adat kawin lari “merariq” pada masyarakat...

4
10 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 Volume 3, No.3, September 2017 http://www.untb.ac.id/september-2017/ ADAT KAWIN LARI “MERARIQ” PADA MASYARAKAT SASAK (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Tengah) Oleh : Farida Ariany Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Kawin lari dalam masyarakat pada umumnya menjadi suatu yang tabu. Akan tetapi pada masyarakat Sasak kawin lari atau merariq adalah suatu adat istiadat yang sudah menjadi identitasbagi mereka. Selain karena merupakan adat, merariq dilakukan sebagai pembuktian kelaki-lakian, keberanian, keseriusan dan tanggung jawab seorang laki-laki pada calon istrinya. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Mengapa masyarakat Sasak khususnya masyarakat Sakra melakukan merariq?, 2) Apa perbedaan merariq pada kaum bangsawan dengan masyarakat biasa?. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui alasan-alasan yang melatar belakangi masyarakat Sasak khususnya masyarakat desa Sakra melakukan merariq, 2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan merariq yang dilakukan oleh kaum bangsawan dengan masyarakat biasa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif di mana metode ini adalah suatu metode yang tidak menggunakan angka-angka melainkan suatu deskripsi mengenai kehidupan maupun permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang diteliti. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa alasan-alasan yang melatarbelakangi masyarakat Lombok Tengan melakukan merariq adalah karena dengan pelarian yang mereka lakukan akan menunjukakan kemampuan mereka memegang tanggung jawab untuk mandiri menjalankan kehidupan mereka bersama. Adapun alasan yang lain karena ketidak setujuan dari orang tua dengan pasangan yang dipilih oleh anak mereka dan karena adanya suatu paksaan atau bisa dikatakan ketidaktahuan dari pihak perempuan kalau dia ternyata dibawa lari oleh pasangannya. Selain dalam praktik merariq didapatkan beberapa kemudahan dan tidak beresiko untuk tidak direstui oleh orang tua dari pihak perempuan. Terdapat perbedaan antara merariq yang dilakukan oleh kaum bangsawan dengan masyarakat biasa. Pada zaman dahulu perbedaan itu terlihat dari pakaian, paying agung yang digunakan akan tetapi pada masa sekarang sudah tidak bisa terlihat lagi karena antara bangsawan dan masyarakat biasa sama saja, yang membedakannya hanya pada besarnya aji krame yang disebutkan dalam prosesi sorong serah, yang mana kaum bangsawan yakni lalu atau baiq 66 selakse sedangkan masyarakat biasa 33 selakse. Kata Kunci : Adat, Kawin Lari, Merariq, Masyarakat Sasak PENDAHULUAN Merariq dalam bahasa Sasak merupakan kata kerja yang secara umum dimaknai sebagai kesatuan tindakan pra pernikahan yang dimulai dengan melarikan gadis (calon istri) dari pengawasan walinya dan sekaligus dijadikan sebagai prosesi awal pernikahannya. Ada interpretasi yang beragam dalam memaknai merariq, ada yang memaknainya sebagai proses melarikan diri (dengan persetujuan kedua pasangan), ada juga yang memaknainya sebaga tindakan mencuri, dalam bahasa Sasak disebut memaling seorang gadis dari pengawasan orang tuanya. Merariq dalam pengertian pelarian diri atau mencuri gadis dari pengawasan walinya dan lingkungan sosialnya sudah terbentuk sebagai warisan budaya turun temurun bagi masyarakat Sasak secara umum. Pada sebagaian masyarakat meyakini bahwa dengan melarikan diri atau mencuri si gadis dari pengawasan walinya, bajang atau pemuda Sasak sebagai ajang. Fenomena budaya merariq yang terdapat pada masyarakat Sasak ini merupakan wujud kearifan lokal yang di dalamnya terlibat suatu keyakinan bagi masyarakatnya untuk menjalaninya sebagai pembuktian keberanian seorang laki-laki pada calon istrinya. Adapun beberapa alasan yang melatarbelakangi masyarakat Sakra melakukan perkawinan dengan merariq adalah karena itu merupakan adat istiadat yang memang sudah ada dan membudaya dalam masyarakat dan ini dilakukan oleh sebagaian besar masyarakat di Sakra. Alasan yang kedua adalah karena adanya pertentangan yang didapatkan dari orang tua mengenai hubungan yang dijalani sehingga dipilihlah cara merariq sebagai jalan keluarnya. Alasan selanjutnya adalah ketidaktahuan dari pihak

Upload: trinhdiep

Post on 19-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.3, September 2017 http://www.untb.ac.id/september-2017/

ADAT KAWIN LARI “MERARIQ” PADA MASYARAKAT SASAK(Studi Kasus di Kabupaten Lombok Tengah)

Oleh :

Farida Ariany

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Kawin lari dalam masyarakat pada umumnya menjadi suatu yang tabu. Akan tetapi padamasyarakat Sasak kawin lari atau merariq adalah suatu adat istiadat yang sudah menjadi identitasbagimereka. Selain karena merupakan adat, merariq dilakukan sebagai pembuktian kelaki-lakian, keberanian,keseriusan dan tanggung jawab seorang laki-laki pada calon istrinya. Permasalahan yang dikaji dalampenelitian ini adalah: 1) Mengapa masyarakat Sasak khususnya masyarakat Sakra melakukan merariq?, 2)Apa perbedaan merariq pada kaum bangsawan dengan masyarakat biasa?. Penelitian ini bertujuan: 1)Untuk mengetahui alasan-alasan yang melatar belakangi masyarakat Sasak khususnya masyarakat desaSakra melakukan merariq, 2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan merariq yang dilakukan oleh kaumbangsawan dengan masyarakat biasa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode kualitatif di mana metode ini adalah suatu metode yang tidak menggunakan angka-angkamelainkan suatu deskripsi mengenai kehidupan maupun permasalahan yang terdapat pada masyarakatyang diteliti. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi NusaTenggara Barat. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa alasan-alasan yang melatarbelakangi masyarakatLombok Tengan melakukan merariq adalah karena dengan pelarian yang mereka lakukan akanmenunjukakan kemampuan mereka memegang tanggung jawab untuk mandiri menjalankan kehidupanmereka bersama. Adapun alasan yang lain karena ketidak setujuan dari orang tua dengan pasangan yangdipilih oleh anak mereka dan karena adanya suatu paksaan atau bisa dikatakan ketidaktahuan dari pihakperempuan kalau dia ternyata dibawa lari oleh pasangannya. Selain dalam praktik merariq didapatkanbeberapa kemudahan dan tidak beresiko untuk tidak direstui oleh orang tua dari pihak perempuan.Terdapat perbedaan antara merariq yang dilakukan oleh kaum bangsawan dengan masyarakat biasa. Padazaman dahulu perbedaan itu terlihat dari pakaian, paying agung yang digunakan akan tetapi pada masasekarang sudah tidak bisa terlihat lagi karena antara bangsawan dan masyarakat biasa sama saja, yangmembedakannya hanya pada besarnya aji krame yang disebutkan dalam prosesi sorong serah, yang manakaum bangsawan yakni lalu atau baiq 66 selakse sedangkan masyarakat biasa 33 selakse.

Kata Kunci : Adat, Kawin Lari, Merariq, Masyarakat Sasak

PENDAHULUAN

Merariq dalam bahasa Sasak merupakan katakerja yang secara umum dimaknai sebagai kesatuantindakan pra pernikahan yang dimulai denganmelarikan gadis (calon istri) dari pengawasanwalinya dan sekaligus dijadikan sebagai prosesiawal pernikahannya. Ada interpretasi yangberagam dalam memaknai merariq, ada yangmemaknainya sebagai proses melarikan diri(dengan persetujuan kedua pasangan), ada jugayang memaknainya sebaga tindakan mencuri,dalam bahasa Sasak disebut memaling seoranggadis dari pengawasan orang tuanya.

Merariq dalam pengertian pelarian diri ataumencuri gadis dari pengawasan walinya danlingkungan sosialnya sudah terbentuk sebagaiwarisan budaya turun temurun bagi masyarakatSasak secara umum. Pada sebagaian masyarakatmeyakini bahwa dengan melarikan diri atau

mencuri si gadis dari pengawasan walinya, bajangatau pemuda Sasak sebagai ajang.

Fenomena budaya merariq yang terdapat padamasyarakat Sasak ini merupakan wujud kearifanlokal yang di dalamnya terlibat suatu keyakinanbagi masyarakatnya untuk menjalaninya sebagaipembuktian keberanian seorang laki-laki padacalon istrinya. Adapun beberapa alasan yangmelatarbelakangi masyarakat Sakra melakukanperkawinan dengan merariq adalah karena itumerupakan adat istiadat yang memang sudah adadan membudaya dalam masyarakat dan inidilakukan oleh sebagaian besar masyarakat diSakra. Alasan yang kedua adalah karena adanyapertentangan yang didapatkan dari orang tuamengenai hubungan yang dijalani sehinggadipilihlah cara merariq sebagai jalan keluarnya.Alasan selanjutnya adalah ketidaktahuan dari pihak

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 11

http://www.untb.ac.id/september-2017/ Volume 3, No. 3, September 2017

perempuan bahwa dirinya dibawa lari olehpasangannya.

Dari alasan di atas bisa di ungkapkan bahwasecara tidak sadar mereka melakukan perkawinandengan merariq karena itu merupakan suatubudaya yang secara turun temurun telah diwariskanoleh nenek moyang mereka terdahulu sehinggatetap dijalankan. Seperti yang diungkapkan olehLevi-Strauss bahwa sistem kekerabatansebagaimana sistem fonem, dibangun oleh pikiranpada level unconscious atau tidak sadar.Kenyataanya bahwa terdapat pengulanganpengulangan (kesamaan-kesamaan) pola-polakekerabatan dan aturan-aturan perkawinan, sikapsikap kekerabatan, merariq karena itu memangsuatu adat istiadat yang sudah ada dari dulu dansecara tidak sadar dilakukan terus menerus danberulang-ulang oleh masyarakat.

Dalam kenyataannya, sistem perkawinandengan merariq ternyata menimbulkan berbagaimacam implikasi terhadap tatanan sistem sosialkarena tidak jarang menimbulkan konflik antarkeluarga, apalagi merariq yang dilakukan karenamemang adanya ketidaksetujuan dari pihakkeluarga, pengaruh negative terhadap kedua calonmempelai yang melakukan perkawinan denganmerariq seperti sakit hati pasangan bila dalamprosespelarianya mendapatkan aral dari pihakorang tua.

Dalam terjadinya proses merariq, terlebihdahulu tejadi adanya penjajakan antara pemudaatau terune Sasak dengan gadis atau dedere yangtertuang dalam ikatan berpacaran atau bekemelean.Jika kedua insan saling menaruh hati, makakeagresivan pemuda dituntut. Pemuda tersebutbaikmelalui perjanjian atau tidak datang bertandangke rumah gadis yang diidamkannya. Pemuda itudatang kerumah gadis dengan maksud untukmencari dan mengkomunikasikan cinta antarmereka atau disebut midang. Bila cinta mereka itumendapatkan kecocokan baru sampai padapembicaraan rencana untuk perkawinan. Prosesisetelah menjalin hubungan pacaran inilahkemudian sebuah pasangan kekakis melakukan laribersama untuk perkawinan mereka.

METODE

Dalam penelitian ini dilakukan di KabupatenLombok Tengah yang mana masyarakat LombokTengah pada khususnya adalah orang-orang yangmasih memegang teguh adat istiadat yang telahditurunkan oleh nenek moyang dulunya. Suatupenelitian yang memfokuskan penelitiannya padasuatu budaya atau adat yang dimiliki oleh suatumasyarakat, maka memerlukan suatu metode dalampenelitiannya agar penelitian tersebut berjalandengan baik. Adapun metode yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan metodekualitatif. Di mana penelitian kualitatif padahakekatnya adalah mengawasi orang dalamlingkungan hidupnya, berinteraksi dengan merekadan berusaha memahami bahasa dan tafsirantentang dunia sekitarnya. Dengan demikianseseorang peneliti kualitatif, secara langsung dapatmenyajikan hubungan antara peneliti denganinforman agar lebih peka. Penelitian kualitatifdengan menggunakan studi kasus memfokuskandirinya untuk mengetahui keumuman dankekhususan (particularities) dari objek studi yangmenjadi sasaran penelitiannya. Namun hasil akhiryang ingin di peroleh adalah penjelasan tentangkeunikan dari kasus yang ditekuninya. Keunikankasus pada umumnya berkaitan dengan 1) hakikatdari kasus tersebut 2) latarbelakang histori 3)latarbelakang fisik 4) konteks kasus 5) kasus laindisekitar kasus yang dipelajari 6) informan ataupemberi informasi tentang keberadaan kasustersebut.

Penelitian ini terfokus pada masyarakat SasakLombok Tengah dengan melihat alasan-alasanyang melatarbelakangi masyarakat LombokTengah melakukan merariq dikaitkan dengan teoritindakan sosial yakni tindakan rasionalinstrumental dan tindakan tradisional

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum

Masyarakat Lombok Tengah mayoritasmemeluk agama Islam, selain itu ada juga yangberagama Hindu. Kabupaten Lombok Tengahsendiri mempunyai masjid dan musholla. Masjiddan musholla merupakan pusat kegiatan untukpelaksanaan ibadah sehari-hari masyarakatLombok Tengah, dan juga sebagai sarana kegitanpengajian, belajar agama dan sebagai tempat untukmelaksanakan musyawarah baik dari kalanganremaja maupun masyarakat setempat.

Kegiatan keagamaan yang ada di desa Sakratidak hanya terbatas pada kegiatan shalatberjamaah di masjid atau musholla saja, tapimeliputi banyak kegiatan seperti peringatanMaulud Nabi Besar Muhammad SAW, Isra’Mikraj, banjar kematian, yasinan, dan hiziban.Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW danIsra’ Mikraj rutin dilakukan setahun sekali.Kegiatan banjar kematian adalah kegiatanmembaca yasin bersama, yang diadakan satu harisampai kesembilan hari, empat puluh hari, seratusdan seribu hari. Pelaksanaannya dilakukan olehkelompok-kelompok yang sudah dibentuk sendirioleh warga Sakra dan kegiatannya diadakan setelahselesai shalat magrib Masyarakat Sakra merupakanmasyarakat yang masih memegang teguh budaya,

12 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.3, September 2017 http://www.untb.ac.id/september-2017/

adat istiadat dan kesenian di daerahnya. Kesenianyang berkembang saat ini adalah seni musikgendang beleq (gendang besar), cilokak danqasidah. Gendang beleq (gendang besar) adalahsejenis seni musik yang dimainkan oleh laki-lakiyang digunakan untuk mengiringi upacaraperkawinan biasanya pada saat nyongkolan dan diacara nyongkolan gendang beleq memiliki fungsisebagai pemanggil masa, sedangkan pada zamandulu gendang beleq ini dimainkan pada acara pestakerajaan. Seni musik gendang beleq berkembangdikalangan generasi muda.

b. Alasan yang Melatarbelakangi MasyarakatSakra Merariq.

Seperti yang diketahui bahwa perkawinan diLombok Tengah dengan cara merariq ataumelarikan si gadis. Akan tetapi perkawinan yangpaling dominan digunakan oleh masyarakat Sasakadalah dengan merariq atau melarikan gadis yangakan dinikahinya. Pemangku adat adalah seseorangyang memegang suatu peranan dalam hal yangberkaitan dengan adat yang ada di daerahnya dandia mengerti tentang adat istiadat yang ada didaerahnya tersebut dan juga sebagai penengahdalam masalah yang timbul dengan adat. Merariqadalah suatu adat dalam sebuah perkawinan yangdimiliki oleh masyarakat Sasak dan sudah menjadiidentitas. Dan merupakan suatu adat, kebiasaanyang memang sudah ada dan terjadi dimasyarakat.

Adapun dalam menganalisis alasan-alasanyang melatarbelangi keenam pasangan itu untukmelakukan perkawinan dengan cara merariqdigunakan jenis tindakan sosial rasionalitasinstrumental dan tindakan tradisioanal.

Untuk melakukan merariq perlu pemikiranyang matang antara kedua pihak yaitu laki-laki danperempuan, bagaimana langkah-langkah yangmereka ambil agar orang tua tidak merasa curigadengan rencana pelarian mereka, dan harus adanyakesepakatan sehingga bisa terwujud prosesimerariq walaupun ada beberapa pasangan yangmana keputusan merariq hanya diambil oleh pihaklaki-laki saja. Dalam hal ini merariq dijadikansebagai alat untuk mencapai tujuan tertentumisalnya saja merariq yang dilakukan karenaalasan orang tua tidak merestui hubungan yangmereka bina baik itu karena perbedaan status yangmereka miliki, karena adanya suatu paksaan dariorang tua untuk menikah dengan orang yang tidakdicintai. Sehingga mereka memilih cara laribersama untuk mencapai tujuan tersebut.

Adat merariq ini juga bisa di kategorikan padatindakan rasional yang tradisional karena merariqadalah suatu kebiasaan yang sudah turun temurundilakukan oleh masyarakat Sasak khususnyaLombok Tengah dan dijadikan sebagai budaya

bersama. Selain itu juga dengan merariq. Adatmerariq yang dilakukan oleh masyarakat Sakraumumnya merupakan suatu tradisi yang sudah adakarena dengan dia membawa lari gadis daripengawasan orang tuanya berarti menandakanmereka berdua telah mampu memegang tanggungjawab untuk mandiri menjalankan kehidupanbersama. Makna lainya adalah orang tua laki-lakiberarti berari sudah berang maksudnya siapmengambil resiko atas perbuatan anak lakilakinya.Dan dilakukan dengan pertimbangan yang matangbaik dari kedua belah pihak maupun dari pihaklaki-laki yang ingin melarikan gadis yang diacintai. Bahwa ini dapat dikategorikan dalamtindakan tradisional karena mereka melakukanmerariq karena memang sudah menjadi adat dantradisi yang sudah turun temurun ada di KabupatenLombok Tengah. Di mana bila anak perempuanmereka diminta dengan terus terang, orang tuaperempuan akan tersinggung karena anakperempuannya disamakan dengan benda ataubarang lainya. Dan disini dapat dilihat bahwa adatmerariq yang dilakukan oleh beberapa pasangantersebut ada yang tanpa sepengetahuan maupun adayang memang diketahui oleh orang tuanya akantetapi hal itu dibiarkan saja, atau malah ada orangtua yang menjadi dalang pelarian yang dilakukanoleh anaknya. Dan ada rasa kebanggaan tersendiribagi orang tua yang anaknya dibawa lari olehseorang pemuda.

c. Proses dan Tahap-Tahap PelaksanananMerariq.

Adat perkawinan pada masyarakat Sasakkhususnya Lombok Tengah dikaitkan dengan adatSorong serah aji karma. Seorang pemuda (terune)dapat memperoleh seorang istri berdasarkan adatdengan dua cara yaitu: 1) dengan soloh (meminangkepada keluarga si gadis dedere), 2) dengan caramerariq (melarikan si gadis). Upacara perkawinanLombok Timur sering dikaitkan dengan upacaraadat perkawinan sorang serah aji karma yangmerupakan salah satu tradisi yang ada sejak zamandahulu dan telah melekat dengan kuat serta utuh didalam tatanan kehidupan masyarakat suku SasakLombok Tengah, bahkan beberapa kalanganmasyarakat baik itu tokoh agama dan tokoh adat itusendiri menyatakan bahwa jika tidak melaksanakanupacara adat ini akan menjadi aib bagi keluargadan masyarakat setempat.

d. Dampak Negatif dari Adat Merariq

Walaupun merariq adalah suatu adat yangdiperbolehkan dalam masyarakat, akan tetapimerariq dapat menimbulkan dampak negativedalam suatu perkawinan misalnya saja denganadanya adat merariq ini banyak kasus perkawinan

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 13

http://www.untb.ac.id/september-2017/ Volume 3, No. 3, September 2017

di bawah umur yang terjadi. Padahal adat tidakmungkin secara gampang membatalkan suatuperkawinan apa lagi si gadis sudah dilarikan olehcalon suaminya. Jika ditarik dari tempatpersembunyiannya karena soal umur pihakkeluarga akan menjadi malu dan si pemuda dangadis yang gagal melakukan perkawinan disebutpenganten burung artinya pengantin yang batal.Sebutan atau predikat pengantin gagal itu akanmenyebabkan keluarga dan yang bersangkutansangat malu dihadapan masyarakat. Biasanya jalankeluar yang diambil agar pernikahan tetapdilaksanakan adalah dengan pemalsuan-pemalsuantahun lahir si gadis. Dampak dari perkawinandibawah umur ini akan bisa terjadi kawin ceraiantar mereka. Karena mereka menikah dalam usiayang belum matang, tingkat emosi masih belumstabil dan bisa juga mereka melakukan lari bersamasebelum mereka benar-benar saling kenal satudengan yang lainya sehingga tidak jarang terjadiperceraian..

PENUTUP

Alasan yang melatarbelakangi masyarakatSasak khususnya Lombok Tengah melakukankawin lari atau merariq antara lain: 1) karenaperkawinan dengan adat merariq bagi laki-laki danperempuan merupakan bentuk kemampuan merekamemegang tanggung jawab untuk mandirimenjalankan kehidupan bersama. Selain itu jugaorang tua laki-laki berarti sudah berang maksudnyasiap mengambil resiko atas perbuatan anaklakilakinya. 2) Adanya ketidaksetujuan dari pihakorang tua dengan pasangan yang dipilih oleh anakmereka. 3) Bisa dikatakan bahwa pihak laki-laki,tanpa sepengetahuan dan kesepakatan dari pihakperempuan, langsung membawa lari gadis yangakan dinikahinya tersebut.

Perbedaan merariq pada kaum bangsawandengan masyarakat biasa pada saat ini hanyaterlihat dari besar kecilnya jumlah aji karma yangdibacakan saat prosesi sorong serah selebihnyasekarang sama saja, jika seorang bangsawan ajikrame nya sebesar 66 selakse sedangkanmasyarakat biasa nilainya 33 selakse. Akan tetapipada jaman dahulu antara bangsawan denganmasyarakat biasa terdapat perbedaan yaitu: 1) caraberpakaian mereka, 2) payung agung yangdigunakan saat nyongkolan. Akan tetapi padasekarang ini baik itu bangsawan maupunmasyarakat biasa sama-sama menggunakan payungagung saat mereka melakukan acara nyongkolandan dari cara berpakainya antara bangsawan danmasyarakat biasa pada saat ini sama saja.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Produser PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

Bastomi, Suwaji. 1992. Seni dan Budaya Jawa.Semarang: IKIP Semarang Press

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1997.Adat Istiadat Daerah Nusa TenggaraBarat. Jakarta: Proyek pengkajian Nilai-Nilai Budaya Pusat, CV Eka Dharma

Fathoni, Abdurrahman. 2006. MetodelogiPenelitian dan Teknik PenyusunanSkripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Hudson, A.B. 1986 ‘Siklus Hidup’. Dalam T.O.Ihromi (ed), Pokok-Pokok AntropologiBudaya. Jakarta: Gramedia

Fischer, H. 1980. Pengantar AntropologiKebudayaan Indonesia Terjemahan AnasMakruf. Jakarta: PT Pembangunan

Hidayah, Zulyani. 1997. Ensiklopedi Suku Bangsadi Indonesia. Jakarta: LP3ES

Hudson, A.B. 1986 ‘Siklus Hidup’. Dalam T.O.Ihromi (ed), Pokok-Pokok AntropologiBudaya. Jakarta: Gramedia

Joyomartono, Mulyono. 1991. PerubahanKebudayaan dan Masyarakat dalamPembangunan. Semarang: IKIPSemarang PRESS

Milles, B. Mather dan A. Michael Hoberman.1992. Analisis Data Kualitatif, BukuSumber Tentang Metode-Metode Baru.Jakarta: UI Press

Nasution, S. 2003. Metode Penelitian NaturalistikKualitatif. Bandung: Tarsito

Salim, Agus. 2001. Teori Paradigma PenelitianSosial (Dari Denzin Guba danPenerapannya).Yogyakarta: TiaraWacana

Soejono, Soekaanto. 1982. Sosiologi SuatuPengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada

Sosiologi, Tim. 2003. Sosiologi Suatu KajianKehidupan Masyarakat Kelas 1. Jakarta:Yudhistira

Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian DalamTeori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Suyanto, Bagong dan J. Dwi Narwoko. 2004.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta: Kencana