abdul wahid - repository.uinjkt.ac.id

42
KEPATUHAN SYARIAH PADA TRANSAKSI PRODUK MURĀBAḤAH EMAS DAN RAHN EMAS DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH INDONESIA ABDUL WAHID NIM: 31151200000041 Pembimbing: 1. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. 2. Prof. Dr. Muhammad Bin Said Program Doktor Pengkajian Islam Konsentrasi: Ekonomi Islam SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M. / 1440 H.

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

KEPATUHAN SYARIAH PADA TRANSAKSI

PRODUK MURĀBAḤAH EMAS DAN RAHN EMAS

DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH INDONESIA

ABDUL WAHID NIM: 31151200000041

Pembimbing: 1. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A.

2. Prof. Dr. Muhammad Bin Said

Program Doktor Pengkajian Islam

Konsentrasi: Ekonomi Islam

SEKOLAH PASCASARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M. / 1440 H.

Page 2: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Wahid

NIM : 31151200000041

Program Studi : Doktor Pengkajian Islam

Konsentrasi : Ekonomi Islam

Menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Kepatuhan Syariah Pada

Transaksi Produk Murābaḥah Emas dan Rahn Emas di Lembaga Keuangan

Syariah Indonesia, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun ide

atau gagasan orang lain yang ada dalam karya ini, saya sebutkan rujukan atau

sumber referensinya secara lengkap. Apabila di kemudian hari terdapat hasil

plagiarisme maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan dan siap

mengembalikan gelar dan ijazah yang saya peroleh sebagaimana peraturan yang

berlaku.

Jakarta, 11 Februari 2019

Saya yang membuat pernyataan,

Abdul Wahid

Page 3: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Wahid

NIM : 31151200000041

Judul Disertasi : Kepatuhan Syariah Pada Transaksi

Produk Murābaḥah Emas dan Rahn Emas

di Lembaga Keuangan Syariah Indonesia

Menyatakan bahwa tulisan sebagai bahan untuk Sidang Ujian Terbuka

(Promosi Doktor) ini telah diverifikasi oleh Prof. Dr. Didin Saepudin, MA. dan

telah diperbaiki sesuai saran pada verifikasi tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dijadikan pertimbangan untuk

menempuh Sidang Ujian Terbuka (Promosi Doktor).

Jakarta, 11 Februari 2019

Saya yang membuat pernyataan,

Abdul Wahid

Page 4: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

Kata Pengantar

Bismillāhirraḥmānirraḥīm Alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah subḥānahu wa taʻāla, penulis

dengan penuh rasa syukur kepada-Nya atas segala limpahan rahmat dan karunia dari Allah subḥānahu wa taʻāla penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang berjudul Kepatuhan Syariah Pada Transaksi Produk Murābaḥah emas dan Rahn emas di Lembaga Keuangan Syariah Indonesia. Tidak lupa pula untuk senantiasa menghaturkan ṣalawāt teriring salam kepada Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, para keluarganya, para sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga Allah subḥānahu wa taʻāla memasukkan kita ke dalam umat yang mendapatkan syafaat darinya di hari kiamat nanti. Āmīn.

Emas merupakan benda berdaya jual yang dapat dikatakan tetap tinggi, maka tak heran jika kaum hawa sejak dahulu sampai dengan saat ini tetap menyukainya. Beberapa Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia telah menyediakan jumlah yang tak sedikit, bahkan sampai menembus angka triliunan rupiah untuk produk pembiayaan cicil emas sebagai upaya menyambut animo masyarakat yang cukup menggiurkan dan tentunya sebagai salah satu tambahan sumber pendapatan. Tak hanya itu, produk gadai emas yang dahulu hanya menjadi brand PT Pegadaian, saat ini Perbankan Syariah pun mulai menyediakan produk tersebut sebagai salah satu layanan bagi nasabahnya. Akan tetapi pada prakteknya sistem pembiayaan, jual beli dan gadai emas ini memunculkan banyak kontroversi. Penulisan karya ilmiah ini mencoba mengangkat tentang konsep dan implementasi produk murabahah emas dan rahn emas dengan melakukan komparasi kedua produk tersebut pada dua LKS yang berbeda. Penulis menggunakan hasil wawancara, observasi lapangan dan kajian terhadap dokumen internal dua LKS yang menjadi tempat penelitian sebagai sumber data primer, selain itu Penulis pun menjadikan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia sebagai sumber data sekunder dan beberapa referensi lainnya sebagai bahan penguat untuk menganalisa terhadap produk yang menjadi objek penelitian, Penulis mengharapkan berbagai data dan hasil kajian serta analisa terhadap produk tersebut dapat lebih maksimal juga objektif.

Penulisan karya ilmiah ini sangat penulis sadari melewati berbagai rintangan dan hambatan, dimulai dari mendapatkan berbagai sumber data baik primer maupun sekunder dan juga dalam mencari referensi lainnya sebagai bahan penulisan karya ilmiah ini. Bantuan baik doa maupun dorongan materil dari berbagai pihak membuat Penulis terus semangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan wawancara, observasi dan menganalisa referensi yang telah didapatkan guna menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, melalui tulisan ini dari lubuk hati yang terdalam Penulis menghaturkan ribuan terimakasih terutama kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil MA, sebagai Pembimbing yang senantia

memberikan arahan penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai dengan selesai.

Page 5: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

5. Prof. Dr. Muhammad bin Said, sebagai Pembimbing yang tidak pernah bosan untuk ditemui dan selalu mengarahkan Penulis dengan koreksian-koreksiannya terhadap karya ilmiah ini.

6. Prof. Dr. Didin Saepudin, MA sebagai Ketua Program Studi Doktor Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Dosen, Pustakawan dan seluruh Pegawai Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak pernah bosan dengan layanannya, sangat membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan Doktor Pengkajian Islam konsentrasi Ekonomi Islam.

8. Seluruh jajaran Pimpinan Yayasan Islam Al-Huda Bogor Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan dukungannya kepada Penulis untuk melanjutkan studi S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Mochtar SM, SH. dan Ibu Chadidjah Utiarahman sebagai kedua orang tua Penulis yang selalu mendoakan dan tak pernah lelah membantu Penulis dengan apapun yang mereka miliki hingga dapat melanjutkan dan menyelesaikan studi S3.

10. Istri tercinta R. Conny Latifah S.Pd.I, dan anak-anak tercinta Sulaiman dan Salman yang dengan penuh kerelaan tersita waktu kebersamaannya akan tetapi selalu mendoakan dan menemani Penulis dalam menyelesaikan tugas belajar.

11. Kedua Adik Fatria Utiarahman dan Achmad Anshor serta seluruh keluarga besar yang Penulis cintai, yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis.

12. Rekan-rekan seperjuangan Bapak Sujian Suretno, Bapak Sholahuddin, Bapak Casnadi, Bapak Abdul Ghoni, Bapak Kholil yang saling memberikan dukungan dan selalu berbagi informasi perkembangan belajar dan terhadap dinamika perjuangan selama menjalani pendidikan di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Tidak lupa rekan-rekan mahasiswa program Doktor Pengkajian Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2015 semoga senantiasa terjalin ukhuwah dan bermanfaat ilmu yang didapat untuk agama, bangsa dan negara.

Penulis pun tidak lupa mengucapkan ribuan terima kasih lainnya kepada

seluruh yang terlibat dalam proses penyelesaian penulisan karya ilmiah ini. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna dengan berbagai kekurangan yang ada. Oleh karena itu, masukan-masukan berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas tulisan di kemudian hari.

Wa ṣallallāhu ‘alā nabiyyinā Muhammadin wa ‘alā ʼālihi wa ṣahbihi wa sallama taslīman kathīrā.

Jakarta, 17 Desember 2018

Abdul Wahid

Page 6: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan kesesuaian pelaksanaan

prinsip syariah pada implementasi produk investasi emas di Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah. Penelitian ini melakukan komparasi konsep dan implementasi produk murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah yang dimulai dari pelaksanaan akad transaksi, penerapan sanksi dan jaminan keamanan dalam investasi sampai kepada mekanisme pengawasan transaksi kedua produk investasi emas tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif explanatif dengan pendekatan fenomenologi dan pendekatan hukum ekonomi Islam. Adapun sumber data primer adalah Fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan murābaḥah emas dan rahn emas, hasil in-depth interview dan dokumen internal kedua lembaga tempat penelitian. Sedangkan sumber data sekunder berupa regulasi dan aturan produk murābaḥah emas dan rahn emas dari OJK, artikel, buku dan jurnal-jurnal yang relevan untuk menganalisa konsep dan implementasi pada transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah. Penelitian ini menggunakan teori Ibn Taimiyyah yang mengatakan bahwa pada kondisi tertentu emas dapat berubah menjadi sil‘ah (barang dagangan) karena hilangnya ‘illat al-thaman. Emas dalam bentuk perhiasan yang terdapat unsur buatan manusia tidak disyaratkan menjualnya dengan yang sejenis (dinar) sama beratnya, karena nilai tambah dalam pembuatannya, demikian pula dengan jual beli yang boleh dilakukan tunai ataupun tidak tunai, selama perhiasan emas tersebut tidak dimaksudkan sebagai thaman (harga, uang). Teori tersebut bertentangan dengan teori riba emas Yaḥyā Ibn Sharaf al-Nawawīy, yaitu: Keharaman jual beli emas secara tidak tunai baik dalam kondisi emas sebagai thaman (harga, uang) atau dalam kondisi emas sebagai sil‘ah (barang dagangan) bukan thaman.

Kesimpulan dari penelitian disertasi ini adalah bahwa Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah pada konsep produk murābaḥah emas dan rahn emas telah sesuai dengan aturan dan prinsip syariah akan tetapi pada tataran implementasi baik di BSM dan Pegadaian Syariah berpotensi terjadinya riba dan gharar dalam akad produk investasi emas tersebut. Selain itu peneliti mendapatkan bahwa pemahaman dan komitmen kedua belah pihak yang melakukan transaksi produk syariah (petugas pelaksana akad dari penyedia jasa keuangan syariah dan nasabah) merupakan unsur terpenting yang mampu menutup pintu pelanggaran terhadap prinsip syariah.

Disertasi ini sepakat dengan ʼAiman Muṣṭafā al-Dabbāgh (2015), M Kharrazi (2013) yang berpendapat bahwa transaksi investasi emas di LKS saat ini telah sesuai dengan prinsip syariah, selain itu penelitian ini sependapat dengan Nasaruddin (2014) yang mengungkapkan bahwa Pegadaian Syariah dalam implementasi konsep dan prosedur produk emas MULIA dengan akad murābaḥah dan rahn emas terdapat unsur riba dan gharar di dalamnya. Penelitian ini bertolak belakang dengan A. Chairul Hadi (2012) dan Erwandi Tarmizi (2012) yang mengatakan bahwa transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas di LKS Indonesia tidak sesuai dengan aturan prinsip syariah.

Keyword: investasi emas, murābaḥah, rahn

Page 7: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

ABSTRACT The purpose of this study is to prove the suitability of the implementation of

sharia principles in the implementation of gold investment products in Bank Syariah Mandiri and Pegadaian Syariah. This research compares the concept and implementation of murābaḥah gold transaction and rahn gold transaction products in BSM and Pegadaian Syariah which starts from the implementation of transaction contracts, the application of sanctions and security guarantees in investment to the monitoring mechanism of those gold investment product transactions.

This study uses explanative qualitative methods with phenomenological approach and Islamic economic law approach. The primary data source is from Fatwa DSN-MUI which is relating to murābaḥah gold and rahn gold, the results of in-depth interviews and internal documents of the two institutions that are the subject of this research. While the secondary data sources are from regulations and rules of murābaḥah gold and rahn gold products from OJK, articles, books and journals that are relevant for analyzing the concepts and implementation of murābaḥah gold and rahn gold product transactions in BSM and Pegadaian Syariah. This research uses Ibn Taimiyyah's theory which says that under certain conditions gold can turn into sil‘ah (merchandise) because of the loss of ‘illat al-thaman. Gold in the form of jewelry that contains man-made elements does not have to sell with the same value (dinar) as the weight, because the added value in its manufacture, so the transaction may be made in cash or non cash, as long as the gold jewelry is not intended as a thaman (price, money). That theory is conflicting to the theory of usury gold by Yaḥyā Ibn Sharaf al-Nawawīy, which says: The existence of buying and selling gold in cash both in gold as thaman (price, money) or in the condition of gold as sil‘ah (merchandise) is not thaman.

The conclusion of this dissertation research is that Bank Syariah Mandiri and Pegadaian Syariah on the concept of murābaḥah gold and rahn gold products are in accordance with sharia rules and principles but at the level of implementation both in BSM and Pegadaian Syariah have the potential for usury and gharar in the gold investment product contract. In addition, the researcher found that understanding and commitment of both side who are conducting sharia product transactions (contract executing officers from sharia financial service providers and customers) is the most important element that is able to close the door to violations of sharia principles.

This dissertation agrees with ʼAiman Muṣṭafā al-Dabbāgh (2015), M Kharrazi (2013) who said that the current gold investment transaction in Islamic Financial Institutions is in accordance with sharia principles, besides that this study agrees with Nasaruddin (2014) who revealed that Pegadaian Syariah in the implementation of the concepts and procedures of Mulia gold products with the murābaḥah contract and rahn gold contained elements of usury and gharar in them. This research is contrary to A. Chairul Hadi (2012) and Erwandi Tarmizi (2012) who said that the murābaḥah gold and rahn gold product transactions in Indonesian Islamic Financial Institutions are not in accordance with the rules of sharia principles. Keyword: gold investment, murābaḥah, rahn

Page 8: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

الملخص

مة تطبيق مبادئ الشريعة في تطبيق منتجات الاستثمار في الذهب ئ الهدف من هذ الدراسة هو إثبات مدى ملا

رابحةوم وتطبيق م. يقارن هذا البحث مفهPegadaian Syariah و Syariah Mandiri في بنك

المعاملات وتطبيق والتي تبدأ من تنفيذ عقود Pegadaian Syariah و BSM في الذهب نرهالذهب و

.العقوبات والضمانات الأمنية في الاستثمار إلى آلية مراقبة معاملات المنتجات الاستثمارية الذهبية

تستخدم هذ الدراسة الأساليب النوعية التوضيحية مع مقاربات وتوجهات الظواهر في القانون الاقتصادي

ة مرابحالمتعلقة ب الشريعة في مجلس العلماء إندونيسيامن قسم الإسلامي. مصدر البيانات الأساسي هو فتوى

، ونتائج المقابلات المتعمقة والوثائق الداخلية لمركزي البحث. في حين أن مصادر البيانات ورهن الذهبالذهب

والمقالات OJKوالمرايا من ورهن الذهبالذهب ة مرابحالثانوية هي اللوائح والقواعد الخاصة بمنتجات

و BSMمجلات ذات الصلة بتحليل مفاهيم وتنفيذ معاملات الذهب والراهبات للمراهبات في والكتب وال

Pegadaian Syariah يستخدم هذا البحث نظرية ابن تيمية التي تقول إنه في ظل ظروف معينة، يمكن أن .

وي على لا يشترط على الذهب في شكل مجوهرات تحت ية.الثمن علةبسبب فقدان السلعةيتحول الذهب إلى

، وكذلك البيع والشراءان أن يبيع نفس (الدينار) كالوزن، لأن القيمة المضافة في صناعتهعناصر من صنع الإنس

الربا والمال). النظرية مخالفة لنظرية ،الذهب لا يقصد به ثمارا (السعر ، طالما أنيمكن أن تتم نقدا أو ليس نقدا

، المال) أو الذهب نقدا في الذهب على أنه ثمن (السعربيع وشراء ، وهي: وجود بن شرف النووييحيى الذهبية

ن.ثمالة (البضاعة) لا سلعالة الذهب كالفي ح

على مفهوم منتجات Pegadaian Syariah و Syariah Mandiri اختتام البحث هذا هو أن بنك

يتوافقان مع قواعد ومبادئ الشريعة الإسلامية ولكن على مستوى التنفيذ في كل من ورهن الذهبالذهب ة مرابحب

BSM و Pegadaian Syariah بالإضافة إلى ار في عقد الاستثمار في الذهبر لديها إمكانية الربا والغ ،

ة (ضباط تنفيذ ذلك، وجد الباحث أن التفاهم والالتزام من كلا الطرفين اللذين يديران معاملات منتجات الشريع

العقود من مقدمي الخدمات المالية والشركاء) هم العنصر الأهم الذي يستطيع إغلاق الباب أمام انتهاكات مبادئ

.الشريعة الإسلامية

) الذي يجادل بأن صفقة الاستثمار 2013، م. خرازي ()2015الدباغ ( صطفىتتوافق هذ الرسالة مع أيمن م

، إلى جانب أن هذ الدراسة تتفق تتفق مع مبادئ الشريعة ت المالية الإسلاميةالمؤسسافي الذهب الحالية في

) الذي كشف أن مكاتب الرهونات الإسلامية في تنفيذ مفاهيم وإجراءات منتجات 2014مع نصر الدين (

الذهب المحتوي على عناصر الربا والغرار. يتعارض رهنو الذهب مع عقد مرابحة MULIAالذهب ة مرابح

اللذان يقولان إن Erwandi Tarmizi (2012)و A Chairul Hadi (2012)هذا البحث مع

الإندونيسية لا تتفق مع قواعد مبادئ المؤسسات المالية الإسلامية في رهن الذهبالذهب و ة مرابحمعاملات

الشريعة.

Page 9: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

الذهب, مرابجة, رهن استثمارالكلمات الرئيسية:

Page 10: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

ḥ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

ṣ = ص

ḍ = ض

ṭ = ط

ẓ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

◌ Fatḥah A A

◌ Kasrah I I

◌ Ḍammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

Fatḥah dan ya Ai a dan i ...ى

Fatḥah dan wau Au a dan w ...و

Contoh:

ن ḥaul : حول Ḥusain : حس

Page 11: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

3. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif ā a dan garis di atas ــــا Kasrah dan ya ī i dan garis di atas ــــي Ḍammah dan wau ū u dan garis di atas ــــو

4. Tā’ Marbūṭah (ة)

Transliterasi tā’ marbūṭah ditulis dengan “h” baik dirangkai dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah ( (مدرسة

Contoh:

نة المنورة المد : al-Madīnat al-Munawwarah

5. Shaddah

Shaddah/tashdīd pada transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.

Contoh:

nazzala : نزل 6. Kata Sandang

Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang mengikutinya, jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamariyah. Selanjutnya “الـ” ditulis lengkap baik menghadapi al-Qamariyah, contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh: al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس

Page 12: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 11 C. Perumusan Masalah ............................................................. 11 D. Pembatasan Masalah ............................................................ 12 E. Tujuan Penelitian ................................................................. 12 F. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ..................................... 12 G. Penelusuran Hasil Penelitian yang Relevan .......................... 13 H. Metode Penelitian ................................................................ 21 I. Sistematika Penulisan .......................................................... 24

BAB II INVESTASI EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM ................................................................... 27

A. Jenis-Jenis Investasi ............................................................. 27 B. Karakteristik Emas ............................................................... 28 C. Jual Beli Taqsīṭ, Murābaḥah

dan Murābaḥah Li al-’Āmir Bi al-Shirā’ ............................... 29 D. Perdebatan Teori Murābaḥah Emas ..................................... 38

BAB III PROFIL LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN PRODUK INVESTASI EMAS ......................................... 45

A. Pegadaian Syariah ................................................................ 45 B. Bank Syariah Mandiri .......................................................... 50

BAB IV KONSEP MURĀBAḤAH EMAS DAN RAHN EMAS LKS DI INDONESIA ............................... 53

A. Murābaḥah Emas ................................................................. 53 1. Landasan Bisnis Murābaḥah Emas .................................. 53 2. Landasan Produk Murābaḥah Emas ................................ 59 3. Landasan Syariah Murābaḥah Emas ............................... 63

B. Rahn Emas ........................................................................... 101 1. Landasan Produk Rahn Emas ........................................... 101 2. Landasan Syariah Rahn Emas .......................................... 103

BAB V IMPLEMENTASI TRANSAKSI PRODUK MURĀBAḤAH EMAS DAN RAHN EMAS .............................. 109

A. Transaksi Produk Murābaḥah Emas ..................................... 109 1. Bank Syariah Mandiri ..................................................... 109 2. Pegadaian Syariah ........................................................... 123

B. Transaksi Produk Rahn Emas ............................................... 126 1. Bank Syariah Mandiri ..................................................... 126 2. Pegadaian Syariah ........................................................... 133

BAB VI JAMINAN KEAMANAN DAN SANKSI ................................. 139 A. Jaminan Keamanan ............................................................... 139

1. Emas Sebagai Objek Transaksi ....................................... 139 2. Ganti Rugi (Ta‘wīḍ) ......................................................... 141

Page 13: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

B. Penerapan Sanksi .................................................................. 147 1. Nominal/Besaran Denda ................................................. 147 2. Mekanisme Pengambilan Denda ..................................... 153

BAB VII PENUTUP ................................................................................. 163 A. Kesimpulan .......................................................................... 163 B. Saran dan Implikasi Penelitian ............................................. 164

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 165 GLOSARIUM ............................................................................................. 177 INDEKS ...................................................................................................... 181 RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 183 LAMPIRAN

Page 14: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Jual Beli ...................................................................... 31 Tabel 2.2 Penerapan skema piramida terbalik dalam angsuran ...................... 33 Tabel 5.1 Simulasi cicil emas 25 gr BSM ...................................................... 116 Tabel 5.2 Simulasi cicil emas 50 gr BSM ...................................................... 117 Tabel 5.3 Angsuran pembiayaan murābaḥah emas BSM ............................... 118 Tabel 5.4 Perkembangan Pertumbuhan rahn di BSM .................................... 127

Page 15: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Grafik fluktuasi harga emas harian 30 hari terakhir .................... 9 Gambar 1.2: Grafik fluktuasi harga emas harian 90 hari terakhir .................... 9 Gambar 1.3: Grafik fluktuasi harga emas 6 bulan terakhir ............................. 10 Gambar 1.4: Grafik fluktuasi harga emas 1 tahun terakhir ............................. 10 Gambar 3.1: Grafik peningkatan omzet bisnis emas Pegadaian Syariah ......... 47 Gambar 3.2: Grafik outstanding pinjaman produk Mulia Pegadaian Syariah .. 47 Gambar 3.3: Grafik peningkatan margin produk Mulia Pegadaian Syariah .... 48 Gambar 3.4: Grafik perkembangan

jumlah nasabah bisnis emas Pegadaian Syariah ................................ 49 Gambar 5.1: Surat bukti akad pembiayaan kepemilikan emas BSM .............. 120

Page 16: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

AAOFI : Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institution

BI : Bank Indonesia BSM : Bank Syariah Mandiri BUS : Bank Umum Syariah DP : Down Payment DPS : Dewan Pengawas Syariah DSN-MUI : Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia GCG : Good Corporate Governance KC : Kantor Cabang KCP : Kantor Cabang Pembantu LKS : Lembaga Keuangan Syariah NPF : Non Performing Financing OJK : Otoritas Jasa Keuangan PBI : Peraturan Bank Indonesia PBI : Peraturan Bank Indonesia PERMA : Peraturan Mahkamah Agung Perum : Perusahaan Umum PKE : Pembiayaan Kepemilikan Emas PLS : Profit and Lost Sharing POJK : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PT : Perseroan Terbatas SDM : Sumber Daya Manusia SEBI : Surat Edaran Bank Indonesia SEOJK : Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan UU : Undang-Undang UUS : Unit Usaha Syariah

Page 17: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ʼAiman Muṣṭafā Ḥusain al-Dabbāgh mengungkapkan polemik seputar jual beli emas pada beberapa dekade belakangan ini. Menurutnya emas yang memiliki fungsi berbeda pada masa awal datangnya Islam, berimbas kepada sistem jual beli yang terjadi di masyarakat saat ini. Beberapa dalil yang menjadi rujukan utama pelaksanaan prinsip syariah Islam dalam transaksi jual beli emas menurutnya masih bersifat umum dan membutuhkan penggalian lebih mendalam untuk mendapatkan sebuah kesimpulan hukum terhadap pengembangan mekanisme jual beli emas saat ini. ʼAiman Muṣṭafā Ḥusain al-Dabbāgh sebagaimana terdapat pada hasil akhir penelitiannya menyebutkan bahwa mekanisme jual beli emas secara tidak tunai yang beredar di masyarakat saat ini merupakan hal yang dihalalkan dalam Islam, kesimpulan tersebut didapat oleh ʼAiman setelah mengkaji berbagai pandangan para ulama terhadap dalil-dalil yang berhubungan dengan transaksi jual beli emas.1

Syed Ehsanullah Agha, Abdul Rahman Saafi dan Obaidullah Abdul Qayoom dalam penelitiannya terhadap beberapa bank penyedia fasilitas pembiayaan syariah dalam investasi emas di Malaysia, menyebutkan bahwa masyarakat di Malaysia mulai beralih untuk berinvestasi emas sesuai syariah dalam melindungi kekayaan mereka. Dari 7 bank di Malaysia yang menjadi objek penelitian, hanya 1 yang memberikan fasilitas pembiayaan rekening tabungan investasi emas sesuai syariah dengan mengacu kepada pendapat yang membolehkan hal tersebut.2

Fenomena pembiayaan jual beli emas syariah tak hanya ada di Malaysia, beberapa perbankan syariah di Indonesia telah mengeluarkan produk baru yang dapat dikatakan sama, dengan menggunakan emas sebagai objek dari penawaran produk tersebut. Emas memang menjadi salah satu alat tukar yang memiliki daya jual yang tetap tinggi. Perbankan syariah mulai mengeluarkan model dan mekanisme jual beli atau sistem gadai emas. Akan tetapi pada prakteknya sistem pembiayaan, jual beli dan gadai emas ini memunculkan banyak kontroversi. Bukan hanya pada perbankan syariah, perbankan konvensional serta lembaga-lembaga keuangan yang legal maupun ilegal berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari produk ini. Tidak sedikit masyarakat yang antusias untuk menikmati produk ini karena mengharapkan keuntungan yang cukup menggiurkan.

1 ʼAiman Muṣṭafā Ḥusain al-Dabbāgh, “Ḥukmu Bai‘ al-Dhahab Binuqūd

Waraqiyyah ’Ājilah (naẓrah fiqhiyyah mu‘āṣirah)”, Journal of Sharia & Islamic Studies, (2015), Vol. 30, 308.

2 Syed Ehsanullah Agha, Abdul Rahman Saafi dan Obaidullah Abdul Qayoom, “Gold Investment from Islamic Perspective: The Case of Malaysia”, International Journal of Economics and Finance, (2015), Vol. 7, No. 5, 184.

Page 18: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

2

Mohammad Ihsan Palaloi menyebutkan keunikan emas sebagai pilihan yang dapat dikategorikan sesuatu yang unggulan, elegan, prestisius dan sebagainya. Hal ini tak lain dikarenakan emas adalah logam Mulia, dikatakan logam Mulia karena dalam keadaan murni (dalam udara biasa) emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat,3 maka tak aneh rasanya jika masyarakat Indonesia pun ingin menikmati investasi yang mereka nilai lebih aman di masa yang akan datang dengan minimnya risiko.

Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang lahir dengan beragam dukungan di tengah-tengah masyarakat terutama para tokoh ekonom Islam, beberapa dekade terakhir selalu memunculkan inovasi-inovasi baru dalam produknya. Salah satunya adalah tawaran produk investasi emas. Tak heran memang produk investasi emas ini selain menjadi incaran, juga menjadi solusi ketenangan bagi masyarakat yang ingin berinvestasi dalam bentuk lain. Selain perbankan syariah, Lembaga Keuangan Syariah lainnya yang mengeluarkan produk yang sama adalah Pegadaian Syariah. Pegadaian Syariah mengeluarkan model investasi emas dengan varian yang lebih banyak walaupun masih dalam satu bentuk yaitu murābaḥah.

Menurut Nunung Uswatun Habibah produk gadai emas yang merupakan andalan dari Pegadaian Syariah kini tak lagi dipandang sebagai sebuah produk pembiayaan akan tetapi berkembang sebagai bentuk investasi.4 Selain gadai emas, peredaran emas yang cukup signifikan di Indonesia membuat produk murābaḥah emas pun sebagai investasi yang dapat memberikan imbal dan keuntungan melebihi investasi dengan risiko tinggi lainnya. Emas yang dipandang likuid, ketika pemegang objek tersebut membutuhkan dana segar dapat langsung digadaikan di Pegadaian Syariah atau bahkan dapat dijadikan objek kerjasama dalam bentuk produk murābaḥah lainnya.

Bank Syariah yang mengeluarkan produk pembiayaan jual beli emas secara tidak tunai tersebut di antaranya adalah: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah ) dan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRI Syariah ). Bank Syariah Mandiri menamakan produk tersebut dengan BSM Cicil Emas, yaitu Fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk membantu nasabah dalam membiayai pembelian/kepemilikan emas berupa lantakan (batangan) dengan Cara Mudah Punya Emas dan Menguntungkan (slogan yang BSM jadikan brand untuk produk tersebut).5 Adapun produk BNI Syariah Kepemilikan Emas, Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan Emas) merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk

3 Mohamad Ihsan Palaloi, Tuti Agustini, Rudi Kurniawan, Kemilau Investasi

Emas: Menjaga dan Melejitkan Kesehatan Finansial dengan Emas, (Jakarta: Science Research Foundation, 2012), 5.

4 Nunung Uswatun Habibah, “Perkembangan Gadai Emas Ke Investasi Emas Pada Pegadaian Syariah”, Amwaluna, (2017), Vol. 1 No. 1, 81.

5 Lihat: http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/emas/bsm-cicil-emas/ Diakses pada tanggal 1 Juni 2016.

Page 19: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

3

membeli emas logam Mulia dalam bentuk batangan yang diangsur secara pokok setiap bulannya melalui akad murābaḥah (jual beli).6

Salah satu kebijakan yang disampaikan oleh Direktur Utama Bank Syariah Mandiri di tahun 2016 pada analisa kinerja Bank Syariah Mandiri di tahun tersebut adalah membagi segmen bisnis menjadi 2 bagian, yaitu segmen retail dan segmen wholesale. Kemudian segmen retail dibagi menjadi beberapa unit yaitu consumer yang membawahi pembiayaan griya, pensiun, otomotif, haji, pembiayaan mikro, busisness banking dan pembiayaan emas.7 Retail Banking merupakan prioritas dan fokus bisnis Bank Syariah Mandiri pada coorparate plan 2016-2020 yang di dalamnya termasuk pembiayaan untuk gadai dan cicil emas.8 Pada tahun berikutnya Dewan komisaris Bank Syariah Mandiri memberikan beberapa arahan yang salah satunya berkaitan dengan usaha meningkatkan fee based income adalah dengan upaya meningkatkan islamic sector solution yaitu bisnis gadai emas, umrah dan jual beli mata uang asing dalam bentuk SAR (Saudi Arabian Riyal) serta peningkatan pada electronic banking, cash management dan sebagainya.9

Toni E. B. Subari Direktur Utama Bank Syariah Mandiri dalam Laporan Tahunan pada analisa realisasi kinerja dengan target tahun 2017 menyampaikan bahwa penyaluran gadai emas sebagai hasil dari Aliansi dengan Group Mandiri mencapai Rp. 55,71 triliun. Adapun untuk pembiayaan cicil emas sebesar Rp. 7,22 triliun. Toni E. B. Subari menyebutkan bahwa pembiayaan gadai dan cicil emas memiliki andil dalam segmen retail BSM selain BSM Griya, Oto, Haji Umrah dan lainnya. Semula hanya sebesar Rp. 30,78 triliun berhasil tumbuh 11,48% mencapai Rp 34,31 triliun.10 Salah satu program sinergi BSM dengan Mandiri Group adalah gadai dan cicil emas. Program yang diformat dengan bentuk cross-sell dan atau refferal ini berhasil melebihi dari target yang telah ditetapkan. Pada bulan Juli 2017 dilakukan pemasaran bersama produk gadai dan cicil emas kepada nasabah institusi Bank Mandiri adapun refferal produk gadai dan cicil emas telah berjalan di cabang dan kantor pusat Bank Mandiri.11

Mahendra Nusanto menyampaikan bahwa pertumbuhan bisnis emas BSM sampai dengan April 2018 sangat signifikan. Pada tanggal 30 April 2018 pertumbuhan tersebut sebesar 14% atau dapat dikatakan portofolio cicil dan gadai emas di BSM mencapai Rp. 2,5 triliun. Kemudian beliau pun menjelaskan bahwa minat masyarakat untuk gadai dan cicil emas cenderung tinggi. Hal tersebut tercermin dari omset bisnis emas yang terus meningkat pada setiap bulannya. Cicil emas terlebih gadai emas yang dapat diakses di hampir seluruh

6 Lihat: http://www.bnisyariah.co.id/en/produk/bni-syariah-kepemilikan-emas

Diakses pada tanggal 1 Juni 2016. 7 Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2016 Tumbuh Berkualitas, 2017, 44. 8 Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2016 Tumbuh Berkualitas, 2017, 111. 9 Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2017 Tumbuh Sehat Berkelanjutan

Mengalirkan Berkah Untuk Negeri, 2018, 231. 10 Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2017 Tumbuh Sehat Berkelanjutan

Mengalirkan Berkah Untuk Negeri, 2018, 40. 11 Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2017 Tumbuh Sehat Berkelanjutan

Mengalirkan Berkah Untuk Negeri, 2018, 94.

Page 20: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

4

outlet BSM, dapat menjadi solusi penyediaan uang tunai secara aman pada saat dibutuhkan juga murah dan mudah menurut Group Head Pawning BSM tersebut.12

Selain beberapa Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dari perbankan konvensional yang telah menggulirkan produk cicil emasnya, Pegadaian Syariah pun tak ketinggalan menawarkan beberapa produk inovasi pembiayaan kepemilikan emas secara mencicil. Mulai dari cicil emas dengan nama Mulia dan Emasku, Pegadaian Syariah juga memiliki produk tabungan emas. Nasabah dapat menabung emas dengan setiap kali tabungan emasnya dihitung dengan nilai satu gram emas pada hari dimana nasabah menambah poin investasinya.

Berbeda dengan BSM, Pegadaian Syariah dengan beragam varian produk emasnya, dalam laporan tahunan tahun 2017 mencantumkan prestasi produk retail emas telah menembus angka pertumbuhan yang cukup gemilang yaitu dengan 47,71% dari tahun sebelumnya. Nasabah produk pembiayaan MULIA13 pada tahun 2016 mencapai jumlah 93.401 nasabah, sedangkan nasabah produk tabungan emas mencapai angka 778.495 nasabah, dengan total jumlah 871.896 nasabah di tahun tersebut, meningkat pada tahun 2017 menjadi 1.287.843 nasabah, dengan rincian 87.489 dari nasabah pembiayaan MULIA dan 1.200.354 merupakan nasabah produk pembiayaan Tabungan Emas.14

Omzet bisnis emas Pegadaian Syariah pada tahun 2015 mencapai Rp. 469 miliar dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebesar 26,34% menjadi Rp. 820 miliar. Di tahun 2017 kembali mendapatkan peningkatan yang cukup fantastis yaitu mencapai angka Rp. 851 miliar. Sedangkan total omzet dengan tabungan emas menembus angka Rp. 1,253 triliun dengan peningkatan sebesar 81,18% dari tahun 2016. Adapun pendapatan margin bisnis emas Pegadaian Syariah pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 45 miliar mengalami peningkatan sebesar 28,57% di tahun 2016 memasuki angka Rp. 58 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 pendapatan margin dari bisnis emas Pegadaian Syariah kembali meningkat 33,48% dari satu tahun sebelumnya yaitu mencapai angka Rp. 77,7 miliar.15

12 Rujuk: https://keuangan.kontan.co.id/news/makin-berkilau-bisnis-emas-bank-

syariah-mandiri-tumbuh-14 diakses pada tanggal 13 September 2018. 13 Berbeda dengan BSM, Pegadaian Syariah memiliki beragam produk

pembiayaan terkait jual beli emas. Pembiayaan MULIA (dengan menggunakan huruf kapital) merupakan layanan penjualan emas batangan dari Pegadaian Syariah baik tunai maupun angsuran. Produk MULIA ini menyediakan beberapa alternatif pilihan investasi emas mulai dari 0,5 Gram sampai dengan 1 Kg dengan jangka waktu 3, 6, 12, 18, 24 bahkan 36 bulan. Adapun uang muka pada produk ini adalah sebesar 10%. Sedangkan Tabungan Emas adalah layanan jual beli emas dengan fasilitas titipan, dimana nasabah dapat membeli emas dan menitipkannya di outlet Pegadaian Syariah dengan akad tabungan (titipan) hanya dengan nominal mulai dari Rp6.000,- an atau setara dengan 0,01 gram. Rujuk: Pegadain Syariah, Semakin Muda(H) Laporan Tahunan Pegadaian Syariah, 2017, 170.

14 Pegadain, Semakin Muda(H) Laporan Tahunan Pegadaian Syariah, 2017, 171. 15 Laporan industri emas pada Unit Usaha Syariah Pegadaian ini diambil dari 3

tahun terakhir annual report Pegadain yaitu tahun 2015, 2016 sampai 2017:

Page 21: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

5

Umu Rosyidah menyebutkan bahwa pembiayaan syariah dalam jual beli emas di salah satu daerah di Indonesia, tidak menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi minat masyarakat untuk berinvestasi emas. Masyarakat yang terbiasa mendapatkan keuntungan dalam menjadikan emas sebagai objek investasi menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh.16 Tak heran di beberapa kota berkembang lainnya di Indonesia tak sedikit yang menjadi korban penipuan dengan iming-iming keuntungan yang cukup menggiurkan dari bisnis jual beli emas.

Terdapat beberapa kasus berkaitan dengan emas di Lembaga Keuangan Syariah, salah satunya adalah pada nasabah PT Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) yang mengadukan sejumlah direksi PT GTIS terkait investasi emas bodong ke Bareskrim Polri. Mereka menagih kelanjutan atas laporan kerugian nasabah senilai Rp 5,2 triliun.17 Kasus money game berkedok investasi emas Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) dan Gold Bullion Indonesia (GBI) merembet kemana-mana. Tak cuma menyeret Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menerbitkan sertifikat syariah untuk GTIS dan GBI, Bank Mega Syariah pun diduga terlibat dalam pusaran kasus investasi emas bodong itu.18

Permisalan lain beberapa tahun silam dari ulah para oknum yang memanfaatkan antusiasme masyarakat dalam membidik emas: “Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto menghimbau agar masyarakat waspada dengan ajakan berinvenstasi dengan target yang

a. Pegadaian, Mendorong Kemandirian Ekonomi Masyarakat (Promoting

Economic Self-Reliance), Laporan Tahunan 2015, 124. b. Pegadaian, Berkomitmen pada Ekonomi Kerakyatan untuk Mewujudkan

Asa Bangsa, Laporan Tahunan 2016, 124-126. c. Pegadaian, Semakin Muda(H), Laporan Tahunan 2017, 171-173.

16 Umu Rosyidah, “Minat Masyarakat Berinvestasi Emas Pada Pegadaian Shari’ah Di Lombok”, Jurnal Penelitian Keislaman, (2014), Vol. 10, No. 1, 63.

17 Ketua Forum Nasabah GTIS Santoso mengatakan, nasabah meminta GTIS terbuka, apalagi soal pengelolaan duit nasabah. "Duit yang diinvestasikan sebelum 25 Februari 2013, sebagian kecil dibawa kabur (Direksi GTIS) Ong Han Chun alias Taufiq Michael Ong. Sisanya diduga digunakan manajemen. Tidak jelas sehingga habis dananya," kata Santoso saat ditemui Metrotvnews.com di depan Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (29/4/2014). Santoso mengaku, membenamkan duit di GTIS Rp 2,1 miliar. Ia mengatakan, selama ini tidak pernah mendapat hasil dan bonus dari total investasi yang ditanamnya di GTIS. Lihat: http://news.metrotvnews.com/read/2014/04/29/236173/nasabah-gtis-minta-kejelasan-kasus-investasi-emas-bodong, diakses pada tanggal: 1 Juni 2016

18 Jejak Mega Syariah terekam di empat kantor cabang di Jawa Tengah, yakni Mega Syariah Cabang Semarang, Ungaran, Kendal dan Karangayu. Menurut seorang nasabah, dia dibujuk oleh karyawan Mega Syariah, bernama Fresiyanto Novendi yang juga berperan sebagai agen marketing GTIS dan GBI. Fresiyanto merayu nasabah agar mau membeli emas dengan skema fisik di GTIS dan GBI. Sebagai pemanis, Mega Syariah mengucurkan pembiayaan 60 persen dari harga pembelian emas GTIS dan GBI. Lihat: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/05/08/0821423/Bank.Mega.Syariah. Terseret.Kasus.Investasi.Emas. Diakses pada tanggal: 1 Juni 2016

Page 22: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

6

menguntungkan secara instan. Rikwanto mengatakan, pemilik perusahaan investasi 'bodong' biasanya memiliki target nasabah yang akan direkrut. Awalnya, nasabah pertama yang berjumlah sekitar 15 sampai 20 orang diberikan keuntungan dalam berinvestasi di perusahaannya. “Ini strategi mereka, dan warga diharap waspada,” katanya, Rabu (22/5). Namun, ketika nasabah bertambah banyak, terjadi penurunan keuntungan yang signifikan. Rikwanto mengatakan, dari kasus yang pernah ditangani pihak kepolisian, jangka waktu terjadinya penurunan sekitar sembilan bulan ke depan dari waktu awal investasi. Di waktu tersebut, pemilik perusahaan investasi akan menarik asetnya perlahan dan mencari jawaban pertanyaan nasabah terkait keuntungan yang macet. Puncaknya, ujar Rikwanto, satu sampai 1,5 tahun perusahaan bangkrut dan investasi nasabah dilarikan dan nasabah tidak punya barang bukti, hanya lokasi perusahaan dan nama pemiliknya. Sebelumnya, Sejumlah nasabah melaporkan Direktur PT Peresseia Mazekadwisapta Abadi (PT Primaz) Budi Lasmono, dan Lie Kurniawan ke Mapolda Metro Jaya, (21/5) lalu, karena diduga telah melakukan penipuan dan penggelapan investasi emas. Nilai kerugian yang dialami nasabah diperkirakan mencapai Rp2,4 triliun dari total emas yang digelapkan sebanyak 1,9 ton emas batangan.”19

Asriani mengungkapkan bahwa Bank Mega Syariah mengajukan surat permohonan fatwa dengan No. 001/BMS/DPS/I/10 pada tanggal 5 Januari 2010 perihal murābaḥah emas. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menjawab dengan mengeluarkan fatwa pembolehan jual beli emas secara tidak tunai atau murābaḥah.20 Secara legal setelah dikeluarkannya hasil dari fatwa tersebut, seluruh perbankan syariah wajib menggunakan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) terkait murābaḥah emas sebagai rujukan utama dalam mengimplementasikan produk jual beli emas secara tidak tunai.

Dengan adanya fatwa dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) tidak serta merta menjadikan masyarakat tenang terhadap akad yang digulirkan oleh beberapa Perbankan Syariah di Indonesia. Perdebatan seputar hukum Islam yang menjelaskan boleh atau tidaknya jual beli emas dilakukan dengan cara tidak tunai senantiasa muncul di permukaan. Sampai penelitian ini dilakukan polemik seputar hukum transaksi tersebut masih hangat menjadi perbincangan. Pihak yang kontra dengan apa yang telah diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai fatwa yang dijadikan dasar utama produk jual beli emas secara tidak tunai bukan tanpa berlandaskan dalil tentunya. Dalil-dalil yang secara jelas menyebutkan pelarangan jual beli emas secara tidak tunai menjadi rujukan bagi mereka yang mengatakan keharaman transaksi tersebut. Terlebih emas termasuk ke dalam enam dari komoditi ribawi yang disebutkan dalam hadis Rasulullah saw.

19rujuk: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-

nasional/13/05/22/mn6xth-polisi-ungkap-strategi-penipuan-investasi Diakses pada tanggal: 6 November 2016

20 Asriani, Investasi Emas Dalam Perpektif Hukum Islam, Al-‘Adalah, (2015), Vol. XII, No. 4, 863.

Page 23: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

7

ثـنا ثـنا حد ، حد ثـنا إسماعيل بن مسلم العبدي ثـنا وكيع، حد بة، حد أبو بكر بن أبي شيـ

، قال: قال رسول الله صلى الله عليه ، عن أبي سعيد الخدري ل الناجيأبو المتـوك

هب، والفضة بالفضة، والبـر بالبـر، والشعير بالشعير، والتمر الذهب «وسلم: بالذ

بالتمر، والملح بالملح، مثلا بمثل، يدا بيد، فمن زاد، أو استـزاد، فـقد أربى، الآخذ

21»والمعطي فيه سواء

Telah meriwayatkan kepada kami ʼAbū Bakr ibn ʼAbī Shaibah, telah meriwayatkan kepada kami Wakīʻ, telah meriwayatkan kepada kami ʼIsmaʻīl ibn Muslim al-ʻAbdiy, telah meriwayatkan kepada kami ʼAbū al-Mutawakkil al-Nājiy, dari ‘Abī Saʻīd al-Khudriy telah berkata: Bersabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam: “Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sha‘īr (salah satu jenis gandum) dijual dengan sha‘īr, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Barangsiapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah berbuat riba. Orang yang mengambil tambahan tersebut dan orang yang memberinya sama-sama berada dalam dosa.”

، عن مالك بن ثـنا سفيان، كان عمرو بن دينار، يحدثه عن الزهري ثـنا علي، حد حد

صرف؟ فـقال طلحة: أنا حتى يجيء خازنـنا من الغابة - أوس ، قال أنه قال: من عند

من الزهري ليس فيه زيادة، فـقال: أخبـرني مالك بن أوس سفيان: هو الذي حفظنا

سمع عمر بن الخطاب رضي الله عنه يخبر، عن رسول الله صلى الله -بن الحدثان

ر بالبـر ربا إلا هاء وهاء، «م، قال: عليه وسل هب ربا إلا هاء وهاء، والبـ الذهب بالذ

22»والتمر بالتمر ربا إلا هاء وهاء، والشعير بالشعير ربا إلا هاء وهاء

Telah meriwayatkan kepada kami ‘Aliy, telah meriwayatkan kepada kami Sufyān, bahwa ‘Amr ibn Dīnār meriwayatkan dari al-Zuhriy, dari Malik ibn ʼAus - beliau berkata: “Siapa yang memiliki tukaran (beberapa dirham untuk ditukar dengan beberapa dinar)? Kemudian Ṭalḥah berkata: “Aku, tunggu sampai datang bendahara kami dari hutan”, Sufyān berkata: “Itulah yang kami hafal dari al-Zuhriy tanpa ada tambahan, kemudian berkata: telah meriwayatkan kepada kami Malik ibn ʼAus ibn al-Ḥadathān bahwa dia telah mendengar dari ‘Umar ibn al-Khaṭṭāb raḍiallāhu ‘anhu meriwayatkan dari

21 Muslim ibn al-Ḥajjāj al-Naisabūriy, al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar binaql

al-‘Adl ‘an al-‘Adl ’ilā Rasulillāh, (Beirut: Dār ’Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, 1954), Nomor Hadis 1584, 3, 1211. Derajat Hadis ṣaḥīḥ.

22 Muḥammad ibn ’Ismā‘īl al-Bukhāriy, Ṣaḥīḥ al-Bukhāriy, (Damaskus: Dār Ṭauq al-Najāh, 2002), Cetakan Pertama, Nomor Hadis 2134, 3, 68. Derajat Hadis ṣaḥīḥ.

Page 24: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

8

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jual-beli emas dengan emas adalah riba, kecuali secara kontan, jual-beli perak dengan perak adalah riba, kecuali secara kontan, barter biji gandum dengan biji gandum adalah riba, kecuali secara kontan, dan barter tepung gandum dengan tepung gandum adalah riba kecuali secara kontan.” Sepintas memang dapat terlihat bahwa hadis di atas23 menerangkan tentang

sebuah larangan untuk menjual emas dengan emas, begitu juga perak dengan perak jika tidak dilakukan secara tunai. Apakah emas dan perak tersebut sudah dibentuk atau belum dibentuk, baik berbentuk batangan atau dalam bentuk lainnya. Ketika terjadi bentuk jual beli emas dengan emas atau perak dengan perak secara tidak tunai maka jual beli seperti ini adalah jual beli yang diharamkan. Syarat yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam hadis tersebut yang berhubungan dengan jual beli emas adalah harus dilakukan dengan cara kontan. Tidak dapat ditunda pembayarannya terlebih jika pembayarannya dilakukan dengan cara kredit (dicicil) atau sejenisnya. “Kalau dilihat dari praktek saat ini, dimana nasabah membeli emas batangan secara cicilan perbulan, lalu harga yang dicicil adalah harga yang disepakati di saat akad ditandatangani, maka ini merupakan tindakan jual beli tidak tunai (hutang)”.24

Secara tersirat hadis di atas pun seolah menyampaikan sebuah mekanisme yang wajib dijalankan bagi siapapun yang ingin melakukan transaksi jual beli emas atau perak. Penafsiran hadis yang dibawa ke arah mekanisme akad jual beli emas atau perak secara tunai menjadi dasar yang menguatkan pendapat haramnya akad tersebut jika dilakukan dengan mekanisme berlawanan. Selain beberapa dalil yang menjadi rujukan utama bagi kubu yang kontra terhadap fatwa yang ada, fluktuasi harga emas seolah menjadi pembenaran terhadap keumuman dari dalil-dalil yang disampaikan dan menjadi penguat pendapat mereka untuk menolak fatwa tentang pembolehan transaksi jual beli emas secara tidak tunai. Sebagai contoh gambaran akan cepatnya perubahan harga emas di Indonesia penulis mengambil grafik di bawah ini:25

23 Beberapa hadis lain yang serupa tentunya tidak penulis sebutkan di bab awal

penelitian ini, karena akan menjadi pembahasan yang masuk pada bab-bab inti. 24 Henri Tanjung, Suyud Arif, Kholil Nawawi, Investasi Emas Menurut Syariah,

(Bogor: Universitas Ibn Khaldun, 2013), 67. 25 https://www.seputarforex.com/data/harga_emas_hari_ini/ diakses pada tanggal

06 Agustus 2018

Page 25: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

9

Gambar 1.1

Sumber: http://odnv.co.id/grafik-harga-emas-antam

Gambar 1.2 Sumber: http://odnv.co.id/grafik-harga-emas-antam

Page 26: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

10

Gambar 1.3

Sumber: http://odnv.co.id/grafik-harga-emas-antam

Gambar 1.4

Sumber: http://odnv.co.id/grafik-harga-emas-antam26

26 Seluruh grafik fluktuasi harga emas yang Penulis cantumkan, baik per 30 dan 90

hari terakhir, 6 bulan dan 1 tahun terakhir diperoleh dari sumber http://odnv.co.id/grafik-harga-emas-antam diakses pada tanggal 11 Februari 2019.

Page 27: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

11

Pegadaian Syariah yang pada awalnya muncul sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat pada saat itu, beberapa tahun terakhir pun berusaha mengembangkan sayap bisnisnya. Tentunya pengembangan sayap bisnis ini diharapkan tidak mengeluarkan Pegadaian Syariah dari rel awal tujuan pengadaan lembaga yang lebih identik dengan lembaga sosial tersebut.

Produk investasi emas baik di Perbankan Syariah atau di Pegadaian Syariah memang terlihat menggiurkan pihak nasabah dan juga pihak pemberi jasa layanan syariah tersebut. Akan tetapi transaksi atau produk jual beli emas secara tidak tunai dengan adanya polemik yang berasal dari pemahaman terhadap beberapa dalil dasar dari transaksi ini, membuatnya berbeda dengan produk lainnya. Seyogyanya produk ini mendapat perhatian ekstra dari hulu ke hilir karena kesensitifan dari mekanisme akad pada objek yang digunakan.

Tampaknya sangatlah pantas, dengan masuknya emas ke dalam komoditi ribawi, jika pengawasan terhadap implementasi pada akad transaksi produk investasi emas di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia menjadi pekerjaan rumah utama. Ancaman terhadap ribanya sebuah akad, tentunya hal yang paling dihindari oleh Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang kian hari berusaha mendapatkan simpati dari masyarakat terhadap komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip.

Dari beberapa uraian di atas, maka pada disertasi ini penulis mencoba untuk melakukan komparasi seputar transaksi produk investasi emas pada Perbankan Syariah dengan Pegadaian Syariah.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan di atas, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan antara lain; 1. Polemik seputar fatwa jual beli emas secara tidak tunai pada kondisi saat

ini, dimana ‘illat al-thaman pada emas telah hilang. 2. Efektifitas Fatwa DSN-MUI terkait investasi emas yang berawal dari

polemik terhadap hukum boleh atau tidaknya transaksi jual beli emas secara tidak tunai dan kerap memunculkan keraguan di masyarakat untuk melakukan transaksi tersebut di Lembaga Keuangan Syariah.

3. Tingginya minat masyarakat akan produk investasi emas di Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah menuntut kepastian ketersediaan objek tersebut baik pada Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah maupun pada lembaga yang menjadi produsen atau penjual sebagai mitra dari Lembaga Keuangan Syariah.

4. Implementasi transaksi produk murābaḥah emas pada Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah.

5. Implementasi transaksi produk rahn emas pada Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah.

6. Permainan para oknum yang memanfaatkan kemudahan transaksi investasi emas baik dalam bentuk murābaḥah emas atau rahn emas pada Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah.

Page 28: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

12

7. Risiko yang timbul dari dampak fluktuasi harga emas sebagai objek akad produk investasi.

8. Keterbatasan fasilitas penyimpanan emas pada kantor-kantor cabang Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah tempat berlangsungnya akad transaksi produk investasi emas.

9. Keterbatasan SDM yang memahami hukum ekonomi Islam terlebih yang menguasai akad-akad dan mekanisme transaksi produk investasi emas di Perbankan Syariah dan Pegadaian Syariah.

C. Perumusan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka dalam penulisan disertasi ini penulis memilih pertanyaan mayor, yaitu bagaimana implementasi transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas pada Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah. Selain itu beberapa pertanyaan minor dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana konsep murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan

Pegadaian Syariah? 2. Bagaimana BSM dan Pegadaian Syariah memberikan jaminan keamaan

terhadap emas sebagai objek akad pada produk murābaḥah emas dan rahn emas?

3. Bagaimana mekanisme penerapan sanksi yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah terhadap nasabah produk murābaḥah emas dan rahn emas?

D. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang teridentifikasi di atas, disebabkan dengan luasnya permasalahan serta keterbatasan waktu yang penulis miliki, yang mana waktu penelitian ini adalah pada bulan Januari sampai dengan bulan September pada tahun 2018, penulis hanya mengambil satu Bank Syariah di antara beberapa bank yang mengeluarkan produk jual beli emas secara tidak tunai dan gadai emas yaitu produk murābaḥah emas dan rahn emas Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk dilakukan komparasi dengan produk emas MULIA dengan rahn emas Pegadaian Syariah.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka secara garis besar tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan kesesuaian pelaksanaan prinsip syariah pada implementasi produk murābaḥah emas dan rahn emas dengan melakukan komparasi terhadap produk investasi emas tersebut di dua LKS Indonesia yaitu BSM dan Pegadaian Syariah. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah; 1. Membuktikan kesesuaian syariah pada konsep produk murābaḥah emas

dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah.

Page 29: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

13

2. Menguji kesesuaian pelaksanaan prinsip syariah pada jaminan keamanan produk murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah.

3. Menguji kesesuaian pelaksanaan prinsip syariah pada penerapan sanksi produk murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah.

F. Siginifikansi dan Manfaat penelitian

Signifikansi dari penelitian ini adalah fokus penelaahan utama pada implementasi murābaḥah emas dan rahn emas disertai analisis tidak hanya pada konsep dari kedua produk investasi emas tersebut akan tetapi disertai dengan studi komparatif implementasi produk tersebut di BSM dan Pegadaian Syariah. Kemudian dalam penulisan disertasi ini penulis memberikan beberapa rekomendasi sebagai solusi kepada kedua LKS yang menjadi tempat penelitian terkait beberapa temuan yang didapat, sebagai hasil dalam penelitian ini. Selain itu penulis berusaha menjelaskan secara mendalam terhadap perbedaan pendapat tentang mekanisme jual beli emas secara tidak tunai dengan menggunakan dua pendekatan berbeda yaitu pendekatan fenomenologis dan pendekatan hukum ekonomi Islam.

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi bagi para praktisi Perbankan Syariah dalam menjalankan dan mengembangkan produk investasi emas.

2. Penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi bagi para nasabah yang akan berinvestasi emas di Perbankan Syariah.

3. Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan secara umum dan khususnya dalam keilmuan ekonomi Islam.

4. Penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi para penulis setelahnya dan juga sebagai perbandingan dalam penelitiannya.

G. Penelusuran Hasil Penelitian yang Relevan

Sejauh ini dengan didasari kekurangan dan keterbetasan pengetahuan,

penulis mendapatkan beberapa penelitian yang relevan dengan apa yang menjadi fokus penelitian disertasi ini, namun permasalahan yang diangkat berbeda dengan batasan dan rumusan masalah dalam penelitian disertasi yang penulis mencoba mengangkatnya. Adapun beberapa penelitian tersebut adalah: 1. Menimbang gadai emas sebagai instrumen investasi syariah, oleh A.

Chairul Hadi.27 Penelitian ini mengangkat fenomena masyarakat Indonesia yang melakukan investasi dengan “berkebun emas” pada Lembaga Keuangan Syariah yang ada di Indonesia. Dalam penelitiannya A. Chairul Hadi memulai dengan melihat aspek-aspek hukum gadai secara syariah dengan menyertakan beberapa akad yang berhubungan dan dilakukan pada

27 A. Chairul Hadi, “Menimbang Gadai Emas Sebagai Instrumen Investasi

Syariah”, al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, (2012), Vol. IV, No. 2, 181-200.

Page 30: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

14

saat melakukan gadai. Kemudian A. Chairul Hadi menyimpulkan bahwa emas merupakan barang ribawi dan segala transaksi ekonomi yang berkaitan dengan jual beli emas dan lainnya haruslah sesuai dengan aturan syariah jika tidak ingin terjatuh ke dalam transaksi ribawi. Adapun produk yang dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia bukanlah melakukan investasi dengan menabung atau dikenal dengan istilah berkebun emas, akan tetapi lebih kepada peminjaman uang dengan memanfaatkan emas yang digadaikan. Penelitian ini lebih memfokuskan permasalahan pada aplikasi gadai emas yang ditawarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Adapun yang ingin penulis lakukan pada penelitian ini adalah seluruh bentuk atau model investasi emas pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.

2. Gold Investment Account in Kuwait Finance House (M) Berhad and Maybank Berhad oleh Syed Alwi, S. F., Suhaimi, M dan Mohamed Kamil.28 Penelitian ini mengungkapkan hasil komparasi produk investasi emas di bank syariah Kuwait Finance House dengan bank konvensional di Malaysia yaitu Maybank. Kedua lembaga keuangan yang menjadi tempat penelitian sama-sama mengeluarkan produk investasi emas pada musim emas mengalami nilai yang cukup rendah kepada nasabah dengan menggunakan iming-iming penjualan yang tepat di saat harga emas tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Syed Alwi dan kawan-kawan menggunakan metode kualitatif dengan menjadikan hasil wawancara dari para bankir dua lembaga keuangan tersebut sebagai sumber data primer. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa produk investasi emas di bank syariah Kuwait Finance House lebih baik dari produk investasi emas di Maybank. Keunggulan tersebut berdasarkan hasil pengamatan terhadap keberadaan atau kejelasan objek akad yaitu emas bagi nasabah pada saat transaksi berlangsung. Hal ini tentunya dapat memberikan jaminan keamanan kepada nasabah bank syariah itu sendiri terkait emas yang diinvestasikan.

3. Investment in gold as an example of alternative investment - in the context of capital market in Poland oleh Agnieszka Moskal dan Danuta Zawadzka.29 Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan analisa terhadap data tingkat pengembalian investasi di pasar modal yang ada di negara Polandia, dimana tingkat pengembalian investasi emas dibandingkan dengan investasi saham dan obligasi. Penggunaan data yang didapatkan dari penawaran dan nilai pendapatan emas yang ada di beberapa negara pemasok emas di dunia, data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan selama beberapa tahun, dimulai dari tahun

28 Syed Alwi, S. F., Suhaimi, M dan Mohamed Kamil, “Gold Investment Account

in Kuwait Finance House (M) Berhad and Maybank Berhad”, GJAT: Global Journal Al-Thaqafah, (2013), Vol. 3, No. 1, 31-39.

29 Agnieszka Moskal dan Danuta Zawadzka, “Investment in gold as an example of alternative investment - in the context of capital market in Poland”, International Journal of Economics and Management, (2014), Vol. 3, No. 23, 330-343.

Page 31: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

15

2001 sampai dengan tahun 2013. Data yang diperoleh selain data dari sepuluh negara pemasok emas terbesar juga didapatkan dari beberapa lembaga pemasok emas internasional. Penelitian ini menyimpulkan bahwa investasi emas selain lebih menguntungkan dari investasi lainnya juga memiliki risiko yang dapat dikatakan terendah. Akan tetapi di Polandia investasi ini masih pada tahapan membangun belum mengarah kepada tingkat yang signifikan. Investor masih melihat bentuk-bentuk investasi lainnya selain dari emas karena terpengaruh oleh kegiatan pasar modal secara klasik. Dapat dikatakan pergerakan informasi tentang investasi emas yang masih tergolong baru, kurang menarik daya pikat bagi para investor di Polandia.

4. Kajian akad pembiayaan logam Mulia untuk masyarakat pada pegadaian syariah oleh Irayana Harpen.30 Penelitian ini membahas tiga permasalahan, yaitu: Pelaksanaan jual beli logam Mulia dengan akad murābaḥah dan rahn pada Pegadaian Syariah sudah sesuai dengan Hukum Islam, upaya Pegadaian dalam jual beli logam Mulia dengan akad murābaḥah dan rahn dapat sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam dan hambatan pelaksanaan jual beli logam Mulia dengan akad murābaḥah dan rahn pada Pegadaian Syariah. Penelitian ini menggunakan teori pelaksanaan akad murābaḥah dan rahn serta teori pengembangan sistem operasional Pegadaian Syariah. Adapun hasil yang disampaikan oleh penulis adalah bahwa akad murābaḥah dan akad rahn dalam pembiayaan MULIA telah sesuai syarat dan rukunnya menurut hukum Islam. Kemudian persyaratan dan prosedur pemberian pinjaman atau pembiayaan telah ditentukan oleh pegadaian syariah yang mana penentuan tersebut telah sesuai dan berdasarkan kaidah-kaidah hukum Islam. Selain itu penulis menyampaikan bahwa pembiayaan MULIA dengan akad murābaḥah dan rahn tidak termasuk dua akad dalam satu transaksi yang dilarang, karena akad murābaḥah sebagai akad pokoknya sedang akad rahn (penjaminan) merupakan asessoir. Sedangkan beberapa langkah sebagai upaya Pegadaian Syariah dalam melakukan analisis pembiyaan secara obyektif meliputi beberapa aspek: karakter (character), kemampuan (capacity), kondisi (condition), agunan (collateral/rahn) dan kepercayaan. Terakhir dalam penelitian ini disimpulkan beberapa faktor yang menjadi hambatan pelaksanaan pembiayaan MULIA dengan akad murābaḥah dan rahn pada Pegadaian Syariah adalah: faktor adanya pendapat hukum sebagian masyarakat bahwa pembiayaan MULIA dengan akad murābaḥah dan akad rahn ini termasuk dalam kategori “satu transaksi dengan dua akad yang dilarang oleh Nabi, karena barang jaminan (almarhun) belum diserahterimakan dan belum dimiliki oleh nasabah, meskipun pendapat yang lebih populer dan lebih kuat membolehkan pembiayaan MULIA karena tidak mengandung riba maupun gharar serta barang jaminan sudah

30 Irayana Harpen, “Kajian Akad Pembiayaan Logam Mulia Untuk Masyarakat

Pada Pegadaian Syariah”, Menara Riau: Jurnal Kewirausahaan, (2014), Vol. 13, No.1, 39-60.

Page 32: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

16

menjadi milik nasabah ketika terjadinya akad murābaḥah. Faktor pelaksana akad terutama dari pihak pegawai pegadaian di mana nasabah (rahin) sering tidak memahami sepenuhnya akad yang telah disepakati oleh karena blangko akad sudah disediakan oleh pihak pegadaian dan syarat-syarat perjanjian sudah tertulis dalam blangko akad. Faktor sarana yaitu Pegadaian Syariah belum didukung tempat penyimpanan yang memenuhi syarat keamanan. Faktor masyarakat di mana pembiayaan MULIA pada pegadaian syariah kurang disosialisasikan. Faktor budaya yang kurang disiplin menepati waktu dan budaya konsumeristis. Bila nasabah terlambat membayar angsuran sehari saja, maka terkena denda keterlambatan dan denda keterlambatan dalam melunasi angsuran bisa terakumulasi sehingga sangat memberatkan bagi nasabah.

5. Pembiayaan murābaḥah dalam perspektif fikih Islam, hukum positif dan hukum syariah oleh Tri Setiady.31 Penelitian ini membahas tentang produk murābaḥah yang digulirkan oleh perbankan syariah dari berbagai perspektif, yaitu perspektif fikih Islam, perspektif hukum positif dan perspektif hukum syariah. Dalam setiap perspektif, penulis memaparkan definisi murābaḥah baik secara etimologi maupun terminologi serta risiko penerapan dari produk murābaḥah itu sendiri di Perbankan Syariah. Adapun perspektif hukum ekonomi syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan dengan murābaḥah. Maka pada akhir penelitiannya penulis menyampaikan ringkasan dari berbagai perspektif tentang murābaḥah.

6. Understanding of Gold Investment Among Muslim Professionals in Terengganu, Malaysia oleh Nadhirah Nordin dan kawan-kawan.32 Penelitian ini mengangkat tentang pemahaman masyarakat Malaysia di Terengganu terhadap mekanisme investasi emas yang sesuai dengan prinsip syariah. Bertolak dari kejadian penipuan dengan menggunakan investasi emas sebagai barang jualan kepada nasabah yang telah memakan korban kurang lebih sebanyak 50.000 nasabah, penelitian ini mendalami tingkat pemahaman masyarakat terhadap teknik investasi emas itu sendiri yang sesuai dengan Fatwa Dewan Komite Nasional untuk Urusan Agama Islam Malaysia pada tahun 2011. Beberapa responden yang diuji tingkat pemahamaannya dalam penelitian ini adalah dari kaum akademisi, baik staf akademik, para tutor dan dosen sampai kepada profesor. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner yang dibagi menjadi dua bagian; A adalah demografi dari responden dan B adalah pemahaman para responden terkait investasi emas,

31 Tri Setiady, “Pembiayaan murābaḥah Dalam Perspektif Hukum Islam Fiqh

Islam, Hukum Positif Dan Hukum Syariah”, Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, (2014), Vol. 8, No. 3, 517-530.

32 Nadhirah Nordin dan kawan-kawan, “Understanding of Gold Investment Among Muslim Professionals in Terengganu, Malaysia”, Mediterranean Journal of Social Sciences, (2015), Vol. 6, No. 3, 110-115.

Page 33: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

17

yang kemudian data yang didapat diolah dengan metode analisis deskriptif dan dengan menggunakan regresi linier. Penekanan penelitian ini ada pada pemahaman produk investasi emas dari kaum profesional, dengan penekanan ini hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak berpengaruh signifikan tingkat pengetahuan di masyarakat terhadap pemahaman produk investasi emas di daerah Terengganu Malaysia.

7. Kajian perbandingan tingkat pengembalian dan risiko antara investasi emas dan saham syariah oleh Tais Khuron.33 Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja antara tingkat pengembalian dan risiko antara emas dan saham syariah. Perhitungan dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian aktual pada emas dan saham JII, tingkat risiko pada emas dan saham syariah, dan korelasi antara tingkat pengembalian dan risiko pada emas dan saham syariah. Hasil yang didapat menunjukkan kinerja saham masih lebih baik dibandingkan emas dalam hal tingkat pengembalian dalam jangka waktu 6 tahun karena tingkat pengembalian saham-saham lebih tinggi dibandingkan emas walaupun tingkat risiko emas lebih rendah dibandingkan saham-saham tersebut.

8. Gold Investment From Islamic Perspective: The Case of Malaysia.34 Penelitian yang dilakukan di negara Malaysia terhadap 2 bentuk produk investasi emas pada perbankan syariah menyimpulkan bahwa; produk investasi emas pertama adalah dengan membeli emas dalam bentuk batangan. Adapun bentuk yang kedua adalah dalam bentuk sertifikat. Sertifikat sebagai tanda bukti pembelian emas ini memiliki nilai yang dapat dijadikan alat untuk media bisnis atau investasi lainnya. Dari 7 bank yang menjadi tempat penelitiannya, penulis mengatakan bahwa hanya 1 bank yang melaksanakan produk investasi emas dengan bentuk yang kedua, yaitu mengeluarkan produk jual beli emas dengan hanya bentuk sertifikat yang diterima oleh nasabah. Adapun 6 bank lainnya tidak sepakat dengan produk investasi emas bentuk tersebut, tetap dengan menjual produk jual beli emas dalam bentuk batangan.

9. Ḥukmu Bai‘ al-Dhahab Binuqūd Waraqiyyah ’Ājilah (nazrah fiqhiyyah mu‘āṣirah) oleh ʼAiman Muṣṭafā Ḥusain al-Dabbāgh.35 Penelitian ini menjadikan pemberlakuan jual beli emas dengan emas atau dengan alat tukar lainnya secara tidak tunai sebagai rumusan masalah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yang menjadikan hadis-hadis Rasulullah saw sebagai rujukan utama untuk dianalisa dan dikeluarkan hukum-hukum yang terkandung di

33 Tais Khuron, “Kajian Perbandingan Tingkat Pengembalian Dan Risiko Antara

Investasi Emas Dan Saham Syariah”, Signifikan: Jurnal Ilmu ekonomi, (2015), Vol. 4 No. 1, 67-82.

34 Syed Ehsanullah Agha, Abdul Rahman Saafi & Obaidullah Abdul Qayoom, “Gold Investment From Islamic Perspective: The Case of Malaysia”, Internasional Jurnal Of Economic and Finance, (2015), Vol 7 No: 5.

35 ʼAiman Muṣṭafā Ḥusain al-Dabbāgh, “Ḥukmu Bai‘ al-Dhahab Binuqūd Waraqiyyah ’Ājilah (nazrah fiqhiyyah mu‘āṣirah)”, Journal of Sharia & Islamic Studies, (2015), Vol. 30, 305-362.

Page 34: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

18

dalamnya dengan menggunakan pendapat para ulama sebagai dasar dari analisa penelitian. ʼAiman mengatakan bahwa kesimpulan dalam pembahasan penelitiannya yang merupakan jawaban atas pertanyaan; apakah berlaku pengharaman jual beli emas dengan emas atau dengan perak secara tidak tunai sebagaimana yang terdapat di dalam nas-nas shar‘ī terhadap jual beli emas dengan uang kertas dengan cara tidak tunai saat ini. Hasil dari penelitiannya mengemukakan dua hal: Pertama yaitu pemarapan terkait pendapat para ulama dan dasar dari setiap pendapat tersebut, kemudian kedua analisa dan kritik terhadap pandangan fikih berkaitan dengan topik pembahasan penelitian. Dengan demikian Aiman menguatkan beberapa penelitian sebelumnya dengan mengatakan hasil analisa dalam penelitiannya bahwa jual beli emas dengan mata uang kertas yang beredar saat ini secara tidak tunai hukumnya mubāḥ/jā’iz karena ‘illah harga pada emas saat ini telah hilang.

10. Penelitian berikutnya yang penulis dapatkan masih berkisar pada permasalahan gadai emas syariah, akan tetapi penelitian ini lebih menekankan kepada aspek normatif hukum Islam dan hukum pada undang-undang di Indonesia yang terkait dengan gadai emas. Investasi emas dalam perpektif hukum Islam oleh Asriani.36 Penelitian dalam bentuk jurnal ini mengkaji bagaimana seluk beluk produk investasi emas di Bank Syariah. Mulai dari keabsahan, keuntungan dan kelemahan produk investasi emas di Bank Syariah menjadi fokus dalam penelitian. Beberapa poin penting yang dibahas oleh penulis jurnal tersebut dalam penelitiannya antara lain adalah beberapa alasan masyarakat Indonesia memilih untuk menggunakan jasa-jasa keuangan melalui Bank Syariah, fungsi dari Bank Syariah, dasar hukum produk investasi emas, keuntungan dan kelemahan investasi emas di Bank Syariah. Titik berat penelitian ada pada perdebatan hukum investasi emas baik murābaḥah emas ataupun rahn emas yang sebenarnya telah dijelaskan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Penulis jurnal penelitian ini tidak menukik kepada pendapatnya, akan tetapi dalam penelitiannya hanya sebatas memaparkan bahwa produk investasi emas di Indonesia walaupun terdapat perselisihan pendapat di dalamnya, telah memiliki legal hukum berupa Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

11. Akad murābaḥah Dalam Investasi Logam Mulia Pada Pegadaian Syariah oleh Nispan Rahmi.37 Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini dilakukan untuk mendalami akad yang digunakan oleh Pegadaian Syariah dalam produk investasi emas. Nispan Rahmi menyimpulkan hasil analisa terhadap transaksi tersebut bahwa Pegadaian Syariah menggunakan akad murābaḥah dalam aplikasi investasi Mulia (salah satu mekanisme

36 Asriani, “Investasi Emas Dalam Perpektif Hukum Islam”, al-Adalah: Jurnal

Hukum Islam, (2015), Vol. XII, No. 4, 855-866. 37 Nispan Rahmi, “Akad murābaḥah Dalam Investasi Logam Mulia Pada

Pegadaian Syariah Banjarmasin”, At-Taradhi: Jurnal Studi Ekonomi, (2015), Vol. 6, Nomor 2, 163-172.

Page 35: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

19

cicil emas) dengan terdapat 3 prosedur di dalamnya, yaitu prosedur pemesanan emas, prosedur pemberian emas dan prosedur pelunasan dengan dua sistem pembayaran (tunai dan cicilan). Penulis dalam pembahasannya selalu menyesuaikan brand Pegadaian Syariah yang memakai istilah Mulia (untuk kata emas) dalam pembiayaan murābaḥah emasnya. Pada awal pemaparan hasil penelitian, Nispan Rahmi tak hanya menyampaikan sekilas sejarah, visi dan misi yang disertai dengan arti logo dari Pagadaian Syariah sebagai objek penelitiannya juga menyuguhkan mekanisme jual beli emas secara tidak tunai sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) terkait pembolehan mekanisme tersebut. Kemudian mengungkapkan setiap langkah dari beberapa prosedur yang menjadi topik permasalahan. Penelitian kualitatif deskriptif ini menyertai pemaparan pembahasannya dengan menggunakan contoh-contoh perhitungan, untuk memberikan penjelasan lebih sebagai hasil dari analisa produk investasi logam Mulia.

12. Implementing gold investment for Malaysian Employees Provident Fund (EPF) oleh Nurshuhaida Abdul Razak, Aisyah Abdul-Rahman dan Salmy Edawaty Yaacob.38 Penelitian ini mengangkat tentang persoalan jaminan pensiunan bagi para karyawan swasta di negara Malaysia yang diselenggarakan oleh salah satu badan dengan nama The Employees Provident Fund (EPF). Lembaga penyedia jaminan pensiunan yang berdiri pada tahun 1991 ini mengeluarkan produk investasi emas sebagai tabungan atau investasi bagi para peserta jaminan pensiunan tersebut. EPF menilai bahwa emas memiliki nilai likuid yang tidak diragukan lagi, maka pemilihan emas sebagai objek investasi sangatlah tepat bagi para karyawan yang beberapa tahun kemudian akan memasuki usia pensiun. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yang memiliki tinjauan pustaka terhadap kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan oleh EPF baik syariah seperti pasar modal syariah, obligasi syariah dan investasi emas atau kegiatan keuangan yang dapat dikatakan tidak syariah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa investasi emas yang digulirkan oleh EPF sebagai jaminan pensiunan untuk para karyawan swasta di Malaysia tepat untuk saat ini. Dengan nilai emas yang dalam beberapa waktu tidak terpengaruh oleh inflasi yang dialami di beberapa negara. Akan tetapi penelitian inipun menyampaikan bahwa investasi emas yang dilakukan oleh EPF lebih teliti dalam melakukan akad dan memeriksa ketersediaan objek emas di beberapa lembaga keuangan agar transaksi investasi emas tersebut tetap berjalan sesuai dengan aturan syariah yang telah ditetapkan oleh Malaysia Securities Commission (SC).

38 Nurshuhaida Abdul Razak, Aisyah Abdul-Rahman dan Salmy Edawaty Yaacob,

“Implementing gold investment for Malaysian Employees Provident Fund (EPF)”, Geografia: Malaysian Journal of Society and Space, (2016), Vol. 12, No. 2, 27-38.

Page 36: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

20

13. Perkembangan Gadai Emas Ke Investasi Emas Pada Pegadaian Syariah oleh Nunung Uswatun Habibah.39 Penelitian ini menganalisa gadai emas pada Pegadaian Syariah yang berkembang menjadi bentuk baru yaitu investasi emas. Selain menyebutkan beberapa keunggulan gadai emas, dalam menganalisa beberapa komponen perkembangan gadai emas menjadi investasi emas tersebut penulis mengungkapkan beberapa kelemahan yang terjadi dan risiko yang kerap dihadapi oleh Pegadaian Syariah. Penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner terhadap para responden dengan jumlah 50 orang, dan jenis kuesioner berbeda terhadap 100 responden, di dalam penelitiannya mendapatkan beberapa temuan terhadap fenomena gadai emas di Perbankan Syariah objek penelitiannya yaitu: Berdasarkan jenis kelamin didapati bahwa jumlah nasabah perempuan lebih banyak dari pada jumlah nasabah laki-laki. Diliat dari frekuensi dan persentasenya, maka jumlah nasabah perempuan sebanyak 33 orang dengn tingkat persentase sebesar 66% dari total responden yang ada. Sedangkan untuk nasabah laki-laki sebanyak 17 orang dengan tingkat persentase sebesar 36% dari total jumlah responden yang ada. Berdasarkan usia diketahui bahwa nasabah yang berusia > 41 tahun lebih banyak yaitu 21 orang dengan persentase sebesar 42% dibandingkan dengan nasabah yang berumur 20-30 tahun sebanyak 10 orang dengan tingkat persentase 20% dan 31-40 tahun sebanyak 19 orang dengan tingkat persentase 38%. Sedangkan yang berumur < 20 tahun tidak ada sama sekali yaitu 0. Berdasarkan pekerjaan hasilnya adalah nasabah yang pekerjaanya wiraswasta yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase 38%, kemudian pekerjaan PNS sebanyak 15 orang dengan persentase 30%. Adapun untuk pekerjaan lain-lain buruh pabrik, tukang bakso sebanyak 16 orang dengan persentase 32 %. Berdasarakan pendapatan dapat diketahui bahwa nasabah didominasi oleh nasabah yang berpendapatan Rp. 2.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00 yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase 38%. Kemudian nasabah yang berpendapatan Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 sebanyak 9 orang dengan persentase 18% dari total jumlah responden. Selanjutnya yang berpendapat lebih dari Rp. 3.000.000,00 sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Berdasarkan data bahwa jumlah masyarakat perempuan lebih banyak dibandingan jumlah masyarakat laki-laki dari total jumlah responden yang ada yaitu 61 jumlah perempuan dan 39 jumlah laki-laki, sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan, pendidikan SMA lah yang lebih dominan yaitu sebanyak 41 orang dari total jumlah responden, dan dilihat dari lamanya menjadi nasabah di Pegadaian Syariah terdapat 38 jumlah masyarakat yang lebih dominan adalah nasabah lama.

39 Nunung Uswatun Habibah, “Perkembangan Gadai Emas Ke Investasi Emas

Pada Pegadaian Syariah”, Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah, (2017), Vol. 1 No. 1, 81-97.

Page 37: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

21

14. An Understanding of Shariah Issues on Gold Investment: A Review oleh Mohd Shahril, Ahmad Razimi, Abd Rahim Romle and Khairul Anuar Azizan.40 Penelitian ini mengangkat permasalahan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam berinvestasi emas di Malaysia. Penelitian yang menggali bagaimana model investasi emas di Lembaga keuangan yang mengeluarkan dua model investasi emas, yaitu emas secara fisik baik berbentuk koin, batangan dan bentuk fisik emas lainnya dan emas dalam bentuk lembaran sertifikat yang diterima oleh nasabah. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yang menjadikan sumber primer adalah keputusan Dewan Syariah setempat terkait konsep investasi emas dan menjadikan 7 (tujuh) bank sebagai tempat penelitian berlangsung, menyimpulkan bahwa lembaga-lembaga keuangan yang mengeluarkan dua model investasi emas di Malaysia perlu mendalami kembali bagaimana batasan-batasan syariah dalam investasi emas yang telah dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syariah setempat. Dari 7 (tujuh) bank yang mengeluarkan produk investasi emas dengan dua model tersebut, salah satu bank tempat penelitian dilakukan didapati tidak ada serah terima objek akad (taqābuḍ fi al majlis) ketika akad transaksi berlangsung. Sedangkan 6 (enam) lainnya telah menerapkan taqābuḍ fi al majlis terhadap emas sebagai objek dalam transaksi.

15. A Study on Gold as A Safer Investment Alternative Among Small and Medium Investors with Special Reference to Kozhikode District oleh Shobha.41 Penelitian yang dilakukan oleh Shobha mengangkat tentang investasi emas sebagai alternatif bagi kelompok masyarakat kecil dan menengah pada salah satu daerah di India. Sebagaimana penelitian-penelitian yang dilakukan di beberapa negara lainnya, Shobha dalam penelitiannya membandingkan potensi peluang pengembalian dan risiko antara investasi emas dengan saham dan obligasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menganalisa vilatilitas harga emas, saham dan obligasi. Selain analisa terhadap rentang fluktuasi harga, penelitian inipun menganalisa demografi dan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terhadap keputusan pemilihan salah satu opsi dari 3 (tiga) opsi investasi. Berdasarkan hasil analisa, penelitian ini menyimpulkan bahwa investasi emas sebagai alternatif investasi yang lebih aman di antara investasi lainnya. Hal ini berdasarkan dari hasil analisa terhadap volatilitas harga emas yang kurang dengan nilai 0,970124 (<1) jika dibandingkan dengan indeks saham harian dan hasil obligasi harian, bahkan hasil dari analisa terhadap rentang fluktuasi harga obligasi yang menunjukkan hasil 1,003183 (>1). Selain temuan tersebut penelitian

40 Mohd Shahril Ahmad Razimi, Abd Rahim Romle and Khairul Anuar Azizan,

“An Understanding of Shariah Issues on Gold Investment: A Review”, Asian Journal of Business Management Studies, (2017), Vol. 8, No. 1, 9-12.

41 Shobha, “A Study on Gold as A Safer Investment Alternative Among Small and Medium Investors with Special Reference to Kozhikode District”, Granthaalayah: International Journal of Research, (2017), Vol. 5, No. 11, 27-45.

Page 38: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

22

inipun menemukan bahwa analisa terhadap beberapa faktor (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, tingkat pendapatan), kualifikasi tingkat pendidikan tidak signifikan yaitu dengan nilai signifikansi hanya 5%.

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode explanatif kualitatif42

dengan menjadikan titik berat penelitian pada komparasi implementasi transaksi produk investasi emas di BSM dengan Pegadaian Syariah. Adapun tempat penelitian yaitu di BSM43 dan Pegadaian Syariah. Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Pegadaian Syariah. Bank Syariah Mandiri merupakan Bank Syariah pertama yang mengeluarkan produk investasi emas dan dapat dikatakan sebagai Bank Syariah terbesar di Indonesia saat ini. Adapun Pegadaian Syariah sebagai Unit Usaha Syariah (UUS) dari Perum Pegadaian di Indonesia adalah lembaga yang memiliki model investasi emas beragam. Walaupun kedua tempat penelitian ini pada sisi orientasi lembaga masing-masing tidak memiliki kesamaan, akan tetapi sisi menarik dalam penelitian ini adalah bahwa dalam hal investasi emas kedua lembaga yang berbeda tersebut (BSM dan Pegadaian Syariah) sama-sama mengeluarkan produk murābaḥah emas dan produk rahn emas. Selain itu BSM dan Pegadaian Syariah pun memiliki target pasar yang berbeda baik dalam produk investasi emas ataupun produk lainnya. 2. Objek Penelitian

Penulis menjadikan komparasi terhadap implementasi transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas pada 2 (dua) LKS di Indonesia yaitu BSM dan Pegadaian Syariah sebagai fokus penelitian, dengan demikian 2 (dua) produk investasi emas yaitu murābaḥah emas dan rahn emas adalah objek penelitian pada penelitian disertasi ini. 3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan beberapa tahapan berikut: a. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan

wawancara secara terbuka dan mendalam dengan unsur pimpinan pusat ataupun pimpinan cabang tempat penelitian yang telah direkomendasikan oleh kedua LKS tempat penelitian ini dilakukan. Pertama, wawancara dengan Kepala Kantor Cabang BSM Kota Bogor Jawa Barat. Dengan menggunakan beberapa pertanyaan penelitian yang terstruktur, wawancara

42 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, sikap, aktivitas sosial sampai kepada pemikiran seseorang baik secara individual ataupun berkelompok. Rujuk: Bachtiar S Bahri, “Memastikan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif”, Jurnal Teknologi Pendidikan, (2010), Vol. 10, No. 1, 50.

43 Penulis melakukan observasi terlibat di Kantor Cabang BSM Kota Bogor Jawa Barat, Kantor Cabang Pembantu BSM Merdeka Kota Bogor dan Kantor Cabang Pembantu BSM Sudirman Kota Bogor.

Page 39: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

23

ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal terkait produk murābaḥah emas dan rahn emas yang ada di BSM baik konsep, prosedur dan implementasi kedua produk tersebut. Kedua, wawancara dengan Kepala Unit Usaha Syariah Perum Pegadaian, wawancara inipun tidak lain penulis lakukan untuk mendapatkan informasi awal terkait hal-hal yang berhubungan dengan konsep dan implementasi produk murābaḥah emas dan rahn emas di UUS Pegadaian atau Pegadaian Syariah. Ketiga, wawancara dengan Ketua Departemen Syariah BSM, wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan konfirmasi terhadap implementasi yang penulis telah dapatkan setelah melakukan observasi. Keempat, wawancara dengan salah satu anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Wawancara ini penulis lakukan untuk mendapatkan kepastian akan sumber hukum dari produk investasi emas yang tidak lain bertolak dari polemik terhadap fatwa produk investasi emas itu sendiri.

b. Observasi, setelah mendapatkan informasi awal dari hasil wawancara terkait produk investasi emas di BSM ataupun di Pegadaian Syariah, penulis melanjutkan proses pengumpulan data penelitian dengan melakukan observasi. Observasi ini dilakukan tidak lain adalah menjalani dan mengikuti setiap fenomena yang ada dalam transaksi produk investasi emas di kedua LKS tempat penelitian. Selain mendapatkan hasil dari pengamatan yang ada pada kenyataan sebenarnya di kedua LKS tersebut, tujuan dari observasi inipun adalah untuk mendapatkan beberapa dokumen internal kedua LKS tempat penelitian. Observasi ini penulis lakukan dengan bentuk observasi terlibat (participan observation) dimana penulis melibatkan diri sebagai nasabah di beberapa cabang yang melayani transaksi produk investasi emas, baik cabang dari Bank Syariah Mandiri maupun Pegadaian Syariah.

c. Studi dokumentasi, metode ini dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder dari BSM dan Pegadaian Syariah yang menjadi tempat penelitian. Sumber data primer yang dimaksud adalah dokumen internal yang dikeluarkan oleh BSM dan Pegadaian Syariah yang didapat melalui akad transaksi melalui observasi lapangan. Sedangkan data sekunder adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas. Selain itu penulis juga mengumpulkan seluruh Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yang berkaitan dengan produk investasi emas di LKS Indonesia.

4. Sumber Data Disertasi ini menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Data Primer Penulis menggunakan 4 data primer dalam disertasi ini, yaitu: 1) Wawancara: Penulis menjadikan hasil wawancara sebagai data

primer utama untuk mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan yang telah disiapkan oleh penulis sebagai informasi awal dalam penelitian. Penulis memilih 2 narasumber utama, yaitu Kepala Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Sudirman Kota Bogor dan

Page 40: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

24

Direktur Utama Unit Usaha Syariah Perum Pegadaian Indonesia. Keduanya merupakan pribadi yang bersentuhan secara langsung dengan transaksi produk investasi emas pada Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah.

2) Beberapa fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan produk murābaḥah emas dan rahn emas.

3) Observasi terlibat: Selain dua data primer yang telah penulis sebutkan pertama, penulis menjadikan observasi terlibat (participant observation) sebagai data primer untuk mengkaji dan membandingkan fenomena pada implementasi dari transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas pada kedua LKS tempat penelitian.

4) Dokumen Internal: Dokumen internal dalam penelitian disertasi ini adalah seluruh dokumen yang dikeluarkan oleh kedua lembaga objek (BSM dan Pegadaian Syariah) dalam akad transaksi produk investasi emas. Penulis menjadikan seluruh dokumen internal kedua lembaga objek sebagai bahan dasar dalam penelitian untuk menganalisa dan membandingkan setiap dokumen akad dan pasal-pasal dalam akad yang ada.

b. Data Sekunder Adapun data sekunder penelitian disertasi ini adalah jurnal, artikel,

buku dan dokumen yang berhubungan dengan murābaḥah emas dan rahn emas, dengan dokumen sekunder utama adalah beberapa landasan yang telah ditentukan oleh OJK.

5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, seluruh data yang telah terkumpul selanjutnya

dianalisis menggunakan metode analisis explanatif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan pendekatan studi hukum Islam empiric44. Pendekatan studi hukum ekonomi Islam yang mengkaji bagaimana pengundangan dan pemberlakuan suatu ketentuan dalam hukum Islam mempunyai aspek ekonomis bagi masyarakatnya, selain kajian tentang hukum ekonomi syariah positif (field work). Pendekatan hukum ekonomi Islam penulis gunakan dalam menganalisa landasan bisnis, produk dan syariah pada transaksi investasi emas di Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah. Kemudian penulis melakukan perbandingan dengan mengambil berbagai pendapat baik ulama-ulama klasik dan ulama-ulama kontemporer atau lembaga-lembaga fatwa internasional yang berhubungan dengan objek penelitian penulis, guna mendapatkan hasil yang matang dalam memahami mekanisme investasi emas dalam Islam.

Selain melakukan analisa penelitian dengan pendekatan hukum ekonomi Islam, penulis pun menganalisa data dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, baik untuk menganalisa hasil wawancara, dokumen internal dari kedua LKS tempat penelitian dan juga hasil observasi lapangan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

44 M Atho Mudzhar, Tantangan Studi Hukum Islam Dewasa Ini, Conference

Proceedings Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS XII), 2012, 19.

Page 41: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

25

a. Mengidentifikasi dokumentasi, dari hasil wawancara yang berkaitan dengan implementasi transaksi murābaḥah emas dan rahn emas pada BSM dan Pegadaian Syariah.

b. Menginventarisasi, menganalisa dan membandingkan berbagai dokumen dari BSM dan Pegadaian Syariah, dan fatwa-fatwa DSN-MUI terkait produk murābaḥah emas dan rahn emas.

c. Menelaah dan melakukan sinkronisasi antara berbagai aturan terkait murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah dengan kesesuaian akad transaksi dan implementasi dari aturan produk murābaḥah emas dan rahn emas tersebut.

d. Komparasi implementasi transaksi murābaḥah emas dan rahn emas di Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah.

I. Sistematika Penulisan

Pada disertasi ini penulis membagi pembahasan ke dalam 7 bab. Pada bab I, yaitu bab pendahuluan penulis meletakkannya di awal penelitian disertasi untuk memaparkan tentang latar belakang masalah dengan menyampaikan data perkembangan industri cicil dan gadai emas BSM dan juga di Pegadaian Syariah. Setelah itu penulis mulai memetakan permasalahan dengan diawali indentifikasi beberapa masalah kemudian dari berbagai permasalahan yang teridentifikasi penulis merumuskan 1 (satu) permasalahan mayor dan 3 (tiga) permasalahan minor. Setelah identifikasi dan merumuskan permasalahan pada bab ini penulis membatasi permasalahan penelitian. Selanjutnya penulis menguraikan signifikansi dan tujuan penelitian dan penulis memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Kemudian dalam bab ini pun penulis menyebutkan metode penelitian sebagai unsur terpenting dalam melakukan komparasi, mengkaji serta menganalisa permasalahan dari beberapa sumber data primer maupun sumber-sumber data sekunder dengan disertai teknik pengumpulan data-data tersebut. Terakhir pada bab pendahuluan penulis menyampaikan sistematika penulisan dalam penelitian disertasi ini.

Pada bab II penulis mengungkapkan sekilas tentang investasi emas dan karakteristik emas. Kemudian pada bab ini penulis memaparkan beberapa perbedaan konsep jual beli termasuk diantaranya adalah murābaḥah, perbedaannya dengan jual beli secara kredit untuk memperjelas posisi objek penelitian pada bab-bab selanjutnya. Setelah itu pada bab ini penulis mengungkapkan tentang perdebatan teori seputar jual beli emas emas secara tidak tunai.

Pada bab III penulis memaparkan secara singkat profil dari 2 LKS di Indonesia yang menjadi tempat penelitian yaitu, Bank Syariah Mandiri dan Pegadaian Syariah. Kemudian dalam bab inipun penulis menjelaskan beberapa data perkembangan industri murābaḥah emas disertai dengan grafik untuk lebih memperlihatkan data tahunan secara singkat dalam pemaparan segmen bisnis emas BSM dan Pegadaian Syariah.

Pada bab IV penulis memaparkan konsep pada produk murābaḥah dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah sebagai bagian dari jawaban terhadap

Page 42: ABDUL WAHID - repository.uinjkt.ac.id

26

permasalahan mayor penelitian disertasi ini. Pembahasan mengenai konsep penulis dahulukan di bab IV tidak lain dikarenakan konsep merupakan acuan pada implementasi produk bisnis emas di seluruh LKS. Konsep diambil dari beberapa landasan yaitu landasan bisnis, landasan produk dan landasan syariah yang tidak lain adalah fatwa-fatwa DSN-MUI terkait dengan produk bisnis emas baik murābaḥah emas ataupun rahn emas.

Pada bab V penulis memaparkan hasil analisa komparasi implementasi transaksi produk investasi emas, yaitu murābaḥah emas (cicil emas) dan rahn emas (gadai emas) di BSM dengan produk investasi emas di Pegadaian Syariah, yaitu murābaḥah emas (cicil emas MULIA) dan rahn emas (gadai emas). Komparasi implementasi kedua produk investasi emas dalam bab ini meliputi, pertama, pemaparan dan analisa terhadap prosedur setiap produk di BSM dan Pegadaian Syariah. Kedua, akad transaksi yang berhubungan langsung dengan implementasi dari konsep yang telah penulis paparkan di bab II dan bab IV. Ketiga, Analisa terhadap perhitungan margin dari masing-masing dokumen internal kedua lembaga sebagai pemaparan dari temuan dalam akad transaksi.

Pada bab VI penulis memaparkan hasil analisa tentang jaminan keamanan yang diberikan oleh BSM dan Pegadaian Syariah dan penerapan sanksi terhadap nasabah produk murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah. Pembahasan tentang jaminan keamanan dalam bab ini meliputi, pertama, kejelasan emas sebagai objek dalam akad produk murābaḥah emas dan rahn emas. Kedua, penyimpanan emas nasabah baik produk murābaḥah emas ataupun emas yang digadaikan dari nasabah produk rahn emas. Adapun pembahasan mengenai penerapan sanksi yang diberikan oleh BSM dan Pegadaian Syariah terhadap nasabah produk murābaḥah emas dan rahn emas meliputi, pertama, nominal atau besaran denda yang dibebankan kepada nasabah. Kedua, mekanisme pengambilan denda yang dilakukan oleh BSM dan Pegadaian Syariah terhadap nasabah yang mampu dan menunda-nunda pembayaran cicilan.

Adapun bab VII yang merupakan akhir dalam penelitian disertasi ini penulis menyampaikan kesimpulan dari penelitian sebagai jawaban dari beberapa rumusan masalah, yaitu bagaimana hasil analisa terhadap komparasi antara implementasi transaksi produk murābaḥah emas dan rahn emas di BSM dan Pegadaian Syariah. Kemudian dalam bab inipun penulis menjelaskan beberapa jawaban terhadap pertanyaan minor yang telah menjadi rumusan permasalahan di awal penelitian.