abstrak evaluasi penetapan harga pokok...

27
ABSTRAK EVALUASI PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI CRABMEAT (Studi Kasus Pada PT Siger Jaya Abadi) Oleh Nama : Yuliana Purnama Sari NPM : 0811031060 No.Hp : 081278384121 E-Mail : [email protected] Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si.,CPA. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt PT Siger Jaya Abadi (SJA) adalah perusahaan manufaktur yang kegiatan usahanya adalah pengolahan makanan laut kalengan, khususnya pengolahan rajungan (Crabmeat jenis produk jadinya).Crabmeat memiliki bahan dasar utama berupa rajungan dan daging rajungan sebagai biaya bahan baku, kemudian komponen biaya lain didalamnya adalah tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Semua komponen biaya tersebut digabungkan dengan metode perhitungan harga pokok produksi sehingga akan menghasilkan harga pokok produksi produk. Dimana dari laporan ini akan memberikan informasi kepada pihak manajemen yang akan memberikan keputusan. Pada PT.SJA ini biaya produksinya perhitungannya seharusnya dilakukan secara akurat dan tepat selain itu biaya adalah sesuatu yang mudah terjadi penyimpangan didalamnya khususunya BOP ini harus dilakukan pengendalian, pengendaliaan bisa dilakukan dengan pengendalian internal yang baik dan juga pengalokasian biaya secara tepat yang dilanjutkan dengan perhitungan dan perlakuan akuntansi yang tepat terhadap semua biaya yang terjadi dalam penetapan harga pokok produksi produk maka nilai harga pokok produksi dapat disajikan secara akurat dan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat juga bagi perusahaan yang berujung pada keuntungan yang akan didapat perusahaan. Dengan pengevaluasian penetapan harga pokok berdasar tolok ukur yang tepat dan penggunaan metode harga pokok proses sesuai dengan tipe perusahaan maka dihasilkan nilai harga pokok produksi yang lebih kecil 3.42 % dari nilai sebelum evaluasi, dan nilai BOP menjadi lebih kecil 32,55 %. Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Biaya Overhead Pabrik, Biaya

Upload: duongmien

Post on 25-Mar-2018

235 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

ABSTRAK

EVALUASI PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI CRABMEAT

(Studi Kasus Pada PT Siger Jaya Abadi)

Oleh

Nama : Yuliana Purnama Sari

NPM : 0811031060

No.Hp : 081278384121

E-Mail : [email protected]

Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si.,CPA.

Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt

PT Siger Jaya Abadi (SJA) adalah perusahaan manufaktur yang kegiatan

usahanya adalah pengolahan makanan laut kalengan, khususnya pengolahan

rajungan (Crabmeat jenis produk jadinya).Crabmeat memiliki bahan dasar

utama berupa rajungan dan daging rajungan sebagai biaya bahan baku,

kemudian komponen biaya lain didalamnya adalah tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik. Semua komponen biaya tersebut digabungkan dengan

metode perhitungan harga pokok produksi sehingga akan menghasilkan harga

pokok produksi produk. Dimana dari laporan ini akan memberikan informasi

kepada pihak manajemen yang akan memberikan keputusan.

Pada PT.SJA ini biaya produksinya perhitungannya seharusnya dilakukan secara

akurat dan tepat selain itu biaya adalah sesuatu yang mudah terjadi

penyimpangan didalamnya khususunya BOP ini harus dilakukan pengendalian,

pengendaliaan bisa dilakukan dengan pengendalian internal yang baik dan juga

pengalokasian biaya secara tepat yang dilanjutkan dengan perhitungan dan

perlakuan akuntansi yang tepat terhadap semua biaya yang terjadi dalam

penetapan harga pokok produksi produk maka nilai harga pokok produksi dapat

disajikan secara akurat dan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat juga

bagi perusahaan yang berujung pada keuntungan yang akan didapat perusahaan.

Dengan pengevaluasian penetapan harga pokok berdasar tolok ukur yang tepat

dan penggunaan metode harga pokok proses sesuai dengan tipe perusahaan maka

dihasilkan nilai harga pokok produksi yang lebih kecil 3.42 % dari nilai sebelum

evaluasi, dan nilai BOP menjadi lebih kecil 32,55 %.

Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Biaya Overhead Pabrik, Biaya

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada PT Siger Jaya Abadi yang merupakan perusahaan manufaktur yang

bergerak pada bidang pengolahan makanan laut kalengan. Pada perhitungan

harga pokok produksi perusahaan eksport ini adalah berdasarkan catatan historical

perusahaan, didalam catatan perusahaan tampak laporan harga pokok produksinya

adalah :

Biaya Bahan Baku :

Bahan Baku 1 januari 2011 Rp -

Pembelian Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00

Bahan Baku Siap Produksi Rp 41,513,116,641.00

Persediaan Akhir 31 Des 2011 Rp -

Bahan Baku Diproduksi Rp 41,513,116,641.00

Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp 7,279,242,500.00

Biaya Overhead Pabrik : Rp 7,354,948,767.86

Jumlah Biaya Produksi Rp 56,147,307,908.86

Persediaan Barang Dalam Proses

awal (1 Jan 2011) Rp -

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 56,147,307,908.86

Persediaan Barang Dalam Proses

Akhir Rp -

Harga Pokok Produksi Rp 56,147,307,908.86

Pada pelaporan harga pokok produksinya tampak secara keseluruhan total biaya

tidak ada pemisahan biaya yang seharusnya melalui dua departemen yaitu

departemen produksi dan departemen pengepakan, yang jika dilihat dari tipe

perusahaan dan alur produksinya laporan harga pokok produksinya seharusnya

menggunakan metode harga pokok proses. Sehingga tidak begitu jelas dalam

3

pengalokasian biaya-biaya yang terjadi untuk tiap departemen dan juga tidak ada

memperhitungkan produk ekuivalen, produk dalam prosesnya, dan juga produk

hilang atau rusak. Dimana proses akumulasi atau pengumpulan biaya yang tidak

dilakukan menurut pusat pertanggung jawaban seperti departemen atau pusat

biaya ini menyebabkan tidak dapat dilihat harga pokok perunit dan juga membuat

pengendalian dan pertanggung jawaban biayanya akan sulit untuk dilakukan.

Untuk penetapan nilai biaya overhead pabrik tampak beberapa biaya yang jelas

terlihat merupakan biaya yang digunakan bersama-sama dengan kegiatan

operasional perusahaan seperti terlihat pada catatan buku besar perusahaan, misal

pada biaya penyusutan gedung senilai Rp 293,125,000.00, nilai penyusutan yang

masuk biaya overhead pabriknya adalah 52,54 persennya yaitu Rp 154,032,293.5

sesuai dengan luas wilayah yang digunakan untuk pabrik, kemudian nilai sebesar

47,45 persennya adalah bangunan untuk kegiatan kantor/operasional perusahaan.

Selain biaya penyusutan ada juga beberapa biaya lain yang digunakan bersama-

sama seperti biaya listrik, bahan bakar, biaya depresiasi mesin dan lain-lain, tetapi

dalam pencatatannya langsung masuk kedalam komponen BOP tanpa dilakukan

pengalokasian yang akurat. Artinya didalam perhitungan dan jurnal akuntansi

yang dibuat oleh perusahaan ditemukan bahwa ada sebagian dari biaya

nonproduksi dimasukkan dalam biaya produksi. Biaya produksi yang terlalu

tinggi akan mempengaruhi harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang

tidak akurat dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam memberikan informasi

keuangan bagi perusahaan, yang informasi ini akan digunakan oleh pihak

manajemen dalam mengambil keputusan misalnya dalam hal penentuan laba

maupun penetapan harga jual.

4

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Evaluasi Penetapan Harga Pokok Crabmeat (studi kasus pada PT.

Siger Jaya Abadi)”

1.2 Permasalahan

PT. Siger Jaya Abadi dalam memperlakukan biaya-biaya yang terjadi dengan

menggunakan metode perhitungan dan akuntansi yang kurang tepat dalam

pengalokasian dan pembebanannya, khususnya pada pelaporan harga pokok

produksi. Beberapa pengalokasian dan pembebanan biaya letaknya tidak akurat

dalam pelaporan sehingga pengungkapannya ini menyebabkan nilai harga pokok

produksi yang terlalu tinggi. Dan juga penggunaan metode perhitungannya tidak

dapat mempermudah pengendalian terhadap biaya-biaya produksinya, hal ini

karena tidak ada memperhitungkan produk ekuivalen dan juga tidak

memperhitungkan produk hilang atau rusak selama proses produksi.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana Menetapkan Harga Pokok Crabmeat yang Akurat untuk Dapat

Dijadikan Acuan oleh PT. Siger Jaya Abadi?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah pengalokasian biaya produksi pada PT. Siger Jaya Abadi

sudah akurat.

5

2. Mengetahui apakah penetapan harga pokok produksi pada PT. Siger Jaya

Abadi sudah akurat.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan

mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan acuan dalam menentukan dan menyusun

harga pokok produksi perusahaan yang sesuai dengan teori akuntansi.

3. Bagi peneliti yang akan datang, sebagai bahan referensi dan informasi untuk

menambah wawasan pihak lain yang berminat melakukan penelitian pada

masalah yang sama.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada aktivitas produksi seaafoods PT. Siger Jaya

Abadi yang memperlakukan biaya-biaya overhead pabrik dan beberapa biaya-

biaya operasional yang tercampur menjadi satu, yang seharusnya pembebanannya

dipisah sesuai dengan jenis biaya yang benar menurut teori akuntansi. Sehingga

biaya-biaya tepat sesuai pada tempat pelaporannya. Khususnya untuk biaya-biaya

overhead pabrik nilainya tidak tinggi jika tidak tercampur dengan biaya-biaya

diluar biaya biaya overhead pabrik yang tentunya akan mempengaruhi besarnya

harga pokok produksi yang dapat menjadikan harga pokok produksi terlalu tinggi

(overstate).

6

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Harga Pokok Produksi

Harga pokok produk merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk

mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang komponennya terdiri dari: biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik (Samryn.2002: 85).

Jadi, harga pokok produksi merupakan semua biaya untuk memproduksi barang

atau jasa pada periode tertentu sehingga pada perhitungan harga pokok produksi

adalah menghitung besarnya biaya yang benar-benar digunakan untuk produksi.

Karena ketidakakuratan akan menjadikan dua kemungkinan,yaitu:

a. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah

b. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi

1.5.2 Konsep dan Pengertian Biaya

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,

yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu

(Mulyadi.2005:67).

A. Penggolongan Biaya

a. Pengelompokan Berdasarkan Fungsi-Fungsi Pokok dalam Perusahaan

1) Biaya produksi, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dimana jumlahnya adalah

besarnya harga pokok dari produk yang dihasilkan atau bisa dikatakan

bahwa biaya-biaya ini adalah elemen harga pokok produksi produk.

2) Biaya Non-produksi

7

Adalah biaya yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan

produksi,seperti :

a. Biaya pemasaran

b. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya

untuk mengkoordinasi kegiatan perusahaan.

b. Penggolongan Biaya Antara yang Digunakan Bagian Produksi,

Pemasaran, dengan Administrasi & Umum (Supriono.1999:23)

1.6 Desain penelitian

BAB II

LANDASAN TEORI

8

2.1 Konsep dan Pengertian Biaya

Biaya menurut para akuntan dapat didefinisikan sebagai suatu nilai tukar,

prasyarat, guna memperoleh manfaat.

Dalam Tentative set of Broad AccountingPrinciples for Bisiness Enterprises,

biaya dinyatakan sebagai harga penukaran, atau pengorbanan yang dilakukan

untuk memperoleh suatu manfaat (Kartadinata, 2000: 24).

2.1.1 Penggolongan Biaya

Menurut Carter dan Usry (2002:43), bahwa biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok

dalam perusahaan. Adapun fungsi pokok tersebut, yaitu fungsi produksi, fungsi

pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu biaya tersebut

dapat digolongkan menjadi tiga kelompok.

Biaya produksi, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

Biaya pemasaran, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk.

Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasi

kegiatan produksi dan pemasaran produk.

2.1.2 Biaya Operasional

9

Biaya operasional atau biaya operasi adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan

langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasional

perusahaan sehari-hari (Yopie,2006:33).

2.2 Harga Pokok Produksi

Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah jumlah dari pengorbanan-pengorbanan yang

dinyatakan berupa uang (satuan jumlah) biaya-biaya yang perlu guna mencapai,

mempertahankan atau menjual benda-benda ekonomi (Mulyadi.2000:34).

Terdapat dua kemungkinan yang akan ditemui jika perusahaan tidak teliti dalam

melakukan perhitungan harga pokok produksi, yaitu:

a. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah

b. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi

2.3 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya

2.3.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara

mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan (Bustami dan

Nurlela,2009:42).

2.3.2 Metode Harga Pokok Proses

Menurut Ahmad dan Wasilah (2009) , tujuan dari metode harga pokok proses

adalah menentukan harga pokok atau biaya perunit yaitu dengan membagi biaya

pada suatu periode tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam

10

periode tersebut. Proses akumulasi atau pengumpulan biaya menurut pusat

pertanggung jawaban seperti departemen atau pusat biaya hanya merupakan

tahap yang lebih dahulu dilakukan dalam rangka penentuan harga pokok perunit.

Unit-unit barang yang diproses biasanya mengalir dari suatu departemen

kedepartemen selanjutnya, dan setiap departemen yang menerima hasil proses dari

departemen sebelumnya akan memerlukan biaya-biaya tambahan untuk

melakukan proses selanjutnya.

2.3.3 Tujuan Akuntansi Biaya

Menurut Hongren dan Foster (2005), bahwa tujuan akuntansi biaya adalah

menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam

mengelola perusahaan, yaitu:

a. Perencanaan dan Pengendalian Laba.

b. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa.

c. Penetapan laba.

d. Sebagai acuan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan biaya.

Dengan akuntansi biaya dapat menggambarkan berbagai alternatif dalam

perencanaan yang dapat dipilih oleh pihak manajemen perusahaan.

2.4 Menelusuri Biaya ke Aktivitas

Pentingnya menelusuri biaya ke aktivitas karena ada beberapa biaya yang tidak

terlihat apakah benar-benar komponen biaya produksi atau non-produksi sehingga

perlu dilakukan penelusuran biaya. Pengidentifikasian biaya-biaya ini dapat

dilihat alurnya dengan melihat panyebab terjadinya biaya apakah merupakan

11

biaya yang terjadi karena aktivitas produksi atau non produksi kemudian dapat

ditentukan apa tolok ukur untuk menghitung biaya ini.

2.5 Pemisahan Biaya Produk (Product Cost) dan Biaya Pelanggan

(Customer Cost)

Biaya dipisahkan kedalam dua kelompok yaitu Product Driven yaitu biaya-biaya

untuk memproduksi produk, biaya ini masuk kedalam komponen biaya

produksi,dan Customer Driven yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan

pelanggan, administrasi umum dan kegiatan operasional perusahaan lainnya.

Dalam pemisahan ini penelusuran biayanya membituhkan tolok ukur, dimana

tolok ukur ini disebut dengan driver.

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data melalui sumber

literatur-literatur, buku-buku, dan penunjang kepustakaan lain yang berhubungan

dengan penulisan ini.

3.1.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data melalui penelitian langsung

pada PT. Siger Jaya Abadi. Teknik yang dilakukan adalah :

a. Wawancara (interview),

b. Dokumentasi

3.2 Jenis data

a. Data primer

b. Data Sekunder

3.3 Alat Analisis

Dalam membahas permasalahan yang dikemukakan, data yang diperoleh

kemudian dianalisis dengan menggunakan :

1. Analisis Kualitatif

13

a. Pengalokasian Biaya yang Terjadi Di Perusahaan

b. Pengalokasian Menurut Supriono (1999:23)

2. Analisis Kuantitatif

a. Penggolongan Biaya Antara yang Digunakan Bagian Produksi,

Pemasaran, dengan Administrasi & Umum (Supriono (1999:23))

14

Biaya-biaya yang terjadi disusun sesuai bagan diatas, biaya-biaya produksi

yang tercampur dengan biaya pemasaran atau administrasi umum harus

dipisahkan.

b. Membentuk Nilai Harga Pokok Produksi dengan Metode Harga

Pokok Proses

Penetapan tolok ukur perhitungan biaya dan pemisahan biaya yang dilakukan,

maka akan mendapatkan nilai biaya yang sebenarnya, kemudian disusun

kedalam susunan laporan harga pokok produksi menggunakan metode harga

pokok proses.

15

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Produk

4.1.1 Pemisahan Biaya Berdasarkan Fungsi (Product Driver & Customer

Driver)

Konsumsi

Pabrik/BOP

Konsumsi

Kantor/

Operasional Keterangan

Indirect Labor

Manufacturing Plant Salaries √ - -

Manufacturing Manajer Salaries √ - -

Quality Control Manajer Salaries √ - -

Supervisi Salaries √ - -

General and adm. of Manufacturing

Salaries √ - -

Mecanic Enginerring Labor Salaries √ - -

Warehouse Labor Salaries √ - -

Dump and Sanitation Labor Salaries √ - -

Quality Control Staff Salaries √ - -

Invironment Maintenance Labor

Salaries √ - -

Security of Manufacturing Salaries √ √

Keamanan Untuk seluruh area

perusahaan

Indirect Material

SAAP (Sodium Acid Phyrophospat) √ - -

Cands √ - -

Lids √ - -

Master Cartoon (MC) √ - -

Ice √ - -

Others Chemical √ - -

Supplies Expense

Supplies Expense of Process √ - -

Supplies Expense of ME √ - -

Uniform of Plant √ - -

Fiber √ - -

Electricity, Telephone,Water Expense

Electricity Expense √ √

Listrik Untuk Seluruh

Kegiatan Perusahaan

Teleph Expense - - -

Water Expense - - -

16

Depreciation Expense

Depreciation Expense of Building √ √

Nilai Bangunan Secara

Keseluruhan

Depreciation Expense of Vechile √ - -

Depreciation Expense of Equipment

and Machinary of Production √ √

Genset & Sumur Artesis

Digunakan Pabrik & Kantor

Quality Control Expense √ - -

Industry Fuel Expense √ √

Solar Genset, Genset

Digunakan Pabrik & Kantor

Instalation expense √ - -

Repair and Maintenance Expense

Repair and Maintenance Expense of

Building √ √

Untuk Keseluruhan Area

Gedung

Repair and Maintenance Expense of

Equipment and Machinary

(Manufacturing) √ √

Genset Digunakan Pabrik dan

Kantor

Repair and Maintenance Expense of

Vechile √ - -

Repair and Maintenance Expense of

Invirontment √ √

Untuk Keseluruhan Area

Perusahaan

Repair and Maintenance Expense of

Cleaning Water √ √

Air digunakan Pabrik &

Kantor

Insurance Expense

Insurance Expense of Building √ √

Untuk Keseluruhan Area

Gedung

Insurance Expense of Equipment and

Machinary √ √

Genset Digunakan Pabrik dan

Kantor

Insurance Expense of Vechile √ - -

Insurance Expense of Inventory For

Export - √ Merupakan Biaya Pemasaran

4.1.2 Hasil Pengalokasian Biaya

WORK IN PROCESS - OVERHEAD COST

Company : SIGER JAYA ABADI, PT

Date : 2011

Akun Expense (Rp) Pabrik/BOP (Rp)

Kantor/Operasional(Rp)

Indirect Labor

Manufacturing Plant Salaries Rp 64,350,000.00 Rp 64,350,000.00 -

Manufacturing Manajer Salaries Rp 32,650,000.00 Rp 32,650,000.00 -

Quality Control Manajer Salaries Rp 46,400,000.00 Rp 46,400,000.00

Supervisi Salaries Rp 86,400,000.00 Rp 86,400,000.00 -

General and adm. of Manufacturing Salaries Rp 89,190,000.00 Rp 89,190,000.00 -

17

Mecanic Enginerring Labor Salaries Rp 113,400,000.00 Rp 113,400,000.00 -

Warehouse Labor Salaries Rp 140,400,000.00 Rp 140,400,000.00 -

Dump and Sanitation Labor Salaries Rp 18,700,000.00 Rp 18,700,000.00 -

Quality Control Staff Salaries Rp 130,800,000.00 Rp 130,800,000.00 -

Invironment Maintenance Labor Salaries Rp 8,800,000.00 Rp 8,800,000.00 -

Security of Manufacturing Salaries Rp 88,200,000.00 Rp 52,928,778.62 Rp 35,271,221.38

Akumulation Rp 819,290,000.00 Rp 784,018,778.62 Rp 35,271,221.38

Indirect Material

SAAP (Sodium Acid Phyrophospat) Rp 15,440,000.00 Rp 15,440,000.00 -

Cands Rp 1,340,917,853.22 Rp 1,340,917,853.22 -

Lids Rp 597,331,560.00 Rp 597,331,560.00 -

Master Cartoon (MC) Rp 180,086,911.20 Rp 180,086,911.20 -

Ice Rp 200,230,000.00 Rp 200,230,000.00 -

Others Chemical Rp 38,805,000.00 Rp 38,805,000.00 -

Akumulation Rp 2,372,811,324.42 Rp 2,372,811,324.42 -

Supplies Expense

Supplies Expense of Process Rp 461,978,280 Rp 461,978,280 -

Supplies Expense of ME Rp 67,625,600 Rp 67,625,600 -

Uniform of Plant Rp 106,158,000 Rp 106,158,000 -

Fiber Rp 27,850,000 Rp 27,850,000 -

Akumulation Rp 663,611,880.00 Rp 663,611,880.00 -

Electricity, Telephone,Water Expense

Electricity Expense Rp 416,431,349.68 Rp 336,036,821.77 Rp 80,394,527.91

Teleph Expense -

Water Expense -

Akumulation Rp 416,431,349.68 Rp 336,036,821.77 Rp 80,394,527.91

Depreciation Expense

Depreciation Expense of Building Rp 293,125,000.00 Rp 154,032,293.50 Rp 139,092,706.50

Depreciation Expense of Vechile Rp 77,042,500.00 Rp 77,042,500.00 -

Depreciation Expense of Equipment and Machinary of Production Rp 536,888,305.56 Rp 506,380,781.23 Rp 30,507,524.33

Akumulation Rp 907,055,805.56 Rp 737,455,574.73 Rp 169,600,230.83

Quality Control Expense Rp 44,650,000.00 Rp 44,650,000.00 -

Industry Fuel Expense Rp 382,200,000.00 Rp 368,903,583.26 Rp 13,296,416.74

Instalation expense Rp 19,350,000.00 Rp 19,350,000.00 -

Repair and Maintenance Expense

Repair and Maintenance Expense of Building Rp 78,633,000.00 Rp 41,320,328.65 Rp 37,312,671.35

Repair and Maintenance Expense of

Equipment and Machinary (Manufacturing) Rp 3,110,000.00 Rp 3,088,594.72 Rp 21,405.28

18

Repair and Maintenance Expense of Vechile Rp 7,450,000.00 Rp 7,450,000.00 -

Repair and Maintenance Expense of

Invirontment Rp 12,400,000.00 Rp 7,441,234.18 Rp 4,958,765.82

Repair and Maintenance Expense of Cleaning

Water Rp 1,325,000.00 Rp 968,861.77 Rp 308,158.84

Akumulation Rp 102,918,000.00 Rp 60,269,019.32 Rp 42,601,001.29

Insurance Expense

Insurance Expense of Building

Rp 42,180,000.00 Rp 22,164,885.76 Rp 20,015,114.24

Insurance Expense of Equipment and Machinary Rp 12,320,000.00 Rp 12,235,204.80 Rp 84,795.20

Insurance Expense of Vechile Rp 21,920,000.00 Rp 21,920,000.00 -

Insurance Expense of Inventory For Export Rp 1,438,187,500.00 - Rp 1,438,187,500.00

Akumulation Rp 1,554,607,500.00 Rp 56,320,090.56 Rp 1,458,287,409.44

Overhead Factory Expense Rp 7,354,948,767.86 Rp 5,555,449,980.98 Rp 1,799,498,786.98

4.2 Harga Pokok Produksi Produk Setelah Alokasi Biaya

A. Hasil evaluasi alokasi biaya produksi

Hasil dari evaluasi alokasi biaya produksi Crabmeat menunjukkan beberapa

biaya yang nilai pengalokasiannya kurang akurat, biaya-biaya tersebut adalah :

Biaya-Biaya Nilai Evaluasi (Rp)

- Security of Manufacturing Salaries Rp 35,271,221.38

- Electricity Expense Rp 80,394,527.91

- Depreciation Expense of Building Rp 139,092,706.50

- Depreciation Expense of Equipment Rp 30,507,524.33

and Machinary of Production

- Industry Fuel Expense Rp 13,296,416.74

- Repair and Maintenance Expense Rp 37,312,671.35

of Building

- Repair and Maintenance Expense Rp 21,405.28

of Equipment and Machinary

(Manufacturing)

19

- Repair and Maintenance Expense Rp 4,958,765.82

of Invirontment

- Repair and Maintenance Expense Rp 308,158.84

of Cleaning Water

- Insurance Expense of Building Rp 20,015,114.24

- Insurance Expense of Equipment Rp 84,795.20

and Machinary

- Insurance Expense of Inventory For Export Rp 1,438,187,500.00

B. Hasil Harga Pokok Produksi Setelah Evaluasi Alokasi Biaya

PT Siger Jaya Abadi

Laporan Harga Pokok Produksi

Tahun 2011

Biaya Bahan Baku :

Bahan Baku 1 januari 2011 Rp -

Pembelian Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00

Bahan Baku Siap Produksi Rp 41,513,116,641.00

Persediaan Akhir 31 Des 2011 Rp -

Bahan Baku Diproduksi Rp 41,513,116,641.00

Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp 7,279,242,500.00

Biaya Overhead Pabrik : Rp 7,354,948,767.86

Jumlah Biaya Produksi Rp 56,147,307,908.86

Persediaan Barang Dalam Proses awal (1 Jan

2011) Rp -

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 56,147,307,908.86

Persediaan Barang Dalam Proses Akhir Rp -

Harga Pokok Produksi Rp 56,147,307,908.86

Total Harga Pokok Produksi Sebelum Alokasi :

Biaya Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 7,279,242,500.00

Biaya Overhead Pabrik Rp 7,354,948,767.86

Harga Pokok Produksi Rp 56,147,307,908.86

20

Harga Pokok Produksi Setelah Alokasi Rp. 54,305,980,780.26 -

Selisih Biaya (Nilai Overstate) (Rp 1,841,327,128.60)

C. Pencatatan Untuk Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja untuk

Depatemen A (Produksi)

1. Biaya Bahan Baku

Jurnal saat biaya bahan baku terjadi:

Biaya Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00

Kas/Bank Rp 41,513,116,641.00

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Barang Dalam Proses Rp 41,513,116,641.00

Biaya Bahan Baku Rp 41,513,116,641.00

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Jurnal saat biaya tenaga kerja langsung (TKL) terjadi:

Biaya Gaji/atau Upah Rp. 6,916,992,500.00

Hutang Gaji atau Upah Rp. 5,838,981,075.00

Hutang Pajak (PPH 21) Rp. 899,209,025.00

Asuransi Dibayar Dimuka Rp. 178,802,400,00

Jurnal saat biaya gaji atau upah terealisasi :

Biaya Gaji/atau Upah (TKL) Rp. 6,738,190,100.00

Kas/Bank Rp. 6,738,190,100.00

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Barang Dalam Proses Rp. 6,916,992,500.00

Biaya Gaji/atau Upah (TKL) Rp. 6,916,992,500.00

21

3. Biaya-Biaya Overhead Pabrik

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 784,018,778.62

Biaya Gaji dan Upah Rp 784,018,778.62

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 2,192,724,413.22

Biaya Bahan Pembantu Rp 2,192,724,413.22

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 663,611,880.00

Biaya Perlengkapan Rp 663,611,880.00

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 737,455,574.73

Biaya Penyusutan Rp 737,455,574.73

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 368,903,583.26

Biaya Bahan Bakar Industri Rp 368,903,583.26

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 19,350,000.00

Biaya Instalasi Rp 19,350,000.00

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 44,650,000.00

Biaya QC Rp 44,650,000.00

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 60,269,019.32

22

Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Rp 60,269,019.32

Jurnal saat biaya menjadi komponen biaya produksi :

Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 56,320,090.56

Biaya Asuransi Rp 56,320,090.56

Maka pencatatan ketika biaya overhead pabrik menjadi komponen biaya

produksi:

Barang Dalam Proses Rp 5,555,449,980.98

Biaya Overhead Pabrik Rp 5,555,449,980.9

PT Siger Jaya Abadi

Laporan Harga Pokok Produksi Departemen A (Produksi)

Untuk Periode Tahun 2011

Laporan Produksi Jumlah (Kaleng) Jumlah (Kg)

Produk Masuk Proses 299.044 Kg

Produk Selesai 655.396 Kaleng 297.549 Kg

Produk hilang 3.293 Kaleng 1.495 Kg

Produk Dalam Proses (BB 100%,Konversi 100%) 0.00 Kaleng 0.00Kg

299.044 Kg

Pembebanan Biaya

Elemen Biaya Jumlah (Rp) UE Harga/unit

BB Rp 41,513,116,641.00 655.396 Rp 63,340.51

TKL Rp 6,916,992,500.00 655.396 Rp. 10,553.91

BOP Rp 5,555,449,980.98 655.396 Rp. 8,201.70

Jumlah Rp 53,805,472,210.78 Rp. 82,096.13

Perhitungan Harga Pokok

Harga Pokok Produk Selesai = 655.396 x Rp 84,841.73 = Rp 53,805,472,210.78

23

- Ayat Jurnal Saat Biaya Produksi Menjadi Produk Selesai :

BDP- Harga Pokok Dep. A Rp. 53,805,472,210.78

BDP (Biaya Bahan Baku) Rp 41,513,116,641.00

BDP(Biaya Tenaga Kerja Langsung) Rp 6,916,992,500.00

BDP (Biaya Overhead Pabrik) Rp 5,555,449.980.98

PT Siger Jaya Abadi

Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B (Pengepakan)

Untuk Periode Tahun 2011

Laporan Produksi Jumlah (Kaleng)

Produk Ditransfer dari Dep.Produksi 655.396

Produk Selesai 650.040

Produk Dalam Proses (BB 100%,Konversi 90%) 5.093

Produk Rusak/Hilang 263

655.396

Pembebanan Biaya

Elemen Biaya Jumlah (Rp) UE Harga/unit

BB dari dep A Rp 53,805,472,210.78 655.396 Rp 82,096.13

Produk Rusak/Hilang Rp 8,668.48 263 Rp. 32.96

Rp 53,805,472,210.78 Rp. 82,129.08

TKL Rp 362,250,00.00 654.623 Rp. 553.37

BOP Rp 180,086,911.20 654.623 Rp. 275.1

Jumlah Rp. 54,347,809,121.98 Rp 82,957.55

Perhitungan Harga Pokok

24

Harga Pokok Produk Selesai = 650.040 x Rp 82,957.55 = Rp. 53,925,728,241.12

HPP produk Dalam Proses 5.093 kaleng

Elemen Biaya :

BB dari dep A :5.093 x 90% x Rp 82,129.08 =Rp. 376,455,075.49

BTKL : 5.093 x 90% x Rp 553.37 =Rp. 2,536,488.25

BOP : 5.093 x 90% x Rp 275.1 =Rp. 1,269,975.39

HPP Produk Dalam Proses Rp. 380,252,539.13

Harga Pokok Yang Diperhitungkan :

Rp. 53,925,728,241.12 + Rp. 380,252,539.13= Rp.54,305,980,780.26

- Ayat Jurnal Saat Persediaan Produk Jadi Di Departemen Pengepakan:

Persediaan Produk Selesai Rp. 53,925,728,241.12

Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 380,252,539.13

BDP- Harga Pokok dari D.Produksi Rp.53,805,472,210.78

BDP (Biaya Tenaga Kerja Langsung) Rp 362,250,000.00

BDP (Biaya Overhead Pabrik) Rp 180,086,911.20

- Ayat Jurnal Saat Persediaan Produk Jadi Menjadi Nilai Harga Pokok

Produksi :

Harga Pokok Produksi Rp. 54,305,980,780.26

Persediaan Produk Selesai Rp. 54,305,980,780.26

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu :

a. Bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan tidak

akurat, ketidak akuratan yaitu terjadi pada pengalokasian biaya overhead

pabrik.

b. Jumlah BOP setelah alokasi adalah Rp 5.554,189,009.59 sedangkan nilai

sebelum alokasi Rp 7,354,948,767.86. Jadi pada biaya overhead pabrik terjadi

overstate sebesar 32,42 % yaitu senilai Rp. 1,800,759,769.27 dari nilai BOP.

Hal ini terjadi karena perusahaan kurang teliti dalam menggolongkan biaya-

biaya yang terjadi sehingga antara biaya produksi (overhead pabrik) tercapur

dengan biaya operasional perusahaan.

c. Jumlah biaya tenaga kerja setelah evaluasi perhitungan harga pokok produksi

yaitu Rp.7,276,706,011.75, dan sebelum evaluasi Rp.7,279,242,500.00,

sehingga terjadi kelebihan biaya sebesar Rp.2,536,488.25 yaitu 0.035 %.

d. Nilai harga pokok produksi perhitungan perusahaan yaitu

Rp.56,147,307,908.86 dan setelah evaluasi menjadi Rp. 54,305,980,78026

Biaya yang terjadi dihitung terlalu besar oleh perusahaan sebesar 3,39 % yaitu

Rp. 1,841,327,128.60 dari nilai perhitungan setelah evaluasi. Hal ini terjadi

karena ketidaktelitian dalam pengalokasian biaya overhead pabrik sehingga

26

mempengaruhi nilai harga pokok produksi. Atau telah terjadi overstate pada

nilai harga pokok produksi sebesar 3,39% dari nilai harga pokok setelah

evaluasi.

5.2 Saran

a. Untuk perusahaan sebaiknya dalam pengalokasian BOP menggunakan dasar

pengalokasian sebagai berikut:

Biaya-Biaya

Dasar Alokasi Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Dasar Alokasi Biaya Operasional (BO) Tarif BOP Rata-Rata

-Biaya Tenaga Keamanan Luas Area Plant/Pabrik

Luas Area Kantor

Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas

-Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Lingkungan

Luas Area Plant/Pabrik

Luas Area Kantor

Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas

-Biaya Listrik

Unit Produksi (Jumlah Kaleng Meat)

BO =Total Biaya-BOP Rp.512.72/Kaleng Meat

-Biaya Bahan Bakar Industri

Unit Produksi (Jumlah Kaleng Meat)

BO=Total Biaya-BOP Rp.67.40/Kaleng Meat

-Biaya depresiasi Bangunan

Luas Bangunan Plant/Pabrik

Luas Bangunan Kantor

Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas

- Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan

Luas Bangunan Plant/Pabrik

Luas Bangunan Kantor

Tarif BOP rata2/M2=Total Biaya:Total Luas

-Biaya Asuransi Bangunan Luas Bangunan Plant/Pabrik

Luas Bangunan Kantor

Tarif BOP rata2/M2Total Biaya:Total Luas

-Biaya Depresiasi Mesin dan Peralatan (Genset)

% Penggunaan Bahan Bakar Pabrik

%Penggunaan Bahan Bakar Kantor

Tarif BOP rata2=Total Biaya:100%

- Biaya Pemeliharaan dan perawatan Mesin Dan Peralatan (Genset)

% Penggunaan Bahan Bakar Pabrik

%Penggunaan Bahan Bakar Kantor

Tarif BOP rata2=Total Biaya:100%

- Biaya Pemeliharaan Air Bersih

% Penggunaan Air Pabrik

% Penggunaan Air Kantor

Tarif BOP rata2=Total Biaya:100%

-Biaya Depresiasi Mesin dan Peralatan (sumur artesis)

% Penggunaan Air Pabrik

% Penggunaan Air Kantor

Tarif BOP rata2=Total Biaya:100%

27

Dengan menggunakan dasar perhitungan alokasi diatas maka biaya yang terjadi

karena penggunaan peralatan, mesin, air, listrik, bahan bakar, bangunan, dan

area perusahaan yang digunakan bersama-sama dapat dipisah menjadi nilai

BOP dan biaya operasional. Sehingga nilai BOP yang akan dimasukkan dalam

komponen harga pokok produksi tidak terlalu tinggi nilainya.

b. Untuk perusahaan sebaiknya teliti dalam penggolongan biaya-biaya agar biaya

tepat tempatnya. Dimana untuk biaya asuransi eksport adalah biaya pemasaran

yang merupakan elemen biaya operasional,bukan elemen BOP jadi nilainya

harus dikeluarkan dari komponen BOP.

c. Untuk perusahaan dalam melakukan penetapan harga pokok produksi

sebaiknya laporan produksi dibuat menjadi dua departemen yaitu departemen

produksi dan departemen pengepakan dengan menggunakan metode harga

pokok proses karena sesuai dengan tipe perusahaan dan alur produksi yang

berkelanjutan dari departemen yang satu kelainnya, dengan penggunaan

metode harga pokok proses maka produk rusak atau hilang dan juga produk

dalam proses dapat diperhitungan. Sehingga dengan menggunakan metode ini

pengendalian biaya akan dapat dilaksanakan dengan baik.