abstrak1

Upload: noventy-sutarman

Post on 20-Jul-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ABSTRAK Indonesia mempunyai banyak tanaman obat dan keanekaragaman hayati lain yang digunakan sebagai alternatif pengobatan, seperti kulit buah duku (Lansium domesticum). Komponen aktif dalam kulit buah duku yang dapat menjadi antimikroba penyebab diare adalah terpenoids, fenol, dan alkaloid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daya hambatan ekstrak kulit buah duku terhadap pertumbuhan Escherechia coli dan Staphylococcus aureus in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan teknik non random sampling dengan batasan jumlah dengan subjek penelitian ekstrak kulit buah duku. Pengujian aktifitas antimikroba menggunakan metode difusi agar. Masing-masing mikroba yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus distandarkan dengan Mc Farland 0,5 kemudian dioleskan pada agar Mueller Hinton. Kemudian pada media tersebut diberi aquadest sebagai kontrol negatif, ekstrak kulit buah duku dengan konsentrasi 200%, 250%, dan 300%, serta diberi disk antibiotik cefotixin sebagai kontrol positif. Diinkubasi selama 18-24 jam, kemudian zona hambatan pertumbuhan yang terbentuk diukur. Data berupa diameter zona hambatan dianalisis dengan menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan Post Hoc Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah duku konsentrasi 200%, 250%, dan 300% pada kuman Escherichia coli tidak didapatkan zona hambatan. Sedangkan pada kuman Staphylococcus aureus didapatkan zona hambatan yaitu 12,85 mm (konsentrasi 200 %), 14,23 mm (konsentrasi 250 %), dan 16,08 mm (konsentrasi 300 %). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit buah duku, diameter zona hambatan pertumbuhan yang terbentuk makin besar. Hasil uji Anova pada Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara

lima vaiabel perlakuan, yaitu aquades, cefotixin, ekstrak kulit buah duku konsentrasi 200%, 250%, dan 300% dengan p < 0,05. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah duku memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus tetapi tidak terbukti menghambat pertumbuhan Escherechia coli

Kata kunci : ekstrak kulit buah duku antimikroba Staphylococcus aureus Escherechia coli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengobatan tradisional mempunyai sejarah yang panjang pada semua orang di seluruh dunia (Kong et al., 2003). Beberapa tanaman obat telah digunakan sebagai alternatif dalam pengobatan penyakit. Di Indonesia, pengobatan tradisional sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu dengan pemakaian jamu yang berasal dari tanaman obat. Hal ini karena di Indonesia mempunyai banyak tanaman obat dan keanekaragaman hayati lain yang digunakan sebagai alternatif pengobatan (Elfahmi et al., 2005). Tanaman obat relatif mudah didapat, murah, dan efek sampingnya relatif rendah. Satu tanaman obat bisa memiliki efek farmakologi lebih dari satu. Namun disamping kelebihannya, tanaman obat memiliki beberapa kelemahan, antara lain : sebagian besar efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar,

belum dilakukuan uji klinik, dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno, 2004). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat adalah pohon duku (Lansium domesticum) (Semir, 2000). Kulit buah duku (Lansium domesticum) merupakan salah satu bagian dari pohon duku yang digunakan untuk pengobatan penyakit diare (BAPENNAS, 2005). Kulit buah duku mempunyai kandungan hidrokarbon, komponen fenol, alkaloids, polysakarida, alkohol, glikosida, komponen sulfur organik, komponen volatile, flavonoids, dan terpenoids (Ogawa, 1999). Di Kalimantan, masyarakat batak menggunakan kulit buah duku sebagai alternatif utama dalam pengobatan diare. Komponen aktif dalam kulit buah duku yang dapat menjadi antimikroba adalah terpenoids, fenol, dan alkaloid. Terpenoids yang terkandung dalam kulit buah duku adalah 3?hydroxyonocera-8(26),14- dien-21-one, ?,?-onoceradienedione, lansionic acid dan lansioside C (Ragasa et al., 2006). Terpenoid mempunyai aktivitas merusak membrane sel bakteri. Alkaloid mempunyai aktivitas interkalasi ke dalam dinding sel bakteri dan atau DNA. Sedangkan komponen fenol mempunyai aktivitas menghambat enzim bakteri dan mengikat protein dan adhesi bakteri (Cowan, 1999). Salah satu penyebab terjadinya diare adalah karena infeksi bakteri. Lebih dari 90% diare disebabkan oleh infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebabsebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik, dan sebagainya (Budi, 2007). Bakteri batang gram negatif yang paling sering menimbulkan diare yaitu: Escherichia coli, Vibrio cholerae, Shigella sp., Salmonella sp., Clostridium difficile, Campylobacter jejuni, Yersinia enterolitica. Dari bakteri-bakteri tersebut, Escherichia coli strain Enterotoksigenik yang paling sering ditemukan. Sedangkan bakteri kokus gram positif yang menyebabkan diare adalah Staphylococcus aureus yang menghasilkan enterotoksin (Warren dan Ernest, 2003).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai daya hambat antimikroba ekstrak kulit buah duku (Lansium domesticum) terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus in vitro dengan metode difusi dan dengan isolat bakteri lokal.