acuan perancah i

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Acuan Perancah / bekisting / form work Dalam ilmu teknik sipil terdapat berbagai konstruksi yang kita kenal, namun yang lebih kita kenal ada tiga jenis konstruksi, yaitu : a. konstruksi kayu b. konstruksi baja c. konstruksi beton Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. a. Konstruksi kayu Keuntungan : - Mudah dalam perawatan. - Tidak dapat menghantarkan listrik. Kerugian : - Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan. b. Konstruksi baja Keuntungan : - Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi. c. Konstruksi beton Keuntungan : 1

Upload: atika-purwanti

Post on 05-Jul-2015

3.365 views

Category:

Documents


62 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acuan Perancah I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Definisi Acuan Perancah / bekisting / form work

Dalam ilmu teknik sipil terdapat berbagai konstruksi yang kita kenal,

namun yang lebih kita kenal ada tiga jenis konstruksi, yaitu :

a. konstruksi kayu

b. konstruksi baja

c. konstruksi beton

Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

a. Konstruksi kayu

Keuntungan :

- Mudah dalam perawatan.

- Tidak dapat menghantarkan listrik.

Kerugian :

- Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.

b. Konstruksi baja

Keuntungan :

- Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi.

c. Konstruksi beton

Keuntungan :

- Mudah didalam pembuatan.

Setelah meninjau lebih jauh maka kita dapat mengetahui kegunaan dari

acuan perancah dan dapat kita simpulkan definisi dari acuan perancah itu

sendiri adalah:

“ Suatu konstruksi sementara yang digunakan atau berfungsi untuk

membentuk beton”.

1

Page 2: Acuan Perancah I

1.2 Syarat – Syarat Umum Acuan Perancah

a. Kuat

Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada

bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh

karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat

memikul beban yang diterimanya.

b. Kaku

Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan perancah ini,

karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka

hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita

capai tidak sempurna.

c. Mudah dibongkar

Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena hal ini

menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi

dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.

d. Bersih

Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila

cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin

akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi

mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan

melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.

e. Ekonomis

Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang

terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai.

Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan

tidak mengurangi mutu dari bekisting.

f. Rapat

Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses

pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka

adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu

beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting.

2

Page 3: Acuan Perancah I

1.3. Kerugian – Kerugian Jika Acuan Perancah Kurang Baik

a. Perubahan geometrik

b. Waktunya lebih panjang, bertambahnya waktu maka biaya yang

digunakan akan bertambah.

c. Penurunan mutu beton

Misal ; pada sambungan cetakan terjadi kebocoran karena kurang kuat

ikatannya. Karena beton terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan air,

maka yang tertinggal didalam cetakan hanya agregat dan semen.

d. Terjadinya perubahan dimensi

Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya tingkat ketelitian didalam

melakukan pengukuran didalam pembuatan acuan perancah.

1.4. Bagian – Bagian Acuan Dan Perancah

Bagian-bagian pada acuan, sebagai berikut :

1. Papan cetakan

2. Pengaku atau penjepit cetakan

Bagian-bagian perancah, sebagai berikut :

1. Gelagar

2. Skoor

3. Tiang

4. Baji atau landasam

1.5. Metode Yang Digunakan Dalam Acuan Dan Perancah

1. Metode tradisional

Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal,

sedangkan konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas hanya

sampai pada beberapa kali penggunaan untuk bentuk yang rumit akan

banyak memakan waktu dan tenaga.

3

Page 4: Acuan Perancah I

2. Semi System

Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah

merupakan campuran antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa

kita pakai terus-menerus, oleh karena itu penggunaan metode ini hanya

untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus.

3. Full System

Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan

pabrik dan konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya

bisa digunakan secara terus-menerus dan penggunaannya sangat mudah

dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk

menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga

bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus

menghitung terlebih dahulu beban-beban yang akan diterima oleh

bekisting dan sehingga kita tahu jarak tiang-tiang perancah balok-balok

yang akan kita pasang.

1.6. Bahan – Bahan Utama Dan Pembantu

a. Bahan Utama

Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak sekali digunakan

kayu lokal, mutu dari kayu-kayu tersebut harus cukup baik. Jika air

tersebut berkadar tinggi dan mutu kayu sangat rendah, maka cetakan akan

mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung

sehingga hasil cetakan beton tidak memuaskan.

Berikut ini bahan – bahan utama :

Kayu yang memiliki kelas IV dan kelas V

1. kayu masif

2/20, 3/20 untuk papan

5/7, 4/6, 8/12 untuk balok

2. kayu multiplek

122/244 mm dengan tebal 3, 4, 6, 9 mm

4

Page 5: Acuan Perancah I

Tabel I

Daftar Kelas Kuat Kayu

I II III IV V Jati/tectona

grandis

(kg/cm2)

(kg/cm2)

(kg/cm2)

(kg/cm2)

150

130

40

20

100

85

25

12

75

60

45

8

50

45

10

5

-

-

-

-

130

110

30

15

3. kayu bulat/ dolken

Biasanya digunakan untuk tiang-tiang perancah dan ukuran yang

biasanya digunakan adalah berdiameter 6 – 10 dengan panjang 4

m.

4. Besi

5. Fiber glass

b. Bahan Pembantu

Bahan ini digunakan dengan cara dilaburkan pada permukaan acuan

dan perancah dan waktu peleburan adalah setelah acuan selesai dan

sebelum penulangan dimulai.

Fungsi dari bahan-bahan ini adalah untuk mempermudah pelepasan atau

mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton.

Berikut ini bahan-bahan pembantu :

Cat meni

Kapur

Plastik

Minyak pelumas/ olie bekas

Setiap bahan-bahan pembantu yang digunakan memiliki

perbandingan antara bahan pembantu yang satu dengan bahan pembantu yang

lain. Bahan pembantu dengan menggunakan air digunakan untuk memulas

permukaan beton/ cetakan sebelum beton dituangkan. Biasanya digunakan

untuk pekerjaan beton yang masih akan diplester penggunaannya.

5

Page 6: Acuan Perancah I

Bahan pembantu dengan menggunakan release agent diantaranya ada

olie bekas. Adapun kejelekan daripada penggunaan olie bekas ini adalah

bahwa olie memiliki sifat untuk mengemulsikan benda yang ditempel

sehingga pekerjaan finishing akan sulit untuk dikerjakan.

Bahan pembantu dengan menggunakan kapur dapat mempermudah pelepasan

cetakan. Kapur hanya dapat dipergunakan pada permukaan yang sempit, pada

pembuatan tiang pancang biasanya distel selebar tiang pancang tersebut.

1.7. Cara – Cara Penyimpanan Bahan – Bahan

1. Kayu

Kayu harus disimpan pada suatu tempat yang tidak terganggu oleh

cuaca, iklim. Karena hal ini dapat mempengaruhi sifat dari kayu sehingga

mutu kayu menjadi jelek. Tinggi permukaan lantai dengan perm, tanah

sebesar 30 cm. Untuk penumpukan layu basah diberi batasan pada tiap

lapisnya.

2. Kayu Gelam / Dolken

Kayu dolken atau gelam biasanya digunakan untuk perancah.

Adapun jenis dolken seperti jenis pinus, aksis, kayu laut, kayu jati, dll.

Mutu daripada dolken ini harus lebih tinggi daripada kayu / papan dan

tahan terhadap cuaca. Jadi penyimpanan dolken dapat dilakukan di luar

ruangan, tetapi dolken ini harus dijaga agar tidak langsung terkena perm

tanah.

3. Multiplek

Penyimpanan multiplek disimpan pada gudang yang memiliki

dinding yang dapat menghindari dari pengaruh cuaca. Penyimpanannya

dapat dilakukan dalam posisi mendatar atau miring sesuai dengan kondisi.

4. Besi

Didalam penyimpanan besi, pada saat pertama kali akan dilakukan

penyimpanan perlu dilakukan pemberian olie bekas agar besi yang

disimpan tidak terserang oleh korosi/ karat.

6

Page 7: Acuan Perancah I

Tempat penyimpanan besi harus diletakkan pada ruangan tertentu

dan terlindung dari cuaca yang buruk, baik itu hujan, sinar matahari agar

tidak terjadi korosi pada besi.

Penyimpanan besi sebaiknya dikelompokkan pada jenis-jenis besi yang

sama agar mudah di dalam pencarian kembali dan mudah didalam

pemakaian.

5. Kasau

Pada penyimpan kasau tidak jauh beda dengan penyimpanan

papan. Kasau yang sering digunakan adalah kasau jenis kamper, kruig,

meranti, borneo, dll.

1.8. Konstruksi Sambungan Pada Pekerjaan Acuan Dan Perancah

1. Sambungan papan dengan papan

Sambungan ini harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi

kebocoran pada saat terjadi/ pembuatan beton berlangsung.

Bagian tepi ketam lurus dan bila dihubungkan dengan tepi papan yang

lain tidak kelihatan rongga yang lain/ udara di sela-sela sambungan yang

baru disambung.

a. Untuk lantai cetakan

Langsung kita pakukan papan di atas gelagar sambungan harus

dibuat sedemikian sehingga rangkaian dapat rapat dan tidak bocor.

Untuk papan kita sambungkan satu dengan lainnya di atas gelagar-

gelagar yang telah siap di bawahnya dan ujung-ujung papannya dibuat

berselang-seling agar lantai acuan menjadi kuat.

b. Untuk Dinding Cetakan

Dinding acuan untuk kolom dan balok dirangkai atau

disambungkan dengan klem perangkai dipasang melintang arah serat

papan dengan jarak antara klem 40 – 60 cm. Ukuran klem kira-kira 10

cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan lebar papan yang akan

dirangkai.

7

Page 8: Acuan Perancah I

2. Sambungan Antar Gelagar Dengan Tiang

a. Sambungan papan tiang dolken dengan gelagar

Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang labil, pemasangan

gelagarnya cukup dengan dipakukan pada tiang tanpa memerlukan

penguat seperti klem.

b. Sambungan gelagar balok dengan tiang balok

Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang memikul beban

berat, pemasangan gelagar langsung di atas tiang dan pada setiap

sambungannya diberi klem yang dipakukan pada tiang dan gelagar.

3. Sambungan Antara Tiang Dengan Tiang

a. Sambungan tiang bulat

Karena ketinggian lantai yang tidak terjangkau oleh panjang tiang

atau untuk memanfaatkan potongan-potongan tiang, yaitu dengan

memasang klem penyambung di sekeliling klem penyambung bagian

tiang yang disambung.

b. Sambungan tiang persegi

Cara penyambungan tiang persegi sama dengan penyambungan

sambungan kayu bulat.

Penempatan sambungan pada tiang ini harus memenuhi syarat-syarat yang

telah dibuat, yaitu :

Sambungan antara satu tiang perancah dengan tiang perancah lainnya,

jangan diletakkan pada satu garis lurus. Maka apabila terjadi condong

tiang akan bergerak ke arah yang sama dan tidak ada reaksi yang saling

menguatkan.

Usahakan agar sambungan jangan diletakkan persis ditengah-tengah

tiang, karena pada daerah itu terdapat momen maksimum sehingga

peluang untuk terjadi penekukan pada tiang sangat besar dan

menyebabkan tiang menjadi tidak kuat dan kokoh.

Tidak boleh mempunyai dua sambungan yang tidak di skoor arah

samping.

8

Page 9: Acuan Perancah I

1.9. Pembongkaran Acuan Dan Perancah

Dalam pembongkaran harus diperhatikan syarat-syarat berikut :

1. Syarat konstruktif

a. Berdasarkan waktu

- Untuk beton yang menahan momen pembongkaran acuan dan

perancahnya dilakukan setelah beton mencapai kekuatan 100 %.

- Untuk beton yang tidak menahan momen pembongkaran acuan dan

perancahnya dilakukan setelah beton memiliki bentuk yang stabil.

Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah

adalah :

a. Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan

momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat

pembongkaran sana dengan momen yang telah direncanakan.

b. Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk

mendapatkan bidang momen yang sama.

c. Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan

diteruskan di kiri kanannya sampai ke tepi.

2. Syarat Keamanan

Hal ini sangat penting sekali, jangan sampai dalam bekerja urutan

pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum

terbongkar atau yang sudah terbongkar dapat mencelakai pekerja yang

sudah bekerja. Gunakan perlengkapan kerja guna mencegah terjadinya

kecelakaan kerja.

3. Syarat Ekonomis

Dalam pembongkaran juga perlu diperhatikan material yang digunakan

supaya material bekas bongkaran bisa untuk dipakai lagi, paku yang

digunakan dalam pelaksanaan acuan dan perancah, yaitu :

a. Bentuk paku yang digunakan ialah paku yang bertampang bulat. Hal

ini dapat mempermudah dalam pembongkaran.

9

Page 10: Acuan Perancah I

b. Panjang paku yang dipakai harus sesuai dengan tebal sambungan yang

dibuat atau maksimal sepanjang tebal sambungan. Paku yang terlalu

panjang jangan dilakukan pembengkokan, karena hal ini akan

mempersulit didalam melakukan pembongkaran.

c. Kekuatan paku bertampang bulat terdapat dalam daftar yang berlaku

untuk tebal kayu yang akan disambung.

d. Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

- Dalam arah gaya : 12 . d untuk tepi kayu yang dibebani

5 . d untuk tepi yang tidak dibebani

10 . d untuk jarak antar paku

- Dalam arah tegak lurus arah gaya : 5. d untuk jarak sampai tepi

kayu

5 .d untuk jarak barisan kayu

Cara pemakuan pada pekerjaan acuan dan perancahn, yaitu :

1. Pemakuan minimal dilakukan sebanyak 2 buah paku.

2. Supaya sambungan tidak pecah maka pemakuan dilakukan secara zig zag.

3. Jarak pemakuan telah ditentukan berdasarkan PPKI.

4. Jika paku bebannya searah dengan paku agar kuat pakunya dimiringkan

sebesar 70o.

10

Page 11: Acuan Perancah I

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Papan Duga

1. Definisi

Papan duga adalah sebuah papan yang digunakan sebagai pedoman

sementara dari as bangunan untuk menentukan letak, elevasi, dan bentuk

bangunan agar sesuai dengan rencana.

Bentuk dari bowplank adalah sebuah papan yang dipasang pada

dua buah batang dolken yang ditancapkan dan letak papan duga harus

datar dan rata. Pada papan duga dipasang paku yang digunakan sebagai as

bangunan.

2. Syarat – Syarat

a. Datar

b. Tidak tergangggu

c. Tidak menggangu

3. Penempatan Papan Duga

Seperti pada pekerjaan bangunan, papan duga diletakkan pada

sudut-sudut bangunan dengan jarak 2 – 5 meter dari bangunan terluar. Hal

ini dilakukan agar papan duga tersebut tidak terganggu pada saat

pelaksanaan penggalian pondasi.

4. Prinsip – Prinsip Dalam Pekerjaan Papan Duga

a. Wujud

Wujud dari papan duga adalah harus kuat dan datar, karena papan

duga ini tidak boleh berubah selama bangunan dimulai.

b. Elevasi Pada Papan Duga

Ketinggian papan duga dari lantai ( 0.00 ) itu biasanya dibuat 0.25

di atas lantai. Ketinggian papan duga arah memanjang dan arah

melebar bisa juga dibuat melebar dan bisa juga memanjang.

11

Page 12: Acuan Perancah I

Ketinggian maksimal dari papan duga yang masih mungkin dilakukan

adalah 0.60 dari lantai.

c. Pemasangan Tiang Papan Duga

Pemasangan tiang ini tidak boleh diabaikan, karena faktor tiang ini

sangat berpengaruh terhadap posisi papan duga. Kita harus melihat

kondisi tanah yang akan dijadikan tempat pemasangan papan duga.

Apabila kondisi tanah keras, maka ujung kayu dolken harus dibuat

runcing agar mudah masuk. Apabila kondisi tanah terlalu lembut

maka perlu diadakan pemadatan agar kayu dolken tidak mengalami

perubahan karena lembutnya permukaan. Diharapkan kemungkinan

penurunan tiang selama penanaman akan semakin kecil.

d. Pemasangan Papan Duga Pada Tiang

Setelah tiang-tiang terpasang pada permukaan tanah , kita harus

yakinkan bahwa tiang dalam kondisi kokoh. Maka kita pakukan papan

pada tiang tadi dan kita levelkan kedatarannya dengan menggunakan

waterpass. Setelah itu kita pasang papan duga pada titik yang berbeda

dan kita ambil kelevelannya pada titik yang pertama.

5. Pembuatan Sudut Siku Di Lapangan

Pembuatan sudut siku di lapangan dapat kita lakukan dengan

menggunakan siku-siku besar yang terbuat dari besi atau dengan

menggunakan dalil phytagoras.

6. Pemberian Tanda

Pemberian tanda pada pekerjaan stake out dapat dilakukan dengan

bantuan tali dan dipasang pada As dan batas pondasi yang akan dilakukan

penggalian.

7. Pengontrolan elevasi / ketinggian

Setelah semua papan duga terpasang maka kita dapat melakukan

pengecekan elevasi ketinggian dengan menggunakan selang air pada

setiap sudut bangunan yang telah dipasang papan duga.

12

Page 13: Acuan Perancah I

2.2. Acuan Kolom

a. Fungsi Dan Bentuk Kolom

Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di

atasnya dan meneruskannya ke pondasi.

Bentuk penampangan kolom

Bujur sangkar

Empat persegi panjang a

Lingkaran

Segi banyak b

Dll

Ukuran acuan : a = a + 2 x t

b = b

Ukuran klem perangkai : a = a + 2 x ½ t

b = b + 2 x ½ t

Syarat-syarat kolom yang benar :

Tegak tidak miring

Posisi kolom harus benar

Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya.

Disesuaikan dengan beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika.

b. Bagian – Bagian Dari Acuan Kolom

1. Papan Acuan

Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan.

Apabila menggunakan papan, maka sebaiknya penyambungan dapat

dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar

kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka

penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan.

13

Page 14: Acuan Perancah I

2. Klem – Klem Perangkai

Penyambungan papan denganarah melebar dapat dilakukan dengan

menggunakan klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup

panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan

jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang

kolom yang akan dibuat.

3. Papan Penjepit Dinding

Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan

terpasang satu dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang.

Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika

beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 – 65 cm.

4. Penyetelan Acuan Kolom

Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di

tempat yang akan dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah

dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila

terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka

acuan dirangkai. Penyetelan dinding kolom agar tegak lurus, maka

digunakan unting-unting. Agar titik acuan tidak mudah goyang, maka

dipasang pengaku agar posisi cetakan benar-benar berada pada posisi

yang telah ditentukan.

2.3. Acuan Balok Dan Lantai

1. Acuan Balok

Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang

berfungsi untuk menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom.

Bagian – bagian dari acuan balok :

a. Tiang Penyangga

Pada tiang penyangga atau perancah digunakan kayu dolken.

Untuk pemasangan tiang ini ada dua jenis yaitu satu tiang perancah dan

diletakkan di tengah-tengah, namun apabila dua buah tiang penyangga

maka penempatannya pada bagian-bagian tepi cetakan.

Jarak antara tiang-tiang tersebut sekitar 40 – 60 cm.

14

Page 15: Acuan Perancah I

b. Dudukan Tiang

Dudukan tiang dapat diletakkan di dua tempat yaitu di tanah dan di

lantai.

Di tanah

Dudukan perancah di tanah harus diberi landasan papan agar didapat

tekanan yang kecil. Sehingga kemungkinan tiang turun akan

diperkecil. Apabila tanahnya lembek bisa kita atasi dengan

memperluas landasan, sedangkan untuk menggeserkan tiang kita perlu

baji.

Di lantai

Meletakkan tiang pada lantai hampir sama dengan pada tanah, tetapi

apabila tiangnya terletak pada lantai dua maka perancah pada tiang

sebelumnya juga dibongkar dahulu sebab beban yang diterima di

lantai dua melebihi kemampuannya.

c. Penyekuran Tiang Perancah

Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya

pengaku kontrol atau diagonal yang dipasang dalam arah sumbu x dan

sumbu y.

Pada sumbu x antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang

dipasang saling bersilangan sedangkan pada sumbu y dipasang dari tiang

ke tiang ke dalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan

terutama pada konstruksi acuan dengan tiang tunggal.

d. Penyetelan Acuan Dan Perancah

- Pengukuran sesuai dengan rencana

- Pemasangan perancah tiang, dudukan skoor

- Pemasangan gelagar

- Pemasangan lantai yang dipakukan pada gelagar

- Pemasangan dinding cetakan dan memasang klem penjepit disamping

bawah dan dipasang pengaku setelah ukurannya benar.

15

Page 16: Acuan Perancah I

2. Acuan Lantai

Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri

disamping cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh.

Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :

a. Tiang acuan dan pengaku

Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas

tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan

pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri

dan sisanya dipasang setelah gelagar.

b. Gelagar

Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai

dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan

gelagar – gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian

atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang

fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian

tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku

dipasang semuanya.

c. Lantai cetakan

Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada

pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam

terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan

finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari

pada permukaan papan.

2.4. Acuan Tangga

Setiap pembuatan bangunan bertingkat, Acuan tangga sangat diperlukan.

Tangga-Tangga ini bisa dibuat dari konstruksi kayu, baja, beton, dll. Adapun

bentuk tangga yang sering digunakan pada konstruksi bangunan seperti :

tangga spiral, tangga lurus, tangga dengan bordes, tangga poros dan lain-lain.

16

Page 17: Acuan Perancah I

Fungsi dari Cetakan tangga adalah untuk menghubungkan lalu lintas dari

lantai ke lantai lain.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

Perencanaan tangga

Macam bentuk Optride

Pembuatan cetakan tangga

1. Perencanaan Tangga

Sebelum merencanakan acuan tangga yang harus diperhatikan ialah

ketinggian dari tangga, yaitu jarak tinggi dari laqntai satu ke lantai yang

lain diatasnya.

Adapun syarat-syarat lain agar suatu tangga bisa ideal :

Keniringan maksimal 45° atau dengan perbandingan :

2 Optrade + 1 Antride = 1 langkah

1 langkah = 58 cm s/d 64 cm (panjang 1 langkah)

Tinggi Optrade untuk bangunan rumah tinggal maksimum 20 cm,

sedang bangunan umum 17 cm.

Antride minimum 25 cm

Lebar tangga untuk rumah tinggal 80-120 cm dan untuk banguna

umum minimum 20 cm.

Adapun macam-macam bentuk Tride :

Untuk memenuhi syarat arsitiktur dari tangga, bisa dibuat bermacam-

macam variasi, baik variasi pada bentuk tangga, pagar tangga

(balustrade),tride Dll.

2. Pembautan Cetakan Tangga

Setelah Perencanaan tangga selesai, tentunya pembuatan cetakan segera

dikerjakan.

Tahap-tahap pembuatan cetakan tangga Ialah sebagai berikut :

Pemasangan tiang-tiamg

Penimbangan Gelagar

Pemasangan Lantai

17

Page 18: Acuan Perancah I

Pemasangan dinding cetakan beserta penggambaran tridenya

Pemasangan papan-papan pencetak Optrade.

3. Pemasangan tiang-tiang

Sebelum pemasangan tiang dikerjakan harus diukur dahulu dari tiang

yang dibutuhkan, dengan cara menarik benang dari lantai atas ke lantai

bawah sepanjang bentang tangga yang telah direncanakan.Kemudian

letakan tiang-tiang pada tempat yang telah diukur tetapi ukurannya

dikurangi sedikit dengan maksud agar lebih memudahkan penimbangan

gelagar.

4. Penimbangan Gelagar

Jika pemasangan tiang telah selesai, lanjutkan dengan pemasangan

dan penimbangan Gelagar.penimbangan gelagar hampir sama dengan

penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak

horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.

5. Pemasangan dinding tride dan pemasangan papan pencetak Optrade

Jika tepi lantai sudah sesuai dengan lebar tangga, baru dinding

cetakan dipasang pada tepe lantai cetakan. Berdiri vertical lalu ditopang

bagian atasnya dengan tiang sedangkan bagian bawahnya ditahan oleh

papan penguat.

Pemasangan papan pencetak optrade harus diperkuat oleh klos yang

dipakukan pada dinding cetakan.pada bagian tengah papan ini diberi paku

dengan sebilah kayu yang kita pasang miring dari atas ke bawah.

2.5. Pembongkaran acuan perancah

Kita sering bertanya kapan acuan dan perancah itu dibongkar ??

Pembongkarannya dilakukan apabila beton sudah mencapai umur, ± 28

hari.

18

Page 19: Acuan Perancah I

Cara-Cara pembongkaran acuan perancah :

Dalam pembongkaran harus diperhatikan beberapa syarat, misalnya

syarat ekonomis, keamanan dan konstruksi.

Syarat Ekonomis

Usahakan bekas bahan yang telah kita gunakan dapat

dipakai kembali, maka itu dalam pembongkaran harus hati-hati.

Syarat Keamanan

Hal ini dianggap sangat penting karena menyangkut

keselamatan.Dalam pembongkaran ini dapat mencelakan

pekerja.Misalnya didalam pembongkaran acuan lantai

Pertama dibongkat dulu sekor-sekornya kemudian tiangnya.Dalam

pembongkaran tiang harus hati-hati karena tiang yang menyangga

seluruh beban yang menyangga diatas bisa roboh dan menimpa

pekerja dibawahnya.

Syarat Konstruktif

Pembongkaran tiang harus secara teoritis perlu diperhatikan

bidang momen yang akan timbul.

Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi

dua, yaitu :

a. Berdasarkan Waktu

Bicara soal waktu, berarti kapan acuan dan perancah itu dibongkar ?

Berdasarkan waktu pembongkaran juga dibagi menjadi dua, yaitu :

Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen : acuan ini

boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok,

cetakan dinding) > 24 jam.

Untuk penyangga /datar / yang menahan momen : boleh dibongkar

setelah beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji

19

Page 20: Acuan Perancah I

kubus di laboratorium, untuk beton konvensional 28 hari (beton

tanpa bahan tambahan).

b. Berdasarkan Metode

Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan

momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat

pembongkaran sama dengan momen yang direncanakan.

2.6.1. Peralatan Penunjang

Peralatan penunjang dapat dibagi, yaitu :

a. Alat Pengikat

Alat ini berfungsi sebagai pengikat cetakan. Macam-macam alat

pengikat, yaitu :

1. Rapid klem

Alat ini terdiri dari pengunci ynag berlubang dan berbaji yang

menggunakan batang besi berdiameter 10 mm / lebih. Besi yang

digunakan sebagai penjepit yang dimasukkan ke dalam lubang

pengunci dan dimatikan atau dikunci dengan baji yang ada.

2. Plat Besi

Suatu alat yang terdiri dari 4 buah plat besi yang dilengkapi

dengan pengait berupa baji yang dipasang pada plat besi.

b. Alat Perancah atau Pendukung

Alat ini berfungsi untuk penahan. Macam – macam alat perancah :

1. Steel Proof

Adalah suatu alat yang berupa tiang tunggal yang terbuat dari pipa

logam dan terdiri dari dua bagian atas dan bawah.

Pada bagian bawah ujung atasnya dibuat ulir untuk distel naik

turun sesuai dengan keperluan. Apabila diperlukan dapat dipasang

tripot sebagai penahan.

20

Page 21: Acuan Perancah I

2. Scaffolding

Alat ini merupakan tiang perancah yang berbentuk suatu kerangka

yang sesuai dengan kebutuhan. Alat ini dilengkapi juga dengan alat

yang dapat mengatur naik dan turunnya.

3. Gelagar

Alat ini merupakan penumpu dari acuan atau penerus beban yang

dibuat dari baja dan kayu.

4. Komponen rangka besi yang sederhana.

Alat ini digunakan untuk membuat dinding cetakan beton dan

merupakan ukuran yang bervariasi yang terbuat dari pabrik.

21

Page 22: Acuan Perancah I

BAB III

URAIAN KERJA

3.1 JOB I : MENBUAT STEAK OUT / PAPAN DUGA

Tanggal : 19 Juni 2010

3.1.1. Tujuan :

1. Menentukan titik duga / peil suatu bagunan.

2. Menentukan letak suatu bangunan.

3. Melaksanakan / mengetrapkan bangunan denah di lapangan.

3.1.2. Instruksi umum

1. Mermpersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan

seefisien mungkin.

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja.

3. Pergunakan waktu seefisien mungkin.

4. Mengikuti petunjuk dari instruktur.

3.1.3. Bahan-bahan yang dibutuhkan :

1. Gelam Ǿ 7 - Ǿ 10 (cm ) .

2. Papan 2/20 × 400 cm

3. Paku 1,5 inchi – 2 inchi

4. Benang

3.1.4 Peralatan yang dibutuhkan :

1. Pensil 8. Gergaji potong

2. Siku-siku 9. Gergaji belah

3. Unting-unting 10. Martil kecil

4. Rol meter 11. Martil besar (2 Kg)

5. Selang plastik

6. Kampak

7. Cangkul & linggis

22

Page 23: Acuan Perancah I

Langkah kerja

1. Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan

2. Bersihkan tempat kerja

3. Tentukan titik I yang diambil dari 6 m dari lantai bengkel terbuka dan 4 m

dari sisi lain.

4. Tentukan titik II dengan cara yang sama dengan jarak antara titik I dan II

yaitu 4 m. Tarik benang dan pakukan.

5. Dari titik I, tsrik benang sepanjang 6 m untuk menentukan titik III.

Setelah itu sikukan titik tersebut.

6. Tarik lagi benang sepanjang 4 m untuk mendapatkan titik IV, pakukan

benang.

7. Ukur dari setiap titik sepanjang 150cm sebagai jarak untuk menegakkan

dolken.

8. Pasang 2 dolken dengan jarak 130cm, masing-masing 75cm kanan dan

kiri as bangunan.

9. Selang dolken dengan elevasi ± 60 cm dari lantai.

10. Pindahkan selang ke masing-masing dolken.

11. Pasang papan duga pada elevasi yang telah ditentukan.

12. Pasang skur pada papan duga agar kuat.

13. Pindahkan as bangunan di atas papan duga dengan menggunakan unting-

unting.

23

Page 24: Acuan Perancah I

Gambar Papan Duga atau Steak Out

24

Page 25: Acuan Perancah I

3.2 JOB II : MEMBUAT CETAKAN PONDASI BETON

Tanggal : 21 Juni

2010

3.2.1. Tujuan :

Membuat cetakan pondasi sesuai dengan ketentuan dan ukuran dalam

gambar

3.2.2. Instruksi umum :

1. Mempersiapkan alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan seefisien

mungkin.

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan kelompok dalam

bekerja

3. Menggunakan waktu seefektif mungkin

4. Mengikuti petunjuk instruktur

3.2.3. Bahan-bahan yang digunakan :

1. Papan 2/20 x 400 cm

2. Paku 1, 5 inchi – 2,5 inchi

3. Dolken atau gelam Ø 6 cm - Ø 10 cm

3.2.4. Peralatan yang digunakan:

1. Pensil 7. Palu

2. Siku-siku 8. Martil 2 kg

3. Benang 9. Linggis

4. Unting-unting 10. Cangkul

5. Selang plastik 11. Sekop

6. Gergaji

25

Page 26: Acuan Perancah I

3.2.5. Langkah kerja :

1. Pelajari gambar terlebih dahulu, dan kalkulasikan kebutuhan bahan-

bahan yang akan digunakan

2. Persiapkan alat-alat yang diperlukan dan bahan-bahannya

3. Rangkaikan papan A dan B dengan gelam-gelam yang berjarak 80 cm

sehingga lebar papan mencapai lebar yang ditentukan

4. Sisi-sisi bagian atas papan A dan B diserut hingga rata dan lurus

5. Buatlah papan duganya

6. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing

selebar 0,40 m ditambah tebal papan dan tebal klam, kemudian

dibentangkan benang dari titik tersebut

7. Menancapkan skor-skor sekuat mungkin, sisi dalamnya harus

menempel benang, kedudukan skor-skor ini harus vertical (dicek

dengan water pass)

8. Perkuat skor-skor tadi dengan papan-papan C pada skor-skor dengan

jumlah paku 3 buah, kedudukan papan C horizontal, tingginya lihat

gambar

9. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing

selebar 0,15 m ditambah tebal papan dan tebal kelam, kemdian

dibentangkan benang dari titik tersebut

10. Papan-papan A yang telah dirangkaikn tadi dipakukan tepat pada

kelam-kelamnya sehingga mendapatkan lebar yang diinginkan.

11. Rangkaikan papan E dan D dalam keadaan siku. Setelah itu pakukan

papan E pada papan C ( 5 paku) dn papan D pada skor F ( 2 paku). Sisi

dalam papan E menempel benang dan dalam keadaan vertical, tinggi

papan dasar D setinggi pondasi yang miring. Lihat gambar

12. Papan-papan B pada permukaan diperkuat dengan papan-papankecil

lebar 5 cm yang dipakukan pada bagian atas papan tersebut.

26

Page 27: Acuan Perancah I

13. Kontrol semua ukuran-ukurannya sehingga sesuai dengan gambar

27

Page 28: Acuan Perancah I

3.3. JOB III : ACUAN DAN PERANCAH KOLOM BETON

Tanggal :22 Juni 2010

3.3.1. Tujuan :

1. Membuat acuan dan perancah kolom segi empat

2. Meluruskan kedudukan cetakan kolom yang satu dengan cetakan

kolom yang lainnya

3.3.2. Instruksi umum :

1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan yang dibutuhkan

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja

3. Menggunakan waktu seefektif mungkin

4. Mengikuti petunjuk instruktur

3.3.3. Bahan-bahan yang dibutuhkan :

1. Papan 2/20 x 4 m

2. Paku 1,5 ; 2 ; 2,5 inchi

3. Dolken Ø 6 – Ø 10 cm

4. Usuk 5/7 cm

3.3.4. Peralatan yang digunakan :

1. Pensil 8. Martil

2. Siku 9. Palu cakar

3. Benang 10. Kapak

4. Unting-unting 11. Linggis

5. Selang plastik 12. Water pass

6. Roll meter

7. Gergaji

28

Page 29: Acuan Perancah I

3.3.5. Langkah kerja :

a. Acuan kolom

1. Pelajari (pahami) gambar kerja dan kalkulasi kebutuhan bahan-

bahannya

2. Persiapkan alat-alat dan bahan-bahan

3. Rangkaikan papan-papan sesuai dengan ukuran yang tercantum

dalam gambar sebagai cetakan dari kolom

4. Jarak klam perangkai papan cetakan 40 cm

5. Buat papan duga dengan ketinggian tertentu dan tentukan as

untuk kolom

6. Tiang-tiang acuan dan papan acuan dirangkaikan

7. Jarak antara tiang acuan adalah lebar kolom ditambah 2 kali

30cm

8. Untuk jarak papan acuan, harus tepat ditengah klam-klam papan

cetakan

9. Untuk meluruskan kedudukan cetakn kolom-kolom dipasang

profil, yang kedudukannya kurang lebih 2 m dari kolom paling

tepi

10. pasang tiang-tiang acuan yang telah dirangkai dengan papan

acuan didepan sisi papan cetakan kolom yang panjang, dan

antara rangkaian tiang acuan tersebut, diperkuat dengan 2 buah

papan skoor. Ujung papan penguat tiang acuan dipakukan pada

sebelah atas tiang acuan yang lain pula. Langkah berikutnya

pakukan dua buah papan yang panjang. Pada bagian atas papan

cetakan disebelah sisi panjang dan sisi lebar papn cetakan

tersebut.

11. Kedua papan tersebut berguna untuk menyetel ketegakan

cetakan kolom

29

Page 30: Acuan Perancah I

12. Dalam pengontrolan ketegakan cetakan kolom dapat

menggunakan unting-unting atau water pass

13. Bila kedudukan dan ketegakan dari cetakan kolom sudah betul,

perkuatlah dengan papan acuan tepat pada setiap klam

perangkai papan cetakan kolom.

a. Perancah kolom

1. Tentukan as bangunan, dengan menarik benang sebagai tanda

untuk meletakan kolom.

2. Tegakkan kolom pada as yang telah ditentukan. Kolom harus

tegak vertikal 90º. Jarak antar kolom 200cm.

3. Buat tiang perancah kolom.

4. Ukur jarak as antar klam papan pada cetakan balok.

5. Berdirikan dolken antara kolom dengan jarak antar dolken

120cm.

6. Klam dolken dengan papan dengan jarak yang sama antar as

pada klam kolom.

7. Setelah selesai dipasang tiang perancah pada kanan dan kiri

kolom, skur dengan papan secara diagonal.

30

Page 31: Acuan Perancah I

3.4. JOB IV: ACUAN DAN PERANCAH BALOK BETON

31

Page 32: Acuan Perancah I

Tanggal :23 Juni 2010

3.4.1. Tujuan :

- Membuat acuan dan perancah untuk balok

- Menyetel cetakan dan balok menjadi horizontal

3.4.2. Instruksi umum :

1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja

3. Menggunakan waktu seefektif mungkin

4. Mengikuti petujuk instruktur

3.4.3. Bahan yang dibutuhkan :

1. Papan 2/20 x 4 m

2. Papan Multiplex (tebal 2 cm)

3. Paku 1,5 ; 2 inchi

4. Gelam Ø 6 – Ø 10 cm

5. usuk 5/7 cm

3.4.4. Peralatan yang digunakan :

1. Pensil 8. Martil

2. Siku 9. Palu cakar

3. Benang 10. Kapak

4. Unting-unting 11. Linggis

5. Selang plastik 12. Water pass

6. Roll meter

7. Gergaji

3.4.5. Langkah kerja :

32

Page 33: Acuan Perancah I

1. Ukur ketinggian/peil balok dan lantai sesuai dengan gambar

2. Rangkaikan papan-papan dengan menggunakan klam, sebagai sisi-sisi

cetakan balok

3. Dirikan tiang-tiang acuannya dengan keadaan vertikal sejarak 50 – 60

cm dan antara tiang-tiang acuan tersebut dirangkai menggunakan

papan (skoor)

4. Gelegar acuan (dari papan) dipakukan pada tiang-tiang acuan, gelegar

acuan tersebut permukaannya harus rata atau horizontal yang tidak

berhubungan dengan lantai diperkuat dengan papan penguat tepat

pada klam-klam perangkai papan cetakan, dan papan cetakan balok

bagian sisi tegak yang berhubungan dengan lantai diperkuat oleh

papan penguat dan miltiplex/papan (cetakan lantai)

5. Pasang tiang-tiang penguat di antara 2 kolom

6. Selang sisi kolom

7. Pasang tali pada kolom 1 dan 2

8. Pasang gelagar di bawah tali

9. Pasang alas cetakan dan skur di samping kanan dan kiri cetakan balok

agar kuat.

33

Page 34: Acuan Perancah I

34

Page 35: Acuan Perancah I

3.5. JOB V: ACUAN DAN PERANCAH LANTAI

Tanggal :24 Juni 2010

3.5.1. Tujuan :

- Membuat acuan dan perancah untuk balok lantai

- Menyetel cetakan lantai menjadi horizontal

3.5.2. Instruksi umum :

1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja

3. Menggunakan waktu seefektif mungkin

4. Mengikuti petujuk instruktur

3.5.3. Bahan yang dibutuhkan :

1. Papan 2/20 x 4 m

2. Papan Multiplex (tebal 2 cm)

3. Paku 1,5 ; 2 inchi

4. Gelam Ø 6 – Ø 10 cm

5. usuk 5/7 cm

3.5.4. Peralatan yang digunakan :

1. Pensil 8. Martil

2. Siku 9. Palu cakar

3. Benang 10. Kapak

4. Unting-unting 11. Linggis

5. Selang plastik 12. Water pass

6. Roll meter

7. Gergaji

35

Page 36: Acuan Perancah I

3.5.5. Langkah kerja :

1. Tentukan lokasi kerja

2. Berdirikan tiang-tiang acuan sejarak 50 – 60 cm dan antara tiang-tiang

acuan tersebut dirangkaikan dengan papan-papan atau skoor

3. Gelegar acuan (dari papan) dipakukan pada tiang-tiang acuan yang

tingginya berpedoman pada benang yang telah ditegangkan atau

dikencangkan dari tiang acuan ujung sampai pangkal

4. Multiplex/papan dipakuakan pada gelegar-gelegar acuan dan juga pada

cetakan balok bagian sisi yang berhubungan dengan lantai.

Kontrol semua hasil pekerjaan sesuai dengan gambar

36

Page 37: Acuan Perancah I

3.5. JOB V: ACUAN DAN PERANCAH TANGGA

Tanggal :25 Juni 2010

3.5.1. Tujuan :

- Membuat acuan dan perancah untuk tangga

3.5.2. Instruksi umum :

1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja

3. Menggunakan waktu seefektif mungkin

4. Mengikuti petujuk instruktur

3.5.3. Bahan yang dibutuhkan :

1. Papan 2/20 x 4 m

2. Papan Multiplex (tebal 2 cm)

3. Paku 1,5 ; 2 inchi

4. Gelam Ø 6 – Ø 10 cm

5. usuk 5/7 cm

3.5.4. Peralatan yang digunakan :

1. Pensil 8. Martil

2. Siku 9. Palu cakar

3. Benang 10. Kapak

4. Unting-unting 11. Linggis

5. Selang plastik 12. Water pass

6. Roll meter

7. Gergaji

37

Page 38: Acuan Perancah I

3.5.6. Langkah kerja :

1. Rencanakan design tangga yang diinginkan dengan detail sebagai

berikut:

- Elevasi = 220 cm

Tinggi kolom = 220 cm

Tinggi balok = 30 cm

- Lebar tangga =122 cm ( lebar 1 keping plywood)

2. Sediakan cetakan optrid 11 => 20/122

3. Pindahkakan tempat tumpuan tangga ke bawah untuk

mandapatkan jarak datar tangga menggunakan unting-unting

4. Pasang benang dari papan plat

5. Dirikan tiang-tiang untuk menopang gelagar yang menahan acuan

plat lantai

6. Turunkan benang yang telah dipasang 2-3cm karena tebal papan

alas tangga 2 cm

7. Pasang gelagar yang mengikuti alur benang yang telah dipasang

8. Pasang poapan alas untuk nacuan tangga, kuatkan dengan skur

9. Pasang papan samping cetakan, lalu skur

10. Lukis tempat acuan optrid dengan ukuran yang telah ditentukan

11. Setelah melukis acuan optrid pada papan acuan selesai, pasang

papan skur untuk memasang optrid

12. Pasang kayu 5/7 di tengah-tengah optrid, kemudian pasang papan

skur sehinnga papan skur ini mampu menahan beton pada saat

pengecoran

13. Pastikan seluruh papan acuan maupun perancah harus kaku dan

kuat

38

Page 39: Acuan Perancah I

Gambar tangga

BAB IV

39

Page 40: Acuan Perancah I

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Acuan dan Perancah atau Bekisting atau formwork adalah pekerjaan

sementara sebagai mal dari bagian sisi dan bawah dari bentuk yang kita

inginkan. Dalam bentuk struktur beton Acuan dan Perancah merupakan

pekerjaan yang sangat menentukan, maka dalam pelaksanaanya seorang ahli

dibidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai

pengetahuan dasar yang cukup dan paham tentang acuan dan perancah.

Dari praktek kerja Acuan dan Perancah ini, saya dapat mengambill

kesimpulan :

1. Dengan Praktek Acuan dan Perancah, mahasiswa dapat mengetahui

betapa pentingnya Acuan dan Perancah dalam sebuah kosnstruksi,

2. Dengan praktek Acuan dan Perancah mahasiwa dapat membuat acuan

dan perancah yang biasa digunakan dalam duni konstruksi.

3. Pekerjaan Acuan dan Perancah adalah pekerjaan yang sederhana dan

sementara, namun sangat menentukan keberhasilan dari sebuah

konstruksi.

4.2 Saran

Dalam pelaksanaan sering dijumpai permasalahan-permasalahan di

lapangan dan permasalahan tersebut harus kita sesuikan demi keselamatan

pengerjaan acuan dan perancah tersebut. Oleh karena itu penulis memberikan

beberapa saran untuk permasalahan-permasalahn tersbut ;

1. Mempergunakan waktu seefesien mungkin.

2. Mengutamakan keselamtan kerja.

3. Mengikuti petunjuk dan prosedur pelaksanaan kerja.

4. Menempatkan peralatan-peralatan pada tempat yang aman.

5. Berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak

berguna dalam praktek.

6. Mengmbil inisiatif jika menmukan permasalahan yang tidak ada dalam

petunjuk praktek.

40

Page 41: Acuan Perancah I

7. Pada saat pembongkaran acuan dan perancah hendaknya jangan

sembarangan, lakukanlah sesuai dengan prosedur yang ada.

8. Menempatkan bahan-bahan pembongkaran dengan rapi.

41