abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

15
Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan Palangka Raya Riki¹ ¹Program Studi Diploma IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya E-mail: [email protected] Abstrak Riki. 2019. Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan Palangka Raya.. Skripsi, Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. Pembimbing: (I) Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., M.Kes (II) Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M.Kep, xii + 65 halaman; 11 tabel; 7 gambar. Latar Belakang: Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang dilatar belakangi oleh retensi insulin. Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah. Tujuan: Mengetahui pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Klub Prolanis Sanang Barigas BPJS Kesehatan Palangka Raya. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Preexperimental Design, rancangan penelitian one-group pre-post-test design. Jumlah responden 30 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS. Uji statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil: Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai rata-rata (mean) pretest/sebelum senam kaki sebesar 6.06 dan posttest/sesudah senam kaki sebesar 18.93 sedangkan nilai probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah diberikan senam kaki. Kesimpulan: latihan jasmani secara teratur dan berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di klub prolanis sanang barigas bpjs kesehatan palangkaraya. sehingga senam kaki diabetik sangat dibutuhkan dalam pengelolaan diabetes mellitus, Kata Kunci: Senam Kaki Diabetik, Kadar Gula Darah, Diabetes Melitus

Upload: others

Post on 21-Apr-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan

Palangka Raya

Riki¹

¹Program Studi Diploma IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan,

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

E-mail: [email protected]

Abstrak

Riki. 2019. Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan

Palangka Raya.. Skripsi, Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. Pembimbing: (I) Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., M.Kes (II)

Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M.Kep, xii + 65 halaman; 11 tabel; 7 gambar.

Latar Belakang: Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi

insulin yang progresif yang dilatar belakangi oleh retensi insulin. Senam kaki diabetes sangat

dibutuhkan dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan jasmani secara teratur dapat

menurunkan kadar gula darah.

Tujuan: Mengetahui pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan kadar gula darah

sewaktu pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Klub Prolanis Sanang Barigas BPJS

Kesehatan Palangka Raya.

Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

Preexperimental Design, rancangan penelitian one-group pre-post-test design. Jumlah responden

30 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS. Uji

statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Hasil: Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai rata-rata (mean)

pretest/sebelum senam kaki sebesar 6.06 dan posttest/sesudah senam kaki sebesar 18.93

sedangkan nilai probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00< 0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05)

sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara kadar

gula darah sewaktu sebelum dan sesudah diberikan senam kaki.

Kesimpulan: latihan jasmani secara teratur dan berpengaruh terhadap penurunan kadar gula

darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di klub prolanis sanang barigas bpjs

kesehatan palangkaraya. sehingga senam kaki diabetik sangat dibutuhkan dalam pengelolaan

diabetes mellitus,

Kata Kunci: Senam Kaki Diabetik, Kadar Gula Darah, Diabetes Melitus

Page 2: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Abstract

Riki. 2019. Effect of Diabetic Foot Gymnastics To Decrease Blood Sugar Levels When In

Patients with Type 2 Diabetes Mellitus In Prolanis Clubs Sanang Barigas BPJS Palangkaraya.

Skripsi, D-IV Nursing Program, Nursing Department, Palangka Raya Health Polytechnic.

Pembimbing: (I) Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., Kes (II) Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M. Kep,

xiii + 65 pages; 11 tables; 7 images.

Background: Diabetes mellitus is a group of symptoms that arise in a person caused by an

increase in blood glucose levels due to reduced insulin secretion are progressive background by

the retention of insulin. Gymnastics diabetic foot is needed in the management of diabetes

mellitus, regular physical exercise can lower blood sugar levels

Objective: To examine the effect of diabetic foot gymnastics to decrease blood sugar levels in

patients with Diabetes Mellitus as type 2 Clubs Prolanis Sanang Barigas BPJS Palangkaraya.

Method: This study is a quantitative research study design Preexperimental Design, the design

of the study one-group pre-post-test design. The number of respondents 30 people. Retrieving

data using a questionnaire and analyzed using SPSS. Statistical test using the Wilcoxon Signed

Rank Test.

Results: Statistical test results obtained Wilcoxon Signed Rank Test average value (mean)

pretest / before gymnastics at 6:06 and posttest leg / foot after gymnastics at 18.93 while the

value of the probability p value or sig. (2-tailed) 0.00 <0.05 (0.00 less than 0.05) so that Ho

refused and Ha accepted which means there is a significant difference between random blood

sugar levels before and after exercise feet.

Conclusion:regular physical exercise and the effect on blood sugar levels drop as in patients

with type 2 diabetes mellitus in prolanis club Sanang barigas BPJS Palangkaraya. so that

exercisers diabetic foot is needed in the management of diabetes mellitus,

Keywords: Diabetic Foot Gymnastics, Blood Sugar, Diabetes Mellitus

Pendahuluan

Diabetes melitus adalah suatu

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah akibat

penurunan sekresi insulin yang progresif

yang dilatar belakangi oleh retensi insulin

(Suyono, 2009). Diabetes Mellitus

merupakan penyakit yang memiliki

komplikasi atau menyebabkan terjadinya

penyakit lain yang paling banyak

(Soegondo, 2013).

Menurut International Diabetes

Federation (IDF), prevalensi diabetes

melitus adalah 1,9% dan telah menjadikan

DM sebagai penyakit penyebab kematian

Page 3: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

nomor tujuh di dunia. Pada tahun 2012

angka kejadian DM di dunia adalah 371 juta

jiwa dimana proporsi DM tipe 2 adalah

95%. Angka kejadian DM meningkat

menjadi 382 juta jiwa pada tahun 2013 dan

pada tahun 2035 diperkirakan meningkat

menjadi 592 juta orang.

Berdasarkan data terbaru Riskesdas

2018, secara umum angka Prevalensi

Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis

Dokter pada Penduduk Semua Umur yaitu

1,5 persen dengan total 1.017.290 penderita

yang terdiagnosis Diabetes Mellitus.

Prevalensi Diabetes Mellitus di Kalimantan

Tengah pada semua umur yaitu 1,1 persen

dengan total 10.189 penderita yang

terdiagnosis Diabetes Mellitus dan pada

umur ≥ 15 tahun 1,6 persen dengan total

7.031 terdiagnosis Diabetes Mellitus.

(Riskesdas, 2018)

Dikota Palangka Raya Klien diabetes

yang datang dan berobat ke puskesmas

meningkat cukup tajam dalam 6 tahun

terakhir, jika pada tahun 2016 sebanyak

1.372 penderita dan pada tahun 2017

meningkat tajam sebanyak 3.228 (Profil

Kesehatan Kota Palangka Raya 2017).

Klub Prolanis Sanang Barigas BPJS

Kesehatan Palangka Raya. Terdapat 85

anggota yang aktif. Klub ini memiliki

anggota dengan jumlah DM sebanyak 24

orang dan DM dengan Hipertensi sebanyak

61 orang.

Pengelolaan penyakit Diabetes

Mellitus dikenal dengan empat pilar utama

yaitu penyuluhan atau edukasi, terapi gizi

medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik

dan intervensi farmakologis. Keempat pilar

pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada

semua jenis tipe Diabetes Mellitus termasuk

Diabetes Mellitus tipe II. Untuk mencapai

fokus pengelolaan Diabetes Mellitus yang

optimal maka perlu adanya keteraturan

terhadap keempat pilar utama tersebut

(PERKENI, 2015).

Komponen latihan jasmani atau

olahraga sangat penting dalam

penatalaksanaan Diabetes karena efeknya

dapat menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa

oleh otot dan memperbaiki pemakaian

insulin. Latihan jasmani akan menyebabkan

terjadinya peningkatan aliran darah, maka

akan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka

sehingga lebih banyak tersedia reseptor

insulin dan reseptor menjadi aktif yang akan

berpengaruh terhadap penurunan glukosa

darah pada pasien Diabetes (Soegondo,

2013). Latihan jasmani atau olahraga yang

dianjurkan salah satunya adalah senam kaki

Diabetes Melitus. Senam kaki bertujuan

Page 4: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga

nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat

otot-otot kecil, otot betis dan otot paha,

menurunkan kadar gula darah serta

mengatasi keterbatasan gerak sendi yang

dialami oleh penderita Diabetes Mellitus.

Senam kaki Diabetes Mellitus bisa

dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan

tidur dengan menggerakkan kaki dan sendi

misalnya dengan kedua tumit diangkat,

mengangkat kaki dan menurunkan kaki

(Soegondo, 2013).

Menurut penelitian Priyanto pada

tahun 2012, pengaruh senam kaki terhadap

sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada

aggregat lansia diabetes melitus di

magelang, Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 125 responden, yang

terdiri 62 responden pada kelompok

intervensi dan 63 responden pada kelompok

kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa lansia yang mengalami diabetes

melitus, pada kelompok yang diberikan

intervensi senam kaki kadar gula

darahnya mengalami penurunan dibanding

kelompok yang tidak diberikan intervensi

senam kaki. Hal ini menunjukkan adanya

pengaruh senam kaki dalam menurunkan

kadar gula darah. Penurunan kadar gula

darah ini sebagai salah satu indikasi

terjadinya perbaikian diabetes melitus yang

dialami. Oleh karena itu, pemberian aktivitas

senam kaki merupakan salah satu cara

yang efektif dalam mengelola diabetes

melitus.

Menurut Penelitian Rusli dan

Farianingsih pada tahun 2015, senam kaki

diabetes menurunkan kadar gula darah

pasien diabetes mellitus tipe 2 Sampel yang

diambil sebanyak 20 responden. Penelitian

dilaksanakan di Puskesmas Balongpanggang

bulan Desember 2014. Hasil penelitian

bahwa ada pengaruh kuat senam kaki

diabetes terhadap penurunan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan

dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan

jasmani secara teratur dapat menurunkan

kadar gula darah. Latihan jasmani selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah.

Menurut Penelitian Sulistyowati pada

tahun 2017, pengaruh senam kaki terhadap

kadar gula darah sewaktu pada penderita

diabetes melitus tipe II di wilayah kerja

puskesmas cawas 1, Sampel pada penelitian

ini adalah 32 penderita DM tipe II di

wilayah Kerja Puskesmas Cawas 1, Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penderita

Page 5: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

kadar gula darah sewaktunya menurun. Hal

ini menunjukkan ada pengaruh senam kaki

dalam menurunkan kadar gula darah

sewaktu. Penurunan kadar gula darah

sewaktu ini sebagai salah satu indikasi

terjadinya perbaikan diabetes melitus yang

dialami. Oleh karena itu pemberian aktivitas

senam kaki merupakan salah satu cara yang

efektif dalam mengelola diabetes mellitus.

Metode

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian Preexperimental Design,

Menggunakan rancangan penelitian one-

group pre-post-test design yaitu kelompok

subjek diobservasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian diobservasi kembali

setelah dilakukan intervensi (Hidayat, A.

Aziz Alimul, 2009).

Kadar gula darah sebelum dan

sesudah diberikan intervensi dilakukan

penilaian untuk melihat pengaruh senam

kaki diabetik terhadap penurunan kadar gula

darah sewaktu pada penderita Diabetes

Mellitus tipe II di Klub Prolanis Sanang

Barigas BPJS Kesehatan Palangka Raya

dengan Jumlah responden 30 orang.

Pengambilan data menggunakan kuesioner

dan dianalisis menggunakan SPSS. Uji

statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed

Rank Test.

Hasil

Analisis Univariat

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti berjenis kelamin

perempuan lebih banyak yaitu 17 orang

(56,7%), sedangkan responden yang berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 13 orang

(43,3%).

Pada table 4.2 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti sebagian besar

rentang umur 45-50 tahun sebanyak 6

responden (20,0%), 51-55 tahun sebanyak 7

(23,3%), 56-60 tahun sebanyak 7

(23,3%)61-65 tahun sebanyak 4 (13,3%) dan

66-70 tahun sebanyak 6 (20,0%).

Page 6: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, responden yang

bekerja sebagai wiraswasta lebih banyak

yaitu 15 responden (50,0%).

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, responden dengan

pendidikan terakhir SD lebih banyak yaitu

sebanyak 11 responden (36,7%).

Pada tabel 4.5 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, responden yang

melakukan senam kaki pada kategori baik

sebanyak 16 responden (53,3%), dan

responden yang melakukan senam kaki pada

kategori kurang sebesar 14 responden

(46,7%).

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, responden yang

melakukan senam kaki pada kategori baik

sebanyak 16 responden (53,3%), dan

responden yang melakukan senam kaki pada

kategori kurang sebesar 14 responden

(46,7%).

Pada tabel 4.7 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, responden yang

melakukan senam kaki pada kategori baik

sebanyak 25 responden (83,3%), dan

responden yang melakukan senam kaki pada

kategori kurang sebesar 5 responden

(16,7%).

Pada tabel 4.8 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, seluruh responden

Page 7: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

yang melakukan senam kaki pada kategori

baik sebanyak 30 responden (100%).

Analisis Bivariat

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 30

responden yang diteliti, diperoleh nilai rata-

rata (mean) pretest/sebelum senam kaki

sebesar 6.06 dan posttest/sesudah senam

kaki sebesar 18.93 sedangkan nilai

probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00<

0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima yang artinya

terdapat perbedaan signifikan antara kadar

gula darah sewaktu sebelum dan sesudah

diberikan senam kaki, sehingga senam kaki

diabetik berpengaruh terhadap penurunan

kadar gula darah sewaktu, nilai rata-rata

penurunan kadar gula darah responden

selama 4 hari dilakukan senam kaki yaitu

37,73, dan standar deviasi atau kedekatan

data individu ke nilai rata-rata sebesar

45,285.

Pembahasan

Responden dalam penelitian ini

adalah Anggota Prolanis Sanang Barigas

BPJS Kesehatan Palangkaraya yang

berjumlah 30 responden sebagian besar

berjenis kelamin perempuan sebanyak 17

responden (56,7%) dan laki-laki 13

responden (43,3%). Menurut Ahmad,

Alghadir, dkk (2012), bahwa prevalensi

terjadinya diabetes melitus lebih tinggi pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Data tersebut sesuai dengan

penelitian Indriyani (2007) yang

menyatakan bahwa diabetes melitus pada

usia 40 – 70 tahun lebih banyak terjadi pada

perempuan, Sedangkan pada laki-laki lebih

banyak terjadi pada usia yang lebih muda.

Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal saat

sindroma siklus bulanan (pre-menstrual

syndrome) dan pasca-menopause pada

perempuan yang membuat distribusi lemak

menjadi mudah terakumulasi dalam tubuh

sehingga indeks massa tubuh (IMT)

meningkat dengan persentase lemak lebih

tinggi yakni berkisar 20-25% dari berat

badan total dan kadar LDL yang tinggi

dibandingkan dengan laki-laki yang

umumnya memiliki jumlah lemak berkisar

15-20% dari berat badan total (Karinda,

2013; Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013;

Jelantik, 2014).

Page 8: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Rata-rata umur responden pada

penelitian ini yaitu umur 45-50 tahun

sebanyak 6 responden (20,0%), 51-55 tahun

sebanyak 7 (23,3%), 56-60 tahun sebanyak 7

(23,3%), 61-65 tahun sebanyak 4 (13,3%)

dan 66-70 tahun sebanyak 6 (20,0%).

Menurut Sudoyo(2009), mereka

dengan umur lebih dari 45 tahun adalah

kelompok umur yang beresiko menderita

Diabetes Mellitus. Umur merupakan salah

satu faktor resiko seseorang dapat

mengalami Diabetes Mellitus, karena

semakin bertambahnya umur maka individu

tersebut akan semakin mengalami

penurunan fungsi tubuh (degeneratif)

terutama gangguan organ pankreas dalam

menghasilkan hormon insulin. Lebih lanjut

dikatakan bahwa DM akan meningkat

kasusnya sejalan dengan pertambahan umur

sehingga pasien dengan umur lebih dari 45

tahun lebih sering datang ke fasilitas

kesehatan. Data tersebut sesuai dengan

penelitian Alfiyah juga didapatkan bahwa

ada hubungan antara umur dengan Diabetes

Melitus (Alfiyah, 2010). Dari hasil analisis

Riskesdas 2007, terlihat bahwa semakin tua

usia maka makin tinggi risiko untuk

menderita Diabetes Melitus. Orang yang

berusia 26-35 tahun berisiko 2,32 kali, usia

36-45 tahun berisiko 6,88 kali, dan usia

lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali untuk

menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan

usia 15-25 tahun (Irawan,2010).

Berdasarkan jenis pekerjaan

responden hasil penelitian menunjukkan

sebagian besar responden adalah PNS yaitu

sebanyak 1 responden (3,3%) pensiunan

PNS yaitu sebanyak 7 responden (23,3%),

IRT sebanyak 7 responden (23,3%), dan

swasta sebanyak 15 responden (50,0%).

Pembahasan tentang jenis pekerjaan

khususnya pada pasien DM tipe 2 berkaitan

dengan aktivitas sehari-hari, sehingga hal

tersebut dapat mengurangi resiko terjadi

komplikasi seperti gangguan kardiovaskuler

dan meningatkan harapan hidup serta

meningkatkan rasa nyaman baik secara fisik,

psikologis maupun sosial (Soegondo, 2009).

Penelitian di kota Singkawang

memberikan hasil bahwa distribusi penderita

DM Tipe 2 terbanyak adalah dari kelompok

tidak bekerja sebesar 46,2%

(Mihardja,2010).

Gambaran tingkat pendidikan ini

berdasarkan riwayat pendidikan formal

terakhir yang diikuti responden. Hasil

analisis menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berpendidikan SD yaitu sebanyak

11 responden (36,7%), yang berpendidikan

SMP sebanyak 9 responden (30,0%), yang

berpendidikan SMA sebanyak 4 responden

(13,3%) dan yang berpendidikan S1

Page 9: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

sebanyak 8 responden (20,0%) Dengan latar

belakang pendidikan responden setingkat

SMA maka diharapkan akan lebih mudah

dalam menerima informasi yang terkait

dengan penatalaksanaan DM tipe 2 dan

mencegah timbulnya komplikasi.

Data tersebut sesuai dengan

Penelitian tentang faktor risiko DM Tipe 2

di Kota Singkawang pernah dilakukan oleh

Mihardja. Tingkat pendidikan terbanyak

adalah Tidak tamat SD (27,9%), Tamat SD

(25,0%), dan tidak pernah sekolah (15,0%)

(Mihardja,2010). Penelitian yang dilakukan

oleh Fatmawati mendapatkan bahwa bahwa

tingkat pendidikan

merupakan faktor yang berhubungan

dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2

(Fatmawati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30

responden hasil evaluasi senam kaki anggota

prolanis pada hari pertama presentasi

terbesar pada kategori baik dengan presensi

53,3%,

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30

responden hasil evaluasi senam kaki anggota

prolanis pada hari ke-dua presentasi terbesar

pada kategori baik dengan presensi 53,3%,

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30

responden hasil evaluasi senam kaki anggota

prolanis pada hari ke-tiga presentasi terbesar

pada kategori baik dengan presensi 83,3%

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan diketahui bahwa dari 30

responden hasil evaluasi senam kaki anggota

prolanis pada hari ke-empat presentasi

terbesar pada kategori baik dengan presensi

100%.

Hasil penelitian ini menunjukkan

penurunan kadar gula darah sewaktu

sesudah dilakukan 4 kali senam kaki yang

dibuktikan pada tabel 4.9 diketahui bahwa

dari 30 responden yang diteliti, diperoleh

nilai rata-rata (mean) pretest/sebelum senam

kaki sebesar 6.06 dan posttest/sesudah

senam kaki sebesar 18.93 sedangkan nilai

probabilitas p value atau sig. (2-tailed) 0,00<

0,05 (0,00 lebih kecil dari 0,05) dan terdapat

nilai rata-rata penurunan kadar gula darah

responden selama 4 hari dilakukan senam

kaki yaitu 37,73, dan standar deviasi atau

kedekatan data individu ke nilai rat-rata

sebesar 45,285. sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima yang artinya terdapat perbedaan

signifikan antara kadar gula darah sewaktu

sebelum dan sesudah diberikan senam kaki,

sehingga senam kaki diabetik berpengaruh

terhadap penurunan kadar gula darah

sewaktu pada penderita diabetes mellitus

tipe 2.

Page 10: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Menurut penelitian Priyanto pada

tahun 2012, pengaruh senam kaki terhadap

sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada

aggregat lansia diabetes melitus di

magelang, Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 125 responden, yang

terdiri 62 responden pada kelompok

intervensi dan 63 responden pada kelompok

kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa lansia yang mengalami diabetes

melitus, pada kelompok yang diberikan

intervensi senam kaki kadar gula

darahnya mengalami penurunan dibanding

kelompok yang tidak diberikan intervensi

senam kaki. Hal ini menunjukkan adanya

pengaruh senam kaki dalam menurunkan

kadar gula darah. Penurunan kadar gula

darah ini sebagai salah satu indikasi

terjadinya perbaikian diabetes melitus yang

dialami. Oleh karena itu, pemberian aktivitas

senam kaki merupakan salah satu cara

yang efektif dalam mengelola diabetes

melitus.

Menurut Penelitian Rusli dan

Farianingsih pada tahun 2015, senam kaki

diabetes menurunkan kadar gula darah

pasien diabetes mellitus tipe 2 Sampel yang

diambil sebanyak 20 responden. Penelitian

dilaksanakan di Puskesmas Balongpanggang

bulan Desember 2014. Hasil penelitian

bahwa ada pengaruh kuat senam kaki

diabetes terhadap penurunan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan

dalam pengelolaan diabetes mellitus, latihan

jasmani secara teratur dapat menurunkan

kadar gula darah. Latihan jasmani selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah.

Menurut Penelitian Sulistyowati

pada tahun 2017, pengaruh senam kaki

terhadap kadar gula darah sewaktu pada

penderita diabetes melitus tipe II di wilayah

kerja puskesmas cawas 1, Sampel pada

penelitian ini adalah 32 penderita DM tipe II

di wilayah Kerja Puskesmas Cawas 1, Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penderita

kadar gula darah sewaktunya menurun. Hal

ini menunjukkan ada pengaruh senam kaki

dalam menurunkan kadar gula darah

sewaktu. Penurunan kadar gula darah

sewaktu ini sebagai salah satu indikasi

terjadinya perbaikan diabetes melitus yang

dialami. Oleh karena itu pemberian aktivitas

senam kaki merupakan salah satu cara yang

efektif dalam mengelola diabetes mellitus.

Page 11: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan di Klub Prolanis Sanang

Barigas Bpjs Kesehatan Palangka Raya

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Karakteristik berdasarkan jenis

kelamin di Klub Prolanis Sanang Barigas

Bpjs Kesehatan Palangka Raya paling

banyak pada perempuan dari 30 responden.

Karakteristik berdasarkan umur di Klub

Prolanis Sanang Barigas Bpjs Kesehatan

Palangka Raya paling banyak pada umur 51-

60 tahun dari 30 responden. Karakteristik

berdasarkan pekerjaan di Klub Prolanis

Sanang Barigas Bpjs Kesehatan Palangka

Raya paling banyak pada wiraswasta dari 30

responden. Karakteristik berdasarkan

pendidikan terakhir di Klub Prolanis Sanang

Barigas Bpjs Kesehatan Palangka Raya

paling banyak pada SD dari 30 responden.

Kadar gula darah sebelum dilakukan

senam kaki diabetik diperoleh dengan mean

6,06

Kadar gula darah sesudah dilakukan

senam kaki diabetik diperoleh dengan mean

18,93

Berdasarkan uji statistik Wilcoxon

Signed Rank Test diperoleh nilai p

value=0,00 (p<0,05) sehingga berdasarkan

statistik nilai tersebut bermakna dan dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan antara kadar gula darah sewaktu

sebelum dan sesudah diberikan senam kaki,

sehingga senam kaki diabetik sangat

dibutuhkan dalam pengelolaan diabetes

mellitus, latihan jasmani secara teratur dan

berpengaruh terhadap penurunan kadar gula

darah sewaktu pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 di klub prolanis sanang

barigas bpjs kesehatan palangkaraya.

Saran

1. Bagi penderita DM

Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk

melakukan senam kaki secara teratur

minimal 4 kali dalam 1 minggu dan sesuai

teknik pelaksanaanya untuk mencegah kadar

gula darah tinggi dan komplikasi diabetes

mellitus.

2. Bagi Klub Prolanis Sanang Barigas Bpjs

Kesehatan Palangkaraya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

pelayanan kesehatan di klub prolanis sanang

barigas bpjs kesehatan palangkaraya sebagai

informasi dalam pemberian edukasi senam

kaki diabetik dan disarankan Perlu adanya

pelatihan senam kaki, sehingga dapat

dimasukkan dalam program kesehatan

mencegah komplikasi kaki diabetes dengan

mengadakan jadwal atau kegiatan senam

Page 12: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

kaki rutin pada klub prolanis sanang barigas

bpjs kesehatan palangkaraya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan dan tambahan informasi untuk

mengembangkan penelitian lebih lanjut

dengan menambahkan sampel dalam

pelaksanaan senam kaki dan membuat

perancu lain yang dapat mempengaruhi

kadar gula darah seperti faktor obat-obatan,

penyakit yang diderita, makanan dan

minuman serta kekuatan otot. Perlu

dikembangkan untuk penelitian yang akan

datang mengenai lamanya intervensi, waktu

latihan senam kaki, pagi atau sore.

Page 13: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

DAFTAR RUJUKAN

ADA, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus Diabetes CareUSA. 27: 55

Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik

Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Alfiyah, Sri Widyati. 2010. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Penyakit Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010.

Andreassen LM, Sandberg S, Kristensen GBB, Sølvik UØ, Kjome RLS. Nursing home

patients with diabetes: prevalence, drug treatment and glycemic control. Diabetes

Res Clin Pract [Internet]. Elsevier Ireland Ltd; 2014 Jul [cited 2014 Oct

2];105(1):102–9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24853809

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi

V.Jakarta: Interna Publishing.

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. 2018. Riset kesehatan dasar

(RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional 2018: 1-614

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Dewi RK. Diabetes bukan untuk ditakuti. Jakarta: F Media; 2014.

Depkes RI 2014. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes

Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Dinkes Kota Palangka Raya. (2017). Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2017,

1–234.

Fatmawati, Ari. 2010. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat

Jalan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak.

Tesis Universitas Negeri Semarang.

Fever JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnostik. Jakarta: EGC; 2007.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

Hidayat, A.(2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.

Jakarta:Salemba Medika

Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. 2007. Pengaruh Latihan fisik; senam aerobik

terhadap penurunan kadar gula darah di wilayah puskesmas bukateja

purbalingga. Journal of Nursing Media Ners. 1(2): 49-99.

Page 14: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Idris, F. 2014. Panduan Praktis PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).

Jakarta: BPJS

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi Dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2

Di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis

Universitas Indonesia.

Kamariyahs. (2011). Materi Penyuluhan Senam Kaki. Surabaya: www.scribd.com.

Retrieved juni 18, 2013, from http://www.scribd.com/nkamariyahs

Kementrian Kesehatan RI, 2014 Waspada diabetes; eat well. [Diunduh 30 januari 2019].

Tersedia dari: http//www.depkes. goid/resources/download/pusdatin/infodatin.

Kushariyadi & Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.

Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, A (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid pertama.Jakarta:

Media Aesculapius: FKUI

Misnadiarly. Diabetes milletus: gangren, ulcer, infeksi. mengenal gejala,

menanggulangi, dan mencegah komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor;

2006.

Mihardja, Laurentia . 2010. Faktor Risiko Terbesar dan Masalah Pengendalian

Diabetes Mellitus di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. Program

Insentif Riset Terapan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Nasution, J. (2010). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi darah Kaki

pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas

Sumatera Utara. Medan: Skripsi tidak diterbitkan.

Notoatmodjo, S. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nurrahmani. (2012). Stop! Diabetes.

Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :

Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis

Ed. 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3.

Jakarta: EGC.

Pangkalan I. Diet Korektif-diet south beach. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2007.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2010). Konsensus Pengelolaan Diabetes

Melitus Tipe II di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni

Page 15: Abstrak - repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolalan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe

Indonesia. Retrieved Desember 28, 2016, from www.perkeni.org.

Priyanto, (2012) pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah

pada aggregat lansia diabetes melitus di magelang,

Rusli dan Farianingsih (2015), senam kaki diabetes menurunkan kadar gula darah pasien

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Balongpanggang.

Smeltzer SC. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddart. 8th ed. Ester

M, editor. Jakarta: EGC; 2001. 968 p.

Soegondo, Sidartawan. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :

FKUI

Soegondo, S. 2013. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI.

Soewondo, P, (2007) pemantauan kendali diabetes melitus dalam soegondo,S.,

Soewondo P., &Subekti I.Ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu

Jakarta : FKUI.

Sustrani, L., et all. 2006. Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suyono, (2009), Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes. Jakarta: FKUI.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta

Sulistyowati, (2017), pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah sewaktu pada

penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja puskesmas cawas 1.

Tandra H. Life healty with diabetes-diabetes mengapa & bagaimana? Yogyakarta: Rapha

Publishing; 2013

Trisnawati, KS., Setyorogo, Soedijono. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun

2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5 No. 1 : 6-11

Weiss L, Zeira M, Reich S, Har-Noy M, Mechoulam R, Slavin S, Gallily R. Cannabidiol

lowers incidence of diabetes in non-obese diabetic mice. Autoimmunity.

2006;39:143–151

Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari

http://senamkaki.com 5 Agustus 2009

World Health Organization.Diabetes.http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/

(accessed 4 February 2013)