repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › chapter...

60
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakit Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 2009). Berdasarkan definisi Rumah Sakit tersebut di atas dapat dikatakan bahwa manajemen Rumah Sakit dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bersamaan pula dilaksanakan upaya perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta memelihara sanitasi Rumah Sakit. Manajemen harus menggunakan pendekatan proaktif untuk pencegahan kecelakaan. K3 harus menjadi bagian dalam kegiatan bisnis dan rencana strategis perusahaan yang dilaksanakan sebagai pendekatan sistem yang terpadu. Manajemen harus mengidentifikasi kekurangan manajemen yang terkait dengan penyebab terjadinya kecelakaan. Tujuan utama dari pelaksanaan K3 untuk pencegahan cedera, mengurangi biaya, dan memanfaatkan sumber daya yang efisien (Tweedy, 2005). Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. K3 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta

dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga

merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan

sehat serta kebersihan lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 2009). Berdasarkan

definisi Rumah Sakit tersebut di atas dapat dikatakan bahwa manajemen Rumah Sakit

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bersamaan pula dilaksanakan upaya

perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta memelihara

sanitasi Rumah Sakit.

Manajemen harus menggunakan pendekatan proaktif untuk pencegahan

kecelakaan. K3 harus menjadi bagian dalam kegiatan bisnis dan rencana strategis

perusahaan yang dilaksanakan sebagai pendekatan sistem yang terpadu. Manajemen

harus mengidentifikasi kekurangan manajemen yang terkait dengan penyebab

terjadinya kecelakaan. Tujuan utama dari pelaksanaan K3 untuk pencegahan cedera,

mengurangi biaya, dan memanfaatkan sumber daya yang efisien (Tweedy, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Tweedy (2005) menyatakan bahwa K3 pada pelayanan kesehatan terus

dikembangkan dan telah menjadi sebagai disiplin ilmu yang berbeda. Banyak pucuk

pimpinan organisasi pelayanan kesehatan masih mengabaikan kegiatan pengendalian

bahaya, pengelolaan risiko, dan pemeliharaan program K3 proaktif. Program K3 yang

diorganisasi dengan baik memainkan peran penting dalam memenuhi tantangan

menyediakan pelayanan pasien yang efektif dan pelayanan lain dalam suatu

lingkungan yang aman. Mengintegrasikan K3 ke dalam lingkungan pelayanan

menggunakan suatu pendekatan sistem tetap metode yang paling terbukti untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi pelayanan

kesehatan meliputi:

1. Membuat K3

2.

bagian integral dari kinerja pekerjaan.

Memahami kecelakaan kerja dan hubungannya dengan faktor biaya, waktu,

3.

dan

kinerja.

Mendidik semua personil tentang

4.

konsep dan prinsip dasar manajemen K3.

5.

Melibatkan seluruh staf dan unit kerja dalam program K3.

Membentuk komite K3 dengan menetapkan fungsi unit kerjanya masing-masing

6. Menerapkan sistem pengumpulan dan evaluasi informasi yang efektif.

.

7. Melakukan analisis keselamatan kerja yang terkait dengan penyebab.

8. Menerapkan teknik sistem keselamatan kerja pada program K3.

9. Menetapkan orientasi, pelatihan, dan pendidikan K3 yang berkualitas.

10. Memberikan perhatian pada perilaku yang tidak aman serta pengendalian bahaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) Rumah Sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan

tugas Rumah Sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan Rumah Sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3. Dasar Hukum Standar K3 Rumah Sakit

Dasar hukum standar K3 Rumah Sakit sebagaimana dinyatakan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan

dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit yaitu:

1. Undang-undang RI No. 13 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi

Organisasi/Perubahan Internasional No. 120 mengenai Hygiene dalam

Perniagaan dan Kantor-kantor

2. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

5. Undang-undang RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

6. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

7. Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

8. Undang-undang RI No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU RI

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

9. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

10. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

11. Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,

Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

12. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program

Jamsostek

13. Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

14. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2000 tentang K3 terhadap Pemanfaatan

Radiasi Pengion

15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah

Radioaktif

16. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi

Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

17. Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

18. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul

Karena Hubungan Kerja

19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 02 Tahun 1980 tentang

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan

Kerja

20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 04 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 02 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Automatik

22. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 03 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang

23. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 712 Tahun 1986 tentang Jasa Boga

24. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b Tahun 1988 tentang Akreditasi Rumah

Sakit

25. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit

Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya

dan Tata Cara Penanggulangan Seperlunya

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

26. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 84 Tahun 1990 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan

Swasta di Bidang Medik

27. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986 Tahun 1992 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

28. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 928 Tahun 1995 tentang Penyusunan

Analisis mengenai Dampak Lingkungan Bidang Kesehatan

29. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472 Tahun 1996 tentang Pengamanan

Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

30. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1075 Tahun 2003 tentang Sistem Informasi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

31. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261 Tahun 1998 tentang Persyaratan

Lingkungan Kerja

32. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum

33. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

34. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1406 Tahun 2002 tentang Standar

Pemeriksaan Kadar Timah Hitam Pada Spesimen Biomarker Manusia

35. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1407 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengendalian Dampak Pencemaran Udara

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

36. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1438 Tahun 2002 tentang Penggunaan Gas

Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan

37. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 424 Tahun 2003 tentang Penetapan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS) sebagai Penyakit yang Dapat Menimbulkan

Wabah dan Pedoman Penanggulangannya

38. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 228 Tahun 2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit

39. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 351 Tahun 2003 tentang Komite K3 Sektor

Kesehatan

40. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1217 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pengamanan Dampak Radiasi

41. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat

42. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit

43. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131 Tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan

Nasional

44. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

45. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 tentang Pedoman

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

46. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis

Pembagian urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan Antara Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

47. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 439 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

48. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 147 Tahun 2010 tentang Perizinan Rumah

Sakit

2.4. Perlunya Pelaksanaan K3 Rumah Sakit

Perlunya pelaksanaan K3 Rumah Sakit yaitu (Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 432 Tahun 2007):

1. Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di Indonesia; meningkatkan akses,

keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit.

2. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 RS serta tindak lanjut yang

merujuk pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 tentang

Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit dan Occupational Health and Safety

Advisory Services (OHSAS) 18001 tentang standar Sistem Manajemen K3.

3. Sistem manajemen K3 Rumah Sakit adalah bagian dari sistem manajemen Rumah

Sakit.

4. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan pengelolaan program K3 di Rumah

Sakit semakin tinggi karena pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan

kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan

maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak

memenuhi standar.

5. Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin meningkat;

tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.

6. Pelaksanaan K3 berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup Rumah Sakit.

7. Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan merupakan industri yang terdiri

dari banyak tenaga kerja (labor intensive), padat modal, padat teknologi, dan padat

pakar, bidang pekerjaan dengan tingkat keterlibatan manusia yang tinggi,

terbukanya akses bagi bukan pekerja Rumah Sakit dengan leluasa serta kegiatan

yang terus menerus setiap hari.

8. Beberapa isu K3 yang penting di Rumah Sakit; keselamatan pasien dan

pengunjung, K3 pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan

peralatan di Rumah Sakit yang berdampak terhadap keselamatan pasien dan

pekerja dan keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran

lingkungan.

9. Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan terintegrasi meliputi:

a. Masukan (input): kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi, logistik obat/

reagensia/peralatan, keuangan, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

b. Proses: pelayanan rawat jalan dan rawat inap (in and out patient), Instalasi

Gawat Darurat (IGD), pelayanan kamar operasi, pemulihan, yang dilaksanakan

dengan baik dan benar, dan lain-lain.

c. Keluaran (output): pelayanan dan pengobatan prima (excellence medicine and

services).

d. Lingkungan.

2.5. Masalah K3 Rumah Sakit

Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja merupakan masalah K3

yang dominan di Rumah Sakit. Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun

1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja

di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit

pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah

kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains:

52%; contussion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%;

fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:

1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of

Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983). Laporan lainnya yakni di

Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada perawat (16.8%)

dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813 perawat, 87%

pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera musculoskeletal

4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya kompensasi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

terbesar, yaitu lebih dari 1 miliar US$ per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian

sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas, namun

diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan

bahaya-bahaya yang ada di RS (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun

2007).

2.6. Bahaya-bahaya Potensial Di Rumah Sakit

Tweedy (2005) menkategorikan bahaya pada pelayanan kesehatan

sebagaimana tertera pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.Kategori Bahaya Pada Pelayanan Kesehatan

Kategori Bahaya Pengertiannya Contoh Bahaya

Biologi Agen biologi/infeksi seperti bakteri virus, jamur, parasit yang dapat menular melalui kontak pasien yang terinfeksi atau sekresi/cairan tubuh yang terkontaminasi

HIV, Vancomycin-resistant enterococcus (VRE), Merhicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C, Tuberculosis.

Kimia Bermacam bentuk bahan kimia yang berpotensi sebagai toksik atau mengiritasi sistem tubuh meliputi obat, pelarut, gas

Ethylene oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, limbah gas anestesi, bahaya obat-obatan seperti cytotoxic, pentamidine dan rivavirin.

Psikologis Faktor dan situasi yang ditemui atau berhubungan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja yang membuat atau berpotensi menimbulkan stres, tekanan emosional, atau masalah hubungan interpersonal

Stres, kekerasan di tempat kerja, kerja bergilir, jumlah tenaga kerja tidak memadai, beban kerja berat

Fisik Penyebab di lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan

Radiasi, laser, bising, listrik, suhu ekstrim

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Tabel 2.1. (Lanjutan)

Kategori Bahaya Pengertiannya Contoh Bahaya

kerusakan jaringan Lingkungan, mekanik/ biomekanik

Faktor yang terjadi di lingkungan kerja yang dapat berpotensi atau menyebabkan kecelakaan, cedera, keseleo, atau ketidaknyamanan

Bahaya tersandung, peralatan tidak aman/tidak memiliki pengaman, kualitas udara yang buruk, lantai licin, ruang tertutup, area kerja berantakan atau terhambat dan berlorong, pengerahan tenaga yang kuat, postur tubuh janggal, lingkungan kerja bertekanan, getaran, suhu ekstrim, gerakan atau kegiatan berulang-ulang atau terus menerus, mengangkat dan membawa pasien

Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai

untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit

dapat dikelompokkan seperti dalam tabel 2.2. (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1087 Tahun 2010).

Tabel 2.2.Bahaya-bahaya Potensial di Rumah Sakit

Kategori Bahaya Contoh Bahaya Bahaya Fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu

dingin, bising, getaran, pencahayaan Bahaya Kimia Ethylene oxide, formaldehyde, glutardehyde, ether,

halothane, etrane mercury, chlorine Bahaya Biologi Virus (Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV), bakteri (S.

Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp., H. Influenzae, S. Pneumoniae, N. Meningitidis, B. Streptococcus, Pseudomonas), jamur (Candida) dan parasit

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Tabel 2.2. (Lanjutan)

Kategori Bahaya Contoh Bahaya (S. Scabiei) Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,

angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong Bahaya Psikososial Kerja bergilir, stres beban kerja, hubungan kerja, post

traumatic Bahaya Mekanik Terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk

benda tajam Bahaya Listrik Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir,

listrik statis Kecelakaan Kecelakaan benda tajam Limbah RS Limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah, darah),

limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (droplet, liur, sputum)

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 menetapkan bahaya

potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit sebagaimana tertera pada

tabel 2.3.

Tabel 2.3. Bahaya Potensial Berdasarkan Lokasi dan Pekerja di Rumah Sakit

Bahaya

Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Berisiko

Fisik: Bising IPS-RS, laundry, dapur, CSSD,

gedung gensetboiler, IPAL Karyawan yang bekerja di lokasi tersebut

Getaran Ruang mesin-mesin dan perlatan yang menghasilkan getaran (ruang gigi, dan lain-lain)

Perawat, cleaning service, dan lain-lain

Debu Genset, bengkel kerja, laboratorium gigi, gudang rekam medis, incinerator

Petugas sanitasi, teknisi gigi, petugas IPS dan rekam medis

Panas CSSD, dapur, laundry, incinerator, boiler

Pekerja dapur, pekerja laundry, petugas sanitasi dan IP-RS

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Tabel 2.3. (Lanjutan)

Bahaya Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Berisiko

Radiasi X-Ray, OK yang menggunakan c-arm, ruang fisioterapi, unit gigi

Ahli radiologi, radioterapist dan radiografer, ahli fisioterapi dan petugas rontgen gigi

Kimia: Desinfektan Semua area Petugas kebersihan, perawat Cytotoxics

Farmasi, tempat pembuangan limbah, bangsal

Pekerja farmasi, perawat, petugas pengumpul sampah

Ethylene oxide Kamar operasi Dokter, perawat Formaldehyde

Laboratorium, kamar mayat, gudang farmasi

Petugas kamar mayat, petugas laboratorium dan farmasi

Methyl : Methacrylate, Hg (amalgam)

Ruang pemeriksaan gigi

Petugas/dokter gigi, dokter bedah, perawat

Solvents

Laboratorium, bengkel kerja, semua area di Rumah Sakit

Teknisi, petugas laborato-rium, petugas pembersih

Gas-gas anaestesi

Ruang operasi gigi, OK, ruang pemulihan (RR)

Dokter gigi, perawat, dokter bedah, dokter/perawat anaestesi

Biologi AIDS, Hepatitis B dan Non A Non B

IGD, kamar operasi, ruang pemeriksaan gigi, laborato-rium, laundry

Dokter, dokter gigi, perawat, petugas laborato-rium, petugas sanitasi dan laundry

Cytomegalovirus

Ruang kebidanan, ruang anak

Perawat, dokter yang bekerja di bagian Ibu dan anak

Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat Tuberculosis

Bangsal, laboratorium, ruang isolasi

Perawat, petugas laborato-rium, fisioterapis

Ergonomi Pekerjaan yang dilakukan secara manual

Area pasien dan tempat penyimpanan barang (gudang)

Petugas yang menangani pasien dan barang

Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan

Semua area

Semua karyawan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Tabel 2.3. (Lanjutan)

Bahaya Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Berisiko

Pekerjaan yang berulang

Semua area

Dokter gigi, petugas pembersih, fisioterapis, sopir, operator komputer, yang berhubungan dengan pekerjaan juru tulis

Psikososial Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman secara fisik

Semua area

Semua karyawan

2.7. Program K3 Rumah Sakit

Program K3 RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan

serta meningkatkan produktivitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien,

pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.

Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante

dari 3 komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, program K3 yang harus diterapkan adalah:

1.

a.

Pengembangan kebijakan K3RS

b.

Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;

Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan (setiap 3 tahun

dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

2.

a.

Pembudayaan perilaku K3RS

b.

Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik bagi

SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar pasien/pengunjung Rumah

Sakit;

c.

Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film, leaflet,

poster, pamflet, dan lain-lain;

3.

Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit RS dan pada

para pasien serta para pengantar pasien/pengunjung Rumah Sakit.

Pengembangan SDM K3RS

a. Pelatihan umum K3RS;

b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit per unit

Rumah Sakit;

c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal, pelatihan

lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.

4. Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational

Procedure (SOP) K3RS

a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;

b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;

c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja;

d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS;

e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

kebakaran;

f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;

g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan pengelolaan limbah

Rumah Sakit;

h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana;

i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;

j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;

k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);

l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah

Sakit.

5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja

a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang dianggap

berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja yang belum melaksanakan

program K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan program

K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan dan

mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS);

b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan observasi,

wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan, dan kuesioner, check list dan

evaluasi lingkungan tempat kerja secara rinci).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

6. Pelayanan kesehatan kerja

a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan

kesehatan berkala, dan kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit;

b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM yang

menderita sakit;

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan

fisik SDM Rumah Sakit;

d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah

Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja

e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.

yang berisiko dan berbahaya;

7. Pelayanan keselamatan kerja

a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan

peralatan kesehatan di Rumah Sakit;

b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di Rumah

Sakit;

c.

d.

Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan

Rumah Sakit;

8.

Pengadaan peralatan K3 RS.

a.

Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair

dan gas

Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

cair dan gas;

b.

9.

Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.

a.

Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya

b.

Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472 tahun 1996);

10.

Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan

penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data

Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar

Data Pengaman (LDP); lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus

(fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan cara

penanggulangan bila terjadi kontaminasi.

a.

Pengembangan manajemen tanggap darurat

b.

Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim

tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan, dan lain-

lain);

c.

Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;

d.

Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat;

e.

Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya serta membuat

denahnya (laboratorium, rontgen, farmasi, CSSD, kamar operasi, genset,

kamar isolasi penyakit menular, dan lain-lain);

Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana;

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

f.

g.

Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan

pengendalian bencana pada tempat-tempat yang berisiko tersebut;

h.

Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila

terjadi bencana;

i.

Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas di tempat-tempat

yang berisiko (masker, apron, kaca mata, sarung tangan, dan lain-lain);

j.

Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SDM Rumah Sakit;

k.

Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap darurat

Rumah Sakit;

11.

Evaluasi sistem tanggap darurat.

a.

Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan

K3

b.

Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan

kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk format

pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan);

Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya (alur

pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan,

penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan

celaka);

c.

Pendokumentasian data:

Data seluruh SDM Rumah Sakit;

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;

Data pekerja luar Rumah Sakit

yang sakit yang dilayani;

Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :

- Sebelum bekerja (awal) (orang)

- Berkala (orang)

- Khusus (orang)

Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;

Angka absensi SDM Rumah Sakit;

Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit;

Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit

;

Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah Sakit;

Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar Rumah Sakit;

Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

Kasus penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit

);

Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit

);

Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit

);

Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;

Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka

Data sarana prasarana dan peralatan keselamatan kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Data perizinan;

Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;

Data pelatihan dan sertifikasi;

• Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM Rumah

Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien;

Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan pengelolaan

makanan di Rumah Sakit (dapur);

• Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan

kerja, sudah dilatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sudah

dilatih tentang diagnosis PAK;

• Data kegiatan pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi dan

penggunaannya);

• Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan

pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja Rumah Sakit).

12. Review program tahunan

a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self

assessment akreditasi Rumah Sakit;

b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara langsung, observasi

singkat, survei tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang;

c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan

kecelakaan akibat kerja;

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.

2.8. Standar K3 Rumah Sakit

Standar K3RS sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010 memuat sebagai berikut:

A. Standar Pelayanan K3RS

A.1. Standar pelayanan kesehatan kerja di Rumah Sakit

Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti

tercantum pada pasal 164 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 03 Tahun 1982 tentang

Pelayanan Kesehatan Kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu

dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja SDM Rumah

Sakit:

a. Pemeriksaan fisik lengkap;

b. Kesegaran jasmani;

c. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax, laboratorium rutin, EKG);

d. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;

e. Jika 3 bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter

(pemeriksaan berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan

pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.

2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit:

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,

rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta

pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu;

b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-kurangnya

1 tahun.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada:

a. SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang

memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;

b. SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau SDM

Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM

Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu;

c. SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai

gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai

dengan kebutuhan;

d. Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-

keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi

Pelaksana K3 RS.

4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan

memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik

fisik maupun mental terhadap pekerjanya. Yang diperlukan antara lain:

a. Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan

K3;

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

b. Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya;

c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan APD dan kewajibannya;

d. Orientasi K3 di tempat kerja;

e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan

kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka

menciptakan budaya K3.

5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik

SDM:

a. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM

Rumah Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab., petugas

kesehatan lingkungan, dan lain-lain;

b. Pemberian imuniasasi bagi SDM Rumah Sakit;

c. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;

d. Pembinaan mental/rohani.

6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM yang

menderita sakit:

a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah

Sakit;

b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM

Rumah Sakit yang terkena penyakit akibat kerja;

c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan

kesehatan khusus;

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.

7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien:

1. Pertemuan koordinasi;

2. Pembahasana kasus;

3. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.

8. Melaksanakan kegiatan surveilens kesehatan kerja:

a. Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis

bahaya dan besarnya risiko;

b. Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan jenis pekerjaannya,

lama pajanan dan dosis pajanan;

c. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus;

d. Melakukan tindak lanjut analisis pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus

(dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan memberikan

istirahat kerja);

e. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit.

9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan

dengan kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,

biologi, psikososial, dan ergonomi).

10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 RS yang disampaikan

kepada Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah

Sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

A.2. Standar pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,

prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan:

1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan

peralatan kesehatan:

a. Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,

keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian

kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit;

b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan

kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan

bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia

lanjut;

c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan

dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit;

d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit

harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya

(sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan

kesehatan Rumah Sakit);

e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan

berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya

didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan;

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus

memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan

laik pakai;

g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan

kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian

Fasilitas Kesehatan dan/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang

berwenang;

h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi

ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;

i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan

kesehatan.

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM

Rumah Sakit:

a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja

dan SDM Rumah Sakit;

b. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko

ergonomi.

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja:

a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang

memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial;

b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan

psikososial secara rutin dan berkala;

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki

lingkungan kerja.

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi:

Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana

sanitasi yang memenuhi syarat, meliputi:

a. Penyehatan makanan dan minuman;

b. Penyehatan air;

c. Penyehatan tempat pencucian;

d. Penanganan sampah dan limbah;

e. Pengendalian serangga dan tikus;

f. Sterilisasi/desinfeksi;

g. Perlindungan radiasi;

h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.

5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja:

a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan;

b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri;

c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri;

d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan

peralatan keselamatan dan alat pelindung diri.

6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah

Sakit:

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah

Sakit;

b. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada petugas K3

Rumah Sakit.

7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/ lay out pembuatan

tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan

keamanan:

a. Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam perencanaan, desain/ lay out

pembuatan tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan

peralatan keselamatan kerja;

b. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan

peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan

persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan.

8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya:

a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka;

b. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris

celaka (near miss) dan celaka.

9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan

Penanggulangan Kebakaran (MSPK):

a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan

penanggulangan kebakaran;

b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran;

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

c. Membuat SOP;

d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan

kebakaran;

e. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran.

10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan

kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di

wilayah kerja Rumah Sakit.

B. Standar K3 Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan

untuk menyelenggarakan upaya kesehatan kesehatan. Alat kesehatan adalah

instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang

digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan

penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/ atau

membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Standar K3 perbekalan kesehatan di Rumah Sakit meliputi:

B.1. Standar Manajemen

Standar manajemen perbekalan Rumah Sakit meliputi:

1. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah

Sakit harus dilengkapi dengan:

a. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3 RS yang mengacu minimal pada

peraturan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

- Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

- Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

- Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

- Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

- Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05/Men/1996 tentang Sistem

Manajemen K3;

- Keputusan Menteri Kesehatan RI No.876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang

Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;

- Keputusan Menkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;

- Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

- Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.432/Menkes/IV/2007 tentang

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan di Rumah Sakit.

b. Pedoman dan standar prosedur operasional K3

c. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi:

- Izin Mendirikan Bangunan;

- Izin Penggunaan Bangunan khusus untuk DKI Jakarta Raya;

- Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan;

- Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran;

- Izin Deepwell, khusus untuk DKI Jakarta Raya;

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

- Izin Operasional Rumah Sakit untuk Rumah Sakit Swasta dan BUMN;

- Izin Pemakaian Lift;

- Izin Instalasi Listrik;

- Izin Pemakaian Diesel;

- Izin Instalasi Petir;

- Izin Pemakaian Boiler;

- Penggunaan Radiasi;

- Izin Bejana Tekan;

- Izin Pengolahan Limbah Padat, Cair, Gas.

d. Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal

e. Sertifikasi

f. Program pemeliharaan

g. Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan layak pakai

h. Manual operasional yang jelas

i. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan penyediaan alat pemadam

api/kebakaran

j. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu penunjuk arah

k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan

l. Fasilitas penanganan limbah padat, cair, dan gas

2. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah

Sakit yang menggunakan bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

dilengkapi dengan MSDS (Material Safety Data Sheet), dan disediakan ruang

atau tempat penyimpanan khusus bahan beracun berbahaya yang aman.

3. Setiap operator/petugas sarana, prasarana dan peralatan, harus dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala.

4. Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan atau monitoring kualitas

lingkungan kerja secara berkala dan berkesinambungan.

5. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus dikelola dan dilakukan oleh

petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

6. Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko dan berbahaya dengan

dilengkapi simbol-simbol khusus untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan

berbahaya, terutama laboratorium, radiologi, farmasi, sterilisasi sentral, kamar

operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular, pengolahan limbah dan laundry.

7. Khusus sarana bangunan yang menggunakan bahan beracun berbahaya harus

dilengkapi fasilitas dekontaminasi bahan beracun berbahaya.

8. Program penyehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi; penyehatan ruangan,

bangunan dan fasilitas snaitasi termasuk pencahayaan, penghawaan dan

kebisingan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan

limbah, penyehatan tempat pencucian umum termasuk laundry, pengendalian

serangga, tikus dan binatang pengganggu lain, pemantauan sterilisasi dan

desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi dan promosi kesehatan lingkungan.

9. Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksaan K3 sarana, prasarana, dan

peralatan Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

10. Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala terhadap sarana, prasarana

dan peralatan yang disesuaikan dengan jenisnya.

B.2. Standar Teknis

B.2.1. Standar Teknis Sarana

1. Lokasi dan bangunan:

Secara umum lokasi Rumah Sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat,

bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat

bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri, dan limbah pabrik.

Didalam Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

khususnya pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi Rumah Sakit harus

memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata

ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan

penyelenggaraan Rumah Sakit. Sedangkan untuk persyaratan bangunan diatur

pada pasal 9 yakni bangunan Rumah Sakit harus memenuhi: persyaratan

administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk persyaratan teknis

bangunan Rumah Sakit, harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan

dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua

orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan.

Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.

Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Rumah Sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2

a. Ruang bayi:

per tempat tidur. Perbandingan

jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi

adalah:

- Ruang perawatan minimal 2 m2

- Ruang isolasi minimal 3,5 m

/TT

2

b. Ruang dewasa/anak:

/TT

- Ruang perawatan minimal 4,5 m2

- Ruang isolasi minimal 6 m

/TT

2

Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran minimal:

/TT

- Ruang periksa 3 x 3 m

- Ruang tindakan 3 x 4 m

2

- Ruang tunggu 6 x 6 m

2

- Ruang utilitas 3 x 3 m

2

Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang perawatan mempunyai:

2

- Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 TT : 1

- Bebas serangga dan tikus

- Kadar debu maksimal 150 µg/m3

- Tidak berbau (terutama H

udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam

2S dan atau NH3

- Pencahayaan 100 -200 lux

)

Universitas Sumatera Utara

Page 37: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

- Suhu 26 - 27 o

- Kelembaban 40-50% (dengan AC) kelembaban udara ambient (tanpa AC)

C (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC) dengan sirkulasi

udara yang baik

- Kebisingan < 45 dB(A)

2. Lantai:

a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan mudah

dibersihkan dan berwarna terang;

b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah

dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air;

c. Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk

berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik

dan tidak mudah terbakar.

3. Dinding (mengacu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit):

a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam

berat;

b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-

langit, membentuk konus (tidak membentuk siku);

c. Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air;

d. Permukaan dinding keramik rata, rapi, sisa permukaan keramik dibagi sama

ke kanan dan ke kiri;

Universitas Sumatera Utara

Page 38: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

e. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara dinding

bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi;

f. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m

dari lantai.

4. Pintu/Jendela:

a. Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm;

b. Pintu dapat dibuka dari luar;

c. Khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door closer dan

membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api

minimal 2 jam;

d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai;

e. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji;

f. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus

dapat menutup sendiri (dipasang door close);

g. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari 2 (dua) daun pintu dan dilapisi Pb

minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan

lampu merah tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.

5. Plafon:

a. Rangka plafon kuat dan anti rayap;

b. Permukaan plafon berwarna terang, mudah dibersihkan, tidak menggunakan

berbahan asbes;

c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai;

Universitas Sumatera Utara

Page 39: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur;

e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah

dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan

langit-langit.

6. Ventilasi:

a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup

luas minimum 15% dari luas lantai;

b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang

operasi kombinasi antara fan, exhauster dan Air-Conditioner/ AC harus

dapat memberikan sirkulasi udara dengan tekanan positif;

c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.

7. Atap:

a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang

pengganggu lain;

b. Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal

petir.

8. Sanitasi:

a. Closet, urinoir, wastafel, dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan

tidak cacat, serta mudah dibersihkan;

b. Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat dan berfungsi dengan baik;

c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus, dinding kuat, tidak menimbulkan bau,

dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue;

Universitas Sumatera Utara

Page 40: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

d. Bak mandi tidak berujung, lancip, tidak menjadi sarang nyamuk, dan mudah

dibersihkan;

e. Indeks perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toiletnya dan

kamar mandi 10 : 1;

f. Indeks perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar

mandi 20 : 1;

g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet,

keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.

9. Air bersih:

a. Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500 liter/

tempat tidur);

b. Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam

(artesis);

c. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan

sekali;

d. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam

penanggulangan kebakaran.

10. Pemipaan (Plumbing):

a. Sistem pemipaan menggunakan kode warna: biru untuk pemipaan air bersih

dan merah untuk pemipaan kebakaran;

b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor;

Universitas Sumatera Utara

Page 41: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

c. Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi

listrik.

11. Saluran (Drainase):

a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air, dan

berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah

aliran pembuangan.

b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak kontrol

dalan jarak tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi

penutup yang mudah dibuka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi

dengan baik.

12. Jalur yang melandai/lereng (Ramp):

a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat;

b. Ramp untuk evaluasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 cm, khusus

ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kedua

ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm;

c. Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak

licin;

d. Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi

dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif.

13. Tangga:

a. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah;

b. Lebar injakan minimum 28 cm;

Universitas Sumatera Utara

Page 42: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

c. Tinggi injakan maksimum 21 cm;

d. Tidak berbentuk bulat/spiral;

e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam;

f. Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat;

g. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan rambat

mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi;

h. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan.

14. Jalur pejalan kaki (Pedestrian track):

a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak licin;

b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan;

c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border;

d. Drainase searah jalur;

e. Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur 2 arah);

f. Tepi jalur pasang pengaman.

15. Area Parkir:

a. Area parkir harus tertata dengan baik;

b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya;

c. Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar;

d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk mempermudah

dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum;

Universitas Sumatera Utara

Page 43: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

e. Parkir basement dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk

menghilangkan udara tercemar di dalam ruang basement, dilengkapi

petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta pemadam

kebakaran.

16. Pemandangan (Landscape): Jalan, Taman

a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas.

b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan

tidak menimbulkan bau.

c. Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang

ada.

d. Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan

kansten dan dirawat.

e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).

f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu

jaga.

g. Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk

umum, terpampang di bagian depan Rumah Sakit.

h. Taman tertata rapi terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan,

kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien Rumah

Sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

B.2.2. Standar Teknis Prasarana

1. Penyediaan Listrik:

a. Untuk Rumah Sakit yang memiliki kapasitas daya tersambung dari PLN

minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik

tegangan menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai pedoman

bahwa Rumah Sakit kelas B mempunyai kapasitas daya listrik ± 1 MVA

(1000 KVA);

b. Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL;

c. Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan catu daya khusus dengan

sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan

UPS/Uninteruptable Power Supply);

d. Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2

e. Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan;

(sesuai kebutuhan) terletak di

gedung COT, ICU, ICCU, dan diberi pendingin ruangan;

f. Kapasitas generator set (genset) disediakan minimal 40% dari daya terpasang

dan dilengkapi AMF dan ATS system;

g. Grounding system harus terpisah antara grounding panel gedung dan panel

alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.

2. Instalasi Penangkal Petir

Penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker RI No. 2 Tahun 1989.

3. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran:

Universitas Sumatera Utara

Page 45: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

a. Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sesuai dengan Norma Standar

Pedoman dan Manual (NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Peraturan

Menteri Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1980;

b. Hidran terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup,

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;

c. Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi

kebutuhan luas area;

d. Tersedia koneksi siamese;

e. Tersedia pompa hidran dengan generator cadangan;

f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran;

g. Tersedia sistem alarm kebakaran otomatis sesuai dengan Permenaker RI No. 2

Tahun 1983.

4. Sistem Komunikasi:

a. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik.

b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral

telepon dan posko tanggap darurat).

c. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik.

d. Tersedia komunikasi lain (HT, paging system dan alarm) untuk mendukung

komunikasi tanggap darurat.

e. Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan berfungsi

dengan baik.

f. Tersedia sistem tata suara (central sound system).

Universitas Sumatera Utara

Page 46: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

g. Tesedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close Circuit Television).

5. Gas Medis:

a. Tersedia gas media dengan sistem sentral atau tabung;

b. Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi

dengan baik dilengkapi dengan alarm untuk menunjukkan kondisi sentral gas

medis dalam keadaan rusak/ketersediaan gas tidak cukup;

c. Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan sentral gas medik;

d. Kapasitas sentral gas medis telah sesuai dengan kebutuhan;

e. Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida (NO2

6. Limbah Cair:

), gas

tekan dan vakum.

Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya.

7. Pengolahan Limbah Padat:

a. Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria

limbah;

b. Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi dengan

baik;

c. Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan berfungsi

dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

B.2.3. Standar Peralatan Rumah Sakit

1. Memiliki perizinan;

2. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Badan Pengujian Fasilitas Kesehatan

dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;

3. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait;

4. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus

diawasi oleh lembaga yang berwenang;

5. Penggunaan peralatan medis dan non medis di Rumah Sakit harus dilakukan

sesuai dengan indikasi medis pasien;

6. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh

petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya;

7. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan

berkesinambungan.

C. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah medis Rumah Sakit termasuk kedalam kategori limbah berbahaya

dan beracun sangat penting untuk dikelola secara benar. Sebagian limbah medis

termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori

infeksius.

Kategori B3 meliputi: memancarkan radiasi, mudah meledak, mudah

menyala atau terbakar, oksidator, toksik, korosif, karsinogenik, iritasi, teratogenik,

mutagenik, dan arus listrik.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3

Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 yaitu:

1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri

dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh

petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label

atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi

didapatkan dari lembar data keselamatan bahan (MSDS).

2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan

sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus

memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.

3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang

dilakukan meliputi:

a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan

alat perlindungan diri, dan menjaga hygiene perorangan.

b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan

lembar MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang,

pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan.

c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur, dan proses kerja yang aman.

d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.

4. Untuk mengurangi risiko karena penanganan bahan berbahaya, antara lain:

a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan

yang kurang berbahaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin

dengan cara memilih proses kontinu yang menggunakan bahan setiap saat

lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga

risiko dalam penyimpanan kecil.

c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan

berbahaya yang menyangkut. Sifat berbahaya, cara penanganan, cara

penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/

tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya.

Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur atau produsen bahan

bahan berbahaya yang bersangkutan.

d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan

bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar

kontaminasi tidak melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan.

e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan

mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur

kerja yang aman.

f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat

melalui pengujian, pelatihan, dan pengawasan.

g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan

petunjuk teknis yang ada dan dan memberikan tanda-tanda peringatan yang

sesuai dan jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan

berbahaya.

i. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman,

bersih, dan terpelihara dengan baik.

j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara

memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya

pemanfaatan kembali atau daur ulang.

Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya

Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang

diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil

perusahaan (company profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi

lengkap dari materi atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan

K3 dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.

Setiap unit kerja /instalasi /satuan kerja yang menggunakan, menyimpan,

mengelola B3 harus menginformasikan kepada Instalasi Logistik sebagai unit

pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta

termasuk jenis B3. Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir

seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem

penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan. Hal-hal yang menjadi

kriteria penilaian:

1. Kapabilitas. Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang

tertulis dalam kontrak kerjasama.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

2. Kualitas dan garansi. Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah

sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang

disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang diberikan.

3. Persyaratan K3 dan lingkungan:

a. Menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);

b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001;

c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan;

d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.

4. Sistem mutu:

a. Metodologi bagus;

b. Dokumen sistem mutu lengkap;

c. Sudah sertifikasi ISO 9000.

5. Pelayanan:

a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada;

b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya;

c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan;

d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai

sumber daya manusia yang handal.

Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun

Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan,

menggunakan, dan lain-lain) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan

cara penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

1. Penanganan untuk personil:

a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan;

b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan;

c. Letakkan bahan sesuai ketentuan;

d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk;

e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan;

f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama;

g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata;

h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penetapan bahan,

hindari terjadinya tumpahan/kebocoran;

i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas;

j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan

bahaya/kecelakaan (accident atau near miss) melalui form yang disediakan

dan alur yang telah ditetapkan.

2. Penanganan berdasarkan lokasi

Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat

penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3) yang ada di Rumah Sakit harus

ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area

bersangkutan, serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan disebarluaskan/

disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

3. Penanganan administratif

Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi

tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan dilokasi tersebut tersedia SOP untuk

menangani B3 antara lain:

a. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi;

b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan;

c. Cara penanganan B3, dan lain-lain.

D. Standar Sumber Daya Manusia K3RS

1. Kriteria tenaga K3 untuk Rumah Sakit Kelas B:

a. S-2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit;

b. Tenaga kesehatan masyarakat K3 Diploma III dan S-1 minimal 1 orang dan

mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah

Sakit;

c. Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang

dengan sertifikasi K3/ Hiperkes dan mendapatkan pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit;

d. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang

mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit

minimal 1 orang;

e. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi

mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang;

Universitas Sumatera Utara

Page 54: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

f. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang

mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi K3 Rumah Sakit minimal 1

orang;

g. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi

mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.

2. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3

Program pengembangan SDM K3 di Rumah Sakit merupakan hal pokok

yang tidak bisa dikesampingkan. Direksi memegang peranan penting dalam

membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai

organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat.

Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses

yang efektif merupakan komitmen bersama.

Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam

mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan,

orientasi, assessment, pelatihan dan pengembangan kompetensi/ keahlian lainnya,

rotasi dan mutasi, serta reward dan punishment.

Program pelatihan yang dikembangkan baik untuk pekerja Rumah Sakit

maupun pekerja subkontrak setidaknya mempunyai unsur:

1. Identifikasi kebutuhan pelatihan pekerja yang dituangkan dalam matriks

pelatihan;

2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu;

3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3;

Universitas Sumatera Utara

Page 55: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua pekerja

Rumah Sakit di bidang K3;

5. Harus ada kegiatan keterampilan memalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah,

pendidikan lanjutan yang dibutikan dengan sertifikat;

6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau

perundang-undangan;

7. Pelatihan untuk sekelompok pekerja yang menjadi sasaran;

8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima;

9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima;

E. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan

1. Pembinaan dan pengawasan

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang.

Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan,

bimbingan teknis dan temu konsultasi, dan lain-lain.

Pengawasan pelaksanaan standar K3 di Rumah Sakit dibedakan dalam 2

(dua) macam, yakni:

a. Pengawasan internal yang dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah Sakit yang

bersangkutan;

b. Pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas

Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

2. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara

tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3 RS secara

keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3 RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit

teknis terkait di wilayah Rumah Sakit (Dinas Kesehatan setempat, cq.

Penanggungjawab/ Pengelola Program Kesehatan Kerja).

Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun

dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil

pelaksanaan K3; mencatat dan melaporkan setiap kejadian/ kasus K3, dan menyusun

dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.

Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan

melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3 yang tercakup didalam:

a. Program K3 termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan lingkungan

Rumah Sakit;

b. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan

tindak lanjutnya.

Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3,

dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah ada

atau yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap

waktu, sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan atau

pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal).

Universitas Sumatera Utara

Page 57: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

Pelaporan terdiri dari pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan)

dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/ insidentil

yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus

yang berkaitan dengan K3.

Setiap kegiatan dan atau kejadian/ kasus sekecil apapun yang berkaitan

dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi

K3 di Rumah Sakit.

Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk

laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

Agar penerapan K3 RS dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku,

maka perlu (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010):

1. Disusun kebijakan pelaksanaan K3 RS yang meliputi:

1) Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit;

2) Menyediakan organisasi K3 RS sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah

Sakit;

3) Melakukan sosialisasi K3 RS pada seluruh jajaran Rumah Sakit;

4) Membudayakan perilaku K3 RS;

5) Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3 di masing-masing unit

kerja di Rumah Sakit;

6) Meningkatkan Sistem Informasi K3 RS.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

2. Langkah dan strategi pelaksanaan K3 RS:

1) Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, sosialisasi dan pembudayaan K3 RS.

2) Menyusun kebijakan K3 RS yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.

3) Membentuk organisasi K3 RS.

4) Perencanaan K3 sesuai standar K3 di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan.

5) Menyusun pedoman dan SOP K3 di Rumah Sakit:

a. Pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;

b. Pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;

c. Pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja;

d. Pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran;

e. Pedoman pelaksanaan tanggap darurat di Rumah Sakit;

f. Pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;

g. Pedoman pengelolaan faktor risiko di Rumah Sakit;

h. Pedoman pengelolaan limbah Rumah Sakit;

i. Pedoman kontrol terhadap penyakit infeksi;

j. Pedoman kontrol terhadap bahan beracun dan berbahaya (B3);

k. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah

Sakit.

6) Melaksanakan 12 program K3 di Rumah Sakit.

7) Melakukan evaluasi pelaksanaan program K3 di Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

8) Melakukan internal audit program K3 di Rumah Sakit dengan menggunakan

self assessment akreditasi Rumah Sakit yang berlaku.

9) Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.

2.9. Landasan Teori

Risiko pekerjaan di Rumah Sakit dapat dicegah (preventable) melalui

pemenuhan standar K3 Rumah Sakit. Standar K3 merupakan kebijakan yang

ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010 yang

wajib untuk dilaksanakan. Pemenuhan standar K3 Rumah Sakit merupakan upaya

untuk menjamin konsistensi dan efektivitas Rumah Sakit dalam pengendalian sumber

bahaya untuk meminimalkan risiko, mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja, mengurangi klaim kecelakaan kerja dan sakit, serta

memaksimalkan efisiensi yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas

kerja. Output dari implementasi standar K3 RS adalah terciptanya lingkungan kerja

yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, dan aman dan sehat bagi pasien,

pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar RS. Output akan bermuara pada

outcome berupa mutu pelayanan kesehatan. Variabel output dan outcome dalam

penelitian ini tidak diteliti.

Pemenuhan standar K3 meliputi 5 sub standar yang terdiri dari Standar

Pelayanan K3 RS, Standar K3 Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit, Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun, Standar Sumber Daya Manusia K3RS, dan

Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan. Kelima sub standar tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 60: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. K3 Rumah Sakityang dominan di Rumah Sakit. Hasil

harus dipenuhi oleh seluruh jajaran manajemen yang ada dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Departemen dan Bagian Penunjang Pelayanan

Rumah Sakit). Setiap point dalam standar ini bersifat praktis dan terukur sehingga

mudah untuk diterapkan. Penerapan standar K3 RS bersifat wajib dan dievaluasi

secara periodik serta dijadikan sebagai acuan dalam penilaian akreditasi RS.

Pomfret (2004) menyatakan bahwa efektif tidaknya pelaksanaan K3

tergantung pada kualitas pemenuhan dari persyaratan yang ditentukan. Kunci agar

pekerjaan aman dan lingkungan kerja sehat dibutuhkan pemenuhan standar K3 secara

komprehensif (OSHA, 2003). Tempat kerja yang telah memenuhi standar K3

menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan, komitmen terhadap K3 dan peningkatan

standar dalam manajemen, dan mengendalikan risiko

(EHSC-RSC, 2009).

2.10. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

1. Standar Pelayanan K3RS 2. Standar K3 Perbekalan

Kesehatan di RS 3. Pengelolaan B3 4. Standar SDM K3 RS 5. Pembinaan, Pengawasan,

Pencatatan dan Pelaporan

Implementasi Tingkat

Pencapaian Pemenuhan

Standar K3 RS

Baik Sedang Kurang

Universitas Sumatera Utara