abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id
TRANSCRIPT
Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan
Palangka Raya
Riki¹
¹Program Studi Diploma IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan,
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
E-mail: [email protected]
Abstrak
Riki. 2019. Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan
Palangka Raya.. Skripsi, Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. Pembimbing: (I) Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., M.Kes (II)
Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M.Kep, xii + 65 halaman; 11 tabel; 7 gambar.
Latar Belakang: Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif yang dilatar belakangi oleh retensi insulin. Senam kaki diabetes sangat
dibutuhkan dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan jasmani secara teratur dapat
menurunkan kadar gula darah.
Tujuan: Mengetahui pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan kadar gula darah
sewaktu pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Klub Prolanis Sanang Barigas BPJS
Kesehatan Palangka Raya.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
Preexperimental Design, rancangan penelitian one-group pre-post-test design. Jumlah responden
30 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS. Uji
statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil: Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai rata-rata (mean)
pretest/sebelum senam kaki sebesar 6.06 dan posttest/sesudah senam kaki sebesar 18.93
sedangkan nilai probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05)
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara kadar
gula darah sewaktu sebelum dan sesudah diberikan senam kaki.
Kesimpulan: latihan jasmani secara teratur dan berpengaruh terhadap penurunan kadar gula
darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di klub prolanis sanang barigas bpjs
kesehatan palangkaraya. sehingga senam kaki diabetik sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
diabetes mellitus,
Kata Kunci: Senam Kaki Diabetik, Kadar Gula Darah, Diabetes Melitus
Abstract
Riki. 2019. Effect of Diabetic Foot Gymnastics To Decrease Blood Sugar Levels When In
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus In Prolanis Clubs Sanang Barigas BPJS Palangkaraya.
Skripsi, D-IV Nursing Program, Nursing Department, Palangka Raya Health Polytechnic.
Pembimbing: (I) Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., Kes (II) Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M. Kep,
xiii + 65 pages; 11 tables; 7 images.
Background: Diabetes mellitus is a group of symptoms that arise in a person caused by an
increase in blood glucose levels due to reduced insulin secretion are progressive background by
the retention of insulin. Gymnastics diabetic foot is needed in the management of diabetes
mellitus, regular physical exercise can lower blood sugar levels
Objective: To examine the effect of diabetic foot gymnastics to decrease blood sugar levels in
patients with Diabetes Mellitus as type 2 Clubs Prolanis Sanang Barigas BPJS Palangkaraya.
Method: This study is a quantitative research study design Preexperimental Design, the design
of the study one-group pre-post-test design. The number of respondents 30 people. Retrieving
data using a questionnaire and analyzed using SPSS. Statistical test using the Wilcoxon Signed
Rank Test.
Results: Statistical test results obtained Wilcoxon Signed Rank Test average value (mean)
pretest / before gymnastics at 6:06 and posttest leg / foot after gymnastics at 18.93 while the
value of the probability p value or sig. (2-tailed) 0.00 <0.05 (0.00 less than 0.05) so that Ho
refused and Ha accepted which means there is a significant difference between random blood
sugar levels before and after exercise feet.
Conclusion:regular physical exercise and the effect on blood sugar levels drop as in patients
with type 2 diabetes mellitus in prolanis club Sanang barigas BPJS Palangkaraya. so that
exercisers diabetic foot is needed in the management of diabetes mellitus,
Keywords: Diabetic Foot Gymnastics, Blood Sugar, Diabetes Mellitus
Pendahuluan
Diabetes melitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif
yang dilatar belakangi oleh retensi insulin
(Suyono, 2009). Diabetes Mellitus
merupakan penyakit yang memiliki
komplikasi atau menyebabkan terjadinya
penyakit lain yang paling banyak
(Soegondo, 2013).
Menurut International Diabetes
Federation (IDF), prevalensi diabetes
melitus adalah 1,9% dan telah menjadikan
DM sebagai penyakit penyebab kematian
nomor tujuh di dunia. Pada tahun 2012
angka kejadian DM di dunia adalah 371 juta
jiwa dimana proporsi DM tipe 2 adalah
95%. Angka kejadian DM meningkat
menjadi 382 juta jiwa pada tahun 2013 dan
pada tahun 2035 diperkirakan meningkat
menjadi 592 juta orang.
Berdasarkan data terbaru Riskesdas
2018, secara umum angka Prevalensi
Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis
Dokter pada Penduduk Semua Umur yaitu
1,5 persen dengan total 1.017.290 penderita
yang terdiagnosis Diabetes Mellitus.
Prevalensi Diabetes Mellitus di Kalimantan
Tengah pada semua umur yaitu 1,1 persen
dengan total 10.189 penderita yang
terdiagnosis Diabetes Mellitus dan pada
umur ≥ 15 tahun 1,6 persen dengan total
7.031 terdiagnosis Diabetes Mellitus.
(Riskesdas, 2018)
Dikota Palangka Raya Klien diabetes
yang datang dan berobat ke puskesmas
meningkat cukup tajam dalam 6 tahun
terakhir, jika pada tahun 2016 sebanyak
1.372 penderita dan pada tahun 2017
meningkat tajam sebanyak 3.228 (Profil
Kesehatan Kota Palangka Raya 2017).
Klub Prolanis Sanang Barigas BPJS
Kesehatan Palangka Raya. Terdapat 85
anggota yang aktif. Klub ini memiliki
anggota dengan jumlah DM sebanyak 24
orang dan DM dengan Hipertensi sebanyak
61 orang.
Pengelolaan penyakit Diabetes
Mellitus dikenal dengan empat pilar utama
yaitu penyuluhan atau edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik
dan intervensi farmakologis. Keempat pilar
pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada
semua jenis tipe Diabetes Mellitus termasuk
Diabetes Mellitus tipe II. Untuk mencapai
fokus pengelolaan Diabetes Mellitus yang
optimal maka perlu adanya keteraturan
terhadap keempat pilar utama tersebut
(PERKENI, 2015).
Komponen latihan jasmani atau
olahraga sangat penting dalam
penatalaksanaan Diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Latihan jasmani akan menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah, maka
akan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka
sehingga lebih banyak tersedia reseptor
insulin dan reseptor menjadi aktif yang akan
berpengaruh terhadap penurunan glukosa
darah pada pasien Diabetes (Soegondo,
2013). Latihan jasmani atau olahraga yang
dianjurkan salah satunya adalah senam kaki
Diabetes Melitus. Senam kaki bertujuan
untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga
nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat
otot-otot kecil, otot betis dan otot paha,
menurunkan kadar gula darah serta
mengatasi keterbatasan gerak sendi yang
dialami oleh penderita Diabetes Mellitus.
Senam kaki Diabetes Mellitus bisa
dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan
tidur dengan menggerakkan kaki dan sendi
misalnya dengan kedua tumit diangkat,
mengangkat kaki dan menurunkan kaki
(Soegondo, 2013).
Menurut penelitian Priyanto pada
tahun 2012, pengaruh senam kaki terhadap
sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada
aggregat lansia diabetes melitus di
magelang, Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 125 responden, yang
terdiri 62 responden pada kelompok
intervensi dan 63 responden pada kelompok
kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa lansia yang mengalami diabetes
melitus, pada kelompok yang diberikan
intervensi senam kaki kadar gula
darahnya mengalami penurunan dibanding
kelompok yang tidak diberikan intervensi
senam kaki. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh senam kaki dalam menurunkan
kadar gula darah. Penurunan kadar gula
darah ini sebagai salah satu indikasi
terjadinya perbaikian diabetes melitus yang
dialami. Oleh karena itu, pemberian aktivitas
senam kaki merupakan salah satu cara
yang efektif dalam mengelola diabetes
melitus.
Menurut Penelitian Rusli dan
Farianingsih pada tahun 2015, senam kaki
diabetes menurunkan kadar gula darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 Sampel yang
diambil sebanyak 20 responden. Penelitian
dilaksanakan di Puskesmas Balongpanggang
bulan Desember 2014. Hasil penelitian
bahwa ada pengaruh kuat senam kaki
diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan
dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan
jasmani secara teratur dapat menurunkan
kadar gula darah. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah.
Menurut Penelitian Sulistyowati pada
tahun 2017, pengaruh senam kaki terhadap
kadar gula darah sewaktu pada penderita
diabetes melitus tipe II di wilayah kerja
puskesmas cawas 1, Sampel pada penelitian
ini adalah 32 penderita DM tipe II di
wilayah Kerja Puskesmas Cawas 1, Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penderita
kadar gula darah sewaktunya menurun. Hal
ini menunjukkan ada pengaruh senam kaki
dalam menurunkan kadar gula darah
sewaktu. Penurunan kadar gula darah
sewaktu ini sebagai salah satu indikasi
terjadinya perbaikan diabetes melitus yang
dialami. Oleh karena itu pemberian aktivitas
senam kaki merupakan salah satu cara yang
efektif dalam mengelola diabetes mellitus.
Metode
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian Preexperimental Design,
Menggunakan rancangan penelitian one-
group pre-post-test design yaitu kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi kembali
setelah dilakukan intervensi (Hidayat, A.
Aziz Alimul, 2009).
Kadar gula darah sebelum dan
sesudah diberikan intervensi dilakukan
penilaian untuk melihat pengaruh senam
kaki diabetik terhadap penurunan kadar gula
darah sewaktu pada penderita Diabetes
Mellitus tipe II di Klub Prolanis Sanang
Barigas BPJS Kesehatan Palangka Raya
dengan Jumlah responden 30 orang.
Pengambilan data menggunakan kuesioner
dan dianalisis menggunakan SPSS. Uji
statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed
Rank Test.
Hasil
Analisis Univariat
Pada tabel 4.1 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti berjenis kelamin
perempuan lebih banyak yaitu 17 orang
(56,7%), sedangkan responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 13 orang
(43,3%).
Pada table 4.2 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti sebagian besar
rentang umur 45-50 tahun sebanyak 6
responden (20,0%), 51-55 tahun sebanyak 7
(23,3%), 56-60 tahun sebanyak 7
(23,3%)61-65 tahun sebanyak 4 (13,3%) dan
66-70 tahun sebanyak 6 (20,0%).
Pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, responden yang
bekerja sebagai wiraswasta lebih banyak
yaitu 15 responden (50,0%).
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, responden dengan
pendidikan terakhir SD lebih banyak yaitu
sebanyak 11 responden (36,7%).
Pada tabel 4.5 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, responden yang
melakukan senam kaki pada kategori baik
sebanyak 16 responden (53,3%), dan
responden yang melakukan senam kaki pada
kategori kurang sebesar 14 responden
(46,7%).
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, responden yang
melakukan senam kaki pada kategori baik
sebanyak 16 responden (53,3%), dan
responden yang melakukan senam kaki pada
kategori kurang sebesar 14 responden
(46,7%).
Pada tabel 4.7 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, responden yang
melakukan senam kaki pada kategori baik
sebanyak 25 responden (83,3%), dan
responden yang melakukan senam kaki pada
kategori kurang sebesar 5 responden
(16,7%).
Pada tabel 4.8 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, seluruh responden
yang melakukan senam kaki pada kategori
baik sebanyak 30 responden (100%).
Analisis Bivariat
Pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 30
responden yang diteliti, diperoleh nilai rata-
rata (mean) pretest/sebelum senam kaki
sebesar 6.06 dan posttest/sesudah senam
kaki sebesar 18.93 sedangkan nilai
probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00<
0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05) sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima yang artinya
terdapat perbedaan signifikan antara kadar
gula darah sewaktu sebelum dan sesudah
diberikan senam kaki, sehingga senam kaki
diabetik berpengaruh terhadap penurunan
kadar gula darah sewaktu, nilai rata-rata
penurunan kadar gula darah responden
selama 4 hari dilakukan senam kaki yaitu
37,73, dan standar deviasi atau kedekatan
data individu ke nilai rata-rata sebesar
45,285.
Pembahasan
Responden dalam penelitian ini
adalah Anggota Prolanis Sanang Barigas
BPJS Kesehatan Palangkaraya yang
berjumlah 30 responden sebagian besar
berjenis kelamin perempuan sebanyak 17
responden (56,7%) dan laki-laki 13
responden (43,3%). Menurut Ahmad,
Alghadir, dkk (2012), bahwa prevalensi
terjadinya diabetes melitus lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Data tersebut sesuai dengan
penelitian Indriyani (2007) yang
menyatakan bahwa diabetes melitus pada
usia 40 – 70 tahun lebih banyak terjadi pada
perempuan, Sedangkan pada laki-laki lebih
banyak terjadi pada usia yang lebih muda.
Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal saat
sindroma siklus bulanan (pre-menstrual
syndrome) dan pasca-menopause pada
perempuan yang membuat distribusi lemak
menjadi mudah terakumulasi dalam tubuh
sehingga indeks massa tubuh (IMT)
meningkat dengan persentase lemak lebih
tinggi yakni berkisar 20-25% dari berat
badan total dan kadar LDL yang tinggi
dibandingkan dengan laki-laki yang
umumnya memiliki jumlah lemak berkisar
15-20% dari berat badan total (Karinda,
2013; Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013;
Jelantik, 2014).
Rata-rata umur responden pada
penelitian ini yaitu umur 45-50 tahun
sebanyak 6 responden (20,0%), 51-55 tahun
sebanyak 7 (23,3%), 56-60 tahun sebanyak 7
(23,3%), 61-65 tahun sebanyak 4 (13,3%)
dan 66-70 tahun sebanyak 6 (20,0%).
Menurut Sudoyo(2009), mereka
dengan umur lebih dari 45 tahun adalah
kelompok umur yang beresiko menderita
Diabetes Mellitus. Umur merupakan salah
satu faktor resiko seseorang dapat
mengalami Diabetes Mellitus, karena
semakin bertambahnya umur maka individu
tersebut akan semakin mengalami
penurunan fungsi tubuh (degeneratif)
terutama gangguan organ pankreas dalam
menghasilkan hormon insulin. Lebih lanjut
dikatakan bahwa DM akan meningkat
kasusnya sejalan dengan pertambahan umur
sehingga pasien dengan umur lebih dari 45
tahun lebih sering datang ke fasilitas
kesehatan. Data tersebut sesuai dengan
penelitian Alfiyah juga didapatkan bahwa
ada hubungan antara umur dengan Diabetes
Melitus (Alfiyah, 2010). Dari hasil analisis
Riskesdas 2007, terlihat bahwa semakin tua
usia maka makin tinggi risiko untuk
menderita Diabetes Melitus. Orang yang
berusia 26-35 tahun berisiko 2,32 kali, usia
36-45 tahun berisiko 6,88 kali, dan usia
lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali untuk
menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan
usia 15-25 tahun (Irawan,2010).
Berdasarkan jenis pekerjaan
responden hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar responden adalah PNS yaitu
sebanyak 1 responden (3,3%) pensiunan
PNS yaitu sebanyak 7 responden (23,3%),
IRT sebanyak 7 responden (23,3%), dan
swasta sebanyak 15 responden (50,0%).
Pembahasan tentang jenis pekerjaan
khususnya pada pasien DM tipe 2 berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari, sehingga hal
tersebut dapat mengurangi resiko terjadi
komplikasi seperti gangguan kardiovaskuler
dan meningatkan harapan hidup serta
meningkatkan rasa nyaman baik secara fisik,
psikologis maupun sosial (Soegondo, 2009).
Penelitian di kota Singkawang
memberikan hasil bahwa distribusi penderita
DM Tipe 2 terbanyak adalah dari kelompok
tidak bekerja sebesar 46,2%
(Mihardja,2010).
Gambaran tingkat pendidikan ini
berdasarkan riwayat pendidikan formal
terakhir yang diikuti responden. Hasil
analisis menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berpendidikan SD yaitu sebanyak
11 responden (36,7%), yang berpendidikan
SMP sebanyak 9 responden (30,0%), yang
berpendidikan SMA sebanyak 4 responden
(13,3%) dan yang berpendidikan S1
sebanyak 8 responden (20,0%) Dengan latar
belakang pendidikan responden setingkat
SMA maka diharapkan akan lebih mudah
dalam menerima informasi yang terkait
dengan penatalaksanaan DM tipe 2 dan
mencegah timbulnya komplikasi.
Data tersebut sesuai dengan
Penelitian tentang faktor risiko DM Tipe 2
di Kota Singkawang pernah dilakukan oleh
Mihardja. Tingkat pendidikan terbanyak
adalah Tidak tamat SD (27,9%), Tamat SD
(25,0%), dan tidak pernah sekolah (15,0%)
(Mihardja,2010). Penelitian yang dilakukan
oleh Fatmawati mendapatkan bahwa bahwa
tingkat pendidikan
merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
(Fatmawati, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30
responden hasil evaluasi senam kaki anggota
prolanis pada hari pertama presentasi
terbesar pada kategori baik dengan presensi
53,3%,
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30
responden hasil evaluasi senam kaki anggota
prolanis pada hari ke-dua presentasi terbesar
pada kategori baik dengan presensi 53,3%,
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30
responden hasil evaluasi senam kaki anggota
prolanis pada hari ke-tiga presentasi terbesar
pada kategori baik dengan presensi 83,3%
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30
responden hasil evaluasi senam kaki anggota
prolanis pada hari ke-empat presentasi
terbesar pada kategori baik dengan presensi
100%.
Hasil penelitian ini menunjukkan
penurunan kadar gula darah sewaktu
sesudah dilakukan 4 kali senam kaki yang
dibuktikan pada tabel 4.9 diketahui bahwa
dari 30 responden yang diteliti, diperoleh
nilai rata-rata (mean) pretest/sebelum senam
kaki sebesar 6.06 dan posttest/sesudah
senam kaki sebesar 18.93 sedangkan nilai
probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00<
0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05) dan terdapat
nilai rata-rata penurunan kadar gula darah
responden selama 4 hari dilakukan senam
kaki yaitu 37,73, dan standar deviasi atau
kedekatan data individu ke nilai rat-rata
sebesar 45,285. sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya terdapat perbedaan
signifikan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah diberikan senam kaki,
sehingga senam kaki diabetik berpengaruh
terhadap penurunan kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes mellitus
tipe 2.
Menurut penelitian Priyanto pada
tahun 2012, pengaruh senam kaki terhadap
sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada
aggregat lansia diabetes melitus di
magelang, Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 125 responden, yang
terdiri 62 responden pada kelompok
intervensi dan 63 responden pada kelompok
kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa lansia yang mengalami diabetes
melitus, pada kelompok yang diberikan
intervensi senam kaki kadar gula
darahnya mengalami penurunan dibanding
kelompok yang tidak diberikan intervensi
senam kaki. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh senam kaki dalam menurunkan
kadar gula darah. Penurunan kadar gula
darah ini sebagai salah satu indikasi
terjadinya perbaikian diabetes melitus yang
dialami. Oleh karena itu, pemberian aktivitas
senam kaki merupakan salah satu cara
yang efektif dalam mengelola diabetes
melitus.
Menurut Penelitian Rusli dan
Farianingsih pada tahun 2015, senam kaki
diabetes menurunkan kadar gula darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 Sampel yang
diambil sebanyak 20 responden. Penelitian
dilaksanakan di Puskesmas Balongpanggang
bulan Desember 2014. Hasil penelitian
bahwa ada pengaruh kuat senam kaki
diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan
dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan
jasmani secara teratur dapat menurunkan
kadar gula darah. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah.
Menurut Penelitian Sulistyowati
pada tahun 2017, pengaruh senam kaki
terhadap kadar gula darah sewaktu pada
penderita diabetes melitus tipe II di wilayah
kerja puskesmas cawas 1, Sampel pada
penelitian ini adalah 32 penderita DM tipe II
di wilayah Kerja Puskesmas Cawas 1, Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penderita
kadar gula darah sewaktunya menurun. Hal
ini menunjukkan ada pengaruh senam kaki
dalam menurunkan kadar gula darah
sewaktu. Penurunan kadar gula darah
sewaktu ini sebagai salah satu indikasi
terjadinya perbaikan diabetes melitus yang
dialami. Oleh karena itu pemberian aktivitas
senam kaki merupakan salah satu cara yang
efektif dalam mengelola diabetes mellitus.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan di Klub Prolanis Sanang
Barigas Bpjs Kesehatan Palangka Raya
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Karakteristik berdasarkan jenis
kelamin di Klub Prolanis Sanang Barigas
Bpjs Kesehatan Palangka Raya paling
banyak pada perempuan dari 30 responden.
Karakteristik berdasarkan umur di Klub
Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan
Palangka Raya paling banyak pada umur 51-
60 tahun dari 30 responden. Karakteristik
berdasarkan pekerjaan di Klub Prolanis
Sanang Barigas Bpjs Kesehatan Palangka
Raya paling banyak pada wiraswasta dari 30
responden. Karakteristik berdasarkan
pendidikan terakhir di Klub Prolanis Sanang
Barigas Bpjs Kesehatan Palangka Raya
paling banyak pada SD dari 30 responden.
Kadar gula darah sebelum dilakukan
senam kaki diabetik diperoleh dengan mean
6,06
Kadar gula darah sesudah dilakukan
senam kaki diabetik diperoleh dengan mean
18,93
Berdasarkan uji statistik Wilcoxon
Signed Rank Test diperoleh nilai p
value=0,00 (p<0,05) sehingga berdasarkan
statistik nilai tersebut bermakna dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah diberikan senam kaki,
sehingga senam kaki diabetik sangat
dibutuhkan dalam pengelolaan diabetes
mellitus, latihan jasmani secara teratur dan
berpengaruh terhadap penurunan kadar gula
darah sewaktu pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 di klub prolanis sanang
barigas bpjs kesehatan palangkaraya.
Saran
1. Bagi penderita DM
Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk
melakukan senam kaki secara teratur
minimal 4 kali dalam 1 minggu dan sesuai
teknik pelaksanaanya untuk mencegah kadar
gula darah tinggi dan komplikasi diabetes
mellitus.
2. Bagi Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs
Kesehatan Palangkaraya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
pelayanan kesehatan di klub prolanis sanang
barigas bpjs kesehatan palangkaraya sebagai
informasi dalam pemberian edukasi senam
kaki diabetik dan disarankan Perlu adanya
pelatihan senam kaki, sehingga dapat
dimasukkan dalam program kesehatan
mencegah komplikasi kaki diabetes dengan
mengadakan jadwal atau kegiatan senam
kaki rutin pada klub prolanis sanang barigas
bpjs kesehatan palangkaraya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan dan tambahan informasi untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut
dengan menambahkan sampel dalam
pelaksanaan senam kaki dan membuat
perancu lain yang dapat mempengaruhi
kadar gula darah seperti faktor obat-obatan,
penyakit yang diderita, makanan dan
minuman serta kekuatan otot. Perlu
dikembangkan untuk penelitian yang akan
datang mengenai lamanya intervensi, waktu
latihan senam kaki, pagi atau sore.
DAFTAR RUJUKAN
ADA, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus Diabetes CareUSA. 27: 55
Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Alfiyah, Sri Widyati. 2010. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Penyakit Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010.
Andreassen LM, Sandberg S, Kristensen GBB, Sølvik UØ, Kjome RLS. Nursing home
patients with diabetes: prevalence, drug treatment and glycemic control. Diabetes
Res Clin Pract [Internet]. Elsevier Ireland Ltd; 2014 Jul [cited 2014 Oct
2];105(1):102–9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24853809
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi
V.Jakarta: Interna Publishing.
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. 2018. Riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional 2018: 1-614
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Dewi RK. Diabetes bukan untuk ditakuti. Jakarta: F Media; 2014.
Depkes RI 2014. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes
Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dinkes Kota Palangka Raya. (2017). Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2017,
1–234.
Fatmawati, Ari. 2010. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat
Jalan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak.
Tesis Universitas Negeri Semarang.
Fever JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnostik. Jakarta: EGC; 2007.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A.(2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.
Jakarta:Salemba Medika
Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. 2007. Pengaruh Latihan fisik; senam aerobik
terhadap penurunan kadar gula darah di wilayah puskesmas bukateja
purbalingga. Journal of Nursing Media Ners. 1(2): 49-99.
Idris, F. 2014. Panduan Praktis PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).
Jakarta: BPJS
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi Dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
Di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis
Universitas Indonesia.
Kamariyahs. (2011). Materi Penyuluhan Senam Kaki. Surabaya: www.scribd.com.
Retrieved juni 18, 2013, from http://www.scribd.com/nkamariyahs
Kementrian Kesehatan RI, 2014 Waspada diabetes; eat well. [Diunduh 30 januari 2019].
Tersedia dari: http//www.depkes. goid/resources/download/pusdatin/infodatin.
Kushariyadi & Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, A (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid pertama.Jakarta:
Media Aesculapius: FKUI
Misnadiarly. Diabetes milletus: gangren, ulcer, infeksi. mengenal gejala,
menanggulangi, dan mencegah komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor;
2006.
Mihardja, Laurentia . 2010. Faktor Risiko Terbesar dan Masalah Pengendalian
Diabetes Mellitus di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. Program
Insentif Riset Terapan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nasution, J. (2010). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi darah Kaki
pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas
Sumatera Utara. Medan: Skripsi tidak diterbitkan.
Notoatmodjo, S. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nurrahmani. (2012). Stop! Diabetes.
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Ed. 3. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Pangkalan I. Diet Korektif-diet south beach. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2007.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2010). Konsensus Pengelolaan Diabetes
Melitus Tipe II di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni
Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolalan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe
Indonesia. Retrieved Desember 28, 2016, from www.perkeni.org.
Priyanto, (2012) pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah
pada aggregat lansia diabetes melitus di magelang,
Rusli dan Farianingsih (2015), senam kaki diabetes menurunkan kadar gula darah pasien
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Balongpanggang.
Smeltzer SC. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddart. 8th ed. Ester
M, editor. Jakarta: EGC; 2001. 968 p.
Soegondo, Sidartawan. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :
FKUI
Soegondo, S. 2013. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI.
Soewondo, P, (2007) pemantauan kendali diabetes melitus dalam soegondo,S.,
Soewondo P., &Subekti I.Ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
Jakarta : FKUI.
Sustrani, L., et all. 2006. Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suyono, (2009), Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes. Jakarta: FKUI.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Sulistyowati, (2017), pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah sewaktu pada
penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas cawas 1.
Tandra H. Life healty with diabetes-diabetes mengapa & bagaimana? Yogyakarta: Rapha
Publishing; 2013
Trisnawati, KS., Setyorogo, Soedijono. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5 No. 1 : 6-11
Weiss L, Zeira M, Reich S, Har-Noy M, Mechoulam R, Slavin S, Gallily R. Cannabidiol
lowers incidence of diabetes in non-obese diabetic mice. Autoimmunity.
2006;39:143–151
Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari
http://senamkaki.com 5 Agustus 2009
World Health Organization.Diabetes.http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
(accessed 4 February 2013)