a vertebrata air_suwarni
TRANSCRIPT
-
i
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P)
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
Judul :
OPTIMALISASI PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA KULIAH A VERTEBRATA AIR YANG BERBASIS SCL
(STUDENTS CENTER LEARNING)
Oleh :
IR. SUWARNI. M.Si
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor : 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Januari 2008
PROGRAM STUDI MANAGEMEN SUMBER DAYA HAYATI PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
FEBRUARI 2008
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008
Judul : OPTIMALISASI PROSES BELAJAR MENGAJAR
MATA KULIAH A VERTEBRATA AIR YANG
BERBASIS SCL (STUDENTS CENTER
LEARNING)
Nama Lengkap : IR. Suwarni. M.Si
N I P : 131 803 226
Pangkat/Golongan : Lektor Kepala / IV a
Jurusan : Perikanan
Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan/Universitas Hasanuddin
Jangka Waktu Kegiatan : 1 (satu) bulan
Mulai 04 Januari 2008 s/d 04 Februari 2008
Biaya : Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah)
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor : 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Januari
2008
Makassar, 04 Februari 2008
Mengetahui : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Dekan, Prof. Dr. Ir. Sudirman. MP Nip. 131 860 849
Pembuat Modul, IR. Suwarni. M.Si Nip. 131 803 226
-
iii
KATA PENGANTAR
Perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi cepat usang. Sehingga format pendidikan konvensional yang
berbasis pada pendekatan pengajaran (teaching approach) tidak lagi mampu
memenuhi kebutuhan dan tuntutan dalam proses pembelajaran (learning
approach) dimana peserta didik tidak hanya dibekali substansi pengetahuan saja,
tetapi juga dibekali dengan teknik atau metode pembelajaran agar nantinya
mampu beradaptasi dan berubah secara berkelanjutan (constant learning).
Salah satu mata kuliah yang perlu mendapat perubahan tersebut adalah
amat kuliah A Vertebrata Air yang merupakan mata kuliah wajib yang diambil
oleh semua mahasiswa Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan.
Sistem pembelajaran yang berbasis pembelajaran itu dapat berjalan dengan
baik apabila ditunjang oleh beberapa fasilitas pembelajaran seperti modul
pembelajaran. Modul pembelajaran ini dibuat untuk menunjang suasana
pembelajaran yang wajib dicapai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan modul
pembelajaran ini. Oleh karena itu mengharapkan adanya saran demi
penyempurnaan modul ini.
Penyusun
-
iv
PETA KEDUDUKAN MODUL
Filum Porifera
Filum Coelentrata
Filum Crustacea
Filum Molusca
Filum Echinodermata
Filum Annelida
-
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
PETA PENDUDUKAN MODUL .................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
MODUL I FILUM PORINTERA .............................................................. 1
MODUL II FILUM COELNTRATA .......................................................... 10
MODUL III FILUM CRUSTACEA ............................................................. 17
MODUL IV FILUM MOLUSKA ................................................................. 30
MODUL V FILUM ECHINODERMATA ................................................. 44
LAMPIRAN : RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
MATA KULIAH : A VERTEBRATA AIR
-
1
MODUL I
JUDUL : FILUM PORIFERA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu hewan yang termasuk hewan yang tidak bertulang
belakang adalah Filum Porifera. Filum Porifera merupakan hewan
bersel banyak (metazoan) paling sederhana atau primitif. Dikatakan
demikian karena kumpulan organ maupun kemampuan geraknya
sangat kecil dan hidupnya bersifat sessile.
Pada awalnya porifera dianggap sebagai tumbuhan, baru
pada tahun 1765 dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukan
adanya aliran air yang terjadi di dalam tubuh porifera dari 10.000
spesies porifera yang sudah diidentifikasi, sebagian hidup di laut dan
hanya 159 species hidup di air tawar, semuanya famili spongilidae.
Umumnya terdapat di perairan jernih dangkal dan menempel di
substrat, sebagian menetap di dasar perairan.
B. Ruang Lingkup Isi 1. Pengertian Filum Porifera
2. Morfologi tubuh Filum Porifera
3. Sistem Reproduksi Filum Porifera
4. Kebiasaan makan dan cara makan Filum Porifera
5. Klasifikasi Filum Porifera
6. Peranan Hewan Filum Porifera
C. Kaitan Modul Modul ini adalah modul pertama dari modul avertebrata air.
D. Sasaran Pembelajaran Modul 1. Menjelaskan Pengertian Filum Porifera
-
2
2. Menjelaskan Morfologi tubuh Filum Porifera
3. Menjelaskan Sistem Reproduksi Filum Porifera
4. Menjelaskan Kebiasaan makan dan cara makan Filum Porifera
5. Menjelaskan Klasifikasi Filum Porifera
6. Menjelaskan Peranan Hewan Filum Porifera
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filum Porifera Filum Porifera atau dikenal juga dengan nama sapaan
merupakan hewan bersel banyak (metacua) paling sederhana.
Biasanya juga disebut hewan yang berpori. (Suwignyo, 1997)
B. Morfologi Tubuh Porifera atau sponge memiliki bentuk tubuh yang sangat
beragam, mulai dari bentuk tabung, gumpalan, vas, menjalar,
dan sebagainya. Sebagian besar menempel pada substrat, namun
ada juga yang berdiri ditopang oleh semacam stalk (batang
semu). Ukuran diameter tubuh bervariasi antara beberapa
millimeter hingga 2 meter. Sementara warna sponge juga
beraneka ragam seperti ungu, biru, kuning, merah terang, orange
atau putih.
Secara umum, tubuh sponge terdiri atas dinding tubuh,
ostia (tempat masuknya air), atrium (rongga tubuh) dan oskulum
(tempat keluarnya air). Adapun beberapa tambahan bagian
tergantung pada jenisnya. Perbedaan morfologi sponge
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti arus kuat dan
perbedaan substrat (Anonimous, 2002).
-
3
Gambar 1. Morfologi Leucosolenia sp (Fox, 2001)
Sponge merupakan hewan multisel, dimana setiap selnya
bergerak dan berpotensi untuk berubah dan menjadi tipe sel
yang lain, dan ini merupakan ciri khas dari sponge. Tubuh
sponge merupakan jaringan yang saling berhubungan (mesohyl)
smengantarai lapisan outer pinacoderm dan inner choanoderm.
Choanoderm disusun oleh sel-sel kerah berflagella atau disebut
choanocyte. Mesohyl meliputi beberapa tipe sel dan unsur sketal
berupa fiber protein dan spikula mineral.
Beberapa tipe sel pada sponge adalah lapisan pinacocytes
(sel kulit) dan lapisan choanocytes (sel pengumpul makanan dan
pemompa air). Diantara kedua lapisan tersebut adalah lapisan
gelatin mesohyl atau mesenchyme yang terdiri atas sclerocytes
dan spongocytes (sel yang mensekresi skeleton), archeocytes,
(sel yang mampu berubah menjadi bentuk sel lain pada sponge
yang sama), dan collenocytes (sel yang membetuk massa
konektif (Fox, 2001).
Bagian dalam tubuh sponge terdapat sistem kanal atau
saluran air. Air yang masuk melalui ostia, akan melewati
sejumlah saluran kanal tersebut sebelum masuk ke dalam rongga
atau langsung menuju atrium. Di dalam rongga dimana terdapat
sel choanocytes yang merupakan elemen penting dalam sirkulasi
air. Sel berkerah dengan flagellum yang setiap saat aktif
bergerak secara spiral membangkitkan arus yang menghisap air
dari ostia. Partikel makanan akan melengket pada permukaan
luar sel dan kemudian diserap ke dalam sel, selanjutnya air
terbawa keluar menuju oskulum.
-
4
Anatomi : Saluran Air
Ada 3 tipe saluran air sponge yakni tipe asconoid,
syconoid dan leconoid yang merupakan bentuk elaborasi dari
permukaan choanoderm dan mesohyl (gambar 2). Pada tipe
asconoid, atriumnya besar dan tidak terpartisi, pada tipe
asconoid bagian tepi atrium terbagi menjadi sejumlah rongga
kecil dimana area permukaan choanocytes meningkat,
sedangkan pada tipe leuconoid atrium tereduksi menjadi
semacam lorong-lorong mesohyl dengan jaringan kanal air yang
kompleks dan banyak rongga berflagella (Fox, 2001). Contoh
tipe saluran asconoid ditampilkan pada genus Leucosolenia,
sedangkan tipe syconoid dicontohkan pada genus scypha.
Gambar 2. Tipe saluran air : (a) asconoid; (b) syconoid; (c) leuconoid
Gambar 3. Anatomi saluran syconoid dari scypha sp (Fox, 2001)
-
5
Struktur tubuh sponge ditunjang oleh skeleton keras yang
terdiri atas berbagai jenis spikula. Spikula adalah unsur keras
seperti jarum, umumnya tersusun dari kalsium karbonat, atau
silika dan kolagen. Baik spikula maupun sel-sel sponge
semuanya terdapat di dalam matriks jelly berprotein. Tidak
semua sponge mempunyai skeleton, dan pada jenis ini skeleton
tersusun dari jelly colloidal yang sederhana.
Skeleton disekresi oleh sel-sel sclerocyte dan
spongocyte. Tiap spikula disekresi secara interselular di sekitar
fiber sponging. Unsur sketal inilah yang merupakan satu-satunya
bagian dari sponge yang dapat diawetkan, sehingga menjadi
petunjuk penting dalam penamaan secara morfologi dan
taksonomi. Spikula ini dikelompokkan berdasarkan ukuran,
jumlah axis, dan jumlah ray (pengait) (Gambar 4).
Berdasarkan ukurannya, spikula dibagi menjadi 2
kelompok :
1). Megasclere, spikula besar dengan ukuran panjang 0,1 > 1,0
mm; dapat bergabung membentuk bagan yang koheren.
2). Microsceler, spikula kecil berukuran panjang 0,01 0,1 mm;
tersebar di seluruh tubuh.
Berdasarkan axis, spikula dibedakan atas 3 bentuk,
yakni :
1). Monaxon, spikula dengan satu axis.
2). Triaxon, spikula dengan tiga axis; dan
3). Tetraxon, spikula dengan empat axis.
Selanjutnya berdasarkan jumlah ray dibagi menjadi 5
kelompok :
1). Monactine, spikula dengan satu ray;
2). Diactine, spikula dengan dua ray;
3). Traictine, spikula dengan tiga ray;
4). Hexactine, spikula dengan enam ray;
-
6
5). Polyactine, spikula dengan lebih dari enam ray.
Gambar 4. (A) Calcarea; (B) Hexactinellida; (C) Demospongia dengan berbagai jenis spikula penyusunnya; (1) monaxon; (2, 3, 7) triaxon; (4, 5) tetraxon; (6) hexactine
C. Sistem Reproduksi Porifera berkembang biak secara seksual maupun
asebsual. Reproduksi seksual terjadi dengan cara pembentukan
tunas (budding) atau pembentukan sekelompok sel esensial
terutama amoebocyte, kemudian dilepaskan. Sepon air tawar dan
air laut membentuk gemuk, yaitu tunas internal. Gemuk
terbentuk dari sekumpulan amoebocyte berisi cadangan
makanan dikelilingi amoebocyte yang membentuk lapisan luar
yang keras dan acapkali terdapat spikula sehingga membentuk
dinding yang resisten.
Porifera mempunyai kemampuan melakukan regenerasi
yang tinggi. Bagian tubuh sepon yang terpotong atau rusak akan
mengalami regenerasi yang utuh kembali. Kemampuan
melakukan regenerasi ada batasnya, misalnya potongan sepon
leuconoid harus lebih besar dari 0,4 mm dan mempunyai
beberapa sel choanocyte supaya mampu melakukan regenerasi
menjadi sepon baru yang kecil.
-
7
Reproduksi seksual terjadi baik pada sepon yang
hermaproduktif, namun sel telur dan sperma diproduksi pada
waktu yang berbeda sperma dan telur dihasilkan oleh amoebyte
osculum bersama aliran air dan masuk ke individu lain melalui
ostium juga bersama aliran air. Dalam spongocoel atau
feagelated chamber, sperma akan masuk ke choanocyte atau
amoebocyte. Sel amoebocyte berfungsi sebagai pembawa
sperma menuju sel telur, terjadilah pembuahan (fertilisasi),
perkembangan embrio sampai menjadi larva berflagella masih di
dalam mesohyl. Larva berflagella disebut juga larva
amphiblastula. Keluar dari mesohyl dan bersama aliran air
keluar dari tubuh induk melalui osculum. Larva amphiblastula
berenang bebas beberapa saat kemudian menempel pada substrat
dan berkembang menjadi sepon muda yang sessile dan akhirnya
tumbuh menjadi besar dan dewasa.
D. Kebiasaan Makan dan Cara Makan Makanan Filum Porifera adalah partikel yang sangat
kecil 80% partikel yang kurang dari 5 m dan 20% terdiri atas
bakteri, dinoflagellata dan nanoplakton partikel yang berukuran
5 m 50 m dimakan dan dibawa oleh amoebocyte.
Cara makannya dengan menyaring partikel yang sangat
kecil. Partikel makanan ditangkap oleh fibril kelepak pada
choanocyte (Megner, 1968).
-
8
E. Klasifikasi Berdasarkan jenis spikulanya, sponge terbagi atas 3 klas,
yaitu :
1. Klas Calcarea Sponge ini memiliki tubuh yang disusun
oleh spikula kalsium karbonat. Bentuk
saluran air beragam termasuk asconoid,
sycanoid dan leuconoid. Spikulanya ada
yang lurus tapi ada juga yang terdiri dari 3-4
kaitan (ray). Umumnya calcareous lebih kecil dengan
choanocytes yang besar. Contoh : Leucosolenia, Clathrina,
Scypha, Leucandra.
2. Klas Hexactinellida (Hyalospongiae) Kadang disebut sponge kaca,
dengan spikula silika yang berujung
(ray) 6, biasanya didapatkan pada
kedalaman yang tinggi. Beberapa
diantaranya melekat pada substrat
dengan bantuan batang semu (stalk).
Oskulum biasanya besar, ukuran panjang tubuh berkisar dari
7 cm hingga lebih 1 meter. Tipe saluran air umumnya
syconoid dan leuconoid.
3. Klas Desmopongiae Klas ini merupakan klas terbesar yang meliputi
hampir 95% dari seluruh jenis sponge. Tipe saluran air
umumnya leconoid dan hidup di laut, kecuali hanya 1 famili
yang hidup di air tawar yaitu spongilidae. Spikula tersusun
dari unsur silika, tetapi berbeda dengan sponge kaca, klas ini
tidak mempunyai 6 ray. Skeleton dapat pula disusun dari
silika dan sponging, atau hanya sponging saja. Rongga kanal
-
9
internal berukuran kecil, bulat dan diselimuti oleh sel
choanocytes. Bentuk, ukuran dan warna tubuh lebih
bervariasi. Contoh : Haliclona, Pterosia, Xestospongia.
F. Peranan Hewan Filum Porifera Beberapa jenis sepon air laut seperti sepon jari berwarna
orange axinella conabina diperdagangkan untuk menghias
aquarium air laut, adakalanya di di ekspor ke Singapura dan
Eropa. Jenis sepon dari Famili Clionidae mampu mengebor dan
menembus batu karang dan cangkang moluska, sehingga
membantu pelapukan pecahan batu karang dan cangkang
moluska yang berserakan di tepi pantai. Ada pula sepon yang
tumbuh pada kerang-kerangan tertentu dan mengganggu
peternakan tiram.
- Selain itu porefera yang dijadikan obat kontrasepsi (KB)
- Sebagai campuran bahan industri (kosmetik)
- Mempunyai nilai estetika yang tinggi
- Manfaat bagi sumber daya perairan adalah dimanfaatkan
sebagai tempat perlindungan dan sebagai makanan bagi
hewan lain.
BAB III PENUTUP
Filum Porifera ini merupakan hewan yang berpori yang
sangat bermanfaat bagi sumber daya manusia maupun bagi sumber
daya perairan itu sendiri.
-
10
DAFTAR PUSTAKA
ANOMINOUS. 2002. Sponge. http//www.reef educated asp pages/seca. Asp I Form No. 5 (11 Mei 2003).
Fox, R. 2001. Invertebrata Zoolegs. Leboratry Exercise. Hhtp/www.Lander edition/rsfor/310 porifera lab. Htm/(11 Mei 2003).
Hegner, W. R., 1968. Invertebrata Zoolegg Sereal Edition. Maemillan Publishing co.inc.hal 121-148
Suwignyo, S.B. Widigdo., Y Wardiatno dan M. Kristanti, 1997. Avertebrata Air. Jilid 5. Fakultas Perikanan, Institut Pertanaian Bogor. Bogor. Hal 28-34.
-
11
MODUL II
JUDUL : FILUM COELENTRATA (CRIDARIA)
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Filum Coelentrata disebut juga cnidaria yang berarti
sengat. Berbeda dengan protozoa, coleontrata mempunyai
rongga pencernaan (gastrovascular cavity) dan mulut, namun and
tidak ada. Terdapat sekitar 9500 spesies, kebanyakan hidup di
laut dan hanya 14 spesies dari kelas. Hydrozoa hidup di air tawar
biasanya terdapat di perairan dangkal dan melekat pada substrat
dan terumbu karang. Coelentrata hidup mulai dari periode
camabrian sampai sekarang (Suwignyo, 1997).
B. Ruang Lingkup Isi 1. Pengertian Filum Coelentrata
2. Morfologi tubuh filum coelentrata
3. Sistem reproduksi filum coelentrata
4. Kebiasaan makan dan cara makan filum coelentrata
5. Klasifikasi filum coelentrata
6. Peranan hewan filum coelentrata
C. Kaitan Modul Modul ini adalah modul ke dua dari modul vertebrata air.
D. Sasaran Pembelajaran Modul 1. Menjelaskan pengertian Filum Coelentrata
2. Menjelaskan morfologi tubuh filum coelentrata
3. Menjelaskan sistem reproduksi filum coelentrata
4. Menjelaskan kebiasaan makan dan cara makan filum
coelentrata
-
12
5. Menjelaskan klasifikasi filum coelentrata
6. Menjelaskan peranan hewan filum coelentrata
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Filum Coelentrata Filum Coelentrata disebut juga Ceridanria, berasal dari
kata knide (bahasa Yunani) yang berarti sengat.
B. Morfologi Tubuh Filum Coelentrata Tubuh simetris radial, beberapa simetri biradial. Struktur
tubuh coelentrata dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
polip yang hidup menetap dan medusa yang hidup berenang
bebas. Bentuk polip lebih kurang silindris dengan satu ujung
mengandung mulut yang lain menempel dikelilingi tentrakel
disebut oval dari ujung yang lain menempel pada substrat
disebut aboral. Bentuk medusa seperti lonceng atau mangkok
terbalik dengan bagian cembung mengarah ke atas dan bagian
cekung dilengkapi mulut dari tentrakel smengarah ke bawah
(Barner, 1993).
Dinding tubuh terdiri atas 3 lapisan yaitu epidermis yang
merupakan lapisan paling dalam dan membatasi rongga
pencernaan serta mesoglea yang terletak diantara epidermis dan
gastrodermis.
Lapisan epidermis terdiri dari lima macam sel yaitu sel
epitel otot (epithelio muscle cells) sel interstisial, sel epideocyte,
sel kelenjar lendir dan sel syaraf indera. (Hegmen, 1960). Busca,
1990).
C. Sistem Reproduksi Filum Coelentrata Coelentrata berkembang biak secara sexual atau asexual.
Reproduksi asexual terjadi pada stadium polip dan dilakukan
dengan jalan pertunasan (budding) atau pembelahan. Suatu tunas
-
13
terjadi dari dinding tubuh yang menonjol keluar diikuti
perluasan rongga gastrovascular, kemudian pada ujungnya
terbentuk mulus dan tentrakel. Pada jenis soliter seperti tengah,
tunas yang sudah lengkap dilepaskan dari induknya dan hidup
sendiri dengan menempel di substrat. Pada jenis kalori, tunas-
tunas baru sudah lengkap tetap melekat pada induknya.
Reproduksi asexual dimungkinkan karena kebanyakan
coelentrata mempunyai daya regenerasi yang besar. Tentrakel
yang putus akan segera diganti tentrakel yang baru.
Reproduksi sexual umumnya terjadi pada stadium
smedusa, sel telur atau sperma sebagian besar berasal dari sel
interstisial yang mengelompok sehingga membentuk ovari atau
testes. (Pechenis, 1991, Burnes 1993 : Suwignyo, 1997).
D. Kebiasaan Makan dan Cara Makan Kebanyakan coelentrata bersifat carnivore dan makanan
utamanya adalah coleontrata dan ikan kecil. Makanan masuk ke
mulut dengan bantuan tentrakel. Kemudian makanan masuk ke
rongga gastrovaskular. Di dalam rongga tersebut sel kelenjar-
kelenjar menghasilkan enzim semacam tripisin untuk mencerna
protein. Makanan hancur menjadi partikel kecil seperti bubur
dan dengan gerakan-gerakan flagella diaduk hingga merata. Sel
pencerna otot mempunyai psendopodia untuk menangkap dan
menelan partikel makanan dan pencernaan dilanjutkan secara
intraselular. Hasil pencernaan didistribusikan ke seluruh tubuh
pada secara difusi. Cadangan makanan terutama berupa lemak
dan glycogen. Sisi makanan yang tidak dicerna dibuang melalui
mulut. (Suwignyo, 1997).
-
14
E. Klasifikasi Filum Coelentrata 1. Kelas Hydrozoa
Sebagian besar hidup di laut, berukuran kecil,
menempel pada substrat karang atau kerang dan hanya
sedikit (14 spesies) yang hidup di air tawar. Kebanyakan dari
famili hydrodae. Jenis hydrozoa ada yang tumbuh sebagai
polip, medusa atau keduanya mesoglea tidak penuh selular
(tidak ada sel) gastrodermis tidak mengandung nematocyst.
Polip pada hyrozoa ada yang bersifat soliter ada yang
koloni. Pada polip soliter adalah hydra tunas (polip baru)
hasil reproduksi asexual yang telah mengurangi mulut dan
tentrakel akan lepas dari induknya dan hidup sebagai polip
baru yang juga soliter.
Sedang pada jenis koloni contohnya obelia, tunas-
tunas hasil reproduksi asexual yang telah lengkap tetap
menempel pada induknya hingga masing-masing polip saling
berhubungan disebut koloni hydroid.
Koloni hydroid umumnya kecil-kecil, warna
bervariasi putih, jingga atau kecoklatan dilindungi sel;ubung
external dari tanduk disebut perisai. Polip reproduktif secara
sexual dengan pertunasan menghasilkan medusa.
Medusa hydrozoa umumnya kecil, berdiameter 0,5
6,0 cm. biasanya tepi lonceng melekuk ke dalam disebut
velum. Tentrakel dilengkapi nematocyst sterdapat pada tepi
lonceng dan umumnya berjumlah 4 buah. Mulut terletak
pada ujung manubrium di tengah subumbrella. Pada
manubrium terdapat nematocyst dan bagian tepi manubrium
kadang berlekuk atau berumbai-umbai. Mesoglea tebal,
jernih seperti agen-agen dan merupakan bagian terbesar dari
medusa. Reproduksi pada umumnya sexual dan kebanyakan
diocions.
-
15
Tidak semua jenis koloni hydroid hidupnya
smenempel di substrat tetapi ada jenis yang hidupnya
menempel disubstrat tetapi ada jenis yang hidup berenang
bebas seperti ubur-ubur contohnya Velella, physalaia.
(Ruppert, 1994).
2. Kelas Scyphozoa
Medusa scyphozoa yang disebut juga scypho medusa
adalah ubur-ubur sejati karena merupakan bentuk dominan
dalam daur hidupnya. Juga berukuran relatif lebih besar
dengan diameter 2-40 cm atau lebih. Ada kalanya berwarna
menarik seperti jingga, kesumba atau kecoklatan, warna ini
disebabkan oleh warna goned dan bagian-bagian dalam
lainnya. Terdapat disemua lautan dari laut arktik sampai laut
tropik. Beberapa di laut dalam dan di pantai.
Tidak semua medusa scyphozoa berenang
berdasarkan jenis-jenis dari ordo stanromedusae merupakan
ubur-ubur yang sessile, bagian exumbrella (aboral) dari
lonceng memanjang berbentuk tangkai untuk menempel
pada ganggang atau benda lain hingga bentuknya mirip
polip.
Bentuk scyphomedusa mirip hydromedusa yaitu
pipih seperti piring sampai membulat seperti helm, tepi
lonceng berlekuk-lekuk, menubrium bercabang dan
memanjang menjadi 4 buah oval arm berbeda untuk
menangkap mangsa, tidak mempunyai veluse scyphomedusa
berenang dengan berdenyut-denyut seperti hydromedusa.
Gerak berdenyut cenderung menarik organisme tersebut ke
atas, apabila kontraksi dihentikan, ubur-ubur tenggelam
perlahan-lahan dan menangkap mangsa yang bersinggungan
dengan tentrakel atau oval arm.
-
16
3. Kelas Anthozoa
Polip anthozoa berbeda dengan polip hydrozoa,
karena mulutnya berhubungan dengan pharynk
(kerongkongan) rongga gastrovascular terbagi oleh sekat-
sekat longitudinal menjadi beberapa kamar. Gastrodermis
pada sekat mengandung nematocyst dan gonad. Hidup
sebagai polip soliter atau koloni dalam daur hidupnya tidak
ada stadia medusa.
Sub kelas zoantharia
Polip merupakan suatu bentuk dari individu hewan
sea anemne laut, dicirikan dengan bentuk tabung yang
berukuran (oval/menghadap ke atas) dan sebagian besar
bersifat menempel pada substrat (sessile).
Bentuk mulut seperti celah lonjong, pada salah satu
atau kedua ujungnya terdapat akar bercilia yang terus
memanjang pada sisi pharyuk, untuk mengalirkan air ke
rongga gastrovasculer. Akar bercilia (ciliated groove) pada
sea anemone di siphonoghph epidermis banyak mengandung
sel kelenjar lendir, kadang-kadang mempunyai flagella
mesongka tebal berisi serabut dan sel amoeboid bebas.
Kebanyakan sea anemone adalah karnivor dan
memakan berbagai jenis avertebrata, bahkan jenis yang besar
dapat menangkap ikan. Beberapa jenis yang berukuran besar
dengan tentrakel pendek merupakan pemakan suspensi
plankton yang menempel pada permukaan tubuh dan
tentrakel. Ada juga hidup komersialisme dengan ikan yaitu
jenis amphipria lendir permukaan tubuh ikan tersebut
merupakan hambatan bagi penambahan nematocyst, hingga
aman bagi amphiprion.
-
17
Sub kelas octocoralia (Aleynaria)
Polip octocorallia mempunyai 8 buah tentrakel yang
pinnate artinya pada setiap sisi tentrakel terdapat cabang-
cabang dan sebuah siphonoglyph.
Semua jenis octocorallia berbentuk koloni dengan
sejumlah besar polip kecil. Masing-masing polip dalam
koloni dihubungkan oleh suatu jaringan coenenchym yaitu
suatu massa mesoglea yang tebal. Dalam coecenchym
terdapat pembuluh gastrodermal yang menghubungkan
rongga gastrovascular polip dan koloni. (Barner, 1993,
Ruppert, 1994).
F. Peranan Hewan Filum Coelentrata - Beberapa jenis coelentrata diperdagangkan sebagai ikan hias
untuk aquarium laut dan diekspor ke Singapura, Eropa,
Amerika Serikat dan Canada.
- Mempunyai nilai etika yang tinggi.
- Sehingga banyak turis-turis datang hanya untuk melihat
terumbu karang.
- Sebagai sumber bahan industri contohnya batu karang untuk
pembangunan rumah.
- Bagi sumber daya perairan itu merupakan tempat hidup
hewan lainnya, spesies ikan kerajaan yang habitatnya, daerah
karang dan dijadikan sebagai tempat untuk mencari
makanan.
BAB III. PENUTUP
Filum Coelentrata adalah hewan yang bersengat yang
mempunyai 2 bentuk yaitu polip dan medusa. Sistem
reproduksinya secara asexual maupun sexual, makanannya adalah
crustae dan ikan kecil.
-
18
Hewan ini perlu perhatian yang serius karena peranannya
bagi sumber daya manusia maupun sumber daya perairan itu
sendiri cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R.S.K, P. Calow and P.J.W. Olive., 1993. The Invertebrates a New Synthesis. Second Edition. Blackwell scientific publications, Oxford. Hal 54-66.
Brusca. R.C. and G.J. Brusca., 1990. Invertebrates Sinauer Associates, In Publisher, Sunderlands, Massachusetts. Hal. 211-277.
Hegner, W.R., 1968. Invertebrate Zoology. Second Edition. Macmillan Publishing.Co.inc. hal
Pechenik, J.A., 1991. Biology of The Invertebrates. Second Edition. Win.C. Brown Publisher, Dubuque. Hal 77-121.
Ruppert, E.E and R.D. Barnes., 19994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition. Saunders College Publishing. Forth Worth. Hal 95-157.
Suwigyo, S.B. Widigdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti., 1997. A vertebrata Air. Jilid I. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 51-58
-
19
MODUL III
JUDUL : FILUM CRUSTACEA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu hewan yang termasuk dalam avertebrata
adalah filum crustacea. Crusta berarti kulit keras, kerak di alam
terdapat sekitar 40.000 spesies mencakup jenis-jenis copepoda,
udang dan kepiting. Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm
sampai 60 cm. Demikian juga dengan bentuk tubuh mulai dari
panjang sampai yang bulat. Sebagian besar hidup crustacea di
laut, 13% di air tawar dan 3% di darat untuk filum crustacea, ada
yang bersifat plankton baik itu sebagian hidupnya sebagai
plankton (namo plankton) atau seluruh hidupnya bersifat
plankton (scolo plankton). Ada juga bersifat benthos, baik
sebagai spesies interstisial maupun makroskopis.
Ada juga hidup sebagai pasarit contohnya copepoda dan
rebon. (Brusca, 1990).
B. Ruang Lingkup Isi 1. Pengertian filum crustacea
2. Morfologi tubuh filum crustacea
3. Sistem reproduksi filum crustacea
4. Kebiasaan makan dan cara makan filum crustacea
5. Klasifikasi filum crustacea
6. Peranan hewan filum crustacea
C. Kaitan Modul Modul ini adalah modul ke 3 dari modul a vertebrata air.
-
20
D. Sasaran Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian filum crustacea
2. Menjelaskan morfologi tubuh filum crustacea
3. Menjelaskan sistem reproduksi filum crustacea
4. Menjelaskan kebiasaan makan dan cara makan filum
crustacea
5. Menjelaskan klasifikasi filum crustacea
6. Menjelaskan peranan hewan filum crustacea
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Filum Crustacea Berasal dari bahasa Romawi crus adalah kulit keras, jadi
Crustacea adalah hewan yang berkulit keras.
B. Morfologi Tubuh Filum Crustacea Tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax
dan abdomen. Tubuhnya beruas-ruas biasanya disebut somite
(meta meru). Tiap ruas tubuh mempunyai sepasang apendix
(anggota badan) yang biramus dan jumlahnya banyak.
Ruas-ruas pembentuk kepala pada semua crustacea
tumbuh menjadi satu. Penyatuan kepala dengan ruas thorax
disebut ciphalothorax dan ditutupi oleh kerapas dibagian
dorsalnya. Kerapas merupakan pelebaran dan melipatnya bagian
posterior kulit kepala. Biasanya tepi lateral kerapas menutupi
kedua sisi cephalothorax.
Pada kepala crustacea mulai dari anterior sampai ke
posterior terdapat sepasang antena kedua (antena), sepasang
mandibel menjepit mulut atau menutup bagian ventral mulut
sepasang maxilla pertama dan sepasang maxilla kedua. Bentuk
mandibel pendek dan tebal berfungsi untuk menggiling atau
menggigit, maxilla pertama dan kedua untuk membantu proses
makan.
-
21
Tubuh crustacea dilapisi kultikula dan biasanya
mengandung zat kapur. Baik pada epikutikula maupun protikula
terdiri atas 3 lapisan. Lapisan terluar tipis, mengandung pigmen
dan kapur, lapisan kedua tebal berisi khitin yang sudah berwarna
dan kapur, lapisan terdalam tipis, tidak berwarna dan tanpa
kapur. (Brusca, 1990).
C. Sistem Reproduksi Filum Crustacea Kebanyakan crustacea dioecious, kecuali kelas cioripedia
dan ada yang bersifat hermaprodit. Goned biasanya sepasang
dan panjang terletak di bagian dorsal thorax atau abdomen atau
kedua-duanya. Umumnya terjadi perkawinan (kopulasi),
individu jantan biasanya mempunyai apendix yang mengalami
modifikasi untuk memegang betina. Pembuahannya terjadi di
dalam tubuh.
Crustacea biasanya mengerami telurnya pada apendix
tertentu, pada kantong pengeraman di dalam atau di luar, setelah
-
22
dierami telur menetas menjadi larva nanplius. Mulai dari
nanplius 1 sampai nanplius 6, kemudian menjadi larva zoa yaitu
zoa 1 sampai zoa 3, tahap selanjutnya adalah fase mysis yaitu
mysis 1 sampai mysis 3 dan kemudian memasuki fase post larva.
Setiap pergantian fase tersebut disertai dengan pergantian kulit
(molting).
D. Kebiasaan Makan dan Cara Makan Filum Crustacea Makanan dan cara makan dari crustacea beraneka ragam
misalnya filter feeder, pemakan bangkai, herbivora, karnivora
atau parasit. Filter feeder (penyaring makanan) mendapatkan
makanan dengan cara menyaring plankton, detritus dan bakteri
menggunakan setae bukan cilia. Kalau cara mulai dengan
menyaring yaitu menggunakan beberapa apendix atau mandibel
atau antenanya sedangkan crustacea pemakan bangkai, herbivora
atau karnivora mempunyai apendix thorax yang berfungsi untuk
mencengkram atau mengambil makanan serta mandibula dan
mendibel yang berfungsi untuk memegang, menggigit dan
menggiling makanan.
E. Klasifikasi Filum Crustacea 1. Kelas Cephalocarida
Bentuk tubuh seperti udang kecil, panjang kurang
dari 4 mm, merupakan pemakan detritus, terdapat sebagai
benthos laut. Sistem reproduksinya hermaprodit. Ditemukan
tahun 1955 dari lumpur dan pasir dasar laut Long Island
South.
2. Kelas Branchiopoda
Crustacea kecil ukurannya 250 mikron terbesar 10
cm. Bentuk apendix badan yang lebar dan pipih berfungsi
sebagai insang, menyaring makanan dan alat renang olehnya
dinamakan branchiopoda. Tidak mempunyai cephalothorax
-
23
artinya tidak ada ruas badan yang tubuh menyatu dengan
kepala.
Secara morfologis ruas badan sama. Ruas-ruas di
anterior gonopone adalah thorax dan yang diposteriornya
adalah abdomen.
Hampir semua branchiopoda di perairan tawar, ada
juga di air laut seperti cladocera. (Brusca, 1990 ; Ruppert,
1994).
Ordo Anostraca
Mempunyai mata bertangkai, tidak mempunyai
kerapas, antena kedua pada jantan besar dan berfungsi untuk
memegang betina pada waktu kopulasi.
Ordo Notistraca
Mempunyai kerapas lebar yang menutup hampir
seluruh tubuh, sehingga dari dorsal seperti berada katak
sedangkan dari ventral seperti udang, sehingga dinamakan
tadpole shrimps. Jumlah ruas badan dan jumlah kaki dalam
satu spesies tidak tetap, antena kedua kecil sekali atau tidak
ada; pada satu atau 2 pasang kaki pertama terdapat beberapa
helai rami seperti benang sebagai alat peraba, kaki kesebelas
pada betina mengalami modifikasi menjadi semacam
kantung untuk mengerami telur.
Ordo Conchostraca
Mempunyai tubuh yang pipih secara lateral dan
tertutup 2 keping cangkang yang terbuka di bagian ventral
mirip kerang. Terdapat sepasang mata majemuk bertangkai.
Betina mengerami telur di bagian dorsal antara tubuh dan
kerapas. (Pechnik, 1991 ; Suwignyo, 1991)
Ordo Cladocera
-
24
Dinamakan juga water flea, artinya kaki yang
berfungsi seperti insang. Bentuk tubuh cladocera bervariasi
selain dari bentuk cangkang atau kerapas yang berbeda juga
oleh perbedaan bentuk antenatal, fornix ada tidaknya
rostrum. Antena kedua berfungsi sebagai alat renang dan
cara renangnya tersendat-sendat. Beberapa spesies tidak
berenang tetapi merayap untuk beradaptasi hidup di
hamparan lumut dan sampah daun (seraseh).
Kaki cladocera lebar dan pipih dan dilengkapi
banyak rambut dan setae. Mulutnya terletak pada batas
antena kepala dan badan. Makanannya antara lain protozoa,
ganggang, dentritus organik dan bakteri.
3. Kelas Mystacocarida
Merupakan penghuni daerah interstisial laut, yaitu
diantara butir-butir pasir daerah pasang surut. Bentuk tubuh
mirip copepoda, panjang dan silindris, tidak berpigmen,
ukuran kurang dari 1 mm. Apendix kepala besar dan
berfungsi sebagai alat gerak.
4. Kelas Branchiura
Semna hidup sebagai ektoparasit pada ikan laut
maupun air tawar. Bentuk tubuh bundar sampai lonjong,
pipih dirsoventral, ukurannya kurang dari 3 cm. Mandibel
Bentuk-Bentuk Cladocera
-
25
mengalami modifikasi menjadi alat penusuk untuk
menghisap darah mangsa. Bentuk kerapas bundar dan pipih
melebar ke arah lateral dan posterior menutup cephalothorax.
Maxila menjadi alat penghisap, apendix thorax sebagai alat
renang. Apendix abdomen tidak ada (Hegner, 1968).
5. Kelas Copepoda
Hidupnya di laut sebagian di air tawar baik sebagai
plankton maupun fauna interstisial, ada juga hidup dalam
hamparan lumut dan humus. Ada hidup bebas dan sekitar
25% sebagai ektoparasit contohnya Panella. Ukuran
bervariasi mulai yang kecil 2 mm sampai yang panjang 32
cm. copepoda transparan ada yang berwarna ada yang tidak,
warnanya merah, ungu dan biru cemerlang atau hitam.
Bentuknya silindris, pendek, kepala agak membulat
mempunyai 7 ruas thorax, 3-5 ruas abdomen.
Copepoda mempunyai sebuah mata nataplius median
(di tengah) yang terdiri atas 3 buah ocelli yaitu 2 lateral dan
sebuah median. (Hegner, 1968 ; Barnes, 1993)
Pada kepala terdapat sepasang antena pertama yang
uniramus panjang dan tampak jelas, sepasang antena kedua,
mandibel, maxila pertama dan maxila kedua. Pada ruas
thorax yang menyatu dengan kepala terdapat sepasang
maksiliped dan masing-masing dari empat atau lima ruas
thorax berikutnya terdapat sepasang kaki renang yang
biramus, pada ruas thorax yang terakhir terdapat sepasang
kaki renang yang mengecil.
Copepoda yang ektoparasit terdapat pada permukaan
tubuh, sirip dan insang inang memakan cairan tubuh atau
jaringan inang. Hanya yang berina hidup sebagai
ektroparasit, sedangkan stadia muda dan yang jantan hidup
bebas, Copepoda plankton umumnya bersifat filter feeder.
-
26
6. Kelas Ostracoda
Ukurannya ukiran kecil (1 mm 2 mm) bentuk tubuh
lonjong dan bulat. Seluruh tubuh ditutupi kerapas yang
berbentuk keping cangkang dan mengandung zat kapur dan
keras.
Bentuk tubuh tampak jelas. Terdapat 6 atau 7 pasang
apendix yang beruas-ruas yaitu antena pertama, antena
kedua, mendibel, maxila pertama, maxila kedua, apendix
thorax makanannya crustacea kecil, siput, annelida, pemakan
bangkai, filter feeder. (Suwignyo, 1992)
7. Kelas Cirripedia
Semuanya hidup di laut, bersifat sessile atau parasit
jenis yang hidup bebas menempel pada batu, cangkang atau
benda-benda terapung, termasuk lunas kapal yang terendam
air atau dermaga, ada yang hidup komersial dengan ikan
paus, penyu dan ikan.
Bagian tubuh yang utama adalah kepala dan bagian
anterior badan (thorax). Antena pertama hanya bekas berupa
kelenjar perekat. Pasangan maxila kedua tumbuh menyatu.
Ada 6 pasang apendix thorax. Ekspodit dan endopodit, tiap
Morfologi Copepoda
-
27
apendix sangat panjang, beruas-ruas dan dilengkapi setae
disebut cirri yang berfungsi untuk menangkap makanan.
Untuk bernacle sessile bentuknya seperti buah kelapa
yang cangkangnya tersusun seperti ganteng, untuk bernacle
yang bertangkai ukurannya 7 cm, warna tertutup ada yang
merah, jingga, putih, kesumba, ungu bergaris-garis, termasuk
filter feeder dan memakan mikro plankton.
Ordo Euphasiacea
Bentuknya seperti udang kecil, ukurannya 3 cm.
hidupnya di laut dan bersifat pelagis, umumnya huminiseace.
Bentuk apendix thorax semuanya sama dan biramus
pleopad tumbuh sempurna dan dilengkapi setae panjang
sebagai alat renang, kebanyakan cuphasiaciae bersifat filter
feeder. Ada juga yang predator dan memangsa hewan
pelagis kecil yang lain dengan menggunakan apendix thorax
ke 3 yang termodifikasi menjadi panjang dan berlapis.
Reproduksi sexual, diacecius.
Ordo Decapoda
Meliputi jenis udang, kepiting dan kelomang,
kebanyakan hidup di laut, ada juga di air tawar dan sedikit di
darat. Terdapat 3 pasang apendix pertama menjadi
maxilliped dan 5 pasang apendix thorax sebagai kaki jalan
atau percipod disebut decapoda berarti 10 kaki. Pasangan
kaki jalan pertama besar dan berlanjut disebut cheliped,
kepala tumbuh menyatu dengan semua ruas thorax dibagian
dorsal, tepi lateral kerapas menutup seluruh insang yang
terletak dalam rongga insang.
Berdasarkan bentuk, cara hidup dan habitatnya ordo
decapoda dibagi menjadi
-
28
Sub Ordo Natantia
Meliputi udang baik laut maupun tawar. Natantia
berarti berenang. Tubuh natantia panjang, langsung agak
pipih. Secara lateral abdomen berkembang sempurna,
rostrum nampak jelas, pereiopad panjang dan langsung.
Hidup di dasar perairan sebagai pelagis atau batang
pelagis, membuat lubang di pasir yang lembut. Berbagai
udang kecil hidup diantara ganggang laut di bawah cangkang
atau batu atau celah coral.
Sub Ordo Reptantia
Mencakup udang karang (lobster), kepiting dan
kelomang. Reptantia berarti merayap. Tubuh pipih
dorsoventral lebih pendek daripada natantia; pasangan
pleopod pertama sampai ke 5 mengecil; perciopod kuat,
pasangan pertama biasanya besar dan bercapit. Abdomen
tumbuh baik.
Kalau udang karang, abdomen sempurna, felson dan
urpod lebar seperti kipas pada kepiting abdomen mengecil
dan melipat ke bagian ventral tubuh. Abdomen pada jenis
kelomang seperti pada kepiting, tetapi termodifikasi untuk
dapat tinggal dalam cangkang siput yang melingkar.
Abdomen berkembang asimetri dengan kutikula tipis,
tidak beruas-ruas dan pleopod pada bagian yang pendek
menghilang. Pada kelomang betina, pleopod pada bagian
abdomennya yang panjang tetap ada, berfungsi untuk
mengerami telur.
Kebanyakan decapoda adalah karnivora, omnivora
atau pemakan sampah, herbivora pemakan bangkai.
F. Peranan Hewan Filum Crustacea
-
29
Bagi sumber daya manusia sebagian jenis crustacea
merupakan sumber makanan yang bergizi seperti udang,
kepiting, reborn, kemudian dapat dijadikan hiasan dinding
seperti pada udang lobster, sebagai campuran bahan industri
seperti terasi.
Manfaatnya bagi sumber daya perairan adalah
merupakan sumber makanan bagi hewan lain di perairan seperti
cladofera, copepoda. Tetapi hewan ini juga ada mengganggu
seperti tritrip, dapat mengotori lunas kapal pelampung dan tiang
di laut. Sehingga mengurangi kecepatan kapal sampai 30%.
DAFTAR PUSTAKA
Brusca. R.C. and G.J. Brusca., 1990. Invertebrates Sinauer Associates. Inc Publisher, Sunderland. Massachm Setts. Hal 595-666
Hegner. W.R. 1968. Invertebrates Zoology. Second Edition. Mac Millan Publishing. C.o.Mc. hal 396-443.
Pechnik. J.A., 1991. Biology of The Invertebrates. Second Editions. Win.C. Brown Publishers, Dubuque. Hal 369-411.
Ruppert. E.E and R.D Barnes., 1994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition. Saunders College Publishing. Forth Worth. Hal 687-799.
Suwignyo, S.B. WIdogdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti, 1998. A Vertebrata Air. Jilid 2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 239-287.
-
30
MODUL IV
JUDUL : FILUM MOLUSKA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Moluska adalah salah satu hewan avertebrata air yang
mempunyai arti penting bagi sumber daya manusia dan sumber
daya perairan. Moluska adalah binatang yang lunak, hidup sejak
periode Cambrian terdapat lebih dari 100.000 spesies dan yang
dalam bentuk fosil 35.000 spesies. Anggota dari filum moluska
mempunyai bentuk tubuh yang sangat beraneka ragam dari
bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki
maupun cangkang, sampai bentuk bulat tanpa kepala dan
tertutup dua keping cangkang besar.
Kecakapan hewan ini dijumpai di laut dangkal, beberapa
pada kedalaman 7000 m, beberapa di air payau, air tawar dan
darat.
Jenis moluska yang umum dikenal adalah siput, kerang
dan cumi-cumi. (Barnes, 1993).
B. Ruang Lingkup Isi 1. Pengertian filum moluska
2. Morfologi tubuh filum moluska
3. Sistem reproduksi filum moluska
4. Kebiasaan makan dan cara makan filum moluska
5. Klasifikasi filum moluska
6. Peranan hewan filum moluska
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke IV dari modul avertebarata air.
-
31
D. Sasaran Pembelajaran Modul 1. Menjelaskan pengertian filum moluska
2. Menjelaskan morfologi tubuh filum moluska
3. Menjelaskan sistem reproduksi filum moluska
4. Menjelaskan kebiasaan makan dan cara makan filum
moluska
5. Menjelaskan klasifikasi filum moluska
6. Menjelaskan peranan hewan filum moluska
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Filum Moluska Moluska berasal dari bahasa Romawi yaitu molis yang
artinya lunak. Jadi moluska artinya binatang yang bertumbuh
lunak.
B. Morfologi Tubuh Moluska Tubuh moluska simetri bilateral, tertutup mantel yang
menghasilkan cangkang dan mempunyai kaki ventral. Saluran
pencernaan lengkap dan di dalam rongga mulut terdapat radula
kecuali pada pelecypoda. Radula adalah bentuk seperti lidah
atau kikir yang lentur, terletak di bagian anterior saluran
pencernaan pada semua moluska. Radula terdiri atas tulang
muda yang disebut odontophore. Di atas odontophore terdapat
pita radula yang berisi beberapa baris gigi chitin kecil-kecil
dengan ujung mengarah ke belakang. Yang mengatur penjuluran
odontophore keluar mulut dan gerakan gigi radula adalah otot
protaktor.
Mulut berhubungan dengan oesophagus, perut dan usus
yang melingkar, anus terletak pada tepi dorsal rongga mantel di
bagian posterior kebanyakan moluska mempunyai kaki yang
besar.
-
32
Kebanyakan moluska mempunyai kaki yang besar dan
datar untuk hidup sebagai hewan bentik. Kaki berotot dan bagian
telapak kaki mengandung banyak kelenjar lendir dan cilia.
Gerakan kaki dilakukan oleh otot kaki atau perpaduan cilia
dengan lendir seperti halnya pada turbelaria.
Alat indra moluska terletak dalam rongga mantel disebut
osphradium, yang berfungsi sebagai chemoreceptor dan juga
mendeteksi jumlah sedimen yang terbawa aliran air masuk,
selain alat indranya adalah mata dan statoecyst. (Brusca, 1990)
C. Sistem Reproduksi Film Moluska Pada umumnya reproduksi hewan filum moluska adalah
dieocius dengan sebuah gonad (ovari atau testes) terletak dekat
saluran pencernaan dalam massa visceral. Nephridium kamar
berfungsi untuk jalan keluar sperma atau telur. Telur dilindungi
pembungkus semacam agar, menetes menjadi trochopore yang
berenang bebas, kemudian menjadi veliger. Pada jenis
gastropode terjadi perkawinan tetapi pada polecypoda tidak. Ciri
khas veligen ialah mempunyai velum bercilia, kaki, mata dan
tentrakel. Velum berfungsi untuk berenang dan mengalirkan
makanan ke mulut, karena veliger merupakan suspension feeder.
Pada stadium veliger ini terjadi forsi yang berlangsung cepat
selama 3 menit.
Untuk jenis polecypoda bersifat hermaprodit
menghasilkan telur dan sperma pada bagian yang berbeda dalam
gonad yang sama dan mempunyai gonadeec yang sama.
Pembuahan umumnya eksternal, gamet dikeluarkan melalui
sifon ekshalant.
Untuk jenis cephalopoda umumnya dioecius, gonad
terletak di ujung posterior dan selalu terjadi perkawinan. Sperma
yang dihasilkan oleh testes dialirkan ke seminal veciele
-
33
dikumpulkan dan dibungkus dalam semacam kapsul yang
disebut spermatophora, kemudian semua spermatophora
disimpan dalam kantung penyimpanan yaitu kantung needham
yang mempunyai buahan di rongga mantel sebelah kiri. Telur
dibungkus dengan albumin, kemudian dilapisi zat semacam yang
mengeras apabila terkena air laut. Ovidue bermuara di rongga
mantel salah satu tangan coleoid jantan bermodifikasi untuk
memindahkan spermatophora dari kantung Needham ke dinding
rongga mantel betina dekat oviduct. Tangan tersebut disebut
hectocotylus. Pada cephalopoda tidak ada stadium larva, telur
menetas menjadi anak dengan bentuk seperti yang dewasa dan
tangan dapat berenang dan makan. (Pechnik, 1991)
D. Kebiasaan Makan dan cara Makan Filum Moluska Kebiasaan makan dari filum moluska ini berbeda-beda
sesuai dengan spesies masing-masing, untuk kelas
monoplacophora deposit feeder. Sedang untuk jenis gastropoda
adalah herbivora, karnivora, ciliary feeder, deposit feeder parasit
maupun scavenger. Alat yang utama adalah radula, kalau yang
herbivora memakan ganggang laut, ada yang mengerak
ganggang kecil-kecil ada yang memotong rumput laut, siput
memakan tumbuhan air lunak yang membusuk. Gastropoda
karnivora termasuk prosobranchia dan episthobranchia,
radulanya untuk memotong, memegang, merobek dan membawa
mangsa. Ada juga yang menggunakan probosis (belalai) pada
waktu makan, probosis dijulurkan dan bila selesai makan ditarik
ke dalam kantung probosis. Siput yang jenis karnivor yang besar
biasa memakan kerang sampai masuk ke dalam liang dalam
memburuk mangsanya. Adapun yang deposit feeder mempunyai
probosis yang besar untuk menyapu dan menyedot endapan air
dasar perairan yang suspention feeder, mempunyai filament
-
34
insang yang sangat panjang sebagai penangkap plankton yang
terbawa aliran air masuk.
Ada juga makanan terperangkap pada dinding rongga
mantel, kemudian dengan cilia dialirkan ke mulut. Adapula siput
yang hidup sebagai parasit. Contohnya brachystomia hidup
sebagai ektoparasit dan mempunyai rahang, stylet dan pharink
untuk memompa serta menghisap darah kerang dan cacing
polychaeta,. Jenis endoparasit seperti styliper hidup dalam
dinding tubuh binatang laut, masih bercangkang, kaki mengecil,
mempunyai probosit yang besar untuk memakan inangnya.
Untuk kelas bivalvia kebiasaan makannya adalah coliary
feeder karena sebagai deposit feeder maupun filter feeder, cilia
memegang peran penting dalam mengalirkan makanan ke mulut.
Tidak punya radula karena semua makanan yang masuk ke
mulut sudah disortir oleh polip. Makanan yang terbungkus lendir
dari mulut masuk lambung melalui oesophagus. (Rupport, 1994)
E. Klasifikasi Filum Moluska 1. Kelas Chaetodermomrpha
Bentuknya silindris dan tidak mempunyai cangkang
panjang tubuh 2 mm sampai 14 mm, tidak mempunyai kaki
dan mantel menutup seluruh tubuh. Sebagai pengganti
cangkang seluruh tubuh tertutup sisik yang mengarah ke
posterior. Sisik tertanam pada kultikula yang mengandung
khitim yang dihasilkan epidermis mantel. Hidup sebagai
benthos laut di dalam liang dengan kepala berada dibagian
bawah untuk memakan sedimen dan bagian ujung posterior
mencuat di atas lubang. Pada rongga mantel di ujung
posterior terdapat insang bipectinate.
-
35
2. Kelas Neomeniomopha Bentuk tubuh seperti cacing, memanjang menurut
sumbu anterior posterior, tidak mempunyai cangkang, kepala
tidak jelas, tidak mempunyai ekskresi maupun gonoduct,
tidak mempunyai radula. Tubuh agak pipih secara lateral dan
mempunyai lekukan ventral dengan sebuah guratan kecil
diduga sebagai kaki yang mengecil. Mantel menutupi tubuh
kecuali yang berlekuk. Pada mantel terdapat selapis atau
beberapa lapis sisik kapur, atau spikula di bawah lapisan
kultikula.
3. Kelas Monoplacophora Bentuk tubuhnya seperti siput kecil ukurannya 3 mm
sampai 3 cm. tubuh bagian dorsal tertutup sebuah cangkang.
Bagian ventral terdapat sebuah kaki dikelilingi rongga
mantel yang luas. Dalam mantel terdapat insang dan ginjal,
kepala tampak jelas, saluran pencernaan lengkap, mulut
dilengkapi radula, anus dibagian posterior, deposit feeder,
reproduksi sexual dicecius pembuahan di luar.
Bentuk-Bentuk Neomeniomorpha
-
36
4. Kelas Polyplacophora Bentuk tubuh lonjong dan pipih dorsoventral,
panjang tubuh antara 3 mm sampai 40 cm dan berwarna
gelap. Pada bagian dorsal terdapat 8 keping cangkang pipih
yang tersusun seperti genting dan dikelilingi mmantel tebal
(girale). Kepala tersembunyi dibawah anterior girale, tidak
mempunyai mata maupun tentrakel, mempunyai radula yang
besar dengan deretan gigi banyak sekali, kaki lebar dan datar
serta ssunan cangkang seperti genting. Diantara kaki dan tepi
mantel pada kedua sisi tubuh chiton terdapat rongga mantel.
Di dalam rongga mantel terdapat insang 6 sampai 88 pasang.
Pada umumnya chiton bersifat dioecius, pembuahan
di luar atau di dalam tubuh. Sperma meninggalkan individu
jantan bersama aliran air keluar. Pembuahan terjadi di dalam
telur disimpan dalam rongga mantel, dimana terjadi
pembuahan dengan sperma yang masuk bersama aliran
masuk. Telur menetas menjadi larva trocophore yang
berenang bebas.
-
37
5. Kelas Gastropoda Berasal dari kata gastro artinya perut, poda artinya
kaki, jadi gastropoda adalah hewan yang kakinya di perut.
Terdapat di di darat, perairan tawr, daerah eustuari dan di
laut, mempunyai cangkang yang mengalami peristiwa torsi.
Torsi adalah peristiwa memutarnya cangkang beserta mantel,
rongga mantel dan massa visceral sampai 180o berlawanan
arah terhadap kaki dan kepala.
Bentuk cangkang umumnya seperti kerucut dari
tabung yang melingkar. Puncak kerucut yang merupakan
bagian yang tertua disebut apex. Sumbu kerucut disebut
columena. Badan yang terbesar disebut body wood dan
bagian-bagian kecil disebut spire.
Aperture adalah bukan cangkang, tempat
tersembunyi kepala dan kaki. Bila aperture dihadapkan pada
lidah dengan apex ke atas dinamakan dekstral apabila
disebelah kanan dan disebut simitral apabila letaknya
disebelah kiri.
Cangkang gastropoda terdiri atas 4 lapisan, paling
luar adalah periostrakum yang merupakan lapisan tipis
terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk disebut
concholin atau conchin. Pada lapisan ini terdapat endapan
pigmen beraneka warna kuning, hijau cemerlang dengan
bercak-bercak merah atau garis-garis cerah. Fungsi
periostrakum untuk melindungi lapisan di bawahnya yang
terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi.
-
38
6. Kelas Pelecypoda (Bivalvia) Tubuh pelecypoda pipih secara lateral dan seluruh
tubuh tertutup 2 keping cangkang yang berhubungan di
bagian dorsal dengan adanya hinge ligament yaitu semacam
pita plastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk
(concholin) sama dengan periostrakum dan bersambungan
dengan poriostrakan cangkang. Kedua keping cangkang pada
bagian dalamnya juga ditautkan oleh sebuah otot aductor
anterior dan posterior yang bekerja secara antagonis dengan
hinge ligament. Bila otot aductors rileks, ligament berkerut,
maka kedua keping cangkang akan terbuka demikian pula
sebaliknya.
Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang
tipis dan lebar menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah
cangkang. Pada tepi mantel terdapat tiga lapisan dalam,
tengah dan luar. Lipatan dalam adalah yang paling tebal dan
berisi otot radial dan otot melingkar. Lapisan tengah
mengandung alat indera. Lapisan luar sebagai penghasil
cangkang. Permukaan dalam dari lapisan luar menghasilkan
periastrkum dan permukaan luarnya menghasilkan lapisan
kapur, antara epitel mantel dan permukaan cangkang bagian
dalam terdapat rongga yang berisi cairan ekstraparial yang
mengendap menjadi butiran-butiran kapur serta kerangka
organiknya.
Benda asing seperti butir pasir atau parasit yang
masuk ke dalam tubuh kerang terperangkap dalam rongga
diantara mantel dan cangkang. Benda asing dalam rongga
tersebut berada dalam cairan ekstrapalial, sehingga terjadilah
pengendapan (penempelan) lapisan-lapisan mutiara sekitar
benda tersebut yang makin lama makin tebal. Mutiara yang
ekonomis hanya dihasilkan oleh jenis yang mempunyai
-
39
cangkang dengan permukaan dalamnya terdiri dari lapisan
mutiara.
Kebanyakan kerang ini hidup di laut terutama di
daerah litoral, beberapa di daerah pasang surut dari air tawar,
ada yang hidup pada kedalaman sampai 5000 m, terdapat di
dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, ada juga hidup
pada substrat yang lebih keras lempeng, kayu atau batu.
Beberapa cara hidup yang tidak meliang adalah
menempel erat pada benda padat sebagai epifauna, hidup
bebas di atas permukaan dasar perairan, pengebor benda
padat, komensal dan parasit. Dia menempel dengan bysus
yaitu berupa benang dari zat tanduk yang kuat, dihasilkan
oleh kelenjar dalam kaki kerang, dapat berpindah tempat
dengan menarik bysus dari tempatnya menempel dengan
menggunakan otot retractor bysus.
Kerang pengebor mampu menggali lubang dan
membuat terowongan panjang berliku-liku ke dalam benda
padat seperti kayu, tanah liat cangkang dan koral seperti
rayap, merusak kayu, kerang mengebor dengan
menggunakan ujung anterior cangkang yang biasanya
bergerigi. Hanya sedikit yang hidup sebagai komensal atau
parasit contohnya devonia hidup di lubang timun laut.
-
40
7. Kelas Scaphoda Disebut tusk-sheels atau siput taring, karena bentuk
cangkangnya mirip taring dimana kedua ujungnya terbuka.
Hidupnya membenamkan diri pada substrat pasir atau
lumpur yang bersih di laut dangkal, warna cangkang putih
atau kekuningan, tetapi di Asia Tenggara berwarna hijau
cemerlang, panjang cangkang 3-6 cm, ada yang sampai 30
cm. kaki dan kepala kecil atau berbentuk proboscis
tersembunyi pada aperture anterior. Pada kepala terdapat
mulut dan captacula, tetapi tidak ada mata dan tentakel.
Captacula berbentuk filament yang kontraktif dan pada
ujungnya terdapat pentolan yang adhesive sebagai deposit
feeder, captacula berfungsi untuk menangkap makanan.
Partikel makanan yang kecil-kecil dialirkan oleh cilia
sepanjang filament ke mulut sedangkan partikel besar
ditangkap dengan pentolannya langsung dimasukkan ke
dalam mulut. Makanannya foraminifera.
Rongga mantel luas, terletak sepanjang tepi ventral
aperture posterior berfungsi sebagai aliran air masuk dan
keluar.
-
41
8. Kelas Cephalopoda Tubuh cephalopoda memanjang menurut sumbu
dorso ventral. Cephalopoda tidak mempunyai bentuk kaki
yang lebar dan datar. Bagian anterior kaki embrio
cephalopoda tumbuh menjadi tangan atau tentakel yang
mengelilingi mulut dan bagian posteriornya membentuk
corong atau siphon berotot pada bukaan rongga mantel.
Cangkang cephalopoda pada umumnya mengecil dan
terletak di dalam kecuali pada nautikus. Cangkangnya di
luar, melingkar pada satu bidang datar (planospiral) simetris
bilateral dan menutup seluruh tubuh beserta kepalanya. Dari
ujung posterior massa visceral terdapat siphuncle ialah
jaringan tubuh berbentuk seperti tali panjang, yang berfungsi
untuk menghasilkan gas ke dalam kamar-kamar kosong.
Akhirnya cangkang menjadi ringan dan memudahkan untuk
berenang, octopus tidak mempunyai cangkang hidup sebagai
bentik.
Cephalopoda adalah hewan pelagis yang berenang
dengan gaya dorong jet. Tenaga dorong berasal dari air yang
disemburkan dari rongga mantel. Ukuran tubuh dari jenis
cephalopoda adalah besar, contohnya cumi-cumi ukuran 20
m, octopus 36 m,
Spesies tertentu mempunyai chromatophore sehingga
berwarna seperti kuning, jingga, merah, biru dan hitam.
Hewan cephalopoda mempunyai kantung tinta yang besar
dengan saluran bermuara dalam rectum dekat anus, kelenjar
tinta menghasilkan cairan berwarna coklat atau hitam dengan
kandungan konsentrasi pigmen melanin yang tinggi untuk
spesies, coleoid dapat menghasilkan cahaya
(Biokiminisencs). (Suwignyo, 1998).
-
42
F. Peranan Hewan Filum Moluska Filum moluska ini sangat berarti bagi sumber daya
manusia, dimana hewn ini merupakan sumber makanan yang
bergizi. Contohnya jenis gastropoda, polecypoda dan
cephalopoda (cumi-cumi, gurita, kerang-kerangan dan siput).
Dan juga diekspor ke luar negeri dengan nilai jual yang
cukup tinggi. Dapat dijadikan sebagai bahan industri contohnya
cangkang dari jenis gastropoda dan pelecypoda dijual dengan
harga cukup mahal. Dapat dijadikan kancing baju dengan harga
yang mahal (dari jenis lola (Trochus).
Peranannya bagi sumber daya perairan adalah merupakan
sumber makanan bagi hewan yang lain. Juga dijadikan tempat
perlindungan dan tempat meletakkan telur bagi hewan yang lain
dan sebagai tempat berlindung bagi hewan air lainnya. Sebagai
obat-obatan terutama jenis bivalvia (pelecypoda).
DAFTAR PUSTAKA
Barnes.,R.S.K.P. Calaw and P.J.W. Olive. 1993. The Invertebrates a New Synthesis. Second Edition Black Well Scientific Publications Daford. Hal 122-137
Brusca, R.C. and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc Publishers, Sunderland Massachusetts. Hal 695-769
-
43
Pechnik, J.A. 1991. Biology of The Invertebrates. Second Edition. Win C. Brown Publishers Dubuque. Hal 269-341
Ruppert, E.E and R.D. Barnes., 19994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition. Saunders College Publishing. Forth Worth. Hal 361-498.
Suwigyo, S.B. Widigdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti., 1998. Avertebrata Air. Jilid I. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 105-160
-
44
MODUL V
JUDUL : FILUM ECHINODERMATA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Filum echinodermata adalah hewan yang tubuhnya
berduri terdapat 6750 spesies hidup. Termasuk di dalam filum
achinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan teripang.
B. Ruang Lingkup Isi - Pengertian filum echinodermata
- Morfologi tubuh filum echinodermata
- Sistem reproduksi filum echinodermata
- Kebiasaan makan dan cara makan filum echinodermata
- Klasifikasi filum echinodermata
- Peranan hewan filum echinodermata
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke V dari modul avertebarata air.
D. Sasaran Pembelajaran Modul 1. Menjelaskan pengertian filum echinodermata
2. Menjelaskan morfologi tubuh filum echinodermata
3. Menjelaskan sistem reproduksi filum echinodermata
4. Menjelaskan kebiasaan makan dan cara makan filum
echinodermata
5. Menjelaskan klasifikasi filum echinodermata
6. Menjelaskan peranan hewan filum echinodermata
-
45
BAB II. PEMBAHASAN A. Pengertian Filum Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani yaitu echinos
berarti landak, derma berarti kulit. Jadi echinodermata berarti
hewan yang kulitnya berduri-duri.
B. Morfologi Tubuh Echinodermata Bentuk tubuh simetri radial 5 penjuru. Pada waktu larva
bentuk tubuh simetri bilateral dan hidup sebagai plankton,
metamorfos, menjadi simetri radial tidak mempunyai kepala,
tubuh tersusun dalam sumbu oval aboral. Tubuh tertutup
epidermis tipis yang menyelubungi rangka messodermal (rangka
di dalam). Ranghka terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur
dapat digerakkan atau tidak.
Permukaan tubuh terbagi menjadi 5 bagian yang simetris
terdiri atas daerah ambukra (tempat menjulurnya kaki tabung
dan daerah interambulakra (inter radii) yang tidak ada kaki
tabungnya.
Rongga tubuh (coelem) luas dan dilapisi peritoneum
bercilia dalam perkembangannya sebagian tubuh menjadi sistem
pembuluh air terdiri avertebrata lainnya. Sistem pembuluh air
terdiri atas madreporit, saluran batu, saluran cincin, saluran
radial, saluran lateral, ampula dan kaki tabung. Sistem air ini
berfungsi untuk menggerakkan kaki tabung dengan cara
mengatur masuk dan keluarnya air laut melalui madeporit
kontraksi ampula mengatur volume air dalam kaki tabung,
berarti mengatur gerak kaki tabung.
Kaki tabung berfungsi untuk merayap, berpegang pada
substrat, memegang mangsa atau membantu pertukaran gas O2
dan CO2.
-
46
C. Sistem Reproduksi Film Echinodermata Sistem reproduksi dari filum echinodermata ini berada
sesuai dengan jenisnya. Seperti pada kelas asteroidean
melakukan reproduksi dengan cara asexsual (pembelahan) yang
disebut fissiparity artinya membelah dengan jalan fission diawali
dengan penyekatan pisin pusat menjadi 2 bagian kemudian
memisah dan masing-masing potongan melengkapi bagian
tubuhnya. Ada juga secara sexual dioecius mempunyai 5 pasang
gonad pada tiap tangannya.
Telur dan sperma dilepas ke air, pembuahan di luar, 2 hari
kemudian menjadi blastula yang berenang bebas dan masih
simetri bilateral, gastrula dan larva bipinnaria, enam atau tujuh
minggu kemudian larva turun ke substrat dan mengalami
metamorfora menjadi bentuk simetri radial seperti yang dewasa.
Untuk kelas ophiurridem juga dioecius, pembuahan di
luar, larvanya disebut ophiopluteus yang berenang bebas untuk
kelas echinoidea sama dengan ophiurridea, hanya nama larva
yang dihasilkan disebut echinopluteus.
Untuk kelas holothuridea dioecius tetapi ada yang
hermaprodit porotandri, gonad hanya sebuah berbentuk seperti
sekat pembuluh yang bercabang dan menyatu menjadi gonaduct
yang berhubungan dengan gonopore di pangkal tentakel.
Larvanya disebut auricularia untuk kelas crinoidea
dioecius. Gonad terletak pada pangkal beberapa pinnule atau
pangkal tangan, pembuahan di luar. Larvanya disebut vitelaria
yang tidak makan, berenang bebas untuk beberapa hari
selanjutnya turun dan melekat dan menjalani proses
metamorfosa menjadi bentuk larva bertangkai yang kecil disebut
larva pentacrinoid.
-
47
D. Kebiasaan Makan dan cara Makan Filum Echinodermata Kebiasaan makan dari filum echinodermata juga berbeda
berdasarkan jenisnya. Untuk kelas asteroidean termasuk
karnivora dan memangsa berbagai avertebrata lain, polip
colentrata dan ikan, bahakan ada yang makan bangkai.
Untuk kelas ophiroidea merupakan suspention feeder
beberapa sebagai filter feeder atau deposit feeder dan seavenger.
Untuk jenis echionoidea mempunyai gigi 5 buah, tajam
kuat digunakan untuk mengunyah (Lentera Aristoteles).
Makanannya adalah ganggang, hewan sessile, bangkai dan
detritus.
E. Klasifikasi Filum Echonodermata 1. Kelas Asteroidea
Biasanya disebut bintang laut, karena bentuk
tubuhnya seperti bintang (penta merous), tangannya 5 buah,
diameter antara 10-20 cm. Tangan bagian bawah disebut oral
sedangkan bagian atas disebut obural. Dari mulut sampai
ujung tangan terdapat lekukan memanjang. Pada tiap
lekukan terdapat duri-duri yang dapat digerakkan untuk
melindungi kaki tabung. Anus dan anodreporit terdapat pada
bagian aboral.
-
48
2. Kelas Ophioruidea Dinamakan bintang ulkaular, tangan-tangannya
langsung dan panjang. Rangka pada tangan terdiri dari osicle
kapuk yang bersambungan dan tersusun seperti tulang
belakang, kaki tabung tidak mempunyai alat penempel.
3. Kelas Echinodea Bentuk tubuhnya bulat atau pipih bundar, tidak
bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat
digerakkan. Semua organ dalam terletak dalam tempurung
yang terdiri atas 10 pelat ganda pada permukaan tempurung
terdapat tonjolan pendek yang membulat tempat
menempelnya duri.
4. Kelas Holothuridae Tubuh lunak dan panjang, simetris bilateral secara
sekunder karena sumbu oral-aboral memanjang dan terletak
sejajar dengan substrat.
Mulut dikelilingi 10-30 buah tentrakel retraktil,
semacam kaki tabung. Letak mulut di anterior dan anus
posterior. Pada bagian ventral terdapat 3 daerah kaki tabung
-
49
yang mengandung alat penempel, berfungsi sebagai alat
gerak.
5. Kelas Crinoidea Dinamakan leli laut karena bentuknya seperti bunga
leli, bentuk tangannya seperti bulu unggas bagian oral
menghadap ke atas. Terbukanya terdiri atas lalyx semacam
mangkok kecil yang tersusun dari pelat-pelat kapur dan 5
buah tangan, panjang dan lentur. Pada tiap tangan dan
percabangannya terdapat appendix beruas-ruas yang disebut
pennale.
F. Peranan Hewan Filum Echinodermata Peranan hewan ini cukup besar bagi sumber daya manusia,
dimana merupakan sumber makanan yang bergizi (jenis
teripang) dan nilai jual dari teripang ini cukup mahal diekspor ke
luar negeri. Demikian pula dengan jenis yang dapat dijadikan
obat antibiotik seperti jenis (asteroidean) kemudian menjadi nilai
estetika yang tinggi dari jenis lili laut.
-
50
Peranan bagi sumber daya perairan itui sendiri merupakan
makanan bagi hewan dalam perairan itu sendiri terutama jenis
ophiruidea.
BAB III. PENUTUP Filum echinodermata ini adalah hewan yang berduri yang
mempunyai peranan yang cukup besar bagi sumber daya manusia
dan sumber daya perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Brusca, R.C. and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc Publishers, Sunderland Massachusetts. Hal 695-769
Pechnik, J.A. 1991. Biology of The Invertebrates. Second Edition. Win C. Brown Publishers Dubuque. Hal 269-341
Ruppert, E.E and R.D. Barnes., 19994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition. Saunders College Publishing. Forth Worth. Hal 361-498.
Suwigyo, S.B. Widigdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti., 1998. Avertebrata Air. Jilid I. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 105-160