99007733 pemikiran ali syariati

27
Riwayat Hidup Ali Syariati Diposkan oleh DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A. di 12:13 Kamis, 09 Februari 2012 Ali Syariati adalah anak pertama dari Muhammad Taqi dan Zahra, ia lahir di daerah Mazinan yang terletak di pinggiran kota Mashad Iran pada tanggal 24 November 1933, bertepatan dengan peristiwa penting yang dialami oleh ayahnya, yakni berhasil menyelesaikan studi keagamaan dasarnya dan diamanahkan sebagai pengajar di Sekolah Dasar Syerafat. Keluarga Ali Syariati tergolong sebagai keluarga terhormat dan bahkan taat terhadap agama, ritual keagamaan merupakan kegemaran secara seksama dalam rumah tangganya. Islam dipandang oleh ayah keluarga ini lebih sebagai doktrin dan filsafat yang relevan dengan zaman moderen, dari pada sebagai keyakinan masa lalu yang bersifat pribadi dan untuk memikirkan diri sendiri. [1] Syariati tergolong sebagai salah satu tokoh yang turut aktif membantu perjuangan Imam Khomeni dalam menjatuhkan rezim Syah yang lalim di Iran. Terkait dengan perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menurut ajaran Islam, Doktor Sastra lulusan Universitas Sorbone Prancis ini berjuang tak kenal lelah, bahkan bisa dikata bahwa selama hidupnya Ia terus mengabdikan dirinya membangun masyarakat Islam Iran

Upload: hussain-sajad

Post on 17-Feb-2015

90 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

Riwayat Hidup Ali Syariati

Diposkan oleh DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A. di 12:13

Kamis, 09 Februari 2012

Ali Syariati adalah anak pertama dari Muhammad Taqi

dan Zahra, ia lahir di daerah Mazinan yang terletak di pinggiran

kota Mashad Iran pada tanggal 24 November 1933, bertepatan

dengan

peristiwa penting yang dialami oleh ayahnya, yakni berhasil menyelesaikan studi keagamaan dasarnya dan diamanahkan sebagai pengajar di Sekolah Dasar Syerafat. Keluarga Ali Syariati tergolong sebagai keluarga terhormat dan bahkan taat terhadap agama, ritual keagamaan merupakan kegemaran secara seksama dalam rumah tangganya. Islam dipandang oleh ayah keluarga ini lebih sebagai doktrin dan filsafat yang relevan dengan zaman moderen, dari pada sebagai keyakinan masa lalu yang bersifat pribadi dan untuk memikirkan diri sendiri.[1]

Syariati tergolong sebagai salah satu tokoh yang turut aktif

membantu perjuangan Imam Khomeni dalam menjatuhkan

rezim Syah yang lalim di Iran. Terkait dengan perjuangan

menegakkan kebenaran dan keadilan menurut ajaran Islam,

Doktor Sastra lulusan Universitas Sorbone Prancis ini berjuang

tak kenal lelah, bahkan bisa dikata bahwa selama hidupnya Ia

terus mengabdikan dirinya membangun masyarakat Islam Iran

Page 2: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

dari belenggu kezaliman. Gagasan-gagasannya yang dituangkan

dalam setiap ceramah-ceramahnya, menggiring para pemuda

dan mahasiswa Iran tergugah semangatnya untuk

memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Sejarah telah melukiskan bahwa pada masa kanak-kanak

(masa dimana bermain jadi hobi/kegemaran bagi teman-teman

sebayanya), Syariati justru memperlihatkan fakta lain, Ia malah

asyik membaca berbagai macam literatur. Kegemaran ini terus

berlanjut hingga masa remajanya. Sejak tahun pertama di

Sekolah menengah atas, Syariati gemar membaca buku-buku

filsafat, sastra, syair, ilmu Sosisial, dan studi keagamaan

diperpustakaan peribadi ayahnya yang memiliki koleksi kurang

lebih 2000 buku.

Tahun 1959, Syariati masuk Fakultas Sastra di Universitas

Masyhad dan berhasil menunjukkan peringkat terbaiknya

dikelas meski dililit oleh kesibukan resminya sebagai guru full-

time. Berkat hobi dan kegemarannya di bidang sastra

mengantarkan Syariati popular dikalangan mahasiswa. Di

Universitas tersebut, Syariati bertemu dengan Puran-e Syariat

Razavi yang kelak menjadi istertinya. Pada April 1959, prestasi

akademis Syariati mengantarkannya mendapat beasiswa untuk

Page 3: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

melanjutkan studi ke luar negeri (Paris), sedangkan istri dan

puterinya Ehsan menyusul setahun kemudian.

Keberadaan Syariati di Paris, dijadikan sebagai

momentum untuk berkenalan dengan karya-karya dan gagasan-

gagasan baru yang mencerahkan, yang mempengaruhi

pandangan hidup dan wawasannya mengenai dunia. Ia

mengikuti kuliah-kuliah akademisi, filsuf, penyair, militant, dan

membaca karya-karya mereka, dan tidak jarang Ia bertukar

pikiran dengan mereka.[2] Disinilah Syariati berkenalan dengan

banyak tokoh intelektual Barat, antara lain Louis Massigon yang

begitu dihormatinya, Frantz Fanon, Jacques Berque dan lain-

lain.

Semangat perjuangan Syariati tidak pernah surut, meski Ia

berada di Perancis Ia tetap berjuang melawan rezim Sah Pahlevi

di Iran. Antara tahun 1962 dan 1963, waktu Syariati habis tersita

untuk aktivitas politik dan jurnalistik. Dan setelah meraih gelar

doktornya pada tahun 1963, setahun kemudian Syariati dan

keluarganya kembali ke Masyhad Iran. Pada tahun 1965 Syariati

bekerja di Pusat penelitian kementerian pendidikan di Teheran.

Kemudian pada 1967, mulai mengajar di Universitas Masyhad.

Inilah awal kontaknya dengan mahasiswa-mahasiswa Iran.

Page 4: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

Universitas Masyhad yang relatif tenang dan teduh, segera

semarak oleh kedatangannya. Kelas Syariati tak lama kemudian

menjadi kelas favorit. Gaya orator yang dimilikinya memikat

audiens, memperkuat isi kuliahnya yang membangkitkan orang

untuk berpikir.[3]

Kemampuan syariati dalam mempersatukan unsur-unsur

modernisme dan revivalisme Islam dalam sebuah sintetis yang

orisinil, dalam hal ini mencelah kapitalisme dan imperialisme

Barat dengan budaya komsumerismenya yang telah

menghegemoni dunia. Misi sejati Islam menurutnya ialah

membebaskan golongan tertindas (mustad’afin). Ia melihat

Islam dengan humanismenya dapat menyelamatkan rakyat.[4]

Juni 1971, syariati meninggalkan pekerjaan mengajarnya

di Unviersitas Masyhad, lalu dikirim ke Teheran. Ia bekerja

keras untuk menjadikan Hosseniyyah Ersyad menjadi sebuah

Universitas Islam radikal yang modernis. Berbagai peristiwa

politik di Iran pada 1971 memainkan peranan penting dalam

membentuk dan mengarahkan orientasi serta aktivitas

Hosseniyah yang semakin terkenal di kalangan kaum muda.

Namun pada tanggal 19 November 1972, Hosseniyah Ersyad

Page 5: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

ditutup dan Syariati dipenjara karena berbagai aktivitas

politiknya mengecam rezim Syah.

Pada tanggal 16 Mei 1977, Syariati meninggalkan Iran.

Tentara Syah (SAVAK) akhirnya mengetahui kepergian Ali

Syariati. Mereka mengontak agen mereka di luar negeri. Di

London, inggris pada 19 Juni 1977, jenazah Ali Syariati terbujur

dilantai tempat ia menginap.[5]

Kematian yang tragis seorang pejuang Islam yang teguh

memperjuangkan keyakinannya. Ia syahid dalam meperjuangkan

apa yang dianggapnya benar. Ali Syariati telah mengikuti jejak

sahabat nabi, dalam hal ini Ali bin Abi Thalib dan Abu Dzar Al-

Gifari.

[1] Ali Syari’ati, Islam: Mazhab Pemikiran dan Aksi. Terj. Afif Muhammad, (Mizan: Bandung, 1995), h. viii.

[2]Ali Syariati, Martyrdom: Arise and Bear Witness. terj. Dede Azwar Nurmansyah, Kemuliaan Mati Syahid. (Cet. I : Jakarta : Pustaka Zahra, 2003), h. 16.

[3] Ibid., h. 17.[4] Antony Black, The History of Political Thought: From

the Prophet to the Present, terj. Abdullah Ali, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini (Jakarta: Serambi, 2006), h. 584-585.

[5] Ali Syariati, Martyrdom. Op.cit., h. 18.

Page 6: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

Karya-Karya Ali Syariati

Salah satu bukti kehebatan Syariati ialah karya-karya

orisinil yang dihasilkan selama hidupnya, dan berikut ialah

karya-karyanya yang penulis maksudkan :

The Pilgrimage (Hajj), Where Shall We Begin? (Di

Mana Kita Harus Mulai?), Mission of a Free Thinker (Misi

Seorang Pemikir Bebas), The Free Man and Freedom of the

Man (Manusia Bebas dan Kebebasan Manusia), Extracton

and Refrinement of Cultural Resources (Penggalian dan

Peningkatan Sumber-sumber Budaya), Martyrdom (Mati

Syahid), Arise and Bear Witness (Bangkit dan Bersaksilah),

An approach to Understanding Islam (Suatu Pendekatan

untuk Memahami Islam), A Visage of Prophet Muhammad

(Gambaran tentang Nabi Muhammad), A Glance of

Tomorrow's History (Sekilas tentang Sejarah Masa Depan),

Reflections of Humanity (Refleksi tentang Umat Manusia),

A Manifestation of Self-Reconstruction and Reformation

(Manifestasi tentang Rekonstruksi dan Pembaruan Diri),

Selection and/or Election (Seleksi dan/atau Pemilihan),

Norouz, Declaration of Iranian's Livelihood, Eternity

(Norouz, Deklarasi tentang Kehidupan Iran, Kekekalan),

Page 7: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

Expectations from the Muslim Woman (Tuntutan-tuntutan

terhadap Perempuan Muslim), Horr (Pertempuran

Karbala), Islamology (Islamologi), Red Shi'ism vs. Black

Shi'ism (Syiah Merah vs. Syiah Hitam), Jihad and

Shahadat (Jihad dan Syahadat), Reflections of a Concerned

Muslim on the Plight of Oppressed People (Refleksi

Seorang Muslim yang Prihatin terhadap Penderitaan

Rakyat Tertindas), A Message to the Enlightened Thinkers

(Pesan kepada Para Pemikir yang Tercerahkan), Art

Awaiting the Saviour (Seni Sedang Menantikan Juru

Selamat), Fatemeh is Fatemeh (Fatemeh adalah Fatemeh),

The Philosophy of Supplication (Filsafat Syafaat).[1]

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Syari%27ati diakses tanggal 15 April 2011

Ali Syariati

Kehidupan dunia yang begitu kompleks, menggiring

beberapa tokoh pemikir (baik Barat maupun Timur) untuk

tampil memberikan konstribusi paradigma berdasrakan alur

kajian dan disiplin keilmuan

Page 8: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

mereka masing-masing. Wacana sebagai efek dari perenungan-perenungan epistemik, tergulir kepermukaan menjadi sekumpulan diskursus, dan perbedaan cara pandang/kerangka keilmuan berujung pada pertentangan-pertentangan intelektual.

Ali Syariati sebagai salah satu tokoh pemikir Timur, turut

ambil andil dalam pergumulan tersebut. Meski Ia banyak

bersentuhan dengan pemikiran tokoh-tokoh Barat, namun Ia

tetap konsisten mempertahankan kaidah-kaidah keilmuan Islam

sebagai basis epistemologis, ontologis serta aksiologis dalam

keilmuannya. Kenyataan ini kemudian dibuktikan dari

keterlibatannya dalam memberikan countre hegemonik terhadap

pemikiran-pemikiran Barat yang cenderung materialistis dan

empiris, lalu menjadikan wacana Islam sebagai solusi alternatif.

Syariati terus bergoliat dalam perjuangan dan pertarungan,

termasuk dalam mengusung perlwanan terhadap Syah Fahlevi di

Iran pada saat itu, yang diyakini sebagai antek-antek Barat

(khususnya Amerika Serikat), dan membantu ulama-ulama

Islam Iran untuk mengadakan revolusi Islam. Kenyataan inilah

yang mengantar Ali Syariati menjadi tokoh intelektual Islam

kenamaan, yang pengaruhnya tidak hanya terbatas pada pelajar-

pelajar Iran, melainkan menembus hingga keseantero dunia.

Page 9: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis mengambil

sebuah tema sentrum dalam bahasan ini yaitu bagaimana

biografi, karya dan corak pemikiran Ali Syariati?.

Diposkan oleh DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID,

CORAK PEMIKIRAN ALI SYARIATI

Memahami pemikiran Ali Syariati terkait dengan berbagai

macam hal dan diskursus keilmuan, tentu bukan merupakan hal

yang mudah, mengingat posisinya yang begitu getol dalam

menanggapi segala hal yang dihadapi, bisa dikata bahwa Syariati adalah salah satu tokoh yang melahirkan berbagai macam diskurus kewacanaan terkait dengan kompleksnya kehidupan. Tulisan ini hanya fokus mengurai secara singkat nuansa keilmuan Syariati terkait dengan tiga hal, yaitu :

1. Pandangan Dunia

Hampir semua peradaban umat manusia dipastikan

mempunyai worldview. Bangsa Jerman misalnya, mempunyai

konsep worldview dengan istilah weltanschauung. Kata welt

berarti dunia, sedangkan kata anschauung berarti persepsi. Jadi

weltanschauung adalah persepsi tentang dunia. Sedangkan

bangsa Rusia menggambarkan pandangan tentang dunia dengan

istilah mirovozzenie.

Page 10: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

Worldview pada umumnya diikat dengan predikat kultural,

religius atau saintifik. Dari sini kemudian muncul istilah

Christian worldview, medieval worldview, scientific worldview,

modern worldview dan the worldview of Islam. Yang terpenting

dari worldview adalah dari mana bermula?. Thomas Kuhn

(1922-1996) menggunakan worldview sebagai paradigma yang

menjadikan nilai sebagai tolok ukur (standard) dan metode

tertentu yang mengikat kerja-kerja saintifik. Dan menurut

Syariati bahwa Alquran adalah sumber inspirasi untuk

membangun worldview yang darinya semestinya berbagai

disiplin ilmu lahir.[1]

Gagasan apapun yang lahir dari seseorang pasti

dipengaruhi oleh mazhab pemikiran yang ia anut. Jika seseorang

percaya pada mazhab pemikiran tertentu, maka kepercayaan,

emosi, jalan hidup, aliran politik, pandangan-pandangan sosial,

konsep-konsep intelektual, keagamaan dan etikanya tidaklah

terpisah dengan pandangan dunianya, dan karenanya pula maka

mazhab pemikiran pada akhirnya dapat menciptakan gerakan,

membangun dan melahirkan kekuatan sosial.[2]

Mazhab pemikiran pada intinya harus memiliki sistem

penopang dasar, dimana darinya semua gagasan dapat

Page 11: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

berkembang, penopang dasar tersebutlah yang disebut dengan

pandangan tentang dunia (world view); entah itu berorientasi

ketuhanan, bercorak materialistik, naturalistis, idealistis, fasis,

Marxis, dan sebagainya. Seseorang yang tidak memiliki

pandangan tentang dunia ibarat seseorang yang mempunyai

banyak perabot rumah tangga; ia terus-menerus

memindahkannya dari satu rumah ke rumah lain tanpa tertata

dengan baik. Bagi Ali Syari’ati, lebih baik seseorang tidak

mempunyai bahan ketimbang tidak mempunyai rancangan.

Pandangan tentang dunia kata Syariati adalah pemahaman

yang dimiliki seseorang tentang wujud atau eksistensi.

Misalnya, seseorang yang menyakini bahwa dunia ini

mempunyai Pencipta Yang Sadar dan mempunyai kekuatan atau

kehendak, dan bahwa dari catatan dan rekaman akurat yang

disimpan, ia akan menerima ganjaran atas amal perbuatannya

atau dia akan dihukum lantaran amal perbuatannya itu, maka ia

adalah orang yang mempunyai pandangan tentang dunia

religius. Berdasarkan pandangan tentang dunia inilah seseorang

lalu mengatakan: ”Jalan hidupku mesti begini dan begitu dan

aku mesti mengerjakan ini dan itu”, inilah makna memiliki

ideologi agama. Dengan demikian, idealism Hegel, materialisme

Page 12: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

dialektik Marx, eksistensialisme Heiddeger, Taoisme Lao Tsu,

wihdatul wujud al-Hallaj, semuanya adalah pandangan tentang

dunia. Setiap pandangan tentang dunia ataupun mazhab

pemikiran pasti akan memperbincangkan konsep manusia

sebagai konsep sentral.[3]

Pandangan tentang dunia seseorang dipengaruhi oleh

aspek-aspek spiritual dan material yang khas dari

masyarakatnya. Menurut Henry Bergson, dunia yang dipandang

oleh seorang individu yang hidup dalam suatu masyarakat

tertutup merupakan suatu dunia yang terkungkung. Begitu juga

sebaliknya, seorang individu yang hidup dalam masyarakat yang

terbuka memandang dunia luar sebagai sesuatu yang tidak

terbatas, ekspansif dan senantiasa bergerak. Masyarakat dan

agama selalu menentukan visi manusia tentang dunia yang

kemudian mempengaruhi tindakan-tindakannya. Oleh karena

itu, membahas pandangan tentang dunia pada hakikatnya

membahas tentang manusia sebagai subjek. Karena pandangan

tentang dunia mempengaruhi seseorang dalam mengambil

pilihan tindakannya, maka mempelajari pandangan hidup suatu

komunitas sosial atau bangsa berarti mempelajari tipe-tipe dari

Page 13: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

bentuk-bentuk dan pola kebudayaan serta berbagai karakteristik

yang dikembangkan oleh komunitas atau bangsa tersebut.[4]

Salah satu pandangan tentang dunia yang berkembang

adalah paham materialisme yang menyatakan bahwa hanya ada

satu realitas fundamental di alam semesta ini yaitu materi.

Dalam pandangan materialisme, semua elemen, fenomena, aksi

serta reaksi di alam ini dapat diterangkan sebagai manifestasi

materi. Materialisme juga menyatakan bahwa alam semesta ini

tidak diciptakan oleh suatu kemauan atau kekuatan yang cerdas,

demikian juga tidak ada alasan yang mendasari penciptaan sejak

awal mulanya. Dengan demikian, pandangan materialisme telah

melahirkan manusia dalam posisi teraleniasi dari dunia yang

melingkupinya.[5]

Gerakan Renaissance di Barat pada hakikatnya telah

melahirkan, bahkan memperkuat, pandangan materialistik yang

berujung pada pencarian kenikmatan hidup (hedonisme) yang

muara akhirnya adalah menciptakan absurdisme yang merasuki

seluruh bidang ilmu seperti seni, sastra dan filsafat. Kalau

pandangan tentang dunia religius ortodoks akan melahirkan cara

pandang yang serba keakhiratan dan pengkerdilan peran

manusia, maka pandangan materialistik hanya mendasarkan

Page 14: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

semata-mata pada ilmu. Pandangan tentang dunia materialistik

menemukan alam semesta sebagai absurd, tanpa pemilik dan

tanpa makna, sedangkan pandangan hidup religius ekstrim

memerosotkan manusia menjadi makhluk yang sepele.[6]

Di tengah dominasi pandangan tentang dunia yang

materialistik sekarang ini, Ali Syari’ati menegaskan dirinya pada

pilihan pandangan dunia religius. Jenis pandangan dunia ini

yakin bahwa jagat raya adalah sesuatu yang datang dari Tuhan,

sadar dan responsif terhadap tuntutan-tuntutan spiritual serta

aspirasi manusia. Hanya saja, kerangka dasar pandangan dunia

yang bersifat religius yang dimaksud adalah cara pandang yang

berbasis pada hasil riset ilmiah yang bersifat saintifik bukan

bentuk yang ortodoks atau ekstrim. Ali Syari’ati mengambil

pilihan pandangan hidup sintetik di antara kutub ekstrim di atas

yaitu pandangan hidup religius humanistik yang mensublimasi

unsur manusia sebagai makhluk yang progresif, selalu mencari

kesempurnaan dan sangat manusiawi.[7]

Kritik Ali Syari’ati terhadap Barat adalah karena cara

pandang mereka yang positivistik dimana melalui proyek

sekularisasi ilmu pengetahuan dipisahkan dari konteks

kemanusiaan.[8] Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

Page 15: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi justru melahirkan

alienasi manusia dari nilai kemanusiaannya sendiri.

Peranan kesejarahan manusia dalam menjalani hidup di

dunia ini kata Syariati adalah bergerak pada dua kutub yang

saling berhadapan. Kutub pertama merupakan kutub negatif

yang diwakili oleh mereka yang menghambat kemajuan dengan

melakukan kejahatan-kejahatan, dekadensi, penindasan,

memperbudak, menegakkan tirani atas rakyat, dan sebagainya.

Kutub kedua adalah kutub positif kemanusiaan yang menentang

tirani dan ketidakadilan demi tegaknya perdamaian, keadilan

dan persaudaraan. Kedua kutub tersebut selalu berebut ruang

dominasi dalam mengisi ruang sejarah umat manusia.[9]

Senjata dari kedua kutub tersebut adalah agama, dengan

demikian yang terjadi adalah perang agama melawan agama[10]

Ilustrasi yang menarik antara pertarungan dua kutub itu dapat

dilihat dari narasi historis pertarungan antara Qabil dan Habil

dalam al-Qur’an yang berakhir terbunuhnya Habil di tangan

Qabil yang mengandung arti Simbolik tentang sejarah awal umat

manusia. Dalam kitab-kitab suci dunia dijelaskan betapa kelas

Qabil menjadi kelas dominan yang sifatnya kejam dan selalu

berusaha menentukan nasib sejarah manusia sesuai dengan

Page 16: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

keinginannya yang disimbolisasikan dengan tiga wajah, yaitu

emas, kekuasaan dan agama. Di dalam al-Qur’an dan Taurat,

tiga wajah tersebut masing-masing diwakili oleh Firaun yang

mensimbolisasikan kekuasaan, Qarun yang mensimbolisasikan

kekayaan dan kekuatan ekonomi, dan Bal’am Bauri yang

mensimbolisasikan kelas pendeta penguasa. Mereka merupakan

manifestasi tiga segi dari satu Qabil.

Kelas Qabil melestarikan kekuasaannya atas massa

sepanjang zaman. Kelas ini memonopoli kekayaan dengan

memeras massa, memegang kekuasaan dalam bentuk

pemerintahan dan berbagai institusi untuk mendominasi massa,

serta menyalahgunakan agama untuk membenarkan

legitimasinya sebagai penguasa. Dari narasi sejarah Qabil dan

Habil telah lahir dualisme kelas, yaitu kelas penguasa dan kelas

yang dikuasai meskipun mereka berawal dari unitas

kemanusiaan Adam yang kemudian melahirkan dualisme sistem

sosial yang berbeda.

Dalam pertarungan antara dualisme kosmik ini, agama

menjadi faktor determinan dalam menanamkan kekuatan yang

suci, lestari untuk membangun sikap keberagamaan yang penuh

harmoni. Cerita Habil dan Qabil yang melahirkan dualisme

Page 17: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

kelas dijadikan oleh Ali Syari’ati sebagai cara baca dalam

melihat kecenderungan manusia modern yang hakikatnya

menjelma dalam pertarungan antara kelas feodal dengan kelas

borjuis. Pada Abad Pertengahan, feodalisme merupakan kelas

dominan yang merupakan infrastruktur masyarakat, sedangkan

suprastrukturnya adalah agama yang berfungsi sebagai

legitimasi. Namun kekuasaan kelas feodalisme tergeser dengan

lahirnya kelas borjuis baru yang lahir sebagai akibat kontak

hubungan perdagangan antara Timur dan Barat.

Kontak ini telah meruntuhkan tatanan nilai pedesaan,

monastik, mistik dan kepausan dan menggantinya dengan tradisi

industrial, urban, sekuler, intelektual dan nasional. Borjuasi baru

sebagai kelas penguasa telah meletakkan prinsip-prinsip dan

keyakinan norma moral dan kultural di atas individualisme,

materialisme dan liberalisasi ekonomi serta politik. Sampai

sekarang ini spirit yang mendominasi kebudayaan dan

peradaban adalah spirit borjuasi yang melahirkan semangat

dehumanisasi.[11]

Ali Syari’ati menawarkan gagasan pandangan tentang

dunia religius humanistik untuk memerangi dualisme tersebut

sehingga manusia akan menemukan keesaan yang orisinil dalam

Page 18: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

rangka membangun kesadaran manusia pada misinya sebagai

wakil atau khalifah Tuhan di muka bumi. Menurutnya, manusia

adalah makhluk merdeka dan memiliki potensialitas tanpa batas

untuk menentukan nasibnya sendiri dan bukan ditentukan oleh

kekuatan eksternal dengan membangun semangat Tauhid.[12]

Ali Syari’ati memahami agama bukan sebagai kumpulan

doktrin yang lebih berdimensi ritual saja. Menurutnya, agama

adalah sumber lahirnya kesadaran (awareness), landasan etik

(morality), tanggungjawab (responsibility) dan kehendak bebas

(free will) yang mampu menggerakkan pemeluknya menjadi

kekuatan pembebas dari determinasi ideologi-ideologi

multitheism yang menindas.

2. Filsafat Penciptaan Manusia

Masalah manusia adalah hal yang paling penting dari

segala masalah. Beberapa pertanyaan pokok diajukan untuk

menjelaskan betapa pentingnya masalah seputar kemanusiaan

dalam Islam. Apakah manusia makhluk yang lemah dan tidak

mempunyai daya di hadapan Penciptanya? Benarkah Islam

menginginkan keluhuran martabat manusia? Benarkah

keyakinan terhadap Islam itu sendiri akan menyebabkan

lemahnya manusia? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang

Page 19: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

berdimensi filosofis yang perlu diuraikan jawabannya. Ali

Syari’ati menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan

menguraikan filsafat penciptaan manusia.[13]

Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai wakil-Nya di

muka bumi, Allah memberitahu kepada para malaikat.

Mendengar rencana Allah untuk menciptakan manusia tersebut

para malaikat menanggapinya dengan sikap pesimistis, terutama

tentang bayang-bayang kerusakan yang akan timbul di muka

bumi. Namun pesimisme mereka dijawab langsung oleh Allah

dengan mengatakan bahwa Ia lebih mengetahui apa saja yang

mereka tidak ketahui.

Menurut Ali Syari’ati Allah menciptakan manusia sebagai

wakil-Nya (khalifah) dari bentuk yang

paling rendah, yaitu tanah, dan kemudian ditiupkan ruh

kepadanya maka lahirlah manusia. Dengan demikian manusia

diciptakan oleh Allah dari dua hakikat yang berbeda, yaitu tanah

bumi dan ruh yang suci. Dalam bahasa manusia, tanah (lumpur)

adalah symbol dari kerendahan dan kenistaan, dan dalam bahasa

manusia juga, Tuhan adalah Dzat Maha sempurna dan Maha

suci. Dalam setiap makhluk, bagian yang paling suci adalah

spirit atau ruhnya. Oleh karena itu, menurut Ali Syari’ati,

Page 20: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

manusia adalah makhluk dua dimensional dengan dua arah

kecenderungan, yang satu membawanya ke bawah kepada

stagnasi sedimenter, ke dalam hakikatnya yang rendah,

sementara dimensi lainnya (ruh) cenderung naik ke puncak

spiritualnya yaitu ke Dzat yang Maha suci.[14]

Dengan mendasarkan pada asal kejadiannya, manusia

merupakan makhluk yang mempunyai dua kutub yang

kontradiktif. Akan tetapi kebesaran dan kejayaannya yang unik

justru berasal dari kenyataan bahwa ia adalah makhluk yang

bersifat dua dimensional. Dua kecenderungan yang dimiliki oleh

menusia berebut ruang dominasi pada dirinya karena manusia

memiliki kebebasan untuk memilih dua pilihan di antara dua

kutub yang kontradiktif tersebut. Setiap pilihan yang diambil

manusia sebagai cermin kebebasan yang dimilikinya akan

menentukan nasibnya.

Setelah Allah menyelesaikan penciptaan atas manusia,

Allah kemudian memberikan pengajaran tentang nama-nama,

sebagai simbol gagasan tentang pengajaran dan pendidikan.

Pada posisi demikian, Tuhan adalah guru pertama manusia, dan

pendidikan pertama manusia bermula dengan menyebutkan

nama-nama. Setelah itu Tuhan memerintahkan kepada seluruh

Page 21: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

malaikat untuk bersujud kepadanya dan bersujudlah para

malaikat itu. Fakta inilah yang menurut Ali Syari’ati merupakan

arti sebenarnya dari humanisme.[15]

Menurut Ali Syari’ati keutamaan paling menonjol dari

manusia adalah kekuatan kemauannya. Ia adalah satu-satunya

makhluk yang dapat bertindak melawan dorongan instingnya;

sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk lain. Kemauan

bebas yang dimiliki manusia itulah yang dapat menjadi

penghubung kedekatannya dengan Tuhan. Pertemuan kedekatan

manusia dengan Tuhan adalah karena manusia lahir dari bagian

Ruh Tuhan. Dengan demikian apa yang sama dari manusia

dengan Tuhan adalah dimensi ruhnya yang melahirkan konsep

kemauan bebas berkehendak dalam keadaan demikian, manusia

memerlukan kehadiran agama yang mampu menyeimbangkan

dan menyelaraskan dimensi-dimensi yang saling bertentangan

yang ada dalam dirinya dan masyarakatnya.[16]

Dengan memperhatikan kerangka berfikir yang

dikembangkannya nampak bahwa Ali Syari’ati adalah seorang

intelektual dengan jiwa pemberontak yang anti kemapanan

(status quo) yang cenderung tiran. Ia sendiri melakukan

Page 22: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

pemberontakan dengan memberikan gagasan revolusioner untuk

membangun kesadaran umat dalam mencapai kualitas hidupnya.

3. Pergerakan Sosial

Yang dimaksud dengan program praksis adalah langkah-

langkah penerapan (program aksi) dari ide, gagasan, pemikiran-

pemikiran yang telah dibangun oleh seseorang.[17] Setelah Ali

Syari’ati merumuskan gagasannya tentang pandangan tentang

dunianya, ia lalu mengajukan pertanyaan dari mana mesti kita

mulai? Pertanyaan ini merupakan masalah strategi sosial dan

bukan masalah ideologi. Untuk memulai menjawab pertanyaan

di atas Ali Syari’ati melihat adanya kesenjangan dan tidak

adanya komunikasi intensif antara pemikir-cendekiawan dengan

rakyat jelata. Selama ini para cendekiawan menjadi komunitas

eksklusif yang hidup di sangkar emas dan di menara gading

tanpa bisa memahami keadaan rakyat mereka. Ali Syari’ati

mengkritik para cendekiawan Muslim yang jauh dari komunitas

rakyat.[18]

Kaum intelektual yang dapat melakukan transformasi

sosial adalah kaum intelektual yang tercerahkan (raushanfekr).

Profil kaum intelektual yang tercerahkan tidaklah harus

memperoleh gelar akademik. Kaum intelektual yang tercerahkan

Page 23: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

adalah individu-individu yang mempunyai tanggungjawab sosial

dan mempunyai misi sosial. Oleh karenanya tidak semua

intelektual tercerahkan. Banyak intelektual justru hanya menjadi

budak-budak kapitalisme yang hanya bekerja secara manual dan

tidak mempunyai tanggungjawab sosial.[19]

Konsepsi kaum intelektual yang tercerahkan sebagaimana

digagas Ali Syari’ati, menyiratkan obsesinya agar para

intelektual Muslim mempunyai basis intelektualitas yang

memadai sekaligus mempunyai kepekaan sosial, profil manusia

yang mampu menyeimbangkan kekuatan nalar kognitif dan

nalar sosial, kesalehan individual dengan kesalehan sosial. Salah

satu cara mengenali potensi umat Islam, menurut Ali Syari’ati,

adalah memahami taxonomi budaya kita sendiri. Misalnya,

Yunani mempunyai budaya filosofis, Romawi mempunyai

budaya militer dan artistik, India mempunyai budaya

spiritualistik dan masyarakat kita mempunyai budaya Islam dan

religius. Adapun yang dimaksud dengan taxonomi budaya

adalah semangat umum yang menentukan badan pengetahuan

(body of knowledge), karakteristik-karakteristik, perasaan,

tradisi, pandangan dan cita-cita rakyat dari suatu masyarakat.

Dengan mengenal taxonomi budaya suatu masyarakat kita akan

Page 24: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

mengenal kebenaran terdalamnya, kepekaan-kepekaan batinnya

dan perasaan-perasaan yang tersembunyi.[20]

Semangat dominan kebudayan Islam adalah keadilan dan

kepemimpinan. Untuk menemukan kembali semangat tersebut,

menurut Ali Syari’ati, kita perlu membangkitkan semangat

”protestanisme Islam” Istilah ”Protestantisme” yang dilekatkan

pada Islam merupakan upaya Ali Shari’ati meminjam istilah

Marx Weber yang menggambarkan gerakan kelompok Kristen

Protestan untuk keluar dari kungkungan dogma dan mencari

spirit agama yang sejati. Menurut tesis Max Weber, agama

adalah ideologi yang menimbulkan perubahan, ketika ia

membicarakan etika Protestan dan ruh kapitalisme.[21]

Agar seorang Muslim yang tercerahkan dapat melakukan

hal-hal sebagai berikut: 1. Menyaring dan menyuling sumber-

sumber daya masyarakat kita dan mengubah penyebab

kebobrokan menjadi kekuatan atau gerakan; 2. Mengubah

konflik antar kelas dan kelompok sosial menjadi suatu kesadaran

akan tanggungjawab sosial melalui pemanfaatan kesenian,

menulis, dan berbicara; 3. Menjembatani kelompok yang

tercerahkan dengan kelompok yang tertindas; 4. Mencegah agar

senjata agama tidak jatuh pada mereka yang tidak patut

Page 25: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

memilikinya untuk tujuan-tujuan pribadi; 5. Mengusahakan

kebangkitan kembali agama untuk memerangi ketakhayulan; 6.

Menghilangkan semangat peniruan dan kepatuhan dalam

beragama dengan menggantinya dengan semangat ijtihad yang

kritis dan revolusioner.[22]

Semua itu dilakukan agar umat Islam keluar dari jeratan

tiga musuh Islam yang disimbolkan dengan Fir’aun (penguasa

politik tiran), Qarun (penguasa ekonomi) dan Bal’am (kaum

cerdik gadungan), sementara satu golongan dikorbankan yaitu

rakyat.[23] Kepada Islamlah kita harus kembali, bukan hanya

karena ia merupakan agama masyarakat kita, landasan moral

dan spiritual kita, tetapi juga karena ia merupakan “diri”

manusiawi dari rakyat kita. Kita harus keluar dari kolonialisme

Barat dan melepaskan diri dari “memuja yang lain” untuk

menjadi diri kita sendiri dan membangun kesadaran manusiawi

serta membangun kesadaran sejarah dan keaslian kita dengan

kembali pada Islam dengan semangat tauhid sebagai sumbu

pembebasan manusia.[24]

Dengan demikian konsep tauhid adalah mabda (tempat

bermula) sebuah kesadaran diri dan gerakan pembebasan diri

Page 26: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

untuk menciptakan tatanan kehidupan yang adil dan

bermartabat.

[1] Hamid Fahmi Zarkasyi, Worldview, http://insistnt.com. Diakses pada 12 September 2008.[2] Ali Syari’ati, Islam: Mazhab Pemikiran dan Aksi., Op.cit., h. 20.[3] Ibid., h. 24-25.[4] Ali Syari’ati, Man In Islam. terj. M. Amin Rais, Tugas Cendekiawan Muslim, (Cet.II; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 22-24.[5] Ibid., h. 25-26.[6] Ibid., h. 34.[7] Ibid., h. 35.[8] Robert Heck and Dawud Reznik, ”The Islamic Thought of Ali Shari’ati and Sayyid Qutb,” Mod ern Islamic Thought (May, 2007): 2.[9] Ali Syari’ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Op.cit., h. 37-44. Juga dapat dilihat Kritik Ali Shari’ati terkait dengan kegagalan humanisme Barat dalam memposisikan manusia dalam bukunya, Marxism and Other Western Fallacies , translated by. R. Campbell (Berkeley: Mizan Press, 1980), pp. 15-26.[10] Ali Syari’ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Op.cit., h. 37-38.[11] Ibid., 37-44. Juga dapat dilihat dalam, Marxism and Other Western Fallacies, Op.cit., h. 15-26.[12] Dalam pandangan Ali Shari’ati, ”Tauhid as the unity of nature with metanature, of man with nature, of man with man,

Page 27: 99007733 Pemikiran Ali Syariati

of God with the world and with man.” Lihat Robert Heck and Dawud Reznik, ”The Islamic Thought of Ali Shari’ati,” p. 9.[13] Ali Syari’ati, Tugas Cendekiawan Muslim. Op.cit., h. 1-2.[14] Ibid., h. 6-7. Lihat juga NS Suwito, Transformasi Sosial: Kajian Epistemologis Ali Syari’ati Tentang Pemikiran Islam Modern (Yogyakarta: Unggun Religi, 2004), h. 140-142.[15] Ali Syari’ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Op.cit., h. 8-9.[16] Ibid., h. 17.[17] Program praksis Ali Syari’ati dituangkan dalam kurikulum lembaga pendidikan, tempat ia banyak menuangkan gagasan-gagasan revolusionernya, yaitu Husainiyah Irsyad. Program praksis Ali Shari’ati meliputi empat aspek pokok, yaitu bidang riset, pendidikan, dakwah dan logistik. Uraian lebih rinci tentang program aksi Ali Shari’ati, lihat NS Suwito, Tranformasi Sosial , h. 238-253.[18] Ali Syari’ati, ”What is To Be Done: The Enlightened Thinkers and Islamic Renaissance.” terj. Rahmani Astuti, Membangun Masa Depan Islam (Bandung: Mizan, 1993), h. 25-26.[19] Ibid., h. 29.[20] Ibid., h. 44[21] Hamid Fahmi Zarkasyi, Worldview, http://insistnt.com. Diakses pada 12 September 2008.[22] Ali Syariati, What is To be Done, Op.cit., h. 52-53.[23] Ibid., h. 76.[24] Ibid., h. 82.http://hamzah-harun.blogspot.com/2012/02/corak-pemikiran-ali-syariati.html#more