ad art himpaudi

Upload: maskuri-nurul-aini

Post on 18-Jul-2015

3.181 views

Category:

Documents


545 download

TRANSCRIPT

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) =========================================== ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ANAK USIA DINI INDONESIA (HIMPAUDI) PEMBUKAAN Sumber daya manusia adalah kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Upaya pengembangan sumber daya manusia merupakan proses sepanjang hayat dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh, terus menerus, menyeluruh dan berkesinambungan melalui pendidikan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap program pendidikan adalah unsur pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini bertanggung jawab terhadap pengasuhan, pembelajaran yang mengusahakan optimalisasi berbagai potensi kecerdasan dalam menunjang tumbuh kembang anak secara holistik. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dibentuk organisasi pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai acuan dan berlaku secara nasional. BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama "Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia selanjutnya disingkat HIMPAUDI. 1. HIMPAUDI adalah : organisasi legal dan independen yang menghimpun unsur pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini.

2. PENDIDIK anak usia dini adalah : tenaga yang berperan sebagai pamong, fasilitator, pembimbing, dan menjadi panutan bagi anak usia dini. Pendidik bagi anak usia dini disebut pendidik (guru). 3. TENAGA KEPENDIDIKAN adalah : pengelola, pakar, praktisi, yang menangani program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Waktu HIMPAUDI didirikan di Jakarta pada tanggal 6 (Enam), bulan Juni tahun 2005 (dua ribu lima) sampai dengan waktu yang tidak terbatas. Pasal 3 Tempat Kedudukan Pusat Organisasi HIMPAUDI berkedudukan di Ibu Kota Negara, dan mempunyai perwakilan di seluruh Indonesia. BAB II ASAS, SIFAT, LANDASAN, DAN KEDAULATAN Pasal 4 Asas HIMPAUDI berasaskan Pancasila. Pasal 5 Sifat HIMPAUDI adalah organisasi profesi yang bersifat independen. Pasal 6 Landasan HIMPAUDI berlandaskan: (1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen Undang undang Dasar 1945. Pasal 2

(2) Undang undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. (3) Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. (4) Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (5) Undang-Undang NO. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. (6) Peraturan Pemerintah NO. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 7 Kedaulatan Kedaulatan HIMPAUDI berada ditangan anggota dan sepenuhnya dilaksanakan melalui musyawarah. BAB III MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI Pasal 8 Maksud HIMPAUDI menghimpun pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini Indonesia agar bersama-sama dapat berusaha secara berdayaguna dan berhasil guna. Pasal 9 Tujuan HIMPAUDI bertujuan menghimpun aspirasi dan meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini Indonesia. Pasal 10 Fungsi HIMPAUDI berfungsi sebagai wadah untuk: 1. Mempersatukan pendidik dan tenaga kependidikan Anak Usia Dini. 2. Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan Anak Usia Dini 3. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan Anak Usia Dini.

BAB IV ATRIBUT Pasal 11 HIMPAUDI mempunyai lambang, lencana, bendera, lagu, mars dan hymne yang akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Bab V KEANGGOTAAN Pasal 12 Anggota HIMPAUDI adalah pendidik dan tenaga kependidikan Anak Usia Dini Indonesia. serta orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan pendidikan Anak Usia Dini Indonesia Pasal 13 Status Keanggotaan Anggota HIMPAUDI terdiri dari: (1)Anggota Biasa (2)Anggota Luar Biasa (3)Anggota Kehormatan Pasal 14 Syarat dan tata cara penerimaan Anggota Biasa, Luar Biasa dan Kehormatan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 15 Kewajiban dan Hak Anggota Kewajiban dan Hak anggota biasa, luar biasa dan kehormatan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 16 Pemberhentian Anggota Pemberhentian Anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Pasal 17 Struktur Organisasi Tingkat pusat, tingkat wilayah, tingkat daerah dan tingkat cabang. Pasal 18 Tatacara Pencalonan dan Pemilihan Tatacara pencalonan dan pemilihan Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 19 Susunan Pengurus Pusat Pengurus Pusat HIMPAUDI terdiri dari: (1) Pembina (2) Penasehat (3) Ketua Umum (4) Ketua ketua (5) Sekretaris Umum (6) Sekretaris-sekretaris (7) Bendahara Umum (8) Bendahara-bendahara (9) Bidang-bidang Pasal 20 Susunan Pengurus Wilayah/Daerah/Cabang Pengurus Wilayah/Daerah/Cabang HIMPAUDI terdiri dari: (1) Pembina (2) Penasehat (3) Ketua (4) Wakil-wakil ketua (5) Sekretaris (6) Wakil sekretaris (7) Bendahara (8) Wakil bendahara

(9) Bidang-bidang Pasal 21 Pengangkatan, Pengesahan dan Pelantikan (1)Pengurus Pusat HIMPAUDI disahkan oleh Musyawarah Nasional (Munas) dan pelaksanaanya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (2)Pengurus Wilayah, Daerah dan Cabang HIMPAUDI diangkat, disahkan dan dilantik oleh pengurus setingkat lebih tinggi dan pelaksanaanya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 22 Masa Bakti Pengurus Masa bakti pengurus HIMPAUDI di semua tingkatan adalah empat (4) tahun. Pasal 23 Wewenang dan Tanggung Jawab Wewenang dan Tanggung jawab pengurus meliputi: (1) Pengurus Pusat di tingkat Pusat (2) Pengurus Wilayah di tingkat Provinsi (3) Pengurus Daerah di tingkat Kabupaten/Kota (4) Pengurus Cabang di tingkat Kecamatan Wewenang dan Tanggung Jawab pengurus, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB VII PERMUSYAWARATAN ORGANISASI Pasal 24 Permusyawaratan HIMPAUDI dilaksanakan melalui: (1)Musyawarah Nasional (Munas) untuk tingkat Nasional (2)Musyawarah Wilayah (Muswil) untuk tingkat Provinsi (3)Musyawarah Daerah (Musda) untuk tingkat Kabupaten/Kota (4)Musyawarah Cabang (Muscab) untuk tingkat Kacamatan (5)Rapat-rapat lain yang dianggap perlu BAB VIII KEKAYAAN Pasal 25 (1) Sumber kekayaan HIMPAUDI berasal dari: a. Iuran anggota b. Sumbangan yang tidak mengikat c. Usaha-usaha dari sumber yang halal (2) Kekayaan HIMPAUDI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga BAB IX PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 26 Perubahan Anggaran Dasar dilakukan melalui Musyawarah Nasional yang dihadiri sedikitnya dua per tiga (2/3) wilayah dan disetujui oleh sedikitnya dua per tiga (2/3) peserta yang hadir.

BAB X PEMBUBARAN Pasal 27 Pembubaran HIMPAUDI dilakukan melalui Musyawarah Nasional yang dihadiri sedikitnya dua per tiga (2/3) wilayah dan disetujui oleh sedikitnya dua per tiga (2/3) peserta yang hadir. BAB XI PENUTUP Pasal 28 Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Draft ditetapkan di : Denpasar Hari : Kamis Tanggal : 3 Agustus 2006

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) HIMPUNAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ANAK USIA DINI INDONESIA (HIMPAUDI) ================================================ BAB I ATRIBUT Pasal l Lambang, Lencana dan Bendera (1)Lambang HIMPAUDI (format gambar pada lampiran) a. Filosofi Lambang HIMPAUDI : (Posisi di tengah), Makna HIMPAUDI senantiasa berada di tengah-tengah masyarakat b. Arti Lambang HIMPAUDI : Pendidikan Anak Usia Dini merupakan Tanggung Jawab kita bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berlandaskan Iman dan Taqwa b.1. Bendera Merah Putih Berkibar Kibaran melambangkan semangat Indonesia dan dinamika HIMPAUDI b.2. Anak (Kuning Emas) Melambangkan Anak Indonesia dalam usia Perkembangan Emas (Golden Age) b.3. Orang Dewasa (Biru) Melambangkan kematangan dan kemapanan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini b.4. Hati di antara Anak dan Orang Dewasa Melambangkan pertautan hati dan kasih sayang (2)Lencana HIMPAUDI (format pada lampiran) (3)Bendera (format pada lampiran) a. Ukuran skala : 2 x 3 b. Warna kain biru muda c. Lambang HIMPAUDI

d Pataka/Vandel Pasal 2 Lagu, Mars, dan Hymne Lagu Mars dan Hymne HIMPAUDI (lagu pada lampiran) BAB II KEANGGOTAAN Pasal 3 Syarat Anggota Biasa, Luar Biasa dan Anggota Kehormatan (1)Anggota Biasa: a. Berstatus sebagai Pendidik Anak Usia Dini Indonesia yang dibuktikan dengan Surat Keputusan/Keterangan Pengangkatan dari lembaga penyelenggara PAUD b. Berstatus sebagai pengelola, karyawan lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Surat Keputusan/ Keterangan dari lembaga yang bersangkutan (2)Anggota Luar Biasa: a. Memiliki keahlian di bidang Pendidikan Anak Usia Dini b. Memiliki loyalitas dalam pengembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini (3)Anggota Kehormatan a. Memiliki kepedulian dan perhatian khusus terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia b. Memiliki jasa dan pengabdian kepada Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia Pasal 4 Tata cara penerimaan anggota Biasa dan Kehormatan

(1) Anggota Biasa a. Mengisi formulir

b. Calon anggota yang memenuhi persyaratan diberi kartu anggota yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat (2) Anggota Luar Biasa a. Diusulkan dan diangkat oleh Pengurus Pusat/ Wilayah/ Daerah/Cabang. b. Disahkan oleh Munas/ Muswil/ Musda/Muscab. c. Anggota Luar Biasa setelah diangkat oleh Pimpinan Pusat/ Wilayah/Daerah/Cabang, mendapat kartu anggota yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat. d. Mengisi Formulir (3)Anggota Kehormatan a. Diusulkan dan diangkat oleh Pengurus Pusat/ Wilayah/ Daerah/Cabang. b. Disahkan oleh Munas/ Muswil/ Musda/Muscab c. Anggota Kehormatan setelah diangkat oleh pimpinan pusat/ wilayah/ daerah/ cabang, mendapat kartu anggota yang dikeluarkan oleh pengurus pusat. b. Mengisi formulir Pasal 5 Kewajiban Anggota (1) Setiap anggota wajib melaksanakan dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (2) Setiap anggota wajib memenuhi kewajiban sebagai anggota antara lain membayar iuran anggota (3) Setiap anggota wajib mentaati peraturan yang dikeluarkan oleh pengurus sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pasal 6 Hak Anggota (1) Anggota biasa mempunyai: a. Hak bicara : yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tertulis b. Hak pilih : yaitu hak untuk memilih dan dipilih

c. Hak suara : yaitu hak pada waktu pemungutan suara (2) Anggota Luar Biasa mempunyai: Hak bicara untuk mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tertulis (3) Anggota Kehormatan mempunyai: Hak untuk mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tertulis Pasal 7 Pemberhentian Anggota Pemberhentian anggota dilakukan sebagai berikut: (1)Berhenti atas pemintaan sendiri a. Permintaan diajukan secara tertulis satu bulan sebelum pemberhentian b. Memperhatikan hal hal yang masih menyangkut kewajiban dan hak anggota c. Menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian (2)Berhenti atas dasar diberhentikan a. Karena melanggar Anggaran Dasar dan Rumah Tangga dan Peraturan-peraturan organisasi b. Sebelum diberhentikan, pengurus memberi teguran secara tertulis sebanyak tiga kali. Apabila tidak ada perubahan, dijatuhkan skorsing. c. Memberi kesempatan kepada yang bersangkutan untuk mengajukan pembelaan. d. Jika pembelaan diterima, nama yang bersangkutan direhabilitasi. Jika pembelaan ditolak, maka pengurus menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian Sementara. (SKPS) e. Memperhatikan hal-hal yang masih menyangkut kewajiban dan hak yang bersangkutan (3) Pengurus berwenang menerbitkan surat keputusan pemberhentian dan pencabutan tanda anggota dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah ketentuan pemberhentian.

BAB III STRUKTUR HIMPAUDI DAN KEPENGURUSAN Pasal 8 Struktur HIMPAUDI Struktur HIMPAUDI terdiri dari: a. Struktur Pengurus Pusat untuk tingkat Nasional b. Struktur Pengurus Wilayah untuk tingkat Provinsi c. Struktur Pengurus Daerah untuk tingkat Kabupaten/Kota d.Struktur Pengurus Cabang untuk tingkat Kecamatan Pasal 9 Persyaratan Pengurus Pusat, Wilayah, Daerah, dan Cabang (1) Ketua Umum memiliki persyaratan: a. Pendidikan sekurang-kurangnya Strata I b. Anggota biasa yang aktif c. Berpandangan luas dan bermoral baik d. Pernah menjadi anggota pengurus aktif, sekurang-kurangnya 1 (satu) periode e. Tidak dalam keadaan terpidana (2) Pengurus Pusat Lainnya, Pengurus Wilayah, Daerah, Cabang HIMPAUDI memiliki persyaratan: a. Pendidikan sekurang-kurangnya SMA/sederajat b. Anggota biasa yang aktif c. Berpandangan luas dan bermoral baik d. Tidak dalam keadaan terpidana

Pasal 10 Pemilihan Ketua Umum, Ketua dan Pengurus Pemilihan ketua umum, ketua dan pengurus dilaksanakan secara musyawarah untuk mufakat pada munas, muswil, musda dan muscab dengan memperhatikan: (1)Nama calon ketua umum, ketua dan pengurus telah memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan pada pasal 9 ayat 1 dan 2 Anggaran Rumah Tangga (2)Setiap anggota terpilih yang bersedia menjadi ketua umum, ketua dan pengurus menyatakan kesediaannya secara tertulis (3)Pemilihan ketua umum, ketua dan pengurus dipimpin oleh pimpinan sidang Pasal 11 Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus (1) Personalia pengurus pusat, wilayah, daerah dan cabang disusun oleh formatur hasil munas, muswil, musda dan muscab. (2) Pengukuhan pengurus pusat dilakukan oleh pejabat yang disepakati berdasarkan hasil munas. (3) Pelantikan pengurus wilayah, daerah dan cabang dilakukan oleh pengurus setingkat lebih tinggi dengan surat keputusan dan dikukuhkan oleh pejabat daerah.

(1) Wewenang a. Pengurus Pusat - Pengurus pusat mempunyai kewenangan menentukan kebijakan HIMPAUDI dan melaksanakan segala ketentuan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan munas dan aturan-aturan HIMPAUDI yang berlaku - Pengurus pusat mempunyai kewenangan melantik pengurus wilayah dengan Surat Keputusan b. Pengurus Wilayah - Pengurus wilayah mempunyai kewenangan menentukan kebijakan HIMPAUDI dan melaksanakan segala ketentuan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan muswil dan aturan-aturan HIMPAUDI yang berlaku - Pengurus wilayah mempunyai kewenangan melantik pengurus daerah dengan Surat Keputusan c. Pengurus Daerah - Pengurus daerah mempunyai kewenangan menentukan kebijakan HIMPAUDI dan melaksanakan segala ketentuan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan musda dan aturan-aturan HIMPAUDI yang berlaku. - Pengurus daerah mempunyai kewenangan melantik pengurus cabang dengan Surat Keputusan d. Pengurus Cabang - Pengurus cabang mempunyai kewenangan menentukan kebijakan HIMPAUDI dan melaksanakan segala ketentuan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan muscab dan aturan-aturan HIMPAUDI yang berlaku.

Pasal 12 Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus

(2) Tanggungjawab a. Tanggungjawab pengurus berlaku bagi semua pengurus pusat, wilayah, daerah dan cabang b. Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang bertanggungjawab kepada anggota melalui: - Pengurus Pusat pada munas - Pengurus Wilayah pada muswil - Pengurus Daerah pada musda - Pengurus Cabang pada muscab Pasal 13 Masa Bakti Pengurus (1)Masa bakti kepengurusan adalah 4 (empat) tahun, terhitung mulai disahkan oleh munas, muswil, musda dan muscab. (2)Setelah menjalankan 1 (satu) periode, seorang Ketua Umum, Ketua Wilayah, Ketua Daerah dan Ketua Cabang dapat dicalonkan dan dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. Bab IV PERMUSYAWARATAN HIMPAUDI Pasal 14 Musyawarah Nasional (Munas) (1)Munas adalah musyawarah tertinggi yang dihadiri oleh pengurus wilayah dari seluruh provinsi (2)Munas diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali (3)Apabila 6 (enam) bulan sesudah berakhirnya masa bakti pengurus tidak diselenggarakan musyawarah, maka pengurus kehilangan hak dan wewenangnya. Selanjutnya harus segera diadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) atas usul dari 2/3 dari wilayah seIndonesia

(4)Prosedur dan tata laksana penyelenggaraan munas merupakan tugas dan tanggungjawab pengurus pusat (5)Munas berwenang dan berkewajiban: a. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat selama masa baktinya b. Menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga c. Merumuskan dan menetapkan program kerja HIMPAUDI untuk periode yang akan datang d. Merumuskan rekomendasi baik internal maupun eksternal e. Memilih dan menetapkan Ketua Umum melalui formatur f. Tata tertib Munas diatur dan disahkan dalam Munas (6) Peserta Munas terdiri dari : a. Utusan: - Pengurus pusat - Ketua dan sekretaris wilayah di seluruh provinsi - Ketua-ketua daerah yang ditunjuk oleh wilayah bersangkutan b. Peninjau: - Pengurus Daerah dan Cabang. - Anggota Luar Biasa - Anggota Kehormatan c. Undangan: - Lembaga lembaga terkait - Perorangan yang dianggap profesional (7) Hak Peserta: a. Utusan: Mempunyai hak bicara, suara, memilih dan dipilih b. Peninjau (Pengurus Wilayah, Daerah, cabang): Mempunyai hak bicara c. Undangan: Mempunyai hak bicara (8) a. Musyawarah dianggap sah bila memenuhi kuorum b. Jika tidak tercapai kuorum, maka upacara pembukaan musyawarah tetap dapat berlangsung, tetapi persidangan ditunda selama 1 (satu) jam. Apabila sampai waktu penundaan jumlah kuorum tidak tercapai, maka munas dapat berlangsung dan dianggap sah Pasal 15 Musyawarah Wilayah (Muswil) (1)Muswil adalah musyawarah tertinggi di tingkat wilayah yang dihadiri oleh Pengurus Daerah (Kab/Kota). (2)Muswil diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali.

(3)Apabila 6 (enam) bulan sesudah berakhirnya masa bakti pengurus tidak diselenggarakan musyawarah, maka pengurus kehilangan hak dan wewenangnya dan harus segera diadakan Muswil Luar Biasa atas usulan dari 2/3 Pengurus Daerah (4)Prosedur dan tata laksana penyelenggaraan muswil merupakan tugas dan tanggung jawab pengurus wilayah. (5)Muswil berwenang dan berkewajiban: a. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kinerjanya selama masa baktinya b. Merumuskan dan menetapkan rincian program kerja untuk periode yang akan datang. c. Merumuskan rekomendasi, baik internal maupun eksternal d. Memilih dan menetapkan formatur dan 2 (dua) mide formatur e. Pengurus wilayah berkewajiban melaporkan hasil muswil tentang formatur dan mide formatur terpilih dan hasil muswil lainnya kepada pengurus pusat (6)Peserta Muswil terdiri dari : a.Utusan: - Pengurus wilayah - Ketua dan sekretaris daerah - Ketua ketua cabang yang ditunjuk oleh daerah bersangkutan b.Peninjau: - Pengurus Daerah - Pengurus Cabang. - Anggota Luar biasa - Anggota Kehormatan c.Undangan - Lembaga lembaga terkait - Perorangan yang dianggap profesional (7)Hak Peserta: a. Utusan : Mempunyai hak bicara, suara, memilih dan dipilih b. Peninjau : Mempunyai hak bicara c. Undangan : Mempunyai hak bicara (8) a. Musyawarah dianggap sah bila memenuhi kuorum b. Jika tidak tercapai kuorum, maka upacara pembukaan musyawarah tetap dapat berlangsung, tetapi persidangan ditunda selama 1 (satu) jam. Apabila sampai waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka muswil dapat berlangsung dan dianggap sah

Pasal 16 Musyawarah Daerah (Musda) (1)Musda adalah musyawarah tertinggi di tingkat daerah (2)Musda diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali. (3)Apabila 6 (enam) bulan sesudah berakhirnya masa bakti pengurus tidak diselenggarakan musyawarah, maka pengurus kehilangan hak dan wewenangnya dan harus segera diadakan Musyawarah Luar Biasa (4)Prosedur dan tata laksana penyelenggaraan musda merupakan tugas dan tanggung jawab pengurus daerah. (5)Musda berwenang dan berkewajiban: a. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kinerjanya selama masa baktinya b. Merumuskan dan menetapkan program organisasi untuk periode yang akan datang. c. Merumuskan rekomendasi, baik internal maupun eksternal d. Memilih dan menetapkan formatur dan 2 (dua) mide formatur e. Pengurus daerah berkewajiban melaporkan hasil musda tentang formatur dan mide formatur terpilih, dan hasil musda lainnya kepada pengurus wilayah dan tembusan ke pengurus pusat (6).Peserta Musda terdiri dari : a. Utusan: - Pengurus daerah - Ketua dan sekretaris cabang cabang - Pengurus cabang selain ketua dan sekretaris yang ditunjuk oleh daerah bersangkutan b. Peninjau: - Pengurus Cabang. - Anggota Luar biasa - Anggota Kehormatan c. Undangan: - Lembaga lembaga terkait - Perorangan yang dianggap profesional (7) Hak Peserta: e. Utusan: Mempunyai hak bicara, suara, memilih dan dipilih f. Peninjau: Mempunyai hak bicara g. Undangan: Mempunyai hak bicara (8) a. Musyawarah dianggap sah bila memenuhi kuorum

b. Jika tidak tercapai kuorum, maka upacara pembukaan musyawarah tetap dapat berlangsung, tetapi persidangan ditunda selama 1 (satu) jam. Apabila sampai waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka musda dapat berlangsung dan dianggap sah Pasal 17 Musyawarah Cabang (Muscab) (1)Muscab adalah musyawarah tertinggi di tingkat kecamatan (2)Muscab diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali. (3)Apabila 6 (enam) bulan sesudah berakhirnya masa bakti pengurus tidak diselenggarakan musyawarah, maka pengurus kehilangan hak dan wewenangnya dan harus segera diadakan Musyawarah Luar Biasa (4)Prosedur dan tata laksana penyelenggaraan muscab merupakan tugas dan tanggung jawab pengurus cabang. (5)Muscab berwenang dan berkewajiban: a. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kinerjanya selama masa Baktinya a. Merumuskan dan menetapkan program organisasi untuk periode yang akan datang. b. Merumuskan rekomendasi, baik internal maupun eksternal c. Memilih dan menetapkan formatur dan 2 (dua) mide formatur terpilih d. Pengurus cabang berkewajiban melaporkan hasil muscab tentang formatur dan mide formatur terpilih, dan hasil muscab lainnya kepada Pengurus daerah dan tembusan ke pengurus wilayah dan pengurus pusat (6) Peserta Muscab terdiri dari : a. Utusan: - Pengurus Cabang b. Peninjau: - Anggota Biasa di tingkat kelurahan yang ditunjuk. - Anggota Luar biasa - Anggota Kehormatan c. Undangan: - Lembaga lembaga terkait - Perorangan yang dianggap profesional (7) Hak Peserta: a. Utusan: Mempunyai hak bicara, suara, memilih dan dipilih b. Peninjau: Mempunyai hak bicara c. Undangan: Mempunyai hak bicara

(8) a. Musyawarah dianggap sah bila memenuhi korum b. Jika tidak tercapai korum, maka upacara pembukaan musyawarah tetap dapat berlangsung, tetapi persidangan ditunda selama 1 (satu) jam. Apabila sampai waktu penundaan jumlah korum tidak tercapai, maka muscab dapat berlangsung dan dianggap sah Pasal 18 Musyawarah Luar Biasa (1) Musyawarah Luar Biasa diselenggarakan bila ada hal-hal yang tidak dapat ditunda penyelesaiannya sampai waktu musyawarah yang sudah ditentukan (2)Musyawarah Luar Biasa diselenggarakan bila: a. Terjadi penyimpangan dan pelanggaran AD/ART oleh pengurus b. Pengurus tidak menyelenggarakan musyawarah setelah 6 (enam) bulan berakhirnya masa bakti. (3)Musyawarah Luar Biasa dapat dilaksanakan atas permintaan setengah ditambah satu dari jumlah wilayah/daerah/cabang. (4) Ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan musyawarah dapat diberlakukan untuk penyelenggaraan Musyawarah Luar Biasa (5)Permasalahan yang akan dibahas harus disampaikan kepada peserta bersama-sama undangan menghadiri Musyawarah Luar Biasa paling lambat 15 hari sebelum tanggal penyelenggaraan. BAB V RAPAT-RAPAT Pasal 19 Rapat Kerja

(1) Rapat kerja nasional (Rakernas) a. Rapat kerja nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu periode b. Rapat kerja nasional diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas rincian program yang telah dan akan diselenggarakan di tingkat nasional

c. Rapat kerja nasional dihadiri oleh seluruh anggota pengurus pusat, ketua dan sekretaris wilayah atau yang mewakili (2) Rapat kerja wilayah (Rakerwil) a. Rapat kerja wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu periode b. Rapat kerja wilayah diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas rincian program yang telah dan akan diselenggarakan di tingkat wilayah c. Rapat kerja wilayah dihadiri oleh seluruh anggota pengurus wilayah, ketua dan sekretaris daerah (kab/ kota) atau yang mewakili (3) Rapat kerja daerah (Rakerda) a. Rapat kerja daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu periode b. Rapat kerja daerah diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas rincian program yang telah dan akan diselenggarakan di tingkat daerah c. Rapat kerja daerah dihadiri oleh seluruh anggota pengurus daerah, ketua dan sekretaris cabang atau yang mewakili (4) Rapat kerja cabang (Rakercab) a. Rapat kerja cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu periode b. Rapat kerja cabang diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas rincian program yang telah dan akan diselenggarakan di tingkat kecamatan c. Rapat kerja cabang dihadiri oleh anggota (5) Rapat kerja Pengurus Pusat, wilayah, daerah dan cabang a. Rapat kerja pengurus diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam satu periode b. Rapat kerja pengurus diselenggarakan dengan tujuan untuk membahas rincian kegiatan program, jadwal dan anggaran setiap bidang yang akan diselenggarakan c. Rapat kerja pengurus dihadiri oleh seluruh pengurus (6) Rapat-rapat lain diatur dalam pedoman/peraturan organisasi.

BAB VI SUMBER PENDAPATAN, KEKAYAAN DAN INVENTARIS Pasa1 20 Sumber Pendapatan (1) Iuran wajib anggota sebesar Rp 1.000 per bulan dengan pembagian sebagai berikut: a. Cabang 60% b. Daerah 20% c. Wilayah 15% d. Pusat 5% (2)Sumbangan yang halal dan tidak mengikat (3)Usaha usaha yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pasal 21 Kekayaan dan Inventaris (1) Kekayaan dan inventaris dikelola secara benar dan transparan. (2)Kekayaan dan inventaris dipertanggungjawabkan pada akhir masa kepengurusan di setiap jenjang. BAB VII PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 22 (1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga adalah wewenang musyawarah nasional

(2)Musyawarah Nasional yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini, harus dihadiri sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah wilayah (3) Perubahan harus disetujui oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah peserta yang hadir dalam munas BAB VIII PEMBUBARAN HIMPAUDI Pasal 23 (1)Pembubaran HIMPAUDI diputuskan oleh musyawarah nasional yang diadakan khusus untuk itu. (2) Musyawarah nasional yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini, harus dihadiri sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah wilayah (3)Pembubaran harus disetujui oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah peserta yang hadir dalam munas (4)Apabila Musyawarah nasional memutuskan pembubaran, maka dalam keputusan tersebut ditentukan pedoman dan tatacara pembubaran HIMPAUDI BAB IX PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga, ditetapkan dalam bentuk peraturan oleh Pengurus Pusat dan dipertanggungjawabkan pada musyawarah nasional. Ditetapkan di : Denpasar Hari : Kamis Tanggal : 3 Agustus 2006