acta surya magazine

7
Lestari Wayang Potehi Berkat Lima Merpati Boneka itu terbuat dari ukiran kayu dan kain kantung. me mbentuk rupa-rupa tokoh dan kostum khas negeri China. Dalam panung pe mentasan, bergerak-gerak suai alur kisah sang dalang. Cerita yang dimainkan mengandung falsafah kehidupan, tentang kebaikan dan keburukan. Inilah sebuah kenian peninalan Hokian, Wayang Pehi. FEBRUARI 2011 Teropong Kota

Upload: supri-jangkung

Post on 12-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

acta surya magazine

TRANSCRIPT

Page 1: acta surya magazine

Lestari

Wayang Potehi Berkat Lima Merpati

Boneka itu terbuat dari ukiran kayu dan kain kantung. membentuk rupa-rupa tokoh dan kostum khas negeri China.

Dalam panggung pementasan, bergerak-gerak sesuai alur kisah sang dalang. Cerita yang dimainkan mengandung falsafah

kehidupan, tentang kebaikan dan keburukan. Inilah sebuah kesenian peninggalan Hokian, Wayang Potehi.

FEBRUARI 2011

Teropong Kota

Page 2: acta surya magazine

Kostum yang dikenakan wayang melam-bangkan kostum kerajaan China. Dalang itu memainkan beberapa karakter, mu-lai dari panglima, seekor babi, sampai seorang wanita. Semua mahir dilaku-kannya.Sang Dalang Tak menyangka bahwa kesenian wayang dari China, ternyata orang pribu-mi lah dalangnya. Seorang pria berusia 50 tahun bernama Mujiono. Dedikasinya selama 30 tahun untuk Wayang Potehi tidak sia-sia, jam terbang yang sudah mencapai seluruh Indonesia memacu-nya untuk semakin berkembang. Berawal dari masa kecil Mu-jiono, yang kebetulan rumahnya tepat berada di depan klenteng. Ia tertarik un-

tuk menggeluti Wayang Potehi, karena sering melihat dan mencerna isi ceritan-ya. “Ceritanya mengandung falsafah ke-hidupan, tentang kebaikan dan keburu-kan,” ujarnya. Dan seketika itu, sambil belajar, terjunlah ia sebagai dalang Way-ang Potehi. Dulu, Wayang Potehi dipentas-kan untuk ritual. Orang China percaya bahwa dengan mementaskan wayang Potehi bisa mendatangkan hoki dan membuang sial. Konon, jika tidak diada-kan ritual, pementasan Wayang Potehi akan gagal. Pernah suatu ketika seorang dalang terluka tangannya terkena golok yang seolah-olah sengaja melukai tan-gan dalang itu. Seiring berjalannya waktu, Potehi dipentaskan untuk hiburan. Di

Surabaya, Wayang potehi tetap menun-jukan eksistensinya berkat Lima Merpati. Menjelang perayaan Imlek, kelompok ini banyak diundang ke kota-kota lain un-tuk mementaskan Wayang Potehi. Lima Merpati adalah sebuah komunitas satu-satunya di Surabaya yang melestarikan pementasan Wayang Potehi. Lima yang berarti jumlah anggotanya, dan merpati yang punya kiasan tak pernah ingkar janji. “Harapan saya agar wayang po-tehi tetap eksis, jangan sampai musnah. Karena bagaimanapun juga potehi ini juga budaya yang jangan sampai hilang, harus kita lestarikan,” pesan Mujiono, Sang Dalang. N: Ayu Kartika, Willy/ F: Ramon )

Sang Dalang : Pengabdian Mujiono terhadap warisan budaya leluhurnya selama tiga dasawarsa, berbuah manis bagi kehidu-pan pribadinya.

Page 3: acta surya magazine

Wayang Potehi secara rutin di-mainkan di klenteng tua di sudut kota, tak jauh dari Kya-

Kya Kembang Jepun. Lokasinya tepat di Jalan Dukuh. Dari luar, klenteg itu tam-pak usang dan tak terurus. Warna merah dan kuning yang mendominasi Klenteng Dukuh terlihat menghitam. Mulai rapuh dimakan usia. Kepulan asap lalu lalang kendaraan tiap harinya, menambah usang klenteng itu. Ketika mulai memasuki lokasi ini, segerombolan orang berusia senja sedang duduk-duduk di teras klenteng. Mereka seperti sudah akrab dengan tempat itu. Saat mulai memasuki klen-teng, tercium aroma dupa yang meny-engat hidung. Kondisinya gelap, hanya diterangi lilin-lilin besar berwarna merah dengan cahaya kuning api. Tiang-tiang penyangga klenteng dilingkari naga ber-warna hijau, terlihat masih kokoh. Namun, ada hal menarik di dalam klenteng itu. Sebuah kesenian yang tak banyak orang tahu. Kesenian wayang yang berasal dari negeri panda, dari sebuah provinsi bernama Hokian. Wayang yanga terbuat dari ukiran kayu dan kain kantung yang disebut Wayang Potehi. Hampir setiap hari Wayang Po-tehi dimainkan, sesuai jadwal yang di-tentukan. Meski tidak banyak penonton, pementasan Wayang Potehi tetap dige-lar. Sepotong-sepotong cerita disuguh-kan dengan durasi dua jam. Biasanya cerita yang dimainkan berkaitan dengan kerajaan atau sejarah negeri China. Ma-sing-masing cerita bisa selesai dalam hitungan bulan. Di Klenteng Dukuh, panggung pementasan Wayang Potehi berbentuk kotak seperti panggung boneka tangan, dengan ornamen-ornamen khas Tiong-kok. Terlihat seorang dalang berdarah Jawa memainkan wayang itu dengan tangannya. Boneka-boneka wayang itu seolah hidup, apalagi ditambah lagu-lagu dan permainan alat musik musik yang sangat khas.

Kostum yang dikenakan wayang melam-bangkan kostum kerajaan China. Dalang itu memainkan beberapa karakter, mu-lai dari panglima, seekor babi, sampai seorang wanita. Semua mahir dilaku-kannya.Sang Dalang Tak menyangka bahwa kesenian wayang dari China, ternyata orang pribu-mi lah dalangnya. Seorang pria berusia 50 tahun bernama Mujiono. Dedikasinya selama 30 tahun untuk Wayang Potehi tidak sia-sia, jam terbang yang sudah mencapai seluruh Indonesia memacu-nya untuk semakin berkembang. Berawal dari masa kecil Mu-jiono, yang kebetulan rumahnya tepat berada di depan klenteng. Ia tertarik un-

tuk menggeluti Wayang Potehi, karena sering melihat dan mencerna isi ceritan-ya. “Ceritanya mengandung falsafah ke-hidupan, tentang kebaikan dan keburu-kan,” ujarnya. Dan seketika itu, sambil belajar, terjunlah ia sebagai dalang Way-ang Potehi. Dulu, Wayang Potehi dipentas-kan untuk ritual. Orang China percaya bahwa dengan mementaskan wayang Potehi bisa mendatangkan hoki dan membuang sial. Konon, jika tidak diada-kan ritual, pementasan Wayang Potehi akan gagal. Pernah suatu ketika seorang dalang terluka tangannya terkena golok yang seolah-olah sengaja melukai tan-gan dalang itu. Seiring berjalannya waktu, Potehi dipentaskan untuk hiburan. Di

Surabaya, Wayang potehi tetap menun-jukan eksistensinya berkat Lima Merpati. Menjelang perayaan Imlek, kelompok ini banyak diundang ke kota-kota lain un-tuk mementaskan Wayang Potehi. Lima Merpati adalah sebuah komunitas satu-satunya di Surabaya yang melestarikan pementasan Wayang Potehi. Lima yang berarti jumlah anggotanya, dan merpati yang punya kiasan tak pernah ingkar janji. “Harapan saya agar wayang po-tehi tetap eksis, jangan sampai musnah. Karena bagaimanapun juga potehi ini juga budaya yang jangan sampai hilang, harus kita lestarikan,” pesan Mujiono, Sang Dalang. N: Ayu Kartika, Willy/ F: Ramon )

Sang Dalang : Pengabdian Mujiono terhadap warisan budaya leluhurnya selama tiga dasawarsa, berbuah manis bagi kehidu-pan pribadinya.

Page 4: acta surya magazine

Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan

Inggris. Apa impiannya ? Sangat tinggi. Ia ingin belajar teknologi tinggi di kota Band-ung seperti Prof. BJ Habibie, sang mantan presiden ketiga di negeri ini. Bahkan ia ingin merantau sampai ke benua Amerika. Dengan semangat meng-gelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera menerus-kan pendidikan ke bangku kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dirinya mampu lulus UMPTN. Ia sadar, ada satu hal penting yang tidak ia miliki. Ijazah SMA. Ya, bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tersebut tanpa ijazah. Terinspirasi dari semangat tim dinamit Denmark, dia mencoba mendobrak rintangan berat. Dia berhasil lulus UMPTN dan mendapat kursi disalah satu perguruan tinggi di bandung yaitu, UNPAD dan men-gambil jurusan HI (Hubungan Internasional). Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah segera menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan

Judul buku : Ranah 3 WarnaPenulis : Ahmad FuadiPenerbit : GramediaTerbit : 23 Januari 2011Harga : Rp. 38,000

mulai bertanya-tanya. Sampai kapan dia harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hid- up ini. Hampir saja dia meny- erah. Ru- p a n y a

“mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam me-menangkan hidupnya. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani,

yaitu “man shabara zhafira”. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia akhirnya bertekad untuk menyongsong badai hidup satu persatu. Menggugah tekad dan inspiratif. Ya,

Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib di-

bela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Ya, Tuhan selalu

bersama orang-orang yang sabar. Ditu-lis oleh Ahmad Fuadi, seorang mantan wartawan Tempo dan VOA. Setelah suk-

ses menulis buku pertamanya yang berjudul Negeri 5 Menara, kini peneri-ma delapan beasiswa luar negeri dan pencinta fotografi ini kembali menulis

buku trilogi yang memilih kalimat man jad-da wajada sebagai pesan dari bukunya.

Ahmad Fuadi pernah tinggal di Kanada, Singapura, Amerika Seri-

kat dan Inggris. Alumni Pondok Mod-ern Gontor, HI Unpad, George Wash-

ington University dan Royal Holloway dan University of London. Bahkan ia meniat-kan sebagian royalti dari trilogi ini untuk membangun Komunitas Menara. Sebuah yayasan sosial yang berfungsi untuk mem-bantu pendidikan orang yang tidak mampu, yang berbasiskan sukarelawan. (N: Rama)

Ampuhnya Man Jadda Wa Jadda

FEBRUARI 2011Resensi

Page 5: acta surya magazine

Danau seluas sekitar 20 meter persegi di Stikosa-AWS, pada Kamis (27/01) pu-

kul 13.00, disulap para mahasiswa sebagai tempat perlombaaan yang cukup meriah. Sejumlah 15 mahasiswa peserta lomba, turun ke danau untuk menangkap bebek. Lomba yang diadakan oleh For Pro AWS itu memang mengusung tema “bebek” (ber-sih-bersih korupsi). Uniknya, bebek yang ditangkap berkalungkan tulisan “Gayus”. Lomba itu diadakan sebagai salah satu wujud dukungan terhadap pember-antasan korupsi di Indonesia. “Contohnya Gayus, meskipun sudah ditangkap dan di-masukkan ke dalam sel, dia masih bisa ple-sir-an,” tutur Abu Darda, penanggungjawab kegiatan. Seperti prinsip yang digunakan dalam lomba itu, “bebek” bukan hanya

singkatan dari “bersih-bersih korupsi”, tetapi juga diperumpakan sebagai “Gayus”. Aturan mainnya, peserta ha-rus menangkap bebek sambil ditutup matanya. Setelah itu, bebek dibakar dan kemudian dimakan. “Hal itu sebagai sim-bolisasi untuk mengupas tuntas korupsi di Indonesia, yang menjadi wacana dimulai dan dibangun oleh mahasiswa,” tutur Abu. Perlombaan yang berhadiahkan dua buah handphone itu dimanfaatkan ma-hasiswa sebagai ajang meramaikan kam-

pus. Salah satu pemenang lomba, Ririk Panca Febriana, mengaku tidak menyang-ka dirinya mendapat hadiah handphone. “Seru banget acaranya, sampai-sampai dapat lumayan banyak luka baik di tangan maupun di kaki. Saya hanya berniat mera-maikan acara, tidak menyangka menjadi pe-menang,. Mumpung handphone CDMA lagi rusak,” papar perempuan berjilbab itu. Ia pun berterimakasih kepada For Pro AWS yang telah membuat Stikosa-AWS dikenal ban-yak orang. (N: Isnaini Kurnia/ F:Helmy Y. )

Event

Setelah sukses menggelar diskusi “Mengejar Wedhus Gembel” dan

“Media di Tengah Tol”, For Pro (Forum Progresif) AWS kembali mewarnai kam-pus dengan diskusi bertajuk “The Secret Files”. Diskusi yang digelar Rabu (26/01) ini menghadirkan Noor Arief, wartawan kriminal dan Asisten Redaktur Pelaksana koran Memorandum. Ia merupakan salah satu alumni Stikosa-AWS yang berse-dia menyumbangkan ilmu dan waktu-nya untuk memberi sedikit pengetahuan serta pengalamannya pada mahasiswa. Dalam diskusi itu, Arief menjelas-kan cara mengoptimalkan reportase berita kriminal yang penuh resiko dan tantangan. Menurutnya, kriminal yang ada di masyarakat cenderung cepat berubah dan penuh dengan inovasi serta trik. “Karena semakin canggihnya alat yang digunakan dalam melakukan tindak kriminalitas, seorang kriminal bisa ber-inovasi dengan lebih matang,” katanya. Laki-laki yang telah menjadi wartawan kriminal selama 12 tahun ini

juga menjelaskan berbagai fenomena dan kesulitan selama mencari berita kriminal. Ia harus mengorek-korek sisi kejelekan seseorang untuk dipublikasikan kepada khalayak umum. “Awal-awalnya nggak tega,“ akunya. Ia pun tidak doyan makan karena selalu melihat kengerian-kengerian, seperti orang tenggelam atau darah ber-ceceran. Namun sekarang, Arief mengaku telah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Menurut Zurqoni, Koordinator

For Pro AWS, diskusi ini digelar sebagai pemicu dan pengobar semangat agar semua mahasiswa Stikosa-AWS selalu aktif dan berkembang maju. “Diskusi ini digelar sebagai rangkaian event For Pro AWS yang sudah menjadi agenda bula-nan, minimal 1 bulan sekali,” ujarnya. Ia menambahkan, diskusi ini juga bertujuan mendekatkan alumni Stikosa-AWS dengan mahasiswa yang masih berstudi di kam-pus ini. (N: Isnaini Kurnia/ F:Herman D. )

Tangkap Bebek, Bersihkan Korupsi

Di Balik Reportase Kriminal

FEBRUARI 2011

Page 6: acta surya magazine

Gembul Jadi Presiden

Profil FEBRUARI 2011

Ingin aktif berorganisasi tapi jadwal kuliah penuh, belum lagi antrean tu-gas dari dosen. Membuat kita berpikir

dua kali untuk memilih mana lebih dipri-oritaskan. Kita pasti ingin kedua kegiatan tersebut bisa berjalan seimbang. Ada beberapa tips yang mungkin bisa dijadi-kan solusi mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah cara sederhana yang biasa dilakukan M.S. Hadiarsa, yakni membuat mind and map-ping (peta pikiran) untuk setiap kegiatan yang akan dilakukannya. Ternyata, ke-biasaan ini sudah ia lakukan sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama). Mapping yang disusun, digunakannya untuk mem-permudah menghafal mata pelajarannya. “Waktu SMP dulu aktivitas saya sekolah sama ekstrakurikuler,” tutur laki-laki yang akrab disapa Arsa ini. Bahkan sampai kuliah pun, mahasiswa yang ak-tif beroganisasi di teater Lingkar, Kopi, dan PRC ini masih membuat peta piki-ran yang digunakannya untuk menjad-wal kegiatannya selama sebulan. “Dengan metode ini kita dapat melihat visualisasi karya pemetaan pemikiran kita,” ulasnya. Berbeda dengan Norma Anggara, agar semua kegiatan lebih terjad- w a l , ia membuat list dalam bentuk agenda. Bi-asanya, ia men-g a g e n d a k a n keg ia tannya

selama seminggu. “Jadi saya selalu membuat agenda jadwal kegiatan itu selama seming-gu. Kalau sudah selesai melaksanakan kegiatan itu baru saya coret,” ungkap perempuan yang sering dipanggil Inunk ini. Norma juga membuat daftar keg-iatan dalam agendanya sejak SMP. “Saat itu saya sadar kegiatan setumpuk dan susah untuk mengingat semua jadwal,” akunya. Selain bermanfaat menata waktu dan meng-ingat kegiatan yang harus dilakukan, Nor-ma menambahkan daftar agenda itu juga untuk mencatat target dan visi misi hidup. Nampaknya, bagi kedua ma-hasiswa tersebut, baik mapping dan agenda ini berguna membantu dan mempermudah untuk mengin-gat aktivitas dan tugas yang harus mereka rampungkan. Nah, jika tidak in-gin jam kuliah, kerja, dan organisasi Anda kacau balau, mungkin mem-buat mapping atau menyusun agenda dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda dalam membuat jadw-

al dari priori-tas ke mi-nor i tas. (N: Aulia)

Hidup Seimbang Agar Gemilang

Tips FEBRUARI 2011

Arsa Hadiarsa

Norma AnggaraArsa Hadiarsa

Norma Anggara

Page 7: acta surya magazine

Gembul Jadi Presiden

Profil FEBRUARI 2011

Ingin aktif berorganisasi tapi jadwal kuliah penuh, belum lagi antrean tu-gas dari dosen. Membuat kita berpikir

dua kali untuk memilih mana lebih dipri-oritaskan. Kita pasti ingin kedua kegiatan tersebut bisa berjalan seimbang. Ada beberapa tips yang mungkin bisa dijadi-kan solusi mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah cara sederhana yang biasa dilakukan M.S. Hadiarsa, yakni membuat mind and map-ping (peta pikiran) untuk setiap kegiatan yang akan dilakukannya. Ternyata, ke-biasaan ini sudah ia lakukan sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama). Mapping yang disusun, digunakannya untuk mem-permudah menghafal mata pelajarannya. “Waktu SMP dulu aktivitas saya sekolah sama ekstrakurikuler,” tutur laki-laki yang akrab disapa Arsa ini. Bahkan sampai kuliah pun, mahasiswa yang ak-tif beroganisasi di teater Lingkar, Kopi, dan PRC ini masih membuat peta piki-ran yang digunakannya untuk menjad-wal kegiatannya selama sebulan. “Dengan metode ini kita dapat melihat visualisasi karya pemetaan pemikiran kita,” ulasnya. Berbeda dengan Norma Anggara, agar semua kegiatan lebih terjad- w a l , ia membuat list dalam bentuk agenda. Bi-asanya, ia men-g a g e n d a k a n keg ia tannya

selama seminggu. “Jadi saya selalu membuat agenda jadwal kegiatan itu selama seming-gu. Kalau sudah selesai melaksanakan kegiatan itu baru saya coret,” ungkap perempuan yang sering dipanggil Inunk ini. Norma juga membuat daftar keg-iatan dalam agendanya sejak SMP. “Saat itu saya sadar kegiatan setumpuk dan susah untuk mengingat semua jadwal,” akunya. Selain bermanfaat menata waktu dan meng-ingat kegiatan yang harus dilakukan, Nor-ma menambahkan daftar agenda itu juga untuk mencatat target dan visi misi hidup. Nampaknya, bagi kedua ma-hasiswa tersebut, baik mapping dan agenda ini berguna membantu dan mempermudah untuk mengin-gat aktivitas dan tugas yang harus mereka rampungkan. Nah, jika tidak in-gin jam kuliah, kerja, dan organisasi Anda kacau balau, mungkin mem-buat mapping atau menyusun agenda dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda dalam membuat jadw-

al dari priori-tas ke mi-nor i tas. (N: Aulia)

Hidup Seimbang Agar Gemilang

Tips FEBRUARI 2011

Arsa Hadiarsa

Norma AnggaraArsa Hadiarsa

Norma Anggara