acne vulgaris

24
AKNE VULGARIS I. PENDAHULUAN Akne atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule, nodus, dan kista pada tempat predileksinnya. 1 Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hamper mirip satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi yang berbeda. Salah satu jenis akne adalah akne vulgaris. 1 Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gamabaran klinis akne vulgaris sering polimorf; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersbut; baik jaringan parut yang hipotrofik maupun hipertropik. 1,2,3,4,5,6 A. EPIDEMIOLOGI Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 1

Upload: nanoarashi

Post on 23-Jan-2016

256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acne Vulgaris

AKNE VULGARIS

I. PENDAHULUAN

Akne atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul,

pustule, nodus, dan kista pada tempat predileksinnya.1

Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hamper mirip satu dengan

yang lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi yang berbeda.

Salah satu jenis akne adalah akne vulgaris.1

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.

Gamabaran klinis akne vulgaris sering polimorf; terdiri atas berbagai kelainan

kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi

akibat kelainan aktif tersbut; baik jaringan parut yang hipotrofik maupun

hipertropik.1,2,3,4,5,6

A. EPIDEMIOLOGI

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering

dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman

mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali

tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat

pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun

baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salaj satu problem.

Umumnya insidens terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19

tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan

papul dan jarang terlihat lesi beradang.1,3,4

Akne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu

tahun sebelum menarche atau haid pertama. Onset akne pada perempuan

lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya

lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi akne pada masa remaja cukup tinggi,

yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja. Perempuan ras Afrika

1

Page 2: Acne Vulgaris

Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi akne tinggi, yaitu 37% dan 32%,

sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%.4 Pada

ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20%

lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, akne

komedonal lebih sering dibandingkan acne inflamasi, yaitu 14% akne

komedonal, 10% akne inflamasi.1,2,4,6,7

B. ETIOLOGI

Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada

berbagai faktor yang berkaitan dengan patogensis penyakit.1 Beberapa

faktor yang dapat Menyebabkan akne vulgaris, antara lain :

genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb),

faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor

psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes),

kosmetika, dan bahan kimia lainnya.1,2,6

Gambar 1. Etiopatogenesis Akne1

2

Page 3: Acne Vulgaris

C. PATOGENESIS

Patogenesis akne meliputi empat factor, yaitu hiperproliferasi epidermis

folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan,

inflamasi , dan aktivitas Propionibacterium acne (P.acne).2,7,8

Adapun penjelasan dari proses tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel

yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga

sukar lepas dari saluran folikel tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan

unsure komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.

3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas dalam sebum yang penting pada

pathogenesis penyakit.

4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, dulu:

Corynebacterium acnes, Pityrosporum ovale dan Staphylococcuc

epidermidis) yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta

pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.

5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies

yang memperberat akne.

6. Peningkatan kadar hormone androgen, anabolic, kortikosteroid,

gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi factor penting pada

kegiatan kelenjar sebasea.

7. Terjadinya stress psikik yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,

baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar

hipofisis.

8. Faktor lain; usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak

langsung dapat memacu peningkatan proses pathogenesis tersebut.

3

Page 4: Acne Vulgaris

Gambar.2 Patogenesis Akne: a) Hiperkeratosis primer b) Komedo c) Inflamasi papul (pustul) d) Nodul2,4,5

Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut. Acne mulai

terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan

dehidroepiandrosteron sulfat, precursor testosteron. Penderita acne memiliki

kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan

orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam

batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan

merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi

keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum.

Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam

linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel

rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi

keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.

Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin,

sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas,

membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan

bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang

4

Page 5: Acne Vulgaris

keluar akan menimbulkan respon inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa

inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.7

Faktor keempat terjadinya acne adalah P.acnes, bakteri positif gram dan

anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan

acne memiliki konsentrasi P.acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa

acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne.

Peranan P.acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah

satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi

P.acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding

sel P. acnes meningkatkan respons infl amasi melalui aktivasi komplemen.7

Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi

dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah

berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung. Pada

hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh seborea, alopesia,

hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan infertilitas dan

sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi. Penyebab utama

hiperandrogenisme adalah sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian

syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga

menderita acne. Meskipun demikian, sebagian besar acne pada perempuan

dewasa tidak berkaitan dengan gangguan endokrin. Penyebab utama acne

pada kelompok ini adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap

perubahan hormon fisiologis siklus haid. Sebagian besar perempuan

mengalami peningkatan jumlah acne pada masa premenstrual atau sebelum

haid. 7

5

Page 6: Acne Vulgaris

Gambar 3. Jalur metabolism steroid2

D. GEJALA KLINIS

Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian

atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas,

dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala

predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul,

nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya

keluhan penderita adalah keluhan estetis.1,2,5

Komedo adalah gejala patognomik bagi akne berupa papul miliar yang

di tengahnya mengandung sumbatan sebum,bila berwarna hitam akibat

mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka

(black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya

lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai

komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).1,2,4,5

6

Page 7: Acne Vulgaris

Gambar 4. Hubungan klinikalpatologi dengan lesi akne: A) Komedo tertutup

B)Komedo terbuka C)Papul inflamasi D)Nodul4

E. KLASIFIKASI

Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk

beratnya akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan

berdasarkan tipe (komedoal/papular, pustular/noduokisitk) dan/atau beratnya

penyakit (ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit dapat digambarkan

sebagai inflamasi dan non-inflamasi.

Menurut Pillsburry, gradasi akne terbagi atas1 :

1. Komedo di muka.

2. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka.

3. Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada,

punggung.

4. Akne konglobata.

Menurut FKUI, gradasi acne vulgaris dibagi sebagai berikut.1

1. Ringan,bila :

7

Page 8: Acne Vulgaris

- beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi

- sedikit lesi tak ber adang pada beberapa tempat predileksi

- sedikit lesi beradang pada 1 predileksi

2. Sedang,bila :

- banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi

- beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi

- beberapa lesi beradang pada 1 predileksi

- sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi

3. Berat,bila :

- banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi

- banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan: sedikit bila lesi <5, beberapa 5-10, banyak > 10 lesi.

Tak beradang bila terdapat komedo putih, komedo hitam,papul.

Beradang bila terdapat pustule,nodul,dan kista.

F. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi

sebum,yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok

unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti

lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.1

Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak

spesifik berupakan sebukan sel radang kronis di sekitar folikel

pilosebaseadengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah

menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang

bercampur dengan darah,jaringan mati dan keratin yang lepas.1

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran

pada etiologi dapat digunakan untuk penelitian,tetapi hasil sering tidak

memuaskan. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula

kadar asam lemak bebas.1

G. DIAGNOSIS BANDING

Meskipun terdapat satu jenis lesi yang dominan, akne vulgaris

didiagnosis dengan adanya beberapa variasi dari lesi akne (komedo, pustul,

8

Page 9: Acne Vulgaris

papul, dan nodul) yang erdapat pada wajah, punggung, dan dada. Diagnosis

banding akne vulgaris antara lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis

perioral.1,2,5

1. Erupsi akneiformis

Erupsi akneiformis merupakan akne yang disebabkan oleh induksi obat,

seperti kortikosteroid, Isoniazid, barbiturat, bromida, iodida, difenilhidantoin,

dan ACTH. Klinis erupsi berupa papul di berbagai tempat tanpa komedo,

timbul mendadak tanpa disertai demam.

2. Rosasea

Rosasea adalah penyakit kronik yang etiologinya belum diketahui

secara pasti, dengan karakteristik adanya eritema pada sentral wajah dan

leher. Penyakit ini terdiri atas dua komponen klinik, yakni perubahan

vaskuler yang terdiri atas eritema intermiten dan persisten serta erupsi

akneiform yang terdiri atas papul, pustul, kista, dan hiperplasia sebasea. Pada

rosasea tidak terdapat hubungan antara eksresi sebum dengan beratnya gejala

rosasea.

3. Akne venenata

Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi

monomorf, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat

predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.

4. Dermatitis perioral

Perioral dermatitis adalah penyakit kulit dengan karakteristik papul dan

pustul kecil yang terdistribusi pada daerah perioral, dengan predominan di

sekitar mulut. Dermatitis perioral biasanya pada wanita muda, sering

ditemukan di sekitar mulut, namun dapat pula di sekitar hidung dan mata.

Etiologinya belum diketahui secara pasti, namun diduga penyebabnya oleh

karena: candida, iritasi pasta gigi berflouride, dan kontrasepsi oral. Dermatitis

perioral erupsi simetris yang terbatas pada area hidung, mulut, dan dagu, yang

terdiri atas mikropapul, mikrovesikel, atau papulopustulosa dengan diameter

kurang dari 2 mm. Penyebab pasti belum diketahui, namun terdapat beberapa

faktor yang mungkin menjadi penyebab antara lain faktor hormonal,

9

Page 10: Acne Vulgaris

emosional, sensitif terhadap kosmetik, pasta gigi berfluoride, agen infektif,

dan kortikosteroid topikal.

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada Acne Vulgaris harus sesuai terutama

yang berhubungan dengan faktor-faktor berikut yang dikenal

terlibat dalam timbulnya acne seperti hiperproliferasi folikular,

sebum berlebih, infeksi Propionibacteriumacnes, dan

peradangan. Derajat keparahan pada jerawat dapat

menentukan perawatan yang tepat. Konsensus saat ini

merekomendasikan kombinasi retinoid topikal dan terapi

antimikroba sebagai terapi pertama untuk hampir semua

pasien dengan Acne Vulgaris. Efektifitas unggul dari

kombinasi ini dibandingkan dengan monoterapi, dimana

proses dari mekanisme kerjanya yang saling melengkapi

dalam menghentikan faktor-faktor patogen yang berbeda.

Retinoid mengurangi deskuamasi abnormal, komedolitik, dan

memiliki beberapa efek anti inflamasi, sedangkan benzoyl

peroxide adalah antimikroba dengan beberapa efek keratolitik

serta antibiotik yang memiliki efek anti inflamasi dan

antimikroba.9

The American Academy of Pediatrics telah mendapatkan

rekomendasi dari American Acne and Rosacea Society untuk

diagnosis dan pengobatan jerawat pada anak. Pedoman yang

digunakan ialah usia dan status pubertas untuk

menggambarkan klasifikasi, diagnosis, evaluasi, dan

manajemen, terkhusus efek psikososial, kepatuhan

pengobatan, dan pertimbangan diet. Berikut ini adalah

merupakan beberapa rekomendasi yang dianjurkan untuk

dewasa, remaja, anak, dan bayi.9

10

Page 11: Acne Vulgaris

Benzoil peroksida umumnya aman dan efektif sebagai

monoterapi atau ketika digunakan dalam produk kombinasi

topikal untuk jerawat ringan (Level A).

Retinoid topikal dapat digunakan baik sebagai monoterapi

atau kombinasi dengan produk lain dan dalam regimen

terapi untuk semua jenis dan tingkat keparahan jerawat

pada anak-anak dan remaja dari segala usia (Level A).

Antibiotik oral dapat digunakan untuk moderat sampai

berat peradangan jerawat untuk segala usia (kecuali untuk

tetrasiklin pada anak-anak < 8 tahun) (level B).

Terapi hormonal dengan kombinasi kontrasepsi oral dapat

digunakan sebagai terapi lini kedua pada wanita pubertas

dengan derajat jerawat sedang sampai parah (tingkat A)

Isotretinoin dianjurkan untuk acne vulgaris derajat parah

seperti terdapat jaringan parut, membentuk skar, dan /

atau jerawat yang keras terutama pada remaja (tingkat A)

Gambar 1. Jerawat dengan reaksi hiperpigmentasi sebelum mendapatkan

pengobatan9

11

Page 12: Acne Vulgaris

 

Gambar 2. Acne dengan reaksi hiperpigmentasi setelah mendapatkan

pengobatan9

1. Perawatan Topikal

Retinoid

Retinoid topikal adalah komedolitik dan anti-inflamasi.

Retinoid menormalkan hiperproliferasi folikular dan

hyperkeratinization. Retinoid topikal mengurangi jumlah

mikrokomedo, komedo, dan lesi inflamasi. Retinoid topikal

harus dimulai sebagai terapi pertama untuk lesi jerawat dan

inflamasi kemudian dilanjutkan sebagai terapi untuk

menghambat pembentukan mikrokomedo lebih lanjut.

Retinoid topikal yang paling sering diresepkan untuk akne

vulgaris yaitu adapalene, tazarotene, dan tretinoin. Retinoid

ini harus diterapkan sekali sehari untuk membersihkan kulit

kering, tetapi obat ini mungkin perlu diterapkan lebih jarang

jika terjadi iritasi. Iritasi kulit seperti kulit terkelupas dan

kemerahan mungkin terkait dengan penggunaan awal retinoid

topikal dan biasanya sembuh dalam beberapa minggu dalam

pertama penggunaan. Dianjurkan agar tidak menyebabkan

iritasi tambahan selama penggunaan retinoid dengan tidak

menggunakan pembersih dan pelembab nonkomedogenik

lainnya agar membantu mengurangi iritasi ini. Retinoid topikal

12

Page 13: Acne Vulgaris

menipiskan stratum korneum, dan mereka telah dikaitkan

dengan sensitifitas matahari. Instruksikan pasien tentang

perlindungan terhadap matahari.9,10,11

Antibiotik

Antibiotik topikal terutama digunakan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri P acnes. Antibiotik juga

mungkin memiliki sifat anti - inflamasi . Antibiotik topikal tidak

memiliki efek komedolitik dan resistensi bakteri dapat

berkembang ke salah satu dari agen ini. Antibiotik topikal

sering diresepkan untuk akne vulgaris termasuk klindamisin

(atau yang umum digunakan eritromisin). Resistensi antibiotik

oleh P acnes adalah umum dan merupakan ancaman yang

signifikan untuk pengobatan akne vulgaris. Antimikroba harus

dikombinasikan dengan retinoid topikal untuk mengobati lesi

yang sudah parah dan pengobatan dengan benzoyl peroxide

untuk mengurangi kemungkinan resistensi bakteri P Acnes.

Penggunaan antibiotik oral dan topikal harus dihindari dan

tidak dapat digunakan sebagai monoterapi. Jika akne vulgaris

semakin parah atau kambuh, gunakan antibiotik yang sama

jika sebelumnya efektif dan juga dapat dibantu dengan

menggunakan benzoil peroksida selama 5-7 hari antara

kursus antibiotik untuk mengurangi resistensi pada organisme

pada kulit. Produk benzoyl peroxide juga efektif terhadap P

acnes, dan resistensi bakteri terhadap benzoyl peroxide

belum dilaporkan. Benzoil peroksida tersedia dalam berbagai

bentuk topikal, seperti sabun untuk wajah, lotion, krim, dan

gel. Produk benzoyl peroxide dapat digunakan sekali atau dua

kali sehari. Agen ini kadang-kadang dapat menyebabkan

dermatitis kontak alergi sejati, yang biasa ditemui yaitu

dermatitis kontak iritan terutama jika digunakan dengan

13

Page 14: Acne Vulgaris

tretinoin atau jika disertai dengan penggunaan pencuci wajah.

Jika eritema intensif dan pruritus muncul, tes patch dengan

benzoil peroksida diindikasikan untuk menyingkirkan

dermatitis kontak alergi .9,10,11

2. Pengobatan Sistemik

Antibiotik

Antibiotik sistemik adalah andalan dalam pengobatan

peradangan akne vulgaris derajat sedang sampai berat. Obat

ini memiliki sifat anti - inflamasi, dan mereka efektif terhadap

P acnes. Golongan tetrasiklin antibiotik umumnya diresepkan

untuk akne vulgaris. Antibiotik yang lebih lipofilik, seperti

doxycycline dan minocycline, umumnya lebih efektif daripada

tetrasiklin. Keberhasilan yang lebih besar juga mungkin

dikarenakan P acnes kurang resistensi terhadap minocycline.

P acnes resistensi terhadap eritromisin telah sangat

berkurang kegunaannya dalam pengobatan jerawat. Terapi

Subantimicrobial atau pengobatan bersamaan dengan topikal

benzoil peroksida dapat mengurangi munculnya strain yang

resisten. Penggunaan antibiotik oral dapat menyebabkan

kandidiasis vagina, doxycycline dapat menyebabkan kulit

wajah menjadi tidak tahan terhadap cahaya matahari, dan

minocycline telah dikaitkan dengan deposisi pigmen kulit,

selaput lendir, dan gigi. Munculnya bakteri yang resisten

terhadap antibiotik selain P acnes adalah masih kontroversial.

sebuah studi oleh Fanelli et al menemukan bahwa

Staphylococcus aureus tetap sensitif terhadap tetrasiklin

bahkan setelah penggunaan jangka panjang antibiotik untuk

jerawat, ini memiliki konsekuensi signifikan ketika

mempertimbangkan upaya untuk mengendalikan penyebaran

methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), karena

14

Page 15: Acne Vulgaris

golongan antibiotik tetrasiklin saat ini menjadi salah satu

pilihan utama untuk pengobatan rawat jalan infeksi MRSA.

Antibiotik lain seperti trimetoprim sendiri atau dalam

kombinasi dengan sulfamethoxazole dan azithromycin,

dilaporkan sangat membantu.9,10,11

3. Terapi Hormonal

Beberapa terapi hormonal mungkin efektif dalam

pengobatan acne vulgaris . Estrogen dapat digunakan untuk

mengurangi produksi sebum. Selain itu, mengurangi produksi

hormon androgen oleh ovarium dengan menekan pelepasan

gonadotropin. Kontrasepsi oral juga meningkatkan sintesis

hepatik sex hormone-binding globulin dengan melepaskan

testoteron agar tersebar bebas dalam sirkulasi. Kombinasi pil

KB telah menunjukkan keberhasilan dalam pengobatan acne

vulgaris. Spironolactone dapat juga digunakan dalam

pengobatan acne vulgaris. Spironolakton mengikat reseptor

androgen dan mengurangi produksi androgen. Efek

sampingnya pusing, nyeri payudara, dan dismenore.

Dismenore dapat dikurangi dengan pemberian bersama

kontrasepsi oral. Evaluasi berkala tekanan darah dan kadar

kalium. Pada ibu hamil harus dihindari saat menggunakan

spironolactone karena risiko terjadi feminisasi pada janin laki-

laki.9,10,11

Isotretinoin

Isotretinoin adalah retinoid sistemik yang sangat efektif

dalam pengobatan akne vulgaris dengan derajat yang kronik

dan parah. Isotretinoin menyebabkan normalisasi diferensiasi

epidermal, menekan ekskresi sebum hingga 70% dan anti -

15

Page 16: Acne Vulgaris

inflamasi bahkan mengurangi munculnya P acnes. Terapi

isotretinoin harus dimulai dengan dosis 0,5 mg/kg/hari selama

4 minggu dan dinaikkan sebagai toleransi sampai dosis

kumulatif 120-150 mg/kg. Beberapa pasien mungkin

menanggapi dosis lebih rendah dari dosis rekomendasi

standar. Dosis yang lebih rendah (0,25-0,4 mg/kg/d) mungkin

sama efektifnya dengan dosis yang lebih tinggi diberikan

untuk periode waktu yang sama dan dengan kepuasan pasien

yang lebih besar. Sebuah studi menemukan 38% dari pasien

tidak memiliki jerawat selama 3 tahun dan di antara pasien

yang tersisa 17% dikendalikan dengan terapi topikal lanjut,

25% dengan antibiotik topikal dan oral, dan 20% dengan

kursus kedua isotretinoin. Relapse lebih mungkin pada pasien

yang lebih muda atau dan biasanya wanita. Isotretinoin

adalah teratogen, sehingga kehamilan harus dihindari.

Konseling kontrasepsi adalah wajib, dan 2 kali hasil tes

kehamilan negatif diperlukan sebelum memulai terapi pada

wanita usia subur. Pemeriksaan laboratorium awal juga harus

mencakup kolesterol dan trigliserida, tingkat transaminase

hati dan jumlah CBC. Tes kehamilan dan pemeriksaan

laboratorium harus diulang setiap bulan selama pengobatan.

Dampak merugikan lainnya termasuk kulit, bibir, dan mata

kering, nyeri otot dan sakit kepala. Pasien mengalami sakit

kepala berat, penurunan penglihatan pada malam hari, atau

peristiwa kejiwaan yang merugikan harus segera berhenti

minum isotretinoin. Jerawat bisa menjadi situasi yang sangat

menyedihkan . Hal ini dapat mengubah perkembangan

kepribadian dalam tahap remaja dan dapat menciptakan

permusuhan, kemarahan, dan perilaku antisosial. Perubahan

mood dan depresi yang terkait juga telah dilaporkan selama

16

Page 17: Acne Vulgaris

pengobatan. Isotretinoin dapat meningkatkan perasaan

depresi dan pikiran untuk bunuh diri . Jangan mengelola

isotretinoin untuk seorang remaja depresi atau bunuh diri.

Meskipun hubungan sebab - akibat belum ditetapkan, pasien

harus diberitahu tentang efek potensial ini dan harus

menandatangani formulir persetujuan mengakui mereka

menyadari potensi risiko ini . Saat menggunakan isotretinoin ,

pasien dianggap berisiko tinggi bila sedang dalam proses

penyembuhan suatu penyakit dan pertumbuhan berlebihan

pada jaringan granulasi. Prosedur lain yang harus dihindari

selama terapi isotretinoin termasuk tato, tindik, kaki waxing,

dan prosedur pencukuran bulu lainnya.9,10,11

4. Diet

Beberapa artikel menyarankan pengaturan diet untuk penderita akne

vulgaris. Implikasi dari penelitian tentang diet coklat, susu, dan makanan

berlemak dan hubungannya dengan akne masih diteliti. Hingga saat ini

belum ada evidence base yang mendukung bahwa eliminasi makanan akan

berdampak pada akne, akan tetapi beberapa pasien akan mengalami

kemunculan akne setelah mengkonsumsi makanan tersebut.2

I. PROGNOSIS

Umumnya prognosis penyakit baik. Acne vulgaris pada umumnya

sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi acne vulgaris yang

menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sampai perlu dir

awat inap di rumah sakit.1

17