akperkesdam2sriwijaya.ac.idakperkesdam2sriwijaya.ac.id/?dl_name=apria_wilinda_sumantri... ·...

14

Upload: trantu

Post on 16-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI HERBA INGGU (

Ruta graveolens L ) ANALISA KOMPONENYA

DENGAN METODA GC- MS DAN UJI ANTIOKSIDAN

DENGAN METODA DPPH

Apria Wilinda Sumantri

STIKES AL-MA’ARIF BATURAJA

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi minyak atsiri.

Metode : penelitian ini menggunakan metoda GC-MS dan metoda DPPH

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa herba ruta graveolens L

mengandung 21 macam komponen dengan komponen utama 3 β kolesta – 5 – en 3

ol asetat (54,93%), kolesta – 3,5 – diena (10,52%), undekanon (8,57%) dan 2-

nonanon (6,58%).

Simpulan : Uji antioksidan dengan metode DPPH dari minyak atsiri Ruta

graveolens L memiliki aktivitas antioksidan dan diperoleh IC50 0,581 mg/ml.

Kata kunci : Minyak Atsiri, Inggu (Ruta graveolens) GC-MS , DPPH

ABSTRACT

Aim : To identify the chemical composition

Methode : This research by using is Methode GC-MS and DPPH

Result : Composition of Rute graveolens L essential oil, contained 21 compounds

and the bulk of the compounds of the oil were cholest - 5 – en – 3 – o1 3 β acetate

(54.93%), cholesta 3,5 diene (10.52%), undecan - 2 – one (8.57%) and nonan – 2 –

one (6.58%).

Conclusion : Antioxidant activity of the essential oi components was carried out by

using DPPH and the result gives value of IC50 0.581 mg/ml.

Keywords : The essential, Inggu (Ruta graveolens L) GC-MS , DPPH

PENDAHULUAN

Minyak Atsiri adalah minyak

nabati yang diperoleh dari tumbuhan

dengan cara destlasi uap dan

merupakan masa yang dihasilkan oleh

tumbuhan yang mempunyai bau yang

khas dan bukan merupakan komponen

tunggal. Minyak ini biasanya tidak

berwarna atau berwarna kuning-

kuningan, mempunyai bau khas, pada

umumnya larut dalam pelarut organic

dan sukar larut dalam air. Minyak

atsiri dapat dihasilkan dari berbagi

bagian tanaman seperti, akar, batang,

ranting, biji, daun, bunga ataupun

buah. Namun sebelumnya harus

dilakukan suatu uji minyak atsiri

sebagai antioksidan.1

Penggunaan antioksidan saat

ini sudah sangat berkembang, baik

untuk makanan maupun pengobatan.

Hal ini seiring dengan bertambahny

pengetahuan tentang radikal bebas.

Radkal bebas diartikan sebagai

molekul yang relative tidak stabil,

mempunyai satu atau lebih electron

yang tidak berpasangan diorbit lurnya.

Molekul tersebut bersifat reaktif

dalam mencari pasangan elektronnya.

Rdikal Bebase dat dihasilkan dari

hasil metabolism tubuh dan factor

eksternal aeperti asap rokok, hasil

penyinaran ultra violet, zat kimiawi

dalam makanan dan polutan lain.

Contoh penyakit yang yang sering

dihubungkan dengan radikal bebas

adalah serangan jantung dan kanker. 2

Radikal beba diduga bias

menyebabakan penyakit-penyakit

degenerative, seperti aging,

aterosklerosis , arthritis,

kardiovaskuler, kanker, osteoporosis

dan lain-lain. Hal ini disebabkan

radikal bebas cenderung mengambil

elektron dari molekul pada sel dan

menghsilkan radikal bebas yang lebih

reaktif. Peristiwa pengambilan

elektron tersebut terus berlanjut

membentuk reaksi berantai yang pada

akhirnya akan merusak membrane sel

dan mengakibatkan keadaan patolog.

Untuk melindungi tubuh dari efek

radikal maka diperlukan suatu

substansi vital yaitu antioksidan. 3

Inggu (Ruta graveolens L)

merupakan salah satu contoh

tumbuhan obat dari family Rutacea

yang sering digunakan untuk

pengobatan tradisional. Secara klinis

Inggu oleh beberapa penelitian

terdahulu mempunyai khasiat sebagai

pereda demam penghilang nyeri

(analgesik), anti radang, penawar

racun (anti toksin), peluruh kentut

(flatulen), 4

Dari referensi didapat

informasi, bahwa dari Rute graveolens

L yang tumbuh di Oran, Algeria

mengandung minak Atsiri dan

mempunyai aktifitas antiksidan, tetapi

belum ada informasi tetang

kandungan minyak atsiri Inggu yang

tunbuh di Indonesia. Sehubungan

dengan itu pada penelitian ini

dilalukan minyak atsiri dari rute Rute

graveolens L yang tumbuh di padang

panjang, sumatera barat. Selanjutnya

dilalukan uji aktifitas antioksidan

terhadap minyak atsiri hasil destilasi

dengan metoda DPPH dan Analisis

komponen minyak atsiri dengan

metoda GS-MS.

METODE PENELITIAN

Pemeriksaan minyak atsiri

Inggu dengan menggunakan

kromatografi gas Ageilent

Tecnhnologies 6890 dikombinasikan

dengan Auto Sampler,

dikombinasikan dengan 5973 Mas

Selective Detector yang dilengkapi

Chenstasion data system

menggunakan capillari columm, HP

Ultra 2 Length ( m ) 17 x 0,25 ( mm )

I.DX 0,25 ( ul ) film Thickness. Alat

dioptimasikan, kemudian sebanyak

2ul larutan minyak atrisi dalam

pelarut disuntikkan kedalam injection

port GC – MS.

Hasil pemisahan oleh GC

langsung dianalisa dengan cara

membandingkan spectra MS

fragmentasi minyak herba Inggu

dengan spectra fragmentasi standar

yang terdapat dalam memori.

Aktifitas antioksidan sampel

ditentukan oleh besarnya hambatan

serapan radikal DPPH melalui

perhitungan persentasi inhibisi

serapan DPPH dengan menggunakan

rumus

%inhibisi = absorban DPPH –

absorban (DPPH + sampel ) x 100 %

Absorban DPPH

Absorban DPPH = serapan

radikal DPPH 0,05 Mm pada h

maksimum

Absorban (DPPH+sampel) =

serapan sampel dalam radikal DPPH

0,05 Mm pada h 518 mm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Tabel 1 Hasil destilasi herna Inggu (ruta graveolens L)

Berat 2 kg

Massa Cair

Warna Hijau muda

Bau Berbau yang khas dan kuat

Rasa Pedas agak pahit

Rendemen 2,202 g (0,1101 % b/b)

Tabel 2 Hasil Analisa dengan menggunakan alat GC – MS

NO Hasil analisa Presentase

1 3 β kolesa 5 en-3 ol asetat 54,93 %

2 kolesta-3,5-diena 10,52 %

3 2-undekanon 8,57 %

4 2 – nonanon 6,58%

Hasil penentuan α serapan maksimum radial DPPH

: metanol pada α maks 400 nm – 800 nm (serapan 0,345 )

Hasil penentuan nilai IC50 dari minyak atsiri herba Inggu (ruta graveolens L)

: 0,581 mg/ml

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini tumbuhan

yang digunakan adalah herba ruta

graveolens L. herba tumbuhan yang

digunakan adalah herba yang segar

menghindari terjadinya penguapan

dan rusaknya minyak atsiri karena

proses pengeringan selain itu,

penggunaan sampel segar juga

bertujuan mencegah rusaknya sampel

karena pengaruh jamur atau

penguaraian karena pengaruh enzim

selama proses pengeringan.

Penggunaan sampel juga lebih efisien

terhadat waktu, karena tidak

membutuhkan waktu untuk pross

pengeringannya. Isolasi minyak atsiri

dari herba Inggu menggunakan

prinsip destilasi uap yang dilakukan

selama ±8 jam. Pada isolasi minyak

atsiri ini pertama-tama digunakan

sampel segar sebanyak 1 kg. Oleh

karena minyak atsiri yang diperoleh

sedikit , maka dilakukan lagi isolasi 1

kg ( berat seluruh sampel segar 2 kg ).

Setelah didapatkan total miyak atsiri

bebas air maka dapat ditentukan

rendemannya dengan cara perhitungan

sebagai berikut.

Rendemen=berat total minyak atsiri x

100%

Berat sampel

Dari rumus diatas didapatkan

rendemen minyak atsiri dari herba

Inggu yaitu 0,1101 %.

Dari minyak atsiri yang

didapat dilakukan pemeriksaan

organoleptis yang meliputi

pemeriksaan warna, bau dan rasa.

Untuk pemeriksaan warna dilakukan

lanngsungb secara visual dan hasil

pemeriksaan menunjukkan minyak

atsiri herba Inggu berwarna hijau

muda. Untuk bau, minyak atsiri ini

berbau khas. Sedangkan untuk rasnya,

memiliki rasa yang pedas dan agak

pahit.

Karena minyak atsiri yang

didapatkan sedikit maka pemeriksaan

tetapan fisik yang didapat dilakukan

hanya penentuan bobot jenis (BJ) saja.

Komponen minyak atsiri dari

herba segar ruta graveolens L yang

timbul di Padang Panjang Sumaera

Barat. Dianalisa dengan menggunakan

alat GC-MS, pada pemeriksaan

dengan alat GC menunjukkan bahwa

minyak atsiri ini terdapat 21 puncak

dan hasil pemeriksaan ini langsung

dianalisa dengan spektrometer masa.

Komponen utamanya yang

didapat adalah 3 β kolesta 5 – en – 3

ol asetat, kolesta – 3,5 diena, 2 –

undekanon, 2- nonanon. Komposisin

yang didapat dari hasil penelitian

berbeda dengan literatur, komponen

untuk minyak atsiri Ruta graveolens L

dari Oran, Ageria adalah 2 –

undekanonon, 2 – nonanon, nonanol –

2 – asetat.

Hal ini mungkin disebabkan

karena perbedaan kondisi iklim,

geografis, keadaan tanah tempat

tanaman ini hidup dan pancaran sinar

matahari atau juga disebabkan

senyawa-senyawa minyak atsiri dapat

langsung berubah dari suatu bentuk ke

bentuk yang lain akibat dari sekresi,

ekresi, dan berbagai proses metabolise

lain yang terjadi pada tanaman

tersebut.

Kemudian pemeriksaan yang

berikutnya dari minyak herba Inggu

ini yaitu pengujian efek antioksidan

dengan menggunkan metoda DPPH

ditunjukkan oleh hambatan serapan

radikal DPPH pada panjang

gelombang serapan maksimum DPPH

yaitu 518 nM. Pengurangan serapan

DPPH berlangsung pada saat elektron

sunyi menjadi berpasangan karena

adanya suatu pembersih radiakal

bebes atau antioksidan yang ditandai

dengan berubahnya warna larutan

DPPH dari violet gelap menjadi

violet terang atau tidak berwarna (

Molyneux, 2004, Ansyory, Suparmi,

Tamimy, 2006). Pengukuran aktivitas

antioksidan dengan metoda DPPH

menggunakan sampe dalam jumlah

sedikit dan waktu yang sangat singkat.

Pengukuran aktivitas

antioksidan dari minyak Inggu dibuat

3 variasi konsentrasi yaitu 1; 0,5; 0,25

mg/ml. perbedaan konsebtrasi ini

berguna untuk mengetahui nilai IC50

dari sampel tersebut. Inhibition

concentration (IC50) adalah

konsentrasi sampel yang dibutuhkan

untuk membersihkan 50 % dari

konsentrasi DPPH (Molyneux, 2004).

Pengujian efek antioksidan

dari minyak atsiri Inggu mempunyai

aktivitas antioksidan yang aktif dan

berbeda nyata dari masing-masing

konsentrasi secara berurut-urut

adalah 1; 0,5; 0,25 mg/ml

memberikan inhibisi berturut-turut 61

% , 47,5 % dan 41,4 %.

Nilai IC50 dari minyak Inggu

dihitung berdasarkan persentase

inhibisi sehingga diperoleh nilai IC50

untuk variasi konsentrasi adalah 0,581

mg/ml.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Dari 2 kg sampel herba Inggu

ruta graveolens L di peroleh

minyak atsiri sebanyak 2,202 g

( 0,1101% b/b )

2. Dari hasil analisis GC – MS

minyak atsiri herba inggu

Ruta graveolens L terdapat 21

komponen, dengan komponen

utama adalah 3 β kolesrta 5

en-3 ol asetat, kolesta – 3,5

diena, 2- undekanon, 2 –

nonanon dengan persentase

berturut-turut 54,93; 10,52;

8,57; 6,58 %.

3. Minyak atsiri herba Inggu ruta

graveolens L mempunyai efek

antioksidan yang kecil pada 3

variasi konsentrasi yaitu 1;

0,5; 0,25 mg/ml sehingga

diperoleh nilai IC50 0,581

mg/ml

SARAN

Agar dilakukan isolasi lebih

lanjut untuk mendapatkan suatu

senyawa aktif dari minyak atsiri herba

Inggu yang ada di Sumatera Barat dan

isa dilakukan berbagai uji dari minyak

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guenther, E., 1949, Minyak Arsiri Jilid IV B, Jakarta , Hal 659-666.

2. Sauriasari, R., Mengenal Dan Menangka Radikal Bebas, Diambil

http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-22-Mengenal-Dan-

Menangkal-Radikal-Bebas.shtml

3. Marx, J.L., 1985, Oxsigen Free Radicals Linked To Many Diseases. Science,

235: 529-531.

4. Dalimarta S and Soedibyo M. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet

Suplemen. Trubus Angriwidya. Jakarta, 1998.

5. Agusta, A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, Penerbit ITB,

Bandung.

6. Anshory, H., 2006, Suparmi., Tamimy A.S., “Aktifitas Antioksidan Ekstak

Etanol Kulit Buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap

Penangkapan Radikal Bebas DPPH”. JIimiah Farmasi, Vol.3, No. 1, hal 9-

13.

7. Anonym, Radikal Bebas, diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/radikal-

bebas

8. Achmat, S.S, 1978, Beberapa Aspek Ilmu Kimia Minyak Atsiri, Departemen

Kimia Institusi Teknologi Bandung.

9. Creswell, C J., 1982, Analisis Spektrum Senyawa Organik, Penerbit ITB,

Bandung.

10. Ketaren.S, Djatmiko B., 1978, Minyak Atsiri Bersumber dari Buah dan

Bunga, Deprtemen Teknologi Hasil Pertanian Ftemeta,IPB, Bogor.

11. Ketaren.S, 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta.

12. Kristanto, A., W.A. Mustaqim, E. Suhartono, N. Qamariah, 2004. “Skrining

Tanaman Obat yang Berpotensi Sebagai Antioksidan In Vitro”, Mutiara

Medika 4 (1).

13. Salim, S., ‘Radikal Bebas dn Antioksidan Alami Tumbuh-Tumbuhan’, Jurnal

Penelitian Andalas, 28, Jaanuari, tahun XI, 1999, 52-60

14. Soedibyo, B.R.A. Mouryati, Alam Sumber Kesehatan dan Pemanfaatan,

Balai Pustaka, Jakarta, 1998.

15. Supari, F., “Radikal Bebas dan Patofisiologi Penyakit”, Prosiding Seminar

Senyawa Radikal dan Sistem Pangan ; Reaksi Biomolekuler, Dampak

terhadap Kesehatan dan Penangkalan, Bogor, 1994.