9. toksikologi

24
1 TOKSIKOLOGI, NARKOBA, KASUS ALKOHOL, DAN FARMASI FORENSIK Sitti Fatimah Siampa A. Definisi Toksikologi Forensik Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti Ilmu Kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain. Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal, dan penatalaksanaan kasus keracunan. Toksikologi forensik, adalah penerapan toksikologi untuk membantu investigasi medikolegal dalam kasus kematian, keracunan maupun penggunaan obat-obatan. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi forensik bukanlah keluaran aspek hukum dari investigasi secara toksikologi, namun mengenai teknologi dan teknik dalam memperoleh serta menginterpretasi hasil seperti: pemahaman perilaku zat, sumber penyebab keracunan atau pencemaran, metode pengambilan sampel dan metode analisa, interpretasi data terkait dengan gejala atau efek atau dampak yang

Upload: ririt-yuliarti-taha-ii

Post on 30-Jan-2016

291 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: 9. TOKSIKOLOGI

1

TOKSIKOLOGI, NARKOBA, KASUS ALKOHOL, DAN

FARMASI FORENSIK

Sitti Fatimah Siampa

A. Definisi Toksikologi Forensik

Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai

disiplin ilmu yang sudah ada seperti Ilmu Kimia, Farmakologi, Biokimia,

Forensik Medicine dan lain-lain. Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda

yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal, dan penatalaksanaan kasus

keracunan.

Toksikologi forensik, adalah penerapan toksikologi untuk membantu

investigasi medikolegal dalam kasus kematian, keracunan maupun penggunaan

obat-obatan. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi forensik bukanlah

keluaran aspek hukum dari investigasi secara toksikologi, namun mengenai

teknologi dan teknik dalam memperoleh serta menginterpretasi hasil seperti:

pemahaman perilaku zat, sumber penyebab keracunan atau pencemaran, metode

pengambilan sampel dan metode analisa, interpretasi data terkait dengan gejala

atau efek atau dampak yang timbul serta bukti-bukti lainnya yang tersedia. Racun

adalah senyawa yang berpotensi memberikan efek yang berbahaya terhadap

organisme. Sifat racun dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi

racun di reseptor, sifat fisiko kimis toksikan tersebut, kondisi bioorganisme atau

sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang

ditimbulkan.

Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang ilmu forensik. Menurut

Saferstein yang dimaksud dengan Forensic Science adalah ”the application of

science to low”, maka secara umum ilmu forensik (forensik sain) dapat

dimengerti sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk

penegakan hukum dan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah

Page 2: 9. TOKSIKOLOGI

2

melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan

menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya

racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam

tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan

analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum

dan perundanganundangan.

B. Jenis-Jenis Keracunan

1. Keracunan Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah racun yang tertua dalam sejarah

manusia. Sejak di kenal cara membuat api, manusia senantiasa terancam oleh

asap yang mengandung CO. Gas CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak meransang selaput lendir, sedikit lebih ringan dari udara

sehingga mudah menyebar.

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan

anamnesis adanya kontak dan di temukannya gejala keracunan CO. Pada

korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat

berwarna merah terang (cherry pink colour) yang tampak jelas bila kadar

COHb mencapai 30% atau lebih. Warna lebam mayat seperti itu juga dapat

ditemukan pada mayat yang di dinginkan, pada korban keracunan sianida dan

pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk

nitrit, sehingga dalam darahnya terbentuk nitroksi hemoglobin.

Meskipun demikian masih dapat di bedakan dengan pemeriksaan

sederhana. Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang

ototnya berwarna biasa, tidak merah terang. Juga pada mayat yang di

dinginkan warna merah terang lebam mayatnya tidak merata selalu masih

ditemukan daerah yang keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO,

jaringan otot, visera dan darah juga berwarna merah terang. Selanjutnya tidak

ditemukan tanda khas lain. Kadang-kadang dapat ditemukan tanda asfiksia

Page 3: 9. TOKSIKOLOGI

3

dan hyperemia visera. Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di substansia

alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari ½ jam.

Pada analisa toksikologik darah akan di temukan adanya COHb pada

korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam maka

seluruh CO telak di eksresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga

ditemukan lebam mayat berwarna livid seperti biasa demikian juga jaringan

otot, visera dan darah. Kelainan yang dapat di temukan adalah kelainan akibat

hipoksemia dan komplikasi yang timbul selama penderita di rawat. Otak, pada

substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus dapat di temukan

petekiae. Kelainan ini tidak patognomonik untuk keracunan CO, karena setiap

keadaan hipoksia otak yang cukup lama dapat menimbulkan petekiae.

Pemeriksaan mikroskopik pada otak memberi gambaran :

- Pembuluh-pembuluh halus yang mengandung trombihialin

- Nikrosis halus dengan di tengahnya terdapat pembuluh darah yang

mengandung

- trombihialin dengan pendarahan di sekitarnya, lazimnya di sebut ring

hemorrhage

- Nikrosis halus yang di kelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yang

mengandung trombi

- Ball hemorrgae yang terjadi karena dinding arterior menjadi nekrotik

akibat hipoksia dan memecah.

Pada miokardium di temukan perdarahan dan nekrosis, paling sering

di muskulus papilaris ventrikal kiri. Pada penampang memanjangnya, tampak

bagian ujung muskulus papilaris berbercak-bercak perdarahan atau bergaris-

garis seperti kipas berjalan dari tempat insersio tendinosa ke dalam otak.

Ditemukan eritema dan vesikal / bula pada kulit dada, perut, luka, atau

anggota gerak badan, baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak

tertekan. Kelainan tersebut di sebabkan oleh hipoksia pada kapiler-kapiler

Page 4: 9. TOKSIKOLOGI

4

bawah kulit. Pneunomonia hipostatik paru mudah terjadi karena gangguan

peredaran darah. Dapat terjadi trombosis arteri pulmonalis.

2. Keracunan Sianida

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, karena garam

sianida dalam takaran kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada

seseorang dengan cepat seperti bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa

tokoh nazi Kematian akibat keracunan CN umumnya terjadi pada kasus bunuh

diri dan pembunuhan. Tetapi mungkin pula terjadi akibat kecelakaan di

laboratorium, pada penyemprotan (fumigasi) dalam pertanian dan

penyemprotan di gudang-gudang kapal.

Pada pemeriksaan korban mati, pada pemeriksaan bagian luar jenazah,

dapat tercium bau amandel yang patognomonig untuk keracunan CN, dapat

tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut

dan hidung. Bau tersebut harus cepat dapat ditentukan karena indra pencium

kita cepat teradaptasi sehingga tidak dapat membaui bau khas tersebut.

Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam mayat

berwarna terang, karena darah vena kaya akan oksi-Hb. Tetapi ada pula yang

mengatakan karena terdapat Cyanmet-Hb.

Pada pemeriksaan bedah jenazah dapat tercium bau amandel yang

khas pada waktu membuka rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila

racun melalui mulut) darah, otot dan penampang tubuh dapat berwarna merah

terang. Selanjutnya hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia pada organ tubuh.

Pada korban yang menelan garam alkalisianida, dapat ditemukan kelainan

pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena

terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun.

Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal

atau posmortal.

Page 5: 9. TOKSIKOLOGI

5

3. Keracunan Arsen (As)

Senyawa arsen dahulu sering mengunakan sebagai racun untuk

membunuh orang lain, dan tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus

keracunan dengan arsen dimasa sekarang ini. Disamping itu keracunan arsen

kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian

akibat memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan

arsen. Kematian akibat keracunan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan

karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal

yang hebat sehingga dapat didiagnosa sebagai suatu penyakit.

Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada

pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa

berwarna merah, kadang-kadang dengan perdarahan (flea bitten appearance).

Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa

dengan akibat partikel-partikel As berwarna kuning sedangkan As2O3 tampak

sebagai partikel berwarna putih.

Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum.

Histologik jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard.

Sedangkan organ lain parenkimnya berwarna putih. Korban mati akibat

keracunan arsin. Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan

terlihat tanda-tanda kegagalan kardiorespirasi akut. Bila meninggalnya

lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemia hemolitik, tanda-tanda

kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal serta

nekrosis tubuli. Korban mati akibat keracunan kronik. Pada pemeriksaan luar

tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis

arsenik).

4. Keracunan Alkohol

Alkohol banyak terdapat dalam berbagai minuman dan sering

menimbulkan keracunan. Keracunan alkohol menyebabkan penurunan daya

reaksi atau kecepatan, kemampuan untuk menduga jarak dan ketrampilan

Page 6: 9. TOKSIKOLOGI

6

mengemudi sehingga cenderung menimbulkan kecelakaan lalu-lintas di jalan,

pabrik dan sebagainya. Penurunan kemampuan untuk mengontrol diri dan

hilangnya kapasitas untuk berfikir kritis mungkin menimbulkan tindakan yang

melanggar hukum seperti perkosaan, penganiayaan, dan kejahatan lain

ataupun tindakan bunuh diri.

Pada orang hidup, bau alkohol yang keluar dari udara pernapasan

merupakan petunjuk awal. Petunjuk ini harus dibuktikan dengan pemeriksaan

kadar alkohol darah, baik melalui pemeriksaan udara pernapasan atau urin,

maupun langsung dari darah vena.

Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas, Mungkin

ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ

menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap.

Mukosa lambung menunjukkan tanda perbendungan, kemerahan dan tanda

inflamasi tapi kadangkadang tidak ada kelainan.Organ-organ termasuk otak

dan darah berbau alkohol.

Pada pemeriksaan histopatologik dapat dijumpai edema dan pelebaran

pembuluh darah otak dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh pada bagian

parenkim organ dan inflamasi mukosa saluran cerna.

Pada kasus keracunan kronik yang, meninggal, jantung dapat

memperlihatkan fibrosis interstisial, hipertrofi serabut otot jantung, sel-sel

radang kronik pada beberapa tempat, gambaran seran lintang otot jatunng

menghilang, hialinisasi, edema dan vakuolisasi serabut otot jantung.

Schneider melaporkan miopati alhokolik akut dengan miohemoglobinuri yang

disebabkan oleh nekrosis tubuli ginjal dan kerusakan miokardium.

5. Keracunan Narkotika

Kematian akibat narkotika lebih sering karena kecelakaan. Pada

pemeriksaan kasus yang meninggal akibat narkotika, perlu diperhatikan akan

adanya bekas suntikan yang baru dan lama. Pada para pemakai narkotika

dengan suntikan dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.

Page 7: 9. TOKSIKOLOGI

7

Kadangkala ditemukan tatto pada tempat yang tidak lazim, misalnya pada

lipat siku, yang dimaksudkan menutupi bakas suntikan.

Kematian akibat narkotika paling sering melalui terjadinya depresi

napas. Pada pemeriksaan jenazah akan ditemukan kelainan pada paru berupa

pembendungan hebat dan edema paru hebat, narcotic lung atau gambaran

pneumonia lobaris. Pembendungan ditemukan pula pada organ-organ tubuh

lainnya. Pemeriksaan toksikologi dilakukan terhadap darah dan urin. Selain

itu, pemeriksaan toksikologi juga dilakukan pada cairan empedu serta tempat

masuknya narkotika tersebut (jaringan sekitar suntikan pada pemakai

narkotika suntikan, nasal swab pada mereka yang melakukan sniffing, isi

lambung pada mereka yang menelan narkotika).

6. Keracunan Insektisida

Kasus kematian akibat insektisida seringkali merupakan kematian

akibat bunuh diri menggunakan bahan pembunuhan serangga golongan

karbamat yang digunakan luas dimasyarakat. Selain itu keracunan juga

disebabkan oleh faktor ketidaksengajaan pada proses penyemprotan.

Pembunuhan dengan racun jenis ini jarang terjadi. (anonim, chadna)

Insektisida yang sering digunakan, antara lain:

a. golongan fosfat organik : malation, paration, paraxon, diazinon

b. golongan karbamat : carbaryl, baygon

c. golongan hidrokarbon yang diklorkan : DDT, lindane

Berdasarkan cara kerjanya, golongan organofosfat dan karbamat

dikategorikan ke dalam antikolinesterase. Pada golongan organofosfat

inhibisinya bersifat irreversibel, sedangkan golongan karbamat bersifat

reversibel. Inhibisi mengakibatan terjadinya akumulasi asetilkoloin,

rangsangan pada saraf kolinergik diperpanjang. Kematian terjadi karena gagal

napas dan henti jantung. Gejala klinis berupa gangguan penglihatan, sukar

bernapas, saluran pencernaan hiperaktif. Tanda dan gejala lain yang sering

terjadi antara lain sakit kepala, kelemahan otot, hiperhidrosis, lakrimasi,

Page 8: 9. TOKSIKOLOGI

8

salivasi, miosis, sekresi saluran napas, sianosis, papil edem, konvulsi, koma,

dan hilangnya kontrol terhadap sfingter.

Pemeriksaan luar terhadap jenazah dimulai dengan melakukan penciuman

pada lubang hidung dam mulut jenazah. Pada kasus keracunan insektisida

akan tercium bau bahan pelarut yang digunakan sebagai pelarut insektisida

tersebut. Kadang-kadang ditemukan luka bakar kimiawi berupa bercak

berwarna coklat agak mencekung di kulit sekitar mulut dan tempat yang

terkena insektisida. Pemeriksaan lebih lanjut akan ditemuakan lebam jenazah

berwarna biru gelap, ujung jari dan kuku berwarna kebiru-biruan.

Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda pembendungan pada alat dalam.

Di dalam lambung ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan

cairan lambung dan lapisan larutan insektisida. Mukosa lambung dan usus

bagian atas tampak hiperemis dan mengalami perdarahan submukosa. Juga

dapat tercium bau pelarut insektisida. Limpa, otak dan paru tampak edem dan

kongesti. Kerusakan jaringan hati biasanya merupakan penyebab kematian

pada keracunan kronis.

C. Pemeriksaan Forensik Klinik terhadap Korban Keracunan

Pemeriksaan korban keracunan pada prisipnya sama secara medis maupun

secara forensik klinis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

tambahan. Perbedaan yang ada adalah pada hasil akhir pemeriksaan, berupa

sertifikasi yang memberi bantuan pembuktian hukum terhadap korban. Sertifkasi

yang dimaksud adalah diterbitkannya visum et repertum peracunan.

Dalam pemeriksaan forensik klinis, anamnesis dapat bersifat auto-anamnesis

bila korban kooperatif atau allo-anamnesis baik terhadap keluarga koban atau

penyidik. Beberapa hal yang perlu ditekankan dalam anamnsis meliputi:

- Jenis racun

- Cara masuk racun (route of administration)

- Data tentang kebiasaan dan kepribadian korban

Page 9: 9. TOKSIKOLOGI

9

- Keadaan sikiatri korban

- Keadaan kesehatan fisik korban

- Faktor yang menigkatkan efek letal zat yang digunakan seperti penyakit,

riwayat alergi atau idiosinkrasi atau penggunaan zat-zat lain (ko-medikasi)

Dalam pemeriksaan fisik, harus dicatat semua bukti-bukti medis meliputi

tanda-tanda mencurigakan pada tubuh korban seperti bau tertentu yang keluar dari

mulut atau saluran napas, warna muntahan dan cairan atau sekret yang keluar dari

mulut atau saluran napas, adanya tanda suntikan, dan tanda fenomena drainage.

Gejala-gejala dan perlukaan tertentu harus dicatat seperti kejang, pin point pupil

atau tanda gagal napas. Demikian juga terhadap luka-luka lecet sekitar mulut,

luka suntikan atau kekerasan lainnya. Bau-bau tertentu harus dikenali dalam

pemeriksaan seperti bau amandel pada keracunan sianida, bau pestisida atau bau

minyak tanah yang dipakai sebagai pelarut.

Pengambilan dan analisis sampel dilakukan dengan mengambil sisa

muntahan, sekret mulut dan hidung, darah serta urin. Bila racun per oral, analisis

isi lambung harus dilakukan secara visual, bau dan secara kimia. Skrening racun

diambil dari sampel urin dan darah.

D. Pemeriksaan Forensik Kasus Keracunan terhadap Koban yang Sudah

Meninggal

Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan keracunan

pada korban yang sudah meninggal antara lain:

a. Pemeriksaan post mortem

1) Pemeriksaan luar

Pada pemeriksaan luar untuk kasus keracunan, kemungkinan

didapatkan:

- Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya

asam hidrosianida, asam karbonat, kloroform, alkohol, dll. Untuk

Page 10: 9. TOKSIKOLOGI

10

menjaga keutuhan jenazah tidak boleh menggunakan cairan

desinfektan yang mempunyai bau (aroma).

- Pada permukaan tubuh jenazah mungkin ditemukan bercak-bercak

yang berasal dari muntahan, feses dan kadang-kadang jenis racun itu

sendiri.

- Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan

fosfor dan keracunan akut akibat unsur tembaga sulfat.

- Keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.

- Pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-

tanda bekas zat korosif atau benda asing.

- Livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat

(bila racunnya menyebabkan perubahan warna darah sehingga warna

lebam jenazah mengalami perubahan.

2) Pemeriksaan dalam

Pada umumnya tanda-tanda keracunan tampak pada traktus

gastrointestinal, terutama jika keracunan akibat zat korosif atau iritan.

Perubahan yang terjadi adalah:

- Hiperemia

Warna kemerahan pada membran mukosa paling jelas terlihat

pada bagian kardiak lambung dan pada bagian kurvatura mayor.

Warnanya adalah merah gelap dan hiperemia ini bentuknya bisa

merata atau bercak, misalnya pada keracunan arsen hiperemia adalah

merah merata. Perubahan warna juga bisa muncul karena berbagai

unsur lainnya seperti sari buah. Asam nitrat menyebabkan warna

kuning pada usus.

Hiperemia harus dibedakan dengan kongesti vena secara

menyeluruh yang terjadi pda kematian akibat asfiksia. Gambaran yang

membedakan dengan hiperemia yang disebabkan oleh penyakit adalah

pada hiperemia karena penyakit sifatnya merata dan terdapat pada

Page 11: 9. TOKSIKOLOGI

11

seluruh permukaan serta tidak berupa bercak, selain itu gambaran

membran mukosa lebih banyak terkena pada kasus keracunan.

- Perlunakan

Keadaan ini terjadi pada keracunan korosif, lebih sering terlihat

pada kardiak lambung, kurvatura mayor, mulut, tenggorokan dan

esofagus. Jika disebabkan karena penyakit, gambaran ini hanya

tampak pada lambung. Juga harus dibedakan dengan perlunakan post

mortem yang terdapat pada bagian yang lebih rendah dan mengenai

seluruh lapisan dinding lambung. Pada bagian yang mengalami

perlunakan tidak ada tanda-tanda inflamasi.

- Ulserasi

Paling sering ditemukan ditemukan pada kurvatura mayor

lambung dan harus dibedakan dengan tukak peptik yang paling sering

terdapat di kurvatura minor lambung dan ditandai dengan adanya

hiperemia di sekitar tukak tersebut.

- Perforasi

Sangat jarang terjadi, kecuali pada kasus keracunan asam

sulfat. Perforasi juga bisa terjadi akibat tukak kronis, tetapi bentuk

perforasi pada kasus ini biasannya lonjong atau bulat, pinggirnya melekuk

ke arah luar dan lambung menunjukkan tanda-tanda perlekatan dengan

jaringan sekitar.

3) Pemeriksaan kimia/toksikologi pada organ tubuh bagian dalam

Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ

tubuh merupakan bukti yang memastikan bahwa telah terjadi keracunan.

Racun bisa ditemukan dalam lambung, usus halus, dan kadang-kadang

pada hati, limpa dan ginjal. Organ tubuh dan bahan yang diperiksa antara

lain:

- Urin dan feses

- Darah

Page 12: 9. TOKSIKOLOGI

12

- Lambung dan isinya

- Bagian dari usus halus (duodenum dan jejunum)

- Hati

- Setengah bagian dari masing-masing ginjal

- Otak dan korda spinalis, terutama pada keracunan striknin

- Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada

kecurigaan abortus kriminalis

- Paru-paru terutama pada keracunan kloroform

- Tulang, rambut, gigi dan kuku

- Organ tubuh lainnya yang dicurigai mengandung racun.

E. Faktor Risiko

Sakit setelah makan makanan tercemar tergantung pada organisme, jumlah

paparan, usia dan kesehatan Anda. Kelompok berisiko tinggi meliputi:

- Orang dewasa yang lebih tua. Ketika anda beranjak tua, sistem kekebalan

tubuh tidak dapat merespon dengan cepat dan efektif untuk organisme

menular seperti ketika Anda muda.

- Ibu hamil. Selama kehamilan, perubahan dalam metabolisme dan sirkulasi

dapat meningkatkan resiko keracunan makanan. Reaksi Anda mungkin lebih

parah saat hamil. Jarang, bayi Anda mungkin sakit juga.

- Bayi dan anak-anak muda. sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya

dikembangkan.

- Orang dengan penyakit kronis. Memiliki kondisi kronis - seperti diabetes,

penyakit hati atau AIDS - atau menerima kemoterapi atau terapi radiasi untuk

kanker mengurangi respon kekebalan tubuh.

Keracunan makanan sering terjadi dari makan atau minum karena:

- Setiap makanan yang disiapkan oleh seseorang yang tidak mencuci tangan

dengan benar

Page 13: 9. TOKSIKOLOGI

13

- Makanan disajikan dengan menggunakan peralatan memasak najis, talenan,

atau alat lainnya

- Produk susu atau mayones makanan yang mengandung (seperti kubis atau

salad kentang) yang telah keluar dari lemari es terlalu lama

- Makanan beku atau didinginkan yang tidak disimpan pada suhu yang tepat

atau tidak dipanaskan dengan benar

- Baku ikan atau kerang

- Baku buah atau sayuran yang belum dicuci bersih

- Baku sayur atau jus buah dan susu

- Kurang matang daging atau telur

- Air dari sumur atau sungai, atau air kota atau kota yang belum diobati

F. Faktor Yang Mempengaruhi Keracunan

1. Cara masuk

Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi.

Cara masuk lain secara berturut-turut melalui intravena, intramuskular,

intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah melalui kulit yang

sehat.

2. Umur

Orang tua dan anak-anak lebih sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi

prematur lebih rentan terhadap obat oleh karena ekskresi melalui ginjal belum

sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.

3. Pakaian.

Pada pakaian dapat ditemukan bercak-barcak yang disebabkan oleh

tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna

coklat karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat.

4. Lebam mayat.

Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena

warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang

tampak pada kulit.

Page 14: 9. TOKSIKOLOGI

14

5. Perubahan warna kulit.

Pada hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis pada telapak

tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu

kebirubiruan akibat keraunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam

jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada keracunan

tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida

hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati.

6. Kuku.

Keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal yang

tidak teratur. Pada keracunan Talium kronik ditemukan kelainan trofik pada

kuku.

7. Rambut.

Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan talium, arsen,

ari raksa dan boraks.

8. Sklera.

Tampak ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor,

karbon tetraklorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bias

ular.

Page 15: 9. TOKSIKOLOGI

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur Dan Bidang-Bidang Toksikologi.

htpp://www.freewweb.com.

2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu

Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997

3. Etam Odah. Keracunan Karbon Monoksida. (htpp//www.kutaikartanegara.com)

4. Adiwisastra, A. Keracunan, Sumber, Bahaya serta

Penanggulangannya .Angkasa, Bandung: 1985,

5. Andarwendah, Sumardi, Keracunan Arsen, Program Pendidikan

Pasca Sarjana Hyperkes, FK-UGM: 1982

6. Budiawan. Peran Toksikologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan

dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and Forensic

Sciences: 2008