambar:

= Jab

atan lin

i

= Jab

atan staf ah

li

= H

ubu

ngan

kolab

orasi

 G

ambar 2. 4

C

harta D

isain Sistem

Organ

isasi Bid

ang M

apend

a Kan

wil K

emen

terian Agam

a Pro

vinsi Maupu

n D

inas Pend

idikan

Kabup

aten/Kota

Ke

pa

la B

ida

ng 

Ma

pe

nd

Te

na

ga A

hli: 

 Bid

an

g P

ere

nca

na

an 

Te

na

ga A

hli: 

Bid

an

g P

rog

ram  

Wa

kil K

ep

ala 

Ma

dra

sah A

liya

h  

Pe

ng

aw

as 

Ma

dra

sah 

Aliy

ah 

Pa

ra G

uru 

Tra

ine

r of T

rain

ers 

Ma

na

jem

en 

Te

na

ga A

hli: 

Bid

an

g S

um

be

r Da

ya 

Mi

Ke

pa

la 

Ma

dra

sah 

Aliy

ah 

Ke

pa

la D

ina

Pe

nd

idik

an 

Ka

bu

pa

ten K

ota 

Ke

pa

la S

ek

si pa

da 

Bid

an

g M

ap

en

da 

Ma

jelis 

Ma

dra

sah 

Pu

sat 

Pe

ng

em

ba

ng

an 

Ma

dra

sah 

Ba

lai D

ikla

Ke

ag

am

aa

Page 73: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

60 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam dokumen memorandum Madrasah Education DevelopmentProject dicantumkan bahwa Direktorat Pendidikan pada Madrasah mempunyaitugas menyelenggarakan pelayanan dan bimbingan di bidang Pendidikanpada Madrasah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh DirekturJenderal Pendidikan Islam. Demikian pula dalam pembuatan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengimplementasian Projek Pengem-bangan Pendidikan Madrasah. Untuk itu suatu Panitia Pelaksana ProjekPengembangan Pendidikan Madrasah dibentuk untuk memandu UnitManajemen Projek Pusat untuk menentukan arah kebijakan umumnya,koordinasi antara sektoral dan arah strategis. Para anggota panitia pelaksanaprojek terdiri dari perwakilan dari Kementerian Agama, KementerianKeuangan, Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), KementerianDalam Negeri, dan Kementerian Pendidikan Nasional.

Pada setiap projek provinsi yang telah ditunjuk dibentuk Panitia KoordinasiProjek atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk mengatur implementasidi tingkat provinsi (Lihat Gambar 2.5). Berikut ini adalah tugas pokoknya:

(a) Membantu Koordinator Projek untuk mengembangkan suatu programkegiatan tahunan di provinsi dengan mengacu pada manajemendan perencanaan,

(b) Mempersiapkan program-program dan pelatihan bagi pengenalanprogram-program manajemen kinerja berbasis hasil termasuk hubungandengan Pusat Pengembangan Madrasah yang berperan memimpindalam program pengkoordinasian dan pengimplementasian program,

(c) Mempersiapkan program-program dan pelatihan untuk pengimple-mentasian proses perencanaan strategis dan kebijakan dan memonitorpengimplementasian dan hasil-hasil kegiatan-kegiatan perencanaandi daerah dan provinsi,

(d) Mengkoordinasikan dan memonitor penerapan Sistem InformasiManajemen Projek yang berbasis sistem,

(e) Membantu dalam monitoring dan pengevaluasian semua kegiatanyang berhubungan dengan pengenalan pada Projek PengembanganPendidikan Madrasah dan pendekatan perencanaannya.

Dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Departemen PendidikanNasional 2005-2009 yang diterbitkan oleh Pusat Informasi dan HumasDepartemen Pendidikan Nasional (2007: 10) disebutkan bahwa sesuai

Page 74: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

61ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Ketentuan Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional(Depdiknas) berkewajiban untuk mencapai Visi Pendidikan Nasionalsebagai berikut:

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuatdan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara In-donesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehinggamampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasionaltahun 2010-2014 (2010: i) diterangkan bahwa disusun berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional Tahun 2005-2025, UU No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional, serta Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.Renstra Kemdiknas 2010-2014 mengacu pada visi RPJMN 2010-2014 yaituIndonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan; arahan Presidenuntuk memperhatikan aspek change and continuity, de-bottlenecking, danenhancement program pembangunan pendidikan; serta Rencana PembangunanPendidikan Nasional Jangka Panjang 2005-2025 yang telah dijabarkanke dalam empat tema pembangunan pendidikan, yaitu peningkatan kapasitasdan modernisasi (2005-2009), penguatan pelayanan (2010-2015), penguatandaya saing regional (2015-2020), dan penguatan daya saing internasional(2020-2025).

Renstra Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010-2014 disusunsebagai pedoman dan arah pembangunan pendidikan yang hendak dicapaidalam periode 2010-2014 dengan mempertimbangkan capaian pembangunanpendidikan hingga saat ini. Renstra Kemdiknas disusun melalui berbagaitahapan, termasuk interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)pendidikan di pusat dan daerah, serta partisipasi seluruh pejabat Kemdiknas.Renstra Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014 merupakandasar dan pedoman bagi Unit Eselon I, II dan Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, dan sebagai acuan bagiSKPD Pendidikan di Provinsi dan Kab/Kota dalam menyusun (1) RencanaStrategis (Renstra); (2) Rencana Kerja (Renja); (3) Rencana/ProgramPembangunan lintas sektoral bidang Pendidikan; (4) Koordinasi perencanaan

Page 75: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

62 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dan pengendalian kegiatan Pembangunan lingkup Pendidikan Nasional;(5) Laporan Tahunan; dan (6) Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (LAKIP).

Dokumen Rencana Strategis Kemdiknas ini merupakan revisi dariRenstra Kemdiknas yang sudah disahkan berdasarkan PermendiknasNo. 2 Tahun 2010 tanggal 27 Januari 2010, sehubungan dengan perubahanstruktur Kemdiknas berdasarkan Peraturan Presiden Republik IndonesiaNo. 67 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian NegaraSerta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,tanggal 2 Desember 2010. Renstra ini perlu dipahami dan dimanfaatkanoleh seluruh jajaran Kementerian Pendidikan Nasional serta para pemangkukepentingan pendidikan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan,dan pengendalian program pembangunan bidang pendidikan secarasinergis dan berkesinambungan.

Page 76: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

63ADMINISTRASI PENDIDIKAN                         G

amb

ar 2. 5

 Jalu

r Pen

uru

nan S

trategi P

enin

gkatan

Kin

erja Pen

gaw

as dan

Kep

ala Mad

rasah A

liyah

di K

abup

aten/K

ota

Ko

ntra

k P

resta

si  

Se

lek

si da

n R

ek

rutm

en P

en

ga

wa

s Ma

dra

sah 

Aliy

ah d

i Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta 

Se

lek

si da

n R

ek

rutm

en K

ep

ala M

ad

rasa

Aliy

ah d

i Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta 

Pro

gra

m P

en

ge

mb

an

ga

n P

erso

nil (D

ikla

t) 

Dik

lat 

Ca

lon 

Pe

ng

aw

as 

da

Wo

rksh

op 

Ku

riku

lum 

Tin

gk

at 

Sa

tua

Pe

nd

idik

an 

(KT

SP

Pro

gra

m P

en

ge

mb

an

ga

n P

erso

nil (N

on‐

Dik

lat) 

Ra

ko

r d

an 

Ra

ke

r K

ep

ala 

MA

N/M

AS 

se‐

Pro

vin

si. 

Stra

teg

i Pe

nin

gk

ata

n K

ine

rja 

Pe

ng

aw

as M

ad

rasa

h A

liya

Stra

teg

i Pe

nin

gk

ata

n K

ine

rja 

Ke

pa

la M

ad

rasa

h A

liya

Din

as 

Pe

nd

idik

an 

Ka

b. 

Ta

pa

nu

li T

en

ga

(pe

ng

elo

laa

ad

min

istrasi 

pe

nd

idik

an

), 

De

wa

n P

en

did

ika

n K

ab

up

ate

n/K

ota

Ka

si K

ep

en

da

is d

an 

Pe

na

ma

s, K

om

ite/M

aje

lis Ma

dra

sah

, ma

sya

rak

at 

Ma

na

jem

en B

erb

asis S

ek

ola

h/M

ad

rasa

strate

gi p

en

ing

ka

tan k

ine

rja M

AN Y  

strate

gi p

en

ing

ka

tan k

ine

rja M

AN X  

strate

gi p

en

ing

ka

tan k

ine

rja M

AS Z  

Kin

erja

 Pe

ng

aw

as M

ad

rasa

h A

liya

h O

ptim

al 

Kin

erja

 Ke

pa

la M

ad

rasa

h A

liya

h M

en

ing

ka

Stra

teg

i Me

dia

tif Bid

an

g M

ap

en

da K

an

wil 

Ke

me

na

g P

rov

insi   

MDC + M

P3

LPM

P + B

ad

an 

Ak

red

itasi P

rov

insi 

Pro

gra

m P

en

ge

mb

an

ga

n P

erso

nil (D

ikla

t) 

Dik

lat C

alo

n K

ep

ala M

ad

rasa

h, D

ikla

t Ko

mp

ete

nsi 

Ke

pa

la M

AN

/MA

S se

‐Pro

vin

si.

Ba

lai D

ikla

t Ke

ag

am

aa

Pro

vin

si 

Page 77: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

64 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Keterangan Gambar 2.5:

: Garis Perintah: Garis Koordinasi

MDC : Madrasah Development Center (MDC) / Pusat PengembanganMadrasah

MP3A : Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agamadan Keagamaan

LPMP : Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan

Dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional2010-2014 (2010: 1) Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satutujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskankehidupan bangsa. Sejalan dengan pembukaan UUD itu, batang tubuhkonstitusi tersebut di antaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1),Pasal 31, dan Pasal 32, juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakandan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkankeimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlakmulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur denganundang-undang. Sistem pendidikan nasional tersebut harus mampumenjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu sertarelevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangansesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.Untuk itu, perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,terarah, dan berkesinambungan.

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesiadan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikanyang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpamemandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warganegara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorongtegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani danmodern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkandalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Bab IV dokumen Renstra Kemdiknas 2010-2014 (2010: 60-61) dicantumkan bahwa reformasi birokrasi merupakan inti dari berbagai

Page 78: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

65ADMINISTRASI PENDIDIKAN

program prioritas guna meningkatkan kualitas pelayanan publik. Kemdiknasmenjadi salah satu dari 13 Kementerian yang harus menyelesaikan reformasibirokrasi pada tahun 2010/2011. Reformasi birokrasi sangat diperlukansejalan dengan tanggung jawab yang semakin besar karena harus mengelolaanggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD. Berdasarkan kajianawal reformasi birokrasi pada tahun 2009, reformasi birokrasi dilaksanakanantara lain melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

(1) Restrukturisasi organisasi yang mendukung visi dan misi Kemdiknas;(2) Penyempurnaan tata laksana;(3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia;(4) Pengembangan sistem pengukuran dan remunerasi berbasis kinerja;(5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi.

Dalam Renstra Kemdiknas 2010-2014 juga dicantumkan tentangkoordinasi antar Kementerian dan/atau Lembaga Pemerintah serta Pusatdan Daerah, karena kondisi saat ini masih dirasa banyak terjadi tumpangtindih dalam pelaksanaan kegiatan antar Kementerian/Lembaga maupunantar pusat dan daerah serta kurang terintegrasinya penetapan prioritasserta target kinerja pendidikan di pusat dan di daerah. Sesuai dengan PPNo. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, PemerintahProvinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, telah diatur pembagian urusanantara Kemdiknas, Kementerian/Lembaga lainnya, serta pemerintah daerahdalam pengelolaan pendidikan.

Koordinasi di atas dijalankan dengan mengacu antara lain padakebijakan-kebijakan sebagai berikut:

(1) Peningkatan koordinasi antara Kemdiknas dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk mensinergikan perencanaan, pelaksanaan,pengendalian dan evaluasi pendidikan

(2) Peningkatan koordinasi antara Kemdiknas dengan pemerintah provinsi,pemerintah kabupaten dan kota serta satuan pendidikan untuk mensinergikanperencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pendidikan

Dalam dokumen Renstra Depdiknas 2005-2009 (2007: 13) dapatdilihat tata nilai ideal (lihat Tabel 2.2 Tata Nilai Depdiknas) yang dikembangkanDepdiknas pada masa penyusunan Renstra Depdiknas 2005-2009 itu bagikeberhasilan dalam melaksanakan proses pembangunan pendidikan

Page 79: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

66 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Tata nilai tersebutakan menyatukan hati dan pikiran seluruh pegawai dalam usaha mewujudkanvisi dan misi Depdiknas.

Dalam manajemen kelembagaan di Depdiknas pada masa 2005-2009ini diterapkan IPO (Input-Process-Output) Values Framework yang merupakansuatu pendekatan terstruktur dalam mengidentifikasi, menjabarkan,menyepakati, dan mendokumentasikan falsafah manajemen suatu organisasidalam artian nilai-nilai apa yang perlu diperhatikan dalam mengelolainput, proses, dan output secara konsisten dengan prinsip-prinsip dankeyakinan yang diperlukan oleh seluruh organisasi dalam mewujudkandesired end-state-nya.

Kemudian dalam dokumen Renstra Kemdiknas 2010-2014 (2010:28), Tata Nilai Kemdiknas itu diperas menjadi amanah, profesional, visioner,demokratis, inklusif, dan berkeadilan. Dengan merujuk pada fokus pembangunanpendidikan tahun 2010-2014, dari ke enam tata nilai tersebut dipilih yangsesuai dengan fokus pada periode ini dan dirangkum dalam satu kalimatmotto Kemdiknas, “Melayani Semua dengan Amanah”

Dalam dokumen Renstra Depdiknas 2005-2009 (2007: 79) juga dapatdilihat tentang sistematika pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaanRenstra itu. Untuk menyelaraskan dan menserasikan visi, misi, dan strategidalam melaksanakan kegiatan pembangunan pendidikan nasional Depdiknaspada masa 2005-2009 menggunakan paradigma Organising for Busi-ness Excellence (orbex) yang merupakan konsep paradigma yang dikembangkanoleh Andrew EB Tani (1998), yang terdiri atas tujuh elemen, secaraberturut-turut yakni visi, misi, strategi, infrastruktur, values, style, danhasil yang saling terkait dan perlu secara sistematis dirumuskan, dilaksanakan,dan dievaluasi secara berkesinambungan.

Page 80: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

67ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Tabel 2.2 Tata Nilai Depdiknas

Paradigma orbex membedakan antara strategic excellence dan op-erating excellence. Perumusan dan pengujian yang terus menerus darikeempat elemen di bagian kanan- visi, misi, strategi, dan nilai-nilai –meng-hasilkan “hal-hal yang benar untuk dilakukan”, dan akan menentukantingkat strategic excellence dari klien. Tiga elemen lainnya - infrastruktur,gaya, dan hasil - menjabarkan rincian dari pelaksanaan dan berdampakpada operating excellence. Dalam penggunaannya, keseluruhan tujuh elementersebut akan melingkupi suatu entitas dalam mengarahkan penetapanarah organisasi, pelaksanaan strategi, dan operasional rutin.

Evaluasi hasil menunjukkan perlunya dilakukan salah satu dari tigajenis transformasi Retooling, Revitalization atau Redirection. Retoolingdilakukan ketika penelaahan terhadap hasil yang dicapai organisasi menemukanbahwa infrastruktur dan gaya kepemimpinan menjadi kunci utama. Revitalizationdilakukan apabila strategi dan tata nilai organisasi perlu untuk ditinjauulang agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Redirection hanyadilakukan apabila dianggap keberadaan organisasi perlu dikaji lebih

INPUT VALUES Nilai-nilai yang

dibutuhkan dalam diri setiap pegawai

Depdiknas dalam rangka mencapai

keunggulan

PROCESS VALUES Nilai-nilai yang harus

diperhatikan dalam bekerja di Depdiknas

dalam rangka mencapai keunggulan

OUTPUT VALUES Nilai-nilai yang

diperhatikan oleh para stake holders

(pihak yang berkepentingan)

1. Amanah 1. Visioner 1. Produktif 2. Profesional 2. Menjadi teladan 2. Gandrung mutu

tinggi 3. Antusias dan

bermotivasi tinggi 3. Memotivasi 3. Handal

4. Bertanggung jawab dan mandiri

4. Menginspirasi 4. Responsif dan aspiratif

5. Kreatif 5. Memberdayakan 5. Antisipatif dan inovatif

6. Disiplin 6. Membudayakan 6. Demokratis, berkeadilan, dan inklusif

7. Peduli dan menghargai orang lain

7. Taat azas -

8. Belajar sepanjang hayat

8. Koordinatif dan sinergi dalam kerangka kerja tim

-

- 9. Akuntabel -  

Page 81: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

68 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

lanjut. Ketiga tahapan ini merupakan tingkatan dalam melakukan pem-berdayaan organisasi. Untuk skema sistematika pemantauan dan evaluasiterhadap pelaksanaan Renstra dapat dilihat dalam Gambar 2. 6.

Dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 (2007: 120) dikemukakanuntuk pengimplementasian Renstra 2005-2009 tersebut, salah satu programdari Kegiatan Peningkatan Tata Kelola dan Akuntabilitas itu adalahPengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sasarannya untuk:(a) meningkatkan standar kompetensi teknis dan manajerial SDM, dan(b) mengembangkan kepercayaan dan citra publik (public trust & image).

Paradigma orbex : strategic excellence dan operatingexcellence

masa lalu sekarang masa depan

MANAGEMENT (TECHNICAL SIDE)

 

                                                                                                         

 

 

  

 

 

strategi infra struktur 

vision mission hasil 

values style 

Page 82: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

69ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 2. 6 Paradigma Sistematis Pengelolaan Organisasi

Dalam dokumen Renstra Depdiknas 2005-2009 (2007: 28) dijelaskanbahwa, pengelolaan pendidikan nasional menggunakan pendekatansecara menyeluruh dari sektor pendidikan (sector-wide approach)yang bercirikan (a) program kerja disusun secara kolaboratif dansinergis untuk menguatkan implementasi kebijakan pada semuatingkatan, (b) reformasi institusi dilaksanakan secara berkelanjutanyang didukung program pengembangan kapasitas, dan (c) perbaikanprogram dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan pada evaluasikinerja tahunan yang dilaksanakan secara sistematis dan memfungsikanperan-peran stakeholder yang lebih luas.

Oleh karena itu, jajaran Kementerian Agama sebagai pihak yangmenaungi madrasah-madrasah juga harus mampu mengakomodasi penge-lolaan satuan-satuan kerjanya sesuai UU No. 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional dan kebijakan-kebijakan pendidikan nasionaldi bawahnya yang berlaku sebagai landasan hukum dalam pengimplementasianUU No. 20 Tahun 2003 itu.

Implementasi Renstra Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, DinasPendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten, dan Kota, dan Kementerian/Lembaga lain terkait menuntut pengembangan sistem tata kelola tersendiri.Perlu dilakukan penataan terhadap tugas dan tanggung jawab dalammelaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan untuk mewujudkan

LEADERSHIP (SOCIAL SIDE)

Retool Revitalisasi

Redirect

arah kebijakan organisasi merumuskan konteks missi 

evalusi hasil  implementasi 

Page 83: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

70 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

sasaran Indikator Kinerja Pendidikan Nasional. Pengembangan sistemtata kelola implementasi Renstra mencakup kegiatan penyusunan StandarOperasi dan Prosedur (SOP) dalam penyusunan, sosialisasi, dan pengendalianpelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dituangkandalam Renstra.

Program di atas bertujuan untuk: (1) meningkatkan kapasitas lembaga-lembaga di pusat dan daerah, mengembangkan mekanisme tata kelola,meningkatkan koordinasi antar tingkat pemerintahan, mengembangkankebijakan, melakukan advokasi, dan sosialisasi kebijakan pembangunanpendidikan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunanpendidikan; (2) mengembangkan dan menerapkan sistem pengawasanpembangunan pendidikan termasuk sistem tindak lanjut temuan hasilpengawasan terhadap setiap kegiatan pembangunan pendidikan termasukpelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan; dan (3) menyempurnakanmanajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi satuan pendidikandan desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada pengelola pendidikandalam menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, transparan,bertanggung jawab, akuntabel serta partisipatif yang mengacu padaStandar Nasional Pendidikan.

Pengendalian terhadap implementasi Renstra dilakukan melaluipengawasan internal yang merupakan tanggung jawab dari unit utamayang membidangi pengawasan yaitu Inspektorat Jenderal untuk tingkatKementerian, dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) untuk Dinas Pen-didikan di provinsi, kabupaten, dan kota. Sistem pengawasan internalyang efektif dilakukan melalui pengendalian operasional dan finansial,manajemen risiko, sistem informasi manajemen, dan kepatuhan terhadapperaturan perundang-undangan. Tugas utama unit pengawasan internaladalah mengevaluasi, menilai, dan menganalisis semua aktivitas pelaksanaanprogram dan kegiatan pembangunan pendidikan terhadap semua peraturanyang berlaku. Pada umumnya pengawasan internal di dalam sektorpublik dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu (i) atasan langsung dan (ii)unit pengawasan independen. Pengawasan atasan langsung termasukyang dilakukan oleh unit pengawasan Kementerian. Sementara itu,unit pengawasan independen adalah seperti Badan Pemeriksaan KeuanganPembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden, danBadan Pemeriksa Keuangan yang bertanggung jawab kepada DPR-RI.

Page 84: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

71ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari implementasi Renstra. Pemantauan dan evaluasi bertujuanuntuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencanayang telah ditetapkan dalam Renstra Kemdiknas 2010-2014 dengan hasilyang dicapai berdasarkan kebijakan yang dilaksanakan melalui kegiatandan/atau program pendidikan nasional di setiap satuan, jenjang, jenis,dan jalur pendidikan secara berkala.

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup berbagai aspeksebagai berikut: (1) penjaminan mutu, relevansi, dan daya saing; (2)pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah dan tinggi;(3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan.

Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah, BadanStandar Nasional Pendidikan (BSNP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan(LPMP), dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten dan kota,cabang dinas pendidikan kecamatan, dan satuan pendidikan. Pemantauanyang dilakukan BSNP bertujuan untuk mengevaluasi capaian StandarNasional Pendidikan. Sementara itu, pemantauan dan evaluasi yang dilakukanoleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan adalah untuk mendapatkanpemetaan capaian standar nasional yang dijadikan dasar dalam mengem-bangkan model intervensi, untuk meningkatkan kualitas pendidikansehingga mencapai standar nasional serta membantu Badan AkreditasiNasional (BAN) seperti BAN-SM, BAN-PNF, dan BAN-PT dalam mengakreditasisatuan pendidikan.

Sesuai dengan PP 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian danEvaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemantauan dan evaluasidilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah serta institusi lainyang berkompeten. Pemantauan dan Evaluasi Renstra dilakukan secaraberjenjang oleh SKPD Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Satuan Pendidikan.

Dalam rangka mendukung tercapainya pemerataan dan perluasanakses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan,serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik, diperlukansistem dan teknologi informasi secara terpadu di lingkungan Kemdiknassesuai dengan Permendiknas No. 38 tahun 2008 yang mampu meningkatkanpelayanan dan mendukung penyediaan informasi dan pelaporan bagi penentukebijakan pendidikan dan pemangku kepentingan serta penyelenggaraanpembelajaran secara tepat, transparan, akuntabel, dan efisien.

Page 85: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

72 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Di antara tonggak keberhasilan (milestones) pembangunan pendidikannasional yang sudah dapat diwujudkan adalah Perencanaan StrategisKementerian Agama dan Pemerintah Daerah sejalan dengan Visi InsanIndonesia Cerdas dan Kompetitif 2025. Dengan demikian, Pokok-PokokKebijakan Strategis Bidang Mapenda di Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi yang merupakan bawahan langsung dari Direktorat Pendidikandi Madrasah pada Kementerian Agama, dalam perumusan dan pengimplemen-tasiannya lebih merupakan penjabaran atau perpanjangan dari strategiDirektorat Pendidikan di Madrasah Kementerian Agama, dan strategipada tingkat Direktorat Pendidikan di Madrasah dari Kementerian Agamatelah sejalan dengan Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional berikutstrategi induk (grand strategy) yang telah dirumuskan dan diimplementasikanoleh Kementerian Pendidikan Nasional itu. Demikian pula dalam kaitandengan Perencanaan Strategis Pemerintah Daerah, Mulyasa (2007: 32-33) mengemukakan bahwa:

visi, misi, dan strategi dinas pendidikan kota dan kabupaten harusdapat mempertimbangkan dengan bijaksana kondisi nyata sekolah/madrasah dan masyarakat, dan harus pula mendukung kebijakannasional yang menjadi prioritas pemerintah, serta harus mampumemelihara garis kebijakan dari birokrasi yang lebih tinggi. Di sampingitu, tujuan harus layak, dapat dicapai dengan kemampuan yang ada,serta memiliki gambaran yang ideal tentang kondisi pendidikanyang diharapkan di masa depan.

Sebagai konsekuensi bagi peningkatan mutu (upgrade) PusatPengembangan Madrasah dalam penjaminan mutu (quality assurance),Bidang Mapenda Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi padaumumnya telah melaksanakan pelatihan bagi personil kunci dalam pengelolaanmadrasah, yayasan perguruan/pendidikan, dan Komite Madrasah dalamManajemen Berbasis Madrasah (MBM), seperti pelatihan untuk KepalaMadrasah Aliyah mengenai standar nasional yang berlaku sekarang,keperluan-keperluan untuk akreditasi, dan manajemen keuangan (financial),pengarahan melalui on-the-job training bagi staf di provinsi dan kabupaten/kota, dan para pengawas (supervisors) madrasah bagi penerapan ManajemenBerbasis Madrasah, kinerja berbasis perencanaan (performance–basedplanning), penganggaran (budgeting), financial management, dukunganpengawas madrasah kepada madrasah untuk peningkatan mutu (quality

Page 86: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

73ADMINISTRASI PENDIDIKAN

improvement), dan pemantauan (monitoring) serta evaluasi (evaluation).Pusat Pengembangan Madrasah di Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi juga telah membantu dalam perencanaan strategis untukmengembangkan kelompok-kelompok belajar guru dan untuk memfasilitasidan mengevaluasi.

Bidang Mapenda Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi jugatelah memulai upaya bagi peningkatan isi mata pelajaran (Subject ContentUpgrading) dan Pelatihan Metodologi Pembelajaran di kelas (ClassroomMethodology Training). Kegiatan-kegiatan pelatihan jangka pendek berdasarkanpermintaan dan kebutuhan juga dilaksanakan, terfokus terutama padamata pelajaran sains, matematika, dan Bahasa Inggris, dan pada pelatihanMetodologi Pembelajaran di kelas.

Sementara pengembangan personil pendidikan yang diinginkandi lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi pada umumnyaadalah pengembangan yang dimaksudkan untuk tumbuhnya kesadaran,pola pikir, komitmen, dan cita-cita untuk mencapai misi Bidang Madrasahdan Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsimelalui struktur kebijakan personilnya.

Adapun mengenai persoalan kekurangan sarana prasarana yangtersedia, di antaranya diatasi melalui pengelolaan Bantuan OperasionalPendidikan (BOP) yang diterima Madrasah Negeri yang masuk dalamDaftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Pemberian bantuan itu bertujuanuntuk membantu pencapaian sasaran-sasaran peningkatan mutu diMadrasah Negeri dengan efektif.

Demikian pula dengan Pemerintah Daerah akan diperkuat dengankerja sama yang lebih besar antara Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam perencanaanpengembangan pendidikan. Perencanaan pengembangan pendidikanitu akan dikaji ulang secara formal oleh Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota sehingga kebutuhan-kebutuhan terhadap pendidikan dari semuaunsur masyarakat di sana dapat dipenuhi dan sejalan dengan pengembangansistem pelayanan pendidikan di daerah itu dalam upaya peningkatanmutu pendidikan di sekolah/madrasah.

Daerah otonom mempunyai kewenangan luas, mulai dari perencanaan,pengaturan, pelaksanaan serta evaluasi dalam hal penetapan anggarandana berdasarkan aset yang dimiliki daerah. Bidang-bidang yang menjadi

Page 87: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

74 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

cakupan daerah menjadi tanggung jawab daerah, antara lain misalnyapendidikan. Oleh karena Pemerintah Daerah yang terdiri atas PemerintahKabupaten atau Kota bukan bawahan dari Pemerintah Provinsi, makaBupati dan Walikota bertanggung jawab kepada DPRD setempat danalokasi pendanaan setempat ditentukan oleh Pemerintah Daerah bersamaDPRD setempat.

Dalam hal urusan birokrasi, pengelolaan madrasah berbeda dengansekolah. Pengelolaan sekolah sepenuhnya berada di bawah wewenangPemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan kabupaten/kota, sedangkanperanan Dinas Pendidikan kabupaten/kota ini dalam pengelolaan madrasahyaitu melakukan koordinasi pengelolaan administrasinya.

Di era otonomi daerah sekarang ini terbuka peluang bagi sekolah-sekolah yang berciri khas agama Islam guna mengembangkan dirinya,tanpa harus kehilangan visi dan misi sekolah yang berciri khas Islam tersebut.Madrasah berhak mendapat bantuan pelayanan kebutuhan pendanaandan sarana pendidikan lainnya dari pemerintah daerah, karena isi (substansi)di madrasah adalah pendidikan bukan agama, yang mana pendidikanIslam termasuk bagian integral dari pendidikan nasional yang termasukbidang yang desentralistik.

Interaksi antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor KementerianAgama Kabupaten/Kota, khususnya Seksi Mapenda/Kependais danPenamasnya dalam konteks pembangunan nasionalnya, merupakanhubungan simbiosis mutualisma bukan superior-subordination. Di sinilahmemang dalam perencanaan strategi peningkatan kinerja madrasahyang umumnya terwakili oleh kinerja kepala madrasahnya harus dijauhkanatau terlindungi dari campur tangan politik lokal supaya tujuan dari programpengembangan madrasah di Kabupaten/Kota dapat tercapai dan memberikankontribusinya bagi upaya pencerdasan seluruh masyarakat di daerah itu.

Dalam dokumen memorandum Madrasah Education DevelopmentProject (MEDC) dijelaskan bahwa dalam strategi peningkatan mutupendidikan di madrasah tingkat menengah di lingkungan KementerianAgama untuk menentukan arah kebijakan umumnya, koordinasi antarsektoral dan arah strategis telah mempertimbangkan akan pentingnyakoordinasi dari unsur-unsur di jajaran Kementerian Agama, KementerianKeuangan, Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), KementerianDalam Negeri, dan Kementerian Pendidikan Nasional.

Page 88: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

75ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan Pasal 12, ayat:

(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi bantuan sumberdaya pendidikan kepada pendidikan keagamaan.

(2) Pemerintah melindungi kemandirian dan kekhasan pendidikankeagamaan selama tidak bertentangan dengan tujuan pendidikannasional.

Penyelenggaraan Workshop KTSP Pengawas Tingkat Dasar dan Menengahdi Tingkat Provinsi diikuti oleh penyelenggaraan Workshop PenyusunanKTSP di Tingkat Kabupaten/Kota dengan penekanan pada Standar Isi,Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Kompetensi Lulusan, dan peraturanpelaksanaannya yang dikembangkan sesuai kondisi sekolah, potensiatau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan pesertadidik. Sasaran dari kegiatan tersebut adalah agar setiap sekolah ataumadrasah di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota atau Kantor KementerianAgama Kabupaten/Kota dapat mengimplementasikan kebijakan tentangpenyusunan KTSP dari Kemdiknas dengan segera.

Selanjutnya, agar efektifitas pencapaian tujuan/objektif pendidikandi suatu daerah dapat ditingkatkan, maka perlu dilakukan hal-hal sebagaiberikut:

(a) Memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan dandikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah.

(b) Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuaidengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat.

(c) Melakukan koordinasi dengan para kepala sekolah termasuk terhadaphal-hal yang berkenaan dengan kewenangan dan tanggungjawabmereka dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai denganperuntukannya.

Hal yang dapat dikemukakan berkaitan dengan kepedulian masyarakatdan stakeholders lainnya terhadap pendidikan di suatu daerah sebagaiberikut:

1. kurangnya pemahaman terhadap problematika pendidikan olehmasyarakat;

Page 89: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

76 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. lemahnya kemampuan memberi bantuan pemikiran dan dukungandana untuk pendidikan;

3. rendahnya daya dukung dan fasilitas pendidikan di sekolah, terutamadi madrasah;

4. kepekaan dari kebanyakan anggota birokrasi pemerintah termasukbirokrasi pendidikan yang tumpul terhadap aspirasi masyarakat;

5. kepekaan dari kebanyakan anggota legislatif yang rendah atas kebutuhanmasyarakat ditandai dari program pendidikan belum menjadi prioritaspembangunan;

6. kepastian dan komitmen politik pemerintah daerah yang kaburmerespon tuntutan lingkungan strategis di bidang pendidikan;

7. keengganan memberdayakan tenaga-tenaga pendidik yang sangatpotensial yang jumlahnya tidak sedikit di Kabupaten Tapanuli Tengahdengan memberikan peran yang mungkin dilakukan mereka dalamprogram pendidikan di daerah itu.

Dari perspektif fungsi sumber daya manusia dan peranannya dalammemfasilitasi keefektifan individu, kelompok, dan sistem, sangat diperlukanupaya strategik untuk mendorong agar para personil pendidikan memilikipemahaman tentang dimensi misi, organisasional, manusia, dan kepemimpinanagar dapat meningkatkan kinerja mereka dalam sebuah sistem pendidikandi tingkat sekolah/madrasah maupun daerah/lokal.

Memperkenalkan misi pendidikan di suatu daerah atau sebuahsekolah/madrasah sebenarnya merupakan sebuah langkah awal yangpenting untuk meningkatkan kinerja personil pendidikan karena misimencerminkan landasan untuk menyusun program pendidikan danlayanan pendukungnya yang akan meningkatkan perkembangan mental,moral, sosial, dan emosional anak didik, pemuda, dan orang dewasamelalui layanan pendidikan daerah. Hal ini hingga sekarang seringterabaikan, sehingga masih banyak pengawas sekolah/madrasah, kepalasekolah/madrasah, guru, bahkan pejabat struktural di Kantor DinasPendidikan maupun Kantor Kementerian Agama di wilayah/daerahyang belum memahami fungsi dan peranan misi bagi sebuah organisasiyang berakibat pada kinerja yang mereka anggap sebagai rutinitas belaka.

Page 90: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

77ADMINISTRASI PENDIDIKAN

3. Administrasi Pendidikan di Sekolah

Lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan wadah organisasionaldi mana administrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola organisasiuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Administrasi pendidikandi sekolah dapat dilihat dalam tiga tingkatan yaitu tingkatan institusi(institutional level), tingkatan manajerial (managerial level), dan tingkatanteknis (technical level) (Murphy dan Louis, 1999). Tingkatan institusiberkaitan dengan hubungan antara sekolah dengan lingkungan eksternal,tingkatan manajerial berkaitan dengan kepemimpinan dan organisasisekolah, dan tingkatan teknis berkaitan dengan proses pembelajaran.Dengan demikian administrasi pendidikan di sekolah telah memiliki cakupanyang cukup luas dengan bidang-bidang yang harus dikelolanya jugacukup banyak dan kompleks mulai dari sumber daya manusia, keuangan,dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan proses pendidikandi sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki berbagai fungsi yangvital, seperti:

1. Fungsi Ekonomis yang berkaitan dengan perbaikan ekonomi individu,keluarga dan masyarakat.

2. Fungsi Sosial yang berkaitan dengan pembentukan tatanan sosial,interaksi antar manusia, dan sumbangannya bagi perkembanganperadaban suatu masyarakat.

3. Fungsi Politik yang berkaitan dengan kesadaran dan pengetahuanwarga negara terhadap hak dan kewajibannya, partisipasi dalampembangunan, partai politik, sistem politik, kepemerintahan, dansebagainya.

4. Fungsi Kultural yang berkaitan dengan pelestarian nilai-nilai yangbaik di masyarakat dan pengembangan nilai-nilai yang lebih baikyang akan menentukan tingkat kemajuan budaya (peradaban) suatubangsa pada suatu zaman.

5. Fungsi Pendidikan yang berkaitan dengan proses dan upaya alihilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

6. Fungsi Spiritual yang berkaitan dengan usaha manusia untuk memahamihakikat kemanusiaan dan kesempurnaan Tuhan sebagai Sang Pencipta.

Page 91: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

78 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Rencana Kerja Tahunan Sekolah disusun berdasarkan: (a) hasil moni-toring dan evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan Sekolah, (b)pelaksanaan rencana program dan kegiatan Rencana Strategis Sekolah,(c) disesuaikan dengan Permendiknas No. 19/2007 tentang RencanaKerja Tahunan Sekolah (RKTS) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatandan Anggaran Sekolah (RKAS). Berkaitan dengan uraian tersebut, makaRKTS ini memuat pendahuluan, profil sekolah, harapan, tantangan,program kerja tahunan sekolah, rencana anggaran sekolah, dan penutup.

Salah satu upaya inovatif yang diharapkan mampu meningkatkanmutu sekolah adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Hal ini merupakantuntutan terhadap sekolah bila ingin tetap bertahan hidup di tengahmasyarakat yang sedang mengalami perubahan karakteristik yang tentujuga menyebabkan perubahan pada siswa yang dilayani kebutuhannya,serta program dan layanan pendidikan yang harus ditawarkan. Perubahantuntutan dunia kerja yang akan dihadapi siswa ke depan mengharuskanadanya perbedaan pengetahuan dan keterampilan (skill) dari yang pernahdifokuskan terdahulu. Bila tekanan dari keharusan ini tidak diindahkanoleh sekolah, maka kemungkinan besar satuan pendidikan tersebutakan terdorong dalam keadaan krisis mutu.

Peningkatan sistem organisasi sekolah/madrasah di Indonesia baikoleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun Bidang Mapenda KanwilKementerian Agama Provinsi pada dasarnya sesuai dengan sistem organisasisekolah distrik Cloudcroft di Amerika Serikat seperti dapat dilihat padaGambar 2.7. Perbedaannya adalah pada peningkatan sistem organisasisekolah Cloudcroft, walaupun hanya pada tingkatan sebuah satuanpendidikan namun jumlah personil yang diperlukan dan tersedia bagipeningkatan sistem organisasi bahkan lebih banyak jumlahnya dari jumlahpersonil yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun BidangMapenda Kanwil Kementerian Agama Provinsi yang masing-masingmerupakan tingkatan unit kerja (eselon II) dan sub unit kerja (eselon III).

Nampaknya jabatan Pengawas Sekolah, Asisten Pengawas: BidangKewirausahaan, Bidang Perencanaan, dan Deputi Pengawas: BidangProgram, Bidang Sumber Daya Manusia pada sistem organisasi sekolahCloudcroft itu merupakan jabatan fungsional yang setingkat dengankepala dinas/kantor, para kepala bidang, dan para kepala seksi di DinasPendidikan Kabupaten/Kota maupun Bidang Mapenda Kanwil Kementerian

Page 92: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

79ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Agama Provinsi yang merupakan jabatan struktural pada birokrasipemerintahan.

Direktur Kurikulum, Direktur Layanan Personil dan Kesiswaan,Direktur Pendidikan Khusus pada sistem organisasi sekolah Cloudcroftyang setingkat dengan pengawas sekolah/madrasah tingkat menengahdi kabupaten/kota.

Di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ada; Kepala Dinas Pendidikan,Kabid Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi, Kasi Kurikulum,Kasi SMP/SMA/SMK, dan Kasi Perguruan Tinggi. Di Bidang MapendaKanwil Kementerian Agama Provinsi terdiri dari Kabid Mapenda, SeksiKurikulum, Seksi Ketenagaan dan Kesiswaan, Seksi Sarana dan Prasarana,Seksi Kelembagaan dan Ketatalaksanaan, Seksi Supervisi dan EvaluasiPendidikan.

Para personil yang menduduki jabatan di sistem organisasi sekolahdistrik Cloudcroft merupakan orang yang ahli di bidangnya masing-masing. Berbeda dengan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupunBidang Mapenda Kanwil Kementerian Agama Provinsi yang mana parapersonil yang menduduki jabatan di sistem organisasi yang mengurusipendidikan itu belum tentu sesuai dengan keahliannya.

Perbedaan penting lainnya adalah meliputi ruang lingkup kerja.Di sistem organisasi sekolah distrik Cloudcroft para ahli yang mendudukijabatannya itu hanya mengurusi bidang yang sesuai keahliannya disekolah itu saja, sedangkan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupunBidang Mapenda Kanwil Kementerian Agama Provinsi para pejabatstruktural yang menduduki jabatannya di sana mengurusi bidang yangdipimpinnya bagi seluruh sekolah-sekolah/madrasah yang begitu banyaknyapada rentangan daerah yang sangat luas.

Cakupan daerah kerja bagi para pejabat struktural Dinas PendidikanKabupaten/Kota maupun Bidang Mapenda Kanwil Kementerian AgamaProvinsi itu jelas akan berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensikinerja mereka dibandingkan yang ada di sekolah distrik Cloudcroft.

Page 93: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

80 ADMINISTRASI PENDIDIKANP

etunjuk gambar:

= Jabatan lini

= Jabatan staf

= H

ubungan kolaborasi

           a 

   

Gam

bar 2. 7 Charta sistem

organisasi seko

lah distrik Cloudcroft

 

Pe

ng

aw

as Se

kola

Asiste

n P

en

ga

wa

s: 

Bid

an

g K

ew

irau

sah

aa

n  

Asiste

n P

en

ga

wa

s:

Bid

an

g P

ere

nca

na

an 

De

pu

ti Pe

ng

aw

as: 

Bid

an

g P

rog

ram  

Ko

ord

ina

tor 

Pro

gra

Sp

esia

lis Pe

rson

il 

Siswa 

Wa

kil K

ep

ala 

Sek

ola

Dire

ktur 

Ku

riku

lum 

Asiste

n D

irektu

r  

Wira

usa

ha 

Ma

na

jem

en A

ge

Pe

mb

elia

n d

an 

Tra

nsp

orta

si 

Su

pe

rviso

Pro

gra

Pa

ra G

uru 

Dire

ktur  La

yan

an 

Pe

rson

il da

Ke

siswa

an 

Dire

ktur  

Pe

nd

idik

an 

Kh

usu

Asiste

n P

en

ga

wa

s:B

ida

ng 

Su

mb

er D

aya M

an

usia

 

Ke

pa

la 

Sek

ola

Pe

nd

idika

Kh

usu

s da

Uru

san 

Sta

f/Pe

rson

il 

Page 94: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

81ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Adanya perbedaan-perbedaan kondisi seperti yang telah dikemukakandi atas itulah yang menyebabkan mengapa penerapan konsep ManajemenBerbasis Sekolah/Madarasah (MBS/M) di tanah air belum dapat berjalanseperti di Amerika Serikat yang pada umumnya memang sudah mempersiapkansegala sesuatunya dengan sungguh-sungguh, khususnya yang berkaitandengan ketersediaan personil yang ahli di bidangnya, sehingga siapuntuk menerapkan konsep itu.

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan strategiuntuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan efisien. KonsepMBS ini pertama kali muncul di Amerika Serikat, latar belakangnya adalahketika masyarakat mempertanyakan apa yang dapat diberikan sekolahkepada masyarakat dan juga apa relevansi dan korelasi pendidikan dengantuntutan maupun kebutuhan masyarakat. Model MBS ini suatu ide dimana wewenang pengambilan keputusan yang berhubungan denganpendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan prosesbelajar mengajar, yaitu sekolah itu sendiri. Konsep ini didasarkan pada“self determination theory” yang menyatakan bahwa apabila seseorangatau suatu kelompok memiliki wewenang untuk mengambil keputusansendiri, maka sesorang atau kelompok itu akan memiliki tanggung jawabyang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan tersebut. Dalampelaksanaan MBS tersirat adanya tugas sekolah untuk meningkatkanmutu pendidikan menggunakan strategi yang lebih memberdayakansemua potensi sekolah secara optimal. Strategi pelaksanaannya menggunakanprinsip-prinsip manajemen dan perencanaan strategik, sehingga setiapsekolah akan kompetitif dalam pengembangan dan peningkatan mutupendidikan.

Syaiful Sagala (2005: 77) mengemukakan bahwa Reformasi sekolahatau school reform merupakan suatu konsep perubahan ke arah peningkatanmutu dalam konteks manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.Sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum sebagaimanayang dikutip oleh Sagala adalah suatu masyarakat kecil (mini society)yang menjadi wahana pengembangan siswa, bukan sebuah birokrasiyang sarat dengan beban-beban administrasi.

Dalam sistem MBS, semua kebijakan dan program sekolah ditetapkanoleh Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembagayang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat,

Page 95: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

82 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Komisi Pendidikan DPRD setempat, pejabat pendidikan daerah, kepalasekolah, pengawas, perwakilan orang tua murid, dan tokoh masyarakatberdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.Selanjutnya Komite Sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi,misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah (Mulyasa,2007: 35).

Sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum sebagaimanayang dikutip oleh Sagala (2005: 77) adalah,

Suatu masyarakat kecil (mini society) yang menjadi wahana pengembangansiswa, bukan sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi.Sehubungan dengan hal ini, konsep Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) dapat dipandang sebagai strategi untuk mencapai manajemensekolah yang efektif dan efisien.

Strategi pelaksanaan MBS di atas menerapkan dasar-dasar manajemendan perencanaan strategik, sehingga setiap sekolah akan menjadi pusatkeunggulan dan mampu secara terus-menerus meningkatkan mutupendidikannya. Inti dari paradigma Manajemen Berbasis Sekolah tersebutadalah pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, sumber daya yangdimiliki, dan kebutuhan sekolah ini menjamin adanya keberagamandalam pengelolaan sekolah, walaupun harus tetap dalam koridor kebijakanpendidikan nasional.

Castetter (1996: 19) menggambarkan bahwa:

Sistem sekolah diciptakan untuk melayani masyarakat yang menciptakandan mendukungnya. Semuanya itu mencerminkan kehendak terhadapperan manajerial dalam sistem sekolah yang membutuhkan suatupengetahuan kerja yang efektif terhadap hubungan dimensi lingkungandengan operasi fungsi sumber daya manusia. Sebagai konsekuensinya,sebuah model untuk memahami interaksi lingkungan sistem sekolahdan pengaruhnya terhadap perilaku individu, kelompok, dan organisasidisajikan pada Gambar 2.8 yang merupakan gambaran skematikdimensi lingkungan terdiri dari dua tipe lingkungan: eksternal daninternal. Untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam terhadappengaruh yang menyebar dari kekuatan-kekuatan lingkungan sosial,organisasional, fungsional, dan tujuan-tujuan pemangku kepentingan.

Page 96: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

83ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 2.8 Interaksi lingkungan yang mempengaruhi keefektifan kinerja

Lebih jauh Castetter (1996: 21) memberikan dalih,karena sistem sekolah beroperasi dalam suatu lingkungan eksternalbagi keberadaannya, untuk itu sistem sekolah membutuhkan sedikitlatihan pengendalian, pengetahuan tentang lingkungan yang sekarang,terutama arah dari sistem sekolah dan dampak organisasionalnya,merupakan sebuah aspek esensial manajemen sumber daya manusia.

Hampir seluruh dana yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sebuahsistem sekolah negeri berkaitan dengan kebijakan pendidikan publikdalam lingkungan eksternal. Di Indonesia lingkungan eksternal itu lebihbesar dipengaruhi oleh faktor politik di DPR daripada faktor pertumbuhanekonomi. Sekitar 4/5 anggaran sekolah tahunan dibelanjakan untukkeperluan-keperluan anggota sistem berupa gaji guru dan tunjanganprofesinya. Sejalan dengan kondisi tersebut, Castetter (1996: 21) mengungkapkanbahwa, kondisi ekonomi berubah dengan cepat oleh tindakan-tindakanpemerintahan, yang pada gilirannya mempengaruhi perluasan terhadapsistem sekolah/madrasah yang mampu untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi dan sumber dayanya.

Baik perubahan lingkungan organisasi internal maupun eksternalpada gilirannya mendorong terjadinya perubahan-perubahan sistem.Para pejabat birokrasi dan fungsional pendidikan bertanggung jawabuntuk peningkatan fungsi bukan hanya memecahkan masalah-masalahitu yang melekat dalam perencanaan yang ada tetapi juga dengan me-

 

 

 

 

 

 

Faktor‐faktor Lingkungan Eksternal 

Peraturan, Ekonomi, Sosiokultural, Politik, Teknologi 

Faktor‐faktor Lingkungan Internal  Organisasi Formal/Bentuk Organisasi, Perilaku Individu, Perilaku Kelompok, Budaya, Etika 

Integrasi 

Keefektifan Kinerja Individu, Kelompok, Organisasi 

Page 97: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

84 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ngembangkan kebijakan-kebijakan baru dan cara-cara inovatif terhadapbertemunya masalah-masalah lama dan yang baru. Pendekatan-pendekatanbaru terhadap motivasi personil, rancangan-rancangan baru bagi sistemumpan balik, penerapan teknologi pengajaran terbaru, dan penggunaanwaktu personil yang lebih efektif merupakan bahan-bahan yang menjaditanggung jawab dan harus menjadi perhatian vital bagi semua pihakyang terlibat dalam fungsi administrasi. Pendirian ini mirip denganapa yang telah diungkapkan oleh Castetter (1996: 74) tentang perubahanlingkungan yang mendorong terjadinya perubahan sistem.

Proses perumusan manajemen strategik tingkat korporasi (David,2006: 158) berikut ini juga dapat diadopsi di sekolah:

1. Menganalisis lingkungan eksternal dan internal yang dapat dilakukandengan analisis SWOT.

2. Menetapkan arah organisasi di masa depan (visi, misi, dan sasaran),setelah mengetahui hasil SWOT di atas.

3. Analisis dan pemilihan strategi, fokus utamanya adalah bagaimanamenentukan cara terbaik dalam meningkatkan standarisasi danmutu layanan pendidikan di sekolah.

4. Mencakup pelaksanaan tindakan atau aktivitas dari strategi yangdikembangkan dalam proses formulasi strategi.

5. Pengendalian dan evaluasi strategi. Fokusnya adalah monitoringdan evaluasi proses manajemen strategik supaya ada kesesuaianantara formulasi dan implementasi.

Untuk kepentingan akreditasi, mutu sekolah dilihat dari tingkatkelayakan penyelenggaraannya dan sekaligus kinerja yang dihasilkannyadengan mengacu pada komponen utama sekolah itu yang meliputi: (a)kurikulum dan proses pembelajaran, (b) administrasi dan manajemensekolah/madrasah, (c) organisasi dan kelembagaan sekolah/madrasah,(d) sarana dan prasarana, (e) ketenagaan, (f) pembiayaan, (g) peserta didik,(h) peran serta masyarakat, (i) lingkungan dan budaya sekolah/madrasah.

Pelaksanaan fungsi perencanaan ini di sekolah/madrasah, meliputiperencanaan-perencanaan sebagai berikut:

a. Bidang Kesiswaan

- Perencanaan Penerimaan Siswa Baru (PSB)

Page 98: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

85ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Perencanaan PSB meliputi:

- jadwal tes masuk- biaya pendaftaran- penyiapan ruangan dan pengawas tes PSB- Perencanaan Masa Orientasi Studi (MOS)

“Masa Orientasi Sekolah” atau disingkat MOS adalah merupakankegiatan hari-hari pertama masuk sekolah yang selalu diadakansetiap awal tahun pelajaran bagi siswa-siswa baru. Bagi TimBidang Kesiswaan, karena begitu pentingnya hari-hari pertamamasuk sekolah, maka selayaknyalah hari-hari pertama masuksekolah diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat yangdapat menambah pengetahuan serta pemahaman siswa tentangsekolah itu sendiri dan materi-materi lain yang berhubungandengan sikap dan tingkah laku yang mencerminkan siswa yangtangguh, tanggap, dan trengginas. Kesan pertama yang mendalampada diri siswa, akan dapat memberikan motivasi yang baikbagi siswa untuk lebih dapat memacu prestasi belajarnya. Olehkarena itu, kegiatan “MOS” haruslah direncanakan dan dilaksanakansebaik-baiknya dengan program yang terencana dan terpadu.

- Perencanaan Pelantikan Siswa Baru

- Perencanaan Pelepasan Alumni tahun tersebut

b. Bidang Kurikulum

- Penjabaran/Penetapan Kalender Akademik Tahun Akademikberjalan

- Pembagian Beban Mengajar bagi guru mata pelajaran olehMusyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

- Penentuan Piket Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)- Persiapan Perangkat KBM, meliputi: Identitas Umum, Program

Tahunan, Program Semester, Program Satuan Pelajaran, danDaftar Nilai Siswa.

- Pembuatan Jadwal KBM- Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Ekstra-Intrakurikuler- Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Murni- Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Praktikum- Pelaksanaan Evaluasi Sub Sumatif dan Sumatif

Page 99: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

86 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

- Penentuan Koordinator Laboratorium IPA- Penentuan Koordinator Laboratorium Bahasa Inggris/Asing

c. Bidang Sarana Prasana

- Perencanaan pengadaan alat-alat kebersihan- Perawatan bangunan fisik sekolah- Perawatan perlengkapan kelas, seperti meja, bangku, papan

tulis, dsb.- Perawatan sarana transportasi- Pengurusan surat-surat dan pajak kendaraan- Pengkoordinasian petugas-petugas kebersihan dan tukang kebun/

babat rumput- Inventarisasi barang-barang, perlengkapan, peralatan, maupun

fasilitas lainnya

Pada perencanaan yang meliputi kurikulum, kesiswaan, sarana danprasarana pembelajaran/sekolah, disiplin siswa dan hubungan masyarakat,unit koperasi dan kantin sekolah, dan keamanan (security) lingkungansekolah, maka kepala sekolah dapat meminta masukan dari semua timyang dibentuk untuk bertanggung jawab pada masing-masing bidang tersebut.

Selanjutnya, berkaitan dengan pendidikan Islam di Indonesia, M.Amien Rais (1998: 7) mengemukakan bahwa pendidikan Islam sebagaisub-sistem dari sistem pendidikan nasional yang mencita-citakan terbentuknyainsan kamil atau muslim paripurna, secara implisit mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang berimandan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun2003, Pasal 3). Lebih jauh lagi, dalam menghadapi tata kehidupan yangsemakin terpilah ke dalam divisi-divisi kehidupan yang bertautan secararumit, proses dan sistem pendidikan tidak mungkin terbebas dari persoalan-persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Pilihan-pilihanfungsi mana yang mendapatkan prioritas, tergantung pada hasil interaksiproses dan sistem pendidikan dengan lingkungannya.

Amien Rais (1998: 7) memberikan tawaran solusi untuk memecahkanmasalah-masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam, yaitu denganmenerapkan konsep pendekatan: (1) Macrocosmis (tinjauan makro),

Page 100: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

87ADMINISTRASI PENDIDIKAN

yakni pendidikan dianalisis dalam hubungannya dengan kerangka sosialyang lebih luas, (2) Microcosmis (tinjauan mikro), yakni pendidikan dianalisissebagai satu kesatuan unit yang hidup di mana terdapat interaksi di dalamdirirnya sendiri. Dua pendekatan ini saling melengkapi terutama di tengah-tengah masyarakat yang semakin terbuka dan kompleks yang melahirkaninteraksi dengan berbagai aspek kehidupan seperti sekarang ini.

Sekolah yang berciri khas agama Islam di Indonesia disebut madrasah.Madrasah pada saat ini sudah dapat disamakan dengan sekolah, hanyasaja madrasah muatan kurikulum agamanya lebih banyak dari sekolahumum. Menurut Haidar Putra Daulay (2004: 53), perkataan madrasahdi Indonesia baru populer setelah masuknya ide-ide pembaharuan pemikiranIslam ke Indonesia pada awal abad ke-20, dan dikategorikanlah madrasahsebagai lembaga pendidikan Islam yang menyuarakan suara pembaruan,berbeda dengan pesantren yang dianggap sebagai lembaga pendidikantradisional. Dsuk berkembang apabila secara aktif berkoordinasi denganpemerintah daerah.

Pendanaan madrasah termasuk untuk pendanaan bagi tujuanpeningkatan mutunya di era Otonomi Daerah ini berasal dari KementerianAgama yang diambilkan dari pos anggaran Pengembangan Keagamaandan juga dari APBN dan APBD (minimal 20%) pada anggaran sektorpendidikan (UUSPN No. 20 Tahun 2003: Pasal 49 ayat 1) karena PendidikanIslam telah merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasionalyang dalam teknis implementasinya dana tersebut diserahkan terlebihdahulu kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai bagian dari APBDdaerah tersebut. Hal ini berarti dari sisi pendanaan dan penyediaan saranadan prasarana bagi madrasah lebih besar atau berpeluang di era otonomidaerah ini, karena Pemerintah Daerah juga turut memberikan sumberdaya pendidikan kepada madrasah.

Sagala (2005: 50) mengemukakan bahwa pengorganisasian di sekolahdiartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibatdalam kerjasama pendidikan. Karena banyaknya tugas-tugas itu dan tidakdapat diselesaikan hanya oleh satu orang, maka tugas-tugas tersebut harusdibagi kepada komponen-komponen/unit di sekolah tersebut. Kegiatanpengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yang akan melaksanakantugas sesuai prinsip pengorganisasian. Lebih lanjut, pengorganisasianterdiri atas komponen penentuan sasaran, pembagian pekerjaan (tugas),

Page 101: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

88 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

penentuan orang yang akan melaksanakan, dan hubungan antar or-ang/unit dalam organisasi.

Menurut Sagala (2005: 51), struktur organisasi sekolah berkaitanerat dengan pemanfaatan teknologi yang digunakan organisasi/sekolahuntuk menyiapkan sumber daya manusianya agar organisasi menjadiefektif. Kepercayaan yang saling melengkapi dapat menyeimbangkanlegitimasi, keefisienan, keefektifan, dan keunggulan sehingga sekolahmewujudkan suasana penuh harapan dan meyakini program-programsekolah dapat dilaksanakan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Kepercayaanini menunjukkan bahwa sasaran tugas, pelaksanaan tugas, tanggungjawab, penggunaan alat yang diperlukan, pengalokasian dana/waktu,dan sumberdaya adalah sebagai implementasi kefektifan pengorganisasiandari elemen-elemen yang diperlukan di sekolah yang efektif.

Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terhadap sekolah-sekolah pada penggunaan waktu, uang, dan sumber daya yang terbatasdalam mencapai tujuan, yaitu alat yang diperlukan, pengalokasian waktu,dana dan sumber daya sekolah. Pada pengorganisasian di sekolah meliputilangkah-langkah sebagai berikut: menentukan tugas, menentukan siapayang akan melaksanakannya, menentukan jabatan dan tanggung jawab,merinci hubungan kewenangan dan kepengawasan serta komunikasi,dan menyusun penetapan kriteria penilaian kerja, sehingga semua tugasdapat dikerjakan sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Di sekolah, di akhir semester pada umumnya diadakan rapat plenountuk membahas dan memutuskan mengenai prestasi belajar yang telahdiraih para siswa dan juga untuk mengemukakan hambatan-hambatandan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada proses pembelajaran pada semestertersebut. Di samping masalah bidang kurikulum, dalam kesempatan inijuga dilaporkan persoalan-persoalan yang timbul pada bidang-bidang lainnya.

Antara kepala sekolah, wakil kepala sekolah (wakasek) kurikulum,wakasek kesiswaan, wakasek sarana dan prasarana, wakasek urusankedisiplinan dan asrama, pembantu wakasek (PWKS): PWKS PengawasanKegiatan Intra-kurikuler, PWKS Pengawasan Kegiatan Ekstra-Intrakurikuler,PWKS kedisiplinan siswa, PWKS ekstrakurikuler murni, dan dewan guruterdapat garis komando dan koordinasi sesuai jabatan masing-masingdalam struktur organisasi yang sesuai harapan kepala sekolah untuk mencapaitujuan-tujuan proses dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Segala

Page 102: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

89ADMINISTRASI PENDIDIKAN

pendanaan pada semua aspek kegiatan di lingkungan sekolah direncanakandan diberikan anggarannya sesuai kebutuhan dan yang diperlukan.

Sebagai contoh dari sasaran-sasaran yang akan dicapai di sebuahsekolah dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Sasaran-sasaran Program Pengembangan Sekolah*

Sasaran Program 1 Tahun

2009/2010 Program Jangka

Pendek

Sasaran Program 4 Tahun

2010/2013 Program Jangka

Menengah

Sasaran Program 4 Tahun

2014/2017 Program Jangka

Panjang Bidang Kelembagaan dan Sarana

(a) Administrasi siswa, keuangan, dan inventaris secara komputerisasi terprogram.

(b) Penggunaan gedung dan sarana belajar tertata secara optimal.

(c) Ruang Laboratorium IPA tertata secara optimal.

(d) Penambahan slogan dan kata-kata yang mendorong ter-capainya Iman dan Taqwa pada ruang-ruang tertentu.

(e) Persiapan pembangunan sarana ibadah.

(a) Penataan Administrasi siswa, keuangan, dan inventaris dengan meng-gunakan sistem jaringan lokal (LAN).

(b) Memberdayakan dan mengopti-malkan peng-gunaan semua gedung dan sarana belajar yang ada.

(c) Memberdayakan ruang Laboratorium IPA dan meng-upayakan peng-adaan Lab. Komputer dan pengadaan ruang laboratorium bahasa.

(d) Pengadaan perpustakaan.

(e) Pembangunan musholla.

(a) Pengembangan dan penyempur-naan administrasi siswa, keuangan, dan inventaris dengan meng-gunakan sistem informasi terpadu.

(b) Mengembangkan dan melengkapi fasilitas gedung dan sarana belajar.

(c) Mengembangkan ruang Laboratorium IPA, Komputer, Bahasa, dan peng-adaan Laboratorium Matematika.

(d) Membudayakan perpustakaan.

(e) Penambahan dan pemeliharaan slogan dan kata-kata hikmah yang mendorong tercapainya Iman dan Taqwa di semua ruang.

(f) Pembangunan masjid.

Page 103: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

90 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Bidang Personil (a) Pengembangan

rutin dan pening-katan kesadaran keagamaan dan kedinasan.

(b) Pelatihan multi-media tingkat dasar

(a) Membangun ke-sadaran keagama-an dan kedinasan.

(b) Pelatihan multi-media tingkat menengah dan terampil serta implementasinya dalam proses belajar mengajar pada mata pela-jaran tertentu.

(a) Meningkatkan kesadaran keagamaan dan kedinasan ke arah yang lebih baik lagi.

(b) Mengoptimalkan implementasi multimedia dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).

Bidang Kurikulum (a) 85 % kehadiran

guru dalam PBM. (b) Mengikutsertakan

siswa pada lomba/ olimpiade antar sekolah/madrasah untuk mata pelajaran Matematika,Kimia, Biologi, dan Fisika tingkat kabupaten.

(c) Mengadakan Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP) pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

(d) Meningkatkan rata- rata nilai Ujian Na-sional (UN) 7,00 dan rata-rata nilai Ujian Madrasah 7,50.

(e) Tingkat kelulusan 98 % siswa kelas XII.

(a) Mengoptimalkan 90 % kehadiran guru dalam PBM.

(b) Mengikutsertakan siswa pada lomba/olimpiade untuk mata pelajaran Mate-matika, Kimia,Biologi, dan Fisika tingkat kabupaten dan provinsi.

(c) Mengadakan kelas Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP) pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

(d) Meningkatkan rata- rata nilai Ujian Nasi-onal (UN) 7,50 dan rata-rata nilai Ujian Madrasah 8,00.

(a) Mengoptimalkan 98 % kehadiran guru dalam PBM.

(b) Mengikutsertakan siswa pada lomba/ olimpiade untuk mata pelajaran Matematika,Kimia, Biologi, dan Fisika tingkat provinsi.

(c) Mengadakan Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP) pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Penge-tahuan Sosial (IPS), dan bahasa.

(d) Meningkatkan rata- rata nilai Ujian Nasional (UN) 8,00 dan rata-rata nilai Ujian Madrasah 8,50.

(e) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas kelulusan 100 % siswa kelas XII.

Page 104: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

91ADMINISTRASI PENDIDIKAN

(f) Kuantitas lulusan yang diterima di PTN melalui jalur PMP dan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) 25 %.

(g) 60 % siswa melaksanakan ajaran agamanya.

(e) Tingkat kelulusan 100 % siswa kelas XII.

(f) Kuantitas lulusan yang diterima di PTN melalui jalur PMP dan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) 30 %.

(g) 75 % siswa melaksanakan ajaran agamanya.

(e) Kuantitas lulusan yang diterima di PTN melalui jalur PMP dan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) 40 %.

(f) 100 % siswa melaksanakan ajaran agamanya dengan baik.

Bidang Kesiswaan (a) Rata-rata nilai

Ujian Nasional (UN) siswa baru 6,00.

(b) Memiliki tim cabang olah raga bola voli, sepak bola, takraw, tenis meja untuk kejuaraan antar sekolah/madrasah.

(c) Memiliki tim kesenian untuk kejuaraan antar sekolah/madrasah.

(d) Membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) untuk kejuaraan antar sekolah/ madrasah

(e) Memiliki peserta didik ahli berpidato Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Kaligrafi untuk kejuaraan antar sekolah/ madrasah.

(a) Rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) siswa baru 7,00.

(b) Memiliki tim cabang olah raga bola voli, sepak bola, takraw, tenis meja untuk kejuaraan antar sekolah/madrasah se-kabupaten.

(c) Memiliki tim kesenian untuk kejuaraan tingkat kabupaten.

(d) Membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) untuk kejuaraan tingkat kabupaten.

(e) Memiliki peserta didik ahli berpidato Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Kaligrafi untuk kejuaraan tingkat kabupaten.

(a) Rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) siswa baru 7,50.

(b) Memiliki tim cabang olah raga bola voli, sepak bola, takraw, tenis meja untuk ke-juaraan tingkat provinsi dan nasional.

(c) Memiliki tim keseni-an untuk kejuaraan tingkat provinsi dan nasional.

(d) Membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) untuk kejuaraan tingkat provinsi dan nasional.

(e) Memiliki peserta didik ahli ber-pidato Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Kaligrafi untuk kejuaraan tingkat provinsi dan nasional.

Page 105: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

92 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

*Dikutip dari Dokumen 1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Sekolah dapat melakukan school review yang merupakan suatuproses untuk mengembangkan seluruh komponennya agar dapat bekerjasama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli), untukmengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan.Peningkatan kualitas pembelajarannya melalui kegiatan-kegiatan MGMPyang dilaksanakan oleh sekolah dengan nara sumber dari LembagaPenjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Kanwil Kementerian AgamaProvinsi.

Sekolah juga dapat berupaya untuk melakukan benchmarking.Benchmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standardan target yang akan dicapai dalam periode tertentu.

Bidang Humas (a) Mensosialisasikan

sekolah yaitu di tingkat Kabupaten/Kota.

(b) Mengoptimalkan Komite Sekolah dalam kerangka pengembangan sekolah.

(c) Mengoptimalkan pemanfaatan internet untuk mengakses data dan informasi administrasi.

(d) Mengadakan unit-unit usaha dalam rangka menggali sumber dana untuk pengembangan sekolah.

(a) Meningkatkan sosialisasi itu di tingkat Kabupaten/Kota.

(b) Memberdayakan partisipasi masya-rakat dalam mengembangkan Income Generating Activities.

(c) Meningkatkan pemanfaatan Pusat Informasi dan Pengolahan Data (PUSINLAHTA) dan mengadakan layanan informasi untuk siswa melalui internet.

(a) Mensosialisasikan sekolah di tingkat Provinsi.

(b) Meningkatkan pemberdayaan dan kerja sama dengan pihak luar dalam kerangka pengem-bangan sekolah.

(c) Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Informasi dan Pengolahan Data (PUSINLAHTA) dan layanan informasi untuk siswa dan umum melalui internet.

(d) Meningkatkan kelangsungan unit-unit usaha dalam rangka menggali sumber dana untuk pengembangan sekolah.

Page 106: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

93ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Benchmarking dapat diaplikasikan dalam proses pengembanganseluruh komponen di sekolah melalui tiga pertanyaan sebagai berikut:

(a) seberapa baik kondisi sekolah?;(b) harus menjadi seperti apa sekolah ini?;(c) bagaimana cara-cara pelaksanaan pengembangan masing-masing

komponen sekolah yang baik tersebut?

Page 107: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

94 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

BAB III

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Pengambilan kebijakan pendidikan merupakan problematika manajemenyang sangat kompleks. Program di bidang pendidikan pada umumnyadiarahkan pada pencapaian 8 standar sesuai Peraturan Pemerintah (PP)No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Definisi kebijakansebagaimana yang dikemukakan oleh David (2006: 343), mengacu padapanduan spesifik, metode, prosedur, aturan, formulir, dan praktek administrasiyang dibuat untuk mendukung dan mendorong pekerjaan melalui tujuanyang telah ditetapkan. Membuat kebijakan bukanlah pekerjaan yangmudah, karena untuk menghasilkan kebijakan yang tepat dan baik dibutuhkankerangka analisis kebijakan. Menurut Harold D. Lasswell (1971:1), analisiskebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalamproses pembuatan kebijakan. Analisis kebijakan tersebut meliputi penelitianterhadap sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik. Analisiskebijakan dilakukan untuk menilai secara kritis dan mengkomunikasikanpengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang akan dibuat/dipilih.

Para analis kebijakan berkewajiban memberikan layanan informasiyang tepat dan lengkap kepada pengambil kebijakan maupun kepadapublik. Dalam teori dan praktik pembuatan kebijakan publik, informasiyang tepat dan lengkap hasil analisis terhadap kebijakan yang akan dibuat/dipilih tersebut akan digunakan oleh lembaga eksekutif, legislatif, yudikatifbersama-sama warga negara yang juga memiliki peranan dalam keputusan-keputusan publik untuk perbaikan proses pembuatan kebijakannya, apabilaternyata memang masih diperlukan perbaikan. Untuk perbaikan prosespembuatan kebijakan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu harusadanya akses terhadap sejumlah pengetahuan yang ada yang diperolehdari hasil analisis terhadap kebijakan yang akan dibuat/dipilih tersebutdan proses pengkomunikasian isu kebijakan tersebut.

94

Page 108: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

95ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam praktiknya di lapangan memang sering ditemukan faktasebagaimana yang dikemukakan oleh para pendukung pendekatan dariatas ke bawah (top-down aprroach) bahwa hanya pada eksekutif tingkatatas merupakan personil dalam organisasi yang memiliki pengalamankolektif, keahlian, tanggung jawab yang dipercayakan untuk membuatkeputusan strategis utama seperti sebuah kebijakan yang vital. Namundi sisi lain juga merupakan sebuah fakta bahwa tanpa dukungan dankomitmen dari manajer tingkat bawah, menengah, dan karyawan yangakan menerapkan suatu kebijakan dengan melibatkan mereka secaraaktif dalam proses perumusan kebijakan, maka kebijakan juga tidak akanberjalan sebagaimana mestinya seperti yang dikatakan oleh para pendukungpendekatan dari bawah ke atas (bottom-up aprroach). Para penyusunkebijakan harus bisa mencapai keseimbangan kerja dari dua pendekatanini dalam mempertimbangkan secara tepat apa yang terbaik bagi organisasipada suatu waktu tertentu.

A. Analisis Kebijakan William N. Dunn (2003: 2) mengemukakan bahwa metodologi

analisis kebijakan adalah serangkaian teknik atau cara yang digunakanmenganalisis suatu kebijakan. Oleh karena itu, metodologi yang dimaksudadalah sistem standar, aturan, dan prosedur untuk menciptakan, menilaisecara kritis. Dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengankebijakan. Metodologi analisis kebijakan diambil dari dan memadukanelemen-elemen dari berbagai disiplin ilmu, baik ilmu politik, sosiologi,psikologi, ekonomi, dan filsafat. Inti metodologi analisis kebijakan saatini secara umum berciri dan berbentuk kritik multidisiplin. Keputusanmetodologi yang mendasar adalah triangulasi (jika para analis berusahameningkatkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan, merekaharus menggunakan berbagai perspektif, metode, ukuran, sumber data,dan media komunikasi). Aturan metodologis dari kritik multidisiplinlebih merupakan penuntun yang bersifat umum bagi pengkajian kebijakandaripada resep khusus untuk melakukan riset dan analisis kebijakan.Penuntun dalam menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikanpengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

Hisyam Yahya Altalib (1999: 86) menjelaskan bahwa pengumpulaninformasi yang baik amat penting bagi proses pengambilan kebijakan.

Page 109: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

96 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Beberapa metode formal dan informal dapat digunakan untuk mengumpulkaninformasi, termasuk wawancara, daftar pertanyaan, penggunaan data,laporan dan catatan dokumentasi. Empat faktor memainkan perananpenting dalam pengumpulan informasi: keterkaitan, ketepatan waktu,keabsahan, dan ketepatan waktu atau akurasi.

Metodologi Analisis Kebijakan menyediakan informasi yang bergunauntuk menjawab lima macam pertanyaan, yaitu: Kebijakan apa yangsedang atau pernah dibuat untuk mengatasi masalah dan apa hasilnya?Seberapa makna hasil tersebut dalam memecahkan masalah? Alternatifkebijakan apa yang tersedia untuk menjawab masalah, dan hasil apayang dapat diharapkan? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaantersebut membuahkan informasi tentang masalah kebijakan, masadepan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan.

Dalam mendekati analisis kebijakan sebagai proses pengkajian(inqury), kita perlu membedakan antara metodologi, metode, dan teknik.Seperti diketahui, metodologi analisis kebijakan menggabungkan standar,aturan, dan prosedur. Tetapi standar dan aturanlah yang menuntunseleksi dan penggunaan prosedur dan penilaian kritis terhadap hasilnya.Jadi prosedur merupakan subordinat dari standar yang masuk akal(plausibility) dan relevansi kebijakan, dan terhadap tuntutan umumatau aturan kritik multidisiplin; peranan prosedur adalah untuk menghasilkaninformasi mengenai masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksikebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan.

Menurut Duncan MacRae (1976: 277-307), analisis kebijakan diambildari berbagai macam disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif,evaluatif, dan preskriptif. Sebagai disiplin ilmu terapan, analisis kebijakanmeminjam tidak hanya ilmu sosial dan perilaku tetapi juga administrasipublik, hukum, etika, dan berbagai macam cabang analisis sistem danmatematika terapan. Thomas Dye (1976: 100) mengemukakan bahwadi dalam menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masukakal untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang (1) Nilai, (2)Fakta, dan (3) Tindakan, seorang pengambil keputusan akan bertindaksebagai analis dapat memakai satu atau lebih dari tiga pendekatananalisis, yaitu: empiris, valuatif, dan normatif. Pada tingkat di manakebijakan mencakup tiga tujuan tersebut, analisis kebijakan mencakupbahkan melampaui semua tujuan disiplin-disiplin ilmu sosial tradisional.

Page 110: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

97ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Tabel 3.1 Tabulasi Tiga Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan

Argumen-argumen kebijakan yang merupakan sarana untuk melakukanperdebatan-perdebatan mengenai isu-isu kebijakan publik mempunyaiunsur-unsur, yaitu: Informasi (information) yang disajikan dalam berbagaibentuk, merupakan titik tolak dari suatu argumen kebijakan; pembenaran(warrant) merupakan suatu asumsi dalam argumen kebijakan yangmemungkinkan seorang pengambil keputusan untuk berpindah dariinformasi yang relevan dengan kebijakan ke klaim kebijakan; adanyadukungan (backing) dan bantahan (rebuttal) terhadap diterima atautidaknya klaim kebijakan yang dimunculkan; secara bersama-sama klaimkebijakan dan bantahan membentuk substansi isu-isu kebijakan, yaituketidaksepakatan di antara segmen-segmen yang berbeda dalam masyarakatterhadap serangkaian alternatif tindakan pemerintah; dan kesimpulan(qualifier) yang mengekspresikan derajat di mana seorang pengambilkeputusan/pembuat kebijakan yakin terhadap suatu klaim kebijakan.

Dengan demikian, kerangka analisis kebijakan merupakan seluruhproses pentransfomasian yang melibatkan lima prosedur analisis (perumusanmasalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan penilaian), komponen-komponen informasi-kebijakan (seperti masalah masalah kebijakan,masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan),dan tahap-tahap pembuatan kebijakan (penyusunan agenda, formulasikebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan).Seluruh proses diatur melalui perumusan masalah yang diletakkan padapusat kerangka kerja.

Dunn (2003: 129) mengemukakan bahwa prosedur-prosedur yangditerapkan untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan dapatdibandingkan dan dipertentangkan menurut waktu kapan prosedur-prosedur tersebut digunakan dan jenis pertanyaan yang sesuai baik secaraempiris, valuatif, dan normatif. Prosedur-prosedur tersebut berhubungan

Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi Empiris Adakah dan akankah ada

(fakta) Deskriptif dan prediktif

Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif Normatif Apakah yang harus

diperbuat (aksi) Preskriptif

Page 111: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

98 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dengan prosedur-prosedur analisis kebijakan pemantauan, peramalan,evaluasi, dan rekomendasi.

B. Bentuk-Bentuk Analisis KebijakanKerangka elemen dari proses analisis kebijakan tidak hanya membantu

kita melihat saling ketergantungan antara informasi dan metode tetapijuga membantu dalam menunjukkan bagaimana metode yang berbedadihubungkan dengan bentuk-bentuk utama analisis kebijakan sebagaiberikut:

1. Analisis Kebijakan Prospektif

Analisis Kebijakan Prospektif berupa produksi atau transformasiinformasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan cenderungmencirikan cara beroperasinya para ekonom, analis sistem, dan penelitioperasi. Walter Williams (1971: 13) mengungkapkan bahwa analisisKebijakan Prospektif sering menimbulkan jurang pemisah yang besarantara pemecahan masalah yang diunggulkan dengan upaya-upayapemerintah untuk memecahkannya.

2. Analisis Kebijakan Retrospektif

Analisis Kebijakan Retrospektif dalam banyak hal sesuai dengandeskripsi penelitian kebijakan yang dikemukakan sebelumnya. Analisisretrospektif, yang dijelaskan sebagai penciptaan dan transformasi informasisesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatanyang dikembangkan oleh tiga kelompok analis:

a) Analis yang berorientasi pada disiplin. Kelompok ini sebagian besarterdiri dari ilmuwan politik dan sosiologi, terutama berusaha untukmengembangkan dan menguji teori yang didasarkan pada teoridan menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi- konsekuensi kebijakan.

b) Analis yang berorientasi pada masalah. Kelompok ini sebagian besarjuga terdiri dari ilmuwan politik dan sosiologi, dan berusaha menerangkansebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Meskipun demikian,para analis yang berorientasi pada masalah ini kurang menaruh perhatianpada upaya untuk mengembangkan dan menguji teori-teori yang

Page 112: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

99ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dianggap penting di dalam disiplin ilmu sosial. Mereka lebih menaruhperhatian terhadap identifikasi variabel-variabel yang dapat dimanipulasioleh para pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah.

c). Analisis yang berorientasi pada aplikasi. Kelompok ini sebagianbesar juga terdiri dari ilmuwan politik dan sosiologi, ditambah ilmuwan-ilmuwan dari bidang studi profesional pekerjaan sosial (social work)dan administrasi publik dan bidang studi yang sejenis seperti penelitianevaluasi. Mereka juga menaruh perhatian terhadap usaha-usaha untukmenerangkan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi kebijakandan program publik, tetapi tidak perhatian terhadap upaya untukmengembangkan dan menguji teori-teori dasar. Lebih jauh, merekatidak hanya menaruh perhatian terhadap identifikasi variabel-variabelkebijakan, tetapi juga melakukan identifikasi tujuan dan sasarankebijakan dari para pembuat kebijakan dan pelaku kebijakan.

3. Analisis Kebijakan Integratif

Analisis kebijakan yang mengombinasikan gaya operasi para praktisiyang menaruh perhatian pada pembuatan dan transformasi informasisebelum dan sesudah tindakan diambil. Analisis kebijakan integratif inimengharuskan para analis untuk mengaitkan tahap pemyelidikan retrospektifdan perspektif, tetapi juga menuntut mereka untuk secara berkelanjutanmenghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat. Analisiskebijakan tersebut memiliki semua kelebihan dari dua bentuk analisiskebijakan yang lainnya yaitu retrospektif dan prospektif, tetapi tidak dengankelemahannya. Oleh karena itu, analisis kebijakan integratif adalahmultidisiplin dalam arti yang sebenarnya.

Dalam sebuah proses analisis kebijakan, di mana di dalamnya diambilkeputusan, maka terdapat Teori Keputusan Deskriptif dan Teori KeputusanNormatif. Dalam melakukan analisis kebijakan di dalamnya juga terdapatkompleksitas informasi.

Skema pada Gambar 3.1 membantu dalam memahami beberapaperbedaan penting yang terjadi dalam perdebatan kontemporer mengenaimetode analisis kebijakan. Sebagai contoh, perbedaan antara teori keputusandeskriptif dan teori keputusan normatif dapat dijelaskan oleh kerangkakerja ini.

Page 113: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

100 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Menurut Bower dalam bukunya Descriptive Decision Theory fromthe Administrative Viewpoint, Teori keputusan deskriptif dapat didefinisikansebagai seperangkat preposisi yang secara logis konsisten yang menerangkantindakan, pada dasarnya berkenaan dengan metode-metode untuk analisisretrospektif yang terdapat pada sisi kiri dari kerangka proses analisis kebijakan.Analisis yang tujuannya menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi daritindakan kebijakan harus melakukan analisis sesudah aksi dilakukan.Di sini tujuan utama dari analisis adalah untuk memahami masalah kebijakanketimbang memecahkannya. Sebaliknya, teori keputusan normatif merupakanseperangkat preposisi yang secara logis konsisten yang menyediakanlandasan untuk memperbaiki konsekuensi dari aksi. Teori keputusannormatif sebagian besar berpusat pada penggunaan metode prospektifterdapat pada sisi kanan kerangka.

Page 114: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

101ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 3.1 Skema Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

Kerangka kerja pada pada Gambar 3.1 di atas juga membantudalam memahami kompleksitas informasi dalam analisis kebijakan.Garis vertikal dan garis horizontal pada gambar tersebut memotongsetiap komponen informasi yang mengisyaratkan bahwa penciptaaninformasi mempunyai watak mendua. Garis vertikal, memotong masalahkebijakan, kinerja kebijakan, dan aksi kebijakan. Garis horizontal menekankantentang marginalitas hasil kebijakan, masalah kebijakan, dan masadepan kebijakan. Kerangka kerja yang terintegrasi itu memungkinkankita untuk mempelajari asumsi, penggunaan, dan keterbatasan metode-metode analisis kebijakan yang khusus.

Restropektif (Ex Post): Prospektif (Ex Ante): Apa yang terjadi & apa yang diperbuat Apa yang akan terjadi & apa yang harus

dilakukan    

                                                                      Sisi kiri    Sisi kanan 

Masalah 

kebijakan 

Aksi 

kebijakan 

Perumusan 

masalah 

Perumusan 

masalah Perumusan 

masalah 

Evaluasi   Peramalan 

Rekomendasi Pemantauan 

Perumusan 

masalah 

Hasil 

kebijakan 

Masa 

depan 

kebijakan 

Kinerja kebijakan 

Page 115: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

102 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

C. Pembuatan Kebijakan PendidikanDunn (2003: 23) menguraikan bahwa analisis kebijakan dilakukan

untuk membuat, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuanyang relevan dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatankebijakan. Tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan tersebut meliputipenyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasikebijakan, dan penilaian kebijakan.

Tahap-tahap pembuatan kebijakan memiliki hubungan erat denganprosedur analisis kebijakan sebagai berikut:

1. Penyusunan Agenda

Dunn (2003: 26) menjelaskan bahwa perumusan masalah dapat memasokpengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi masalah dan memasuki proses pembuatankebijakan melalui penyusunan agenda (agenda setting). Perumusanmasalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang yang tersembunyi,mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yangmungkin dicapai, memadukan pandangan-pandangan yang bertentangan,dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru.

2. Formulasi Kebijakan

Peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengankebijakan tentang masalah yang akan terjadi di masa mendatang sebagaiakibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melaksanakan sesuatu.Peramalan dilakukan pada tahap formulasi kebijakan.

3. Adopsi Kebijakan

Charles A. Lave dan Lester B. Lave (1990: 77-94) mengemukakanbahwa rekomendasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengankebijakan tentang manfaat atau risiko dari berbagai alternatif yangakibatnya di masa mendatang telah diperkirakan melalui peramalan.Rekomendasi membantu para pengambil kebijakan pada tahap adopsikebijakan. Rekomendasi membantu perkiraan tingkat risiko danketidakpastian, mengenali eksternalitas dan akibat ganda, menentukankriteria dalam pembuatan pilihan, dan menentukan pertanggungjawabanadministratif bagi implementasi kebijakan.

Page 116: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

103ADMINISTRASI PENDIDIKAN

4. Implementasi Kebijakan

MacRae (1985) mengungkapkan bahwa pemantauan (monitoring)menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang akibatdari kebijakan yang diambil sebelumnya. Pemantauan membantu parapengambil kebijakan pada tahap implementasi kebijakan. Banyaklembaga yang secara teratur memantau hasil dan dampak kebijakandengan menggunakan berbagai indikator kebijakan di bidang pendidikan,kesehatan, perumahan, kesejahteraan, kriminalitas, ilmu dan teknologi.

5. Penilaian Kebijakan

Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakantentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan denganyang benar-benar dihasilkan. Evaluasi membantu para pengambil kebijakanpada tahap penilaian kebijakan. Evaluasi tidak hanya menghasilkankesimpulan seberapa jauh masalah telah terselesaikan; tetapi juga menyumbangpada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan,membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali masalah.

Gambar 3. 2 Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan

PROSEDUR ANALISIS KEBIJAKAN TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KEBIJAKAN

PERUMUSAN MASALAH 

PERAMALAN 

REKOMENDASI 

PEMANTAUAN 

PENILAIAN 

PENYUSUNAN AGENDA 

FORMULASI KEBIJAKAN 

ADOPSI KEBIJAKAN 

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN 

PENILAIAN KEBIJAKAN 

Page 117: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

104 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Pengkomunikasian pengetahuan yang relevan dengan kebijakandapat dipandang sebagai proses empat tahap yang melibatkan analisiskebijakan, pembuatan materi, komunikasi interaktif, dan pemanfaatanpengetahuan (Lihat Gambar 3.3).

Pembuatan kebijakan pendidikan dilakukan dengan merespon danmengkaji kebutuhan-kebutuhan individu dan masyarakat. Pendidikanterdiri dari satu rangkaian kejadian dan aktivitas yang dirancang untukmembantu individu untuk meningkatkan kecendekiawanan mereka,sosial, pribadi, dan potensi-potensi moralnya. Yang paling baik, pendidikanitu mempersiapkan orang-orang yang terdiri dari berbagai lapisan usiauntuk mampu menghadapi kenyataan-kenyataan lingkungannya, kondisimanusia, dan idaman-idaman kemanusiaan dari kerja keras yang sudahdilakukan sepanjang sejarah. Hal itu untuk mempersiapkan merekaagar dapat melakukan aktivitas yang produktif. Hal itu juga akan membukapikiran mereka kepada cara hidup dan berpikir alternatif. Hal itu jugaakan memperkenalkan mereka dengan cara belajar yang seharusnya,sehingga mereka mampu untuk mendidik diri mereka sendiri. Hal itumenyediakan suatu dasar landasan untuk membuat penilaian-penilaian,serta menentukan nilai-nilai budaya dan pribadi, kemudian memilih jenistindakan yang sesuai. Untuk itu dibutuhkan konsensus dan oleh karenanyadapat dijadikan sebagai suatu instrumen sosialisasi dan pengawasansosial. Hal ini juga akan meningkatkan toleransi individu terhadap keaneka-ragaman dan oleh karena itu dapat lebih menjamin adanya kebebasan.Tugas pendidikan adalah untuk membuat suatu perbedaan yang positifdalam kualitas kehidupan orang-orang dan juga untuk mengubah masyarakat,dari waktu ke waktu, melalui pekerjaan mendidik. Tetapi di dalam orientasinyamestilah ada ruang untuk mempertimbangkan bagi adanya lembaga-lembaga pendidikan yang beranekaragam, karena kebutuhan-kebutuhanpendidikan, baik secara individu maupun masyarakat terdiri atas banyaksegi kehidupan.

Page 118: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

105ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 3.3 Proses Komunikasi Kebijakan

Suatu cara yang lebih bermanfaat ketika kita membicarakan tentangkualitas dari orang yang terdidik adalah dengan memberikan penekananterhadap kapasitas-kapasitas belajar dalam kaitannya dengan kehidupannyata dan perkembangan dunia hari ini. Rentangannya sangat luas,termasuk ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukanoleh setiap orang dalam setiap tahap kehidupannya untuk menyelesaikantugas-tugas dan pekerjaan sehari-harinya, mengatasi tantangan pekerjaanyang dihadapi, dan yang dibutuhkan bagi aktivitas pengembangan diridalam kehidupannya. Hal ini juga mengisyaratkan akan adanya tuntutankebutuhan yang perlu direspon oleh dunia pendidikan untuk melayaniorang-orang dalam serangkaian konteks politis, ekonomi, dan sistemsosial” ( Bailey, I976).

PRESENTASI Percakapan Konferensi Pertemuan 

Briefing Dengar pendapat 

ANALISIS 

KEBIJAKAN 

PENGEMBANGAN 

MATERI 

KOMUNIKASI 

INTERAKTIF 

UTILISASI 

PENGETAHUAN 

DOKUMEN Memoranda kebijakan 

Paper isu kebijakan Ringkasan eksekutif 

Appendix Pengumuman berita 

ANALISIS 

KEBIJAKAN 

PENGETAHUAN Masalah kebijakan 

Masa Depan kebijakan 

Aksi kebijakan Hasil kebijakan 

Kinerja kebijakan 

PELAKU KEBIJAKAN Penyusunan agenda Formulasi kebijakan 

Adopsi kebijakan Implementasi kebijakan 

Penilaian kebijakan 

Page 119: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

106 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

D. Kebijakan Pemerintah Dalam PendidikanArus perubahan sosial dan politik yang demikian besar di tanah air

mengubah pola kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini. Intidan hakikat perubahan dari arus perubahan sosial dan politik itu adalahpemberdayaan masyarakat atau pemberdayaan arus bawah. Indone-sia setelah era reformasi merealisasi kehendak sebagian besar masyarakatIndonesia untuk adanya otonomi daerah. Haidar Putra Daulay (2004:60-61) menuliskan bahwa berkenaan dengan itu lahirlah UU No. 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tentang PerimbanganKeuangan Antara Pusat dan Daerah dan diiringi pula PP No. 25 Tahun2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagaiDaerah Otonom. Hakikat penyelenggaraan otonomi daerah merupakanperwujudan dari pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan dan proporsional. Dalam penyelenggaraanotonomi daerah juga mengandung pengaturan tentang perimbanganantara keuangan pusat dan daerah. Daulay (2004: 96) lebih lanjut menjelaskanbahwa penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintahdaerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang mencakupkewenangan semua bidang kecuali bidang politik luar negeri, pertahanankeamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenanganbidang lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sesuai dengan hakikat otonomi tersebut di atas yang bertujuanuntuk memandirikan seseorang atau suatu lembaga atau suatu daerah,maka lembaga-lembaga pemerintah maupun masyarakat di daerah tersebutdiharapkan mampu untuk mencapai tujuan kemandirian tersebut. Olehkarena itu perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan terhadap lembaga-lembaga pemerintah maupun masyarakat di daerah tersebut. Pendidikanadalah salah satu yang diotonomkan pada era otonomi daerah sekarangini.

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah Bab I Pasal 1 dijelaskan apa yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah PresidenRepublik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Page 120: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

107ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan olehpemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugaspembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalamsistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimanadimaksud dalam UUD 1945.

3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, danperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintahan daerah.

5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerahotonom untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan pemerintahandan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.

6. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakathukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengaturdan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat menurut prakarsa semdiri berdasarkan aspirasi masyarakatdalam sistem NKRI.

7. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan olehPemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurusdiri sendiri urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.

8. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan olehPemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ataukepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerahdan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kotadan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desauntuk melaksanakan tugas tertentu.

10. Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerahprovinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota.

11. Peraturan kepala daerah adalah peraturan gubernur, dan/atau bupati/walikota.

12. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

Page 121: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

108 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahandan kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul danadat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistempemerintahan NKRI.

13. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintah daerahadalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaanpenyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraandekonsentrasi dan tugas pembantuan.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBDadalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkandengan peraturan daerah.

Daerah otonom mempunyai kewenangan luas, mulai dari perencanaan,pengaturan, pelaksanaan serta evaluasi dalam hal penetapan anggarandana berdasarkan aset yang dimiliki daerah. Bidang-bidang yang menjadicakupan daerah menjadi tanggung jawab daerah, antara lain misalnyapendidikan. Oleh karena Pemerintah Daerah yang terdiri atas PemerintahKabupaten atau Kota bukan bawahan dari Pemerintah Provinsi, makaBupati dan Walikota bertanggung jawab kepada DPRD setempat danalokasi pendanaan setempat ditentukan oleh Pemerintah Daerah bersamaDPRD setempat.

E. Otonomi PendidikanSyaiful Sagala (2004: 268-269) menjelaskan bahwa desentralisasi

adalah suatu strategi politik untuk mengubah pemikiran para birokratyang menganut sifat status quo dengan menyerahkan wewenang pemerintahpada peringkat di bawahnya. Secara teoritik, desentralisasi sebagai penyerahanwewenang pemerintah pada peringkat hirarki di bawahnya untuk mengambilkeputusan tentang penggunaan sumber daya organisasi. Desentralisasimenyangkut ikhwal penyerahan wewenang pemerintah untuk dilaksanakanoleh pemerintah daerah melalui beberapa fungsi yang melekat padanya.Penyerahan sebagian kekuasaan dari Pemerintah ke daerah sesuai azasdesentralisasi diyakini akan mengurangi kekuasaan yang berlebihan parabirokrat pusat dan akan dapat memperbaiki pemerintahan di daerah

Page 122: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

109ADMINISTRASI PENDIDIKAN

ke arah yang lebih baik serta lebih memberdayakan potensi masyarakatdi daerah. Desentralisasi pada prinsipnya adalah membuka ruang yangmemadai bagi sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkanmutu pendidikan dengan mengakomodir aspirasi dan semua potensi yangada. Di sisi lain, pemerintah pusat dan pemerintah di daerah memfasilitasikebutuhan yang berkaitan dengan upaya pemantapan manajemeninstruksional dalam pendidikan.

Kebijakan sentralisasi atau desentralisasi urusan pendidikan memangbagian dari dimensi politik dalam penyelenggaraan pendidikan. Dasarkeseimbangan sentralisasi dan desentralisasi kewenangan harus memperhatikansecara kuat realitas politik. Desentralisasi secara politis juga memberipeluang yang memadai terhadap peran serta masyarakat yang optimaldalam pengelolaan pendidikan dalam suatu wadah dewan sekolah (boardsof local schools) atau komite sekolah pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, maupun provinsi. Wadah ini memberdayakan potensi masyarakatdalam ruang lingkup sekolah, kabupaten/kota, maupun provinsi sehinggamasyarakat tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap perolehanmutu pendidikan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku. Oleh karenaitu, institusi pendidikan maupun masyarakat yang terkait dengan pendidikantidak boleh buta politik. Mereka harus memperjuangkan secara politikkepentingan pendidikan, walaupun bukan sebagai anggota partai politik.Menurut Daulay (2004: 70) Esensi otonomi pendidikan itu sendiri adalahagar kebijakan pendidikan itu tidak hanya ditetapkan dari “atas” saja, tetapilebih kebijakan dari ‘’bawah” ke “atas” yang melibatkan dan memberdayakanpotensi daerah.

Dengan dilaksanakannya otonomi daerah di bidang pendidikanini, bisa dicapai tiga tujuan, seperti yang dikutip oleh Imam Prihadiyokodari Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, ketika menjelaskantentang Dewan Sekolah: (1) Untuk mendorong pemberdayaan masyarakat,(2) Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, dan (3) Peningkatan peranserta masyarakat serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD (ImamPrihadiyoko, Kompas, 2000: 10-17).

Sementara kedudukan pendidikan Islam pengelolaannya tetap olehMenteri Agama yang mana agama merupakan bidang yang tidak diotonomikan,sehingga Kementerian Agama dan jajarannya di tingkat propinsi maupunkabupaten/kota yang merupakan instansi vertikal, namun di sisi lain

Page 123: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

110 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

karena pendidikan termasuk bidang yang diotonomikan yang pengaturannyamerupakan wewenang pemerintah daerah, memang sudah semestinyaterjalin sharing antara Kementerian Agama dengan Kementerian DalamNegeri dan Otonomi Daerah dalam hal ini Pemerintah Daerah tentangkedudukan sekolah-sekolah yang berciri khas agama Islam, yakni sekolahyang berciri khas agama Islam mendapat perlakuan yang sama dengansekolah lainnya termasuk dalam hal pendanaan dan bantuan sumberdaya pendidikan lainnya serta tetap terjamin ciri khas keislamannya.

Ketentuan Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional(Depdiknas) berkewajiban untuk mencapai Visi Pendidikan Nasionalsebagai berikut:

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuatdan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara In-donesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehinggamampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Selanjutnya PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan, Pasal 59 mengenai Pengelolaan Pendidikan oleh PemerintahDaerah, pada ayat 1 disebutkan:

Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikandengan memprioritaskan program:

a. wajib belajarb. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan

menengahc. penuntasan pemberantasan buta aksarad. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan

oleh pemda maupun masyarakate. peningkatan status guru sebagai profesif. akreditasi pendidikang. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakath. pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan

David (2006: 445) mengingatkan bahwa kegagalan mencapai kemajuanyang diharapkan melalui pencapaian tujuan jangka panjang atau tujuantahunan memberi sinyal diperlukannya tindakan koreksi. Banyak faktor,

Page 124: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

111ADMINISTRASI PENDIDIKAN

seperti kebijakan yang kurang beralasan, proses pendistribusian anggaranyang tidak efisien, menurunnya minat masyarakat untuk menyekolahkananaknya ke sekolah negeri, atau strategi yang tidak efektif, dapat menyebabkanketidakpuasan akan kemajuan yang dicapai. Masalah bisa timbul akibatketidakefektifan (tidak melakukan hal yang benar) atau ketidakefisienan(melakukan hal yang benar secara buruk).

Dalam masyarakat pada masa kini terdapat tiga pertimbangan yangharus diperhatikan bagi teknik pengembangan yang memadai untukmengatasi masalah-masalah pendidikan di masa mendatang yang berhubungandengan: (a) kemajuan teknologi pendidikan, (b) kekuatan pekerja yangtersedia dan yang dibutuhkan, dan (c) prakarsa-prakarsa pendidikaneksternal.

Rencana makro itu dapat dipandang sebagai sekelompok rencana-rencana mikro atau sub-sub rencana yang mewakili sebuah rancanganoperasional sistem secara luas dari sumber daya pendidikan. Selanjutnyarencana-rencana mikro dikembangkan melalui sebuah format program.Format program di sini mengacu unsur-unsur programnya, seperti pengembangankebutuhan organisasi dan kelompok, diterjemahkan menjadi program-program spesifik/khusus. Unsur-unsur formatnya termasuk metodologiprogram; pengaturan isi, sumber daya, dan penjelasannya secara lengkap.

Bishop dalam Sparks dan Horsley (1989: 54) mengemukakan tentangukuran-ukuran yang dijadikan sebagai indikator dan bahan pertimbanganpada fase pengimplementasian program-program pengembangan pendidikanmeliputi:

(1) Dukungan administrasi dan kebijakan secara luas harus jelas.

(2) Para personil profesional harus tahu alasan dan tujuannya denganjelas mengapa mereka ikut ambil bagian dan terkait dengan pro-gram itu.

(3) Arus komunikasi dan umpan balik harus menjadi sebuah bagianproses dan program pengembangan itu, agar dukungan dan modifikasidapat teramati terhadap semua komponen sistem. Harus ada koordinasiterhadap penyediaan material yang dibutuhkan baik dalam jumlahmaupun mutunya yang memadai.

Fase pengevaluasian merupakan langkah puncak dalam programpengembangan pendidikan, karena aktivitas-aktivitas dalam program

Page 125: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

112 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

itu dihubungkan dengan pembiayaan yang dibutuhkan bagi upayapengembangan sumber daya manusia dan fisik pada sistem itu, terutamapada sistem birokrasi pemerintahan yang anggarannya diambilkan darikeuangan negara. Dewan pendidikan, para personil pendidikan di lingkunganitu, dan masyarakat semuanya mengharapkan sebuah kembalian atauhasil yang sepadan dengan biaya yang diinvestasikan dalam kegiatanpengembangan pendidikan ini.

Dua jenis pertanyaan selalu diajukan mengenai operasi setiap kegiatanorganisasional dalam pengembangan pendidikan di atas yang berhubungandengan rasionalitas administratif dan teknisnya. Pertanyaan pertamamencari informasi tentang program pengembangan apa saja yang telahdilaksanakan dan bagaimana laporan pertanggungjawaban secaraadministratifnya diterapkan; yaitu, bagaimana proses pengembanganitu direncanakan, diorganisir, diarahkan, dan dikendalikan. Pertanyaankedua mencari informasi tentang derajat keefektifan yang berhubungandengan pengetahuan teknis yang diterapkan dalam proses pengembanganitu. Dari kedua pertanyaan tersebut, sebenarnya pertanyaan tentangpertanggungjawaban secara teknis itulah yang biasanya tidak menunjukkanhasil yang signifikan.

Sementara itu untuk laporan pertanggungjawaban secara administratifdari kegiatan pengembangan pendidikan itu mudah disesuaikan agardalam laporan tersebut terlihat bahwa semua kegiatan telah dilaksanakansesuai prosedur, petunjuk teknis, dan pengalokasian dananya. Padahalyang terjadi yang sebenarnya adalah karena tidak ada atau tidak diikut-sertakannya ahli yang berkompeten dalam pengembangan pendidikanyang menguasai persoalan-persoalan substansial yang berkenaan denganperencanaan, pengimplementasian, dan pengevaluasian terhadap program-program atau kegiatan yang telah dimasukkan dalam perencanaan strategikorganisasi maka program-program atau kegiatan itu tidak dapat terlaksanasesuai dengan akuntabilitas dalam makna yang sebenarnya, bukan hanyalaporan tertulis tanpa hasilnya yang nyata.

Menurut Azyumardi Azra (1999: 40), dengan berlakunya otonomidaerah, bagi pendidikan Islam ditinjau dari sudut isinya (content) jugalebih memiliki ruang untuk mengembangkannya. Dalam konteks In-donesia, modernisme dan modernisasi sistem dan kelembagaan pendidikanIslam berlangsung sejak awal abad ke-20 ini hingga sekarang nyaris tanpa

Page 126: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

113ADMINISTRASI PENDIDIKAN

melibatkan wacana epistemologis; modernisme dan modernisasi sistemdan kelembagaan pendidikan Islam cenderung diadopsi dan diimplementasikanbegitu saja yang berlangsung secara ad hoc (sementara) dan parsial.Sebab itulah, modernisasi yang dilakukan cenderung bersifat involutif;yakni sekadar perubahan-perubahan yang hanya memunculkan kerumitan-kerumitan baru daripada terobosan-terobosan yang betul-betul bisa diper-tanggungjawabkan, baik dari segi konsep, kelangsungan hidup (viabilitas),kelestarian, dan kontinuitasnya.

Paradigma otonomi daerah juga menyentuh segi pengelolaan perguruantinggi. Arah pengembangan kurikulum pendidikan tinggi telah ditetapkanoleh Menteri Pendidikan Nasional dengan mengeluarkan Surat KeputusanNomor 232/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum PendidikanTinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Daulay (2004: 91) menjelaskanbahwa di era otonomi daerah sekarang, di samping kabupaten/kota, perguruantinggi juga diberikan otonomi untuk menentukan peranannya dalam mem-programkan kepentingan yang dianggap urgen oleh perguruan tinggitersebut sesuai dengan konteks kebutuhan daerahnya, tidak lagi terkaiterat secara kaku seperti yang telah dialami selama ini, paling tidak bobotkurikulum muatan lokalnya (institusional) semakin besar. Program studipundapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya kebebasan perguruantinggi tersebut mengatur internnya maka hal ini akan dapat dikomunikasikandengan pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten.Apa saja yang paling dibutuhkan oleh pemerintah setempat, maka kebutuhanitu dapat disuplai oleh perguruan tinggi. Di era otonomi daerah, denganadanya perguruan tinggi Islam juga berpeluang untuk mengembangkandiri sebagai lembaga pendidikan Islam yang mampu menjadi pusatpengembangan keilmuan yang mengintegrasikan agama dengan sains.

Page 127: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

114 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

BAB IV

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Zamroni ( 2003: 123-124) mengemukakan bahwa sepanjang umurkemerdekaan, bangsa Indonesia lebih banyak didominasi oleh kepemimpinanyang otoriter, baik dalam zaman orde lama, orde baru maupun orde reformasiyang menekankan pada “adi gung adi guna, sopo siri sopo ingsun”. Kepe-mimpinan bangsa dan negara Indonesia selama ini lebih cocok sebagaikekaisaran dari pada sebagai pemerintahan republik. Pejabat pemerintahtidak pernah dan tidak bisa salah. Situasi tersebut telah mendorong terjadinyatransformasi sosial yang juga menyentuh transformasi pendidikan Indo-nesia. Kemana arah dan bentuk transformasi pendidikan akan banyakdipengaruhi kepemimpinan yang muncul. Krisis ekonomi dan moneteryang menimbulkan berbagai krisis lain, seperti politik, keamanan, dankrisis kepercayaan, telah memaksa business as usual harus ditinggalkan.Cara-cara dan perilaku baru diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang sedang terjadi. Sosok kepemimpinan akan menentukanmunculnya cara-cara dan perilaku baru tersebut.

Para pejabat struktural dan fungsional pada birokrasi pendidikanmenerapkan kepemimpinan yang kuat dengan mempromosikan sebuah“norma secara kolektif”, meminimalisir perbedaan status di antara merekasendiri dan para anggota stafnya, membuka komunikasi informal, danmereduksi kepentingan yang bersifat pribadi untuk melakukan pengawasanformal agar tercapai koordinasi. Para pejabat tersebut harus mampumenemukan cara-cara untuk menanggulangi hambatan-hambatan, ketimbangmenghakimi bawahan atas hambatan-hambatan yang muncul yang meng-ganggu kinerja mereka atau hanya membuat ringkasan penilaian kompetensidari sebagian anggota personil. Sehubungan dengan hal itu, maka menjadituntutan dalam pelaksanaan tugas-tugas bagi para pejabat strukturaldan fungsional birokrasi pendidikan untuk memiliki pengetahuan, keahlian,

114

Page 128: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

115ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dan sumber daya, termasuk waktu untuk terus menyiasati secara persuasifkepada para bawahan dengan sewajarnya; namun dapat tetap memberikanruang kebebasan untuk memprakarsai dan mendukung pencapaiantujuan-tujuan pengembangan pendidikan.

Castetter (1996: 15) mengingatkan bahwa untuk mengatasi keadaanyang negatif yang dihadapi oleh sistem, kepemimpinan secara tetap akanmenghadapi tantangan baik yang bersumber dari dalam maupun luar.Pada sistem pendidikan yang telah mapan dalam menghadapi masalahyang kompleks itu selalu berupaya untuk membawanya kepada keadaanyang lebih baik melalui:

(a) Pencarian solusi dengan masalah-masalah yang terkait denganperkembangan dan keragaman kinerja organisasi.

(b) Mencocokan/menyelaraskan prioritas-prioritas perbaikan sistemyang dilaksanakan pada masa sekarang dengan prioritas-prioritasperbaikan sistem di masa depan.

(c) Pemecahan terhadap isu-isu internal, eksternal, dan profesionalyang menghalangi tercapainya kinerja personil yang diharapkan.

(d) Mengambil keputusan yang terbaik tentang bagaimana strukturpekerjaan, gaya kepemimpinan, penghargaan, uang, kekuatan,kewenangan, pengetahuan, insentif, dan pengendalian terhadapperbaikan kontribusi produktif kelompok dan individu.

(e) Pemeliharaan sistem penyatuan hubungan dalam suatu cara yangmampu menampung kepentingan bersama menjadi sebuah kekuatanpositif bagi kesatuan sistem dan orientasi tujuannya.

Menurut Manullang (2006: 55), pemimpin adalah seseorang yangmemimpin dengan memprakarsai perilaku sosial dengan mengatur,mengarahkan, mengorganisir bawahan agar menjadi tim kerjasama untukdapat mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya. Untuk kepentingantugas pemimpin ini banyak ilmuan cenderung mengemukakan sederetkualitas unggul dan sifat utama yang mesti ada dalam perilaku kepemimpinan.Misalnya memiliki kecerdasan tinggi, mampu mengambil kebijaksanaanyang tajam dan akurat, mempunyai rasa humor, mampu memikul tanggungjawab, tepa selira, biasa bertindak adil dan jujur, memiliki keterampilanteknis yang tinggi, dan lain-lain.

Page 129: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

116 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Weber (1996: 305) juga menekankan bahwa pemimpin dalamsatu organisasi yang berorientasi ke masa depan itu perlu untuk memilikipengalaman yang luas di dalam memimpin dan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan meningkatkan tanggung jawab dalam bidang-bidang seperti pelayanan terhadap sejumlah besar orang-orang, perluasandaerah layanan dan pengendalian staf-staf di bidang-bidang/seksi-seksiyang berbeda, dan mengatur anggaran-anggaran yang kompleks. Pemimpinini tidak hanya dapat mengirim produk layanan/jasa organisasi itu secaraefektif tetapi juga berpandangan tajam tentang situasi-situasi dan prospek-prospek, dalam membuat keputusan-keputusan yang tak disukai denganmengorbankan pertimbangan-pertimbangan jangka pendek jika dibutuhkanuntuk kepentingan dan sasaran jangka panjang organisasi itu, dan memikultanggung-jawab untuk keputusan-keputusan tersebut. Meskipun biasanyadalam kondisi normal di mana perubahan yang terjadi tidak bergerak begitucepat dan tingkat kompleksitasnya tidaklah teramat tinggi, maka parapemimpin itu dituntut untuk mampu menyusun program jangka pendektanpa harus mengorbankan sasaran dan nilai-nilai yang berjangka panjang.

Weber (1996: 306) menegaskan bahwa tantangan di masa depanakan memerlukan para pemimpin yang mampu untuk mengidentifikasi,mempromosikan, menguatkan, dan hidup sesuai model-model perandari nilai-nilai kunci yang pokok; ilhami kelompok-kelompok yang berbedapada tindakan bersama, dan mengakui keunggulan usaha-usaha merekadalam bekerja sama. Kualitas esensial ini dan atribut-atribut penting lainnyaitu sangat dibutuhkan bagi nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan yangdibutuhkan ada dalam diri para calon pemimpin yang dicari. Organisasimasa depan sangat memerlukan para pemimpin yang efektif, staf-staf,dan orang-orang yang menguasai bidang keahliannya. Tugas memilihpemimpin dengan kriteria sebagaimana yang telah ditetapkan itu merupakantugas terpenting bagi organisasi-organisasi yang ingin berkembang danmenjadi besar. Pemimpin masa depan harus mampu mempertimbangkandengan cepat dan berjangkauan jangka panjang di dalam visi, sasaran,dan pengambilan keputusannya untuk mengambil pertimbangan holistikyang tepat. Para pemimpin ini harus mampu untuk mengendalikan semuakaryawannya dengan karakteristiknya yang beragam itu.

Weber (1996: 307-308) juga mengemukakan bahwa banyak yangharus diseimbangkan secara bijaksana dan baik oleh pemimpin masa depan.

Page 130: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

117ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Ia harus berusaha untuk mempertimbangkan sekaligus hal-hal yang harusdilakukan segera dengan visi jangka panjangnya. Para pemimpin ini akanmembutuhkan kemampuan untuk mengenali dan melihat titik keseimbangan,baik melalui usahanya sendiri atau melalui usaha orang lain, kapan bertindakagresif dan kapan menerima pandangan orang, kapan waktu untukbergerak ke depan dan waktu untuk mempertahankan posisi, dan caraterbaik untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek tanpa mengganggutujuan-tujuan jangka panjang dan budaya organisasi. Intuisi dan kemampuanuntuk mencapai kesepakatan melalui komunikasi nonverbal akan jugamerupakan ketrampilan-ketrampilan kritis untuk pemimpin dengantugas untuk melayani tenaga-tenaga kerja, masyarakat, dan atribut-atribut kunci dari berbagai populasi yang berbeda membutuhkan pemikirankritis dan ketrampilan analitis. Kapasitas itu dibutuhkan bersamaandengan kehadiran suatu strategi dan visi yang jelas untuk masa depanyang akan menjadi sesuatu hal yang penting, seperti kemampuan untukmengatasi tekanan-tekanan yang kuat, baik internal dan eksternalyang muncul bersamaan ketika melayani publik.

Dalam perspektif kepemimpinan, perencanaan karir para personilharus dikaitkan dengan kapasitas dan kemampuan calon pemimpin itudalam pemecahan masalah-masalah yang muncul sekarang dan yangakan dihadapi pada masa depan. Hal ini sangat penting demi tercapainyavisi dan misi dari sebuah kantor atau sekolah. Para pemimpin harus dapatmenyadari bahwa ia tidak akan mampu seorang diri untuk mewujudkanvisi dan misi di lembaga yang dipimpinnya, tanpa bantuan dari parabawahannya.

Seorang pemimpin akan dapat mewujudkan visi dan misi lembagadengan bantuan dari orang-orang yang berbakat dan memiliki keahlian,bukan hanya sekadar bawahan yang penurut dan selalu menunggupetunjuk dari atasannya. Seorang pemimpin harus dapat menilai bawahannyasecara profesional dan objektif, sehingga tidak terjadi di mana para personilyang berbakat dan memiliki kemauan bekerja yang besar justru tidakdiperhatikan dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan danpelaksanaan projek karena dianggap sebagai ancaman bagi posisi dankepentingan pribadi mereka yang berkenaan dengan projek.

Humanisme didasarkan pada prinsip yang tidak dapat dibantah sebagaipenghormatan yang tidak dapat dicabut dan bersifat sakral terhadap

Page 131: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

118 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

hak-hak individual. Bila seorang pemimpin melanggar hal tersebut, makahal ini akan menjadi indikator bagi dirinya sebagai pemimpin yang tidakmemiliki kemampuan (capability) dan kelayakan (eligible) sebagai seorangpemimpin sekaligus menunjukkan kelemahannya sebagai pemimpinyang tidak visioner yang pada akhirnya dapat berdampak menurunkankredibilitas dan legitimasi kepemimpinannya.

Weber (1996) dalam buku Leader of The Future ketika mengidentifikasimaksud “menumbuhkan pemimpin masa depan” adalah hasil penanaman(implantation) yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadarandalam suatu iklim sepanjang organisasi di mana orang-orang denganaktif diberi peluang untuk mengembangkan bakat-bakat dan ketrampilan-ketrampilan mereka, kepada mereka ditunjukkan ke tantangan-tantanganprogresif dengan seksama, diberi peluang pelatihan dan studi untukmeluaskan perspektif-perspektif dan kemampuan-kemampuan mereka,dan mungkin yang paling utama dari semua itu adalah mereka diberitugas-tugas manajemen dan kepemimpinan yang memungkinkan merekadan organisasi itu untuk belajar berbagai hal yang berhubungan denganmisi organisasi itu. Dengan demikian bertumbuhlah orang-orang yangsiap mengemban tugas di setiap level manajerial sebagai para manajeryang handal, mulai dari pejabat eselon satu di suatu kantor kementerianhingga ke level-level di bawahnya; seperti para pejabat fungsional digaris depan dan spesialis-spesialis profesional, yang kesemuanya akandan harus dievaluasi.

Weber (1996: 306-307), mengemukakan bahwa peluang yang terbentangbagi para personil untuk mencoba kemampuan diri mereka dalam suatuiklim pembelajaran hal-hal yang positif, kesempatan-kesempatan bagimereka untuk menyelesaikan kesempatan semacam itu dapat hampirdikatakan tak ada akhirnya. Di dalam organisasi yang aktif, peluang tetapmuncul untuk meningkatkan, memperluas, dan menguji nilai-nilaibagi orang-orang di dalamnya yang dapat Memberi nilai tambah bagiorganisasi itu dan untuk pengalaman mereka sendiri. Ia mengungkapkanbahwa banyak dari peluang ini sungguh merupakan bagian kecil di dalamrencana organisatoris. Adakah para anggota staf diberi janji sebuahpeluang untuk mengurus dan melayani di gugus-gugus tugas dan panitia-panitia di mana pemikiran dan penilaian mereka dapat menemukantempat untuk mengungkapkannya? Apakah mereka mengambil beberapa

Page 132: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

119ADMINISTRASI PENDIDIKAN

menit pada pertemuan-pertemuan manajemen atau konferensi-konferensi?Adakah mereka diberi tugas-tugas yang akan mengangkat diri merekake bagian organisasi yang sesuai harapan mereka? Apakah para manajermengambil banyak waktu untuk serius mendiskusikan tentang pemikirandan perasaan mereka terhadap pekerjaannya, pengalaman-pengalamanseperti apa yang mereka minati untuk dimiliki bagi rencana karir mereka?

A. Aspek dan Penyusunan Model Kepemimpinan1. Aspek Tuntutan Perubahan dan Tantangan Masa Depan

Aspek kepemimpinan ini mempengaruhi pola dan gaya kepemimpinan.Terdapat beberapa teori yang melandasinya, yaitu:

a. Teori Kemungkinan yang menekankan pada kepemimpinansesuai dengan konteks spesifik. Menurut teori ini apa yang dianggapsesuai untuk satu konteks belum tentu sesuai dengan yang lain.Teori ini menggunakan pendekatan yang memperhatikan efektivitasinteraksi variabel-variabel berikut:

1. Kejelasan tugas: tujuan, struktur organisasi2. Gaya kepemimpinan: disenangi, dan berkarakter3. Hubungan: antara pemimpin dan pengikut, termasuk gaya dan

ekspektasi satu sama lain4. Lingkungan, termasuk sistem regulasi organisasi

b. Pendapat George G. Weber yang mengemukakan bahwa kapasitaskepemimpinan di masa depan menunjukkan level internasional yangmenuntut dari seorang pemimpin karakter sebagai berikut: memilikipengalaman bekerja di suatu spektrum lebar dari berbagai kultur;seperti Arab, Eropa, Persia, India, Jepang, Cina, Melayu, dan Afrika,memiliki bekal ilmu dan keahlian di bidang manajemen strategis,kemudian menguasai kecakapan komunikasi dalam multi bahasa;internasional maupun lokal, selanjutnya mampu memecahkan masalahyang timbul kapanpun, di manapun, yang bagaimanapun, melaluiproses pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat, dan yangtidak kalah pentingnya adalah memiliki visi ke masa depan

c. Teori Gaya Kepemimpinan yang mengemukakan bahwa gayakepemimpinan sangat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, dansaling terkait dengan kondisi lingkungan dalam menggerakan bawahannya.

Page 133: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

120 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Teori ini menekankan pada pentingnya menyesuaikan gaya memimpindalam satu situasi tertentu/baru.

d. Ronald Heifetz dan Laurie (1998) berpendapat, kepemimpinanmasa depan adalah seorang pemimpin yang adaptif terhadap tantangan,peraturan yang menekan, memperhatikan pemeliharaan disiplin,memberikan kembali kepada para karyawan, dan menjaga kepemimpinannya.Ditambahkan, kepemimpinan harus selalu menyiapkan berbagaibentuk solusi dalam pemecahan masalah tantangan masa depan.

e. White Hodgson, dan Crainer (1997) berpendapat, kepemimpinanmasa depan adalah pemimpin yang terus belajar, memaksimalkanenergi dan menguasai perasaan yang terdalam, kesederhanaan,dan multifokus

f. Teori Ekologi yang berpendapat bahwa seorang pemimpin lahirkarena ia memiliki bakat-bakat sebagai seorang pemimpin dan bakattersebut dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan (train-ing) serta diberikan kesempatan untuk melaksanakan kepemimpinannya.Dengan demikian teori ini merupakan perpaduan antara teori genetisdan teori sosial. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari keduateori tersebut.

g. Model Kepemimpinan Managerial Grid. Dalam model kepe-mimpinan manajerial grid yang disampaikan oleh Blake dan Mou-ton dalam Robbins (1996) memperkenalkan model kepemimpinanyang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian padaorang. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini kemudian difor-mulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan9. Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpinselain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akandicapainya juga dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadaphubungan kerja dengan manusia sebagai bawahannya. Artinyabahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaiantugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya,sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadaptugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan prosedurpenyelesaian tugas, maka saat itu juga pemimpin harus memperhatikanpola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik.

Page 134: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

121ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam menganalisis strategi kepemimpinan pada aspek ini, adabaiknya bila kita awali dengan pendapat Michael Hammer, “ApabilaAnda berpikir bahwa Anda baik-baik saja, Anda akan tergusur. Keberhasilandi masa silam, tak dengan sendirinya merupakan keberhasilan di masadepan. Resep keberhasilan di masa silam, bila diterapkan, boleh jadi akanmenjadi sumber kegagalan di masa depan. Dalam lingkungan yang terusberubah, Anda tidak memerlukan struktur organisasi yang kaku. Andamemerlukan struktur organisasi yang memungkinkan Anda mudahmenyesuaikan diri. Menurut Rossbeth Moss Kanter (1994), dalam menyusunstrategi kepemimpinan untuk menghadapi tantangan masa depan yangsemakin kompleks dan berkembang semakin dinamis, diperlukan kompetensikepemimpinan berupa conception yang tepat, competency yang cukup,connection yang luas, dan confidence.

Strategi kepemimpinan masa depan menekankan pada pemanfaatansumber daya manusia, sehingga seorang pimpinan dituntut untuk mampumerasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaanemosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yangmanusiawi. Dalam kaitannya dengan adaptasi terhadap perubahan,ditekankan pada pemanfaatan sumber daya manusia. Untuk itu, perludikembangkan peraturan-peraturan baru, hubungan dan kerjasamayang baru, nilai-nilai baru, perilaku baru, dan pendekatan yang baruterhadap pekerjaan. Pelaksanaan tugas secara optimal didasarkan ataskerelaan dan partisipasi aktif para karyawan, dan kebutuhan, aspirasi,dan gagasan serta pendapat konstruktif dari para karyawan diperhatikan,diakomodasi, walaupun pada suatu waktu diperlukan juga pengarahandari pimpinan. Hindari kepemimpinan Laizzes-faire yang dapat menyebabkanorganisasi bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah. Pemimpinmasa depan melihat dirinya sebagai Longlife Learner dan bukan berambisimenjadi Longlife Leader.

Kepemimpinan masa depan harus mampu:

a. Menginspirasi karyawan mencapai kemungkinan- kemungkinanyang tidak terbayangkan sebelumnya

b. Menyelaraskan tujuan individu dan organisasic. Memandang ancaman dan persoalan sebagai kesempatan untuk

belajar dan berprestasid. Menggunakan kata-kata yang membangkitkan semangat

Page 135: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

122 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

e. Menampilkan visi yang menggairahkanf. Menantang karyawan dengan standar yang tinggig. Berbicara optimis dan antusiash. Memberikan dukungan terhadap apa yang perlu dilakukani. Memberikan makna pada apa yang dilakukanj. Menjadi model peran bagi karyawank. Menciptakan budaya dimana kesalahan yang terjadi dipandang

sebagai pengalaman belajarl. Menggunakan metafora menjadi mentor

Strategi kepemimpinan masa depan menekankan pada pemanfaatansumber daya manusia, sehingga diperlukan cara-cara memotivasi pengikutdalam kepemimpinan transformational:

a. Membuat para pengikut lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu pekerjaan

b. Mendorong para pengikut untuk lebih mementingkan organisasiatau tim daripada kepentingan diri sendiri

c. Mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada yang lebih tinggi

3 (tiga) komponen kepemimpinan transformasional:

a. Kharisma; proses yang padanya seorang pemimpin mempengaruhipara karyawan dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat danidentifikasi dengan pemimpin tersebut

b. Stimulasi intelektual; proses yang padanya pemimpin meningkatkankesadaran para karyawan terhadap masalah-masalah dan mempengaruhipara karyawan untuk memandang masalah dari sebuah perspektifyang baru.

c. Perhatian yang terindividualisasi. Memberi dukungan, membesarkanhati, dan memberi pengalaman-pengalaman tentang pengembangankepada para karyawan

Solusi bagi kepemimpinan di masa depan yang mampu meresponterhadap tuntutan perubahan dan tantangan masa depan adalah mem-persiapkan pemimpin-pemimpin yang mampu mengelola organisasidengan kompleksitas strukturnya yang juga berarti memiliki multi departemen

Page 136: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

123ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dan fungsi di dalamnya yang menuntut banyak jenis keahlian dari seorangpemimpin. Demikian pula dengan distribusi dan hierarki unit organisasiyang tersebar di berbagai negara di berbagai belahan dunia dengan kulturnyayang beragam; seperti pada organisasi Palang Merah Internasional (RedCross International) atau Bulan Sabit Internasional (Mer-C Interna-tional). Perubahan-perubahan sosial dan budaya yang cepat, juga menuntutkesiapan bagi pemimpin di masa depan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan baru yang belum pernah dijumpai di masa-masa sebelumnya.

Model kepemimpinan manajerial grid sangat sesuai bagi pemimpinmasa depan, walaupun kadang-kadang dalam situasi sangat ekstrimdan kritis, pemimpin di sini harus mampu memimpin dengan tipe kepemimpinanotokratis dengan ciri: Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuanorganisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak maumenerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaanformalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakanpendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.Di samping itu, pemimpin-pemimpin masa depan harus berani memikulresiko atas keputusan dan kebijakan kritis dan sulit yang diambilnya,dan berani mengahadapi kendala-kendala birokratis di negara-negarayang terdapat unit organisasinya untuk mencapai tujuan dan misi danorganisasi yang menjadi dasar bagi aktivitas organisasi yang telah disepakatidan ditetapkan.

Mengapa model kepemimpinan manajerial grid yang paling cocokdi sini? Karena pemimpin masa depan itu akan banyak bekerja di tengahorang-orang/karyawan dari berbagai tempat, etnis, budaya/keyakinan,dan keahlian/keilmuan yang sangat beragam. Komunikasi teknis danpersonal sangat dituntut dari seorang pemimpin agar dapat berlangsungsecara efektif. Kemudian, karena masa depan berikut segala perubahandan tantangannya itu hanya dapat diprediksikan tanpa dapat ditentukansecara pasti, maka pemimpin masa depan harus selalu belajar dari pengalaman-pengalaman kerjanya yang berhadapan dengan sejumlah besar variabelyang saling terkait satu sama lain yang menuntutnya untuk memilikikeahlian di bidang manajemen strategis. Dari sini seorang pemimpinmasa depan juga mestilah seorang yang memiliki visi ke depan, karenaia merupakan salah satu aktor yang memiliki peran di masa depan yangmenuntut kretivitas dan inovasi dalam pelaksanaan tugasnya.

Page 137: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

124 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. Aspek Keterpercayaan, Profesionalisme serta Prinsip-Prinsip Keadilan dan Demokrasi

Aspek kepemimpinan ini merupakan prinsip dasar yang harus di-perhatikan dalam pengembangan kompetisi dan strategi dasar kepemimpinan.Terdapat beberapa teori yang melandasinya, yaitu:

a. Teori Kepemimpinan Ohio. Dalam penelitiannya, UniversitasOhio melahirkan teori dua faktor tentang gaya kepemimpinan yaitustruktur inisiasi dan konsiderasi (Hersey dan Blanchard, 1992). Strukturinisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkanhubungan antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upayamembentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atauprosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacukepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaantimbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antarapemimpin dengan anggota stafnya (bawahan).

b. Tipe Kepemimpinan Demokratis. Tipe kepemimpinan ini memilikikarakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahanselalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhlukyang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingandan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi daripada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkankritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasamadan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikankebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuatkesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagiberbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuatkesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannyalebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitasdiri pribadinya sebagai pemimpin.

c. Teori Pandangan Mengenai Wajah Positif Kekuasaan (DavidMcGlelland) yang berpandangan bahwa manajer akan mendoronganggota kelompok yang mengembangkan kekuasaan dan kompetisiyang mereka perlukan untuk sukses sebagai individu dan sebagaianggota dari organisasi.

d. Teori Warren Bennis yang berpandangan bahwa “Manajer adalah

Page 138: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

125ADMINISTRASI PENDIDIKAN

orang yang mengerjakan hal-hal secara benar, sedangkan pemimpinadalah orang yang mengerjakan hal-hal yang benar” .

e. Teori Covey yang berpandangan bahwa sasaran pengembanganbudaya kepemimpinan diarahkan pada pengembangan dalam prinsipdasar : (1) Budaya belajar, (2) orientasi kerja pada peningkatankualitas pelayanan, (3) mengembangkan energi positif, (4) menumbuhkansikap saling percaya, (5) menciptakan equilibrium, (6) kerjakerasdan berpetualang dalam bekerja, (7) membangun inovasi dan kreativitas,dan (8) berlatih untuk memperbaiki diri.

f. Teori Burns (1978) yang berpandangan bahwa pemimpin danpengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasiyang lebih tinggi. Tanda kehancuran pemimpin, ketika ia hanyamemikirkan kepentingan sendiri, dan mengerjakan segalanya sendiri.Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampumempengaruhi, memberdayakan dan mensinergikan kemampuandan karakteristik karyawan dengan kepentingan organisasi.

Di sini dalam strategi untuk menumbuhkan keterpercayaan, pro-fesionalisme, dan prinsip-prinsip keadilan dapat kita ambil pelajaran,di antaranya dari surat untuk Amirul Mukminin dari Ubadah bin Jar-rah dan Muadz bin Jabal sebagai berikut: “Engkau menanggung urusanummat. Di depanmu ada kawan dan lawan, ada yang mulia dan yangpapa, yang kuat dan yang lemah. Semua berhak mendapatkan pengayomandan keadilan darimu. Kami mengingatkan kepadamu akan suatu haridimana semua rahasia manusia di tampakan dan wajah-wajah tundukdi hadapan Yang Maha Kuasa”.

Kriteria pemimpin yang sukses mengatur strategi dasar kepemimpinanuntuk memenangkan setiap kompetisi:

a. Orang yang selalu merasa diawasi oleh Allah dalam berbagai haldan mempunyai perasaan takut pada Allah swt

b. Profesional, yakni memiliki keahlian di bidangnya

Kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan terletak pada kekuasaanatau kecerdasan dan keterampilannya, tapi terletak pada teladan dankekuatan pribadinya, sebagaimana pada kepemimpinan RasulullahMuhammad Saw. Oleh karena itu para pemimpin hendaknya bisa menjadi

Page 139: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

126 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

contoh teladan bagi bawahan dan masyarakatnya. Yang perlu diperhatikandalam membangun teladan, adalah kita tidak ragu dan harus yakindengan kebenaran contoh serta harus memulai dengan cara mengamalkannya.Teladan, dapat menggerakan orang tanpa ia harus bergerak.

Pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak anggota kelompok,mau mengadakan perubahan, bersikap bersahabat, dapat didekati dandemokratis. Kemudian pemimpin memberikan tugas tertentu kepadaanggota kelompok yang sesuai dengan keahlian yang mereka kuasai,pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi tata tertib dan peraturanstandar, dan pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang hal-hal yang diharapkan dari mereka.

Anoraga (1992: 27) mengungkapkan bahwa bekerja pada hakikatnyauntuk kepentingan diri sendiri dan kepentingan pihak lain. Bekerja disamping untuk memenuhi kebutuhan materi dan kepuasan batiniah,pada hakikatnya lebih merupakan perintah Tuhan. Di sinilah sumbermotivasi yang bisa membimbing dan memberi arahan semangat pengabdian/dedikasi. Kemudian, bekerja sebenarnya juga tidak hanya sekadar mengejarkekayaan menuruti hawa nafsu, akan tetapi aktivitas tersebut harusdilandasi idealisme. Antara bekerja dan idealisme tidak dapat dipisahkan.Keduanya saling memberi semangat dan nafas untuk menciptakansuasana lebih positif. Jika salah satu ditinggalkan sangat naif. Di lainpihak, bekerja merupakan proses belajar sepanjang masa.

Pemimpin mengambil keputusan dan tindakan untuk kepentinganbawahannya agar dapat maju dan berkembang secara bersama-sama.Mereka adalah orang yang membangun komitmen terhadap sasaranorganisasi dan memberi kepercayaan kepada para karyawan untukmencapai sasaran-sasaran tersebut. Pelaksanaan program pelatihanyang disusun sesuai kebutuhan dan bentuk kinerja yang dibutuhkanbagi kekuatan kompetitif organisasi. Penempatan para karyawan sesuaibakat, minat dan kemampuannya. Adanya jaminan kepercayaan kepadasemua pihak. Hidup dan bekerja dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsipyang jelas. Organisasi memiliki standar kinerja yang ditopang olehvisi, misi, program dan strategi yang jelas dan terukur. Memiliki mekanismekerja yang mampu membangkitkan motifasi dan kinerja karyawanuntuk mendukung kemampuan kompetitif organisasi.

Page 140: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

127ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Kepemimpinan pada aspek keterpercayaan, profesionalisme sertaprinsip-prinsip keadilan dan demokrasi ini menekankan pada pengaruhantar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkanmelalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuantertentu untuk memenangkan kompetisi. Solusi kepemimpinan padaaspek ini yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melaluipeningkatan profesionalisme karyawan, karakter karyawan, dan budayaorganisasi yang demokratis dan berkeadilan yang akan menumbuhkanketerpecayaan dari seluruh anggota, sehingga kinerja yang kompetitifdari organisasi akan berkembang.

Model kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan dan tipe pemimpindemokratis yang paling tepat untuk meningkatkan partisipasi para anggotasehingga organisasi berkembang dan memiliki keunggulan kompetitif.Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratisbukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikianadalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusahamenjadi seorang pemimpin yang demokratis. Kemudian juga diperlukanModel Kepemimpinan Terintegrasi yang merupakan kepemimpinanterpusat yang mengintegrasikan tindakan orientasi tugas, perhatiantim dan individu untuk menghasilkan keunggulan kompetitif organisasi.Kepemimpinan di sini merupakan pembentukan awal serta pemeliharaanstruktur dalam harapan dan interaksi. Selain itu, Model kepemimpinanpada aspek ini yang dapat juga dikembangkan adalah KepemimpinanAndragogik yang diharapkan dapat membuat perubahan karakter, yaknisifat yang melekat pada kepribadian para karyawan.

3. Aspek Pengembangan Pola Dasar Kepemimpinan

Aspek kepemimpinan ini selalu terkait dengan agama, filsafat,psikologi dan sosial budaya. Ditinjau dari sisi, kepemimpinan itu merupakanamanat/titipan yang harus dipertanggung-jawabkan kepada pemberiamanat, baik kepada manusia dan terutama kepada Allah swt sebagaiSang Pencipta (al-Khaliq). Motif dasar kepemimpinan adalah ibadat dalamrangka Mardhatillah. Prinsip dasar kepemimpinan dalam Islam adalahkeadilan, kejujuran, kebenaran, kebermaknaan dan kebermanfaatan.Kedudukan pemimpin bukan sebagai penguasa, tapi sebagai pelayanyang bertugas membantu kesulitan umat untuk menemukan konsep

Page 141: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

128 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dan jati dirinya secara benar. Kepemimpinan hakikatnya sebagai amanatdan pertanggungjawaban.

Pendekatan psikologi dalam kepemimpinan di sini memperhatikan:

a. Daya pengaruh bersumber dari kemampuan dan kharisma

b. Terkait dengan kematangan pribadi (Stabilitas emosi, kemampuanmengen-dalikan diri, memiliki energi positif dan selalu berpikirpositif, optimis, bertindak secara proporsional)

Aspek kepemimpinan yang bersifat sosiologis di sini memperhatikanhal-hal sebagai berikut:

a. Kehidupan masyarakat, sarat dengan kepentingan

b. Kepentingan selalu berkembang sejalan dengan tuntutan perubahan

c. Untuk menghindari konflik kepentingan, diperlukan upaya untukmengatur sikap, pemikiran dan perilaku anggota masyarakat/ stafdan bawahan

d. Untuk menyesuaikan dengan tujuan organisasi, diperlukan upayauntuk menertibkan perilaku yang menyimpang

Kepemimpinan dalam suatu masyarakat berkaitan erat denganbudayanya, misalnya dalam kepemimpinan orang Jawa terkait denganbudaya tut wuri handayani, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso(di belakang mengikuti, di depan memberi teladan, di tengah memberisemangat) Kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantaraini menyiratkan harmonisasi perpaduan model kepemimpinan Likert’syang meliputi sistem konsultatif, sistem partispatif, model kepemimpinandengan keteladanan, kepemimpinan dan tipe pemimpin demokratis,dan model kepemimpinan manajerial grid.

Terdapat beberapa teori yang melandasinya, yaitu:

a. Teori Confucius dan Asoka mendorong orang-orang yangmemegang kekuasaan untuk menjadi pendorong terciptanya moralyang tinggi bagi para pengikutnya.

b. Filsafat– Arete yang mengajarkan kebaikan yang berfungsi danmenjadi inti keunggulan sesuatu. Namun dalam filsafat positivismenyaAugust Comte; Arete hanya berlaku untuk hal-hal yang bersifatempiris dan kongkret, tidak termasuk pada hal-hal yang transendental

Page 142: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

129ADMINISTRASI PENDIDIKAN

atau mitos. Bila sesuatu menunjukan fungsinya, dan fungsi itu berjalandengan baik, artinya “sesuatu itu” mempunyai arete. Contoh: fungsipensil adalah direncanakan untuk menulis, dan kemudian berjalansebagaimana mestinya. Ia punya arete. Lain halnya bila digunakanuntuk penyambung tiang. Arete pada manusia menjadi ciri keberanian,keteguhan, dan kekuatan.

Penyusunan strategi pengembangan pola dasar kepemimpinandalam suatu masyarakat biasanya sangat dipengaruhi oleh budayanyayang dikembangkan dari nilai-nilai agama dan filsafat yang berkembangpada masyarakat tersebut, contohnya: pada masa kerajaan-kerajaanHindu-Buddha di Jawa, sistem kepemimpinan dibangun di atas landasanbudaya Jawa yang bersumber dari nilai-nilai agama Hindu-Buddha yangmempengaruhi mitologi dan kosmologi pemimpin dan masyarakat Jawaketika itu. Budaya kepemimpinan kerajaan Jawa ketika itu bersifat diskriminatifdan feodal karena didominasi oleh pengaruh ajaran Hindu dengan kasta-kastanya itu dan sejarah perkembangan agama Hindu di India pada awalkemunculannya. Pada abad ke-15 M, di masa kerajaan Demak Bintoroyang Islam, pengaruh ajaran Islam sangat kental mewarnai perubahanbudaya masyarakat Jawa. Pada masa itu terjadi institusionalisasi Islam.Masa kepemimpinan Islam kerajaan Demak Bintoro sangat singkat, hanyadua generasi saja, yaitu masa Raden Patah dan Sultan Trenggono, dansetelah itu terjadi dinamika dan regangan “dialog” budaya antara Jawa kuno(Jawa Hindu-Buddha) dengan Jawa Islam yang terus berlangsung lama.

Seorang pemimpin hendaknya dapat memahami kepribadian setiapkaryawannya, sehingga dapat berkomunikasi secara lancar denganmereka dan dapat memberikan tugas yang paling sesuai dengan keadaanmereka. Pemimpin yang demikian akan mencintai bawahannya karenamenerima mereka apa adanya dari kelebihan maupun kekurangan merekadan pemimpin ini dicintai oleh bawahannya karena mereka semua merasadibutuhkan, sebagaimana dalam sabda Rosulullah Saw dari ’Auf binMalik: “Imam yang terbaik adalah mereka yang mencintaimu dan kamumencintai mereka. Mereka mendoakanmu dan kamu mendoakan mereka.Imam yang paling buruk adalah (mereka) yang kamu benci dan merekamembencimu; kamu mengutuk mereka dan mereka mengutukmu”.Bertanya seseorang: “Ya Rosulullah, bolehkah kami menyingkirkan denganpedang? Jawab Rosul, “Tidak... selama mereka masih shalat bersama

Page 143: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

130 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

kamu. Apabila kamu melihat suatu tindakan (kebijaksanaan) yang tidakbaik dari pembesarmu, tentanglah/proteslah tindakannya, dan janganlepas tangan tidak taat (terhadap kebijakan yang baik) (HR. Muslim.No. 1821)

Dalam tipologi kepribadian menurut Heymans, menyatakan bahwamanusia itu sangat berbeda-beda kepribadiannya, dapat dikatakan sebanyakorangnya, namun secara garis besar dapat digolongkan ke dalam tipe-tipe tertentu. Adapun yang dipakai sebagai dasar penggolongannya ialahtiga macam kualitas kejiwaan yaitu:

(1) Emosionalitas (emosionaliteit). Atas dasar ini manusia digolongkanmenjadi dua macam, yaitu: (a) golongan yang emosionalitasnyatinggi, (b) golongan yang emosionalitasnya rendah.

(2) Proses pengiring. Atas dasar ini manusia digolongkan menjadi duamacam, yaitu: (a) golongan yang proses pengiringnya kuat, (b)golongan yang proses pengiringnya lemah.

(3) Aktivitas (activiteit), yaitu banyak sedikitnya orang menyatakan diri,menjelmakan perasaannya, dan pikiran-pikirannya dalam tindakanyang spontan. Atas dasar ini manusia digolongkan menjadi dua macam,yaitu: (a) golongan yang aktif, (b) golongan yang tidak aktif.

Menurut tipologi kepribadian Heymans itu, tipe kepribadian or-ang dapat diidentifikasi sebagai berikut: orang hebat, sentimental, nervous,phlegmatis, sanguinis, choleris, melancholis, apatis, dan amorph. Bilaseorang pemimpin memiliki pengetahuan psikologis ini, ia akan lebihmudah untuk menggerakkan bawahannya secara maksimal, dengantingkat resiko pertentangan dan pembangkangan yang minimal.

Solusi kepemimpinan pada aspek pengembangan pola dasar kepe-mimpinan ini, yaitu dengan menumbuhkan kesadaran bagi para pemimpintentang alur proses kepemimpinan, di mana teori dan konsep kepemimpinanitu lahir dipengaruhi dan terkait agama, filsafat, psikologi, sosial, danbudaya. Konsekuensinya, bagi seorang pemimpin untuk menyusun danmenerapkan model kepemimpinannya, maka idealnya ia harus mengertidan memahami prinsip-prinsip dasar ilmu terkait agama, filsafat, psikologi,sosial, dan budaya. Seorang pemimpin, di sini juga kembali dituntutkemampuannya dalam bidang manajemen strategis untuk menciptakan

Page 144: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

131ADMINISTRASI PENDIDIKAN

proses perubahan dan peningkatan kinerja setiap unit yang akan menghasilkanmutu terpadu melalui Total Quality Manajemen (TQM).

Sikap dan budaya kepemimpinan yang mendukung di sini adalah:

a. Sikap terbuka untuk dikritik pada pemikiran dan perilakunya secaraperiodik

b. Selalu belajar dari kegagalan diri dan yang dilakukan oleh orang lainc. Budaya membantu kesulitan orang lain dan budaya melayani

Pola dasar kepemimpinan yang dapat dikembangkan dan modelkepemimpinan yang dapat ditawarkan sebagai alternatif yang didasarkanpada aspek ini hampir meliputi seluruh model dan teori kepemimpinan,seperti model kepemimpinan manajerial grid, model kepemimpinan dengangaya kepemimpinan dan tipe pemimpin demokratis, model kepemimpinanterintegrasi, model kepemimpinan andragogik, model kepemimpinanotokratis, model kepemimpinan kontinum (otokratis-demokratis), modelkepemimpinan Ohio yang ditinjau dari sisi struktur inisiasi dan konsideransinya,model kepemimpinan Likert’s, model kepemimpinan partisipatif, modelkepemimpinan transformasional, dsb.

4. Aspek Pola Kepemimpinan

Aspek kepemimpinan ini dikembangkan secara fleksibel sesuai dengankondisi dan tuntutan perubahan. Pola kepemimpinan di masa stabiltentu akan berbeda dengan pola kepemimpinan dalam keadaan darurat.

Terdapat beberapa teori yang melandasinya, yaitu:

a. Teori Kepemimpinan Transformasional (Bass, 1985). Teoriini menyatakan kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja,motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikanbawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerjauntuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformasionalterjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangunkesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas danmeningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorongperubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentinganorganisasi.

Page 145: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

132 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

b. Teori Fred Fiedler & Martin Chemers yang menyatakan bahwapenentu sukses atau gagalnya suatu organisasi/pemerintahan adalah“kepribadian dan kualitas kepemimpinan”.

c. Teori Kepemimpinan Situasional. Teori ini mengajarkan, salahsatu unsur penentu yang terpenting dari perilaku kepemimpinanadalah tingkat perkembangan bawahan atau anggota organisasi;baik secara psikologis, fisik, maupun bakat.

d. Teori Kepemimpinan Transformasional Berbasis Nilai(Values-Based Transformational Leadership). Teori ini lebihluas pendekatannya dalam memahami kepemimpinan dari pemimpinsampai pada penomena kepemimpinan. Pada teori ini diuji hubunganantara pemimpin dengan pengikut dalam hal kemauan untuk berbagisebagai sesama anggota organisasi, tujuan bersama, nilai, idealisme,tujuan, serta makna yang ingin diraih organisasi dan personal.

Terdapat tiga teori utama yang merupakan rangkaian ide-ide evolusipemikiran kepemimpinan yang menyandarkan diri pada metodologiuntuk memahami kepemimpinan reduksionis dengan cara mengumpulkandata tentang pemimpin dan situasi, yaitu:

1. Teori Sifat (Trait Theory) yang melihat pada pertanyaan pokok siapakahsosok pemimpin itu? (the leader is). Menurut teori ini keberhasilansuatu organisasi/pemerintahan tergantung pada sifat-sifat dan kualitaspemimpinnya.

2. Teori Perilaku (Behavior Theory) yang memfokuskan perhatiannyapada pertanyaan penting apa yang dilakukan oleh pemimpin itu? (theleader does). Menurut teori ini keberhasilan suatu organisasi/pemerintahantergantung pada apa yang dapat dilakukan oleh pemimpinnya.

3. Teori Situasional (Situational Theory) yang menaruh perhatiannyapada pertanyaan utama bagaimana situasi pada waktu itu yangdihadapi pemimpin? (in which situation a leader is effective). Menurutteori ini keefektifan upaya dan hasil yang dapat dicapai oleh pemimpindidukung oleh kemampuan pemimpin dalam membaca denganjeli situasi di tempat kerjanya.

Dalam menganalisis strategi pengembangan pola kepemimpinansituasional yang merupakan unsur-unsur terpenting untuk kita perhatikan

Page 146: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

133ADMINISTRASI PENDIDIKAN

adalah tingkat perkembangan bawahan atau anggota organisasi; baiksecara psikologis, fisik, maupun bakat yang menentukan perilaku kepe-mimpinan. Kemudian dalam merencanakan dan menerapkan strategitersebut juga perlu mempertimbangkan dimensi waktu. Beberapa taktiktidak efektif pada suatu kesempatan tetapi malah tepat jika pada kesempatanyang lain. Ini menawarkan pengembangan tahapan-tahapan kerangkakerja seiring dengan perjalanan waktu. Kerangka kerja strategi ini men-dukung kita untuk melintasi batas kultural kita dan belajar untuk berpikirsecara historis menjadi seperti apa kita seharusnya.

Pada aspek pola kepemimpinan ini memperhatikan prinsip pertimbanganindividual (individualized consideration), yaitu:

a. Mempedulikan, memikirkan dan mengidentifikasi kebutuhan karyawanb. Mengidentifikasi kemampuan karyawanc. Membangkitkan dan memberi kesempatan belajard. Melatih dan memberikan umpan balik pengembangan diri bagi karyawannyae. Mendengar karyawan dengan penuh perhatian, Mendelegasikan

wewenangf. Memberdayakan karyawan merupakan kunci sukses.

Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) ber-pendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapacara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut denganperilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrimlainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis,pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atauwewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas beradadi tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilankeputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh,sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaatantara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasanpada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

Sedangkan pada perilaku kepemimpinan demokratis memperolehsumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadijika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan

Page 147: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

134 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team workuntuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbukabagi diskusi dan keputusan kelompok.

Model kepemimpinan seperti di atas dikenal dengan Kontinum(Otokratis-Demokratis) yang menunjukkan perilaku kepemimpinanyang memiliki kecenderungan dengan adanya keberlanjutan dari perilakuyang otokratis hingga penerapan perilaku yang demokratis. Tannenbaundan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) mengelompokkannyamenjadi tujuh kecenderungan perilaku kepemimpinan.

Pemimpin adalah seseorang yang memimpin dengan memprakarsaiperilaku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir bawahanagar menjadi tim kerjasama untuk dapat mencapai tujuan organisasiyang dipimpinnya. Untuk kepentingan tugas pemimpin ini banyak ilmuancenderung mengemukakan sederet kualitas unggul dan sifat utamayang mesti ada dalam perilaku kepemimpinan. Misalnya memiliki kecerdasantinggi, mampu mengambil kebijaksanaan yang tajam dan akurat, mempunyairasa humor, mampu memikul tanggung jawab, tepa selira, biasa bertindakadil dan jujur, memiliki keterampilan teknis yang tinggi, dan lain-lain.

Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gayakepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan(b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai: k = f (p,b, s). Menurut kedua ahli tersebut, pimpinan (p) adalah seseorangyang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukanunjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuanorganisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyaikecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilanyang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual.Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakananggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siapmelaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama gunamencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai perananyang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantungkepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpin dituntutuntuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.

Page 148: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

135ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatukeadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikutikehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasimisalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunyatidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memangsituasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhigaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasimerupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akanmenentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

Solusi kepemimpinan pada aspek ini bersifat situasional, oleh karenaitu diperlukan penerapan Gaya Kepemimpinan yang merupakan kombinasidari:

1. Tipe Demokratis2. Tipe Otokratis3. Tipe Pseudo Demokratis/ Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik)

Gaya kepemimpinan demokratis dan model kepemimpinan Ohioyang ditinjau dari sisi struktur inisiasi dan konsideransinya merupakanmodel kepemimpinan yang paling sesuai bagi pola kepemimpinan dimasa stabil, di mana semua unit dari struktur organisasi beserta komponen-komponen organisasi telah berjalan dengan baik, tanpa hambatan,tantangan, dan konflik internal yang berarti. Semuanya berjalan dalamsuatu rutinitas.

Namun sikap yang membantu seseorang untuk menjadi pemimpindalam suatu situasi, belum tentu berlaku dalam situasi-situasi yang lain,oleh karena itu seseorang yang menunjukkan sikap yang baik dalamsuatu situasi, belum tentu menunjukan sikap yang sama dalam situasiyang lain. Dengan demikian kepemimpinan berarti akan beralih darisituasi ke situasi.

Sesuai dengan kenyataan di atas, dalam situasi darurat modelkepemimpinan kontinum (otokratis-demokratis) nampaknya merupakanmodel kepemimpinan yang paling sesuai. Di sini dibutuhkan kearifandan kecermatan seorang pemimpin yang piawai untuk bergerak dengandilandasi keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual dalam menentukanperilaku kepemimpinan untuk menyelamatkan organisasi dari kemunduran

Page 149: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

136 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

maupun ancaman kehancuran. Karena dalam situasi darurat, masalahdan ancaman yang timbul datang baik dari dalam maupun dari luar.Dari dalam dapat berupa ketidakpatuhan, rendahnya loyalitas hinggarongrongan anak buah yang kehilangan kepercayaan terhadap kemampuankepemimpinan organisasi. Sedangkan dari luar dapat berupa semakinmenguatnya daya kompetisi organisasi pesaing, citra organisasi pesaingyang semakin tinggi yang ditandai kepercayaan publik terhadap produkmereka, dan keunggulan team work maupun sumber daya manusianya,atau dapat juga perubahan lingkungan yang berlangsung secara cepatdan tiba-tiba yang mengancam eksistensi organisasi.

Dalam situasi yang kritis, seorang pimpinan harus tegas dan beraniuntuk menjalankan model kepemimpinan otokratis. Ia harus mampumembangun team work yang terdiri atas orang-orang yang memiliki tujuandan visi yang sama bagi perkembangan organisasi, yang hal ini berartimerupakan langkah untuk tidak menyertakan orang-orang yang lemahdan tidak sepaham dengan tujuan organisasi dalam proses kepemimpinan.Pemimpin harus berani mengambil keputusan yang benar dengan penuhkeyakinan dan kepercayaan diri, sekalipun keputusan itu kontroversialdemi kuatnya organisasi.

Dalam keadaan darurat, seorang pemimpin jangan pernah melakukansesuatu tanpa perhitungan dan harus selalu konsisten agar tetap berwibawa,seperti misalnya dalam seni kepemimpinan raja-raja Jawa. Seorangraja harus memiliki, sabda pandhita ratu, tan kena wolak-walik,artinya,raja harus memegang teguh satu kata dan perbuatan.

5. Aspek Pemimpin Yang Besar

Aspek kepemimpinan ini umumnya lahir dari lingkungan dalamkeadaan chaos. Pelaut ulung pun tidak lahir dari pantai yang tenang,tapi dibesarkan dalam samudra lautan yang bergelombang dahsyat.

Terdapat beberapa teori yang melandasinya, yaitu:

a. The Great Man Theory. Menurut teori ini orang bisa berhasilmenjadi pemimpin yang baik, karena memang dilahirkan demikian.Sebab kemunculan The Great man theory:

1. Anggapan / keyakinan sebagian masyarakat.

Page 150: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

137ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. Sebagai konsekwensi dari anggapan studi awal tentang kepribadianyang diyakini sifatnya bawaan.

b. Teori Darwinisme Sosial yang dikembangkan dari Teori EvolusinyaCharles Darwin: Strugle for life – Survival of the fittes.

c. Teori Kekacauan (chaos theory) menurut Michael Crichtonmengajarkan kebenaran dari hal yang sebaliknya. Bahwa ajaranliniaritas yang bersifat lurus ke depan, sama sekali tidak ada. Liniaritasadalah cara pandang yang keliru terhadap dunia. Kehidupan nyatabukan merupakan rangkaian peristiwa yang saling terkait yangterjadi secara susul-menyusul seperti manik-manik yang direntengmenjadi sebuah kalung. Gelombang perubahan hidup bergeser daripola kehidupan yang seimbang (equilibrium) ke pola linearitas dimana semua bergerak lurus ke depan. Kemudian berubah pula memasukimasa chaos, di mana kehidupan tidak lagi lurus ke depan, tapi adakalanyabergerak tak beraturan, ada kalanya bergerak ke depan, sesekali kebelakang, pada sisi lain bergerak ke samping, namun bisa saja melakukanloncatan jauh ke depan. Dari gelombang chaos (kekacauan), duniaakan kembali ke pola kehidupan yang seimbang (equilibrium).

d. Murray yang dikutip oleh Hall dan Lindzey, menyatakan bahwakepribadian manusia merupakan kompromi antara impuls-impulsindividu sendiri dan tuntutan-tuntutan serta kepentingan-kepentinganorang-orang lain. Tuntutan dari orang-orang lain ini diwakili secarakolektif oleh pranata-pranata dan pola-pola budaya tempat individuitu berada, sedangkan proses yang mana impuls-impulsnya sendiridikompromikan oleh kekuatan-kekuatan ini disebut proses sosialisasi.Konflik-konflik antara individu dan pola-pola lingkungan sosial yangberlaku, biasanya dipecahkan dengan cara individu menyesuaikandiri dengan pola-pola kelompok dengan cara tertentu. Hanya kadang-kadang dan pada kasus individu-individu luar biasa, orang bisamengadakan perubahan pola-pola budaya yang akan mengurangikonfliknya dengan impuls-impulsnya sendiri. Dalam sejarah Is-lam, pola dan kepemimpinan yang ditampilkan Rasulullah MuhammadSaw. mampu merubah habitus masyarakatnya dari tatanan sosialmasyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat madaniyyah (berperadabantinggi) menunjukkan keunggulan kualitas kepribadiannya sebagaiseorang pemimpin besar. 4 sifat utama yang dimiliki Rasulullah

Page 151: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

138 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Muhammad Saw.: Tabligh (menyampaikan), Amanah (terpercaya),Fathonah (cerdas), dan Shiddiq (benar).

e. Teori Ekologi. Penganut teori ini berpendapat bahwa seorangpemimpin lahir karena ia memiliki bakat-bakat sebagai seorangpemimpin dan bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikandan pelatihan (training) serta diberikan kesempatan untuk melaksanakankepemimpinannya.

f. Menurut Perls, seseorang yang membebaskan diri dari bantuan lingkungandalam hal fisik sesuatu yang biasa terjadi dan tidak sulit. Akan tetapiseseorang yang berusaha membebaskan diri dari bantuan lingkungandalam hal psikologis dan sosial menimbulkan masalah-masalah yangbesar dan menyebabkan “konflik dasar” (basic conflict) dalam kehidupanmanusia. Konflik ini terjadi antara siapa kita dan apa yang diinginkanorang-orang lain terhadap kita untuk menjadi. Konflik timbul karenaseseorang hidup dalam suatu masyarakat yang mengharapkan orangtersebut menjadi sesuatu yang lain dari dirinya sendiri.

Karakter pemimpin yang besar:

1. Memiliki keyakinan diri yang kuat2. Menghadirkan diri di saat-saat sulit3. Memegang teguh nilai-nilai4. Mempunyai komitmen tinggi5. Menumbuhkan rasa bangga terhadap pengikutnya,6. Memiliki visi yang jelas, tujuan yang pasti dan tekun.

Dalam sejarah modern, pola kepemimpinan yang mencerminkankualitas kepribadian sebagai pemimpin besar dapat dilihat pada masakepemimpinan Thomas Jefferson (1743 – 1826 M), Presiden AS yangketiga yang menulis Declaration of Independence, mendirikan Universi-tas Virginia, dan sebagai seorang arsitek dan penemu, ia juga membuatperencanaan yang paling efektif dalam zamannya, serta memimpinnegaranya. Jefferson memberi penekanan khusus akan pentingnyapartisipasi aktif dari bangsanya dan arti pentingnya pendidikan bagiseluruh warga AS. Mohandas Gandhi memimpin seluruh rakyat Indiauntuk mencapai kemerdekaan dan bekerja sebagai ahli hukum yangmempertahankan hak-hak sipil di Asia Selatan.

Page 152: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

139ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dalam menganalisis strategi pada aspek pemimpin yang besar ini,kita perlu kembali pada konsep tentang manusia yang selalu ingin meng-aktualisasikan diri. Bagi pemimpin yang besar, ia bukan hanya mampumelawan ortodoksi dalam dirinya sendiri, ia bahkan mampu melawanortodoksi masyarakatnya yang mengharapkan ia menjadi seperti yangmereka inginkan. Sikap heterodoksinya terhadap tradisi dan pandanganlama masyarakatnya yang sudah tidak relevan lagi dengan zamannyatercermin dalam perjuangan dan kerja kerasnya untuk menghasilkantatanan sosial baru bagi masyarakatnya yang merupakan jawabanterhadap permasalahan yang muncul pada zamannya.

Kerangka kerja strategi menuju perubahan yang digagas oleh pemimpin-pemimpin besar umumnya melalui tahapan:

a. Persiapan Kultural

b. Pembentukan Organisasi

c. Konfrontasi

d. Massa Politis dan Nonkooperasi di Bidang Ekonomi

e. Institusionalisasi Kultur masyarakat yang baru

Tahapan-tahapan itu bergerak menurut suatu urutan, dengan banyakdi antaranya yang terjadi secara tumpang tindih. Seperti model apapun,strategi ini sangat mudah dipelajari, namun sangat sukar dikerjakan karenamenuntut sifat-sifat unggul seorang pemimpin yang melekat dan merupakansifat bawaan pada kepribadian yang dilatihkan dan dididik sebagai persiapanjalan bagi munculnya kebanyakan pemimpin besar. Proses kepemimpinanmerupakan seni yang bukan hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis.Pada tataran praktisnya, banyak hal-hal yang tak terduga dan amat menegangkanbaik secara psikis maupun fisik, sehingga tidak akan sanggup dihadapioleh orang-orang biasa (normal) yang merupakan bagian kebanyakandari individu-individu dalam suatu masyarakat.

Diperlukan adanya lembaga pendidikan untuk menghasilkan pimpinanyang tangguh dengan karakter sebagai berikut:

a. Individu-individu suka tantangan, kerja keras, dan berpikir untukkehidupan bersama yang lebih baik

b. Pemimpin yang cakap dari setiap level dan jenis masyarakat yaitupemimpin yang dapat membangkitkan spirit dan kesediaan masyarakat

Page 153: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

140 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

untuk bekerja sama yang selama ini bekerja di bawah beban keraguandiri dan kepentingan pribadi.

c. Mempunyai kecakapan dalam bidangnya

d. Menguasai keterampilan-keterampilan: teknis, manusiawi dan konseptual

e. Memiliki visi ke depan, berdisiplin, dan kreatif, karena dunia kitamenjadi lebih kompleks dan saling bergantung, perubahan menjadisemakin tidak linier, diskontinu dan tidak dapat diramalkan secarapasti. Masa depan semakin jauh berbeda dengan masa silam, dansemakin jauh berbeda dengan yang kita harapkan.

Pemimpin yang besar umumnya lahir dari lingkungan dalam keadaanchaos. Hal ini karena kehidupan sesungguhnya merupakan serangkaianpertemuan di mana satu peristiwa mungkin mengubah, menggantikan,bahkan mematikan peristiwa-peristiwa yang mengikuti secara tak terdugasama sekali, atau mungkin mempunyai efek yang menghancurkan, sehinggadengan adanya tantangan, rintangan, dan kekacauan yang luar biasaitu, maka terasah dan terujilah kapasitas kepemimpinan seseorang. Siapayang berani tampil dan memenangkannya maka ia akan mampu bertahan(survive) dan menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Namun, siapayang gagal menawarkan solusi dan melakukan perubahan, maka iaakan “lenyap” mengalami kehancuran. Bagaikan “dilema” pelaut ulungyang tidak lahir dari pantai yang tenang, tapi dibesarkan dalam samudralautan yang bergelombang dahsyat; selamat atau hancur!

Dibutuhkan keberanian dan spekulasi untuk menghadapi resiko dalamberkiprah di tengah kekacauan dalam masyarakat luas. Siapa yang tidaksiap atau tidak mampu, akan melangkah mundur dengan teratur. Sepertikata pepatah: Jika takut ombak (apalagi gelombang dahsyat) janganberumah di tepi pantai.

Solusi pada aspek pemimpin yang besar, ia bukan hanya mampumelawan ortodoksi dalam dirinya sendiri, ia bahkan mampu melawanortodoksi masyarakatnya yang mengharapkan ia menjadi seperti yangmereka inginkan. Sikap heterodoksinya terhadap tradisi dan pandanganlama masyarakatnya yang sudah tidak relevan lagi dengan zamannyatercermin dalam perjuangan dan kerja kerasnya untuk menghasilkantatanan sosial baru bagi masyarakatnya yang merupakan jawabanterhadap permasalahan yang muncul pada zamannya.

Page 154: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

141ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Di sinilah pentingnya memberikan dan membekali setiap warganegara dengan pendidikan yang baik, sehingga segenap potensi dariindividu-individu warga negara dapat berkembang dengan baik, termasukdalam aspek kepemimpinannya. Ketika kehidupan berbangsa dan bernegaramengalami batu ujian dan goncangan sosial-budaya yang melibatkanstrategi maupun intrik politik di dalamnya, maka bangsa tersebut sudahsiap menghadapinya dengan akan munculnya pemimpin yang besaryang sebenarnya telah ada di tengah-tengah masyarakat itu, karenabudaya kepemimpinan juga telah merupakan amanah pendidikan dalampembangunan karakter bangsa.

Kekuatan pengaruh kepemimpinan yang menekankan aspekpengembangan karakter tidak terletak pada kelihaian logika memanfaatkanmomentum, namun kekuatan itu bersumber dari karakter yang dimilikinya,kita sebut kompetensi dasar yakni Inteligence Quotient (IQ), EmotionalQuotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ), dengan pola pikir holintegrasio.Kewenangan sebagai akibat legalitas formal bukan yang utama, tetapiia memanfaatkan IQ, EQ, dan SQ dalam perilaku kepemimpinan. Itulahkepemimpinan yang menekankan transformasi aspek psikologis melaluikepemimpinan.

Pemimpin-pemimpin besar adalah orang-orang yang dengan kepribadian,kecerdasan, dan kekuatan mentalnya mampu mengatasi kemelut yangdisertai kekacauan (keadaan chaos) dengan memberikan solusi yangmembawa masyarakatnya pada tingkat kehidupan yang lebih baik yangrelevan pada zamannya, sehingga segala kebutuhan segenap masyarakatnyaketika itu dapat dipenuhi dan dikembangkan. Ibarat seorang nakhoda,ia menunjukkan arah menuju keselamatan dan kesuksesan bagi perjalanansebuah kapal.

Menekankan perlunya pendidikan akhlak untuk mempersiapkanpemimpin-pemimpin besar. Kepribadian (syakhsiyyah) dalam perspektifpsikologi Islam sebagai berikut; terminologi syakhsiyyah (personality)mulai populer dalam literatur Islam setelah terjadi sentuhan antarapsikologi kontemporer dengan kebutuhan pengembangan wacana Is-lam. Hal itu tidak mengandung arti bahwa wacana Islam kurang pekaterhadap pengembangan keilmuan, melainkan karena esensi terminologisyakhsiyyah sendiri tidak mencerminkan nilai-nilai fundamental Is-lam. Maksud term akhlak hampir mirip dengan term syakhsiyah. Pemilahan

Page 155: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

142 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

itu tidak berarti jika term syakhsiyyah dihadapkan pada term islamiyah,karena syakhsiyyah islâmiyyah harus dipahami sebagai akhlak. Kata“Islam” memuat semua sistem nilai yang mengikat semua disiplin yangberada di dalamnya. Karenanya, kepribadian Islam selain mendeskripsikantingkah laku seseorang juga berusaha menilai baik-buruknya.

Keadaan chaos yang berakar pada permasalahan ketamakan danketidakadilan yang mengglobal, sebenarnya timbul akibat terjadinyakrisis akhlak. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Muhammad Saw.sebagai rahmatan lil’alamin bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untukmenyempurnakan akhlak manusia dengan akhlak al-karimah (akhlakyang mulia)”. Dalam akhlak yang mulia terkandung aspek-aspek kepribadianyang meliputi pengendalian diri yang baik, kemampuan bekerja sama,keramahan, kepandaian bergaul, hubungan antar pribadi yang baik,kegagahan dan spiritualitas atau penghayatan keagamaannya.

Tingkat pengendalian diri yang baik, menunjukkan bahwa seorangpemimpin besar mampu menanggapi situasi dan kondisi yang kurangkondusif sekalipun yang dihadapi di lingkungan kerjanya, walaupunsecara perseptual mereka menganggap situasi dan kondisi demikiandapat mempengaruhi semangat kerja mereka, namun kepribadiannyayang baik mampu mengalahkan persepsinya sehingga tidak sampaimengganggu dan menghambat kinerjanya.

Berhubungan dengan kepemimpinan pendidikan, Musthafa Kamal,et.al. (1988: 117) mengemukakan bahwa dalam suatu lembaga pendidikantinggi, seperti pada sebuah perguruan tinggi negeri atau swasta, dapatdilakukan penyusunan Pimpinan Horizontal yang merupakan pembentukanunit tertentu yang berstatus sebagai Badan Pembantu Pimpinan. Bagipimpinan organisasi, seperti Rektor/Ketua/Pembantu Rektor/PembantuKetua yang mempunyai berbagai jenis fungsi pekerjaan, maka adanyaunit yang berstatus sebagai Badan Pembantu akan memberikan banyakkeuntungan.

Di antara berbagai keuntungan tersebut antara lain adalah sebagaiberikut:

1. Pimpinan organisasi dapat lebih banyak mencurahkan perhatiannyapada tugas-tugas kepemimpinannya, sebab sebagian tugas-tugasnyaterutama yang bersifat taktis operasional telah dilimpahkan kepadaBadan Pembantu Pimpinan.

Page 156: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

143ADMINISTRASI PENDIDIKAN

2. Adanya spesialisasi yang memungkinkan penambahan keahlianbagi masing-masing aktivitas dan petugas.

3. Jalannya usaha organisasi dapat lebih efektif dan efisien denganadanya spesialisasi tugas pekerjaan.

Berkaitan dengan otonomi kampus, perguruan tinggi harusmemperhatikan terhadap apa yang harus diketahui dan dikuasai olehkalangan terpelajar/mahasiswa untuk menunjang kemampuan merekadalam hal menghasilkan suatu keunggulan dan sumbangan yang bersifatmembangun bagi kemajuan dan perkembangan masyarakatnya secaraluas. Ada lima kebutuhan dasar:

1. Untuk kemantapan kehidupan politis, masyarakat memerlukankepemimpinan yang bijaksana dan efektif dan keseluruhan pendudukdapat mengakses informasi yang dibutuhkan.

2. Untuk kelancaran dan kekuatan ekonomi, masyarakat memerlukanbaik kaum laki-laki maupun perempuan yang memiliki kemampuanimajinatif untuk mengarahkan dan mengoperasikan lembaga-lembagaperekonomian, untuk memproduksi barang-barang dan jasa, danuntuk manajemen urusan fiskalnya. Hal ini memerlukan konsumen-konsumen yang jeli dan mereka juga dapat mengakses informasiyang mereka butuhkan.

3. Untuk kemajuan budayanya, masyarakat memerlukan bakat kreatifdan juga memerlukan para pembaca, pemirsa, dan pendengar yangmampu menilai dan membeda-bedakan mutu suatu karya. Hal itujuga sudah barang tentu memerlukan orang-orang yang memahamisecara umum kultur masyarakatnya sendiri dan kultur masyarakatdi belahan dunia yang lain.

4. Untuk keberlangsungan masyarakatnya, maka setiap anggota masyarakatharuslah dapat memahami saling ketergantungan antara manusiadengan sumber daya alam, sehingga mereka memiliki kesadaranuntuk melestarikan alam dan lingkungannya.

5. Untuk integritas moral dan etika, masyarakat memerlukan modeldan orang-orang yang berperan sebagai orang tua, panutan, atauguru yang mampu membawa untuk mencapai cita-cita bangsa danmewariskannya kepada generasi-generasi selanjutnya.

Page 157: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

144 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Di dalam studinya tentang tujuan dari pendidikan tinggi, HowardBowen (1977) mengidentifikasi 11 tujuan umum bagi masyarakat yangbisa “dititipkan” sebagai amanah yang akan dicapai melalui kegiatanpengajaran, riset, dan juga melalui jabatan dalam pemerintahan. Sebanyakempat dari yang sebelas itu mempunyai implikasi dengan alasan yanglayak terhadap penyusunan kurikulum:

1. Pemeliharaan dan pengembangan warisan budaya

2. Penemuan dan pengembangan pengetahuan dan kemajuan daripemikiran religius dan filosofis, literatur, dan segala macam keseniandibina sebagai milik yang berharga

3. “Perbaikan” dalam hal motif-motif, alasan-alasan, nilai-nilai, cita-cita, sikap, dan perilaku dari para anggota masyarakat

4. Selama rentang waktu yang panjang, perhatian dicurahkan terhadapperistiwa sejarah yang penting dan pengaruhnya yang digunakansebagi cermin untuk mengevaluasi budaya dasar bangsa/masyarakat,termasuk institusi-instusi sosialnya yang fundamental.

Pada jenjang pendidikan di perguruan tinggi itu, terdapat pula konsentrasipendidikan non gelar/diploma dirancang bagi para mahasiswa yangtidak berniat melanjutkan studinya ke jenjang sarjana. Mahasiswa non-gelar yang merencanakan untuk melanjutkan dalam spesialisasinyasetelah menyelesaikan pendidikan sarjana mudanya, akan mempunyaipeluang besar untuk mengambil perkuliahan-perkuliahan yang lebihtinggi di bidangnya dan yang berhubungan dengan studi-studinya setelahmereka lulus. Di beberapa jurusan pada tingkat sarjana, adalah tidakperlu, dan di tempat-tempat lain bahkan hal itu bukanlah termasuk yangdipertimbangkan, bagi para mahasiswa untuk memasuki jenjang spesialisasiyang lebih tinggi. Persiapan seperti itu tidak selalu dimungkinkan, sebagaicontoh, dalam bidang kedokteran/kesehatan, hukum, dan banyak pendidikansekolah-sekolah profesi yang ketat. Lebih dari itu, hal seperti itu diragukan,seperti ketika sebuah fakultas dengan jenjang sarjana muda untuk menjadijenjang terminal/sarjana. Untuk mengakomodasi kelompok-kelompokyang berbeda ini, beberapa institusi perlu secara serius mempertimbangkanpengembangan sebuah kurikulum mahasiswa program diploma yangmana secara eksklusif diperuntukkan bagi para mahasiswanya yangtidak berniat untuk mengejar pendidikan tingkat sarjana.

Page 158: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

145ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Ada kelihatannya suatu kekosongan di dalam spektrum pendidikantinggi yang perlu untuk diisi oleh institusi seperti di atas. Namun bagiinstitusi yang lain bahkan perlu mempertimbangkan untuk menawarkandua jenis dari jurusan mahasiswa non-gelar. Satu jurusan, direncanakansebagai suatu program bagi para mahasiswa yang tidak akan melanjutke jenjang yang lebih tinggi (sarjana); sedangkan satu jurusan yang lainkhusus diperuntukkan sebagai persiapan bagi para mahasiswanya yangberniat untuk mengejar pendidikan tingkat sarjana. Sesuatu yang dapatdijadikan contoh untuk pendekatan ini adalah dengan telah ditawarkannyaoleh beberapa jurusan ilmu kimia di mana sekarang tidak hanya ada jurusanyang dirancang untuk spesialis-spesialis profesional di masa depan tetapijuga dibuka jurusan bagi para mahasiswa yang tidak memerlukan persiapanprofesional di bidang itu yang hanya cukup dibekali dengan keterampilanjenjang pendidikan non-gelar.

Sehubungan dengan hal di atas, bagi sebagian lembaga pendidikantinggi perlu mempertimbangkan untuk beberapa jurusannya menawarkandua jenis perkuliahan bagi mahasiswa tingkat diplomanya. Pertama, programperkuliahan yang direncanakan bagi para mahasiswa yang berniat melanjutke tingkat yang lebih tinggi untuk mencetak spesialis-spesialis profesionalmasa depan; Kedua, yang ditawarkan seperti pada jurusan yang dirancanghanya untuk orang-orang yang tidak memerlukan persiapan profesionaldi dalam pokok materi, yang dengan kata lain mereka memang bertujuanuntuk memperoleh pekerjaan yang membutuhkan keterampilan spesifik,bukan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana.

Misi pendidikan diploma adalah menghasilkan struktur dari pengalamanpendidikan para mahasiswanya. Dalam pendidikan non gelar, mahasiswamembentuk banyak konsep umum melalui interaksi dengan berbagaipihak, obyek, dan aspek kehidupan, Tugas utama perguruan tinggi yangmembuka program diploma adalah membantu mahasiswa membangunkonsep informal ke dalam konsep yang kompleks dan berdiferensiasi yangdibutuhkan dalam kehidupan. Misi pendidikan non gelar adalah memberikanpelatihan yang akan membantu dalam memperoleh dan menghasilkantenaga kerja siap yang pakai. Pernyataan misi pendidikan non-gelarmenyatakan keseluruhan volume dari filsafat pendidikan program diplomayang mencerminkan tujuan pendidikannya.

Page 159: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

146 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Pendidikan Umum (General Education) merupakan studi (bidangkajian) yang membekali peserta didik berupa kemampuan dasar tentangpemahaman, penghayatan dan pengalaman nilai-nilai dasar kemanusiaan,sebagai makhluk Tuhan, sebagai pribadi, anggota keluarga, masyarakat,warga negara dan sebagai bagian dari alam. Melalui pendidikan umumnya,perguruan tinggi non-gelar merumuskan satu tanggapan di bidang pendidikanbagi persepsi-persepsi dan minat para mahasiswa mereka dan masyarakatnya.Namun dalam praktiknya, upaya merumuskan gagasan bagi perencanaandan penyusunan pendidikan umum ini ternyata bukanlah suatu pekerjaanyang mudah, melainkan suatu proses yang membutuhkan kehati-hatiansekaligus keberanian, kejelian, kecermatan, dan diliputi dengan kesusahankarena tidak jarang harus melalui proses perdebatan yang sengit sebelumakhirnya disepakati bersama dan ditetapkan.

Pendidikan umum memiliki landasan historis, berupa peninggalansejarah peradabannya, warisan budaya, dan nilai-nilai budaya yang luhurdan unggul. Melalui pendidikan umum kita mengharapkan untuk memilikilebih banyak lagi pengalaman yang lain dibanding yang tersedia padagenerasi-generasi pendahulu kita dan mengembangkan sumber dayakecendekiawanan untuk mengembangkan suatu filsafat hidup, pilihanakan suatu gaya hidup, dan mengerti tradisi budaya tidak hanya darimasyarakat dan bangsa kita sendiri, tetapi juga dari benua yang berbedadan jauh.

Sebagai satu alternatif kepada distribusi bidang mata kuliah, Uni-versitas Michigan memberi para siswa satu peluang untuk mendistribusikanpendidikan umum menurut “Pendekatan-pendekatan keilmuan” (Komisipengawas di Graduation Requirements, 1974). Empat pendekatan ituadalah pendekatan yang analitis (matematika, sintaksis, filsafat); pendekatanempiris (ilmu pengetahuan sosial dan alam), pendekatan moral (filsafat,studi agama, studi-studi klasik), dan pendekatan estetis (sejarah seni,musik, literatur, dan drama).

Dari ke tiga komponen-komponen ditemukan pada kebanyakanbentuk kurikulum bagi mahasiswa non-gelar, mata kuliah pokok (Major)merupakan bagian yang paling stabil. Sementara itu pada periode yangsama, komponen-komponen lain dari kurikulum, yaitu persentase porsipendidikan umum (General Education) dan mata kuliah pilihan (Elec-tives), terus mengalami perubahan.

Page 160: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

147ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Sementara pada lembaga pendidikan dasar dan menengah, pimpinansekolah harus mampu untuk membuat perencanaan sistem pendidikan,manajemen melalui tujuan-tujuan, kompetensi berbasis pendidikanguru, tujuan-tujuan perilaku, ikatan kontrak kinerja, pengaturan tujuantimbal balik, konseling, pengkajian ulang kemajuan, pengintegrasiantujuan-tujuan individual dan organisasional, dan pemuasan kebutuhanpara anggota staf yang merupakan tuntutan pada organisasi modern.

Pada akhirnya, para pejabat di birokrasi yang mengelola pendidikannasional, hendaknya dapat menginspirasi dan menggerakkan rantaibirokrasinya untuk meningkatkan kinerja Kementerian Pendidikan danKebudayaan pada masa sekarang melalui penyusunan rencana strategisdi tingkat kementerian. Berkaitan dengan isu kepemimpinan pendidikantersebut, Ansoff dan McDonnel (1990: 44) mengungkapkan bahwa sejakmanajemen merupakan suatu aktivitas pragmatik yang berorientasi hasil,pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah apakah sebuah konsep yangabstrak, seperti strategi, dapat memberikan sumbangan yang bergunabagi kinerja organisasi.

Ansoff dan McDonnel (1990: 45) memberikan sebuah jawaban daripertanyaan di atas dapat dicari melalui resolusi/keputusan paradoks yangnampak jelas seperti: Strategi merupakan sebuah sistem konsep yangmemberikan arah dan menghasilkan keterpaduan bagi perkembanganorganisasi yang kompleks. Bagaimana mungkin bagi sebuah organisasiyang besar dan kompleks dapat melakukan koordinasi dan sistem kerjaterpadu tanpa adanya strategi yang secara tegas tersurat (explicit). Artinyaorganisasi yang kompleks itu sangat perlu untuk membuat strategi yangakan meningkatkan kinerja semua komponen pada organisasi itu.

Page 161: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

148 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

BAB V

KINERJA PERSONIL PENDIDIKAN

Administrasi pendidikan yang baik mencerminkan pelaksanaanpendidikan yang baik. Dengan lain perkataan, apabila proses administrasidikerjakan dengan baik, maka berarti ada kinerja yang baik, karena salahsatu tugas pokok administrasi adalah “hanya” mencatat saja kejadianatau proses yang ada dalam aktivitas organisasi. Namun, dapat juga yangterjadi adalah hal sebaliknya, di mana pemimpin tidak memiliki karakteryang baik dan integritas akan mempengaruhi secara luas kepada parapersonil di lingkungan kerjanya yang dapat berdampak pada tidak profesionalnyakinerja mereka, sehingga tujuan-tujuan maupun sasaran-sasaran dariprojek-projek di sana tidak akan pernah dapat tercapai dalam artiansesungguhnya, melainkan hanya “tercapai” dalam laporan administratif,bukan pada praktik dan hasil yang sesungguhnya.

Kinerja mengindikasikan bahwa secara langsung berhubungan denganstrategi sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola, mutu lulusan, resp-masyarakat, dan seterusnya. Mungkin biasa menyediakan sinyal peringatanawal dari perjalanan panjang yang efektif. Pengawasan strategi sekolahsering disebut “pengawasan strategi”. Sebab fokusnya pada kegiatanyang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan strategi, sehingga menjadisekolah lebih bermutu. Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatanmengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan apakah tingkatpencapaian tujuan sesuai yang dikehendaki, dan dari hasil pengawasanapakah dilakukan perbaikan.

Pengawasan dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah,pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasanlayanan teknis kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yangdiberi wewenang untuk itu. Pengendalian dan pengawasan penggunaan

148

Page 162: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

149ADMINISTRASI PENDIDIKAN

anggaran dalam penyelanggaraan sekolah yang dapat dipergunakanuntuk menjalankan operasi sekolah dan banyak metode pengendalianyang mencakup anggaran belanja (budget), perhitungan rugi laba, dansarana-sarana keuangan lainnya agar pelaksanaan operasi sekolah dapatberhasil dengan baik. Kualitas layanan belajar akan diawasi melalui metodepengawasan kualitas menurut ilmu statistik dan ilmu pendidikan dalampengukuran kemajuan belajar dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

Kegiatan monitoring dan pengawasan adalah kegiatan untukmengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antaraguru, kepala sekolah, konselor, supervisor dan petugas sekolah lainnyadalam instituasi sekolah. Hakikat pengawasan pendidikan adalah padabantuan profesional kesejawatan kepada stakeholder pendidikan terutamaguru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan kualitaspembelajaran. Bantuan profesional yang diberikan kepada guru harusberdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaianyang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaranyang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatankualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikanbenar-benar tepat sasaran sehingga mampu memperbaiki dan mengembangkansituasi pembelajaran yang lebih bermutu dan berdaya guna.

Kepala sekolah, guru, konselor, dan tenaga kependidikan lainnyaadalah tenaga profesional yang terus menerus berinovasi untuk kemajuansekolah, bukan birokrat yang sekadar patuh menjalankan petunjuk atasanmereka. Konsep sekolah sebagaimana dikemukakan di atas mengacukepada konsep sekolah efektif, yaitu sekolah yang memiliki profil yangkuat: mandiri, inovatif, dan memberikan iklim yang kondusif bagi warganyauntuk mengembangkan sikap kritis, kreativitas, dan motivasi. Sekolahyang demikian memiliki kerangka akuntabilitas yang kuat kepada siswadan warganya melalui pemberian pelayanan yang bermutu, dan bukansemata-mata akuntabilitas pemerintah/yayasan melalui kepatuhannyamenjalankan petunjuk.

A. Konsep Penilaian KinerjaKinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasiyang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Singkatnya,

Page 163: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

150 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

kinerja dapat diartikan sebagai pencapaian kerja atau hasil kerja. Selanjutnyapengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaanterhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasukinformasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkanbarang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkandengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapaitujuan (Penot, 20 Juni 2009). Menurut Hornby (1984: 236), kinerja adalahterjemahan dari kata Performance (Bahasa Inggris) artinya pelaksanaanpekerjaan yang baik.

Castetter (1996: 270) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai:A process of arriving at judgements about an individual’s past or presentperformance against the background of his/her work environment and abouthis/her future potential for an organization. The appraisal process is anactivity designed to assist personnel to achieve individual and group as wellas organizational benefits (sebuah proses sampai pada penentuan tentangkinerja individual seseorang di waktu lampau atau pada waktu sekarangdibandingkan terhadap latar belakang lingkungan kerjanya dan tentangpotensinya ke depan bagi organisasi).

Castetter (1996: 270-275) menjelaskan bahwa proses penilaian itumerupakan sebuah aktivitas yang dirancang untuk membantu personilmencapai kemajuan individual maupun kelompok sebagai keuntunganorganisasional juga. Kemudian ia mengemukakan beberapa alasan utamamengapa kemajuan dalam pengembangan sistem penilaian kinerjakurang memuaskan meliputi:

a. Irasionalitas administratif -Rasionalitas administratif mengacu padapembuatan metode pemandu organisasi terbaik yang paling mungkin.Contoh irasionalitas administratif meliputi pencampuradukan konsep-konsep usang seperti: penilaian kinerja itu tidak perlu; kinerja takada sangkut pautnya dengan hasil; kinerja tak ada hubungannyadengan perilaku; penilaian kinerja berarti pemeringkatan; paraadministrator tak perlu dilibatkan dalam penilaian kinerja, penilaiankinerja tak pernah menyangkut konfrontasi; dan kinerja hanyasedikit keterkaitannya dengan sasaran-sasaran individual, kelompok,dan sistem.

b. Irasionalitas teknis - Rasionalitas teknis mengacu pada penggunaanaturan untuk pemakaian ekstensif teknik, operasi, material, pertumbuhan

Page 164: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

151ADMINISTRASI PENDIDIKAN

dana untuk pengetahuan, dan mengetahui bagaimana hal itu dapatditerapkan untuk melakukan sebuah sistem penilaian kinerja.

c. Peraturan pemerintah – Negara menyelenggarakan sistem penilaiankinerja pada penggunaan suatu sistem kuantitatif (numerical sys-tem) untuk peringkat kinerja personilnya.

d. Administratif Dewan Pendidikan – Partisipasi komite sekolah dalamevaluasi formal dan informal para personil sekolah, sekadar membatasidiri pada pembuatan kebijakan.

e. Hambatan lingkungan – Pengaruh-pengaruh perserikatan, pengadilan,peraturan tentang lingkungan, dewan pendidikan, organisasi politik,organisasi kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok berpengaruhyang menghambat sistem penilaian yang efektif.

Riset oleh Hackman dan Lawler, Hackman dan Oldham, dan Wanousyang dikutip oleh Wexley dan Yuki (1988: 149) tentang konsep strategipeningkatan kinerja personil mengungkapkan bahwa hubungan antaradimensi inti pekerjaan dan kinerja sangat kuat bagi pekerja yang menginginkantanggung jawab, makna pekerjaannya, pengendalian diri, umpan balikpelaksanaan kerja serta kesempatan untuk maju. Para pekerja yangmemiliki kebutuhan urutan lebih tinggi, maka kinerjanya akan lebihbaik jika dimensi-dimensi inti dari pekerjaannya juga tinggi. Ada limadimensi-dimensi inti suatu pekerjaan, yaitu:

(a) Ragam keterampilan (skill variety), merupakan tingkat pekerjaan yangmenuntut berbagai jenis aktivitas yang membutuhkan banyak jenisketerampilan dan bakat dari pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya.

(b) Identitas pekerjaan (task identity), merupakan tingkat pekerjaanyang menuntut kelengkapan dalam “suatu kesatuan”, yang manapekerjaan tersebut mulai dari permulaan hingga berakhir denganhasil yang nyata dan setiap bagiannya dapat diidentifikasi.

(c) Kepentingan pekerjaan (task significance), merupakan tingkat pekerjaanyang memiliki dampak penting bagi kehidupan atau pekerjaan oranglain apakah dalam lingkungan organisasi maupun lingkungan luar.

(d) Otonomi (autonomy), merupakan tingkat pekerjaan yang memberikankebebasan, kemandirian, serta keleluasaan substansial bagi pekerja.

(e) Umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (feedback from the job itself).

Page 165: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

152 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Menurut Iswanto (2004: 5.10), untuk memotivasi pekerja meningkatkankinerjanya dan mencapai target sasarannya, pimpinan dapat menggunakanprogram kinerja untuk penghargaan. Apabila pekerja memiliki peluanguntuk memperoleh penghargaan bagi kinerjanya yang baik secara adil,maka mereka akan termotivasi dan berkinerja lebih baik. Ini sesuaidengan teori pengharapan (expentency theory) yang menyatakan bahwamotivasi merupakan konsekuensi dari persepsi mengenai hubungan antaralevel usaha dengan kinerja dan persepsi mengenai hubungan antaralevel kinerja dengan outcome yang diharapkan.

Selanjutnya, sehubungan dengan kinerja pada level individu, lembaga,atau orang tua/masyarakat, Mulyasa (2007: 83) menekankan bahwarencana yang dibuat sekolah harus menggambarkan aspek-aspek mutuproses yang ingin dicapai, kegiatan yang dilakukan, siapa yang harusmelaksanakan, kapan dan di mana dilaksanakan, serta biaya yangdiperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan untuk memudahkan sekolahdalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupunorangtua peserta didik, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakanrencana peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan profesionalismekepala sekolah/madrasah. Peningkatan profesionalisme kepala madrasahperlu dilaksanakan secara kontinyu dan terencana dengan melihatpermasalahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada.

Kerangka kerja sistem penilaian kinerja dibangun dengan membagisasaran-sasaran yang didasarkan pada data menjadi tiga kategori utama:diagnostik, formatif, dan sumatif. Keputusan-keputusan diagnostik dibuatpada waktu tahapan-tahapan persiapan sebelum ditetapkan dan dimulainyapenilaian kinerja yang diterapkan untuk mendiagnostik keputusan-keputusanyang perlu didahulukan dalam ketenagakerjaan, seperti seleksi, penempatan,dan pengembangan.

Sasaran-sasaran formatif berkaitan dengan keputusan selama tahap-tahap awal dan menengah ketenagakerjaan setelah sistem penilaiankinerja berjalan yang dimaksudkan untuk pengembangan personil.Kegunaan-kegunaan sumatif sistem penilaian difokuskan pada keputusan-keputusan bagi pengimplementasian tindakan-tindakan personil, sepertikompensasi, masa jabatan, pemberhentian dari jabatan, dan promosi.

Hal di atas selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Borich(1978) yang dikutip oleh Castetter (1996: 276).

Page 166: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

153ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Sasaran-sasaran diagnostik diterapkan untuk mendiagnostik, sepertikeputusan-keputusan ketenagakerjaan yang terkandung dalam PermendiknasNo. 12 Tahun 2007 yang mengatur tentang seleksi, penempatan, danpengembangan bagi pengawas sekolah/madrasah serta PermendiknasNo. 13 Tahun 2007 yang mengatur tentang seleksi, penempatan, danpengembangan bagi kepala sekolah/madrasah; dan keputusan-keputusanyang dibuat untuk menetapkan bentuk-bentuk kegiatan pengembanganbagi pengawas dan kepala sekolah/madrasah, seperti penataran, orientasidan konsultasi baik di tingkat pusat maupun daerah, kontrak prestasi,dan sebagainya.

Upaya pencapaian sasaran-sasaran formatif dilakukan pada waktudilaksanakannya rapat kerja (raker) di tingkat kantor kementerian diprovinsi yang merangkum apa saja yang telah dilaksanakan oleh pengawasdan kepala sekolah/madrasah berikut hambatan-hambatan yang ditemukandi lapangan yang mana hasil rangkuman tersebut dijadikan dokumenuntuk dilakukan langkah evaluatif dan menjadi landasan bagi rencanatindakan pada waktu-waktu berikutnya; workshop bagi pengawas dankepala sekolah/madrasah agar mereka siap baik secara teknis maupunmetode untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan di bidang pendidikannasional; dan pendidikan dan pelatihan (diklat) peningkatan profesionalismebagi pengawas dan kepala sekolah/madrasah.

Sasaran-sasaran sumatif sistem penilaian dicapai di antaranyamelalui pengimplementasian keputusan-keputusan seperti tunjanganprofesi guru/kepala madrasah, tunjangan tenaga kependidikan/pengawasmadrasah, dan pengangkatan kepala madrasah.

Dari apa yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwaperubahan-perubahan hukum/peraturan perundang-undangan yangberkenaan dengan lapangan/bidang hukum penilaian kinerja telah membantuuntuk menampilkan pertimbangan bagi modifikasi dalam sistem penilaiankinerja. Sejumlah keputusan-keputusan ketenagakerjaan, termasuk rekrutmendan seleksi, promosi, kompensasi, dan program-program pengembangan.

Lebih jauh Castetter (1996: 276-277) mengelompokkan kebanyakandari tujuan-tujuan evaluasi ke dalam lima kategori: (a) determine per-sonnel employment status, (b) implement personnel actions, (c) improveindividual performance, (d) achieve organizational goals, and (e) trans-late the authority system into controls that regulate performance.

Page 167: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

154 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Kinerja pendidikan di lingkungan lembaga-lembaga yang mengurusipendidikan berikut satuan kerjanya dari Kementerian Agama padaumumnya berjalan melalui proses penginduksian dari kebijakan-kebijakanpendidikan nasional yang ada di Kementerian Pendidikan Nasional.Butir-butir penilaian diri dari para personil pendidikan yang mempengaruhiterhadap manajemen strategik yang mereka terapkan untuk meningkatkankinerjanya, meliputi:

(a) pemahaman yang jelas tentang harapan-harapan dari atasan langsungmereka dalam jabatannya yang sekarang,

(b) merasa berada pada tempat yang tepat dalam penugasan yangsekarang,

(c) pemberdayaan untuk mengetahui bagaimana menjalankan perananpenilaian kinerja terakhir bermanfaat untuk meningkatkan kinerjanya,

(d) membuat ringkasan segenap kekuatan dan kelemahan dalam penugasansekarang,

(e) rasa percaya bahwa aspirasi karir mereka dapat diraih di tempat sekarang,

(f) merasa cocok dengan jenis pekerjaan dan segala tanggung jawabjabatan sekarang.

Sistem penilaian kinerja memiliki banyak kegunaan. Bila dirancangdengan semestinya, sistem penilaian itu akan menghasilkan keuntunganbagi individu, kerja kelompok, dan sistem keseluruhan.

Castetter (1996: 283) menyimpulkan: The three basic overall pur-poses of appraisal are formative, summative, and diagnostic. These threepurposes, it was noted, are central to every aspect of the human resource func-tion, are utilized in a range of personnel decisions, and have extensive impli-cations for both appraisers and appraisee. Consequently, one of the impera-tive tasks in designing the appraisal system is to specify purpose intent andto direct coordinated actions that are in accord with this commitment.

Penilaian diagnostik berhubungan dengan rekrutmen, seleksi, danpenempatan yang pada umumnya melibatkan penilaian internal daripadaeksternal. Penilaian formatif terfokus pada perbaikan dan terjadi selamatahapan-tahapan jangka pendek dan menengah ketenagakerjaan denganmelibatkan personil internal dan eksternal. Evaluasi sebaya dan evaluasidiri juga diperlukan untuk meminimalisir masalah-masalah stres danperasaan terancam.

Page 168: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

155ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Castetter (1996: 288-291) membuat model pada Gambar 5.1 dirancangbaik bagi penilaian formatif maupun sumatif; The model is designed forboth formative and summative appraisals. This implies that one of the pri-mary purposes of the model is to enhance personnel development. The infor-mation derived from application of formative appraisals, however, is em-ployed in summative appraisals as well as in the evaluation of progresstoward unit goals and the broader system mission (Model ini menyiratkanbahwa salah satu kegunaan utamanya adalah meningkatkan pengembanganpersonil pendidikan. Informasi yang dihasilkan dari pengaplikasian penilaianformatif, akan digunakan pada penilaian sumatif seperti juga pada kemajuanevaluasi ke arah tujuan-tujuan unit dan misi sistem yang lebih luas).

Castetter (1996) mengilustrasikan bagaimana cara tanggung jawabpenilaian kinerja dapat distrukturkan. Penstrukturan tanggung jawabpenilaian kinerja melibatkan penyerahan tugas-tugas kepada pejabat-pejabat sekolah, pemberian kewenangan untuk mengambil tindakan,dan penciptaan kewajiban-kewajiban para personil pendidikan yangdinilai dan para penilai. Ia juga melukiskan bagaimana mengembangkanrancangan sistem penilaian kinerja dengan fokus pada pertanggungjawabandalam sistem penilaian kinerja seperti pada Gambar 5.2.

Castetter (1996) juga menguraikan tentang konsep-konsep jabatanutama personil pendidikan yang meliputi:

a. Keefektifan kinerja yang merupakan perluasan terhadap apa yangseorang administrator individual harus capai terhadap tujuan-tujuanumum dan spesifik jabatan yang padanya ia ditugaskan. Keefektifanditerangkan sebagai hasil-hasil aktual yang dicapai daripada kegiatan-kegiatan pemangku jabatan yang terlibat dalam mencapai hasil-hasil.

b. Area-area Keefektifan Kinerja yaitu area-area fungsional kunci dihubungkandengan suatu jabatan melembagakan area-area keefektifan kinerja.

c. Standar-standar kinerja jabatan yang merupakan pernyataan-pernyataankeadaan-keadaan yang akan ada ketika tanggung jawab yang dibebankanpada jabatan itu dilaksanakan secara efektif. Standar-standar merupakanhasil akhir yang diinginkan yang dengannya individu digaji untukmenyelesaikannya; Standar-standar menspesifikasi keadaan-keadaanyang ada ketika peranan dikerjakan secara memuaskan.

Page 169: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

156 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

d. Sasaran-sasaran kinerja jabatan yang merupakan pernyataan-pernyataankhusus yang disetujui oleh penilai dan yang dinilai yang mengindikasikanapa yang harus diselesaikan untuk mencapai sebuah tujuan spesifikjabatan. Sasaran-sasaran kinerja jabatan diikat oleh waktu, terukur,dan berfokus pada hasil-hasil apa yang harus dicapai seorang pemangkujabatan daripada dengan cara apa tugas-tugas itu diselesaikan.

PROSES SISTEM PENILAIAN KINERJA

Gambar 5. 1 Model Penilaian Kinerja Berfokus-Tujuan

 

                                                                     Keefektifan                                                                      Kinerja 

                                                                                                                                          

                                                                                   Kinerja                                                                                   Tak Efektif 

                                     Mengembalikan lagi 

                   =  Keefektifan Kinerja                                 =  Ketidakefektifan Kinerja 

Struktur Penilaian Formatif  Struktur Penilaian Sumatif 

1  Prapenilaian Kinerja 

2  Sasaran‐sasaran 

Kinerja, Action Plans 

3  Analisis Kinerja 

4  Review Kinerja 

5  Daur ulang Kinerja 

Masa jabatan 

Promosi 

Kompensasi 

Pindah 

Pemberhentian 

sementara 

Mempekerjakan 

kembali 

Pengembangan personil 

6  Review KinerjaTidak Efektif 

7  Menyediakan Bantuan 

8  Review Kemajuan 

9  Akhiri atau 

Page 170: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

157ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Menurut Castetter (1996: 297), ketika kita beranjak dari prapenilaiankinerja ke fase-fase penilaian aktual, perhatian tertuju pada dua rumusankunci penilaian kinerja: (a) pengaturan kolaboratif sasaran-sasarankinerja dan (b) perilaku para penilai dalam upaya-upayanya untukmemperbaiki kinerja unit-unit dan subordinasi-subordinasi mereka.Salah satu pelajaran yang sulit bagi organisasi yang sudah dan sedangdipelajari tentang proses penilaian adalah bahwa sukses atau tidaknyabergantung pada suatu pertimbangan yang rumit pada pengaruh perubahan-perubahan dalam perilaku para penilai itu sendiri.

    Pusat administrasi                                      

Mengembangkan rancangan sistem 

penilaian kinerja 1 

2  Klarifikasi struktur organisasi 

3  Merancang proses penilaian kinerja 

Merancang subsistem informasi penilaian 4 Pusat administrasi, setelah pengkajian ulang masukan‐masukan yang sesuai dan merancang, memformalkan, mengevaluasi, dan memperbaiki sistem penilaian kinerja (langkah 1‐9) 

5  Memelihara program komprehensif  pendidikan lanjutan bagi para penilai 

6  Mengembangkan perencanaan untuk mengkomunikasikan dan menafsirkan rincian  sistem penilaian kinerja 

7  Mengkaji keefektifan secara menyeluruh terhadap sistem penilaian kinerja 

8  Mengkoreksi kekurangan pada sistem untuk mengurangi kesenjangan antara perilaku individu dan kelompok yang diinginkan dengan yang aktual/sesuai dengan kenyataannya 

9  Mengkoordinasikan penilaian‐penilaian sumatif 

Page 171: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

158 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Gambar 5.2 Fokus Pertanggungjawaban Dalam Sistem Penilaian Kinerja

Castetter (1996) memberikan beberapa butir tambahan tentangpengaturan sasaran-sasaran kinerja harus diberi catatan tentang jenis-jenis sasaran-sasaran kinerja yang akan diatur, penurunan/asal-usulsasaran, proses pengaturan sasaran, dan mekanisme pendokumentasiansasaran. Kemudian ia menjelaskan bahwa sasaran perilaku, merujukpada perilaku-perilaku yang dibutuhkan oleh individu untuk mencapaisasaran-sasaran jabatan. Perbaikan, pengambilalihan/akuisisi, atau modifikasiketerampilan personal, teknis, atau konseptual dan kebiasaan kerja yangdibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan jabatan meng-indikasikan sifatumum sasaran-sasaran perilaku. Kesemuanya merepresentasikan perilakuindividu yang dibutuhkan yang membuat perilaku tersebut memungkinkanbagi tercapainya sasaran kinerja seperti pada Gambar 5.3.

Gambar 5. 3 Hubungan Antara Sasaran-Sasaran Kinerja Dengan Tujuan-TujuanJabatan

  Sasaran‐sasaran kinerja 

merupakan tujuan‐tujuan 

jangka pendek yang 

disepakati oleh penilai dan 

yang dinilai 

Agar personil 

yang dinilai 

mampu 

mencapai 

tujuan‐tujuan jabatan 

yang ditetapkan oleh 

organisasi bagi setiap 

jabatan dalam struktur 

organisasi 

  Unit administrasi          

10  Transformasi misi utama menjadi tujuan‐tujuan unit, tujuan‐tujuan jabatan, sasaran‐sasaran kinerja individu 

11  Mengimplementasi  prosedur prapenilaian Para administrator unit mengimplementasikan tindakan pelatihan yang dikhususkan dalam rancangan sistem penilaian (langkah 10‐15) 

12  Mengevaluasi penilaian‐penilaian formatif 

Mengembangkan dan mencatat data kinerja 13 

14  Mengimplementasi prosedur pasca penilaian 

15  Memulai kembali siklus proses penilaian kinerja 

Page 172: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

159ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Kellogg (1975) dalam Castetter (1996) mengemukakan bahwasetiap sistem penilaian membutuhkan seperangkat nilai-nilai untuk menuntunperilaku para penilai yang membuat penilaian tentang para personilyang dinilai dan penilaian itu dapat mempengaruhi positif atau negatifterhadap kepentingan-kepentingan jangka pendek dan panjang sertatujuan-tujuan bawahannya. Nilai-nilai etika mengacu pada pemantapandan pemberdayaan pada tingkat pusat dari sistem itu dan perangkatstandar-standar kemajuan perilaku yang diharapkan yang merupakantanggung jawab bagi penilaian personil. Kebanyakan format diinginkandari moralitas administratif berlaku dalam proses penilaian ketika terdapatsistem pertimbangan dan sebuah iklim yang kondusif terhadap martabatkemanusiaan, status, perkembangan karir, kompensasi yang layak,kepemimpinan yang kompeten, dan penggunaan secara maksimal potensisumber daya manusianya.

Pendek kata, menurut Castetter (1996), administrasi pusat memantapkansistem pengembangan moral dan harapan-harapan etis bagi para penilaidan memberdayakan secara konsisten perilaku standar yang relevandengan penilaian kinerja. Penerapan yang konsisten etika penilaiandapat menjadi jaminan yang terbaik seorang individu bagi keamanankepentingan-kepentingannya akan dilindungi sebagai sebuah bagianintegral dari proses penilaian.

Dalam konteks di atas maka penilaian kinerja dapat dikemukakansebagai penilaian terhadap pelaksanaan seluruh pekerjaan yang menjaditugas-tugas pokok dan menjalankan fungsi serta peran dalam jabatannyauntuk membawa organisasi sampai pada tujuan-tujuan yang telahditetapkan.

Page 173: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

160 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Albrow, Martin. (2004). cet. 3. Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Altalib, Hisyam Yahya. (1999). cet. 3. Panduan Latihan Bagi GerakanIslam. Jakarta: Media Dakwah.

Atmosudirdjo, S. P. (1979). cet. Ke-7. Dasar-Dasar Ilmu Administrasi.

Azra, Azyumardi. (1999). Pendidikan Islam. Jakarta: Logos WacanaIlmu.

Bower. “Descriptive Decision Theory from the ‘Administrative’ View-point”.

Carnegie Foundation. (1984). Mission of The College Curriculum. SanFrancisco: Jossey-Bass Publishers.

Castetter, W. B. (1996). 6th ed. The Human Resource Function in Educa-tional Administration. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Daulay, Haidar Putra. (2004). Pendidikan Islam Dalam Sistem PendidikanNasional, Jakarta: Kencana.

David, F. R. (2006). Manajemen Strategik: Konsep. Terj. Ichsan SetiyoBudi. Jakarta: Salemba Empat.

Davis, Ralph. (1951). The Fundamentals of Top Management. New York,Harper & Brothers Publishers.

Drucker, P. F. (1996). Leader of The Future. New York: Jossey-Bass Inc.

Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. cet. 5. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Dye, Thomas. (1976). Policy Analisis: WhatGovernments Do, Why TheyDo it, and What Difference It Makes. University, AL: The Univer-sity of Alabama Press.

Fajar, Malik. (1998). Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI.

Fattah, Nanang (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: RosdaKarya.

160

Page 174: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

161ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Fattah, N. dan Ali, M. (2007). cet. 8. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Universitas Terbuka.

Handayaningrat, Soewarno. (1996). Pengantar Studi Ilmu Administrasidan Manajemen. Jakarta. Gunung Agung.

Iswanto, Y. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PusatPenerbitan Universitas Terbuka.

Kamal, Musthafa et.al. (1988). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam.Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta.

Kaplan, R. S. dan Norton D. P. (2000). Balance Scorecard: MenerapkanStrategi Menjadi Aksi. terj. Peter R. Yosi Pasla. Jakarta: Erlangga.

Lasswell, Harold D. (1971). A Preview of Policy. New York: AmericanElsevier Publishing Co.

Lubis, S. B. H. (2008). Pengantar Teori Organisasi. Bandung: PPS UninusBandung.

MacRae, Duncan Jr. (1976). The Social Functions of Social Science. NewHaven, CT: Yale University Press.

Manullang, B. (2006). Kepemimpinan Pedagogis. Medan: Program PascasarjanaUnimed.

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, danImplementasinya. Bandung: Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Murdoch, Robert G. dan Ross, Joel E. (1990). Sistem Informasi UntukManajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nasution, S. (2005). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Rais, M. Amien. (1998). cet. Kedua. Visi dan Misi Muhammadiyah. Yogyakarta:Pustaka Suara Muhammadiyah.

Reynolds, L. J. (2005). Kiat Sukses Manajemen Berbasis Sekolah. cet. 2,terj. Teguh Budiharso dan Abdul Munir. Jakarta: CV. Diva Pustaka.

Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. (1999). Manajemen. Jakarta:PT. Prehallindo.

Sagala, Syaiful. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat.,Jakarta: Nimas Multima.

Page 175: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

162 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Sagala, Syaiful. (2005). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:CV. Alfabeta.

Stainton, Ross. (1982). The Manager and His Words. London: OxfordPergamon.

Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU.

Thaib, M. A. dan Subagio, A. (2005). Cet. 1. Kepengawasan Kependidikan.Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Madrasah dan PendidikanAgama Islam.

The Peter F. Drucker Foundation. (1996). The Leader of Future: new vi-sions, strategies, and practises for the next era. San Francisco:Jossey-Bass Inc.

Wexley, K. N. dan Gary A. Yuki. (1988). Perilaku Organisasi dan PsikologiPersonalia, terj. Muh. Shobaruddin. Jakarta: Bina Aksara.

Williams, Walter. (1971). The Experience in the Federal Social Agencies.New York: American Elsevier Publishing Co.

Zamroni. (2003). Pendidikan Untuk Demokrasi. Yogyakarta: Penerbit Bigraf.

JURNAL

Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional. (2007).“Rencana Strategik Departemen Pendidikan Nasional Tahun2005-2009”.

Sparks, D. dan Loucks-Horsley, S. (1989). Five Models of Staff Develop-ment for Teachers. Journal of Staff Development 10, 4.

SUMBER LAIN

Administrator.(Online).Tersedia:http://www.disdik-kotasmg.org/v8/index.php?option =com_content&task=view&id=134&Itemid=25(10 Maret 2009)

Administrator.(Online).Tersedia:http://474teza.multiply.com/journal/item/9/Peranan_ Akreditasi_dalam_Peningkatan_Mutu_Pendidikan(26 Mei 09)

Administrator.(Online).Tersedia:http:http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html (18 Januari2011)

Page 176: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

163ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dharma,S.(Online).Tersedia:http://smpn29samarinda.wordpress.com/2009/02/27/peranan-dan-fungsi-pengawas-sekolahmadrasah/(26 Mei 2009)

Sutisna,E.(Online).Tersedia:http://pagongan.blogspot.com/2009/04/periodisasi-jabatan-kepala-sekolah-dan.html (26 Mei 2009)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentangSistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar NasionalPendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasardan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentangStandar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentangStandar Kepala Sekolah/Madrasah.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 0296/U/1996 tentang Penugasan Guru Pegawai Negeri Sipil sebagaiKepala Sekolah di lingkungan Depdikbud.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indo-nesia Nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya.

Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indo-nesia Nomor 0322/O/1996 dan Kepala BAKN Republik Indo-nesia Nomor 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan JabatanFungsional Pengawas.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatanfungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

Page 177: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

164 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002. Susunan Organisasidan Tata Kerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi SumateraUtara.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Kepmendiknas) No: 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2007 TentangTunjangan Tenaga Kependidikan.

Rencana Strategik Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.

Rencana Strategik Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014.

Page 178: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

165ADMINISTRASI PENDIDIKAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Yusuf Hadijaya dilahirkan di Jakarta pada tanggal20 Nopember 1968 dari pasangan Drs. Widji Saksonodan Zuhriah Hartati. Menamatkan pendidikan S1 dariIKIP Jakarta tahun 1994. Pada tahun 2005 berkesempatanmengikuti pendidikan S-2 di Program ManajemenPendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN SumateraUtara, tamat tahun 2007. Pada Juli Tahun 2007 itu

juga, melanjutkan pendidikan di Program Studi S-3 Manajemen PendidikanProgram Pascasarjana Universitas Islam Nusantara dengan mendapatkanBeasiswa dari Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, dan selesaipada April 2011.

Pernah mengikuti Job Training “Training Course at Shihwa Plant ofDongjin Chemical Ind. Co. Ltd” from May 19, 1994 to November 23, 1994,in Seoul, South Korea. Maret 1995 diangkat sebagai guru di SMAN 1Matauli Pandan. Pada 2009-2012 bertugas di Kantor Dinas PendidikanKabupaten Tapanuli Tengah. Tahun 2012, diangkat sebagai dosen diFakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Diperbantukan ke STAI BahriyatulUlum Pandan, Tapanuli Tengah.

Dalam bidang organisasi kemasyarakatan pernah menjadi WakilKetua Badan Kemakmuran Masjid Hidayatullah Pandan, Ketua UmumPengurus Daerah Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi) Kabupaten Tapanuli TengahPeriode 2011-2015, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah KabupatenTapanuli Tengah Periode 2010-2015. Terdapat beberapa karya ilmiahdan diktat yang pernah penulis buat. Demikian pula dalam kegiatanpenelitian. Penghargaan dan pengalaman yang pernah diraih penulis;Penghargaan Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) Science Educa-tion Award 8th, Februari 06, 2002, Menyajikan Makalah PembelajaranAktif dan Terpadu di Sekolah Menengah Umum (SMU) pada kegiatanSimposium Nasional I Inovasi Pembelajaran dan Pengelolaan Sekolah

165

Page 179: ADMINISTRASI PENDIDIKAN - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/64/1/Administrasi Pendidikan.pdf · ADMINISTRASI PENDIDIKAN 1. Proses Dan Mutu Dalam Sistem Pendidikan Nasional

166 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

di Wisma Handayani Jakarta pada tanggal 15 Oktober s/d 18 Oktober2003, Penghargaan di bidang pendidikan dari Pemerintah KabupatiTapanuli Tengah tahun 2003.