adb s secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/adbs0522016.pdfiii...

74
COVER ISSN 2089-4198 Vol.5 No.2 Juli 2016 ADB’S Secretary Jurnal Dunia Sekretari AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DON BOSCO Jl. Pulomas Barat V – Jakarta Timur 13210 Telepone : 021 4701190, 4898774 Fax : 021 4701190 Website http://www.asekmadb.ac.id MEMBANGUN KARAKTER ATAS DASAR KECENDERUNGAN EMOSI , Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th. PENGELOLAAN STRESS DI DUNIA KERJA, Oleh: Astuti Widiati, S.E., M.Pd. PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LULUSAN , Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M INDONESIAN LEARNERS’ REQUESTS IN ENGLISH : A Speech-Act Based Study How Indonesian Learners of English Make Requests In Everyday Situations, Oleh: V. Mieke Marini PENGARUH KETERAMPILAN PRESENTASI TERHADAP PERSEPSI PIMPINAN PERUSAHAAN , Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M..

Upload: truongbao

Post on 06-Jun-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

COVER

ISSN 2089-4198 Vol.5 No.2 Juli 2016

ADB’S Secretary

Jurnal Dunia Sekretari

AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DON BOSCO

Jl. Pulomas Barat V – Jakarta Timur 13210 Telepone : 021 4701190, 4898774 Fax : 021 4701190

Website http://www.asekmadb.ac.id

MEMBANGUN KARAKTER ATAS DASAR

KECENDERUNGAN EMOSI , Oleh: Drs. R. Sriyono DH,

Bc. Th.

PENGELOLAAN STRESS DI DUNIA KERJA, Oleh: Astuti

Widiati, S.E., M.Pd.

PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP MUTU

LULUSAN , Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M

INDONESIAN LEARNERS’ REQUESTS IN ENGLISH : A

Speech-Act Based Study How Indonesian Learners of

English Make Requests In Everyday Situations, Oleh: V.

Mieke Marini

PENGARUH KETERAMPILAN PRESENTASI TERHADAP

PERSEPSI PIMPINAN PERUSAHAAN , Oleh: Muller

Sagala, S.E.,M.M..

Page 2: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

ii

Vol.5 No.2 - Juli 2016 ISSN 2089-4198

ADB’S Secretary JURNAL DUNIA SEKRETARIS

Susunan Kepengurusan Jurnal Ilmiah Dunia Sekretaris :

Penanggung Jawab

:

Muller Sagala, S.E., M.M.

Mitra Bestari/Reviewer

Pimpinan Redaktur

:

:

Dr. Nicolaus Uskono, S.Sos., M.Si.

Dr. V.W. Cahyana, M.Si.

Dr. Hendrikus Passagi

Dr. Zulkifli Rangkuti

V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.

Wakil Pimpinan Redaktur : Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.

Redaktur : Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.

Astuti Widiati, S.E., M.Pd.

Penyunting / Editor : Ir. Markonah, ASAI, M.M.

Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.

Muller Sagala, S.E., M.M

Desain Grafis dan Fotografer : Widyastuti Listyawati, S.Sos.

Sekretariat : M.V. Mieke Marini M.P., S.Pd

Widyastuti Listyawati, S.Sos.

Theresia Pawarti

A. Niken Budi Palupi

Alamat Redaksi : Kampus ASEKMA Don Bosco

Jl. Pulomas Barat V

Jakarta Timur

Telp: 021-4898774 Faks:021-4701190.

Situs http://www.asekma.ac.id

Email: [email protected]

Page 3: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

iii

PENGANTAR REDAKSI

Pembaca yang terhormat,

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi berlaku sejak 1 Januari 2016 yang

lalu. Salah satu hal mononjol yang dapat dicatat adalah dunia bisnis membutuhkan tenaga

kerja yang highly-skilled.

Buku Jurnal Dunia Sekretaris nomor Vol.5 No.2 Juli 2016 ini merupakan karya ilmiah

dari para dosen, dan mahasiswi Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco yang relevan

dengan dunia sekretaris. Buku Jurnal Ilmiah seri ini menyajikan kajian yang lebih berfokus

kepada softskill antara lain mengenai pembangunan karakter, pengelolaan stress, pengaruh

mutu lulusan, pengaruh keterampilan presentasi, dan penyampaian permohonan dalam

Bahasa Inggris.

Topik-topik di atas sangat relevan dalam rangka mensukseskan Masyarakat Ekonomi

ASEAN dan AFTA. Softskill yang dibahas merupakan faktor dominan dalam dunia

ketenagakerjaan selain hardskill yang dimiliki.

Semoga para pengguna buku Jurnal Ilmiah ini mendapatkan manfaat besar dalam

bidangnya masing-masing sekaligus untuk mendorong perkembangan profesi sekretaris

dalam dunia yang terus berubah.

Salam sukses dari Dewan Redaksi.

Jakarta, 1 Juli 2016

Dewan Redaksi

Page 4: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

iv

Vol.5 No.2 - Juli 2016 ISSN 2089-4198

ADB’S Secretary

JURNAL DUNIA SEKRETARIS

DAFTAR ISI

Hal

1. MEMBANGUN KARAKTER ATAS DASAR KECENDERUNGAN

EMOSI

Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th.

1

2. PENGELOLAAN STRESS DI DUNIA KERJA

Oleh: Astuti Widiati, S.E., M.Pd.

20

3. PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP MUTU

LULUSAN

Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M

31

4. INDONESIAN LEARNERS’ REQUESTS IN ENGLISH : A Speech-Act

Based Study How Indonesian Learners of English Make Requests In

Everyday Situations

Oleh: V. Mieke Marini

44

5. PENGARUH KETERAMPILAN PRESENTASI TERHADAP

PERSEPSI PIMPINAN PERUSAHAAN

Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M..

57

Page 5: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

1

MEMBANGUN KARAKTER ATAS DASAR KECENDERUNGAN EMOSI

Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th.

(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

ABSTRACT

Character is the absolute answer in creating a better life in the community. Characters are

the values of human behavior associated with the Almighty God, ourselves, our fellow human

beings, the environment, and nationality embodied in thoughts, attitudes, feelings, words,

and actions based on religious norms, laws, manners, culture and customs. Character will

affect the pattern of action and emotion of human communication. The formation of a

person's character that requires communities of character consisting of family, educational

institutions, religious institutions, media, government and various parties that affect the

values of the students as the younger generation. Characters must be a habit that can be

done through character education. There are 12 types of personality typology needs to know

to maintain emotional balance those are achiever, difensive, ordinative, exhibisionis,

affiliative, intuitive, sucumtive, dominative, nurturative, loyalism, heterseksual, energetic

power.

Keywords: character, typologi, emosional

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia saat ini sangat memerlukan sumberdaya manusia yang bermutu,

pandai, cerdas, dan yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan berperan penting. Hal ini sesuai

dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang

Page 6: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

2

menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap

jenjang, termasuk di perguruan tinggi harus diselenggarakan secara sistematis guna

mencapai tujuan tersebut, khususnya melalui pembangunan karakter.

Karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik yaitu tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,

nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan, yang terpatri dalam diri

dan terejawantahkan dalam perilaku. Semua ini diharapkan dapat menjadi perilaku otomatis.

Pembangunan karakter diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang dalam

kedudukannya sebagai pribadi, anggota masyarakat sekaligus warga Negara suatu bangsa.

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha terus menerus untuk mendidik para mahasiswa

agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada

lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada para mahasiswa adalah

nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-

nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota

masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku dan agama.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan

akhlak, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan

Page 7: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

3

peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,

lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana

yang baik sehingga para mahasiswa sebagai peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang

mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa

melakukannya (psikomotor).

Pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang

baik” (moral knowing), tetapi juga “merasakan dengan baik” atau “loving the good” (moral

feeling), dan “perilaku yang baik” (moral action). Jadi pendidikan karakter erat kaitannya

dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.

Karena pendidikan karakter merupakan suatu habit, maka pembentukan karakter

seseorang itu memerlukan communities of character yang terdiri dari keluarga, lembaga

pendidikan, institusi keagamaan, media, pemerintahan dan berbagai pihak yang

mempengaruhi nilai-nilai para mahasiswa sebagai generasi muda.

Semua communities of character tersebut hendaknya memberikan suatu keteladanan,

intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan penguatan. Dengan perkataan

lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan,

intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam jangka

panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan.

Penulis mencoba menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini

sebagai batasan dalam pembahasan isi. Beberapa masalah yang akan dibahas dalam tulisan

ini antara lain:

Page 8: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

4

1. Apa arti dari membangun karakter itu?

2. Apa pengertian dari kecenderungan emosi dan pengaruhnya bagi kepribadian

seseorang ?

3. Bagaimana hubungan antara kecenderungan emosi dengan program pendidikan

karakter ?

4. Bagaimana pengaruh pola asuh atau pola didik terhadap terbentuknya karakter

seseorang atau karakter bangsa ?

5. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan perilaku seseorang ?

6. Bagaimana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah berhasil ?

Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh Penulis di atas, maka tujuan dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu membangun karakter.

2. Untuk mengetahui apa hubungan antara kecenderungan emosi dengan karakter dan

kepribadian seseorang.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan emosi dengan program

pendidikan karakter.

4. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh atau pola didik terhadap terbentuknya

karakter seseorang.

5. Untuk mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan perilaku seseorang.

6. Untuk mengetahui gambaran dari pendidikan karakter yang sudah berhasil.

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah metode kepustakaan (library

research) yaitu dengan mencari literatur termasuk hasil penelitian yang berhubungan dengan

bahasan karya tulis ini.

LANDASAR TEORI

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Page 9: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

5

Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di

dalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada

warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia

insan kamil atau insan yang bermartabat. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan

itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,

penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas

atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana, prasarana, pembiayaan, dan ethos

kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-

anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka

menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan

menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil,

baik, dan manusiawi.” (Doni Koesoema A.Ed)

2. Perbedaan Karakter dan Kepribadian

Page 10: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

6

Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan

setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di

aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi.

Tipologi Kepribadian manusia terdiri dari 12 jenis, yang terbentuk dari 12 kecenderungan

yang muncul dalam diri seseorang, (LPT Grahita Indonesia) yaitu :

1. Achiever yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan dan

mengedepankan sikap sportif dalam mencapai prestasi di kehidupannya.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Berani menghargai karya dan pendapat orang lain.

b. Berani membuka diri untuk belajar dari orang lain.

c. Mampu mengendalikan dorongan untuk menang sendiri.

d. Mau belajar bersaing dan tidak iri hati.

e. Berani menerima kegagalan dan tidak putus asa.

f. Bila berlebihan, cenderung tidak mau kalah, mau menang sendiri, keras kepala dan

ngeyel.

2. Difensive yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan

diri dari serangan, kritikan, ancaman, dan penilaian orang lain.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Mampu mempertahankan sikap dan prinsip diri dan tidak mudah terpengaruh.

b. Bisa belajar dari berbagai pengalaman atau kesulitan dan tidak curiga terhadap

lingkungan.

c. Mempertahankan sikap kreatif dan tekun.

d. Mau belajar mendengarkan orang lain.

e. Bergaul secara luas dan bersikap rileks.

f. Bila berlebihan cenderung tertutup, pendiam, bahaya ledakan emosi tidak terkendali.

3. Ordinative yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk mentaati

aturan/norma.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

Page 11: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

7

a. Berani mengambil inisiatif dan tidak terganggu oleh aturan/perintah.

b. Taat pada aturan tetapi tidak kaku dan membabi buta.

c. Berani berkreasi dan mampu memupuk kepercayaan diri.

d. Bekerja secara rapi.

e. Mandiri dan fleksibel pada aturan.

f. Bila berlebihan cenderung berperilaku ordinatif, taat tapi kaku, problemnya krisis

kepemimpinan.

4. Exhibisionis yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk berani tampil di

muka umum/ di hadapan orang lain.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Memiliki keinginan untuk tampil secara wajar.

b. Mampu mengekspresikan diri secara baik.

c. Berani mengungkapkan perasaannya secara wajar.

d. Memiliki rasa percaya diri secara baik.

e. Ilaz berlebihan, cenderung show action, suka pamer.

5. Affiliative yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan

lingkungan/ kelompok, membentuk kelompok.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Memiliki sikap interaktif.

b. Memiliki ketrampilan dalam bersosialisasi.

c. Bisa bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya.

d. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

e. Mudah beradaptasi, tidak kehilangan jati diri.

f. Bila berlebihan cenderung terlalu gaul, supple dan tidak selektif, mudah terpengaruh.

6. Intuitive yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk peduli terhadap

segala sesuatu yang terjadi pada lingkungannya.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Bisa menerima pendapat orang lain.

b. Bisa memahami lingkungan sekitar.

c. Bisa memahami orang lain.

d. Memiliki rasa peduli secara baik.

e. Dapat mengendalikan emosi.

Page 12: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

8

f. Bila berlebihan cenderung tidak selektif, heranan, rasa ingin tahunya berlebihan,

mudah tersinggung.

7. Sucumtive yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk memenuhi

kebutuhan tanpa tergantung orang lain.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Cenderung mandiri.

b. Memiliki rasa percaya diri.

c. Bisa mengembangkan kreativitasnya.

d. Dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

e. Bila berlebihan cenderung suka melempar tanggung jawab kepada orang lain dan sok

tahu.

8. Dominative yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk memimpin,

menguasai dan mempengaruhi, dan mengatur individu lain.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Cenderung bisa dan mau memimpin.

b. Memiliki karisma kepemimpinan.

c. Mampu mempengaruhi orang lain.

d. Trampil bersosialisasi secara baik.

e. Mampu memberi motivasi ke orang lain.

f. Bila berlebihan cenderung suka mengatur, suka merampas hak orang lain.

9. Nurturative yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan rasa

tanggung jawab terhadap sesuatu hal / benda yang dimiliki, rasa memiliki.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Memiliki keterampilan untuk mempertimbangkan sesuatunya.

b. Memiliki rasa tanggung jawab.

c. Memiliki ketegasan dalam bertindak.

d. Memiliki motivasi untuk merawat dan menjaga miliknya.

e. Bila berlebihan cenderung tidak bisa membedakan mana yang penting dan mana

yang tidak, terlalu main perhitungan dan tidak peduli pada perasaan orang lain, pelit.

10. Loyalism yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk bersikap konsisten,

tuntas dalam melaksanakan tugas, memegang komitmen, teguh pada prinsip.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

Page 13: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

9

a. Memiliki motivasi untuk menyelesaikan tugas.

b. Memiliki motivasi untuk mengembangkan kreativitas.

c. Mempunyai motivasi untuk setia, dan berpegang teguh pada prinsip/pendirian.

d. Bila berlebihan cenderung kurang kreatif, setia buta dan kurang progresive.

11. Heteroseksual yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk

mengembangkan komunikasi antar pribadi secara baik tanpa membedakan lawan jenis.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Memiliki ketrampilan berkomunikasi terhadap sesama tanpa membedakan lain jenis.

b. Mempunyai kemampuan mengendalikan perasaan.

c. Mampu beradaptasi degan baik terhadap lawan jenis.

d. Mampu bersosialisasi dengan baik juga pada lawan jenis, setia dalam memegang

janji.

e. Bila berlebihan cenderung menjadi play boy atau play girl.

12. Power energetic yaitu kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk memenuhi

kebutuhan merusak ke dalam bentuk aktivitas yang positif dan bermanfaat.

Indikasi yang dapat dilihat adalah :

a. Memiliki motivasi untuk mengembangkan reaktivitasnya.

b. Mempunyai kemampuan berinovasi.

c. Memiliki kemampuan bergerak secara wajar dan terkendali.

d. Mempunyai kemampuan mengendalikan perasaan, juga saat kecewa,

e. Bila berlebihan cenderung merusak tatanan dan agresif.

Kecenderungan emosi, yang menjadi landasan terbentuknya perilaku sangat

dipengaruhi oleh pola asuh yang diterima baik dari orangtua maupun dari para pendidik. Ada

beberapa pola asuh yang sering diterapkan oleh para orangtua dalam membentuk

kepribadian atau watak anak-anaknya antara lain :

1. Pola asuh otoriter, yaitu pola asuh yang menekankan dominasi orangtua. Orangtua yang

menentukan dan anak harus patuh menjalankan. Dari pola asuh ini akan menghasilkan

anak-anak yang patuh, taat, dan takut pada orangtua, tetapi menyebabkan anak

kehilangan kesempatan untuk menentukan langkahnya. Anak akan kehilangan inisiatif

dan kreativitasnya.

Page 14: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

10

2. Pola asuh permisip, yaitu pola asuh yeng lebih mengutamakan kemauan si anak, apapun

yang anak inginkan harus dipenuhi oleh orangtua. Pola asuh ini sepintas memperlihatkan

orangtua yang baik hati, karena apa yang diinginkan si anak akan dituruti. Tetapi akan

membentuk perilaku si anak yang suka menuntut dan menuntut, dan akhirnya orangtua

hanya akan menjadi sapi perah bagi anaknya.

3. Pola asuh demokratif, yaitu pola asuh yang mengutamakan musyawarah atau dialog

antara orangtua dan anak apa yang diinginkan baik oleh orangtua maupun si anak terlebih

dahulu dibicarakan. Pola asuh ini akan membentuk perilaku kompromis.

4. Pola asuh yang menekankan protective, yaitu pola asuh ini terlihat orangtua begitu

mengawatirkan anaknya, sehingga memberikan proteksi atau perlindungan karena takut

anaknya akan kenapa-kenapa.

PEMBAHASAN

Pemahaman 12 jenis kepribadian yang terbentuk dan 4 pola asuh yang dapat

diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya akan membentuk mutu karakter seorang anak.

Pendekatan emosional orang tua tersebut akan sangat kuat membentuk karakter anak.

Pertanyaannya adalah mana dari ke-empat pola tersebut di atas yang terbaik?

Menurut Penulis ke-empatnya mempunyai kekurangan dan kelebihannya sendiri. Ke-

empatnya akan menjadi baik dan memberi pengaruh positif bagi anaknya sejauh diterapkan

tepat waktunya. Misalnya pola asuh otoriter, akan tepat diterapkan ketika anak masih

berumur antara 0 tahun sampai 12 tahun. Pada masa ini orangtua menjadi lebih dominan.

Kemudian pola asuh demokratis, akan tepat diterapkan ketika anak berusia antara 12 sampai

17 tahun, pada masa ini anak sudah dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan

mana yang tidak dan anak sudah tidak lagi masalah untuk didikte, tetapi diajak bicara,

diperlakukan sebagai teman. Pola asuh permisif sebaiknya diterapkan ketika anak sudah

memasuki usia dewasa, yaitu 17 tahun ke atas, karena diharapkan pada usia 0 tahun hingga

12 tahun sudah ditempa oleh orangtuanya untuk mengetahui mana yang boleh dan mana

Page 15: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

11

yang tidak, mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan pada usia 12 tahun hingga 17

tahun sudah dibiasakan untuk selalu berdialog, sehingga pada usia dewasa sudah siap untuk

menentukan pilihannya sendiri.

Setiap manusia pada dasarnya mau belajar untuk mengatasi dan memperbaiki

kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru. Inilah yang disebut dengan

karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian achiever yang mempunyai kecenderungan

untuk mengembangkan dan mengedepankan sikap sportif dalam mencapai prestasi di

kehidupannya. Lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk

mengembangkan dan mengedepankan sikap sportif, bersikap serius dalam situasi yang

membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah karakter. Pembangunan karakter

adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran,

kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu

yang perlu dikembangkan dan perlu dibina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter bukan diwariskan, dan karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa

ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan

melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang

tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Banyak diperhatikan bahwa orang-orang dengan

karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan

bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau

kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam

kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda

tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan. Perlu diketahui bahwa

setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter. Karakter,

lebih dari apapun dan akan menjadikan seorang pribadi yang memiliki nilai tambah.

Page 16: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

12

Karakter akan melindungi segala sesuatu yang orang hargai dalam kehidupan ini. Setiap

orang bertanggung jawab atas karakternya. Setiap orang harus memiliki kontrol penuh atas

karakternya sendiri. Artinya seseorang tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakternya

yang buruk karena orang ia harus bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter

adalah tanggung jawab pribadi seseorang.

Orang tua harus mempunyai program untuk membangun karakter anak termasuk

bagaimana memberikan therapy dalam suatu lingkungan tertentu. Berikut ini beberapa

penjelasan bagaimana program orang tua dalam rangka pembangunan karakter.

1. Berdasar Tipology Kepribadian

Tabel berikut ini menjelaskan bagaimana therapi yang dapat dilakukan orang tua

terhadap anak dengan tipology tertentu.

No Tipology Therapi

1 Achiever Mengajarkan orangtua untuk selalu menerima dan bersyukur

atas keadaan atau kondisi apapun (thank giving).

2 Difensive Story telling, relaxasi, refleshing, tidak mengkritik.

3 Ordinative Memberi kebebasan pada anak, misalnya baju, tidur,

merubah waktu mandi, dan jangan memberi advis yang

berdampak pada pelajaran, hindari selalu memberi aturan.

4 Exhibisionis Problemnya anak merasa tidak diakui/diperhatikan. Maka

berilah pujian, misi penugasan/kepercayaan.

5 Affiliative Anak merasa tidak pernah diperhatikan, mencari perhatian

secara berkomunitas dengan teman-temannya. Untuk

mengurangi, anak diajak bermain, sambil mengingat

kejadian yang lalu. Buat anak betah di rumah.

6 Intuitive Problemnya adalah krisis kepercayaan. Orangtua membuat

janji dalam waktu 1 minggu dengan kegiatan yang menarik

bagi anak dan janji harus dipenuhi.

Page 17: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

13

7 Sucumtive Problem nya adalah anak merasa teralu diproteksi sehingga

seakan-akan dalam kondisi berbahaya.

Terapinya yaitu anak dilatih makan sendiri, mandi sendiri,

orangtua menyaksikan anak melakukan aktivitas.

8 Dominative Problem nya adalah orangtua over permisif

Terapinya yaitu Orangtua harus belajar mentaati komitmen

dan dalam membuat komitmen tidak boleh dengan rasa

marah.

9 Nurturative Problemnya adalah orangtua ambivalent, tidak tegas

Terapi yaitu three box on the playing antara lain :

1. Mainan yang dipakai

2. Mainan yang mungkin dipakai.

3. Mainan yang tidak dipakai.

Yes or no therapy : Tapi anak tetap diberi kesempatan untuk

memilih, dan didukung pilihannya.

10 Loyalism Anak diberi kebebasan untuk memilih dengan jumlah pilihan

yang banyak. Anak diajarkan untuk berkata tidak.

11 Heteroseksual Anak merasa tidak nyaman, kurang kasih sayang dari

orangtua yang sejenis. Orang tua yang sejenis harus bisa

menjadi patner, bukan musuh atau pesaing.

Underciton : tidak suka dengan teman sejenis. Upon

conscious : lebih suka dengan teman sejenis.

12 Power

energetic

Anak menderita karena merasa ditolak.

Orangtua diajarkan suatu metode agar anak merasa diterima,

sementara anak dibantu untuk meterjemahkan apa yang

dilakukan orangtua.

Pemilihan program therapy sebagaimana dijelaskan di atas dapat secara efektif dilakukan

dalam lingkungan tertentu sebagaimana diuraikan berikut ini.

a. Lingkungan Sekolah

Page 18: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

14

1) Training Guru

Terkait dengan program pembangunan karakter di sekolah, bagaimana

menjalankan dan melaksanakan pembangunan karakter di sekolah, serta

bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya dari gagasan ke

tindakan.

Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang

psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak

dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam

memahami dan mengatasi anak yang “bermasalah” dengan perilakunya.

2) Program Bimbingan Mental

Program ini terbagi menjadi dua sesi program :

Pertama, Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus misalnya untuk siswa

usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental

anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant”

maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika

menjadi anak yang lebih positif.

Kedua, Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali

anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses

dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan

dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan

keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih

mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.

b. Lingkungan Keluarga - Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami

setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri

(intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan

hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan

Page 19: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

15

memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan

keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan

cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada

perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya

dengan positif. Untuk itu, tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia

dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk

mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan

potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan

sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.

Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat

pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti

kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan

penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan

menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa

diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan

penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.

2. Pembangunan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi

perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan

berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan

sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di

masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting,

ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah

yang sangat penting”, karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak

seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”. Simak, telaah, dan renungkan dalam hati

apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik

Page 20: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

16

untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas,

komitmen, kedisipilinan, visioner, dan kemandirian.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan

informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan

saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai

sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang

berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa

ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik,

sosial, dan budaya bangsa.

“Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan

dari keanekaragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera

muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan

melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada

posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan

keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas

implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau

slogan, tetapi keberpihakan yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa

Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita

sekali merdeka, tetap merdeka. (MuktionoWaspodo, dalam

http://www.pendidikankarakter.com)

3. Pembangunan Karakter yang Berhasil

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian

indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan

pada setiap janjang pendidikan, yang antara lain;

Page 21: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

17

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

c. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

d. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

dalam lingkup nasional.

e. Menunjukkan sikap percaya diri.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain

secara logis, kritis, dan kreatif.

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

dengan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;

r. Menghargai adanya perbedaan pendapat.

s. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

t. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Page 22: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

18

u. Menunjukkan sikap percaya diri.

Pada tataran di dunia pendidikan, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah

terbentuknya perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

dipraktikkan oleh semua warga civitas akademika, dan masyarakat sekitar harus

berlandaskan nilai-nilai tersebut.

PENUTUP

Dari pembahasan di atas Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan

karakter melalui sekolah-sekolah.

2. Guru dan pendidik adalah orangtua kedua bagi para siswa, yang juga menjadi panutan

atau roll model.

Pembangunan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak

mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Bila pembangunan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau

masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila

pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi

bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.

Point penting yang dapat dicatat adalah Pemerintah harus selalu memantau atau

mengawasi dunia pendidikan, karena dari dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena

dunia pendidikan juga Negara bisa hancur, bila pendidikan sudah disalah gunakan. Selain

mengajar, para pendidik atau orangtua juga harus mendoakan anak atau muridnya supaya

menjadi lebih baik, bukan mendoakan keburukan bagi anak didiknya. Para pendidik harus

Page 23: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

19

memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam menjalani

masa-masa belajarnya. Harapan Penulis, semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya

bagi para mahasiswa ASEKMA Don Bosco.

DAFTAR PUSTAKA

_________. Pedoman penjelasan hasil pemeriksaan Psilologi LPT Grahita Indonesia.

http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-

kepribadian/, diakses tanggal 12 Mei 2016

http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/, diakses tanggal 12

Mei 2016

http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-karakter-anak/,

diakses tanggal 12 Mei 2016

http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-

dini/, diakses tanggal 12 Mei 2016

Page 24: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

20

PENGELOLAAN STRESS DI DUNIA KERJA

Oleh : Astuti Widiati, S.E., M.Pd.

(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

ABSTRACT

Stress is a part of daily life. The pressure happened in working environment generates many

employees to feel discomfort and unsupported. This matter should be discussed openly and

genuinely to achieve applicable and win-win solution for all parties. Some employees even

do not recognize the symptom of stress until the condition get worse and need medical

treatment. Understanding the symptoms of stress is necessary to be indentified and find

appropriate solution for the condition. Stressor can come up from everywhere without

notice. The proper solution can restore the spirit of employees to get better in their work

performance. Stress is also possible to be a extra energy at work when employee sees the

pressure as a competency challenging. Managing stress should be our skill in doing any job.

Stress in unpredictable but can be recovered with proper treatment.

Key words : Stress, Stressor, Solution

I. PENDAHULUAN

Memiliki pekerjaan sebagai seorang sekretaris, Personal Assistant, Office Manager,

ataupun yang lain pada umumnya merupakan hal yang wajib disyukuri. Pekerjaan

memberikan semangat hidup, kemampuan untuk mengekspresikan diri dan

keterampilan untuk memecahkan berbagai masalah.

Page 25: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

21

Di posisi manapun ditempatkan, seorang pegawai memiliki beban kerja yang

berubah-ubah tiap waktu. Seorang pegawai harus mampu mengikuti derap langkah

pimpinan dan perusahaan yang juga turut berkembang seturut dengan perubahan cepat

kondisi pasar.

Kondisi beban kerja yang tidak menentu ini dapat menimbulkan tekanan psikis yang

biasa kita sebut dengan stress. Pada akhirnya stress merupakan bagian dari pekerjaan itu

sendiri sehingga tidak perlu dihindari tetapi dihadapi dan disiasati. Ada yang mengatakan

bahwa pekerjaan yang tidak menimbulkan stress rasanya kurang menantang. Apakah

pendapat ini benar? Tiap individu pastinya memiliki jawabannya sendiri. Itulah pokok

masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini.

Beban kerja dan kemampuan pegawi untuk merespon memberikan tingkat perbedaan

tekanan pada stress itu sendiri. Tujuan tulisan ini adalah agar pekerja tersebut dapat

mengenal stress dengan berbagai definisi dan dapat bermanfaat untuk merespon stress

secara lebih positif.

Metode penulisan karya ilmiah ini memakai metode library research dan

pengamatan Penulis dalam beberapa kegiatan.

II. PENGERTIAN

Tekanan di dalam pekerjaan merupakan salah satu dinamika dalam dunia kerja.

Respon terhadap tekanan ini yang akan memberikan dampak bagi tiap individu yang

menanganinya. Tekanan di dalam pekerjaan yang tidak terespon dengan positif

mengarahkan individu dalam kondisi terbeban yang pada umumnya sering disebut

sebagai stress.

Menurut Slocum dan Hellrigiel :

Page 26: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

22

Stress is the excitement, feeling of anxiety, and/or physical tension that occurs when

the demands placed on an individual are thought to exceed person’s ability to cope.

Stress adalah kekhawatiran dan/atau tekanan fisik yang terjadi ketika terjadi

tuntutan pada individu yang pada kondisi tertentu melebihi kemampuan seseoran untuk

mengatasinya.

Menurut Nelson dan Quick :

The unconscious preparation to fight or flee that a person experiences when faces

any demand.

Stress ternyata memiliki definisi tergantung dari mana kita memandang stress itu

sendiri. Di setiap tugas di dunia kerja pasti memberikan kondisi yang disebut stress tetapi

bagaimana cara memandang akan memberikan pada cara kita merespon dan kinerja yang

akan diberikan.

Stress dapat berarti positif dan bersemangat yang mana dapat membawa kondisi

pikiran dan tubuh pada kondisi fokus dan puncak yang mana dapat menstimulasi energi

lebih untuk suatu pekerjaan yang lebih produktif. Kondisi ini disebut dengan Eustress

(Euphoria dan Stress).

Stress yang sering di sebut secara umum adalah distress yang memberikan tekanan

kelelahan kerja dengan rendahnya kinerja yang dihasilkan seolah tidak ada solusi dan

perlu penanganan khusus.

Secara sederhana bila kita berpikir suatu pekerjaan memberikan tantangan positif

bagi kemajuan kompetensi pegawai maka pegawai tersebut bisa menyebut stress yang

terjadi adalah eustress dan sebaliknya bila pekerjaan tersebut justru dipandang sebagai

hal yang sulit dan melemahkan pegawai maka kita sebut sebagai distress.

Page 27: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

23

A. Pemicu stress/distress yang umum dihadapi adalah :

1. Beban Kerja

Pada umumnya masalah di tempat kerja adalah beban kerja yang berat yang

melebihi kapasitas seorang pegawai untuk menyelesaikannya. Hal ini dapat

menimbulkan tekanan pada pegawai yang mengerjakan tugas tersebut. Di sisi

lain beban kerja yang ringan mungkin karena pimpinan juga banyak membantu,

dapat juga menimbulkan masalah dan tekanan yang mana pegawai merasa tidak

tertantang dan merasa dianggap tidak mampu.

2. Keadaan di Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang tidak mendukung misalnya adanya suara yang

menganggu, pencahayaan yang terbatas atau berlebihan, suhu ruangan yang

kurang nyaman, dan berbagai keadaan fisik lingkungan kerja yang membuat

pegawai merasa tidak nyaman dan tertekan karena tidak mampu fokus pada hal

sedang dikerjakan.

3. Pertentangan dan Ketidakjelasan Peranan

Maksud dari pertentangan peran di sini adalah bahwa harapan pegawai terhadap

peranannya sering menemukan ketidakcocokan dalam relasinya dengan

pimpinan dan rekan kerja sedangkan maksud ketidakjelasan peran adalah adanya

keraguan dari pegawai mengenai tanggungjawabnya dalam tugas yang diberikan

oleh pimpinan sehingga menimbulkan tekanan dalam mengerjakan tugas

tersebut.

4. Pengembangan Karir

Pengembangan karir berhubungan dengan promosi, mutasi dan kesempatan

belajar. Kekhawatiran dalam pengembangan karir meliputi under promotion

yaitu tidak adanya kesempatan untuk berkembang lebih jauh dan juga over

Page 28: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

24

promotion yaitu mendapat kenaikan jabatan tanpa dibekali dengan kompetensi

yang sesuai.

5. Konflik Antar Pribadi

Hubungan antar pribadi di dalam dunia kerja berpengaruh besar pada pengelolaan

stress. Rekan-rekan yang mendukung memberikan perasaan nyaman dan tenang

dalam tugas yang kita kerjakan, di sisi lain rekan yang kurang sepaham dan

kurang mendukung memberikan tekanan dan ketidakpastian akan hasil kerja

yang diharapkan. Sebagai pegawai harus juga pandai dalam berperilaku dan tidak

terlibat dalam office politics yang menimbulkan kubu-kubu tertentu yang justru

dapat menimbulkan stress bila rekan kerja tim kita ternyata dari kubu yang

berbeda.

6. Perilaku Rekan Kerja

Perilaku rekan kerja yang meremehkan atau merendahkan secara gender,

menimbulkan ketidaknyamanan dalam dunia kerja dan dapat menimbulkan

tekanan bagi pegawai yang mengalaminya.

7. Konflik Antara Dunia Kerja dan Keluarga

Pertentangan antara karir dan kehidupan berkeluarga dapat menimbulkan tekanan

tersendiri karena pegawai berusaha menemukan titik keseimbangan di dalam dua

peran tersebut.

B. Hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi tekanan :

1. Persepsi

Persepsi yang diciptakan masing-masing individu dalam menghadapi masalah

memberikan hasil yang berbeda dalam menghadapi stress. Ada pihak yang

menganggap tekanan atau masalah adalah kesempatan untuk mempelajari suatu

kompetensi baru sehingga menghadapi dengan lebih antusias. Di sisi lain ada

Page 29: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

25

pegawai yang berpendapat bahwa tekanan diberikan karena pimpinan tidak

menyukai pegawai tersebut sehingga tugas ini diberikan agar pegawai tersebut

terlihat gagal dan dapat dipecat.

2. Pengalaman Sebelumnya

Pengalaman dalam menghadapi stress sebelumnya menjadi tolak ukur bagaimana

menghadapi stress berikutnya. Pengalaman stress sebelumnya memberikan

kemampuan dalam bertindak di situasi tertentu.

3. Dukungan Sosial

Rekan kerja yang optimis dan positif dapat memberikan semangat yang

menjadikan beban kerja lebih ringan. Akan jauh berbeda halnya bila rekan kerja

di sekitar pegawai pesimis dan selalu berpikiran negatif. Semangat kerja menurun

dan beban kerja menjadi lebih berat.

4. Perbedaan Individu

Karakter pegawai yang berbeda memberikan respon yang berbeda juga terhadap

stress yang dihadapi. Pribadi yang matang akan lebih fleksibel dan ringan dalam

menghadapi tekanan dan selalu positif.

C. Dampak stress/distress yang tidak tertangani :

1. Pada keadaan fisik seseorang yang dapat berupa kenaikan tekanan darah, jantung

berdebar, berkeringat, kesulitan bernafas, kekakuan otot, dan masalah seputar

pencernaan.

2. Pada emosi seseorang yang dapat berupa kemarahan, kekhawatiran, depresi,

tidak percaya diri, penurunan kemampuan konsentrasi, ketidakpuasan kerja,

mudah tersinggung.

3. Pada perilaku seseorang yang dapat berupa kinerja rendah, tingginya tingkat

absensi, kesulitan berkomunikasi, sikap menyerang.

Page 30: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

26

III. PEMBAHASAN

Kondisi – kondisi yang terjadi yang merupakan dampak dari distress harus mampu

dikelola para pimpinan agar pekerjaan tidak ada yang terbengkalai. Sistim saling

dukung dapat mengurangi dampak distress dan pekerjaan yang ditangani juga dalam

keadaan tidak terbengkalai.

Pimpinan dapat melakukan antisipasi dengan cara :

1. Mengijinkan adanya cuti distress untuk karyawan agar bisa dapat menenangkan

diri.

2. Menciptakan komunikasi terbuka untuk mengantisipasi adanya distress sejak

awal.

3. Menyiapkan tenaga dukungan tambahan untuk pekerjaan yang memberikan

tekanan lebih sehingga kelelahan fisik dan mental dapat terdistribusi dengan

lebih baik.

Page 31: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

27

SKEMA HUBUNGAN PENYEBAB STRESS DAN PENGARUH INDIVIDU

DALAM KEMAMPUANNYA MENGELOLA STRESS

PENYEBAB STRESS PENGARUH INDIVIDU HASIL

A. Pengaturan stress/distress untuk pribadi

1. Pedoman yang harus diingat

a. Berusaha menghilangkan atau mengurangi sumber stress

b. Memiliki kemampuan untuk mengetahui dan mengatasi sumber stress.

2. Tehnik yang dapat digunakan dalam mengatasi stress

a. Rencanakan segala hal jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan sehingga

memiliki persiapan yang cukup.

Keadaan di

Lingkungan Kerja

Beban Kerja

Konflik antara dunia kerja

dan keluarga

Pertentangan dan

Ketidakjelasan Peranan

Perilaku rekan kerja

Pengembangan Karir

Konflik antar pribadi

Persepsi

Pengalaman Sebelumnya

Dukungan

Sosial

Perbedaan

Individu

Kemampuan

menghadapi

stress

Page 32: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

28

b. Melihat masalah sebagai tantangan untuk dipecahkan bukan sebagai

hukuman atas suatu situasi.

c. Mengenal dan mencoba mengurangi kecenderungan untuk perfectionist.

Segala hal perlu dipersiapkan dengan baik dengan melakukan pengecekan

berulang dan berusaha mengantisipasi semua kemungkinan yang bisa terjadi.

d. Berlatih berbagai teknik relaksasi untuk mengembalikan ketenangan hati

sehingga bisa jernih berpikir dan lebih fokus.

e. Pastikan adanya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

sehingga dapat mengambil waktu untuk bergembira sejenak.

f. Melakukan latihan olah raga secukupnya, minum air putih , makanan bergizi

dan mengatur waktu sedemikian sehingga cukup istirahat.

g. Memiliki jaring pertolongan dan membina hubungan baik sehingga tercipta

dukungan sosial dari teman-teman sekerja.

B. Penanggulangan stress/distress untuk manajemen

1. Mengurangi hal-hal yang dapat memicu stress yaitu:

a. Memperbaiki lingkungan kerja

b. Mengelola beban pekerjaan dan tenggat waktu penyelesaian

c. Mengubah jadwal kerja dan mempertimbangkan waktu kerja yang fleksibel

d. Mengkomunikasikan berbagai kemungkinan pemicu stress dengan karyawan

terutama dalam pelaksanaan tugas dan peran dalam pekerjaannya.

2. Perbaikan perilaku individu yaitu :

a. Melakukan kegiatan team building

b. Konseling untuk karir

c. Program pengembangan dan dukungan pada karyawan

d. Mengikutsertakan dalam pelatihan pengaturan waktu

Page 33: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

29

e. Memberikan pelatihan relaksasi.

3. Mengadakan program kebugaran tubuh yaitu :.

a. Memberikan bantuan konseling

b. Meningkatkan minat untuk berolah raga.

4. Tindakan preventif yaitu :

a. Para pimpinan harus dapat membaca gejala awal tekanan/distress pada

pegawai

b. Menciptakan lingkungan sedemikian sehingga mampu menempatkan lebih

banyak kondisi eustress.

IV. KESIMPULAN

Kompleksivitas kehidupan manusia menuntut adanya keseimbangan antara

kehidupan pribadi dan pekerjaan. Terkadang keseimbangan tersebut cukup sulit dicapai

sehingga menjadi beban secara mental yang kemudian sering disebut stress (distress).

Kehidupan pribadi yang juga mencakup harapan-harapan di dunia kerja terkadang tidak

menemukan jawaban pasti di lingkungan kerja itu sendiri.

Cara paling sederhana untuk dapat mengatasi keadaan dalam tekanan ini adalah

dengan menyadari keadaan, mengakui serta mencari solusi untuk menghadapi tekanan-

tekanan tersebut.

Kemampuan melihat hambatan menjadi tantangan, mampu merubah distress

menjadi eustress yang memberikan kinerja lebih produktif. Kemampuan berkomunikasi

dari hati ke hati untuk mencapai solusi yang memenangkan kedua belah pihak dapat

menjadi salah satu cara untuk melepaskan tekanan tersebut. Belajar iklas dalam

mengelola keadaan dan mempertajam kemampuan untuk mengatur waktu.

Page 34: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

30

Mengalami stress/distress tidak menjadikan diri pasif tapi dapat mendorong kita

untuk lebih menelaah masalah dan kembali menemukan terobosan-terobosan kreatif

dengan menelisik berbagai relung dan ceruk solusi yang masih belum tersentuh.

Akhir kata mari kita berdamai dengan stress/distress karena stress/distress

merupakan bagian dari kehidupan serta meminta hikmat dan pengertiannya agar diberi

kekuatan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Nelson, Debra L and Quick, James Campbell. 2006. Organizational Behaviour. South-

Western : Thompson Corporation

Slocum, John W and Hellriegel Don. 2009. Principle of Organizational Behaviour. South-

Western : Cengage Learning

Page 35: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

31

PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LULUSAN

Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M.

(Direktur dan dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

ABSTRACT

In fact ICT always requires a standard procedure and must be executed properly by people

who are expert (skilled). If one runs the existing procedures, it can be fatal and cause a risk.

For the business world which requires a highly-skilled personnel. According to the

observations writer, there is a shift in the needs of the business world from quantity to

quality, from unskilled to skilled, from skilled to highly-skilled. The government has tried to

align the education system with the quality of graduates required by the labor market,

through Presidential Decree No. 8 of 2012 on Indonesian National Qualifications

Framework (KKNI), but not yet implemented. The needs of today's business world and for

the future compaction, can be met by providing highly-skilled personnel, namely: (1) past

the learning program, (2) vocational program, and (3) the professional program. The

government should immediately make adjustments programd education system in Indonesia,

specifically the application of KKNI.

Keywords: quality, skilled, vocational

PENDAHULUAN

Sudah sejak lama terjadi bahwa seorang insinyur pertanian bekerja di suatu bank. Itu

suatu fakta. Kompetensi yang dipupuk selama di perkuliahan, setelah lulus, ternyata tidak

selamanya bekerja dalam satu garis lurus dengan bidang pekerjaannya. Banyak sahabat

Penulis pada posisi tersebut, dan kami menyebutnya sebagai “salah jurusan”.

Page 36: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

32

Bagi orang yang bersangkutan pada dasarnya tidak mempersoalkan darimana dia berasal,

yang penting sudah bekerja dan enjoy. Bahkan ada perusahaan atau instansi yang tidak

mempersoalkan jurusan keilmuan yang dimiliki oleh lulusan suatu perguruan tinggi tersebut

asal lolos test yang dilakukan oleh perusahaan. Setelah diterima sebagai calon pegawai atau

karyawan, perusahaan rela memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan biaya yang

kadang kala relative cukup besar.

Dalam perjalanannya pegawai yang disebut “salah jurusan” tersebut sebagian besar

berhasil dan menduduki posisi yang cukup dapat diperhitungkan. Hal ini seolah mengatakan

bahwa sistem pendidikan dalam pemilihan program studi oleh mahasiswa kurang atau tidak

untuk menentukan bidang tugas atau keahliannya di kemudian hari.

Pertanyaan yang muncul dan sekaligus sebagai pokok permasalahan karya tulis ini

adalah sejauhmana pengaruh sistem pendidikan berperan untuk memenuhi tuntutan mutu

lulusan seperti yang diharapkan oleh dunia bisnis. Apakah sistem pendidikan khususnya

pemilihan jurusan program studi masih mempunyai peran untuk mengantarkan para lulusan

untuk dapat bekerja dan diterima oleh dunia bisnis?

Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui sejauhmana dampak sistem pendidikan

khususnya pemilihan program studi berperan untuk mengantarkan lulusan suatu perguruan

tinggi mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan cita-citanya. Manfaat yang

diperoleh dari karya tulis ini adalah orang tua atau calon mahasiswa mengetahui

pertimbangan-pertimbangan apa saja yang diperlukan dalam penentuan suatu program studi.

Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah studi pustaka dan pengamatan.

LANDASAR TEORI

Page 37: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

33

1. Konsep Dasar Penerapan Standar Sistem Pendidikan

Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-

nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman.

Tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan dalam Undang-Undang RI Nomor 2

Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan adalah “Bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Sistem pendidikan itu sendiri adalah strategi atau metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif

mengembangkan potensi di dalam dirinya. Sistem pendidikan sangatlah diperlukan

untuk mengatur jalannya pendidikan di sebuah negara dan akan menjadi pedoman untuk

jalannya proses pendidikan tersebut. Sistem pendidikan terdiri dari beberapa komponen

yang terdiri dari input, process, output, enviromental, dan, outcomes. Komponen-

komponen tersebut mempunyai fungsi tertentu yang menjalankan sebuah fungsi struktur

mencapai tujuan sistem tersebut.

2. Pengertian Mutu Pendidikan

Page 38: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

34

Pada dasarnya Pemerintah terus menjaga mutu pendidikan dan mutu lulusannya,

misalnya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. Acuan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah telah diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23

Tahun 2006.

Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai

aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional dan harus dipenuhi

oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka

mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan

menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional

Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan

tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Pengertian Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah dalam

https://mutupendidikanindonesia.wordpress.com/, menjelaskan bahwa manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan

pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.

Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain

sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (ii) sekolah memiliki misi

dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv)

adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya

Page 39: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

35

termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf sekolah yang terus

menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus

terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk

penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif

dari orang tua murid/masyarakat. Indikator tersebut juga dapat diberlakukan di unit

pendidikan tinggi dengan penyesuaian.

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan

unit pendidikan dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya

dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang

telah ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut

adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen unit pendidikan;

menajamen, dosen dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat

dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang

melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan

dengan didukung oleh pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir

dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan unit pendidikan untuk menyiapkan

pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat.

PEMBAHASAN

Dulu Informasi, Komunikasi, Teknologi (ICT) menyesuaikan perkembangan dunia

bisnis. Seiring dengan perkembangan jaman, ICT telah melangkah lebih maju sehingga

dunia bisnislah yang harus mengikuti perkembang ICT. Fenomena sinerja dunia bisnis

dengan ICT pun sudah terlihat. Hal ini dimaksud agar perkembangan dapat berjalan seiring

sejalan. Hal ini dapat berarti bahwa dalam dunia bisnis telah memuat elemen-elemen ICT.

Dengan kata lain tidak ada lagi bisnis tanpa mengandung unsur ICT.

Page 40: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

36

Pada faktanya ICT selalu mensyaratkan prosedur baku dan harus dijalankan dengan

benar oleh orang-orang yang akhli (skilled). Artinya apabila salah menjalankan sistem yang

ada maka dapat berdampak fatal dan menimbulkan risiko. Itulah sebabnya mengapa saat ini

dan dimasa yang akan datang dunia bisnis membutuhkan tenaga yang highly-skilled. Penulis

mengamati bahwa ada pergeseran kebutuhan dunia bisnis dari kuantitas ke kualitas, dari

unskilled ke skilled, dari skilled ke highly-skilled. Seharusnya hal ini perlu diikuti

penyesuaian sistem pendidikan yang diterapkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Indikator

lainnya terlihat di berbagai media, pada umumnya iklan lowongan kerja mencantumkan

persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pencari kerja, salah satunya adalah higly-skilled.

Pada dasarnya Pemerintah telah mencoba menyelaraskan sistem pendidikan dengan

mutu lulusan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Melalui Peraturan Presiden RI Nomor 8

Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) mengatur 4 (empat)

program untuk menuju 9 tingkat kualifikasi. Empat program dimaksud adalah :

1. Program akademik, yaitu program untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Lulusannya diharapkan dapat menjadi dosen, peneliti, pengamat, dan guru besar. Jalur

pendidikan dimulai dari SMA – S1 – S2 – S3. Lama pendidikan ditempuh dalam waktu

4 tahun, dan setelah lulus dapat melamar untuk mencari pekerjaan.

2. Program vokasi, yaitu program untuk melatih keterampilan siap kerja. Berbeda dengan

program akademik, program vokasi lebih memperbanyak praktik dibandingkan teori.

Lulusannya diharapkan langsung siap kerja menurut bidang kompetensi masing-masing,

misalnya sebagai perawat, personal assistant (sekretaris), dll. Jalur pendidikan dimulai

dari SMK – D1 – D2 – D3 – D4 – S2 terapan; S3 terapan. Lama pendidikan ditempuh

dalam waktu 1 tahun untuk D1, 2 tahun untuk D2, 3 tahun untuk D3, dan ditambah 1

Page 41: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

37

tahun untuk D4, dan setelah lulus dapat melamar untuk mencari pekerjaan untuk masing-

masing jenjang.

3. Program profesi, yaitu program untuk mempersiapkan profesi tertentu, misalnya profesi

dokter. Program profesi ini merupakan perpaduan antara program akademik dan program

vokasi. Materi yang dipelajari, secara teori harus cukup rinci dipahami dan harus dapat

dipraktikan. Jalur pendidikan dimulai dari SMA/SMK – S1 – Spesialis. Lama pendidikan

2 – 4 tahun lebih lama dari program akademik, artinya untuk menjadi seorang dokter

yang siap praktik membutuhkan waktu sekitar 6-8 tahun.

4. Program pembelajaran masa lalu, yaitu program di luar jalur pendidikan formal. Program

ini mengandalkan pengalaman praktik kerja, tidak mendapatkan teori khusus seperti

pada program akademik, program vokasi, atau program profesi. Orang yang mempunyai

pengalaman kerja ini hanya membutuhkan pengakuan dari instansi pemerintah yang

berwenang untuk menetapkan tingkat kualifikasi antara 1 – 9.

Dari penjelasan 4 jenis program di atas pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan mutu

lulusan yang diterima pasar kerja. Untuk mempermudah pemahaman, 4 program tersebut

akan dibuat dalam suatu tabel. Dari tabel tersebut akan terlihat kebutuhan dunia bisnis

dengan kualifikasi highly-skilled workers, yang diurutkan sbb :

No Program Plus Minus

1 Pembelajaran masa

lalu (pengalaman)

Tersedia cepat

Pasti siap kerja

Dijamin highly-skilled

Tersedia dalam berbagai

kompetensi

Tidak memerlukan biaya

Tersedia dalam jumlah

yang terbatas

2 Vokasi Tersedia cepat (1 – 2.5

tahun)

Di Indonesia

disyaratkan S1 untuk

Page 42: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

38

Siap kerja

Perlu penyesuaian

singkat untuk menjadi

highly-skilled

Biaya relatif murah

menjadi pegawai tetap.

Di beberapa negara

telah berdasarkan

grade (KKNI)

3 Profesi Siap kerja

Perlu pengalaman

tambahan untuk menjadi

highly-skilled

Membutuhkan waktu

lama

Biaya relative mahal

4 Akademik Jumlah lulusan cukup

banyak

Tersedia dalam berbagai

program studi

Diperlukan pendidikan

dan pelatihan (diklat)

tambahan untuk

menjadi siap kerja

Banyak yang

menganggur

Tabel di atas menjelaskan plus – minus masing-masing program. Apabila dicocokan

dengan kebutuhan dunia bisnis saat ini dan untuk masa yang akan datang, maka dapat

disimpulkan sementara bahwa program yang cocok untuk menyediakan tenaga yang highly-

skilled adalah program pembelajaran masa lalu (1), program vokasi (2), dan program profesi

(3).

Sementara itu lulusan melalui program akademik (4) kurang diminati oleh dunia bisnis

karena mereka sebagai pemberi kerja harus mengeluarkan biaya tambahan dalam bentuk

pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk siap kerja. Tentunya tidak dapat dipungkiri, ada

institusi yang memberlakukan demikian.

Karena kurang diminati dalam pasar kerja dan dengan jumlah lulusan yang sangat besar,

diantara lulusan tersebut banyak yang belum mendapatkan pekerjaan (pengangguran).

Namun satu hal yang perlu diperhatikan dari program akademik adalah tujuan utama

yakni untuk menggali ilmu pengetahuan yang lebih dalam dan luas. Kompas, Selasa, 21 Juni

2016 dengan judul “Masa Depan Perguruan Tinggi”, oleh Agus Suwignyo (Pedagog Cum

Page 43: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

39

Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya UGM), mengemukakan bahwa telah timbul rasa optimis

tentang masa depan perguruan tinggi di Indonesia dan meningkatkan mutu sumber daya

manusia Indonesia secara keseluruhan. Sampai dengan awal tahun 2016 Indonesia telah

mengirim sekitar 5.000 orang untuk studi S3 ke luar negeri dengan memanfaatkan beasiswa

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Kementerian Keuangan. Dengan kata

lain Indonesia akan mendapatkan tenaga S3 sebagai calon guru besar di perguruan tinggi di

Indonesia. Namun jumlah tersebut masih perlu ditambah. Sebagai perbandingan, Hongkong

telah mengirimkan sekitar 6.000 orang ke luar negeri untuk jenjang yang sama.

Apabila pemerintah Indonesia ingin menjadi leading dalam pemenuhan pasar kerja di

antara negara ASEAN pada khususnya, di seluruh dunia pada umumnya, dengan tenaga yang

highly-skilled, maka perlu ada penyesuaian sistem pendidikan dan penyesuaian program.

1. Indonesia perlu menyediakan berbagai jenis kompetensi yang dibutuhkan dunia

bisnis untuk masa 5-10 tahun ke depan. Program pembelajaran masa lalu, program

vokasi, dan program profesi dapat ditambah jumlah lulusannya dan dengan mutu

yang lebih baik.

2. Mengalokasikan sebagian mahasiswa dari program akademik ke program vokasi atau

program profesi untuk menambah jumlah lulusan siap kerja. Dengan kata lain,

tambah mahasiswa program vokasi, dan batasi mahasiswa program akademik.

3. Sesuaikan persyaratan pegawai tetap berdasarkan grading 1-9 sebagaimana diatur

dalam KKNI, tidak lagi berdasarkan jenjang S1 atau S2. Selama instansi pemerintah,

perusahaan negara, atau swasta menetapkan syarat S1 sebagai syarat minimal untuk

diangkat menjadi pegawai maka rencana tindak butir 1 dan butir 2 di atas tidak

Page 44: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

40

terlaksana. Untuk itu Indonesia harus segera menerapkan pola grading sebagaimana

diatur dalama KKNI.

Sebagai bahan tambahan pemikiran (second opinion) dalam rangka saran penyesuaian

system pendidikan di Indonesia, berikut ini disajikan rekap dan daftar sistem pendidikan

di beberapa negara.

Berikut ini adalah rekap yang telah dikelompokan per hal-hal yang positif.

No Hal-hal positif Negara yang menganut

1 Lulusan yang mandiri Korea Selatan, Finlandia, Singapura, Kanada,

Inggris

2 Menghasilkan lulusan yang

kreatif dan inovatif

Finlandia, Korea Selatan, Singapura, Amerika

Serikat, Jepang

3 Menghasilkan lulusan yang

mempunyai kompetensi

khusus dan tinggi

Finlandia, Korea Selatan, Hongkong, Singapura,

Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Jerman,

Jepang, Inggris

4 Tenaga Siap Kerja Jerman, Finlandia, Hongkong, Singapura,

Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Jerman,

Jepang, Inggris

Secara rinci per negara dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

No Negara Keterangan

1 Amerika

Serikat

Usia 6-7 tahun wajib bersekolah; banyak sekolah swasta dengan

mutu sama atau lebih bermutu dibandingkan negeri. Keunggulan:

teknik industri, komputer, bisnis.

2 Belanda Setiap program studi harus diakreditasi Pemerintah. Penjurusan

akademik sudah mulai di SD (tergantung minat). Unggul dalam hal

teknologi pengenalan air termodern.

3 Finlandia Pilihan sekolah sedikit dikelola pemerintah, tidak ada PR, tidak ada

UN, kurikulum pendidikan fleksible, guru berkualitas

4 Hongkong Kompetitif, pengajar berkualitas dan mengutamakan pengetahuan

keahlian praktik. Kemampuan internpersonal. Sekolah menengah:

Page 45: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

41

junior-senior sekali menengah dibagi 3, kelompok 1 – paling

bergengsi.

Inggris Wajib sekolah, anak jika tidak sekolah dianggap melawan hukum.

Discovery untuk penelitian dapat kembangkan ilmu pengetahuan.

Pentingkan spesialisai – siswa menjadi tenaga akhli di bidang

masing-masing guru mewajibkan agar sekolah diurusi secara

kolektif dari SD ke PT. Hasilnya menjadi priabadi yang mandiri.

5 Jepang Mirip Indonesia, SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun. Tidak

ada ujian kenaikan kelas, otomatis naik ke kelas berikutnya, masuk

SMA – test dulu. Keunggulan : Otomatif, elektronik, robotic,

inovasi naik, ramah, fasum memadai.

6 Jerman Mengutamakan kualitas pendidikan. Guru professional 100 persen

tenaga pendidik untuk membantu mahasiswa berkembang optimal.

Setiap sekolah harus sediakan fasilitas lengkap (termasuk ruang

bermain yang memadai). Ruang kerja guru yang nyaman, lab,

perpustakaan lengkap. Mencetak lulusan yang beretos kerja tinggi

peduli mudah dan gemar belajar. Masing-masing negara bagian

merata. Umumnya umur >15 tahun harus mampu baca dan tulis.

Sistem dualisme yaitu belajar di sekolah dan belajar langsung di

tempat kerja. Budaya tinggi gaya hidup berkualitas, garis biaya

pendidikan unggul: industri otomatif, kesehatan.

7 Kanada Lebih mementingkan kualitas pendidikan, ada kontrol mutu

pendidikan sangat kuat, terdiri dari sekolah dasar-menengah dan

gratis. Anak 5 tahun wajib sekolah. Sekolah privat, sekolah swasta

PT, institusi Sekolah Bahasa, universitas. Pencampuran budaya /

multiculture, unggul dalam penguasaan teknologi. Gaya hidup

berkualitas. Tingkat criminal paling rendah di dunia.

8 Korea

Selatan

Sistem pendidikan 6-3-3-4 yaitu 6 tahun, 3 tahun SMP, 3 tahun

SMA, 4 tahun PT. SD-SMP gratis, SMA = 50%; mempunyai libur

panjang (musim panas, musim dingin, musim semi), dididik keras

dan cermat, mulai 3 tahun sudah sekolah. Menjunjung tinggi profesi

guru, sekolah gratis, 14 jam setiap hari (8.00-22.00) agar bisa

maraih PT terbaik.

9 Perancis Terpusat, terencana. Terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan

tinggi (mirip seperti Indonesia).

Terkenal anggur, kata saling romatis

Page 46: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

42

10 Singapura Pendidik bergengsi dan kualitas internasional. Siswa harus ajukan

pertanyaan dan dijawab dipecahkan bersama-sama.

11 Swedia Dana pendidikan besar, ada jaminan pendidikan dan jaminan

kesehatan.

PENUTUP

Mutu lulusan sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang dianut oleh suatu negara.

Mutu lulusan juga menentukan apakah seseorang itu akan diterima di pasar kerja atau tidak.

Dengan kata lain mutu lulusan merupakan titik sentra dalam suatu proses persiapan sumber

daya manusia.

Lulusan dikatakan bermutu apabila memenuhi indikator-indikator yang disyaratkan

dalam dunia bisnis. Mutu lulusan memuat softskill dan hardskill. Persyaratan ini adalah

mutlak, mengingat : (a) setiap produk misalnya jasa atau barang telah memuat komponen

ICT; (b) ICT menuntut adanya prosedur yang standar dan lengkap; (c) prosedur untuk

menjalankan komponen ICT harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil (skilled).

Indonesia harus melakukan penyesuaian sistem pendidikan jika ingin menjadi leading

di era MEA ini. Penyesuaian ini dapat mempertimbangkan sistem pendidikan yang

dilakukan oleh negara-negara lainnya. Beberapa saran yang diajukan adalah :

1. Indonesia perlu menyediakan berbagai jenis kompetensi yang dibutuhkan dunia

bisnis untuk masa 5-10 tahun ke depan. Program pembelajaran masa lalu, program

vokasi, dan program profesi dapat ditambah jumlah lulusannya dan dengan mutu

yang lebih baik.

Page 47: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

43

2. Mengalokasikan sebagian mahasiswa dari program akademik ke program vokasi atau

program profesi untuk menambah jumlah lulusan siap kerja. Dengan kata lain,

tambah mahasiswa program vokasi, dan batasi mahasiswa program akademik.

3. Sesuaikan persyaratan pegawai tetap berdasarkan grading 1-9 sebagaimana diatur

dalam KKNI, tidak lagi berdasarkan jenjang S1 atau S2. Selama instansi pemerintah,

perusahaan negara, atau swasta menetapkan syarat S1 sebagai syarat minimal untuk

diangkat menjadi pegawai maka rencana tindak butir 1 dan butir 2 di atas tidak

terlaksana. Untuk itu Indonesia harus segera menerapkan pola grading sebagaimana

diatur dalama KKNI.

DAFTAR PUSTAKA

____________. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

____________. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan

Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern

Secretary: Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit PPM.

Jakarta. 2010.

https://mutupendidikanindonesia.wordpress.com/, diakses tanggal 1 Juni 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Nasional_Pendidikan, diakses tanggal 1 Juni 2016

www.tandapagar.com/negara-dengan, “7 negara”, diakses tanggal 1 Juni 2016

chromler.com/blog/10-neg, “10 negara”, diakses tanggal 1 Juni 2016

Page 48: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

44

INDONESIAN LEARNERS’ REQUESTS IN ENGLISH:

A Speech-Act Based Study

How Indonesian Learners of English Make Requests In Everyday Situations

By V. Mieke Marini

(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

ABSTRACT

Penyampaian Permohonan dalam Bahasa Inggris oleh Pelajar Indonesia :

Sebuah Penelitian tentang Tindak Tutur Berbahasa

Karya ilmiah ini meneliti tentang perilaku berbahasa dari pelajar Indonesia (mahasiswa

ASEKMA Don Bosco) saat menyampaikan permohonan dalam Bahasa Inggris. Penulis

menggunakan rujukan dari Bach dan Hamish (1982) dan Lakoff (1989) tentang kesopanan.

Penelitian dilakukan terhadap 40 (empat puluh) mahasiswa dengan mengamati jawaban

atas pertanyaan tentang satu situasi, yang diberikan dalam sebuah wawancara. Kasus yang

diberikan memiliki latar belakang perbedaan sosial antara mahasiswa dan lawan

bicaranya. Saat menjawab, mahasiswa menggunakan imajinasinya seakan sedang

berinteraksi dengan dosennya. Data kemudian diolah dan dikelompokkan berdasarkan: (1)

Bentuk permohonan; (2) Tipe kata pembuka, dan (3) Tipe kata pelengkap. Hasil yang

diperoleh adalah bahwa sebagian besar mahasiswa lebih memilih memilih menggunakan

bentuk kalimat tanya, dan menggunakan beberapa variasi kata pembuka, serta

kecenderungan untuk menggunakan kata ‘please’ (menegaskan permohonan) diakhir

kalimat.

Keywords: permohonan, pelajar, tutur

Page 49: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

45

1. INTRODUCTION

Language is a means of communication. Some works on the study of language,

by G. E. Moore, Paul Grice, John Searle and J. L. Austin, viewed language as a system

of communication that enables people to cooperate. It is stated that this definition stresses

the social functions of language and the fact that people use it to express themselves and

to manipulate objects in their environment. Language is used for various reasons. There

is a claim made by Finegan, et al, that says “Language is principally a tool for doing

things” (1992). They describe that through language people do things such as: propose

marriage, impose a life sentence, swear to tell the truth, fire an employee and so on.

Moreover, related to this claim, Cruse says that “to communicate we must express

propositions with a particular illocutionary force, and in so doing we perform particular

kinds of action which have come to be called speech acts” (Cruse, 2004).

One main component in using the language is politeness. It is an essential part

of day-to-day communication. We use language differently in formal and casual context.

The purpose of talk will also affect its form (Holmes, 2008). Most people know

instinctively how to deal with other people of their culture and in their native language.

When speaking another language, though, especially in a different culture, one should

be aware of the differences. Holmes (2008) writes, “Being polite is a complicated

business in any language. It involves understanding not just the language, but also the

social and cultural values of the community”.

This study examines how Indonesian learners of English make requests in

everyday situations. It attempts to find the characteristics of the requests, and discuss

the findings from the view points of forms and politeness strategy.

2. BRIEF THEORETICAL VIEW

Page 50: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

46

2.1 Speech Acts

Searle classifies speech acts into five basic types: assertives, directives,

commissives, expressives, and declaratives (Cruse, 2004). Assertive commit the

speaker to the truth of the express proposition, i.e. state, suggest, boast, complain, claim,

report, warn. Directives have the intention of eliciting some sort of action on the part of

the hearer, i.e. order, command, requests, beg, advise (to), recommend, ask, and ask (to).

Commissives commit the speaker to some further action, i.e. promise, vow, offer,

undertake, contract, and threaten. Expressives make known the speaker’s psychological

attitude to a presupposed state of affairs, i.e. thank, congratulate, condole, praise, blame,

forgive, and pardon. Declaratives are said to bring about a change in reality, i.e.

resigning, dismissing, firing, marrying, divorcing, and sentencing (in court). One

element of directives is request. It is describe as (1) the act of asking for something to

be given or done, especially as a favor or courtesy; solicitation or petition, (2) to ask

or beg (someone) to do something politely or formally

(http://dictionary.reference.com/browse/request).

2.2 Requests

Directives are concerned with getting people to do things (Holmes, 2008).

Requests are fall into the group of directives (Cruse, 2004). However, not all directives

are considered into requests, as an act. Bach and Harnish (1982) distinguish requests for

information and requests for action. Searle (1969) offers a description of a request: “A

directive speech act which counts as an attempt to get the H (hearer) to do an act which

S (speaker) wants H to do, and which S believes that H is able to do; and which it is not

obvious that H will do in the normal course of events or of H’s own accord. This notion

Page 51: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

47

of an “act” may include the purely verbal acts of giving information, or granting

permission”. Then, we based this study on these theories.

2.2.1 Forms of request

As far as the form and functions of requests are concerned, requests may take

the forms of imperative, you imperative, interrogative with modal verb, interrogative

with tag, interrogative with negative modal, and declarative (Holmes, 2008). Moreover

he says, “While in general the interrogatives and declaratives are more polite that the

imperatives, a great deal of directives (requests) is depends on intonation, tone of voice

and context”. As requests are mostly used in the form of spoken, those factors play

the important role to express the politeness.

2.2.2 Modification of requests

The main function of modification is ‘to soften or intensify the impact of the

requests’ (Sifianou, 1992). It is also explained that requests can be internally and

externally modified. Internal modification is achieved by means of linguistic elements

within the same speech act which can either mitigate or intensify its force, i.e. by using

openers, hedges, and fillers. External modification is achieved by mitigating or

intensifying devices which occur in the immediate linguistic context rather than the

speech act and is realized by using commitment seeking devices and reinforcing

devices (Faerch & Kasper, 1984).

a. Internal modification

As mention above, openers, hedges, and fillers are used to modify requests

internally. Openers are the opening words or expressions which seek or assume

the addressee’s cooperation, which express the speaker gratitude or indebtedness,

Page 52: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

48

and which modify the request as a whole, i.e. “would you mind…”, I would be

grateful…”, “would you..”, “do you…..” (Sifianou, 1992). Hedges may function

as softeners to mitigate the force of requests and intensifiers to aggravate the

impact of requests, i.e. “just”, “possibly”, “rather”, “a moment”. The third form

of internal modification are fillers, considers only ‘optional lexical items or simply

‘noises’ produced by speakers to fill in the gaps occurring in the discourse’

(Sifianou, 1992). For instance: “excuse me”, “please”.

b. External Modification

Most of external modifiers are means by which the speaker tries to elicit the

addressee’s cooperation to support the actual request. Sifianou (1992) wrote,

“External modification in requests uses among others optional clauses or words

to soften or emphasize the force of the whole request in some way or other. Some

of the clauses are commitment seeking devices, and reinforcing devices, which

divided into three types: grounders, expanders and disarmers (Edmondson 1981).

Grounders are clauses which can either precede or follow a request and give

reasons or justifications for act requested. By giving reasons for a request, expect

the addressee to be more understanding and willing to cooperate. Grounders are

usually used by the Indonesian learners as it is the part of their culture.

2.2.3 Politeness in requests

Actually, there are different ideas about politeness as mentioned by Lakoff

(1989) and Brown and Levinson (1987). Lakoff distinguishes three kinds of politeness.

Page 53: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

49

First is polite behavior, which is manifest when interlocutors adhere to politeness rules,

whether expected or not. Next, non-polite behavior, amounting to non-conforming

with politeness rules where conformity is not expected. And finally, rude behavior;

where politeness is not conveyed even though it is expected. Meanwhile, previously,

Brown and Levinson have introduced two types of politeness: positive and negative

politeness. They define positive and negative politeness as ‘the public image that every

member wants to claim for himself’. This ‘face’ concept consists of two aspects:

positive face and negative face. Acts which may threaten face are called Face

Threatening Acts (FTA) (Brown and Levinson, 1987).

Other experiment, conducted by Clark and Schunk confirmed that it is the

literal meaning of a speech act which is crucial in conveying politeness with both

requests and responses. They claim that the more the literal meaning of a request

implies the personal benefits for the listener, within reason, the more polite is the

request (Clark and Schunk, 1980). However, this is not always true. As Holmes (2008)

states, “A gentler sit down may be more polite than a thundering I want you all sitting

down now”. Again, he shows the essence of intonation, tone of voice and context to

politeness.

3. METHODOLOGY

The subjects of this study are 40 students of the three grades of Akademi Sekretari dan

Manajemen Don Bosco, Jakarta. They were interviewed to answer the question based

on the situation (scenario) given. It is an imaginary interaction between learner and

Page 54: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

50

lecturer. The situational background is arranged in such a way that there is a social

distance between learner and lecturer. Then, we coded and counted the students’

answers based on: (1) forms of requests, (2) types of openers, and (3) types of fillers.

4. RESULT AND DISCUSSION

The collected data are presented in three tables. Table 1 shows the result of requests’

forms. We found that interrogatives are the prefered forms of requests. Similarly, in

English, requests are frequently expressed in various forms of interrogatives. This might

be the background which influences learners to use interrogatives to express requests.

When the intended requests are expressed in declaratives, it is not very clear what the

addressee is expected to do, i.e. ‘Excuse me sir, I want to talk to you’. Other declaratives,

then, contain reasons or grounders. Some examples are: (a) Good morning Mr. I have a

problem and I want to share it to you. Please help me. (b) Excuse me sir, can you give

me your time, I want to talk with you.

Table 1. Forms of Requests

Next, the following table presents the data on types of openers used by the learners:

FORMS TOTAL %

Imperatives

Interrogatives 29 72,5

Negatives

Declaratives 11 27,5

Ellipsis

Page 55: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

51

Openers Total %

I need 1 2,5

Could you 3 7,5

Can I 17 42,5

May I 2 5

If you have time 2 5

I want to 2 5

Are you free 3 7,5

Do you have time .. 10 25

Table 2. Types of Openers

The table indicates that the openers chosen by learners tend to vary. Most of them prefer

to use ‘can I’ and ‘do you’ as these examples: (a) Excuse me, Sir, I’m Ivana from class

3-2, can I have your time? I would like to discuss something important with you. (b)

Excuse me sir, do you have time for me? Only few learners use other expression such

as ‘could you’, ‘are you’, ‘may I’ , etc.

The last table shows the finding on types of fillers.

Fillers Total %

Hesitators If you don’t mind / 6 15

Cajolers Please / 8 20

Appealers Thank you / 7 17,5

Attention Excuse me / 19 47,5

Table 3. Types of Fillers

Page 56: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

52

From the data in table 3, we found that the use of ‘please’ occurs 8 times. The posible

reason is that learners consider that the addressee (lecturer) as an important person. It

may indicate learners’ sense of politeness. In this case, learners seem to apply first

language culture in the interaction. The use of ‘excuse me’ in the data emphasizes that

the learners ask the addressee’s attention as it is applied in their first language.

On the basis of the theories of politeness strategy, it can be assumed that learners

mostly seem to use negative politeness strategy. It can be identified on the use of title

(Mr), title + first name (Mr. Agus) and the use of interrogatives. Nevertheless, the use

of ‘excuse me’, ‘please’ can also be considered supporting negative politeness strategy.

From the responses, most learners seem to want the addressee to really understand

what to do, and use additional expressions to make requests clearer to the addressee to

perform. Typical devices to modify requests externally are by attaching grounders. It is

more like a sense of obligation for learners to explicitly present the reasons why a certain

request is made. Another possibility by using all these is that learners wish to show

respect to the addressee. This reflects the polite behavior of the politeness in request

theory by Lakoff, which is manifest when learners adhere to politeness rules, whether

expected or not.

5. CONCLUSION

From this study, we might conclude that Indonesian learners of English are likely make

requests as what they apply in their first language. They find it difficult to converse with

other people without mentioning their names. It indicates that their first language has

strong influence to the learners. The use of negative politeness, which involves feelings

in terms of social distance and respecting status differences, is deliberately take account

Page 57: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

53

in everyday situations. A new question arises here, based on the indication that learners

seem to want the addressee to really understand what to do, is it because the subjects are

secretarial academy’ students who need to say as clear as possible when they speak?

Need more study to find it out.

REFERENCES:

Bach, E., and Harnish, R.M. Linguistic Communication and Speech Acts. Cambridge: MIT

Press. 1982.

Brown P., and S. Levinson. Politeness: Some Universals in Language Use. Cambridge:

Cambridge University Press. 1987.

Cruse, Alan. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. New

York: Oxford University Press. 2004.

Finegan, Edward et al. Language Its Structure and Use. Marricksville, NSW: Harcourt Brace

Jovanovich Group (Australia) Pty, Ltd. 1992.

Holmes, Janet. An Introduction to Sociolinguistics. Essex: Pearson Education Limited. 2008.

Lakoff, Robin. "The Limits of Politeness: Therapeutic and Courtroom Discourse."

Multilingua. 8 1989: 101-129.

Searle, J.R. Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge

University Press. 1969.

Sifianou, Maria. Politeness Phenomena in England and Greece. Oxford: Oxford University

Press. 1992.

Appendix:

Case:

Page 58: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

54

Mr. Agus Rustanta is one of your lecturers. You plan to see him to discuss your problem.

What will you say to him?

Responses: (40 students)

1. “Morning sir, can I speak to you just a few minutes? I want to discuss you

something…….”

2. Good morning Mr. Agus, I am Jane from 2.1, are you busy right now? I want to discuss

about speaking subject, I need you help please.

3. Good morning Mr. I have a problem and I want to share it to you. Please help me…

4. Excuse me sir, can you give me your time, I want to talk with you.

5. Excuse me sir, I want to talk to you.

6. Excuse me sir, do you have time for me?

7. Excuse me sir, do you mind to talk for a while, please?

8. Excuse me sir, I’m Ivana from class 3-2, can I have your time? I would like to discuss

something important with you.

9. Excuse me sir, can I have your time?

10. Excuse me, can I have a minute, please? I need you

11. Excuse me sir, do you have time for me?

12. Excuse me Mr. Agus, do you have time? I wanna see you to discuss the problem.

13. Excuse me sir, can I have your time to talk to you for a while?

14. Excuse me sir! Can I have your time? I would like to discuss about my problem.

15. Excuse me sir, can I have your time please? I want to talk with you just a moment.

16. Sir, excuse me, may I talk to you about my problem? I want to discuss it with you.

17. Excuse me sir, I want to talk with you.

18. Mr. Agus, do you have a time from me to discuss something?

19. Sir, I have a problem about my study, please help me to find the solution sir, thank you.

20. Mr. Agus I want to discuss my problem, do you have any time?

21. Sorry Mr. Agus, may I talk to you? Because I have a problem something to discuss with

you.

22. Sorry Mr. Agus I want to discuss my problem, do you have any time?

23. Mr. Agus do you have a time? I want to see you for discuss my problem. Thank you.

24. Sir, can I have your time?

25. Good morning sir, do you have anytime cz I want to share about my problem.

Page 59: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

55

26. Morning sir, you have a free time? I want to discuss about speaking exam for next week.

Thank you.

27. Excuse me Mr. Can I meet you now Mr. because I want to discuss you about exam

speaking. Tomorrow. Do you have time for me?

28. Excuse me sir, can we talk together, I want to discuss about my problem.

29. Good morning, I’m sorry sir bother you. I’m Maria Carolina from 3-1; I would like to

discuss my problem with you. If you have a time I want to see you right now. Thanks

before.

30. Hello good morning. I’m sorry sir can you help me please.

31. Good morning sir, today I want to meet you to discuss about meeting in the office right

now.

32. Good afternoon sir, may I have your time? I would like to discuss about our last meeting.

Do you have a free time to talk to me? Thanks.

33. Hello good morning sir! Can I speak with you for a while? I would like to discuss about

my problem. Is that necessary for you?

34. Excuse me can I meet you tomorrow. I want to discuss about my problem for class

speaking. Are you free?

35. Good morning Mr. Agus, I’m planning to see you to discuss something about my

problem. When do you have the time to meet me? If you don’t mind, please give me

the time to meet me in your spare time.

36. Do you have time for me? Because I want to discuss about speak English. Thank you

sir.

37. Morning sir, this is about my problem, do you have any time for me? I can speak English

but I can’t speak fluently because I have problem with my confidents, what can I do for

you?

38. Good morning sir. I’m Cindy from 2-1, are you busy right now? I need to talk with you.

I have a big problem with my listening subject. I really need a solution from you. Please

help me.

39. Good morning sir. I want to discuss about my problem. Can we meet tomorrow? Please

inform me if you are available tomorrow. Thank you sir.

40. Good morning Mr. Agus. Are you available now? I want to discuss with you about my

problem. But, if you busy, maybe you can inform me when you available. Thank you.

Page 60: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

56

PENGARUH KETERAMPILAN PRESENTASI TERHADAP PERSEPSI

PIMPINAN PERUSAHAAN

STUDI KASUS : MAHASISWA ASEKMA DON BOSCO LULUSAN TAHUN 2015-

2016

Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

ABSTRACT

Agenda Asean Economic Community (AEC) has to load programs medium-long term. One

of the MEA program is the criteria of human resources who entered the labor market should

be highly-skilled. This criterion is evidence of the impact of the dominance of ICT in the

business world, among others: the print media has been taken over by the on-line media,

entertainment media theater has been taken over by youtube, correspondence mold has been

partially taken over by correspondence electronically (e-mail). And the last is a system of

traditional transport (taxis for example) has been challenged by transporasi system on-line.

Criteria let highly-skilled graduates who are owned by each in this article is represented by

the competence of the presentation. Optimal performance as a result of these outcomes were

assessed by the company work represented by the perception management. In this paper,

presentation competency has a low impact on the increase in the perception of the student-

led company. It is recommended that ASEKMA Don Bosco can continue this study to

determine what variables of 98.53 percent which predominantly affects the perception of the

company leadership to the student company.

Keywords: highly-skilled, competence, perception

Page 61: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

57

PENDAHULUAN

Sejak diberlakukan agenda Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada awal 2016 yang

lalu, banyak pihak-pihak yang memberikan pokok pikiran. Apabila ditelisik ke belakang,

sebenarnya ide MEA telah lama dicetuskan dan kepada setiap negara diberikan waktu untuk

persiapan hingga waktu diberlakukannya. Lebih rinci lagi, agenda MEA telah memuat

program-program jangka menengah-panjang. Salah satu program / agenda MEA itu adalah

kriteria sumber daya manusia yang masuk dalam pasar kerja MEA harus highly-skilled.

Disisi lain dominasi peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam dunia

bisnis telah mengambil porsi yang sangat signifikan. Fenomena ini perlu menjadi perhatian

serius. Beberapa bukti dampak dominasi ICT ini antara lain adalah media cetak telah diambil

alih oleh media on-line, media hiburan bioskop telah diambil alih oleh youtube, surat-

menyurat cetakan sebagian telah diambil alih oleh surat-menyurat elektronik (email). Dan

yang terkini adalah sistem transportasi tradisional (taksi misalnya) telah ditantang oleh

sistem transporasi on-line.

Fakta ini dapat saja terjadi dalam profesi sekretaris. Dengan demikian, harusnya peran

profesi sekretaris atau personal assistant di dunia bisnis, juga harus mendapat perhatian.

Dalam media cetak Kompas, Jumat, 24 Juni 2016 dengan judul “Data Digital Menjadi

Kebutuhan: Riset Analysys Mason bertajuk “Aplikasi dan Konten Daring di Indonesia” (Mei

2016) menyebutkan nilai konsumsi warga Indonesia selama tahun 2015 berjumlah Rp.89

triliun. Ini suatu indikator peluang bisnis data digital terus berkembang. Peran pemerintah

dalam hal ICT ini perlu memberikan fasilitas misalnya dengan munculnya e-dagang yang

semakin diminati masyarakat. Ini suatu kenyataan yang harus dihadapi dan bukan untuk

dielakan.

Page 62: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

58

Apabila saat ini ada lulusan suatu perguruan tinggi mengatakan bahwa lulusan tersebut

unggul dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan maka mulailah melakukan refleksi,

apakah peran ICT akan mengambil alih fungsi-fungsi keterampilan tersebut.

Tidak dapat dipungkiri, dalam dunia kerja, para mengguna lulusan membutuhkan

intelektual dan sikap seseorang lulusan perguruan tinggi yang siap kerja. Hal inilah yang

mendasari topik yang akan dibahas dalam karya tulis ini. Melalui karya tulis ini ingin

dibuktikan apakah ada pengaruh variabel keterampilan presentasi dengan variabel nilai

persepsi pimpinan perusahaan terhadap seorang mahasiswa di ASEKMA Don Bosco.

Keterampilan presentasi mewakili kompetensi seseorang yang secara komprehensif

mewakili seluruh keterampilan yang dimiliki, tercurah pada saat ia melakukan presentasi

suatu hasil tugas. Seluruh keterampilan yang dimiliki tersebut, akan diwujudkan dalam

perilaku dan unjuk kerja di tempat kerja. Pimpinan perusahaan dapat memberikan persepsi

dalam wujud suatu nilai. Dengan demikian ada kaitan antara kegiatan presentasi dengan

unjuk kerja di tempat kerja.

Manfaat dari hasil karya tulis ini adalah setiap pihak dapat menentukan sikap

bagaimana seseorang memperlakukan variabel keterampilan presentasi apabila

menginginkan suatu persepsi pimpinan perusahaan yang semakin tinggi. Secara umum dapat

berarti bahwa jika seseorang ingin mendapatkan persepsi pimpinan perusahaan yang tinggi

maka terlebih dahulu harus memenuhi nilai keterampilan presentasi secara maksimal.

Metodologi penulisan karya tulis ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan juga

memanfaatkan studi pustaka.

LANDASAN TEORI

1. Pengertian dan Peran Keterampilan Presentasi

Page 63: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

59

Keterampilan dapat diartikan sebagai kecakapan untuk menyelesaikan tugas yang

sedang dihadapi. Sedangkan presentasi dapat diartikan sebagai pemberian, pengucapan

pidato pada acara; perkenalan tentang seseorang kepada seseorang biasanya

kedudukannya lebih tinggi, atau yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah penyajian

materi kepada orang-orang yang hadir. Penyajian materi juga mempunyai arti yang lebih

luas yaitu melaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkan unjuk kerja yang sesuai

dengan yang dikehendaki.

Ada banyak tips bagaimana cara mempunyai kemampuan melakukan presentasi

yang baik. Sebagai contoh, sebelum melakukan presentasi maka penyaji harus terlebih

dahulu memahami : tujuan dari presentasi; penggunaan slide; persiapan yang meliputi :

pemirsa, tema, struktur, praktik, slide; pengiriman meliputi : pembukaan, bicara (show),

penutupan; hal-hal yang melanggar aturan; kesimpulan; dan sumber-sumber yang

digunakan. Dengan kata lain melakukan presentasi berarti mencurahkan seluruh

kemampuan diri, keterampilan yang dimiliki baik hardskill maupun softskill. Variabel

hasil dari presentasi atau unjuk kerja inilah yang dinilai oleh pimpinan dalam bentuk

persepsi pimpinan perusahaan.

2. Pengertian Persepsi Pimpinan Perusahaan

Persepsi berarti tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau .proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Pengertian lainnya persepsi

(dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan

menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang

lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil

dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra, pencium yang memakai media

molekul bau (aroma), dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara. Persepsi

Page 64: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

60

bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan,

harapan, dan perhatian.

Dalam menggunakan persepsi perlu mengenal tentang kekonstanan persepsi

(konsistensi), yaitu persepsi bersifat tetap yang dipengaruhi oleh pengalaman.

Kekonstanan persepsi tersebut meliputi bentuk, ukuran, dan warna. Salah satu contoh

kekonstanan persepsi, yaitu ketika kita meminum susu di tempat yang gelap maka kita

tidak akan menyebut warna susu tersebut hitam, melainkan kita akan tetap menyebut

warna susu adalah putih meski di dalam kegelapan warna putih sebenarnya tidak tampak.

Kekonstanan persepsi oleh seorang pimpinan perusahaan perlu untuk dipahami

agar nilai persepsi tersebut secara objektif berlaku terhadap yang akan diukur dan

hasilnya sama atau relatif sama apabila dilakukan oleh orang yang berbeda.

Menurut Dr. Suparyanto, M.Kes dalam Konsep Persepsi (http://dr-

suparyanto.blogspot.co.id/2011/07/konsep-persepsi.html), bahwa persepsi mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

1. Proses pengorganisasian berbagai pengalaman.

2. Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru.

3. Proses pemilihan informasi.

4. Proses teorisasi dan rasionalisasi.

5. Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal.

6. Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal.

7. Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang

membentuk wujud persepsi individu.

Page 65: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

61

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Uji kompetensi dapat dilakukan dengan standar mutu nasional. Untuk keperluan

tertentu, uji kompetensi dapat dilakukan dengan berbagi cara, misalnya melalui presentasi

hasil tugas akhir.

Uji keterampilan presentasi dilaksanakan juga di ASEKMA Don Bosco. Perilaku dan

sikap serta potensi diri para mahasiswa dalam beberapa tahun pelaksanaan keterampilan

presentasi dalam masa perkuliahan akan terbukti apakah ada kemajuan yang sangat pesat

atau tidak. Selama ini mahasiswa telah belajar mandiri dari pengalaman bersama dan

langsung diimplementasikan dalam pergaulan sehari-hari termasuk di dalam keluarga,

sehingga pada akhirnya diharapkan tercipta suatu perilaku otomatis.

Dalam variabel persepsi pimpinan perusahaan variabel ini merupakan gambaran hasil

kumulatif tugas yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa ASEKMA Don Bosco untuk

menutup seluruh rangkaian proses perkuliahan. Proses perkuliahan ditutup dengan

pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL). Seluruh rangkaian proses PKL diawasi dan

dimonitor oleh pimpinan perusahaan atau yang ditugaskan. Setelah mendapatkan persepsi

pimpinan perusahaan dari seluruh rangkaian proses PKL, pihak perguruan tinggi akan

menentukan lulus tidaknya seorang mahasiswa. Mata kuliah penyusunan tugas akhir adalah

kewajiban terakhir program di ASEKMA Don Bosco.

1. Profil Data Keterampilan Presentasi

ASEKMA Don Bosco mendorong setiap mahasiswanya agar berani tampil baik secara

individu maupun secara tim. Untuk dapat menghasilkan mahasiswa yang demikian,

Page 66: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

62

ASEKMA Don Bosco memberikan banyak pelatihan dan pengalaman baik dalam

praktik pada saat proses perkuliahan, pada saat ujian tengah semester atau saat ujian akhir

sementer, juga pada saat ujian komprehensif.

Khusus untuk mahasiswa tingkat III diwajibkan untuk praktik kerja, mendapatkan

persepsi pimpinan perusahaan dalam bentuk nilai angka, menyusun tugas akhir, serta

memberikan sharing dalam bentuk presentasi secara individu diharapkan para dosen dan

para mahasiswa tingkat I dan tingkat II. Sementara untuk mahasiswa tingka I dan tingkat

II diwajibkan mengikuti praktik kerja dalam benuk project-based di perusahaan atau di

suatu instansi.

Pada saat presentasi tersebut, para dosen memberikan penilaian dalam formulir yang

tersedia, lalu dihitung nilai-rata-rata hasil presentasi mahasiswa. Nilai inilah yang

mewakili tingkat keterampilan presentasi mahasiswa yang bersangkutan.

Dengan demikian nilai yang diberikan oleh pimpinan perusahaan merupakan variabel

persepsi pimpinan perusahaan (variabel Y), dan nilai yang berikan oleh para dosen

merupakan variabel keterampilan presentasi (variabel X) seperti hipotesa yang

dinyatakan terdahulu, yaitu apabila keterampilan presentasi meningkat maka persepsi

pimpinan perusahaan meningkat.

2. Analisis Peningkatan Nilai Persepsi Pimpinan Perusahaan

Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesa yang telah disebutkan sebelumnya,

yaitu apabila keterampilan presentasi meningkat, maka persepsi pimpinan perusahaan

akan meningkat. Proses pembuktiannya dilakukan dengan pendekatan statistik. Dalam

penelitian ini agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan untuk menghemat waktu, proses

pengolahan datanya menggunakan software Exell.

Page 67: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

63

Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh keterampilan presentasi

terhadap peningkatan persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa ASEKMA

Don Bosco, telah dilakukan pemrosesan data yang diperoleh dengan menggunakan alat

analisis yaitu (1) koefisien korelasi sederhana, (2) uji signifikansi dengan uji t, (3) Uji

Koefisien Diterminasi Pengaruh; dan (4) Regresi Sederhana.

Data statistik yang didapatkan dari hasil pengolahan data primer persepsi

pimpinan perusahaan dan data keterampilan presentasi mahasiswa ASEKMA Don Bosco

lulusan tahun 2015-2016 melalui software Excell diperoleh hasilnya sebagai berikut :

a. Multiple R (korelasi) sebesar 0,1211

b. R Square (determinasi) sebesar 0,0147 atau 1, 47 persen

c. T-Hitung sebesar 0,9448

d. T-Tabel sebesar 2,0003

e. Intercept (a) sebesar 76,41

f. Slope (b) sebesar 0,12

Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci masing-masing komponen analisis.

a. Koefisien Korelasi Sederhana

Hasil pengujian data menunjukan bahwa terdapat korelasi yang rendah antara

variabel keterampilan presentasi dengan variabel persepsi pimpinan perusahaan yang

tercermin dari harga koefisien korelasi (r) sebesar = 0,1211. Ini dapat diartikan

bahwa terdapat hubungan kedua variabel keterampilan presentasi dan persepsi

pimpinan perusahaan tergolong dalam kategori rendah dan mempunyai arah

hubungan yang positif (korelasi yang sempurna mendekati angka 1). Dengan kata

Page 68: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

64

lain apabila keterampilan presentasi ditingkatkan maka persepsi pimpinan

perusahaan akan meningkat dengan nilai yang rendah.

b. Uji Signifikansi dengan Uji t

Hasil penelitian di atas masih perlu dilanjutkan dengan pengujian signifikansi.

Pengujian signifikansi hubungan antara akurasi keterampilan presentasi dengan

persepsi pimpinan perusahaan dapat diketahui dengan menggunakan uji t, yaitu

dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Dengan kriteria pengujian

yang didasarkan pada ketentuan jika t hitung > t tabel maka korelasi variabel X

(keterampilan presentasi) dengan variabel Y (persepsi pimpinan perusahaan) adalah

signifikan.

Angka t hitung didapat dari hasil perhitungan dari software Excell yaitu

sebesar 0,9448. Angka t tabel didapat dari tabel t atau melalui software Excell dengan

ketentuan σ (alpha) = 0,05, derajat kebebasan 62 - 2 = 60 sehingga diperoleh nilai t

tabel sebesar 2,0003.

Berdasarkan perhitungan di atas ternyata t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu

angka 0,9448 lebih kecil dari angka 2,0003. Ini memberikan arti bahwa terdapat

korelasi yang tidak signifikan antara variabel keterampilan presentasi dan persepsi

pimpinan perusahaan.

c. Uji Koefisien Diterminasi Pengaruh

Melalui pengukuran koefisien diterminasi pengaruh dapat diketahui seberapa

besar variabel keterampilan presentasi dapat mempengaruhi persepsi pimpinan

perusahaan menjadi naik atau turun. Semakin besar nilai koefisien diterminasi

pengaruh maka semakin besar pengaruh keterampilan presentasi terhadap perubahan

Page 69: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

65

persepsi pimpinan perusahaan, atau sebaliknya semakin kecil nilai koefisien

diterminasi pengaruh maka semakin kecil pengaruh keterampilan presentasi terhadap

perubahan persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa.

Kontribusi pengaruh variabel keterampilan presentasi terhadap variabel

persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa, dihitung dengan rumus koefisien

diterminan (R Square, 0,0147 x 100%) adalah sebesar hanya 1,47 persen. Ini

memberikan arti bahwa sebesar 1,47 persen persepsi pimpinan perusahaan terhadap

mahasiswa ditentukan atau dipengaruhi oleh keterampilan presentasi dan sisanya

sebesar 98,53 persen ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor lain.

d. Regresi Sederhana

Analisis koefisien regresi variabel keterampilan presentasi dan variabel

persepsi pimpinan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan data

sebagaimana yang tersedia. Melalui pengukuran koefisien regresi ini dapat diketahui

seberapa besar peningkatan persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa

dengan peningkatan keterampilan presentasi dalam satu satuan. Dari data dalam tabel

tersebut, secara matematis persamaan regresi dapat dinyatakan bahwa :

Y = 76,41 + 0,12X

Dimana :

Y = persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa.

X = keterampilan presentasi mahasiswa.

Arti dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan bahwa :

Page 70: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

66

1) Konstanta 76,41 (intercept) menunjukan bahwa persepsi pimpinan

perusahaan terhadap mahasiswa tanpa dipengaruhi oleh variabel

keterampilan presentasi, persepsi pimpinan perusahaan terhadap

mahasiswa sudah bernilai sebesar 76,41.

2) Keterampilan presentasi (X) sebesar 0,12 (slope) menunjukan bahwa

setiap keterampilan presentasi ditingkatkan 1 satu satuan, maka hal

tersebut juga akan meningkatkan persepsi pimpinan perusahaan terhadap

mahasiswa sebesar 0,12.

Ilustrasi perhitungan apabila nilai variabel X dimasukan dalam regresi

sederhana (Y = 76,41 + 0,12X) akan dihasilkan nilai variabel Y sebagai berikut :

1) Jika X bernilai 0, maka Y bernilai 76,41 (atau 76,41 + (0,12 * 0) = 76,41 + 0

= 76,41).

2) Jika X bernilai 1, maka Y bernilai 76,53 (atau 76,41 + (0,12 * 1) = 76,41 +

0,12 = 76,53).

3) Jika X bernilai 5, maka Y bernilai 77,01 (atau 76,41 + (0,12 * 5) = 76,41 +

0,60 = 77,01).

Empat analisis dalam karya tulis ini telah dihitung dengan pendekatan

statistik, dan telah diperoleh angka-angka dan penjelasan pada masing-masing alat

analisis. Penelitian ini memang dimaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai

pengaruh keterampilan presentasi terhadap persepsi pimpinan perusahaan terhadap

mahasiswa pada ASEKMA Don Bosco. Berdasarkan hasil pembuktian dan

pengujian hipotesis dalam penelitian ini, maka hasil penelitian telah dijelaskan dalam

beberapa alat analisis.

Page 71: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

67

Analisis hubungan dan pengaruh keterampilan presentasi sebagai variabel

bebas dan persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa sebagai variabel terikat

menunjukan bahwa hasil keterampilan presentasi yang dilaksanakan oleh lulusan

ASEKMA Don Bosco mempunyai hubungan pada tingkat rendah dan positif dengan

persepsi pimpinan perusahaan. Dengan kata lain variabel keterampilan presentasi

mempunyai pengaruh yang kecil terhadap persepsi pimpinan perusahaan.

Terungkap dalam penelitian ini, hubungan antara keterampilan presentasi

tersebut dengan persepsi pimpinan perusahaan dengan pendekatan kuantitatif

menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,1211 (rendah, karena korelasi

yang sempurna mendekati angka 1). Melalui uji t terbukti bahwa koefisien korelasi

tidak signifikan dan ini ditunjukkan oleh hasil t hitung yang lebih kecil dari t tabel

yaitu 0,9448 lebih kecil 2,0003.

Melalui hasil perhitungan dengan koefisien determinasi, terbukti bahwa

variabel persepsi pimpinan perusahaan dipengaruhi oleh variabel keterampilan

presentasi sebesar 1,47 persen sedangkan sisanya sebesar 98,53 persen dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain.

Nilai persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa dapat dicapai lebih

tinggi apabila variabel keterampilan presentasi ditingkatkan walaupun dalam angka

yang kecil. Ini terbukti bahwa setiap kenaikan satu satuan keterampilan presentasi

dapat mempengaruhi kenaikan persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa

sebesar 0,12.

PENUTUP

Page 72: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

68

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapatlah dibuktikan dan

disimpulkan bahwa variabel keterampilan presentasi mempunyai hubungan (korelasi) pada

tingkat yang kecil dan positif dengan variabel persepsi pimpinan perusahaan terhadap

mahasiswa. Dapat diartikan bahwa jika variabel keterampilan presentasi ditingkatkan, maka

variabel persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa juga akan meningkat pada laju

yang rendah. Diketahui pula bahwa keterampilan presentasi mempunyai pengaruh yang

rendah terhadap peningkatan persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa. Hal ini

dipertegas melalui analisis regresi sederhana, terbukti secara signifikan bahwa keterampilan

presentasi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan pada persepsi pimpinan

perusahaan terhadap mahasiswa, dimana setiap kenaikan satu satuan keterampilan presentasi

hanya mampu menaikan 0,12 persepsi pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa. Hal ini

dapat diartikan bahwa korelasi keterampilan presentasi terhadap peningkatan persepsi

pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa pada ASEKMA Don Bosco tidak signifikan.

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran yang

kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya lebih meningkatkan persepsi

pimpinan perusahaan terhadap mahasiswa dimasa-masa yang akan datang, sebagai berikut:

1. Variabel keterampilan presentasi merupakan salah satu variabel dalam pencapaian

peningkatan persepsi pimpinan perusahaan yang maksimal walaupun tidak dominan

tetapi telah dapat memberikan pengaruh sebesar 1,47 persen. ASEKMA Don Bosco

diharapkan dapat menekankan kepada mahasiswa akan pentingnya variabel

keterampilan presentasi dalam menentukan hasil kerja yang maksimal dalam tugas

dimanapun bekerja.

2. Berdasarkan hasil penelitian di atas, selain variabel keterampilan presentasi ada faktor-

faktor lain juga berpengaruh terhadap peningkatan persepsi pimpinan perusahaan

Page 73: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

69

terhadap mahasiswa sebesar 98,53 persen. Disarankan ASEKMA Don Bosco dapat

melanjutkan penelitian ini untuk mengetahui variabel apa saja dari 98,53 persen tersebut

yang secara dominan mempengaruhi persepsi pimpinan perusahaan perusahaan terhadap

mahasiswa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern

Secretary: Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit

PPM. Jakarta. 2010.

Suparyanto, M.Kes, Dr. Konsep Persepsi (http://dr-

suparyanto.blogspot.co.id/2011/07/konsep-persepsi.html), diakses tanggal 1

Juni 2016

Kompas. “Data Digital Menjadi Kebutuhan: Riset Analysys Mason bertajuk “Aplikasi dan

Konten Daring di Indonesia”. Jumat, 24 Juni 2016

http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/07/konsep-persepsi.html, diakses tanggal 1 Juni

2016

Page 74: ADB S Secretary - asekmadb.ac.idasekmadb.ac.id/akademis/jurnal/dokumen/2016/ADBS0522016.pdfiii PENGANTAR REDAKSI Pembaca yang terhormat, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah resmi

70

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Naskah merupakan tulisan yang bersifat ilmiah baik dari dosen, mahasiswa, pegawai

ASEKMA Don Bosco di bidang Sekretaris.

2. Naskah merupakan hasil penelitian lapangan, studi kasus, dan studi kepustakaan yang

bersifat objektif, sistematis, analitis dan deskriptif.

3. Naskah harus asli dan belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.

4. Kata atau istilah asing yang belum diubah menjadi kata Indonesia atau belum menjadi

istilah teknis diketik dengan huruf miring (italic).

5. Naskah diketik dalam Microsoft Word huruf Times New Roman 12, jarak baris 2 spasi,

jumlah halaman seluruhnya 14-20 lembar ukuran A4, dengan margin kiri dan bawah 3

cm, margin kanan dan atas 2.5 cm dan dikirim ke alamat redaksi.

6. Sistematika terdiri dari : Judul, Nama Penulis, Instansi, Alamat Email, ABSTRAK (jika

makalah ditulis dalam Bahasa Indonesia maka abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris dan

demikian sebaliknya), PENDAHULUAN (latar belakang, permasalahan, tujuan,

manfaat, dan metodologi), PEMBAHASAN, PENUTUP (kesimpulan dan saran), dan

DAFTAR PUSTAKA.

7. ABSTRAK merupakan intisari (substansi) yang mencakup pendahuluan, pendekatan,

metode, hasil dan kesimpulan; ditulis dalam Bahasa Inggris/Indonesia kurang lebih 100-

200 kata, dalam 1 paragraf.

8. Daftar Pustaka ditulis tanpa nomor, diurutkan secara alfabetis: Nama pengarang (tanpa

gelar). Judul (cetak miring). Penerbit. Kota. Tahun Penerbitan.

Contoh: Ignatius Wursanto. Kompetensi Sekretaris Profesional. Andi. Yogyakarta.

2004.

9. Isi naskah bukan tanggungjawab redaksi. Redaksi berhak memilih naskah dan mengedit

redaksionalnya tanpa mengubah arti.