acara 1.docx

28
1 I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Hidroponik dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrisi mineral. Tanaman daratan dapat tumbuh dengan akar mereka dalam larutan mineral nutrisi atau dalam media inert, seperti perlit, kerikil, wol mineral, atau sabut kelapa. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (green house) untuk menjaga supaya tanaman tumbuh secara optimal dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, dan iklim. Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak pertama kali dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penemuan unsur-unsur hara esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman gantung (Hanging Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina. Budidaya

Upload: ittaqi-dea

Post on 21-Dec-2015

93 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acara 1.docx

1

I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Hidroponik dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian tanpa

menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrisi

mineral. Tanaman daratan dapat tumbuh dengan akar mereka dalam

larutan mineral nutrisi atau dalam media inert, seperti perlit, kerikil, wol

mineral, atau sabut kelapa. Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di

dalam rumah kaca (green house) untuk menjaga supaya tanaman tumbuh

secara optimal dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti

hujan, hama penyakit, dan iklim. Hidroponik, budidaya tanaman tanpa

tanah, telah berkembang sejak pertama kali dilakukan penelitian-penelitian

yang berhubungan dengan penemuan unsur-unsur hara esensial yang

diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.

Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai

pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah

dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman

gantung (Hanging Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating

Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina. Budidaya tanaman secara

hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya

secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman dapat di kontrol,

tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi,

tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air

irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus

menerus tanpa tergantung oleh musim, serta dapat diterapkan pada lahan

yang sempit.

Saat ini, teknologi hidroponik telah banyak diadopsi oleh petani di

Indonesia terutama untuk produksi sayuran, bunga potong, dan tanaman

hias. Namun, demikian operasi teknologi hidroponik di Indonesia

hampir seluruhnya menggunakan sistem substrat dengan irigasi tetes (drip

1

Page 2: Acara 1.docx

2

irrigation). Sistem ini sangat tergantung terhadap ketersediaan energi

listrik untuk pompa karena adanya sirkulasi dan distribusi larutan hara

tanaman. Praktikum hidroponik acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini

memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang teknik budidaya

hidroponik. Mahasiswa belajar secara langsung cara budidaya secara

hidroponik. Mahasiswa juga akan mengetahui kendala yang sering

dihadapi oleh petani hidroponik.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini

adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komponen dan instalasi berbagai

macam sistem hidroponik, meliputi: Floating hydroponic system

(FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), substrat

dalam kolom bertingkat, ebb and flow atau penggenangan dan

pengatusan, Deep Flow Technique (DDFT), hidroponik vertikultur,

aquaponik, serta aeroponik.

b. Mahasiswa mampu merinci kelebihan dan kekurangan tiap-tiap jenis

sistem.

c. Mahasiswa mampu menjelaskan contoh aplikasi jenis-jenis sistem

hidroponik untuk budidaya tanaman sayuran.

d. Mahasiswa mampu mencontohkan foto/visualisasi modifikasi aplikasi

jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman sayuran.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik dilaksanakan pada

hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2014 pukul 09.00-11.00 WIB. Berlokasi di

rumah kaca B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

B. Tinjauan Pustaka

1. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung

Pada hidroponik rakit apung, tanaman ditempatkan pada

stereofoam yang diapungkan pada sebuah kolam. Kolam sedalam 40 cm

tersebut berisi nutrisi. Pada sistem hidroponik ini perlu ditambahkan

Page 3: Acara 1.docx

3

airstone ataupun aerator. Aerator berfungsi menghasilkan oksigen untuk

pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan

mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Hidroponik rakit apung

hanya dapat ditanami tumbuhan dengan bobot rendah (Diansari 2008).

Floating hidroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya

tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan /menancapkan

tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan

larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar

tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Pada sistem ini

larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung

dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam

jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang

cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam

dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Affan 2006).

2. Nutrient film technique (NFT)

NFT merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan

akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan

mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa

berkembang di dalam larutan nutrisi. Karena di sekeliling perakaran

terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama

nutrient film technique (NFT) (Lingga 2011).

Dalam sistem irigasi NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman

secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang

mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat

berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas

permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran

berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara. Di

sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi. Kemiringan talang

dibuat 1-5% sehingga larutan nutrisi mengalir dari atas ke bawah

mengikuti gaya gravitasi. Larutan nutrisi yang mengalir sepanjang talang

berasal dari sebuah tangki dengan kapasitas sesuai dengan populasi

Page 4: Acara 1.docx

4

tanaman. Larutan dipompakan ke seluruh saluran distribusi dengan pompa.

Setelah masuk ke talang, larutan nutrisi ini keluar lagi melalui outlet

kemudian masuk ke saluran distribusi yang menuju tangki lagi. Dari sini

kembali dipompakan lagi ke dalam talang. Sirkulasi larutan nutrisi dengan

cara seperti ini berjalan terus-menerus (Chadirin 2005)

Teknik hidroponik NFT, tanaman ditempatkan pada stereofoam

dengan akar menjuntai di bawahnya. Stereofoam tersebut ditempatkan

pada sebuah talang yang dipasang dengan kemiringan 5% (turun 5 cm/m).

Talang tersebut lalu dialirkan nutrisi setinggi 3-4 mm secara terus menerus

ataupun berseling (dengan batas waktu maksimal tidak dialiri larutan

selama 10 menit). Nutrisi yang telah dialirkan ke dalam talang

dikembalikan lagi ke dalam tandon (Diansari 2008).

3. Substrat dalam kolom bertingkat (Vertikultur Talang)

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan

pertumbuhan yang lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi,

kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan

air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system)

dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur

pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak

memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk

menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy 2006).

4. Substrat (Sekam dan Pasir)

Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak mengandung

unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas daribakteri,

racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman.

Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban,dapat

menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat

ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Zulfitri 2005).

Media arang sekam merupakan media yang baik dalam mengikat

larutan nutrisi dibanding dengan media sekam mentah dan pasir.

Kemampuan media untuk menyimpan larutan nutrisi ini akan berpengaruh

Page 5: Acara 1.docx

5

pada ketersediaan hara dalam media. Ketersediaan hara yang rendah akan

menghambat proses fisiologi tanaman (Junita dkk 2002). Media dalam

hidroponik hanya sebagai penopang tanaman, dan meneruskan larutan

yang berlebihan (tidak diperlukan tanaman). Larutan yang ada pada media

harus kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Pada pertumbuhan

vegetatif tanaman yang ditunjukkan dengan pertambahan panjang, unsur

hara yang berperan adalah nitrogen (N). Nutrisi goodplant mengandung

unsur nitrogen lebih tingggi dibanding nutrisi premium. Nitrogen

berfungsi untuk memacu pertumbuhan pada fase vegetatif terutama daun

dan batang (Lingga 2005).

Sifat fisik arang sekam yang mudah menyimpan air dan drainase

yang baik sangat menguntungkan. Media arang sekam dapat menyimpan

dan membuang air berlebih, sehingga tanaman tidak kelebihan air yang

nantinya dapat menimbulkan busuk akar maupun batang. Media arang

sekam sangat cocok untuk budidaya tanaman pakchoi bila dibandingkan

dengan dengan media sekam mentah dan pasir. Media pasir memiliki pori-

pori besar, sehingga kurang baik menahan air, dengan kodisi suhu di atas

rata-rata pasir akan lebih cepat kering. Sedangkan pada sekam mentah

pori-porinya lebih besar dari arang sekam dan pasir, serta kurang kuat

dalam menyokong tanaman. Pori-pori atau rongga yang besar akan

mengakibatkan penguapan berlebih pada media. Pemakaian media tunggal

sekam mentah cocok bila digunakan pada dataran tinggi karena

kelembapan udara lebih tinggi. Pada dataran rendah sekam mentah cepat

kering karena tidak mampu menahan banyak air dan evaporasi tinggi yang

berakibat pertumbuhan tanaman terhambat (Perwitasari 2012).

5. Ebb and flow atau penggenangan tiap-tiap jenis sistem dan pengatusan

6. Aeroponik

7. Deep flow technique (DFT)

8. Hidroponik vertikultur (Vertikultur Karpet)

9. Aquaponik

Page 6: Acara 1.docx

6

Aquaponik memanfaatkan secara terus-menerus air dari

pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan.

Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum

untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi.

Aquaponik adalah kombinasi menarik antara aquakultur dan hidroponik

yang mampu mendaur ulang nutrisi, dengan menggunakan sebagian kecil

air daur ulang hingga memungkinkan pertumbuhan ikan dan tanaman

secara terpadu. Sistem ini memerlukan campur tangan teknologi sederhana

dan tepat guna. Budidaya dengan sistem aquaponik menjamin kadar

oksigen air dan menekan racun amonia yang dihasilkan dari kotoran ikan.

Menggandengkan hidroponik dan aquakultur akan mendekati sistem yang

alami dalam budidaya tanaman maupun ikan. Sehingga kedua sistem

saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna. Ikan menghasilkan

amoniak yang merupakan nutrisi bagi tanaman. Tanaman menetralisir atau

mengurangi amoniak yang dapat meracuni ikan. Kadar oksigen dipelihara

dengan berlangsungnya daur ulang air melalui sistem yang ada. Sistem

aquaponik dalam skala kecil bermanfaat untuk rumah tangga. Namun

dalam skala besar bisa bermanfaat untuk kebutuhan komersial

(CMS 2011).

Di Amerika Serikat 43 juta rumah tangga telah mengharapkan bahan

pangan yang dihasilkan lewat sistem aquaponik, termasuk keluarga

Obama, Presiden Amerika Serikat (Freeman 2011). Di Indonesia, sistem

aquaponik sebenarnya sudah biasa dipakai para petani Indonesia

khususnya di Jawa. Yakni apa yang disebut dengan tumpang sari, namun

menanam padi di sawah, sekaligus memelihara ikan di lahan persawahan

itu. Hanya saja pada aquaponik media tumbuh tanaman tidak di atas tanah,

namun menggunakan media tanam (grow beds) seperti batu kerikil

(CMS 2011).

Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus-menerus air

dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam

ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang

Page 7: Acara 1.docx

7

optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem

resirkulasi. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas

adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang

sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik

yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat

dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran (Ratna 2012).

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

Kelompok 21 mendapatkan pembagian penerapan sistem hidroponik

Substrat Pasir Malang, alat yang dibutuhkan adalah:

a. Styroform

b. Plastik mulsa 3 lembar

c. Selotip

d. Gunting

e. Alat tulis

f. Ember cuci

2. Bahan

a. Pasir malang

b. Air mengalir dan sabun cuci

c. Benih bayam (Amaranthus sp.)

d. Larutan nutrisi

3. Cara Kerja

a. Mengamati bagian-bagian dari bentuk-bentuk modifikasi sistem

hidroponik: Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung,

Nutrient Film Technique (NFT), substrat dalam kolom bertingkat

(vertikultur talang), substrat (sekam dan pasir), ebb and flow atau

penggenangan dan pengatusan, aeroponik, deep flow technique (DFT),

hidroponik vertikultur (vertikultur karpet), serta aquaponik.

b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut.

c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi

sistem hidroponik.

Page 8: Acara 1.docx

8

d. Menerapkan salah satu sistem tersebut sesuai dengan pembagian setiap

kelompok masing-masing.

Page 9: Acara 1.docx

9

D. Hasil Pengamatan dan Pelaksanaan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Sistem HidroponikJenis Sistem Hidroponik Gambar

Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung

Nutrient film technique (NFT)

Vertikultur talang

Substrat Pasir Malang

Page 10: Acara 1.docx

10

Substrat Arang Sekam

Ebb and flow

Aeroponik

Deep flow technique (DFT)

Vertikultur karpet

Page 11: Acara 1.docx

11

Aquaponik

Sumber: Hasil Pengamatan

Page 12: Acara 1.docx

12

2. Pembahasan

a. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung

Menurut Ahmad (2012), Floating hidroponic system (FHS)

merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara

menanamkan/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang

mengapung di atas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak

penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam

dalam larutan nutrisi. Pada sistem ini larutan nutrisi tidak

disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat

digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam

jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka

yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk

cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman.

Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti

terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu

larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang

sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak

terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk

mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja).

Selain harus tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu

diperhitungkan konsentrasi larutan nutrisi karena hal tersebut sangat

mempengaruhi perkembangan tanaman. Konsentrasi larutan nutrisi

dapat diperoleh dengan mengetahui nilai EC (Electric Conductivity).

Nilai EC dapat didapatkan dengan cara mengukur nilai resistensi pada

larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang

memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat

diketahui dengan mengukur nilai EC (dengan menggunakan EC

meter). 

Page 13: Acara 1.docx

13

Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH

merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada

tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan

nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh

penyerapan air dan ion nutrisi tanaman dapat dipertahankan. Kelebihan

dari sistem ini adalah dapat memanfaatkan lahan sempit. Hidroponik

yang paling mudah dan sederhana, tidak memerlukan keahlian

mendalam, hemat listrik dan untuk kekurangan adalah kemungkinkan

tanaman akan kekurangan oksigen cepat terjadi peningkatan suhu,

memerlukan pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin, pertumbuhan

akar sering terganggu.

b. Nutrient film technique (NFT)

Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial

dalam hidroponik. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode

budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi

yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh

cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan

polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi

larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan

pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan

tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar

tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam,

adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa

terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa

keuntungan pemakaian NFT antara lain dapat memudahkan

pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi

dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi

larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan

dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa

kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk

pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat

Page 14: Acara 1.docx

14

terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas

tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai

beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal,

sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang

menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.

Ada dua sistem irigasi yang sering diterapkan pada penanaman

tanaman dengan metode hidroponik, ada yang dikenal dengan istilah

irigasi sistem NFT dan ada pula yang dikenal dengan irigasi tetes

hidroponik substrat. Hidroponik dengan sistem irigasi sangatlah efisien

bila diterapkan pada penanaman tanaman dengan metode hidroponik

yang dilakukan di rumah atau pekarangan, karena dengan sistem

irigasi ini penggunaan air menjadi lebih hemat. Dalam sistem irigasi

hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan

akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal

yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran

dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang

di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas

perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada

di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.

Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran air yang sangat

tipis berkisar 3 mm. Dengan demikian, hidroponik ini hanya

menggunakan aliran air (nutrisi) yang bersikulasi selama 24 jam terus-

menerus sebagai medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara

lain air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam

larutan hara cukup tinggi, air sebagai media mudah didapat, pH larutan

mudah diatur, dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang,

selain itu kadar pertumbuhan pokok adalah tinggi, serta menjimatkan

baja dan air. Akan tetapi sistem ini juga ada keburukannya. Jika aliran

air terlalu deras, kotoran atau akar-akar halus yang terlepas akan

menyumbat seluruh sistem dan boleh menyebabkan kematian pokok.

Page 15: Acara 1.docx

15

Ini dapat dielakkan dengan menapis air laruran yang masuk semula ke

dalam tangki baja.

c. Substrat dalam kolom bertingkat (Vertikultur Talang)

d. Substrat (Sekam dan Pasir)

Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman

di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang

dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh

air, nutrisi dan oksigen secara cukup. Substrat yang baik adalah yang

mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air,

tidak berubah warna dan tidak mudah lapuk. Karakteristik substrat

harus bersifat inert yaitu tidak mengandung unsur hara mineral. Media

tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, racun, jamur, virus, spora

yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat

adalah untuk menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat

kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai

penyangga tanaman. Hidroponik substrat menggunakan media buatan,

umumnya pasir dan arang sekam, yang cara penanamannya hampir

sama dengan bertanam biasa menggunakan tanah dalam pot.

Substrat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pasir

malang. Pasir yang akan dipergunakan sebagai media hidroponik

mempunyai bobot yang berat dan porositas yang kurang. Sebelum

dipergunakan, pasir harus disterilkan dengan cara mencucinya

menggunakan air bersih. Media pasir cocok untuk hidroponik selada,

sawi, bayam dan kangkung. Sedangkan media arang sekam (kulit

gabah) mempunyai porositas yang sangat baik dan tidak perlu

diseterilkan (sudah dalam keadaan steril melalui proses pembuatannya)

tapi hanya dapat dipergunakan untuk 2 kali penanaman. Media ini

cocok untuk tanaman sawi, paprika dan mentimun. Pada budidaya

hidroponik sistem substrat dengan berbagai perpaduan antara lain

pasir, pakis, campuran pakis dan pasir, pasir malang.

Page 16: Acara 1.docx

16

Kelebihan hidroponik substrat yaitu pertumbuhan tanaman lebih

baik karena terdapat sirkulasi yang baik pada bagian akar dan

penggunaan nutrisi lebih efisien. Kekurangan hidroponik substrat ini

yaitu tidak cocok digunakan pada daerah yang belum dialiri listrik,

memerlukan tenaga ahli, memerlukan kecermatan dan pemantauan

aliran nutrisi, butuh suplai listrik terus menerus, bila terjadi infeksi

penyakit terhadap satu tanaman, maka seluruh tanaman akan tertular

dalam waktu singkat, dan butuh investasi awal besar.

e. Ebb and flow atau penggenangan tiap-tiap jenis sistem dan pengatusan

f. Aeroponik

Menurut Ito (2010), prinsip aeroponik cukup sederhana yaitu

menyediakan nutrisi sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen

ke tanaman dengan cara penyemprotan air yang mengandung nutrisi

tersebut. Akar tanaman dikondisikan tidak terendam air atau

tergantung pada media styrofoam yang sudah disediakan di atas kolam.

Kelebihan dari sistem ini adalah tumbuhan mendapat suplai oksigen

yang sangat banyak sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal.

Hasilnya akan diketahui bahwa sistem ini memiliki kapasitas

penyediaan yang lebih dari yang lain baik dari segi nutrisi ataupun

oksigen. Kelemahan sistem ini adalah penggunaan pompa listrik yang 

sangat bergantung pada ketersediaan listrik sehingga jika pompa yang

digunakan untuk menyemprotkan air dan nutrisi tersebut mati maka

yang terjadi adalah tanaman yang ditanam juga akan mati.

g. Deep flow technique (DFT)

h. Hidroponik vertikultur (Vertikultur Karpet)

i. Aquaponik

Aquaponik merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran

air yang dihasilkan oleh budidaya ikan dan juga menjadi salah satu

alternatif mengurangi jumlah pemakaian air yang dipakai oleh sistem

budidaya. Teknologi aquaponik merupakan salah satu alternatif yang

dapat diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan air. Di

Page 17: Acara 1.docx

17

samping itu, teknologi aquaponik juga mempunyai keuntungan lain

berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan

memperbesar keuntungan para peternak. Sistem ini muncul sebagai

jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan

sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang

sempit, aquaponik yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan

dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran.

Deustche Welle Indonesia (2009) menyatakan ikan air tawar

memproduksi kotoran yang merupakan pupuk bagi tanaman. Dengan

memanfaatkan air limbah dari kolam ikan, kebutuhan air dan pupuk

bagi tanaman tidak lagi menjadi masalah. Freeman (2011) juga

menyatakan bahwa aquaponik merupakan produk alami yang

berkualitas untuk dijual serta ramah lingkungan dan terutama dapat

diterapkan pada lahan terbatas.

Kadar oksigen minimal untuk pertumbuhan tanaman adalah

sekitar 4 mg/l. Menurut Untung (2005), oksigen terlarut yang jenuh di

dalam air justru terlepas ke udara, karena kemampuan air mengikat

oksigen hanya mencapai 10 mg/l dan di atas itu oksigen akan dilepas

ke udara. Kandungan oksigen dalam kolam ikan gurame dan nila

memiliki kecenderungan yang sama. Semakin meningkat umur

tanaman, kadar oksigen terlarut juga semakin rendah. Hal ini

disebabkan karena peningkatan umur diikuti oleh meningkatnya

aktifitas tajuk tanaman seperti proses respirasi yang membutuhkan

oksigen. Kadar oksigen terlarut di pagi hari cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan siang hari dan sore hari. Peningkatan suhu air

kolam di siang dan sore hari mengakibatkan menurunnya kadar

oksigen terlarut.

Kesuburan air kolam menurut Maghfoer (2007) dapat ditandai

dengan daya hantar listrik dan pH air. Daya hantar listrik air

menunjukkan adanya elektrolit, kation atau hara yang bermanfaat bagi

pertumbuhan tanaman. Semakin meningkat daya hantar listrik, maka

Page 18: Acara 1.docx

18

kandungan elektrolit, kation atau hara juga semakin banyak. Daya

hantar listrik untuk tanaman kecil adalah 0,01 ds, tanaman medium

0,015 ds, tanaman besar 0,02 ds, dan tanaman fase generatif 0,025-

0,03. Derajat keasaman media yang basa menyebabkan tanaman: 1)

kekurangan besi, mangan, tembaga, dan seng, 2) ketersediaan fosfor

mungkin menurun karena pembentukan senyawa kompleks dan tidak

larut, 3) serapan fosfor dan penggunaannya dalam metabolisme

tanaman dapat terganggu, 4) serapan boron dan penggunaannya dapat

terganggu.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

2. Saran

Page 19: Acara 1.docx

19

DAFTAR PUSTAKA

Affan. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik Sederhana hingga Otomatis. http://io.ppijepang.org. Diakses pada tanggal 4 November 2013

Chadirin Y. 2005. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

CMS, 2011. Aquaponik. CMS Made Simple. Aquaponik.html. Diakses 9 November 2014.

Deustche Welle Indonesia, 2009. Pertanin Aquaponik Modern. Sains dan Teknologi Deustche Welle Indonesia.html. Diakses 9 November 2014.

Diansari Muthia 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi, dan Waktu Pembuangan Air untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik Berbasis Mikrikontroler AVR ATMEGA 8535. Skripsi. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Freeman R, 2011. Aquaponics Use in Suistainable Fish and Plant Farming. http://www.northernaquafarms.com/. Diakses 9 November 2014.

Lingga, P 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII. Penerbit Penebar

Lonardy, M.V. 2006. Respon Tanaman Toma (Lycopersicon esculentum Mill.) terhadap Suplai Senyawa Nitrogen dari Sumber Berbeda pada Sistem Hidroponik “Skripsi”. Universitas Tadulako. Palu.

Maghfoer D, Soelistyono, dan M. Ashrina. 2007. Pengaruh Tingkat Elektrokonduktivitas dan Waktu Peningkatannya pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo var eagle) pada Hidroponik Sistem FHS. Jurnal Agrivita Vol.29(3):284-292.

Ratna Ika P, 2012. Pemanfaatan Photovoltaik pada Sistem Otomasi Aquaponik Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal ELTEK Vol 10 (2): 22

Untung O 2005. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique).

Jakarta: Penebar Swadaya.