acara 1 pengenalan avert. & vertebrata
DESCRIPTION
laporan praktikum taksonomi hewanTRANSCRIPT
PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
Oleh :
Nama : Hanifah Kholid BasalamahNIM : B1J011156Rombongan : IVKelompok : 2Asisten : Kukuh Riyan M.
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar
organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang
kelihatan dari luar. Dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih
dekat kekerabatannya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan
morfologi udang, kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita
dapati pada berbagai jenis ikan serta pada berbagai jenis hewan lainya (Hutabarat,
1986).
Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de
Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (Pisces, Reptil,
Amfibia, Aves dan Mammalia). Contoh invertebrata adalah serangga, ubur-ubur,
hydra, cumi-cumi, dan cacing. Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari
seluruh anggota kingdom Animalia. Dalam kingdom Animalia, telah diketahui
bahwa hewan avertebrata digolongkan dalam dua golongan, yaitu hewan bersel
tunggal yang tubuhnya terdiri atas satu sel saja. Contoh hewan avertebrata bersel
tunggal adalah hewan-hewan dari golongan filum Protozoa, antara lain Amoeba,
Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium. Golongan yang kedua pada hewan
avertebrata adalah hewan avertebrata bersel banyak/multiseluler (Jasin, 1989).
Ada 40 phyla hewan avertebrata yang dikelompokan atas dasar:
banyaknya sel penyusun tubuh, kontruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh,
kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal perkembangan
embrionalnya, kondisi rongga tubuh, serta ada tiadaknya lofofora dan segmentasi
tubuh. Berdasarkan kedelapan kelompok tersebut, dapat dipelajari kesimetrian
tubuh, yang bisa diketahui melalui pengamatan ciri morfologinya. Dalam
kingdom Animalia, telah diketahui bahwa hewan avertebrata digolongkan dalam
dua golongan, yaitu hewan bersel tunggal yang tubuhya terdiri atas satu sel saja.
Contoh hewan avertebrata bersel tunggal adalah hewan-hewan dari golongan
filum Protozoa, antara lain Amoeba, Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium.
Golongan yang kedua pada hewan avertebrata adalah hewan avertebrata bersel
banyak/multiseluler (Jasin, 1989).
Hewan avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberapa
segmen menyusun kepala, thoraks, dan abdomen. Proses penyatuan beberapa atau
banyak segmen dalam beragam kelompok fungsi hewan bermetamer ini, disebut
mengalami tagmatisasi. Masing-masing kelompok metamer atau tagma ini secara
struktural dan fungsional berbeda dengan tagma lainnya (Siwi, 1991).
Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang
memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut
vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata
dapat dimasukkan semua jenis pisces (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut",
atau hagfish), Amphibia, Reptil, Aves, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis
ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai (Jasin, 1989). Lamarck
membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan
Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari
30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih
hingga organisme yang lebih kompleks seperti Mollusca dan Arthropoda (Siwi,
1991).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata
berdasarkan karakter morfologi adalah untuk mengenali ciri-ciri yang tampak
pada hewan avertebrata dan vertebrata dan mengelompokkan hewan avertebrata
dan vertebrata berdasarkan: rangka internal, tengkorak, mata, kuping, simetri
radial, simetri bilateral, metamerisme, dan tagmatisasi.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Materi yang diamati adalah hewan avertebrata yang merupakan anggota
dari Cnidaria, Ctenophora, Echinodermata, Annelida, Insecta dan Crustacea.
Hewan vertebrata merupakan anggota dari Pisces Amhipia, Reptilia, Aves dan
Mamalia.
Alat yang digunakan yaitu bak preparat, pinset, masker, sarung tangan,
buku gambar, dan alat tulis.
B. Metode
1. Pemisahan antara hewan avertebrata dan vertebarata.
2. Pengenalan dan menggambar hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati
berdasarkan ciri-ciri morfologi yang dimiliki (rangka internal, tengkorak,
mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme, tagmatisasi).
3. Pemisahan hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan
kepemilikan tulang belakang, kesimetrian tubuh, tagmatisasi dan metamer.
4. Preparat yang telah diamati selanjutnya digambar dan diklasifikasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengelompokkan Hewan Avretebrata dan
Vertebrata
No Dasar pengelompokkan Nama speciesKeterangan
(Avertebrata/ vertebrata)
1. Rangka internal
1. Brachylagus
sp.
2. Pycnonotus aurigaster
3. Osteochilus
hasselti
4. Boiga
dendrophila
Vertebrata
Vertebrata
Vertebrata
Vertebrata
2. Tengkorak
1. Brachylagus sp.
2. Pycnonotus aurigaster
3. Boiga dendrophyla
4. Osteochilus hasselti
Vertebrata
Vertebrata
Vertebrata
Vertebrata
3. Mata
1. Boiga dendrophila
2. Pycnonotus aurigaster
3. Osteochillus hasselti
4. Valanga sp.
5. Macrobrachium
rosenbergi
6. Brachylagus sp.
Vertebrata
Vertebrata
Vertebrata
Avertebrata
Avertebrata
4. Kuping 1. Brachylagus sp.Vertebrata
5. Kesimetrian tubuh a. Bilateral simetri
1. Valanga sp.
2. Macrobrachium
rosenbergii
Avertebrata
Avertebrata
Vertebrata
Vertebrata
3. Boiga dendrophila
4. Brachylagus sp.
5. Osteochilus hasselti
6. Pycnonotus aurigaster
7. Pheretima sp
b. Radial simetri
1. Diadema sp.
Vertebrata
Vertebrata
Avertebrata
6. Metamerisme 1. Pheretima sp. Avertebrata
7. Tagmatisasi1. Valanga sp.
2. Macrobrachium rosenbergi
Avertebrata
Vertebrata
Berikut ini adalah foto preparat yang digunakan beserta klasifikasinya:
No. Gambar Klasifikasi
1.
Bulu Babi (Diadema sp.)
Bulu babi (Diadema sp.)
menurut Nontji (2005) :
Phylum : Echinodermata
Sub-Phylum: Eleutherozoa
Classis : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Genus : Diadema
Spesies : Diadema sp.
2.
Belalang (Valanga sp.) menurut
Junaedi (2008) :
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Belalang (Valanga sp.) Genus : Valanga
Species : Valanga sp.
3.
Udang Galah
(Macrobranchium rosenbergi)
Udang galah menurut Pratt
(1935):
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Crustaceae
Ordo : Decapoda
Family : Malacostraca
Genus :
Macrobanchium
Spesies : Macrobrachium
rosenbergii
4
Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti)
Klasifikasi ikan nilem
(Osteochillus hasselti) menurut
Nontji (2005) adalah sebagai
berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidae
Familia : Cyprinidae
Sub familia : Cyprininae
Genus : Osteochilus
Spesies :Osteochilus
hasselti
5
Cacing Tanah
(Pheretima sp.)
Klasifikasi cacing tanah
menurut Pratt (1935) :
Kerajaan : Animalia
Filum : Anellida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp.
6
Burung Kutilang
(Pycnonotus aurigaster)
Burung Kutilang (Pycnonotus
aurigaster) menurut Jasin
(1989) :
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Species : Pycnonotus
Aurigaster
7
Ular Taliwangsa
(Boiga dendrophila)
Ular Cincin emas menurut
Supriatna (1991):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Order : Squamata
Suborder : Serpente
Family : Colubridae
Subfamily : Colubrinae
Genus : Boiga
Species : Boiga
dendrophila
8
Kelinci
(Brachylagus sp.)
Klasifikasi kelinci
(Brachylagus sp.) menurut
Hutabarat (1986) adalah sebagai
berikut :
Regnum : Animalia
Phylum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Lagormorpha
Familia : Leporidae
Genus : Brachylagus
Species : Brachylagus
sp.
B. Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari pengamatan hewan avertebrata dan vertebrata
dapat dikelompokkan hewan yang mempunyai rangka internal adalah dari
kelompok vertebrata yaitu Brachylagus sp., Boiga dendrophila, Pycnonotus
aurigaster, Osteochilus hasselti , yang mempunyai tengkorak yaitu Boiga
dendrophila, Pycnonotus aurigaster, Osteochilus hasselti , Brachylagus sp.,
yang mempunyai mata yaitu Boiga dendrophila, Pycnonotus aurigaster,
Osteochilus hasselti, Valanga sp., Macrobrachium rosenbergii, Bracylagus sp.,
yang mempunyai kuping adalah Brachylagus sp., yang mempunyai simetri tubuh
radial yaitu Diadema sp., yang mempunyai simetri bilateral yaitu Boiga
dendrophila, Osteochillus hasselti, Pycnonotus aurigaster, Brachylagus sp., yang
metamerisme adalah Pheretima sp., yang tagmatisasi adalah Valanga sp. dan
Macrobrachium rosenbergii.
Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan simetri
bilateral. Simetri radial adalah suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radil
mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Tubuh hewan tidak jelas kanan dan
kirinya, karena masing-masing busur sisi tubuh, identik terhadap busur lainnya.
Apabila suatu irisan diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan, maka iriasan
tersebut akan memabagi tubuh hewan avertebrata simetri radial menjadi dua
tengahan yang serupa. Contohnya adalah hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan
Ctenaphora. Hewan avertebrata bilateral pada umumnya memiliki tubuh yang bila
dibagi dua bagian menurut arah depan (anterior) ke belakang (posterior) akan
menghasilkan paruhan yang sama seperti suatu benda dengan bayangan di cermin.
Tubuh hewan simetri bilateral menunjukkan pembagian yang jelas antara kepala,
thoraks dan abdomen. Contohnya adalah classis Insecta dari phylum Arthropoda
(Hutabarat, 1986).
Metamerisme adalah tubuh hewan avertebrata tersusun oleh suatu
rangkaian segmen atau metamer yang segaris sepanjang sumbu anteroposterior.
Adapula avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberap segmen
menyusun kepala, thoraks, dan abdomen. Proses penyautuan beberapa atau
banyak segemen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi pada hewan
bermetamer disebut tagmatisasi (Siwi, 1991). Tagmatisasi adalah suatu pola tubuh
hewan avertebrata matamerik dimana beberapa atau banyak segmennya berfungsi
menyusun beragam fungsi. Setiap tagma secara struktural dan fisiologis berbeda.
Tagma kepala berfungsi dalam makan, tagma thorax berfungsi sebagai lokomosi
dan tagma abdomen berfungsi dalam reproduksi (Jasin, 1989).
Karakter taksonomi merupakan suatu sifat dari anggota suatu takson yang
membedakan dari suatu anggota takson lainnya. Perbedaan hewan vertebrata dan
avertebrata adalah adanya rangka internal yang tersusun atas tulang rawan dan
tulang sejati. Vertebrata memiliki cranium (wadah otak) yang membungkus dan
melindungi otak, serabut-serabut saraf halus bagian dorsal yang membesar di
ujung anteriornya. Hewan avertebrata sebagian besar sistem sirkulasinya terbuka,
sedangkan pada vertebrata sirkulasinya tertutup (Siwi, 1991). Hewan vertebrata
merupakan hewan bertulang belakang dengan struktur tubuh yang jauh lebih
sempurna dibandingkan dengan hewan avertebrata. Hewan vertebrata memiliki
tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf, dan memiliki
perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Sistem kerja yang sempurna, sistem
peredaran darah yang terpusat pada organ jantung dengan pembuluh-pembuluh
menjadi salurannya merupakan kemampuan hewan vertebrata dalam pemenuhan
kebutuhan (Jasin, 1989).
Ular cincin emas adalah nama sejenis ular berbisa anggota family
Colubridae. Klasifikasi ular tali wangsa (Boiga dendrophila) menurut Pratt
(1935), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Clasis : Reptilia
Ordo : Squamata
Familia : Elapidae
Genus : Boiga
Species : Boiga dendrophila
Ular cincin mas (Boiga dendrophila) berwarna hitam berbelang kuning,
akan tetapi warna kuningnya jauh lebih sempit dan perutnya berwarna hitam
seluruhnya (Jasin, 1989). Kedua ular ini memang mirip bentuk dan warnanya.
Nama welang dan weling (dari bahasa Jawa) menunjuk kepada pola belang hitam-
putih (atau hitam-kuning) yang berlainan. Pada ular welang, belang hitamnya utuh
berupa cincin dari punggung hingga ke perut; sedangkan pada ular weling belang
hitamnya hanya sekedar selang-seling warna di bagian punggung (dorsal),
sementara perutnya (ventral) seluruhnya berwarna putih (Supriatna, 1991).
Klasifikasi ikan Nilem (Osteochilus hasselti) menurut Nontji (2005),
adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus hasselti
Ikan Nilem merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang
pipih kesamping dan lunak. Tubuh ikan Nilem terbagi menjadi tiga bagian yaitu
caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).caput mulai dari moncong
sampai batas tutup insang, badan mulai dari belakang tutup insang sampai
belakang anus, ekor mulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor. Seluruh
badannya bersisik yang mempunyai tipe cycloid dan di tengah-tengah tubuhnya
terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai indra keenamnya (Djuhanda, 1982).
Ikan Nilem mempunyai lima sirip yaitu sepasang sirip dada, sepasang sirip perut,
sirip punggung yang tunggal dan sirip ekor.
Pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba.
Sirip punggung disokong oleh 3 jari-jari keras dan 12 - 18 jari-jari lunak. Sirip
ekor bercagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras
dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan jari-jari lunak.
Sirip dada disokong oleh 1 jari-jari dan 13 – 15 jari-jari lunak. Jumlah sisik-sisik
gurat sisi ada 33 – 36 keping. Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm,
warna tubuhnya hijau abu-abu. Ikan nilem memiliki popularitas sedikit di bawah
ikan mas. Ikan nilem dikenal dengan nama lain ikan Lehat, Regis dan Penopa di
berbagai daerah lain (Djuhanda, 1982).
Bulu babi termasuk filum Echinodermata. Klasifikasi bulu babi spesies
Diadema setosum menurut Nontji (2005), adalah :
Phylum : Echinodermata
Classis : Echinoidea
Subclassis : Euchinoidea
Ordo : Cidaroidea
Familia : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema sp.
Bentuk dasar tubuh segi lima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung
dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan
binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk
berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-
lempengabungan satu sama lain.
Diadema sp. merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di
Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002).
Diadema sp. termasuk dalam kelompok Echinoid beraturan (regular echinoid),
yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya
sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan
cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung
jenisnya, serta dapat digerakkan.
Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atau edible sea
urchin ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola
dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri (Nontji,
2005). Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya
terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan,
panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm.
Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua
subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak
beraturan (irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang
memiliki nilai konsumsi. Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi
Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem
apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-
lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem
peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk
lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk
diantaranya adalah keping-keping genital.
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berarti hewan
berkaki enam. Mempunyai alat suara (tympana) yang terletak di ruas abdomen
pertama (Siwi, 1991). Klasifikasi Belalang menurut Junaedi (2008), adalah :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Orthoptera
Super ordo : Orhopterida
Familia : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga sp.
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo
Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari
tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa
spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya
terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan
sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang
cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya
kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya
berukuran lebih besar dari belalang jantan (Junaedi, 2008).
Belalang (Valanga sp.) merupakan hewan yang berciri-ciri antenna
pendek, pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki
belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar
dibandingkan dengan yang jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau
kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang.
Mempunyai alat suara (tympana) yang terletak di ruas abdomen pertama (Siwi,
1991).
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai
tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili
terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah
hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan.
Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan
dan kesejahteraan manusia (Siwi, 1991).
Menurut Pratt (1935), klasifikasi dari cacing tanah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Ordo : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp.
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk udang asli perairan
Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia Tenggara terutama di
Malaysia. Sungai raksasa prawn, mengklasifikasi Macrobranchium rosenbergii
pada tahun 1879, adalah spesies air tawar yang merupakan contoh klasik dari satu
jenis yang menjadi lentang karena akibat ketenaran pada aquaculture komersil
(Iketani, 2011). Ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro
(genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat
pertumbuhan lebih cepat. Pada umur lima bulan panjang tubuh udang galah
gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per ekor.
Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya
mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor (Siwi, 1991).
Klasifikasi Udang Galah menurut Pratt (1935), adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
Phyllum :Arthropoda
Kelas :Crustacea
Ordo :Caridae
Famili :Decapoda
Genus :Macrobrachium
Species :Macrobrachium rosenbergii
Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku
Pycnonotidae.
Klasifikasi Burung Kutilang menurut Jasin (1989), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus aurigaster
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung
paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor)
berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih
keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna
hitam. Tungging (di muka ekor) nampak jelas berwarna putih, serta penutup
pantat berwarna jingga (King et al., 1975).
Beberapa spesies burung yang mempunyai kelimpahan berbeda tetapi
memiliki penyebaran yang sama, sebagai contoh burung Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster) dan Cinenen jawa (Orthotomus sepium) berturut-turut
mempunyai kepadatan 8 dan 6 ind./ha, tetapi mempunyai nilai frekuensi relatif
yang sama yaitu 60% (Ruhyat ,2009). Cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-
tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan
sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan
hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung
kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger,
dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan
dengan jenis burung yang lain. Seperti umumnya merbah, makanan burung ini
terutama adalah buah-buahan yang lunak.
Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae. Klasifikasi kelinci
(Brachylagus sp.) menurut Hutabarat (1986), adalah sebagai berikut:
Regnum : Animalia
Phylum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Lagormorpha
Familia : Leporidae
Genus : Brachylagus
Species : Brachylagus sp.
Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat
ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang
hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912,
kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua
famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk
di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua
jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk dalam
kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar
(Oryctolagus cuniculus). Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis
berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim
dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu (Djuhanda, 1982).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelompok hewan vertebrata adalah yang mempunyai Columna vertebrae
yaitu Ular cincin emas (Boiga dendrophila), Burung Kutilang (Pycnonotus
aurigaster), dan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), kelinci (Brachylagus sp.)
sedangkan kelompok avertebrata adalah yang tidak mempunyai Columna
vertebrae yaitu Belalang (Valanga sp.), Udang Galah (Macrobrachium
rosenbergi), Cacing tanah (Pheretima sp.), Bulu babi ( Diadema sp.).
2. Hewan yang mempunyai rangka internal adalah dari kelompok vertebrata
yaitu Bracyhlagus sp., Boiga dendrophila, Pycnonotus aurigaster,
Osteochilus hasselti , yang mempunyai tengkorak yaitu Boiga dendrophila,
Pycnonotus aurigaster, Osteochilus hasselti , Brachylagus sp., yang
mempunyai mata yaitu Boiga dendrophila, Pycnonotus aurigaster,
Osteochillus hasselti , Valanga sp. , Macrobrachium rosenbergi, Bracylagus
sp., yang mempunyai kuping adalah Bracylagus sp., yang mempunyai simetri
tubuh radial yaitu Diadema sp., yang mempunyai simetri bilateral yaitu Boiga
dendrophila, Osteochilus hasselti, Pycnonotus aurigaster, Brachylagus sp.,
Valanga sp., Macrobrachium rosenbergii yang metamerisme adalah
Pheretima sp., yang tagmatisasi adalah Valanga sp. dan Macrobrachium
rosenbergii.
B. Saran
Sebaiknya untuk praktikum pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata
berdasarkan karakter morfologi, praktikan diharapkan membawa alat tulis yang
lengkap agar memperlancar praktikum serta tidak saling meminjam satu sama lain
dan waktu untuk menggambar ditambahkan.
DAFTAR REFERENSI
Anonymous. 2004. Valanga sp. www.zipcodezoo.com. Diakses tanggal 21 Maret 2013
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung
Hutabarat, S. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Jaya, Surabaya
Junaedi,W. 2008. Serangga Insekta. http://junaedi525.blogspot.com/serangga- insekta.html
Iketani, G. 2011. The History of The Introduction of The Giant River Prawn, Macrobrachium cf. rosenbergii (Decapoda, Palaemonidae), in Brazil: New Insights from Molecular Data. Genetics and Molecular Biology, 34, 1, 142-151 (2011)
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.
Pratt, H. S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc : New York
Ratna, F. D. 2002. Pengaruh penambahan gula dan lama fermentasi terhadap mutu pasta fermentasi gonad bulu babi Diadema setosum dengan Lactobacillus plantarum sebagai kultur starter [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Ruhyat, P. Mardiastuti, A. Solihin, D, D. Widjajakusuma, R. Nuramaliai, S. Prijono. Ueda, K. Komunitas Burung Pemakan Buah di Habitat Suksesi. A SCIENTIFIC JORNAL: BIOSFER. Volume 26 (2) Mei 2009: 90-99.
Siwi, S.S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta.
Supriatna, J. 1991. Ular Berbisa Indonesia. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.