abstract

1
Epistaksis adalah perdarahan yang keluar dari lubang hidung, rongga hidung dan nasofaring. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan lokal maupun sistemik dan sumber perdarahan yang paling sering adalah dari pleksus Kiessel-bach’s. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium, radiologik. Prinsip penanggulangan epistaksis adalah menghentikan perarahan, mencegah komplikasi dan kekambuhan. Epistaksis anterior ditanggulangi dengan kaustik dan tampon anterior, sedangkan epistaksis posterior dengan tampon Bellocq dan ligasi arteri atau embolisasi. Seringkali kita tidak menemukan penyebab dari epistaksis ini baik dengan rinoskopi anterior dan posterior. Penatalaksanaan dengan tampon anterior dan posterior tanpa menemukan sumber perdarahan, seringkali dinilai gagal dan menimbulkan epistaksis yang berulang, kegagalan dalam menghentikan perdarahan yang berulang kali dimasukan ke dalam kategori epistaksis yang berat. terapi operatif untuk mengatasi epistaksis yang berat seperi ligasi arteri etmoidalis, arteri karotis eksterna dan embolisasi arteri pun tidak sepenuhnya memberikan hasil yang baik karena tingginya angka kesakitan, tingkat kegagalan, dan komplikasi. Nasoendoskopi merupakan alat khusus untuk melihat bagian dalam dari rongga hidung dan sinus yang tidak teridentifikasi oleh pemeriksaan biasa, dengan kualitas visual yang sangat baik. Prosedur ini telah berkembang dan mulai banyak digunakan oleh sebagian besar spesialis THT dan berfungsi sebagai alat diagnostik yang objektif dalam evaluasi mukosa hidung, anatomi sinonasal, dan patologi hidung. Penelitian terkini sedang meneliti bagaimana penggunaan nasoendoskopi untuk diagnosis dan tatalaksana pada epistaksis yang berat. karena terbatasnya penglihatan pada rinoskopi anterior dan posterior, kini banyak peneliti yang tertarik untuk mengembangkan nasoendoskopi yang bertujuan untuk mencari sumber perdarahan dan penyebab lain terjadi epistaksis, dan bila mungkin dapat membantu dalam penatalaksanaan pasien dengan epistaksis yang berat Penyakit yang ada didunia ini dibagi menjadi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Epistaksis termasuk penyakit yang tidak menular. Semua jenis penyakit baik penyakit menular ataupun tidak menular, tidak lepas dari kekuasaan Allah SWT sebagai yang maha pencipta. Dalam ajaran Agama Islam, seorang muslim apabila menderita suatu penyakit diwajibkan untuk berobat seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin.

Upload: dindaaputria

Post on 16-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abstract

TRANSCRIPT

Epistaksis adalah perdarahan yang keluar dari lubang hidung, rongga hidung dan nasofaring. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan lokal maupun sistemik dan sumber perdarahan yang paling sering adalah dari pleksus Kiessel-bachs. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium, radiologik. Prinsip penanggulangan epistaksis adalah menghentikan perarahan, mencegah komplikasi dan kekambuhan. Epistaksis anterior ditanggulangi dengan kaustik dan tampon anterior, sedangkan epistaksis posterior dengan tampon Bellocq dan ligasi arteri atau embolisasi. Seringkali kita tidak menemukan penyebab dari epistaksis ini baik dengan rinoskopi anterior dan posterior. Penatalaksanaan dengan tampon anterior dan posterior tanpa menemukan sumber perdarahan, seringkali dinilai gagal dan menimbulkan epistaksis yang berulang, kegagalan dalam menghentikan perdarahan yang berulang kali dimasukan ke dalam kategori epistaksis yang berat. terapi operatif untuk mengatasi epistaksis yang berat seperi ligasi arteri etmoidalis, arteri karotis eksterna dan embolisasi arteri pun tidak sepenuhnya memberikan hasil yang baik karena tingginya angka kesakitan, tingkat kegagalan, dan komplikasi.Nasoendoskopi merupakan alat khusus untuk melihat bagian dalam dari rongga hidung dan sinus yang tidak teridentifikasi oleh pemeriksaan biasa, dengan kualitas visual yang sangat baik. Prosedur ini telah berkembang dan mulai banyak digunakan oleh sebagian besar spesialis THT dan berfungsi sebagai alat diagnostik yang objektif dalam evaluasi mukosa hidung, anatomi sinonasal, dan patologi hidung.Penelitian terkini sedang meneliti bagaimana penggunaan nasoendoskopi untuk diagnosis dan tatalaksana pada epistaksis yang berat. karena terbatasnya penglihatan pada rinoskopi anterior dan posterior, kini banyak peneliti yang tertarik untuk mengembangkan nasoendoskopi yang bertujuan untuk mencari sumber perdarahan dan penyebab lain terjadi epistaksis, dan bila mungkin dapat membantu dalam penatalaksanaan pasien dengan epistaksis yang beratPenyakit yang ada didunia ini dibagi menjadi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Epistaksis termasuk penyakit yang tidak menular. Semua jenis penyakit baik penyakit menular ataupun tidak menular, tidak lepas dari kekuasaan Allah SWT sebagai yang maha pencipta.Dalam ajaran Agama Islam, seorang muslim apabila menderita suatu penyakit diwajibkan untuk berobat seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran. Banyak ayat Al-Quran yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Quran itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin.