abdul fiqih-feb.pdf

Upload: muhammadriefandi

Post on 02-Mar-2018

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    1/172

    SKRIPSI

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI

    PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA TANGERANG

    PADA TAHUN 2004-2008

    Oleh

    ABDUL FIQIH

    104082002675

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431/2010

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    2/172

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    3/172

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    4/172

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    5/172

    i

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Abdul Fiqih

    Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 21 April 1986Agama : Islam

    Alamat Perum Taman Kedaung JL Melati 1 A1/18

    Pamulang-Tangerang SelatanKode Post : 15412

    No. Tlp/HP : 021-96971386/ 0857-8015-4286

    PENDIDIKAN FORMAL

    1. MIN Rungkang-Losari-Brebes Lulus Tahun 1998

    2. MTs Salafiyah Syafiiyah Babakan- Ciwaringin-Cirebon Lulus Tahun 2001

    3. MAN Model Babakan-Ciwaringin-Cirebon Lulus Tahun 20044. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lulus Tahun 2010

    PNDIDIKAN NON-FORMAL

    1. Pondok Pesantren Asrorurrofiah Babakan-Ciwaringin-Cirebon 1998-2001

    2. Pondok Pesantren AL-Faqih Babakan-Ciwaringin-Cirebon 2001-2004

    PENGALAMAN ORGANISASI

    1. PMII komisariat Fakultas Ekonomi UIN Jakarta 2005

    2. Wakil Ketua DPM-J Akuntansi 2005

    3. Anggota Tim Sukses Capres BEM-J Akuntansi 20054. Pernah Aktif di KPMDB Jakarta Raya

    5. Staff Bidang Keilmuan IMMAN Cabang Jakarta 2004-2005

    6. Ketua Bidang Humas & Senora IMMAN Cabang Jakarta 2005-20067. Sekretaris Umum IMMAN Cabang Jakarta 2006-2007

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    6/172

    ii

    ABSTRACT

    The aim of research is to know the influence of region taxes, retribution, and

    region owned company, after legal income to the realization of PAD at Tangerang City

    from 2004-2008 and to know what efforts DPKAD of Tangerang City do to improve the

    income of PAD in Tangerang City. And method of research that I used is an analysismethod and multiply regression test, while a sample that I used is date time series of pure

    income report per year from 2004-2008 by method of purposif sampling.

    Final conclusion is independent variable: are taxes, retribution, company and

    other legal income, simultaneously it can explain and influence significantly the

    realization of revenue of PAD 0,846% or 84,6% partially taxes and other revenue

    influence legally while two other variables: region retribution and region owned

    company do not influence significantly to the realization of revenue at PAD.

    Keyword: are taxes, retribution, owned company result, other legal revenue and

    realization of revenue of PAD

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    7/172

    iii

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah,

    hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-lain yang sah terhadap realisasi PAD Kota

    Tangerang pada tahun 2004-2008 dan mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh

    aparatur DPKAD Kota Tangerang untuk meningkatkan realisasi penerimaan PAD KotaTangerang. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode analisis dan uji

    regresi berganda. Sampel yang digunakan adalah rentetan data laporan penerimaan Pendapatan

    Asli Daerah pertahun dari tahun 2004-2008. dengan menggunakanpurposif sampling.

    Kesimpulan terakhir adalah bahwa variabel independen yaitu pajak daerah, retribusi

    daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan pendapatan lain-lain yang sah secara simultan mampu

    menjelaskan dan berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD sebesar 0,846 atau

    84,6%. Sedangkan secara parsial hanya pajak dan pendapatan lain-lain yang sah yang

    berpengaruh signifikan, sedangkan dua variabel lain yaitu retribusi daerah dan hasil perusahaan

    milik daerah secara parsial kurang berpengaruh secara signifikan terhadap relasasi penerimaan

    PAD Kota Tangerang.

    Kata Kunci: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Pendapatan Lain-

    lain Yang Sah dan Realisasi Penerimaan PAD.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    8/172

    iv

    KATA PENGANTAR

    Dengan rahmat dan kasih sayang Allah dengan ridha-Nya serta petunjuk-Nya,

    dengan segala kekuasaan Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur

    senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam pemilik

    hidup yang hakiki, pemilik kekayaan yang sempurna, pemilik ilmu yang maha luas

    tiada terkira, raja dari segala manusia jin malaikat dan makhluk lainnya yang lemah,

    Maha Suci Allah dari segala sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Dengan rahmat -

    Nya, serta kemurahan-Nya kepada semua hamba-Nya, penulis hamba yang lemah

    serta banyak kekuarangannya ini dapat menyelesaikan skripsi yang berjudulAnalisis

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Di

    Kota Tangerang Periode 2004-2008. Shalawat dan salam semoga Allah panjatkan

    kepada Rasulllah SAW yang telah mengibarkan panji islam di muka bumi dengan

    petunjuk serta inayah-Nya yang tiada terkira, sehingga kita sebagai manusia yang

    mempunyai akal dan hati menjadi manusia yang mulia dan sempurna, semoga Allah

    SWT dapat mengampuni segala dosa-dosa hamba-Nya yang mengikuti ajaran

    Muahmmad Rasulullah SAW,pemilik akhlaqul karimah,manusia agung kekasih Allah

    yang sempurna tanpa cela.

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi, dengan penuh kesadaranbahwa skripsi ini tedapat kelemahan-kelemahan dan jauh dari kesempurnaan

    (kesempurnaan hanya milik Allah), walaupun begitu, penulis hamba yang dhaif ini

    tetap memakai kode etik dan aturan-aturan yang berlaku layaknya sebuah karya

    ilmiah yang tanpa diragukan lagi keilmiahannya. Skripsi ini tidak akan selesai

    penulisannya begitu saja tanpa bantuan dari semua manusia yang turut berjasa dalam

    penggarapan skripsi saya ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

    sesuai aturan yang berlaku. Oleh karena itu atas kesadaran dan kerendahan hati hamba

    yang dhaif ini mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya tak bisa diukur

    dalamnya dengan meter yang tak terhingga kepada:

    1. Walidainie Orang Tua (semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya dan

    menyayanginya) Bapak Ahmad Zaini dan Ibu Siti Aminah yang Alhamdulillah

    selalu memberikan semua dukungan dan fasilitas yang saya butuhkan selama saya

    study, saya sangat bersyukur kepada Allah mempunyai orang tua sebaik engkau,

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    9/172

    v

    tanpa rasa kesal dan pamrih,yang selalu memberikan pelajaran bagaimana

    menjalani hidup yang diridhoi Allah, mendidik dari kecil dengan penuh nuansa

    religius. Keringat, tangisan air mata dan kesedihanmu sungguh saya tak bisa

    membalas jasa-jasamu sampai kapanpun,hanya doa kepada Allah agar engkau

    senantiasa sehat, diberikan umur panjang, dimurahkan rizqinya, dimudahkan

    segala urusannya, dihilangkan segala beban dan kesulitannya, dijauhkan dari

    segala bahaya, diridhoi atas segala pebuatannya dan diampuni segala dosa-dosa

    engkau, Ya Allah semoga engkau selalu menyayangi beliau,sebagaimana dia

    menyayangiku dari kecil tanpa rasa pamrih Aamiin. Adik-adik sayaAhmad Fauzi,

    Irfan Zidny, Wilda Turrahmah semoga kelak engkau menjadi manusia-manusia

    yang mulia baik disisi Allah maupun dalam padangan manusia Aamiin.

    2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I yang mudah-

    mudahan senantiasa ikhlas ditengah-tengah kesibukannya untuk meluangkan

    waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

    3. Ibu Rini, SE, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar

    membimbing dan memberikan solusi atas segala kesulitan yang penulis temukan

    sehingga bisa selesai.

    4. Bapak Afif Sulfa SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    5. Ibu Yessi Fitri SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

    6. Segenap jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta atas semua

    curahan ilmu dan perhatiannya.

    7. Bapak Taufiq S.E, M.Si selaku Kasi Pendaftaran dan Pendataan Dinas

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tangerang yang telah memberikan

    izin untuk riset dan data-data kepada penulis serta bantuan lain yang penulis

    butuhkan.

    8. Teruntuk yang special dinda Nurul engkau adalah Khadijahku disaat aku dalam

    tekanan dan menenangkan segala beban pikiranku, engkau adalah Aisyahku disaat

    aku kesulitan dalam menghadapi masalah-masalahku dan memberikan solusi yang

    melegakan hatiku, semoga engkau menjadi seperti Siti Khadijah dan Siti Aisyah

    dalam hidupku.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    10/172

    vi

    9. Untuk semua teman-teman seperjuangan baik di IMMAN Jakarta, KMSGD,

    HIMA-CITA, KPMDB, PPMB, MAKOM ALBAB (Majelis Komunikasi Alumni

    Babakan) Khususnya angkatan 2004.

    10. Untuk teman-teman akuntansi C 2004 dan juga anak pajak A 2004 semuanya

    terima kasih.

    11. Untuk teman-teman kosan dulu semoga anda sukses semua.

    Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya

    tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas segala

    kebaikan dan ketulusannya menjadi amal kebaikan dan dibalas kebaikan dengan

    berlipat ganda.

    Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis

    dan umumnya bagi pembaca sekalian.

    Jakarta, September 2010

    Penulis

    Abdul Fiqih

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    11/172

    vii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ i

    ABSTRACT........................................................................................................... ii

    ABSTRAK ............................................................................................................. iii

    KATA PENGANTAR........................................................................................... iv

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah . 1

    B. Perumusan Masalah 6

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

    BAB II LANDASAN TEORITIS

    A. Sumber Penerimaan Daerah 9

    1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah .. 9

    2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah .. 10

    a. Pajak Daerah ... 10

    b. Retribusi Daerah . 35

    c. Hasil Perusahaan Milik Daerah .. 40

    d. Pendapatan Lain-lain Yang Sah . 40

    B. Pajak dan Ruang Lingkupnya ... 41

    1. Definisi Pajak 41

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    12/172

    viii

    2. Fungsi dan Tujuan Pajak ...... 43

    3. Sistem Pemungutan Pajak . 45

    4. Syarat-syarat Pemungutan Pajak .. 47

    5. Azas Pemungutan Pajak 49

    6. Pengelompokan Pajak ... 49

    7. Tarif Pajak .... 51

    8. Kewajiban dan Hak-hak Wajib Pajak ... 53

    C. Pajak Dalam Pelaporan Keuangan Daerah 55

    D. Penelitian Sebelumnya .. 57

    E. Kerangka Pemikiran ... 59

    F. Hipotesis 61

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian . 62

    B. Metode Penentuan Sampel . 62

    C. Metode Pengumpulan Data 63

    D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis 64

    E. Operasional Variabel Penelitian ... 71

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Kota Tangerang 73

    B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi DPKAD......... 82

    C. Analisa dan Pembahasan ... 104

    1. Perbandingan RealisasiPenerimaan PAD . 104

    2. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, HPMD dan

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    13/172

    ix

    Pendapatan Lain-lain Yang Sah Tahun 2004-2008 112

    a. Uji Asumsi Klasik .... 112

    1. Hasil Uji Normalitas Data . 112

    2. Hasil Uji Multikolonieritas ... 113

    3. Hasil Uji Heterokedastisitas . 114

    4. Hasil Uji Autokorelasi .. 115

    b. Uji Hipotesis 116

    1. Uji Koefisien Determinasi 116

    2. Hasil Uji F 118

    3. Hasil Uji t . 119

    c. Perbandingan Analisis Penulis dengan Penelitian-penelitian

    Sebelumnya .. 124

    3. Upaya-upaya ang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang

    Khususnya DPKAD Dalam Meningkatkan Penerimaan PAD

    Di Kota Tangerang .. 127

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan 129

    B. Implikasi . 133

    C. Saran ... 134

    DAFTAR PUSTAKA 136

    LAMPIRAN .. 138

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    14/172

    x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Keterangan Halaman

    1.1 Target dan Realisasi PAD ................................................. 4

    2.1 Pajak Reklame Permanen ................................................. 25

    2.2 Pajak Reklame Insendentil ................................................. 25

    4.1 Kapasitas Produksi, Distribusi Dan Air Terjual.. 81

    4.2 Realisasi Penerimaan PAD ................................................. 104

    4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................. 113

    4.4 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................ 116

    4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................ 116

    4.6 Hasil Uji F .......................................................................... 1184.7 Hasil Uji t ........................................................................... 119

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    15/172

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Keterangan Halaman

    2.1 Kerangka Pemikiran..................................................................... 60

    4.1 Grafik Perkembangan Penerimaan PAD...................................... 107

    4.2 Hasil Uji Normalitas Data............................................................ 113

    4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas............ 115

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    16/172

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Keterangan Halaman

    1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi

    Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah,

    Pendapatan Lain-lain yang Sah dan PAD Tahun2004..............................................................................................138

    2 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi

    Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah,Pendapatan Lain-lain yang Sah dan PAD Tahun

    2005..............................................................................................139

    3 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, RetribusiDaerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah,

    Pendapatan Lain-lain yang Sah dan PAD Tahun

    2006 .............................................................................................140

    4 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi

    Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah,Pendapatan Lain-lain yang Sah dan PAD Tahun

    2007..............................................................................................141

    5 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, RetribusiDaerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah,

    Pendapatan Lain-lain yang Sah dan PAD Tahun

    2008..............................................................................................142

    6 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................143

    7 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................144

    8 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................145

    9 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................146

    10 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................147

    11 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................148

    12 Out put Regresi Berganda dalam SPSS V13 ..............................149

    13 Struktur Organisasi DPKAD Kota Tangerang.............................150

    14 Struktor Organisasi Pemerintah Kota Tangerang ........................151

    15 Surat Izin Penelitian/Riset............................................................152

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    17/172

    xiii

    16 Surat Rekomendasi Penelitian LINMAS Kota

    Tangerang ....................................................................................153

    17 Surat Keterangan Hasil Wawancara ............................................155

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    18/172

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik dimana

    didalamnya dikenal adanya daerah-daerah otonom sebagai konsekuensi

    dianutnya asas desentralisasi sesuai dengan ketentuan UU No.12 tahun

    2008, Maka Ada 2 (dua) tingkatan daerah otonom (yaitu daerah yang

    berhak mengurus rumah tangganya sendiri), yang dibagi menjadi daerah

    tingkat I (Propinsi) dan daerah tingkat II (Kabupaten dan Kota Madya).

    Sejalan dengan UU No.12 tahun 2008 tentang pemerintahan daerah

    dan UU No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

    pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta UU No.28 tahun 2009

    tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dimana pemerintah daerah baik

    pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten maupun kota telah diberikan

    wewenang untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri melalui

    otonomi daerah yang mengedepankan kemandirian daerah. Dimana

    otonomi daerah mensyaratkan adanya kemandirian dibidang pembiayaan/

    keuangan. Keuangan ini penting karena tidak ada satu kegiatan pemerintah

    pun yang tidak membutuhkan biaya. Keuangan merupakan salah satu

    sumber hidupnya daerah karena otonomi tanpa ditunjang oleh kemampuan

    keuangan akan lemah sekali.

    Menurut salah seorang pakar bidang keuangan Prof.Dr.Rochmat

    Soemitro.S.H. adalah kunci bagi keberhasilan penyelenggaraan urusan-

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    19/172

    2

    urusan rumah tangga daerah. Sumber-sumber keuangan daerah dapat

    diperoleh dari dana perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), pinjaman

    dan bantuan lainnya. Sedangkan berdasarkan ketentuan UU No.33 tahun

    2004 sumber-sumber pendapatan daerah antara lain:

    a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari:

    1. Hasil pajak daerah

    2. Hasil retribusi daerah

    3. Hasil perusahaan daerah

    4. Lain-lain hasil usaha daerah yang sah.

    b. Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah, yang terdiri dari:

    1. Sumbangan dari pemerintah

    2. Sumbangan-sumbangan lain, yang diatur dengan peraturan

    perundang undangan.

    3. Lain-lain pendapatan yang sah.

    Dalam otonomi daerah sumber-sumber keuangan daerah/Pendapatan

    Asli Daerah dalam keuangan daerah merupakan salah satu tolak ukur yang

    nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Pada umumnya daerah

    dikatakan siap untuk melaksanakan otonomi daerah apabila PAD-nya dapat

    memberikan sumbangan yang berarti kepada APBD. Sumber utama

    pembangunan daerah harus dapat dibiayai dari PAD, sehingga daerah tidak

    bergantung dari subsidi pemerintah pusat. Dengan demikian daerah dapat

    dengan leluasa melakukan akselerasi pembangunan daerahnya dengan tanpa

    beban pengaruh dari pemerintah pusat sesuai dengan makna dari otonomi

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    20/172

    3

    daerah yaitu melaksanakan sendiri segala urusan pemerintahan diluar

    kelima urusan yang masih ditangani oleh pemerintah pusat (Tjip Ismail,

    Januari : 2004).

    Sebagai konsekuensi menjalankan otonomi daerah yang dimulai

    pada tahun 2001 pemerintah Kota Tangerang berupaya untuk meningkatkan

    sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar mampu membiayai

    penyelenggaraan pemerintah dan lebih meningkatkan pelayanan kepada

    masyarakat. Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah di Kota

    Tangerang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik

    daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Dari keempat sumber Pendapatan

    Asli Daerah tersebut perlu ditingkatkan upaya intensifikasi dan

    ekstensifikasi yang salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi

    sumber daya dan sarana yang terbatas, serta meningkatkan efektifitas

    pemungutan yaitu mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan

    menggali sumber-sumber pendapatan yang baru yang kemudian potensinya

    memungkinkan sebagai kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli

    Daerah di Kota Tangerang. Kota Tangerang merupakan kota yang

    mempunyai kultur dan nuansa perkotaan yang religius dan juga sebagai

    hinterlandnya DKI Jakarta semakin banyak orang yang bermukim dan

    menetap sehingga potensi wajib-wajib pajak yang baru dapat

    meningkatkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, selain itu

    semakin banyaknya dibangun pusat-pusat bisnis terpadu meliputi

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    21/172

    4

    perkantoran, perumahan, pusat perbelanjaan, makanan cepat saji dari luar

    negeri menjadikan potensi pajak daerah semakin besar.

    Tabel 1.1

    Daftar Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang

    Kota Tangerang Periode 2004-2008

    Tahun Target Realisasi Pencapaian

    2004 97.899.759.826,- 108.978.535.129,- 111.32%

    2005 107.313.373.998,- 122.149.992.517,- 112.09%

    2006 122.228.416.207,- 135.853.641.888,- 111.22%

    2007 133.412.795.107,- 164.053.027.186,- 120.76%

    2008 145.417.607.708,- 192.475.130.150,- 132.36%

    Sumber: DPKAD Kota Tangerang

    Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah dari hasil pajak daerah,

    hasil retribusi daerah, hasil laba dari perusahaan milik daerah dan dari hasil

    usaha lain-lain yang sah yang diterima oleh pemerintah daerah Kota

    Tangerang. Adapun pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah

    Kota Tangerang adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak

    reklame, pajak penerangan jalan, pajak bahan galian golongan C, pajak

    pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, pajak sarang burung

    walet, PBB Perkotaan dan pedesaan, dan BPHTB. Pajak-pajak daerah

    tersebut diharapkan dapat meningkatkan PAD, selain dari hasil retribusi

    daerah, hasil perusahaan milik daerah dan usaha-usaha lainnya yang sah,

    sehingga bisa digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Dengan

    demikian hasil pemungutan dari sektor pajak akan dapat lebih berperan

    dalam menunjang usaha-usaha pembangunan khususnya pembangunan

    yang dilaksanakan di Kota Tangerang.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    22/172

    5

    Kota Tangerang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia

    yang cukup besar terus memacu perkembangan sebagai upaya untuk

    mensejahterakan masyarakat dan mewujudkan Kota Tangerang sebagai

    pusat perekonomian berwawasan lingkungan. Pada tabel 1.1

    menggambarkan target dan realisasi pendapatan daerah di Kota Tangerang

    selama satu periode dari tahun 2004-2008. Dari tabel 1.1 diatas dapat

    disimpulkan bahwa realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota

    Tangerang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan selalu

    melebihi nilai yang ditargetkan.

    Berdasarkan pada penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh

    Ahmad Najib (2006), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

    penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karawang.

    Hasilnya menunjukan bahwa terjadi peningkatan secara signifikan, yang

    diketahui dari keempat variabel independen yaitu pajak daerah, perusahaan

    milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah yang berpengaruh secara

    signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karawang.

    Sesuai dengan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas

    faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    di Kota Tangerang tahun 2004-2008. Perbedaan penelitian ini dengan

    penelitian sebelumnya yaitu objek penelitian dan tahun penelitian. Pada

    penelitian ini dilakukan di Kota Tangerang dengan menggunakan metode

    convenience sampling yaitu metode pemilihan sampel non probabilitas

    (nonprobability sampling method) dimana anggota sampel yang dipilih

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    23/172

    6

    atau diambil berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan,

    yaitu dengan mengambil data bulanan dari realisasi Pendapatan Asli

    Daerah (PAD). Pada penelitian ini menggunakan metode analisisnya

    dengan metode regresi berganda yang dihasilkan dari output SPSS.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti mencoba untuk

    meneliti tentang pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

    milik daerah dan pendapatan lain-lain yang sah terhadap realisasi

    penerimaan PAD di Kota Tangerang serta perbandingan realisasi

    penerimaan kedua variabel independen dan dependen tersebut. Maka

    peneliti mengambil judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang

    Pada Tahun 2004-2008

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dapat penulis

    rumuskan beberapa masalah yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup

    pembahasannya berkisar pada:

    1. Apakah pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,

    dan pendapatan lain-lain yang sah berpengaruh terhadap realisasi

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Tangerang baik secara parsial

    maupun simultan?

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    24/172

    7

    2. Upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintahan Kota Tangerang

    untuk meningkatkan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota

    Tangerang?

    3. Bagaimanakah perbandingan antara realisasi penerimaan PAD dengan

    penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik

    daerah dan pendapatan lain-lain yang sah?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian:

    a. Untuk menganalisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah,

    perusahaan milik daerah dan usaha lain-lain yang sah terhadap

    realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang.

    b. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh

    pemerintah daerah Kota Tangerang untuk meningkatkan realisasi

    Pendapatan Asli Daerah.

    c. Untuk mengetahui perbandingan antara realisasi penerimaan PAD

    dengan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

    milik daerah, dan pendapatan lain-lain yang sah.

    2. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini

    antara lain:

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    25/172

    8

    a. Bagi penulis; dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan

    pengalaman dibidang ekonomi dan perpajakan, khususnya mengenai

    penerimaan Pendapatan Asli daerah.

    b. Bagi Akademis; hasil penelitian ini diharapkan akan menambah bahan

    referensi atau acuan bagi studi tentang Pajak Daerah, Retribusi

    Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Usaha Lain-lain

    yang Sah atau penelitian dengan objek yang sejenis.

    c. Bagi Masyarakat; diharapkan akan memberikan sumbangan berupa

    informasi yang berarti bagi masyarakat luas, yang ada hubungannya

    dengan pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah

    dan hasil usaha lain-lain yang sah.

    d. Bagi Instansi Terkait; dalam hal ini adalah pemerintah Kota

    Tangerang, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan

    pertimbangan dalam mengevaluasi efektivitas dan efisiensi

    penerimaan Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber

    pembangunan daerah.

    e. Bagi para pembaca; penelitian ini bermanfaat dalam menambah

    khazanah keilmuan, intelektualitas dan aktualisasi diri.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    26/172

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    5. Sumber Penerimaan Daerah

    1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Setiap daerah memiliki wewenang dan kewajiban untuk

    menggali sumber-sumber keuangannya sendiri dengan melakukan

    segala upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

    dengan demikian pemerintah daerah dapat melaksanakan tugas

    pemerintahan dan pembangunan yang semakin mantap demi

    kesejahteraan masyarakatnya.

    Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh

    daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

    berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Jadi dapat disimpulkan PAD merupakan suatu

    penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber wilayahnya sendiri

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pendapatan Asli Daerah merupakan bagian dari sumber

    pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam UU No.33 tahun 2004

    sebagai salah satu sumber pendapatan dalam kaitan pelaksanaan

    otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah harus betul-betul dominan dan

    mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga pelaksanaan

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    27/172

    10

    otonomi daerah tidak dibiayai oleh subsidi atau dari sumbangan dari

    pihak ketiga atau pinjaman daerah.

    Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah tidak dapat dipisahkan

    dari pendapatan daerah secara keseluruhan. Menurut Undang-Undang

    Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah (Pemda), Undang-

    Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

    2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Adapun Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain:

    a) Pajak Daerah

    Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

    atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

    yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

    pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

    Pajak daerah dapat digolongkan kedalam dua kategori menurut

    tingkat pemerintahan daerah, yaitu: Pajak Propinsi dan Pajak

    Kabupaten/Kotamadya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34

    tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

    28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah:

    1) Jenis Pajak Propinsi terdapat dari:

    a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    28/172

    11

    b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas

    Air.

    c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

    d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan

    Air Permukaan.

    e. Pajak Rokok.

    2) Jenis Pajak Kabupaten Kota terdiri dari:

    a. Pajak Hotel

    Bedasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No 11 tahun

    2008 tentang pajak hotel menerangkan hal-hal sebagai

    berikut:

    1) Pengertian

    Pajak hotel adalah pungutan daerah atas

    pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus

    disediakan bagi orang untuk dapat menginap istirahat,

    memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan

    dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang

    menyatu di kelola dan dimiliki oleh pihak yang sama

    kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

    2) Objek Pajak Hotel

    Objek pajak hotel adalah pelayanan yang

    disediakan dengan pembayaran di hotel, sesuai peraturan

    daerah No. 11 tahun 2008 meliputi hal-hal sebagai berikut:

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    29/172

    12

    a) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka

    pendek, antara lain:

    Gubug pariwisata (cottage), motel, wisma, pariwisata,

    pesanggarahan (hostel), losmen dan rumah penginapan

    termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 15 atau

    lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah

    penginapan.

    b) Pelayanan penunjang sabagai kelengkapan fasilitas

    penginapan dan memberikan kemudahan dan

    kenyamanan, antara lain telepon, faximail, telex,

    fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi, dan

    pengangkutan lainnya yang disediakan atau yang

    dikelola oleh hotel.

    c) Fasilitas olah raga dan hiburan, antaa lain pusat

    kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf,

    karaoke, pub, diskotek, yang disediakan oleh hotel.

    d) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau

    pertemuan di hotel.

    Pada pajak hotel, tidak semua pelayanan yang

    diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada

    beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek

    pajak, yaitu:

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    30/172

    13

    a) Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau

    fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu

    dengan hotel.

    b) Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren.

    c) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di

    hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel

    dengan pembayaran.

    d) Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon, yang

    dipergunakan oleh umum di hotel.

    e) Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan

    oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

    3) Subjek Pajak Hotel

    Pada pajak hotel, yang menjadi subjek pajak

    adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

    pembayaran kepada hotel atas pelayanan hotel.

    4) Tarif Pajak

    Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar

    10% yang ditetapkan dengan peraturan daaerah kabupaten

    kota hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan

    pada pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menetapkan

    tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-

    masing daerah kabupaten / kota.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    31/172

    14

    5) Perhitungan Pajak Hotel

    Pajak Hotel Terutang = Penghasilan Buto dalam 1 bulanx

    Tarif Pajak

    Contoh:

    PT. Hotel Dedy Jaya terletak di kota Tangerang, memiliki data

    jenis kamar, jumlah kamar, dan tarif sebagai berikut:

    a) Standar Doble 10 kamar dengan tarif perhari Rp 65.000.

    b) Standar triple 10 kamar dengan tarif perhari Rp 85.000;

    c) Standar doble 10 kamar dengan tarif perhari Rp 85.000.

    d) Standar triple 8 kamar dengan tarif perhari Rp 120.000.

    e) Superior 6 kamar dengan tarif perhari Rp 175.000.

    Bulan November 2009 memperoleh penghasilan dari

    penggunaan kamar:

    a) Kamar Standar double sebanyak 20 hari

    b) Kamar Standar triple sebanyak 20 hari

    c) Kamar Deluxe double sebanyak 15 hari

    d) Kamar Deluxe triple sebanyak 10 hari

    e) Kamar Superior triple sebanyak 12 hari

    Hitunglah berapa pajak hotel yang harus dibayar oleh PT.

    Hotel Dedy Jaya untuk bulan November 2009.

    Jawab:

    = ( 20 x Rp 65.000; ) + ( 20 x Rp 85.000; ) + ( 15 x Rp

    120.000; )

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    32/172

    15

    = ( 10 x Rp 150.000; ) + ( 12 x Rp 175.000; )

    = Rp 1.300.000; + Rp 1.700.000; + Rp 1.800.000; + Rp

    2.100.000;

    = Rp 6.900.000;

    b. Pajak Restoran

    Restoran adalah usaha penyediaan dan penjualan

    makanan bertempat disebagian atau seluruh bangunan

    termasuk penyediaan / penjualan makanan dan minuman yang

    diantar atau dibawa pulang.

    Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas

    pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran oleh

    orang pribadi atau badan.

    1) Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran

    Dasar pengenaan pajak restoran adalah Undang-undang

    Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang

    perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia

    Nomor 33 tahun 2004 tentang pajak daerah dan retribusi

    daerah. Lebih khusus pasal 2 ayat point (d) point tentang

    pajak Kabupaten/Kotamadya.

    Di samping itu, yang menjadi landasan hukum

    atas pengenaan pajak restoran adalah sebagai berikut:

    a) Perda Provinsi Banten No.38 Tahun 2009

    b) Perda No. 2 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    33/172

    16

    c) Perda No. 16 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran

    d) Perda Kota Tangerang No.9 Tahun 2009

    2) Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Restoran

    Objek pajak restoran adalah pelayanan yang

    disediakan restoran dengan pembayaran. Seperti Rumah

    Makan, Bar, Cafe, Warung Nasi.

    Pengecualian Objek Pajak Restoran:

    1. Usaha Jasa Boga atau catering yang merupakan objek

    pajak pemerintah pusat berdasarkan peraturan No. 65

    Tahun 2001.

    2. Pelayanan restoran atau rumah makan yang memilki

    omset atau peraturan usaha di bawah 30 juta rupiah

    pertahun (tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-

    waktu menyesuaikan dengan kondisi ekonomi melalui

    gubernur.

    3. Restoran atau rumah makan yang satu manajemen

    dengan hotel.

    Subjek pajak restoran adalah perorangan pribadi

    atau badan hukum yang melakukan pembayaran kepada

    restoran. Dengan demikian setiap konsumen, selain

    membayar tarif restoran, wajib pula membayar restoran

    sebesar 10% dan tarif restoran kepada pengusaha restoran.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    34/172

    17

    Wajib Pajak restoran adalah pengusaha restoran

    yang harus menyetorkan pajak restoran yang dibayar oleh

    konsumen kepada Dinas Pendapatan selaku Kas Daerah.

    3) Saat Terutang Pajak, Dasar Pengenaan Pajak Restoran,

    Tarif, dan Cara Perhitungan.

    a) Saat Terutang Pajak Restoran

    Yaitu disaat terjadinya pembayaran ke pengusaha

    restoran atas pelayanan restoran termasuk yang dibayar

    di muka/ down payment.

    b) Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

    Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran

    yang diberikan konsumen kepada restoran. Masa pajak

    adalah jangka waktu lamanya 1 (tahun) bulan takwim.

    c) Cara Perhitungan

    Pajak Restoran = Tarif Pajak (10%) x Dasar Pengenaan

    Contoh Perhitungan Pajak Restoran:

    Sebuah restoran menyediakan makanan dan minuman di

    tempat, sekaligus melayani pesanan. Berdasarkan laporan

    perusahaan, selama 1 bulan restoran tersebut memperoleh

    pendapatan dari konsumen yang makan di restorannya sebesar

    Rp. 15.000.000,00. Berapakah pajak restoran yang harus

    dibayar oleh restoran tersebut.

    Cara perhitungan pajak:

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    35/172

    18

    Tarif Pajak = 10%

    Dasar Pengenaan Pajak = Omzet

    = Rp 64.000.000,00 + Rp 15.000.000,00

    = Rp 79.000.000,00

    Maka Pajak yang harus dibayarkan adalah:

    10% x Rp 79.000.000,00 = 7.900.000,00

    4) Sistem Pajak Restoran

    Adalah Self Assesment atau wajib pajak menghitung,

    melaporkan dan membayar pajak yang terutang sendiri.

    5) Bukti Transaksi Pembayaran Pajak Restoran

    1. Setiap bentuk transaksi restoran atau rumah makan

    diharuskan menggunakan bon atau bill atau sesuai dengan

    keputusan Gubernur.

    2. Setiap bon /bill harus memliki tanda perporasi atau

    legalisasi pajak dengan mengajukan secara tertulis ke

    kepala dinas pendapatan daerah.

    3. Sanksi yang diberikan untuk wajib pajak yang tidak pakai

    perporasi /legalisasi adalah sebesar 2% perbulan dari dasar

    pengenaan pajak.

    4. Bagi wajib pajak yang tidak menggunakan bon atau bill

    dikenakan sanksi sebesar 2% perbulan dari dasar

    pengenaan pajak.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    36/172

    19

    c. Pajak Hiburan

    Berdasarkan Peraturan Daerah kota Tangerang No.10

    Tahun 2008 tentang pajak hiburan, menarangkan hal-hal

    sebagai berikut:

    1) Pengertian

    Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

    Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, dan/

    atau keramain, dengan nama dan bentuk apapun yang

    ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut

    bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas berolahraga.

    2) Objek Pajak Hiburan

    Objek pajak hiburan dalah penyelenggaraan hiburan

    dengan dipungut bayaran. Berdasarkan peraturan daerah

    (perda) kota Tangerang No.10 Tahun 2008 objek pajak

    hiburan meliputi:

    a) Pertunjukkan film

    b) Pertunjukkan kesenian daaan sejenisnya

    c) Pagelaran musik dan tari

    d) Diskotik

    e) Karaoke

    f) Klub Malam

    g) Permainan Billiar

    h) Permaianan Ketangkasan

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    37/172

    20

    i) Panti Pijat

    j) Mandi Uap

    k) Pertandingan Olahraga

    l) Tempat Rekreasi

    m) Kolam Renang

    n) Persewaan Video Kaset, VCD,/DVD, LD

    o) Pasar Malam dan hiburan umum komersial lainnya.

    Pada pajak hiburan, tidak semua penyelenggaraan

    hiburan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang

    tidak termasuk obek pajak, yaitu penyelenggaraan hiburan

    yang tidak dipungut bayaran seperti hiburan yang

    diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat,

    atau kegiatan keagamaan.

    3) Subjek Pajak Hiburan

    Pada pajak hiburan, subjek pajak adalah orang

    pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati

    hiburan. Secara sederhana subjek pajak adalah konsumen

    yang menikmati hiburan.

    4) Tarif Pajak Hiburan

    Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi

    sebesar 35% yang ditetapkan dalam peraturan daerah

    kabupaten / kota.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    38/172

    21

    5) Perhitungan Pajak Hiburan

    Pajak Hiburan Terutang = Jumlah Pembayaran Untuk

    Menontonx Tarif

    Contoh:

    PT. Dedy Jaya Tangerang menyelenggarakan pagelaran musik

    Dewa 19 di stadion Benteng Tangerang. Satu tiket yang terjual

    untuk VVIP dengan harga Rp 600.000,- sebanyak 150 lembar,

    VIP dengan harga Rp 350.000,- sebanyak 250 lembar, Kelas I

    dengan harga Rp 150.000,- sebanyak 15.000,- lembar, Kelas II

    dengan harga Rp 60.000,- sebanyak 15.000,- lembar. Hitung

    berapa pajak hiburan yang harus dibayar oleh PT. Dedy Jaya,

    jika tarif pajak hiburan untuk pagelaran musik di Kota

    Tangerang ditetapkan 10%.

    Jawab:

    Penghasilan PT. Dedy Jaya

    = (150 x Rp 600.000,-) + (250 x Rp 350.000,-) + (15.000 x

    Rp 150.000,-) + (15.000,-) + (15.000 x Rp 60.000)

    = Rp 90.000.000 + 87.500.000,- + 2.250.000.000,- + Rp

    9.000.000.000,-)

    = 11.427.500.000

    Pajak Hiburan yang terutang PT. Dedy Jaya Tangerang

    = 10% x Rp. 11.427.500.000,-

    = 1.142.750.000,-

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    39/172

    22

    d. Pajak Reklame

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang tingkat II No. 4

    tahun 2009 tentang pajak reklame, menerangkan hal-hal sebagai

    berikut:

    1) Pengertian Pajak Reklame

    Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

    Reklame adalah benda, alat, atau media yang menurut

    bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial,

    dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau

    memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk

    menarik pehatian umum atas suatu barang, jasa atau orang

    yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau

    didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang

    dilakukan oleh pemerintah.

    2) Objek Pajak Reklame

    Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan

    reklame. Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh

    penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang

    terdaftar pada dinas pendapatan daerah kabupaten/kota.

    Penyelenggara reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak

    reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah

    sebagaimana yang disebut dibawah ini:

    a) Reklame Papan/Billboard/Megatron.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    40/172

    23

    b) Reklame kain/Baliho.

    c) Reklame melekat stiker.

    d) Reklame selebaran.

    e) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan.

    f) Reklame udara; reklame menggunakan balon udara.

    g) Reklame suara; reklame melalui kendaraan yang

    menggunakan pengeras suara.

    h) Reklame film dan slide; reklame yang menggunakan atau

    memperlihatkan gambar yang berubah-ubah

    mempergunakan layar monitor.

    i) Reklame peragaan, antara lain reklame melalui peragaan

    produk langsung kepada konsumen.

    Tidak semua penyelenggara reklame dikenakan pajak

    ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek

    pajak reklame, yaitu:

    a. Penyelenggara reklame melalui internet, televisi,

    radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan,

    dan jenisnya.

    b. Penyelenggara reklame lainnya yang ditetapkan

    dengan peraturan daerah.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    41/172

    24

    3) Subjek Pajak Reklame

    Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%

    yang ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota

    yang bersangkutan.

    4) Perhitungan Pajak Reklame

    Pajak Reklame terutang = Nilai sewax Tarif

    Contoh:

    Tahun 2009 PT Dedy Jaya Kota Tangerang membuat

    reklame papan nama tiang sebanyak empat buah dengan luas

    masing-masing 40m yang diletakan ditempat yang

    berkategori 1 tahun. Hitung berapa pajak reklame.

    Jawab:

    - Tarif pajak reklame 25%, jumlah luas reklame = 4x40m

    = 160m

    - Nilai strategis papan nama tiang 1 tahun untuk kategori

    utama = 120.000/m- NJOP/m untuk papan nama tiang = Rp 180.000/m

    - Nilai sewa dihitung dengan penjumlahan nilai strategis

    dan nilai jual objek pajak

    - Pajak Reklame = Nilai SewaxTarif Pajak

    = 160 mx(Rp 120.000,-/m + Rp 180.000,-/m)x25%

    = Rp 48.000.000,-x 25%

    = Rp 12.000.000,-

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    42/172

    25

    Tabel 2.1

    Pajak Reklame Permanen

    NoJenis

    ReklameMasaPajak

    NilaiStrategis/M

    Utama A B C D E NJOP/M

    1

    Papan nama

    tiang 1 tahun 120.000 110.000 100.000 60.000 80.000 70.000 180.000

    2

    Papan nama

    bersinar/neon

    box 1 tahun 130.000 120.000 110.000 100.000 90.000 80.000 220.000

    3

    Papan nama

    tiang toko 1 tahun 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 120.000

    Tabel 2.2Pajak Reklame Insendentil

    No Jenis Reklame

    Masa

    Pajak

    Nilai Strategis

    (Rp) NJOP (Rp)

    1 Baliho 1 Bulan 24.000/m 40.000/m

    2 Spanduk 1 Bulan 75.000/m 90.000/m

    3 Umbul-umbul 1 Bulan 7.500/m 80.000/m

    4

    Layar cover (30-

    40m) 1 Bulan 400.000/m 750.000/buah

    5

    Layar cover (20-

    30m) 1 Bulan 300.000/m 500.000/buah6 Tanda Toko 1 Bulan 7.500/m 50.000/buah

    7 Bendera Plastik 1 Bulan 20.000/m 2.000/lembar

    8 Timplate 1 Bulan 100.000/m 12.500/lembar

    9 Kendaraan 1 Bulan - 150.000/m

    10 Selebaran 1 Bulan - 200/lembar

    11 Poster 1 Bulan - 200/lembar

    12 Stiker 1 Bulan - 75.000/lembar

    13 Balon Udara 1 Bulan - 500.000/buah

    14 Slide/Film 1 Bulan - 20.000/detik

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    43/172

    26

    e. Pajak Penerangan Jalan

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No.8 Tahun

    1999 tentang pajak penerangan jalan, menerangkan hal-hal

    sebagai berikut:

    1) Pengertian

    Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga

    listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut

    tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh

    pemerintah daerah. Penerangan jalan adalah penggunaan

    tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang

    rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

    2) Objek Pajak Penerangan Jalan

    Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga

    listrik, diwilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang

    rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah

    Kabupaten/Kota

    Tidak semua penggunaan listrik dikenakan pajak. Ada

    beberapa pengecualian yang tidak temasuk objek pajak

    penerangan jalan yaitu:

    a) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat

    dan pemerintah daerah.

    b) Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang

    digunakan oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing,

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    44/172

    27

    dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal

    balik.

    c) Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari

    Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas

    tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi terkait.

    d) Penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan

    peraturan daerah: misalnya penggunaan tenaga listrik

    yang khusus digunakan untuk tempat ibadah serta panti

    asuhan yatim piatu dan sejenisnya.

    3) Subjek Pajak Penerangan Jalan

    Pada Pajak Penerangan Jalan, subjek pajak adalah orang

    pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Secara

    sederhana subjek adalah konsumen yang menikmati dan

    membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha

    penerangan jalan.

    4) Tarif Pajak Penerangan Jalan

    Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan palng tinggi sebesar

    10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota

    yang bersangkutan.

    5) Perhitungan Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

    PPJ terutang = Nilai Jual Tenaga ListrikxTarif Pajak

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    45/172

    28

    f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

    Berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Kota Tangerang No.

    7 tahun 1999 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan

    C, menerangkan hal-hal sebagai berikut:

    1) Pengertian

    Pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah pajak atas

    pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan

    perundang-udangan yang berlaku.

    2) Objek Pajak

    Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah

    kegiatan pengambilan bahan golongan C, pengertian kegiatan

    pengambilan bahan golongan C adalah pengambilan bahan

    galian golongan C dari sumber alam didalam dan atau

    permukaan bumi yang dimanfaatkan.

    Bahan galian golongan C meliputi:

    - Asbes - Grafit - Opsidien

    - Batu tulis - Granit - Oker

    - Gips - Perlit - Phospat

    - Batu kapur - Kalsit - Pasir Kuarsa

    - Batu apung - Kaolin - Leusit

    - Batu permata - Magnesit - Talk

    - Bentonit - Mika - Tawas

    - Dolomite - Tras - Nitrat

    - Feldspar - Marmer - Tanah- Garam batu (halite) - Tanah Liat - Pasir&Kerikil

    - Batu setengah permata - Tanah Serap

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    46/172

    29

    Pada pajak pengambilan bahan galian golongan C, tidak

    semua pengambilan bahan galian golongan C dikenakan pajak,

    Objek pajak dikecualikan terhadap kegiatan:

    a) Kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang

    nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk mengambil bahan

    galian golongan C tersebut dan tidak dimanfaatkan secara

    ekonomis. Contoh kegiatan pengambilan tanah untuk

    keperluan rumah tangga, kegiatan pertambangan golongan

    A, golongan B, dan penanaman kabel listrik/telepon.

    b) Pengambilan bahan galian lainnya yang ditetapkan dalam

    peraturan daerah.

    3) Subjek Pajak

    Subjek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah

    orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

    pengambilan bahan galian golongan C.

    4) Tarif Pajak

    Tarif pajak pengambilan bahan galian golongan C ditetapkan

    paling tinggi sebesar 20% yang ditetapkan dengan peraturan

    daerah.

    5) Perhitungan

    Pajak Terutang = Nilai jual hasil pengambilan bahan galian

    Golongan C x Tarif Pajak

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    47/172

    30

    Di Indonesia ada yang membedakan jenis penambang yang

    melakukan pengambilan dan pengolahan bahan galian

    golongan C, yakni pengusaha tambang rakyat tradisional.

    Perbedaan itu terkait dengan tarif pajak yang ditetapkan, yakni

    untuk penambang pengusaha dikenakan 20%, jika penambang

    tradisional biasanya dikenakan tarif 20%, sedangkan

    pemungutan yang dilakukan dipungut dengan official

    assessment yakni dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan

    memberitahukan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

    g. Pajak Parkir

    1) Pengertian

    Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas

    penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang

    pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan

    pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

    termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor

    dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

    2) Objek Pajak Parkir

    Objek Pajak Parkir yakni penyelenggaraan pajak parkir diluar

    badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang

    disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

    disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    48/172

    31

    penitipan kendaraan bemotor dan garasi yang memungut

    bayaran.

    Pajak Parkir dikecualikan terhadap beberapa objek sebagai

    berikut:

    a) Penyelenggara tempat parkir oleh pemerintah pusat dan

    pemerintah daerah.

    b) Penyelenggara parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan

    asing, dan lembaga-lembaga internasional dengan asas

    timbal balik.

    c) Penyelenggara tempat parkir lainnya yang diatur dalam

    peraturan daerah.

    d) Subjek Pajak Parkir yakni orang pribadi atau badan yang

    melakukan pembayaran atas tempat parkir.

    e) Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20%

    yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

    h. Pajak Sarang Burung Walet

    1) Pengertian

    Pajak sarang burung walet adalah pajak yang dikenakan atas

    pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet.

    2) Objek Pajak sarang burung walet

    Adalah pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung

    walet.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    49/172

    32

    3) Subjek Pajak sarang burung walet

    Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi

    atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau

    mengusahakan Sarang Burung Walet.

    4) Tarif Pajak Sarang Burung Walet

    Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi

    10% yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

    i. Pajak PBB Pedesaan dan Perkotaan

    1) Pengertian

    Pungutan yang di pungut atas bumi dan bangunan yang

    mempunyai yang dikenakan bumi dan bangunan dan

    pengertian bumi disini adalah tanah dan perairan yang

    berada dipermukaan bumi, sedangkan yang dimaksud

    bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau

    diletakan secara tetap pada tanah dan atau perairan, termasuk

    dalam pengertian bangunan adalah hotel, pabrik, jalan tol,

    kolam renang, pagar mewah, tempat olah raga, tanah

    mewah, galangan kapal, dermaga, dan fasilitas lain yang

    memberikan manfaat.

    2) Objek PBB Pedesaan dan Perkotaan

    Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

    adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,

    dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    50/172

    33

    kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

    perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

    3) Subjek PBB Pedesaan dan Perkotaan

    Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

    Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara

    nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau

    memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,

    menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

    4) Tarif PBB Pedesaan dan Perkotaan

    Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

    ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga

    persen). Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

    Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    1) Pengertian

    Pungutan yang dikenakan atas perolehan Hak atas Tanah

    dan/atau Bangunan.

    2) Objek BPHTB

    Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

    Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan meliputi:

    a. pemindahan hak karena:

    1) jual beli

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    51/172

    34

    2) tukar menukar

    3) hibah

    4) hibah wasiat

    5) waris

    6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain

    7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;

    8) penunjukan pembeli dalam lelang

    9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai

    kekuatan hukum tetap

    10) penggabungan usaha

    11) peleburan usaha

    12) pemekaran usaha atau

    13) hadiah.

    b. pemberian hak baru karena:

    1) kelanjutan pelepasan hak; atau

    2) di luar pelepasan hak.

    3) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Hak atas

    Tanah dan/atau Bangunan.

    4) Tarif BPHTB

    Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen).

    Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    52/172

    35

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    b) Retribusi Daerah

    Pemungutan retribusi daerah didasarkan pada undang-

    undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang

    Nomor 34 Tahun 2000.

    a) Pengertian Retribusi Daerah

    Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai

    pembayaran atas jasa pemberian izin tertentu yang khusus

    disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan

    orang pribadi atau badan.

    b) Objek dan Golongan Retribusi Daerah

    1. Objek Retribusi Daerah

    Undang-undang No. 28 Tahun 2009 pasal 18 ayat 1

    menentukan bahwa objek retribusi daerah adalah berbagai jenis

    pungutan yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua

    jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut

    retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut

    pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek

    retribusi. Jasa tertentu dikelompokan kedalam tiga golongan,

    yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    53/172

    36

    2. Golongan Retribusi Daerah

    Penggolongan retribusi dimaksudkan guna

    menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam

    penetapan tarif retribusi. Sesuai dengan Undang-undang No. 28

    Tahun 2009 pasal 18 ayat 2 retribusi daerah dibagi atas tiga

    golongan:

    a. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang

    disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

    tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

    dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

    Sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 pasal 18 ayat

    3 huruf a, retribusi jasa umum ditentukan berdasarkan kriteria

    sebagai berikut:

    1) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bukan

    retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan terentu.

    2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah

    dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi.

    3) Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi

    atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping

    untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.

    4) Jasa tersebut layak dikenakan retribusi.

    5) Retribusi tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan

    nasional mengenai penyelenggaraannya.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    54/172

    37

    6) Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien

    serta merupakan sumber pendapatan daerah yang potensial.

    7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa

    tersebut dengan tingkat dan atau kualitas layanan yang lebih

    baik.

    Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam peraturan

    pemerintah No.66 Tahun 2001 pasal 2 ayat 2, sebagaimana

    dibawah ini:

    1) Retribusi pelayanan kesehatan.

    2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.

    3) Retribusi biaya cetak pelayanan kartu tanda penduduk dan

    akta catatan sipil .

    4) Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat.

    5) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum.

    6) Retribusi pelayanan pasar.

    7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor.

    8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.

    9) Retribusi biaya penggantian cetak peta.

    10) Retribusi pengujian kapal perikanan.

    b. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang

    disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut

    prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

    disediakan oleh sektor swasta, sesuai dengan Undang-

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    55/172

    38

    undang No. 28 Tahun 2009 pasal 18 ayat 3 huruf b. retribusi

    udaha dapat ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut

    1) Retribusi jasa bersifat bukan pajak dan bersifat bukan

    retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu.

    2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat

    komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor

    swasta. Tetapi belum memadai atau terdapat harta yang

    dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan

    secara penuh oleh pemerintah daerah.

    Jenis-jenis retribusi jasa usaha diatur dalam

    peraturan pemerintah no. 66 tahun 2001 pasal 3 ayat 2,

    sebagaimana dibawah ini:

    1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah.

    2) Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan.

    3) Retibusi tempat pelelangan.

    4) Retribusi terminal.

    5) Retribusi tempat khusus parkir.

    6) Retribusi penyedotan kakus/WC.

    7) Retribusi rumah potong hewan.

    8) Retribusi pelayanan pelabuhan kapal.

    9) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga.

    10) Retribusi penyebrangan diatas air.

    11) Retribusi pengolahan limbah cair.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    56/172

    39

    12) Retribusi penjualan produksi usaha daerah.

    c. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan

    tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin

    kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

    untuk pembinaan, pengaturan, pengendaliandan

    pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,

    penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

    sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

    kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

    Sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun

    2009 pasal 18 ayat 3 huruf C, retribusi perizinan tertentu

    ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut ini:

    1) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah

    yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas

    desentralisasi.

    2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna

    melindungi kepentingan umum.

    3) Biaya yang menjadi beban dan biaya untuk

    menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin

    tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai oleh

    retribusi perizinan.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    57/172

    40

    Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu diatur dalam peraturan

    pemerintah nomor 66 tahun 2001 pasal 4 ayat 2, adalah

    sebagaimana dibawah ini:

    1. Retribusi izin mendirikan bangunan.

    2. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.

    3. Retribusi izin gangguan.

    4. Retribusi izin trayek.

    c) Hasil Perusahaan Milik Daerah

    Adalah penerimaan yang berasal dari hasil perusahaan milik

    daerah dan pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan,

    penerimaan ini antara lain berasal dari perusahaan daerah, penyertaan

    modal daerah ke pihak ketiga. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil

    pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan (antara lain:

    bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah )

    d) Pendapatan Lain-lain yang Sah

    Adalah hasil daerah yang diperoleh dari hasil usaha diluar

    kegiatan dan pelaksanaan tugas daerah, misalnya penerimaan dan

    sumbangan pihak ketiga, hasil penjualan milik daerah (Penjualan

    drum bekas aspal), penerimaan jasa giro.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    58/172

    41

    B. Pajak dan Ruang Lingkupnya

    1. Definisi Pajak

    Batasan atas definisi pajak sangat beraneka ragam, dalam hal ini

    penulis tidaklah akan menyelidiki batasan manakah diatara beraneka

    ragam definisi itu yang lebih tepat daripada lainnya. Banyak para ahli

    dibidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang

    berbeda mengenai pajak, namun demikian berbagai definisi mempunyai

    inti dan tujuan yang sama.

    Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini penulis sajikan

    beberapa definisi dari para ahli dan dalam Undang-undang Republik

    Indonesia Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

    Cara Perpajakan yang dimuat secara kronologis sebagai berikut:

    Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang

    oleh orang pibadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

    undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

    digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

    rakyat.

    Definisi dari Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya

    yang berjudul Pajak berdasarkan Asas Gotong Royong Universitas

    Padjadjaran, Bandung, 1964.

    Pajak adalah iuran wajib pajak, berupa uang atau barang

    dagang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,

    guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif

    dalam menacapai kesejahteraan umum. (Erly Suandy, 2005 : 10)

    Definisi pajak yang dikemukakan oleh Mr.Dr.N.J.Fiedmann:

    Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

    terutang oleh pihak penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan

    secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    59/172

    42

    digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.(Siti

    Resmi, 2003 : 1).

    Definisi yang diberikan oleh Prof.Dr Rochmat Soemitro.SH.

    dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan

    menyatakan sebagai berikut:

    Pajak adalah iuran rakyat kepada kuasa negara berdasarkan

    undang-undang (yang dapat dipaksakan ) dengn tiada mendapat jasa

    timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan

    digunakan untuk membayar pengeluaran umum,

    (H.S.Munawir, 2003 : 3).

    Dari definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak

    memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

    a. Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat yang diserahkan kepada

    negara, sehingga yang berhak memungut pajak hanyalah Negara,

    Negara dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

    Daerah.

    b. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang yang berlaku serta

    aturan pelaksanaanya.

    c. Tanpa ada jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang

    secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak

    dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual atau pemerintah

    (tidak ada hubungan antara jumlah pembayaran objek dengan

    kotraprestasi secara individual).

    d. Pajak digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

    pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bermanfaat bagi

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    60/172

    43

    masyarakat luas dan bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,

    dipergunakan untuk membiayaipublic investment.

    e. Negara (pemerintah) sebagai pihak pemungut pajak berkewajiban

    berusaha untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat.

    2. Fungsi dan Tujuan Pajak

    a. Fungsi Pajak

    Telah diketahui bahwa ada dua fungsi pemungutan pajak, yaitu:

    1) FungsiBudgeteir(Sumber Keuangan Negara)

    Pajak mempunyai fungsi budgeteirartinya pajak merupakan

    salah satu sumber penerimaan terbesar pemerintah untuk membiayai

    pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pembangunan. Sebagai

    sumber keuangan, melalui cara ekstensifikasi maupun intensifikasi

    pemungutan pajak.

    2) FungsiRegulerend( Fungsi Mengatur)

    Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

    kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi dan tujuan-

    tujuan tertentu di bidang keuangan. Melalui pajak pemerintah juga

    dapat mengatur kebijakan ekonomi.

    Dengan kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengambil

    kebijakan dalam melindungi industri dalam negeri agar mampu

    bersaing dengan cara menetapkan pajak yang tinggi bagi hasil

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    61/172

    44

    produksi barang-barang dari luar negeri yang diimpor ke Indonesia.

    Penetapan tarif pajak tinggi juga dapat mencegah dan mengatasi

    inflasi.

    Kebijakan pemerintah yang melakukan kebijakan pajak yang

    rendah atau bahkan memberikan kebebasan pajak atau tax holding

    untuk masa tertentu dapat diambil pemerintah ketika perekonomian

    yang cenderung mengalami kelesuan (penurunan). Sehingga

    diharapkan pengusaha akan termotivasi untuk meningkatkan

    investasinya dan membuka lapangan pekerjaan sehingga pada

    akhirnya pertumbuhan ekonomi akan meningkat.

    b. Tujuan Pajak

    Dalam bukunya yang bejudul Fiscal Policy, Foreign Exchange

    control and Ekonomic Develovment (ditulis pada tahun 1954) Prof. Dr.

    Soemitro Djojohadikoesoemoe mengatakan bahwa fiscal policy sebagai

    alat suatu pembangunan harus mempunyai satu tujuan yang simultan,

    yaitu secara langsung menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk

    menyalurkan private saving ke sektor-sektor yang produktif sekaligus

    digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang menghambat

    pembangunan atau yang mubadzir dalam berbagai bentuknya. (Santoso

    Brotodihardjo, 1998:205).

    Secara sederhana dapat penulis katakan bahwa tujuan dari

    pemungutan pajak adalah sebagai sumber pandapatan atau penerimaan

    suatu negara yang kemudian akan dialokasikan untuk membiayai

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    62/172

    45

    pengeluaran-pengeluaran, baik pengeluaran rutin maupun pembangunan

    guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengalokasiannya

    negara dalam hal ini pemerintah harus menetapkan skala priorotas untuk

    bidang-bidang tertentu.

    3. Sistem Pemungutan Pajak

    Sistem pemungutan pajak dapat dibedakan atas 3 macam, antara

    lain:

    a. Official Assesment System

    Adalah sutau sistem pemungutan pajak yang memberi

    wewenang kepada aparatur perpajakan (Fiskus) untuk menentukan

    jumlah pajak yang terutang sesuai Undang-undang.

    Ciri-ciri sistem ini adalah sebagai berikut:

    1) Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang berada pada

    pada fiskus (aparatur pajak).

    2) Wajib pajak bersifat pasif; menunggu dan menerima hasil dari

    perhitungan yang dilakukan oleh fiskus.

    3) Utang pajak timbul/dapat diketahui setelah dikeluarkannya Surat

    Ketetapan Pajak oleh fiskus.

    4) Fiskus dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan pada

    Undang-undang.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    63/172

    46

    b. Self Assesment System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

    wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

    menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

    besarnya (jumlah) pajak yang harus dibayar.

    Ciri-ciri sistem ini adalah:

    1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

    wajib pajak sendiri.

    2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

    melaporkan sendiri pajak yang terutang.

    3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya bertugas mengawasi.

    4) Wajib pajak dipandang memahami tata cara perhitunga pajak.

    5) Wajib pajak dituntut untuk bersikap jujur; memberikan laporan

    yang sebenarnya.

    c. Whitholding System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

    memberiwewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau

    memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

    Ciri-ciri system ini adalah sebagai berikut:

    1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

    pihak ketiga (konsultan pajak).

    2) Wajib pajak dan fiskus bersikap pasif.

    3) Utang pajak dapat diketahui dari laporan pihak ketiga.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    64/172

    47

    4) Pihak ketiga dituntut untuk bersikap jujur; memberikan laporan

    yang sebenarnya berdasarkan pada Undang-undang.

    4. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

    Agar didalam pemungutan pajak tidak menimbulkan berbagai

    hambatan atau berlawanan, maka harus memenuhi beberapa syarat antara

    lain sebagai berikut:

    a. Syarat keadilan

    Tujuan dari setiap hukum adalah menegakan keadilan,

    begitupun dalam bidang pajak. Adil dalam perundang-undangan pajak

    maupun dalam hal pelaksanaan pemungutannya. Adil dalam perundang-

    undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata,

    tanpa adanya diskriminasi serta disesuaikan dengan kemampuan

    masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan

    memberikan hak Wajib Pajak untuk mengajukan kebertan, penundaaan

    dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis

    Pertimbangan Pajak

    b. Syarat Yuridis

    Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang

    perlu untuk menyatakan keadilan yang tegas dan baik untuk Negara

    maupun warganya. Bagi Negara-nagara hokum, maka segala sesuatu

    harus diatur atau ditetapkan dalam undang-undang termasuk

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    65/172

    48

    pemungutan pajak. Pemungutan pajak harus memperoleh persertujuan

    dari rakyatnya melalui DPR.

    Di Indonesia, pajak diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945

    pasal 23 ayat 2 yang menyatakan bahwa: Pengenaan dan pemungutan

    pajak (termasuk bea dan cukai untuk keperluan Negara) hanya boleh

    terjadi berdasarkan undang-undang.

    c. Syarat Ekonomis (tidak mengganggu peekonomian)

    Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu

    karena adanya pemungutan pajak. Oleh karena itu kebijakan

    pemungutan pajak harus diusahakan supaya tidak menghambat

    lancarnya perekonomian, baik dalam bidang produksi maupun

    perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

    masyarakat. Disamping itu, pemungutan pajak jangan sampai

    merugikan kepentingan umum apalagi menghalang-halangi usaha

    rakyatnya dalam mencapai kebahagiaan/kesejahteraan.

    d. Syarat Finansial (pemungutan pajak harus efisien)

    Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup

    sebagian dari pengeluaran-pengeluaran negara sesuai dengan fungsi

    budgeteir. Oleh karena itu pelaksanaan pemungutan pajak hendaknya

    tidak memakan biaya pemungutan yang besar dan pemungutan itu

    hendaknya dapat mencegah inflasi.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    66/172

    49

    e. Sistem Pemungutan Pajak harus Sederhana.

    Untuk mencapai efisiensi, memudahkan dan memotivasi

    masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya maka harus

    diterapkan sistem pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan

    sehingga masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan yang sulit.

    5. Azas Pemungutan Pajak

    Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut Pajak:

    . a. Asas Tempat Tinggal

    Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan

    wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak.

    b. Asas Kebangsaan

    Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

    c. Asas Sumber

    Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang

    bersumber dari suatu Negara yang memungut pajak (waluyo dan

    wirawan, 2000:10)

    6. Pengelompokan Pajak

    a. Menurut Golongannya

    1) Pajak langsung.

    Yaitu pajak yang harus dipikul jugs harus dipikul atau di

    tanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    67/172

    50

    dilimpahkan kepada orang lain.

    Contoh: Pajak Penghasilan

    2) Pajak Tidak Langsung

    Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

    dilimpahkan kepada orang lain atau piahk ketiga

    Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

    b. Menurut Sifatnya

    1) Pajak Subyektif

    Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

    subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

    Contoh: Pajak penghasilan

    2) Pajak Obyektif

    Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

    obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

    Contoh: PPh dan PPnBM

    c. Menurut Lembaga Pemungutannya

    1) Pajak Pusat

    Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

    digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

    Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, Bea Materai.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    68/172

    51

    2) Pajak Daerah

    Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

    digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. (Yusdianto

    Prabowo,2002:7).

    Pajak Daerah terdiri atas:

    a) Pajak daerah tingkat I (Pripinsi): Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Bea

    Balik Nama Tanah, Pajak Izin Penangkapan Ikan di

    Wilayahnya.

    b) Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya): Pajak Hotel,

    Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak

    Penerangan Jalan, Pajak bahan Galian C dan Pajak pemanfaatan

    ABT/AP.

    7. Tarif Pajak

    Untuk mencapai kondisi adanya keadilan atau tekanan yang sama

    bagi para wajib pajak, maka salah satu alatnya adalah tarif. Tarif yang

    berlaku harus dapat mencerminkan adanya keadilan pajak adalah sebagai

    berikut:

    a. Tarif Pajak Proporsional

    Tarif pajak proporsional yaitu taraf berupa persentase tetap

    terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    69/172

    52

    b. Tarif Pajak Meningkat (Progresif)

    Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya

    menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaanya

    semakin besar.

    Memperhatikan kenaikan persentase tarifnya, tarif pajak

    progresif dapat dibagi menjadi:

    Tarif Progresif Progresif

    Dalam hal ini kenaikan persentasenya semakin besar.

    Tarif Progresif Tetap

    Kenaikan persentasenya tetap

    Tarif Progresif Degresif

    Kenaikan persentasenya semakin kecil

    c. Tarif Pajak Degresif

    Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin

    menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi

    semakin besar.

    d. Tarif Pajak Tetap

    Dalam tarif pajak ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap

    (sama besarnya) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar

    pengenaan pajak, oleh karena itu besarnya pajak yang terutang

    tetap.(Waluyo dan Wirawan. 2002 : 1)

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    70/172

    53

    8. Kewajiban dan Hak-hak Wajib Pajak

    Dari ketentuan yang dimuat dalam undang-undang pajak nasional

    (UU Perpajakan tahun 2007) terdapat kewajiban dari wajib pajak dan hak-

    haknya sebagai berikut:

    a. Kewajiban Wajib Pajak

    1) Wajib Pajak Melaksanakan pendaftaran diri untuk memperoleh

    Nomor Pokok Wajib (NPWP) sebagai identitas diri Wajib Pajak.

    Dengan diperolehnya NPWP, berarti Wajib Pajak telah terdaftar di

    Direktorat Jenderal Pajak. Fungsi NPWP tersebut selain

    dipergunakan untuk mengetahui identitas Wajib Pajak yang

    sebenarnya, juga berguna menjaga ketertiban dalam membayar

    pajak dan dalam hal pengawasan administrasi perpajakan. Terdapat

    WP yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP akan

    dikenakan sanksi pidana.

    2) Mengambil sendiri blangko surat pemberitahuan (SPT) ditempat-

    tempat yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Fungsi Surat

    Pemberitahuan adalah sebagai sarana Wajib Pajak untuk melapokan

    dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang

    sebenarnya terutang dan laporan tentang pemenuhan pambayaran

    pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pejak serta

    laporan tentang pembayaran pajak yang telah dipotong oleh pihak

    ketiga.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    71/172

    54

    3) Wajib Pajak (WP) wajib untuk mengisi dengan benar dan lengkap

    dan menandatangani sendiri Surat Pemberitahuan Pajak kemudian

    mengembalikan surat pemberitahuan itu kepada kantor inspeksi

    pajak.

    4) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan-pencatatan. Pada

    dasarnya setiap orang dan badan usaha yang melakukan kegiatan

    usaha atau pekerjaan diharuskan mengadakan pembukuan.

    b. Hak-hak Wajib Pajak

    Wajib Pajak mempunyai hak untuk menerima tanda bukti

    pemasukan Surat pemberitahuan. Pengirim surat Pemberitahuan melalui

    kantor pos dan giro harus dilakukan secara tercatat, dan tanggal

    pengiriman dianggap sebagai tanggal penerimaan.

    1) Wajib Pajak mempunyai hak mengajukan permohonan penundaan

    penyampaian Surat Pemberitahuan. Penundaan pengajuan SPT dari

    wajib pajak disebabkan wajib pajak mengalami kesulitan dalam

    menyelasaikan pembukuannya.

    2) Wajib Pajak mempunyai hak untuk melakukan pembetulan sendiri

    Surat Pembeitahuan (SPT) yang telah dimasukan pembetulan atas

    surat pemberitahuan dapat dilakukan oleh wajib pajak apabila

    terdapat kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh wajib

    Pajak.

    3) Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan dan penundaan

    pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    72/172

    55

    4) Wajib Pajak berhak melakukan pengambilan kelebihan pembayaran

    pajak serta memperoleh kepastian terbitnya Surat Keputusan

    Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP).

    5) Wajib Pajak berhak melakukan permohonan pembetulan salah tulis

    atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam SKP dalm

    penerapan peratuan perundang-undangan perpajakan.

    6) Wajib Pajak berhak mengajukan keberatan dan berhak atas kepastian

    terbitnya surat keputusan atas surat permohonan keberatannya.

    7) Wajib Pajak behak mengajukan permohonan banding atas surat

    keberatannya yang telah diputuskan oleh Direktur Jenderal Pajak.

    8) Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan penghapusan atau

    pengurangan pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulan

    ketetapan pajak yang salah atau keliru.

    9) Wajib Pajak behak memberi kuasa khusus kepada orang lain untuk

    melaksanakan kewajiban perpajakan.

    C. Pajak dalam Pelaporan Keuangan Daerah

    Perbedaan antara akuntansi pemerintahan dengan akuntasi pada

    perusahaan komersial menyebabkan perbedaan dalam pelaksanaan kegiatan

    akuntansi termasuk penggunaan kelompok-kelompok akun yang digunakan.

    Peningkatan kebutuhan akuntansi bagi sektor pemerintahan disebabkan

    karena semakin meningkatnya keterlibatan pemerintah dalam

    pengembangan dan pembangunan Negara untuk meningkatkan

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    73/172

    56

    kesejahteraan rakyat, serta makin besarnya volume anggaran Negara dan

    makin kompleksnya transaksi keuangan pemerintah.

    Dalam tatanan Negara demokrasi, pemerintah sebagai wakil rakyat

    dituntut untuk bersikap transparan kepada masyarakatnya. Transapransi

    tersebut berupa pelaporan keuangan yang menggambarkan pengelolaan atas

    sumber-sumber daya yang signifikan; penggunaan sumber-sumber tersebut

    untuk peningkatan kesejahteraan rakyat; dan yang ketiga adanya pemisahan

    antara manajemen dengan pemilikan sumber-sumber daya.

    Dalam pelaporan keuangan yang disusun oleh pemerintah adalah

    untuk kepentingan para pemakai yang potensial dan sangat beragam.

    Informasi dalam pelaporan keuangan sektor pemerintahan tidak ditujukan

    kepada kelompk-kelompok pengguna tertentu, melainkan kepada semua

    pengguna tanpa membedakan kepentingan masing-masing (Common

    Needs).

    Adapun dalam pelaporan keuangan pemerintah pusat khususnya

    pada sektor pajak meliputi asersi piutang pajak, asersi sumber-sumber

    penerimaan pajak, dan sersi belanja pajak.

    b. Asersi Piutang PajakAset Keuangan

    Aset keuangan yang dimaksud mencakup Kas, Pinjaman dan

    Uang Muka, Piutang, Piutang Pajak, Investasi, dan Pembayaran dimuka.

    c. Asersi sumber-sumber penerimaan pajak

    Pendapatan pemerintah dari sektor pajak bukan merupakan

    elemen dari pengukuran kinerja seperti halnya pendapatan disektor bisnis.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    74/172

    57

    Penerimaan pajak dapat dipandang sebagai sumber pembelanjaan dalam

    pengertian bahwa sumber tersebut merupakan penerimaan dari penyedia

    sumber eksternal yang digunakan untuk membelanjai aktifitas dan bukan

    dari penjualan barang dan jasa. Oleh karena itu, penerimaan pajak

    merupakan sarana untuk membelanjai operasi itu.

    d. Belanja Pajak

    Pemerintah menggunakan sistem pajak untuk memenuhi tujuan

    sosial dan ekonomi melalui dua cara; yaitu sebagai wahana utama untuk

    menghimpun pajak, dan sebagai cara untuk memberikan insentif khusus

    atau meningkatkan perilaku khusus diatara wajib pajak.

    Di beberapa Negara, misalnya memberikan pembebasan pajak

    untuk kepentingan investasi dibidang-bidang tertentu. Selain pembebasan

    pajak juga diberikan keringanan pajak, penurunan tarif pajak, dan kredit

    pajak. Tindakan tersebut dikatakan sebagai belanja pajak(tax expenditure).

    Karena tindakan tersebut mengurangi tagihan pajak dari mereka yang

    menerimanya dan karena itu merupakan subsidi yang meyebabkan langsung

    belanja.

    D. Penelitian Sebelumnya

    1. Oleh Miftahul Huda (Skripsi, UIN: 2006), yang meneliti tentang Analisa

    Pengaruh Pajak Sektor Parwisata Terhadap Pendapatan Asli

    Daerah(PAD) Kota Depok Periode 2001-2005.

  • 7/26/2019 ABDUL FIQIH-FEB.pdf

    75/172

    58

    Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui seberapa

    besar pengaruh pajak sektor pariwisata (pajak hotel, pajak restoran,

    pajak hiburan) terhadap perubahan Pendatan Asli Daerah (PAD).

    Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa pajak sektor

    pariwisata mempunyai hubungan (korelasi) positif dan memiliki

    kontribusi yang signifikan terhadap perubahan PAD.

    2. Oleh Mochamad Adam Hamdani (2002) yang meneliti tentang

    Optimalisasi Peningkatan Pendapatan Pajak Restoran di Kota Depok.

    Berdasarkan hasil penelitiannya potensi targe