adab bertamu dan menerima tamu

32
(Adab Bertamu Dan Menerima Tamu) D I S U S U N oleh (kelompok 3) KELAS X.4 Ketua: Harmika Lukman sekretaris: Muzdalifah Muslimin moderator: Asriani Darwis anggota : -Fauziah Mas’ud -Nadra Juharis -Alfa Sa’ad -Suharyono -Gusman

Upload: fauziahmasud

Post on 03-Jul-2015

1.421 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

(Adab Bertamu Dan Menerima Tamu)

D

I

S

U

S

U

N

oleh

(kelompok 3)

KELAS X.4

Ketua: Harmika Lukman

sekretaris: Muzdalifah Muslimin

moderator: Asriani Darwis

anggota :

-Fauziah Mas’ud

-Nadra Juharis

-Alfa Sa’ad

-Suharyono

-Gusman

SMAN 1 PINRANG

TAPEL 2010/2011

Page 2: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

KATA PENGANTAR

uji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

kesehatan dan berkat yang berlimpah sehingga kelompok kami ( kelompok 3 ) dapat

menyelesaikan tugas makalah kami, dengan mengambil judul “ Adab bertamu dan menerima

tamu “. Dalam hal ini, kelompok kami akan memberikan pandangan dan pemaparan dari beberapa

penjelasan dari berbagai media, mulai dari internet, buku maupun dari orang yang lebih

berpengetahuan . Kemudian dari berbagai pendapat tersebut, kami akan menyajikan pandangan

terhadap pendapat tersebut dan memberikan pendapat kami sendiri terhadap adab dalam bertamu dan

menerima tamu .

P

Pada kesempatan ini, kami juga ingin banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah

turut menyumbangkan berbagai ide, pendapat, masukan, saran, bahkan membantu dalam segi materi

sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Terutama kepada pihak – pihak yang secara

langsung membantu kami .

Dari makalah ini pula, kami dengan kerendahan hati ingin menyampaikan maaf bila ada hal

atau tindakan kami yang kurang ilmiah sebagai seorang siswa. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan saran dan kritikkan yang membangun dari semua pembaca untuk kesempurnaan tugas

makalah kami ini.

Pinrang, 3 April 2011

Tim Penulis

Page 3: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

……………………………………………………………………………………………………………………. i

Daftar isi

……………………………………………………………………………………………………………………………… ii

Pendahuluan

………………………………………………………………………………………………………………………. 1

Pembahasan

………………………………………………………………………………………………………………………. 2

Penutup………………………………………………………………………………………………………………………

…….. 20

Page 4: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Pendahuluan

i antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling mengunjungi

atau bertamu, yang dikenal dengan isitilah silaturrahmi oleh kebanyakan

masyarakat. Walaupun sesungguhnya istilah silaturrahmi itu lebih tepat

(dalam syari’at) digunakan khusus untuk berkunjung/ bertamu kepada sanak famili

dalam rangka mempererat hubungan kekerabatan.

DTapi kita tidak boleh asal berkunjung kerumah sanak family, dalam islam

terdapat adab-adab yang mengatur masalah Bertamu dan menerima tamu. Dimana

ternyata banyak aturan-aturan yang sudah kita anggap biasa.seperti banyak dari

kebanyakan kita tidak kenal waktu dalam berkunjung, misalnya saja, kita berkunjung

kerumah orang pada jam-jam istirahat dimana pemilik rumah telah tertidur, bukankah

hal itu sangat menggangu? . Misalnya lagi, kita bertamu dan memberatkan bagi sang

pemilik rumah, seperti kita menginap lama dan meminta ini itu, hal seperti ini tentunya

membuat pemilik rumah menjadi jengkel dan kesal terhadap kita.

Bukan hanya bertamu, dalam menerima tamu juga banyak aturan-aturannya,

contohnya. Kita sebagai pemilik rumah tidak boleh menunjukkan muka bosan dan

terkesan tidak ikhlas dalam menerima tamu kita.melainkan kita harus menunjukkan

kegembiraaan atas kehadiran tamu kita.

Makalah ini akan memaparkan lebih jauh mengenai adab-adab dalam bertamu

dalam bertamu.

Page 5: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

PEMBAHASAN

Adab Bertamu

alam kehidupan sehari-hari, dapat dipastikan bahwa seorang manusia tidak

dapat hidup seorang diri, sekaya dan secukup apapun, pastilah seorang

manusia membutuhkan pertolongan dan bantuan orang lain. Dari rasa saling

membutuhkan inilah timbul jalinan persaudaraan atau ukhuwah, pertemanan, dll. Dan

setiap kegiatan sosialisasi tentunya ada kegiatan saling berkunjung baik ke rumah

kerabat maupun menghadiri undangan walimahan kerabat, dll.

DDi antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling mengunjungi

atau bertamu, yang dikenal dengan isitilah silaturrahmi oleh kebanyakan masyarakat.

Walaupun sesungguhnya istilah silaturrahmi itu lebih tepat (dalam syari’at) digunakan

khusus untuk berkunjung/ bertamu kepada sanak famili dalam rangka mempererat

hubungan kekerabatan.

Namun, bertamu, baik itu kepada sanak kerabat, tetangga, relasi, atau pihak

lainnya, bukanlah sekedar budaya semata melainkan termasuk perkara yang dianjurkan

di dalam agama Islam yang mulia ini. Karena berkunjung/bertamu merupakan salah satu

sarana untuk saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan terhadap sesama

muslim.

Allah berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian

dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa, dan

bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (Al Hujurat: 13)

Rasulullah bersabda yang artinya:

Page 6: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

“Bila seseorang mengunjungi saudaranya, maka Allah berkata kepadanya: “Engkau dan

perjalananmu itu adalah baik, dan engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di al

jannah (surga).” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 345, dari shahabat Abu Hurairah )

Namun yang tidak boleh dilupakan bagi orang yang hendak bertamu adalah

mengetahui adab-adab dan tata krama dalam bertamu, dan bagaimana sepantasnya

perangai (akhlaq) seorang mukmin dalam bertamu. Karena memiliki dan menjaga

perangai (akhlaq) yang baik merupakan tujuan diutusnya Rasulullah , sebagaimana

beliau bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya aku diutus dalam rangka menyempurnakan akhlaq (manusia).”

Siapapun kita, tentu pernah bersilaturrahmi ke rumah teman, walau sekadar

bercakap-cakap atau karena ada kepentingan bisnis.Sebab manusia selalu

membutuhkan orang lain, siapapun dia tua-muda, pria maupun wanita. Islam sebagai

agama yang sempurna tidak membiarkan masalah ini begitu saja, namun Islam

mengajarkan adab-adab bertamu, sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana

dengan baik. Berikut adalah beberapa adab bertamu yang diajarkan agama Islam yang

mulia ini.

1. Beri’tikad Yang Baik

Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah

memilki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan

mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan

dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.

Bahkan bila ia bertamu kepada saudaranya karena semata-mata rasa cinta

karena Allah dan bukan untuk tujuan yang lainnya, niscaya Allah akan mencintainya

sebagaimana ia mencintai saudaranya. Sebagaimana Rasulullah :

Page 7: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

“Ada seseorang yang berkunjung kepada saudaranya di dalam suatu kampung, maka

Allah mengirim malaikat untuk mengawasi arah perjalanannya. Ia (malaikat) bertanya

kepadanya: “Mau kemana anda pergi? Ia menjawab: “Kepada saudaraku yang ada di

kampung ini. Malaikat berkata: “Apakah dia memiliki nikmat (rizki) yang akan diberikan

kepada engkau. Dia menjawab: “Tidak, semata-mata saya mencintainya karena Allah.

Malaikat berkata: “Sesungguhnya saya diutus oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah

mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu.” (Shahih Al Adabul Mufrad no.

350, Ash Shahihah no. 1044)

2. Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah

Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau

menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah yang artinya :

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian

saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana

bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau

menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak

memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)

Al Imam An Nawawi berkata: “Karena keberadaan si tamu yang lebih dari tiga

hari itu bisa mengakibatkan tuan rumah terjatuh dalam perbuatan ghibah, atau berniat

untuk menyakitinya atau berburuk prasangka (kecuali bila mendapat izin dari tuan

rumah).” (Lihat Syarh Shahih Muslim 12/28)

Page 8: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

3. Memilih Waktu Berkunjung

Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat

waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa

menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya.

Dikatakan oleh shahabat Anas :

“Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau

biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Demikianlah akhlak Nabi , beliau memilih waktu yang tepat untuk mengunjungi

keluarganya, lalu bagaimana lagi jika beliau hendak bertamu/mengunjungi orang lain

(shahabatnya)? Tentunya kita semua diperintahkan untuk meneladani beliau .

4. Mengucapkan Salam

Ucapkanlah salam dengan suara yang sekiranya didengar tuan rumah, tidak

terlalu pelan dan tidak pula terlalu keras. Dengan salam berarti sang tamu berdo'a

semoga tuan rumah memperoleh keberkahan dan keselamatan. Demikianlah perintah

Allah dalam Alquran. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki

rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada

penghuninya." (QS.An-Nur ayat 27). Dalam riwayat Turmudzi dikisahkan bahwa Kaldah

bin Hanbal disuruh Shafwan bin Umaiyah untuk mengantarkan susu dan makanan

kepada Rasulullah yang sedang berada di atas lembah Kaldah langsung menemui

Rasulullah tanpa mengucapkan salam dan tidak minta izin. Rasulullah lalu menyuruhnya

keluar kembali dan mengucapkan, Assalamualaikum, apakah aku boleh masuk ?" Inilah

ajaran Rasulullah yang seharusnya dilakukan setiap muslim.

Page 9: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

5. Meminta Izin Kepada Tuan Rumah

Hal ini merupakan pengamalan dari perintah Allah di dalam firman-Nya (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan

rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang

demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)

Di dalam ayat tersebut, Allah memberikan bimbingan kepada kaum mukminin

untuk tidak memasuki rumah orang lain tanpa seizin penghuninya. Di antara hikmah

yang terkandung di dalamnya adalah:

Untuk menjaga pandangan mata. Rasulullah bersabda yang artinya:

“Meminta izin itu dijadikan suatu kewajiban karena untuk menjaga pandangan mata.”

(Muttafaqun ‘Alaihi)

Rumah itu seperti penutup aurat bagi segala sesuatu yang ada di dalamnya

sebagaimana pakaian itu sebagai penutup aurat bagi tubuh. Jika seorang tamu meminta

izin kepada penghuni rumah terlebih dahulu, maka ada kesempatan bagi penghuni

rumah untuk mempersiapkan kondisi di dalam rumahnya tersebut. Sehingga tidaklah

dibenarkan ia melihat ke dalam rumah melalui suatu celah atau jendela untuk

mengetahui ada atau tidaknya tuan rumah sebelum dipersilahkan masuk.

Di antara mudharat yang timbul jika seseorang tidak minta izin kepada penghuni

rumah adalah bahwa hal itu akan menimbulkan kecurigaan dari tuan rumah, bahkan

bisa-bisa dia dituduh sebagai pencuri, perampok, atau yang semisalnya, karena masuk

rumah orang lain secara diam-diam merupakan tanda kejelekan. Oleh karena itulah

Allah melarang kaum mukminin untuk memasuki rumah orang lain tanpa seizin

penghuninya. (Taisirul Karimir Rahman, Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di)

Page 10: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Bagaimana Tata Cara Meminta Izin?

Para pembaca, dalam masalah meminta izin Rasulullah telah memberikan sekian

petunjuk dan bimbingan kepada umatnya, di antaranya adalah:

a. Mengucapkan salam

Diperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu.

Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah

yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan:

“Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan

sabdanya yang artinya:

“Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu

‘alaikum, bolehklah saya masuk?

Akhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau. (HR. Abu Dawud)

Lihatlah wahai pembaca, perkataan “Bolehkah saya masuk” atau yang semisalnya saja

belum cukup. Bahkan Nabi memerintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dulu.

Bahkan mengucapkan salam ketika bertamu juga merupakan adab yang pernah

dicontohkan oleh para malaikat (yang menjelma sebagai tamu) yang datang kepada

Nabi Ibrahim sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya (artinya):

“Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan salam.” (Adz Dzariyat: 25)

b. Meminta izin sebanyak tiga kali

Page 11: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Rasulullah bersabda yang artinya:

“Meminta izin itu tiga kali, apabila diizinkan, maka masuklah, jika tidak, maka

kembalilah.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Hadits tersebut memberikan bimbingan kepada kita bahwa batasan akhir meminta izin

itu tiga kali. Jika penghuni rumah mempersilahkan masuk maka masuklah, jika tidak

maka kembalilah. Dan itu bukan merupakan suatu aib bagi penghuni rumah tersebut

atau celaan bagi orang yang hendak bertamu, jika alasan penolakan itu dibenarkan oleh

syari’at. Bahkan hal itu merupakan penerapan dari firman Allah (artinya): “Jika kamu

tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu

mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembalilah, maka hendaklah kamu

kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(An Nur: 28)

6. Membelakangi Pintu

Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu yang terbuka atau

mengintip dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau mengucapkan salam.

Tapi, berdirilah membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan dari hal-

hal yang tidak diinginkan. Saad berkata: "Seseorang berdiri di depan pintu Rasulullah

sambil menghadap ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah

berkata: ‘Seharusnya kamu begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin

hanyalah untuk menjaga pandangan.’” (HR Abu Dawud.)

Page 12: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

7. Mengenalkan Identitas Diri

Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda:

“Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit.

Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang

bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua,

ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril

menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Sehingga Al Imam An Nawawi rahimahullah dalam kitabnya yang terkenal

Riyadhush Shalihin membuat bab khusus, “Bab bahwasanya termasuk sunnah jika

seorang yang minta izin (bertamu) ditanya namanya: “Siapa anda?” maka harus dijawab

dengan nama atau kunyah (panggilan dengan abu fulan/ ummu fulan) yang sudah

dikenal, dan makruh jika hanya menjawab: “Saya” atau yang semisalnya.”

Ummu Hani’, salah seorang shahabiyah Rasulullah mengatakan:”Aku mendatangi

Nabi ketika beliau sedang mandi dan Fathimah menutupi beliau. Beliau bersabda: “Siapa

ini?” Aku katakan: “Saya Ummu Hani’.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Demikianlah bimbingan Nabi yang langsung dipraktekkan oleh para shahabatnya,

bahkan beliau pernah marah kepada salah seorang shahabatnya ketika kurang

memperhatikan adab dan tata cara yang telah beliau bimbingkan ini. Sebagaimana

dikatakan oleh Jabir :”Aku mendatangi Nabi , kemudian aku mengetuk pintunya, beliau

bersabda: “Siapa ini?” Aku menjawab: “Saya.” Maka beliau pun bersabda: “Saya,

saya..!!.” Seolah-olah beliau tidak menyukainya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Page 13: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

8. Menyebutkan Keperluannya

Di antara adab seorang tamu adalah menyebutkan urusan atau keperluan dia

kepada tuan rumah. Supaya tuan rumah lebih perhatian dan menyiapkan diri ke arah

tujuan kujungan tersebut, serta dapat mempertimbangkan dengan waktu/

keperluannya sendiri. Hal ini sebagaimana Allah mengisahkan para malaikat yang

bertamu kepada Ibrahim u di dalam Al Qur’an (artinya): “Ibrahim bertanya: Apakah

urusanmu wahai para utusan?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada

kaum yang berdosa.” (Adz Dzariyat: 32)

9. Segera Kembali Setelah selesai Urusannya

Termasuk pula adab dalam bertamu adalah segera kembali bila keperluannya

telah selesai, supaya tidak mengganggu tua rumah. Sebagaimana penerapan dari

kandungan firman Allah : “…tetapi jika kalian diundang maka masuklah, dan bila telah

selesai makan kembalilah tanpa memperbanyak percakapan,…” (Al Ahzab: 53)

10.Bertamu Tidak Lebih dan Tiga Hari

Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaiknya tidak melebihi tiga hari.

cukuplah kiranya tiga han untuk melayani sang tamu. Janganlah menunggu hingga diusir

tuan rumah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,

hendaklah ia memuliakan tamunya.” Kewajiban menenima tamu selama tiga hari bila

lebih dan itu maka ini adalah shadaqah.” (HR Bukhari Muslim).

11.Kembali Pulang bila Tuan Rumah Tidak Mengizinkan Masuk

Tak jarang tenjadi tuan rumah tidak suka diganggu dan tidak mau menenima

tamu. Karena itu, pilihlah waktu yang tepat untuk bertamu. Dan bila anda mengalami

ha! mi, pulangtah dan jangan memaksakan din untuk menemuinya. Sebab seandainya

bisa bertemu pun suasana nya tentu tidak kondusif dan mungkin serba canggung dan

Page 14: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

kaku. Allah berfirman: “Dan jika dikatakan kepadamu.‘Kembali (saja) lah. ‘Maka

hendaklah k.amu kembali.” (QS. An-Nur ayat 28).”

12. Tidak Memandang Sekeliling Ruangan Penuh Selidik.

Bila telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak boleh dilihat.

Jangan biarkan mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki

sekitan. lnilah alasan mengapa disyariatkan minta izin. Rasulullah bersabda,

‘Sesungguhnyo disyanatkan minta izin tidak lain untuk menjaga pandangan.” (HR

Turmudzi)

13. Bersikap Tawadlu dalam Majlis Tuan Rumah

Hal ini, sudah menjadi hal biasa, bahwa siapapun yang menjadi tuan rumah

tentu ia tidak ingin melihat tamunya berlaku tidak sopan. Misalnya dengan mencari-

cari majalah untuk dibaca tanpa izin. Demikianlah adab-adab dalam bertamu Dengan

memperhatkan adab-adab tersebut. sebuah kunjungan tidak saja sesuai syani’at Islam,

tapi juga bisa menjadi ajang silaturahmi yang mudah-mudahan mendatangkan

berkah.’

14. Mendo’akan Tuan Rumah

Hendaknya seorang tamu mendoakan atas jamuan yang diberikan oleh tuan

rumah, lebih baik lagi berdo’a sesuai dengan do’a yang telah dituntunkan Nabi , yaitu:

“Ya Allah…, berikanlah barakah untuk mereka pada apa yang telah Engkau berikan rizki

kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” (HR. Muslim)

Demikianlah tata cara bertamu, mudah-mudahan pembahasan ini menjadi bekal

bagi kita (kaum muslimin) untuk lebih bersikap sesuai dengan bimbingan Nabi dalam

bertamu. Wallahu a’lam bis showab.

Page 15: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

ADAB MENERIMA TAMU

elaku manusia yang selalu berinteraksi sesamanya, kita tentu memiliki banyak

teman, baik karena hubungan keluarga maupun karena hubungan lainnya. Suatu

saat kita tentu berkunjung kekediaman / rumah teman atau keluarga kita, atau

sebaliknya kita menerima mereka, atau orang yang belum dikenal.

Nah sebagai penerima tamu, ada baiknya diperhatikan adab berikut, yang antara

lain adalah :

S1.Menjawab Salam

Menjawab salam saudara kita sesama muslim berarti merealisasikan sunnah

Rosululloh dan menunaikan hak sesama muslim.

Dari Abu Hurairoh berkata: Saya mendengar Rosululloh bersabda:

“Hak orang muslim terhadap muslim lainnya ada lima; Menjawab

salam… ”

Adapun apabila ahli kitab yang mengucapkan salam, maka jawabannya

cukup hanya dengan ucapan “alaik” atau “alaikum”

saja, sebagaimana keterangan yang lalu.

2. Boleh Menanyakan Siapa Namanya

Ketika sohibul bait (tuan rumah) mengetahui ada tamu yang sedang

meminta izin masuk ke rumahnya sedangkan dia tidak mengenal sebelumnya,

maka boleh menanyakan namanya. Misalnya dengan menggunakan pertanyaan:

“Siapa nama Anda?”, “Siapa itu?”

atau pertanyaan serupa lainnya.

Page 16: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Dari Qotadah dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada sahabat Anas: Apakah berjabat

tangan itu ada pada zaman sahabat Nabi” Maka dia menjawab:

“Ya”.

Hikmah berjabat tangan sesama muslim sangat banyak sekali, antara

lain: dapat melapangkan dada, menambah erat ukhuwah Islamiyah dan

dapat menghapus dosa selama belum berpisah.

3. Boleh Menolak Tamu

Alloh memberi wewenang kepada shohibul bait untuk menentukan

sikap terhadap tamu yang datang antara menerima dan menolak. Jika

memang harus menolaknya karena suatu hal, maka hendaknya dia menolak

dengan sopan, menyampaikan udzurnya dan dengan adab yang baik.

Dari Abu Hurairah dari Nabi Beliau berkata:

… barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya

memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan

hari akhir maka hendaknya bicara yang benar atau diam.

4. Berjabat Tangan

Ketika bertemu dengan tamu saudara sesama muslim, disunnahkan berjabat

tangan sebagaimana amalan para sahabat Nabi Muhammad.

Dari Jabir bin Abdulloh bahwasanya dia berkata:

Page 17: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Saya datang kepada Rosululloh untuk membayar hutang ayahku, aku mengetuk

pintu rumahnya. Beliau bertanya: “Siapa itu?

5. Mencium Tangan

Ulama berbeda pendapat tentang hukum mencium tangan orang lain. Sebagian

berpendapat hukumnya haram. Seperti Imam Al-Qurthubi, Abu Sa’id Al-Mutawali

dan lainnya, karena mencium tangan orang lain adalah kebiasaan orang

asing dalam rangka mengagungkan pimpinannya.

Sebagian lain berpendapat bahwa boleh mencium tangan orang yang ahli

zuhud, ahli ilmi, orang yang shalih dan orang yang memiliki kemuliaan

dien. Hal itu tidak dibenci bahkan disunnahkan.

Tetapi jika mencium tangan orang karena kekayaannya, atau karena kedudukan

urusan dunianya atau karena kekuatannya maka sangat dibenci. Hal ini

sebagaimana dituturkan oleh Imam Nawawi.

Adapun dalil yang membolehkannya:

Usamah bin Syarik pernah mencium tangan Rosululloh. Sahabat Umar pernah

berdiri mencium tangan Rosululloh. Rosululloh pun pernah mengizinkan

orang Arab Badui mencium kepala dan kakinya. Tsabit pernah mencium

tangan Anas. Ali bin Abu Thalib pernah mencium tangan dan kaki Al-Abbas.

Syaikh Muhammad Abu Bakar berkata:

"Abdur Rohman bin Ka’ab bin Malik ketika turun ayat yang

menjelaskan diterima taubatnya oleh Alloh dia mencium tangan dan kedua

lutut Rosululloh ".

Pendapat yang lain mengatakan:

Page 18: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

"Jika mencium itu dimaksudkan untuk mengagungkan dan membesarkannya

maka hukumnya harom sebagaimana yang dituturkan oleh Al-Abhari. ketika

menukil kalam Imam Malik."

Kesimpulannya: Syaikh Jamil Zainu berkata,

"Kami berpendapat boleh mencium tangan utama bila mereka

mengulurkan tangannya bukan karena sombong, bukan untuk dimintai barokah,

tidak dijadikan kebiasaan, tidak membatalkan jabat tangan dan tangannya

tidak diletakkan di atas keningnya".

6. Tidak Memasukkan Tamu Lain Jenis

Maksudnya, jika yang bertamu adalah kaum laki-laki sedangkan shohibul

bait-nya seorang wanita, maka hendaknya shohibul bait tidak

segera mengizinkan para tamu untuk masuk rumah sebelum memberitahu

suami atau mahromnya supaya tidak terjadi kholwat atau bersepi-sepi

dengan laki-laki yang bukan mahromnya dan agar tidak menimbulkan fitnah

di dalam keluarga.

Dari Ibnu Abbas dari Nabi beliau bersabda: "Janganlah seorang

laki-laki menyepi dengan seorang perempuan kecuali ada mahromnya,

lalu ada seorang laki-laki berdiri seraya bertanya:

"Wahai Rosululloh, istriku akan menjalankan haji, sedangkan

aku telah mewajibkan diriku untuk mengikuti perang ini dan ini?"

Beliau berkata: "Kembalilah dan berangkatlah haji bersama

istrimu ". (HR Bukhori).

Page 19: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

7. Menolak Tamu Yang Membanci

Dari Ibnu Abbas ia berkata:

Nabi melaknat orang laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita

dan wanita yang bertingkah laku seperti laki-laki. Beliau bersabda:

"Keluarkan mereka dari rumahmu!" ia (Ibnu Abbas)

berkata: Lalu Nabi mengeluarkan fulan yang banci dan sahabat Umar

pun mengeluarkan fulan yang membanci.

Alloh membedakan antara laki-laki dan perempuan sebagaimana yang tercantum

dalam surat Ali Imron ayat 36. Laki-laki dilarang menyerupai perempuan,

demikian pula sebaliknya.

Larangan penyerupaan ini meliputi tingkah laku, pakaian dan keindahan

yang menjadi kekhususan masing-masing. Jika hal ini dilanggar maka

akan dikenakan hukuman sebagaimana maksud hadits di atas.

Kita sekarang hidup di zaman fitnah, fitnah syubhat dan fitnah syahwat.

Banyak laki-laki bertingkah seperti wanita, memakai kalung, memakai

anting-anting, rambutnya dipanjangkan dan disanggul. Sebaliknya wanitapun

bertingkah seperti laki-laki.

Maka kita sebagai umat Islam wajib memahami hadits di atas agar menjadi

pengingat untuk kita dan keluarga kita semua. Mengusir orang yang

membanci karena ingin membela dan mempertahankan sunnah Nabi Muhammad

lebih utama dan terpuji, walaupun mendapat penilaian manusia sebagai

orang yang kurang sopan.

Page 20: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Kita beramal hanya untuk mencari ridlo Alloh, untuk mendapat pahala-Nya

dan supaya dijauhkan dari siksaan-Nya; bukan untuk menyenangkan manusia

apalagi mereka tidak merasa malu melanggar hukum Alloh.

8. Menyambut Tamu Dengan Gembira

Hendaknya shohibul bait menyambut tamunya dengan penuh gembira,

wajah berseri-seri sekalipun hati kurang berkenan karena melihat sikap

atau akhlaknya yang jelek.

Dari Aisyah ia berkata:

"Sesungguhnya ada seorang yang mints izin kepada Nabi. Ketika

Nabi melihatnya sebelum dia masuk, beliau berkata:

"Dialah saudara golongan terjelek, dialah anak golongan terjelek"

Kemudian setelah dia duduk, Nabi berseri-seri wajahnya, dan mempersilakan

padanya. Setelah lakilaki itu pergi, Aisyah berkata kepada Rosululloh:

"Wahai Rosululloh ketika engkau lihat laki-laki itu tadi,

engkau berkata begini dan begitu, kemudian wajahmu berseri-seri dan

engkau mempersilakan padanya?"

Maka Rosululloh bersabda:

"Wahai Aisyah, kapan engkau tahu aku mengucap kotor? Sesungguhnya

sejelek-jelek manusia di sisi Alloh pada hari Qiamat adalah orang

yang ditinggalkan manusia karena takut akan kejelekannya ".

9. Menjamu Tamu Sesuai Kemampuan

Page 21: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Memuliakan tamu adalah sunnah Rosululloh dan para sahabatnya. Memuliakan

tamu bisa dengan penampilan wajah yang berseri-seri, atau jamuan makan

dan minum sesuai kemampuan lebih-lebih apabila tamu itu datang dari

jauh. Silahkan simak hadits ini berulang-ulang, semoga kita dapat

mengambil manfaatnya:

Dari Abu Hurairoh, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertamu kepada

Nabi, lalu beliau menyuruh utusan untuk meminta makanan kepada istrinya.

Sang istri berkata: "Kita tidak mentpunyai apa-apa kecuali

air".

Lalu Rosululloh bertanya kepada sahabatnya: "Siapa yang bersedia

menjamu dan menanggung tamu ini?" Ada salah seorang sahabatAl-Anshor

berkata: "Saya sanggup wahai Nabi.”

Maka dibawalah tamu tersebut ke rumah istrinya, lalu sahabat itu berkata

kepada istrinya: "Jamulah tamu Rosululloh ini".

Istrinya menjawab: "Kita tidak punya apa-apa kecuali makanan

untuk anak-anak kita yang masih kecil ini".

Sahabat itu berkata: "Siapkan makananmu itu sekarang. Nyalakan

lampu, tidurkan anakmu bila dia ingin makan malam ". Sang

istri itu mentaati suaminya, lalu dia menyiapkan makanan untuk tamunya,

menyalakan lampu dan menidurkan anaknya.

Lalu sang istri berdiri seolah-olah hendak memperbaiki lampu lalu

mentadamkannya, maksudnya untuk meyakinkan tamunya seolah-olah keduanya

ikut makan, lalu semalaman suanti istri tidur dengan menahan lapar.

Maka pada pagi hari dia pergi menuju ke nunah Rosululloh. Lalu Rosululloh

bersabda: "Tadi malam Alloh tertawa, atau heran (takjub)

dengan perbuatan kamu berdua ", maka turunlah ayat:

Page 22: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

Dan mereka (yaitu sahabat. Al-Anshor) mengutamakan kepentingan (sahabat

muhajirin daripada kepentingan dirinya sendiri), sekalipun mereka

dalant keadaan sangat membuutuhkan, dan barangsiapa yang dijaga dari

kebakhilan maka mereka itulah orang yang beruntung. (QS. Al-Has.yr:9) ".

Begitulah keindahan kehidupan para sahabat, karena hati mereka penuh

dengan iman, mereka lebih mendahulukan kepentingan saudaranya sesama

muslim daripada kepentingan pribadinya sendiri.

Memang hidup indah bila dibekali dengan iman. Hal ini kita ungkapkan

untuk mengoreksi diri kita semua sejauh mana kita mengamalkan sunnah

Rosululloh.

Akhirnya kami mohon kepada Alloh semoga dengan ilmu yang telah kita

terima berupa adab bertamu dan menerima tamu ini, kita diberi kemampuan

untuk mengamalkan dan menda’wahkannya.

Page 23: Adab Bertamu Dan Menerima Tamu

PENUTUP

S

yukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena telah memberi kami waktu dan

kesempatan untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul ADAB BERTAMU DAN

MENERIMA TAMU, dan kami sungguh sangat berterima kasih kepada bapak guru karena telah

banyak membantu dalam penyelesian makalah kami ini .Dan dari makalah ini pula, kami dengan

kerendahan hati ingin menyampaikan maaf bila ada hal atau tindakan kami yang kurang ilmiah

sebagai seorang siswa. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikkan yang

membangun dari semua pembaca untuk kesempurnaan tugas MAKALAH kami ini.