adi ardinan

111
1 ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGAN ASPIRASI MASYARAKAT (JARING ASMARA) PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BENGKULU SKRIPSI Oleh ADI ARDINAN DID001016 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BENGKULU 2006 U N I V E R S I T A S B E N G K U L U

Upload: anggara-pasker

Post on 07-Aug-2015

158 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Adi Ardinan

1

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGANASPIRASI MASYARAKAT (JARING ASMARA) PADABADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA) KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh

ADI ARDINANDID001016

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BENGKULU2006

UN

IVERSITAS

B

E N G K U L

U

Page 2: Adi Ardinan

2

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGANASPIRASI MASYARAKAT (JARING ASMARA) PADABADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA) KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Adminstarsi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu PolitikUniversitas Bengkulu

Oleh

ADI ARDINANDID001016

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Djonet Santoso, M.A Drs. Achmad Aminudin, M.SiNIP. 131 602 985 NIP. 131 789 990

Page 3: Adi Ardinan

3

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGAN ASPIRASIMASYARAKAT (JARING ASMARA) PADA BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BENGKULU

Skripsi ini telah dipertahankan di depan tim pengujiJurusan Ilmu Administrasi Negara

Universitas Bengkulu

Pada hari : Kamis, 8 Juni 2006Pukul : 11.00 s/d 12.30 WIBTempat : Ruang Sekretariat Jurusan Ilmu

Adminstrasi Negara Fisip UNIB

Tim Penguji :

Ketua : Drs. Djonet Santoso M.A ( ) NIP. 131 602 985

Anggota : Drs. Achmad Aminudin M.Si ( ) NIP. 131 789 990

Anggota : Drs. Jarto Tarigan M.Si ( ) NIP. 131 416 240

Anggota : Dra. Titiek Kartika M.A ( ) NIP. 131 602 984

Disahkan oleh :

Dekan Ketua Jurusan

Drs. Panji Suminar M.A Drs. Budiyono M.Si NIP. 131 771 836 NIP. 131 571 172

Page 4: Adi Ardinan

4

Motto

• Perjuangan tidak pernah akan berhasil tanpakesabaran dan keistiqomahan (ardinan)

• Berprestasi dalam dakwah (ardinan)

Persembahan

• Kekasih tercinta pemilik ruh yang telahmemuliakan Hambanya, Allah SWT

• Kedua orang tua Aba dan Mamatercinta, terima kasih atas doa dankesabarannya

• Kak Iwan, Ayuk Ria dan Ayuk Ira,alhamdulilah berkat dukungan dandoanya akhirnya selesai juga serta allmy family terima kasih atassemangatnya

• Ikwah wal akhwat fillah di medandakwah (KAMMI, ROHIS, IG)

• Almamaterku

Page 5: Adi Ardinan

5

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

• Nama : Adi Ardinan

• Tempat tanggal lahir : Palembang, 17September 1983

• Agama : Islam

• Nama Ayah : Muzahari Bastoni

• Nama Ibu : Elmawati

• Anak ke / Dari : 4 / 4 Saudara

II. Riwayat Pendidikan• Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 630 Kota Palembang Sumsel 1995

• Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Kota PalembangSumsel 1998

• Tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 13 Kota PalembangSumsel 2001

• Melanjutkan studi di Universitas Bengkulu Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Jurusan Ilmu Administrasi Negara melalui jalur UMPTN 2001

III. Pengalaman Organisasi• Staf kaderisasi UKM Rohis Fisip UNIB 2002-2003

• Staf Dana dan Usaha IPRS Kota Bengkulu 2002-2004

• Ketua Umum UKM Kerohanian Fisip UNIB 2003-2004

• Staf Ahli Kaderisasi KAMMI Daerah Bengkulu 2003-2005

• Wakil Ketua Umum UKM Kerohanian UNIB 2004-2004

• Manajer Bina Rohis Sekolah (BRS) Iqro Generation Bengkulu 2004-2006

• Ketua Departemen Kaderisasi KAMMI Daerah Bengkulu 2005-2006

Page 6: Adi Ardinan

6

IV. Seminar, Pelatihan dan kegiatan yang pernah diikuti• Pelatihan manajemen Organisasi (PMO) BEM FISIP UNIB 2002

• Rapat Kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Sumatera 2003

• Penelitian ‘Pengaruh utang luar negeri terhadap pembangunan masyarakatpada bidang kesehatan’ bersama Dra. Titiek Kartika, MA

• Latihan Manajeman Dakwah Kampus (LMDK) I UKM Rohis Fisip 2002

• Latihan Manajeman Dakwah Kampus (LMDK) II UKM KerohanianUNIB 2003

• Dauroh Marhalah I KAMMI Komisariat FISIP UNIB 2002

• Dauroh Marhalah II KAMMI Daerah Bengkulu 2003

• Dauroh Marhalah III KAMMI Pusat, Bandar Lampung 2004

• Menjadi Voulenter dalam penelitian LIPI ‘kesiap-siagaan terhadapbencana’ 2006

Page 7: Adi Ardinan

7

ABSTRAK

Penyelenggaraan demokrasi pasca reformasi 1998 menberikan peluang yangbesar pada masyarakat untuk memberikan konstribusi dalam pembangunan daerah.Aspirasi sebagai wujud dari keikutsertaan masyarakat membuat suatu kondisi dimanaada sebuah keikutsertaan masyarakat dalam proses pembangunan. Sehubungandengan hal tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul “Analisisimplementasi program penjaringan aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) padaBadan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Bengkulu”. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran program jaring asmarasecara implentasi yang terjadi pada masyarakat melalui forum –forum yang diadakanoleh Bappeda Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yangdigolongkan pada tipe penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metodepengumpulan data secara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik ’purposi sampling’ yaituteknik pemilihan sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian. Dalampenelitian ini digunakan metode SWOT dan Ansos terutama untuk menganalisisprogram Jaring Asmara sebagai bagian dari perencanaan pembangunan daerah. Bappeda Kota Bengkulu sebagai bagian perencanaan pembangunan daerahmempunyai tanggung jawab yang besar dalam melihat kondisi dan kebutuhanmasyarakat, sehingga program jaring asmara dijalankan untuk mengetahui apa sajayang dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat memiliki harapan yang besar agar apasaja yang diusulkan oleh mereka dapat masuk dalam program pembangunan daerahsehingga membantu peningkatan kesejateraan masyarakat.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan menggambarkan kondisi perencanaanpembanguanan di Kota Bengkulu, bahwa pembangunan berawal dari apa kebutuhandan kondisi masyarakat sehingga keberhasilan pembangunan dapat dilihat dariaspirasi yang masuk ke pemerintah daerah. Saat ini partisipasi masyarakat telahberjalan walaupun secara implentasi belum dapat berjalan secara optimal.

Page 8: Adi Ardinan

8

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat rahmat,

hidaya dan ridho-Nya, alhamdulilah penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi

yang berjudul ‘Analisis Implementasi Program Penjaringan Aspirasi Masyarakat

pada Bappeda Kota Bengkulu’. Shalawat beserta salam kepada pemimpin ummat

manusia yang telah membebaskan dari kegelapan menuju cahanya islam yang terang

benderang Rasullah Saw serta shalawat dan salam kepada keluarga, sahabat dan para

pengikutnya hingga yaumil akhir.

Karya ini merupakan hasil penelitian yang panjang tentang bagaimana hak –

hak masyarakat yang selama ini terlupakan oleh pemerintah. Penulis telah berusaha

mencurahkan segenap pemikiran dan tenaga agar karya ini memberikan hasil yang

bermanfaat dalam rangka menambah khasanah keilmuan. Dalam penelitian ini

penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun analisisnya

sehingga dapat memberikan hasil yang sempurna dengan memberikan kritik dan

saran yang konstruktif.

Penulis menyadari karya ini tidak akan berhasil tampa bantuan dan masukan

dari berbagai pihak, baik berupa informasi, fasilitas, bimbingan, saran, motivasi dan

berbagai banntuan sehingga berguna dalam penelitian ini. Atas bantuannya penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Panji Suminar, M.A selaku Dekan FISIP UNIB

2. Bapak Drs. Budiono, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Administrai Negara

3. Bapak Drs. Djonet Santoso, M.A selaku pembimbing utama yang telah

mengarahkan bimbingan sumbangan dan pemikiran sehingga selesai skripsi

Page 9: Adi Ardinan

9

4. Bapak Drs. Achmad Aminudin, M.Si selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan arahan dan bimbingannya.

5. Bapak Jarto Tarigan, M.Si dan ibu Dra. Titiek Kartika, MA sebagai

pembahas yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah

memberikan penulis ilmu dan pengalaman selama duduk di bangku kuliah.

7. Ibu Kepala Bappeda Kota Bengkulu dan beserta stafnya, terima kasih atas

waktu dan kesempatan yang diberikan dalam penelitian ini.

8. Temen –temen seperjuangan AN ’01 (adip, agus, asep,mitha, mie J, novie,

reno, mieza, ari, asti, yunani, gunawan, icha, ikrom, malikin(alm), hairal,

gunawan, syaifull, mulya,oji, riki, ardi, indah, santi, wika, uni ari, rahmad)

and at all AN terima kasih atas motivasi dan spiritnya.

9. Saudara seperjuangan di UKM Rohis Fisip, UKM Kerohanian, KAMMI

Daerah dan Igro Generation keep istoqomah.

10. Tim Nasyid HAMAS sukron atas hiburannya.

11. Geng Bujang di Markas Besar (Abu, Rudi, Marseno, Pak Haji Sulam, Sri

Kumpul, Joni) kapan nikahnya?.

12. Mujahid muda di Rohis Sekolah antum ruhul jadid.

13. And my friend dimanapun berada yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata, penulis semoga karya ini mendapatkan manfaat dan hasil

yang dapat digunakan untuk kemajuan bersama dan mendapatkan rahmad dari Allah

SWT, Amin.

Wasalamualakium Wr, Wb

Bengkulu, Juni 2006

Penulis

Page 10: Adi Ardinan

10

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........………………………………… iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………… iv

RIWAYAD HIDUP……………………………………………………………… v

ABSTRAK……………………………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ...............…….…………………………………………………..... x

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xii

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xiv

BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang………………………………………………………. 1

1.2. Rumusan Masalah………………………….………………………… 15

1.3. Tujuan Penelitian…………..………………………………………… 16

1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 16

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Implementasi Program………………………………………………. 17

2.2. Partisipasi…………………………………………………………… 21

2.3. Landasan Kegiatan………………………………………………….. 25

BAB III. Metode Penelitian3.1. Metode Penelitian………………………………………………….. 27

3.2. Definisi Konseptual........................................................................... 28

3.3. Definisi Operasional………………………..........................……… 28

Page 11: Adi Ardinan

11

3.4. Sumber Data……………………………………………………….. 29

3.5. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 29

3.6. Teknik Analisis Data………………………………………………. 30

3.6. Sasaran Penelitian……………………….………………………. 31

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH4.1. Umum……………………………………………………………… 33

4.2. Fungsi dan Tugas Bappeda Kota Bengkulu…………………….….. 34

4.3. Struktur Organisasi Bappeda Kota Bengkulu……………………… 35

4.4. Keadaan Kepegawaian…………………………………………….. 47

BAB V. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN5.1. Karakteristik Informan …………………………………………….. 51

5.2. Hasil Penelitian

5.2.1. Wawancara dengan Responden……………………………… 53

5.2.2. Observasi…………………………………………………….. 57

5.3. Pembahasan

5.3.1. Analisis SWOT……………………………………………… 79

5.3.2. Analisis Organisasi Pelaksana Program…………………….. 85

5.3.3. Interprestasi Terhadap Program…………………………….. 88

5.3.4. Analisis Penerapan Program……………………………….… 89

5.3.5. Analisis Pengaruh Masyarakat terhadap Implementasi

Program………………………………………………………. 90

BAB VI. PENUTUP6.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 94

6.2. Saran ………………………………………………………………… 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: Adi Ardinan

12

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB propinsi tahun 1996-2000

Tabel 1.2. Rekapitulasi program Jaring Asmara tahun 2004

Tabel 1.3. Program Prioritas pemerintah Kota Bengkulu 2005-2007

Table 1.4. Program Prioritas Pemerintah Kota Bengkulu tahun 2005 –2007

Tabel 4.4.1. Keadaan Pegawai berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.4.2. Keadaan Pegawai berdasarkan jabatan

Tabel 4.4.3. Keadaan Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.4.4. Keadaan Pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan

Tabel 4.4.5. Keadaan Pegawai berdasarkan golongan

Tabel 5.1. Karakteristik informan berdasarkan kelompok umur

Tabel 5.2. Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.2. Jadwal pelaksanaan Progam jaringn asmara Bappeda Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.2.1. Matrik analisis partisipatif di Kec.Ratu Samban Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.2.2. Matrik analisis partisipatif di Kec.Ratu Agung Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.2.3. Matrik analisis partisipatif di Kec.Gading Cempaka Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.2.4. Matrik analisis kepentingan masyarakat di Kecamatan – Kecamatanpada Kota Bengkulu, 2006

Tabel 5.2.4. Matrik analisis kekhawatiran masyarakat di Kecamatan – Kecamatanpada Kota Bengkulu, 2006

Tabel 5.2.4. Matrik analisis Potensi masyarakat di Kecamatan – Kecamatan padaKota Bengkulu, 2006

Tabel 5.2.4. Matrik analisis Kelemahan masyarakat di Kecamatan – Kecamatan padaKota Bengkulu, 2006

Tabel 5.2.4. Matrik analisis Implikasi masyarakat di Kecamatan – Kecamatan padaKota Bengkulu, 2006

Page 13: Adi Ardinan

13

Tabel 5.3.1. Analisis SWOT langkah 1, program Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.3.1. Analisis SWOT langkah 2, program Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.3.1. Analisis SWOT langkah 3, program Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006

Tabel 5.3.2 .Kehadiran Dinas/Instansi dalam program jaring Asmara Kota Bengkulu

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Persentase PDRB Kota Bengkulu Tahun 2003

Bagan 5.3. Hubungan Antar Pihak

Bagan 5.3.4. Alur Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Kota

Bengkulu

Page 14: Adi Ardinan

14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedomam pokok wawancara untuk pelaksana program

2. Pedoman pokok wawancara untuk masyarakat

3. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kesbanglinmas Kota Bengkulu

4. Surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas Propinsi Bengkulu

5. Surat Keterangan Penelitian dari Bappeda Kota Bengkulu

6. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006

7. Keputusan Walikota Bengkulu nomor 115 tahun 1005

8. Diagram Alur Usulan Aspirasi Masyarakat

9. diagram pendekatan partisipasi masyarakat

10. Data aspirasi masyarakat

11. Daftar hadir kegiatan Jaring Asmara

Page 15: Adi Ardinan

15

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses menuju perbaikan taraf kehidupan

masyarakat secara menyeluruh dan berkelanjutan. Tujuan yang akan dicapai adalah

masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujutkan cita – cita tersebut telah dilakukan

berbagai upaya pembangunan terutama melalui pengadaan sarana fisik yang

mendukung upaya tersebut.

Pembangunan adalah upaya negara dan bangsa dalam rangka pencapaian

tujuan negara yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pembangunan nasional harus

sistematis, konsisten dan berkelanjutan. Pembangunan nasional merupakan

perubahan yang secara luas dalam masyarakat mencakup masalah – masalah

ekonomi, sosial, budaya dan politik dimana masalah tersebut saling berhubungan satu

sama lain.

Pembangunan nasional di Indonesia selama ini selalu mengalami

perubahan – perubahan sistem dari pemerintahan Soekarno sampai dengan

pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Wisnu Hidayar (4:2004)

pemerintahan Soekarno memberikan sistem desentarliasi kepada masyarakat

walaupun sangat sulit terealisai karena ketika itu sedang terjadi kegiatan

mempertahan kemerdekaan. Pemerintahan Soeharto dengan orde Baru (Orba)

menggunakan menggunakan sistem sentralisasi yang sangat ketat kepada daerah

sehingga daerah kesulitan untuk mengembangan potensi daerah karena sudah diatur

Page 16: Adi Ardinan

16

dari pusat. Runtuhnya Orba dengan reformasi membuka sistem pemerintahan dari

rakyat ,oleh rakyat dan untuk rakyat melalui isu otonomi daerah.

Pembangunan nasional sejak tahun 1997 mengalami perubahan besar,

dengan krisis multidimensi mulai dari krisis yang melandah seluruh masyarakat

sampai dengan terjadinya penurunan Presiden Soeharto pada tanggal 27 Mei 1998.

Problematika yang sangat besar terjadi pada tatanan pemerintahan, menurut Aty

Harun (www.asiaafundasion.org) problem yang paling utama setelah reformasi

dengan adanya tuntutan dari daerah dengan otonomi daerah yang seluas –luasnya

kepada daerah.

Otonomi daerah sendiri secara konseptual bertujuan menjadikan

penyelenggaraan pemerintahan lebih efisien dan transparan. Daerah memiliki

keleluasaan untuk menjalankan sebuah wewenang sesuai dengan kondisi, kebutuhan

dan kemampuan daerah, tentu saja pemerintah daerah tidak bisa berjalan sendiri. Ada

keharusan keterlibatan masyarakat. Sebagai pihak yang terkena dampak sebuah

kebijakan, masyarakat selayaknya ikut menentukan apa yang menjadi kebutuhannya

(http://jipi.or.id).

Menurut Aty Harun (www.asiaafundasion.org), pembangunan Indonesia

terutama di daerah – daerah ditinjau dari perekonomian ternyata membuat kondisi

yang sangat berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Dalam konteks

pembangunan regional salah satu hal yang mendorong pembangunan daerah yaitu

laju pertumbuhan suatu daerah yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Hal ini berdampak pada kondisi masyarakat Indonesia baik langsung

maupun secara tidak langsung terlihat dengan pendapatan masyarakat, secara umum

Page 17: Adi Ardinan

17

dibawah ini memberikan gambaran tentang pendapatan daerah berdasarkan propinsi

tiap –tiap daerah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tebel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi tahun 1996 – 2000

No Propinsi 1996 1997 1998 1999 20001. NAD 14637 17056 24957 26992 286262. Sumatera Utara 28173 34006 50706 61958 682123. Sumatera Barat 9515 10745 17643 20515 223684. Riau 23855 26865 42838 48570 554305. Jambi 4024 4592 6859 7950 90616. Sumetera Selatan 16986 20156 33072 36036 456697. Bengkulu 2206 2540 3610 4044 45408. Lampung 9239 10570 18482 21868 232539. DKI Jakarta 82587 96651 138564 164309 18803610. Jawa Barat 89405 101101 142764 159350 18163011. Jawa Tengah 52505 60296 84610 101509 11840512. DIY 6393 7104 9864 11763 1296513. Jawa Timur 76567 88824 135753 157275 17727414. Kalimantan Barat 8454 10193 14635 16300 1786315. Kalimantan Tengah 5206 5946 8610 9554 1087116. Kalimantan Selatan 7294 8040 12245 14778 1768817. Kalimantan Timur 24118 27305 51505 55739 7217818. Sulawesi Utara 4791 5614 9449 10781 1176219. Sulawesi Tengah 3024 3497 6630 7257 824020. Sulawesi Selatan 11833 13538 21951 24065 2659621. Sulawesi Tenggara 2102 2387 4377 4732 573022. Bali 8621 9897 13526 14531 1651023. Nusa Tenggara Barat 3986 4534 7549 8187 1193724. Nusa Tenggara Timur 3333 4083 4868 5618 632925. Maluku 3634 4008 5226 4271 453126. Papua 8264 9482 19053 18249 20714 Total 510754 589110 889345 1016118 1166418

Indonesia 532568 627696 955753 1109979 1290684 Sumber : www.undp.com

Berdasarkan tabel 1.1. perkembangan perekonomian pada umumya

mengalami peningkatan, tetapi tejadi kesenjangan yang sangat besar antara propinsi

yang satu dengan yang lain. PDRB propinsi –propinsi di Pulau Jawa sangat berbeda

jauh dengan kondisi di daearah di luar Pulau Jawa. PDRB terbesar dimiliki DKI

Jakarta sedangkan yang paling kecil pada tahun 1996 –1997 propinsi Sulawesi

Tenggara, tetapi pada tahun 1998 sampai sekarang tenyata propinsi Bengkulu PDRB

Page 18: Adi Ardinan

18

paling kecil dibandingkan daerah yang lain padahal terletak di pulau Sumatera yang

telah maju.

Otonomi daerah ternyata menimbulkan kesenjangan antara daerah yang

satu –dengan daerah yang lain, kondisi otonomi daerah memberikan kemajuan yang

berarti kepada suatu daerah tetapi hal lain terjadi dengan semakin mundurnya dengan

adanya otonomi daerah. Permasalahan ini menyebabkan kesenjangan antara daerah

yang satu dengan daerah lainnya. Permasalahan yang menjadi sorotan tajam yaitu

kinerja pemerintah baik pusat maupun daerah. Seperti pendapat Ryaas Rasyid

(2002:15) bahwa tugas pokok dari pemerintahan adalah menyediakan dan

menyelenggarakan pelayan terhadap masyarakat. Dari pendapat ini dapat dilihat

keberhasilan pemerintah tidak hanya diukur dari terjaminnya stabilitas politik,

stabilitas ekonomi dan stabilitas sosial tapi juga kemampuan pemerintah

menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan terhadap masyarakat.

Akses tentang pelayanan masyarakat terutama dari pemenuhan hajat

hidup orang banyak pada saat ini menjadi pusat perhatian. Melihat kondisi Indonesia

pasca era reformasi ternyata pelayanan terhadap akses –akses kepada masyarakat

belum juga menunjukan peningkatan sehingga mengundang tanda tanya berbagai

kalangan. Berdasarkan laporan the world competitiveness of the year book (dalam

Agus Dwiyanto; 2002:45) kemampuan pemerintah Indonesia dalam pelayanan publik

berada pada kelompok negara rendah diantara 100 negara yang memilki indeks paling

kompetitif di dunia. Penilaian yang sama juga dilakukan oleh Political and economic

risk Consultancy (dalam Kompas, 22 juni 2001) dengan meletakan peringkat kualitas

pelayanan Pemerintah Indonesia pada tingkat paling rendah di Asia, hal ini di

Page 19: Adi Ardinan

19

dasarkan atas tingkat korupsi dimana pemerintah yang paling korupsi membuat

tingkat pelayanan menjadi rendah.

Dari data di atas terjadinya kurangnya pelayanan di Indonesia disebabkan

aparatur pemerintahan tidak menjalankan tugas pokoknya dengan baik. Aparatur

Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan/abdi masyarakat. Ia tidaklah diadakan

untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat. Hal ini harus

secara dicarikan jalan pemecahanya, jika tidak dikhawatirkan akan mempunyai

dampak negatif bagi kelangsungan pembangunan nasional. Oleh karena itu

pemerintah perlu semakin didekatkan pada masyarakat, sehingga pelayanan yang

diberikan menjadi maksimal. Menurut Ryas Rasyid (1998:139) salah satu cara untuk

mendekatkan pemerintah pada masyarakat adalah dengan menerapkan kebijakan

desentralisasi. Asumsinya kalau pemerintah berada dalam jangkauan masyarakat,

maka pelayanan menjadi lebih cepat, responsif dan akomodatif.

Pelibatan publik dalam partisipasi masyarakat sebenarnya telah

terwakilkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik di tingkat Pusat

sampai daerah tetapi tidak berjalan optimal. Menurut pendapat Ihsan Haerudin

(4:2003):

‘Khusus mengenai peranan legislatif, tidak bisa diharapkan sepenuhnya. Hal inidimungkinkan karena adanya keterbatasan demokrasi perwakilan, yangmeliputi tiga hal. Pertama, legislatif mengalami keterbatasan dalam memahamidinamika preferensi publik yang terjadi tiap tahun. Kedua, tingginya asimentrisinformasi antara legislatif dan masyarakat, dalam memahami kebutuhanpembangunan di daerah. Ketiga, secara ekonomi politik, setiap anggotalegislatif bukanlah manusia yang tidak memiliki orientasi individual ataukelompok’.

Page 20: Adi Ardinan

20

Melihat belum berjalannya peran legislatif sehingga kepentingan

masyarakat tidak dapat tertampung dengan baik padahal di masa Otonomi Daerah

(OTDA) peran masyarakat sangat menentukan. Menurut Rusfi Yunairi

(http://www.apeksi.or.id/), yang menjadi isu sentral pada daerah otonom,

seharusnya adalah bagaimana masyarakat bisa menyalurkan aspirasi, dan mekanisme

apa yang disiapkan oleh pemda setempat. Substansi paling penting dari otonomi

daerah adalah penyerahan kewenangan. Daerah boleh mengatur dirinya sendiri

karena kewenangan yang dimilikinya. Namun bukan berarti pemahaman ini hanya

berlaku untuk pemerintah daerah saja, melainkan seluruh komponen di daerah.

Pentingnya peranan publik dalam konteks kenegaraan dan sosial dalam

proses pembangunan selama ini, konteks peran publik masih terkesan termarginalkan

oleh penguasa/pemerintah. Peranan publik di sini lebih banyak diterjemahkan dalam

wilayah pelayanan (public service), tanpa melihat fungsi publik yang lebih penting,

yaitu fungsi partisipasi untuk menentukan nasibnya sendiri di wilayah pembangunan.

Hak pelayanan yang diberikan penguasa (pemerintah) kepada masyarakat

pun diberikan setengah hati dengan berbagai kesulitan yang entah sengaja atau tidak

disengaja diatur dalam aturan birokrasi yang sulit dan panjang. Bahkan dalam banyak

hal, pemerintah justru menempatkan dirinya sebagai kelas penguasa yang minta

dilayani oleh masyarakat.

Ahmad Mony, (http://www.suarakaryaonline.com/news) menjelaskan

bahwa terbukanya pintu partisipasi publik tentu memiliki beberapa keuntungan

strategis, seperti:

Page 21: Adi Ardinan

21

‘(i) Ditinjau dari segi efisiensi fungsi dan wewenang pemerintah, hal ini tentumerupakan penghematan tersendiri bagi sumber daya birokrasi yang terbatasdalam melaksanakan fungsi public service. Konsentrasi sumber dayabirokrasi/pemerintahan dapat ditujukkan untuk mengurus kegiatan lain yanglebih besar dan penting ketimbang mengurus hal-hal bersifat publik yang bisadiurus oleh masyarakat sendiri. (ii) Terakomodasinya kepentingan masyarakatyang menuntut peran partisipasi dalam semua proses pembangunan di eraotonomi daerah. (iii) Mengembalikan kepercayaan (trust) masyarakatterhadap pemerintah yang selama ini apatis dan pesimis terhadap hegemoninegara/pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. (iv)Terjaminnya transparansi dan akuntabilitas perencanaan dan pelaksanaanpembangunan’.

Praktek penyelenggaraan perencanaan pembangunan partisipatif

terinspirasi oleh keberhasilan penyusunan anggaran partisipatif (partisipatory

budgeting) yang dipelopori Pemerintah Kota Porto Alegre di wilayah paling selatan

Brazil, sehingga pada tahun 2002 dinobatkan sebagai one of the 40 best practices or

urban management oleh PBB berupa penghargaan yang diberikan sebagai kota yang

sukses melaksanakan partisipasi publik dalam pengelolaan pemerintah

(www.unhcr.ch).

Dalam participatory budgeting warga berpartisipasi secara langsung

dalam pembuatan kebijakan di tingkat kota. Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi

dua putaran, putaran pertama merupakan pertemuan tingkat kecamatan yang

merupakan forum memasukan usulan – usulan masyarakat sedangkan putaran kedua

pertemuan tingkat kota yang menampung usulan dan mempelajarinya setelah

diputuskan, forum ini juga menetapkan program prioritas dan alokasi anggaran

(www.farn.org.ar).

Keberhasilan Porto Alerge dalam penyelenggaraan participatory

budgeting telah menginspirasi beberapa pemerintahan kota diberbagai benua untuk

Page 22: Adi Ardinan

22

mengikuti jejaknya. Di Indonesia dengan UU no 25 tahun 2004 tentang sistem

perencanaan pembangunan nasional telah membuka peluang publik untuk ikut terlibat

dalam menentukan arah kebijakan pembangunan. Menurut UU no. 25 tahun 2004

pasal 1 butir 21 disebutkan bahwa Musrenbang adalah forum antarpelaku (multi

stakeholder) dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan

pembangunan daearah (Rahmad Bahari, 20: 2005).

Selain UU no. 25 tahun 2004, Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 tentang

“Pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta

tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), pelaksanaan

tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan

belanja daerah” terutama pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa :

‘dalam penyusunan arah dan kebijakan APBD sebagaimana dimaksud padaayat 1, diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat , berpedoman padarencana strategi daerah dan/atau dokumen perencanaan lainnya yangditetapkan daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasional di bidang keuangandaerah oleh Menteri Dalam Negeri’.

Dengan adanya peraturan dari pemerintah berupa UU no 25 tahun 20054

dan Kepmendagri no. 29 tahun 2002 semakin membuka peluang masyarakat untuk

terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah yang lebih partisipatif dan

merakyat.

Pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipasi juga telah

dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia. Kabutan Maros melaksanakan program

Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara) setelah mempertimbangkan

pembangunan selama ini belum menjawab kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2003

Page 23: Adi Ardinan

23

melalui Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Maros

memperkenalkan model Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Masyarakat

(P2DBPM). Kegiatan ini melibatkan peran aktif masyarakat melalui forum adat

Bugis – Makasar yaitu Tudung Sipulung yang melibatkan perwakilan pemuda,

organisasi masyarakat, organisasi perempuan, tokoh agama dan tokoh masyarakat

lainnya mulai dari tingkat desa sampai dengan tingkat kabupaten. Hasil dari kegiatan

ini dalam Anggran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebanyak 70 % usulan

masyarakat melalui Tudung Sipulung dimuat dalam APBD 2003. Sedangkan pada

tahun 2004, menurut laporan Bappeda kabupaten Maros, 80 % program dan kegiatan

belanja publik pada APBD merupakan usulan yang dihasilkan melalui forum adat

Tudung Sipudung (www.lesung.com).

Pemerintah Kota Surakarta juga telah membuat terobosan

penyelenggaraan pembangunan partisipatif selama tiga tahun terakhir. Pelaksanaan

kegiatan ini dimulai ditingkat kelurahan melalui forum Musyawarah Kelurahan

Membangun (Muskelbang). Hasil muskelbang selanjutnya dibahas di tingkat

kecamatan melalui Musyawarah Kecamatan Membangun (Muscambang) dan

kemudian dibahas di forum Musyawarah Kota Membangun (Muskotbang) ditingkat

kecamatan yang akhirnya dari hasil muskotbang diusulkan kepada pemerintah kota

untuk dibahas bersama –sama bersama dengan DPRD (www.wilkipedia.org).

Dari evaluasi pelaksanaan kegiatan ini selama tiga tahun ternyata belum

berjalan secara optimal dan belum memberikan manfaat yang langsung dapat

dirasakan masyarakat. Adapun kendala yang terjadi dalam pelaksanaan evaluasi

perencanaan pembangunan partisipasi di kota Surakarta, antara lain:

Page 24: Adi Ardinan

24

§ Sering terjadi tumpang tindih antara proyek usulan warga dengan proyekpemerintah pusat yang merupakan bagian dari program dekonsentrasi.

§ Warga tidak mengetahui secara persis kemampuan keuangan pemerintah kota,sehingga acap kali mendatangkan kekecewaan karena proyek yang turuntidak sesuai dengan ekspektasi dan keinginan warga.

§ Master plan atau rencana umum tata ruang dan rencana tata ruang wilayahpada umumnya sudah ketinggalan zaman, atau jika ada sering tidak ditetapkansecara konsisten dan tidak dipublikasikan secara transparan. Sebagaiakibatnya, warga sering kebingungan untuk menentukan sikap dalammusrenbang.

§ Terjadi manipulasi kepentingan yang dilakukan para utusan dari tingkatbawah ke tingkat yang lebih atas lagi (dari kelurahan ke kecamatan, darikecamatan ke tingkat kota).

§ Tingkat lanjut keputusan musrenbang oleh lembaga – lembaga terkait(sekretariat daerah, Bappeda dan lembaga yang membidangi leading sector)sering tidak transparan.

Pelaksanaan Pelaksanaan penjariangan aspirasi masyarakat di Kota

Bengkulu melalui Program Jaring Asmara sebenarnya hampir sama dengan kondisi

daerah lain. Pada tahun 2004 melalui keputusan Kepala Bappeda Kota Bengkulu

nomor 05 tahun 2004 tentang Penunjukan Tim Penjaringan Aspirasi Masyarakat Kota

Bengkulu tahun anggaran 20004. Pertama pembentukkan tim Jaring Asmara yang

dibentuk oleh Bappeda Kota Bengkulu yang pelaksanaanya dilaksanakan dengan

mengundang masyarakat yang diwakili dari berbagai unsur masyarakat seperti tokoh

masyarakat, unsur kelurahan, LSM, LPM dan lain –lain yang dimana pelaksanaan

dilaksanakan di tingkat kecamatan. Pelaksanaan program penjaringan aspirasi

masyarakat (Jaring Asmara) menampung usulan dari masyarakat dengan

memperhatiakan berpedoman dengan Propeda Kota dan Renstrada Kota Bengkulu

yang hasil laporan ini akan diolah menjadi landasan penyusunan Arah Kebijakan

Umum (AKU ) Kota Bengkulu. Pelaksanaan pelaksanan program jaring asmara Kota

Page 25: Adi Ardinan

25

Bengkulu memberikan gambaran dominan terhadap pelaksanaan beberapa sektor

sebagi berikut:

1. Sektor infrastruktur

2. Sektor pendidikan

3. Sektor pariwisata

4. Sektor jasa perdagangan dan industri

5. Sektor perikanan dan kelautan

Pengambilan kebijakan dalam pemerintah daerah Kota Bengkulu telah

disepakati dalam Program perencanaan pembangunan tingkat menegah (Propeda)

Kota Bengkulu tahun 2003- 2008. Pemerintah Kota Bengkulu memberikan prioritas

terhadap lima bidang ini karena telah menjadi rencana jangka panjang Kota Bengkulu

dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat terutama masyarakat kelas

menengah ke bawah.

Pembangunan daerah dalam rangka menyusun perencanaan pembangunan

diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat sebagai langkah awal dalam

menyusun program pembangunan daerah, agar program yang dijalankan berguna dan

dapat bermanfaat terutama dalam peningkatan pola dan tata hidup masyarakat umum.

Usulan masyarakat sebagai upaya memberikan gambaran tentang

kebutuhan mereka dapat menjadikan sebagai acuan dasar terhadap kebijkan yang

akan diambil oleh pemerintah daerah Bengkulu. Aspirasi –aspirasi yang masuk akan

diolah oeh pemerintah dan bila sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan program

prioritas pemerintah maka akan segara direalisasikan.

Page 26: Adi Ardinan

26

Berikut ini beberapa usulan terutama program prioritas dalam program

Jaring Asmara yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Bengkulu antara lain :

Tabel 1.2. Rekapitulasi Program Jaring Asmara Kota Bengkulu tahun 2004

No Program proiritas Aspirasi/usulan masyarakat Implementasi dalamAPBD 2004

1. Infrastruktur • Pembuatan jalan tembusSukamerindu –Kampung Kelawi

• Penambahan instalasi sambunganrumah ke Surabaya permai

• Rehab jembatan Tengah Padang –Bajak

• Pembangunan jembatan SungaiHitam – Pasar Bengkulu

2. Pendidikan • Rehabilitasi SD, SLTP, SLTA• Penambahan SD

3. Pariwisata • Penataan kawasan Pantai SungaiHitam

• Pemugaran makan peninggalanInggris dan benteng Marlborough

• Pembebasan pungutan retribusimasuk lokasi Pantai Panjang

4. Jasa perdagangan danindustri

• Pembinaan usaha industri kecil• Bantuan modal usaha• Pengembangan pasar kecamatan• Penataan Pasar Panorama dan

Pasar Minggu• Pengoptimalisasi Pasar Pagar

Dewa

5. Perikanan dankelautan

• Pembinaan terhadap nelayan• Pembangunan dermaga PPI• Pemberian bantuan modal, alat

tangkap kepada nelayan

Sumber : Laporan penjaringan aspirasi masyarakat Kota bengkulu, 2004

Dari tabel 1.2. diatas ternyata masih banyak usulan masyarakat yang

belum bisa di implementasikan oleh Pemerintah Kota Bengkulu yang padahal

kondisi tersebut sangat mempengaruhi hajad hidup masyarakat. Implementasi dari

pelaksanaan program ini masih sangat sulit dirasakan oleh masyarakat dikarenakan

Page 27: Adi Ardinan

27

tidak adanya transparansi data dan akses yang memungkinkan masyarakat untuk

melihat apa yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Sehingga masih banyak program yang diusulkan oleh masyarakat tetapi

belum direalisasikan oleh Pemda Kota Bengkulu sehingga menimbulkan kesan

bahwa pelaksanan program Jaring Asmara hanya sebagai penglegalisasian terhadap

program yang akan dilaksanakan pemda. Berdasarkan pelaksanaa program Jaring

Asmara belum ditemukan mengapa suatu usulan masuk ke dalam kebijakan dan

mengapa kebijakan yang lain tidak masuk dalam anggaran pemerintah. Program

Jaring Asmara sebagai partisipasi publik apakah menjadi landasan kebijakan, menjadi

pertanyaan besar tehadap kebijakan pemerintah apabila tidak masuk dalam

pengambilan kebijakan ke depan. Sehingga harud ada singkronisasi antara kebijakan

pemerintah dengan kebutuhan rakyat. Maka proses pengambilan kebijakan oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bengkulu. Maka perlu

dilihat bagaimana suara publik dapat masuk menjadi kebijakan daerah sehingga

menjadi kebijkan daerah. Berdasarkan data PDRB kota Bengkulu ada beberapa sektor

yang sangat berpengaruh pada masyarakat antara lain, sebagai berikut :

Sumber : BPS Kota Bengkulu ,2003

I. Tabel 1.3.II. PERSENTASE PDRB KOTA BENGKULU 2003

pengangkutandankomunikasi

32%

perdagangan hoteldan restoran

22%

jasa - jasa22%

keuangan9%

bangunan7% lainnya

8%

Page 28: Adi Ardinan

28

Tabel 1.3. memberikan gambaran bahwa ternyata sektor pengangkutan

dan komunikasi (32 %) sangat berpengaruh terhadap kondisi masyarakat Bengkulu,

diikuti dengan sektor jasa (22%) serta perdagaan, hotel dan restauran (22%) tetapi

ternyata kebijakan yang diambil pemerintah berbeda dengan kondisi masyarakat.

Secara umum dapat terlihat dari progam prioritas pemerintah Kota Bengkulu tahun

2005 –2007 antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.4. Program Prioritas Pemerintah Kota Bengkulu tahun 2005 -2007

Sumber: Laporan Jaring Asmara, 2003

Berdasarkan tabel 1.4. diatas, Pemda Kota Bengkulu meletakan bidang

umum pemerintahan berada dalam prioritas utama diikuti bidang pertanian.

Berdasarkan aspirasi yang masuk dalam program Jaring asmara meletakan bidang

pekerjaan umum sebagai aspirasi yang paling banyak masuk dalam program Jaring

Asmara. Tidak jauh berbeda dalam PDRB Kota Bengkulu menunjukan bidang

pengangkutan dan komunikasi pada urutan utama, dalam program prioriatas

Tahun 20061. Bid Umum pemerintah2. Bid Pertanian3. Bid perikana dan kelautuan4. Bid pertambangan dan energi5. Bid Kehutanan danPekebunan6. Bid perindustrian danperdagangan7. Bid Perkoperasian8. Bid Penanaman Modal9. Bid Ketenagakerjaan10. Bid Kesehatan11. Bid Pendidikan dan Kebudayaan12. Bid Sosial13. Bid Penataan Ruang14. Bid Pemukiman15. Bid Pekerjaan Umum16. Bid Perhubungan17. Bid lingkungan Hidup18. Bid Kependudukan19. Bid Olahraga20. Bid Kepariwisataan21. Bid Pertanahan

Tahun 20051. Bid Umum pemerintah2. Bid Pertanian3. Bid perikana dan kelautuan4. Bid pertambangan dan energi5. Bid Kehutanan dan Pekebunan6. Bid perindustrian dan perdagangan7. Bid Perkoperasian8. Bid Penanaman Modal9. Bid Ketenagakerjaan10. Bid Kesehatan11. Bid Pendidikan dan Kebudayaan12. Bid Sosial13. Bid Penataan Ruang14. Bid Pemukiman15. Bid Pekerjaan Umum16. Bid Perhubungan17. Bid lingkungan Hidup18. Bid Kependudukan19. Bid Olahraga20. Bid Kepariwisataan21. Bid Pertanahan

Tahun 20071. Bid Umum pemerintah2. Bid Pertanian3. Bid perikana dan kelautuan4. Bid pertambangan dan energi5. Bid Kehutanan dan Pekebunan6. Bid perindustrian dan perdagangan7. Bid Perkoperasian8. Bid Penanaman Modal9. Bid Ketenagakerjaan10. Bid Kesehatan11. Bid Pendidikan dan Kebudayaan12. Bid Sosial13. Bid Penataan Ruang14. Bid Pemukiman15. Bid Pekerjaan Umum16. Bid Perhubungan17. Bid lingkungan Hidup18. Bid Kependudukan19. Bid Olahraga20. Bid Kepariwisataan21. Bid Pertanahan

Page 29: Adi Ardinan

29

pemerintah bidang perhubungan diletakkan pada urutan enam belas. Jadi bila

pembangunan Kota Bengkulu masih melihat kebutuhan pemerintah sebagai

kebutuhan utama ternyata tidak sesuai dengan data kebutan masyarakat dan aspirasi

yang masuk kepada pemerintah. Sehingga akan terjadi distorsi kebutuhan dan

pembangunan Kota Bengkulu. Pembangunan yang dilakukan dalam prioritas

pembangunan pemerintah ternyata belum menggambarkan kebutuhan dan arah

pembangunan Kota Bengkulu.

Apabila program pemerintah tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat

dikhawatirkan pembanguann akan tidak tetap sasaran dan dapat menimbulkan

kesenjangan pembangunan dalam masyarakat kota Bengkulu.

Berdasarakan permasalahan yang ada di atas maka penulis tertarik

untuk membahas lebih jauh tentang partisipasi publik yang terjadi pada masyaralat

Kota Bengkulu, dengan judul “Analisis implementasi program penjaringan aspirasi

masyarakat (jaring asmara) pada Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota

Bengkulu”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuat rumusan masalah

“Bagaimana proses implementasi program penjaringan aspirasi masyarakat

yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Bengkulu ?”.

Page 30: Adi Ardinan

30

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui mekanisme pelaksanaan program jaring asmara.

2. Mengetahui implementasi program jaring asmara pada Bappeda Kota

Bengkulu.

3. Mengetahui dan menganalisis kesenjangan yang terjadi antara mekanisme

dan implementasi program jaring asmara pada Bappeda Kota Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dari penelitian dapat memperkaya bahan referensi yang

berhubungan dengan partisipasi masyarakat.

2. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kota Bengkulu ,Bappeda dan

Instansi yang terkait dalam partisipasi masyarakat.

3. Memperkaya khasanah keilmuan dan tradisi ilmiah pada jurusan Ilmu

Administrasi Negra Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Page 31: Adi Ardinan

31

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi Program

Kamus Webster, merumuskan secara pendek bahwa to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan

saran untuk melaksanakan sesuatu). Kalau pandangan ini kita ikuti maka

implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses pelaksanaan

keputusaan kebijakan (biasanya dalam bentuk UU, Peraturan Pemerintah, keputusan

Peradilan, perintah Eksekutif dan Dekrit Presiden). (dalam Wahab, 1990:64)

Presmen (dalam Wahab, 1991:49) mendefinisikan implementasi sebagai

sebuah proses interaksi antar suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk

meraihnya.

Agak mirip dengan pandangan diatas, Van Meter dan Van Horn (dalam

Wahab, 1997:;65) merumuskan proses implementasi itu sebagai those action by

public or individuals (or groups) that are directed at the achiment of objectives set

forth Indonesian prior decisions (tindakan –tindakan yang baik dilakukan oleh

individu -individu atau pejabat –pejabat atau kelompok –kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan -tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijaksanaan).

Selain itu Daniel A. Mazmaniaan dan Paul A. Sabatier (dalam wahab,

1997:65) menjelaskan makna implementasi ini dengan menyatakan bahwa :

‘memahani apa yang kenyataanya terjadi sesudah suatu program dinyatakanberlaku/dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi yaknikejadian kejadian dan kegiatan – kegiatan yang sesudah disahkan pedoman

Page 32: Adi Ardinan

32

– pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha –usaha yangmengadministarsinya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyatapada masyarakat/ kejadian – kejadian’.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi merupakan proses interaksi antara individu/kelompok//golongan dalam

rangka untuk mencapai tujuan –tujuan yang telah digariskan keputusan yang dapat

menimbulkan dampak nyata pada masyarakat.

Perserikatan Bangsa –Bangsa (PBB) (dalam Tjokroamidjojo,1985:195)

mengartikan program sebagai sesuatu yang diemban dan membentuk suatu aktifitas

sosial yang terorganisir pada tujuan tertentu, yang terbatas pada ruang dan waktu.

Biasanya pengembangan suatu program berupa proyek kegiatan yang merupakan

salah satu bagian dalam program tersebut.

Presmen (dalam Jones, 1991:295) mendefinisikan implementasi program

sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang

mampu untuk meraihnya. Dengan demikian implementasi program diperlukan adanya

kemampuan untuk membentuk hubungan –hubungan lebih lanjut dalam rangka sebab

akibat yang menghubungkan tindakan dan tujuan. Selanjutnya Martin (dalam

Tjokomadjojo,1989:154) menyatakan kajian terhadap implementasi program dapat

dilaksanakan dengan mencatat apa yang telah dicatat program, kemudian

mengidentifikasikan permasalahan dalam pelaksanaan program, terutama yang

mengakibatkan tidak dapat terealisasinya secara baik sekaligus memberikan arah

pemecahan masalah tersebut.

George C. Edward III (dalam Abdullah, 1988:400-402) menyatakan untuk

mendekati persoalan implementasi program, Edward mengajukan dua pertanyaan

Page 33: Adi Ardinan

33

pokok, Pertama : apa saja yang menjadi prasyarat untuk berhasilnya suatu

implementasi? Kedua: apa saja yang menjadi penghambat utama terhadap berhasilnya

implementasi suatu program?. Edward kemudian menjabarkan suatu pertanyaan

pokok itu menjadi empat faktor/variable yang merupakan syarat berhasilnya

implementasi program. Keempat factor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi, dimana agar imlementasi program berhasil, maka para eksekutorharus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Hal ini menyangkut prosespenyampainan informasi, atau ta\ransmisi, kejelasan dan konsisten informasi.

2. Sumber daya, yang mencakup staf yang cukup, tersedianya informasi yangdibutuhkan, kewenangan dan tanggung jawab serta fasilitas yang tersediadalam pelaksanaan.

3. Disposisi, komitmen para pelaksanan terhadap program, terytama para aparatbirokrasi.

4. struktur birokrasi, yakni terdapat prosedur baku/standar yang mengatur tataaliran pekerjaan dan pelaksanaan program (termasuk di dalamnya mekanismekoordinasi).

Selain itu menurut pendapat Jones (1991:296) dalam mengimplemtasikan

program ada tiga pilar utama sebagai perangkat utama, dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Organisasi pelaksana program

Menyangkut masalah organisasi, Waterson (dalam Tjokroamidjojo

dkk,1988:40) keberhasilan pembangunan berencana tergantung pada kapasitas

struktur administrasi untuk melasanakan rencana – rencana, program –program dan

proyek –proyek dalam setiap bidangn kegiatan. Organisasi sebagai wadah dan proses

menentukan sekali dalam rangka pencapaian tujuan. Tingginya kemampuan

organisasi memberi harapan besar untuk mengimplementasikan program secara

efektif. Hal yang senada juga diungkapkan Jones (1991:311) yang menyatakan bahwa

tujuan awal dari organisasi adalah menjalankan program –program yang

Page 34: Adi Ardinan

34

direncanakan. Menurut Schein (1983:13-14) gagasan penting yang melingkupi

konsep organisasi antara lain berupa koordinasi, tujuan bersama dan pembagian kerja.

2. Interpretasi Pelaksana Program

Gibson (1990:56-57) mengartikan persepsi sebagai proses kognitif yang

diperlukan oleh seseorang untuk menafsirkan mencakup penafsiran objek, tanda, dan

dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Interpretasi terhadap program

mempengaruhi keeftifan implementasinya, dalam segala permasalahannya dikatakan

oleh Edward (dalam Jones, 1991:320) pihak yang terlibat dalam implementasi

program harus tahu apa yang seharusnya dilakukan. Pemahaman secara tepat

terhadap program diperlukan untuk mampu menginterprestasikan secara tepat,

akibatnya pelaksanaan program akan mempunyai kebijakan tersendiri dalam

memberlakukan implementasi program.

Menurut Drucker (dalam Nigro dan Nigro, 1980:299) alat yang tepat yang

dipergunakan untuk hal tersebut adalah komunikasi. Melalui komunikasi yang baik

akan dapat mempengaruhi terhadap sikap para pelaksana program, yang mana

Edward III (1980:11) menyatakan bahwa efektifitas implementasi program bukan

hanya para implementor mengetahui apa yang akan dilakukan dan mempunyai

kemampuan untuk itu, tetapi para implementor juga harus berkeinginan

melaksanakan kebijakan tersebut.

3. Penerapan Program

Dimensi terakhir dari implementasi program adalah analisis terhadap

pemindahan rumusan program ke dalam kegiatan. William (dalam Jones, 1991: 295)

menyatakan :

Page 35: Adi Ardinan

35

‘Masalah yang paling penting dalam penerapan adalah hal memindahan suatukeputusan ke dalam kegiatan atau pengoperasian dengan cara tertentu. Dancara tersebut adalah bahwa apa yang dilakukan memiliki kemiripan nalardengan keputusan tersebut, serta berfungsi dengan baik di dalam lingkuplembaga. Ini mengandung pesan yang lebih jelas dibandingkan dengankesulitan dalam menjembatani jurang pemisah antara keputusan kebijakandan bidang kegiatan yang dikerjakan’.

Dimensi ini menunjukan bahwa implementasi program membutuhkan daya,

pikiran dan waktu yang lama, mungkin jauh berbeda dari dugaan para penyusun

program. Implementasi bukan sekedar perkiraan hipotesisi dari orang – orang yang

memperhitungan dan merencanakan.

2.2. Partisipasi

Suplan dalam kamus istilah Kesejahteraan Sosial (1983: 86)

mendefinisikan partisipasi adalah sebagai Pengambilan bagian dalam suatu kegiatan

tertentu terdidik dari golongan masyarakat dan tunduk sepenuhnya pada pola –pola

kebiasaan yang berlaku dalam golongan itu. Sedangkan menurut Siagian (dalam

Khahar 1996:8) mengemukakan partisipasi sebagai ‘keterlibatan pikiran, mental,

emosional dan tindakan – tindakan individu dalam suatu kelompok untuk mendorong

agar mereka mengeluarkan kemampuan guna mencapai tujuan - tujuan kelompok

dan ikut bertanggung jawab atas kelompoknya’.

Menurut Battacharyya dalam Ndraha (1991:102), partisipasi diartikan

sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Selanjutnya Ndraha (1984:59),

mengatakan partisipasi adalah keterlibatan seseorang terhadap kegiatan bersama.

kemudian Davis dalam Harsono (1990:4), mengemukakan pendapatnya tentang

partisipasi yaitu keterlibatan mental dan emosional seseorang pada situasi kelompok

Page 36: Adi Ardinan

36

yang mendorongnya untuk ambil bagian terhadap pencapaian tujuan kelompok serta

ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut.

Disamping itu menurut Ndraha, (1987:103) :

‘partisipasi dapat dianggap sebagai tolak ukur apakah proyek yangbersangkutan merupakan kepentingan msyarakat setempat atau bukan,umpamanya proyek pembangunan disuatu daerah, tetapi masyarakat tidakmempunyai kesempatan perpartisipasi didalamnya, maka pada hakekatnyaproyek itu bukanlah proyek pembangunan daerah setempat.’

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi

merupakan keterlibatan pikiran, mental, emosional dan tindakan – tindakan individu

agar mereka mengeluarkan kemampuan untuk ambil bagian terhadap pencapaian

tujuan kelompok serta ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut guna

mencapai tujuan - tujuan kelompok dan ikut bertanggung jawab atas kelompoknya.

Hal ini dipertegas dengan pendapat Tjokroamidjojo (1983:225) yang

menyatakan bahwa :

‘Partisipasi merupakan keterlibatan berbagai pihak dalam suatu proses yangditentukan sebelumya. Ditegaskan kembali, bahwa partisipasi adalah terlibatnyaatau bergeraknya seluruh masyarakat dalam proses pembangunan yangterencana sesuai dengan arah dan startegi yang telah ditetapkan melalui suatubentuk partisipasi dalam suatu proses pembangunan’.

Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi masyarakat

sangat penting dalam pembangunan. Jadi keberhasilan pembangunan sangat

ditentukan peran partisipasi dan keikut sertaan masyarakat.

Menurut Hamid (1997:6), partisipasi dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu:

1. Buah pikiran, partisipasi ini merupakan sumbangan yang diberikan seseorangatau kelompok masyarakat terhadap aktivitas – aktivitas seperti saran, ide ataupengalaman.

2. Tenaga, partisipasi ini sering dilakukan dalam gotong royong, hajatan,kemalangan dan sebagainya yang bersifat spontan.

Page 37: Adi Ardinan

37

3. Harta benda atau materi, partisipasi ini erat hubungannya dengan pemberianuang atau harta dengan penuh kerelaan untuk kepentingan bersama.

Selain itu menurut Tjokroamidjojo (1985:222-224), ada empat aspek

penting dalam rangka partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:

1. Terlibat dan ikut serta masyarakat tersebut sesuai dengan mekanisme proseskebijakan dalam suatu negara yang turut menentukan arah, strategi dankebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan - tujuan danterutama cara – cara dalam merencanakan tujuan itu sebaiknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan – kegiatan nyata dan konsisiten denganarah, startegi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses sebelumya.

4. Adapun perumusan dan pelaksanaan program –program partisipatif dalampembangunan yang terencana, yang memberikan kesempatan secara langsungkepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam rangka yang memyangkutkesejahteraan mereka, dan juga secara langsung melaksanakan sendiri sertamemetik hasil pembangunan tersebut.

Hasil penelitian Glodsmith dan Blustain (dalam Ndraha, 1987:105)menyatakan masyarakat bergerak berpartisipasi jika :

1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yangsudah ada ditengah –tengah masyarakat.

2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung pada masyarakat yangbersangkutan.

3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentinganmasyarakat setempat.

4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan olehmasyarakat.

Dari penjelasan – penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan sehingga dalam pelaksanaanya

diperlukan perencanaan – perencanaan di dalamnya.

Menurut pendapat Paulus Wirotomo (124:2004) antara lain:

’dalam perencanaan pembangunan keikutsertaan masyarakat bukanmerupakan sekedar alat atau cara tetapi merupakan bagian dari tujuan,karena dari keikutsertaan yang aktif dan kreatif itulah hakekat manusiasebagai makhluk yang memilki aspirasi dan harga diri’.

Page 38: Adi Ardinan

38

Selain pendapat tersebut Wisnu Hidayat (5:2005) mengatakan partisipasi

stakeholder sangat diperlukan pemerintah dalam membantu pengelolaan sumber daya

daerah secara optimal.

Menurut Rachmad Bahari (8:2005) mengatakan bahwa :

’agar partisipasi dapat dirasakan manfaatnya, terdapat tiga prinsip yangharus dipenuhi yakni memiliki kepemilikan akses pada pembuatan kebijakan, aksespada informasi publik dan akses pada proses peradilan sehingga tidak terjadimanipulasi yang dapat merugikan rakyat’.

Beberapa permasalahan perencanaan baik dari proses maupun hasilnya

yang selama ini ada dan berkembang di era desentralisasi adalah (GTZ dan CLEAN

Urban, 2000) :

- Perumusan/perencanaan pembangunan daerah hanya terbatas pada instansi –instansi pemerintah

- Prioritas pembngunan daerah tidak mencakup rencana strategis jangkapanjang, tetapi berubah berdasarkan prioritas yang ditetapkan oleh kepaladaerah (atau bersama dengan DPRD).

- Pendekatan peerencanaan partisipatif di tingkat desa/kelurahan tidak berlanjutdan bersambung ke tingkat perencanaan pembanguinan diatasnya.

- Masyarakat tidak berminat untuk berpartisipasi dalam perencanaan- Tidak terintergrasinya perencanaan pembangunan daerah- Tidak adanya transparansi atas usulan masyarakat yang masuk atau yang

sedang didiskusikan mematikan partisipasi masyarakat dalam menjaga usulanagar dapat diperhatikan.

- Ketidak jelasan fungsi DPRD dalam perencanaan pembangunan daerah.- Tidak tersedianya penjelasan mengenai tingkat, cakupan dan cara partisipasi

masyarakat dalam perencanaan yang efektif.- Tidak adanya dialog yang efektif antar pelaku pembangunan dalam

perencanaan.- Perencanaan pembangunan tidak sesuai dengan metodologi perencanaan yang

sistematis.- Tidak jelasnya peran, fungsi serta kontribusi pemerintah propinsi dalam

perencanaan wilayah.- Tidak terfasilitasinya potensi dari sektor swasta dan masyarakat dalam

perencanaan pembangunan daerah.- Kurang validnya dan akurat data yang tersedia untuk pembuatan kebijakanh

dan perencanaan.

Page 39: Adi Ardinan

39

2.3. Landasan Kegiatan

kegiatan jaring Asmara merupakan program kerja pemerintah Kota

Bengkulu sebagai kegiatan awal yang dilaksanakan Bappeda Kota Bengkulu dalam

rangka menyaring aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Dasar

kegiatan ini berdasarkan di Indonesia dengan UU no 25 tahun 2004 tentang sistem

perencanaan pembangunan nasional telah membuka peluang publik untuk ikut terlibat

dalam menentukan arah kebijakan pembangunan Menurut UU no. 25 tahun 2004

pasal 1 butir 21 disebutkan bahwa Musrenbang adalah forum antarpelaku (multi

stakeholder) dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasoinal dan

pembangunan daearah. (Rahmad Bahari, 20: 2005).

Selain UU no. 25 tahun 2004, Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 tentang

“Pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta

tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), pelaksanaan

tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan

belanja daerah” terutama pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa :

‘dalam penyusunan arah dan kebijakan APBD sebagaimana dimaksud padaayat 1, diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat , berpedoman padarencana strategi daerah dan/atau dokumen perencanaan lainnya yangditetapkan daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasioanl di bidang keuangandaerah oleh Menteri Dalam Negeri’.

Di Kota Bengkulu dengan adanya Surat Keputusan Kepala Bappeda Kota

Bengkulu nomor 05 tahun 2004 tentang penunjukan tim penjaringan aspirasi

masyarakat Kota Bengkulu tahun anggrana 2004 dengan memutuskan terbentuknya

Tim Jaring Asmara membuka peluaang masyarakat untuk terlibat aktif dalam

pelaksanaan perencanaan pembangunan. Adapun tugas tim Jaring Asmara antara lain:

Page 40: Adi Ardinan

40

1. Melaksanakan Penjaringan Aspirasi masyarakat sebagai media perencanaanPartisipatif dalam rangka penyusunan dan penetapan Arah Kebijakan Umum(AKU) APBD tahun 2005

2. Membuat dan menyampaikan laporan hasil penjaringan aspirasi masyarakatserta rekomendasi dalam penyusunan Arah Kebijakan Umum APBD tahun2005 kepada Walikota Bengkulu

Dalam petunjuk pelaksanan Penjarinagn Aspirasi masyarakat ada tiga

instrumen dalam penjaringan aspirasi masyarakat antara lain:

1. Survey melalui Koesioner2. Observasi dan pengamatan3. Dialog interaktif

Page 41: Adi Ardinan

41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode kualitatif. Metode

kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:3) adalah :

‘Sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisandari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif ini diarahkanpada latar belakang dan individu tersebut secara holistik (utuh), sehinggapeneliti tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atauhipotesis tetapi melihat individu sebagai bagian dari suatu keutuhan’.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut

Setya Yuwana Sudikan (dalam Bungin, 2004:56) penelitian kualitatif bersifat

pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala (fenomena) yang dilihat

dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto,

video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan

lain-lain), dan peneliti harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan,

mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan.

Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu atau kelompok tertentu, keadaan, gejala, dan

untuk menentukan frekuensi atau antara suatu gejala dalam masyarakat

(Koentjaraningrat, 1983:29). Diharapkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

ini diharapkan metode analisis deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang

mencoba menggambarkan kejadian, fakta, dan data dari gejala sosial yang ada di

lapangan dengan menggunakan teori yang ada. Metode ini digunakan peneliti untuk

Page 42: Adi Ardinan

42

memperoleh gambaran dan mengungkapkan bagaimana pelaksanaan implementasi

program Jaring Asmara pada Bappeda Kota Bengkulu.

3.2 Definisi Konseptual

Secara konseptual yang dimaksud dengan implementasi program Jaring

Asmara adalah proses interaksi antara perangkat tujuan dan tindakan untuk

melakukan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan –

tujuan yang telah diputuskan sehingga menimbulkan dampak nyata dalam

masyarakat.

3.3 Definisi Operasional

Secara operasional, indikator yang digunakan dalam penilaian terhadap

program Jaring Asmara meliputi :

1. Organisasi pelaksana program

v Pelaksana kegiatan.

v Pembagian tugas dan koordinasi dengan lembagaa/instansi yang terkait dalam

pelaksanaan program.

v Desentarlisasi wewenang.

2. Interprestasi terhadap program

v Pemahaman terhadap program.

v Tanggapan terhadap program.

v Dukungan terhadap program.

Page 43: Adi Ardinan

43

3. Penerapan program

v Sosialisasi program.

v Akses/pelayan terhadap masyarakat.

v Pencapaian sasaran

3.4 Sumber Data

3.4.1 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian

yaitu berupa hasil wawancara langsung dengan sasaran penelitian.

3.4.2 Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk laporan yang

dikumpulkan dari berbagai sumber guna mendukung penelitian ini,

seperti data atau dokumen dari Bappeda Kota Bengkulu maupun hasil

dari pengamatan langsung dari penelitian lapangan dari program Jaring

Asmara.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka diperlukan teknik-teknik tertentu

dalam rangka pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dapat diberi pengertian sebagai tanya jawab yang

dilakukan oleh peneliti dengan informan yang dapat memberikan data untuk

Page 44: Adi Ardinan

44

mendukung penelitian tersebut. Dalam hal ini yang diwawancarai adalah

informan pihak yang terkait dalam penelitian yaitu panitia anggaran, yang

tentunya berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun.

2. Observasi lapangan

Metode yang digunakan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap fenomena-fenomena yang terdapat pada objek penelitian seperti

pelaksanaan program Jaring Asmara yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota

Bengkulu.

3. Dokumentasi

Yaitu suatu upaya mempelajari bahan-bahan tertulis yang diperlukan sehubungan

dengan masalah penelitian. Bahan tertulis tersebut dapat berupa arsip, laporan,

agenda, perda, dan buku yang berkaitan dengan materi dan objek penelitian.

Seperti laporan hasil kegiatan Program Jaring Asmara dari tahun sebelumya

maupun kegiatan –kegiatan pemerintah dalam menyusun perencanaan

pembangunan.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang berhasil diperoleh dalam penelitian kemudian diolah. Menurut

Setya Yuwana Sudikan (dalam Bungin, 2004:56) tahap pengolahan ini kegiatannya

meliputi pemilihan data menurut klasifikasinya , kemudian dilakukan pemisahan

antara data yang tidak diperlukan . Selanjutnya data yang diperlukan di edit agar

dapat dianalisis secara deskriptif kualitatif dalam bentuk tekstular atau kalimat.

Page 45: Adi Ardinan

45

Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dengan metode SWOT

(strength, weakness, opportunity, threat). Menurut Noeng Muhajir (2004:113) analisis

SWOT digunakan untuk memperoleh gambaran dari suatu keadaan yang berlangsung

pada saat ini. Metode ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti

pengumpulan data, analisis data, pengolahan data serta pembuatan kesimpulan

tentang keadaan secara nyata dan objektif.

Setelah merincikan gambaran umum kondisi Pemerintah Kota terutama

Bappeda Kota Bengkulu dengan melihat potensi, tantangan, peluangan dan

hambataan yang dialami pada saat ini.

3.7 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian atau sample dalam penelitian ini diambil dengan

menggunakan tehnik purposive sampling. Penetapan tehnik ini berpedoman pada

pendapat Moleong (2002:6) yaitu sebagai berikut:

“… dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor kontekstual,jadi maksud sample dalam penelitian ini adalah untuk menyaring berbagaisumber dengan demikian tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalamtemuan kontekstual yang unik, dan maksud kedua adalah menggali informasiyang muncul oleh sebab itu penelitian kualitatif tidak ada sample acak ”.

Dalam penelitian ini sasaran merupakan orang –orang yang terlibat secara

langsung dalam kegiatan ini, sesuai dengan spesialisasi kerja dan bidang yang terkait

dengan orang yang diteliti. Maka penelitian ini memerlukan orang –orang yang

menguasi dan memahami prosse yang terjadi pada program jaringn asmara.

Page 46: Adi Ardinan

46

Menurut Spradly dalam Faisal (1990:45) persyaratan yang harus dimiliki

oleh informan atau sample adalah sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses akulturasi

sehingga bukan hanya sekedar diketahui,

2. Mereka yang tergolong masih berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan

yang tengah diteliti,

3. Mereka yang mempunyai kesempatan waktu yang memadai untuk dimintai

informasi,

4. Mereka yang mulanya orang yang cukup asing akan peneliti sehingga lebih

menggairahkan untuk dijadikan guru atau narasumber.

Penentuan sample dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling (sample bertujuan), yaitu sample yang sengaja dipilih karena ada maksud

dan tujuan tertentu yang dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan.

Besarnya jumlah populasi, waktu dan tenaga yang terbatas menjadikan teknik sample

diperlukan.

Dengan demikian yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tim Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara).

2. Dinas/Instansi yang berkaitan dengan program Jaring Asmara di Kota

Bengkulu.

3. Masyarakat yang terlibat dalam program Jaring Asmara.

Page 47: Adi Ardinan

47

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Umum

Berdasarkan dokumentasi kantor Bappeda Kota Bengkulu 2004, secara

geografis Bappeda Kota Bengkulu terletak di Jalan Let. Jend Basuki Rahmat No.03

Kota Bengkulu dengan batas-batas sebagai berikut :

§ Sebelah Utara berbatasan dengan Dinas Sosial Provinsi Bengkulu.

§ Sebelah Selatan berbatasan dengan Sekretariat DPRD Kota Bengkulu.

§ Sebelah Timur berbatasan dengan tanah kosong.

§ Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Let. Jend Basuki Rahmat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.50

tanggal 17 November 2000, tentang Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten/Kota bahwa visi dari kantor Bappeda Kota Bengkulu adalah”

Terwujudnya Kota Bengkulu yang maju dan beradab menuju masyarakat madani”.

Adapun misi kantor Bappeda Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :

§ Meningkatkan sumber daya manusia semua lapisan masyarakt.

§ Mewujudkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas hidup.

§ Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi serta perwujudan

Kota Bengkulu sebagai daerah tujuan wisata.

§ Menegakkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

§ Mewujudkan aparatur daerah yang bersih dan bebas KKN.

Page 48: Adi Ardinan

48

4.2 Fungsi dan Tugas Bappeda Kota Bengkulu

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 tanggal 17 November

2000, tentang Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota

dan Peraturan Daerah Kota Bengkulu No.26 tahun 2000 tentang Susunan Organisasi

Perangkat Daerah Kota Bengkulu, kantor Bappeda Kota Bengkulu memiliki fungsi

dan tugas sebagai berikut :

§ Bappeda adalah unsur penunjang pemerintahan Kota Bengkulu yang dipimpin

oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota dalam rangka mendukung

pelaksanaan tugas-tugas Pemerintah Kota baik sebagai unit staf maupun unit

lini.

§ Bappeda Kota mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Kota untuk menentukan kebijakan di bidang

Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Penanaman Modal serta

Penilaian atas pelaksanaannya, mengusahakan keterpaduan antara Rencana

Nasional dengan Rencana Daerah dan mengkoordinasi aspek-aspek

perencanaan di seluruh unit yang terdapat di wilayahnya.

§ Menyusun Pola Dasar Pembangunan Daerah yang selanjutnya dituangkan

dalam Program Pembangunan Daerah (Propeda) dan Rencana Strategis

Pembangunan Daerah (Renstra).

§ Menyusun Pola Dasar Pembangunan Daerah yang terdiri dari Pola Umum

Pembangunan Daerah Jangka Panjang dan Pola Umum Program Tahunan

Pembangunan Daerah ( Propetada) Kota Bengkulu.

Page 49: Adi Ardinan

49

§ Menyusun Rencana Pembangunan Tahunan Daerah ( Repetada) Kota

Bengkulu.

§ Menyusun program tahunan sebagai pelaksanaan dari rencana-rencana yang

dibiayai sendiri maupun yang diusulkan kepada Provinsi untuk dimasukan

kedalam program Provinsi dan/atau yang diusulkan kepada Pemerintah pusat

untuk dimasukkan ke dalam Program Tahunan Nasional.

§ Melaksanakan koordinasi perencanaan diantara Dinas-dinas, Satuan

Organisasi lain dalam lingkungan Pemerintah Kota, Instansi-instansi Vertikal,

Kecamatan-kecamatan dan Badan-badan lain yang berada dalam wilayah

daerah Kota Bengkulu.

§ Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)

bersama dengan Bagian Keuangan Daerah dengan koordinasi Sekretaris

Daerah Kota Bengkulu.

§ Melaksanakan koordinasi dan/atau mengadakan penelitian untuk kepentingan

Perencanaan Pembangunan di daerah.

§ Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan Rencana Pembangunan

di daerah untuk penyempurnaan rencana lebih lanjut.

§ Memonitor pelaksanaan Pembangunan di daerah.

§ Melaksanakan kegiatan-kegiatan lain dalam rangka perencanaan sesuai

dengan petunjuk Walikota.

4.3 Struktur Organisasi Bappeda Kota Bengkulu

Struktur Organisasi Bappeda Kota Bengkulu berdasarkan peraturan daerah

No.26 Tahun 2000, terdiri dari :

Page 50: Adi Ardinan

50

1. Kepala Bappeda Kota Bengkulu

2. Sekretariat

3. Bidang Statistik dan Pelaporan

4. Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya

5. Bidang Fisik dan Prasarana

6. Bidang Penelitian

7. Bidang Penanaman Modal Daerah

Kepala Bappeda

Tugas dan fungsi Kepala Bappeda Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :

1. Membantu Walikota Bengkulu dalam menentukan kebijaksanaan di bidang

Perencanaan Pembangunan di Kota Bengkulu serta menilai atas pelaksanaannya.

2. Melakukan koordinasi perencanaan diantara Dinas-dinas dalam jajaran

Pemerintah Daerah maupun instansi vertikal di wilayah Kota Bengkulu.

3. Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan di

daerah untuk menyempurnakan perencanaan di Kota Bengkulu.

4. Melakukan inisiatif dan kegiatan dalam bidang perencanaan untuk kemajuan Kota

Bengkulu.

5. Memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya serta memberikan petunjuk dan

bimbingan tugas sehari-hari.

Sekretariat

Sekretariat terdiri dari :

a. Kepala Sekretariat

Page 51: Adi Ardinan

51

Tugas dan fungsi Sekretariat adalah sebagai berikut :

Memberikan pelayanan tehnis administratif kepada seluruh satuan organisasi

dalam lingkungan Bappeda Kota Bengkulu.

Mengkoordinasikan Kasubag dalam pelaksanaan kegiatan.

Memberikan laporan kepada Kepala mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.

Menerima perintah baik lisan maupun tulisan dari kepala.

Memberikan saran kepada Kepala untuk kelancaran tugas.

Mewakili Kepala baik lisan maupun tertulis apabila berhalangan.

b. Kepala Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan

Tugas dan fungsi Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan :

1. Menyusun Program Tahunan Bappeda.

2. Mengikuti pelaksanaan kegiatan diruang lingkup Sekretariat Bappeda

berdasarkan Program tahunan Bappeda.

3. Mengumpulkan hasil kegiatan yang berhubungan dengan penyusunan.

4. Menyusun laporan tahunan Bappeda berkenaan dengan kegiatan yang

dilaksanakan.

c. Kepala Sub Bagian Keuangan

Tugas dan fungsi Sub Bagian Keuangan :

1. Menyusun Rencana Penggunaan dana Belanja Pegawai Rutin untuk satu

tahun.

2. Menerima SPMU gaji dan rutin dari Bagian Keuangan.

3. Menyimpan dan memelihara arsip yang menyangkut keuangan.

4. Menandatangani SPMU gaji dan rutin untuk diuangkan di Bank.

Page 52: Adi Ardinan

52

d. Kepala Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsi Bagian Umum :

1. Mengagendakan surat masuk dan keluar.

2. Mengarsipkan data-data kepegawaian.

3. Mengusulkan peralatan kantor.

4. Membagikan surat-surat ke bidang yang menanganinya.

Bidang Statistik dan Pelaporan

Bidang Statistik dan Pelaporan terdiri dari :

a. Kepala Bidang.

Tugas dan fungsi Kepala Bidang Statistik dan Pelaporan yaitu :

1. Koordinator kegiatan-kegiatan di bidang statistik dan pelaporan.

2. Mengkoreksi tugas dari sub bidang sebelum diteruskan kepada yang lebih

tinggi.

3. Memberikan masukan kepada kepala Bappeda dalam hal pelaksanaan statistik

dan pelaporan di Kota Bengkulu.

4. Memberikan petunjuk kepada Sub Bidang dalam Pelaksanaan tugas sehari-hari.

b. Kepala Sub Bidang Pengumpulan Data

Tugas dan fungsi Sub Bidang Pengumpulan Data terdiri dari :

1. Mengumpulkan data dalam rangka evaluasi proyek.

2. Mengumpulkan data dalam rangka monitoring proyek.

3. Mengumpulkan data dalam rangka evaluasi proyek sektoral.

4. Membantu mengumpulkan data dalam rangka keperluan Bappeda.

c. Kepala Sub Bidang Analisa dan Penilaian.

Page 53: Adi Ardinan

53

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Analisa dan Penilaian terdiri dari :

1. Menginventarisasi data-data kemajuan pelaksanan proyek pembangunan di

Kota Bengkulu baik secara fisik maupun keuangan.

2. Merekapitulasi laporan-laporan kemajuan pelaksanaan proyek pembangunan di

Kota Bengkulu.

3. Membantu program dan tugas rutin bidang statistik dan pelaporan Bappeda

Kota Bengkulu.

d. Kepala Sub Bidang Pelaporan.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pelaporan terdiri dari :

1. Menginventasiskan hasil-hasil pembangunan.

2. Mempersiapkan bahan laporan Kepala Daerah.

3. Membina ketatusahaan hasil hasil pembangunan.

4. Membantu Program dan tugas rutin dari Bidang Statistik dan Pelaporan.

e. Kepala Sub Bidang Peraga.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Peraga terdiri dari :

1. Mengolah data yang diterima dari Dinas/Instansi.

2. Membuat data-data hasil pembangunan untuk dokumentsi Pemerintah Daerah.

3. Membina statistik dan kegiatan dokumentasi.

4. Membuat tugas rutin di Bidang Statistik dan Pelaporan.

Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya

a. Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya

Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya terdiri dari :

Page 54: Adi Ardinan

54

1. Menyusun kegiatan perencanaan pembangunan kesejahteraan rakyat,

pertanian, koperasi serta industri dan jasa.

2. Mengkoordinasikan rencana pembangunan kesejahteraan rakyat , pertanian,

koperasi yang sedang disusun oleh Dinas Daerah dalam lingkungan

Pemerintah Daerah, Instansi vertikal dan Badan-badan lain yang berada dalam

daerah Kota Bengkulu.

3. Melakukan inventarisasi permasalahan di bidang ekonomi dan sosial budaya.

4. Mengkoordinasikan kegiatan program tahunan di bidang ekonomi dan sosial

budaya atau proyek yang diusulkan kepada pemerintah daerah tingkat I dan

diusulkan kepada pemerintah pusat.

b. Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Tugas dan fungsi Sub Bidang Kesejateraan Rakyat terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan pemanfataan sarana pendidikan, kesehatan

keluarga berencana.

2. Menginventaris kegiatan perencanaan sektor pendidikan, kesehatan dan

keluarga berencana.

3. Membantu Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya dalam

mengkoordinasikan rencana program pembangunan, sektor pendidikan,

kesehatan dan keluarga berencana yang diusulkan oleh Dinas/Instansi/

Kecamatan/ Kota Bengkulu.

c. Kepala Sub Bidang Pertanian.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pertanian terdiri dari :

Page 55: Adi Ardinan

55

1. Menyusun kegiatan perencanaan pembangunan pertanian tanaman pangan,

peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan.

2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan untuk penyusunan dan rencana

dan program tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, dan

kehutanan.

3. Membantu Kepala Sub Bidang Ekonomi Sosial Budaya dalam

mengkoordinasikan rencana program pembangunan pertanian yang diusulkan

oleh Dinas/Instansi yang ada dalam pemerintah daerah Kota Bengkulu.

e. Kepala Sub Bidang Industri dan Jasa

Tugas dan fungsi Sub Bidang Industri dan Jasa terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan dan perencanan program perindustrian, jasa angkutan,

perbankan dan kegiatan sejenis.

2. Menghimpun dan menyiapkan data/bahan untuk menyusun rencana dan

program pemanfaatan sarana industri, jasa angkutan dan perbankan.

3. Membantu Kepala Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya dalam

mengkoordinasikan rencana program pembangunan sektor produksi dan jasa

yang diusulkan oleh dinas dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota Bengkulu.

e. Kepala Sub Bidang Koperasi dan Pemasaran.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Koperasi dan pemasaran terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanaan program usaha perkoperasian dan

pemasaran.

2. Menghimpun dan menyiapkan data penyusunan rencana program

pemanfaatan sarana koperasi dan pemasaran produksi.

Page 56: Adi Ardinan

56

3. Membantu Kepala Bidang Ekonomi Sosial Budaya dalam mengkoordinasikan

rencana program pembangunan sektor koperasi dan pemasaran produksi yang

diusulkan oleh Dinas/Instansi dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota

Bengkulu.

Bidang Fisik dan Sarana

a. Kepala Bidang Fisik dan Sarana.

Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Fisik dan Sarana terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan pembangunan pengairan, perhubungan,

telekomunikasi serta tata ruang dan tata guna tanah, lingkungan hidup.

2. Melakukan inventaris permasalahan di Bidang Fisik dan Prasarana serta

merumuskan pemecahan permasalahannya.

3. Mengkoordinasikan rencana pembangunan pengairan, perhubungan serta

telekomunikasi yang disusun oleh dinas/instansi di lingkungan Pemerintah

Daerah Kota Bengkulu.

b. Kepala Sub Bidang Pengairan.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pengairan terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan di Bidang Pengairan.

2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan

program di Bidang Pengairan.

3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam mengkoordinasikan

rencana program pembangunan sektor Pengairan, yang diusulkan oleh

dinas/instansi dalam jajaran Pemerintah Kota Bengkulu.

Page 57: Adi Ardinan

57

c. Kepala Sub Bidang Perhubungan dan Telekomunikasi.

Tugas dan fungsi Sub Bidang Perhubungan dan Telekomunikasi terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan di sektor Perhubungan dan Telekomunikasi.

2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan

program di sektor Perhubungan dan Telekomunikasi.

3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam mengkoordinasikan

rencana program pembangunan sektor Perhubungan dan Telekomunikasi yang

diusulkan oleh Dinas/instansi lain dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota

Bengkulu.

d. Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Tata Guna Tanah.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Tata Ruang dan Tata Guna Tanah terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan di Bidang Tata Ruang dan Tata Guna Tanah.

2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan

program di sektor Tata Ruang dan Tata Guna Tanah.

3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam Mengkoordinasikan

rencana program pembangunan sektor Tata Ruang dan Tata Guna Tanah, yang

diusulkan oleh dinas/instansi dalam jajaran Pemerintah Kota Bengkulu.

e. Kepala Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup terdiri

dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan di Bidang Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup.

Page 58: Adi Ardinan

58

2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan

program di sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam mengkoordinasikan

rencana program pembangunan sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup, yang diusulkan oleh Dinas/Instansi dalam jajaran Pemerintah Kota

Bengkulu.

Bidang Penelitian.

a. Kepala Bidang Penelitian.

Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Bidang Penelitian terdiri dari :

1. Menyusun kegiatan perencanan pembangunan Bidang Penelitian untuk

perencanaan pembangunan di daerah.

2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan

program di Bidang Penelitian, Ekonomi, Sosial Budaya, Fisik dan Prasarana.

3. Membantu Kepala Bappeda dalam mengkoordinasikan rencana Program

Penelitian yang diusulkan oleh Instansi/Dinas untuk perencanaan

pembangunan daerah.

b. Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Sosial dan Budaya terdiri dari :

1. Menginventaris dan mengumpulkan permasalahan Sosial Budaya untuk

penelitian dari Dinas/Instansi terkait.

2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan penelitian dan tahunan Bidang Sosial

Budaya.

Page 59: Adi Ardinan

59

3. Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan

kegiatan penelitian dalam rangka perencananaan pembangunan Pemerintah

Kota Bengkulu.

4. Membantu Kepala Bidang Penelitian dalam rencana program penelitian

Bidang Sosial Budaya yang disusun oleh dinas/instansi penelitian.

c. Kepala Sub Bidang Ekonomi.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Ekonomi terdiri dari :

1. Menginventaris dan mengumpulkan permasalahan Ekonomi untuk penelitian

dari dinas/instansi terkait.

2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan penelitian dan tahunan Bidang Ekonomi.

3. Membantu Kepala Bidang Penelitian dalam rencana program penelitian

Bidang Ekonomi yang disusun oleh dinas/instansi penelitian.

d. Kepala Sub Bidang Fisik dan Prasarana.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Fisik dan Prasarana terdiri dari :

1. Menginventaris dan mengumpulkan permasalahan Fisik dan Prasarana untuk

penelitian dari dinas/instansi terkait.

2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan penelitian dan tahunan Bidang Fisik dan

Prasarana.

3. Membantu Kepala Bidang Penelitian dalam rencana program penelitian

Bidang Fisik dan Prasarana yang disusun oleh dinas/instansi penelitian.

Bidang Penanaman Modal Daerah.

a. Kepala Bidang Penanaman Modal Daerah .

Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Penanaman Modal Daerah terdiri dari :

Page 60: Adi Ardinan

60

1. Mewakili Kepala Bappeada Kota di Bidang Penanaman Modal Derah.

2. Membantu Kepala Bappeda dalam penyusunan program kegiatan bidang

Penanaman Modal Daerah.

3. Mengadakan hubungan kerjasama dengan organisasi dalam lingkungan

Pemerintah Daerah Kota dan Instansi vertikal dalam kegiatan penanaman

Modal Daerah.

b. Kepala Sub Bidang Program.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Program terdiri dari :

1. Mengkoordinasikan perencanaan penanaman modal daerah di Kota Bengkulu

secara terpadu dengan peraturan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Merumuskan program dan melaksanakan pengkajian penelitian terhadap

penanaman modal.

3. Mempersiapkan usul pembangunan prasarana yang akan menunjang

penanaman modal untuk diprogramkan dalam APBD Kota maupun APBN.

c. Kepala Sub Bidang Perizinan.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Perizinan terdiri dari :

1. Membantu melaksanakan tugas mewakili Kepala Bidang Penanaman Modal

Daerah Kota mengikuti pertemuan bila yang bersangkutan berhalangan.

2. Mempersiapkan data tersedianya lahan dan bahan baku bagi proyek

Penanaman Modal di kota.

3. Melaksanakan penilaian penerbitan perizinan di Kota Bengkulu bagi izin-izin

Pemerintah Propinsi dan Kota.

Page 61: Adi Ardinan

61

d. Kepala Sub Bidang Kerjasama.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Kerjasama terdiri dari :

1. Membantu dan melaksanakan tugas mewakili Kepala Bidang.

2. Melakukan hubungan kerjasama dengan organisasi dalam lingkungan

Pemerintah Daerah Kota dan Instansi vertikal.

e. Kepala Sub Bidang Pengendalian dan Pengawasan.

Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pengendalia dan Pengawasan terdiri dari :

1. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman

modal yang telah memperoleh persetujuan Pemerintah

2. Mengikuti dan melakukan pengawasan atas penggunaan fasilitas yang telah

dimanfaatkan bagi penanaman modal.

3. Melakukan pengkajian dan penilaian atas laporan yang berhubungan dengan

penanaman modal daerah.

4.4 Keadaan Kepegawaian

Kantor Bappeda Kota Bengkulu dikelola oleh pegawai yang berjumlah 46

orang. Berbagai karakteristik pegawai kantor Bappeda Kota Bengkulu dapat

diuraikan dalam bentuk berdasarkan jabatan, jenis kelamin, latar belakang

pendidikan, tingkat pendidikan dan berdasarkan golongan.

4.4.1 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) maka

pegawai kantor Bappeda Kota bengkulu terdiri dari 15 orang perempuan atau sebesar

32,61 % dan laki-laki sebanyak 31 orang atau sebesar 67,39 %. Hal ini lebih jelas

dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Page 62: Adi Ardinan

62

Tabel 4.4.1. Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis KelaminNo. Jenis kelamin Jumlah Persentase1. Perempuan 15 32,612. Laki-laki 31 67,39

Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)

4.4.2 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jabatan

Keadaan pegawai dilihat berdasarkan jabatan yang dipegangnya, dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4.2. Keadaan Pegawai Berdasarkan JabatanNo. Jabatan Jumlah V. Persentase1. Kepala Kantor 1 2,172. Sekretaris 1 2,173. Kepala Bidang 5 10,874. Ka. Sub Bidang 19 41,305. Ka. Sub Bagian 3 6,526. Staf Pelaksana 17 36,96

Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa keadaan pegawai berdasarkan

jabatan, ternyata pegawai yang berkedudukan sebagai pelaksana yaitu sebanyak 17

orang atau 36,96 %, sebagai kepala bidang sebanyak 5 orang atau sebesar 10,87 %,

sebagai kepala sub bidang sebanyak 19 orang atau 41,30 %, kepala sub bagian

sebanyak 3 orang atau 6,52 % dan kepala kantor dan sekretaris masing-masing satu

orang atau 2, 17 %. Dengan melihat lebih banyaknya jumlah kepala sub bidang dan

pelaksana maka akan memudahkan setiap pekerjaan dan fungsi setiap bidang yang

ada.

Page 63: Adi Ardinan

63

4.4.3. Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pegawai kantor Bappeda Kota Bengkulu bila dilihat dari tingkat

pendidikannya masih bervariasi dengan jenjang pendidikan dari tingkat SLTA

sampai dengan sarjana Strata 2. Hal ini nampak pada tabel berikut ini :

VI. Tabel 4.4.3. Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat PendidikanNo. Tingkat Pendidikan Jumlah VII. Persentase1. SLTA 7 15,222. S 1 36 78,263. S 2 3 6,52

Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)

Menurut tingkat pendidikannya, maka sebagian besar adalah tamatan sarjana

yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 78,26 %. Sedangkan yang masih berpendidikan

SLTA sebanyak 7 orang atau sebesar 15,22 %. Sedangkan pegawai yang telah

mencapai pendidikan S 2 baru 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi

pendidikan maka rata-rata pegawai telah memadai, sehingga dalam melaksanakan

tugasnya mereka telah memiliki keterampilan dan keahlian yang didasarkan pada

latar belakang pendidikan masing-masing.

4.4.4 Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki pegawai maka komposisi

pegawai Bappeda Kota Bengkulu cukup bervariasi. Karena Bappeda sebagai badan

perencanaan membutuhkan tenaga jerja yang tidak hanya terpusat dari satu ilmu

tetapi berbagai bidang ilmu. Keberadaan keberagaman memberikan nuansa yang

variatif dalam menganalisi kondisi darah.Hal ini nampak pada tabel berikut ini.

Page 64: Adi Ardinan

64

VIII. Tabel 4.4.4. Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar BelakangPendidikan

No. Latar Belakang Pendidikan Jumlah Persentase1. Sosial 10 21,742. Hukum 6 13,043. Ekonomi 5 10,874. Tehnik 6 13,545. Pertanian 7 15,226. Umum 12 26,09

Jumlah 46 orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)

4.4.5 Keadaan Pegawai Berdasarkan Golongan

Berdasarkan golongan, jumlah yang paling banyak adalah golongan III yaitu

sebanyak 36 orang atau sebesar 78,26 %. Sedangkan untuk golongan IV sebanyak 3

orang atau sebesar 6,52 % dan golongan II sebanyak 7 orang atau sebesar 15,22 %.

IX. Tabel 4.4.5. Keadaan Pegawai Berdasarkan GolonganNo. Golongan Jumlah Persentase1. IV 3 6.522. III 36 78,263. II 7 15,22

Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)

Page 65: Adi Ardinan

65

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan

Untuk menggali data yang berkaitan dengan implementasi program

Jaring Asmara pada Bappeda Kota Bengkulu, berdasarkan metode penelitian

yang dipakai, maka peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth

interview) kepada beberapa orang informan. Informan ditentukan dengan

terlebih dahulu dilakukan penelusuran informan. Dalam penelitian peneliti

memperolah beberapa staf Bappeda Kota Bengkulu yang secara umum terlibat

dalam kegiatan Jaring Asmara. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap

mendalam dengan 3 (tiga) orang anggota DPRD Kota Bengkulu khususnya

komisi 2 dan komisi 3 yang merupakan pengawas pelaksana kebijakan yang

berhubungan dengan pembangunan dan anggaran Kota Bengkulu. Selain itu

peneliti juga mengikuti kegiatan Konsultasi publik yang merupakan bagian dari

program Jaring Asmara 2006 di kecamatan –kecamatan dalam wilayah Kota

Bengkulu.

Dari keseluruhan informan yang dipilih adalah mereka yang

berkecimpung dan sedang terlibat langsung pada kegiatan yang diteliti serta

memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi. Adapun identitas

informan menurut kelompok umur yaitu :

Page 66: Adi Ardinan

66

Identitas informan berdasarkan kelompok umur adalah mereka yang

dalam usia produktif yaitu 20-50 tahun. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur Angka Persentase1.2.3.

20-30 Tahun31-40 Tahun41-50 Tahun

253

205030

Jumlah 10 100,00Sunber : Hasil penelitian Maret 2006

Dari tabel 5.1 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar informan

berumur 31-40 tahun, sebanyak 5 orang (50 %). sedangkan 41-50 tahun

sebanyak 3 orang (30 %), dan 20-30 tahun sebanyak 2 orang (20 %). Hal

tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar informan adalah mereka

yang dalam usia produktif artinya mereka mengerti apa yang ditanyakan kepada

mereka ini sudah mampu berpikir dengan baik dan memiliki pemikiran yang

kritis terhadap suatu masalah serta memiliki waktu dan wawasan dan

memahami materi yang ingin ditanyakan kepada mereka

Selain kelompok umur, jenis pendidikan juga mempengaruhi

pengetahuan informan. Berikut ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan

No. Kelompok Umur Angka Persentase1.2.3.

S2S1

SLTA

172

107020

Jumlah 10 100,00Sunber : Hasil penelitian September 2005

Page 67: Adi Ardinan

67

Berdasarkan tingkat pendidikan secara umum para informan

merupakan berpendidikan Strata 1 berjumlah 7 0rang (70 %), sedangakan

tamatan SLTA berjumlah 2 orang (20 %) dan terakhir tamanatan S2 berjumlah

1orang (10 %). Berdasarkan informasi yang diperoleh secara umum para

informan memiliki pengetahuan dan pola piker yang cukup baik sehingga dapat

memberikan jawaban yang logis dan relevan.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Wawancara dengan responden

• Responden 1, SS

Jaring Asmara merupakan kegiatan dalam rangka menampung

dan mengakomodir berbagai aspirasi masyarakat, kegiatan dapat

berbentuk dialog interaktif dan konsultasi publik terutama dari

masyarakat. Kegiatan Jaring Asmara mengundang tokoh masyarakat,

kelurahan, ketua Rt/Rw, LPM dan masyarakat lainnya.

Tim Penjaringan Aspirasi Masyarakat merupakan tim yang

dibentuk oleh Bapppeda Kota Bengkulu uang meliputi unsur: Bapppeda

Kota Bengkulu, DPRD Kota Bengkulu, Dinas Kimpraskot, Kepala Bagian

(Kabag) Penyusunan Program (Sunram) Sekretariata Pemerintah Kota

Bengkulu. Dari tiga bagian ini yang akan menyusun Rencana Anggaran

dan Pendapatan Daerah (RAPBD) Kota Bengkulu dan salah satu dasar

dari penyusunan RPABD ini adalah hasil dari program jaring asmara.

Page 68: Adi Ardinan

68

• Responden 2, CH

1. Kegiatan Jaring Asmara merupakan kegiatan dalam rangka

menampung aspirasi masyarakat yang dapat dilakukan melalui diskusi

publik, kotak saran atau web side Kota Bengkulu.

2. Jaring Asmara secara out put merupakan pokok -pokok pikiran dalam

rangka membuat arah kebijakan umum (AKU) Kota Bengkulu.

3. Jaring Asmara merupakan bahan menentukan kebijakan daerah

teutama potensi Kota Bengkulu baik secara SDM maupun SDA.

• Responden 3, HZ

Kegiatan Jaring Asmara di lakukan diawal tahun sebagai kegiatan

awal dari perencanaan pembangunan, hal ini dilakukan dalam rangka

melihat secara umum kondisi apa saja yang terjadi pada masyarakat serta

kebutuhan – kebutuhan yang di perlukan masyarakat

Pelaksnaan kegiatan ini secara teknis yang melaksanakan adalah

Kecamatan sebagai fasilitator dari Bappeda Kota Bengkulu dengan

masyarakat.

• Responden 4, RSN (staf Bappeda)

Pelaksnaan program penjaringan aspirasi masyarakat meniti

beratkan pada sektor pelayanan umum, sehingga menjadi bagian yang

tidak terpisahkan setiap pelaksanaan program jaring asmara program fisik

terutama drainase, pengaspalan dan perbaikan jalan menjadi aspirasi yang

sering muncul di masyarakat. Dalam pelibatan dengan masyarakat

Page 69: Adi Ardinan

69

sepenuhnya merupakan hak yang diberikan Bappeda kepada kecamatan

jadi Bappeda tidak memili siapa peserta jaring asmara.

• Responden 5, HF (Kabag Fispra)

Kegiatan jaring asmara dilakukan dalam rangka menampung

aspirasi masyarakat. Dari aspirasi yang masuk bappeda akan memilhi dan

menyeleksi mana saja yang menjadi proiritas program berdarkan rengking

kondisi sarana yang akan diperbaiki. Bappeda hanya merekomendasikan

sedangkan fungsi teknis diserahkan pada dinas yang bersangkutan seperti

perbaikan jalan diserahkan pada Dinas PU

• Responden 6, AB (Ketua Komisi 2 DPRD Kota Bengkulu)

Dengan adanya program jaring asmara, dewan dapat melihat

secara nyata apa keinginan masyarakat, dewan akan meninjaklanjuti dari

apa saja aspirasi yang masuk kepada kami. Tapi kita harus menyadari

bahwa kondisi keuangan daerah yang sangat minim terutama Pendapatan

Asli Daerah (PAD) kita yang tauhun 2005 hanya berjumlah 18 milyar

rupiah. Sehingga dewan tidak bisa menampung usulan menjadi program

dan kalupun tidak bisa akan diprioritaskan pada tahun selanjutnya.

• Respoden 7, RD (Staf Bappeda)

Jadwal pelaksanaan kegiatan ini mengalami kelambatan karena

pembahasan yang dilaksanakan oleh dewan yang belum selesai.

Sosialisasi dalam kegiatan ini kami tapilkan dalanm kegiatan jaring

asmara. Melalui alat tersebut masyarakat dapat melihat apakah daerah

Page 70: Adi Ardinan

70

mereka masuk dalam program pemda. Selain itu akan ada buku hasil dari

jaring asmara tetapi pembuatan buku tergantung dengan dana yang cair ke

Bappeda.

• Responden 8, SJ (Ketua Komisi 3 DPRD Kota Bengkulu)

1. DPRD Kota Bengkulu dalam melihat aspirasi masyarakat biasanya

turun ke bawah dengan menemui konstituen yang biasanya dilakukan

pada masa reses dimana pada saat itu, anggota dewan melihat kondisi

masyarakat terutama dengan menampung aspirasi dan keinginanan

masyarakat dalam rangka pemenuhan hajadnya, dalam masa reses

dilaksanakan empat kali dalam satu tahun selama enam hari walaupun

belum terjadwal.

2. Dalam menentukan program pembangunan yang dilihat antara lain

dari segi dana yang tersedia dalam anggaran pemerintah Kota

Bengkulu, selain itu melihat skala prioritas yang ada di Kota Bengkulu

dengan melihat draf yang diusulkan oleh masyarakat.

• Responden 9, TT(Kabid Perencanaan Bagian Sunram Pemda)

Fungsi bagian (penyusunan program) sunram hanya mencatat

program yang masuk dalam program pemerintah yang akan dicocoknan

dengan pelaksanaan bidang –bidang sekretariat pemerintah daerah.

Sunram merupakan salah satu dari satuan tiga yang akan meyusun

program pemerintah (eksekutif) sehingga dari program ini menjadi acuan

Arah Kebijakan Umum (AKU) sehingga nanti ada hubungan yang sejalan

Page 71: Adi Ardinan

71

antara bidang maupun Dinas/Instansi di Pemda Kota Bengkulu. Dari

usulan ini akan kami tembuskan kepada Walikota Bengkulu.

• Responden 10, ES(Komisi 3 DPRD Kota Bengkulu)

1. Dalam program Jaring Asmara DPRD dilibatkan dalam program

tersebut untuk mengetahui aspirasi yang berkembangn dalam

masyarakat.

2. Selain itu dalam mementukan program dibahas dalama komisi 3

Panitia Anggaran Paripurna

3. Dalam penentuan program dilihat dari program prioritas dari

pemerintah Kota Bengkulu dengan melihat 5 bidang prioritas yaitu:

Pariwisata, Perikanan, Perdagangan, Pendidikan dan infrastruktur.

5.2.2 Observasi

Selain mengadakan wawancara dengan para nara sumber dari Bappeda

Kota Bengkulu, peneliti juga mengikuti kegiatan Program Penjaringan Aspirasi

Masyarakat (Jaring Asmara) tahun 2006 yang dilaksanakan pada tanggal 8

Maret s/d 17 Maret 2006 di mana dilaksanakan pada Kantor Kecamatan di Kota

Bengkulu. Adapun jadwalnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Jadwal Pelaksnaan Program Jaring Asmara BappedaKota Bengkulu Pada Tahun 2004

No. Hari/Tanggal Tempat1. Rabu, 8 maret 2006 Kecamatan Teluk Segara2. Kamis, 9 maret 2006 Kecamatan Ratu Agung3. Jumat, 10 maret 2006 Kecamatan Ratu Samban4. Senin, 13 maret 2006 Kecamatan Gading Cempaka 15. Selasa, 14 maret 2006 Kecamatan Gading Cempaka 26. Rabu, 15 maret 2006 Kecamatan Selebar7. Kamis, 16 maret 2006 Kecamatan Kampung Melaayu

Sumber : Data diolah dari Hasil penelitian, 2006

Page 72: Adi Ardinan

72

Kegiatan Jaring Asmara dalam pelaksanaan dilaksanakan oleh Bapppeda

Kota Bengkulu dengan di fasilitasi oleh Camat dari tiap kecamatan di Kota

Bengkulu. Dalam pelaksanaan ini selain Bapppeda Kota Bengkulu juga

diundang dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bengkulu dari

Komisi 2 bidang Pembanguan. Selain itu diundang juga Kepala Kimpraskot

Bengkulu dan Bagian Penyusuanan Program (Sunram) Pemda Kota Bengkulu.

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada pukul 14.00 di tiap kecamatan

sebagai moderator dari adalah Camat dari kecamatan. Peneliti dari tujuh tempat

pelaksanaan program Jaring Asmara mengikuti 4 tempat antara lain: Kecamatan

Teluk Segara, Kecamatan ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka 1 dan

Gading Cempaka 2. Adapun uraian kegiatan sebagai berikut :

1. KECAMATAN TELUK SEGARA

Kegiatan Jaring Asmara pada tahun 2006 dimulai di Kecamatan Teluk

Segara pada tanggal 8 maret 2006 di Aula Kantor Camat Teluk Segara dengan

mengadakan persentasi dan diskusi antara Bappeda Kota Bengkulu dengan

masyarakat kecamatan Teluk Segara. Acara ini dimulai dengan pembukaan

yang di buka oleh Bapak Camat Teluk Segara sekaligus sebagai moderator

pada acara tersebut. Di awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda

Kota Bengkulu menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik

antara Bappeda Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota

Bengkulu dengan masyarakat Teluk Segara. Menurut Kepala Bappeda

kegiatan ini mengagendakan empat agenda antara lain:

Page 73: Adi Ardinan

73

1. Informasi program 2006 dan rencana program 2007.

2. Informasi kegiatan fisik dan non fisik.

3. Kondisi Kota Bengkulu terutama pemerintah Kota.

4. Jalur Penyampaian aspirasi masyarakat.

Kepala Bappeda menyampaikan bahwa masyarakat bila ingin

mengusulkan aspirasi hendaknya dilakukan pada bulan November s/d

Februari karena pada saat itu Pemerintah sedang menyusun program. Tapi

hendaknya juga diawali dengan kegiatan musyawarah rencana pembangunan

yang dilaksanakan pada tingkat kecamat dan tingkat kelurahan dan

menentukan program prioritas di tingkat kecamatan. Dalam penyampaian

aspirasi ternyata kecendrungan masyarakat sangat banyak pada kegiatan –

kegiatan fisik sedangkan kegiatan non fisik sangat sedikit, padahal dana untuk

non fisik setengah dari dana pembangunan.

Pada tahun anggaran 2006 Belanja Pembanguan Kota Bengkulu

adalah sebagai berikut:

o Dana APBD Kota Bengkulu Rp. 45.810.796.600,00

o Dana Alokasi Khusus Rp. 24.090.600.000,00

o Dana Tugas Pembantuan Rp. 6.286.632.000,00

o Dana Hibah NUSSP Rp. 3.660.000.000,00

o Dana Hibah P2KP Rp. 4.700.000.000,00

Sumber : observasi penelitian, 2006

Dari pemaparan tersebut setalah itu dilaksanakan dialog antara

Bappeda dengan masyarakat, usulan masyarakat antara lain:

Page 74: Adi Ardinan

74

Salah seorang peserta dari keluhan Pondok Besi mempermasalakan

tentang Tapak Paderi. Kondisinya dulu bukitnya hijau dilapisi rumput tapi

sekarang denga batu. Bagaimana pengelolaannya dan bagaimana sasaran

pengelolaanya sekarang?. Ada juga keluhan dari dari salah seorang ketua

rukun tetangga (RT) kel Bajak tentang ujung jalan makam Sentot Ali Basyah

tidak ada tempat sampah, bagaimana jalan keluarnya?, beliau uga meragukan

usulam akan diterima karena kebijakan yang ada diputuskan oleh orang

nomor satu Kota Bengkulu

Salah seorang Ketua Rt Kelurahan Kebun Ross mempertanyakan

program P2KP tidak ada di Kelurahan Kebun Ross, padahal kondisi jalan

sudah sangat parah. Padahal menurut Lurah tinggal realisasi tetapi

kenyataanya dan meminta Bappeda untuk memprioritaskan jalan yang

dilingkungan mereka. Tidak berbeda ada juga usulan dari ketua Rt Kelurahan

Kampung Bali yang juga minta jalan lingkungan mereka juga diproritaskan

untuk jadi program pemerintah karena jalan tersebut langsung berhubungan

dengan jalan di kelurahan Bajak.

Selain dari ketua RT hadir juga ulama yang meminta tentang

kebersihan Kota bengkulu yang masih banyak sampah dan tentang Bantuan

lnagsung Tunai (BLT) yang selama ini bermasalah. Selain itu hadir juga

Perwakilan nelayan dari Kelurahan Pondok Besi yang mempertanyakan dana

NUSSP akan dikelola masyarakat, bagaimana dengan juklak dan juklis agar

kam siap selain itu juga meminta TPC akan dibangun break water dan pabrik

Page 75: Adi Ardinan

75

es perlu ditambahkan bahwa juga memfasiltasi beberapa sandaran kapal yang

masuk.

Selain tentang infrastruktur ada juga masukan kepada tentang

Pemerintah Daerah tentang program – program dimulai propinsi sampai kota

lebih menguatkan infrastruktur yang dapat dilihat, namun dalam hal ini yang

paling utama adanya basisnya program tersebut harus memeperhatikan bagian

ekonomi kerakyatan seperti pembinaan masyarakat ekonomi kecil dan

kebingungan masyarakat tentang program Pemerintah Kota. Masyarakat juga

meminta Pembangunan wisata Kota Bengkulu, diharapkan jangan instan perlu

penguatan budaya Bengkulu seperti khitanan dan adat pernikahan dan juga

penting kebersihan lingkungan, pembentukan poksaling bisa dikembangkan

untuk seluruh masyarakat tetapi jangan dilepas oleh pemerintah Kota sehingga

ada partisispasi dan potensi masyarakat.

Pembangunan yang berdaya guna secara umum memberikan

kesempatan kepada masyarakat tampa melihat status dan juga golongan

seperti pada program jarring asmara. Keterlibatan semua unsur masyarakat

dapat memberikan masukan- masukan yang tidak hanya bersifat golongan tapi

juga universal. Secara umum partisipasi masyarakat dapat digambarkan dalam

matrik analisis partisipasi masyarakat dibawah ini :

Page 76: Adi Ardinan

76

Tabel 5.2.1. Matrik analisis partisipatif di Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, 2006

No. Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Potensi Kelemahan Implikasi

1. Nelayan PeralatanKurang

- Harga Rendah- Cuaca

PeningkatanProduksi

- Jenis peralatanterbatas

- Modal yang kurang

Bantuan modal

2. Industri kecil Harga dansuplay

- Pemasaran terbatas Peningkatan - Kurang pengetahuandan keterampilan

- Modal rendah

Program PenyuluhanBantuan Modal

3. Pencari Kerja MendapatPekerjaan

- Terbatasnyalapangan kerja

Kemampuanbaik

- Tingkat pendidikanrendah

- Keterampilan terbatas

Program pelatihankerja

4. Tokoh adat PelestarianBudaya

- Hilangnya budayaasli Bengkulu

WisataLokal

- Masyarakat yangapatis

- Budaya yang tidakmerakyat

Pekan BudayaSanggar seni

5. Ketua RT Kebersihandaerah

- Kondisi lingkunganyang buruk

Kenyamanan - Kepeulianmasyarakat minim

- Dana kebersihantidak ada daripemerintah

Penyediaan kotaksampah umum

6. Ulama Kesejahteraanimam masjid

- Minimnya danauntuk ibadah

Kenyamananberibadah

- Mininya dankesejahteraan untukimam

- Masyarakat tidakmemelihara masjid

Alokasi danauntuktempat ibadah

Page 77: Adi Ardinan

77

2. KEC. RATU SAMBAN

Setelah melaksnakan kegiatan Jaring Asmara di kecamatan teluk

segara pada esok harinya, 9 maret 2006 di kecamatan Ratu Agung. Pada acara

ini turut hadir Kapela Bappeda Kota Bengkulu dan Ketua Komisi 2 DPRD

Kota Bengkulu. Acara ini dimulai dengan pembukaan yang di buka oleh

Bapak Camat Ratu Agung sekaligus sebagai moderator pada acara tersebut.

Di awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda kota Bengkulu

menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik antara Bappeda

Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota Bengkulu

dengan masyarakat Ratu Agung.

Secara umum penyampaian yang disampaikan sama dengan yang

disampaikan pada kevamatan Teluk Segara, selain pemaparan di atas

disampaikan juga kendala- kendala yang terjadi di lapangan antara lain:

b Kurangnya koordinasi, sehingga usulan yang masuk berkali-kali dan

tumpang tindih.

b Bappeda bukan pengambil kebijakan tapi Bappeda sebagai tim dalam

perencanaan pembangunan.

b Sampai dengan tahun 2006 belum sampai 25% aspirasi masyarakat

tertampung.

b Pada perencanaan ke depan diharapkan lebih ke program non-fisik.

Pada forum Jaring Asmara ini juga disampaikan program yang usulan

masyarakat yang masuk dalam program pembangunan pemerintah Kota

Bengkulu tahun 2006 pada Kecamatan Ratu Samban antara lain:

Page 78: Adi Ardinan

78

- Peningkatan jalan wijaya

- Pengaspalan jalan Kz. Abidin I dan II

- Pengaspalan jalan Balai Kota

- Pembuatan plan beton jalan kantor camat

- Rehat Pustu Anggu Dalam

- Rehab SD Negeri 27 Kota Bengkulu

- Revitalisasi Simpang lima Ratu Samban

Dari pemaparan tersebut setalah itu dilaksanakan dialog antara

Bappeda dengan masyarakat, usulan masyarakat antara lain:

Perwakilan masyarakat dari kelurahan Kebun Geran menanyakan

pembangunan siring Jalan Suprapto sampai Pasar Melintang termasuk rehab

jalan merpati dan kondisi jalan dianggut yang parah serta lampu di Jalan Nuri

gelap gulita, sudah diusulkan beberapa kali tapi tidak ada hasil. Peserta dari

kelurahan Penurunan meminta drainase perbatasan Kebun Beler - Penurunan

(Ratu Samban – Ratu Agung) sampai dengan 2005 belum terealisasi, yang

dibangun hanya jembatan sedap malam sampai di belakang pencucian mobil.

Masukan juga muncul dari LPM Kebun Geran yang meminta

perbaikan jalan karena kondisi jalan yang rusak kalau hujan dan juga meminta

bantuan kursi masjid pertanyaan juga muncul dari LPM Anggut Bawah

terutama usulan masyarakat yang tidak tertampung di kecamatan dan program

NUSSP. Selain itu juga meminta titik-titik lampu hias, Anggut Bawah sampai

ke daerah pariwisata usul sampai Hotel Horison, karena diminati pejabat.

Page 79: Adi Ardinan

79

Masyarakat dalari kelurahan Belakang Pondok dalam program ini juga

mengusulkan perwakilan darai kelurahan Belakang Pondok yang melihat

banyaknya jalan yang bergelombang dan rehab untuk SD negeri 22 terutama

pagar karena sangat penting untuk keselamatan anak –anak. Selain bidang

fisik juga memninta bagaiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

terutama untuk bantuan modal usaha dan juga mempertanyakan kasus PTN

yang banyak menimbulkan masalah sampah.

Salah seorang masyakarat dari kelurahan Padang Jatinegatakan mereka

kurang informasi tentang kegiatan non fisik walaupun kelurahan Padang Jati

belum ada PKBM, yang ada di Sawah Lebar. Program keterampilan Home

Industri, seperti garment akan mengentaskan kemiskinan.dan juga memenita

bantuan untuk perkembangan posyandu.

Berdasarkan pertanyaan dan kelurah yang diusulkan dari masyarakat

ternyata Bappeda Kota Bengkulu cukup merespon dengan baik usulan

masyarakatdan juga memberikan gambaran tentang keterbatasan fungsi

Bappeda yang hanya merecanakan tetapi tidak memutuskan, untuk lampu

jalan langsung bisa dihubungi kepala Dinas Pertamanan Kota Bengkulu.

Untuk program yang belum masuk akan coba diusulkan pada tahun 2007.

Untuk Kebun Geran, bidang keagamaan, masalah penambahan kursi perlu

peningkatan swadaya masyarakat tidak perlu dari Pemerintah Daerah.

Kita lebih condong sektoral, sedangkan dana dari pusat berupa hibah,

pembantuan untuk memotivasi PKBM, sanggar-sanggar belajar secara non

formal untuk memotivasi pendidikan nasional. PKBM sudah banyak tapi

Page 80: Adi Ardinan

80

hanya kejar paket. Tapi kalau bisa yang difokuskan pada ibu- ibu

pengangguran. Sedangkan permaslahan tentang Posyandu milik camat, bukan

milik Dinas Kesehatan. PKBM yang boleh diacu adalah PKBM di Tunas

Agung (Tj. Agung) dengan kegiatan jahit, sablon, ibu rumah tangga, anak-

anak kurang mampu. Mereka dibina dan dimotivasi oleh pendidikan nasional.

Memotivasi industri kecil dalam hal ini perindustrian dan perdagangan perlu

mengadakan pembinaan.

Banyaknya aspirasi dan kepentingan masyarakat dapat

menggambarkan bagaimana kebutuhan masyarakat akan pentingnya

pembangunan daerah terutama yang berhubungan dengan hajat hidupnya.

Masyarakat Kecamatan Ratu Samban yang sebagian besar merupakan

pedagang dan nelayan memberikan suatu keinginan adanya peningkatan

kesejahteraan masyarakat terutama dari pemerintah daerah. Masyarakat

pesisir yang merupakan sebagian besar dari pendudukan kecamatn ini

menginiginkan adanya peningkatan taraf hidup hal ini juga berhubungan juga

dengan konsep dari gubernur tentang ”pariwisata internasional”.

Secara umum gambaran aspirasi masyarakat dalam program

pembangunan dapat dilhat dalam matrik 5.2.2 yang berisi tentang aspirasi dari

berbagai kelompok, seperti dibawah ini:

Page 81: Adi Ardinan

81

Tabel 5.2.2. Matrik analisis partisipatif di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu, 2006

No. Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Potensi Kelemahan Implikasi

1. LPM Pembangunanjalan

- Kecelakaan- Banjir

Kenyamananmasyarakat

- Jalan umum- Belum ada bantuan

pemerintah

Pembangunan jalan

2. Masyarakatpesisir

Berdagangdaerah Pantai

- Tidak ada pembeli Peningkatan - Kurang pengetahuandan keterampilan

- Modal rendah

Program PenyuluhanBantuan Modal

3. Pencari Kerja MendapatPekerjaan

- Terbatasnyalapangan kerja

Kemampuanbaik

- Tingkat pendidikanrendah

- Keterampilan terbatas

Program pelatihankerja

4. Masyarakatputus sekolah

PKBM - Masyarakat tidakmemilkiketerampilan dasar

Pencerdasanmasyarakat

- Tidak punya dana- Sarana belajar yang

minim

PKBM

5. Ketua RT Kebersihandaerah

- Kondisi lingkunganyang buruk

Kenyamanan - Kepeulianmasyarakat minim

- Dana kebersihantidak ada daripemerintah

Penyediaan kotaksampah umum

6. Industri kecil Harga dansuplay

- Pemasaran terbatas Peningkatan - Kurang pengetahuandan keterampilan

- Modal rendah

Program PenyuluhanBantuan Modal

Page 82: Adi Ardinan

82

3. KEC. GADING CEMPAKA

Kegiatan Jaring Asmara pada tahun 2006 dimulai dengan mengadakan

persentasi dan diskusi antara Bappeda Kota Bengkulu dengan masyarakat

Kecamatan Gading Cempaka. Acara yang diadakan di Aula Kantor Camat

Gading Cempaka ini dimulai dengan pembukaan yang di buka oleh Bapak

Camat Gading Cempaka sekaligus sebagai moderator pada acara tersebut.

Di awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda Kota Bengkulu

menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik antara Bappeda

Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota Bengkulu

dengan masyarakat Gading Cempaka. Penyampaian informasi pembangunan

daerah hampir sama dengan yang sampaikan pada kegiatan sebelumnya,

Kepala Bappeda juga menginformasikan program pembangunan Kota

Bengkulu tahun 2006 yang ada pada Kecamatan Gading Cempaka, antara

lain:

- Pengaspalan jalan Sadang 1 dan 2

- Peningkatan jalan Belimbing

- Pembangunan Bangsal Rumah Sakit DKT

- Peningkatan/ rehab drainase dan pelapisan tebing jalan Kampar.

- Pembangunan gorong – gorong dan pelapis jalan Danau

- Peningkatan jalan Citaruk II

- Peningkatan jalan Semangka

- Peningkatan jalan Pelatuk Lingkar Barat

- Pengaspalan jalan Anggrek II

Page 83: Adi Ardinan

83

- Pengaspalan jalan BPKP

- Pengaspalan jalan Aren

- Pengaspalan jalan Muhajirin SMP 14

- Pengaspalan jalan Mangga 5

- Relokasi Puskesmas jalan Gadang

- Rehab SDN 60, SDN 99, SDN 55, SDN 44, SDN 42

- Pengaspalan jalan Pepabri

- Pengaspalan jalan Danau Dendam

- Pengaspalan jalan Jaya Wijaya Pesanten Darusalam

Selain pemaparan tentang pembangunan Kota Bengkulu tahun 2006

selanjutnya diadakan diskusi antara Kepala Bappeda, DPRD Kota Bengkulu

dengan masyarakat Kecamatan Gading Cempaka, berikut ini beberapa usulan

dan masukan masyarakat terhadap pemerintah Kota Bengkulu antara lain:

Peserta dari Kelurahan Jembatan Kecil meminta rehab Jalan Danau I

RT 06 tembus ke Panorama. Tahun 1992 sudah swadaya. Juga usulan dari

kelurahan Jalan Gedang meminta pengerasan gang/ jalan simpang Sri Solo

arah ke mesjid, PEMBUATAN siring depan mesjid, kalau hujan air naik ke

mesjid dan pembuatan gang depan mesjid tembus Jalan Cimanuk masih

diusahakan tanah PGSD supaya tidak seluruhnya ambil tanah warga.

Jawaban dari Bappeda terhadap usulan masyarakat memberitahukan tahun

2007 warga mengusulkan sebegitu banyak, mana yang lebih prioritas akan

dicek ke lapangan.

Page 84: Adi Ardinan

84

Pada sese ke II, nada pesimistis muncul dari LPM Kelurahan Lingkar

Timur yang meragukan program pemerintah karena tahun 2007 ada Pilkada

Kota Bengkulu dan juga mempredikasi hanya 20 % aspirasi masyarakt masuk

dalm program pemerintah. Selain itu mengkritik jangan ada proyek pesanan

dari pemerintahan.

Perwakilan kelurahan Padang Haraparan dan kelurahan lingkar barat

memninta Bappeda measukan usulan mereka karena dari tahun 2003 sampai

dengan sekarang usulan mereka belum masuk dalam program pemerintah

Menanggapi usulan yang masuk Bappeda memberikan gambaran tahun 2006

ini belanja pegawai sangat drastis peningkatannya.

i. Ada kenaikan gaji pokok

ii. Ada kenaikan tunjangan struktural.

iii. Ada penerimaan pegawai.

iv. Ada tunjangan non struktural.

Masukan kritis juga muncul dari perwakilan masyarakat Lembak yang

memberikan apresiasi yang baik terhadap program pemerintah daerah tetapi

mekanisme yang selalu berubah-ubah, harus konsisten dengan mekanisme.

Mohon usulan yang sudah direkap diberikan lagi kepada masyarakat. Action,

ada APBD murni, dekon, dan lain-lain, perlu pemerataan. Selain itu perlu

tranpransi terhadap kegiatan yang dilaksnakan oleh pemerintah agar kami

masyarakat tidak curiga dan bisa melihat pembangunan yang dilaksnakan oleh

pemerintah Kota Bengkulu.

Page 85: Adi Ardinan

85

Pada sesi III, perwakilan LPM Jembatan Kecil mempertanyakan

peningkatan PAD yang sangat minim dan juga usulan irigasi untuk petani dan

pembinaan para petani. Usulan terakhir muncul dari perwakilan dari

masyarakat cempaka permai yang memintata perbaikan sanitasi terutama

sampah dan masyarakat yang dibawah garis kemiskinan.

Dari masukan yang masuk Bapppeda tidak memberikan reaksi yang

banyak hanya memberikan alasan akan ditampung dan diusulkan untuk

pelaksanaan akan diserahkan kepada Walikota dan DPRD karena Bappeda

bukan pengambil kebijakan.

4. KELURAHAN SIDOMULYO

Kegiatan Jaring Asmara pada senin, 12 mei 2006 pada kecamatan

Gading Cempaka dilaksnakan di dua tempat hal ini dikarenakan masih

luasnya kecamatan Gading Cempaka dan tempat kedua dihadiri enam

perwakilan kelurahan. Dimulai dengan mengadakan persentasi dan diskusi

antara Bappeda Kota Bengkulu dengan masyarakat Kecamatan Gading

Cempaka. Acara ini dimulai dengan pembukaan yang di buka oleh Bapak

Camat Gading Cempaka sekaligus sebagai moderator pada acara tersebut. Di

awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda Kota Bengkulu

menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik antara Bappeda

Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota Bengkulu

dengan masyarakat Gading Cempaka.

Page 86: Adi Ardinan

86

Jalur penyampaian aspirasi masyarakat agar dapat masuk dalam

program pemerintah, berikut ini petunjuk pelaksnaannya, antara lain :

♦ Januari – Maret merupakan perencanaan pembangunan untuk pak camat

dan pak lurah tahun 2007 hasil jaring sering prosedur tidak dilalui.

♦ November – Desember – Januari – Februari à penyampaian aspirasi

masyarakat masih jalur yang benar yaitu Musbang kel/ kel untuk

menyampaikan prioritas.

♦ April à di bawah koordinasi Bappeda propinsi untuk dana yang tidak

tertampung di APBD kota

Kelemahan yang sering terjadi :

Tidak tahu jalur yang benar dan penentuan prioritas.

Selalu diusulkan fisik, padahal perlu juga non fisik.

Dana pembangunan untuk tahun 2004 sampai dengan tahun 2006

belum dapat berbuat banyak, baca kondisi di koral.

Tahun 2006 bayar utang.

Pada Tahun 2007 semaksimal mungkin untuk menjaring aspirasi

masyarakat.

Dengan dana 46 Milyar untuk kegiatan fisik dan non fisik.

Setelah pemaparan yang diberikan, masyarakat dipersilakan untuk

memeberikan usulan dan masukan kepada pemerintah Kota dan menanyakan

tentang pembangunan, antara lain:

Page 87: Adi Ardinan

87

Kepala RT 02 Kelurahan Sidomulyo sangat senang karena jalan

Timur Indah 3A sudah diusulkan pada tahun 2005 walaupun ada di tahun

2007 dan meminta untuk penentuan prioritas mohon di cek betul mana

yang pantas atau tidak. Jalan tersebut jalan Vital tembus Jalan TI 3A ke TI

Raya karena ada lokasi pendidikan SD, SMP, Jalan tersebut sering

dijalani pelajar-pelajar. Begitu juga aspirasi Kepala RW 02 Desa Besar,

jalan Amaliah tembus ke SMP 6 dan meminta kalau mendukung Bengkulu

Kota Pelajar, tolong diperiksa betul. Berikutnya usulan 03 Kelurahan TI

meminta kantor Kelurahan Timur Indah belum ada.

Bappeda merespon semua prioritas, tapi dananya tidak cukup.

Pengambil kebijakan bukan Bappeda. Dan tahun 2006 banyak masalah.

Ditambahkan Ketua Komisi DPRD memberikan masukan bahwa usulan

masyakata akan sebagai bahan Aku untuk kebijakan ke depan dan

sebagai forum penting bagi legislatif dan eksekutif kegiatan fisik dan non

fisik perlu diakomodir. Masalah fisik, DAK mengalami kenaikan 16

Milyar dari tahun 2005. Untuk seluruh kegiatan butuh 270 M kalo ingin

direspon kontribusi PAD hanya 18 Milyar sekitar 7,7%. Untuk

menentukan prioritas, lembaga teknis + Eksekutif + Legislatif. Lembaga

PU akan mendata ulang yang sifatnya prioritas untuk fisik, akan dicek

dan diranking.

Pada sesi ke II masyakarat dari Dusun Besar mempermaslahkan

prioritas pemerintah pada perbaikan pada jalan yang menghubungkan

fasilitas umum ,mesjid, PUSN dan sekolah. Perwakilan Kelurahan

Page 88: Adi Ardinan

88

Siomulyo meminta efektifitas dana pembangunan yang hanya 46 M

terutama program fisik dan non fisik di Sidomulyo ada pengusaha-

pengusaha kecil bagaimana cara mengefektifkannya dan pemanfaatan

tenaga terampil di lingkungan RT RW. Terutama pemberdayaan

masyarakat.

b pada sese III banyak sekali masyarakat memberikan usulan dalam

bidan fisik seperti dari kelurahan Sidomulyo, kelurahan Sumur

Meleleh, kelurahan Padang Nangka yang meminta agar progam

mereka masuk dalam program pemerintah untuk perbaikan jalan.

Jawaban dari Bappeda terhadap masukan yang ada memberikan

harapan tahun depan akan dievaluasi. Tahun ini rencana dibagi untuk

pemerataan untuk setiap kecamatan. Kebutuhan infrastruktur masih

dominan, perlu ditambahkan pemberdayaan masyarakat dan peguatan

ekonomi rakyat. Untuk infrastruktur besar, belum dibutuhkan, kota

Bengkulu infrastruktur kecil-kecilan, pemberdayaan masyarakat,

penguatan ekonomi rakyat dan ini merupakan arah kebijakan umum.

Banyaknya aspiarsi yang masuk dari Kecamatn Gading Cempaka

baik dari yang diadakan di kelurahan Sidomulyo ataupun Kecamatan

Gading Cempaka dapat dilihat dari matrik dibawah ini:

Page 89: Adi Ardinan

89

Tabel 5.2.3. Matrik analisis partisipatif di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu, 2006

No. Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Potensi Kelemahan Implikasi

1. Masyarakatpasar

Perbaikanjalan

- Kecelakaan- Banjir

Kenyamanamasyarakat

- Jalan umum- Belum ada bantuan

pemerintah

Pembutan jalan

2. Kepala Rt Pembuatansekolah

Jalan antara sekolahdengan kampungmasyarakat jauh

Kemudahanprosesbelajar

- Lahan yang tidak ada- Belum ada bantuan

pemerintah

Penganggran danapembangunansekolah

3. Industri kecil Pemberdayaanmasyarakat

- Terbatasnyalapangan kerja

Penambahanpengetahuandanpenghasilan

- Tingkat pendidikanrendah

- Keterampilanterbatas

Kursus dan pelatihan

4. Pedagangkecil

Penambahanpenghasilan

- Masyarakat tidakmemilkiketerampilan dasar

Penambahan - Tidak punya dana Kredit lunak kepadapengusaha kecil

Page 90: Adi Ardinan

90

Selain dilakukan analisis matrik yang dilakukan di Kecamatan juga

dilakukan analisis yang berdasarkan indicator yang dibutuhkan dalam analisi yang

dilakukan ditingkat kecamat yang dilakukan dalammenganalisi kebutuhan

masyarakat sesuai dengan kecamatan masing-masing, hal ini dapat tergambar

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.2.4. Matrik analisis kepentingan masyarakatdi Kecamatan – Kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006

KepentinganTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka

Pembangunan jalan Pembangunan jalan Perbaikan jalanBerdagang daerahPantai

Berdagang daerahPantai

Pembuatan sekolah

Mendapat Pekerjaan Mendapat Pekerjaan Pemberdayaanmasyarakat

PKBM PKBM Penambahan penghasilanKebersihan daerah Kebersihan daerahHarga dan suplay

Tabel 5.2.5. Matrik analisis kekhawatiran masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006

kekwahatiranTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka

- Harga Rendah- Cuaca

- Kecelakaan- Banjir

- Kecelakaan- Banjir

- Pemasaran terbatas - Tidak ada pembeli Jalan antara sekolahdengan kampungmasyarakat jauh

- Terbatasnya lapangankerja

- Terbatasnya lapangankerja

- Terbatasnya lapangankerja

- Hilangnya budaya asliBengkulu

- Masyarakat tidakmemilki keterampilandasar

- Masyarakat tidakmemilki keterampilandasar

- Kondisi lingkunganyang buruk

- Kondisi lingkunganyang buruk

Harga dan suplay - Pemasaran terbatas

Page 91: Adi Ardinan

91

Tabel 5.2.6. Matrik analisis Potensi masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006

PotensiTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka

Peningkatan Produksi Kenyamananmasyarakat

Kenyamana masyarakat

Peningkatan Peningkatan Kemudahan proses belajarKemampuan baik Kemampuan baik Penambahan pengetahuan

dan penghasilanWisata Lokal Pencerdasan

masyarakatPenambahan

Kenyamanan KenyamananKenyamananberibadah

Tabel 5.2.7. Matrik analisis kelemahan masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006

KelemahanTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka

- Jenis peralatan terbatas- Modal yang kurang

- Jalan umum- Belum ada bantuan

pemerintah

- Jalan umum- Belum ada bantuan

pemerintah- Kurang pengetahuan

dan keterampilan- Modal rendah

- Kurang pengetahuandan keterampilan

- Modal rendah

- Lahan yang tidak ada- Belum ada bantuan

pemerintah- Tingkat pendidikan

rendah- Keterampilan terbatas

- Tingkat pendidikanrendah

- Keterampilan terbatas

- Tingkat pendidikanrendah

- Keterampilan terbatas- Masyarakat yang apatis- Budaya yang tidak

merakyat

- Tidak punya dana- Sarana belajar yang

minim

- Tidak punya dana

- Kepeulian masyarakatminim

- Dana kebersihan tidakada dari pemerintah

- Kepedulian masyarakatminim

- Dana kebersihan tidakada dari pemerintah

- Jalan umum- Belum ada bantuan

pemerintah

- Mininya dankesejahteraan untukimam

- Masyarakat tidakmemelihara masjid

- Kurang pengetahuandan keterampilan

- Modal rendah

Page 92: Adi Ardinan

92

Tabel 5.2.8. Matrik analisis Implikasi masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006

ImplikasiTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka

Bantuan modal Pembangunan jalan Pembutan jalanProgram PenyuluhanBantuan Modal

Program PenyuluhanBantuan Modal

Penganggran danapembangunan sekolah

Program pelatihankerja

Program pelatihankerja

Kursus dan pelatihan

Pekan BudayaSanggar seni

PKBM Kredit lunak kepadapengusaha kecil

Penyediaan kotaksampah umum

Penyediaan kotaksampah umum

Pembutan jalan

Alokasi dana untuktempat ibadah

Program PenyuluhanBantuan Modal

Berdasarkan tabel diats terlihat jelas bagaimana ketergantungan

masyarakat terhadap pemerintah Kota Bengkulu,terutama sektor infrastruktur

jalan. Kebutuahan –kebutuhan yang mendesak yang merupakan kepentingan

umum membuat masyarakat sangat menginginkan adanya perubahan teutama

terhadap lingkungan masyarakat yang dapat menggangu elsistensi dan

produktifitas masyarakat. Gambaran lain juga seperti kebuthan masyarakat akan

bantuan baikbersifat materie dan inmaterial juga sangat banyak hal ini dapat

tergambarkan dengan jelas pada tabel diatas.

Dapat terlihat dengan jelas bagaimana masyarakat melihat apa yang

dilakukan selama ini belum memberikan hasil yang optimal sehingga masih

banyak keluhan dan juga aspirasi masyarakat yang selama ini belum

tersampaikan dengan baik sehingga timbulnya sikap anti pembangunan dan

tidak percaya kepada pemerintah daerah.

Page 93: Adi Ardinan

93

5.3 Pembahasan

Dengan pelaksananan otomoni daerah membuka kesempatan

masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif terutama yang berhubungan dengan

kebutuhan masyarakat. Masyarakat mememilki kebutuhan yang merupakan

kewajiban pemerintah untuk mengadakannya, seperti dalam program Jaring

Asmara banyak masyarakat yang menuntut perbaikan terutama dalam bidang

infrastruktur terutama perbaikan jalan, pembuatan drainase dan rehabilitasi

bangunan umum.

Pembangunan masyarakat yang merupakan tugas dari pemerintah

membutuhkan suatu masukan –masukan yang penting dan sesuai dengan

partisipasi dan adanya proses transparansi dalam proses pembangunan tersebut.

Partsipasi yang dilakukan dalam bentuk memberikan masukan, kritik ataupun

dukungan kepada pemerintah dapat memberikan ganmbaran bagaimana respon

masyarakat terhadap pembangunan yang dilaksanakan oleh pemrintah daerah.

Dalam program Jaring Asmara banyak sekali masukan yang dapat

dilihat dari repersentasi masyarakat terhadap apa saja yang dibutuhkan sehingga

dapat tergambar dengan jelas bagaimana reaksi masyarkat. Masih banyaknya

ketidakpuasan masyarakat menggambarkan banyaknya pekerjaan rumah yang

harus diselesaikan oleh pemerintah daerah sebagai wujud mereka sebagai

pelayann masyarakat.

5.3.1. Analisis SWOT

Dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT terutama dalam

penelitian ini berhubungan dengan perencanaan pembangunan berdasarkan hasil

Page 94: Adi Ardinan

94

penelitian yang ditemukan selama mengikuti program Jaring Asmara, hasil

berdasarkan indikator –indikator yang ada yang menggambarkan bagaimana

dapat dilihat sebagai suatu kegiatan pemerintah. Berdasarkan hasil dari program

Jaring Asmara yang dilaksanakan di kecamatan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5.3.1 Analisis SWOT langkah 1, program Jaring AsmaraKota Bengkulu 2006

STRENGTH(kekuatan)

û Antusiasnya masyarakat.û Pelaksanaan di awal tahun

anggaran.û Pemerintah mengetahu secara

real kondisis masyakat.û Adanya peran serta secara

langsung dari pihak –pihak yangterkait seperti DPRD dan DinasKimpraskot.

û Partisipasi langsung terjadiantara masyarakat dan Pemerintah.

WEAKNESS(kelemahan)

û Minimnya dana pembangunan.û Informasi yang kurang tentang

proses pengajuan usulan/aspirasi.û Kurangnya koordinasi antara

lembaga Pemerintah danmasyarakat

û Fokus pembangunan padapembangunan fisik dan tidakmemberikan masukan padapembangunan non fisik.

û Dana pembangunan tahun 2006digunakan untuk membayarpembangunan pada tahunsebelumnya.

OPPORTUNITY(kesempatan)

û Adanya bantuan dariPemerintah Pusat dan dana hibah.

û Sistem pemerintahan yangterbuka melalui programpemberdayaan masyarakat

û Bengkulu merupakan daerahberkembang

û Potensi daerah yang banyakbelum terkelola terutama Pariwisatadan kelautan.

THREAT(ancaman)

û Pemilu 2007 yang dapatmengganggu pembangunan kotaBengkulu.

û Keputusan hanya pada KepalaDaerah dan DPRD bukan padaBappeda.

û Adanya intervensi dan programpesanan dari pihak tertentu.

û Monitoring DPRD yang tidakoptimal terhadap aspirasimasyarakat.

Page 95: Adi Ardinan

95

Dari langgkah 1, analisi s ini dilanjutkan dengan langkah dua dengan

menggabungkan poin S dan O sebagai kondisi internaln dan poin W dan T

sebagai kondisi eksternal sehingga dari kondisi ini dapat dianalisis dengan

melihat dan menguraikannya dengan membuat langkah 2, dengan mengurai dan

mengurai kelemahan pada W+T , antaralain :

Page 96: Adi Ardinan

96

Tabel 5.3.2 Analisis SWOT langkah 2, program Jaring AsmaraKota Bengkulu 2006

Kondisi Internal

JARING ASMARA

STRENGTH(kekuatan)

û Antusiasnya masyarakat tinggi.û Pelaksanaan di awal tahun anggaran.û Pemerintah mengetahu secara real kondisis

masyakat.û Adanya peran serta secara langsung dari pihak

–pihak yang terkait seperti DPRD dan DinasKimpraskot.

û Partisipasi langsung terjadi antara masyarakatdan Pemerintah.

WEAKNESS(kelemahan)

û Minimnya dana pembangunanû Informasi yang kurang tentang proses

pengajuan usulan/ aspirasi.û Kurangnya koordinasi antara lembaga

pemerintah dengan masyarakat.û Fokus pembangunan pada pembangunan

fisikû Dana pembangunan tahun 2006 digunakan

untuk membayar pembangunan pada tahunsebelumnya.

OPPORTUNITY(kesempatan)

û Adanya bantuan dari Pemerintah Pusat dan dana hibah.û Sistem pemerintahan yang terbuka melalui program

pemberdayaan masyarakatû Bengkulu merupakan daerah berkembangû Potensi daerah yang banyak belum terkelola terutama

Pariwisata dan kelautan.

û Masyarakat masih peduli terhadappembangunan

û Hubungan yang harmonis antara pemerintahdan masyarakat

û Kesempatan mengembangkan Kota Bengkuluyang besar

û Pembangunan yang berbasis pada kebutuhanmasyarakat

û Optimalisasi dana pembangunan secaratepat guna

û Pembentukan forum atau wadah untukmempertemukan pemerintah dengan warga

û Sosialisasi tentang pembangunan non fisikterutama bidang pendidikan dan UKM

THREAT(ancaman)

û Pemilu 2007 yang dapat mengganggu pembangunan kotaBengkulu.

û Keputusan hanya pada Kepala Daerah dan DPRD bukanpada Bappeda.

û Adanya intervensi dan program pesanan dari pihaktertentu.

û DPRD yang tidak optimal terhadap aspirasi masyarakat

û Posisi pemerintah sebagai pelayan bukansebagai pihak yang berkepentingan

û Pelibatan Kepala derah dalam program jaringasmara

û Adanya konsultasi publik antara masyarakatdengan dinas/DPRD

û Pelibata LSM/lembaga independen terhadapproses pembangunan

û Transparasi terhadap penggunaan danapembangunan

û Adanya pertemuann antara masyarakat danpemerintah secara kontinyu danberkesimambungan

Page 97: Adi Ardinan

97

Tabel 5.3.3 ANALISIS SWOT LANGKAH 3, PROGRAM JARING ASMARAKOTA BENGKULU 2006

Isu strategis Problem teridentifikasi Solusi altrernatif aktivitas

Partsipasi masyararakat û Minimnya danapembangunan.

û Informasi yang kurangtentang proses pengajuanusulan/aspirasi.

û Kurangnya koordinasiantara pemerintah denganPemerintah.

û Fokus pembangunan padapembangunan fisik dan tidakmemberikan masukan padapembangunan non fisik.

û Dana pembangunan tahun2006 digunakan untukmembayar pembangunan padatahun sebelumnya.

û Optimalisasi danapembangunan secara tepat guna

û Pembentukan forum atauwadah untuk mempertemukanpemerintah dengan warga

û Sosialisasi tentangpembangunan non fisik teutambidang pendidikan dan UKM

û Transparasi terhadappenggunaan dana pembangunan

û Adanya pertemuann antaramasyarakat dan pemerintah secarakontinyu dan berkesimambungan

û Adanya pertemuannantara masyarakat danpemerintah secara kontinyudan berkesimambungan

û Pembuatan situs/majalahatau media lain daripemerintah tentangpembangunan daerah

Page 98: Adi Ardinan

Berdasarkan hasil SWOT di atas dapat dilihat partisipasi masyarakat

dalam program Jaring Asmara belum optimal, sehingga diperlukan strartegi

dan rencana yang baik tentang sistem perencanaan pembangunan agar

masyarakat dapat membantu proses pembangunan. Banyaknya aspirasi yang

disampaikan masyarakat yang sebagian besar merupakan kebutuhan

memerlukan tugas yang banyak kepada pemerintah daerah yang dimana

masyarakat sangat membutuhkan kerja nyata dari pemerintah daerah.

Berdasarkan pihak –pihak yang terlibat dalam program Jaring Asmara dapat

dilhat pada diagram vern berikut ini:

BAGAN 5.3.4 HUBUNGAN ANTAR PIHAK

Sumber : hasil penelitian, 2006

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bagaimana peranan masyarakat

yang sangat minim karena pijakan kebijaksaan terletak pada Pemerintah

MASYARAKAT

PEMERINTAHDAERAH/BAPPEDA

DPRD

KetuaRT

TokohMasyarakat

LPM

Page 99: Adi Ardinan

Daerah/ Bappeda dan DPRD sehingga bergaining masyarakat terhadap

kebijaksanaan pemerintah sangat kecil. Sehingga dalam setiap usulan yang

diajukan oleh masyarakat tidak dapat langsung menjadi program Pemerintah

Daerah. Hubungan yang terjalin antara elemen masyarakat seperti ketua RT,

Tokoh Masyarakat dan LPM terlihat walaupun ketika dibenturkan dengan

kepentingan kadang kala menimbulkan perbedaan antara elemen tersebut.

Fungsi pemerintah melalui Bappeda maupn DPRD memilki fungsi untuk

memberikan pelayanan dan komunikasi yang baik sehingag suara masyarakat

masuk ke dalam program pemerinta. nyata Tidak adanya NGO/LSM sebagai

lembaga yang memantau aspirasi masyarakat memberikan persepsi yang

berbeda antara masyarakat dengan pemerintah.

5.3.2. Analisis Organisasi pelaksana program

Dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah belum berjalan secara optimal

kegiatan yang dilaksanakan belum memberikan jadwal yang sistematis dan

berkelanjutan dari waktu – waktu sepeti dalam program ini persiapakan yang

dilaksanakan pemerintah tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Berdasarkan jadwal tahapan proses penyusunan perencanaan pembangunan

kota Bengkulu, bahwa pelaksanaan program Jaring Asmara ternyata tidak

berjalan sesuai dengan jadwal yang berdasarkan jadwal dilaksnakan minggu

ke III februari 2006 ternyata dilaksnakan pada minggu ke II maret 2006,

sebagaimana kutipan dengan Susi Susanti (ketua panitia jaring asmara)

Page 100: Adi Ardinan

‘keterlambatan pelaksanaan jaring asmara karena belum disahkannya APBDoleh DPRD sehingga dana yang digunakan untuk Jaring Asmara belum bisaturun sehingga ditunda pelaksanaannya ditambah dengan kesibukan BappedaKota dalam pembahasan RAPBD dengan DPRD Kota Bengkulu’

Berdasarkan penyampaian diatas ternyata belum berjalan sistem yang

dibuat dengan pelaksanaan dilapangan, dari hal ini ternyata berpengaruh

terhadap aktivitas program lainnya.

Berdasarkan pemantauan, dalam program Jaring Asmara ternyata ada

tiga lembaga/Dinas/Instansi yang terlibat dalam program Jaring Asmara

antara lain:

1. DPRD Kota Bengkulu terutama Komisi 22. Dinas Kimpraskot Bengkulu3. Bagian Penyusunan Program (Sunram) Pemerintah Kota Bengkulu

Dalam kegiatan Jaring Asmara yang dilaksnakan pada tanggal 8 maret

2006 s/d 16 maret 2006 kehadiran ketiga lembaga ini dapat dilihat sebagai

berikut:Tabel 5.3.2.1 Kehadiran Dinas/Instansi dalam

Program Jaring Asmara BappedaKota Bengkulu Pada Tahun 2006

kehadiranNo. Hari/Tanggal TempatDPRD Kimpaskot Sunram

1. Rabu, 8 maret 2006 Kecamatan TelukSegara

Tidak Tidak Ya

2. Kamis, 9 maret 2006 Kecamatan RatuAgung

Ya Tidak Ya

3. Jumat, 10 maret 2006 Kecamatan RatuSamban

Ya Tidak Ya

4. Senin, 13 maret 2006 Kecamatan GadingCempaka 1

Ya Hadir Ya

5. Selasa, 14 maret 2006 Kecamatan GadingCempaka 2

Tidak Hadir Ya

6. Rabu, 15 maret 2006 Kecamatan Selebar Tidak Tidak Ya7. Kamis, 16 maret 2006 Kecamatan Kampung

MelaayuTidak Tidak Ya

Sumber : Data diolah dari Hasil penelitian, 2006

Page 101: Adi Ardinan

Berdasarkan tabel diatas, ternyata kehairan perwakilan DPRD Kota

Bengkulu hanya 3 kali (42%) sedangkan kondisi tidak baik ditunjukan oleh

ketidak hadiran Kepala Kimpraskot yang hanya 2 kali hadir (28%). Dari data

ini membuktikan bahwa belum harmonisnya hubungan antara Dinas/Instansi

dengan Bappeda Kota Bengkulu termasuk juga DPRD Kota Bengkulu yang

diwakili oleh Ketua Komisi 2 ternya hanya 3kali [adahal jumlah anggota

dewan 30 orang untuk DPDR Kota Bengkulu.

Bila ketidak optimalan unsure terkait akan mempengaruhi dengan

kebijakn yang ambil karena dikhawatirkan apabila usulan disampaikan tapi

tidak ada orang menjadi tidak berguna. Ketidak hadiran ini membuktikan

bahwa ketidak seriusnya pemerintah dalam melaksanakan program ini

sehingga menyulikan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat.

Kehadiran Dinas/Instansi yang berhubungan dengan program ini

ternyata masih sangat minim terbukti dengan banyaknya tidak hadir dari

DPRD kota Bengkulu dan Dinas Kimpraskot bengkulu, dapat dilihat ini

terjadi karena belum terjadi singkroniasi antara lembaga- lembaga tersebut.

Berdasarkan pernyataan ketua Komisi 2. Ahmad Badawi Saluy antara lain:

‘maaf saya datang terlambat kerena di dewan sedang ada rapat tentang APBDKota Bengkulu dan juga saya baru mendapatkan informasi tentang programjaring asmara ini baru sampai ke meja saya baru kemaren, sekali lagi sayaminta maaf”

Pemaparan dari ketua Komisi 2 DPRD Kota Bengkulu dapat

memberikan gambaran bagaimana ketidaksiapan Bappeda Kota Bengkulu

Page 102: Adi Ardinan

dalam mempersiapakan agenda kegiatan ini terbukti dari Dinas/Instansi lain

ternyata belum serius dalam program ini. Kehadiran bagian Sunram Pemda

Kota Bengkulu hanya menjadi pemamtau dan mencatat masukan dari

masyarakat sehingga belum dilihat peranan bagian Sunram dalam program

ini, tidak berbeda dengan Dinas Kimpraskot Bengkulu, berdasarkam

penamtauan ternyata siknifikansi kehadiran Dinas Kimprakot hanya

mendengar usulan masyarakat tapi tidak menjabab masukan masyarakat,

dalam kegiatan ini banyak dimonopoli oleh ketua Bappeda dan DPRD Kota

Bengkulu dalam menjawab masukan dari masyarakat.

5.3.3. Interprestasi terhadap program

Persepsi dari masyakat dalam pelaksnaan program Jaring Asmara sangat

beragam dan mempunyai interprestasi yang berbeda antara satu dengan yang

lain seperti Karno (LPM Kelurahan Jitra)

’Program – program dimulai propinsi sampai kota lebih menguatkaninfrastruktur yang dapat dilihat, namun dalam hal ini yang paling utamaadanya basisnya program tersebut harus memeperhatikan bagian ekonomikerakyatan seperti pembinaan masyarakat ekonomi kecil dan kebingunganmasyarakat tentang program Pemerintah Kotaa. Pembangunan wisataKota Bengkulu, diharapkan jangan instan perlu penguatan budayaBengkulu seperti khitanan dan adat pernikahan’

Selain itu juga ada juga yang memdukung program ini seperti Ahmad

(masyarakat Lembak)

’Langkah awal yang baik, mekanisme yang selalu berubah-ubah, haruskonsisten dengan mekanisme. Mohon usulan yang sudah direkapdiberikan lagi kepada masyarakat. Action, ada APBD murni, dekon, danlain-lain, perlu pemerataan. Selain itu perlu tranpransi terhadap kegiatanyang dilaksnakan oleh pemerintah agar kami masyarakat tidak curiga dan

Page 103: Adi Ardinan

bisa melihat pembangunan yang dilaksnakan oleh pemerintah KotaBengkulu.’

Tetapi ada juga masyarakat yang belum mendukung program ini dam

pesisim dengan pembangunan yang dilaksnakan oleh Pemda Kota Bengkulu,

seperti Bapak Nasirun (LPM Kelurahan Lingkar Timur)

’Setelah melihat program-program yang ada, kita jadi pesimis karenagood will kita tidak kesana. Tahun 2007 juga ada pilkada, APBD jangnterlalu besar di rutin. Dari realisasi program paling-paling hanya 20%sedangkan yang lain tidak bisa dilaksnakan oleh pemerintah KotaBengkulu.’

Dari berbagai tanggapan dari masyarakat ternyata secara umum

masyarakat memberikan dukungan terhadap keberanian Bappeda Kota

Bengkulu dalam menyerap aspirasi masyarakat tetapi implementasi yang

dapat diberikan oleh pemerintah Kota Bengkulu terhadap kebutuhan

masyarakat belum terlihat jelas.

5.3.4. Analisis Penerapan program

Kepala Bappeda Kota Bengkulu dalam pemaparan program tahun

anggaran 2006 mengatakan:

’kita agak sulit memampung seluruh aspirasi masyarakat yang masuk ke kita,setelah kami totalkan jumlah anggaran pembangunan yang dibutuhkanmasyarakat saat ini berjumlah 297 milyar sedangkan dana yang kita milikiuntuk anggaran 2006 hanya sebesar 46 milyar jadi program yang dapatdirealisasikan pemerintah hanya 20 % dari total usulan yang masuk pada kita’

Page 104: Adi Ardinan

Selain minimnya dana pembangunan Kota Bengkulu, Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Bengkulu saat ini sangat minim sebagaimana pemaparan

ketua Komisi 2 DPRD Kota Bengkulu

’Saat ini PAD kita sangat minim hanya berkisar antara 18 milyar sehinggakita dalam pembangunan Kota Bengkulu saat ini masih sangat tergantungdengan DAU yang diberikan oleh pemrintah Pusat, sehingga saat ini kitamencoba bagaimana nanti pembiayaan pembangunan dapat leih efisien danefektif’

Berdasarkan pemaparan diatas ternyata penerapan program ini masih

sangat terbatas belum dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat,

ruang publik yang diberikan ternyata tidak dapat memberikan suatu hasil

dalam rangka perbaikan kondisi masyarakt. Alasan –alasan kurangnya dana

menjadi alasan utama baik dari Pemda Kota dan DPRD sehingga sistem

subsidi yang diberikan Pemerintah Pusat sepertinya menjadi harapan yang

sangat menjanjikan dalam pembangunan daerah. Disatu sisi ternyata

pemberdayaan masyarakat dalam program- program non fisik belum

dioptimalkan dalam kemandirian masyarakat.

5.3.5. Analisis Pengaruh Masyarakat dalam Implementasi Program

Banyaknya usulan yang masuk di masyarakat ternyata tidak menjamin

usulan yang masuk akan langsung masuk dalam program pemerintah daerah.

Hal ini dikarenakan tidak adanya masyakat yang mengawal suara mereka

sehingga banyak keluhan dan juga kekecewaan dari masyarakat akibat tidak

masuknya usulan yang mereka harapkan, berikut ini beberapa usulan

masyarakat tentang implemtasi program jaring asmara antara lain:

Page 105: Adi Ardinan

• Kebijakan yang ada diputuskan oleh orang nomor satu Kota Bengkulu

• Jalan lingkungan sudah diusulkan , kata bapak lurah tinggal realisasi tetapi

kenyataanya ?.

• Jangan ada proyek pesanan.

• Selain itu perlu tranpransi terhadap kegiatan yang dilaksnakan oleh

pemerintah agar kami masyarakat tidak curiga

• Bagaimana pemberdayaan masyarakat? Perlu Juklak, Juknis

• Untuk penentuan prioritas mohon di cek betul mana yang pantas atau

tidak.

Dari berbagai keluhan yang ada dari masyarakat ternyata implementasi

yang diberikan oleh pemerintah sangat sulit di masuki oleh masyarakat

terutama dalam melihat dan mengakses tentang aspirasi yang mereka

sampaikan telah masuk dalam program atau tidak. Sehingga tidak terjalin

komunikasi yang harmonis antara pemerintah daerah dengan masyarakat.

Pertemuan yang dilaksanakan oleh pemerintah sangat minim jumlahnya dan

masyarakat yang mengikuti hanya dalam jumlah yang terbatas. Dengan

terbatasnya masyarakat yang hadir maka akan terjadi marginalisasi kebutuah

teutama masyarakat kecil

Berikut ini alur partisipasi masyarakat dalam tahapan proses

penyususnan perencanaan pembangunan Kota Bengkulu yang dan analisis

pengaruh masyarakat terhadap program tersebut.

Page 106: Adi Ardinan

BAGAN 5.3.4.1 ALUR PARTISIPASI MASYARAKATDALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KOTA BENGKULU

Kegiatan Pengaruh masyarakat

Sangat Kuat

Kuat

Kuat

Lemah

Sangat Lemah

Sangat Lemah

Tidak Ada

Tidak ada

Sumber: hasil penelitian, 2006

Berdasarkan bagan di atas ternyata semakin kebijakan akan

dikeluarkan ternyata pengaruh masyarakat dalam mengakses dan

mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah daerah

MusrenbangKelurahan

PenentuanRKPD

MusrenbangKota

PenentuanProgramPrioritas

PenyususnanAKU

Jaring Asmara

MusrenbangKecamatan

PenyusunanRAPBD

Page 107: Adi Ardinan

semakin lemah. Hal ini memberikan gambaran bahwa wewenang masyarakat

untuk melaksnakan apa yang dinginkannya belum berjalan secara optimal

sehingga pemerintah hendaknya memberikan gambaran secara umum dan

pelibatan masyarkat terhadap usulan –usulan yang masuk sehingga

masyarakat dapat dengan mudah mengakses aspiarasi yang telah disampaikan.

Pemerintah juga melalui Bappeda belum dapat memberikan informasi yang

transparansi tentang penetuan program –program pemerintah daerah.

Perbedaan posisi yang dialami setiap tingkatan partisipasi memberikan

gambaran bagaimana akses dan bergaining yang dimilki masyarakat dalam

proses pengambilan kebujakan semakin lama semakin sulit. Aspek

transparansi dari proses yang telah berlangsung terutama yang berkaitan

dengan kebijakan –kebijan yanmg diambil kadang kal tidak terekspos media

dengan baik.

Ketika musrenbang kelurahan masyarakat dapat secara langsung

menyampaikan aspirasinya tampa ada yang menghalangi sehingga akses dapat

dengan mudah diperoleh, mulai musrenbang kecamatan hanya ada indikaot

keterwakilan saja tampa adanya aspirasi yang masuk melalui sisitem yang ada

sehing kadang kal usulan dari keluran tidak lagi dibahas di tingkat yang lebih

tinggi

Page 108: Adi Ardinan

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Analisis Implementasi Program

Penjaringan Aspirasi Masyarakat pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kota Bengkulu”, maka dapat disimpulkan hal –hal sebagai

berikut:

1. Bahwa dari sekian banyak aspirasi yang masuk dari kegiatan penjaringan

aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) banyak sekali aspirasi pada sektor

pekerjaan umum, hal ini disebabkan sarana dan prasarana yang ada

kondisisnya banyak yang rusak dan perlu mendapatkan perbaikan walaupun

setiap tahun suadah ada dilakukan perbaikan dan pembangunan.

2. Proses penjariang aspirasi masyarakat pada umumya telah melalui proses

yang baik, baik dari tingkat kelurahan, kecamatan sampai dengan tingkat

kota tetapi dalam implementasi belum banyak program yang dapat

direalisasikan karena minimnya dana pembangunan.

3. Perencanaan pembangunan di Kota Bengkulu belum berjalan secara optimal

karena hanya melibatkan pihak dari masyakat yang umum tetapi pelibatan

kepada LSM, Ormas dan Perguruan Tinggi belum dilibatkan.

4. Belum berjalannya transparani perencanaan kepada publik sehubungan

informasi pembangunan Kota Bengkulu yang menyebabkan kebingungan

masyarakat apa yang dilakukan pemerintah.

Page 109: Adi Ardinan

6.2.Saran

Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang ada

tentang “Analisis Implementasi Program Penjaringan Aspirasi Masyarakat

pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bengkulu”,

maka hasil dari penelitian perlu disarankan sebagai berikut :

1. Bahwa dasar penyusunan program Pemerintah Kota Bengkulu sekiranya

dapat ditentukan dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat karena dari hasil

yang diperoleh adalah kebutuhan real dari masyarakat.

2. Perlu adanya media dalam perencanaan pembangunan Kota Bengkulu

kepada masyarakat umum sehingga adanya semangat yang sama untuk

membangun Kota Bengkulu baik berupa webside, pamflet ataupun media

lainnya.

3. Program Jaring Asmara hendaknya dapt dipertahankan dan ditingkatkan

agar dapat terjalin komunikasi yang baik dalam perencanaan pembangunan

antara pemerintah dengan masyarakat.

Saran diatas paling tidak dapat diajukan acuan ke depan baik bagi

Pemerintah Kota terutama Bappeda Kota Bengkulu maupun masyarakat, sehingga

dapat mempertahankan apa yang sudah ada dan memperbaiki kekurangan dan

yang belum terlaksana selama ini demi kebaikan di masa yang akan datang.

Page 110: Adi Ardinan

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Politik Indonesia. Yogyakarta: PusatStudi Kependudukan dan Kebijakan UGM

Edward, George C. 1980. Implementasi Publik Policy. Wsahinton DC: ConsessionalQuality Press

Gibson, James L. Invencevich . Jiohn & Donelly J. 1990. Organization.Diterjemahkan Savitri dkk. Jakarta. Erlangga

Jones, Charles O. 1991. Publik policy. Diterjemahkan Ricky Iswanto. Jakarta:Rajawali

Koentjaraningrat. 1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PTGramedia

Nigro dan Nigro. 1980. Modern Publik Administration. New York: Harper and ROW

Ndraha T. 1983. Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta: Bina Aksara

Ndraha T. 1991. Kemampuan Administrasi Masyarakat Desa dan Perannya dalamPembangunan Desa. Yogyakarta: UGM

Rasyid, Ryass. 2000. Makna Pemerintah: Tuinjaunan dari SEgi Etika danKepemimpinan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya

Schein, Edgar H. 1983. Organization Psychology. Diterjemahkan Nurul I. Jakarta:Pustaka Binaman Presindo

Siagian, Sondang: 1997. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung

Solihin, Abdul Wahab. 1991. Pengantar Analisis Kebijakan Negara. Jakarta:Rhineka Cipta

Suparlan. Y.B. 1983. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: PustakaPengarang

Tjokroamidjojo, Bintara. 1984. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:LP3ES

Page 111: Adi Ardinan

Koran, Jurnal dan Peraturan Pemerintah

Bahari, Rahmad. 2005. Partisipasi Publik dan Penyelenggaraan Negara Demokrasi.Seri Pendidikan Publik no. 7. Jakarta: IPCOS

Katalog BPS no. 117234 PDRB Kota Bengkulu, 2003

Propeda Kota Bengkulu, 2004

Kompas. 2001, “Pemerintah dan Pelayanan Publik”, Kompasd 23 Juni 2001

Laporan Penjaringan Aspiurasi masyarakat Kota Bengkulu, 2003

Laporan Penjaringan Aspiurasi masyarakat Kota Bengkulu, 2004

Laporan Penjaringan Aspiurasi masyarakat Kota Bengkulu, 2005

Situs Internet

http.//www.Apeksi.or.id

http.//www.asianfundasion.org

http.//www.google.com

http.//www.jipi.or.id

http.//www.Lesung.com

http.//www.suarakarya \online.com/news

http.//www.undp.com