a. latar belakang masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_1004842_chapter1.pdf · dalam...
TRANSCRIPT
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan subsistem budaya yang memiliki peran strategis
dalam menumbuhkembangkan potensi dan bakat manusia. Chandler, 1961 dalam
Sumantri, (2003:1.4), menjelaskan bahwa pendidikan diakui sebagai suatu hal
yang vital baik bagi individu yang kapasitas intelek dan kreativitasnya menjadi
meningkat, maupun bagi bangsa dimana mereka merupakan kekuatan dari pada
sumber-sumber manusia yang terlatih. Demikian halnya dengan Suryadi, (2002:
1), mengemukakan bahwa pendidikan dipandang sebagai katalisator utama dalam
pengembangan sumber daya manusia, dengan anggapan bahwa semakin terdidik
seseorang, semakin tinggi pula kesadarannya terhadap kesehatan, partisipasi
politik dan keluarga berencana. Pendapat lainnya dikemukakan Sauri, (2010:1)
yang memberikan gambaran bahwa dengan pendidikan, karakter manusia sebagai
individu dan sebagai masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan
tuntutan ideal bagi proses pembangunan. Keseluruhan pandangan tadi
menunjukkan bahwa pendidikan memiliki nilai penting bagi kehidupan manusia
dan kehidupan suatu bangsa untuk mencapai tujuan yang diharapkannya terlebih
pada jaman modern sekarang ini yang penuh dengan tantangan.
Penguatan lebih dalam tentang pentingnya pendidikan dapat kita temukan
dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nasional, terutama pada pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan tujuannya untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Winataputra dalam Budimansyah dan Syaifullah (Ed.) (2006: 18),
secara substantif, tujuan pendidikan nasional dikelompokkan menurut
orientasinya ke dalam empat kelompok yaitu ”dimensi spritual dan moral, dimensi
intelektual, dimensi fisikal dan dimensi sosio-kultural.”
Hal ini menjadi sangat berarti bagi kehidupan kita, sebab kalau saja seluruh
rakyat Indonesia memahami dan melaksanakan pendidikan secara baik dan benar
maka akan mampu mengatasi segala persoalan kehidupan baik persoalan sosial,
ekonomi, budaya, maupun keamanan, tinggal bagaimana kita menyusun proses
pendidikan agar memiliki makna yang luar biasa bagi kehidupan manusia itu
sendiri.
Terkait dengan makna pendidikan saat ini, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam sambutan peringatan Hari Pendidikan Nasional di Universitas
Airlangga, Senin 12 Mei 2008 mengingatkan bahwa, “Ke depan bangsa ini harus
meningkatkan kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa. Untuk itu
pendidikan harus bertujuan mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
membentuk nilai dan karakter bangsa yang unggul yang dicirikan antara lain :
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ulet, tangguh, sanggup menghadapi tantangan, saling menyayangi dan
menghormati dan toleransi”. Pesan moral dari ungkapan Presiden tersebut
sesungguhnya adalah pentingnya pendidikan karakter bagi rakyat Indonesia
sebagai alternative solusi untuk memecahkan segala persoalan dan mencapai
tujuan bangsanya.
Schwartz dalam Samani dan Hariyanto (2011: 16) menjelaskan bahwa
“Pendidikan karakter membantu para siswa mencapai sukses baik di sekolah
maupun dalam kehidupan, pendidikan karakter membantu meningkatkan perilaku
pro-sosial dan menurunkan sikap dan perilaku negatif para siswa.”
Terlihat jelas bahwa pendidikan karakter memunculkan harapan dan
optimisme khususnya bagi kehidupan persekolahan, tidak saja pada wilayah
kognitif tetapi juga wilayah psikomotor. Dengan pendidikan karakter setidaknya
ada tiga yang menjanjikan yaitu sukses dalam sekolah dan luar sekolah,
meningkatkan perilaku yang baik dan menurunkan sikap perilaku negatif.
Pendapat lain disampaikan oleh Berkowitz, dalam Samani dan Hariyanto
(2011: 17) bahwa pendidikan karakter yang efektif akan meningkatkan:
1. Perbaikan iklim sekolah termasuk iklim pembelajaran
2. Para siswa dan staf menganggap sekolah sebagai tempat yang peduli,
aman dan cocok bagi anak-anak.
3. Para siswa berperilaku lebih santun dan pantas, serta pro-sosial
4. Tindakan-tindakan yang keliru dan tidak terpuji seperti penggunaan
narkoba serta kekerasan menurun secara drastis.
Memperhatikan uraian tersebut terlihat jelas bagaimana sumbangsih
pendidikan karakter bagi siswa dan lingkungan sekolahnya. Pendidikan karakter
bukan saja membantu memecahkan masalah yang dihadapi manusia, tetapi
pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai dan karakter bangsa,
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjadi media pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda
sehingga mampu memperkokoh eksistensi bangsanya serta mampu meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Sejalan dengan
harapan tersebut Sauri (2010: 1) mengatakan bahwa “Sendi-sendi yang
menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter dan mentalitas
rakyatnya, hal tersebut menjadi pondasi yang kukuh dari tata nilai bangsa
tersebut.”
Rasionalisasi secara konseptual tentang pendidikan karakter begitu menguat
sehingga program 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional adalah pendidikan
karakter. Pendidikan karakter menjadi ikon program pemerintahan saat ini karena
diprediksi mampu mengatasi permasalahan bangsa khususnya untuk generasi
yang akan datang. Oleh sebab itu semua satuan pendidikan pada setiap jenjang
sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan pendidikan karakter.
Sementara itu fakta sosial sekarang ini baik dikalangan pelajar maupun
masyarakat pada umumnya berada pada situasi yang memprihatinkan baik pada
tingkat lokal, regional maupun nasional. Perkelahian pelajar, perkelahian massal
antar masyarakat, vandalisme, kekerasan terhadap anak, adalah beberapa contoh
perilaku yang kerap menghiasi media massa dan media elektronik kita. Realitas
ini tentu memperkuat pemahaman kita tentang pentingnya pendidikan karakter.
Perilaku-perilaku yang sering kita lihat dan kita dengarkan sekarang ini
dalam masyarakat banyak yang mencerminkan sikap dan perilaku yang tidak baik.
Krisis perilaku baik dalam kehidupan masyarakat saat ini nampaknya pantas
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk diucapkan. Mengenai krisis moral atau krisis kehidupan ini dikemukakan
oleh Winataputra dan Budimansyah (2007: 16) sebagai berikut :
“Kekerasan, pelanggaran lalu lintas, kebohongan publik, arogansi
kekuasaan, korupsi kolektif, kolusi dengan baju professionalisme,
nepotisme lokal dan institusional, penyalahgunaan wewenang, konflik antar
pemeluk agama, pemalsuan izajah, konflik buruh dengan majikan, konflik
antara rakyat dengan penguasa, demonstrasi yang cenderung merusak,
koalisi antar partai yang secara kontekstual dan musiman, politik yang
kecurangan dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada, otonomi daerah yang
berdampak tumbuhnya etnosentrisme dan lain-lain.”
Pada tingkat lokal bentuk perilaku menyimpang atau a-sosial dapat
berbentuk tawuran membawa senjata tajam, pengrusakan barang milik orang lain,
penganiayaan, dan vandalisme. Berdasarkan data SPK POLRES Purwakarta tahun
2011, peristiwa tawuran antar pelajar dan pengrusakan barang milik orang lain
selama bulan Oktober tahun 2011 tercatat delapan kasus tawuran dan bulan
Nopember minggu pertama tercatat empat kasus tawuran. Realitas ini tentu
memprihatinkan bagi kita semua, sebab pelajar yang mestinya memiliki ruang dan
waktu yang banyak untuk mempelajari ilmu pengetahuan ternyata masih banyak
yang belum memiliki kesadaran tersebut.
Terjadinya konflik dan perilaku yang berujung pada penganiayaan terhadap
sesama, penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi, mendahulukan
kepentingan kelompok dari pada kepentingan bangsa dan negara mungkin
disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal yang
kurang baik. Faktor internal berkaitan dengan kualitas diri yang bersangkutan
seperti kualitas ilmu keagamaan, kualitas karakter, stabilitas emosi dan kondisi
batiniah lainnya yang ada pada diri yang bersangkungan. Sedangkan faktor
eksternal berupa situasi lingkungan keluarga yang kurang kondusif, situasi
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lingkungan yang tidak steril, pengaruh yang negatif dari pergaulan, berita dari
media massa yang kurang baik dan kondisi lingkungan lainnya yang secara
langsung atau tidak turut berkontribusi terhadap perilaku menyimpang tersebut.
Namun demikian apapun sebabnya, perilaku a sosial atau perilaku
menyimpang tersebut pada akhirnya merupakan ancaman terhadap eksistensi
bangsa dan negara. Hal ini menunjukkan bahwa rasa cinta terhadap bangsa dan
negara dari warga negara belum dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berbagai kenyataan tersebut hendaknya kita perhatikan secara serius agar
tidak berdampak pada hal yang lebih besar. Sugiarto, (2009: 8), menyatakan
bahwa :
“ Masalah kecil akan berpengaruh besar merupakan pandangan yang bijak,
sebab bangsa yang baik bermula dari masyarakat yang baik, masyarakat
yang baik bermula dari keluarga yang baik, dan keluarga yang baik
dibangun atas individu-individu yang baik.”
Oleh sebab itu segala permasalahan yang muncul dalam lingkungan sekolah
maupun dalam lingkungan masyarakat harus dieleminir sebaik mungkin agar tidak
berpengaruh terhadap bangsa dan negara. Dalam persepktif inilah nasionalisme
menjadi modal yang cukup potensial dalam mengeliminir persoalan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Nasionalisme pada dasarnya menitikberatkan pada semangat dan perasaan
cinta kepada bangsa dan tanah air yang muncul karena adanya persamaan sikap
dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Bagi bangsa
Indonesia, semangat nasionalisme diwujudkan para pemuda tahun 1928 dalam
Sumpah Pemuda yang menyatukan satu tekad bahwa mereka mencintai tanah
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
airnya, yaitu Indonesia. Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, para
pemuda dengan sukarela mengorbankan semua yang dimilikinya, untuk bertempur
melawan penjajah hingga terlontar suatu motto yang menggelora dalam hatinya
yaitu “Merdeka atau Mati”.
Dengan demikian nasionalisme secara politis merupakan kesadaran nasional
yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau menghilangkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita
sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara
tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara
lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan
(chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Dengan demikian makna nasionalisme sering mendapat interpretasi yang
berbeda, yaitu :
1. Nasionalisme dalam arti sempit yaitu suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap
seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
2. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa
cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain.
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nugroho Notosusanto dalam Yurmala (2005:53) mengemukakan makna
nasionalisme sebagai berikut :
“Nasionalisme adalah suatu ide yang mengisi hati manusia dengan pikiran
baru dan yang mendorong untuk menterjemahkan kesadaranya dalam
tindakan berupa aksi yang diorganisasi. Karena itu nasionalisme bukan
semata-mata suatu kelompok yang diikat oleh kesadaran bersama melainkan
juga merupakan yang ingin mengungkapkan dirinya kedalam apa yang
dianggapnya bentuk tertinggi daripada kegiatan yang terorganisasi negara
yang berdaulat”.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa nasionalisme merupakan suatu gerakan
batiniah yang mampu mendorong manusia untuk melahirkan sikap dan perilaku
yang ingin diberikan kepada negara. Kesadaran manusia untuk mengikatkan diri
dalam suatu kesatuan dan bertindak berdasarkan kesadarannya demi bangsa dan
negara yang dicintainya. Jelasnya nasionalisme menjadi kekuatan pendorong yang
akan melahirkan kesadaran untuk melakukan sesuatu untuk negaranya.
Pendapat lain disampaikan oleh Hafidh Maksum dalam Budimansyah dan
Bestari (Ed.) (2011:82) yang menjelaskan bahwa :
“ Nasionalisme sebagai ungkapan perasaan senasib sepenanggungan dalam
lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian dan kepekaan akan masalah-
masalah yang dihadapi bangsa, termasuk didalamnya masalah yang
berkaitan dengan rasa solidaritas sebangsa dan setanah air ”.
Dengan demikian Nasionalisme memiliki makna penting bagi keberadaan
dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Masyarakat yang memiliki sikap
Nasionalisme tinggi akan rela mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk bangsa
dan negaranya. Perwujudan sikap nasionalisme harus terus diupayakan dari
bentuk yang sederhana sampai pada bentuk yang kompleks, dari perwujudan
nasionalisme dikalangan rakyat, pejabat dan pelajar pada umumnya.
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hal ini seperti disampaikan oleh Suyanto (2000: 30) bahwa “Aktualisasi
faham Nasionalisme hendaknya lebih mengemuka dalam kehidupan sehari-hari
seperti loyalitas dan dedikasi kepada bangsa dan negaranya.” Dengan demikian
nasionalisme hendaknya menjadi fondasi perilaku dari seluruh komponen bangsa
sehingga memunculkan perilaku yang terpuji terhadap sesama warga masyarakat,
bangsa dan negaranya. Nasionalisme juga dihayati sebagai solidaritas hidup warga
yang ada dalam negara-bangsa untuk mengatasi berbagai masalah dan solidaritas
dalam bertindak dan berprilaku yang ditujukan untuk kepentingan bersama dalam
mewujudkan cita-cita bangsa-negara.
Namun demikian di jaman reformasi dan globalisasi saat ini, Nasionalisme
nampaknya harus mendapat perhatian serius dari seluruh komponen bangsa
terlebih nasionalisme pada kalangan generasi muda atau pelajar. Irmayanti, Ketua
Departemen Politik FISIP USU, merasa miris dengan minimnya perhatian anak
muda dengan Sumpah Pemuda. Menurutnya Sumpah Pemuda menggambarkan
nilai nasionalisme mendalam generasi muda pada zamannya dan warisannya
masih terasa hingga kini. Dengan demikian generasi muda hari pun harus tetap
menjaga dan melestarikan nilai-nilai sumpah pemuda sebagai kekuatan untuk
melanjutkan pembangunan agar eksistensi bangsa dan negara ini mampu
mewujudkan cita-citanya.
Pandangan yang sama dikemukakan Herwandi, Pengamat dari Universitas
Andalas (Unand) Padang dalam www.minangforum.com, menilai bahwa :
“Indonesia dewasa ini tengah mengalami dekadensi nasionalisme dan
patriotisme, sementara negara ini terancam hancur lebih karena terjadinya
krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan terjadi lebih akibat hilangnya
figur pemimpin yang berwibawa dan dihormati, baik oleh rakyatnya sendiri
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
maupun oleh bangsa luar (masyarakat luar negeri) karena banyak yang
korupsi.”
Pendapat tersebut memberi isyarat bahwa pemimpin yang telah kehilangan
wibawa atau penghormatan dari rakyatnya atau masyarakat luar negeri, maka
nasionalisme rakyat tersebut mengalami penurunan. Hilangnya wibawa pemimpin
dapat disebabkan oleh korupsi yang meluas dalam setiap aspek kehidupan.
Dengan demikian ada kesinambungan sebagai suatu kesatuan antara pemimpin
dengan yang dipimpinnya, antara rakyat dengan pemerintahnya atau antara
bawahan dengan atasanya.
Selain itu, menurunnya kadar Nasionalisme mungkin juga disebabkan oleh
faktor lain. Thung Ju dan Manan (2011: 2), memberikan gambaran bahwa :
“Kemiskinan, korupsi, lemahnya ketahanan budaya, dan juga konflik antar-
etnik dan konflik yang mengatasnamakan agama yang marak sejak era
reformasi, merupakan tantangan yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kadar Nasionalisme Indonesia dikalangan rakyatnya.”
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa melemahnya nasionalisme warga
negara disebabkan oleh perilaku-perilaku yang tidak diharapkan oleh masyarakat
pada umumnya. Perilaku yang tidak diharapkan tersebut mungkin dilakukan oleh
elemen masyarakat maupun elemen pemerintahan. Kemiskinan yang diderita
masyarakat menyebabkan menurunnya kadar nasionalisme karena masyarakat
mengharapkan pemerintah mampu meningkatkan kesejahtraannya sehingga ketika
masyarakat menderita kemiskinan memunculkan sikap apatis atau
ketidakpercayaan terhadap pemerintah itu sendiri.
Kondisi tersebut tentu tidak baik bagi kelangsungan hidup suatu bangsa
sebab akan mengakibatkan kehancuran yang mendalam karena negara telah
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kehilangan kesetiaan dari warga negaranya sementara keberadaan negara itu
sendiri merupakan keinginan dari masyarakat. Terlebih pada kalangan generasi
muda atau pelajar yang merupakan pewaris dan penerus kehidupan bangsa dan
negara ini tentu harus sejak dini dibelajarkan tentang nasionalisme, patriostisme
atau kesetiaan kepada bangsa dan negara negaranya.
Pada kalangan pelajar sikap nasionalisme tidak dapat dilepaskan dari tugas
pokok mereka sebagai pelajar, sehingga memotret sikap nasionalisme pelajar pada
hakikatnya adalah memotret kegiatan-kegiatan yang harus mereka lakukan demi
bangsa dan negaranya. Kita cukup tercengang melihat pengamalan sikap
nasionalisme pelajar saat ini, misalnya dalam hal kedisiplinan, ketaatan pada
aturan, sopan santun pada orang tua, penghormatan pada simbol-simbol
kenegaraan (bendera) lambang negara dan sebagainya. Fakta yang berhubungan
dengan nasionalisme pelajar walaupun karena kelalaian seperti insiden bendera
yang terbalik dalam upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten
Manokwari Papua Barat tanggal 17 Agustus 2010, tali pengerek bendera yang
putus, peserta upacara yang mengobrol, tawuran antar pelajar, dan sebagainya.
Terkait dengan realitas inilah, maka sudah semestinya seluruh komponen
bangsa semakin tergerak hatinya untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa.
Sikap Nasionalisme dikalangan generasi muda khususnya pelajar harus menjadi
program perilaku kebiasaan harian sehingga nantinya mereka memiliki rasa
kecintaan terhadap bangsa dan negaranya. Dengan Nasionalisme para pelajar akan
rela mengorbankan jiwa raganya untuk bangsa, negara dan tanah airnya. Jelasnya
Nasionalisme harus menjiwa dan menjadi karakter atau identitas setiap pelajar.
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks globalisasi
saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan
global, sebab dalam era global tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh
warga negara semakin kompleks. Widada dalam Inspirasitabloid.wordpress.com.
(Agustus 2010) menguraikan bahwa salah satu strategi untuk membangun
semangat Nasionalisme adalah dengan memperkuat peran lembaga-lembaga sosial
dan kemasyarakatan seperti Gerakan Pramuka. Sebagai catatan, keberhasilan
Gerakan Pramuka dalam membangun semangat nasionalisme dan patriotisme di
kalangan generasi muda Indonesia tengah menjadi kajian mendalam di Malaysia
untuk diterapkan di sana. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan.
Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat
berperan sebagai subjek maupun objek.
Nasionalisme sebagai salah satu bentuk dari karakter, maka pendidikan
karakter pada kalangan pelajar harus dilaksanakan secara mendalam. Artinya
harus dirumuskan berbagai program dalam melaksanakan pendidikan karakter.
Saat ini implementasi pendidikan karakter dilakukan dalam konteks makro yang
bersifat nasional dan konteks mikro dalam satuan pendidikan.
Dalam konteks makro yang bersifat nasional, Budimansyah, (2010: 57)
menjelaskan bahwa:
“Pelaksanaan pendidikan karakter merupakan komitmen seluruh sektor
kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan nasional saja, tetapi keterlibatan
aktif dari sektor–sektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor keagamaan,
kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesehatan, hukum
dan hak azasi manusia, serta pemuda dan olahraga.”
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Memperhatikan uraian tersebut, terlihat jelas bahwa sesungguhnya
implementasi pendidikan karakter menjadi program nasional sehingga dalam
rangka pelaksanaanya melibatkan semua unsur dalam masyarakat atau
pemerintahan bukan saja dunia pendidikan tetapi juga tanggungjawab sektor
keagamaan, sektor informasi dan komunikasi, sektor kesehatan, sektor hukum,
dan tentu pemerintah sebagai leading sektornya karena pemerintah sebagai
pembuat kebijakan. Penyusunan kebijakan oleh pemerintah akan menjadi titik
awal dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa keberhasilan pendidikan karakter merupakan tanggungjawab bersama dan
akan berdampak pada keberhasilan seluruh sektor kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara.
Sedangkan dalam konteks mikro, Budimansyah (2010: 58) mengemukakan
bahwa :
“Secara mikro pengembangan pendidikan nilai / karakter dapat dibagi dalam
empat pilar , yakni kegiatan belajar mengajar dikelas, kegiatan keseharian
dalam bentuk budaya satuan pendidikan (school culture) kegiatan ko-
kurikuler dan/atau ekstrakurikuler serta kegiatan keseharian dirumah dan
dalam masyarakat.”
Dengan demikian kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan
sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan
peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pentingnya kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana pembentukan karakter
siswa dikemukakan juga oleh salah seorang pimpinan daerah. Dalam harian
umum Pikiran Rakyat tanggal 27 Desember 2011 halaman 6 diberitakan bahwa
“Walikota Bogor akan menjadikan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yaitu
Pramuka sebagai indikator kinerja kepala sekolah, bahkan bagi kepala sekolah
yang tak merespon Pramuka akan diberi sanksi. Beliau menjelaskan bahwa
kegiatan Pramuka memiliki arti penting dalam pembentukan karakter siswa.”
Hasil penelitian sebelumnya diungkapkan oleh Abdulatif (2010: 237) yang
mendeskripsikan bahwa pembinaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat
mengembangkan penguasaan teori, praktek pembiasaan perilaku dan
keterampilan dalam kehidupan. Dengan perkataan lain pembinaan ekstrakurikuler
yang baik akan memiliki manfaat yang baik bagi peserta didik itu sendiri seperti
peningkatan kemampuan berpikir, bersikap dan berperilaku. Demikian halnya
dengan Dahliyana (2011:186) yang mengungkapkan bahwa “Kegiatan
ekstrakurikuler dipahami sebagai praktek moral dari apa yang telah diperoleh
siswa dari kegiatan belajar dikelas.”
Dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2010-2025,
(2010 : 2), dinyatakan bahwa jika kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan
disekolah tidak melakukan pembinaan karakter maka akan terjadi :
a. disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofis
dan ideologi bangsa
b. bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
c. memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. ancaman disintegrasi bangsa
Memperhatikan uraian tersebut, terlihat bahwa pendidikan karakter
memang penting bagi pembinaan peserta didik sebab jika tidak ada pembinaan
maka akan melahirkan suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagi semua pihak
yaitu kehilangan orientasi atau pandangan terhadap nilai-nilai dasar negara,
menurunkannya nilai-nilai etika, nilai-nilai budaya serta ancaman perpecahan
bangsa. Tentu ini sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup bangsa dan
negara, oleh sebab itu penting diselenggarakannya pendidikan karakter.
Pada sisi lain, program pelaksanaan ekstrakurikuker di sekolah tidak
berjalan sesuai harapan, ada beberapa kendala baik secara konseptual maupun
pada tataran praktis. Secara konseptual dinyatakan dalam Permendiknas nomor 22
tahun 2006, bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar
mata pelajaran dan pelayanan konseling. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Sahertian, (1985:132) yang menjelaskan bahwa “Kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan untuk menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.”
Konsepsi ini secara tidak langsung telah membentuk paradigma unsur
pelaksana kegiatan ekstrakurikuler bahwa kegiatan tersebut hanyalah kegiatan
diluar jam pelajaran serta penyaluran bakat, minat dan kemampuan siswa.
Konsekuensinya kegiatan ekstrakurikuler menjadi kegiatan pilihan bagi sebagian
siswa bahkan mungkin menjadi kegiatan yang kalah favorit dengan kegiatan
akademik lainnya. Pendek kata kegiatan ekstrakurikuler menjadi kegiatan
sampingan bagi siswa.
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada tataran praktis, pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler juga
menemui kendala yaitu rentang waktu yang pendek, sifatnya diluar jam pelajaran
maka alokasi waktu peluangnya lebih sempit kalau tidak menggunakan hari libur.
Waktu yang pendek dengan kondisi fisik dan mental siswa yang sudah tidak fress
tentu menjadi permasalahan tersendiri untuk terlaksananya kegiatan
ekstrakurikuler yang diharapkan. Kita dapat memprediksi bagaimana kualitas
pelaksanaan ekstrakurikuler yang dilaksanakan setelah pulang sekolah dengan
pelaksanaan ekstrakurikuler yang dilaksanankan pada pagi hari. Terlebih bagi
sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran dua sif yaitu kelas pagi
dan kelas siang, maka praktis kegiatan ekstrakurikuler semakin terpinggirkan.
SMKN 2 Purwakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang
memiliki pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya pendidikan karakter serta
melaksanakan program kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu strategi
perwujudan pendidikan karakter tentu tidak dapat melepaskan diri dari realitas
permasalahan tersebut. Namun demikian tentu seluruh warga sekolah memiliki
upaya yang terarah dan terukur untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut
sehingga tetap memiliki peluang untuk terlaksananya pendidikan karakter melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah akan merumuskan kebijakan yang diprediksi
dapat membantu pengembangan bakat, minat dan kemampuan siswanya melalui
kegiatan ekstrakurikuler.
Sebagai langkah awal upaya pembinaan karakter siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler, maka SMKN 2 Purwakarta menentukan jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang dikembangkan di sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa.
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Secara umum jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di SMKN 2
Purwakarta cukup banyak yaitu ada 12 jenis kegiatan. Secara lengkap jenis
kegiatan tersebut ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 1.1
Jenis dan Jumlah Peserta Ekstrakurikuler
No
Jenis Ekstrakurikuler
Jumlah Peserta Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Pramuka 4 56 60
2 P M R - 42 42
3 Paskibra 60 60
4 Kelompok Bimbingan Olahraga 90 90
5 Keputrian 50 50
6 Kerohanian 43 43
7 Seni 1 99 100
8 English Club 35 35
9 TIK 150 150
10 Kesundaan 15 15
11 Beauty Class 40 40
12 Majalah Dinding 20 20
JUMLAH 5 700 705
Sumber : Data PKS Kesiswaan, diolah peneliti tahun 2012
Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa setiap jenis ekstrakurikuler memiliki
jumlah peserta yang berbeda-beda. Ini menandakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler memang menjadi kegiatan pilihan siswa dalam mengembangkan
minat, bakat dan kemampuannya masing-masing, artinya jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah juga nampaknya sesuai dengan
kebutuhan siswa itu sendiri.
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selain peserta yang menyebar pada semua jenis ekstrakurikuler, kita juga
dapat melihat jumlah peserta ekstrakurikuler yang banyak peminatnya dan sedikit
peminatnya. Jumlah peserta ekstrakurikuler jika ditampilkan dalam bentuk
diagram batang adalah sebagai berikut :
Gambar 1.2
Jumlah Peserta Ekstrakurikuler Dalam Diagram Batang
Sumber : Data Kesiswaan, diolah peneliti tahun 2012
Dari gambar tersebut dapatlah dikatakan bahwa jumlah peserta kegiatan
ekstrakurikuler berbeda antara ekstrakurikuler yang satu dengan ekstrakurikuler
lainnya. Secara kuantitas, jumlah peserta terbanyak adalah dalam ekstrakurikuler
TIK, ini mungkin disebabkan bahwa siswa SMKN 2 Purwakarta banyak yang
memiliki pemikiran tentang pentingnya kemampuan penguasaan teknologi
informasi pada era globalisasi ini. Sedangkan peserta ekstrakurikuler yang paling
sedikit adalah esktrakurikuler Kasundaan yang mungkin disebabkan karena
0
20
40
60
80
100
120
140
160
L
P
Jumlah
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengaruh globalisasi juga artinya ekstrakurikuler kasundaan dipandang tidak
modern. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang bagaimana penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah pokok penelitian ini yaitu, “Bagaimanakah penguatan
pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah untuk
memantapkan sikap nasionalisme siswa”.
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan,
maka rumusan masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi warga sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler sebagai
penguatan pendidikan karakter untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa?
2. Program ekstrakurikuler apa saja yang potensial bagi pengembangan
pendidikan karakter di sekolah untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa ?
3. Bagaimana proses penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa ?
4. Kendala apa saja yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai penguatan pendidikan karakter untuk memantapkan
sikap nasionalisme siswa ?
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan
tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk
memantapkan sikap nasionalisme siswa. Sedangkan tujuan khususnya adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persepsi warga sekolah mengenai kegiatan ekstrakurikuler
sebagai penguatan pendidikan karakter untuk memantapkan sikap nasionalisme
siswa.
2. Untuk mengetahui program kegiatan ekstrakurikuker yang potensial bagi
pengembangan pendidikan karakter sehingga dapat memantapkan sikap
nasionalisme siswa.
3. Untuk mengetahui proses penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa.
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi sekolah dalam mengembangkan
pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk memantapkan
sikap nasionalisme siswa.
5. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam mengatasi
kendala penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk
memantapkan sikap nasionalisme siswa.
D. Manfaat Penelitian
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik
dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini secara jelas digambarkan sebagai
berikut :
1. Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan
penguatan terhadap teori Solidaritas Sosial dari Emile Durkheim dan teori
Belajar Sosial (social learning), pendidikan karakter dan sikap nasionalisme
siswa khususnya dilokasi penelitian. Hasil temuan penelitian nantinya menjadi
validasi terhadap teori solidaritas, teori belajar, pendidikan karakter, kegiatan
ekstrakurikuler dan sikap nasionalisme.
2. Praktis
a. Bagi peneliti
1).Dapat dideskripsikannya persepsi warga sekolah mengenai kegiatan
ekstrakurikuler sebagai penguatan pendidikan karakter untuk memantapkan
sikap nasionalisme siswa.
2).Dapat diidentifikasi program kegiatan ekstrakurikuler yang potensial bagi
pengembangan pendidikan karakter untuk memantapkan sikap nasionalisme
siswa.
3).Dapat diketahui proses penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa.
4).Dapat diketahui kendala apa yang dihadapi sekolah dalam mengembangkan
pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk memantapkan
sikap nasionalisme siswa
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5).Dapat diketahui upaya apa yang dilakukan sekolah dalam mengatasi kendala
proses penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler
untuk memantapkan sikap nasionalisme siswa.
b. Bagi sekolah, penelitian ini berguna terutama dalam upaya menciptakan
kebijakan sekolah sebagai sarana interventif dalam mengarahkan kegiatan
ekstrakurikuler agar mengusung nilai-nilai karakter sehingga dapat
memantapkan sikap nasionalisme siswa.
c. Bagi pembina ekstrakurikuler, penelitian ini berguna sebagai balikan
(feedback) sehingga dalam penyusunan program kerja kegiatan
ekstrakurikuler selalu terarah pada program-program kegiatan yang
memiliki nilai-nilai karakter.
d. Bagi siswa, penelitian ini berguna agar setiap program kegiatan yang
dilaksanakan senantiasa terarah pada program-program yang bernilai positif
untuk diri sendiri, organisasi, masyarakat, bangsa dan negara.
E. Definisi Operasional
1. Konsep Karakter dan Pendidikan Karakter
Karakter sering dimaknai sebagai watak, tabiat atau aspek batiniah dalam
setiap diri manusia, dimana aspek batiniah inilah yang mendorong, memotivasi
pikiran, sikap dan perbuatan manusia. Karakter menjadi daya dorong dan daya
juang bagi setiap perbuatan manusia dalam menjalankan kehidupanya masing-
masing.
Oleh sebab itu karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah watak,
tabiat, dan kondisi psikologis/aspek batiniah yang dimiliki siswa SMKN 2
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Purwakarta yang selalu mendasari sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari. Watak, tabiat, kondisi psikologis atau aspek batiniah siswa ini telah mereka
miliki sebagai bawaan alamiah dan hasil pendidikan sebelumnya baik pendidikan
di keluarga maupun pendidikan formal pada jenjang dasarnya.
Sedangkan pendidikan karakter adalah seluruh upaya yang dilakukan oleh
setiap individu, kelompok, dan lembaga baik lembaga pemerintah maupun
lembaga kemasyarakatan yang tujuan utamanya menanamkan nilai-nilai karakter
agar memiliki pikiran, sikap dan perbuatan yang baik.
Dalam konteks penelitian ini yang dimaksud dengan pendidikan karakter
adalah seluruh upaya dan kegiatan sekolah baik oleh kepala sekolah, guru,
kurikulum sarana prasarana dan kegiatan lainnya yang memungkinkan dapat
menumbuhkembangkan watak, tabiat atau karakter siswa sehingga nantinya siswa
SMK Negeri 2 Purwakarta dapat bersikap dan berperilaku yang berkarakter dalam
arti sikap dan perilakunya senantiasa sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang
sifatnya universal atau berlaku umum.
2. Penguatan
Secara umum penguatan mengandung makna proses, atau kegiatan
menguatkan atau memperkuat sesuatu yang telah ada sebelumnya. Penguatan itu
dimaksudkan agar apa yang telah ada tersebut tidak hilang, tidak luntur dan untuk
meningkatkan kuantitas serta kualitas dari sesuatu tersebut.
Adapun penguatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh
kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan oleh sekolah dengan arahan Wakasek
kesiswaan, Pembina OSIS dan Pembina ekstrakurikuler untuk memperkuat atau
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
meningkatkan kualitas pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler
sehinggga nantinya diharapkan mampu memantapkan sikap nasionalisme siswa
SMK Negeri 2 Purwakarta.
3. Kegiatan ekstrakurikuker
Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMK Negeri 2 Purwakarta meliputi
kegiatan pramuka, paskibra, palang merah remaja, rohani islam, seni, kasundaan,
teknologi informasi, beauty class, majalah dinding, bimbingan olahraga, keputrian
dan englih club.
4. Sikap Nasionalisme Siswa
Pada masa prakemerdekaan, nasionalisme bagi bangsa Indonesia merupakan
perjuangan politik untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Pada masa
kemerdekaan, nasionalisme merupakan bentuk pejuangan bagaimana
mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa kita. Sedangkan
pada masa pembangunan sekarang ini, nasionalisme merupakan upaya yang gigih
dari seluruh komponen bangsa untuk mengisi kemerdekaan ini.
Oleh sebab itu yang dimaksud dengan sikap nasionalisme siswa dalam
penelitian ini adalah sikap yang menunjukkan kemauan, kesanggupan para siswa
untuk berpartisipasi secara aktif dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh
sekolah baik kegiatan pembelajaran atau intrakurikuler, maupun kegiatan di luar
jam pembelajaran/kegiatan ekstrakurikuler sebagai wujud rasa cintanya terhadap
bangsa da negara, seperti kegiatan upacara bendera, lomba antar sekolah,
kegiatan perpisahan sekolah dan sebagainya. Pada tataran yang lebih luas
diharapkan siswa setelah mengikuti kegiata ekstrakurikuler memiliki sikap
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nasionalisme yang diwujudkan dalam kehidupan sekolah, masyarakat, bangsa dan
negara. Sikap nasionalisme itu harus meliputi berbagai bidang kehidupan seperti
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan dan agama.
Dengan demikian konteks nasionalisme dalam tataran implementasinya
harus meliputi berbagai bidang dan berbagai lingkungan kehidupan. Namun
demikian untuk mampu sikap nasionalisme yang luas tersebut, alangkah baiknya
kalau memulai dari lingkungan sekolah sebagai pijakan awalnya. Artinya aplikasi
yang paling sederhana pun, selama perbuatan atau perilaku siswa yang
menunjukkan kecintaan, penghormatan dan pengakuan terhadap sekolahnya
menjaga nama baik sekolahnya, menjaga nama dirinya, dan perbuatan baik lainya
adalah wujud nasionalisme siswa yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab
itu seluruh komponen sekolah baik pimpinan, guru, siswa, orang tua siswa dan
seluruh stakeholder yang concern dengan peserta didik hendaknya dapat
mengambil peran semampunya untuk mengembangkan sikap nasionalisme siswa.
Dengan demikian Amanat UUD 1945 yang menyebutkan bahwa pendidikan
adalah tanggungjawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah akan
terlaksana dengan baik.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian yang digunakaan oleh peneliti antara lain :
1. Kegiatan ekstrakurikuker dapat dijadikan wahana sosio – paedagogis untuk
mendapatkan hand on experience. Dari kegiatan ekstrakurikuler ini diharapkan
ada kontribusi signifikan untuk menyeimbangkan penguasaan teori dan praktik
pembiasaan perilaku berkarakter, Budimansyah, ( 2010 :90 ).
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk lebih memantapkan apa yang
diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan,
Budimansyah, ( 2010 : 90 ).
3. Sundari (2009) dalam Wati (2011: 27) mengemukakan bahwa sikap
Nasionalisme dikatakan sebagai ”Kekuatan karena merupakan perekat yang
mempersatukan dan memberikan dasar kepada jati diri bangsa. Jika dalam
generasi muda sudah tidak ada lagi sikap Nasionalisme, tidak tertutup
kemungkinan bahwa bangsa ini akan tercerai berai seperti keadaan waktu
Indonesia belum merdeka.
----------
Patoni, 2012 Penguatan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk memantapkan sikap Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Pendidikan Karakter di SMKN 2 Purwakarta)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu