a.11.pengambilan pengujian bahan dan campuran

71
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pemanfaatan Asbuton Buku 2 Pengambilan dan Pengujian Bahan Serta Pengujian Campuran Beraspal DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA No: 001 – 02 / BM / 2006

Upload: antologi-sattva

Post on 31-Jul-2015

180 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 1

PEDOMANKonstruksi dan Bangunan

Pemanfaatan AsbutonBuku 2

Pengambilan dan Pengujian BahanSerta Pengujian Campuran Beraspal

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

No: 001 – 02 / BM / 2006

Page 2: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton i

Page 3: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton ii

Daftar Isi

Prakata i-v

Daftar Isi ii-v

Daftar Tabel iii-v

Daftar Gambar iii-v

Pendahuluan iv-v

1. Ruang Lingkup 2-1

2. Acuan Normatif 2-1

3. Istilah dan Definisi 2-3

4. Simbol dan Singkatan 2-4

5. Pengambilan Contoh dan Pengujian Asbuton Olahan, Aspal Keras serta AspalCair

2-7

5.1. Pengambilan Contoh 2-7

5.2. Pengujian aspal dan asbuton olahan 2-10

5.2.1. Pengujian Aspal Keras, Bitumen Asbuton Modifikasi dan Aspal YangDimodifikasi Asbuton serta Asbuton Butir

2-10

5.2.2. Pengujian Aspal Cair 2-21

5.2.3. Pengujian Aspal Emulsi 2-28

6. Pengambilan dan Pengujian Agregat 2-37

6.1. Pengambilan dan Penyiapan Contoh Agregat 2-37

6.2. Pengujian Agregat 2-42

7. Pengujian Campuran 2-60

7.1. Pengujian Marshall Campuran Beraspal 2-60

7.2. Pengujian Stabilitas Dinamis 2-62

7.3. Pengujian Bahan Jadi (Kepadatan) 2-65

Page 4: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton iii

Daftar Tabel

Tabel 2.1 : Jumlah contoh yang dipilih secara acak 2-9Tabel 2.2 : Temperatur pengujian pada jenis aspal emulsi 2-28Tabel 2.3a Jumlah bola untuk pengujian abrasi 2-43Tabel 2.3b Ukuran butir contoh untuk pengujian keausan 2-43Tabel 2.4 : Berat contoh minimum untuk analisa gradasi 2-53

Daftar Gambar

Gambar 2.1 : Alat pengambil contoh dengan keran 2-8Gambar 2.2 : Alat pengambil ontoh dengan Tabung celup 2-8Gambar 2.3 : Alat pengambil contoh dengan Wadah pemberat sekali pakai 2-8Gambar 2.4 : Pengambilan contoh dengan Kaleng celup 2-9Gambar 2.5 : Alat pengambil contoh pada pipa 2-9Gambar 2.6 : Pengujian penetrasi 2.11Gambar 2.7 : Pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup 2.12Gambar 2.8 : Pengujian titi lembek 2-13Gambar 2.9 : Pengujian daktilitas 2-14Gambar 2.10 : Piknometer 2-14Gambar 2.11 : Pinggan berputar 2-15Gambar 2.12 : Pengujian noda aspal 2-17Gambar 2.13 : Pengujian viskositas dengan Viskometer Brookfield Termosel 2-18Gambar 2.14 : Peralatan pengujian kadar air aspal 2-19Gambar 2.15 : Peralatan Ekstraksi dengan alat Refluks 2-20Gambar 2.16 : Tabung viskometer untuk pengujian viskositas dengan Saybolt

Furol2-22

Gambar 2.17 : Pengujian titik nyala Tag Open Cup 2-23Gambar 2.18 : Instalasi peralatan penyulingan (Destilasi) menggunakan labu

gelas2-24

Gambar 2.19 : Alat semprotan ketahanan aspal emulsi terhadap air 2-32Gambar 2.20 : Alat pengujian muatan listrik aspal emulsi 2-33Gambar 2.21 : Alat pengujian muatan listrik aspal emulsi 2-36Gambar 2.22 : Instalasi peralatan pengujian kadar air 2-37Gambar 2.23 : Pengambilan contoh agergat pada timbunan 2-39Gambar 2.24 : Pengambilan contoh pada ban berjalan 2-39Gambar 2.25 : Alat pembagi contoh (Splitter) 2-41Gambar 2.26 : Penyiapan benda uji Metode Perempatan Cara 1 2-41Gambar 2.27 : Penyiapan benda uji Metode Perempatan Cara 2 2-42Gambar 2.28 : Penyiapan benda uji Metode Gundukan Mini 2-42Gambar 2.29 : Mesin abrasi Los Angeles dan contoh agregat 2-44Gambar 2.30 : Peralatan untuk pembacaan pasir 2-47Gambar 2.31 : Bentuk agregat 2-48Gambar 2.32 : Cara pengunaan jangka ukur rasio (proportional caliper device) 2-50Gambar 2.33 : Alat jangkar ukur rasio untuk menguji kepipihan dan

kelonjongan2-51

Gambar 2.34 : Ilustrasi alat uji angularitas agregat halus 2-52Gambar 2.35 : Satu set Saringan 2-54Gambar 2.36 : Alat pengujian Marshall 2-61Gambar 2.37a : Alat pemadat campuran beraspal untuk benda uji pengujian

stabilitas dinamis dengan alat Wheel Tracking Machine (WTM)2-64

Gambar 2.37b : Hubungan Waktu dan deformasi 2-64Gambar 2.38 : Alat pengambil contoh inti (core drill) 2-65

Page 5: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton iv

Pendahuluan

Penyusunan buku “Pedoman Pemanfaatan Asbuton” ini, dimaksudkan untuk membantudalam memperbaiki dan meningkatkan pemahaman tentang penggunaan Asbuton untukpekerjaan perkerasan beraspal, baik untuk campuran beraspal panas maupun campuranberaspal dingin. Dengan buku pedoman ini, diharapkan dapat memberikan keteranganyang cukup bagi perencana dan pelaksana dalam merencanakan dan melaksanakanpekerjaan perkerasan beraspal yang menggunakan Asbuton sehingga didapatkan kinerjaperkerasan beraspal sesuai dengan perencanaan.Buku Pedoman Pemanfaatan Asbuton ini disajikan dalam 6 buku, dengan ruang lingkup

sebagai berikut:

Buku 1. Umum

Menguraikan tentang deposit, sifat bitumen dan mineral asbuton, perkembangan danprospek pemanfaatannya, illustrasi pengolahan asbuton serta menguraikan jenis-jenisAsbuton olahan sebagai bahan campuran beraspal. Di samping itu, menguraikan jugakeunggulan penggunaan Asbuton secara teknik serta gambaran manfaat secarafinansial.

Buku 1 ini menguraikan juga hal-hal yang penting dalam pengelolaan lingkungan padasaat pelaksanaan konstruksi perkerasan beraspal, serta permasalahan padaperencanaan dan pelaksanaan.

Buku 2. Pengambilan dan pengujian bahan serta pengujian campuran beraspalMenguraikan tata cara pengambilan contoh bahan, pengujian bahan (aspal danagregat) dan pengujian campuran atau lapis beraspal. Tata cara pengambilan contohbahan dan cara pengujian tersebut, diuraikan secara ringkas dan hal ini diperlukanuntuk menentukan sifat-sifat bahan yang menjadi parameter mutu, baik bahan yangakan atau telah digunakan dapat dievaluasi.

Buku 3. Campuran beraspal panas dengan asbuton olahan

Menguraikan persyaratan bahan, campuran, hasil pelaksanaan dan persyaratanperalatan. Disamping itu, menguraikan juga tata cara pembuatan formula campuranrencana, formula campuran kerja serta tata cara pelaksanaan pencampuran di unitpusat pencampur, pelaksanaan penghamparan, pelaksanaan pemadatan dan tatacara pengendalian mutu pekerjaan campuran beraspal panas dengan Asbutonolahan.

Buku 4. Campuran beraspal hangat dengan Asbuton Butir

Menguraikan tentang persyaratan bahan, campuran, hasil pelaksanaan danpersyaratan peralatan. Disamping itu, menguraikan juga tata cara pembuatan formulacampuran rencana, formula campuran kerja serta tata cara pelaksanaanpencampuran beraspal hangat dengan Asbuton Butir di unit pusat pencampur,pelaksanaan penghamparan, pelaksanaan pemadatan dan tata cara pengendalianmutu pekerjaan.

Buku 5. Campuran beraspal dingin dengan Asbuton Butir dan peremaja Emulsi

persyaratan bahan, campuran, hasil pelaksanaan dan persyaratan peralatan.Disamping itu, menguraikan juga tata cara pembuatan formula campuran rencana,formula campuran kerja serta tata cara pelaksanaan pencampuran beraspal dingindengan Asbuton Butir dan peremaja aspal emulsi di tempat pencampur, pelaksanaanpenghamparan, pelaksanaan pemadatan dan tata cara pengendalian mutu pekerjaan.

Page 6: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton v

Buku 6. Lapis penetrasi macadam Asbuton

Menguraikan tentang perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan lapis penetrasiMacadam sebagai lapis permukaan atau lapis aus yang dihampar dan dipadatkan diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai denganSpesifikasi Umum dan yang ditetapkan dalam Gambar Rencana.

Page 7: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 1

Buku 2

Pengambilan dan pengujian bahan serta pengujian campuranberaspal

1. Ruang Lingkup

Pada Buku 2 ini, dibahas beberapa hal, yaitu mencakup uraian cara pengambilancontoh bahan, pengujian bahan (aspal dan agregat) dan pengujian campuran ataulapis beraspal.

Cara pengambilan contoh bahan dan cara pengujian tersebut, diuraikan secararingkas dan hal ini diperlukan untuk menentukan sifat-sifat bahan yang menjadiparameter mutu, baik bahan yang akan atau telah digunakan dapat dievaluasi.

2. Acuan Normatif

SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dankasar

SNI 03-1969-1990 : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregatkasar

SNI 03-1970-1990 : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregathalus

SNI 03-1971-1990 : Metode pengujian kadar air agregat

SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi losangeles

SNI 06-2432-1991 : Metoda pengujian daktilitas bahan-bahan aspal

SNI 06-2433-1991 : Metoda pengujian titik nyala dan titik bakar dengan alatCleveland Open Cup

SNI 06-2434-1991 : Metoda pengujian titik lembek aspal dan ter

SNI 03-2439-1991 : Metode pengujian kelekatan agregat terhadap aspal

SNI 06-2440-1991 : Metoda pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengancara A

SNI 06-2441-1991 : Metoda pengujian berat jenis aspal padat

SNI 06-2456-1991 : Metoda pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen

SNI 03-3640-1994 : Metode pengujian kadar aspal dengan cara ekstraksimenggunakan alat soklet

SNI 03-4797-1998 : Metode pengujian pemulihan aspal dengan alat penguap putar

SNI 03-4800-1998 : Spesifikasi aspal cair penguapan cepat

SNI 03-4798-1998 : Pemeriksaan hasil penyulingan

- kadar minyak dan emulsi (%)

- sisa penyulingan

SNI 06-2440-1991 : Metoda pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengancara A

SNI 06-2488-1991 : Metode pengujian fraksi aspal cair dengan cara penyulingan

SNI 06-2490-1991 : Metoda pengujian kadar air aspal dan bahan yangmengandung aspal

SNI 03-3407-1994 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk batu terhadaplarutan natrium sulfat dan magnesium sulfat

Page 8: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 2

SNI 06-3426-1994 : Tata cara survai kerataan permukaan perkerasan jalandengan alat ukur kerataan NAASRA

SNI 03-4141-1996 : Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudahpecah dalam agregat

SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolossaringan no.200 (0,075 mm)

SNI 03-4428-1997 : Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandungbahan plastis dengan cara setara pasir

SNI 03-4804-1998 : Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat

SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi aspal emulsi kationik

SNI 06-6721-2002 : Metoda pengujian kekentalan aspal cair dan aspal emulsidengan alat saybolt.

SNI 06-6722-2002 : Metode pengujian titik nyala aspal cair dengan alat tag opencup

SNI 03-6723-2002 : Spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal

SNI 06-6399-2002 : Tata cara pengambilan contoh aspal

SNI 03-6894-2002 : Metode pengujian kadar aspal dari campuran beraspaldengan cara sentrifius

SNI 03-6832-2002 : Spesifikasi aspal emulsi

SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal

SNI 03-6755-2002 : Metoda pengujian berat jenis nyata campuran beraspal padatmenggunakan benda uji berlapiskan parafin

SNI 03-6752-2002 : Metoda pengujian kadar air dan kadar fraksi ringan dalamcampuran perkerasan beraspal

SNI 03-6441-2000 : Metode pengujian viskositas aspal minyak dengan alatbrookfield.

SNI 03-6757-2002 : Metode pengujian berat jenis nyata campuran beraspal padatmenggunakan benda uji kering permukaan jenuh.

SNI 03-6877-2002 : Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidakdipadatkan

SNI 03-6893-2002 : Metode pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal

RSNI M-01-2003 : Metode pengujian campuran beraspal hangat dengan alatMarshall

RSNI S-01-2003 : Spesifikasi aspal keras berdasarkan penetrasi

RSNI M-04-2004 : Metode Pengujian Kelarutan Aspal

RSNI M-05-2004 : Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspalmenggunakan tabung refluks gelas

RSNI M-06-2004 : Cara uji campuran beraspal panas untuk ukuran agregatmaksimum dari 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5inci) dengan alat Marshall

RSNI M-07-2004 : Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat

RSNI M-12-2004 : Metoda pengujian kelarutan aspal

RSNI T-01-2005 : Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, ataupipih dan lonjong

Page 9: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 3

3. Istilah Dan Definisi

3.1asbutonaspal alam dari Pulau Buton yang berbentuk padat dan berbentuk cair atau liquid

3.2asbuton butiraspal alam dari Pulau Buton yang berbentuk butiran hasil pengolahan dengan ukuranbutir, kadar air, kadar bitumen dan nilai penetrasi bitumen tertentu

3.3

aspal emulsiaspal yang didispersikan dalam air atau air yang didispersikan dalam aspal denganbantuan bahan pengemulsi (emulgator)

3.4aspal emulsi mantap cepat (Cationic Rapid Setting, CRS)aspal emulsi jenis kationik yang partikel aspalnya memisah dengan cepat dari air setelahkontak dengan udara

3.5aspal emulsi mantap sedang (Cationic Medium Setting, CMS)aspal emulsi jenis kationik yang partikel aspalnya memisah dengan sedang dari airsetelah kontak dengan udara

3.6aspal emulsi mantap lambat (Cationic Slow Setting, CSS)aspal emulsi jenis kationik yang partikel aspalnya memisah dengan lambat dari air setelahkontak dengan udara

3.7bitumen asbutonbitumen hasil ekstraksi dari Asbuton

3.8fckformula Campuran Kerja, rancangan yang diperoleh dari hasil pengujian bahan campurandan rencana campuran di laboratorium dengan pengujian kualitas melalui tahapan ujipencampuran di unit pencampur aspal dan uji gelar pemadatan di lapangan (trialcompaction)

3.9fcrformula Campuran Rencana, formula yang diperoleh dari hasil pengujian bahan campurandan rencana campuran di laboratorium

3.10pelelehanbesarnya perubahan bentuk plastis suatu benda uji campuran beraspal yang terjadi akibatsuatu beban sampai batas keruntuhan, dinyatakan dalam satuan panjang

3.11penyerapan airair yang diserap agregat dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat

3.12penyerapan aspalaspal yang diserap agregat dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat

Page 10: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 4

3.13peremajabahan yang digunakan untuk meremajakan/melunakkan bitumen asbuton agar bitumenmemiliki karakteristik yang sesuai sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal

3.14rongga di antara mineral agregat (Voids in Mineral Aggregates, VMA)volume rongga di antara partikel agregat pada suatu campuran beraspal yang telahdipadatkan, dinyatakan dalam persen terhadap volume total benda uji campuran

3.15rongga udara dalam campuran beraspal (Voids in Mixed, VIM)ruang udara di antara partikel agregat yang diselimuti aspal dalam suatu campuran yangtelah dipadatkan, dinyatakan dalam persen terhadap volume bulk total campuran

3.16rongga terisi aspal (Voids Filled with Bitumen, VFB)persen ruang diantara partikel agregat (VMA) yang terisi aspal, tidak termasuk aspal yangdiserap oleh agregat, dinyatakan dalam persen terhadap VMA.

3.17stabilitaskemampuan maksimum benda uji campuran beraspal dalam menerima beban sampaiterjadi kelelehan plastis, yang dinyatakan dalam satuan beban

3.18stabilitas sisanilai stabilitas dari benda uji menggunakan aspal emulsi setelah direndam di dalampenangas selama 2 x 24 jam pada temperatur 25oC, atau dengan vakum 1 jam dengan76 cm Hg

4. Simbol dan Singkatan

a = Berat kertas saring (gram)

A = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)

A t = Waktu

AASHTO = American Association of State Highway and Transportation Officials

AC = Asphalt Concrete

Ap = Berat piknometer dengan penutupnya (gram)

AR = Kadar residu dlm camp (%)

Ar = Berat rata-rata residu demulsibility dari 3 pengujian

ASTM = American Standard Testing Material

B = Berat piknometer berisi air (gram)

BA = Berat jenis aspal

Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram)

Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)

Bk = Berat benda uji kering oven (gram)

Br = Berat residu aspal emulsi dari hasil penyulingan dalam 100 gramaspal emulsi (benda uji)

Bt = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

Bw = Berat piknometer berisi air suling (gram)

C = Berat piknometer berisi aspal (gram)

CA = agregat kasar, adalah % terhadap agregat tertahan # no.8

Page 11: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 5

CMS = Cationic Medium Setting

COC = Cleveland Open Cup

CRS = Cationic Rapid Setting

CS = Berat jenis semu

CSS = Cationic Slow Setting

cSt = centiStokes

D = Berat piknometer berisi aspal dan air suling (gram)

DA = Berat dalam air (gr)

e = Berat Asbuton Butir dalam keadaan kering (gram)

E = Berat di udara (gr)

f = Berat kertas saring berisi mineral (gram)

F = Faktor koreksi untuk tabung viskositas kapiler

FA = Agregat halus, adalah % terhadap agregat lolos # no.8 dantertahan # no. 200

FCK = Formula Campuran Kerja

FCR = Formula Campuran Rancangan

FF = bahan pengisi (bila perlu)

FS = Berat SSD (gr)

G = BJ bulk

g1 = Berat mineral dalam kertas saring (gram)

G1, G2, Gn = Berat jenis agregat 1, 2, n

g2 = Berat mineral yang ada dalam larutan aspal (gram)

Gb = Berat jenis aspal

Gmb = Berat Jenis curah contoh campuran padat

Gmb = Berat jenis curah campuran padat (ASTM D 2726)

Gmm = Berat jenis maksimum campuran (tidak ada rongga udara), ASTMD 2041

Gsa = Berat Jenis Semu total agregat

Gsb = Berat Jenis curah agregat

Gse = Berat Jenis efektif agregat

h = Kadar aspal dalam campuran beraspal

H = Berat benda uji, gr

i = Berat kertas saring (2) kosong (gram)

j = Berat kertas saring berisi mineral halus (gram)

K = Konstanta untuk Laston : 0,5 - 1,0

K1; K2; K3 = Kadar air benda uji kering (%)

K4; K5; K6 = Kadar air benda uji direndam (%)

KA = Kadar air (%)

kPa = Kilo Pascal

L = Berat benda uji setelah oven, gr

L1 = % Berat partikel ringan dari agregat halus

Laston = Lapis Aspal Beton

m = kadar air agregat, %

MC = Medium Curing

Page 12: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 6

MQ = Marshall Quotient

MS = Medium Setting

P = Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat (%)

P1, P2, Pn = Persentase dalam berat agregat 1, 2, n

Pa = Rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume

Pb = Kadar aspal optimum perkiraan, adalah % terhadap beratcampuran

Pba = Aspal yang terserap, persen berat agregat

Pbe = Kadar aspal efektif, percen berat total campuran

Pen = Penetrasi

Pmm = Total campuran lepas, persentase terhadap berat total campuran =100 %

Ps = Agregat, persen berat total campuran

psi = Pound Square Inchi

q = Jumlah aliran agregat kering dengan satuan kg per menit

r = Panjang dari agregat dalam ban berjalan dalam satuan meter

R = Kecepatan dari ban berjalan dalam satuan meter per menit 7-31

RC = Rapid Curing

Rd = Berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing-masingukuran saringan setelah dilakukan penyaringan basah (gram)

RS = Rapid Setting

RSNI = Rancangan Standar Nasional Indonesia

RTFOT = Rolling Thin Film Oven Test

S = Stabilitas (kg)

S1; S2; S3 = Stabilitas Benda Uji Kering (kg)

S4; S5; S6 = Stabilitas Benda Uji Direndam (kg)

SC = Slow Curing

SNI = Standar Nasional Indonesia

SS = Slow Setting

SSD = Saturated Surface Dry

TFOT = Thin Film Oven Test

TOC = Tag Open Cup

UPCA = Unit Produksi Campuran Aspal

V = Volume silinder

Va = Volume rongga dalam campuran

Vb = Volume aspal

Vba = Volume aspal yang diserap agregat

Vbe = Volume aspal terabsorpsi / yang diserap agregat

VFA = Voids Filled with Asphalt = Volume aspal terabsorpsi / yang diserapagregat

VIM = Voids In Mix = Volume rongga dalam campuran

VMA = Voids in Mineral Aggregate = Volume rongga diantara mineralagregat

Vmb = Volume bulk / curah campuran padat

Vmm = Volume campuran tanpa / tidak ada rongga udara

Page 13: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 7

Vsb = Volume agregat (berdasarkan Berat Jenis Bulk / Curah)

Vse = Volume agregat (berdasarkan Berat Jenis Efektif)

W = Berat benda uji yang mengisi silinder

W1 = Berat kering partikel yang terdekantasi dari agregat halus

W2 = Berat kering agregat halus yang lolos saringan no 4 dan tertahanpada saringan no. 50

Wb = Berat aspal

wg = Berat Isi air 1.0 g/cm3 (62.4 lb/ft3)

Ws = Berat agregat

Y = Persen emulsi yang rusak adalah perbandingan residu tertahandalam saringan dengan berat benda uji

5. Pengambilan Contoh dan Pengujian Asbuton Olahan, Aspal Keras serta AspalCair

5.1. Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh aspal untuk pengujian harus mewakili dan dijaga agar tidakterkontaminasi oleh bahan lain sebelum dilakukan pengujian.

Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang sangat penting dalamfungsi pengendalian mutu. Data dari pengujian ini merupakan alat untuk menilaikualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan alasan ini,pengambilan contoh dan prosedur pengujian harus dilakukan dengan hati-hati danbenar.

Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untukmengambil contoh yang mewakili.

Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak mewakili kondisi bahan yangsebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-sia, bahkan apabila digunakan, mungkinmenyesatkan. Oleh karena itu, pengambilan contoh harus dilakukan denganprosedur standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun AASHTO atauASTM atau standar internasional yang lain.

Pengujian kualitas untuk pekerjaan campuran beraspal secara umum dapatdipisahkan menjadi 3 kelompok, yaitu : Pengujian kualitas bahan baku Pengujian kualitas bahan olahan atau campuran Pengujian kualitas bahan jadi atau terpasang.

a. Lingkup dan tujuan

Mencakup cara pemilihan dan ukuran contoh, serta cara pengambilan contohaspal di pabrik, tempat penyimpanan, atau saat pengiriman, tapi tidakmencakup semua permasalahan keselamatan yang berkaitan denganpenggunaannya.

Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh secara rata-rata yang mewakilibahan dan memastikan variasi maksimum sifat-sifat bahan.

b. Ringkasan pengambilan contoh :

Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal sesuai SNI 06-6399-2002, secaragaris besar sebagai berikut :

1) Pengambilan contoh di pabrik

Terdapat 3 cara pengambilan, yaitu :

Page 14: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 8

a) Pengambilan contoh dengan keran, sebelum pengambilan contohkeluarkan minimum 4 liter. Aspal diambil dari keran pada 1/3 bagian atas,tengah dan 1/3 bagian bawah, dimana dari tiap keran diambil contoh 1 –4 liter

Desain keran pengambilan contoh yang disarankan sebagaimanaditunjukkan pada Gambar 2.1.

.Gambar 2.1. Alat pengambil contoh

dengan keran

b) Pengambilan dengan cara tabung celup (untuk aspal cair, tidak cocokuntuk aspal keras), dengan cara sebagai berikut :

c) Pengambilan contoh cara wadah/kaleng dengan pemberat sekali pakai,(tidak boleh dipakai kembali).

..

Keterangan :

(1) : Sambungan T ¾ “ terbuat dari besiatau sejenisnya

(2) : ¾” baja/besi sambung 90o

(3) : ¾“ baja/besi sambung 45o

(4) : Benang asbes bergasket dililitkanpada drat/ulir atau dibalut dengankain

(5). : Locknut ¾”(6) : Pipa besi berniple ¾”(7) : Pipa baja berulir ¾” panjang 3”(8) : Penutup pipa baja tuang

Bentuk dan petunjuk penggunaanditun-jukkan pada Gambar 2.3.

Masukkan wadah dalam keadaanterbuka kedalam tangki aspal padakedalaman yang diinginkan,

Bila kedalaman telah tercapai,kemu-dian penutupnya dibukadengan cara menarik rantai,

Biarkan terisi sampai penuhdengan ditandai oleh berhentinyagelem-bung udara padapermukaan aspal.

Setelah penuh angkat dari tangkidan tuangkan kedalam tempatyang bersih

Tabung dicelupkan kedalam aspal denganujung keran bawah terbuka.

Pada kedalaman yang diinginkan, rantai dita-riksehingga keran bagian bawah tertutup.

Keluarkan tabung dari tangki,

Isinya pindahkan kedalam wadah.

Tabung celup ini dapat digunakan untukpengambilan contoh ulang, karena kontaminasiakibat pengambilan contoh sebelumnya dapatdihindari dengan tindakan kebersihan, dengancara menaikkan dan menurunkan tabung yangkedua ujungnya terbuka 3 atau 4 kali pada jarakkira-kira ½ - 1 meter pada kedalaman yangdikehendaki

Gambar 2.3.

Alat pengambil contoh denganWadah pemberat sekali pakai

Gambar 2.2. Alatpengambilan contohcelup dengan tabung

celup

Page 15: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 9

2) Pengambilan contoh dari mobil tangki / truk penyemprot aspal atautangki penyimpanan aspal yang dilengkapi alat sirkulasi.

3) Pengambilan contoh dari tangker atau tongkang.

Untuk bahan cair contoh harus diambil dari atas, tengah dan bawah.

Untuk semua bahan yang menjadi cair karena pemanasan contoh diambilhanya pada bagian atas.

4) Pengambilan contoh dari pipa selama pemuatan dan pembongkaran.

5) Pengambilan contoh dari drum

Setelah pengadukan secara sempurna, dilakukan pengambilan contohsebanyak 1 liter dari seluruh drum yang terpilih secara acak seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah contoh yang dipilih secara acak

Dalam pengiriman Yang diambil

2 –89 – 27

28 – 6465 – 125

126 – 216217 – 343344 – 512513 – 729730 – 10001001 - 1331

23456789

1011

Aspal diambil dari keran apabilatangki dilengkapi keran.

Sebelum pengambilan contoh,keluarkan sebanyak 4 liter danbuang.

Contoh aspal cair dan aspal yangdicair-kan melalui pemanasanharus diambil dengan metode celupdengan menggunakan kaleng.(lihat Gambar 2.4.)

Gambar 2.4.

Pengambilan contohdengan Kaleng celup

Pengambilan contoh dilakukan dari jaringanpipa yang mengalirkan aspal.

Pipa harus dilengkapi keran atau penutupdan dapat dimasukkan kedalam wadahcontoh. Paling sedikit 3 x 4 liter contoh ha-rus diambil pada interval seluruh pengang-kutan atau pembongkaran.Seluruh contoh dicampur dan diambil 4 liter.

Bila kapasitas 4000 m3 atau kurang, diambilpaling sedikit 5 contoh masing-masing 4 liter.Untuk kapasitas 4000 m3 atau lebih diambilpaling sedikit 10 contoh masing-masing 4 liter.

Gambar 2.5.

Alat pengambil contohpada pipa

Page 16: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 10

6) Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belumdipecah termasuk Asbuton Butir (Drum, barrel, kardus atau kantong).

Apabila contoh diambil dari produksi menerus atau satu kemasan, dipilihsecara acak seperti pada Tabel 5.9.

Apabila tidak jelas (tidak menerus) contoh diambil dengan akar tiga darijumlah kemasan dilokasi.

7) Pengambilan contoh bahan hasil pemecahan atau berbentuk tepung

Untuk bentuk timbunan, Contoh berbentuk kasar harus tidak kurang dari 25kg dan dari contoh tersebut diambil 1 – 1,50 kg untuk pengujian.

Untuk dalam drum, barrel, kardus atau kantong, Jumlah kemasan diambilsecara acak sesuai Tabel 5.9. Contoh diambil dari bagian tengah setiapwadah.

8) Pengambilan contoh di tempat tujuan pengiriman

Pengambilan contoh harus dilaksanakan dalam waktu secepatnya setelahaspal tiba di lokasi.

Jumlah contoh yang diperlukan harus diambil tiap pengiriman aspal.

5.2. Pengujian aspal dan asbuton olahan

Pengujian aspal meliputi pengujian aspal keras (padat) termasuk Asbuton olahan,aspal cair dan emulsi. Aspal cair atau aspal emulsi digunakan untuk lapis resap ikat(prime coat) atau lapis pengikat (tack coat). Aspal emulsi selain untuk lapis resapikat dan lapis ikat, juga digunkaan untuk campuran dingin dengan asbuton butir.

5.2.1. Pengujian Aspal Keras, Bitumen Asbuton Modifikasi dan Aspal YangDimodifikasi Asbuton serta Asbuton Butir

1) Pengujian penetrasi

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian untukmenentukan penetrasi aspal keras.Pengujian ini merupakan pengukuran secara empiris terhadap konsistensiaspal.Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi ukuran tertentu, bebantertentu, dan waktu tertentu kedalam aspal pada temperatur tertentu.

Untuk mendapatkan angka penetrasi aspal keras.

b) Kepentingan dan kegunaan

Hasil pengujian dalam angka penetrasi menyatakan kekerasan aspal,makin keras aspal makin kecil angka penetrasi atau sebaliknya.Berdasarkan pengujian ini aspal keras dapat dikatagorikan dalambeberapa tingkat kekerasan yang dinyatakan dengan besarnya angkapenetrasi (pen), misal Pen 60, Pen 80 dst.

Digunakan dalam pekerjaan pengendalian mutu aspal keras atau mutubitumen asbuton butir dan untuk keperluan pembangunan sertapemeliharaan jalan

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2456-1991

Tuangkan benda uji (aspal) yang telah dipanaskan hingga cukup cair kewadah (krus), diamkan 1 - 2 jam pada temperatur ruang, kemudianrendam kedalam bak perendam bertemperatur 25 oC, selama 1 - 2 jam.

Page 17: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 11

Penetrasi aspal, dinyatakan dengan masuknya jarum sebagai akibat beban(100 gr.) pada temperatur 25 oC ke dalam permukaan aspal, yangbesarnya diukur dengan angka yang terbaca pada arloji penetrometer.

2) Pengujian titik nyala dan titik bakar dengan Cleveland Open Cup

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untukmenentukan titik nyala dan titik bakar aspal dengan menggunakan alatCleveland open cup.Titik nyala adalah temperatur pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5detik pada suatu titik diatas`permukaan aspal.Titik bakar adalah temperatur pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal.

Untuk mendapatkan besaran temperatur dimana terlihat nyala singkat < 5detik (titik nyala) dan terlihat nyala minimal 5 detik (titik bakar) diataspermukaan aspal.

b) Kepentingan dan kegunaan

Penentuan titik nyala dilakukan untuk memastikan bahwa aspal cukupaman untuk pelaksanaan.

Titik nyala yang rendah menunjukkan indikasi adanya minyak ringan dalamaspal.

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan terhadap bahaya api, pada temperatur mana bahan akanterbakar atau menyala.

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2433-1991.

Tuangkan benda uji (aspal) yang telah dipanaskan hingga cukup cair kedalam cawan Cleaveland sampai garis batas.

Tempatkan cawan di atas plat pemanas dan atur letak sumber pemanas,serta tempatkan nyala penguji dan termometer serta atur pada posisi jarakmasing-masing.

Pindahkan tempat air berikutbenda uji pada alat penetrasi, aturjarum penetrasi dengan beban100 gr. hingga menyentuhpermukaan aspal dan tentukanangka nol pada arlojipenetrometer.

Lepaskan pemegang jarum danbersamaan itu jalankan stop watchselama (5 + 0,1) detik dan bacaserta catat angka pada arlojipenetrometer, kemudian lakukanpengujian pada benda uji yangsama paling sedikit 3 kali.

Gambar 2.6.Pengujian penetrasi

Page 18: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 12

3) Pengujian titik lembek aspal dan ter

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untukmenentukan titik lembek bahan aspal dan ter yang berkisar 30oC sampai200oC dengan cara ring and ball.

Untuk mendapatkan besaran titik lembek aspal dan ter.

b) Kepentingan dan kegunaan

Hasilnya digunakan untuk menentukan temperatur kelelehan dari aspal.

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahuikepekaan aspal terhadap temperatur atau digunakan untuk menentukansushu kelelehan dari aspal.

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2434-1991.

Tuangkan benda uji (aspal) yang telah dipanaskan hingga cukup cair kedalam cincin cetakan, diamkan pada temperatur kurang 8oC dibawah titiklembek selama 30 menit, kemudian ratakan.

Pasang dan atur kedua benda uji serta tempatkan pengarah boladiatasnya, masukkan ke dalam bejana gelas, kemudian diisi air sulingbertemperatur (5+1)oC sampai benda uji terendam.

Tempatkan termometer diantara kedua benda uji dan atur jarak antarapermukaan pelat dasar dengan benda uji pada posisi masing-masing.

Kemudian tempatkan bola-bola baja di atas tengah benda uji, kemudianpanaskan bejana dengan kenaikan temperatur air 5oC/menit.

Nyalakan “nyala penguji” danatur kecepatan pemanasan 5-6oC/menit pada temperaturantara 56 oC dan 28oC di bawahtitik nyala perkiraan.

Putar “nyala penguji” hinggamelalui permukaan cawan dalamwaktu 1 detik, Ulangi setiapkenaikan 2oC sampai terlihatnyala singkat pada permukaanaspal.

Titik nyala, dinyatakan dengancatat temperatur pada saatterlihat nyala singkat, kemudianlanjutkan pengamatan sampaiterlihat nyala yang lebih lamaminimal 5 detik, baca dan catatyang dinyatakan sebagai titikbakar. Gambar 2.7. Pengujian titik nyala

dengan Cleveland Open Cup

Page 19: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 13

4) Pengujian daktilitas bahan-bahan aspal

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan dan cara pengujiandaktilitas bahan aspalDaktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarakterpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditariksebelum putus pada temperatur 25oC dan dengan kecepatan 50 mm/menit

Untuk mendapatkan harga/besaran daktilitas bahan aspal

b) Kepentingan dan kegunaan

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahuielastisitas bahan aspal, yang ditunjukkan oleh benang aspal yang ditarikhingga putus

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2432-1991.

Benda uji (aspal) dipanaskan hingga cukup cair pada temperatur antara80oC – 100oC diatas titik lembek, kemudian disaring dengan saringan no.50 dan diaduk.

Tuangkan benda uji dalam cetakan dan dinginkan pada temperatur ruangselama 30 - 40 menit, ratakan dengan spatula, kemudian rendam di dalambak perendam bertemperatur ruang selama 30 menit.

Lepaskan benda uji dari plat dasar dan sisi-sisi cetakan, kemudiantempatkan pada mesin uji daktilitas.

Kemudian tarik dengan kecepatan teratur 5 cm/menit sampai benda ujiputus, catat jarak antara pemegang benda uji (panjang benda uji) pada

a. Dudukan benda

b. Alat penguji titik lembek

Gambar 2.8. Pengujian titiklembek aspal dan ter

Atur kecepatan pemanasan untuk 3menit per-tama (5 + 0,5)oC /menit,kemudian catat temperatur pada saatbola baja mendesak turun lapisanbenda uji (aspal) hingga menyentuhpelat dasar sebagai akibat kecepatanpemanasan.

Titik lembek, dinyatakan dengantemperatur pada saat bola baja denganberat tertentu mendesak turun padalapisan aspal atau ter yang tertahandalam cincin berukuran tertentu,sehingga aspal atau ter tersebutmenyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi 25,4 mm,sebagai akibat kecepatan pemanasantertentu.

Page 20: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 14

saat benda uji (aspal) putus. Lakukan pengujian pada benda uji normal 3kali

Daktilitas, dinyatakan dengan hasil rata-rata panjang aspal dalam satuancm, sebagai akibat dari ditariknya aspal yang berada dalam cetakandaktilitas pada dudukannya dari alat penguji daktilitas, dengan kecepatanteratur 50 mm/menit pada temperatur 25oC sampai putus, kemudian diukurjarak antara kedua dudukan benda uji normal pada saat benda uji putus(cm).

Gambar 2.9. Pengujian daktilitas

5) Pengujian berat jenis aspal padat

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untukmenentukan berat jenis aspal padat dan ter dengan menggunakanpiknometer

Untuk mendapatkan nilai berat jenis aspal padat dengan menggunakanrumus berat jenis hasil pengujian

b) Kepentingan dan kegunaan

Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaanperencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2441-1991.

Timbang piknometer dalam keadaan bersih dan kering (=Ap).

Isi bejana dengan air suling hingga bagian atas, kemudian rendam dalambak perendam pada temperatur ruang, kemudian diangkat.

Isi piknometer dengan air suling dan tutup, kemudian tempatkanpiknometer ke dalam bejana, rendam kembali bejana berisi piknometer kedalam bak perendam selama tidak kurang dari 30 menit.

Angkat piknometer berisi air suling dan keringkan, kemudian timbang (=Bw).

Tuangkan benda uji yang telah dipanaskan hingga cukup cair ke dalampiknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian dan biarkanpiknometer sampai dingin selama tidak kurang dari 40 menit, kemudiantimbang dengan ketelitian 1 mg (=C).

b. Alat penguji daktilitasa. Dudukan benda

Page 21: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 15

6) Pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian kehilanganberat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentuKehilangan atau penurunan berat minyak dan aspal, adalah selisih beratsebelum dan sesudah pemanasan pada tebal dan temperatur tetentu.

Untuk mendapatkan besaran kehilangan berat minyak dan aspal yangdinyatakan dalam persen berat semula

b) Kepentingan dan kegunaan

Pengujian ini dilakukan terhadap aspal dengan mencari besarankehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A yaitu cara lapisan tipis,yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui stabilitas aspalsetelah pemanasan.

Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui perubahan sifat fisik aspalselama dalam pencampuran panas di AMP pada temperatur 163oC yangdinyatakan dengan penetrasi, daktilitas dan kekentalan

c) Prinsip pengujian

Alat, kalibrasi, dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2440-1991.

Tuangkan benda uji kira-kira (50 ± 0,5) gr ke dalam cawan dan dinginkan,timbang (=A).

Tempatkan benda uji diatas pinggan berputar setelah oven mencapai (163± 1) oC.

Selanjutnya isilah piknometer yangberisi benda uji dengan air suling dantutup

Angkatlah bejana dari bak perendamdan tempatkan piknometer di dalamnya,kemudian masukkan dan diamkanbejana ke dalam bak perendam selamakurang dari 30 menit, angkat dankeringkan, lalu timbang piknometerberisi aspal dan air suling (=D)

Berat jenis aspal, dinyatakan denganrumus : BJ = (C- Ap) / {( Bw - Ap)-(D-C)}

dimana :

Ap = Berat piknometer denganpenutupnya (gram)

Bw = Berat piknometer berisi air suling(gram)

C = Berat piknometer berisi aspal(gram)

D = Berat piknometer berisi aspal

dan air suling (gram)

Gambar 2.10. Piknometer

Page 22: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 16

7) Pengujian noda untuk aspal minyak

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian noda bahan-bahan aspal yang hanya berlaku untuk aspal yang dihasilkan daripetroleum dan tidak digunakan terhadap aspal alam yang mengandungbahan tetap yang tidak larut dalam xylen

Untuk mendapatkan noda pada kertas saring akibat tetesan larutan aspalhasil campuran aspal dengan pelarut tertentu (naptha, xylen, normalheptan), noda dilihat pada kertas saring tegak lurus pandang dengan sinarterang dari arah belakang, disarankan gunakan sinar matahari

b) Kepentingan dan kegunaan

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji homogenitas dan kemurnianaspal dengan melarutkan aspal dalam bahan tertentu dan perlakuantertentu kemudian diteteskan ke kertas saring.

Bila bentuk noda dari tetesan tidak merata disebut noda positip, namun jikamerata harus diuji ulang dengan cara tertentu untuk meyakinkan bahwatetesannya benar-benar merata yang selanjutnya disebut noda negatif.

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat, kalibrasi, dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-6885-2002.

Masukkan benda uji (aspal) ke dalam labu gelas kapasitas 50 ml, bilabenda uji tidak dapat mengalir didasar labu pada temperatur ruang,panaskan labu hingga benda uji tersebar melapisi sera tipis didasar labu,kemudian dinginkan pada temperatur ruang.

Masukkan pelarut dengan pipet atau buret sebanyak 10,2 ml, segera tutupdengan gabus yang dilengkapi pipa gelas sepanjang 200 mm, kemudiangoyangkan labu dengan gerakan melingkar secara cepat selama 5 detik

Rendam labu dalam pemanas air yang mendidih sedalam lehernya selama55 detik hingga berupa cairan yang tipis.

Angkat labu dari pemanas dan digoyang selama 5 detik kemudian rendamkembali selama 55 detik dan seterusnya ulangi hingga benda uji benar-benar telah terdispersi. Selanjutnya dinginkan labu serta isinya sampaimencapai temperatur ruang selama 30 menit.

Larutan aspal dihangatkan kembali selama 15 menit dalam pemanas airpada temperatur (32 ± 0,5)oC, kemudian aduk dengan menggunakanbatang yang bersih teteskan pada kertas saring whatman no. 50.

Pasang termometer pada dudukannya.

Ambil benda uji dari dalam oven setelahmencapai 5 jam sampai 5 jam 15 menit.

Dinginkan benda uji pada temperaturruang, timbang (=B).

Kehilangan (penurunan) berat minyakdan aspal dinyatakan denganpersamaan:

Penurunan berat = {(A-B) / A} x 100 %

Gambar 2.11Pinggan berputar

35 cm

14 cm

Page 23: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 17

Setelah 5 menit, amati tetesan pada kertas saring tersebut dan catat jenisnodanya.

Noda positip, bila tetesan berwarna coklat atau coklat kekuning-kuningandengan bagian tengah gelap atau berbintik-bintik

a. Tetesan positip b. Tetesan negatip

Gambar 2.12. Pengujian noda aspal

Bila tetesan berbentuk lingkaran berwarna coklat merata, maka lakukantindakan sebagai berikut :

o Simpan labu berisi larutan tersebut dalam keadaan rapat padatemperatur ruang dibawah sinar redup selama 24 jam

o Hangatkan kembali pada temperatur (32 ± 0,5)oC selama 15 menit,kemudian aduk sampai merata

o Teteskan larutan dan amati, bila masih tetap berwarna coklat meratamaka noda tersebut sebagai noda negatip dan bila didapat bagiantengah tetesan berwarna gelap atau berbintik-bintik maka disebut nodapositip. Bila masih meragukan, ulangi.

8) Pengujian viskositas aspal dengan alat Brookfield termosel

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian viskositasapparen aspal minyak pada temperatur 38oC sampai 260oC menggunakanalat Brookfield termoselVikositas apparen, adalah perbandingan antara tegangan geser denganlaju cairan Newtonian atau Non Newtonian. Cairan Newtonian adalahcairan dimana laju geser berbanding lurus dengan tegangan geser, bilatidak berbanding lurus disebut cairan Non Newtonian.

Untuk mendapatkan nilai viskositas aspal

b) Kepentingan dan kegunaan

Dapat digunakan untuk mengukur viskositas apparen aspal minyak padatemperatur yang diinginkan, bila didapat sifat viskositas newtonian

Cara ini dimaksudkan untuk menentukan temperatur campuran danpemadatan campuran beraspal panas

c) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03–6441–2000.

Siapkan alat termosel sesuai dengan petunjuk operasional termasuk carapengaturan temperatur dan kalibrasinya

Page 24: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 18

Gambar 2.13. Pengujian viskositas dengan Viskometer BrookfieldTermosel

Masukkan benda uji ke dalam tabung sesuai dengan spindel yangdigunakan

Ketinggian cairan harus segaris dengan batang spindel pada garis kira-kira3,2 mm diatas bagian atas spindel yang meruncing.

Tempatkan tabung berisi benda uji dengan menggunakan alat penjepit kewadah pemanas, kemudian tempatkan viskometer tepat diatas wadahpemanas.

Pasang spindel ke viskometer dan turukan viskometer hingga spindelmasuk kedalam benda uji, biarkan aspal sampai mencapai temperaturpengujian yang konstan selama ± 15 menit.

Jalankan viskometer sesuai petunjuk operasionalnya, kemudian catat tigapembacaan setiap 60 detik dari masing-masing temperatur pengujian.

Lakukan prosedur yang sama untuk setiap temperatur pengujian yangdiinginkan.

Kalikan faktor viskositas dengan pembacaan viskometer untukmendapatkan viskositas dalam centipois (cP)

9) Pengujian kadar air aspal dan bahan yang mengandung aspal

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan contoh uji, peralatan, pengujian untukmenentukan kadar air dalam aspal dan bahan yang mengandung aspaldengan cara penyulingan, termasuk untuk penentuan kadar air dalamaspal cair jenis RC, MC, SC, serta penentuan kadar air dalam campuranberaspal.Kadar air aspal, adalah air yang terkandung di dalam aspal yang akanmempengaruhi kelekatan aspal terhadap agregat

Untuk mendapatkan angka kadar air aspal dalam persen (%) dan bahanyang mengandung aspal

b) Kepentingan dan kegunaan

Air dalam aspal yang akan mempengaruhi kelekatan aspal terhadapagregat dalam campuran beraspal dan

Air yang terdapat pada aspal menyebabkan timbulnya busa pada waktudipanaskan dan hal ini membahayakan.

Spindel

Tabung benda uji

Wadah pemanas

Alat pengatur sushu

Page 25: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 19

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Kadar air aspal dan bahan yang mengandung aspal, dinyatakan denganrumus :

Isi air dalam tabung penerimaKadar air aspal =Berat benda uji

x 100 %

10) Pengujian Kadar Bitumen Aspal Butir dengan cara Ekstraksi campuranberaspal menggunakan tabung refluks gelas

a) Lingkup dan tujuan

Pengujian mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan carapengujian kadar aspal/bitumen yang terkandung dalam campuranberaspal termasuk Asbuton Butir dengan cara refluks menggunakantabung gelas.

Kadar bitumen/aspal yang terkandung dalam campuran beraspal atauAsbuton Butir adalah banyaknya bitumen/aspal dalam campuranberaspal atau Asbuton Butir. Aspal atau bitumen yang diperoleh dengancara ini dapat digunakan untuk pemeriksaan sifat fisik aspal antara lain:penetrasi, daktilitas, titik lembek.

Untuk mendapatkan nilai kadar aspal/bitumen yang terkandung dalamcampuran beraspal termasuk Asbuton Butir.

b) Kepentingan dan kegunaanUntuk mengetahui kadar aspal/bitumen yang yang terkandung dalamcampuran beraspal termasuk Asbuton Butir yang berguna untukperencanaan campuran beraspal.

c) Ringkasan/prinsip pengujian

(1) Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat RSNI M-05-2004.

Alat, kalibrasi, dan prosedur pengujianselengkapnya lihat SNI 03-2490-1991.

Timbang labu gelas kosong (W1)

Masukkan benda uji (100 gr.) kedalam labu gelas dan timbang (W1+ 100 gr).

Siapkan rangkaian peralatanpengujian kadar air, kemudianpasang labu gelas berisi benda ujidiatas kaki tiga, yang telah diberikawat kasa dan rangkaian labugelas dengan rangkaian alat penujikadar air.

Panaskan labu berisi benda uji, aturpemanasan sehingga tetesanembun yang turun/jatuh dari tabungpendingin ke tabung penerimamencapai kecepatan 2 sampai 5tetes / detik dan teruskan sampai airdalam tabung penerima tidakbertambah, kemudian baca dancatat isi air dalam tabung penerima.

Gambar 2.14. Peralatanpengujian kadar air aspal

Page 26: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 20

(2) Panaskan contoh uji pada temperatur 110 C 5 C, sampai berbentukcurah dan dengan cara perempatan (quartering), tentukan berat bendasesuai RSNI M-05-2004 (lihat dibawah ini), atau ± 200 gram untukbenda uji Asbuton Butir.

Ukuran maksimum Berat benda uji minimum

o 4,75 mm (0,187 inci) = 500 gram

o 9,50 mm (3/8 inci) = 1000 gram

o 12,50 mm (1/2 inci) = 1500 gram

o 19,00 mm (3/4 inci) = 2000 gram

o 25,40 mm (1,0 inci) = 3000 gram

o 38,50 mm (1,5 inci) = 4000 gram

(3) Siapkan benda uji untuk penentuan kadar air sesuai SNI 06-2490-1991.

(4) Siapkan paling sedikit dua buah benda uji.

(5) Prosedur pengujian yang harus dilakukan diuraikan dibawah ini:

Letakkan kasa asbes di atas pelat pemanas listrik dan letakkantabung gelas di atasnya;

Atur pemanasan sehingga pelarut yang terkondensasi membasahirangka yang berisi benda uji, jaga jangan sampai pelarut berlebihmasuk ke dalam penyaring pada kerucut;

Teruskan ekstraksi dengan cara refluks, sampai pelarut berwarnajernih;

Tentukan berat air dari contoh uji(W2);

Keringkan kertas saring dalam oven110C 5C dan timbang sampaiberat tetap;

Timbang berat tiap rangka silinderyang telah dipasang kertas saring,dengan ketelitian 0,5 gram;

Masukkan benda uji ke dalam rangkayang telah diberi kertas saringberbentuk kerucut, bila digunakan duarangka, benda uji dibagi menjadi duabagian dengan berat yang sama.Benda uji harus terletak dibawahujung atas dari kertas saring, tentukanberat dari masing-masing rangka +benda uji dengan ketelitian 0,5 gram(W1);

Gunakan salah satu pelarutTrichlorethylene atau MethyleneChloride;

Bila digunakan dua rangka, tempatkanrangka atas pada rangka di bawahnya;

Tuangkan pelarut kedalam tabunggelas yang sudah berisi rangka danbenda uji, dengan permukaan pelarutberada dibawah ujung kerucut rangkaatas;

1 Pendingin

2 Tabung refluks gelas

3 Rangka kerucut

4 Kasa Asbes

5 Pelat pemanas listrik

Gambar 2.15. PeralatanEkstraksi dengan alat Refluks

Page 27: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 21

Matikan pelat pemanas listrik dan biarkan tabung cukup dinginuntuk dipegang, lepaskan pendingin dan pindahkan dari tabung;

Pindahkan rangka dari dalam tabung, biarkan kering di udara,setelah itu keringkan di dalam oven pada temperatur 110C 5C ,setelah kering agregat ditimbang ( W3);

Saring filtrat dengan kertas saring yang telah ditimbang (B).keringkan dalam oven pada temperatur 110 C 5 C sampaiberat tetap, timbang (C). W4 = C - B

5.2.2. Pengujian Aspal Cair

Penggunaan aspal cair pada pekerjaan campuran beraspal panas adalah untukpekerjaan lapis resap ikat (prime coat) dan lapis pengikat (Tack coat)

1) Pengujian viskositas kinematik dengan alat Saybolt Furol

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan contoh uji, peralatan, kalibrasi, dan pengujiankekentalan aspal cair juga untuk aspal emulsi dengan alat saybolt

Untuk menentukan nilai kekentalan aspal cair yang digunakan sebagaidasar untuk mengklasifikasi jenis aspal cair (Rapid Curing/RC, MediumCuring/MC, Slow Curing/SC).

b) Kepentingan dan kegunaan

Kekentalan aspal cair harus cukup rendah untuk dapat menutupiagregat, makin tinggi kekentalan makin lama dan sukar aspal menutuppermukaan agregat, terutama bila agregat tertutup debu, aspal cairterlebih dahulu mengikat debu sebelum mencapai permukaan agregat.Kekentalan aspal cair tergantung kepada kadar aspal yang dicampur,makin besar kadar aspal makin tinggi kekentalannya.

Kekentalan pada aspal cair RC/MC/SC 250, yaitu 250 – 500 Cst,umumnya digunakan sebagai lapis resap ikat, juga digunakan padacampuran beraspal dingin, untuk tambalan, campuran tanah berpasiratau campuran pasir

Kekentalan pada aspal cair RC/MC/SC 70, yaitu 70 – 140 Cst,dimaksudkan untuk memperoleh temperatur pencampuran danpemadatan pada temperatur udara biasa dan umumnya digunakanuntuk agregat berpasir.

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat, kalibrasi, dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-6721-2002.

Aduk benda uji (120± 1) ml. hingga merata.

Bersihkan tabung viskometer dan labu penampung, keringkan,kemudian sumbat bagian bawah tabung viskometer dengan gabuspenutup, lalu letakkan corong saringan no. 100 di atas tabungviskometer.

Tuangkan benda uji melalui saringan ke dalam tabung viskometersampai pinggir atas tabung viskometer.

Aduk benda uji dalam viskometer dengan termometer yang telahdilengkapi penyangga dengan kecepatan 30-50 putaran/menit. Bilatemperatur konstan, aduk selama 1 menit, kemudian angkat

Page 28: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 22

termometer dan ambil benda uji yang berlebihan dengan penyedotsampai batas peluapan.

Letakkan labu penampung tepat dibawah tabung viskometer, kemudianlakukan pengujian dengan tarik/cabut penutup gabus sehingga aliranaspal cair masuk ke dalam labu penampung

Catat dan hitung waktu (ketelitian ± 0,1 detik) mulai saat benda ujimenyentuh dasar labu sampai terisi tepat pada batas 60 ml labuviskometer

Gunakan tabel konversi untuk menentukan kekentalan dalamkinematis.

2) Pengujian titik nyala dengan alat Tag open cup

Tujuan pengujian adalah sama dengan pengujian titik nyala untuk aspal keras.Untuk pengujian titik nyala aspal SC digunakan alat Cleveland open cup (COC)sama dengan untuk pengujian untuk aspal keras, sedangkan untuk jenis aspalcair RC dan MC digunakan alat Tag open cup (TOC).

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan pengujian titiknyala aspal cair dengan menggunakan cawan Tag open tag, yangmempunyai titik nyala lebih kecil dari 93,3oC

Titik nyala, adalah temperatur dimana terjadi kilatan nyala api berwarnabiru diatas benda uji setelah melalui pemanasan dengan melewatkannyala uji melintang diatas benda uji dengan kecepatan dan intervaltetap

Untuk mendapatkan titik nyala aspal cair

b) Kepentingan dan kegunaan

Keamanan dalam pelaksanaan di lapangan dalam hal penggunaan danpembuatan aspal cair ini

Gambar 2.16. Tabung viskometer untuk pengujianviskositas dengan Saybolt Furol

Page 29: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 23

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-6722-2002.

3) Pengujian fraksi aspal cair dengan cara penyulingan

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan pengujian untukmemisahkan fraksi aspal cair berdasarkan perbedaan titik didih dengancara penyulingan.

Untuk mendapatkan tetes awal dan angka isi dari fraksi dalam % padapenyulingan aspal cair

b) Kepentingan dan kegunaan

Metode pengujian ini dilakukan terhadap aspal cair jenis RC, MC, danSc pada temperatur yang berbeda-beda, dengan cara memanaskandengan kecepatan tertentu dan menampung zat-zat yang menguap,residu aspal setelah penyulingan pada temperatur 360oC digunakanuntuk pengujian sifat fisik aspal selanjutnya, yaitu untuk pengujianpenetrasi, daktilitas, kekentalan absolut, kelarutan.

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 06-2488-1991.

Aduk benda uji (100 ml) secara merata.

Letakkan alat Tag Open Cup dalambak perendam/penangas, masukkantermometer hingga 6,4 mm di atasdasar mangkok (cup) dan aturpenahan termometer supayatemometer tetap tegak.

Isi bak perendam dengan air ataularutan air glyserin pada temperaturpaling sedikit 16,5oC dibawah titiknyala perkiraan.

Masukkan benda uji kedalam mangkoksampai batas pada posisi ± 3,2 mmdibawah bibir mangkok.

Nyalakan pembakar listrik, aturpemanasan sampai temperatur bendauji naik dengan kecepatan (1±0,3)oC/menit dan usahakan panjangnyala tidak lebih dari 4 mm.

Pada saat temperatur contohmencapai (10-15)oC dibawahtemperatur perkiraan titik nyala, putarnyala uji searah dengan kecepatansatu putaran/detik diatas benda uji,ulangi hal diatas pada setiap kenaikantemperatur 1oC.

Titik nyala, dinyatakan dengan catattemperatur terendah pada saatpertama kali terlihat titik nyala warnabiru

Gambar 2.17.Titik nyala Tag Open Cup

Page 30: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 24

Timbang labu suling kosong (W1), kemudian masukkan benda uji (±200 ml dan bebas air) kedalam labu suling dan timbang (W1 + 200 xberat jenis benda uji).

Letakkan labu suling berisi benda uji di atas kasa yang ada di atas kakitiga/gelang.

Hubungkan labu suling dengan rangkaian alat penyuling, kemudianpasang tabung penerima gelas ukur 100 ml pada ujung tabungpendingin.

Masukkan termometer kedalam benda uji pada labu suling sampaiujung termometer berada 65,5 mm dari dasar labu dan tutup mulut labusuling dengan gabus, kemudian letakkan pembakar gas dibawah labusuling.

Lakukan pengujian dengan alirkan air kedalam tabung pendingin dannyalakan pembakar gas, kemudian catat waktu dimulainya pengujiandan catat waktu tetes pertama terjadi dan catat temperaturnya,perhatikan apakah tetes pertama yang keluar air atau minyak.

Atur pemanasan agar tetes-tetes uap berikutnya keluar, sesuai denganketentuan.

Catat isi tiap fraksi hasil penyulingan dalam tabung penerima, masing-masing pada titik didih 190oC, 225oC, 260oC, 316oC, dan 360oC.

Apabila sisa penyulingan diperlukan untuk pengujian sifat fisik aspalpadat dari aspal cair tuangkan sisa/residu destilasi kedalam cawantimah dan dinginkan sampai temperatur ± 130oC dilemari asam,selanjutnya tuangkan kedalam cetakan benda uji untuk pengujianpenetrasi, daktilitas, kekentalan absolut, dan kemurnian aspal ataukelarutan.

(Tuangkan residu untuk pengujian penetrasi dan daktilitas aspal cairjenis RC dan MC. Untuk residu aspal cair SC dilakukan pengujiankekentalan).

Gambar 2.18. Instalasi peralatan penyulingan (Destilasi)menggunakan labu gelas

Page 31: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 25

4) Pengujian penetrasi residu hasil penyulingan

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianpenetrasi aspal cair dari residu hasil penyulingan

Untuk mendapatkan nilai penetrasi aspal cair residu hasil penyulingan

b) Kepentingan dan kegunaan

Apabila penetrasi setelah penyulingan rendah, aspal sukar melapisiagregat

Penetrasi setelah penyulingan adalah 80 sampai 120 untuk jenispenguapan cepat (RC), 120 sampai 250 untuk jenis penguapansedang (MC)

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian penetrasi untuk aspal cair sama denganmetode pengujian penetrasi untuk aspal keras (berdasarkan SNI 06-2456-1991), bedanya hanya benda uji (aspal cair) dari residu hasil penyulingan

5) Pengujian daktilitas residu penyulingan

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiandaktilitasi aspal cair dari residu hasil penyulingan

Untuk mendapatkan nilai daktilitas aspal cair

b) Kepentingan dan kegunaan

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahuielastisitas bahan aspal, yang ditunjukkan oleh benang aspal yangditarik hingga putus

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian daktilitas untuk aspal cair hampir samadengan metode pengujian daktilitas untuk aspal keras (berdasarkan SNI06-2432-1991), bedanya hanya benda uji (aspal cair) dari residu hasilpenyulingan

6) Pengujian kelarutan dalam TCE dari residu hasil penyulingan

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiankelarutan dalam TCE aspal cair dari residu hasil penyulingan

Untuk mendapatkan nilai kadar aspal dari aspal cair yang dilarutkandalam pelarut TCE

b) Kepentingan dan kegunaan

Untuk mengetahui bahan-bahan yang bukan termasuk aspal (kotorananorganik yang ada di dalam aspal), bila terlalu besar kotorananorganik akan mengurangi pelekatan aspal, batas minimum kelarutanadalah 99 %

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian kelarutan dalam TCE ini sama denganprosedur pengujian kadar aspal untuk aspal keras (berdasarkan SNI 06-2438-1991).

Timbang bejana kapasitas 150 ml (=A).

Page 32: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 26

Masukkan benda uji (aspal) yang telah dikeringkan dibawah temperaturpenguapan sekurang-kurangnya 2 gr. ke dalam bejana dan tuangkan100 ml TCE, kemudian aduk hingga bitumen larut.

Siapkan perangkat cawan gooch dan asbetos didalamnya, kemudiantuangkan larutan aspal ke dalam cawan gooch. Cawan gooch denganendapan ditimbang (=B).

Masukkan cawan gooch ke dalam oven pada temperatur (110 ± 10)oCselama 20 menit, setelah 20 menit keluarkan dari oven, dinginkan,timbang (=C).

Kadar aspal dari aspal cair yang dilarutkan dalam pelarut TCE,dinyatakan dengan persamaan : Kadar aspal = [{A-(B-C)} / A] x 100 %

7) Pengujian kelekatan dalam air (Kelekatan aspal cair pada agregat dalamair)

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiankelekatan aspal cair dari residu hasil penyulingan terhadap air

Untuk mendapatkan nilai kelekatan aspal cair pada agregat tertentu didalam air

b) Kepentingan dan kegunaan

Ketahanan aspal cair yang menyelimuti agregat terhadap pengaruh air

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya pada SNI 06-2439-1991

Siapkan agregat kwarsa (lolos saringan ukuran 1½’’ dan tertahan ¾”)sebanyak 500 gram

Panaskan benda uji (25 gr.) pada temperatur 40oC dan agregat kwarsapada 70oC.

Campur kedua bahan pada wadah sampai seluruh agregat terselimutiaspal cair, diamkan pada temperatur ruang selama 30 menit, kemudianpindahkan ke wadah gelas dan isi dengan air suling sampai agregatterendam.

Tempatkan pada pemanas pada temperatur 40oC selama 3 jam.

Setelah 3 jam, tentukan luas dalam agregat yang terselimuti aspal cairsecara visual dan tentukan luas permukaan yang terselimuti dalampersen

8) Pengujian berat jenis

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianberat jenis aspal cair dari residu hasil penyulingan denganmengunakan alat Areometer.Alat areometer mempunyai ukuran garis 0,9 sampai 1,1, garis yangmenunjukkan titik areometer melayang pada aspal cair adalah beratjenis aspal cair

Untuk mendapatkan nilai berat jenis aspal cair

b) Kepentingan dan kegunaan

Kualitas/mutu aspal cair yang digunakan, harus mempunyai nilai beratjenis antara 0,9 sampai 1,1

Page 33: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 27

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian sesuai dengan AASHTO T 74-1993, secaragaris besar adalah sebagai berikut :

Tuangkan benda uji ke dalam gelas ukur kapasitas 100 ml.

Masukkan alat areometer yang mempunyai ukuran 0,9 sampai 1,1 kedalam gelas ukur yang berisi benda uji.

Lihat bagian yang melayang pada garis antara 0,9 sampai 1,1.

Tentukan berat jenis aspal cair yang ditunjukkan pada garis angka padaalat areometer, dimana berat jenis aspal cair adalah > 0,9

9) Pengujian kadar air

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiankadar air aspal cair dengan cara penyulinganKadar air aspal cair, adalah air yang terkandung di dalam aspal cair,yang akan mempengaruhi kelekatan aspal cair terhadap agregat.

Untuk mendapatkan nilai kadar air aspal cair

b) Kepentingan dan kegunaan

Kelekatan aspal cair yang digunakan terhadap agregat

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian kadar air untuk aspal cair sama denganmetode pengujian kadar air untuk aspal keras (berdasarkan SNI 06-2490-1991)

10) Pengujian kekentalan absolut pada 60oC (Pengujian kekuatan aspaldengan viskometer pipa kapiler hampa)

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiankekentalan aspal dengan menggunakan viskometer pipa kapiler hampapada temperatur 60oC

Untuk mendapatkan nilai kekentalan absolut aspal cair pada temperatur60oC

b) Kepentingan dan kegunaan

Kekentalan pada temperatur 60oC menunjukkan perilaku alir dan dapatdigunakan untuk keperluan spesifikasi aspal cair atau aspal keras

Nila kekentalan absolut lebih tinggi dari nilai kekentalan kinematis

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-6440-2000.

Siapkan benda uji (aspal cair residu) sebanyal 60 ml. dan seperangkatalat viskositas.

Pilih tabung viskometer kapiler sesuai contoh yang mempunyaiviskositas antara 600 sampai 12.800 poise, gunakan tabung no. 100dengan diameter kapiler 5 mm, faktor kalibrasi 32 poise/detik.

Tuang benda uji yang telah dipanaskan pada temperatur (135 ± 5,5)oCke dalam tabung viskositas hingga tanda batas, diamkan sampaitemperatur turun mencapai 60oC.

Pasang tabung viskositas kapiler yang berisi benda uji pada bakperendam dengan temperatur 60oC.

Page 34: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 28

Pasang alat vakum dan hubungkan dengan tabung viskositas yangberisi benda uji, jalankan pompa vakum dan atur pada tekanan 300 mmHg.

Ukur waktu yang diperlukan benda uji untuk melewati kapiler (=A t,detik).

Viskositas aspal cair = A t x F

dimana A t = waktu; F = Faktor koreksi untuk tabung viskositaskapiler no. 100 adalah 32

11) Pengujian noda / bintik (Spot test)

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiannoda atau bintik aspal cair dari residu hasil penyulingan terhadap air

Untuk mendapatkan adanya /tidak ada noda aspal cair

b) Kepentingan dan kegunaan

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji homogenitas dan kemurnianaspal dengan melarutkan aspal dalam bahan tertentu dan perlakuantertentu kemudian diteteskan kekertas saring.Bila bentuk noda dari tetesan tidak merata disebut noda positip, namunjika merata harus diuji ulang dengan cara tertentu untuk meyakinkanbahwa tetesannya benar-benar merata yang selanjutnya disebut nodanegatif.

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian kadar air untuk aspal cair sama denganmetode pengujian titik noda untuk aspal keras (berdasarkan SNI 03-6885-2002)

5.2.3. Pengujian Aspal Emulsi

1) Pengujian kekentalan/viskositas

Pengujian dilakukan dengan alat Saybolt Furol, Prosedur pengujian serupadengan pengujian viskositas untuk aspal cair. digunakan untuk mengklasifikasijenis aspal emulsi.

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan contoh uji, peralatan, kalibrasi, dan pengujiankekentalan aspal emulsi pada temperatur 25oC atau 50C, dengan alatsaybolt furol, tergantung karakteristik kekentalan dari jenis aspal emulsi,sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Temperatur pengujian pada jenis aspal emulsi

Jenis aspalTemperaturpemanasan Anionik Kationik

25oC RS1, MS-1, MS-2, MS-2h CSS

50oC RS2, HFRS-2 CRS, CMS

Untuk menentukan nilai kekentalan aspal cair yang digunakan sebagaidasar untuk mengklasifikasi jenis aspal emulsi.

Page 35: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 29

b) Kepentingan dan kegunaan

Semakin viskos (kental) aspal, semakin lama waktu yang diperlukanuntuk mengalir. Nilai viskositas makin besar menunjukkan kekentalanaspal makin kental.

c) Ringkasan/Prinsip pengujian(1) Pengujian kekentalan aspal emulsi pada temperatur 25oC

Benda uji (± 100 ml) diaduk kemudian tuangkan kedalam botol.

Tempatkan botol ke dalam bak perendam pada temperatur 25oCselama 30 menit, kemudian aduk benda uji dengan caramembalikkan botol beberapa kali.

Tuang benda uji ke dalam tabung viskometer melalui saringan no.20.

Pasang sumbat gabus pada tempatnya, isi kembali tabungviskometer.

Tempatkan labu penampung ukuran (60 ± 0,005) ml padatempatnya.

Lakukan pengujian dengan buka sumbat penutup bersamaan itutekan pengatur waktu, tampung aspal dan hentikan stopwatch saatbenda uji sudah memenuhi labu sebanyak 60 ml.

Catat waktu (detik) yang diperlukan untuk mengalirkan aspalsebanyak 60 ml.

Konversikan waktu yang diperoleh untuk 60 ml aspal mengalirdalam detik kedalam satuan viskositas (cst)

(2) Pengujian kekentalan aspal emulsi pada temperatur 50oC :

Benda uji (± 100 ml) diaduk kemudian tuangkan kedalam gelaskimia.

Tempatkan benda uji ke dalam bak perendam dengan permukaanbenda uji terletak ± 5,08 cm di bawah permukaan air bak padatemperatur (71 ± 3)oC, kemudian pegang dan putar gelas kimiadengan kecepatan 60 rpm, gunakan oil tube termometer untukmemperoleh temperatur yang merata.

Panaskan benda uji dalam bak perendam pada temperatur (51,4 ±0,3) oC, kemudian tuangkan benda uji melalui saringan no.20kedalam tabung oil sampai berlebih.

Atur temperatur bak perendam sampai temperatur benda uji tetapselama 1 menit pada temperatur (50 ± 0,05) oC.

Angkat oil tube termometer kemudian segera ambil kelebihanemulsi dari sisi tabung dengan pipet.

Tempatkan labu penampung ukuran (60 ± 0,005) ml padatempatnya.

Lakukan pengujian dengan buka sumbat penutup bersaman itutekan pengatur waktu, tampung aspal dan matikan stopwatch saatcontoh sudah memenuhi labu sebanyak 60 ml.

Catat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan aspal sebanyak 60ml dlam

Konversikan waktu yang diperoleh untuk 60 ml aspal mengalirdalam detik kedalam satuan viskositas (cst)

Page 36: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 30

2) Pengujian pengendapan

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan car pengujianpengendapan aspal emulsi

Pengujian ini menentukan persentase aspal emulsi yang mengendap.

b) Kepentingan dan kegunaan

Pengujian berguna untuk menghindari terdapatnya pemisahan aspaldan air pada aspal emulsi yang kurang stabil yang kemungkinan akandisimpan pada jangka waktu lama.

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SKSNI M 07-1994-03.

Siapkan benda uji masing-masing 500 ml dan masukkan kedalam 2gelas kimia.

Gelas ditutup dan disimpan pada temperatur ruang selama 5 hari.

Pindahkan benda uji ke dalam gelas kimia yang telah diketahuiberatnya.

Benda uji kemudian dipanaskan hingga air menguap; residu aspalemulsi kemudian ditimbang.

Persen pengendapan merupakan selisih antara persen residu bagianbawah dengan persen residu bagian atas.

3) Pengujian pemisahan (demulsibility)

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan bahan uji, peralatan, dan cara pengujianpemisahan aspal emulsi dengan cara penyulingan

Pemisahan (demulsibility) merupakan perbandingan antara berat residupemisahan dengan residu aspal emulsi dari hasil penyulingan.

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan pemisahan dari aspalemulsi jenis cepat mantap, bahan pemisah yang digunakan CalsiumChlorida (CaCl2).

b) Kepentingan dan kegunaan

Pemisahan yang tinggi menunjukkan jenis aspal emulsi cepat mantap.

Untuk pengujian aspal emulsi kationik sebagai bahan pelarut adalahlarutan sodium dioctyl sulfosuccinate.

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Tentukan terlebih dahulu persentase residu aspal emulsi dengan carapenyulingan dan muatan aspal emulsi (kationik atau anionik).

Timbang masing-masing tiap satu set saringan no. 14, pan kapasitas600 ml, dan pengaduk logam, yang akan digunakan.

Timbang masing-masing sebanyak 100 ± 0,1 gr. aspal emulsi yangtelah dikocok homogen ke dalam tabung logam 600 ml.

Tempatkan dan biarkan benda uji pada temperatur ruang

Setelah 2 menit, tambahkan masing-masing ke dalam labu logam 35 mllarutan kalsium klorida 1,11 gr/lt (untuk aspal emulsi anionik) atau 35 mllarutan dioktil sodium sulfosuccinate 0,8 % untuk aspal emulai kationikatau 50 ml larutan kalsium klorida 5,55 gr/lt aspal emulsi campuran.

Page 37: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 31

Selama penambahan larutan dilakukan, aduk isi dalam tabung terusmenerus menerus selama 2 (dua) menit setelah penambahan larutanselesai.

Tuangkan campuran ke dalam masing-masing saringan, bilas/cucitabung dan batang pengaduk dengan air distilasi. untuk menentukanbesarnya aspal yang menggumpal.

Remaslah dan pecahkan semua gumpalan dengan alat pengaduk,kemudian lanjutkan dengan mencuci tabung, pengaduk dan saringanhingga air pencuci mengalir jernih.

Tempatkan saringan berikut aspal ke dalam tabung gelas danpengaduk logam, masukkan semua ke dalam oven pada temperaturtetap 163oC hingga kering dan beratnya tetap, kemudian timbang dancatat

Demulsibility dinyatakan dengan persamaan :

Demulsibility = (Ar / Br) x 100 %

dimana : Ar = Berat rata-rata residu demulsibility dari 3 pengujianBr = Berat residu aspal emulsi dari hasil penyulingan dalam

100 gram aspal emulsi (benda uji)

4) Pengujian pelekatan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian untukmengetahui kemampuan kelekatan aspal emulsi terhadap agregat danketahanan terhadap air.Kemampuan pelekatan, adalah kemampuan aspal emulsi melekat padaagregat standar yang dicampur CaCO3

Kemampuan aspal emulsi terhadap air, adalah ketahanan aspal emulsisetelah melekat pada agregat standar terhadap semprotan air sebagaisimulasi air hujanPengujian khususnya untuk jenis aspal emulsi mantap sedang (MediumSetting).

Untuk mengetahui/mendapatkan persentae pelekatan aspal emulsiterhadap agregat dan ketahanan terhadap air

b) Kepentingan dan kegunaan

Ketahanan kelekatan aspal emulsi pada agregat terhadap air

c) Ringkasan/Prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-3645-1994.Siapkan benda uji (aspal emulsi homogen) sebanyak ± 35 gr, agregatstandar ± 461,0 gr yang memenuhi ketentuan, dan air yang tidak bolehmengandung kadar calsium carbonat (CaCO3 ) lebih besar dari 250 ppm.

(1) Pengujian dengan menggunakan agregat kering :

Masukkan agregat standar ke dalam loyang mixing panberkapasitas 3000 ml.

Masukkan 4 gr bubuk CaCO3 kedalam loyang yang berisi agregat,aduk selama 1 menit dengan spatula hingga agregat terlapisi bubukCaCO3.

Masukkan benda uji (aspal emulsi) ke dalam loyang yang berisiagregat yang telah dilapisi serbuk CaCO3 dan aduk selama 5 menithingga campuran merata.

Page 38: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 32

Ambil 1/2 bagian dari campuran tersebut dan tempatkan padakertas saring, kemudian amati kelekatan secara visual dalamprosentase terhadap seluruh permukaan agregat (=A).

Untuk mengetahui daya tahan terhadap air, selanjutnya semprotkanair pada sisa campuran (1/2 bagian) yang ada dalam loyang sampaimenutupi seluruh bagian campuran dengan tekanan 0,2 kg/cm2,tinggi semprotan air 305 mm.

Tuangkan air yang ada dalam loyang.

Ulangi tahap (5) dan (6) sampai air yang tertuang dari loyangterlihat jernih.

Miringkan loyang agar sisa air pada campuran mengalir sempurna.

Amati pelekatan secara visual dalam prosentase terhadap seluruhpermukaan agregat (=B).

Ulangi tahap (9) setelah permukaan menjadi kering udara padatemperatur ruang atau dikeringkan dengan kipas angin

(2) Pengujian dengan menggunakan agregat basah :

Lakukan tahap (1) sampai (2) pada item 2). seperti tersebut diatas.

Tetes air dari pipet sebanyak 9,3 ml pada campuran agregat danbubuk CaCO3 dalam loyang, aduk sampai air membatasi seluruhpermukaan agregat secara merata.

Lakukan langkah (3). sampai dengan (10). seperti pada item 2).

Gambar 2.19. Alat semprotan ketahanan aspal emulsi terhadap air

5) Pengujian jenis muatan partikel aspal emulsi

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian untukmengetahui muatan partikel aspal emulsi jenis kationik dan anionik.Aspal emulsi kationik, adalah aspal emulsi yang bermuatan positif

Aspal emulsi anionik, adalah aspel emulsi yang bermuatan negatifKatoda, adalah suatu elektroda yang bermuatan negatif dan dapatmenarik aspal emulsi yang bermuatan positif

Page 39: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 33

Anoda, adalah suatu elektroda yang bermuatan positif dan dapatmenarik aspal emulsi yang bermuatan negatif

Untuk mengetahui/mendapatkan muatan partikel aspal emulsi (aspalemulsi kationik atau anionik)

b) Kepentingan dan kegunaan

Pemilihan aspal emulsi yang tepat untuk dapat mengikat agregat dalamcampuran (campuran dingin) dan sebagai lapis pengikat atau resap ikatdalam pekerjaan pelapisan

c) Ringkasang/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-3644-1994.

Aduk benda uji (250 ml) hingga homogen, kemudian masukkan bendauji ke dalam gelas kimia

Masukkan elektroda ke dalam benda uji dalam gelas kimia dengankedalaman 25,4 mm dari permukaan benda uji.

Atur arus listrik sekurang-kurangnya 8 mA dengan menyesuaikan tahangeser.

Putuskan arus listrik dan cuci elektroda dengan air mengalir apabilaarus listrik turun menjadi 2 mA atau setelah 30 menit

Amati aspal yang menempel pada kedua elektroda :- Apabila aspal menempel pada katoda, maka aspal emulsi adalah

jenis kationik- Apabila aspal menempel pada anoda, maka aspal emulsi adalah

jenis anionik

Gambar 2.20. Alat pengujian muatan listrik aspal emulsi

6) Pengujian aspal emulsi tertahan saringan no. 20

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian saringanaspal emulsiPengujian ditujukan untuk menentukan bagian aspal emulsi yangtertahan pada saringan No. 20, merupakan pengujian yang sasarannyasama dengan pengujian pengendapan, tetapi tidak terdeteksi padapengujian tersebut.

Untuk mengetahui/mendapatkan persentase bagian aspal emulsi yangtertahan pada saringan No. 20

Page 40: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 34

b) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-3643-1994.

Siapkan benda uji sebanyak 1000 gr yang telah dikocok hinggamerata.(=C).

Timbang saringan dan pan (=A), kemudian basahi saringan denganlarutan pencuci (untuk aspal emulsi kationok dengan air suling,sedangkan untuk aspal emulsi anionik dengan larutan sodium oleat 2%).

Tuangkan benda uji ke dalam saringan.

Cuci tempat benda uji dengan larutan pencuci dan tuangkan kedalamsaringan, tempatkan atau pasang pan dibawah saringan.

Cuci sisa aspal emulsi yang berada dalam saringan dengan larutanpencuci hingga larutan terlihat jernih.

Masukkan ke dalam oven pada temperatur 110 (± 5)oC selam 2 jam,keluarkan saringan dan pan dari oven dan dinginkan dalam desikator.

Timbang saringan, pan, dan residu sampai berat tetap (=B).

Aspal emulsi yang tertahan saringan no 20 (=X), dinyatakan denganpersamaan :

X = {(B-A) / C} x 100 %

7) Pengujian kerusakan campuran aspal emulsi dengan semen

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianaspal emulsi yang rusak dengan cara penambahan semen

Pengujian dimaksudkan untuk menentukan persentasi aspal emulsiyang rusak dengan cara menambahkan semen. Pengujian khususnyauntuk jenis aspal emulsi tipe mantap lambat (Slow Setting).

b) Kepentingan dan kegunaan

Pengujian dilakukan guna menjamin bahwa aspal emulsi tahanterhadap penggumpalan apabila kontak dengan material halus atau abubatu.

c) Ringkasan/prinsip pengujianAlat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SK SNI M 09-1994-03 :

Siapkan semen portland sebanyak 100 gr dan saring dengan saringanno. 80, kemudian timbang semen sebanyak (50 ± 0,1) gr ke dalampanci logam.

Tambahkan X gr (500 ml) air suling ke dalam contoh uji A gr ( > 250 gr),sehingga residu (R) menjadi 55 % {(R x A) / (A + X)} x 100 % =55 %

Ambil (100 ± 0,1) gr benda uji dari no. 1, masukkan ke dalam wadahyang berisi semen, hitung berat isi (=C gr).

Aduk campuran dengan batang pengaduk secara memutar dengankecepatan ± 60 rpm selama 1 menit

Tambahkan air suling sebanyak 150 ml, kemudian diamkan selama 3menit, selanjutnya aduk kembali

Tuangkan campuran melalui saringan no. 14. pada loyang yangsebelumnya telah ditimbang

Cuci panci pencampur dengan air suling hingga semua campuranbersih dan tuangkan kembali ke dalam saringan.

Page 41: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 35

Bilas saringan dengan air suling yang dialirkan dari ketingian 15 cm,hingga air yang mengalir jernih

Masukkan saringan dan penadahnya ke dalam oven pada temperatur(163 ± 3)oC hingga mencapai berat tetap, timbang (=B)

Hitung kadar campuran emulsi, dengan cara :

Y = Persen emulsi yang rusak adalah perbandingan residu tertahandalam saringan dengan berat benda uji = (B / C) x 100 %

8) Pengujian kadar residu aspal emulsi dengan penyulingan

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian residuaspal emulsi dengan cara penyulingan

Residu aspal emulsi, adalah sisa hasil penyulingan aspal emulsi yangterdiri dari aspal dan bahan lainnya

Penentuan kadar residu dapat pula dilakukan dengan cara penguapan,tetapi cara ini tidak boleh digunakan untuk penentuan mutu aspalemulsi.

Pengujian dimaksudkan untuk menentukan persentase kadar residudalam aspal emulsi dengan cara penyulingan.

b) Kepentingan dan kegunaan

Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan untuk pengujian penetrasiresidu dan daktilitas residu aspal emulsi

c) Ringkasan/prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-3642-1994.

Timbang labu penyulingan yang berisi batu didih (=A1) dan gelas ukurberkapasitas 100 ml (=C1).

Masukkan benda uji (aspal emulsi) ke dalam labu penyulingan hinggamencapai berat (200 ± 0,1) gram (=A2).

Tutup tabung penyulingan dengan gabus yang telah dilubangi untuktempat termometer.

Masukkan temometer dan atur letak ujung termometer 6,4 mm daridasar labu penyulingan.

Alirkan air ke dalam tabung pendingin

Nyalakan pembakar gas gelang dengan jarak 152,4 mm dari dasartabung, atur nyala api supaya tidak terlalu besar untuk menghindariletupan dan pemanasan dilakukan secara merata berputar sekelilingdinding labu penyulingan yang berisi benda uji.

Atur pemanasan benda uji tidak melebihi 100oC sampai air habis/tidakmenetes lagi, kemudian besarkan nyala api utuk menaikkan temperaturbenda uji, bila temperatur telah mencapai 260oC tahan sampai 15menit.

Timbang labu beserta isi residu segera setelah penyulingan selesai(=B)

Timbang hasil penyulingan dalam gelas ukur (=C2)

Kadar (persentase) residu aspal emulsi dinyatakan denganpersamaan/rumus :

Persen residu = {(B-A1) / (A2-A1)} x 100 %

Page 42: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 36

Hitung prosentase hasil penyulingan dengan rumus :

Persen hasil = {(C2-C1) / (A2-A1)} x 100 %

Gambar 2.21. Pengujian kadar residu aspal emulsi denganpenyulingan

9) Pengujian kadar air aspal emulsi

a) Lingkup dan tujuan

Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian kadar airaspal emulsi dengan cara penyulinganKadar air aspal emulsi, adalah perbandingan jumlah air terhadapjumlah contoh aspal emulsi

Untuk menentukan persentase kadar air dalam aspal emulsi.

b) Kepentingan dan kegunaan

Untuk mengetahui jumlah air yang terkadung dalam aspal emulsi yangberguna untuk perencanaan campuran atau sebagai lapis resap ikatatau lapis perekat

c) Ringkasan pengujian

Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-3641-1994.

Siapkan benda uji (aspal emulsi) sebanyak (100 ± 0,1) gr untuk bendauji yang mengandung 25,0 % air atau (50 ± 0,1) gr untuk benda uji yangmengandung 25,0 % air, kemudian timbang (=B)

Masukkan benda uji ke dalam labu gelas

Tambahkan pelarut dan aduk dengan cara mengerakkan labu memutarsearah dalam bidang horizontal

Tempatkan labu pada kasa diatas kaki tiga dan tempatkan pembakargas di bawah kasa

Nyalakan api dan atur pemanas hingga tetesan yang turun dari ujungtabung pendingan mempunyai kecepatan 2 sampai 5 tetes/detik,lanjutkan penyulingan dengan kecepatan yang sama hingga air dalamtabung penerima tidak bertambah lagi, tunggu beberapa menit setelahitu matikan.

Baca dan catat jumlah air yang tertampung dalam tabung penerima (=Aml)

Page 43: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 37

Kadar air aspal emulsi dinyatakan dengan persamaan/rumus :

Kadar air aspal emulsi = (A / B) x 100 %

Gambar 2.22. Instalasi peralatan pengujian kadar air

10) Pengujian penetrasi residu

Alat dan prosedur pengujian penetrasi untuk aspal cair sama dengan prosedurpengujian penetrasi untuk aspal keras dan bedanya hanya benda uji dariresidu hasil penyulingan. Tata cara pengujian sesuai SNI 06-2456-1991 atausebagaimana diuraikan pada Butir 5.2.1.1).

11) Pengujian daktilitas residu

Alat dan prosedur pengujian daktilitas untuk aspal cair hampir sama denganprosedur pengujian daktilitas untuk aspal keras, bedanya hanya benda uji dariresidu hasil penyulingan. Tata cara pengujian sesuai SNI 06-2432-1991 atausebagaimana diuraikan pada Butir 5.2.1.4).

6. Pengambilan dan Pengujian Agregat

6.1. Pengambilan dan Penyiapan Contoh Agregat

a. Pengambilan contoh agregat

1) Lingkup dan Tujuan

Metoda ini mencakup cara penyiapan peralatan, sumber contoh,penentuan ukuran dan jumlah berat, serta cara pengambilan contohagregat kasar dan agregat halus.Pengambilan contoh, adalah pengambilan contoh yang mewakili populasi

Dengan tujuan untuk keperluan sebagai berikut : Penyelidikan pendahuluan terhadap sumber bahan potensial. Pengendalian bahan di sumbernya. Pengendalian di lokasi penggunaan (pelaksanaan lapangan).

Page 44: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 38

Penerimaan atau penolakan bahan.

2) Kepentingan dan kegunaan

Pengambilan contoh merupakan bagian pekerjaan yang tidak kalahpentingnya dengan pengujian. Oleh karena itu, pengambil contoh harusselalu berhati-hati untuk mengambil contoh yang benar-benarmencerminkan keaslian dan kondisi bahan.

Pengambilan contoh untuk pengujian pada penyelidikan pendahuluanbiasanya dilakukan oleh kelompok yang bertanggung jawab terhadappengembangan sumber bahan potensial.Pengambilan contoh bahan untuk pengendalian produksi di sumber bahanatau untuk pengendalian pekerjaan di lokasi dimana bahan digunakan,berturut-turut dilakukan oleh produsen, kontraktor dan kelompok yangbertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan.Pengambilan contoh untuk penetapan keputusan oleh pemesan tentangditerima atau ditolaknya bahan, dilakukan oleh pemesan sendiri atau olehwakil yang ditunjuknya.

3) Prinsip pengambilan Contoh

Alat dan prosedur pengambilan contoh agregat sesuai dengan SNI 03-6889-2002, pada masing-masing sumber sebagai berikut :

a) Pengambilan contoh dari sumber agregat potensial

Contoh agregat potensial, yang diambil dari sumber alam potensial,seperti : sisi sungai, dataran, gunung, dll.

Tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agregat.

Lakukan pengupasan permukaan hingga bersih dan gali ukuran (0,8 x0,6) m. Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregatnominal dengan saringan.

Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat minimum yangdisyaratkan

b) Pengambilan contoh dari sumber batuan padat/kompak (massive),

Contoh batuan massive yang diambil dari sumber alam potensial, seperti: dataran, gunung, dll

Tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agregat.

Lakukan pengupasan permukaan hingga bersih dan buang batuanmassive yang lapuk dipermukaan. Pada kedalaman yang ditentukan,ambil batuan massive dengan ukuran minimum (150 x 150 x 100) m.

Ambil contoh batuan sesuai dengan jumlah berat minimum yangdisyaratkan (25 kg)

c) Pengambilan contoh dari tumpukan/timbunan agregat bentuk kerucut

Contoh agegat bentuk kerucut, yang diambil pada tumpukan yangditimbun dari curahan ban berjalan

Ukuran agregat nominal dari tumpukan dengan saringan.

Masukan pelat baja penahan pada lokasi yang telah ditentukan hinggacukup kokoh/tidak berubah apabila diambil contoh agregat bagianluarnya.

Ambil contoh agegat sesuai dengan jumlah berat minimum yangdisyaratkan

Page 45: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 39

Gambar 2.23. Pengambilan contoh agergat pada timbunan

4) Pengambilan contoh dari tumpukan agregat bentuk trapesium

Contoh agregat bentuk trapesium, yang diambil pada tumpukan yangditimbun menggunakan dump truck, alat berat, atau lainnya

Lakukan pengukuran agregat nominal dengan saringan.

Masukkan pelat baja pemisah agregat kedalam tumpukan dan keluarkanagregat yang berada diatas posisi titik pengambilan.

Pada kedalaman yang ditentukan, ambil conoh agregat sesuai denganjumlah berat minimum yang disyaratkan

5) Pengambilan contoh dari ban berjalan (conveyor belt)

Ukur besarnya agregat dengan saringan, serta tentukan jumlah atau beratcontoh yang diperlukan.)

perasikan ban berjalan dan tepat pada menit yang ditentukan sebagaipengambilan contoh, ban berjalan hentikan.

Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat yang disyaratkan,termasuk bahan-bahan yang halus yang melekat pada ban berjalan

Gambar 2.24. Pengambilan contoh pada ban berjalan

6) Pengambilan contoh dari pengangkutan

Contoh agregat dari pengangkutan, yang diambil pada truk, kereta api, kapal,atau lainnya

Ukur nominal agregat dengan saringan, serta tentukan jumlah berat contohagregat yang diperlukan.

Masukkan pelat baja pemisah kedalam agregat pada nomor pengangkutandan kwadran yang sesuai, serta keluarkan agregat yang berada diatasposisi yang akan diambil.

Plat baja penahan

Page 46: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 40

Ambil contoh agregat dari strata yang ditentukan

7) Pengambilan contoh dari hamparan lapangan

Contoh agregat hamparan lapangan, yang diambil pada hamparan yangdihampar dari truk, kereta api, akapal, atau lainnya.

Lakukan penggalian dengan ukuran (0,8 x 0,8) m.

Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominaldengan saringan.

Ambil contoh sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan

b. Penyiapan benda uji dari contoh agregat

1) Lingkup dan tujuan

Mencakup cara penyiapan benda uji dari contoh yang datang darilapangan yang disesuaikan dengan kondisi agregat serta jumlah benda ujiyang diperlukan, yang dihasilkan mempunai sifat sama dengan contohnya.Benda uji agregat, adalah bagian dari contoh agregat yang telah disiapkandengan cara tertentu dan siap diujiContoh agregat, adalah material yang diambil dari satu kelompik materialdengan cara tertentu sehingga mewakili kelompok tersebut.

Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mempunyai sifatsama dengan contohnya dan siap untuk diuji

2) Prinsip penyiapan benda uji :

Alat dan prosedur penyiapan benda uji sesuai dengan SNI 03-6717-2002,dimana penyiapan benda uji dari contoh agregat yang telah diambil darilapangan dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 metode, yaitu :

Metode pembagi contoh dengan alat spliter

Metode perempatan cara 1 dan cara 2

Metode pembentukan gundukan mini

a) Metode alat pembagi contoh Spliter

Isi contoh agregat secukupnya ke dalam nampan pemasok danratakan, kemudian tumpahkan contoh agregat kedalam spliter dengankecepatan tertentu hingga terjadi aliran bebas dan terbagi rata melaluilubang persegi.

Lakukan kegiatan pembagian agregat sampai didapat jumlah benda ujiyang direncanakan.

Simpan hasil pembagian ke dalam wadah sesuai yang telah disiapkansebagaimana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji.

b) Metode perempatan (Quartering)

Pilih salah satu cara yang akan digunakan dari :

(1) Metode perempatan cara 1.

Tumpahkan contoh agregat ke permukaan lantai yang telahdisiapkan, kemudian aduk secara merata dengan menggunakansekop dan buat gundukkan membentuk kerucut.

Tekan puncak kerucut dengan sekop secara hati-hati hinggaterbentuk kerucut terpancung dengan ketebalan dan diameteryang seragam, usahakan diameter kerucut terpancung sekitar 4sampai 8 kali ketebalannya.

Bagi kerucut terpancung dengan sekop menjadi 4 bagian yangsama, kemudian ambil 2 bagian yang bersilangan dengan sekop

Page 47: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 41

dan kwas sampai seluruh material terbawa. Lanjutkanpembagian tersebut sampai mendapatkan jumlah benda uji yangdirencanakan.

Hasil pembagian masukkan kedalam wadah yang telah disiapkansebagai-mana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji

Gambar 2.25. Alat pembagi contoh (Splitter)

Gambar 2.26. Penyiapan benda uji Metode Perempatan Cara 1

(2) Metode perempatan cara 2.

Tumpahkan contoh agregat kesuatu permukaan lantai yang telahdisiapkan, kemudian aduk contoh agregat secara merata denganmenggunakan sekop dan buat gundukkan membentuk kerucut.Pengadukan dan pembentukan kerucut ini dapat juga dilakukandengan cara mengangkat ujung plastik secara bergantian hinggacontoh teraduk dan membentuk kerucut.

Bagilah kerucut terpancung dengan sekop menjadi 4 bagianyang sama, kemudian ambil 2 bagian yang bersilangan dengansekop dan dengan kwas sampai seluruh material terbawaBila lantai dasar tidak rata, masukkan tongkat kebawah tepatdibawah pusat kerucut terpancung, kemudian angkat keduaujung, terpal/kanvas atau plastik akan terlipat membagi contohmenjadi 2 bagian yang sama

a. PEMBENTUKANKERUCUT GUNDUKAN b. PENGADUKAN c. PEREMPATAN

(QUARTERING)

d. CONTOH SETELAHTERBAGI EMPAT

e. DUA KUADRAN DIAMBIL DIBUANG, DUAKUADRAN DIPERTAHANKAN

Page 48: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 42

a. PENGADUKAN DENGANMENGGULUNG KANVAS

b. PEMBENTUKAN KONUSCONTOH

c. PEREMPATAN(QUARTERING)

d. CONTOH SETELAHTERBAGI EMPAT

e. DUA KUADRANBAGIAN DIAMBIL,DUA KUADRAN DIPERTAHANKAN

Tarik tongkat dari bawah terpal kemudian masukkan kembalidalam arah tegak lurus dengan pembagian yang pertama,kemudian angkat tongkat tersebut hingga terbagi menjadi 4bagian yang sama

Ambil 2 bagian seperempat contoh yang bersilangan sampaitidak tersisa. Lanjutkan pembagian sampai mendapatkan jumlahbahan benda uji yang direncanakan.

Hasil pembagian masukkan kedalam wadah yang telah disiapkansebagaimana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji

Gambar 2.27. Penyiapan benda uji Metode Perempatan Cara 2

c) Metode Gundukan Mini

Tumpahkan contoh agregat kesuatu permukaan yang datar, keras,dan tidak mudah terkelupas, aduk sampai merata.

Kemudian contoh yang sudah merata dibentuk suatu gundukan minimenyerupai kerucut.

Ambil contoh paling sedikit lima tempat secara acak pada gundukanmini tersebut dengan menggunakan sendok atau sekop kecil,sampai mendapatkan jumlah yang diinginkan

Gambar 2.28. Penyiapan benda uji Metode Gundukan Mini

6.2. Pengujian Agregat

Pengujian agregat diperlukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan mekanikagregat sebelum digunakan sebagai bahan campuran beraspal panas. Jenispengujian agregat diuraikan secara ringkas berikut ini.

Page 49: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 43

1) Pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Loa Angeles

a) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara persiapan bahan uji, peralatan, dan cara pengujiankeausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Pengujian dengan mesin Los Angeles telah digunakan secara luas untukmenentukan parameter mutu relatif agregat dari berbagai sumber yangmempunyai komposisi mineral yang mirip.

o Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan agregatterhadap pengausan/abrasi.

b) Kepentingan dan kegunaan

o Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan sepertipemecahan, pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Gunamengatasi hal tersebut, agregat harus mempunyai daya tahan yangcukup terhadap pemecahan (crushing), penurunan (degradation) danpenghancuran (disintegration).

Agregat pada atau didekat permukaan perkerasan memerlukankekerasan dan mempunyai daya tahan terhadap pengausan yang lebihbesar dibandingkan dengan agregat yang letaknya pada lapisan lebihbawah, karena bagian atas perkerasan menerima beban terbesar.

o Pengujian dengan mesin Los Angeles telah digunakan secara luas untukmenentukan parameter mutu relatif agregat dari berbagai sumber yangmempunyai komposisi mineral yang mirip.

o Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan danpelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton

c) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-2417-1991. Ukuran butirdan berat masing-masing ukuran butir serta jumlah dan berat bola sepertiditunjukkan pada Tabel 2.3.

o Benda uji/Contoh agregat bersama-sama dengan beberapa buah bolabesi dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles.

o Mesin diputar sebanyak 500 putaran dengan kecepatan 30 sampai 33putaran per menit sehingga antara agregat dengan bola terjadi benturan.

o Keausan agregat dinyatakan sebagai persentase berat bahan yang lolossaringan 1,70 mm (No. 12) terhadap berat awal contoh.

Tabel 2.3a. Jumlah bola untuk pengujian abrasiUKURAN BUTIR JML BOLA (bh) BERAT BOLA (gr)

A

B

C

D

12

11

08

06

5000+25

4584+25

3330+20

2500+15

Tabel 2.3b. Ukuran butir contoh untuk pengujian keausanUKURAN BUTIR BERAT MASING-MASING FRAKSI (gram)

TERTAHAN LOLOS A B C D

37,50 mm

25,00 mm

19,00 mm

12,50 mm

09,50 mm

06,30 mm

04,75 mm

25,00 mm

19,00 mm

12,50 mm

09,50 mm

06,30 mm

04,75 mm

02,36 mm

1250+25

1250+25

1250+10

1250+10

-

-

-

-

-

2500+10

2500+10

-

-

-

-

-

-

-

2500+10

2500+10

-

-

-

-

-

-

-

5000+10

Total 5000+10 5000+10 5000+10 5000+10

Page 50: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 44

a. Mesin Los Angeles b. Contoh sebelum/sesudah pengujian

Gambar 2.29. Mesin abrasi Los Angeles dan contoh agregat

2) Pengujian kelekatan agregat terhadap aspal

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara pesiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujiankelekatan agregat terhadap aspal

Pada SNI 06-2439-1991, diuraikan cara pengujian kelekatan agregatterhadap aspal dengan berbagai pelapisan yaitu pelapisan agregatdengan aspal keras, aspal cair, dan aspal emulsi.

Kelekatan agregat terhadap aspal, adalah persen luas permukaanagregat yang terselimuti aspal terhadap keseluruhan permukaaan

o Untuk mendapatkan angka persen kelekatan agregat terhadap aspal

2) Kepentingan dan kegunaan

o Jenis agregat yang menunjukkan sifat ketahanan yang tinggi terhadappemisahan aspal (film-stripping), biasanya merupakan bahan agregatyang cocok untuk campuran beraspal. Agregat semacam ini bersifathydrophobik (tidak suka air).

Stripping yaitu pemisahan aspal dari agregat akibat pengaruh air, dapatmembuat agregat tidak cocok untuk bahan campuran beraspal karenabahan tersebut mempunyai sifat hydrophylik (senang terhadap air).

o Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutuagregat pada pembangunan jalan.

3) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-2439-1991.

a) Pelapisan agregat kering dengan aspal cair

Aduk benda uji dan aspal yang telah dipanaskan pada temperaturtertentu sampai merata selama waktu tertentu, kemudian masukkanadukan serta wadahnya dalam oven pada temperatur 60C selamawaktu tertentu.

Keluarkan adukan beserta wadahnya dari oven dan aduk kembalisampai dingin, kemudian masukkan adukan kedalam tabung gelaskimia.

Page 51: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 45

Isi dengan air suling sebanyak 400 ml kemudian diamkan padatemperatur ruang selama 16 sampai 18 jam.

Kelekatan agregat terhadap aspal dinyatakan dengan perkirakanpersen luas permukaan yang masih terselimuti aspal.

b) Pelapisan agregat kering dengan aspal emulsi atau aspal keras

Prosedur pengujian kelekatan agregat dengan menggunakan aspalemulsi atau aspal keras pada prinsipnya sama, tetapi beberapa tahappengujian berlainan seperti temperatur dan lama contoh dalam oven,lama pengadukan.

3) Pengujian sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium sulfatdan magnesium sulfat

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara pesiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian sifatkekekalan agregat terhadap larutan natrium sulfat atau magnesiumsulfat

Sifat kekekalan agregat, adalah agregat yang terbentuk oleh mineral dansangat sedikit atau tidak bereaksi dan atau disintegrasi terhadap larutannatrium sulfat atau magnesium sulfat.

o Untuk memperoleh nilai kekekalan agregat terhadap proses pelarutan,disintegrasi oleh sebab perendaman didalam larutan natrium ataumagnesium sulfat

2) Kepentingan dan kegunaan

Untuk memperoleh indeks ketangguhan agregat yang akan digunakansebagai bahan bangunan

3) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-3407-1994

o Rendam benda uji dengan bahan pelarut tertentu (natrium sulfat ataumagnesium sulfat) menggunakan wadah tertutup selama waktu tertentu(16 sampai 18 jam) dengan tinggi larutan 1 cm diatas benda uji.

o Angkat benda uji, biarkan meniris selama (15 ± 5) menit, keringkan dalamoven pada temperatur (110 ± 5)oC sampai berat tetap dan dinginkansampai temperatur ruang, kemudian lakukan perendaman danpengeringan hingga 5 kali.

o Cuci dengan larutan tertentu (BaCl2 atau air panas bertemperatur antara40 sampai 50oC), kemudian keringkan dan dinginkan.

o Selanjutnya diayak dengan saringan tertentu dan timbang butiran yangtertinggal dan yang lewat diatas saringan tertentu.

o Sifat kekekalan agregat dinyatakan dengan butiran-butiran yangmengalami perubahan bentuk, misal : retak, pecah, belah, hancur, danlain sebagainya bagi benda uji fraksi kasar

4) Pengujian jumlah bahan dalam agregat lolos saringan No. 200

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianjumlah agregat yang lolos aringan no. 200 (0,075 mm) dengan carapencucian

Page 52: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 46

Butir-butir lempung dan partikel agregat halus atau bahan lain yanghilang pada saat pencucian agregat dengan air termasuk bahan yanglolos saringan no. 200.

Pada prosedur ini terdapat dua cara yang dapat diikuti. Pada metodapertama hanya digunakan air sebagai bahan pencuci; sedangkan padacara yang ke dua digunakan bahan pelarut untuk membantu melepaskanbutir-butir halus dari butir-butir kasar. Kecuali diminta dalam spesifikasi,pencucian dengan air saja dipandang sudah memadai.

o Untuk memperoleh persen jumlah agregat yang lolos saringan no. 200

2) Kepentingan dan kegunaan

o Pemisahan bahan halus dari agregat kasar lebih mudah dilakukandengan pencucian daripada dengan penyaringan.

o Apabila kandungan bahan halus dalam agergat harus ditentukan denganteliti, maka metoda ini harus diikuti, sebelum pengujian gradasi dengancara kering dilakukan.

o Bahan halus hasil pengujian ini harus dimasukkan dalam perhitungangradasi dengan cara kering.

o Air murni dipandang dapat mencuci bahan halus yang terdapat padahampir semua jenis agregat.

o Pada beberapa kasus, bahan halus yang menempel kuat pada butirkasar, misal lempung atau bahan halus yang terdapat pada butir kasarhasil pemisahan aspal (ekstraksi), perlu dihilangkan dengan air yangditambah bahan pelarut.

3) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-4142-1996

a) Pencucian dengan menggunakan air

Benda uji agregat yang sudah diketahui beratnya (dalam keadaankering) dicuci dengan air murni atau air yang ditambah bahan pelarut,dilakukan pada saringan saringan no. 16 yang dibawahnya dipasangsaringan no. 200.

Contoh yang sudah dicuci dikeringkan dan ditimbang.

Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200, dinyatakandengan persen dari selisih berat contoh sebelum dan sesudahpencucian, yang merupakan bahan halus yang terkandung dalamagergat.

b) Pencucian dengan mengunakan bahan pelarut

Pencucian dengan menggunakan bahan pelarut pada dasarnya samadengan yang diuraikan di atas, kecuali ke dalam air yang digunakanpertama kali merendam contoh ditambahkan bahan pelarut.

5) Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahanplastis dengan cara setara pasir. (sand equivalent)

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianagregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastik dengan carasetara pasir

o Pengujian ini dilakukan dengan metoda setara pasir (sand equivalent)dan terbatas pada pasir atau agregat halus yang lolos saringan no. 4(4,76 mm)

Page 53: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 47

o Untuk mendapatkan nilai perbandingan antara pembacaan skalapembacaan pasir terhadap skala pembacaan lumpur pada alat uji setarapasir yang dinyatakan dalam prosen

2) Kepentingan dan kegunaan

o Pengujian ini ditujukan untuk mendapatkan informasi yang cepat dilapangan mengenai proporsi relatif debu halus atau bahan mirip lempungyang terkandung dalam tanah atau agregat.

o Agregat yang digunakan sebagai bahan jalan harus bersih, bebas darizat-zat asing seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan tanah liat(lempung) atau lapisan tanah liat (lempung).

Kebersihan agregat sering dapat dilihat secara visual, namun dengansuatu analisa saringan disertai pencucian agregat akan memberikan hasilyang lebih akurat, bersih atau tidaknya agregat tersebut.

3) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-4428-1997

o Benda uji yang sudah disaring (lolos saringan no.4) dan dikeringkan,masukkan ke dalam tabung plastik/gelas ukur yang berisi larutan kerja(komposisi dari larutan baku tertentu yang terdiri dari CaCl2, Glycerine,Formaldehyde dengan air suling sebanyak 3,8 l, diaduk sampai merata,yang menunjukkan angka pada skala 5).

o Ketuk-ketukan tabung plastik tersebut kemudian diamkan selama 10menit, tutup tabung plastik dengan penutup gabus yang telah dilengkapidengan pipa-pipa, kemudian miringkan sampai hampir mendatar dankocok dengan salah satu alat pengocok yang dipilih.

o Tambahkan larutan kerja dengan cara mengalirkan larutan melalui pipapengalir yang terpasang pada penutup gabus, mulai dari bagian bawahpasir bergerak keatas, hingga lumpur yang terdapat dibawah permukaanpasir naik ke atas lapisan pasir, tambahkan larutan kerja sampai skala15, kemudian biarkan selama 20 menit ± 15 detik.

o Masukkan beban penguji perlahan sampai permukaan lapisan pasir.

o Banyaknya kandungan bahan-bahan asing dinyatakan dengan hasilpembacaan pada skala pembacaan pasir yang ditunjukkan oleh kepingskala pembacaan pasir dikurangi dengan tinggi tangkai penunjuk

a. Tabung berskala b. Penuangan c. Pembilasan d. Pembacaandan pembilas contoh pasir

Gambar 2.30. Peralatan untuk “pembacaan pasir”

Page 54: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 48

6) Pengujian Butiran Agregat Kasar berbentuk Pipih, Lonjong, atau Pipih danLonjong

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianbutiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, dan pipih dan lonjongButiran agregat dipisahkan sesuai dengan ukuran saringan yangditentukan, kemudian di ukur untuk mendapatkan rasio lebar terhadaptebal, panjang terhadap lebar, atau panjang terhadap tebal.

Butiran agregat kasar, adalah butiran agregat yang berdiameter lebihbesar dari 9,5 mm (3/8 inci)

Butiran agregat berbentuk lonjong, adalah butiran agregat yangmempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yangditentukan dalam spesifikasi

Butiran agregat berbentuk pipih, adalah butiran agregat yang mempunyairasio lebar terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalamspesifikasi

o Untuk mendapatkan persentase dari butiran agregat kasar berbentukpipih, lonjong, atau pipih dan lonjong

2) Kepentingan dan kegunaano Bentuk butir (particle shape) agregat dibedakan menjadi 6 katagori yaitu :

bulat, tidak beraturan, berbidang pecah (angular), pipih, panjang, pipihdan lonjong.

o Pada umumnya ikatan antar butir yang baik diperoleh apabila bentuk butirbersudut tajam dan berbentuk kubus; ikatan antar butir yang paling burukadalah pada butiran agregat yang berbentuk bulat. Agregat berbentukkubus mempunyai kecenderungan untuk saling mengunci satu sama lainapabila dipadatkan.

o Agregat yang pipih dan atau lonjong akan mudah patah apabilamendapat beban lalu-lintas. Besarnya kepipihan dinyatakan dalam indekkepipihan.

Banyaknya agregat yang pipih dinyatakan dengan indeks kepipihan(flackiness index) dan agregat yang panjang dinyatakan dengan indekskelonjongan (elongation index).

(a). Agregat lonjong (b). Agregat pipih

(c). Agregat pipih dan lonjong (d). Agregat kubikal (tiak pipih dan lonjong)

Gambar 2.31. Bentuk agregat

Page 55: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 49

3) Prinsip pengujian

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan RSNI T-01-2005.

Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

o Berdasarkan berat, benda uji sebelumnya dikeringkan dalam oven padatemperatur (110 ± 5)oC sampai beratnya tetap

o Berdasarkan jumlah butiran, pengeringan agregat tidak diperlukan

a) Pengujian kepipihan agregat dan kelonjongan agregat

(1) Pengujian kepipihan agregat

Gunakan alat jangkar ukur rasio (Proportional caliper device)pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai.

Atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran.

Butiran adalah pipih, jika ketebalannya dapat ditempatkandalam bukaan yang lebih kecil.

Bentuk agregat (kasar) berbentuk pipih, dinyatakan denganpersen berat butiran yang pipih per berat total butiran.

Atau dapat dinyatakan dengan nilai rata-rata kepipihan, yaitupersen nilai rata-rata kepipihan per total persen butiran.

(2) Pengujian kelonjongan agregat

Gunakan alat jangkar ukur rasio pada posisinya denganperbandingan yang sesuai.

Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran.

Butiran adalah lonjong, jika ketebalannya dapat ditempatkandalam bukaan yang lebih kecil.

Bentuk agregat (kasar) berbentuk lonjong, dinyatakan denganpersen berat butiran yang lonjong per berat total butiran.Atau dapat dinyatakan dengan nilai rata-rata kelonjongan, yaitunilai rata-rata kelonjongan per total persen butiran.

b) Pengujian pipih dan lonjong agregat

Gunakan alat jangkar ukur rasio pada posisinya denganperbandingan yang sesuai.

Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran.

Butiran adalah pipih dan lonjong, jika ketebalannya dapatditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

Bentuk agregat (kasar) berbentuk pipih dan lonjong, dinyatakandengan persen berat butiran yang pipih dan lonjong per berat totalbutiran.

Atau dapat dinyatakan dengan nilai rata-rata kepipihan dankelonjongan per total persen butiran.

Page 56: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 50

(a). Pengujian butiran berbentuk lonjong (panjang terhadap lebar)

(b). Pengujian butiran berbentuk pipih (lebar terhadap tebal)

Gambar 2.32. Cara pengunaan jangka ukur rasio(proportional caliper device)

Page 57: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 51

Gambar 2.33. Alat jangkar ukur rasio untuk menguji kepipihan dan kelonjongan

7) Pemeriksaan jumlah agregat berbidang pecah (Angularitas)

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianjumlah agregat berbidang pecah (angularitas)

Angularitas merupakan suatu pengukuran penentuan jumlah agregatberbidang pecah.

o Untuk mendapatkan persen agregat berbidang pecah

2) Kepentingan dan kegunaan

o Susunan permukaan yang kasar yang menyerupai kekasaran kertasampelas mempunyai kecenderungan untuk menambah kekuatan

Page 58: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 52

campuran, dibanding dengan permukaan yang licin. Ruangan agregatyang kasar biasanya lebih besar sehingga menyediakan tambahanbagian untuk diselimuti oleh aspal.

o Agregat dengan permukaan licin dengan mudah dapat dilapisi lapisanaspal tipis (asphalt film), tetapi permukaan seperti ini tidak dapatmemegang lapisan aspal tersebut tetap pada tempatnya.

3) Prinsip pengujian

a) Untuk angularitas agregat kasar

Angularitas agregat kasar adalah persentase dari berat partikel agregatlebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah.

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan Pennsylvania DoT TestMethod No.621.

o Pisahkan agregat diatas saringan 4,75 mm dan singkirkan agregat lolossaringan 4,75 mm, kemudian ditimbang (= A = berat agregat yg mempunyaibidang pecah).

o Seleksi dan timbang agregat pecah yang terdapat pada benda uji (= B =berat total benda uji yang tertahan saringan 4,75 mm).

o Angularitas agregat kasar dinyatakan dengan persamaan :

b) Untuk angularitas agregat halus

Angularitas agregat halus adalah persen rongga udara yang terdapatpada agregat padat lepas. Agregat halus merupakan agregat lolossaringan 2,36 mm (No.8). Makin besar nilai rongga udara berarti makinbesar bidang pecah yang terdapat pada agregat halus.

Alat dan prosedur pengujian diuraikan pada AASHTO TP-33 atau ASTMC 1252.

o Timbang benda uji agregat halus yang mengisi volume silinder (=W=beratbenda uji yang mengisi silinder, dan V = volume selinder).

o Tentukan Berat Jenis Curah agregat halus (=Gsb) yang digunakan untukmenghitung volume agregat halus (=W/Gsb).

o Angularitas agregat halus dinyatakan dengan persamaan

Angularitas = 100%xV

(W/Gsb)V

Gambar 2.34. Ilustrasi alat uji angularitas agregat halus

%100xB

AsAngularita

Corong

ContohAgregat

Kerangk

Silinder denganvolume yang telah

Page 59: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 53

8) Pengujian analisa saringan agregat halus dan kasar

Banyaknya contoh yang diperlukan untuk analisis gradasi tergantung ukuranmaksimum agregat, makin besar ukuran maksimum maka makin banyak contohyang harus diambil. Tabel 2.4 menunjukkan berat contoh minimum daribeberapa ukuran agregat.

Tabel 2.4. Berat contoh minimum untuk analisa gradasi

Ukuran maksimum agregatBerat minimum

contohAgregat halus : 4,75 mm (No.4) 500 gram

2,38 mm (No.8) 100 gram

Agregat kasar : 3,5” 35,0 kg

3,0” 30,0 kg

2,5” 25,0 kg

2,0” 20,0 kg

1,5” 15,0 kg

1,0” 10,0 kg

3/4” 5,0 kg

1/2” 2,5 kg

3/8” 1,0 kg

1) Lingkup dan tujuan

o Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujianpenentuan pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan agregat kasardengan menggunakan saringan

Analisis saringan agregat, adalah penentuan prosentase berat butiranagregat yang lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angkaprosentase digambarkan pada grafik pembagian butir

Analisa saringan kering biasanya digunakan untuk pekerjaan rutin untukagregat normal. Namun bila agregat tersebut mengandung abu yangsangat halus atau mengandung lempung, maka diperlukan analisasaringan dicuci.

o Beberapa spesifikasi yang mencantumkan persyaratan gradasi, baikagregat halus maupun agregat kasar, biasanya mengacu pada metodapengujian ini.

o Tujuan utama pekerjaan analisa ukuran butir agregat adalah untukpengontrolan gradasi agar diperoleh konstruksi campuran yang bermututinggi.

2) Kepentingan dan kegunaan

o Gradasi ditentukan dengan melakukan penyaringan terhadap contohbahan melalui sejumlah saringan yang tersusun sedemikian rupa dariukuran besar hingga kecil; bahan yang tertinggal dalam tiap saringankemudian ditimbang.

o Metoda ini digunakan terutama untuk menentukan gradasi agregat yangakan digunakan sebagai lapis campuran beraspal, pondasi bawah, lapispondasi atas atau lapis perkerasan yang lain.

o Hasil pengujian digunakan untuk menentukan pemenuhan gradasiterhadap persyaratan dalam spesifikasi, selanjutnya hasil evaluasi dapatdigunakan untuk menerima atau menolak agregat yang akan/telahdigunakan, atau untuk keperluan pengendalian produksi.

o Hasil pengujian dapat digunakan juga untuk pengembangan hubunganantara porositas dan kepadatan.

Page 60: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 54

3) Prinsip pengujian

Analisa saringan ada 2 macam yaitu : Analisa saringan kering dan analisasaringan basah (dicuci).

a) Analisa saringan kering

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-1968-1990.

Contoh disiapkan dengan menggunakan metode perempat atau alatpembagi contoh (spliter).

Siapkan benda uji (agregat) dengan berat tergantung dari ukuranmaksimum agregat, agregat terdiri dari agregat kasar dan halusdipisahkan menjadi dua bagian/fraksi dengan saringan 4,75 mm(No.4), kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur (110 ±5)oC sampai berat konstan.

Benda uji disaring secara terpisah melalui suatu rangkaian satu setsaringan yang ukurannya makin mengecil yang sesuai.

Berat butir agreagt yang tertahan pada masing-masing saringanditimbang dan dinyatakan sebagai persen berat contoh terhadap totalberat dan menunjukkan gradasi dari masing-masing fraksi.

Gambar 2.35. Satu set Saringan

b) Analisa saringan basah (dicuci)

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-1968-1990.

Contoh dipersiapkan seperti uji untuk analisa saringan kering.

Benda uji/Contoh yang telah ditimbang keadaan kering ditempatkanpada panci dan direndam dalam air berisi bahan khusus, kemudiandiaduk perlahan-lahan dengan air pencuci dituangkan pada saringanhalus. Ulangi kegiatan diatas beberapa kali hingga air pencuci jernih.

Agregat tertahan pada saringan disatukan kembali dengan contohpada panci dan contoh yang telah dicuci dikeringkan hingga beratkonstan, kemudian timbang.

Page 61: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 55

Contoh yang telah dicuci disaring dengan cara yang sama sepertianalisa saringan kering.

Berat butir yang tertahan pada masing-masing saringan dikonversikandalam persen, dengan catatan bahwa berat asli kering sebelum dicucimerupakan berat awal (100%).

9) Pengujian berat Jenis dan penyerapan air agregat kasar

1) Lingkup dan tujuan

o Pengujian ini mencakup cara persipan benda uji, peralatan, dan carapengujian penentuan berat jenis curah, berat jenis curah jenuhpermukaan, berat jenis semu, dan penyerapan air agregat kasar.Berat jenis curah, adalah perbandingan antara berat agregat kering danair suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan jenuh padatemperatur 25oC.Berat jenis kering permukaan jenuh, adalah perbandingan antara beratagregat kering permukaan dan air suling yang isinya sama dengan isiagregat keadaan jenuh pada temperatur 25oC.Berat jenis semu, adalah perbandingan antara berat agregat kering danair suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan kering padatemperatur 25oC.Penyerapan air, adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarryterhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam prosen

o Untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis permukaan, beratjenis semu, serta besarnya angka penyerapan.

2) Kepentingan dan kegunaan

o Berat jenis curah merupakan karakteristik umumnya digunakan untukmenentukan volume agregat dalam campuran, misal beton aspal, betonsemen dan campuran lain dimana penentuan komposisinya didasarkanpada volume absolut.

o Berat jenis curah juga digunakan untuk menentukan rongga dalamagregat.

o Penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat agregatakibat air yang terserap pori dalam agregat dibandingkan dengan beratagregat dalam keadaan kering.

o Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan penyelidikan quaryagregat dan perencanaan campuran serta pengendalian mutu

3) Prinsip pengujian :

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-1969-1990.

o Benda uji yang tertahan saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alatpemisah atau kuartering, kemudian cuci untuk menghilangkan debu ataubahan lain yang melekat pada permukaan, keringkan dalam oven padatemperatur (110 ± 5)oC sampai berat tetap, lalu dinginkan temperaturruang dan timbang (=Bk).

o Rendam benda uji dalam air selama 24 jam, agar pori terisi air.

o Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput airpada permukaan hilang, kemudian timbang benda uji kering permukaanjenuh (=Bj).

o Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untukmengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air

Page 62: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 56

(=Ba), dan ukur temperatur air untuk penyesuaian perhitungan ketemperatur standar (25C).

o Berat Jenis dan Penyerapan agregat kasar dinyatakan denganpersamaan:

Berat Jenis Curah (bulk specific gravity) =

Berat Jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) =

Berat Jenis semu (apparent specific gravity) =

Penyerapan (absorpsi) =dimana : Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram

Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gramBa = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air,

dalam gram

10) Pengujian berat Jenis dan penyerapan air agregat halus

1) Lingkup dan tujuan

o Pengujian ini mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan carapengujian penentuan berat jenis curah dan berat jenis semu sertapenyerapan agregat halus.Berat jenis curah, adalah perbandingan antara berat agregat kering danair suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan jenuh padatemperatur 25oC.Berat jenis kering permukaan jenuh, adalah perbandingan antara beratagregat kering permukaan dan air suling yang isinya sama dengan isiagregat keadaan jenuh pada temperatur 25oC.Berat jenis semu, adalah perbandingan antara berat agregat kering danair suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan kering padatemperatur 25oC.Penyerapan air, adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarryterhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam prosen

o Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan penyelidikan quaryagregat dan perencanaan campuran serta pengendalian mutu

2) Kepentingan dan kegunaan

o Berat jenis curah dan berat jenis semu yang umumnya digunakan padaperhitungan volume yang ditempati agregat pada berbagai campuranyang menggunakan agregat, misal beton aspal, beton semen ataucampuran lain dimana proporsinya ditentukan menurut volume absolut.

o Berat jenis curah juga digunakan pada perhitungan rongga dalam agregatserta kadar air dalam agregat.

BaBj

Bk

BaBj

Bj

%100xBk

BkBj

BaBj

Bk

Page 63: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 57

o Berat jenis curah yang ditentukan berdasarkan kondisi jenuh permukaandigunakan apabila agregat dalam keadaan basah, yaitu apabilapenyerapan telah berlangsung. Sebailknya, berat jenis curah yangditentukan berdasarkan kondisi kering digunakan dalam perhitunganapabila agregat kering atau dianggap kering.

o Berat jenis semu menyangkut berat isi relatif bahan padat yangmembentuk butir tanpa pori yang dapat diresapi air. Berat isi semu jarangdigunakan dalam konstruksi yang menggunakan agregat.

o Penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat agregatsebagai akibat adanya air yang terserap oleh pori.

o Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan penyelidikan quaryagregat dan perencanaan campuran serta pengendalian mutu

3) Prinsip pengujian :

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-1970-1990.

o Benda uji yang lolos saringan no.4 (4,75mm), didapat dari alat pemisahatau kuartering, keringkan dalam oven pada temperatur (110 ± 5)oCsampai berat tetap.

o Benda uji direndam di dalam air selama 24 jam, kemudian buang airperendam, tebarkan diatas talam dan lakukan pengeringan padatemperatur udara dengan cara membalik-balikkan benda uji, hinggatercapai keadaan kering permukaan jenuh.

o Masukkan benda uji kering permukaan jenuh sebanyak 500 gram (=A)dan air suling ke dalam piknometer, kemudian putar sambil diguncangsampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.

o Rendam piknometer dalam air dan ukur temperatur air untukpenyesuaian perhitungan ke temperatur standar (25C), kemudiantambahkan air hingga mencapai tanda batas. Selanjutnya timbangpiknometer berisi air dan benda uji dengan ketelitian 0,1 gr. (=Bt).

o Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven sampai berat tetap dantimbang benda uji setelah dingin (=Bk).

o Berat jenis dan Penyerapan agregat halus dinyatakan dengan persamaan:

Berat Jenis Curah (bulk specific gravity) =

Bt-AB

Bk

Berat Jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) =

Bt-AB

A

Berat Jenis semu (apparent specific gravity) =

Bt-BkBk

Bk

Penyerapan (absorpsi) =

x100%Bk

Bk)(A

dimana : Bk = berat benda uji kering oven (gram)B = berat piknometer berisi air (gram)Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

Page 64: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 58

A = 500 = berat benda uji dalam keadaan keringpermukaan jenuh (gram)

11) Pengujian partikel ringan dalam agregat

a) Lingkup dan tujuan

o Pengujian ini mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan carapengujian penentuan persentase partikel ringan yang terdapat dalamagregat.

Partikel ringan yang dimaksud adalah partikel yang mengapung di ataslarutan yang berat jenisnya 2,0.

o Untuk mengetahui kadar partikel ringan dalam agregat.

b) Kepentingan dan kegunaan

o Adanya partikel ringan pada agregat dengan jumlah besar yangdigunakan sebagai campuran aspal panas akan mengganggu stabilitascampuran.

o Pada pengujian ini digunakan cairan kental yang mempunyai berat jenis2,0 untuk memisahkan partikel yang dapat diklasifikasikan sebagai batubara atau lignit.

o Cairan yang lebih kental dapat digunakan untuk memeriksa persentasepartikel ringan jenis lain.

o Pengujian ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi butir-butiragregat yang porus dalam analisis petrografik atau keperluan penelitian.

c) Prinsip pengujian :

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-3416-1994.(proses pengujian menggunakan agregat halus)

o Benda uji yang lolos saringan no 4 dan tertahan diatas saringan no. 50,keringkan dalam oven pada temperatur (110 ± 5)oC hingga berat tetap,kemudian diamkan pada temperatur ruang selama 1 menit hingga butiranyang lolos saringan tersebut diperkirakan kurang dari 1% dan timbang.Selanjutnya masukkan kedalam gelas kimia 1.

o Aduk di dalam gelas kimia dengan larutan seng klorida, kemudian ambilpartikel yang terapung di atas larutan lalu pindahkan ke dalam gelaskimia 2 yang kosong. Kembalikan ke gelas kimia 1 larutan yang terbawadi dalam gelas kimia 2, kemudian dikocok. Ulangi proses kegiatantersebut sampai agregat bebas dari partikel yang mengapung.

o Cuci partikel ringan dengan air, kemudian keringkan di dalam oven dandinginkan pada temperatur ruang serta timbang partikel ringan.

o Partikel ringan dalam agregat dinyatakan dengan persen berat partikelringan dalam agregat halus dengan rumus :

L1 = ( W1 / W2 ) x 100 %

Dimana : L1 = % berat partikel ringan dari agregat halusW1= Berat kering partikel yang terdekantasi dari agregat

halusW2 = Berat kering agregat halus yang lolos saringan no 4 dan

tertahan saringan no. 50

Page 65: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 59

12) Pengujian gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dalamagregat

a) Lingkup dan tujuan

Pengujian ini mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan carapengujian penentuan perkiraan gumpalan lempung (clay lumps) dan butirrapuh/mudah pecah (friable particles) yang terdapat dalam agregat alam.

Untuk memperoleh prosen gumpalan lempung dan butir-butir yang mudahpecah dalam agregat halus maupun kasar

b) Kepentingan dan kegunaan

Sebagai bahan jalan, butiran agregat yang lemah tidak dikehendaki.Butiran-butiran yang menjadi lemah jika terkena air lebih tidak diinginkankarena perkerasan jalan akan terkena tingkat kebasahan yang tinggi,selain hal tersebut jika sampai pecah biasanya menunjukkan suatukecenderungan bahwa butiran lemah ini mengandung lempung.

Hasil pengujian ini dapat digunakan digunakan untuk pekerjaanperencanaan dan pembangunan jalan

c) Prinsip pegujian :

Alat dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI 03-4141-1996.

Masukkan benda uji ke dalam wadah tertentu dengan berat sesuai ukuranagregat (agregat halus lolos saringan no.4 dan tertahan saringan no.16,minimum 100 gr, sedangkan untuk agregat kasar beratnya dipisah dalambeberapa fraksi sesuai dengan ukuran saringan no.4, 3/8”, ¾” dan 1 ½”).

Isikan air suling ke dalam wadah hingga benda uji yang ada di dalamcukup terendam dan biarkan selama (24 ± 4) jam, kemudian pecahkanbutir-butir yang mudah dipecah, dengan cara diremas dengan jari atautelunjuk.

Pisahkan benda uji yang sudah pecah dari sisa benda uji yang masih utuhdengan penyaringan basah diatas saringan yang sesuai dengan ukuransaringan terentu, kemudian keluarkan butir-butir yang tertahan padasaringan dan keringkan dalam oven pada temperatur (110 ± 5)oC hinggaberat tetap dan timbang.

Gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dinyatakan denganpersen dari setiap fraksi ukuran agregat yang mudah pecah denganpersamaan :

dimana : P = gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalamagregat (%).

W = berat benda uji (gram).Rd = berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing-

masing ukuran saringan setelah dilakukan penyaringanbasah (gram).

%100)(x

W

RdWP

Page 66: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 60

7. Pengujian Campuran

7.1. Pengujian Marshall Campuran Berapal

Metode Marshall standar diperuntukkan untuk perencanaan campuran beraspaldengan ukuran agregat maksimum 25 mm (1 inci) adalah sesuai RSNI M-01-2003. sedangkan untuk ukuran butir maskimum lebih besar dari 25 mm (1 inchi)digunakan prosedur Marshall modifikasi sesuai RSNI M-06-2004.

Pengujian Marshall dimulai dengan persiapan benda uji, untuk keperluan iniperlu diperhatikan hal sebagai berikut :

Bahan yang digunakan masuk spesifikasi

Kombinasi agregat memenuhi gradasi yang disyaratkan.

Untuk keperluan analisa volumetrik (density-voids), berat jenis bulk dari semuaagregat yang digunakan pada kombinasi agregat, dan berat jenis aspal kerasharus dihitung terlebih dahulu.

Ukuran benda uji adalah tinggi 64 mm (2 1/2 inci) dan diameter 102 mm (4 inci),untuk ukuran agregat maksimum 25 mm (1 inci) sesuai RSNI M-01-2003 dantinggi 95,2 mm (3,75 inci) dan diameter 152,4 mm (6 inci) untuk ukuran butirmaskimum lebih besar dari 25 mm (1 inchi) sesuai RSNI M-06-2004, yangdipersiapkan dengan menggunakan prosedur khusus untuk pemanasan,pencampuran dan pemadatan campuran agregat dengan aspal. Dua prinsippenting pada perencanaan campuran dengan pengujian Marshall adalah analisavolumeterik dan analisa stabilitas-kelelehan (flow) dari benda uji padat.

Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji padatemperatur 60C (140F).

Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk suatu campuran beraspal yang terjadipada benda uji sejak tidak ada beban hingga beban maksimum yang diberikanselama pengujian stabilitas.

Pada penentuan kadar aspal optimum untuk suatu kombinasi agregat ataugradasi tertentu dalam pengujian Marshall, perlu disiapkan suatu seri dari contohuji dengan interval kadar aspal yang berbeda sehingga didapatkan suatu kurvalengkung yang teratur.

Pengujian agar direncanakan dengan dasar ½ % kenaikan kadar aspal denganperkiraan minimum dua kadar aspal diatas optimum dan dua kadar aspaldibawah optimum.

Secara garis besar penyiapan benda uji dan pengujian sebagai berikut :

1) Penyiapan benda uji :

Jumlah benda uji, minimum tiga buah untuk masing-masing kombinasiagregat dan aspal.

Oven dalam kaleng (loyang) agregat yang sudah terukur gradasi dan sifatmutu lainnya, sampai temperatur yang diinginkan.

Panaskan aspal terpisah sesuai panas yang diinginkan pula.

Cetakan dimasukkan dalam oven yang mempunyai temperatur 930C.

Campur agregat dan aspal sampai merata.

Keluarkan dari oven cetakan dan siapkan untuk pengisian campuran,setelah campuran dimasukkan kedalam cetakan tusuk-tusuk denganspatula 10 x bagian tengah dan 15 x bagian tepi.

Padatkan contoh uji sebanyak 2 x 75 tumbukan untuk benda uji standar (4inci) atau sebanyak 2 x 112 tumbukan untuk benda uji modifikasi (6 inci).

Setelah kira-kira temperatur hangat keluarkan benda uji dari cetakandengan menggunakan Extruder.

Page 67: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 61

Diamkan contoh 1 malam, kemudian periksa berat isinya.

Rendam dalam water bath yang mempunyai temperatur 600C selama 30menit.

2) Pelaksanaan pengujian

Metode Marshall standar seperti diuraikan di atas diperuntukkan untukperencanaan campuran beton aspal dengan ukuran agregat maksimum 25mm (1 inci) sesuai RSNI M-01-2000, sedangkan untuk ukuran butirmaskimum lebih besar dari 25 mm (1 inchi) digunakan prosedur Marshallmodifikasi sesuai RSNI M-06-2004.

Prosedur Marshall yang dimodfikasi pada dasarnya sama dengan metodeMarshall standar, namun karena campuran beraspal menggunakan ukuranbutir maksimum yang lebih besar maka digunakan diameter benda uji yanglebih besar pula, yaitu 15,24 cm (6 inci) dan tinggi 95,2 mm. Berat palupenumbuk 10,2 kg (22 lbs) dengan tinggi jatuh 457 mm (18 inci) dan bendauji secara tipikal mempunyai berat sekitar 4 kg.

Kriteria perencanaan harus diubah di mana stabilitas minimum ditingkatkan2,25 kali sedangkan kelelehan 1,5 kali dari ukuran benda uji normal (diamter4 inci).

Pengujian stabilitas dan kelelehan (flow) adalah setelah penentuan beratjenis bulk benda uji dilaksanakan, pengujian stabilitas dan kelehandilaksanakan dengan menggunakan alat uji seperti pada Gambar 2.36.

Alat dan prosedur pengujian berdasarkan SNI 06-2489-1991, secara garisbesar adalah sebagai berikut :

Rendam benda uji pada temperatur 60C (140F) selama 30 menit sampai40 menit sebelum pengujian.

Keringkan permukaan benda uji dan letakkan pada tempat yang tersediapada alat uji.

Setel dial pembacaan stabilitas dan kelehan. Lakukan pengujian dengankecepatan deformasi konstan 51 mm (2 in.) per menit sampai terjadiruntuh.

Catat besarnya stabilitas dan kelelehan yang terjadi pada dial.

Gambar 2.36. Alat pengujian Marshall

Page 68: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 62

7.2. Pengujian Stabilitas Dinamis

Cara uji stabilitas dinamis yang ditetapkan pada standar diperuntukkan untukperencanaan campuran. Alat uji yang digunakan adalah Wheel TrackingMachine (WTM) pada temperatur 60oC dan prosedur pengujian sesuai Manualfor Design and Construction of Asphalt Pavement -Japan Road Association, JRA(1980). Gambar alat Wheel Tracking Machine (WTM) dan alat pelengkap lainnyadisajikan pada Gambar 2.37a.

Prosedur pembuatan benda uji mengikuti tahapan berikut ini

Siapkan agregat campuran hasil penggabungan dari beberapa fraksi agregatsesuai spesifikasi gradasi untuk pengujian dengan alat Marshall yaitu: kira-kira

seberat 9.700 gram atau seberat {30 cm x 30 cm x 5 cm x Marshall (gram/cm3) x1,02 x - berat aspal (gram)} gram.

Keringkan agregat campuran tersebut 28oC di atas temperatur pencampurandan sekurang-kurangnya 4 jam di dalam oven

Panaskan wadah pencampur kira-kira 28oC di atas temperatur pencampuranaspal

Masukkan agregat campuran yang telah dipanaskan kedalam wadahpencampur

Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti pada Tabel 1sebanyak yang dibutuhkan (sesuai Formula Rancangan Campuran atauFormula Campuran Kerja) ke dalam agregat campuran yang sudahdipanaskan, kemudian aduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspalsecara merata.

Bersihkan perlengkapan cetakan berdiameter 152,1 mm untuk benda uji sertabagian telapak penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai temperaturantara 90oC – 150oC.

Letakkan cetakan benda uji tersebut di atas alas cetakan dan longgarkankedua bautnya, oleskan vaselin pada bagian dalam cetakan kemudian letakkankertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran yang sesuai denganukuran dasar cetakan.

Masukkan seluruh campuran beraspal panas ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali disekeliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.

Letakkan kertas saring atau kertas penghisap di atas permukaan benda ujidengan ukuran yang sesuai dengan ukuran cetakan.

Siapkan dan setel alat pemadat roda baja sehingga posisi roda baja sesuaiuntuk pemadatan dengan tebal benda uji yang direncanakan, kemudian atursetelan beban pemadat dengan menggeser beban sesuai skala pengukurbeban sehingga berat beban pemadat seberat 220 kg.

Setel pengatur jumlah lintasan sesuai dengan yang direncanakan (misal jumlahlintasan hasil kalibrasi sebanyak 35 lintasan) sehingga bila jumlah lintasansudah tercapai maka mesin pemadat secara otomatis akan berhenti.

Letakan cetakan yang sudah berisi campuran beraspal serta telah dipasangkertas saring atau kertas penghisap tepat atau tegak lurus pada sumbu rodapemadat dengan mengatur alat pengatur penggerak landasan pemadat secaramanual.

Padatkan campuran beraspal dengan menggunakan alat pemadat roda bajadengan beban sebesar 220 kg dan jumlah lintasan sebanyak 35 lintasan;

Keluarkan benda uji dengan hati-hati dan letakkan di atas permukaan yangrata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.

Page 69: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 63

Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat digunakan kipas anginmeja.

Pengujian stabilitas dinamis dengan alat Wheel Tracking Machine (WTM) adalahbenda uji yang harus disiapkan adalah sebanyak 3 buah dan pelaksanaanpengujian dilakukan di laboratorium dalam ruang dengan temperatur 60oC.

Pengujian biasanya dilaksanakan selama 60 menit, dan untuk mengevaluasideformasi hasil pengujian dilakukan pada saat 45 menit dan 60 menit.

Hasil pengujian umumnya akan menunjukkan hubungan antara waktu dan nilaideformasi seperti diperlihatkan pada Gambar 2.37b. Disamping itu hasilpengujian dengan mesin Wheel Tracking Machine ini memperlihatkan nilaikedalaman alur yang dihubungkan dengan jumlah lintasan beban yangmelewatinya (Stabilitas dinamis, lintasan/mm) makin besar nilai stabilitasdinamis, lapisan beraspal semakin tahan menerima beban lalu-lintas.

Untuk kasus dimana kurva deformasi berbentuk lengkung berubah, deformasikonsolidasi diperoleh dengan menarik garis singgung pada titik perubahansampai memotong sumbu nilai deformasi, titik perpotongan tersebut disebutdeformasi awal atau konsolidasi.

Hasil pengujian yang dievaluasi umumnya adalah laju deformasi, stabilitasdinamis, defomasi konsolidasi, nilai-nilai tersebut diperoleh sesuai persamaandibawah ini:

2112

12

CxCxdd

)t(tx42DS

Dengan:

DS = Stabilitas dinamis (lintasan/mm)

d1 = Deformasi saat t1 (45 menit)

d2 = deformasi saat t2 (60 menit)

C1 = Faktor koreksi = 1,5 (Chen) untuk mesin uji kecepatan tetap dan 1,0(Crunk) untuk mesin uji kecepatan berubah

C2 = Faktor koreksi = 0,8, untuk benda uji ukuran lebar 150 mm dan = 1,untuk benda uji ukuran lebar 300 mm

12

4560

t-t

d-dRD

Dengan:

RD = laju deformasi

d1 = deformasi saat t1 (45 menit)

d2 = deformasi saat t2 (60 menit)

t1 = lamanya waktu pengujian 45 menit

t2 = lamanya waktu pengujian 60 menit

Page 70: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 64

Gambar 2.37a. Alat pemadat campuran beraspal untuk benda uji pengujianstabilitas dinamis dengan alat Wheel Tracking Machine (WTM)

Gambar 2.37b. Hubungan Waktu dan deformasi

Page 71: A.11.Pengambilan Pengujian Bahan Dan Campuran

Buku 2: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 65

7.3. Pengujian Bahan Jadi (Kepadatan)

Untuk pengujian kepadatan lapangan dilakukan dengan pengambilan contoh intipadat dari core drill atau memotong permukaan perkerasan atau pengujiandengan nuclear density tester.

Selanjutnya contoh inti padat diuji di laboratorium untuk mendapatkan kepadatancampuran beraspal.

Pengujian kepadatan dengan cara apapun agar dilaksanakan berdasarkanpengujian secara acak (random), dengan jumlah minimum tertentu, umumnyasetiap jarak 200 m. Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat daripengujian kepadatan harus masuk dalam kriteria yang dipersyaratkan oleh suatuproyek (umumnya derajat kepadatanya minimum 98 % dari kepadatanlaboratorium). Pengambilan contoh inti dapat digunakan juga untuk mengukurketebalan padat suatu hamparan campuran aspal panas.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kepadatan dengan core drill :

Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saatpengambilan contoh dibantu dengan semprotan air.

Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukandengan tergesa-gesa. Misalnya pengambilan contoh uji malam hari dankemudian penimbangan dilakukan pada pagi hari, hal tersebut dapatmengakibatkan contoh uji masih mengandung kadar air, dan berakibat beratcontoh menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya. Dengan berat contoh yanglebih tinggi tersebut kepadatan menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Penimbangan contoh uji harus dilakukan setelah beratnya konstan. Artinyatidak ada perubahan berat akibat kadar air yang masih dikandungnyamenguap, atau dengan kata lain penimbangan harus dilakukan setelah contohuji benar-benar kering. Pada umumnya sebelum pengujian contoh uji harusdiangin-angin atau dijemur terlebih dahulu untuk menghilangkan kadar air yangmungkin masih dikandungnya, sampai tercapai berat konstan.

Sebagai tambahan, kadang-kadang dilakukan pengambilan contoh dilapangansebelum pemadatan untuk pengujian gradasi dan extraksi. Contoh ini diambildari truk atau dari hopper mesin penghampar.

Gambar 2.38. Alat pengambil contoh inti (core drill)