adi hamdani - irigasi

30
LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air I Dosen : Drs. Odih Supratman, MT Oleh : Adi Hamdani 1203220 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

Upload: ganes-siswahyu-pradhana-putra

Post on 15-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Adi Hamdani - Irigasi

TRANSCRIPT

Page 1: Adi Hamdani - Irigasi

LAPORAN

PERENCANAAN IRIGASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air I

Dosen : Drs. Odih Supratman, MT

Oleh :

Adi Hamdani

1203220

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

Page 2: Adi Hamdani - Irigasi

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah

limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan

umatnya sampai akhir zaman.

Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan

harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan

laporan ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas.

Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta

kemampuan kami untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai

pihak yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu.

Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan

pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Bandung, Desember 2014

Penulis

Page 3: Adi Hamdani - Irigasi

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................................ ii

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................................... 1

1.3. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................................................ 2

1.4. Sistematika Laporan ...................................................................................................................................... 3

BAB II

LANDASAN TEORI .......................................................................................................................................................... 4

2.1. Pengertian Irigasi ............................................................................................................................................ 4

2.2. Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi ................................................................................................... 4

2.3. Sistem Irigasi ..................................................................................................................................................... 5

2.4. Peta Ikhtisar ....................................................................................................................................................... 7

2.5. Bangunan ............................................................................................................................................................. 7

2.6. Standar Tata Nama ...................................................................................................................................... 10

BAB III

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI .................................................................................................. 12

3.1. Penggambaran Sistem Jaringan Irigasi ............................................................................................ 12

3.2. Perhitungan Sistem Jaringan Irigasi .................................................................................................. 16

BAB IV ................................................................................................................................................................................ 26

PENUTUP ......................................................................................................................................................................... 26

4.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 26

4.2. Saran .................................................................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................................... 27

Page 4: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

1 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air.

Banyak pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu

bidang pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah

pertanian. Dalam perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan factor air

yang menjadi penunjang. Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol

secara berkala. Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan

kebutuhan untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui

batas kebutuhan atau malah kurang dari kebutuhan.

Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk

suatu sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk

areal pertanian yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh

areal pertanian mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada areal

pertanian yang tidak mendapatkan air. Selain itu juga sistem yang dibentuk itu

dimaksudkan untuk dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk

selanjutnya dibagikan secara merata ke seluruh areal pertanian.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perencanaan jaringan irigasi yang

tentunya memiliki beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud

adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana pembuatan saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan –

bangunannya?

2) Bagaimana pemberian nama saluran dan bangunan?

3) Bagaimana cara menghitung luas petak tersier?

4) Bagaimana cara pemberian warna daerah irigasi?

5) Bagaimana cara pembuatan skema irigasi?

Page 5: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

2 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

6) Bagaimana cara pembuatan skema bangunan?

7) Bagaimana pembuatan dimensi saluran?

8) Bagaimana perhitungan muka air?

9) Bagaimana pembuatan skema muka air?

10) Bagaimana penggambaran situasi?

11) Bagaimana penggambaran profil memanjang?

12) Bagaimana penggambaran profil melintang?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang

menjadi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik irigasi.

Namun selain itu juga terdapat beberapa tujuan lain, yaitu:

1) Pembuatan saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan – bangunannya.

2) Pemberian nama saluran dan bangunan.

3) Menghitung luas petak tersier.

4) Pemberian warna daerah irigasi.

5) Pembuatan skema irigasi.

6) Pembuatan skema bangunan.

7) Pembuatan dimensi saluran.

8) Perhitungan muka air.

9) Pembuatan skema muka air.

10) Penggambaran situasi.

11) Penggambaran profil memanjang.

12) Penggambaran profil melintang.

Page 6: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

3 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

1.4. Sistematika Laporan

Bab I pendahuluan memuat latar belakang pembuatan laporan, maksud dan

tujuan yang diharapkan dari pembuatan laporan ini, metode pencakupan

masalah yang dibahas dalam laporan dan sistematika dalam laporan yang

dibuat.

Bab II landasan teori memuat teori – teori yang menjadi dasar pemikiran

penulis dalam menganalis masalah yang terjadi dan mencari cara

pemecahannya.

Bab III perencanaan memuat mengenai tata cara yang dilakukan dalam

merencanakan suatu jaringan irigasi yang hendak dilaksanakan.

Bab IV penutup memuat simpulan akhir dari laporan dan sedikit saran bagi

para pembaca.

Page 7: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

4 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi

kebutuhan pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk

keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, pembangkit tenaga

listrik, keperluan industri, perikanan, untuk pengegelontoran roil – roil di dalam

kota (Teknik Penyehatan) dan lain –lain.

Sumber air yang digunakan untuk irigasi adalah :

Air yang dipermukaan tanah : sungai, danau, waduk, dan mata air.

Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan (Embung)

Air tanah (Ground Water)

2.2. Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi

Berikut ini adalah pola perencanaan perancangan suatu sistem jaringan

irigasi yaitu :

1. Adanya permintaan masyarakat petani

Suatu sistem irigasi dikerjakan oleh karena adanya permintaan masyarakat

petani. Kemudian selanjutnya dilakukan studi kelayakan oleh ahli pertanian (ahli

tanah, pertanian tanaman pangan), sosial ekonomi, sipil (ahli hidrologi, ahli

irigasi), geodesi, geologist, dan ahli lingkungan.

2. Pelaksanaan Investigasi

Pelaksanaan investigasi terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Pengumpulan data hidrologi, klimatologi, social ekonomi, dan lain – lain.

b. Pengukuran situasi 1:5000 atas izin masyarakat petani yang tanahnya terkena

proyek, serta pendataan pemilik lahan.

c. Survey geologi dan mekanika tanah.

d. Penggambaran situasi.

e. Lay out definitive.

f. Pengukuran trase atas izin masyarakat yang terkena proyek.

Page 8: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

5 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

g. Penggambaran trase.

h. Perencanaan trase saluran dan bangunan.

i. Penggambaran saluran dan bangunan.

j. Sosialisai dengan masyarakat serta pejabat setampat.

3. Pembuatan

Bill of quantities dan rencana anggaran biaya (RAB).

Dokumen tender.

Dokumen pra qualifikasi.

4. Pelaksanaan Fisik

Pelaksanaan fisik maksudnya adalah melaksanakan pembangunan sistem

jaringan irigasi pada lahan yang telah ditentukan.

2.3. Sistem Irigasi

Pada umumnya, sistem irigasi di Indonesia pengaliran airnya dengan sistem

gravitasi dan sistem jaringannya terdiri dari tiga golongan yaitu:

1. Sistem irigasi sederhana

Sistem irigasi ini baik bangunan maupun pemeliharaannya dilakukan oleh

para petani dan pada umumnya jumlah arealnya relatife kecil. Biasanya terdapat

di pegunungan, sedangkan sumber airnya didapat dari sungai sungai kecil yang

airnya mengalir sepanjang tahun. Bangunan bendungnya dibuat dari bronjong

atau tumpukkan batu dan bangunan – bangunannya dibuat sangat sedehana

serta tidak dilengkapi dengan pintu air dan alat ukur debit air sehingga

pembagian airnya tidak dapat dilakukan dengan baik.

2. Sistem irigasi setengah teknis

Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada di dalamnya telah setengah

teknis, kontruksinya bisa permanent atau setengah permanent hanya tidak

dilengkapi dengan pintu air dan alat pengukur debit. Untuk pengaturan air cukup

dipasang balok sekat saja, sehingga pembagian dan pengaturan debitnya tidak

dapat dilakukan dengan baik. Namun demikian, irigasi ini dapat ditingkatkan

Page 9: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

6 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

secara bertahap menjadi sistem irigasi teknis. Pada sistem ini pembangunannya

dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum.

3. Sistem irigasi teknis

Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada dalam jaringan irigasi teknis

semua, kontstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan pintu – pintu air

dan alat ukur debit. Pembagian airnya bisa diatur dan diukur disesuaikan dengan

kebutuhan, sehingga pembagian atau pemberian air ke sawah – sawah dilakukan

dengan tertib dan merata.

Saluran sistem ini menjamin tidak terjadinya banjir dengan cara dibuatkan

jaringan pembuang tersier, sekunder dan induk, yang nantinya mengalirkan air

langsung ke sungai. Saluran ini juga berfungsi untuk membuang air sisa

pemakaian dari sawah.

Pekerjaan teknis irigasi pada umumnya terdiri dari :

a) Pembuatan bangunan penyadap yang berupa bendung atau penyadap

bebas.

b) Pembuatan saluran primer (induk) termasuk bangunan – bangunan di

dalamnya seperti : bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan bangunan

sadap. Bangunan air ini dikelompokkan sebagai bangunan air

pengatur, disamping itu ada kelompok bangunan air pelengkap

diantaranya bangunan terjun, got miring, gorong – gorong, pelimpah,

talang, jembatan dan lain – lain.

c) Pembuatan saluran sekunder, termasuk bangunan – bangunan di

dalamnya seperti : bangunan bagi-sadap, sadap dan bangunan

pelengkap seperti yang ada pada saluran induk.

d) Pembuatan saluran tersier termasuk bangunan – bangunan di

dalamnya seperti : boks tersier, boks kuarter, dan lain- lain.

e) Pembuatan saluran pembuang sekunder dan tersier termasuk

bangunan gorong pembuang.

Page 10: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

7 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

2.4. Peta Ikhtisar

Peta ikhtisar adalah cara agaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi

saling dihubung-hubungkan.

a. Petak Tersier

Petak tersier adalah perencanan dasar yang bertalian dengan unit tanah.

Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap

(offtake) tersier, bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.

Petak tersier ini dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing seluas

kurang lebih 8-15 ha. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan

saluran sekunder atau saluran primer, kecuali petak-petak tersier tidak secara

langsung disepanjang jaringan saluran irigasi utama.

b. Petak Sekunder

Petak tersier terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuannya

dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari

nbangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.

c. Petak Primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air

langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer

yang mengambil air langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek

irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer.

2.5. Bangunan

a. Bangunan Utama

Bangunan utama adalah kompleks bangunan yang direncanakan di

sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air kedalam jaringan saluran

agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Biasanay bangunan ini dipakai untuk

mengurangai kandungan sedimen yang berlebih, serta mengukur banyaknya air

yang masuk. Bangunan utama dibagi menjadi beberapa kategori :

1. Bendung

2. Pengambilan bebas

3. Pengambilan dari waduk

4. Stasiun Pompa

Page 11: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

8 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

b. Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik

cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke

saluran tersier penerima. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran

untuk dua saluran atau lebih.

c. Bangunan Pengukur dan Pengatur

Aliran akan diukur dihulu saluran primer, di cabang saluran jaringan

primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dibagi

dua, yaitu : alat ukur aliran atas bebas dan alat ukur aliran bawah.

Tabel 2.1 Alat ukur

Type Mengukur dengan Mengatur

Alat ukur ambang lebar Aliran atas Tidak

Alat ukur parshall Aliran atas Tidak

Alat ukur Cipoletti Aliran atas Tidak

Alat ukur Romijn Aliran atas Ya

Alat ukur Crump-de Gruyter Aliran bawah Ya

Bangunan sadap pipa sederhana Aliran bawah Ya

Constant-Head Orifice (CHO) Aliran bawah Ya

Peralatan yang dianjurkan pemakainnya :

1. Di hulu saluran primer

Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran

dan pintu sorong atau radial untuk pengaturan.

2. Dibangunan bagi atau sadap/ bangunan sadap sekunder

Pintu Romijn dan crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan

mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar

dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer.

Page 12: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

9 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

3. Bangunan sadap tersier

Untuk mengukur dan mengatur dipakai alat ukur Romijn atau jika

fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter

d. Bangunan Pengkuran Muka air

Bangunan ini mengontrol muka air jaringan irigasi utama sampai bats-

batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit konstant kepada

bangunan sadap tersier. Bangunan pengatur di perlukan untik di tempatkan

dimana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got

miring. Untuk mencegah meninggi ayau menurunya muka air di saluran, dipakai

mercu tetap atau celah kontrol trapesium.

e. Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.

Aliran yang melalui bangunan superkritis atau subkritis.

1. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis

Bangunan ini diperloukan di tempat-tempat di mana lereng medannya

lebih curam dari pada kemiringan maksimum saluran. Bangunan ini terdiri

dari bangunan terjun dan Got miring.

2. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis

Bangunan ini terdiri dari: Gorong-gorong, Talang,Sipon, Jembatan

sipon, Flum (flume), Saluran tertentu dan Terowongan.

f. Bangunan Lindung

Bangunan ini diperlukan untuk melindungi saluran baik dari luar maupun

dari dalam. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan

air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang

berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat akibat masuknya air dari

ruas saluran.

1. Bangunan pembuang silang

2. Pelimpah (spillway)

3. Bangunan penguras (wasteway)

4. Saluran pembuang samping

Page 13: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

10 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

g. Jalan dan Jembatan

Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan

pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang. Sedangkan jembatan digunakan

untuk menghubungkan jalan-jalan inspeksi diseberang saluran irigasi.

h. Bangunan Pelengkap

Bangunan pelengkap yang dipasang disepanjang saluran meliputi :

1. Pagar , rel pengaman dan sebagainya

2. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumabt bangunan oleh benda-benda

yang hanyut

3. Jembatan-jembatan untuk keperluan penyebrangan bagi penduduk

2.6. Standar Tata Nama

Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi harus pendek dan

tidak mempunyai tafsiran ganda.

a. Daerah Irigasi

Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat

atau daerah penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan

bangunan utama. Untuk bangunan utama berlaku peraturan yang sama seperti

untuk daerah irigasi.

b. Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder

Saluran irigasi primer sebaiknya diberinama sesuai dengan daerah irigasi

yang dilayani. Saluran sekunder diberinama sesuai dengan nama desa yang

terletak dipetak sekunder. Petak sekundet akan diberi nama sesuai dengan nama

saluran sekundernya. Saluran di bagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama,

bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir disuatu ruas bangunan

itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu, tetapi huruf R (ruas) di ubah menjadi B

(bangunan).

Bangunan-bangunan yang ada diantara bangunan-bangunan bagi sadap di

beri nama sesuai dengan nama ruas dimanabnagunan tersebut terletak, juga

mulai dengan huruf B lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian sehingga

bengunan yang berada lebih jauh di hilir memakai huruf b, c dan seterusnya.

Page 14: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

11 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

c. Jaringan Irigasi Tersier dan Kuarter

Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan

utama. Misalnya S1ki mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi BS1 yang

terletak pada saluran sambak.

1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang

terletak diantara yang terletak diantara kedua boks

2. Boks tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut arah jarum jam

3. Peta kuarter diberi nama sesuai denan petak rotasi, diikuti dengan nomor

urut searah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya searah

jarum jam

4. Boks kuarter diberi kode K

5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang

dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya

6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuaI deangan petak kuarter yang

dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka1,

dka2 dan seterusnya

7. Saluran pembuangan tersier diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum

jam

d. Jaringan Pembuang

Pada umunya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang

kesenuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer

baru yang akan dibuat maka saluran-saluran itu harus diberi nama tersendiri.

Pembuang sekunder pada umunya berup[a sungai atau anak sungai yang

lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa

dipakai, jika tidak sungai atau anak sungai tersebut akan ditunjukan dengan

sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali

dengan huruf d (drainase).

Page 15: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

12 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

BAB III

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI

3.1. Penggambaran Sistem Jaringan Irigasi

Dalam merancanakan sistem irigasi terdapat langkah – langkah yang harus

dilaksanakan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai langkah – langkah yang

dilakukan pada perencanaan sistem jaringan irigasi sungai Kaliwuri. Langkah –

langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Siapkan peta topografi

Gambar 3.1 Peta Topografi

Page 16: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

13 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

2. Tentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan nama

sungai pada jaringan irigasi dengan sungai utama atau inisial nama kampung

yaitu malangbong. Misal Malangbong maka digunakan nama BM0 untuk

bendung.

Gambar 3.2 Letak Bendung di Sungai

3. Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan

warna merah.

Gambar 3.3 Saluran Pembuang

Page 17: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

14 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

4. Tarik saluran induk dengan warna biru, garis – titik – garis. Sejajar garis kontur,

Usahakan turun elevasi, nama saluran induk disesuaikan dengan nama sungai

yaitu saluran induk BM.

Gambar 3.4 Penamaan Saluran Induk

5. Tentukan tempat untuk bangunan bagi atau sadap di saluran induk tadi.

Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan

pertama yaitu : BM1, BM2, BM3, dan BM4. Ruas antara bendung dan bangunan

pertama (BM0 – BM1) merupakan saluran induk dan seterusnya.

6. Beri nama bangunan – bangunan yang ada pada saluran sekunder dengan

inisial nama kampung yang terlewati maupun yang dekat dengan saluran atau

bila tidak kampung maka dapat diberi nama yang sesuai dengan keinginan tapi

dalam jaringan irigasi tidak boleh ada nama yang sama .

Gambar 3.5 Pemberian Nama Bangunan

Page 18: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

15 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

7. Tentukan luas petak tersier maksimum 60 ha. Beri nama petak tersier sesuai

dengan nama saluran sekunder. Contoh BM2 kiri untuk sebelah kiri dan BM2

kanan untuk sebelah kanan.

Gambar 3.6 Penentuan Luas petak tersier

8. Beri warna – warna muda pada petak yang sudah direncanakan.

Gambar 3.7 Pemberian warna-warna pada petak

Page 19: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

16 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

9. Hindari menggunakan warna kuning karena warna kuning digunakan untuk

daerah yang tidak terairi yang berada di daerah irigasi yang direncanakan,

misalnya bukit, semak belukar yang tidak dapat diairi. Hijau tua khusus untuk

perkampungan/pedesaan. Jangan menggunakan warna hitam.

10. Warna merah digunakan untuk sungai/saluran pembuang.

11. Garis coklat untuk jalan raya.

12. Garis hitam untuk rel kereta api.

13. Kalau aliran air menjauhi kita, maka sisi kanan saluran sesuai dengan sisi kanan

kita dan sisi kiri saluran sesuai dengan sisi kiri kita.

3.2. Perhitungan Sistem Jaringan Irigasi

Perencanaan sistem jaringan irigasi bukan sekedar penggambaran saja. Tapi

juga pengolahan data – data yang ada untuk selanjutnya digunakan dalam

merancang saluran yang akan digunakan. Dalam perencanaan sistem jaringan

irigasi tersebut terdapat rumus – rumus yang digunakan untuk mengolah data –

data yang ada. Penggunaan rumus – rumus tersebut adalah untuk membantu dalam

perancangan atau mendesain saluran.

a. Data yang Diperlukan

1. Skala peta.

Skala peta yang dipilih pada jaringan irigasi Kaliwuri adalah 1 : 20000.

2. Netto Field Requirement (NFR).

NFR adalah nilai kebutuhan air di sawah. NFR yang ditentukan pada

perencanaan sistem jaringan irigasi Kaliwuri adalah 1.35 lt/det/ha.

b. Mencari Luas Area Irigasi

Pada saat kita akan menentukan petak – petak yang akan diairi, kita harus

mengacu pada batasan wilayah yang dijinkan yaitu 60 ha sehingga petak yang

kita tentukan tidak boleh lebih besar dari 60 ha. Untuk menentukan besar petak

– petak tersebut, maka kita dapat menggunakan bantuan autoCAD dengan

menggunakan perintah AREA, maka akan muncul angka yang kita perlukan.

Selanjutnya nilai luas yang didapat dikonversikan sesuai dengan skala peta

yang kita gunakan. Misalnya untuk skala 1 cm : 20.000 cm → 1 cm = 2 hm

sehingga peta kita scale 2 kali lipat.

Page 20: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

17 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

Selain itu, kita juga harus menentukan luas area saluran yang didapatkan

dengan cara menjumlahkan luas area petak – petak yang diairi oleh saluran

sekunder yang dimaksud. Misalnya : untuk saluran sekunder bangunan BB1

yang mengairi B1 kr dan B1 kn masing – masing 34,47 ha dan 52 ha, maka luas

BB1 sebesar 86,47 ha.

c. Mencari Panjang Saluran (L)

Panjang saluran induk dapat dicari dengan bantuan autoCAD yaitu

dengan menggunakan perintah LIST. Setelah mendapatkan panjang saluran

yang dimaksud kemudian dikonversikan ke dalam satuan yang digunakan

dalam pengolahan data juga mengacu pada skala peta yang kita gunakan karena

satuan pada autoCAD akan berbeda dengan satuan yang digunakan pada

pengolahan data.

Contoh :

Pada Saluran M ruas 1 di autoCAD kita mendapat nilai panjang 2,8937 hm

menjadi → (2,8937 x 100) = 289,370 m

d. Menentukan Tinggi Bangunan Irigasi (H)

Tinggi bangunan irigasi dapat ditentukan dengan melihat posisi

bangunan terhadap garis tinggi (kontur). Bila posisi bangunan tidak tepat pada

kontur, maka harus dilakukan interpolasi dengan menggunakan rumus

interpolasi, yaitu:

Hx = ( L1 / ∆H)+ H1

Dimana : Hx = kontur yang dicari

H1 = kontur yang diketahui

L1 = jarak bangunan terhadap H1

∆H = beda kontur

Page 21: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

18 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

Tabel 3.1 Ketinggian Bangunan

e. Mencari Selisih Kontur Antar Bangunan

Selisih kontur antar bangunan diperoleh dengan cara mengurangi kontur

pada bangunan 1 dengan bangunan 2, misalnya : BM1 = 37,9 dengan BM2 =

37,70 maka selisihnya adalah 0,2

f. Mencari Kemiringan Saluran (Io) Pada Saluran Induk

Kemiringan saluran dapat ditentukan dengan rumus :

Io = ∆H/L

Misalkan kemiringan pada BM2 :

Io = ∆H/L

= 0,2 / 289,370 = 0,000691

No Bangunan Ketinggian (m) No Bangunan Ketinggian (m)

1 BMe3 30.40 15 BMc1 36.50

2 BMe2 33.80 16 BM3 37.50

3 BMe1 35.80 17 BMb3 35.15

4 BMf2 26.20 18 BMb2 35.95

5 BMf1 27.50 19 BMb1 37.50

6 BMd8 25.90 20 BM2 37.70

7 BMd7 27.50 21 BMa7 29.60

8 BMd6 29.50 22 BMa6 30.20

9 BMd5 31.40 23 BMa5 31.20

10 BMd4 33.00 24 BMa4 32.75

11 BMd3 34.30 25 BMa3 34.10

12 BMd2 35.50 26 BMa2 35.20

13 BMd1 35.80 27 BMa1 37.70

14 BM4 36.50 28 BM1 37.90

Page 22: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

19 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

g. Mencari Debit (Q)

Untuk mencari debit yang diperlukan dapat menggunakan rumus :

Q = (NFR x A x 0,001) / (0,8) m3/det → untuk saluran tersier

Q = (NFR x A x 0,001) / (0,8 x 0,9) m3/det → untuk saluran sekunder

Q = (NFR x A x 0,001) / (0,8 x 0,9 x 0,9) m3/det → untuk saluran induk

Misalkan :

a. Untuk saluran Tersier M ruas 1 kiri 1

Q = (1,35 x 27,18 x 0,001) / (0,8) = 0,046 m3/det

b. Untuk saluran Sekunder Ma ruas 1

Q = (1,35 x 450,317 x 0,001) / (0,8 x 0,9) = 0,844 m3/det

c. Untuk saluran Sekunder M ruas 1

Q = (1,35 x 1622,129x 0,001) / (0,8 x 0,9 x 0,9) = 3,379 m3/det

h. Mencari Kemiringan Rencana (Ia)

Untuk mendapatkan kemiringan rencana kita harus menggunakan grafik

kemiringan dasar saluran.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,1 1 10 100

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0

0,2 0,4 0,5 2 3 4 5 6 7 20 30 40 50

Kem

irin

ga

n d

asar

sa

lura

n I

da

lam

m/k

m

Debit rencana saluran Q dalam m3/det

kecepatan dasar rencana Vbd dalam m/det

IV R = 4,0 x 10-4

IV R = 3,5 x 10-4

IV R = 3,0 x 10-4

IV R = 2,5 x 10-4

IV R = 2,0 x 10-4

IV R = 1,5 x 10-4

0,80,6 0,7 0,9 1,0

Gambar 3.8 Grafik Kemiringan Rencana (Ia)

Page 23: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

20 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

Dari grafik tersebut didapat :

Ia untuk BM1 = 0.000691

Ia untuk BM2 = 0.000251

Ia untuk BM3 = 0.000774

Ia untuk BM4 = 0.000508

i. Menentukan Nilai k, m dan n

Menentukan nilai k, m dan n dapat melihat tabel berikut ini :

Tabel 3.2. untuk saluran induk

Q (m3/det) M N k

0.15 - 0.30 1 1 35 0.30 - 0.50 1 1.0 - 1.2 35 0.50 - 0.75 1 1.2 - 1.3 35 0.75 - 1.00 1 1.3 - 1.5 35 1.00 - 1.50 1 1.5 - 1.8 40 1.50 - 3.00 1.5 1.8 - 2.3 40 3.00 - 4.50 1.5 2.3 - 2.7 40 4.50 - 5.00 1.5 2.7 - 2.9 40 5.00 - 6.00 1.5 2.9 - 3.1 42.5 6.00 - 7.50 1.5 3.1 - 3.5 42.5 7.50 - 9.00 1.5 3.5 - 3.7 42.5

9.00 - 10.00 1.5 3.7 - 3.9 42.5 10.00 - 11.00 2 3.9 - 4.2 45 11.00 - 15.00 2 4.2 - 4.9 45 15.00 - 25.00 2 4.9 - 6.5 45 25.00 - 40.00 2 6.5 - 9.0 45

Page 24: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

21 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

Tabel 3.3. untuk saluran sekunder dan tersier

Q (m3/det) m n = b/h v k

0.00 - 0.15 1 1 0.25 - 0.30 35

0.15 - 0.30 1 1 0.30 - 0.35 35

0.30 - 0.40 1 1.5 0.35 - 0.40 35

0.40 - 0.50 1 1.5 0.40 - 0.45 35

0.50 - 0.75 1 2 0.50 - 0.55 35

0.75 - 1.50 1 2 0.55 - 0.60 35

1.50 - 3.00 1 2.5 0.60 - 0.65 40

3.00 - 4.50 1.5 3 0.65 - 0.70 40

4.50 - 6.00 1.5 3.5 0.7 40

6.00 - 7.50 1.5 4 0.7 42.5

7.50 - 9.00 1.5 4.5 0.7 42.5

9.00 - 11.00 1.5 5 0.7 42.5

11.00 - 15.00 1.5 6 0.7 45

15.00 - 25.00 2 8 0.7 45

25.00 - 40.00 2 10 0.75 45

40.00 - 80.00 2 12 0.8 45

j. Perhitungan Dimensi Saluran Induk

Rumus Strickler

V = k x R2/3 x I1/2

Q = V x A

A = h2 + (n + m) = h (b + mh)

P = h (n + 2 √(1+ m2) = b + 2h√(1 + m2)

R = A/P = h (n + m)/ {(n + 2√(1 + m2)}

Langkah selanjutnya :

Dimisalkan kedalaman air : h = ho

Vo = 𝑘 × {(𝑏+𝑚ℎ)ℎ

(𝑏+2ℎ√1+𝑚2)}

2/3

× 𝐼1/2

a) Mencari luas penampang basah

Ao = Q/Vo

b) Kedalaman air yang baru

h1 = √𝐴𝑜/(𝑛 + 𝑚)

Page 25: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

22 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

c) bandingkan h1 dengan ho

jika : h1 – ho ≤ 0.005 ……maka memenuhi syarat , sehingga h1 = h

rencana

jika : h1 – ho > 0.005 ……maka tidak memenuhi syarat , sehingga harus

dicari h1 yang baru sampai memenuhi syarat.

d) Masukkan harga – harga b, h, k, m, n kedalam rumus strickler hingga

didapat V dan I.

e) Jika saluran belum ada (khusus saluran induk)

Untuk mendesain saluran yang belum ada, harus melalui langkah – langkah

perencanaan sebagai berikut :

Tentukan Qd dan I. hal ini menghasilkan titik – titik dengan harga khusus

Qd dan I.

Plot titik – titik Qd – I untuk masing – masing saluran berikutnya sampai

ruas terakhir.

Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70

m/det atau 0,60 m /det.

Garis Qd – I makin kehilir atau Qd makin kecil, I√R menjadi semakin besar.

k. Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder dan atau Tersier

Dalam menghitung dimensi saluran sekunder dan tersier, kita harus

terlebih dahulu menentukan nilai vo, sehingga diperoleh nilai k,n dan m.

Rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Q = vo x F atau F = Q/vo

Dimana : F = luas area

Q = debit (m3/det)

Page 26: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

23 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

Mencari nilai h

F = (b + mh) h . karena nilai F, b dan m telah diketahui maka nilai h akan

diperoleh.

Mencari nilai b

b = n x h

Mencari F baru dan V baru

F baru = (b + mh)h

V baru = Q/Fbaru

Mencari Keliling Basah (P) dan Jari – Jari (R)

P = (b + 2h√(1 + m2))

R = F/P

Mencari V dan I

V = k x R2/3 x I1/2

I = (V/ (k x R2/3))2

Mencari DWL dan UWL

DWL = elevasi saluran tersier + 0,18h

UWL = DWL + (I x L)

Sampel Perhitungan Dimensi Saluran dan Muka Air :

a. Saluran Induk

Perhitungan Dimensi Saluran

Sampel perhitungan yang dipakai adalah Saluran Induk BM1 Ruas 1, sebagai

berikut :

Yang perlu dicari adalah b,h,v saluran, sedangkan I saluran sudah di dapat

melalui grafik pada gambar 3.8.

A = 1622,129 Ha ;

Q = 3,379 m3/det ;

Ia = 0.00038 ;

m = 1,5 ;

n = 2,401 ;

Page 27: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

24 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

k = 40

Hitung b , h , dan v ?

Dicoba h0 = 1,159 m

A = h2 . (n+m) = 1,1592 . (2,401+1,5) = 1,857 m2

b = h x n = 1,159 x 2,401 = 2,783 m

P = b + 2h √(1+ m2) ) = 2,783 + 2 x 1,159 √(1+ 1,52)) = 6,962

R = A/P = 1,857 / 6,962 = 0,753

V0 = k. R2/3 I1/2 = 40 x 0,7532/3 x 0,000381/2 = 0,645 m/det

F = Q/V0 = 3,379 / 0,645 = 5,238 m2

V = Q / F = 3,379 / 5,238 = 0,038 m/det

h = √(F/(m + n)) = √(5,238 / (1,5 + 2,401)) = 1,159 m

Kontrol :

|h0 – h| = |1,159 – 1,159|

= 0,00 < 0,005 ...OK

b. Saluran Sekunder

Perhitungan Dimensi Saluran

Untuk Saluran Sekunder yang dicari adalah b,h,v, dan I saluran. Data yang

ada sebagai berikut :

Dimensi saluran sekunder Ma ruas 1

A = 450,317 ha ; Q = 0,844 m3/det ; m = 1 ; n = 2 ; k = 35

Dicoba V0 = 0,506 m/det interpolasi dari tabel (Terlampir)

F = Q / V0 = 450,317 / 0,506 = 1,668

h = √(F / (m+n)) = √( 1,668 / (1+2)) = 0.746 m

b = h x n = 0.746 x 1 = 0.746 m

F baru = (b + (m x h)) x h = (0.746 + (1 x 0,746)) x 0,746 = 1.668 m2

V baru = Q / Fbaru = 0,844 / 1,668 = 0,506 m/det

P = b + 2h √(1+ m2) )= 0,746 . (1+ 2 x 0,746√(1+ 12)) = 3,600

R = Fbaru/P = 1,668 / 3,600 = 0,463

I = ( V / k x R2/3 )2 = ( 0,506 / 35 x 0,463 2/3 )2 = 0,00058

Page 28: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

25 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

c. Saluran Tersier

Perhitungan Dimensi Saluran

Untuk Saluran Sekunder yang dicari adalah b,h,v, dan I saluran. Data yang

ada sebagai berikut :

Dimensi saluran sekunder M1 Kr1 :

A = 27,18 ha ; Q = 0,046 m3/det ; m = 1 ; n = 1 ; k = 35

Dicoba V0 = 0,453 m/det interpolasi dari tabel (Terlampir)

F = Q / V0 = 0,046 / 0,453 = 0,101

h = √(F / (m+n)) = √( 0,101 / (1+1)) = 0,225 m

b = h x n = 0.225 x 1 = 0.225 m

F baru = (b + (m x h)) x h = (0.225 + (1 x 0.225)) x 0.225 = 0.101 m2

V baru = Q / Fbaru = 0,046 / 0,101 = 0,453 m/det

P = b + 2h √(1+ m2) )= 0,225 + 2 x 0,225√(1+ 12)) = 0,861

R = Fbaru/P = 0,101 / 0,861 = 0,118

I = ( V / k x R2/3 )2 = ( 0,453 / 35 x 0,118 2/3 )2 = 0,00291

Perhitungan Muka Air

Diketahui BM1 dalam perhitungan dimensi saluran didapat :

h = 1,159 m

b = 2,783 m

Elevasi BM1 = 37,90

L = 289,37 m

I = 0,00038

Dicari :

Dwl = (0,18h + elevasi BM1)

= (0,18 . 1,159 + 37,90)

= 38,50 m

Uwl = Dwl + (I . L)

= 38,50 + ( 0,00038 . 289,37)

= 38,50 + 0.11

= 38,61 m

Page 29: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

26 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat :

NFR = 1,35 lt/Ha/det

Luas Area irigasi = 1622,13 Ha

Debit Terbesar = 3,379 M3/det

Elevasi Mercu = + 39,35

Elevasi Petak Terjauh = + 25,70

4.2. Saran

Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar ketelitian, sebaiknya dalam

perhitungan desain jaringan irigasi digunakan berbagai software yang mendukung.

Seperti Autocad untuk analisis panjang, luas dan penggambaran, serta Microsoft

Excel untuk membantu perhitungan data.

Page 30: Adi Hamdani - Irigasi

Perencanaan Jaringan Irigasi

27 Adi Hamdani – Teknik Sipil S1

DAFTAR PUSTAKA

Radjulani. Panduan Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi. Prodi PTS/PTB/D3 TS.

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil. Fakultas Pendidikan Teknik dan

Kejuruan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2011.

Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan

Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian

Bangunan Utama (Headworks). Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Petak

Tersier. Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian

Parameter Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum.