abdul jabbar
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam
kehidupan modern sekarang ini manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan olahraga,
baik untuk meningkatkan prestasi maupun kebutuhan dalam menjaga kondisi tubuh
agar tetap sehat. Salah satu cabang olahraga yang digemari di kalangan masyarakat
saat ini yaitu cabang olahraga sepaktakraw, karena olahraga ini dapat dilakukan oleh
semua kalangan, baik laki-laki maupun perempuan.
Dengan olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani
serta mempunyai watak disiplin dan pada akhirnya akan terbentuk manusia yang
berkualitas. Dalam usaha pembentukan generasi muda yang mampu menjadi tulang
punggung penerus perjuangan bangsa, pembinaan melalui olahraga sudah lama
dipandang sebagai sarana yang paling berdaya guna dan berhasil guna. Karena
pembangunan manusia pada hakikatnya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang
sehat jasmani dan rohani. Kondisi manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani
ini baru dapat dicapai apabila manusia sadar dan mau melaksanakan gerakan hidup
sehat melalui pendidikan jasmani dan olahraga. Oleh karena itu gerakan
memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat perlu semakin gencar
dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia.
1
2
Dengan adanya gerakan tersebut, maka diharapkan akan muncul bibit-bibit
olahragawan yang bermutu yang kemudian dapat dibina lebih lanjut secara khusus
agar dapat menjadi bintang-bintang olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa
dan negara Indonesia.
Sepaktakraw merupakan olahraga tradisional bangsa-bangsa di Asia Tenggara
termasuk juga bangsa Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terlebih dahulu
memainkan sepaktakraw adalah Sulawesi Selatan (Makasar), Sumatera Barat
(Minang Kabau), Riau, Kalimantan (Kandangan) dan Jawa Barat (Banten), semua
merupakan daerah yang berada di pesisir pantai. Daerah-daerah inilah yang terlebih
dahulu dan aktif memasalkan, mengembangkan, dan meningkatkan olahraga
sepaktakraw, sehingga sangatlah wajar kalau daerah Sulawesi Selatan dan Riau selalu
unggul dalam prestasi dan menjadi juara pada kejuaraan-kejuaraan nasional.
Dewasa ini permainan sepaktakraw tidak lagi dimainkan dengan bola terbuat
dari rotan melainkan sudah memakai bola yang terbuat dari fiber (Synthetic Fiber).
Sepaktakraw yang merupakan asli Bangsa Indonesia sudah sewajarnya dapat
dibanggakan karena olahraga ini kian populer dan menjadi salah satu cabang yang
kerap dipertandingkan pada skala regional, nasional, maupun internasional yang pada
gilirannya dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Olahraga sepaktakraw telah banyak dikenal dan berkembang di seluruh
Masyarakat Indonesia yang telah terbukti dengan adanya klub-klub sepaktakraw dari
masing-masing propinsi di Indonesia seperti Sulawesi Selatan yang ikut serta dalam
kejuaraan tingkat nasional. Dalam meningkatkan prestasi optimal pada berbagai
3
kejuaraan atau pertandingan di tingkat regional, nasional, dan internasional perlu
dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas pelatih, atlet, dan penataan organisasi
yang baik. Khususnya pembinaan klub-klub atau pelajar yang merupakan aset paling
esensial dan potensial untuk digarap, apalagi sepaktakraw merupakan cabang
olahraga yang sedikit unik bila dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya.
Keunikan sepaktakraw yang kita ketahui dominannya unsur senam dan gerakan
akrobatik sebagai dasar keterampilan menuju kematangan prestasi dapat
digarisbawahi, bahwa tanpa pembinaan sejak usia dini akan sulit melahirkan atlet
yang berprestasi optimal (PB. PERSETASI, 1998:16).
Permainan sepaktakraw bukan lagi olahraga tradisional rekreatif yang hanya
dimainkan sebagian Masyarakat Indonesia, tetapi sepaktakraw telah menjadi olahraga
modern kompetitif yang dimainkan dan diakui keberadaannya oleh masyarakat dunia.
Permainan ini menjadi kegemaran bangsa-bangsa di Asia Tenggara sebagai kegiatan
pengisi waktu luang. Sejak abad ke-15 oleh Bangsa Indonesia olahraga ini disebut
sepak raga, Di Thailand lebih dikenal dengan takraw, di Philipina dinamakan sipa,
Di Birma disebut Ching long, Sri Lanka disebut raga, dan Negara Laos disebut kator.
Dari mana asalnya permainan sepaktakraw itu belum dapat diketahui secara pasti
yang jelas pengenalan pertama permainan sepaktakraw di Indonesia adalah ketika tim
sepaktakraw Malaysia dan Singapura berkunjung ke Jakarta pada tahun 1970
(Ratinus Darwis dan Dt. Penghulu Basa, 1992:2).
Setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda-beda termasuk
dalam cabang olahraga sepaktakraw. Perbedaan ini tentunya akan memerlukan
4
penanganan yang berbeda pula, yaitu penanganan yang disesuaikan dengan
karakteristik olahraga yang dibina. Dengan kata lain bahwa pembinaan olahraga
sepaktakraw dituntut untuk bisa melakukan cara melatih yang tepat agar tujuan dari
latihan dapat berhasil dengan baik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
pemain sepaktakraw, diantaranya adalah unsur teknik. Teknik permainan tidak akan
terjadi dengan sendirinya tanpa adanya latihan yang teratur. Adapun untuk bermain
sepaktakraw dengan baik seorang pemain harus menguasai teknik dasar dan teknik
khusus. Teknik dasar sepaktakraw antara lain adalah sepakan, main kepala, mendada,
memaha, dan membahu.
Kemampuan teknik dasar antara satu dengan lainnya merupakan kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa menguasai kemampuan dasar atau teknik dasar
bermain sepaktakraw, permainan sepaktakraw tidak dapat dimainkan dengan baik.
Penguasaan teknik-teknik tersebut dapat dimainkan dengan baik jika dipelajari dan
dilatih secara kontinu di bawah pengawasan pelatih yang berkualitas. Namun tidak
berarti bahwa prestasi sepaktakraw hanya ditentukan oleh penguasaan teknik dasar
yang baik. Fakor-faktor lainnya juga banyak lagi yang menunjang peningkatan
prestasi sepaktakraw.
Untuk itu dilakukan pemanduan bakat dalam hal ini peranan guru olahraga di
Sekolah lanjutan tingkat pertama sangat besar peranannya dalam memberikan
pengarahan dan penjelasan mengenai olahraga sepaktakraw dan peranan guru pada
khususnya sangat diperlukan mengingat sifat psikologis dan sosial yang ada pada
anak sekolah lanjutan tingkat petama.
5
Olahraga sepaktakraw di SMP Negeri 1 Bissappu merupakan kegiatan ekstra
kurikuler, (1) Tersedianya sarana lapangan sepaktakraw, (2) Jarak antara sarana
lapangan sepaktakraw cukup dekat, merupakan pendukung meningkatnya minat anak/
siswa untuk mengikuti olahraga sepaktakraw tersebut, sedangkan yang menjadi
hambatan adalah keadaan ekonomi orang tua yang termasuk golongan menengah ke
bawah yang rata-rata berpekerjaan seorang petani.
Perlu diteliti lebih jauh tentang minat siswa putra dalam olahraga sepaktakraw
sehingga nantinya kesepakatan ini merupakan faktor yang bisa
dipertanggungjawabkan dan dengan penelitian tentang minat siswa putra dalam
hubungan dengan pelaksanaan proses pembinaan dan pembibitan olahraga
sepaktakraw akan membuka wawasan atau persoalan baru yang mungkin bisa
dibuktikan.
Sebagai salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan, Bantaeng merupakan salah
satu Kabupaten yang berpotensi dalam olahraga sepaktakraw namun Bantaeng sangat
disayangkan dengan letak yang dipandang cukup strategis karena berada dalam
wilayah yang memiliki tradisi permainan sepakraga. Kecamatan Bissappu sebagai
salah satu Kecamatan di Kabupaten Bantaeng sampai saat ini belumlah memiliki
prestasi yang baik, dan belum terlahir pemainpemain yang berkualitas didaerah ini.
dan sedikit lembaga pembinaan pembibitan pemain sepaktakraw atau klub
6
sepaktakraw yang ada di wilayah Kecamatan Bissappu dan kurangnya mengikuti
kompetisi-kompetisi baik ditingkat Kabupaten maupun Provinsi.
Sehingga perlu ada penelitian di Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
yang fokus pada usia dini. Pembinaan usia dini dimulai dari usia 6 tahun yang
merupakan usia anak kecil sampai akan menuju remaja hingga dewasa. Kalau
direalisasikan dibidang pendidikan maka anak usia 12-15 tahun berada di bangku
sekolah lanjutan tingkat pertama, mengingat kelengkapan fasilitas di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Bissappu berbeda-beda baik dari segi
lapangan maupun kelengkapan-kelengkapan lain serta wilayah yang sangat luas serta
letak sekolah lanjutan tingkat pertama yang mudah terjangkau oleh transportasi tapi
membutuhkan waktu yang lama karena dari sekolah satu dengan yang lain sangat
berjauhan dan di daerah terpencil maka dengan itu peneliti mengambil sekolah
lanjutan tingkat pertama SMP Negeri Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
sebagai obyek penelitian.
Berdasarkan alasan diatas peneliti akan mengadakan penelitian tentang
analisis minat bermain sepaktakraw pada siswa SMP Negeri di Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah,
sebagai berikut
7
”Apakah ada minat bermain sepaktakraw pada SMP Negeri Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng?”
B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujan penelitian
ini, sebagai berikut :
”Untuk mengetahui seberapa besar minat bermain sepaktakraw siswa SMP Negeri
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng”.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang positif dalam
upaya mengembangkan dan membina prestasi khususnya sepaktakraw. Sehingga
hasil penelitian diharapkan mempunyai kegunaan, sebagai berikut :
1. Mendapat informasi tentang minat bermain sepaktakraw siswa SMP Negeri di
Kacamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.
2. Memberikan informasi pada Pembina dan Guru Olahraga, tentang minat sebagai
faktor yang penunjang kemampuan bermain sepaktakraw.
3. Sebagai bahan referensi untuk rekan-rekan Mahasiswa pada Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Makassar
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan dasar dan landasan untuk mencari teori yang
digunakan dalam mencapai pemecahan masalah terhadap faktor-faktor yang menjadi
problema dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, pada bab ini akan diuaraikan beberapa
teori atau pendapat para ahli yang berhubungan dengan penelitian. Dengan teori yang
dikemukakan, diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang diungkapkan pada
bab sebelumnya.
A. Minat
1. Teori-Teori Minat
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan
penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu
terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang
atau tidak senang merupakan dasar suatu minat. Minat seseorang dapat diketahui dari
pernyataan senang atau tidak senang terhadap suatu obyek tertentu. (Dewa Ketut
Sukardi, 1994:83)
Untuk memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan minat dan prosedur
yang diperlukan maka sangatlah bermanfaat untuk mengetahui aspek-aspek
individual. Aspek-aspek individual dapat digolongkan menjadi dua ranah yaitu
kemampuan dan kepribadian. Pada umumnya tugas pengukuran ditujukan pada kedua
8
9
ranah diatur dan pada penekanannya pada lingkup yang lebih luas. Perbuatan atau
tindakan yang disenangi, disukai atau tidak disukai oleh seseorang adalah pada
lingkup kepribadian termasuk seperti faktor-faktor minat, temperamen dan sikap.
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran-campuran
perasaan, harapan, pendidikan, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain
yang menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu (Andi Mappier, 1982:62)
Dari pendapat di atas dijelaskan bahwa minat merupakan perangkat mental yang
menggerakan individu dalam memilih sesuatu. Selanjutnya Sumadi Suryobroto
(1988:109) mendefinisikan minat sebagai kecenderungan dalam diri individu untuk
tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu obyek. Timbulnya minat terhadap
suatu obyek ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tetarik. Jadi boleh dikatakan
orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan merasa senang
atau tertarik terhadap obyek yang diminati tersebut.
Selain itu Sumadi Suryobroto (1983:7) juga menyatakan minat adalah
pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek serta banyak sedikitnya
kekuatan yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Kemudian Agus Suyanto
(1983:101) juga mendefinisikan minat sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak
disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan
lingkungan. Pemusatan perhatian menurut pendapat di atas merupakan tanda
seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu yang muncul dengan tidak
sengaja yang menyertai sesuatu aktivitas tertentu.
10
Dari pendapat para ahli di atas dapat diasumsikan bahwa timbulnya minat
seseorang itu disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu rasa tertarik atau rasa
senang, faktor perhatian dan kebutuhan. Kaitannya dengan penelitian minat siswa
terhadap permainan sepaktakraw, minat terhadap sesuatu tersebut tidak dapat
diketahui atau diukur secara langsung harus digunakan faktor-faktor yang dapat
digunakan untuk mengungkap minat seseorang terhadap sesuatu. Karena minat tidak
dapat diukur secara langsung maka unsur-unsur atau faktor yang menyebabkan
timbulnya minat di atas diangkat untuk mengungkap minat seseorang. Dalam faktor
ini disusun pertanyaan yang berguna untuk mengungkap minat seseorang terhadap
suatu kegiatan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. Minat
berkembang sebagai hasil daripada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan
dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow and Crow, 1973:22)
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
2.1. The factor inner urge: rangsangan yang datang dari lingkungan atau
ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah
menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini
seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2.2. The factor of social motive: minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu
hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh
11
motif sosial, misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial
yang tinggi pula.
2.3 Emosianal factor: faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh
terhadap obyek misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu
kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah
semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang
dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.
Menurut Milton (1961:397) minat dibagi menjadi dua yaitu: (1) Minat
subyektif: perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman tertentu yang
bersifat menyenangkan. (2) Minat obyektif: reaksi yang merangsang kegiatan-
kegiatan dalam lingkungannya. Menurut Samsudin (1961: 8) minat jika dilihat dari
segi timbulnya terdiri dari 2 macam yaitu: (1) Minat spontan: minat yang timbul
dengan sendirinya secara langsung. (2) Minat yang disengaja: minat yang dimiliki
karena dibangkitkan atau ditimbulkan.
3. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Minat
Minat timbul bila ada pehatian dengan kata lain minat merupakan sebab dan
akibat dari perhatian. Seseorang yang mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang
dipelajari maka ia mempunyai sikap yang positif dan merasa senang terhadap hal
tersebut, sebaliknya perasaan tidak senang akan menghambat. Minat timbul karena
adanya faktor interen dan eksteren yang menentukan minat seseorang (H.C
Wetherrington:1983:136)
12
3. Bentuk-bentuk Minat
Menurut M. Buchori (1991:136) minat dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
3.1. Minat Primitif
Minat primitif disebut minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan,
minum, bebas bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran
tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk
mempertahankan organisme.
3.2. Minat Kultural
Minat kultural atau dapat disebut juga minat sosial yang berasal atau diperoleh
dari proses belajar. Jadi minat kultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat
primitif.
4. Macam- macam Minat
Menurut Dewa Ketut Sukardi yang mengutip pendapat Carl Safran,
mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat,
yaitu:
4.1. Minat yang diekspresikan/ Expressed Interest
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata
tertentu. Misal: seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik dalam
mengumpulkan mata uang logam, perangko dan lain-lain.
13
4.2 Minat yang diwujudkan/ Manifest Interest
Seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata melainkan
dengan tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan berperan aktif dalam suatu
kegiatan. Misal: kegiatan olahraga, pramuka dan sebagainya yang menarik perhatian.
4.3. Minat yang diinventariskan/ Inventoral Interest
Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap
sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas
tertentu. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur minat seseorang disusun dengan
menggunakan angket.
5. Unsur-unsur Minat
Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki
beberapa unsur antara lain:
5.1. Perhatian
Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian,
yaitu kreatifitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek. Jadi
seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan
memusat terhadap sesuatu obyek tersebut. Dalam hal ini perhatian ditujukan pada
obyek ekstrakurikuler olahraga sepaktakraw.
5.2. Kesenangan
Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan
14
menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada
gilirannya timbul keinginan yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya.
Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan
obyek tersebut.
5.3. Kemauan
Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan
yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu
perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat
individu yang bersangkutan.
6. Ciri-ciri Minat Anak
Dorongan-dorongan yang ada pada diri anak, menggambarkan perlunya
perlakuan yang luas, sehingga ciri-ciri dan minat anak tergambar lebih terinci dan
faktual, sesuai dengan usia dan kedewasaan mereka. Dengan demikian ciri-ciri dan
minat anak akan menjadi pedoman penyelenggaraan program pendidikan jasmani
yang arahnya dapat dikategorikan ke dalam domain hasil belajar, yaitu psikomotor,
afektif, kognitif dan domain yang lain. Dengan digunakannya sebagai pedoman, maka
pedoman dan pengembangan program akan sesuai dengan ketepatan masa belajar,
urutan, kecepatan dan ragam kekuatan. Kemudian muncul dalam pikiran kita, bahwa
remaja pada umumnya memiliki ragam yang luas tentang kedewasaan jasmani dan
kedewasaan rohaniah, yang perlu juga untuk diperhatikan.
15
6.1 Psikomotor
Psikomotor ini dimaksudkn untuk menggambarkan sasaran-sasaran yang
berupa keterpaduan koordinasi antara system persarafan dan system perototan untuk
menghasilkan gerakan yang dinilai. Adapun rincian dari ranah ini adalah kemampuan
gerak perseptual yaitu kemampuan yang digunakan untuk mengenal,
menginterprestasi, dan merespon suatu stimulus (rangsangan) untuk melakukan suatu
jenis tugas atau gerakan yang di dalamnya terdiri dari bagian-bagian keseimbangan,
kenestesis, diskriminasi visual, diskriminasi auditif, dan koordinasi visual motor.
Ketrampilan-ketrampilan gerak fundamental yaitu ketrampilan-ketrampilan
manipulatif yang meliputi tubuh sendiri atau sutu obyek, termasuk dalam bagian ini
adalah ketrampilan manipulsi tubuh, ketrampilan manipulasi benda, ketrampilan-
ketrampilan olahraga.
6.2 Afektif
Ranah ini untuk menggambarkan sasaran yang berkenaan dengan
pengembangan sifat dan kepribadian anak didik untuk tetap langgeng dalam
penyesuaian diri dengan masyarakat dan budaya lingkungannya. Rincian untuk ranah
afektif ini adalah sebagai berikut: jika merespon secara sehat terhadap aktivitas
jasmani yaitu pengembangan reaksi positif terhadap keberhasilan atau kegagalan
dalam berkreatifitas, apresiasi terhadap pengalaman-pengalaman estetis yang didapat
dari aktifitas pertalian dengan pengalaman-pengalaman itu, pengenalan terhadap
potensi-potensi kegiatan sebagai jalan keluar ketegangan dan penggunaan waktu
16
senggang, kemampuan untuk bisa menikmati aktifitas olahraga, menjadi penonton
yang baik yang menghargai penampilan yang luar biasa (indah/ baik) dalam olahraga.
Perwujudan diri mecakup sasaran-sasaran yaitu menyadari akan tubuh sendiri apa
yang bisa dilakukan pada saat yang tepat, pengetahuan tentang kemampuan-
kemampuan apa yang dapat diterima orang lain sehubungan dengan kapasitas dan
potensi-potensi orang itu, kemampuan untuk meningkatkan tingkat aspirasi yang
berada dalam jangkauan dan motivasi untuk mencari tingkat ini.
6.3 Kognitif
Ranah ini dimaksudkan untuk menggambarkan sasaran yang bersifat
intelektual dalam pengembangan kemampuan-kemampuan mengingat, memproses
dan mengambil keputusan secara jitu dan tepat. Ranah ini terdiri dari pengetahuan
yaitu mencakup segala sesuatu yang dapat mengembangkan, memperluas dan
memperdalam pengetahuan seperti aturan permaian, ketika bermain dan bertanding,
istilah-istilah dalam keolahragaan, dan fungsi-fingsi tubuh. Kemampuan dan
ketrampilan intelektual yang termasuk dalam sasaran ini adalah penggunaan strategi,
kemampuan menilai dan menaksir hal-hal yang berhubungan dengan waktu, bentuk,
ruang, kecepatan, dan arah dalam pengunaan obyek, pemecahan-pemecahan yang
muncul dalam gerak, pemahaman tentang hubungan antara aktifitas olahraga dengan
fungsi struktur tubuh, dan pengetahuan tentang dampak jangka panjang dari aktifitas
olahraga.
Dalam hal ini dianjurkan untuk tidak menggunakan pendekatan yang telah
17
terbiasa, yaitu pilihan kegiatan berdasarkan anjuran guru. Pendekatan yang demikian
akan berdampak keterbatasan pandangan siswa atau kegiatan yang sekedar memenuhi
kegiatan kebutuhan guru, bukan kebutuhan siswa.
B. Permainan Sepaktakraw
Permainan sepaktakraw dimainkan di lapangan yang berukuran 13,40 m kali
6,10 m yang dibagi dua oleh garis dan net (jaring) setinggi 1,55 m dengan lebar 72
cm, dan lubang jaring sekitar 4 – 5 cm. Bola yang dimainkan terbuat dari fiber yang
dianyam dengan lingkaran antara 41 – 43 cm.
Permainan sepaktakraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di depan
lapangan yang dipisahkan oleh net (jaring) yang terbentang membelah lapangan
menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang
bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi
pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit
kanan.
Permainan sepaktakraw berlangsung tanpa menggunakan tangan untuk
memukul bola bahkan bola tidak boleh menyentuh lengan. Bola hanya boleh
menyentuh atau dimainkan oleh kaki, pada dada, bahu, dan kepala. Permainan
sepaktakraw diawali dengan sepak mula sebagai servis yang dilakukan oleh tekong.
Sepak mula dilakukan tekong atas lambungan bola oleh pelambung yang diarahkan
ke tekong. Pelambung adalah salah satu pemain depan, pada waktu dia
melambungkan bola ke arah tekong, tekong harus berada di dalam lingkaran yang
18
telah disediakan. Begitu juga tekong, pada waktu melakukan sepak mula salah satu
kakinya harus tetap berada di dalam lingkaran tempat tekong melakukan sepak mula.
Tekong mengarahkan bola ke daerah lawan melalui atas net (jaring), di lain pihak
lawan harus menerima bola itu dan mengembalikan ke daerah lawan. Dalam hal ini
mereka diberi kesempatan menyentuh bola sebanyak tiga kali (Sudrajat
Prawirasaputra, 2000:5).
Dengan demikian perlulah bahwa seseorang pemain sepaktakraw itu banyak
berlatih diri menggunakan kaki atau sepakan. Namun tidak berarti bahwa unsur lain
atau kemampuan lain tidak perlu atau tidak penting yang dapat diabaikan, faktor-
faktor lain pun banyak lagi yang menunjang peningkatan prestasi sepaktakraw.
Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, maka pemain harus
mempunyai kemampuan dengan baik. kemampuan yang baik adalah penguasaan
teknik dasar bermain sepaktakraw yang baik. Menurut Ratinus Darwis (1992;15)
kemampuan dasar bermain sepaktakraw adalah : Menyepak dengan menggunakan
bagian-bagian kaki, memainkan bola dengan kepala (main kepala), memainkan bola
dengan dada, memainkan bola dengan paha dan memainkan bola dengan bahu
(membahu). Membahasakan pengertian tentang kemampuan bermain dalam
sepaktakraw tidak mungkin secara utuh mengingat menampilkan suatu kemampuan
pola gerak merupakan rangkaian yang sangat kompleks.
19
Sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan tersebut, maka kemampuan
bermain sepaktakraw adalah merupakan tingkat kemampuan untuk melakukan suatu
teknik dasar permainan sepaktakraw secara efisien dan efektif. Sehingga proses
kemampuan sangat membantu dalam bentuk permainan serta menjadi penunjang
untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam permainan sepaktakraw terbagi
beberapa teknik dasar yaitu ; sepak sila, servis dan smash. Dalam bermain
sepaktakraw penerapan kemampuan teknik dasar sangat berperan untuk dapat
bermain dengan baik, sehingga untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik harus
menguasai teknik dasar dalam permainan sepaktakraw.
Ismail Tola (1988;10-11) didalam bukunya mengungkapkan tentang teknik-
teknik dasar permainan sepaktakraw adalah sebagai berikut :
Tehnik-tehnik dasar sepaktakraw :
1. Sepakan a. Sepak sila
- Untuk mengontrol dan menimbang bola- Untuk membuat operan/umpan- Untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan
b. Sepak kuda- Untuk memainkan bola rendah/jauh smash (rejam)- Untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan
c. Sepak cungkil ujung kaki)- Untuk menyelamatkan bola yang jauh dan rendah
d. Telapak kaki- Untuk menahan smash dan untuk mengsmash kepihak lawan
2. Mengkop
a. Bagian dahi : untuk mengumpan/smashb. Bagian kiri dan kanan : untuk smash
20
c. Bagian belakang : untuk menipu lawan
3. Menahan dengan dada
- Untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan
4. Menahan dengan paha
- Untuk bertahan dan menyelamatkan bola
5. Menahan dengan bahu
- Untuk keadaan darurat waktu lawan menyerang
- Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, maka tehnik-tehnik
tersebut harus dikuasai dan permahir.
Tehnik-tehnik bermain sepaktakraw di atas merupakan komponen yang
diperlukan untuk dapat bermain dengan terampil. Tiap-tiap permainan sepaktakraw
yang baik telah memiliki penguasaan tehnik-tehnik dasar secara sempurna sehingga
dapat melakukan gerakan-gerakan secara efisien dan efektif. Berbagai dimensi telah
member arti tentang keberadaan kemampuan bergerak seseorang, hal ini tentunya
telah melahirkan asumsi bahwa usaha melakukan kemampuan gerak dan kondisi fisik
sangat erat kaitannya dengan penampilan pola gerakan secara efisien dan efektif.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan syarat
mutlak dari suatu penelitian. Berbobot atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada
pengambilan langkah-langkah dalam metodologi penelitian. Seperti yang
dikemukakan oleh (Sutrisno Hadi, 1986:1986:4) bahwa “metodologi penelitian
sebagaimana yang dikenal sekarang, memberikan garis-garis yang cermat dan
mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya adalah untuk menjaga agar
pengetahuan yang dicapai dari suatu penelitian dapat mempunyai harga ilmiah yang
setinggi-tingginya”.
Penggunaan metodologi penelitian harus dapat mengarah pada tujuan
penelitian, tidak berbelit-belit dan mudah untuk dipahami agar hasil penelitian yang
diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penggunaan metode penelitian juga
harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
survey dan pengumpulan informasi atau data menggunakan kuesioner. Survey
bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar
dengan cara questionnaire atau angket pada sejumlah kecil dari populasi. Deskriptif
yang dimaksudkan adalah untuk memberikan gambaran tentang minat bermain
sepaktakraw pada siswa SMP Negeri Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.
21
22
A. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (1992;54), mengatakan bahwa : “Variabel
merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (1988;48) bahwa : “Variabel secara sederhana
dapat diartikan cirri individu, obyek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara
kuantitatif atau kualitatif”.
Berdasarkan pengertian di atas maka variabel yang ada dalam skripsi ini hanya
ada satu variabel yaitu variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini adalah minat
siswa SMP Negeri Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng terhadap olahraga
sepaktakraw. Minat sebagai kecenderungan yang menetap dalam diri subyek untuk
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung di
dalam bidang itu (Winkel, 1983:30). Lebih lanjut (Crow and Crow, 1973:153)
menjelaskan minat merupakan suatu kekuatan pendorong (motifating force) yang
menyebabkan seseorang memusatkan perhatian pada aktivitas tertentu atau obyek
tertentu. Menurut Effendi (1985:122-123) minat adalah kecenderungan yang timbul
apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau
merasa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Merangkum
pendapat para ahli, minat adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk merasa
tertarik yang menjadi kekuatan atau pendorong yang menyebabkan seseorang
memusatkan perhatian pada aktivitas tertentu.
Jadi perhatian ini hanya semata-mata melukiskan keadaan obyek atau peristiwa
(Sutrisno Hadi, 1990:3) Variable dalam penelitian ini merupakan variable tunggal
23
yaitu minat siswa SMP Negeri Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng terhadap
olahraga sepaktakraw. Sedang faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi
tertarik, perhatian, dan kebutuhan.
B. Definisi Operasional Variabel
Agar lebih terarah pelaksanaan latihan maupun pengumpulan data penelitian,
maka perlu diberi batasan atau definisi operasional tiap variabel yang terlibat.
1. Minat adalah kecenderungan dalam individu untuk tertarik pada obyek atau
menyenangi suatu obyek dan ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik.
Adapun definisi masing-masing faktor adalah sebagai berikut:
a. Tertarik
Tertarik menurut kamus besar bahasa Indonesia (W.J.S Poerwadarminto,
1996:102) berarti merasa senang, terpikat hatinya atau menaruh minat karena
perasaan seseorang akan diperkuat oleh sikap yang positif, jadi pada umumnya
berlaku urutan psikologi sebagai berikut: perasaan senang- sikap positif-minat.
Winkel adalah tertarik atau rasa senang adalah sikap yang positif terhadap belajar
atau kegiatan lain yang pasti berperan besar dalam menghubungkan ketiga hal itu,
meskipun sukar untuk untuk menunjukan fungsi dari sikap itu secara pasti,
ketertarikan anak yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi rasa senang dan
keinginan.
24
b. Perhatian
Perhatian menurut (Dakir, 1993:144) adalah keaktifan peningkatan kesadaran
seluruh fungsi yang diarahkan dalam pemusatan kepada barang, sesuatu yang baik
yang ada dalam diri individu maupun yang ada di luar individu. Kemudian (Sumadi
Suryabrata, 1984 : 16) menyatakan perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju
pada suatu obyek. Selanjutnya (Abu Ahmadi, 1993:145) berpendapat perhatian
adalah keaktifan jiwa yang di arahkan kepada suatu obyek baik di dalam maupun di
luar individu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian
merupakan aktifitas jiwa atau psikis yang tertuju pada suatu obyek baik yang ada
pada diri individu maupun dari luar individu. Jadi perhatian dalam penelitian inin
merupakan aktifitas psikis yang tertuju atau diarahkan kepada kegiatan olahraga
sepaktakraw
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan
meningkatnya attention atau perhatian (Sumadi Suryabrata, 1984:23)
2. Permainan Sepaktakraw
Permainan sepaktakraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di depan
lapangan yang dipisahkan oleh net (jaring) yang terbentang membelah lapangan
menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang
bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi
25
pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit
kanan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan suatu kumpulan atau kelompok individu yangdapat
diamati oleh anggota populasi itu sendiri atau bagi orang lain yang memilki perhatian
terhadapnya. Populasi menurut Sugiyono (2000;57) mengemukakan bahwa :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas serta karkteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Setiap penelitian selalu menggunakan obyek untuk diteliti atau diistilahkan
dengan populasi. Populasi suatu penelitian harus memilki karakteristik yang sama
atau hampir sama. Olehnya itu yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa putra SMP Negeri Kecematan Bissappu Kabupaten Bantaeng.
2. Sampel
Penelitian ilmiah tidak selamanya mutlak harus meneliti jumlah keseluruhan
obyek yang ada (populasi), melainkan dapat pula mengambil sebagian dari populasi
yang ada. Dengan kata lain bahwa yang dimaksudkan yaitu sampel. Sampel secara
sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang
sebenarnya dalam suatu penelitian. Pengertian tentang sampel didasari oleh
26
pandangan Suharsimi Arikunto (1996;117) bahwa : “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang teliti”. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan
waktu, tenaga dan banyaknya populasi.
Berdasarkan pengertian tersebut, sampel yang diambil atau yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 49 orang dari siswa putra SMP Negeri Kecematan
Bissappu Kabupaten Bantaeng dengan teknik random sampling secara acak terhadap
obyek sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, data merupakan faktor yang penting. Karena dengan adanya
data analisis dapat dilakukan dan selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Untuk
memperoleh dan mengumpulkan data digunakan suatu cara atau alat yang tepat agar
kesimpulan yang diambil tidak menyesatkan.
Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut metode pengumpulan
data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan teknik
kuesioner atau angket.
Kuesioner atau angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa yang ingin diselidiki, yang
juga disebut responden. Dengan kuesioner ini dapat diperoleh fakta-fakta ataupun
opini (opinion). Pertanyaan dalam kuesioner tergantung pada maksud serta tujuan
yang ingin dicapai. Maksud dan tujuan tersebut berpengaruh terhadap bentuk
pertanyaan yang ada dalam kuesioner (Bimo Walgito, 2004: 75).
27
Angket dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden, dapat
dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dapat dibuat anonym
sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab dan angket dapat
dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-
benar sama. Angket yang digunakan adalah angket langsung tipe pilihan, artinya
angket disampaikan langsung kepada orang yang dimintai informasi tentang dirinya
sendiri dengan cara memilih salah satu jawaban yang tersedia.
Beberapa asumsi dasar dalam kaitannya dengan teknik angket adalah sebagai
berikut. Subjek adalah orang yang tahu tentang dirinya, subjek mempunyai kejujuran
dalam menjawab, subjek mampu membaca dan menafsirkan pertanyaan yang sama
seperti yang dimaksud peneliti.
Dipilihnya angket tipe pilihan, karena angket tipe ini lebih menarik sehingga
responden segera terdorong untuk mengisi angket tersebut, lebih mudah dalam
memberikan jawaban dan waktu yang diperlukan untuk menjawab singkat jika
dibandingkan dengan tipe lain. Agar pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen
penelitian lebih sistematis dan dapat mengenai sasaran yang akan dituju, maka
sebagai langkah awal terlebih dahulu disusun kisi-kisi instrumen. Dari kisi-kisi
instrumen penelitian tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang siap
digunakan sebagai alat pengumpul data atau instrumen penelitian.
Metode angket atau kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode angket langsung tertutup dengan menggunakan tiga pilihan yaitu Ya
dan Tidak. Dalam angket yang dimaksud dilakukan rincian penilaian tabel sebagai
28
berikut: Untuk : Ya diberi nilai 2 dan Tidak diberi nilai 1
Kuesioner langsung adalah jika sesuatu kuesioner daftar pertanyaan dikirim
langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta
menceritakan tentang keadaannya sendiri (Sutrisno Hadi, 2000:158)
Adapun alasan menggunakan angket langsung adalah sebagai berkut: 1).
Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, 2). Bahwa apa
yang dinyatakan benar dan dapat dipercaya, 3). Bahwa interprestasi subyek tentang
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh
peneliti.
Sedangkan alasan menggunakan item pilihan Ya dan Tidak adalah : 1). Untuk
responden lebih mudah menjawabnya, 2). Menghemat waktu, 3). Baik untuk
menyelidiki fakta-fakta subyek maupun fakta-fakta obyektif.
Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat, maka diperlukan alat
pengukur data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat ukur atau instrumen
penelitian yang valid dan reliabel, karena instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Suharsimi, 2006: 135), yang meliputi:
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2006: 136). Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya suatu validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud. Untuk
29
memperoleh instrumen yang valid, peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal
penyusunannya. Sebelum merancang kisi-kisi, yaitu memecahkan variabel menjadi
sub-sub variabel dan indikator baru merumuskan butir-butir pertanyaan.
Sesuai dengan pendapat para ahli, maka penelitian ini sudah memiliki
validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu
usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar menurut logika akan dicapai suatu
tingkat validitas yang dikehendaki (Suharsimi, 2006: 136). Untuk mengetahui
validitas ini digunakan uji Rank Spearman yang dihitung dengan menggunakan
program komputer yaitu SPSS release 14.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteruskan kepada subjek yang sama.
Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil (Suharsimi,
2006: 85). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut baik. Instrumen akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal. Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil
pengetesan yang berbeda. Baik instrumen yang berbeda maupun yang sama.
Sedangkan reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali
pengetesan.
30
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian. Sebab
dengan adanya analisis data, maka hipotesis yang ditetapkan bisa diuji kebenarannya
untuk selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan. Secara garis besar, pekerjaan
analisis data meliputi 3 langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai
dengan pendekatan penelitian (Suharsimi, 2006: 238).
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain mengecek sejauh mana atau
identitas, apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut,
mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data.
2. Tabulasi
Sekumpulan data dan informasi yang diperoleh perlu disusun dalam satu bentuk
pengaturan yang logis dan ringkas, dalam bentuk tabulasi. Langkah pertama dalam
tabulasi ini adalah membuat klasifikasi. Skema klasifikasi pada umumnya sudah
disusun sebelum semua data terkumpul, yang kemudian disempurnakan lagi sesudah
semua data masuk ke dalam klasifikasi ini dibuat menurut ciri-ciri dan kebutuhan dari
data itu sendiri. Sesudah dibuat skema klasifikasi, kasus-kasus individual atau item-
item dari data itu dipisah-pisahkan dan dihitung menurut macam-macam kategorinya
(Kartono, 1990: 332).
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Mengingat data yang diperoleh berwujud frekuensi, maka analisis statistik
31
yang digunakan adalah “Chi Kuadrat”, dengan rumus yaitu:
χ2 = Σ (fo −fh)2 fh Keterangan: χ2 = Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diperoleh sampel fh = frekuensi yang diperoleh dalam sampel
sebagai pencerminan dan frekuensi yang diharapkan dalam populasi Σ = sigma
(Sutrisno Hadi, 1987: 317)
32
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Agus Suyanto. 1992. Psikologi Umum. Aksara Baru: Jakarta
Andi Mappier. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional: Surabaya
Crow, Crow. 1973. An Out Line of General Psychology. Lithfe Field Adam and Co: New York
Dakir. 1995. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Basa Danim, S. 1997. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Darwis, Ratinus dan Basa, Dt. Penghulu. 1992. Olahraga Pilihan Sepaktakraw. Depdikbud Drjen Dikti. Jakata.
Depdikbud. 1992. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Yang Disempurnakan Untuk SLTP. Jakarta: Balai Pustaka
Dewa Ketut Sukardi. 1994. Psikologi Remaja. Aksara Baru: Jakarta
Gramedia Effendi. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung: Pn Tarsip
Ismail Tola 1988. Permainan Sepakraga dan Sepaktakraw. Penerbit. FPOK-IKIP Ujungpandang.
Masri Singarimbun, & Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
M. Buchori. 1991. Psikologi Umum. Pn Tarsip: Bandung
Prawirasaputra S. 2000. Sepaktakraw Depdiknas. Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Jakarta.
Sugiono, 2000. Statistik Untuk Penelitian, Tarsito Bandung.
Sanafiah Faisal. 1981. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sutrisno Hadi. 2000. Methodolgy Research, Book I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM
33
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta Sumadi
W.S. Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia
34
KISI-KISI UJI COBA ANGKET MINAT SISWA TERHADAP OLAHRAGA SEPAKTAKRAW PADA PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
Variabel Indikator minat Nomor pertanyaan Jumlah Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu dan dapat pula melalui partisipasi dalam suatu aktivitas (Slameto,1995:180)
1. Ketertarikan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 10
2. Perhatian 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 8
3. Aktivitas 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35
15
Jumlah 35
35
Lampiran 2
ANGKET PENELITIAN
I. Identitas Responden
Nama : …………………………………..
Kelas : …………………………………..
Alamat :……………………………….
II. Petunjuk Pengisian Angket Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban :
Ya / Tidak pada kolom yang tersedia.
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Saya tertarik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
2 Saya tidak tertarik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
3 Saya tertarik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena dapat meningkatkan kedisiplinan
4 Saya kurang tertarik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena membuat saya tidak disiplin
5 Ketertarikan saya mengikuti olahraga,karena ada permainannya
6 Saya tidak tertarik pendidikan jasmani, karena melelahkan.
7 Saya tidak tertarik terhadap pelajaran jasmani, karena tidak dapat menambah kekuatan tubuh.
8 Saya tertairk mengikuti pelajaran olah raga, karena dapat bermain dengan teman-teman
9 Ketertarikan saya terhadap pelajaran pendidikan jasmani, karena dapat menguatkan otot-otot
36
10
Saya kurang tertarik pelajaran pendidikan jasmani, karena menyebabkan bodoh
11 Ketertarikan saya terhadap pelajaran pendidikan jasmani, karena mengandung unsur sosial.
12 Saya selalu memperhatikan ketika guru olah raga memberikan contoh gerakan
13 Ketika guru olah raga memberikan contoh gerakan, saya dan teman-teman bersendau gurau
14 Jika guru olah raga tidak datang saya sangat kecewa, karena tidak berolah raga
15 Jika guru olah raga tidak datang, saya dengan temanteman tetap berolah raga
16 Saya mengikuti pendidikan jasmani, karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan gerak
17 Saya tidak mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, karena takut cedera
18 Saya selalu memperhatikan materi pendidikan jasmani, karena mengandung unsur pendidikan mental.
19 Saya tidak memperhatikan pendidikan jasmani, karena tidak mengandung unsur pengembangan mental
20 Saya mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, karena dapat meningkatkan kemampuan berfikir
21 Saya mengikuti praktek olah raga dengan serius
22 Saya mengikuti praktek olah raga dengan semaunya sendiri
23 Gerakan olah raga yang diberikan oleh guru saya ulangi lagi supaya cepat bisa
24 Setelah berolahraga saya lebih mengerti akan pentingnya kesehatan.
37
25 Sebelum berolah raga yang berat kita harus melakukan pemanasan
26 Jika pemanasan tidak ditunggui oleh guru, maka saya
tidak akan melakukan pemanasan dengan sungguh-sungguh
27 t Saya merasa malu jika ditunjuk memimpin pemanasan oleh guru
28 Saya selalu mengikuti olah raga supaya dapat menjadi wakil sekolah dalam lomba
29 Setiap ada lomba sekolah saya tidak pernah ikut serta
30 Agar tujuan pendidikan jasmani dapat terwujud saya selalu melakukan tugas gerak yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh.
31 Dengan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, saya dapat menguasai pola-pola gerak dengan baik.
32 Saya melakukan gerakan lari dengan sungguh-sungguh pada saat pelajaran olah raga
33 Saya tidak melakukan gerakan lari dengan sungguh-sungguh pada saat pelajaran olah raga
34 Untuk menguasai gerak ketrampilan secara efektif, saya tidak mengulangi lagi dirumah
35 Jika ada waktu luang dirumah saya akan berolah raga
38
39
ANALISIS MINAT BERMAIN SEPAKTAKRAW SISWA SMP NEGERI 1 BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Unuversitas Negeri Makassar Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ABDUL JABBAR
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSASR
2010
40
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL PENELITIAN : ANALISIS MINAT BERMAIN SEPAKTAKRAW SISWA SMP NEGERI KECAMATAN BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG
JENIS PENELITIAN : SURVEI
NAMA : EDI SUDRAJAT
N I M : 073804039
PROGRAM STUDI : PGSD DIKJAS S1
FAKULTAS : ILMU KEOLAHRAGAAN
Makassar, November 2010
Penasehat Akademik Mahasiswa
Drs. Hasanuddin, M.Kes Abdul Jabbar
NIP. 19661004 198702 1 002 NIM. 073804039
Mengetahui :
Ketua Prodi PGSD Dikjas S1
Drs. Kasman, M.Kes
NIP. 19550320 198702 1 001
41
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………...... i
Halaman Pengesahan ……………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Permasalahan .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
A. Minat ................................................................................................... 7
1. Teori-teor Minat ……………..................................................... 7
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat.................................. 9
3. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Minat.................................... 10
4. Bentuk-Bentuk Minat.................................................................. 11
5. Macam-Macam Minat ................................................................ 11
6. Unsur-Unsur Minat ..................................................................... 12
7. Ciri-Ciri Minat Anak ..................................................................
13
B. Olahraga Sepaktakraw .................................................................. 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 20
42
A. Variabel Penelitian........................................................................ 21
B. Defenesi Operasional …………………………………………. 22
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 24
D. Pengumpulan Data ....................................................................... 25
E. Analisis Data .................................................................................. 27
Daftar Pustaka ................................................................................................. 29