adat buantakdalam perkawinan bedu’a di lamban …digilib.unila.ac.id/54487/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ADAT BUANTAKDALAM PERKAWINAN BEDU’A DI LAMBAN PADA
MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON KEBUAYAN
KECAMATAN KARYA PENGGAWA
KABUPATEN PESISIR BARAT
(Skripsi)
Oleh
RUDI SALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
ADAT BUANTAK DALAM PERKAWINAN BEDU’A DI LAMBAN PADA
MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON KEBUAYAN
KECAMATAN KARYA PENGGAWA
KABUPATEN PESISIR BARAT
OLEH
RUDI SALAM
Adat perkawinan bedu’a di lamban merupakan salah satu tata cara perkawinan
pada masyarakat Lampung Saibatin khususnya di pekon Kebuayan. Perkawinan
model bedu’a di lamban dengan pilihan adat buantak yang pelaksanaannya di
tempat pengantin laki-laki hanya terdapat di pekon Kebuayan saja. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pelaksanaan adat
buantak dalam perkawinan bedu’a di lamban pada masyarakat Lampung saibatin
di pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prosespelaksanaan adat
buantak dalam perkawinan bedu’a di lamban pada masyarakat Lampung Saibatin
di pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik data yang
digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adat buantak dalam perkawinan bedu’a di
lamban pada masyarakat Lampung Saibatin yang berada di pekon Kebuayan
berbeda dengan adat buantak yang berada di pekon-pekon lainnya. Perbedaan ini
terletak pada penghantarannya, umumnya pengantin laki-laki yang datangke
tempat pengantin wanita, tetapi dipekon Kebuayan pengantin wanita yang
dihantarkan ke tempat laki-laki. Perbedaan ini dapat dilihat pada prosesnya,yaitu:
(1) Tahap persiapan seserah. (2) Tahap penghantaran pengantin wanita.(3) Tahap
pemberian nasehat.
Kesimpulan bahwa proses pelaksanaan adat buantak dalam perkawinan bedu’a di
lambanyang menghantarkan pengantin wanita ke tempat pengantin laki-laki
sebagai bukti tanggung jawab dari anak tertua laki-laki terhadap keluarganya yang
melaksanakan perkawinan.
Kata Kunci : Adat Buantak, Bedu’a di Lamban
ADAT BUANTAK DALAM PERKAWINAN BEDU’A DI LAMBAN PADA
MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON KEBUAYAN
KECAMATAN KARYA PENGGAWA
KABUPATEN PESISIR BARAT
Oleh
RUDI SALAM
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui, 28 Agustus 1995 sebagai putra
ke-empat dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan
Bapak Barusman dan Ibu Nurlina. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kebuayan pada tahun
2007.
Lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di MTS Nurul Falah hingga tahun
2010 dan melanjutkan lagi Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Karya
Penggawa Kabupaten Pesisir Barat hingga tahun 2013.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SBMPTN. Pada
tahun 2017 penulis melaksanakan KKN dan PPL selama 70 hari di desa Sukananti
Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat. Selama menjadi mahasiswa,
penulis berorganisasi di internal kampus sebagai anggota aktif FOKMA
(ForumKomunikasi Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Sejarah), HIMAPIS
(Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu Sosial).
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin., segala puja dan puji syukur penulis haturkan
kehadirat Allah SWT, yang dengan limpahan kasih sayang serta rahmat-Nya yang
tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikans kripsi ini dengan baik.
Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis persembahkan karya yang sederhana ini kepada :
Keduaorang tua ku tercinta,
Ayahanda Barusman dan Ibunda Nurlina
Yang senantiasa dengan tulus telah membesarkan, merawat, mendidik, dengan
penuh cinta dan kasih sayang serta yang senantiasa mendo’akan tanpa lelah
untuk keberhasilan dan kebahagianku.
Ketiga kakakku tersayang,
Lekat Megawati, Josi Rizawan S.Pd, dan Kurniawan S.Sos
Yang telah memberikan doa dan dukungannya serta
Almamaterku tercinta,
Universitas Lampung
MOTTO
“Jangan melihat masa depan dengan ketakutan,
Jangan pula melihat masa lalu dengan penyesalan, tapi
Lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran”
(James Thurber)
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya”
(Q.S An-Najm : 39)
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Adat Buantak
Dalam Perkawinan Bedu’a di Lamban Pada Masyarakat Lampung Saibatin
Di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu kitanantikan syafaat-Nya dihari akhir kelak.Penulis menyadari akan
keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalamkesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Keuangan
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Lampung.
6. Bapak Drs. Syaiful M., M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
FKIP Universitas Lampung.
7. Ibu Dr. Risma Margaretha Sinaga, M.Hum, Dosen Pembahas untuk skripsi
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua masukan dan
arahan yang telah ibu berikan demi kebaikan skripsi penulis.
8. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing Akademik
dan Pembimbing II dalam penyusunan skripsi penulis. Terima kasih atas
saran,nasehat, masukan, serta motivasi yang telah bapak berikan yang
sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan saran, masukan, nasehat, serta arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan baik.
10. Bapak Drs. Maskun, M.H., Ibu Dr. Risma Margaretha Sinaga,
M.Hum.,Bapak Drs. Tontowi Amsia, M.Si., Bapak Drs. Ali Imron,
M.Hum., Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd., Bapak Suparman Arif,
S.Pd, M.Pd., IbuMyristica Imanita, S.Pd, M.Pd., Ibu Yustina Sri
Ekwendari M.Hum., Bapak Chery Saputra, S.Pd, M.Pd., danBapak
Marzius Insani, S.Pd, M.Pd., beserta para pendidik di Unila yangtelah
banyak memberikan ilmu serta wawasan baru kepada penulis.
11. Bapak Satria Bangsawan beserta keluarga yang telah memberikan
motivasi, bantuan dan dukungannya selama melaksanakan study di
Universitas Lampung.
12. Teman-temanku Dimas Yulian Putra, Josua Fernando,Sulaiman Abdul
Razaq, Faradila Anis, Yuni Lutfiani Latifa, Febrianti Putri, Putri Akbar
Rafsanjani, Desi Puspitasari, dan seluruh angkatan2014 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu oleh penulis. Terimakasih ataskebaikan dan
bantuan yang telah diberikan.
13. Teman-teman satu PA (Carlos Hendrawan, Wayan Winda Angel, Maya
Asmarina, Eva Mayana dan Lengga Syahputra). Terimakasih atas
kebersamaan kita dan Supportnya.
14. Teman-teman pejuang skripsi (M.Agung Sujadi yang sudah dinobatkan
menjadi duta blacky cabul, Ade Prabowo sebagai duta mahasiswa
ternyinyir tahun 2018 dan Siti Nur Masitoh juga sebagai duta lambe luwak
coffe). Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.
15. Teman-teman KKN dan PPL. ( Aldo Pratama, Bayu Aditya, Firyal
Nabilla, Fega Laras Arum Pertiwi, Lusiana, Aganta Muliantami, Diana
Ferwita, Nena Nurmaliyani, Yuli Astikasari, Jehan Sari Dewi dan Eka
Terimakasih telah memberikan support dan kebersamaan selama
kitamengabdi, susah senang kita rasakan bersama selama kurang lebih 70
hari hidup bersama di Desa Sukananti, Kecamatan Way Tenong,
Kabupaten Lampung Barat.
16. Keluarga besar Pendidikan Sejarah, terima kasih atas segala kekeluargaan
dan kebersamaannya selama ini.
17. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga hasil penulisan penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuannya,
semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua yang telah kalian
berikan.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, 2018
Penulis
Rudi Salam
NPM. 1413033058
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar BelakangMasalah....................................................................... 1
1.2 Analisis Masalah ................................................................................. 5
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.4 Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ............................. 5
1.4.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4.2 Kegunaan Penelitian ................................................................. 5
1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA .. 7
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
2.1.1 Konsep Adat.............................................................................. 7
2.1.2 Konsep Buantak ........................................................................ 8
2.1.3 Konsep Kebudayaan ................................................................. 8
2.1.4 Konsep Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin ................ 9
2.1.5 Sistem Kekerabatan .................................................................. 10
2.2 Kerangka Pikir .................................................................................... 11
2.3 Paradigma ............................................................................................ 12
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 13
3.1 Metode yang digunakan ...................................................................... 13
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 14
xvi
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 14
3.3.1 Variabel Penelitian .................................................................... 14
3.3.2 Definisi Operasional Variabel ................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 15
3.4.1 Teknik Wawancara ................................................................... 15
3.4.1.1 Informan ....................................................................... 17
3.4.2 Teknik Observasi ...................................................................... 18
3.4.3 Teknik Dokumentasi ................................................................. 18
3.5 Teknik Analisis data............................................................................ 19
3.5.1 Reduksi Data ............................................................................. 19
3.5.2 Display (Penyajian data) ........................................................... 19
3.5.3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi ................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 21
4.1 Hasil .................................................................................................... 21
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 21
4.1.1.1 Sejarah Pekon Kebuayan .............................................. 21
4.1.1.2 Letakdan Batas Wilayah Pekon Kebuayan ................... 22
4.1.1.3 Luas Wilayah Pekon Kebuayan .................................... 23
4.1.1.4 Keadaan Geografis dan Iklim Pekon Kebuayan ........... 24
4.1.1.5 Keadaan Penduduk Pekon Kebuayan ........................... 30
4.1.1.6 Struktur Pemerintahan Pekon Kebuayan ...................... 36
4.1.1.7 Potensi Sarana dan Prasarana Pekon Kebuayan ........... 37
4.1.2 Adat Buantak Pada Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin 39
4.1.2.1 Sejarah Adat Buantak ................................................... .39
4.1.2.2 Pentingnya Dilaksanakannya Adat Buantak ................ .40
4.1.2.3 Pihak Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan
Adat Buantak ................................................................. .45
4.1.2.4 Perubahan Adat Buantak .............................................. .47
xvi
4.1.3 Proses Pelaksanaan Adat Buantak Dalam Perkawinan
Bedu’a di Lamban Masyarakat Lampung Saibatin ....................... .52
4.1.3.1 Persiapan Syarat Seserah................................................... .52
4.1.3.2 Pengantaran Pengantin Wanita ......................................... .56
4.1.3.3 Pemberian Nasehat ............................................................ .61
4.2 Pembahasan ......................................................................................... .62
4.2.1 Implikasi PelaksanaanAdat BuantakDalam
Prespektif Masyarakat ................................................................. .62
4.2.1.1 Gelar Dalam Keluarga Bertambah ................................... .63
4.2.1.2 Kedudukan Keluarga Tidak di Pandang Rendah ............. .64
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 66
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 66
5.2 Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Nama yang Pernah Menjabat Sebagai Kepala PekonKebuayan ...... 22
Tabel 4.2 Batas Wilayah Pekon Kebuayan ...................................................... 23
Tabel 4.3 Luas Wilayah Pekon Kebuayan Menurut Fungsi Lahan ................. 23
Tabel 4.4 Letak Geografis Pekon Kebuayan.................................................... 24
Tabel 4.5 Orbitrasi atau Jarak dan waktu Tempuh Pekon Kebuayan
dengan Pusat Pemerintahan .............................................................. 24
Tabel 4.6 Pemilik Lahan Pertanian Tanaman Pangan Pekon Kebuayan ......... 25
Tabel 4.7 Tanaman Pangan Menurut Komoditas Pekon Kebuayan ................ 26
Tabel 4.8 Jenis Tanaman Buah-buahan Pekon Kebuayan ............................... 26
Tabel 4.9 Pemilik Lahan Perkebunan Pekon Kebuayan .................................. 27
Tabel 4.10 Hasil Perkebunan Jenis Komoditas Pekon Kebuayan ................... 27
Tabel 4.11 Luas Lahan Hutan Pekon Kebuayan Menurut Pemilikan .............. 28
Tabel 4.12 Hasil Hutan Pekon Kebuayan ........................................................ 29
Tabel 4.13 Kondisi Hutan Pekon Kebuayan .................................................... 29
Tabel 4.14 Sumber Air Bersih Pekon Kebuayan ............................................. 30
Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Pekon Kebuayan ............................................... 31
Tabel 4.16 Sarana dan Prasarana di Pekon Kebuayan .................................... 38
Tabel 4.17 Pentingnya Dilaksanakan Adat Buantak ........................................ 41
Tabel 4.18 Pihak yang Terlibat Dalam Adat Buantak ..................................... 45
Tabel 4.19 Perubahan Adat Buantak ................................................................ 48
Tabel 4.20 Persiapan Pihak Keluarga Dalam Pelaksanaan Adat Buantak ....... 53
Tabel 4.21 Proses Mengantarkan Pengantin Wanita ke Tempat
Pengantin Laki-lakinya .................................................................... 57
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Istilah..................................................................................................... 69
Daftar Nama Informan ..................................................................................... 71
Pedoman Wawancara ....................................................................................... 73
Rekapitulasi Hasil Wawancara dan Observasi ................................................. 75
Surat Izin Penelitian ......................................................................................... 91
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................................... 92
Peta Tempat Penelitian ..................................................................................... 93
Rekomendasi Pembahas ................................................................................... 94
Draf Judul ......................................................................................................... 95
Gambar Penenlitian .......................................................................................... 96
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lampung merupakan salah satu provinsi yang berada di pulau sumatera yang
memiliki berbagai macam suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan
yang beraneka ragam tersendiri, salah satunya suku Lampung yang berada di
ujung selatan sebelah Barat Pulau Sumatera. Suku Lampung yang berada di
provinsi Lampung ini yang memiliki kebudayaan yang masih kental dalam
lingkungan masyarakatnya.
Menurut ilmu antropologi (Koentjaraningrat, 1990 : 180) bahwa kebudayaan
adalah sebagai berikut :
“Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia
adalah kebudayaan karena hanya amat sedikit tindakan manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan
belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri beberapa refleks, beberapa
tindakan akibat proses fisiologi atau kelakuan apabila ia sedang membabi
buta”.
Setiap kebudayaan memiliki unsur-unsur penting yang bisa didapatkan didalam
kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat (1990 : 203-204) tujuh unsur kebudayaan
antara lain :
2
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, salah satunya suku Lampung
yang berada di ujung selatan sebelah Barat Pulau Sumatera.
Menurut Imron (2005: 1) bahwa :
“Masyarakat Lampung terdiri dari dua masyarakat adat atau ruwa jurai,
yakni jurai Pepadun dan jurai Saibatin. Orang Lampung jurai Pepadun
pada umumnya bermukim di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke
Laut Jawa dan orang Lampung jurai Saibatin bermukim di pesisir pantai
dan di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke samudera Indonesia.
Dalam bertutur orang Saibatin berdialek A, sedangkan orang Pepadun
yang berdialek O”.
Imron ( 2005 : 18) mengatakan bahwa “kehidupan orang Lampung sehari-hari
berpedoman kepada prinsip piil pesenggiri. Piil artinya rasa atau pendirian yang
harus dipertahankan sedangkan pesenggiri pada dasarnya mengutamakan harga
diri”. Prinsip harga diri adalah sebagai berikut :
1. Pesenggiri
2. Juluk adok
3. Nemui nyimah
4. Nengah nyampur
5. Sakai sambayan
Masyarakat Lampung menjaga pi’ilnya dalam hidup bermasyarakat. Agar pi’il
tetap terjaga masyarakat Lampung menjaga hubungannya dalam bermasyarakat
dengan berpegang teguh pada prinsip harga diri orang Lampung salah satunya
adalah sakai sambayan yang berarti saling tolong menolong.
3
Menurut Hadikusuma (1989 : 122) menjelaskan bahwa “sudah menjadi adat
istiadat orang Lampung, suka tolong menolong sejak bujang gadis, saling
memberi, atau kirim-mengirim setelah dewasa dan berumah tangga”.
Suku lampung ini ada dua yaitu Lampung Saibatin dan Lampung Pepadun.
Masyarakat Lampung Saibatin dan masyarakat Lampung Pepadun mempunyai
adat tersendiri yang terdapat ciri khasnya.. Hal ini dapat terlihat dalam adat
perkawinannya.
Menurut Hadikusuma dalam Imron (1990:141) Perkawinan bagi orang Lampung
bukan semata-mata urusan pribadi, melainkan juga urusan keluarga, kerabat, dan
masyarakat adat. Pola perkawinan masyarakat Lampung Saibatin ada dua yaitu
bujujogh dan semanda. Bujujogh merupakan menetap setelah menikah,
perempuan yang mengikuti suaminya serumah dengan keluarga orang tuanya. dan
semanda adalah laki-lakinya yang mengikuti perempuannya yang tinggal bersama
dengan keluarga perempuannya. Pada masyarakat Lampung Saibatin yang berada
di Kabupaten Pesisir Barat sangat dominan dengan pola perkawinan bujujogh.
Untuk pola perkawinan bujujogh, masyarakat Lampung Saibatin melaksanakan
adat perkawinannya dengan dua cara pesta adat yaitu :bedu’a di lamban dan
nayuh balak. Bedu’a di lamban merupakan pesta adat perkawinan yang
sederhana, semua kegiatan hanya dipusatkan dan dilaksanakan di rumah
pengantin laki-lakinya saja. dan nayuh balak adalah pesta adat yang dilaksanakan
secara meriah yang pelaksanaannya tiga hari sampai tujuh harian. dengan adanya
pola perkawinan bujujogh ini juga masyarakatLampung Saibatin yang berada di
Kabupaten Pesisir Baratkhususnya di Pekon Kebuayanini, pihak wanita
mengantarkan pengantin wanitanya ke tempat pengantin laki-lakinya.
akad nikahnya di tempat laki-lakinya dikenal dengan adat buantak. Adat ini di
ikuti oleh kemuakhian atau kerabat dekat dari pihak pengantin wanitanya, baik
bujang gadis, ibu-ibu dan bapak-bapak. Pelaksanaan adat buantak di Pekon
Kebuayan dilengkapi dengan adanya budaya perkawinan yang lain seperti
mengiringi kedua mempelai (buhaghak) dan pencak silat (silek). Keluarga yang
ikut mengantarkan pengantin wanita ini juga membawa barang bawaan (binatok)
pengantin wanitanya ke tempat laki-lakinya, dimana barang bawaan ini biasanya
dibawa secara bersamaan pada saat menghantarkan pengantin wanitanya ke
tempat pengantin laki-lakinya. akan tetapi juga, tidak semua masyarakat Lampung
Saibatin dalam adatnya menggunakan binatok, bahkan lebih dominan tidak
menggunakan adat binatok (barang bawaan). Masyarakat Lampung Saibatin yang
berada di Pekon Kebuayan ini lebih dominan melaksanakan adat perkawinannya
dengan cara bedu’a di lamban yaitu pelaksanaan akad nikah yang dilaksanakan di
tempat pengantin laki-lakinya saja, sehingga pihak pengantin wanita ini
menghantarkan pengantin wanitanya ke tempat pengantin laki-lakinya. Kebiasaan
ini menjadi sebuah keunikan dan keunggulan adatnya bagi masyarakat Lampung
Saibatin yang berada di Pekon Kebuayan. Masyarakat yang berada di luar dari
Pekon Kebuayan yang selama ini cenderung hanya mengetahui bahwa dalam
pelaksanaan akad nikah dilaksanakan di kediaman pengantin wanitanya saja.
dengan adanya adat yang unik seperti ini maka peneliti bermaksud akan
melaksanakan penelitian lebih dalam lagi tentang proses pelaksanaan adat
buantak dalam perkawinan bedu’a di lamban pada masyarakat Lampung Saibatin
yang khususnya pada masyarakat yang berada di Pekon Kebuayan
Mengantarkan pengantin wanita ke tempat laki-laki pada saat akan dilaksanakan
4
5
1.2Analisis Masalah
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Proses Pelaksanaan Adat Buantak
Dalam Perkawinan Bedu’a di Lamban Pada Masyarakat Lampung Saibatin di
Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat”.
1.3 Rumusan Masalah
Sesuai dengan analisis masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Proses Pelaksanaan Adat Buantak Dalam Perkawinan
Bedu’a di Lamban Pada Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kebuayan
Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat?”.
1.4 Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai oleh penulis ini adalah Untuk mengetahui tentang “Bagaimanakah Proses
Pelaksanaan Adat Buantak Dalam Perkawinan Bedu’a di LambanPada
Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa
Kabupaten Pesisir Barat”.
1.4.2 Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang membutuhkan, adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menambah wawasan penulis tentang proses pelaksanaan Adat
Buantakdalam Perkawinan Bedu’a di Lamban Pada Masyarakat
6
Lampung Saibatin yang berada di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya
Penggawa Kabupaten PesisirBarat.
b. Memberikan gambaran serta menguraikan mengenai proses
pelaksanaan Adat Buantak Dalam Perkawinan Bedua’ di Lamban
Pada Masyarakat Lampung Saibatin yang berada di Pekon Kebuayan
Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.
c. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa
Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam budaya
Lampung.
1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Obyek Penelitian : Proses Pelaksanaan Adat Buantak di Pekon
Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa
Kabupaten Pesisir Barat.
b. Subyek Penelitian : Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon
Kebuayan Kecamatan Karya PenggawaKabupaten
Pesisir Barat.
c. Tempat Penelitian : Pekon Kebuayan, Kecamatan Karya Penggawa
Kabupaten Pesisir Barat.
d. Waktu Penelitian : Tahun 2018
e. Bidang Ilmu : Antropologi Budaya
7
REFERENSI
Ali Imron, 2005, Pola Perkawinan Saibatin, Bandar Lampung : Universitas
Lampung. Hal 29-37
Hilman, Hadikusuma, 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Mandar
Maju. Bandung. Hal 122
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Hal 203-204
Ibid. Hal 180
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
menjadi topik penelitian. Penelitian ini juga akan dicari konsep-konsep yang dapat
dijadikan landasan teori bagi peneliti yang akan dilakukan. Adapun tinjauan
pustaka dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Konsep Adat
Menurut Setiady bahwa “Adat merupakan berasal dari kata istilah (bahasa arab)
yang artinya kebiasaan, yaitu perilaku masyarakat yang selalu dan senantiasa
terjadi di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari”. (Setiady, 2008 : 5).
Menurut Soekanto adat adalah kaedah-kaedah yang tidak hanya dikenal,
diakui,dan dihargai akan tetapi juga ditaati. ( Soerjono Soekanto, 1978 : 14).
Sedangkan Menurut Kusmadi Adat merupakan tingkah laku dalam suatu
masyarakat yang sudah diadatkan dalam lingkungan masyarakatnya. (Kusmadi,
1982 : 13).
Berdasarkan dari uraian diatas bahwa adat adalah kebiasaan masyarakat yang
dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang yangdiwariskan kepada
gnerasi penerusnya (anak,cucu,cicitnya) yang tidak hanya dikenal dan diakui saja
tetapi di taati dan masih dijalankan di kehidupan masyarakat
8
2.1.2 Konsep Buantak
Menurut Hilal bahwa “Buantak adalah adat dalam mengantarkan calon pengantin
perempuan ke rumah calon pengantin laki-laki secara beramai-ramai mulai dari
bapak-bapak, ibu-ibu, bujang, gadis dan anak-anak. Dalam proses ini juga
perjalanan diatur sedemikian rupa sehingga terlihat sangat sakral, rombongan
perjalanan ini disebut dengan Iring lapah”. (Iqbal Hilal,2012 : 84). Sedangkan,
Menurut bapak Mulyawan yang merupakan selaku tokoh adat yang bergelar
dalom, adat buantak merupakan adat yang dilakukan oleh pihak calon pengantin
perempuannya untuk mengantarkan calon pengantin perempuannyake tempat
pengantin laki-lakinya pada saat akad nikah akan dilaksanakan.
(Wawancara dengan Bapak mulyawan dengan Adok Dalom, 10 Juni 2017)
Jadi buantakmerupakan suatu prosesi adat masyarakat Lampung Saibatin dalam
suatu perkawinan yang mengantarkan calon pengantin perempuan pada saat akad
nikahnya yang akan dilaksanakan dikediaman pengantin laki-lakinya. Hal ini
dilakukan oleh pihak calon pengantin perempuan ke rumah calon pengantin laki-
lakinya, yang di ikuti oleh kerabat dekat calon pengantin perempuannya, baik
bapak-bapak, ibu-ibu dan para bujang gadis yang masih memiliki ikatan darah.
2.1.3 Konsep Budaya
Menurut Koentjaraningrat bahwa “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.(Koentjaraningrat, 1990 : 180)
9
Kebudayaan berasal dari kata sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal-hal
yang bersangkutan dengan akal.
Menurut Prasetya (2011 : 31) Ada dua macam kebudayaan, yaitu :
1. Kebudayaan material
Yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya : rumah, gedung,
alat-alat senjata,pakaian dan sebagainya.
2. Kebudayaan immaterial
Yaitu kebudayaan yang spritual atau batin, misalnya : kebudayaan adat
istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Menurut Prasetya dalam buku Ilmu Budaya Dasar“Kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain, serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
(Prasetya dalam buku Ilmu Budaya Dasar, 2011 :29).
Berdasarkan dari uraian diatas dapat diterangkan bahwa “Kebudayaan adalah
suatu kebiasaan para masyarakat yang turun-temurun dari nenek moyangnya yang
dilakukan di kehidupannya”.
2.1.4 Konsep Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin
Perkawinan orang Lampung Saibatin menganut pola bujujogh dan semanda.Pola
perkawinan bujujogh ini merupakan pola perkawinan warisan adat dari satu nenek
moyang ulun lampung yang asli, yaitu ketika semua masyarakat lampung masih
tinggal dalam satu wilayah di tanah leluhurnya di sekala beghak. Masyarakat
Lampung dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jurai pepadun dan jurai saibatin.
10
Menurut Imron “Perkawinan dengan pola bujujogh menganut sistem kekerabatan
patrilineal yang kuat, dimana laki-laki yang menentukan. Makna perkawinan
bujujogh ini bagi ulun Lampung pada hakekatnya merupakan tanggung jawab dan
harga diri”. (Imron, 2005:37).
Perkawinan pola semanda menganut sistem kekerabatan yang dihitung dari garis
perempuan atau ibu. Pola menetap setelah menikah pada perkawinan semanda ini
adalah matrilokal, dimana pasangan yang baru menikah akan bertempat tinggal
(menetap) dekat dengan kerabat perempuan.
Pada masyarakat Lampung Saibatin yang berada di Pekon Kebuayan Kecamatan
Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat yang biasanya menggunakan sistem
perkawinan bujujoghdalam melaksanakan acara perkawinan.
2.1.5 Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan hubungan yang berdasarkan pada model hubungan
yang dipandang berdasarkan seorang ayah dengan anak serta antara seorang ibu
dengan anaknya. (Ali Imron, 2005:27 ). Hubungan kekerabatan yang kuat adalah
yang memiliki ikatan darah dan ikatan perkawinan.
Masyarakat yang ada di Kabupaten Pesisir Barat khususnya di Pekon Kebuayan
menganut prinsip kekerabatan yang berdasarakan garis keturunan seorang
ayahnya. Orang lampung Saibatin menganut prinsip kekerabatan garis keturunan
bapak atau patrineal, yaitu dimana setiap anak laki-laki tertua dari keturunan yang
lebih tua menjadi pemimpin atau punyimbang, penerus keluarga, penerima waris
dan bertanggung jawab mengatur seluruh anggota kekerabatannya.
11
2.2 Kerangka Pikir
Kabupaten Pesisir Barat mayoritas penduduk aslinya adalah masyarakat Lampung
Saibatin. Masyarakat Lampung Saibatin yang berada di Kabupaten Pesisir Barat
khususnya masyarakat yang berada di Pekon Kebuayan masih sangat sakral
dengan adat yang diwariskan oleh sesepuh adat sejak zaman dulu yang masih
tetap dilaksanakan dan dijaga sampai saat ini baik dalam adat kematian, kelahiran,
dan perkawinannya. Masyarakat Lampung saibatin di pekon Kebuayan ini
melaksanakan adat perkawinannya lebih dominan dengan cara bedu’a di lamban.
Pelaksanaan adat ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat yang bukan
keturunan seorang raja, sehingga dalam adat perkawinan bedu’a di lamban ini
bukan sebagai pilihan akan tetapi sudah ditentukan dari garis keturunannya.
Bedu’a di lamban merupakan adat perkawinan yang hanya dilaksanakan di tempat
pengantin laki-lakinya saja. Sehingga pengantin wanitanya diantarkan ke tempat
pengantin laki-lakinya. masyarakat Lampung Saibatin setempat mengenal dengan
adat buantak. Adat buantak ini diikuti oleh bapak-bapak, ibu-ibu, dan para bujang
gadis yang merupakan kerabat dekat dari pihak pengantin wanitanya, yang
memiliki ikatan darah dan ikatan perkawinan dari pengantin wanitanya. Kerabat
dekat yang ikut mengantarkan pengantin wanitanya ini juga memberikan barang
bawaan (binatok) kepada pengantin wanitanya, sehingga pemberian barang
bawaan ini merupakan sebagai bukti bahwa kedudukan anak tertua laki-laki
memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya yang akan melaksanakan
perkawinan.
12
2.3 Paradigma
Keterangan :
Garis Bentuk
Garis Deskripsi
Garis Pelaksanaan
Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin
Bedu’a di Lamban
Buantak
Pelaksanaan
Pengantaran
Pengantin Wanita
Persiapan Syarat
Seserahan Pemberian Nasehat
13
REFERENSI
Ali Imron, 2005. Pola Perkawinan Saibatin, Bandar Lampung : Universitas
Lampung, Hal 29-37
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Hal 180
Soekanto, 1992. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali, Hal 188
Prasetya, 2011. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Rineka Cipta, Hal 29
Sudiyat, 1982. Asas-asas Hukum Adat, Yogyakarta : Liberty, Hal 13
Soekanto, 1978. Pokok-pokok Hukum Adat, Bandung : Alumni, Hal 14
Wawancara dengan Dalom Mulyawan, Selaku tokoh adat Pekon Kebuayan
10 Juni 2017
III. METODE PENELITIAN
Menurut Subagyo bahwa Metode adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. (Subagyo, 2006:2). Sedangkan
Menurut Afrizal Metode adalah cara yang dipakai oleh para peneliti untuk
memecahkan masalah dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
penelitiannya. (Afrizal, 2016:12).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Metode adalah cara yang
dipakai oleh seorang peneliti untuk memperoleh data dalam memecahkan
permasalahan yang ditelitinya.
3.1 Metode yang digunakan
Penelitian ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode
Deskriptif. Menurut Nazir bahwa metode Deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.(Nazir, 1989 : 63).
Sedangkan, menurut Arikunto metode Deskriptif merupakan tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi hanya menggambarkan apa adanya
tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan.(Arikunto, 2003 : 310).
Menurut Basuki penelitian Desktiptif adalah mencari deskripsi yang tepat dan
cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. (Basuki, 2006 : 130-131).
Dari uraian di atas, dapat di katakan bahwa metode Deskriptif adalah metode
penelitian yang mengungkapkan fakta atau kebenarannya dari suatu kejadian yang
14
di teliti secara langsung baik dari objek, aktivitas, dan proses. Dengan demikian
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai tata cara atau proses
pelaksanaan adat Buantak pada perkawinan masyarakat Lampung Saibatin yang
berada di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.
3.2Lokasi Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berlokasi diPekon Kebuayan
Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Lokasi ini dipilih karena di
Pekon Kebuayan ini para masyarakatnya asli orang lampung yang masih tetap
melaksanakan adat buantak ini. Selain itu juga lokasi penelitian ini merupakan
Pekon (desa) tempat tinggal penulis. Oleh karena itu dengan harapan agar penulis
dapat melakukan penelitian dengan mudah karena penulis dapat berkomunikasi
dengan para informan yang komunikasinya dengan menggunakan bahasa daerah
yaitu bahasa Lampung.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1Variabel Penelitian
Menurut Suryabrata Variabel penelitian adalah sebagai segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2012:25) sedangkan, menurut
Arikunto Variabel adalah objek penelitian, atau titik yang menjadi perhatian suatu
penelitian. (Arikunto, 2010:161).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Variabel adalah sesuatu
yang menjadi objek penelitian terhadap data yang akan diteliti atau diamati oleh
seorang peneliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
15
tunggal yaitu mengenai tata cara atau proses pelaksanaan adat buantak pada
perkawinan masyarakat Lampung Saibatin yang berada di Pekon Kebuayan
Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.
3.3.2Definisi Operasional Variabel
Menurut Nazir bahwa Operasional Variabel adalah suatu definisi yang diberikan
pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan
untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh. Nazir, 1985:162).
Sedangkan menurut Ali Operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan
kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau
menspesifikasikan kegiatan atau untuk memberikan suatu operasionalaln yang
diperlukan untuk mengukur variabel tertentu. (Moh Ali, 1988:65)
Beradasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Operasional variabel adalah
suatu petunjuk yang memberikan cara mengukur suatu variabel dengan cara
mendefinisikan kegiatan agar mudah dalam penelitiannya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik untuk pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
yaitu teknik observasi partisipan, teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
3.4.1Teknik Wawancara
Menurut Moleong (dalam Herdiansyah) Wawancara adalah percakapan yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
16
pertanyaan tersebut. (Moleong dalam Herdiansyah,2010:118).Sedangkan,
menurut Emzir bahwa Wawancara merupakan interaksi bahasa yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu melakukan
wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang
berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya. (Emzir, 2011:50).
Teknik wawancara terbagi menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak berstruktur.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara Terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menyusun
daftar pertanyaan terlebih dahulu yang akan diajukan kepada informan. yang
dalam hal ini informan yang diwawancarai merupakan masyarakat asli yang
berada di Pekon Kebuayan, yang memahami secara jelas mengenai adat buantak
dan jawaban dari pertanyaan yang diajukan sudah tersedia dan dibatasi, hal ini
dilakukan agar dalam memberikan jawaban informan tidak meluas.
b. Wawancara tidak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur merupakan wawancara yang dilakukan secara
langsung terhadap informan dengan tidak menyusun daftar pertanyaan terlebih
dahulu yang akan diajukan, sehingga jawaban yang diberikan oleh informasi
dapat meluas.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik
wawancara terstruktur yaitu dengan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu.
dalam hal ini informan yang diwawancarai merupakan masyarakat (tokoh adat)
17
asli yang berada di Pekon Kebuayan, yang memahami secara jelas mengenai adat
buantak.
Dapat disimpulkan bahwa Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh
dua orang yaitu (pewawancara dan terwawancara) yang betujuan untuk
mendapatkan sebuah informasi yang sesuai dengan yang diinginkannya.
3.4.1.1 Informan
Menurut Arikunto, Informan merupakan orang yang memberikan informasi atau
memberi keterangan karena dipancing oleh pihak peneliti.(Suharsimi
Arikunto2010:188)
Syarat-sayarat untuk menjadi informan, yaitu :
1. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat
Bahasa.
2. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat
berbicara secara relevan.
3. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang
sedang dipelajari.
Dari uraian diatas, maka kriteria informan dalam penelitian ini yaitu :
1. Tokoh adat atau tokoh masyarakat (Dalom, Raja, Batin)
2. Dapat dipercaya dan bertnggung jawab atas apa yang dikatakannya
3. Memahami objek yang diteliti mengenai tata cara pelaksanaan adat
buantak.
4. Informan bersedia dan memiliki waktu yang cukup.
5. Informan berpengalaman mengenai tata cara pelaksanaanadat buantak.
18
3.4.2Teknik Observasi Partisipan
Teknik Observasi Partisipan merupakan cara pengumpulan data yang melalui
keterlibatan langsung dengan objek yang diteliti. ( Sarwono, 2006:223).
sedangkan menurut Emzir Observasi Partisipan adalah observasi yang dilakukan
oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang ikut serta dalam kehidupan
masyarakat topik penelitiannya. (Emzir, 2011:39).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Observasi Partisipan
adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung
yang mempunyai keterlibatan dalam masyarakatnya yang sesuai dengan topik
penelitiannya. dengan menggunakan teknik observasi partisipan ini penulis secara
langsung dapat memperoleh gambaran umum mengenai permasalahan yang
berhubungan dengan proses dalam pelaksanaan adat buantak dan dapat
mengumpulkan data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti.
3.4.3Teknik Dokumentasi
Menurut Suwandi bahwa Teknik Dokumentasi adalalah suatu cara pengumpulan
data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan sah yang
bukan berdasarkan perkiraan.(Suwandi, 2008:158). Sedangkan, menurut Arikunto
Teknik Dokumentasi adalah peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, dokumen, catatan dan lainnya. (Arikunto, 2010:201).
19
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik dokumntasi
merupakan cara mengumpulkan informasi, yang meliputi baik dari data tertulis
maupun dalam bentuk gambar, foto, buku dan sebagainya yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
3.5Teknik Analisis data
Analisis data adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang
dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu
perspektif ilmiah yang sama, sehingga hasil dari analisis data yang baik adalah
data olah yang tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak menimbulkan
persoektif yang berbeda-beda. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu memahami kejadian yang ada
mengenai tata cara atau proses pelaksanaan adat buantak yang berada di Pekon
Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. dikarenakan data
yang diperoleh oleh peneliti bukan berupa angka tetapi fenomena, sehingga
penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. dalam menganalisis data
yang telah diperoleh dalam penelitian, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
3.5.1Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk
data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.
Seperti hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil dari dokumentasi yang diubah
menjadi bentuk tulisan (script) yang sesuai dengan formatnya masing-masing.
20
3.5.2Display (Penyajian data)
Display data merupakan berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah
seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam
suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan
dandikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang
lebih konkrit dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan
pemberian kode dari subtema tersebut dengan verbatim wawancara yang
sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti.
3.5.3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan dan Verifikasi merupakan tahapan yang terakhir dalam menganalisis
data. dalam kesimpulannya menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian
yang diajukan sebelumnya dan mengungkapkan “What dan How” ( Apa dan
Bagaimana) dari temuan penelitian yang dilakukan. Adapun langkah-langkah
dalam mengambil kesimpulan adalah :
1. Mencari data yang relevan dengan penelitian.
2. Menyusun data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang
didapat dilapangan, ditarik kesimpulannya dan dituangkan dalam tulisan.
21
REFERENSI
Emzir, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Rajawali Pers, Hal 37-39
Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung : PT
Alfabeta, Hal 137-138
Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Rineka Cipta,
Hal 158
Arikunto, 2010, Prosedur Penenlitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, Hal 161
Ibid. Hal 262
Ibid. Hal 201
Ibid. Hal 188
Herdiansyah, 2010, Metodologi Penelitian Kualittif, Jakarta : Salemba Humanika,
Hal 118
Suryabrata, 2012, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rajawali Pers, Hal 25-29
Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : Graha
Ilmu, Hal 223
Afrizal, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Pers, Hal 12
Emzir, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Pers, Hal 39
Ibid 50
Subagyo, 2006, Metode Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, Hal 2
Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal 162
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan
adat buantak dalam perkawinan bedu’a di lamban pada masyarakat Lampung
Saibatin di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir
Barat sebagai berikut :
1. Tahap awal dalam pelaksanaan adat buantak ini yaitu persiapan semua
syarat seserah (nyiapko syaghat ni) yaitu semua kerabat dekat dari pihak
wanita melaksanakan musyawarah keluarga. Kemudian mempersiapkan
semua barang yang akan dibawa ke tempat pihak laki-laki. Barang yang
akan dibawa tersebut seperti kue adat dalam perkawinan (kue tat, kue
cucogh dan lainnya). Selain kue yang harus dipersiapkan, binatok dari
mempelai wanita ini dipersiapkan juga seperti lemari, kursi,kasur, lipan.
2. Tahap pengantaran pengantin wanita (peghani ni guai) diawali dengan
berkumpulnya semua kerabat dekat dirumah mempelai wanita. Setelah
lengkap semua berkumpul maka berangkat melaksanakan buantak ke
rumah mempelai laki-lakinya. Semua kerabat dekat dari mempelai wanita
terlebih dahulu disambut di rumah dalom.Kemudian kedua mempelai
diiringi (dihaghak) dari rumah dalom ke rumah mempelai laki-laki yang
67
diiringi dengan pecak silat dan tabuhan rabana. Setelah kedua mempelai
tiba didepan rumah mempelai laki-laki, maka penyambutan oleh gadis
(muli) terhadap mempelai wanita dengan mengenakan kain panjang di
badan mempelai wanitanya dengan mengucapkan “kalau keti ghua
seangkonan, seandanan ”. dilanjutkan penyambutan mempelai wanita
oleh ibu dari mempelai laki-laki dengan menyiramkan air yang diberi
bunga mawar ke kepala mempelai wanitanya dan ke kaki mempelai
wanitanya, dengan mengucapkan bismillah tiga kali. Setelah dilakukannya
penyambutan dari keluarga mempelai laki-laki, semua kerabat dekat dari
kedua mempelai memasuki rumah dari mempelai laki-laki. Dilanjutkan
dengan pengtuha nangguh (sesepuh menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan mereka) kepada pihak laki-lakinya. Pelaksanaan akad nikah
Semua kerabat dekat dan kedua mempelai memasuki tarub. dan
dilanjutkan juga dengan makan bersama. Penyerahan binatok (barang
bawaan wanita kepada pihak laki-laki.
3. Tahap pemberian nasehat (ujung ni guai) yaitudengan semua kerabat dekat
kedua mempelai kembali ke rumah pihak laki-laki. Sesepuh adat
(Pengtuhanangguh)menyampaikan nasehatnya terhadap kedua
pengantinnya agar kehidupan keluarga yang akan dijalani kedua pengantin
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh keluarganya..
68
5.2 Saran
Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Adat Buantak
Pada Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Kebuayan Kecamatan
Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat, peneliti ingin menyampaikan beberapa
saran diantaranya :
1. Pelaksanaan adat buantak sebaiknya para pemuda-pemudinya untuk
ikut serta dalam pelaksanaan adatnya agar adat buantak ini bisa terus
untuk diwariskan kegenerasi yang lebih awal.
2. Agar peralatan yang digunakan dalam melaksanakan adat buantak ini
tetap ada tradisionalnya, sebaiknya para tokoh adat tidak melakukan
pembaharuan peralatan yang lebih modern.
3. Agar tidak terjadinya perubahan dalam pelaksanaan adat buantak ini,
sebaiknya para tokoh adat dan masyarakat melakukan pertemuan
setiap satu bulan sekali untuk sharing bersama tentang adat ini.
4. Agar pelaksanaan adat buantak ini terlihat lebih baik lagi, sebaiknya
para tokoh adat dan masyarakat yang berada di pekon Kebuayan ini
melengkapi peralatan yang belum ada.
69
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Pers, Hal :12
Ali Imron, 2005, Pola Perkawinan Saibatin, Bandar Lampung : Universitas
Lampung. Halaman: 29-37.
Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penenlitian, Jakarta : PT Rineka Cipta
Halaman: 161
Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penenlitian, Jakarta : PT Rineka Cipta
Halaman : 262
Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penenlitian, Jakarta : PT Rineka Cipta
Halaman : 201
Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penenlitian, Jakarta : PT Rineka Cipta
Halaman : 188
Emzir, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Rajawali Pers, Hal : 37-39
Emzir, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Pers, Hal: 39
Emzir, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Pers, Hal: 50
Herdiansyah, 2010, Metodologi Penelitian Kualittif, Jakarta : Salemba Humanika,
Halaman: 118
Hilman, Hadikusuma, 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Mandar
Maju. Bandung. Halamanl : 122.
Imam, Sudiyat, 1982. Asas-asas Hukum Adat, Yogyakarta : Liberty. Hal : 13
Iqbal, Hilal, 2012. Tata Titi Adat Budaya Lampung, Departemen Kebudayaan
Prov Lampung. Hal : 84)
Joko, Subagyo, 2006, Metode Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, Hal : 2
70
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Halaman: 203-204.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Halaman: 180.
Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal : 162
Prasetya, 2011, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Rineka Cipta. Halaman: 29.
Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : Graha
Soejono Soekanto, 1992, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali.
Halaman : 188.
Soerjono, Soekanto, 1978. Pokok-Pokok Hukum Adat, Bandung : Alumni.
Halaman : 14
Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung : PT
Alfabeta, Hal : 137-138
Suryabrata, Sumardi. 2012, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rajawali Pers,
Halaman : 25-29
Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Rineka Cipta,
Halaman: 158
Tolib, Setiady, 2009. Intisari Hukum Adat Indonesia, Bandung : Alfabeta. Hal : 1)
Wawancara dengan Bapak Mulyawan (Selaku tokoh adat pekon kebuayan) pada
tanggal 17 Januari 2018.
Wawancara dengan Bapak Subroto(Selaku tokoh adat pekon kebuayan) pada
tanggal 17 Januari 2018.
Wawancara dengan Bapak Mursyad (Selaku tokoh adat pekon kebuayan) pada
tanggal 20 Januari 2018.
71
Wawancara dengan Bapak Juanda (Selaku tokoh adat pekon kebuayan) pada
tanggal 20 Januari 2018.
Wawancara dengan Bapak Makmur Hasan (Selaku tokoh adat pekon kebuayan)
pada tanggal 20 Januari 2018.
Wawancara dengan Bapak Suandi (Selaku tokoh adat pekon kebuayan) pada
tanggal 18 Januari 2018.
Wawancara dengan Bapak Mahmud Khotob (Selaku tokoh adat pekon kebuayan)
pada tanggal 19 Januari 2018.