acara 1.docx
TRANSCRIPT
1
I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian tanpa
menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrisi
mineral. Tanaman daratan dapat tumbuh dengan akar mereka dalam
larutan mineral nutrisi atau dalam media inert, seperti perlit, kerikil, wol
mineral, atau sabut kelapa. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di
dalam rumah kaca (green house) untuk menjaga supaya tanaman tumbuh
secara optimal dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti
hujan, hama penyakit, dan iklim. Hidroponik, budidaya tanaman tanpa
tanah, telah berkembang sejak pertama kali dilakukan penelitian-penelitian
yang berhubungan dengan penemuan unsur-unsur hara esensial yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai
pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah
dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman
gantung (Hanging Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating
Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina. Budidaya tanaman secara
hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya
secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman dapat di kontrol,
tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi,
tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air
irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus
menerus tanpa tergantung oleh musim, serta dapat diterapkan pada lahan
yang sempit.
Saat ini, teknologi hidroponik telah banyak diadopsi oleh petani di
Indonesia terutama untuk produksi sayuran, bunga potong, dan tanaman
hias. Namun, demikian operasi teknologi hidroponik di Indonesia
hampir seluruhnya menggunakan sistem substrat dengan irigasi tetes (drip
1
2
irrigation). Sistem ini sangat tergantung terhadap ketersediaan energi
listrik untuk pompa karena adanya sirkulasi dan distribusi larutan hara
tanaman. Praktikum hidroponik acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang teknik budidaya
hidroponik. Mahasiswa belajar secara langsung cara budidaya secara
hidroponik. Mahasiswa juga akan mengetahui kendala yang sering
dihadapi oleh petani hidroponik.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini
adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komponen dan instalasi berbagai
macam sistem hidroponik, meliputi: Floating hydroponic system
(FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), substrat
dalam kolom bertingkat, ebb and flow atau penggenangan dan
pengatusan, Deep Flow Technique (DDFT), hidroponik vertikultur,
aquaponik, serta aeroponik.
b. Mahasiswa mampu merinci kelebihan dan kekurangan tiap-tiap jenis
sistem.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan contoh aplikasi jenis-jenis sistem
hidroponik untuk budidaya tanaman sayuran.
d. Mahasiswa mampu mencontohkan foto/visualisasi modifikasi aplikasi
jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman sayuran.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2014 pukul 09.00-11.00 WIB. Berlokasi di
rumah kaca B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
B. Tinjauan Pustaka
1. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung
Pada hidroponik rakit apung, tanaman ditempatkan pada
stereofoam yang diapungkan pada sebuah kolam. Kolam sedalam 40 cm
tersebut berisi nutrisi. Pada sistem hidroponik ini perlu ditambahkan
3
airstone ataupun aerator. Aerator berfungsi menghasilkan oksigen untuk
pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan
mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Hidroponik rakit apung
hanya dapat ditanami tumbuhan dengan bobot rendah (Diansari 2008).
Floating hidroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya
tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan /menancapkan
tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan
larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar
tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Pada sistem ini
larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung
dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang
cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam
dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Affan 2006).
2. Nutrient film technique (NFT)
NFT merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan
akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan
mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa
berkembang di dalam larutan nutrisi. Karena di sekeliling perakaran
terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama
nutrient film technique (NFT) (Lingga 2011).
Dalam sistem irigasi NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman
secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang
mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat
berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas
permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran
berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara. Di
sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi. Kemiringan talang
dibuat 1-5% sehingga larutan nutrisi mengalir dari atas ke bawah
mengikuti gaya gravitasi. Larutan nutrisi yang mengalir sepanjang talang
berasal dari sebuah tangki dengan kapasitas sesuai dengan populasi
4
tanaman. Larutan dipompakan ke seluruh saluran distribusi dengan pompa.
Setelah masuk ke talang, larutan nutrisi ini keluar lagi melalui outlet
kemudian masuk ke saluran distribusi yang menuju tangki lagi. Dari sini
kembali dipompakan lagi ke dalam talang. Sirkulasi larutan nutrisi dengan
cara seperti ini berjalan terus-menerus (Chadirin 2005)
Teknik hidroponik NFT, tanaman ditempatkan pada stereofoam
dengan akar menjuntai di bawahnya. Stereofoam tersebut ditempatkan
pada sebuah talang yang dipasang dengan kemiringan 5% (turun 5 cm/m).
Talang tersebut lalu dialirkan nutrisi setinggi 3-4 mm secara terus menerus
ataupun berseling (dengan batas waktu maksimal tidak dialiri larutan
selama 10 menit). Nutrisi yang telah dialirkan ke dalam talang
dikembalikan lagi ke dalam tandon (Diansari 2008).
3. Substrat dalam kolom bertingkat (Vertikultur Talang)
Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan
pertumbuhan yang lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi,
kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan
air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system)
dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur
pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak
memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk
menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy 2006).
4. Substrat (Sekam dan Pasir)
Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak mengandung
unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas daribakteri,
racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman.
Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban,dapat
menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat
ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Zulfitri 2005).
Media arang sekam merupakan media yang baik dalam mengikat
larutan nutrisi dibanding dengan media sekam mentah dan pasir.
Kemampuan media untuk menyimpan larutan nutrisi ini akan berpengaruh
5
pada ketersediaan hara dalam media. Ketersediaan hara yang rendah akan
menghambat proses fisiologi tanaman (Junita dkk 2002). Media dalam
hidroponik hanya sebagai penopang tanaman, dan meneruskan larutan
yang berlebihan (tidak diperlukan tanaman). Larutan yang ada pada media
harus kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Pada pertumbuhan
vegetatif tanaman yang ditunjukkan dengan pertambahan panjang, unsur
hara yang berperan adalah nitrogen (N). Nutrisi goodplant mengandung
unsur nitrogen lebih tingggi dibanding nutrisi premium. Nitrogen
berfungsi untuk memacu pertumbuhan pada fase vegetatif terutama daun
dan batang (Lingga 2005).
Sifat fisik arang sekam yang mudah menyimpan air dan drainase
yang baik sangat menguntungkan. Media arang sekam dapat menyimpan
dan membuang air berlebih, sehingga tanaman tidak kelebihan air yang
nantinya dapat menimbulkan busuk akar maupun batang. Media arang
sekam sangat cocok untuk budidaya tanaman pakchoi bila dibandingkan
dengan dengan media sekam mentah dan pasir. Media pasir memiliki pori-
pori besar, sehingga kurang baik menahan air, dengan kodisi suhu di atas
rata-rata pasir akan lebih cepat kering. Sedangkan pada sekam mentah
pori-porinya lebih besar dari arang sekam dan pasir, serta kurang kuat
dalam menyokong tanaman. Pori-pori atau rongga yang besar akan
mengakibatkan penguapan berlebih pada media. Pemakaian media tunggal
sekam mentah cocok bila digunakan pada dataran tinggi karena
kelembapan udara lebih tinggi. Pada dataran rendah sekam mentah cepat
kering karena tidak mampu menahan banyak air dan evaporasi tinggi yang
berakibat pertumbuhan tanaman terhambat (Perwitasari 2012).
5. Ebb and flow atau penggenangan tiap-tiap jenis sistem dan pengatusan
6. Aeroponik
7. Deep flow technique (DFT)
8. Hidroponik vertikultur (Vertikultur Karpet)
9. Aquaponik
6
Aquaponik memanfaatkan secara terus-menerus air dari
pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan.
Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum
untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi.
Aquaponik adalah kombinasi menarik antara aquakultur dan hidroponik
yang mampu mendaur ulang nutrisi, dengan menggunakan sebagian kecil
air daur ulang hingga memungkinkan pertumbuhan ikan dan tanaman
secara terpadu. Sistem ini memerlukan campur tangan teknologi sederhana
dan tepat guna. Budidaya dengan sistem aquaponik menjamin kadar
oksigen air dan menekan racun amonia yang dihasilkan dari kotoran ikan.
Menggandengkan hidroponik dan aquakultur akan mendekati sistem yang
alami dalam budidaya tanaman maupun ikan. Sehingga kedua sistem
saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna. Ikan menghasilkan
amoniak yang merupakan nutrisi bagi tanaman. Tanaman menetralisir atau
mengurangi amoniak yang dapat meracuni ikan. Kadar oksigen dipelihara
dengan berlangsungnya daur ulang air melalui sistem yang ada. Sistem
aquaponik dalam skala kecil bermanfaat untuk rumah tangga. Namun
dalam skala besar bisa bermanfaat untuk kebutuhan komersial
(CMS 2011).
Di Amerika Serikat 43 juta rumah tangga telah mengharapkan bahan
pangan yang dihasilkan lewat sistem aquaponik, termasuk keluarga
Obama, Presiden Amerika Serikat (Freeman 2011). Di Indonesia, sistem
aquaponik sebenarnya sudah biasa dipakai para petani Indonesia
khususnya di Jawa. Yakni apa yang disebut dengan tumpang sari, namun
menanam padi di sawah, sekaligus memelihara ikan di lahan persawahan
itu. Hanya saja pada aquaponik media tumbuh tanaman tidak di atas tanah,
namun menggunakan media tanam (grow beds) seperti batu kerikil
(CMS 2011).
Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus-menerus air
dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam
ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang
7
optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem
resirkulasi. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas
adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang
sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik
yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat
dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran (Ratna 2012).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
Kelompok 21 mendapatkan pembagian penerapan sistem hidroponik
Substrat Pasir Malang, alat yang dibutuhkan adalah:
a. Styroform
b. Plastik mulsa 3 lembar
c. Selotip
d. Gunting
e. Alat tulis
f. Ember cuci
2. Bahan
a. Pasir malang
b. Air mengalir dan sabun cuci
c. Benih bayam (Amaranthus sp.)
d. Larutan nutrisi
3. Cara Kerja
a. Mengamati bagian-bagian dari bentuk-bentuk modifikasi sistem
hidroponik: Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung,
Nutrient Film Technique (NFT), substrat dalam kolom bertingkat
(vertikultur talang), substrat (sekam dan pasir), ebb and flow atau
penggenangan dan pengatusan, aeroponik, deep flow technique (DFT),
hidroponik vertikultur (vertikultur karpet), serta aquaponik.
b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut.
c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi
sistem hidroponik.
8
d. Menerapkan salah satu sistem tersebut sesuai dengan pembagian setiap
kelompok masing-masing.
9
D. Hasil Pengamatan dan Pelaksanaan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Sistem HidroponikJenis Sistem Hidroponik Gambar
Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung
Nutrient film technique (NFT)
Vertikultur talang
Substrat Pasir Malang
10
Substrat Arang Sekam
Ebb and flow
Aeroponik
Deep flow technique (DFT)
Vertikultur karpet
11
Aquaponik
Sumber: Hasil Pengamatan
12
2. Pembahasan
a. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung
Menurut Ahmad (2012), Floating hidroponic system (FHS)
merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara
menanamkan/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung di atas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak
penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam
dalam larutan nutrisi. Pada sistem ini larutan nutrisi tidak
disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat
digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka
yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk
cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti
terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu
larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang
sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak
terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk
mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja).
Selain harus tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu
diperhitungkan konsentrasi larutan nutrisi karena hal tersebut sangat
mempengaruhi perkembangan tanaman. Konsentrasi larutan nutrisi
dapat diperoleh dengan mengetahui nilai EC (Electric Conductivity).
Nilai EC dapat didapatkan dengan cara mengukur nilai resistensi pada
larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang
memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat
diketahui dengan mengukur nilai EC (dengan menggunakan EC
meter).
13
Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH
merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada
tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan
nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh
penyerapan air dan ion nutrisi tanaman dapat dipertahankan. Kelebihan
dari sistem ini adalah dapat memanfaatkan lahan sempit. Hidroponik
yang paling mudah dan sederhana, tidak memerlukan keahlian
mendalam, hemat listrik dan untuk kekurangan adalah kemungkinkan
tanaman akan kekurangan oksigen cepat terjadi peningkatan suhu,
memerlukan pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin, pertumbuhan
akar sering terganggu.
b. Nutrient film technique (NFT)
Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial
dalam hidroponik. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode
budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi
yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh
cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan
polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi
larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan
pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan
tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar
tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam,
adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa
terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa
keuntungan pemakaian NFT antara lain dapat memudahkan
pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi
dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi
larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan
dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa
kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk
pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat
14
terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai
beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal,
sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang
menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
Ada dua sistem irigasi yang sering diterapkan pada penanaman
tanaman dengan metode hidroponik, ada yang dikenal dengan istilah
irigasi sistem NFT dan ada pula yang dikenal dengan irigasi tetes
hidroponik substrat. Hidroponik dengan sistem irigasi sangatlah efisien
bila diterapkan pada penanaman tanaman dengan metode hidroponik
yang dilakukan di rumah atau pekarangan, karena dengan sistem
irigasi ini penggunaan air menjadi lebih hemat. Dalam sistem irigasi
hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan
akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal
yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran
dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang
di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas
perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada
di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.
Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran air yang sangat
tipis berkisar 3 mm. Dengan demikian, hidroponik ini hanya
menggunakan aliran air (nutrisi) yang bersikulasi selama 24 jam terus-
menerus sebagai medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara
lain air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam
larutan hara cukup tinggi, air sebagai media mudah didapat, pH larutan
mudah diatur, dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang,
selain itu kadar pertumbuhan pokok adalah tinggi, serta menjimatkan
baja dan air. Akan tetapi sistem ini juga ada keburukannya. Jika aliran
air terlalu deras, kotoran atau akar-akar halus yang terlepas akan
menyumbat seluruh sistem dan boleh menyebabkan kematian pokok.
15
Ini dapat dielakkan dengan menapis air laruran yang masuk semula ke
dalam tangki baja.
c. Substrat dalam kolom bertingkat (Vertikultur Talang)
d. Substrat (Sekam dan Pasir)
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman
di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang
dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh
air, nutrisi dan oksigen secara cukup. Substrat yang baik adalah yang
mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air,
tidak berubah warna dan tidak mudah lapuk. Karakteristik substrat
harus bersifat inert yaitu tidak mengandung unsur hara mineral. Media
tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, racun, jamur, virus, spora
yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat
adalah untuk menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat
kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai
penyangga tanaman. Hidroponik substrat menggunakan media buatan,
umumnya pasir dan arang sekam, yang cara penanamannya hampir
sama dengan bertanam biasa menggunakan tanah dalam pot.
Substrat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pasir
malang. Pasir yang akan dipergunakan sebagai media hidroponik
mempunyai bobot yang berat dan porositas yang kurang. Sebelum
dipergunakan, pasir harus disterilkan dengan cara mencucinya
menggunakan air bersih. Media pasir cocok untuk hidroponik selada,
sawi, bayam dan kangkung. Sedangkan media arang sekam (kulit
gabah) mempunyai porositas yang sangat baik dan tidak perlu
diseterilkan (sudah dalam keadaan steril melalui proses pembuatannya)
tapi hanya dapat dipergunakan untuk 2 kali penanaman. Media ini
cocok untuk tanaman sawi, paprika dan mentimun. Pada budidaya
hidroponik sistem substrat dengan berbagai perpaduan antara lain
pasir, pakis, campuran pakis dan pasir, pasir malang.
16
Kelebihan hidroponik substrat yaitu pertumbuhan tanaman lebih
baik karena terdapat sirkulasi yang baik pada bagian akar dan
penggunaan nutrisi lebih efisien. Kekurangan hidroponik substrat ini
yaitu tidak cocok digunakan pada daerah yang belum dialiri listrik,
memerlukan tenaga ahli, memerlukan kecermatan dan pemantauan
aliran nutrisi, butuh suplai listrik terus menerus, bila terjadi infeksi
penyakit terhadap satu tanaman, maka seluruh tanaman akan tertular
dalam waktu singkat, dan butuh investasi awal besar.
e. Ebb and flow atau penggenangan tiap-tiap jenis sistem dan pengatusan
f. Aeroponik
Menurut Ito (2010), prinsip aeroponik cukup sederhana yaitu
menyediakan nutrisi sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen
ke tanaman dengan cara penyemprotan air yang mengandung nutrisi
tersebut. Akar tanaman dikondisikan tidak terendam air atau
tergantung pada media styrofoam yang sudah disediakan di atas kolam.
Kelebihan dari sistem ini adalah tumbuhan mendapat suplai oksigen
yang sangat banyak sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal.
Hasilnya akan diketahui bahwa sistem ini memiliki kapasitas
penyediaan yang lebih dari yang lain baik dari segi nutrisi ataupun
oksigen. Kelemahan sistem ini adalah penggunaan pompa listrik yang
sangat bergantung pada ketersediaan listrik sehingga jika pompa yang
digunakan untuk menyemprotkan air dan nutrisi tersebut mati maka
yang terjadi adalah tanaman yang ditanam juga akan mati.
g. Deep flow technique (DFT)
h. Hidroponik vertikultur (Vertikultur Karpet)
i. Aquaponik
Aquaponik merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran
air yang dihasilkan oleh budidaya ikan dan juga menjadi salah satu
alternatif mengurangi jumlah pemakaian air yang dipakai oleh sistem
budidaya. Teknologi aquaponik merupakan salah satu alternatif yang
dapat diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan air. Di
17
samping itu, teknologi aquaponik juga mempunyai keuntungan lain
berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan
memperbesar keuntungan para peternak. Sistem ini muncul sebagai
jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan
sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang
sempit, aquaponik yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan
dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran.
Deustche Welle Indonesia (2009) menyatakan ikan air tawar
memproduksi kotoran yang merupakan pupuk bagi tanaman. Dengan
memanfaatkan air limbah dari kolam ikan, kebutuhan air dan pupuk
bagi tanaman tidak lagi menjadi masalah. Freeman (2011) juga
menyatakan bahwa aquaponik merupakan produk alami yang
berkualitas untuk dijual serta ramah lingkungan dan terutama dapat
diterapkan pada lahan terbatas.
Kadar oksigen minimal untuk pertumbuhan tanaman adalah
sekitar 4 mg/l. Menurut Untung (2005), oksigen terlarut yang jenuh di
dalam air justru terlepas ke udara, karena kemampuan air mengikat
oksigen hanya mencapai 10 mg/l dan di atas itu oksigen akan dilepas
ke udara. Kandungan oksigen dalam kolam ikan gurame dan nila
memiliki kecenderungan yang sama. Semakin meningkat umur
tanaman, kadar oksigen terlarut juga semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena peningkatan umur diikuti oleh meningkatnya
aktifitas tajuk tanaman seperti proses respirasi yang membutuhkan
oksigen. Kadar oksigen terlarut di pagi hari cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan siang hari dan sore hari. Peningkatan suhu air
kolam di siang dan sore hari mengakibatkan menurunnya kadar
oksigen terlarut.
Kesuburan air kolam menurut Maghfoer (2007) dapat ditandai
dengan daya hantar listrik dan pH air. Daya hantar listrik air
menunjukkan adanya elektrolit, kation atau hara yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Semakin meningkat daya hantar listrik, maka
18
kandungan elektrolit, kation atau hara juga semakin banyak. Daya
hantar listrik untuk tanaman kecil adalah 0,01 ds, tanaman medium
0,015 ds, tanaman besar 0,02 ds, dan tanaman fase generatif 0,025-
0,03. Derajat keasaman media yang basa menyebabkan tanaman: 1)
kekurangan besi, mangan, tembaga, dan seng, 2) ketersediaan fosfor
mungkin menurun karena pembentukan senyawa kompleks dan tidak
larut, 3) serapan fosfor dan penggunaannya dalam metabolisme
tanaman dapat terganggu, 4) serapan boron dan penggunaannya dapat
terganggu.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Affan. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik Sederhana hingga Otomatis. http://io.ppijepang.org. Diakses pada tanggal 4 November 2013
Chadirin Y. 2005. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
CMS, 2011. Aquaponik. CMS Made Simple. Aquaponik.html. Diakses 9 November 2014.
Deustche Welle Indonesia, 2009. Pertanin Aquaponik Modern. Sains dan Teknologi Deustche Welle Indonesia.html. Diakses 9 November 2014.
Diansari Muthia 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi, dan Waktu Pembuangan Air untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik Berbasis Mikrikontroler AVR ATMEGA 8535. Skripsi. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Freeman R, 2011. Aquaponics Use in Suistainable Fish and Plant Farming. http://www.northernaquafarms.com/. Diakses 9 November 2014.
Lingga, P 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII. Penerbit Penebar
Lonardy, M.V. 2006. Respon Tanaman Toma (Lycopersicon esculentum Mill.) terhadap Suplai Senyawa Nitrogen dari Sumber Berbeda pada Sistem Hidroponik “Skripsi”. Universitas Tadulako. Palu.
Maghfoer D, Soelistyono, dan M. Ashrina. 2007. Pengaruh Tingkat Elektrokonduktivitas dan Waktu Peningkatannya pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo var eagle) pada Hidroponik Sistem FHS. Jurnal Agrivita Vol.29(3):284-292.
Ratna Ika P, 2012. Pemanfaatan Photovoltaik pada Sistem Otomasi Aquaponik Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal ELTEK Vol 10 (2): 22
Untung O 2005. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Jakarta: Penebar Swadaya.