repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 52682 › chapter...
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. K3 Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga
merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan
sehat serta kebersihan lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 2009). Berdasarkan
definisi Rumah Sakit tersebut di atas dapat dikatakan bahwa manajemen Rumah Sakit
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bersamaan pula dilaksanakan upaya
perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta memelihara
sanitasi Rumah Sakit.
Manajemen harus menggunakan pendekatan proaktif untuk pencegahan
kecelakaan. K3 harus menjadi bagian dalam kegiatan bisnis dan rencana strategis
perusahaan yang dilaksanakan sebagai pendekatan sistem yang terpadu. Manajemen
harus mengidentifikasi kekurangan manajemen yang terkait dengan penyebab
terjadinya kecelakaan. Tujuan utama dari pelaksanaan K3 untuk pencegahan cedera,
mengurangi biaya, dan memanfaatkan sumber daya yang efisien (Tweedy, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Tweedy (2005) menyatakan bahwa K3 pada pelayanan kesehatan terus
dikembangkan dan telah menjadi sebagai disiplin ilmu yang berbeda. Banyak pucuk
pimpinan organisasi pelayanan kesehatan masih mengabaikan kegiatan pengendalian
bahaya, pengelolaan risiko, dan pemeliharaan program K3 proaktif. Program K3 yang
diorganisasi dengan baik memainkan peran penting dalam memenuhi tantangan
menyediakan pelayanan pasien yang efektif dan pelayanan lain dalam suatu
lingkungan yang aman. Mengintegrasikan K3 ke dalam lingkungan pelayanan
menggunakan suatu pendekatan sistem tetap metode yang paling terbukti untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi pelayanan
kesehatan meliputi:
1. Membuat K3
2.
bagian integral dari kinerja pekerjaan.
Memahami kecelakaan kerja dan hubungannya dengan faktor biaya, waktu,
3.
dan
kinerja.
Mendidik semua personil tentang
4.
konsep dan prinsip dasar manajemen K3.
5.
Melibatkan seluruh staf dan unit kerja dalam program K3.
Membentuk komite K3 dengan menetapkan fungsi unit kerjanya masing-masing
6. Menerapkan sistem pengumpulan dan evaluasi informasi yang efektif.
.
7. Melakukan analisis keselamatan kerja yang terkait dengan penyebab.
8. Menerapkan teknik sistem keselamatan kerja pada program K3.
9. Menetapkan orientasi, pelatihan, dan pendidikan K3 yang berkualitas.
10. Memberikan perhatian pada perilaku yang tidak aman serta pengendalian bahaya.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan
tugas Rumah Sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3. Dasar Hukum Standar K3 Rumah Sakit
Dasar hukum standar K3 Rumah Sakit sebagaimana dinyatakan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit yaitu:
1. Undang-undang RI No. 13 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi/Perubahan Internasional No. 120 mengenai Hygiene dalam
Perniagaan dan Kantor-kantor
2. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Undang-undang RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
6. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
7. Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
8. Undang-undang RI No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU RI
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
9. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
10. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
11. Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
12. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jamsostek
13. Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
14. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2000 tentang K3 terhadap Pemanfaatan
Radiasi Pengion
15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah
Radioaktif
16. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
17. Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
18. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
Karena Hubungan Kerja
19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 02 Tahun 1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 04 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 02 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik
22. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 03 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang
23. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 712 Tahun 1986 tentang Jasa Boga
24. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b Tahun 1988 tentang Akreditasi Rumah
Sakit
25. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit
Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya
dan Tata Cara Penanggulangan Seperlunya
Universitas Sumatera Utara
26. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 84 Tahun 1990 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan
Swasta di Bidang Medik
27. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986 Tahun 1992 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
28. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 928 Tahun 1995 tentang Penyusunan
Analisis mengenai Dampak Lingkungan Bidang Kesehatan
29. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472 Tahun 1996 tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
30. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1075 Tahun 2003 tentang Sistem Informasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
31. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261 Tahun 1998 tentang Persyaratan
Lingkungan Kerja
32. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum
33. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
34. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1406 Tahun 2002 tentang Standar
Pemeriksaan Kadar Timah Hitam Pada Spesimen Biomarker Manusia
35. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1407 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
Universitas Sumatera Utara
36. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1438 Tahun 2002 tentang Penggunaan Gas
Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan
37. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 424 Tahun 2003 tentang Penetapan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) sebagai Penyakit yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Pedoman Penanggulangannya
38. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 228 Tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
39. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 351 Tahun 2003 tentang Komite K3 Sektor
Kesehatan
40. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1217 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi
41. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat
42. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit
43. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131 Tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
44. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
45. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
46. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Pembagian urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan Antara Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
47. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 439 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
48. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 147 Tahun 2010 tentang Perizinan Rumah
Sakit
2.4. Perlunya Pelaksanaan K3 Rumah Sakit
Perlunya pelaksanaan K3 Rumah Sakit yaitu (Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 432 Tahun 2007):
1. Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di Indonesia; meningkatkan akses,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit.
2. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 RS serta tindak lanjut yang
merujuk pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit dan Occupational Health and Safety
Advisory Services (OHSAS) 18001 tentang standar Sistem Manajemen K3.
3. Sistem manajemen K3 Rumah Sakit adalah bagian dari sistem manajemen Rumah
Sakit.
4. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan pengelolaan program K3 di Rumah
Sakit semakin tinggi karena pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan
maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
memenuhi standar.
5. Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin meningkat;
tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.
6. Pelaksanaan K3 berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup Rumah Sakit.
7. Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan merupakan industri yang terdiri
dari banyak tenaga kerja (labor intensive), padat modal, padat teknologi, dan padat
pakar, bidang pekerjaan dengan tingkat keterlibatan manusia yang tinggi,
terbukanya akses bagi bukan pekerja Rumah Sakit dengan leluasa serta kegiatan
yang terus menerus setiap hari.
8. Beberapa isu K3 yang penting di Rumah Sakit; keselamatan pasien dan
pengunjung, K3 pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di Rumah Sakit yang berdampak terhadap keselamatan pasien dan
pekerja dan keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan.
9. Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan terintegrasi meliputi:
a. Masukan (input): kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi, logistik obat/
reagensia/peralatan, keuangan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Proses: pelayanan rawat jalan dan rawat inap (in and out patient), Instalasi
Gawat Darurat (IGD), pelayanan kamar operasi, pemulihan, yang dilaksanakan
dengan baik dan benar, dan lain-lain.
c. Keluaran (output): pelayanan dan pengobatan prima (excellence medicine and
services).
d. Lingkungan.
2.5. Masalah K3 Rumah Sakit
Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja merupakan masalah K3
yang dominan di Rumah Sakit. Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun
1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja
di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit
pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah
kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains:
52%; contussion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%;
fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of
Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983). Laporan lainnya yakni di
Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada perawat (16.8%)
dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813 perawat, 87%
pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera musculoskeletal
4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya kompensasi
Universitas Sumatera Utara
terbesar, yaitu lebih dari 1 miliar US$ per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian
sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas, namun
diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan
bahaya-bahaya yang ada di RS (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun
2007).
2.6. Bahaya-bahaya Potensial Di Rumah Sakit
Tweedy (2005) menkategorikan bahaya pada pelayanan kesehatan
sebagaimana tertera pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.Kategori Bahaya Pada Pelayanan Kesehatan
Kategori Bahaya Pengertiannya Contoh Bahaya
Biologi Agen biologi/infeksi seperti bakteri virus, jamur, parasit yang dapat menular melalui kontak pasien yang terinfeksi atau sekresi/cairan tubuh yang terkontaminasi
HIV, Vancomycin-resistant enterococcus (VRE), Merhicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C, Tuberculosis.
Kimia Bermacam bentuk bahan kimia yang berpotensi sebagai toksik atau mengiritasi sistem tubuh meliputi obat, pelarut, gas
Ethylene oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, limbah gas anestesi, bahaya obat-obatan seperti cytotoxic, pentamidine dan rivavirin.
Psikologis Faktor dan situasi yang ditemui atau berhubungan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja yang membuat atau berpotensi menimbulkan stres, tekanan emosional, atau masalah hubungan interpersonal
Stres, kekerasan di tempat kerja, kerja bergilir, jumlah tenaga kerja tidak memadai, beban kerja berat
Fisik Penyebab di lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan
Radiasi, laser, bising, listrik, suhu ekstrim
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Kategori Bahaya Pengertiannya Contoh Bahaya
kerusakan jaringan Lingkungan, mekanik/ biomekanik
Faktor yang terjadi di lingkungan kerja yang dapat berpotensi atau menyebabkan kecelakaan, cedera, keseleo, atau ketidaknyamanan
Bahaya tersandung, peralatan tidak aman/tidak memiliki pengaman, kualitas udara yang buruk, lantai licin, ruang tertutup, area kerja berantakan atau terhambat dan berlorong, pengerahan tenaga yang kuat, postur tubuh janggal, lingkungan kerja bertekanan, getaran, suhu ekstrim, gerakan atau kegiatan berulang-ulang atau terus menerus, mengangkat dan membawa pasien
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit
dapat dikelompokkan seperti dalam tabel 2.2. (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1087 Tahun 2010).
Tabel 2.2.Bahaya-bahaya Potensial di Rumah Sakit
Kategori Bahaya Contoh Bahaya Bahaya Fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu
dingin, bising, getaran, pencahayaan Bahaya Kimia Ethylene oxide, formaldehyde, glutardehyde, ether,
halothane, etrane mercury, chlorine Bahaya Biologi Virus (Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV), bakteri (S.
Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp., H. Influenzae, S. Pneumoniae, N. Meningitidis, B. Streptococcus, Pseudomonas), jamur (Candida) dan parasit
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. (Lanjutan)
Kategori Bahaya Contoh Bahaya (S. Scabiei) Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,
angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong Bahaya Psikososial Kerja bergilir, stres beban kerja, hubungan kerja, post
traumatic Bahaya Mekanik Terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk
benda tajam Bahaya Listrik Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir,
listrik statis Kecelakaan Kecelakaan benda tajam Limbah RS Limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah, darah),
limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (droplet, liur, sputum)
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 menetapkan bahaya
potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit sebagaimana tertera pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3. Bahaya Potensial Berdasarkan Lokasi dan Pekerja di Rumah Sakit
Bahaya
Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Berisiko
Fisik: Bising IPS-RS, laundry, dapur, CSSD,
gedung gensetboiler, IPAL Karyawan yang bekerja di lokasi tersebut
Getaran Ruang mesin-mesin dan perlatan yang menghasilkan getaran (ruang gigi, dan lain-lain)
Perawat, cleaning service, dan lain-lain
Debu Genset, bengkel kerja, laboratorium gigi, gudang rekam medis, incinerator
Petugas sanitasi, teknisi gigi, petugas IPS dan rekam medis
Panas CSSD, dapur, laundry, incinerator, boiler
Pekerja dapur, pekerja laundry, petugas sanitasi dan IP-RS
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. (Lanjutan)
Bahaya Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Berisiko
Radiasi X-Ray, OK yang menggunakan c-arm, ruang fisioterapi, unit gigi
Ahli radiologi, radioterapist dan radiografer, ahli fisioterapi dan petugas rontgen gigi
Kimia: Desinfektan Semua area Petugas kebersihan, perawat Cytotoxics
Farmasi, tempat pembuangan limbah, bangsal
Pekerja farmasi, perawat, petugas pengumpul sampah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter, perawat Formaldehyde
Laboratorium, kamar mayat, gudang farmasi
Petugas kamar mayat, petugas laboratorium dan farmasi
Methyl : Methacrylate, Hg (amalgam)
Ruang pemeriksaan gigi
Petugas/dokter gigi, dokter bedah, perawat
Solvents
Laboratorium, bengkel kerja, semua area di Rumah Sakit
Teknisi, petugas laborato-rium, petugas pembersih
Gas-gas anaestesi
Ruang operasi gigi, OK, ruang pemulihan (RR)
Dokter gigi, perawat, dokter bedah, dokter/perawat anaestesi
Biologi AIDS, Hepatitis B dan Non A Non B
IGD, kamar operasi, ruang pemeriksaan gigi, laborato-rium, laundry
Dokter, dokter gigi, perawat, petugas laborato-rium, petugas sanitasi dan laundry
Cytomegalovirus
Ruang kebidanan, ruang anak
Perawat, dokter yang bekerja di bagian Ibu dan anak
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat Tuberculosis
Bangsal, laboratorium, ruang isolasi
Perawat, petugas laborato-rium, fisioterapis
Ergonomi Pekerjaan yang dilakukan secara manual
Area pasien dan tempat penyimpanan barang (gudang)
Petugas yang menangani pasien dan barang
Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan
Semua area
Semua karyawan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. (Lanjutan)
Bahaya Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Berisiko
Pekerjaan yang berulang
Semua area
Dokter gigi, petugas pembersih, fisioterapis, sopir, operator komputer, yang berhubungan dengan pekerjaan juru tulis
Psikososial Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman secara fisik
Semua area
Semua karyawan
2.7. Program K3 Rumah Sakit
Program K3 RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
serta meningkatkan produktivitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien,
pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante
dari 3 komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, program K3 yang harus diterapkan adalah:
1.
a.
Pengembangan kebijakan K3RS
b.
Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;
Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan (setiap 3 tahun
dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan).
Universitas Sumatera Utara
2.
a.
Pembudayaan perilaku K3RS
b.
Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik bagi
SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar pasien/pengunjung Rumah
Sakit;
c.
Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film, leaflet,
poster, pamflet, dan lain-lain;
3.
Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit RS dan pada
para pasien serta para pengantar pasien/pengunjung Rumah Sakit.
Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan umum K3RS;
b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit per unit
Rumah Sakit;
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal, pelatihan
lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.
4. Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational
Procedure (SOP) K3RS
a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;
c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja;
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS;
e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan
Universitas Sumatera Utara
kebakaran;
f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;
g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan pengelolaan limbah
Rumah Sakit;
h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana;
i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;
j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;
k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);
l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah
Sakit.
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang dianggap
berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja yang belum melaksanakan
program K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan program
K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan dan
mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS);
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan observasi,
wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan, dan kuesioner, check list dan
evaluasi lingkungan tempat kerja secara rinci).
Universitas Sumatera Utara
6. Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
kesehatan berkala, dan kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit;
b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM yang
menderita sakit;
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik SDM Rumah Sakit;
d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah
Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja
e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.
yang berisiko dan berbahaya;
7. Pelayanan keselamatan kerja
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan di Rumah Sakit;
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di Rumah
Sakit;
c.
d.
Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
Rumah Sakit;
8.
Pengadaan peralatan K3 RS.
a.
Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair
dan gas
Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat,
Universitas Sumatera Utara
cair dan gas;
b.
9.
Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.
a.
Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
b.
Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472 tahun 1996);
10.
Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan
penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data
Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar
Data Pengaman (LDP); lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus
(fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan cara
penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
a.
Pengembangan manajemen tanggap darurat
b.
Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim
tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan, dan lain-
lain);
c.
Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;
d.
Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat;
e.
Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya serta membuat
denahnya (laboratorium, rontgen, farmasi, CSSD, kamar operasi, genset,
kamar isolasi penyakit menular, dan lain-lain);
Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana;
Universitas Sumatera Utara
f.
g.
Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan
pengendalian bencana pada tempat-tempat yang berisiko tersebut;
h.
Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila
terjadi bencana;
i.
Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas di tempat-tempat
yang berisiko (masker, apron, kaca mata, sarung tangan, dan lain-lain);
j.
Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SDM Rumah Sakit;
k.
Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap darurat
Rumah Sakit;
11.
Evaluasi sistem tanggap darurat.
a.
Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan
K3
b.
Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan
kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk format
pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan);
Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya (alur
pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan,
penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan
celaka);
c.
•
Pendokumentasian data:
Data seluruh SDM Rumah Sakit;
Universitas Sumatera Utara
•
•
Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
Data pekerja luar Rumah Sakit
•
yang sakit yang dilayani;
Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :
- Sebelum bekerja (awal) (orang)
- Berkala (orang)
•
- Khusus (orang)
•
Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;
•
Angka absensi SDM Rumah Sakit;
•
Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit;
Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit
•
;
•
Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah Sakit;
•
Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar Rumah Sakit;
•
Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
Kasus penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit
•
);
•
Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit
•
);
•
Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit
•
);
•
Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;
•
Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka
Data sarana prasarana dan peralatan keselamatan kerja
Universitas Sumatera Utara
•
•
Data perizinan;
•
Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;
•
Data pelatihan dan sertifikasi;
• Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM Rumah
Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien;
Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan pengelolaan
makanan di Rumah Sakit (dapur);
• Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan
kerja, sudah dilatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sudah
dilatih tentang diagnosis PAK;
• Data kegiatan pemantauan APD (jenis, jumlah, kondisi dan
penggunaannya);
• Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan
pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja Rumah Sakit).
12. Review program tahunan
a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self
assessment akreditasi Rumah Sakit;
b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara langsung, observasi
singkat, survei tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang;
c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan
kecelakaan akibat kerja;
Universitas Sumatera Utara
d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.
2.8. Standar K3 Rumah Sakit
Standar K3RS sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010 memuat sebagai berikut:
A. Standar Pelayanan K3RS
A.1. Standar pelayanan kesehatan kerja di Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti
tercantum pada pasal 164 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 03 Tahun 1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu
dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja SDM Rumah
Sakit:
a. Pemeriksaan fisik lengkap;
b. Kesegaran jasmani;
c. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax, laboratorium rutin, EKG);
d. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
e. Jika 3 bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter
(pemeriksaan berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-kurangnya
1 tahun.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada:
a. SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;
b. SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau SDM
Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM
Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu;
c. SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan;
d. Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-
keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi
Pelaksana K3 RS.
4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental terhadap pekerjanya. Yang diperlukan antara lain:
a. Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan
K3;
Universitas Sumatera Utara
b. Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya;
c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan APD dan kewajibannya;
d. Orientasi K3 di tempat kerja;
e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan
kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya K3.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
SDM:
a. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM
Rumah Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab., petugas
kesehatan lingkungan, dan lain-lain;
b. Pemberian imuniasasi bagi SDM Rumah Sakit;
c. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
d. Pembinaan mental/rohani.
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM yang
menderita sakit:
a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah
Sakit;
b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM
Rumah Sakit yang terkena penyakit akibat kerja;
c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan
kesehatan khusus;
Universitas Sumatera Utara
d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.
7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien:
1. Pertemuan koordinasi;
2. Pembahasana kasus;
3. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
8. Melaksanakan kegiatan surveilens kesehatan kerja:
a. Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis
bahaya dan besarnya risiko;
b. Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan jenis pekerjaannya,
lama pajanan dan dosis pajanan;
c. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus;
d. Melakukan tindak lanjut analisis pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
(dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan memberikan
istirahat kerja);
e. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit.
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan
dengan kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
biologi, psikososial, dan ergonomi).
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 RS yang disampaikan
kepada Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah
Sakit.
Universitas Sumatera Utara
A.2. Standar pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,
prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan:
1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan:
a. Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit;
b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia
lanjut;
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit;
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit
harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya
(sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan Rumah Sakit);
e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan
berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan;
Universitas Sumatera Utara
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan
laik pakai;
g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang;
h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi
ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM
Rumah Sakit:
a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja
dan SDM Rumah Sakit;
b. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko
ergonomi.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja:
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial;
b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikososial secara rutin dan berkala;
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki
lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi:
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana
sanitasi yang memenuhi syarat, meliputi:
a. Penyehatan makanan dan minuman;
b. Penyehatan air;
c. Penyehatan tempat pencucian;
d. Penanganan sampah dan limbah;
e. Pengendalian serangga dan tikus;
f. Sterilisasi/desinfeksi;
g. Perlindungan radiasi;
h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja:
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan;
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri;
c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri;
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan
peralatan keselamatan dan alat pelindung diri.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah
Sakit:
Universitas Sumatera Utara
a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah
Sakit;
b. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada petugas K3
Rumah Sakit.
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/ lay out pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan
keamanan:
a. Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam perencanaan, desain/ lay out
pembuatan tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan
peralatan keselamatan kerja;
b. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan
peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan.
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya:
a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka;
b. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
celaka (near miss) dan celaka.
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran (MSPK):
a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran;
b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
Universitas Sumatera Utara
c. Membuat SOP;
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran;
e. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan
kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di
wilayah kerja Rumah Sakit.
B. Standar K3 Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan kesehatan. Alat kesehatan adalah
instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/ atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Standar K3 perbekalan kesehatan di Rumah Sakit meliputi:
B.1. Standar Manajemen
Standar manajemen perbekalan Rumah Sakit meliputi:
1. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah
Sakit harus dilengkapi dengan:
a. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3 RS yang mengacu minimal pada
peraturan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
- Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
- Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
- Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
- Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen K3;
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No.876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
- Keputusan Menkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
- Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.432/Menkes/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan di Rumah Sakit.
b. Pedoman dan standar prosedur operasional K3
c. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi:
- Izin Mendirikan Bangunan;
- Izin Penggunaan Bangunan khusus untuk DKI Jakarta Raya;
- Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan;
- Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran;
- Izin Deepwell, khusus untuk DKI Jakarta Raya;
Universitas Sumatera Utara
- Izin Operasional Rumah Sakit untuk Rumah Sakit Swasta dan BUMN;
- Izin Pemakaian Lift;
- Izin Instalasi Listrik;
- Izin Pemakaian Diesel;
- Izin Instalasi Petir;
- Izin Pemakaian Boiler;
- Penggunaan Radiasi;
- Izin Bejana Tekan;
- Izin Pengolahan Limbah Padat, Cair, Gas.
d. Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal
e. Sertifikasi
f. Program pemeliharaan
g. Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan layak pakai
h. Manual operasional yang jelas
i. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan penyediaan alat pemadam
api/kebakaran
j. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu penunjuk arah
k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan
l. Fasilitas penanganan limbah padat, cair, dan gas
2. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah
Sakit yang menggunakan bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus
Universitas Sumatera Utara
dilengkapi dengan MSDS (Material Safety Data Sheet), dan disediakan ruang
atau tempat penyimpanan khusus bahan beracun berbahaya yang aman.
3. Setiap operator/petugas sarana, prasarana dan peralatan, harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan atau monitoring kualitas
lingkungan kerja secara berkala dan berkesinambungan.
5. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus dikelola dan dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
6. Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko dan berbahaya dengan
dilengkapi simbol-simbol khusus untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan
berbahaya, terutama laboratorium, radiologi, farmasi, sterilisasi sentral, kamar
operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular, pengolahan limbah dan laundry.
7. Khusus sarana bangunan yang menggunakan bahan beracun berbahaya harus
dilengkapi fasilitas dekontaminasi bahan beracun berbahaya.
8. Program penyehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi; penyehatan ruangan,
bangunan dan fasilitas snaitasi termasuk pencahayaan, penghawaan dan
kebisingan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan
limbah, penyehatan tempat pencucian umum termasuk laundry, pengendalian
serangga, tikus dan binatang pengganggu lain, pemantauan sterilisasi dan
desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi dan promosi kesehatan lingkungan.
9. Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksaan K3 sarana, prasarana, dan
peralatan Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
10. Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala terhadap sarana, prasarana
dan peralatan yang disesuaikan dengan jenisnya.
B.2. Standar Teknis
B.2.1. Standar Teknis Sarana
1. Lokasi dan bangunan:
Secara umum lokasi Rumah Sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat,
bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat
bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri, dan limbah pabrik.
Didalam Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
khususnya pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi Rumah Sakit harus
memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata
ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit. Sedangkan untuk persyaratan bangunan diatur
pada pasal 9 yakni bangunan Rumah Sakit harus memenuhi: persyaratan
administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit, harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan.
Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.
Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2
a. Ruang bayi:
per tempat tidur. Perbandingan
jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi
adalah:
- Ruang perawatan minimal 2 m2
- Ruang isolasi minimal 3,5 m
/TT
2
b. Ruang dewasa/anak:
/TT
- Ruang perawatan minimal 4,5 m2
- Ruang isolasi minimal 6 m
/TT
2
Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran minimal:
/TT
- Ruang periksa 3 x 3 m
- Ruang tindakan 3 x 4 m
2
- Ruang tunggu 6 x 6 m
2
- Ruang utilitas 3 x 3 m
2
Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang perawatan mempunyai:
2
- Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 TT : 1
- Bebas serangga dan tikus
- Kadar debu maksimal 150 µg/m3
- Tidak berbau (terutama H
udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam
2S dan atau NH3
- Pencahayaan 100 -200 lux
)
Universitas Sumatera Utara
- Suhu 26 - 27 o
- Kelembaban 40-50% (dengan AC) kelembaban udara ambient (tanpa AC)
C (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC) dengan sirkulasi
udara yang baik
- Kebisingan < 45 dB(A)
2. Lantai:
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan dan berwarna terang;
b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air;
c. Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik
dan tidak mudah terbakar.
3. Dinding (mengacu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit):
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam
berat;
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-
langit, membentuk konus (tidak membentuk siku);
c. Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air;
d. Permukaan dinding keramik rata, rapi, sisa permukaan keramik dibagi sama
ke kanan dan ke kiri;
Universitas Sumatera Utara
e. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara dinding
bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi;
f. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m
dari lantai.
4. Pintu/Jendela:
a. Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm;
b. Pintu dapat dibuka dari luar;
c. Khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door closer dan
membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api
minimal 2 jam;
d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai;
e. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji;
f. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus
dapat menutup sendiri (dipasang door close);
g. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari 2 (dua) daun pintu dan dilapisi Pb
minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan
lampu merah tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
5. Plafon:
a. Rangka plafon kuat dan anti rayap;
b. Permukaan plafon berwarna terang, mudah dibersihkan, tidak menggunakan
berbahan asbes;
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai;
Universitas Sumatera Utara
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur;
e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan
langit-langit.
6. Ventilasi:
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup
luas minimum 15% dari luas lantai;
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang
operasi kombinasi antara fan, exhauster dan Air-Conditioner/ AC harus
dapat memberikan sirkulasi udara dengan tekanan positif;
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
7. Atap:
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain;
b. Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal
petir.
8. Sanitasi:
a. Closet, urinoir, wastafel, dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan
tidak cacat, serta mudah dibersihkan;
b. Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat dan berfungsi dengan baik;
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus, dinding kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue;
Universitas Sumatera Utara
d. Bak mandi tidak berujung, lancip, tidak menjadi sarang nyamuk, dan mudah
dibersihkan;
e. Indeks perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 10 : 1;
f. Indeks perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar
mandi 20 : 1;
g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet,
keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.
9. Air bersih:
a. Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500 liter/
tempat tidur);
b. Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam
(artesis);
c. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan
sekali;
d. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran.
10. Pemipaan (Plumbing):
a. Sistem pemipaan menggunakan kode warna: biru untuk pemipaan air bersih
dan merah untuk pemipaan kebakaran;
b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor;
Universitas Sumatera Utara
c. Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi
listrik.
11. Saluran (Drainase):
a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air, dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah
aliran pembuangan.
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak kontrol
dalan jarak tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi
penutup yang mudah dibuka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi
dengan baik.
12. Jalur yang melandai/lereng (Ramp):
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat;
b. Ramp untuk evaluasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 cm, khusus
ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kedua
ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm;
c. Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak
licin;
d. Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif.
13. Tangga:
a. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah;
b. Lebar injakan minimum 28 cm;
Universitas Sumatera Utara
c. Tinggi injakan maksimum 21 cm;
d. Tidak berbentuk bulat/spiral;
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam;
f. Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat;
g. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan rambat
mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi;
h. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan.
14. Jalur pejalan kaki (Pedestrian track):
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak licin;
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan;
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border;
d. Drainase searah jalur;
e. Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur 2 arah);
f. Tepi jalur pasang pengaman.
15. Area Parkir:
a. Area parkir harus tertata dengan baik;
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya;
c. Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar;
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk mempermudah
dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum;
Universitas Sumatera Utara
e. Parkir basement dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk
menghilangkan udara tercemar di dalam ruang basement, dilengkapi
petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta pemadam
kebakaran.
16. Pemandangan (Landscape): Jalan, Taman
a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan
tidak menimbulkan bau.
c. Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang
ada.
d. Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan
kansten dan dirawat.
e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu
jaga.
g. Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk
umum, terpampang di bagian depan Rumah Sakit.
h. Taman tertata rapi terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan,
kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien Rumah
Sakit.
Universitas Sumatera Utara
B.2.2. Standar Teknis Prasarana
1. Penyediaan Listrik:
a. Untuk Rumah Sakit yang memiliki kapasitas daya tersambung dari PLN
minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik
tegangan menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai pedoman
bahwa Rumah Sakit kelas B mempunyai kapasitas daya listrik ± 1 MVA
(1000 KVA);
b. Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL;
c. Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan catu daya khusus dengan
sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan
UPS/Uninteruptable Power Supply);
d. Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2
e. Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan;
(sesuai kebutuhan) terletak di
gedung COT, ICU, ICCU, dan diberi pendingin ruangan;
f. Kapasitas generator set (genset) disediakan minimal 40% dari daya terpasang
dan dilengkapi AMF dan ATS system;
g. Grounding system harus terpisah antara grounding panel gedung dan panel
alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
2. Instalasi Penangkal Petir
Penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker RI No. 2 Tahun 1989.
3. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran:
Universitas Sumatera Utara
a. Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sesuai dengan Norma Standar
Pedoman dan Manual (NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1980;
b. Hidran terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup,
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;
c. Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi
kebutuhan luas area;
d. Tersedia koneksi siamese;
e. Tersedia pompa hidran dengan generator cadangan;
f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran;
g. Tersedia sistem alarm kebakaran otomatis sesuai dengan Permenaker RI No. 2
Tahun 1983.
4. Sistem Komunikasi:
a. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik.
b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral
telepon dan posko tanggap darurat).
c. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik.
d. Tersedia komunikasi lain (HT, paging system dan alarm) untuk mendukung
komunikasi tanggap darurat.
e. Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan berfungsi
dengan baik.
f. Tersedia sistem tata suara (central sound system).
Universitas Sumatera Utara
g. Tesedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close Circuit Television).
5. Gas Medis:
a. Tersedia gas media dengan sistem sentral atau tabung;
b. Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi
dengan baik dilengkapi dengan alarm untuk menunjukkan kondisi sentral gas
medis dalam keadaan rusak/ketersediaan gas tidak cukup;
c. Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan sentral gas medik;
d. Kapasitas sentral gas medis telah sesuai dengan kebutuhan;
e. Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida (NO2
6. Limbah Cair:
), gas
tekan dan vakum.
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya.
7. Pengolahan Limbah Padat:
a. Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria
limbah;
b. Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi dengan
baik;
c. Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan berfungsi
dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
B.2.3. Standar Peralatan Rumah Sakit
1. Memiliki perizinan;
2. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Badan Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
3. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait;
4. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang;
5. Penggunaan peralatan medis dan non medis di Rumah Sakit harus dilakukan
sesuai dengan indikasi medis pasien;
6. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya;
7. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.
C. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah medis Rumah Sakit termasuk kedalam kategori limbah berbahaya
dan beracun sangat penting untuk dikelola secara benar. Sebagian limbah medis
termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori
infeksius.
Kategori B3 meliputi: memancarkan radiasi, mudah meledak, mudah
menyala atau terbakar, oksidator, toksik, korosif, karsinogenik, iritasi, teratogenik,
mutagenik, dan arus listrik.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 yaitu:
1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari lembar data keselamatan bahan (MSDS).
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan
sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus
memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang
dilakukan meliputi:
a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan
alat perlindungan diri, dan menjaga hygiene perorangan.
b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
lembar MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang,
pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan.
c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur, dan proses kerja yang aman.
d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.
4. Untuk mengurangi risiko karena penanganan bahan berbahaya, antara lain:
a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan
yang kurang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin
dengan cara memilih proses kontinu yang menggunakan bahan setiap saat
lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga
risiko dalam penyimpanan kecil.
c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan
berbahaya yang menyangkut. Sifat berbahaya, cara penanganan, cara
penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/
tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur atau produsen bahan
bahan berbahaya yang bersangkutan.
d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan
bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar
kontaminasi tidak melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan.
e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur
kerja yang aman.
f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat
melalui pengujian, pelatihan, dan pengawasan.
g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan
petunjuk teknis yang ada dan dan memberikan tanda-tanda peringatan yang
sesuai dan jelas.
Universitas Sumatera Utara
h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan
berbahaya.
i. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman,
bersih, dan terpelihara dengan baik.
j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara
memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang.
Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil
perusahaan (company profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi
lengkap dari materi atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan
K3 dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.
Setiap unit kerja /instalasi /satuan kerja yang menggunakan, menyimpan,
mengelola B3 harus menginformasikan kepada Instalasi Logistik sebagai unit
pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta
termasuk jenis B3. Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir
seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem
penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan. Hal-hal yang menjadi
kriteria penilaian:
1. Kapabilitas. Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang
tertulis dalam kontrak kerjasama.
Universitas Sumatera Utara
2. Kualitas dan garansi. Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah
sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang
disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang diberikan.
3. Persyaratan K3 dan lingkungan:
a. Menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);
b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001;
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan;
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.
4. Sistem mutu:
a. Metodologi bagus;
b. Dokumen sistem mutu lengkap;
c. Sudah sertifikasi ISO 9000.
5. Pelayanan:
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada;
b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya;
c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan;
d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai
sumber daya manusia yang handal.
Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan,
menggunakan, dan lain-lain) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan
cara penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
1. Penanganan untuk personil:
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan;
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan;
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan;
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk;
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan;
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama;
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata;
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penetapan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran;
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas;
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan (accident atau near miss) melalui form yang disediakan
dan alur yang telah ditetapkan.
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3) yang ada di Rumah Sakit harus
ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area
bersangkutan, serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan disebarluaskan/
disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
3. Penanganan administratif
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi
tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan dilokasi tersebut tersedia SOP untuk
menangani B3 antara lain:
a. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi;
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan;
c. Cara penanganan B3, dan lain-lain.
D. Standar Sumber Daya Manusia K3RS
1. Kriteria tenaga K3 untuk Rumah Sakit Kelas B:
a. S-2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit;
b. Tenaga kesehatan masyarakat K3 Diploma III dan S-1 minimal 1 orang dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah
Sakit;
c. Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang
dengan sertifikasi K3/ Hiperkes dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit;
d. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 Rumah Sakit
minimal 1 orang;
e. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang;
Universitas Sumatera Utara
f. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang
mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi K3 Rumah Sakit minimal 1
orang;
g. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3 Rumah Sakit minimal 1 orang.
2. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3
Program pengembangan SDM K3 di Rumah Sakit merupakan hal pokok
yang tidak bisa dikesampingkan. Direksi memegang peranan penting dalam
membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai
organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat.
Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses
yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam
mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan,
orientasi, assessment, pelatihan dan pengembangan kompetensi/ keahlian lainnya,
rotasi dan mutasi, serta reward dan punishment.
Program pelatihan yang dikembangkan baik untuk pekerja Rumah Sakit
maupun pekerja subkontrak setidaknya mempunyai unsur:
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan pekerja yang dituangkan dalam matriks
pelatihan;
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu;
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3;
Universitas Sumatera Utara
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua pekerja
Rumah Sakit di bidang K3;
5. Harus ada kegiatan keterampilan memalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah,
pendidikan lanjutan yang dibutikan dengan sertifikat;
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau
perundang-undangan;
7. Pelatihan untuk sekelompok pekerja yang menjadi sasaran;
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima;
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima;
E. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan
1. Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang.
Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.
Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan,
bimbingan teknis dan temu konsultasi, dan lain-lain.
Pengawasan pelaksanaan standar K3 di Rumah Sakit dibedakan dalam 2
(dua) macam, yakni:
a. Pengawasan internal yang dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah Sakit yang
bersangkutan;
b. Pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas
Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
2. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara
tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3 RS secara
keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3 RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit
teknis terkait di wilayah Rumah Sakit (Dinas Kesehatan setempat, cq.
Penanggungjawab/ Pengelola Program Kesehatan Kerja).
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun
dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil
pelaksanaan K3; mencatat dan melaporkan setiap kejadian/ kasus K3, dan menyusun
dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3 yang tercakup didalam:
a. Program K3 termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit;
b. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan
tindak lanjutnya.
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3,
dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah ada
atau yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap
waktu, sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan atau
pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal).
Universitas Sumatera Utara
Pelaporan terdiri dari pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan)
dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/ insidentil
yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus
yang berkaitan dengan K3.
Setiap kegiatan dan atau kejadian/ kasus sekecil apapun yang berkaitan
dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi
K3 di Rumah Sakit.
Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk
laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.
Agar penerapan K3 RS dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku,
maka perlu (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010):
1. Disusun kebijakan pelaksanaan K3 RS yang meliputi:
1) Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit;
2) Menyediakan organisasi K3 RS sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah
Sakit;
3) Melakukan sosialisasi K3 RS pada seluruh jajaran Rumah Sakit;
4) Membudayakan perilaku K3 RS;
5) Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3 di masing-masing unit
kerja di Rumah Sakit;
6) Meningkatkan Sistem Informasi K3 RS.
Universitas Sumatera Utara
2. Langkah dan strategi pelaksanaan K3 RS:
1) Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, sosialisasi dan pembudayaan K3 RS.
2) Menyusun kebijakan K3 RS yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.
3) Membentuk organisasi K3 RS.
4) Perencanaan K3 sesuai standar K3 di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan.
5) Menyusun pedoman dan SOP K3 di Rumah Sakit:
a. Pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;
b. Pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja;
c. Pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja;
d. Pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran;
e. Pedoman pelaksanaan tanggap darurat di Rumah Sakit;
f. Pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit;
g. Pedoman pengelolaan faktor risiko di Rumah Sakit;
h. Pedoman pengelolaan limbah Rumah Sakit;
i. Pedoman kontrol terhadap penyakit infeksi;
j. Pedoman kontrol terhadap bahan beracun dan berbahaya (B3);
k. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah
Sakit.
6) Melaksanakan 12 program K3 di Rumah Sakit.
7) Melakukan evaluasi pelaksanaan program K3 di Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
8) Melakukan internal audit program K3 di Rumah Sakit dengan menggunakan
self assessment akreditasi Rumah Sakit yang berlaku.
9) Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.
2.9. Landasan Teori
Risiko pekerjaan di Rumah Sakit dapat dicegah (preventable) melalui
pemenuhan standar K3 Rumah Sakit. Standar K3 merupakan kebijakan yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087 Tahun 2010 yang
wajib untuk dilaksanakan. Pemenuhan standar K3 Rumah Sakit merupakan upaya
untuk menjamin konsistensi dan efektivitas Rumah Sakit dalam pengendalian sumber
bahaya untuk meminimalkan risiko, mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, mengurangi klaim kecelakaan kerja dan sakit, serta
memaksimalkan efisiensi yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas
kerja. Output dari implementasi standar K3 RS adalah terciptanya lingkungan kerja
yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, dan aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar RS. Output akan bermuara pada
outcome berupa mutu pelayanan kesehatan. Variabel output dan outcome dalam
penelitian ini tidak diteliti.
Pemenuhan standar K3 meliputi 5 sub standar yang terdiri dari Standar
Pelayanan K3 RS, Standar K3 Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit, Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun, Standar Sumber Daya Manusia K3RS, dan
Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan. Kelima sub standar tersebut
Universitas Sumatera Utara
harus dipenuhi oleh seluruh jajaran manajemen yang ada dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Departemen dan Bagian Penunjang Pelayanan
Rumah Sakit). Setiap point dalam standar ini bersifat praktis dan terukur sehingga
mudah untuk diterapkan. Penerapan standar K3 RS bersifat wajib dan dievaluasi
secara periodik serta dijadikan sebagai acuan dalam penilaian akreditasi RS.
Pomfret (2004) menyatakan bahwa efektif tidaknya pelaksanaan K3
tergantung pada kualitas pemenuhan dari persyaratan yang ditentukan. Kunci agar
pekerjaan aman dan lingkungan kerja sehat dibutuhkan pemenuhan standar K3 secara
komprehensif (OSHA, 2003). Tempat kerja yang telah memenuhi standar K3
menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan, komitmen terhadap K3 dan peningkatan
standar dalam manajemen, dan mengendalikan risiko
(EHSC-RSC, 2009).
2.10. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
1. Standar Pelayanan K3RS 2. Standar K3 Perbekalan
Kesehatan di RS 3. Pengelolaan B3 4. Standar SDM K3 RS 5. Pembinaan, Pengawasan,
Pencatatan dan Pelaporan
Implementasi Tingkat
Pencapaian Pemenuhan
Standar K3 RS
Baik Sedang Kurang
Universitas Sumatera Utara