a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/65967/3/bab ii.pdf · berbasis masyarakat (community based...

30
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan satu judul yang sama namun dengan locus yang berbeda. Peneliti juga menemukan beberapa judul penelitian yang berbeda namun dapat penulis angkat sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian penelitian. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian penulis. Tabel 1 Penelitian Terdahulu Penelitian Kesatu Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Denita Octavia Sidabukke, 2018, Prodi Sosiologi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengembangan Objek Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) (Studi pada Objek Wisata Bukit Pangonan Di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu) Pemberdayaan masyarakat melalui penerapat CBT Pertama, solidaritas antar masyarakat dan stakeholder. Kedua, pengembangan sumberdaya manusia bersifat otodidak. Ketiga, masih terjaganya keberlanjutan lingkungan dalam pengembangan objek wisata Bukit Pangonan. Relevansi : Penelitian yang dilakukan terdapat persamaan yang terletak pada metode yang sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data purposive.

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan

    penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

    mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis

    menemukan satu judul yang sama namun dengan locus yang berbeda. Peneliti

    juga menemukan beberapa judul penelitian yang berbeda namun dapat penulis

    angkat sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian penelitian. Berikut

    ini beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian penulis.

    Tabel 1 Penelitian Terdahulu

    Penelitian Kesatu

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Denita Octavia

    Sidabukke, 2018,

    Prodi Sosiologi

    Pemberdayaan Ekonomi

    Masyarakat Melalui

    Pengembangan Objek Wisata

    Berbasis Masyarakat

    (Community Based Tourism)

    (Studi pada Objek Wisata

    Bukit Pangonan Di Desa

    Pajaresuk Kecamatan

    Pringsewu Kabupaten

    Pringsewu)

    Pemberdayaan

    masyarakat melalui

    penerapat CBT

    Pertama, solidaritas

    antar masyarakat dan

    stakeholder. Kedua,

    pengembangan

    sumberdaya manusia

    bersifat otodidak.

    Ketiga, masih terjaganya

    keberlanjutan

    lingkungan dalam

    pengembangan objek

    wisata Bukit Pangonan.

    Relevansi : Penelitian yang dilakukan terdapat persamaan yang terletak pada

    metode yang sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan

    menggunakan teknik pengumpulan data purposive.

  • 19

    Penelitian Kedua

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Sri Endah

    Nurhidayati, 2015

    Studi Evaluasi Community

    Based Tourism (CBT) sebagai

    pendukung agrowisata

    berkelanjutan

    Persepsi pemerintah

    dalam penerapan

    pariwisata berbasis

    masyarakat

    mencerminkan pola

    pikir dan wawasan

    individu stakeholder. Di

    Kota Batu

    pengembangan

    pariwisata berbasis

    masyarakat diidentikkan

    dengan pengembangan

    desa wisata di seluruh

    wilayah Kota Batu .

    Kota Batu melakukan

    pengawasan terhadap

    pengembangan produk

    wisata yang didukung

    dengan Dinas Pariwisata

    dan Ekonomi Kreatif

    Kota Batu.

    Relevansi : Penelitian yang dilakukan oleh Sri Endah Nurhidayati

    menggunakan pendekatan kualitatif analisis kritis sedangkan penulis

    menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif

    Penelitian Ketiga

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Imron Hanas &

    Nurhadi Sasmita,

    2013

    Mengembangkan Pariwisata

    Membangun Kota : Kota Batu,

    2001-2012

    Keterlibatan masyarakat

    dan swasta sangat

    membantu

    pengembangan

    kepariwisataan Kota

    Batu sehingga

    berdampak positif dalam

  • 20

    pembangunan Kota Batu

    baik secara sosial,

    ekonomi maupun

    struktur kota.

    Relevansi : Perbedaan terletak pada metode penelitian dimana Imron Hanas &

    Nurhadi Sasmita mengunakan metode sejarah.

    Penelitian Keempat

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Made Heny,

    Chafid Fandeli, &

    M. Baiquni, 2013

    Pengembangan Desa Wisata

    Berbasis Partisipasi

    Masyarakat Lokal Di Desa

    Jatiluwih Tabanan, Bali

    Pengembangan Desa

    Wisat Jatiluwih belum

    melibatkan masyarakat

    lokal. Peranan

    pemerintah terlihat

    dominan, padahal bila

    mengacu pada

    pendekatan tata kelola

    pemerintah yang bersih

    dan berkelanjutan peran

    pemerintah diharapkan

    menjadi fasilitator

    dengan memberikan

    peran dan manfaat yang

    lebih besar kepada

    masyarakat lokal.

    Diperlukan kemauan

    politik pemerintah untuk

    mengurangi perannya

    dalam pengembangan

    desa wisata dengan

    membuka ruang bai

    masyarakat untuk

    berpartisipasi

    Relevansi : Pada penelitian Made Heny dkk, membahas mengenai partisipasi

    masyarakat dalam pengembangan wisata dimana peneliti disini juga memiliki

    fokus yang sama. Namun untuk pembahasan terdapat perbedaan nantinya

    dengan peneliti disini yaitu peneliti menggunakan tingkat partisipasi.

    Penelitian Kelima

  • 21

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Andi Maya

    Purnamasari,

    2011

    Pengembagan Masyarakat

    Untuk Pariwisata di Kampung

    Wisata Toddabojo Provinsi

    Sulawesi Selatan

    Peningkatan kualitas

    masyarakat harus

    menjadi perhatian

    utama, agar masyarakat

    mampu menciptakan

    produk- produk

    kepariwisataan yang

    mempunyai keunggulan

    kompetitif dan

    komparatif di pasar

    internasional sehingga

    mampu meningkatkan

    dan mewadahi potensi

    masyarakat dan potensi

    pariwisata di Kampung

    Toddobojo untuk

    peningkatan

    kesejahteraan

    masyarakat yang selama

    ini mengandalkan

    pendapatan dari sektor

    pertanian

    Relevansi : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari penelitian Andi Maya

    dengan peneliti disini, hanya saja terletak dari metode penelitian. Konsep

    yang digunakan sama yaitu pengembangan masyarakat dan pengembangan

    pariwisata, pemangku kepentingan dalam pariwisata berbasis masyarakat.

    Penelitian Keenam

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Rina Munawaroh,

    2017

    Partisipasi Masyarakat Dalam

    Pengembangan Pariwisata

    Berbasis Masyarakat Di

    Taman Nasional Gunung

    Merbabu Suwanting

    Magelang.

    Partisipasi masyarakat

    menjadi kunci

    keberhasilan

    pengembangan

    pariwisata berbasis

    masyarakat di Taman

    Nasional Gunung

    Merbabu Dusun

    Suwanting. Faktor

    pendorong partisipasi

    masyarakat adalah

  • 22

    diberikannya

    kesempatan, tuntutan

    lingkungan untuk

    kemajuan daerah.

    Relevansi : Pembahasan dalam penelitian Rina Munawaroh membahas

    mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata dimana peneliti

    disini juga memiliki fokus yang sama. Namun untuk pembahasan terdapat

    perbedaan nantinya dengan peneliti disini yaitu peneliti menggunakan tingkat

    partisipasi.

    Penelitian Ketujuh

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Nurlisa Ginting,

    Selly Veronica,

    2016

    Pariwisata Berbasis

    Masyarakat Pasar Buah

    Berastagi

    Mengembangkan Pasar

    Buah Berastagi

    dibutuhkan identifikasi

    peran masyarakat lokal

    dalam pengembangan

    pariwisata di Pasar Buah

    Berastagi serta potensi

    pengembangannya

    dengan konsep pariwisata

    yang berbasis

    masyarakat.

    Relevansi : Konsep yang dibahas oleh Nurlisa Gintng dkk sama dengan

    peneliti disini yaitu partisipasi masyarakat, pengembangan pariwisata berbasis

    masyarakat dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat sekitar. Hanya

    saja perbedaan terletak dari metode yang digunakan oleh Nurlisa Ginting dkk

    yaitu campuran sedangkan disini peneliti menggunakan kualitatif.

    Penelitian Kedelapan

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Gina Lestari,

    Armaidy Armawi

    dan Muhammad,

    2015.

    Partsipasi Pemuda Dalam

    Mengembangkan Pariwisata

    Berbasis Masyarakat Untuk

    Meningkatkan Ketahanan

    Sosial Budaya Wilayah (Studi

    di Desa Wisata Pentingsari

    Pemuda merupakan

    bagian dari aktor

    pengelola CBT di Desa

    Wisata Petingsari (Dewi

    Peri). Partisipasi pemuda

    berad pada tingkat

  • 23

    Umbuharjo, Cangkringan,

    Sleman, D.I Yogyakarta)

    partisipasi citizen power

    dengan bobot rata- rata

    sebesar 70 persen.

    Model pengembangan

    CBT di Dewi Peri

    memungkinkan seluruh

    masyarakat terlibat

    secara aktif sebagai

    aktor utama. Partisipasi

    pemuda dalam

    pengembnagan CBT di

    Dewi Peri berkontribusi

    terhadap kerukunan,

    nilai sosial dan budaya

    lokal. Ketahanan sosial

    budaya wilayah

    terbentuk melalui

    pelestarian sosial budaya

    secara dinamis dengan

    melindungi,

    mengembangkan dan

    memanfaatkan sosial-

    budaya lokal melalui

    aktivitas pariwisata.

    Relevansi : Perbedaan penelitian Gina Lestari dkk terletak pada jika Gina

    Lestari dkk berfokus pada pemuda sebagai agen perubahan dalah

    pengembangan wisata berbasis masyarakat sedangkan penulis disini

    masyarakat secara umum tidak dibagi secara interval usia.

    Penelitian Kesembilan

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Ade Jafar, 2017.

    Pengembangan Desa Wisata

    Berbasis Partisipasi

    Masyarakat Lokal Di Desa

    Wisata Linggarjati Kuningan

    Jawa Barat

    Pengembangan desa

    Linggarjati Kabupaten

    Kuningan, Jawa Barat

    menjadi desa wisata

    belum melibatkan

    partisipasi masyarakat.

    Tantangan dalam

    proses pengembangan

    desa wisata di

    Linggarjati adalah

  • 24

    dominasi pemerintah

    dalam keseluruhan

    proses. Sehingga

    mayarakat tidak

    memiliki kesempatan

    dan kemauan untuk

    berpartisipasi penuh.

    Padahal jika mengacu

    pada pendekatan tata

    kelola pemerintah yang

    bersih dn berkelanjutan

    peran pemerintah

    diharapkan menjadi

    fasilitator dengan

    memberikan peran da

    manfaat yang lebih besar

    kepada masyarakat

    lokal.

    Relevansi : Penelitian Ade Jafar membahas mengenai partisipasi masyarakat

    dalam pengembangan wisata dimana peneliti disini juga memiliki fokus yang

    sama. Namun untuk pembahasan terdapat perbedaan nantinya dengan peneliti

    disini yaitu peneliti menggunakan tingkat partisipasi

    Penelitian Kesepuluh

    Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

    Novi Irawati &

    Adhita Agung

    Prakoso,

    Terapan Brand “Jogja

    Istimewa” Terhadap

    Pengembangan Pariwisata

    Berbasis Community Based

    Tourism (CBT) Di Yogjakarta

    Penerapan Responsible

    Marketing di masa

    mendatang akan menjadi

    salah satu faktor penentu

    dalam pengembangan

    citra pariwisata dari

    Yogyakarta sebagai

    daerah tujuan wisata.

    Relevansi : Perbedaan Novi Irawati dengan penulis adalah membahas konsep

    strategi pemasaran dan pariwisata yang pro lingkungan.

  • 25

    B. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat

    1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

    Kebijakan publik merupakan hal penting sebagai cermin asas

    demokrasi di suatu negara. Hal ini menjadi sangat tepat ketika partisipasi

    masyarakat kemudian diangkat menjadi salah satu prinsip yang harus

    dijalankan oleh pemerintah dalam upaya mewujudkan good governance

    (kepemerintahan yang baik). Prinsip partisipasi dalam upaya mewujudkan

    good governance yang dilakukan melalui pembangunan infrastruktur jalan

    sangat sejalan dengan pandangan baru yang berkembang di dalam partisipasi

    masyarakat dengan cara melihat masyarakat tidak hanya sebagai penonton

    melainkan sebagai masyarakat yang memiliki jiwa membantu dan mau

    bekerja sama dalam pembanguan yang ada di dalamnya (Adisasmita, 2006: 4)

    Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan)

    merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat

    untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/ proyek yang

    dilaksanakan (Adisasmita, 2006: 34). Partisipasi masyarakat, perencanaan

    pembangunan diupayakan menjadi terarah, artinya rencana atau program

    pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

    masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan

    dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasar besar kecilnya tingkat

    kepentinganya), dengan demikian pelaksanaan (implementasi) program

  • 26

    pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien (Adisasmita,

    2013: 35).

    Masyarakat adalah pelaku aktif dalam kegiatan kepariwisataan yang

    bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sendiri dan

    kepariwisataan merupakan aktualisasi dari sistem ekonomi kerakyatan yang

    merupakan kegiatan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sebagai sumber

    ekonomi kreatif masyarakat (Muljadi, 2014:35). Partisipasi masyarakat

    setempat dilibatkan sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri,

    pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pembagian hasilnya merupakan hal

    yang mutlak sehingga harus ditegaskan dalam draf rencana.

    Partisipasi harus memberdayakan masyarakat untuk menjadi salah satu

    penentu tahapan – tahapan proyek, namun sekaligus juga membelajarkan

    mereka untuk memiliki tanggungjawab maupun komitmen dan hasil maupun

    resiko yang mungkin dicapai melalui proyek (Damanik & weber, 2006:106).

    Proses partisipasi bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat

    meningkatkan taraf hidupnya, menggunakan dan mengakses sumberdaya

    setempat setempat sebaik mungkin, baik sumberdaya alam maupun

    sumberdaya manusia. Perencanaan partisipasif adalah suatu tahapan proses

    pemberdayaan masyarakat yang dimulai dengan tahapan kajian keadaan

    secara partisipatif yang didapat dari informasi yang dikumpulkan

    (Hadiwijoyo, 2012:17).

  • 27

    Mengembangkan suatu tipologi partisipasi masyarakat dalam pariwisata

    dengan mengkasifikasikan tipe- tipe partisipasi masyarakat ke dalam tiga

    bagian utama, yang masing- masing memiliki sub- bagian. Ketiga bagian

    utama tersebut adalah partisipasi masyarakat spontan (spontaneous

    participation), partisipasi masyarakat karena adanya kekerasan (coersive

    participation), dan partisipasi masyarakat karena masyarakat terdorong untuk

    melakukannya (induced participation) dalam (Tosum, 1999: 5).

    Partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama,

    partisipasi merupakan kesediaan seseorang dalam melancarkan suatu program

    sesuai kemampuan dan kenginannya tanpa mengesampingkan yang lain agar

    program dapat berhasil. Keterlibatan seseorang akan sangat mempengaruhi

    keberhasilan program, dengan adanya partisipasi ini seseorang dapat

    mengemukakan suara baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan

    atau bahkan dalam evaluasi/ hasil program itu sendiri. Partisipasi bisa terjadi

    antara sesama anggota masyarakat atau masyarakat dengan pemerintah.

    Partisipasi merupakan suatu tanda permulaan dari adanya pemberdayaan

    masyarakat yang nantinya akan mampu mengembangkan menjadi masyarakat

    yang mandiri (Ndraha, 1987: 102).

    2. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

    Jim Lfe dan Frank Tesoriero (2008:309- 314) Program pengembangan

    masyarakat harus mendorong pengakuan dan peningkatan hak maupun

  • 28

    kewajiban untuk berpartisipasi. Kondisi yang mendorong partispasi adalah

    sebagai berikut:

    a. Orang yang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau

    aktivitas tersebut penting.

    b. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan.

    c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.

    d. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya.

    e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan masyarakat yang tidak

    bisa berpikir cepat, kurang percaya diri dan lain-lain.

    Ndraha (1987:105) Sedangkan masyarakat tergerak untuk ikut

    berpartisipasi jika:

    a. Jika partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal

    atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

    b. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang

    bersangkutan.

    c. Manfaat yang diperolah melalui partisipasi itu dapat memenuhi

    kepentingan masyarakat setempat.

    d. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan

    oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka

    tidak atau kurang atau berperan dalam

    pengambilan keputusan.

  • 29

    Dalam partisipasi selain faktor pendukung juga faktor penghambat

    partisipasi masyarakat ada beberapa kendala atau hambatan yang dapat

    menghalangi terjadinya suatu perubahan antara lain kendala yang berasal dari

    kepribadian individu salah satunya adalah ketergantungan.

    3. Manfaat Partisipasi

    Masyarakat setempat pada sebuah destinasi wisata harus terlibat dalam

    pengembangannya dan mendapat manfaat dari pengembangan tersebut.

    pariwisata berbasis masyarakat dapat memberikan manfaat yang meliputi 5

    dimensi pengembangan yang merupakan aspek utama pembangunan

    kepariwisataan sebagai berikut:

    1. Dimensi Ekonomi: dengan indikator berupa adanya dana untuk

    pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor

    pariwisata, berkembangnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor

    pariwisata.

    2. Dimensi Sosial: dengan indikator meningkatnya kualitas hidup,

    peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran gender yang adil

    antara laki-laki dan perempuan, generasi muda dan tua, serta memperkuat

    organisasi komunitas.

    3. Dimensi Budaya: dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk

    menghormati nilai budaya yang berbeda, membantu berkembangnya

    pertukaran buaya, berkembangnya nilai budaya pembangunan yang

    melekat erat dalam kebudayaan setempat.

  • 30

    4. Dimensi Lingkungan: dengan indikator terjaganya daya dukung

    lingkungan, adanya sistem pengelolaan sampah yang baik, meningkatnya

    kepedulian akan perlunya konservasi dan preservasi lingkungan.

    5. Dimensi Politik: dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk

    lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, dan adanya

    jaminan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam.

    Dalam konteks pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, partisipasi

    masyarakat penting untuk terus didorong untuk menyalurkan keuntungan

    dari kegiatan kepariwisataan yang berlangsung kepada masyarakat secara

    langsung.

    4. Tahapan Partisipasi

    Mardikanto (2001: 85- 87) membagi partisipasi dalam 5 tahap yaitu:

    1. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan

    Pada umumnya setiap program pembangunan masyarakat (termasuk

    pemanfaatan sumber daya lokal serta alokasi anggaranya) selalu ditetapkan

    sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat

    kebutuhan kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan

    dan kebutuhan masyarakat luas. Karena itu partisipasi masyarakat dalam

    pembangunan perlu dikembangkan melalui dibuat nya forum yang

    memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses

    pengambilan keputusan mengenai program pembangunan di wilayah

    setempat.

  • 31

    2. Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan

    Untuk membedakan ada tingkatan partisipasi dalam perencanaan,

    partisipasi dalam tahap pelaksanaanm partisipasi dalam tahap pemanfaatan,

    partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling tinggi

    dilihat dari ukuran keterlibatanya. Dalam tahap perencanaan masyarakat

    diminta turut membuat keputusan yang memuat rumusan tujuan maksud serta

    target. Salah satu metodologi perencanaan pembangunan yang terkini adalah

    mengakui adanya kemampuan yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat

    dalam mengendalikan ketergantungan mereka terhadap sumber-sumber yang

    dapat diraih di dalam sistem lingkunganya. Pengetahuan perencana teknis

    yang berasal dari atas pada dasarnya sangat mendalam oleh karena situasi ini

    peranan masyarakat sendirilah yang memutuskan pilihan akhir sebab mereka

    lah yang pada akhirnya menanggung kehidupan mereka oleh karena itu sistem

    perencanaan harus didesain sesuai dengan tindakan masyarakat bukan hanya

    karena keterlibatan mereka yang begitu penting dalam meraih komitmen

    tetapi karena masyarakatlah yang jauh lebih mengerti kondisi setempat yang

    tidak dapat di atur oleh perencanaan teknik atasan.

    3. Tahapan partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

    Sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang biasanya tidak mampu)

    untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya didalam pembangunan,

    dilain pihak lapisan diatasnya (yang pada umumnya lebih mampu) lebih

    banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan tidak dituntut

    sumbanganya secara teratur, karena itu partisipasi masyarakat dalam tahap

  • 32

    pelaksanaan pembangunan harus dijabarkan sebagai pemerataan sumbangan

    masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, serta beragam bentuk

    pengorbanan lainya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh

    warga yang bersangkutan.

    4. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan

    Kegiatan pemantauan dan evaluasi program kerja dan proyek

    pembangunan sangat diperlukan tidak hanya agar tujuan nya dapat dicapai

    seperti yang diharapkan sebelumnya tetapi juga untuk mengetahui tentang

    masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan

    yang bersangkutan. Dalam hal ini partisipasi masyarakat mengumpulkan

    informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat

    pembangunan sangat diperlukan.

    5. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan

    Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan merupakan unsur

    terpenting yang sering terlupakan, sebab tujuan pembangunan adalah untuk

    memperbaiki mutu hidup masyarakat luas sehingga pemerataan hasil

    pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping itu pemanfaatan hasil

    pembangunan akan memikat kemauan dan kesukarelaan pada saat

    pembangunan yang akan dilakukan dimasa mendatang.

    5. Model Partisipasi

    Menurut Hobley (dalam Awang, 1999) membagi partisipasi dalam 7

    model sebagai berikut:

  • 33

    1. Manipulatif Participation, karakteristik dari model ini adalah

    keanggotaan yang bersifat keterwakilan pada suatu komisi kerja,

    organisasi kerja atau kelompok-kelompok dan bukannya pada

    individu.

    2. Passive Participation. Partisipasi rakyat dilihat dari apa yang telah

    diputuskan atau apa yang telah terjadi, informasi datang dari

    administrator tanpa mau mendengar respon dari masyarakat tentang

    keputusan atau informasi tersebut.

    3. Participation by Consultation, partisipasi rakyat dengan berkonsultasi

    atau menjawab pertanyaan. Orang dari luar mendefinisikan masalah-

    masalah dan prose pengumpulan informasi, dan mengawasi analisis.

    Proses konsultasi tersebut tidak ada pembagian dalam pengambilan

    keputusan, dan pandangan- pandangan rakyat tidak dipertimbangkan

    oleh orang luar.

    4. Participation for Material Intensive, partisipasi rakyat melalui

    dukungan sumber daya, misalnya tenaga kerja, dukungan pangan,

    pendapatan dan insentif material lainnya. Mungin saja petani

    menyediakan lahan dan tenaga kerja, tetapi mereka tidak dilibatkan

    dalam proses percobaan- percobaan dan pembelajaran. Kelemahan

    dari model ini adalah apabila insentif habis, maka teknologi yang

    digunakan dalam program juga tidak akan berlanjut.

    5. Functional Participation, partisipasi rakyat dilihat oleh lembaga

    eksternal sebagai tujuan akhir untuk mencapai target proyek,

  • 34

    khususnya mengurangi biaya. Rakyat mungkin berpartisipasi melalui

    pembentukan kelompok untuk penentuan tujuan yang menarik, karena

    mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tetapi hal ini terjadi

    setelah keputusan utamannya telah ditetapkan oleh orang dari luar desa

    tersebut. Pendeknya, masyarakat desa dikooptasi untuk melindungi

    target dari orang luar desa.

    6. Interactive Participation, partisipasi rakyat dalam analisis

    bersamamengenai pengembangan perencanaan aksi dan pembentukan

    atau penekanan lembaga lokal. Partisipasi lokal dilihat sebagai hak dan

    tidak hanya merupakan suatu cara untuk mencapai suatu target proyek

    saja. proses melibatkan multi disiplin metodologi, ada proses belajar

    yang terstruktur. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok

    dan kelompok menentukan bagaimana ketersediaan sumber daya

    digunakan, sehingga kelompok tersebut memiliki kekuaaan untuk

    menjaga potensi yang ada.

    7. Self-Mobilisation, partisipasi rakyat melalui pengambilan inisiatif

    secara independen dari lembaga luar utuk perubahan sistem.

    Masyarakat mengembangkan hubungan dengan lembaga eksternal

    untuk advis mengenai sumber daya dan teknik yang mereka perlukan,

    tetapi juga tetap mengawasi bagaimana sumber daya tersebut

    digunakan.

  • 35

    C. Tinjauan tentang Pengembangan Pariwisata Berbasis Komunitas

    Menurut Yoeti, pengembangan adalah usaha atau cara untuk memajukan

    serta mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Pengembangan pariwisata

    pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperitungkan dengan keuntungan

    dan manfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Pengembangan

    pariwisata harus sesuai dengan perencanaan yang matang sehingga

    bermanfaat bagi masyarakat, baik juga segi ekonomi, sosial dan budaya.

    Perencanaan dan pengembangan pariwisata suatu daerah tujuan wisata

    meliputi sebagian besar dari sumber daya fisik atau komponen produk wisata.

    Aspek lingkungan, sosial dan budaya juga merupakan hal penting dalam

    pengembangan pariwisata (Primadany, 2013: 20),.

    Pariwisata di definisikan sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan

    didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

    pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Kepariwisataan adalah

    keseluruhan kegiatan yang terkait dengan parwisata dan bersifat multidimensi

    serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan

    negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama

    wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha (Iwan & Purnawan,

    2015: 1).

    Menurut Suwantoro (2002: 88-89), pengembangan adalah memajukan dan

    memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Lebih lanjut,

  • 36

    Suwantoro memaparkan memgenai prinsip- prinsip pengembangan pariwisata

    berkelanjutan, yaitu:

    1. Harus dibantu oleh proses perencanaa dan partisipasi masyarakat.

    2. Harus ada kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial

    budaya dan masyarakat.

    3. Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola

    sedemikian rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang.

    4. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak

    yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

    5. Pengembangan pariwisata tidak boleh tumbuh terlalu cepat dan

    berskala kecil atau sedang.

    6. Pada lokasi harus ada keharmonisan atara hubungan wisata, tempat

    dan masyarakat setempat.

    7. Keberhasilan pada setiap aktivitas tergantung pada keharmonisan

    antara pemerintah, masyarakat setempat dan industri pariwisata.

    8. Pendidikan yang mengarah pada sosio-cultural pada setiap tingkatan

    masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata, termasuk juga

    perilaku wisatawan harus serius diorganisasikan.

    9. Peraturan perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya

    harus dikeluarkan dan dilakukan sekaligus merevitalisasinya.

    10. Investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kebiasaan,

    norma dan nilai tempat.

  • 37

    Paradigma pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan

    beberapa pendekatan. Menurut Erawan (2003) dalam (Dewa Putu, 2013: 93).

    Pendekatan dalam pariwisata berbasis masyarakat tersebut adalah sebagai

    berikut:

    1. Pendekatan peran serta masyarakat (community based approach) yang

    bertujuan untuk memberdayakan dan memampukan masyarakat di

    semua peringkat untuk berperan serta secara aktif dalam menentukan

    pengambilan keputusan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

    (Bank Dunia, 1986). Pendekatan peran serta masyarakat diartikan

    sebagai pendorong pemerintah pada semua peringkat untuk

    memformulasikan kebijakan, strategi, rencana, dan implementasi serta

    pengendalian pembangunan melalui proses konsultasi dan dialog

    dengan pemangku kepentingan terdiri atas pemerintah, masyarakat dan

    pengusaha pariwisata.

    2. Pengembangan kepariwisataan berkelanjutan memiliki karakteristik,

    antara lain (a) mengedepankan kualitas pengalaman, (b) menekankan

    pada keadilan sosial dan peran serta masyarakat, (c) pengembangan

    disesuaikan dengan limit atas keterbatasan sumber daya, (d)

    menawarkan kegiatan yang luas mencakup elemen rekreasi,

    pendidikan, dan budaya, (e) menonjolkan karakter wilayah, (f)

    memberikan kesempatan kepada para wisatawan untuk mengambil

    pelajaran, mengenali wilayah yang dikunjunginya, (g) tidak

  • 38

    berkompetisi dengan (mematikan) sktor industri lain yang ingin

    berkelanjutan, serta (h) terpadu dengan rencana dan priortas

    kabupaten/kota, provini dan regional.

    3. Kepariwisataan berbasis masyarakat memiliki karakteristik, antara lain

    (a) berskala kecil, (b) dimiliki oleh anggota/kelompok masyarakat

    setempat sehingga memebrikan manfaat pada masyarakat setempat, (c)

    memberikan kesempatan kerja dan peluang ekonomi pada ekonomi

    masyarakat setempat. (d) lokasi tersebar atau tidak terkonsentrasi di

    suatu tempat, (e) desain dan kegiatan mencerminkan karakter wilayah

    setempat, (f) mengedepankan kelestarian warisan budaya (cultural

    hertage), (g) tidak mematikan industri atau kegiatan lainnya dan

    bersifat saling melengkapi, (h) menawarkan pengalaman yang

    berkualitas pada wisatawan, dan (i) merupakan kegiatan usaha yang

    menguntungkan.

    Menurut Marpaung dan Bahar, tujuan pengembangan pariwisata adalah

    memberikan keuntungan bagi wisatawan, maupun masyarakat setempat.

    Pariwisata hendaknya dapat memberikan kehidupan standar kepada warga

    setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tujuan wisata

    (Demartoto dkk, 2014: 12).

    D. Tinjauan tentang Kampung Wisata

    Kampung Wisata merupakan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi

    dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan

  • 39

    masyarakat dimana terdapat sekelompok wisatawan yang dapat tinggal atau

    berdekatan dengan lingkungan tradisional tersebut untuk belajar mengenai

    kehidupan masyarakatnya. Berdasarkan ketiga bentuk integrasi tersebut ,

    kampung wisata dibagi menjadi 3 elemen kampung wisata (Elena Manuela

    Istoc, 2012: 41). Yaitu elemen dasar (primary elements), elemen sekunder

    (secondary elements), dan elemen tambahan (additional elements).

    1. Elemen Kampung Wisata

    a. Primary Elements. Elemen- elemen dasar wisata budaya dibagi

    menjadi 2 yaitu: Activity Places dan Leisure Settings, Activiy Places

    diantaranya meliputi fasilitas budaya yang terdiri dari: museum.

    Gallery, ruang pertunjukan, ruang workshop, fasilitas warisan budaya

    (heritage) yang meliputi warisan budaya intangible dan tangible.

    Leisure Settings meliputi tatanan fisik berupa historical street pattern,

    bangunan yang memiliki daya tarik tertentu, monument, dan taman/

    green area. Fitur sosial budaya yang terdiri dari tingkat livabilitas dari

    kawasan terkait, bahasa, nilai- nilai lokal, hubungan antar warga.

    b. Secondary Elements, elemen- elemen sekunder dari wisata budaya

    meliputi fasilitas- fasilitas pendukung kehidupan warga dan wisatawan

    seperti: pasar, took/ kios lokal, jasa penyedia fasilitas makanan dan

    akomodasi penginapan.

    c. Additional Elements, elemen- elemen tambahan merupakan fasilitas

    pendukung yang bersifat tersier pada kawasan budaya yang terdiri dari

  • 40

    fasilitas aksestabilitas, sarana transportasi dan parkir, serta pusat

    informasi untuk turis.

    2. Kriteria Kampung Wisata

    Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and

    Development) pada tahun 2005 (Elena Manuela Istoc, 2012: 42), kriteria

    yang penting dalam merancang sebuah hubungan yang positif antara

    turisme dan budaya adalah sebagai berikut:

    a. Memiliki aktivitas budaya yang permanen dan rutin.

    b. Melibatkan penduduk lokal secara langsung . dan sebagai

    tambahannya dapat melibatkan wisatawan.

    c. Dapat menghasilkan produk dan/atau jasa yang diperlukan untuk

    keperluan wisatawan.

    3. Wave Effect Dalam Kegiatan Sosial- Ekonomi Kampung Wisata

    Pentingnya diadakan kegiatan pariwisata berbasis komunitas di

    kampung wisata bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi

    masyarakat terkait. “Wave Effect” digunakan sebagai strategi dalam

    pengembangan kampung wisata sebagai usaha membangkitkan kondisi

    ekonomi warga berbasis budaya. Salah satu usaha dalam menggunakan

    wave effect dalam pengembangan desa/kampung wisata adalah penjagaan

    warisan budaya intangible dan tangible akan diharapkan dapat

    meningkatkan nilai atraksi dari kampung wisata (Elena Manuela Istoc,

    2012: 42).

  • 41

    Warisan budaya intangible yang dimaksudkan berupa: tari- tarian,

    upacara adat istiadat, cara interaksi warga yang khas dan sebagainnya.

    Sedangkan warisan budaya tangible yang dimaksud adalah peninggalan

    berbentuk benda arsitektur, lukisan, patung, kerajinan dan lain

    sebagainnya. Pengembangan pembangunan fasilitas tidak terfokus pada

    konservasi budaya saja namun juga usaha untuk meningkatkan kondisi

    sosial-ekonomi masyarakat.

    4. Jenis Pengenalan Kampung Wisata

    Jenis Pengenalan Kampung Wisata Terdapat beberapa jenis

    pendekatan dalam proses pengenalan desa/kampung wisata pada tiap-tiap

    daerah. Hal tersebut disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan

    desa/kampung wisata dalam mengakomodasi kebutuhan wisatawan.

    Pendekatan pengenalan desa/kampung wisata dibagi menjadi 3 jenis

    pengenalan (UNDP dan WTO, 1981: 69) , yaitu:

    a. Pengenalan Dengan Interaksi Langsung Wisatawan diberikan

    kesempatan untuk tinggal/bermalam bersama masyarakat dalam

    akomodasi yang dapat diberikan oleh desa/kampung wisata terkait

    dengan pertimbangan bahwa daya dukung dan potensi

    masyarakatnya dapat menampung dan mengontrol dampak yang

    timbul dari kegiatan tersebut sehingga keberadaan wisatawan yang

    tinggal/bermalam tidak menimbulkan konflik dan perubahan

    terhadap keaslian tatanan hidup masyarakatnya.

  • 42

    b. Pengenalan Dengan Interaksi Setengah Langsung Wisatawan

    diberikan kesempatan untuk singgah dan melakukan kegiatan

    bersama warga dalam satu rangkaian acara tertentu berupa one day

    trip dan dapat kembali ke akomodasinya masing-masing setelah

    melakukan kegiatan dalam desa/kampung wisata (tidak bermalam

    di desa/kampung).

    c. Pengenalan Dengan Interaksi Tidak Langsung Desa/kampung

    wisata dapat memperoleh keuntungan hanya dengan mengenalkan

    desa/kampungnya tanpa perlu berinteraksi dengan wisatawan.

    Pengenalan dalam bentuk ini dapat melalui brosur, buku, artikel,

    dan bentuk publikasi lain yang tidak melibatkan wisatawan secara

    langsung dalam prosesnya.

    E. Kerangka Teori

    Penelitian yang berhubungan dengan Pariwisata Berbasis Komunitas,

    maka untuk menjawab pertanyaan penelitian ini peneliti menggunakan Teori

    Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parsons.

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori Fungsionalisme Struktural

    yang digagas oleh Talcott Parsons, sebagai pisau analisis dalam menyelesaikan

    penelitian ini. Talcott Parsons lahir di Colorado pada tahun 1902, ia berasal dari

    latar belakang religious dan intelektual. Parsons mendapat gelar Sarjana Muda

    dari Universitas Amherst tahun 1924. Ditahun 1960-an Parsons mendapat

    serangan dari sayap radikal sosiologi Amerika yang baru muncul, Parsons dinilai

  • 43

    memiliki pandangan politik konservatif dan teorinya dianggap konservatif dan

    tidak lebih dari skema kategorisasi yang rumit (George Ritzer dan Douglas J

    Goodman, 2011: 128-129).

    Selama hidupnya Talcott Parsons membuat sejumlah besar karya

    teoritisasi fungsionalisme structural. Fungsional struktural ini mempunyai empat

    imperative fungsional pada sistem tindakan atau dikenal dengan skema AGIL.

    Fungsi adalah “suatu gugusan aktivitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau

    beberapa kebutuhan sistem” (Rocher, 1975: 40) agar tetap bertahan maka suatu

    sistem harus memiliki empat fungsi tersebut yaitu:

    1. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi

    eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

    dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

    2. Goal Attainment (Pencapaian Tujuan): sebuah sistem harus

    mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

    3. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antar hubungan

    bagina-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola

    antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya yaitu (fungsi A,G,L).

    4. Latency (Latensi atau Pemeliharaan Pola): sebuah sistem harus

    melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual

    maupun pola-pola kultutral yang menciptakan dan menopang motivasi

    (George Ritzer dan Douglas J Goodman, 2011: 121).

  • 44

    L I

    Gambar 2 Struktur Sistem Tindaan Umum

    Sistem Budaya Sistem Sosial

    Organisme Behavioral Sistem Kepribadian

    A G

    Asumsi dasar dari Teori ini adalah salah satu paham atau perspektif di

    dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang

    terdiri dari bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan

    bagian yang lainnya. Lemudia perubahan yang terjadi pada satu bagian

    akan menyebabkan ketidak seimbangan dan pada gilirannya akan

    menciptakan perubahan pola bagian lainnya. Perkembangan

    fungsionalisme didasarkan atas model perkembangan sistem organisasi

    yang di dapat dalam biologi, teori ini menekankan bahwa semua elemen

    harus berfungsi sehingga masyarakat dapat menjalankan fungsinya dengan

    baik (Raho, 2007: 48).

    Sistem organisasi biologis dalam sistem tindakan hubungan dengan

    fungsi adaptasi yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah

    lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Sistem kepribadian melaksanakan

    fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan

    segala sumber daya untuk mencapai tujuan- tujuan. Sistem sosial

    berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen

  • 45

    dalam pembentukan masyarakat. Akhirnya, sistem kebudayaan

    berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola- pola atau struktur yang

    ada dengan menyiapkan norma- norma dan nilai yang memotivasi mereka

    dalam melakukan suatu tindakan (Raho, 2007: 48).

    Parson menganalisis masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Inti dari

    sistem sosial tersebut berusaha untuk menetralisir gangguan atau

    mempertahankan keseimbangan. Parson memperkenalkan dua konsep

    yang berkenaan dengan sistem sosial yaitu sebagai berikut (Parson, 1951:

    5-6).

    a. Konsep Fungsi, yang mana dimengerti sebagai sumbangan kepada

    keselamatan dan ketahanan sistem sosial.

    b. Konsep Pemeliharaan Keseimbangan, dimana hal ini merupakan

    ciri utama dari setiap sistem sosial.

    Maka dari itu, diketahui bahwa Parson melihat masyarakat sebagai

    suatu sistem yang saling mempengaruhui, saling membutuhkan, saling

    melengkapi yang bertujuan untuk memelihara keseimbangan.

    Meski Parsons berkomitmen untuk melihat sistem sosial sebagai

    sebuah interaksi, namun ia tak menggunakan interaksi sebagai unit

    fundamental dalam studi tentang sistem sosial, ia malah menggunakan

    status-peran sebagai unit dasar dari sistem, status mengacu pada posisi

    struktural di dalam sistem sosial, peran adalah apa yang dilakukan aktor

    pada posisinya (George Ritzer dan Douglas J Goodman, 2011: 124).

  • 46

    Penulis menggunakan Teori Fungsional Strukural untuk melihat

    bagaimana sistem sosial dapat memelihara keutuhannya dan bagaimana

    masyarakat dapar survive untuk mengalami perubahan. Penggunaan teori

    ini dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kampung wisata.

    Dengan indikator partisipasi masyarakat, dukungan pemerintah, serta

    hambatan apa saja yang dialami masyarakat sebelum hingga sesudah

    pembangunan. Indikator ini mengarah pada struktur sosial yang terlibat

    yaitu komunitas internal masyarakat, komunitas eksternal masyarakat

    serta lembaga pemerintahan.

    Teori AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latency)

    yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Sehingga dapat dikorelasikan

    dengan fenomena yang diteliti bahwa partisipasi masyarakat sangat

    penting dalam pengembangan Kampung Wisata De Berran Desa Oro- oro

    Ombo Kota Batu.

    F. Kerangka Berpikir

    Pariwisata Berbasis Komunitas merupakan konsep pengembangan

    destinasi pariwisata dimana kelompok masyarakat ikut andil dalam perencenaan,

    pengelolaan dan pemberian suara dalam pengambilan keputusan. Dalam

    pengembangan Kampung Wisata De Berran pemberdayaan dilakukan dengan

    melibatkan masyarakat secara langsung untuk ambil bagian dalam pengembangan

    destinasi wisata. Partisipasi masyarakat merupakan kunci dalam pengembangan

    Kampung Wisata De Berran.

  • 47

    Pemberdayaan masyarakat dilakukan sebagai peningkatan kesejahteraan

    perekonomian masyarakat dengan melibatkan masyarakat. Partisipasi masyarakat

    lokal sangat penting, karena masyarakat lokal sudah mengenal potensi alam

    sekitar objek wisata. Selain itu, dengan melibatkan masyarakat secara langsung

    akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Untuk lebih jelas maka

    berikut ini kerangka berpikir peneliti.

    Gambar 3 Keranga Berpikir

    Pengembangan Kampung Wisata

    Berbasis Masyarakat De Berran

    Desa Oro- Oro Ombo Kecamatan

    Batu Kota Batu

    Partisipasi Masyarakat

    Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi

    Partisipasi Material

    Partisipasi Non

    Material

    Penggambilan Keputusan

    Perencanaan Kegiatan

    Pelaksanaan Kegiatan

    Pemantauan dan evaluasi

    Pemanfaatan hasil