abstract - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29905/1/jurnal_skripsi.pdfadalah jawa barat,...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH LUAS LAHAN, TENAGA KERJA, PENGGUNAAN BENIH DAN PUPUK TERHADAP PRODUKSI PADI DI JAWA
TENGAH TAHUN 1994-2008
Rizal Zulmi
Fitrie Arianti, S.E., Msi.
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ABSTRACT
Central Java province is one of the national rice buffer. Demand of rice every year is always increasing, as a result of increasing population. This research aims to determine the effect of the wide of land, labor of agriculture, seed, and fertilizers to rice production in Central Java. Secondary data in Central Java for 15 years are used to analyze the research objectives. Analysis tool which is used in this research is multiple regression by the method of OLS (Ordinary Least Square). The analysis result shows that the variables of wide of land, labor, and fertilizer give a positive impact and significant at level of confidence of 5% on rice production. It means every additional wide of land, labor, and fertilizer inputs, rice production is increasing. And the variable of seed, has a positive impact but isn’t significant to rice production at level confidence of 5%. Seed doesn’t give effect to rice production. Key word : production, paddy, input, analysis, Central Java
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan bahan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi
oleh sekitar 90% penduduk Indonesia dan menyumbang lebih dari 50% kebutuhan
kalori serta hampir 50% kebutuhan protein (Amang, 1995, dalam Joko Triyanto,
2006). Di Indonesia sendiri, provinsi dengan jumlah produksi padi tertinggi
adalah Jawa Barat, kemudian diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Provinsi
lainnya dengan jumlah produksi padi diatas satu juta ton per tahun adalah
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, NAD, NTB, Banten, Kalimantan Selatan. Pada
volume konsumsi beras, Indonesia juga berada pada peringkat tiga konsumen
beras terbesar di dunia setelah Cina dan India, yaitu berkisar antara 110-139 kg
per tahun.
Untuk produksi padi, di Indonesia memiliki beberapa provinsi yang
menjadi kantong-kantong penyedia padi, salah satunya adalah propinsi Jawa
Tengah. Sebagai kantong produksi padi nasional, produktivitas lahan di Jawa
Tengah untuk komoditas beras sangat tinggi. Selain itu Jawa Tengah mampu
surplus produksi, dimana kebutuhan beras di Jawa Tengah tercukupi dan bahkan
mampu memasok kekurangan beras nasional.
Tabel 1.1 Data Produksi, Luas Panen dan Hasil Per Hektar Padi di Jawa
Tengah Tahun 1994-2008 (ton)
tahun produksi padi
(ton) luas panen hasil per hektar
1994 7.722.611 1.498.279 51,54 1995 8.198.084 1.587.046 51,66 1996 8.359.105 1.606.962 52,02 1997 8.225.169 1.597.227 52,15 1998 8.594.043 1.714.074 50,14 1999 8.345.854 1.688.950 49,41 2000 8.475.412 1.669.486 50,77 2001 8.289.927 1.650.625 50,22 2002 8.503.523 1.653.442 51,43 2003 8.123.839 1.535.625 52,9
3
2004 8.512.555 1.635.922 52,04 2005 8.424.096 1.611.107 52,29 2006 8.729.291 1.672.315 52,2 2007 8.616.855 1.614.098 53,38 2008 9.136.405 1.659.314 55,06
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1994-2008
Produksi padi Jawa Tengah memberikan kontribusi antara 15-17%
terhadap produksi beras nasional, sehingga perubahan yang terjadi dalam
kuantitas produksinya akan mempengaruhi secara signifikan ketersediaan beras di
tingkat nasional
Menurut Irmayani Noer dan Agus (2007), luas lahan pertanian dan
produksi per hektar dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi per hektar
juga dipengaruhi oleh perubahan luas areal tanam. Dalam penelitiannya, Irmayani
Noer dan Agus (2007) menyimpulkan bahwa peningkatan produksi sebagai akibat
peningkatan jumlah areal tanam.
Beberapa masalah yang cukup menonjol antara lain adalah ketimpangan
produksi dan konsumsi padi atau beras. Sebagian besar produksi berasal dari
Pulau Jawa dan daerah tertentu di luar Jawa, sementara kecenderungan konsumsi
beras semakin merata di seluruh wilayah Indonesia. Pola konsumsi yang semakin
mengarah ke beras ditandai dengan meningkatnya konsumsi beras per kapita.
Akibat ketimpangan tersebut beban daerah surplus beras semakin berat bila
dihubungkan dengan kemampuan produksi. Hal ini disebabkan menurunnya luas
usahatani yang terdesak oleh adanya kebutuhan lahan untuk industri dan
perumahan yang semakin meningkat.
Lains (1988) dalam Joko Triyanto (2006), menunjukkan selama 1971-
1986 kenaikan areal berkontribusi 41,3% terhadap pertumbuhan produksi. Luas
lahan padi sangat mempengaruhi produksi beras. Apabila luas lahan padi semakin
luas maka produksi beras akan semakin meningkat. Sebaliknya apabila luas lahan
padi semakin sempit maka produksi beras akan semakin sedikit.
1.2 Rumusan Masalah
Produksi padi di Jawa Tengah terus berfluktuasi dari tahun ke tahun,
sementara kebutuhan pangan dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini
4
disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya lahan pertanian yang cenderung
berkurang dari tahun ke tahun, sehingga mempengaruhi tingkat produksi padi di
Jawa Tengah. Selain itu produksi padi dipengaruhi oleh berbagai faktor produksi
lain, misalnya tenaga kerja, bibit dan pupuk. Berdasarkan latar belakang masalah
yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah luas lahan mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah pada tahun
1994-2008?
2. Apakah tenaga kerja mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah pada
tahun 1994-2008?
3. Apakah penggunaan benih mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah
pada tahun 1994-2008?
4. Apakah penggunaan pupuk mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah
pada tahun 1994-2008?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh luas lahan terhadap produksi padi di Jawa Tengah pada
tahun 1994 sampai dengan 2008.
2. Mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi padi di Jawa Tengah pada
tahun 1994 sampai dengan 2008.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan benih terhadap produksi padi di Jawa
Tengah pada tahun 1994 sampai dengan 2008.
4. Mengetahui pengaruh penggunaan pupuk terhadap produksi padi di Jawa
Tengah pada tahun 1994 sampai dengan 2008.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi ilmu pengetahuan dengan diketahuinya faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi maka dapat digunakan sebagai acuan bagi
penelitian lebih lanjut.
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi terhadap penelitian-penelitian
selanjutnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Produksi
Fungsi produksi merupakan keterkaitan antara faktor-faktor produksi dan
capaian tingkat produksi yang dihasilkan, dimana faktor produksi sering disebut
dengan istilah input dan jumlah produksi disebut dengan output. (Sadono Sukirno,
2000). Menurut Agus Maulana (1995) dalam Joko Triyanto (2006), tujuan
perusahaan dalam memproduksi adalah mengubah masukan menjadi keluaran, yang
dapat diformulasikan dalam fungsi produksi sebagai:
Q = f (K, L,M……) ……………….. (2.1)
dimana Q adalah keluaran suatu barang tertentu selama satu periode, K adalah
mesin (modal) yang digunakan selama periode itu, L adalah jam kerja masukan
tenaga kerja, dan M adalah bahan baku yang digunakan, serta masih banyak lagi
variabel lain yang dapat mempengaruhi produksi.
Sementara menurut Soekartawi (1990) dalam Agus Dwi Indarto (2006),
menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X), sehingga dapat diformulasikan
sebagai:
Q = f (X1, X2 X3….Xn)………………..... (2.2)
Dimana
Q = adalah tingkat produksi
X1….Xn = faktor-faktor produksi
Produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi yang disebut input
dengan hasil produksi yang disebut output (Sudarsono, 1984). Dari input yang
tersedia setiap perusahaan termasuk didalamnya sektor pertanian, ingin memperoleh
hasil maksimun sesuai dengan tingkat teknologi yang ada pada saat itu. Fungsi
produksi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk memperoleh output tertentu,
bisa bersifat labour intencive ( lebih banyak penggunaan tenaga kerja) seperti yang
banyak dilakukan sistem pertanian di Indonesia, atau dengan sistem capital intencive
dengan lebih banyak menggunakan capital dan mesin-mesin seperti banyak dilakukan
di negar-negara maju seperti Amerika, Jepang (Deliarnov, 1994).
6
Suatu fungsi produksi dapat memberi gambaran kepada kita tentang produksi
yang efisien secara teknis, artinya semua penggunaan input dalam produksi serba
minimal atau serba efisien (Sudarsono,1984). Sedangkan menurut Deliarnov (1994)
dari input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasil yang maksimal
sesuai dengan tingkat teknologi yang tertinggi pada saat itu.
Untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara
(Soekartawi,1990, dalam Bagio Mudakir, 2007):
a. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
b. Menambah beberapa input (lebih dari input yang digunakan)
Kurva Isoquant
Modal/minggu
K1
Ko
Q’o
Qo
0 TenagaKerja L1 Lo Sumber : Agus Maulana, (1995), dalam tesis Joko Triyanto, (2006)
Ukuran kenaikan produktivitas dicari pada kenaikan produk rata-rata atau
jumlah marginal. Perubahan teknologi dapat mengubah intensitas penggunaan
faktor produksi yaitu menjadi lebih padat modal atau lebih padat karya tergantung
dari perbandingan kenaikan produktivitas dari masing-masing input (Sudarsono,
1984, dalam Joko Triyanto, 2006).
2.1.2 Produksi Padi
Menurut Agus Maulana (1995) dalam Joko Triyanto (2006), tujuan
perusahaan dalam memproduksi adalah mengubah masukan menjadi keluaran.
Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa
7
faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga
kerja. Seorang produsen yang rasional tentunya akan mengombinasikan faktor-
faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien
(Mubyarto, 1977), dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang
dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati, dkk , 2000)
2.1.2.1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Padi
Sigit Purnomo (2006), menyimpulkan bahwa, nilai kesetimbangan
produksi-konsumsi mengalami penurunan karena faktor berkurangnya lahan
sawah sehingga produksi padi menurun.
Menurut Irmayani Noer dan Agus (2007), luas areal tanam dan produksi
per hektar dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi per hektar juga
dipengaruhi oleh perubahan luas areal tanam. Dalam penelitiannya, Irmayani
Noer dan Agus (2007) menyimpulkan bahwa peningkatan produksi sebagai akibat
peningkatan jumlah areal tanam.
Lains (1988) dalam Joko Triyanto (2006), menunjukkan selama 1971-
1986 kenaikan luas lahan berkontribusi 41,3% terhadap pertumbuhan produksi.
Luas lahan sangat mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan semakin
luas maka penawaran beras akan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan
semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Jadi hubungan luas
lahan dengan produksi padi adalah positif.
2.1.2.2 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Padi
Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa
faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga
kerja. Seorang produsen yang rasionil tentunya akan mengombinasikan faktor-faktor
produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien (Mubyarto,1977,
dalam tesis Joko Triyanto, 2006), dan tidak akan menambah input kalau tambahan
output yang dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati, dkk , 2000).
Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi
(Iskandar Zulkarnain, 2004).
8
Menurut Agus Dwi Indiarto (2006), faktor input tenaga kerja dengan nilai
elastisitas sebesar 0,49 dapat diartikan bahwa untuk setiap tambahan penggunaan
tenaga kerja sebesar 1% akan menaikkan produksi sebesar 0,49%.
2.1.2.3 Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Produksi Padi
Menurut Nandhar Mundhy Nugroho (2011), dengan penggunaan bibit padi
yang baik, maka akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan
penggunaan bibit bermutu adalah menghasilkan produksi padi yang tinggi.
Menurut Fajar Widayat Noviyanto (2009), menyimpulkan bahwa penyebab
utama rendahnya produktivitas tanaman padi sawah adalah rendahnya pengisian biji
atau masih tingginya gabah hampa 24,2 – 28,2%.
Salsinha (2005) menyimpulkan bahwa, produksi dan efisiensi produksi
usahatani padi sawah dipengaruhi oleh faktor luas lahan, benih, pupuk urea,
pupuk TSP dan tenaga kerja.
Agus Dwi Indiarto (2006), dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Produksi Padi di ASEAN menggunakan model Cobb-Douglas“,
penggunaan benih padi varietas tinggi diperkirakan dapat meningkatkan produksi
minimal 10 persen per hektar, namun program ini harus ditunjang oleh
ketersediaan benih itu sendiri, mudahnya akses untuk mendapatkan benih tersebut
dengan harga yang terjangkau oleh petani.
2.1.2.4 Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap Produksi Padi
Tingkat produktifitas usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi
oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah
pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis
telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak
sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang,
sehingga produksi beras di Jawa Tengah mengalami penurunan. Oleh karena itu
berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya
diputusakan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk
mencapai keuntungan yang maksimum (Budiono, 2002, dalam Joko Triyanto,
2006). Perbaikan teknologi mengakibatkan kenaikan produktivitas.
9
Pesatnya pertumbuhan produksi padi juga tidak terlepas dari dukungan
penyediaan pupuk dan pestisida disertai kebijakan harga yang kondusif. Meskipun
demikian, pemanfaatan pupuk dan pestisida kimiawi dalam jangka panjang dapat
menurunkan tingkat kesuburan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan
tingkat produksi padi (Suparmoko, 2002, dalam Haries Istiawan, 2010).
Menurut Sumitro Djoyohadikusumo (1981) dalam Taufiq (2002), bahwa
peningkatan produksi pangan sangat tergantung sekali dari 4 sarana pokok, yaitu
tanah,sumber daya air, pupuk, dan energi.
2.2 Penelitian Terdahulu
No. Judul/Penulis Tujuan Alat analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah/Joko Triyanto. 2006.
Menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk dan pompa air dalam peningkatan produksi padi di Jawa Tengah.
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dalam bentuk logaritma, selain itu model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. .
1. Variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air, memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi padi di Jawa Tengah. 2. Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah.
2. Analisis Penawaran Beras di Sumatera Selatan/Taufiq. 2002.
Menganalisis pengaruh perubahan variabel harga beras, harga jagung, harga ubi kayu, dan harga pupuk terhadap produksi beras di Sumatera Selatan
menggunakan alat ekonometrik, regresi sederhana berganda
Variabel harga beras dan harga pupuk signifikan mempengaruhi penawaran beras di Sumatera Selatan, sedangkan variabel harga jagung, ubi kayu, dan kondisi ekonomi dieliminasi dari model.
3. Analisis Produksi dan Keuntungan Pada Usaha Tani Padi Sawah Jawa Tengah/Iskandar Zulkarnain.2004
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah
Analisis deskriptif dan fungsi produksi Cobb-Douglas
Variabel pupuk, insektisida, tenaga kerja,luas lahan dan jenis irigasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi padi, sedangkan variabel bibit dan
10
jenis varietas mempunyai pengaruh yang negatif terhadap produksi padi
4. Analisis Faktor-Faktor Produksi Padi di ASEAN Menggunakan Cobb-Douglas/Agus Dwi Indarto.2006
Mengidentifikasi dan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi di ASEAN
Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas
Produksi padi dipengaruhi secara positif oleh luas lahan, pupuk urea, traktor, benih dan tenaga kerja. Peran pupuk urea tidak terlalu signifikan terhadap produksi padi.
2.4 Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai tafsiran yang dirumuskan serta
dirumuskan sementara yang akan diuji kebenarannya. Setelah adanya kerangka
pemikiran teoritis, maka penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga luas lahan mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi padi
2. Diduga tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap produksi padi
3. Diduga harga penggunaan benih mempunyai pengaruh positif terhadap
produksi padi
4. Diduga penggunaan pupuk mempunyai pengaruh positif terhadap produksi
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
definisi operasional dari masing-masing variabel adalah:
a. Produksi Padi adalah hasil perkalian antara luas panen bersih padi dengan
hasil padi per hektar untuk setiap 4 bulan tanaman padi. Kemudian
dijumlahkan dalam satu tahun, sehingga hasil per hektar 1 tahun
merupakan hasil bagi antara produksi padi 1 tahun dengan luas panen padi
1 tahun (BPS Provinsi Jateng, 2008)
b. Luas lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani dalam usaha
penanaman padi sawah, dengan tidak mempertimbangkan status
kepemilikannya dalam satuan hektar (Bagio Mudakir, 2007)
11
c. Tenaga kerja pertanian adalah jumlah tenaga kerja produktif (berumur
antara 15-65 tahun) yang bekerja di sub sektor pertanian tanaman pangan
yang tersedia di masing-masing kabupaten di Jawa Tengah, dinyatakan
dalam (orang/tahun) (Joko Triyanto, 2006)
d. Bibit/benih adalah jumlah benih padi yang digunakan oleh seluruh petani
dalam proses usaha tani dari seluruh wilayah kabupaten dan kota,
dinyatakan dalam satuan kg. Merupakan hasil kali antara rata-rata
penggunaan bibit kg/ha dan luas lahan (Joko Triyanto, 2006)
e. Pupuk merupakan jumlah pupuk yang digunakan oleh seluruh petani di
masing-masing kabupaten di Jawa Tengah, untuk memupuk tanaman
padinya selama kurun waktu satu tahun (Joko Triyanto, 2006)
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang sudah dipublikasikan, namun tidak khusus diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pekerjaan yang sedang ditangani. Adapun data ini diperoleh dari
dinas/institusi dan tinjauan literatur dari bahan yang terkait. Data yang digunakan
adalah data runtut waktu (time series) yang diperoleh dari data BPS Provinsi
Jateng & Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
studi pustaka. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur
yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku, jurnal, laporan dari
lembaga-lembaga yang terkait dan bahan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian.
3.4 Metode Analisis
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square), yaitu metode
yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan dari suatu
variable independen terhadap variable dependen (Gujarati, 1995).
Hubungan fungsional dari pembahasan dan masalah faktor-faktor yang
mempengaruhi harga beras di Jawa Tengah dapat dirumuskan sebagai berikut : .
12
Y = f(X1, X2, X3,X4)………………………………………(3.1)
Dari hubungan fungsional tersebut diformulasikan dalam persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1+ β2 X2 +β3 X3 + β4X4………………(3.2)
Keterangan :
Y = Produksi padi di Jawa Tengah dalam ton
X1 = Luas lahan padi di Jawa Tengah dalam hektar
X2 = Tenaga kerja sektor pertanian di Jawa Tengah dalam orang
X3 = Penggunaan benih ton
X4 = Penggunaan pupuk ton
β0 = konstanta/intercept
β1,... β4 = koefisien regresi
e = residu
Persamaan (3.2) ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma untuk
mengurangi adanya gejala heteroskedastisitas dan mengetahui kepekaan antar
variable. Seringkali transformasi logaritma mengurangi heteroskedastisitas. Hal
ini disebabkan karena transformasi yang memaparkan skala untuk pengukuran
variable mengurangi perbedaan antara kedua nilai dari sepuluh kali lipat menjadi
perbedaan dua kali lipat. Manfaat tambahan dari transformasi logaritma bahwa
koefisien β menunjukkan elastisitas dari Y sebagai variable dependen terhadap X
sebagai variable independen yaitu perubahan persentase pada Y untuk persentase
perubahan dalam X (Gujarati, 1995).
Setelah persamaan (3.2) ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma
natural sehingga persamaan menjadi :
lnY = ln β0+β1lnX1+β2lnX2+β3 ln X3 + β4 ln X4……………(3.3)
Dimana :
lnY = logaritma natural produksi padi di Jawa Tengah
lnX1 = logaritma natural luas lahan di Jawa Tengah
lnX2 = logaritma natural tenaga kerja sektor pertanian di Jawa Tengah
lnX3 = logaritma natural penggunaan benih di Jawa Tengah
lnX4 = logaritma natural penggunaan pupuk di Jawa Tengah
13
β0 = konstanta/intercept
β1,... β4 = koefisien regresi
e = residu
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Wilayah Propinsi Jawa Tengah terletak antara 6°30’ Lintang Selatan dan
108° 30’ Bujur Timur, meliputi wilayah seluas 32.533 Km2, yang tebagi dalam 29
Kabupaten dan 6 Kota. Batas wilayah sebelah Utara Laut Jawa, sebelah Selatan
Samodra Indonesia dan wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas
sebelah Timur Propinsi Jawa Timur dan sebelah Barat Propinsi Jawa Barat.
Topografi Jawa Tengah bervariasi mulai dari pantai, dataran rendah,
perbukitan/pegunungan sampai dataran tinggi. Berdasarkan topografi wilayah
Propinsi Jawa Tengah dibedakan menjadi tiga bagian yaitu dataran rendah utara,
dataran tinggi tengah dan dataran rendah selatan. Berdasarkan klasifikasi
kemiringan tanah, Propinsi Jawa Tengah dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:
- Klas lereng 1 (0-2%) meliputi 41,39%
- Klas lereng 2 ( 2-15%) meliputi 27,30%
- Klas lereng 3 (15-40%) meliputi 21,20%
- Klas lereng 4 (>40%) meliputi 11%
Menurut ketinggian tempat dari permukan laut, Jawa Tengah dibedakan menjadi
empat kelas yaitu:
- Ketinggian 0-100 m meliputi 53,30%
- Ketinggian 100-500 m meliputi 27,40%
- Ketinggian 500-1.000 m meliputi 4.60%
- Ketinggian >1.000 m
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah antar
variabel independen berkorelasi dengan variabel independen lainnya. Apabila hal
14
ini terjadi maka terjadi masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.
Cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam analisis ini
adalah dengan membandingkan nilai R2 utama dengan nilai R2 tiap variabel
independen. Regresi yang bebas multikolinieritas adalah regresi yang apabila nilai
R2 tiap variabel independen lebih kecil dari nilai R2 utama. Sementara apabila
nilai R2 tiap variabel independen lebih besar dari R2 utama, maka di dalam model
tersebut terdapat multikolonieritas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Nilai R2
utama
Nilai R2
variabel
Kesimpulan
Luas Lahan 0,984 0,187 Tidak terjadi
multikolonieritas
Tenaga Kerja
Pertanian
0,984 0,913 Tidak terjadi
multikolonieritas
Pemakaian Bibit 0,984 0,892 Tidak terjadi
multikoloniertas
Pemupukan 0,984 0,507 Tidak terjadi
multikolonieritas
Sumber : Data Sekunder, Diolah
4.2.2 Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Uji
Durbin Watson. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu dengan kesalahan
sebelumnya. Apabila hal ini terjadi maka terdapat masalah autokorelasi. Adapun
kritik pengujiannya adalah jika du < d < 4–du maka Ho ditolak yang berarti tidak
ada autokorelasi baik positif maupun negatif.
15
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Uji Durbin – Watson
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,994(a) ,989 ,984 ,00473 2,110
a Predictors: (Constant), Pupuk, Luas Lahan, Penggunaan Bibit, Tenaga Kerja
b Dependent Variable: Produksi Padi
Sumber : Data Sekunder, Diolah
Berdasarkan hasil regresi linear Tabel 4.7 di atas diperoleh nilai DW
hitung sebesar 2,110. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan nilai signifikansi 5% dengan jumlah penelitian 15 tahun dan jumlah
variabel independen 4 (k=4) diperoleh nilai:
dL = 0,6852
dU = 1,9774
4-dU = 4-0,6852=3,3148
Oleh karena nilai DW adalah 2,110 lebih besar dari batas atas (du) sebesar
1,9774 dan kurang dari 4-du yang senilai 3,3148, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat autokorelasi.
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Park. Jika asumsi gangguan Ui semuanya mempunyai varian
16
yang sama tidak dipenuhi maka terdapat masalah heteroskedastisitas. Apabila
koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan secara statistik, maka
dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan
sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka
heteroskedastisitas pada data dalam model tersebut tidak ada (homoskedastisitas).
Berdasarkan pengolahan model regresi pada Tabel 4.8 diperoleh hasil
bahwa nilai t-statistik tidak ada yang signifikan secara statistik, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model ini tidak terdapat heteroskedastisitas.
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastasitas
Variabel Signifikansi Nilai Beta Kesimpulan
Luas Lahan -1,129 -0,012 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Tenaga Kerja
Pertanian
-0,488 -0,019 Tidak terjadi
heterokedastisitas
Pemakaian Bibit 0,419 0,037 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Pemupukan 1,069 0,012 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Sumber: Data Sekunder, Diolah
4.2.4 Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam model regresi linier adalah distribusi probabilitas
gangguan µi memiliki rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak
berkorelasi, da mempunyai varians yang konstan. Uji Normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau tidak (Imam Ghozali, 2005).
17
Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, maka dapat
digunakan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 = data berdistribusi normal
HA = data tidak berdistribusi normal
Tabel 4.9
Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardi
zed Residual
N 15
Normal
Parameters(a,b)
Mean ,0000000
Std. Deviation ,00399766
Most Extreme
Differences
Absolute ,188
Positive ,161
Negative -,188
Kolmogorov-Smirnov Z ,727
Asymp. Sig. (2-tailed) ,665
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber: Data Sekunder, diolah
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat hasil dari uji K-S. Besarnya nilai
Kolmogrov-Smirnov adalah 0,727 dan tidak signifikan pada 0,665. Hal ini berarti
H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
4.3 Analisis Model Regresi Fungsi Produksi
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi
digunakan model analisis regresi linear (OLS), dengan model sebagai berikut :
LnY = β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + β4 LnX4 (4.3)
18
Dimana:
Y = Produksi Padi
X1 = Luas Lahan Pertanian
X2 = Tenaga kerja Pertanian
X3 = Pemakaian Bibit
X4 = Pemupukan
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS
untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi, diperoleh
hasil bahwa dari 4 (empat) variabel independen yang mempengaruhi produksi
padi signifikan pada tingkat α sebesar 5% diperoleh hasil bahwa 3 variabel
independen yaitu luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan pupuk (X4) signifikan
terhadap produksi padi (Y). Sementara variabel penggunaan bibit (X3) tidak
signifikan terhadap produksi padi (Y). Hasil estimasi tersebut tersaji pada Tabel
4.10.
Tabel 4.10
Uji Signifikansi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3,602 ,924 3,898 ,003
Luas Lahan ,167 ,021 ,296 7,895 ,000 ,813 1,230
Tenaga Kerja ,258 ,075 ,397 3,461 ,006 ,087 11,517
Penggunaan
Bibit ,369 ,168 ,226 2,196 ,053 ,108 9,281
Pupuk ,145 ,022 ,321 6,662 ,000 ,493 2,028
a Dependent Variable: Produksi Padi
19
Sumber : Data Sekunder, Diolah
Dilihat dari hasil regresi tersebut, keempat variabel independen yang
dimasukkan dalam regresi, hasilnya adalah 3 variabel independen signifikan
terhadap produksi padi pada tingkat α sebesar 5% yaitu luas lahan (X1) signifikan
pada tingkat α sebesar 5% dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000.
Sedangkan variabel tenaga kerja signifikan pada tingkat α sebesar 5% dengan
nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,006. Variabel pupuk (X4) signifikan
terhadap produksi padi (Y) dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000.
Sementara variabel penggunaan bibit (X3) tidak signifikan terhadap produksi padi
(Y) pada tingkat α sebesar 5% dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar
0,053.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel produksi padi dipengaruhi
oleh variabel luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk dengan persamaan matematis :
Produksi Padi = 3,602 + 0,167 LUAS LAHAN + 0,258 TENAGA KERJA +
0,369 PEMAKAIAN BIBIT + 0,145 PUPUK (4.4)
a. Koefisien regresi LUAS LAHAN sebesar 0,167 menyatakan
bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 1% maka akan
menambah jumlah output produksi padi sebesar 0,167 ton.
b. Koefisien regresi TENAGA KERJA PERTANIAN sebesar 0,258
menyatakan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1%
maka akan menambah jumlah output produksi padi sebesar 0,258
ton.
c. Koefisien regresi PUPUK sebesar 0,145 menyatakan bahwa setiap
pemupukan 1% akan menambah jumlah output produksi padi
sebesar 0,145 ton.
4.4 Uji Statistik Analisis Regresi
Pada penelitian ini faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi
dianalisis dengan regresi linear berganda dengan jumlah penelitian 15 tahun. Uji
statistik pada model persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah
uji t yang merupakan pengujian secara individual (parsial), uji F yang
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model
20
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen dan uji R2 untuk
mengetahui seberapa jauh hubungan variabel dependen (X) dengan variabel
independen (Y)
4.4.1 Pengujian Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Regresi pengaruh luas lahan, tenaga kerja pertanian, pemakaian bibit dan
pupuk, terhadap jumlah output produksi padi, dengan α = 5 persen dan degree of
freedom (df) = 11 (n-k =15-4), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar . Berdasarkan
Tabel 4.18 di bawah dapat dilihat hasil perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel.
Tabel 4.11
Nilai t-statistik Variabel Luas Lahan, Tenaga Kerja Pertanian, Pemakaian
Bibit Dan Pemupukan Terhadap Output Produksi Padi
Variabel t-statistik t-tabel (α=5%)
Luas Lahan (X1)
Tenaga Kerja (X2)
Pemakaian Bibit (X3)
Pemupukan (X4)
7,895
3,461
2,196
6,662
2.201
2.201
2.201
2.201
Sumber : Data Sekunder, Diolah
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa :
a. Dari hasil pengujian diperoleh t-hitung untuk luas lahan (X1)
terhadap produksi padi sebesar 7,895. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai t-hitung (7,895) > t-tabel (2,201), yang
berarti bahwa H0 ditolak, artinya antara variabel independen luas
lahan (X1) dengan variabel dependen produksi padi (Y) signifikan.
Dari kesimpulan ini maka produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan.
Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi padi, karena
semakin banyak luas lahan yang dimanfaatkan untuk menanam padi
maka semakin bertambah pula hasil produksi padi.
21
b. Dari hasil pengujian diperoleh t-hitung untuk tenaga kerja (X2)
terhadap produksi padi (Y) sebesar 3,461. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai t-hitung (3,461) > t-tabel (2,201) yang
berarti H0 ditolak, artinya antara variabel independen tenaga kerja
(X2) dengan variabel dependen produksi padi (Y) signifikan. Dari
kesimpulan ini maka produksi padi dipengaruhi oleh tenaga kerja
pertanian.
c. Dari hasil pengujian diperoleh t-hitung untuk pemakaian bibit (X3)
terhadap produksi padi (Y) sebesar 2,196. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai t-hitung (2,196) < t-tabel (2,201), yang
berarti bahwa H0 diterima, artinya antara variabel independen
pemakaian bibit (X3) dengan variabel dependen produksi padi (Y)
tidak signifikan. Dari kesimpulan ini maka produksi padi tidak
dipengaruhi oleh adanya variabel pemakaian bibit.
d. Dari hasil pengujian diperoleh t-hitung untuk pemupukan (X4)
terhadap produksi padi (Y) sebesar 6,662. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai t-hitung (6,662) > t-tabel (2,201), yang
berarti bahwa H0 ditolak, artinya antara variabel independen pupuk
(X4) dengan variabel dependen produksi padi (Y) signifikan. Dari
kesimpulan ini maka produksi padi dipengaruhi oleh pupuk.
4.4.2 Pengujian Signifikasi Simultan (Uji F)
Regresi pengaruh luas lahan, tenaga kerja pertanian, pemakaian bibit dan
pupuk terhadap produksi padi yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α =
5 persen), dengan degree of freedom for numerator (dfn) = 3 (k-1 = 4-1) dan
degree of freedom for denominator (dfd) = 11 (n-k = 15-4), maka diperoleh F-
tabel sebesar 3,59. Dari hasil regresi luas lahan, tenaga kerja pertanian, pemakaian
bibit dan pupuk terhadap produksi padi diperoleh F-statistik sebesar 216,049 dan
nilai probabilitas F-statistik 0.000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (F-
hitung > F-tabel).
4.4.3 Koefisien Determinasi (R2)
22
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
Dari hasil pengolahan data di bawah ini menunjukkan bahwa pengaruh
variabel faktor produksi yang terdiri dari luas lahan, tenaga kerja pertanian,
pemakaian bibit dan pupuk secara bersama-sama mempengaruhi output produksi
padi
Tabel 4.12
Nilai R2 Dari Hasil Regresi Variabel Luas Lahan, Tenaga Kerja Pertanian,
Pemakaian Bibit dan Pemupukan Terhadap Produksi Padi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,994(a) ,989 ,984 ,00473 2,110
a Predictors: (Constant), Pupuk, Luas Lahan, Penggunaan Bibit, Tenaga Kerja
b Dependent Variable: Produksi Padi
Sumber : Data Sekunder, Diolah
Sesuai dengan ketentuan uji koefisien determinasi bahwa apabila nilai R2
= 1, maka berarti pengaruh variabel bebas terhadap naik turunnya variabel terikat
adalah 100%, sehingga tidak ada faktor lain yang mempengaruhi variabel terikat
tersebut selain variabel bebas yang telah dimasukkan dalam model.
Dalam penelitian ini, nilai R2 sebesar 0,989 atau mencapai 98,9%, maka
dapat dikatakan kemampuan variabel bebas dalam memberikan informasi yang
23
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat relatif tinggi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel fungsi produksi luas lahan, tenaga kerja ,
pemakaian bibit dan pupuk mempunyai pengaruh yang besar terhadap
peningkatan maupun penurunan produksi padi.
4.4.4 Analisis Variabel yang Paling Berpengaruh
Dari keempat variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu
variabel luas lahan, tenaga kerja pertanian, pemakaian bibit dan pemupukan pada
tabel 4.17, yang paling berpengaruh terhadap produksi padi di Jawa Tengah
adalah variabel penggunaan bibit (X3). Variabel tersebut mempunyai koefisien
yang paling besar (0,369). Dengan demikian yang paling penting dalam produksi
padi adalah variabel penggunaan bibit.
4.4.5 Interpretasi Hasil dan Pembahasan
4.4.5.1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Padi
Berdasarkan hipotesis, variabel luas lahan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi padi. Semakin input luas lahan ditambahkan, maka
produksi padi semakin meningkat. Hasil regresi menyatakan bahwa variabel luas
lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Dalam
penelitiannya, Irmayani Noer dan Agus (2007) menyimpulkan bahwa peningkatan
produksi sebagai akibat peningkatan jumlah areal tanam.
Jadi apabila input luas lahan ditambah, maka produksi padi akan semakin
bertambah dan hipotesis luas lahan secara signifikan positif mempengaruhi
produksi padi diterima.
4.4.5.2 Pengaruh Tenaga Kerja Pertanian Terhadap Produksi Padi
Berdasarkan hipotesis, variabel tenaga kerja pertanian berpengaruh positif
dan signifikan terhadap produksi padi. Semakin input tenaga kerja pertanian
ditambahkan, maka produksi padi semakin meningkat.. Hasil regresi menyatakan
bahwa variabel tenaga kerja pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produksi padi. Menurut Deliarnov (1994), fungsi produksi ini bisa dilakukan
dengan berbagai cara untuk memperoleh output tertentu, bisa bersifat labour
intencive ( lebih banyak penggunaan tenaga kerja) seperti yang banyak dilakukan
sistem pertanian di Indonesia, atau dengan sistem capital intencive dengan lebih
24
banyak menggunakan capital dan mesin-mesin seperti banyak dilakukan di
negara-negara maju seperti Amerika, Jepang. Menurut Soekartawi (2003) dalam
Joko Triyanto (2006), dalam pengelolaan produksi, salah satu aspek penting
adalah tenaga kerja. Kecenderungan yang terjadi sekarang ini, orang yang
melakukan usahatani padi kebanyakan orang tua sedangkan generasi muda lebih
tertarik untuk bekerja pada industri atau merantau ke kota-kota besar. Jika hal ini
terjadi terus-menerus dapat mengancam produksi padi di masa yang akan datang
terutama di Jawa Tengah. Disisi lain sektor pertanian merupakan salah satu sektor
yang menyerap tenaga kerja cukup banyak (Retno dkk, 2004;105) Jadi apabila
petani menambah input tenaga kerja, maka produksi padi semakin bertambah.
4.4.5.3 Pengaruh Penggunaan Benih Pertanian Terhadap Produksi Padi
Berdasarkan hipotesis, variabel penggunaan benih berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi padi. Namun dari hasil regresi menyatakan bahwa
variabel penggunaan benih berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
produksi padi. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa variabel penggunaan
bibit positif dan signifikan terhadap produksi padi adalah tidak diterima. Variabel
penggunaan bibit secara statistik tidak signifikan mempengaruhi produksi padi,
namun mempunyai nilai yang positif, artinya bila ada penambahan penggunaan
bibit maka ada kecenderungan bahwa produksi padi dapat ditingkatkan. Tetapi
menurut Dispertan (2005) dalam Joko Triyanto (2006), petani di Jawa Tengah
sekitar 80% masih menggunakan bibit yang kurang bermutu. Hal ini diduga tidak
berdampak terhadap peningkatan produksi padi, sehingga penggunaan bibit tidak
terlalu mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah.
4.4.5.4 Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Padi
Berdasarkan hipotesis, variabel pemupukan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi padi. Dari hasil regresi menyatakan bahwa variabel
pemupukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Jadi
apabila petani menambah penggunaan pupuk, maka produksi padi akan semakin
bertambah. Menurut Sumitro Djoyohadikusumo (1981) dalam Taufiq (2002),
bahwa peningkatan produksi pangan sangat tergantung sekali dari 4 sarana pokok,
yaitu tanah,sumber daya air, pupuk, dan energi.
25
Berdasarkan peranannya dalam menyediakan nutrisi dan memperbaiki sifat
tanah maka penggunaan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan nitrogen, kinerja fisiologi dan hasil tanaman padi sawah (Achmad
Iqbal, (2008). Jadi pemupukan sangat mempengaruhi produksi padi, karena
apabila penggunaan pupuk mempengaruhi apakah tanaman padi dapat tumbuh
optimal atau tidak.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk, memberikan pengaruh positif
yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5% terhadap produksi padi di
Jawa Tengah sehingga hipotesis luas lahan, tenaga kerja dan pupuk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi dapat diterima.
2. Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan
dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah.
5.2. Keterbatasan
Dalam penelitian ini, penulis juga menyadari bahwa adanya keterbasan-
keterbatasan yaitu:
1. Kecilnya ruang lingkup penelitian yang dilakukan, sehingga untuk
penelitian selanjutnya ruang lingkup penelitian dapat lebih luas lagi
sehingga hasil yang didapatkan sesuai harapan.
2. Keterbatasan waktu penelitian dari penulis yang disebabkan karena
keterbatasan ketersediaan dana dari penulis.
3. Keterbatasan informasi mengenai lokasi penelitian yang
menyebabkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini kurang
lengkap.
4. Penelitian ini hanya sebatas meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi dari sisi input petani, tidak termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dari sisi permintaan
atau harga.
26
5.3 Saran
Dari hasil analisis pada penelitian ini dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Pemerintah diharapkan dapat menambah atau setidaknya menjaga lahan
pertanian agar tidak dialihfungsikan untuk kepentingan lain yang nantinya
berimbas pada turunnya produksi padi, sehingga ketahanan pangan
nasional dapat tercapai.
2. Petani padi di Jawa Tengah hendaknya memperhatikan efisiensi
penggunaan tenaga kerja pertanian. Hal ini dimaksudkan agar petani tidak
mengeluarkan biaya yang tinggi, sementara produksi padi justru menurun
karena inefisiensi penggunaan tenaga kerja pertanian. Penggunaan jumlah
tenaga kerja yang tepat akan meningkatkan output produksi padi secara
optimal pula.
3. Subsidi benih padi untuk petani oleh pemerintah sangat diperlukan
dalam membantu permasalahan keterbatasan modal petani padi untuk
membeli bibit yang berkualitas agar produksi padi menjadi maksimal.
Selain itu, petani padi hendaknya pada saat menanam padi menggunakan
takaran bibit yang pas agar produksi padi optimal.
4. Petani diharapkan dapat menggunakan pupuk sesuai takaran dan
melakukan pemupukan dengan benar agar tidak menyebabkan kerusakan
tekstur tanah sehingga produksi padi di Jawa Tengah meningkat.
27
DAFTAR PUSTAKA Adnan, N. 2007. Analisis Penawaran Palawija di Provinsi Sumatera Selatan.
Fordema Volume 7 Nomor 2, November 2007 :179-195. Amjaya, S. dan G. Hafiziansyah. 2002. Respon Padi Gogo Lokal Mayas Terhadap
Pemberian Pupuk dan Pupuk Kandang Sapi. Jurnal Ilmiah Mahakam. Vol 1. No.2. Desember. 2002.
Arifin, B. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia, Telaah Struktur Kasus
dan Alternatif Strategi. Penerbit Erlangga. Jakarta. BPS Provinsi Jawa Tengah. 1994. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 1994,
Semarang . 1998. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 1998,
Semarang
. 2002. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2002, Semarang
. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2006,
Semarang . 1994. Statistik Pertanian Indonesia Tahun 1994,
Semarang
. 1998. Statistik Pertanian Indonesia Tahun 1998, Semarang
. 2002. Statistik Pertanian Indonesia Tahun 2002,
Semarang BPS Provinsi Jawa Tengah. 2006. Statistik Pertanian Indonesia Tahun 2006,
Semarang BPTP. 2003. Evaluasi Pelaksanaan Pemupukan Berimbang di Jawa Tengah,
Semarang Deliarnov. 1994, Teori Ekonomi Mikro, Prinsip Dasar dan Pengembangannya.
Disadur dari buku aslinya Microeconomic Theory Basic Principles and Extention. Cetakan Ketiga, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dispertan Provinsi Jawa Tengah. 1994. Laporan Tahunan Dinas Tahun 2005.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah.
28
Dispertan Provinsi Jawa Tengah. 1994. Statistik Pertanian Tanaman Pangan Jawa Tengah. Kab. Semarang
Endaryati dkk. 2000. Aplikasi fungsi Cobb-Douglas: studi kasus Industri Besi
dan Baja dasar Indonesia 1976-1995, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Kinerja, Vol 4 No 2 Th 2000
Gujarati, Damodaar N., 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition, McGraw Hill
Co. Ghozali, I. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2009. Semarang Indarto, A.D. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Produksi Padi di ASEAN
Menggunakan Model Cobb-Douglas”. MSE FE-UI. Jakarta. Indriyo, W. 2007. Seputar Kenaikan Harga Pupuk. Wacana No. 6 / Januari-
Pebruari 1997. Semarang Iqbal, A. 2008. “Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi
Organik di Tanah Inceptisol”. Jurnal Akta Agrosia. Vol. 11 No.1 hal 13-18
Malian, A.H., S. Mardianto, dan M. Ariani. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi, Konsumsi dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan”. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2, Oktober 2004 : 119-146
Marjuki, F.A. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras di
Indonesia Tahun 1981-2006”, FE-UMS. Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES. Jakarta Mudakir, B. 2007. “Analisis Usahatani Padi Sawah di Jawa Tengah”. Fokus
Ekonomi-Vol. 6 No. 1. FE-UNDIP. Semarang. Noer, I. dan Agus. 2007. Analisis Respon Produksi Kopi di Provinsi Lampung.
Jurnal Esai-Ekonomi Jurnal Vol 2 No.4 Tahun 2007. Noviyanto, F.W. 2009. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Padi Organik di Kabupaten Sragen Tahun 2008”, FE UMS, Solo. Nugroho, M. 2011. [email protected]. THL – TBPP Kabupaten Sleman.
Diakses tanggal 25 Februari 2011. Poernomo, S. 2006. “Analisis Keseimbangan Produksi-Konsumsi Bahan Pangan
di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1999-2003”. Fakultas Geografi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Solo
29
Salsinha, J.N. 2005. “Efisiensi Pemanfaatan Faktor Produksi Terhadap Peningkatan Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah di Sub Distrik Maliana Distrik Bobonaro Timor Leste”. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Salvatore, D. 1995. Teori Ekonomi. Edisi Kedua. Alih Bahasa Drs. Rudy
Sitompul, MA. Penerbit Erlangga. Jakarta Salvatore, D. 1995. Teori dan Soal-soal Mikroekonomi, Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga. Jakarta Setiawan, H. 2010. “Analisis Produksi Tanaman Padi dan Kaitannya dengan
Standar Kebutuhan Masyarakat di Kabupaten Karanganyar antara Tahun 2003 dan Tahun 2007”. Fakultas Geografi-UMS. Solo
Sudaryanti, E. 2004. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi
Rakyat di Kabupaten Temanggung ( Studi Kasus di Kecamatan Candioito Kabupaten Temanggung)”. Tesis S2. Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro
Rusli, S. 2008. “Analisis Pemanfaatan Faktor Produksi pada Usahatani Padi
Sawah di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara”. FE Unhalu, Sulawesi Tenggara.
Swastika, D.K.S., J. Wargiono, Soejitno, dan A. Hasanuddin. 2007. Analisis
Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 1, Maret 2007 : 36-52
Taufiq. 2002. Analisis Penawaran Beras di Sumatera Selatan. Jurnal Kajian
Ekonomi dan Bisnis, Vol.4, No.2, Agustus 2002 : 73-84. Triyanto, J. 2006. “Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah”. MIESP FE – UNDIP.
Semarang. Widowati, R., Emilya, Hamsudin dan Dewa K.S Swastika. 2004. Dampak
Kebijakan Penghapusan Subsidi Pupuk Terhadap Kinerja Usahatani dan Efektifitas Kebijakan Harga Dasar Gabah di Provinsi Kalimantan Timur, Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No. 2 Juli 2004 : 105-117.
Zulkarnain, I. 2004. “Analisis Produksi dan Keuntungan Usaha Tani Padi Sawah
Jawa Tengah”. MIESP FE – UNDIP. Semarang.