abortus forensik

29
Referrat ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS Oleh Taufik Rahman, S. Ked I1A001027 Pembimbing dr. Iwan Aflani, Sp. F, M. Kes

Upload: aya-syada

Post on 14-Dec-2014

55 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

FK Unlam

TRANSCRIPT

Page 1: abortus forensik

Referrat

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Oleh

Taufik Rahman, S. Ked

I1A001027

Pembimbing

dr. Iwan Aflani, Sp. F, M. Kes

BAGIAN/UPF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN

FK UNLAM-RSUD ULIN

BANJARMASIN

September 2007

Page 2: abortus forensik

PENDAHULUAN

Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat

Indonesia, namun terlepas dari kontroversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan

masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan

kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan

melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga

merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi

perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi

sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan

atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah

kontroversial di masyarakat.1,2

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan

ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tergantung

kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan

20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1

dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara,

WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000

sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di

wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka

Page 3: abortus forensik

tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup

besar.1,2

Penelitian pada 10 kota besar dan 6 kabupaten memperlihatkan 53 % Jumlah

aborsi terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali lebih kecil dari pedesaan, dan

pelayan aborsi dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terdapat di 16 % titik

pelayanan aborsi di kota oleh dukun bayi dan 57 % di Kabupaten. Kasus aborsi yang

ditangani dukun bayi sebesar 11 % di kota dan 70 % di Kabupaten dan dari semua

titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di Kabupaten dilakukan oleh swasta/ pribadi.1

Page 4: abortus forensik

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Definisi

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan

menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa

melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran

kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April

1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan

dilakukan, kandungan tersebut masih hidup (HR 1 November 1897, HR 12 April

1898).3,4

Abortus menurut pengertian secara medis ialah gugur kandungan atau

keguguran dan keguguran kandungan itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan,

sebelum fetus dapat hidup sendiri diluar kandungan. Batasan umur kandungan 28

minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram.1,2,5,6,7,8 Definisi ini

sekarang telah berubah sehingga lama kehamilan untuk istilah aborsi adalah kurang

dari 20 minggu.4,7,8

Klasifikasi

Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi kedalam 1,2,3,5,6,7,8 :

1. Abortus spontan

2. Abortus provokatus, yang terbagi lagi menjadi :

Abortus provokatus terapeutikus

Abortus provokatus kriminalis

Page 5: abortus forensik

Penulis lain mengklasifikasikan abortus menurut proses terjadinya menjadi empat,

yaitu 6:

1. Abortus yag terjadi secara spontan atau natural

Diperkirakan 10-20 % dari kehamilan akan berakhir dengan abortus, dan secara

yuridis tidak membawa aplikasi apa-apa.

2. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan

Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami rudapaksa, khususnya rudapaksa

di daerah perut, misalnya karena terjatuh atau tertimpa sesuatu di perutnya,

demikian pula bila ia menderita syok, akan mengalami abortus, yang biasanya

disertai dengan perdarahan yang hebat. Abortus yang demikian kadang-kadang

mempunyai implikasi yuridis, perlu penyidikan akan kejadiannya.

3. Abortus provokatus medicinalis atau abortus provokatus terapeuticus

Abortus ini semata-mata atas dasar pertimbangan medis yang tepat, tidak ada cara

lain untuk menyelamatkan nyawa si-ibu kecuali jika kandungannya digugurkan,

misalnya pada penderita kanker ganas. Abortus provocatus medicinalis kadang-

kadang membawa implikasi yuridis, perlu penyidikan dengan tuntas, khususnya

bila ada kecurigaan perihal tidak wajarnya tarif atau biaya yang diminta oleh

dokter, sehingga menimbulkan komersialisasi yang berkedok demi alasan medis.

4. Abortus provocatus criminalis atau abortus provokatus kriminalis

Jelas tindakan pengguguran kandungan disini semata-mata untuk tujuan yang

tidak baik dan melawan hukum. Tindakan abortus yang tidak bisa

dipertanggungjawabkan secara medis, dan dilakukan hanya untuk kepentingan

Page 6: abortus forensik

si-pelaku, walaupun ada juga kepentingan dari si-ibu yang malu akan

kehamilannya. Kejahatan jenis ini sulit untuk melacaknya oleh karena kedua

belah pihak menginginkan agar abortus dapat terlaksana dengan baik ( Crime

without victim, walaupun sebenarnya korbannya ada yaitu bayi yang

dikandung ).

Metode yang Sering Dipergunakan Dalam Abortus

Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus

provokatus yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang

terjadi dan bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat

untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan

kematian yang terjadi pada si-ibu. Metode-metode yang biasa dipergunakan biasanya

disesuaikan dengan umur kehamilan, semakin tua umur kehamilan semakin tinggi

resikonya. 6

Metode pada abortus 5,6 :

1. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu.

Kerja fisik yang berlebihan

Mandi air panas

Melakukan kekerasan pada perut

Pemberian obat pencahar

Pemberian obat-obatan dan bahan-bahan kimia

”electric shocks” untuk merangsang rahim, dan

menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina

Page 7: abortus forensik

2. Pada umur kehamilan samapai dengan 8 minggu

Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar agar terjadi

peningkatan ”menstrual flow”, dan preparat hormonal guna mengganggu

keseimbangan hormonal

Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari plasenta dan

amnion, atau menyuntikkan cairan yang mengandung karbol (carbolic acid)

Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter atau pensil

dengan maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang dapat berakhir dengan

abortus

3. Pada umur kehamilan antara 12 – 16 minggu

Menusuk kandungan

Melepaskan fetus

Memasukkan pasta atau cairan sabun

Dengan instrumen; kuret

Penulis lain membagi cara melakukan abortus provokatus kriminalis menjadi 3,7,8:

1. Menggunakan obat-obatan yang diminum

Klasifikasi obat-obatan yang digunakan adalah :

Obat yang bekerja langsung pada uterus : echolics, emmenagogum

Obat yang bekerja melalui sistem genito-urinaria : minyak pennyroyal,

minyak terpentin

Obat yang bekerja melalui sistem gastro-intestinal : emetik, golongan

pencahar

Page 8: abortus forensik

Obat yang bersifat racun secara sistemik : racun tumbuhan, racun logam

2. Menggunakan kekerasan mekanik

Tindakan kekerasan yang bersifat umum :

Kekerasan langsung pada uterus

Kekerasan tidak langsung mengenai uterus, misalnya tindakan yang

menyebabkan kongesti pelvis atau perdarahan intrauterin

Kekerasan yang bersifat lokal :

Merobek selaput amnion

Penggunaan ganggang laminaria

Stik abortus

Penggunaan jarum suntik

Menyalurkan listrik tegangan rendah

3. Dilatasi dan kuretase, biasanya hal ini hanya dilakukan oleh dokter atau bidan

Komplikasi

Komplikasi abortus provokatus kriminalis 3,7,8 :

Perdarahan dan syok

Syok neurogenik akibat nyeri yang hebat

Infeksi: peritonitis

Emboli udara, terutama pada penggunaan jarum suntik

Ruptur uterus

Kegagalan ginjal

Komplikasi yang mungkin terjadi tetapi tidak sampai menyebabkan kematian 7:

Page 9: abortus forensik

Subinvolusi uterus

Infeksi: endometritis

Anemia berat akibat perdarahan yang terus menerus

Pemeriksaan Korban Abortus

Pada korban hidup perlu diperhatikan 3,7,8 :

Tanda kehamilan : perubahan pada payudara, pigmentasi,

Tanda usaha penghentian kehamilan : tanda kekerasan pada genitalia

interna/eksterna, daerah perut bagian bawah

Tanda-tanda abortus yang baru terjadi : bercak darah pada vagina, ditemukan

cairan, vagina yang longgar, laserasi dan luka yang terdapat pada vagina, serviks

membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan, uterus membesar.

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang

dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap terhadap

hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD, kematian janin di

dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.3

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan

abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.3

Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan

bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul

atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus provokatus

kriminalis.3

Page 10: abortus forensik

Lagi pula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh

wanita yang bersangkutan.3

Pada pemeriksaan jenazah, Teare (1964) menganjurkan pembukaan abdomen

sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis

sebagai penyebab kematian korban.3

Pemeriksaan atas tubuh seorang wanita yang mati setelah pada dirinya

dilakukan tindakan pengguguran kandungan, tergantung pada metode yang dipakai

dalam pengguguran tersebut 6 :

1. Abortus dengan obat-obatan. Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi obat

yang dipergunakan merupakan pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan, obat

yang biasa ditemukan umumnya obat yang bersifat dapat mengiritasi saluran

pencernaan.

2. Abortus dengan instrumen. Dapat diketahui bila terjadi robekan atau perforasi

dari rahim atau jalan lahir, robekan umumnya terjadi pada dinding lateral uterus,

sedangkan perforasi biasanya terdapat pada bagian posterior forniks vaginae.

3. Abortus dengan penyemprotan. Tampak adanya cairan yang berbusa diantara

dinding uterus dengan fetal membran, separasi sebagian dari plasenta dapat

dijumpai. Gelembung-gelembung udara dapat dilihat dan ditelusuri pada

pembuluh vena mulai dari rahim sampai ke bilik jantung kanan.

Pengukuran kandungan fibrinolisis dalam darah dapat berguna untuk

mengetahui apakah korban mati secara mendadak. Perforasi fundus uteri dapat

dijumpai bila syringe dipergunakan untuk penyemprotan.6

Page 11: abortus forensik

Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu

belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Peraturan

mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada larangan

untuk melakukan abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai abortus terus

mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul

suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia

terhadap tindakan abortus. Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan

dalam beberapa kategori sebagai berikut 8:

• Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.

• Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan penderita

(ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Kanada,

Muangthai dan Swiss.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti di

Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di Jepang,

Polandia, dan Yugoslavia.

Page 12: abortus forensik

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa memperhatikan

indikasi-indikasi lainnya (Abortion on requst atau Abortion on demand), seperti di

Bulgaris, Hongaria, USSR, Singapura.

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (aborsi boleh

dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius) misalnya di

India

• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi humanitarian (misalnya bila

hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang

Ada 3 aturan abortus di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu 1:

1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, abortus adalah tindakan

melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan.

2. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.

3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menuliskan

dalam kondisi tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (abortus).

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,

maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan

tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang

Page 13: abortus forensik

yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter

Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan

Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap

hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia

telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban

umum, pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban

melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang

melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara

berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan

Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa

"pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif

tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.8

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.

Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 8:

PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu

hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis

tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan

indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai

Page 14: abortus forensik

dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan

persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana

kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut 8:

Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan

apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma

kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk

menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis

tertentu.

Ayat (2) Butir a  : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar

mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu

itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b  : Tenaga kesehatan yang

dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan

wewenang untuk melakukannya yaitu seorang seorang dokter ahli kebidanan dan

penyakit kandungan. Butir c  : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu

hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat

memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d  :

Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan

Page 15: abortus forensik

peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat

(3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara

lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,

tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana

kesehatan yang ditunjuk.

Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus kriminalis dalam Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) 6,8,9:

PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau

menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat puluh ribu rupiah. 2) Jika

yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib,

bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah

melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut

haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun.

Page 16: abortus forensik

PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut,

dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan

matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan

kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan

salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang

ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak

untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana

untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta

menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa

diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,

diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah.

Page 17: abortus forensik

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan 8:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang

lain, diancam hukuman empat tahun.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu

mati diancam 15 tahun.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan

bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang

dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah

sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.

Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan

seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk

menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak

dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima

oleh hakim (Pasal 48). 8

Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 8:

Page 18: abortus forensik

PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap

ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15

ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

pidana dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Aborsi Di Indonesia. Kesrepro dot Info. 2007. (online) http://www.google.com

2. Laily Hanifah. Aborsi ditinjau dari Tiga Sudut Pandang. Kesrepro dot Info. 2007. (online) http://www. Google.com

3. Budianto, Arif. Wibisono Widiatmoko. Siswandi Sudiono. T. Winardi dkk. Pengguguran Kandungan dalam Ilmu Kedokteran Forensik. 1997. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

4. Sampurna, Budi. Zulhasmar Samsu. Pengguguran Kandungan Suatu tinjauan hukum, viktimologi dan moral dalam Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum. 2004

5. Zuhra, Farah. Aborsi Dalam Pandangan Hukum Islam. Gaul Islam. 2003. (Online) http://www . Google.com

Page 19: abortus forensik

6. Idries, Abdul Mun’im. Abortus Dan Abortus Provokatus dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik edisi Pertama. 1997. Jakarta. Binarupa Aksara

7. Chadha, D. R. P. V. Abortus Dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi edisi V. 1995. Jakarta. Widya Medika

8. Anonimous. Gugur Kandungan. Wikipedia.(online) http: id. Wikipedia.org

9. Waluyadi. Aborsi Menurut Hukum Dan Ilmu Kedokteran dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum Praktik Kedokteran edisi revisi cetakan kedua. 2005. Jakarta. Djambatan