abses fossa canina

24
ABSES FOSSA KANINA DAN PENATALAKSANAANNYA ABSTRAK Abses pada fossa canina jarang dilaporkan dalam literatur. Infeksi gigi yang sering adalah berasal dari bakteri yang berhubungan dengan abses. Abses pada fossa canina dapat menyebabkan perkembangan sekunder dan infeksi gigi incisivus dan caninus rahang atas dan infeksi sinusitis maksila. Infeksi odontogenik dapat dengan mudah menyebar diepanjang otot dan wajah, yang dapat menyebabkan abses mukolabial atau akumulasi pus pada palpebra dan wajah. Kasus pertama seorang laki-laki berusia 74 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah kanan, keluhan dialami sejak 2 minggu sebelum keklinik, kemudian meluas kebawah mata. Pasien mengalami riwayat nyeri dan demam. Pemeriksaan fisik pada wajah menunjukkan pembesaran dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan, gambaran radiografi panoramik terlihat tampakan radiolusen pada daerah ujung apeks gigi 13. Dilakukan insisi drainase intraoral pada daerah apeks gigi 13, kemudian dilanjutkan pemberian terapi antibiotik. Kasus kedua seorang pasien berusia 21 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah kanan sampai kehidung, dialami sejak 1 minggu sebelum ke klinik kemudian meluas ke bawah mata dan hidung. Pasien memiliki riwayat nyeri dan demam. Pemeriksaan fisik pada 1

Upload: ucc-ang-bangaren

Post on 12-Jan-2016

475 views

Category:

Documents


76 download

DESCRIPTION

Kedokteran Gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Abses Fossa Canina

ABSES FOSSA KANINA DAN PENATALAKSANAANNYA

ABSTRAK

Abses pada fossa canina jarang dilaporkan dalam literatur. Infeksi gigi yang

sering adalah berasal dari bakteri yang berhubungan dengan abses. Abses pada fossa

canina dapat menyebabkan perkembangan sekunder dan infeksi gigi incisivus dan

caninus rahang atas dan infeksi sinusitis maksila. Infeksi odontogenik dapat dengan

mudah menyebar diepanjang otot dan wajah, yang dapat menyebabkan abses

mukolabial atau akumulasi pus pada palpebra dan wajah. Kasus pertama seorang laki-

laki berusia 74 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah kanan, keluhan

dialami sejak 2 minggu sebelum keklinik, kemudian meluas kebawah mata. Pasien

mengalami riwayat nyeri dan demam. Pemeriksaan fisik pada wajah menunjukkan

pembesaran dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan, gambaran radiografi

panoramik terlihat tampakan radiolusen pada daerah ujung apeks gigi 13. Dilakukan

insisi drainase intraoral pada daerah apeks gigi 13, kemudian dilanjutkan pemberian

terapi antibiotik. Kasus kedua seorang pasien berusia 21 tahun datang dengan keluhan

bengkak pada wajah kanan sampai kehidung, dialami sejak 1 minggu sebelum ke

klinik kemudian meluas ke bawah mata dan hidung. Pasien memiliki riwayat nyeri

dan demam. Pemeriksaan fisik pada wajah menunjukkan pembesaran dan

pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan sampai ke hidung. Gambaran radiografi

panoramik dan periapikal terdapat gigi 12 dengan penambalan dan pada ujung akar

ada tampakan radiolusen. Dilakukan drainase pada pulpa dan sekaligus perawatan

saluran akar dan selanjutnya dilakukan kuretase dan pemotongan ujung akar gigi 12.

1

Page 2: Abses Fossa Canina

ABSTRACT

Canina fossa abscess rarely reported in the literature. Tooth infection which

often are derived from bacteria associated with abscess. Canina fossa abscess

can lead to the development of secondary and infection incisors and canines of

the upper jaw and maxillary sinusitis infection. Odontogenic infections can easily

spread throughout the muscles and the face, which can cause abscesses

mukolabial or accumulation of pus in the eyelid and face. The first case of a man

aged 74 years came with complaints of swelling on the right face, complaints

experienced since 2 weeks before clinic, then extends down the eye. Patients

experienced a history of pain and fever. Physical examination showed

enlargement and swelling of the face area right cheek, panoramic radiographs

look picture radiolucent on the apex of the tooth tip region 13. Intraoral drainage

incision in the apex of the tooth 13, then continued administration of antibiotic

therapy. The second case a 21-year-old patient came with complaints of swelling

in the face right up to noise, experienced since one week prior to the clinic and

then extends to the bottom of the eyes and nose. Patients with a history of pain

and fever. Physical examination showed enlargement and swelling of the face

area right cheek to the nose. Panoramic and periapical radiographs are 12 teeth

with fillings and at the apex there overview radiolucent. Drainage of the pulp

and root canal treatment at the same time and further curettage and cutting apex

of the tooth 12.

Key words: Odontogenic Infections, Fossa Canina abscess.

2

Page 3: Abses Fossa Canina

PENDAHULUAN

Rongga mulut merupakan tempat berkembang biaknya berbagai macam

mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara normal ada dalam rongga mulut ini

dapat mengakibatkan infeksi apabila, yang pertama sifat mikroorganisme tersebut

berubah, baik kualitas maupun kuantitasnya; yang kedua, mukosa mulut dan pulpa

gigi terpenetrasi; dan yang ketiga, sistem kekebalan tubuh dan pertahanan seluler

terganggu, atau kombinasi dari hal-hal tersebut diatas. Infeksi bisa bersifat akut atau

kronis, dimana suatu kondisi akut biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa

sakit yang hebat dengan manifestasi sistemik yaitu malaise dan demam yang

berkepanjangan. Sedangkan bentuk kronis bisa berkembang dari penyembuhan

sebagian keadaan akut, serangn yang lemah atau pertahanan yang kuat.1

Infeksi merupakan suatu proses yang melibatkan proliferasi mikroorganisme

yang menimbulkan reaksi pertahanan tubuh, yaitu suatu proses yang disebut

inflamasi. Inflamasi adalah reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman

cairan, zat-zat terlarut dan sel-sel darah dari darah yang bersirkulasi kedalam jaringan

interstitial pada daerah yang cedera atau yang mengalami nekrotik. Inflamasi akut

adalah reaksi segera dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Tanda tanda pokok

peradangan adalah dolor (rasa sakit), rubor (merah), calor (panas), tumor

(pembengkakan) dan fungsio laesa (perubahan fungsi). Untuk memahami perbedaan

antara jenis-jenis peradangan dianggap penting untuk mengetahui dan menentukan

terapi pengobatan.2

Infeksi odontogenik adalah penyakit yang paling umum ditemukan dan menjadi

masalah pada seluruh dunia maka dari itu menjadi alasan utama untuk mencari

perawatan gigi yang tepat.3 Infeksi odontogenik dapat berkembang dari gigi yang

rusak (karies), trauma pada daerah akar gigi, dikarenakan lokasi anatomi dan

topografi dari gigi, pathogen dalam mulut atau adanya mediator inflamasi dapat

dengan cepat menyusup kedaerah yang terdekat, misalnya trigonum submandibular

dan fossa canina. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya cairan di jaringan lunak

3

Page 4: Abses Fossa Canina

dan pembentukan abses. Ini dapat meluas sampai daerah cranial, seperti pada kasus

abses fossa canina. Obstruksi saluran napas, abses periorbital dan abses intracranial

merupakan gejala yang paling sering dan sangat familiar ketika infeksi bertambah.4

Infeksi odontogenik merupakan masalah kesehatan umum dan berbahaya;

terutama ketika komplikasi yang mengancam jiwa terjadi. Infeksi ini menyebar

melalui tulang dan periosteum terhadap struktur dan ruang di dekatnya atau yang

lebih jauh yang meningkatkan risiko septikemia dan kematian untuk pasien yang

terkena. Abses fossa canina adalah infeksi odontogenik yang dapat menyebabkan

komplikasi yang mengancam jiwa. Keberhasilan pengobatan memerlukan pengenalan

lebih awal, penentuan faktor etiologi, dan manajemen medis dan bedah yang tepat.4,5

Untuk melakukan perawatan infeksi odontogenik, dokter gigi harus memahami

terminologi mengenai infeksi dan patofisiologi peradangan. Infeksi odontogenik

selalu berasal dari berbagai macam mikroba seperti bakteri aerob dan anaerob

fakultatif. 6

Faktor anatomi memainkan peran kunci dalam presentasi infeksi bakteri, setelah

menyebar di luar batas-batas rahang. Penyebaran infeksi cenderung mengikuti garis

paling berlawanan, yang ditentukan oleh tulang dan periosteum, otot dan fasia.6

Penentuan tingkat keparahan infeksi, evaluasi pertahanan tuan rumah,

manajemen bedah, dukungan medis, pemberian antibiotik, dan evaluasi berkala

pasien adalah jalur utama pengelolaan infeksi odontogenik. Tiga faktor utama yang

harus dipertimbangkan ketika menentukan keparahan infeksi pada kepala dan leher:

anatomi lokasi, laju perkembangan, dan kompromi jalan napas.7

Abses fossa canina adalah infeksi odontogenik yang dapat menyebabkan

komplikasi yang mengancam jiwa. Keberhasilan pengobatan memerlukan pengenalan

lebih awal, penentuan faktor etiologi, dan manajemen medis dan bedah yang tepat. 4,8

Penyebaran infeksi ke fossa canina biasanya berasal dari caninus rahang atas

atau gigi premolar atas, sering terlihat di atas otot businator. pembengkakan ini

menghilangkan lipatan nasolabial. Ruang ini berada di dekat kelopak mata bawah,

dan karena itu manajemen dini sangat penting untuk menghindari infeksi

sirkumorbital. Ada risiko penyebaran ke kranial, melalui sudut eksternal vena, yang

4

Page 5: Abses Fossa Canina

kemudian menjadi thrombos.7

LAPORAN KASUS

Kasus 1

Seorang laki-laki berusia 74 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah

sebelah kanan, keluhan dialami sejak 2 minggu sebelum ke klinik, kemudian meluas

ke bawah mata. Pasien mengalami riwayat nyeri dan demam. Pemeriksaan fisik pada

wajah menunjukkan pembesaran dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan

(gambar 1 & 2), gambaran radiografi panoramik terlihat tampakan radiolusen pada

daerah ujung apeks gigi 13 (gambar 3). Dari hasil pemeriksaan klinis dan radiografi,

pasien didiangnosis abses fossa canina. Perawatan yang dilakukan adalah insisi

drainase intraoral pada daerah apeks gigi 13 (gambar 4 & 5), kemudian dilanjutkan

pemberian terapi antibiotik.

Gambar 1. Gambaran ekstraoral

5

Page 6: Abses Fossa Canina

Gambar 2. Tampak samping

Gambar 3. Gambaran radiografi panoramik

6

Page 7: Abses Fossa Canina

Gambar 4. Gambaran klinis intraoral

Gambar 5. Insisi drainase intraoral pada daerah apeks gigi 13

Kasus 2

Seorang pasien berusia 21 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah

kanan sampai kehidung, dialami sejak 1 minggu sebelum ke klinik kemudian meluas

ke bawah mata dan hidung. Pasien memiliki riwayat nyeri dan demam. Pemeriksaan

fisik (ekstraoral) pada wajah menunjukkan pembesaran dan pembengkakan didaerah

pipi sebelah kanan sampai ke hidung (gambar 6). Gambaran radiografi panoramik

7

Page 8: Abses Fossa Canina

dan periapikal terdapat gigi 12 dengan penambalan dan pada ujung akar ada

tampakan radiolusen (gamabar 8 & 9). Dilakukan drainase pada pulpa dan sekaligus

perawatan saluran akar dan selanjutnya dilakukan kuretase dan pemotongan ujung

akar gigi 12.

Gambar 6. Gambaran ekstraoral

Gambar 7. Gambaran klinis intraoral

8

Page 9: Abses Fossa Canina

Gambar 8. Gambaran radiografi panoramik

Gambar 9. Gambaran radiografi periapikal

9

Page 10: Abses Fossa Canina

PENATALAKSAAANNYA

Perawatan abses odontogenik akut dapat dilakukan secara lokal atau sistemik.

Perawatan lokal meliputi irigasi, aspirasi, insisi dan drainase, sedangkan perawatan

sistemik terdiri atas pengobatan untuk menghilangklan rasa sakit, terapi antibiotik dan

terapi pendukung.1 Insisi untuk drainase dilakukan secara intraoral pada lipatan

mukobukal (paralel dengan tulang alveolar) pada regio caninus. Anastesi dilakukan

ekstraoral didekat foramen infraorbital.8

Suatu hemostat kemudian dimasukkan sedalam mungkin pada akumulasi pus

sampai bersentuhan dengan tulang. Sementara itu jari telunjuk pada tangan satunya

melakukan palpasi di margin infraorbital. Akhirnya suatu rubber drain ditempatkan

dan dijahit pada mukusa untuk menstabilkannya.2

Rangkaian insisi dan drainase pasien abses fossa caninus apabila memungkinkan

sebaiknya pemilihan obat didasarkan pada hasil smear atau pewarnaan garam, kultur

dan tes sensitivitas. Antibiotik yang dipilih diresepkan dengan dosis yang adekuat dan

jangka waktu yang lama.1

Radiasi dan indurasi yang sangat sakit pada sudut medial orbital

mengindikasikan adanya kemungkinana infeksi melaui vena angular. Infeksi ini dapat

menyebar melalui vena ini menuju sinus cavernosus.8

Namun, karena komplikasi ini menimbulkan tuntutan khusus dalam mengelola

penyakit, diagnosis tersebut harus diperhatikan secara serius, dan pasien biasanya

membutuhkan perawatan yang serius dan bahkan dirawat inap secara khusus, abses

fossa canina dan selulitis memerlukan perawatan cepat untuk mengontrol bakteremia

lebih lanjut (misalnya, melalui vena sudut). Telah dijelaskan kasus abses fossa canina

yaitu terjadi setelah trauma pada gigi taring yang lebih rendah dan memberikan

penjelasan yang komprehensif dari patogenesis dan prosedur bedah yang terlibat

Selain operasi, pasien diberi terapi antibiotik dan anti-inflamasi untuk mencegah

penyebaran lebih lanjut dari infeksi inflamasi ke dalam jaringan lunak dan untuk

mencegah kerusakan lanjutan sebagai akibat dari edema. Pasien diberi 1 mg

amoksisilin atau asam klavulanat dan 0,5 mg metronidazol, baik intravena tiga kali

10

Page 11: Abses Fossa Canina

sehari. pasien juga diberi 75 mg natrium diklofenak intravena tiga kali sehari untuk

mencegah pembengkakan. Terapi intravena dipertahankan selama satu minggu.

Rongga abses dibilas hamper setiap hari. Dalam radiografi, kami mengamati

repneumatization lengkap lesi apikal saat ini.4

Penisilin adalah jenis antibiotik yang paling sering digunakan pada infeksi

odontogen, baik yang alami maupun semisintesis. Antibiotik ini mempunyai aktifitas

bakteriosid yang luas dan bekerja dengan cara mengganggu pembentukan dan

keutuhan dinding sel bakteri.1

gambar 2: proses insisi untuk drainase dari abses, Sumber : Fragiskos D. Oral

Surgery. Berlin : Springer ; 2007. p.221.

gambar 3: a. insersikan hemostat di daerah kavitas abses untuk drainase; b.

penempatan rubber drain pada lokasi drainase, Sumber : Fragiskos D. Oral

Surgery. Berlin : Springer ; 2007. p.221.

11

Page 12: Abses Fossa Canina

gambar 4: insisi daerah vestibulum folt untuk drainase abses fossa canina,

Sumber : Fragiskos D. Oral Surgery. Berlin : Springer ; 2007. p.222.

gambar 5: insersikan hemostat dan eksplorasikan daerah abses sampai

permukaan tulang untuk memudahkan drainase pus, Sumber : Fragiskos D.

Oral Surgery. Berlin : Springer ; 2007. p.222.

PEMBAHASAN

12

Page 13: Abses Fossa Canina

Untuk semua tujuan praktis sebagian besar infeksi berasal dalam tulang rahang

bawah dan rahang dari sumber odontogenik, biasanya didapatkan dari infeksi

periapikal, infeksi periodontal, kista, sisa akar, infeksi yang tersisa, poket perikorona

dan lain-lain.12

Penyebab dan diagnosis infeksi odontogenik serius dan kecenderungannya untuk

menyebar telah dijelaskan secara luas dalam literatur. Abses fossa canina merupakan

salah satu jenis infeksi odontogenik yang memiliki beberapa faktor pemicu. Hal ini

dapat dihubungkan dengan karies gigi, abses periapikal atau periodontal,

perikoronitis, pulpitis, dan osteitis. 4,5

Alur dari penyebaran Infeksi Orofacial, yaitu langsung melalui jaringan; melalui

sistem limfatik ke kelenjar getah bening regional dan kemudian ke dalam aliran

darah; dan langsung melalui aliran darah.9

Penyebaran infeksi ke fossa canina biasanya berasal dari gigi caninus rahang atas

atau gigi anterior lainnya dan gigi premolar atas, sering terlihat di atas otot businator.

pembengkakan ini menghilangkan lipatan nasolabial. Ruang ini berada di dekat

kelopak mata bawah, dan karena itu manajemen dini sangat penting untuk

menghindari infeksi circumorbital. Ada risiko penyebaran ke kranial, melalui sudut

eksternal vena, yang kemudian menjadi thrombos. 7,10

Kasus pertama memperlihatkan pembengkakan pada pipi sebelah kanan

kemudian meluas ke bawah mata. Hasil radiografi panoramik menunjukkan tampakan

radiolusen pada daerah apeks gigi 13. Sedangkan untuk kasus kedua memperlihatkan

tanda klinis ekstraoral yang hampir sama, tetapi dari hasil radiografi periapikal

terdapat area radiolusen di daerah apeks gigi 12 dengan tambalan pada bagian

mahkota.

Pemeriksaan radiografi merupakan komponen penting dari manajemen masalah

gigi. Radiografi Periapikal, oklusal dan panoramik biasanya dapat memberikan

informasi yang diperlukan. 4

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mathew dkk, menunjukkan sebesar 16%

infeksi odontogenik mengenai ruang fossa canina. Sumber infeksi utama berasal dari

13

Page 14: Abses Fossa Canina

infeksi pada pulpa (70.8%). Tanda dan gejala yang menyertai infeksi ini berupa,

pembengkakan, rasa nyeri, trismus, demam, disfagia, dan pengeluaran pus.11

Infeksi odontogenik merupakan infeksi polimikrobial, gabungan dari jenis

bakteri aerobik, anaerob fakultatif dan anaerob yang spesifik. Mikro-organisme yang

paling umum pada Infeksi dentoalveolar adalah Streptokokus viridans.6

Sejalan dengan laporan terbaru yang telah mengkonfirmasi bahwa infeksi rongga

mulut / gigi melibatkan anaerob fakultatif, seperti kelompok Streptokokus viridans

dan kelompok Streptococcus anginosus, dengan anaerob dominan yang spesifik,

seperti Anaerob kokus, spesies Prevotella dan Fusobacterium. Penggunaan metode

non-kultur canggih telah mengidentifikasi mikroorganisme lebih luas , seperti spesies

Treponema dan anaerob batang Gram-positif seperti Bulleidia extructa,

Cryptobacterium curtum, dan Mogibacterium timidum.7

Objek utama dari perawatan infeksi fasial adalah menghilangkan rasa sakit,

pemulihan fungsi, mempertahankan struktur anatomi, dan mencegah penyebaran dan

rekurensi dari infeksi. Prinsip penatalaksaan infeksi odontogenik yang parah telah

dikenal selama berabad-abad, yaitu ekstraksi gigi dan drainase pus.5,6

Pada kasus ini, perawatan yang dilakukan memliputi insisi drainase intraoral

pada daerah apeks gigi 13 dilanjutkan dengan pemberian antibiotik untuk kasus

pertama, sedangkan untuk kasus kedua yang melibatkan gigi 12 dilakukan drainase

melalui pulpa dan sekaligus perawatan saluran akar dan selanjutnya dilakukan

kuretase dan pemotongan ujung akar gigi 12. Insisi drainase abses harus dilakukan

dengan hati-hati untuk menghindari trauma nervus infraorbital.10

Praktisi dokter gigi atau tenaga medis lainnya, memiliki peran penting dalam

penatalaksaan infeksi odontogenik. Mereka dapat mengobati pasien dengan hanya

antibiotik, menangani dengan perawatan yang benar atau merujuk ke spesialis bedah

mulut dan maksilofasial. Pada awalnya antibiotik akan bekerja efektif, tetapi jika

pasien tidak melanjutkan ke manajemen definitive, masalah akan muncul kembali

dengan peningkatan keparahan infeksi. Antibiotik adalah faktor predisposisi dalam

beberapa sumber berbeda yang telah diterbitkan. Infeksi odontogenik dapat terjadi

dari perawatan gigi ketika praktisi mencoba untuk mempertahankan gigi dengan

14

Page 15: Abses Fossa Canina

manajemen konservatif.6

Secara empiris, terapi antibiotik amoksisilin dengan kalium klavulanat dan

metronidazole, bersama dengan insisi drainase memberikan hasil perawatan yang

sangat baik untuk semua pasien. Antibiotik beta-laktam telah digunakan untuk

mengobati infeksi odontogenik, karena mereka sangat efektif terhadap bakteri

tertentu, murah, dan memiliki efek samping kecil. Meningkatnya resistensi beta-

laktam karena munculnya organisme yang memproduksi beta-laktamase telah

menyebabkan kekhawatiran mengenai efektivitas antibiotik beta-laktam beberapa

tahun terakhir. 11

Untuk menghindari trauma fossa canina yang disebabkan oleh gesekan terhadap

caninus rahang bawah, dokter gigi harus memeriksa kasus ini dengan hati-hati.4

15

Page 16: Abses Fossa Canina

KESIMPULAN

Infeksi yang parah dapat mengancam jiwa dengan pembentukan abses di

sekitar struktur jaringan. Oleh karena itu penting bahwa dokter gigi menyadari cara

yang mungkin di mana infeksi odontogenous dapat menyebar dan mereka tahu

bagaimana menangani komplikasi seperti dalam kasus darurat. Abses fossa kanina

adalah infeksi odontogenik yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam

jiwa. Keberhasilan pengobatan memerlukan penenalan lebih awal, penentuan faktor

etiologi, dan manajemen medis dan bedah yang tepat.

SARAN

16

Page 17: Abses Fossa Canina

DAFTAR PUSTAKA

1. Petersen, GW. Oral surgery. 1 th Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company;

1996. P. 191-197.

2. Fragiskos, FD. Oral surgery. Germany: Springer – Verlag Berlin Heldelberg;

2007. P. 205-223.

3. Lopez-piriz L, Aguilar Lorenzo, Gimenez Josa Maria. (2007) Management of

Odontogenic Infection of Pulpa and Periodontal Origin. Med oral patol oral

cir bukal. 154-159.

4. Agacayak S. Atilgan S, Belgin G. Case Report: Canine Fossa Abscess; A

Rare Etiological Factor: The Lower Canine Tooth. Journal of International

Dental & Medical Research; 2013, 6(1), pp 36-39.

5. Veronez B, De Matos, Monnazzi MS. Maxillofacial infection. A retrospective

evaluation of eight years. Brazil Journal of Oral Science. 2014; 13(2): pp 98-

103.

6. Uluibau IC, Jaunay T, Goss AN. Severe odontogenic infections. Australian

Dental Journal Medications. 2005;50(4). Pp 74-80.

7. Onur Gonul, Sertac Aktop, Tulin Satilmis, Hasan Garip and Kamil Goker.

Odontogenic Infections. A Textbook of Advanced Oral and Maxillofacial

Surgery. Intech. Turkey. 47-49.

8. Sailer, H.F. dan Parajola, G.F.(1999).Oral Surgery for General Dentist. New

York :Thieme.

9. Orofacial Infection and Its Spread. Website:

http://www.jaypeedigital.com/books/9788180616372/Chapter%20wise

%20Pdf/10160/Chapter-18_Orofacial%20Infection%20and%20Its

%20Spread.pdf?AspxAutoDetectCookieSupport=1. Diakses pada 16 juli

2015.

10. Sailer HF, Pajarola GF. Oral surgery for general dentist. 1999. Thieme: New

York. P 155.

17

Page 18: Abses Fossa Canina

11. Mathew GC , Ranganathan LK, Gandhi S. Odontogenic maxillofacial space

infections at a tertiary care center in North India: a five-year retrospective

study. International Journal of Infectious Diseases. 2012; 16 (1). Pp 296–302.

12. Archer, H. W. Oral and Maxillofacial Surgery. Fifth edition.

18