acne vulgaris
TRANSCRIPT
AKNE VULGARIS
I. PENDAHULUAN
Akne atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan
menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul,
pustule, nodus, dan kista pada tempat predileksinnya.1
Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hamper mirip satu dengan
yang lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi yang berbeda.
Salah satu jenis akne adalah akne vulgaris.1
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea
yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gamabaran klinis akne vulgaris sering polimorf; terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi
akibat kelainan aktif tersbut; baik jaringan parut yang hipotrofik maupun
hipertropik.1,2,3,4,5,6
A. EPIDEMIOLOGI
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering
dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman
mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali
tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat
pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun
baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salaj satu problem.
Umumnya insidens terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19
tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan
papul dan jarang terlihat lesi beradang.1,3,4
Akne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu
tahun sebelum menarche atau haid pertama. Onset akne pada perempuan
lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya
lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi akne pada masa remaja cukup tinggi,
yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja. Perempuan ras Afrika
1
Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi akne tinggi, yaitu 37% dan 32%,
sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%.4 Pada
ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20%
lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, akne
komedonal lebih sering dibandingkan acne inflamasi, yaitu 14% akne
komedonal, 10% akne inflamasi.1,2,4,6,7
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada
berbagai faktor yang berkaitan dengan patogensis penyakit.1 Beberapa
faktor yang dapat Menyebabkan akne vulgaris, antara lain :
genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb),
faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor
psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes),
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.1,2,6
Gambar 1. Etiopatogenesis Akne1
2
C. PATOGENESIS
Patogenesis akne meliputi empat factor, yaitu hiperproliferasi epidermis
folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan,
inflamasi , dan aktivitas Propionibacterium acne (P.acne).2,7,8
Adapun penjelasan dari proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel
yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga
sukar lepas dari saluran folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan
unsure komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas dalam sebum yang penting pada
pathogenesis penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, dulu:
Corynebacterium acnes, Pityrosporum ovale dan Staphylococcuc
epidermidis) yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta
pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.
5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies
yang memperberat akne.
6. Peningkatan kadar hormone androgen, anabolic, kortikosteroid,
gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi factor penting pada
kegiatan kelenjar sebasea.
7. Terjadinya stress psikik yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,
baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar
hipofisis.
8. Faktor lain; usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak
langsung dapat memacu peningkatan proses pathogenesis tersebut.
3
Gambar.2 Patogenesis Akne: a) Hiperkeratosis primer b) Komedo c) Inflamasi papul (pustul) d) Nodul2,4,5
Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut. Acne mulai
terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan
dehidroepiandrosteron sulfat, precursor testosteron. Penderita acne memiliki
kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam
batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan
merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi
keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum.
Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam
linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel
rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi
keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.
Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin,
sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas,
membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan
bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang
4
keluar akan menimbulkan respon inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa
inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.7
Faktor keempat terjadinya acne adalah P.acnes, bakteri positif gram dan
anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan
acne memiliki konsentrasi P.acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa
acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne.
Peranan P.acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah
satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi
P.acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding
sel P. acnes meningkatkan respons infl amasi melalui aktivasi komplemen.7
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi
dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah
berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung. Pada
hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh seborea, alopesia,
hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan infertilitas dan
sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi. Penyebab utama
hiperandrogenisme adalah sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian
syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga
menderita acne. Meskipun demikian, sebagian besar acne pada perempuan
dewasa tidak berkaitan dengan gangguan endokrin. Penyebab utama acne
pada kelompok ini adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap
perubahan hormon fisiologis siklus haid. Sebagian besar perempuan
mengalami peningkatan jumlah acne pada masa premenstrual atau sebelum
haid. 7
5
Gambar 3. Jalur metabolism steroid2
D. GEJALA KLINIS
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian
atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas,
dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala
predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul,
nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya
keluhan penderita adalah keluhan estetis.1,2,5
Komedo adalah gejala patognomik bagi akne berupa papul miliar yang
di tengahnya mengandung sumbatan sebum,bila berwarna hitam akibat
mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka
(black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya
lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai
komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).1,2,4,5
6
Gambar 4. Hubungan klinikalpatologi dengan lesi akne: A) Komedo tertutup
B)Komedo terbuka C)Papul inflamasi D)Nodul4
E. KLASIFIKASI
Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk
beratnya akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan
berdasarkan tipe (komedoal/papular, pustular/noduokisitk) dan/atau beratnya
penyakit (ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit dapat digambarkan
sebagai inflamasi dan non-inflamasi.
Menurut Pillsburry, gradasi akne terbagi atas1 :
1. Komedo di muka.
2. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka.
3. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada,
punggung.
4. Akne konglobata.
Menurut FKUI, gradasi acne vulgaris dibagi sebagai berikut.1
1. Ringan,bila :
7
- beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi
- sedikit lesi tak ber adang pada beberapa tempat predileksi
- sedikit lesi beradang pada 1 predileksi
2. Sedang,bila :
- banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi
- beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
- beberapa lesi beradang pada 1 predileksi
- sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
3. Berat,bila :
- banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
- banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan: sedikit bila lesi <5, beberapa 5-10, banyak > 10 lesi.
Tak beradang bila terdapat komedo putih, komedo hitam,papul.
Beradang bila terdapat pustule,nodul,dan kista.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi
sebum,yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok
unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti
lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.1
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak
spesifik berupakan sebukan sel radang kronis di sekitar folikel
pilosebaseadengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah
menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang
bercampur dengan darah,jaringan mati dan keratin yang lepas.1
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran
pada etiologi dapat digunakan untuk penelitian,tetapi hasil sering tidak
memuaskan. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula
kadar asam lemak bebas.1
G. DIAGNOSIS BANDING
Meskipun terdapat satu jenis lesi yang dominan, akne vulgaris
didiagnosis dengan adanya beberapa variasi dari lesi akne (komedo, pustul,
8
papul, dan nodul) yang erdapat pada wajah, punggung, dan dada. Diagnosis
banding akne vulgaris antara lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis
perioral.1,2,5
1. Erupsi akneiformis
Erupsi akneiformis merupakan akne yang disebabkan oleh induksi obat,
seperti kortikosteroid, Isoniazid, barbiturat, bromida, iodida, difenilhidantoin,
dan ACTH. Klinis erupsi berupa papul di berbagai tempat tanpa komedo,
timbul mendadak tanpa disertai demam.
2. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kronik yang etiologinya belum diketahui
secara pasti, dengan karakteristik adanya eritema pada sentral wajah dan
leher. Penyakit ini terdiri atas dua komponen klinik, yakni perubahan
vaskuler yang terdiri atas eritema intermiten dan persisten serta erupsi
akneiform yang terdiri atas papul, pustul, kista, dan hiperplasia sebasea. Pada
rosasea tidak terdapat hubungan antara eksresi sebum dengan beratnya gejala
rosasea.
3. Akne venenata
Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi
monomorf, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat
predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.
4. Dermatitis perioral
Perioral dermatitis adalah penyakit kulit dengan karakteristik papul dan
pustul kecil yang terdistribusi pada daerah perioral, dengan predominan di
sekitar mulut. Dermatitis perioral biasanya pada wanita muda, sering
ditemukan di sekitar mulut, namun dapat pula di sekitar hidung dan mata.
Etiologinya belum diketahui secara pasti, namun diduga penyebabnya oleh
karena: candida, iritasi pasta gigi berflouride, dan kontrasepsi oral. Dermatitis
perioral erupsi simetris yang terbatas pada area hidung, mulut, dan dagu, yang
terdiri atas mikropapul, mikrovesikel, atau papulopustulosa dengan diameter
kurang dari 2 mm. Penyebab pasti belum diketahui, namun terdapat beberapa
faktor yang mungkin menjadi penyebab antara lain faktor hormonal,
9
emosional, sensitif terhadap kosmetik, pasta gigi berfluoride, agen infektif,
dan kortikosteroid topikal.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada Acne Vulgaris harus sesuai terutama
yang berhubungan dengan faktor-faktor berikut yang dikenal
terlibat dalam timbulnya acne seperti hiperproliferasi folikular,
sebum berlebih, infeksi Propionibacteriumacnes, dan
peradangan. Derajat keparahan pada jerawat dapat
menentukan perawatan yang tepat. Konsensus saat ini
merekomendasikan kombinasi retinoid topikal dan terapi
antimikroba sebagai terapi pertama untuk hampir semua
pasien dengan Acne Vulgaris. Efektifitas unggul dari
kombinasi ini dibandingkan dengan monoterapi, dimana
proses dari mekanisme kerjanya yang saling melengkapi
dalam menghentikan faktor-faktor patogen yang berbeda.
Retinoid mengurangi deskuamasi abnormal, komedolitik, dan
memiliki beberapa efek anti inflamasi, sedangkan benzoyl
peroxide adalah antimikroba dengan beberapa efek keratolitik
serta antibiotik yang memiliki efek anti inflamasi dan
antimikroba.9
The American Academy of Pediatrics telah mendapatkan
rekomendasi dari American Acne and Rosacea Society untuk
diagnosis dan pengobatan jerawat pada anak. Pedoman yang
digunakan ialah usia dan status pubertas untuk
menggambarkan klasifikasi, diagnosis, evaluasi, dan
manajemen, terkhusus efek psikososial, kepatuhan
pengobatan, dan pertimbangan diet. Berikut ini adalah
merupakan beberapa rekomendasi yang dianjurkan untuk
dewasa, remaja, anak, dan bayi.9
10
Benzoil peroksida umumnya aman dan efektif sebagai
monoterapi atau ketika digunakan dalam produk kombinasi
topikal untuk jerawat ringan (Level A).
Retinoid topikal dapat digunakan baik sebagai monoterapi
atau kombinasi dengan produk lain dan dalam regimen
terapi untuk semua jenis dan tingkat keparahan jerawat
pada anak-anak dan remaja dari segala usia (Level A).
Antibiotik oral dapat digunakan untuk moderat sampai
berat peradangan jerawat untuk segala usia (kecuali untuk
tetrasiklin pada anak-anak < 8 tahun) (level B).
Terapi hormonal dengan kombinasi kontrasepsi oral dapat
digunakan sebagai terapi lini kedua pada wanita pubertas
dengan derajat jerawat sedang sampai parah (tingkat A)
Isotretinoin dianjurkan untuk acne vulgaris derajat parah
seperti terdapat jaringan parut, membentuk skar, dan /
atau jerawat yang keras terutama pada remaja (tingkat A)
Gambar 1. Jerawat dengan reaksi hiperpigmentasi sebelum mendapatkan
pengobatan9
11
Gambar 2. Acne dengan reaksi hiperpigmentasi setelah mendapatkan
pengobatan9
1. Perawatan Topikal
Retinoid
Retinoid topikal adalah komedolitik dan anti-inflamasi.
Retinoid menormalkan hiperproliferasi folikular dan
hyperkeratinization. Retinoid topikal mengurangi jumlah
mikrokomedo, komedo, dan lesi inflamasi. Retinoid topikal
harus dimulai sebagai terapi pertama untuk lesi jerawat dan
inflamasi kemudian dilanjutkan sebagai terapi untuk
menghambat pembentukan mikrokomedo lebih lanjut.
Retinoid topikal yang paling sering diresepkan untuk akne
vulgaris yaitu adapalene, tazarotene, dan tretinoin. Retinoid
ini harus diterapkan sekali sehari untuk membersihkan kulit
kering, tetapi obat ini mungkin perlu diterapkan lebih jarang
jika terjadi iritasi. Iritasi kulit seperti kulit terkelupas dan
kemerahan mungkin terkait dengan penggunaan awal retinoid
topikal dan biasanya sembuh dalam beberapa minggu dalam
pertama penggunaan. Dianjurkan agar tidak menyebabkan
iritasi tambahan selama penggunaan retinoid dengan tidak
menggunakan pembersih dan pelembab nonkomedogenik
lainnya agar membantu mengurangi iritasi ini. Retinoid topikal
12
menipiskan stratum korneum, dan mereka telah dikaitkan
dengan sensitifitas matahari. Instruksikan pasien tentang
perlindungan terhadap matahari.9,10,11
Antibiotik
Antibiotik topikal terutama digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri P acnes. Antibiotik juga
mungkin memiliki sifat anti - inflamasi . Antibiotik topikal tidak
memiliki efek komedolitik dan resistensi bakteri dapat
berkembang ke salah satu dari agen ini. Antibiotik topikal
sering diresepkan untuk akne vulgaris termasuk klindamisin
(atau yang umum digunakan eritromisin). Resistensi antibiotik
oleh P acnes adalah umum dan merupakan ancaman yang
signifikan untuk pengobatan akne vulgaris. Antimikroba harus
dikombinasikan dengan retinoid topikal untuk mengobati lesi
yang sudah parah dan pengobatan dengan benzoyl peroxide
untuk mengurangi kemungkinan resistensi bakteri P Acnes.
Penggunaan antibiotik oral dan topikal harus dihindari dan
tidak dapat digunakan sebagai monoterapi. Jika akne vulgaris
semakin parah atau kambuh, gunakan antibiotik yang sama
jika sebelumnya efektif dan juga dapat dibantu dengan
menggunakan benzoil peroksida selama 5-7 hari antara
kursus antibiotik untuk mengurangi resistensi pada organisme
pada kulit. Produk benzoyl peroxide juga efektif terhadap P
acnes, dan resistensi bakteri terhadap benzoyl peroxide
belum dilaporkan. Benzoil peroksida tersedia dalam berbagai
bentuk topikal, seperti sabun untuk wajah, lotion, krim, dan
gel. Produk benzoyl peroxide dapat digunakan sekali atau dua
kali sehari. Agen ini kadang-kadang dapat menyebabkan
dermatitis kontak alergi sejati, yang biasa ditemui yaitu
dermatitis kontak iritan terutama jika digunakan dengan
13
tretinoin atau jika disertai dengan penggunaan pencuci wajah.
Jika eritema intensif dan pruritus muncul, tes patch dengan
benzoil peroksida diindikasikan untuk menyingkirkan
dermatitis kontak alergi .9,10,11
2. Pengobatan Sistemik
Antibiotik
Antibiotik sistemik adalah andalan dalam pengobatan
peradangan akne vulgaris derajat sedang sampai berat. Obat
ini memiliki sifat anti - inflamasi, dan mereka efektif terhadap
P acnes. Golongan tetrasiklin antibiotik umumnya diresepkan
untuk akne vulgaris. Antibiotik yang lebih lipofilik, seperti
doxycycline dan minocycline, umumnya lebih efektif daripada
tetrasiklin. Keberhasilan yang lebih besar juga mungkin
dikarenakan P acnes kurang resistensi terhadap minocycline.
P acnes resistensi terhadap eritromisin telah sangat
berkurang kegunaannya dalam pengobatan jerawat. Terapi
Subantimicrobial atau pengobatan bersamaan dengan topikal
benzoil peroksida dapat mengurangi munculnya strain yang
resisten. Penggunaan antibiotik oral dapat menyebabkan
kandidiasis vagina, doxycycline dapat menyebabkan kulit
wajah menjadi tidak tahan terhadap cahaya matahari, dan
minocycline telah dikaitkan dengan deposisi pigmen kulit,
selaput lendir, dan gigi. Munculnya bakteri yang resisten
terhadap antibiotik selain P acnes adalah masih kontroversial.
sebuah studi oleh Fanelli et al menemukan bahwa
Staphylococcus aureus tetap sensitif terhadap tetrasiklin
bahkan setelah penggunaan jangka panjang antibiotik untuk
jerawat, ini memiliki konsekuensi signifikan ketika
mempertimbangkan upaya untuk mengendalikan penyebaran
methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), karena
14
golongan antibiotik tetrasiklin saat ini menjadi salah satu
pilihan utama untuk pengobatan rawat jalan infeksi MRSA.
Antibiotik lain seperti trimetoprim sendiri atau dalam
kombinasi dengan sulfamethoxazole dan azithromycin,
dilaporkan sangat membantu.9,10,11
3. Terapi Hormonal
Beberapa terapi hormonal mungkin efektif dalam
pengobatan acne vulgaris . Estrogen dapat digunakan untuk
mengurangi produksi sebum. Selain itu, mengurangi produksi
hormon androgen oleh ovarium dengan menekan pelepasan
gonadotropin. Kontrasepsi oral juga meningkatkan sintesis
hepatik sex hormone-binding globulin dengan melepaskan
testoteron agar tersebar bebas dalam sirkulasi. Kombinasi pil
KB telah menunjukkan keberhasilan dalam pengobatan acne
vulgaris. Spironolactone dapat juga digunakan dalam
pengobatan acne vulgaris. Spironolakton mengikat reseptor
androgen dan mengurangi produksi androgen. Efek
sampingnya pusing, nyeri payudara, dan dismenore.
Dismenore dapat dikurangi dengan pemberian bersama
kontrasepsi oral. Evaluasi berkala tekanan darah dan kadar
kalium. Pada ibu hamil harus dihindari saat menggunakan
spironolactone karena risiko terjadi feminisasi pada janin laki-
laki.9,10,11
Isotretinoin
Isotretinoin adalah retinoid sistemik yang sangat efektif
dalam pengobatan akne vulgaris dengan derajat yang kronik
dan parah. Isotretinoin menyebabkan normalisasi diferensiasi
epidermal, menekan ekskresi sebum hingga 70% dan anti -
15
inflamasi bahkan mengurangi munculnya P acnes. Terapi
isotretinoin harus dimulai dengan dosis 0,5 mg/kg/hari selama
4 minggu dan dinaikkan sebagai toleransi sampai dosis
kumulatif 120-150 mg/kg. Beberapa pasien mungkin
menanggapi dosis lebih rendah dari dosis rekomendasi
standar. Dosis yang lebih rendah (0,25-0,4 mg/kg/d) mungkin
sama efektifnya dengan dosis yang lebih tinggi diberikan
untuk periode waktu yang sama dan dengan kepuasan pasien
yang lebih besar. Sebuah studi menemukan 38% dari pasien
tidak memiliki jerawat selama 3 tahun dan di antara pasien
yang tersisa 17% dikendalikan dengan terapi topikal lanjut,
25% dengan antibiotik topikal dan oral, dan 20% dengan
kursus kedua isotretinoin. Relapse lebih mungkin pada pasien
yang lebih muda atau dan biasanya wanita. Isotretinoin
adalah teratogen, sehingga kehamilan harus dihindari.
Konseling kontrasepsi adalah wajib, dan 2 kali hasil tes
kehamilan negatif diperlukan sebelum memulai terapi pada
wanita usia subur. Pemeriksaan laboratorium awal juga harus
mencakup kolesterol dan trigliserida, tingkat transaminase
hati dan jumlah CBC. Tes kehamilan dan pemeriksaan
laboratorium harus diulang setiap bulan selama pengobatan.
Dampak merugikan lainnya termasuk kulit, bibir, dan mata
kering, nyeri otot dan sakit kepala. Pasien mengalami sakit
kepala berat, penurunan penglihatan pada malam hari, atau
peristiwa kejiwaan yang merugikan harus segera berhenti
minum isotretinoin. Jerawat bisa menjadi situasi yang sangat
menyedihkan . Hal ini dapat mengubah perkembangan
kepribadian dalam tahap remaja dan dapat menciptakan
permusuhan, kemarahan, dan perilaku antisosial. Perubahan
mood dan depresi yang terkait juga telah dilaporkan selama
16
pengobatan. Isotretinoin dapat meningkatkan perasaan
depresi dan pikiran untuk bunuh diri . Jangan mengelola
isotretinoin untuk seorang remaja depresi atau bunuh diri.
Meskipun hubungan sebab - akibat belum ditetapkan, pasien
harus diberitahu tentang efek potensial ini dan harus
menandatangani formulir persetujuan mengakui mereka
menyadari potensi risiko ini . Saat menggunakan isotretinoin ,
pasien dianggap berisiko tinggi bila sedang dalam proses
penyembuhan suatu penyakit dan pertumbuhan berlebihan
pada jaringan granulasi. Prosedur lain yang harus dihindari
selama terapi isotretinoin termasuk tato, tindik, kaki waxing,
dan prosedur pencukuran bulu lainnya.9,10,11
4. Diet
Beberapa artikel menyarankan pengaturan diet untuk penderita akne
vulgaris. Implikasi dari penelitian tentang diet coklat, susu, dan makanan
berlemak dan hubungannya dengan akne masih diteliti. Hingga saat ini
belum ada evidence base yang mendukung bahwa eliminasi makanan akan
berdampak pada akne, akan tetapi beberapa pasien akan mengalami
kemunculan akne setelah mengkonsumsi makanan tersebut.2
I. PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik. Acne vulgaris pada umumnya
sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi acne vulgaris yang
menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sampai perlu dir
awat inap di rumah sakit.1
17