88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

23
Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Beberapa pengertian banjir adalah: 1. Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001). 2. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat (Wikipedia, 2009). 3. Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. (SK SNI M- 18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir. 1.2. Jenis – Jenis Banjir di Indonesia Menurut ahli hidrologi banjir-bajir di indonesia itu dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: 1. Banjir akibat Meluapnya Suatu Sungai Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari suatu sungai yang sudah tidak mampu lagi untuk menampung aliran air yang ada di sungai itu, dimana debit air

Upload: nunu-nurul

Post on 30-Nov-2014

2.538 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian

Beberapa pengertian banjir adalah:

1. Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak

tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan

atau genangan pada lahan yang semestinya kering (Departemen

Kimpraswil, 2001).

2. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya

kering) karena volume air yang meningkat (Wikipedia, 2009).

3. Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung

oleh alur sungai atau saluran. (SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam

(Suparta (2004)

Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa

dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran

karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi

inilah yang disebut banjir.

1.2. Jenis – Jenis Banjir di Indonesia

Menurut ahli hidrologi banjir-bajir di indonesia itu dibagi menjadi

tiga jenis, antara lain:

1. Banjir akibat Meluapnya Suatu Sungai

Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari suatu sungai yang

sudah tidak mampu lagi untuk menampung aliran air yang ada

di sungai itu, dimana debit air yang mengalir melalui sungai

tersebut sudah melebihi kapasitas dari sungai tersebut.

2. Banjir Lokal

Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi

tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa

karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga

karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka

kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.

Page 2: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

3. Banjir Akibat Pasang Surut Air Laut

Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat,

otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat

dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air

sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau

cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan

terjadilah banjir.

1.3. Faktor – Faktor Penyebab Banjir

Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang

terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat

yang tinggi maupun tempat yg rendah. Pada saat air jatuh

kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan

mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran – saluran atau

sungai - sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan

masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan

menguap keudara (evapotranspirasi).

Banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir.

Dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir

merupakan daerah yang terbentuk akibat dari sedimentasi

(pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa

tapi juga tanah - tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran

banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari

peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur

bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok

sekali bagi pemukiman dan perkotaan.

Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi :

1. Perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim,

perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata

ruang.

2. Perubahan dari masyarakat itu sendiri

Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim

menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi

mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat

2

Page 3: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

keadaan ini saluran - saluran yang ada tidak mampu lagi menampung

besarnya aliran permukaan dan tanah - tanah cepat mengalami

penjenuhan.

Global warming / pemanasan global menyebabkan terjadinya

perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan.

Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai

tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F

dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi

Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan

Pontianak (Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN

(2006) banjir yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan

Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-

Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya

peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan

kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang

menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan oleh perubahan

penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).

Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan

tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah,

tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh

di atas permukaan bumi menyebabkan semakin tingginya aliran

permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah

melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran

permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18%

sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan

penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan

menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624

mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg

ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air

Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang di

lakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan

memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan Mei, Juli, Agustus dan

September lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat bulan -

bulan tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata

3

Page 4: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi

sehinggaa air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat

musim kemarau. Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-

Indonesia (2007) perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh

terhadap peningkatan debit sungai.

Hasil penelitian Fakhrudin (2003) dalam Yuwono (2005)

menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung

tahun 1990-1996 akan meningkatkan debit puncak dari 280 m3/det

menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase hujan menjadi

direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dalam makalah yang sama

Yuwono (2005) juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36%

menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-

turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%.

Menurut Yuwono (2005) pengurangan luas hutan dari 36% menjadi

25%, 15% dan 0% akan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60%

dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi

terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke

tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut

inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk,

bendungan dan sungai. Kapasitas daya tampung dari saluran irigasi

tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir

walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut Priatna (2001)

kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya

banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk serta

makin meluasnya lahan-lahan kritis.

1.4. Penanggulangan Banjir

1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya.

Karena sungai dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan

sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.

2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang

mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang

yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.

Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu

peningkatan perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya,

4

Page 5: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas,

melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-

orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka

waktu lama atau untuk menetap.

3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi

lagi. Karena pohon adalah salah satu penopang kehidupan di

suatu ktoa. Banyangkan, bila sebuah kota tidak memiliki pohon

sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai

penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat

air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi

phon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.

5

Page 6: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

BAB II

ISI

2.1. Kondisi DKI Jakarta

Gambar 2.1. Kondisi Banjir pada Jalanan Kota DKI. Jakarta

Jakarta sebagai kota megapolitan menyimpan berbagai macam

permasalahan akibat terus meningkatnya jumlah penduduk, apalagi

Jakarta masih menjadi ‘magnet’ bagi orang dari daerah untuk

berurbanisasi mencari penghidupan yang layak di kota besar. Data

statistik tahun 2010 menyebutkan, penduduk Jakarta berjumlah

9.607.787 jiwa, mempunyai luas wilayah 740,3 km², dengan kepadatan

6

Page 7: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

mencapai 12.978,2/km² tentu Jakarta sudah terlalu jenuh serta daya

dukung lingkungannya menurun. Berbagai permasalahan yang timbul

antara lain kemacetan, polusi udara, banjir, dan sebagainya, apalagi

kesenjangan sosial yang tinggi antara si kaya dan si miskin serta

keberagaman etnis dari seluruh Indonesia berkumpul di sana, rawan

menimbulkan konflik sosial seperti tawuran serta berbagai macam

tindak kejahatan.

Salah satu masalah yang populer di Jakarta ialah banjir. Selain

banjir besar lima tahunan, beberapa wilayah di Jakarta rentan terjadi

genangan setiap kali hujan lokal atau banjir kiriman karena meluapnya

sungai akibat tidak mampu lagi menampung debit air yang mengalir.

Kondisi topografi Jakarta yang relatif datar serta saluran drainase yang

buruk menjadi penyebab terjadinya banjir. Hal ini diperparah dengan

perubahan fungsi lahan serta pesatnya pembangunan yang

mengurangi daerah tangkapan air akibat berkurangnya ruang terbuka

hijau. Gedung-gedung bertingkat seperti perkantoran, mall, dan

apartemen secara tidak langsung juga memicu terjadinya banjir.

Eksploitasi air tanah yang berlebih pada gedung bertingkat diduga

menyebabkan penurunan permukaan tanah di Jakarta.

2.2. Potensi dan Penyebab Banjir di Kota DKI Jakarta

Jika dilihat kondisi Kota DKI Jakarta saat ini, dapat dilihat potensi -

potensi yang dapat menyebabkan Ibu Kota Negara Indonesia, DKI

Jakarta ini mengalami banjir, yaitu:

2.2.1. Sistem Drainase Kota yang Buruk

Tanpa harus melakukan survei mendetail pun, kita sudah tahu

bahwa drainase di Jakarta tidak berfungsi optimal sebagai salah satu

"penakluk" banjir. Contohnya, lihat saja gorong-gorong seukuran 1,25 x

2,5 meter persegi di bawah Jalan M.H. Thamrin, pusat Kota Jakarta.

Kondisinya memprihatinkan: dipenuhi sampah dan kabel-kabel. "Sudah

tak layak lagi," kata konsultan drainase Jakarta, Hadi Purwanto. Di area

itulah, pada Februari 2008, mobil R-1 yang ditumpangi Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono tak bisa lewat akibat terjebak banjir.

7

Page 8: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

Nah, gorong-gorong di Thamrin itulah yang kini sedang dibenahi.

Bila Anda melintasi jalan yang diapit gedung-gedung jangkung itu di

malam hari, akan tampak kesibukan orang-orang membersihkan dan

menata "perut" Jakarta. Saat ini tengah dibuat gorong-gorong baru di

beberapa tempat untuk mengatasi banjir, di antaranya di bawah Jalan

Thamrin, tepatnya di depan Sarinah, Sky Building. Ukurannya lebih

besar, yaitu 4 x 3 meter, sehingga diharapkan bisa mengatasi

genangan di kawasan Sarinah. "Itu merupakan crossing untuk

mengalirkan air dari Jalan Wahid Hasyim, Sabang, Sunda, dan seputar

Sarinah ke Kali Cideng," kata Tarjuki.

Kawasan Thamrin jelas bukan satu-satunya yang drainasenya

buruk. Menurut pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Jakarta,

Yayat Supriatna, banyak drainase atau gorong-gorong yang berubah

dari yang terbuka menjadi tertutup akibat pelebaran jalan, seperti

yang ada di Jalan Sudirman, Haji Agus Salim, dan Cikini. Padahal

karakter gorong-gorong terbuka tidak bisa dipaksakan menjadi

tertutup. Akibatnya, ada gorong-gorong yang meledak karena mampet.

Desain dan kapasitas drainase sudah tak sesuai dengan kebutuhan

Kota Jakarta. Contohnya, gorong-gorong lama yang ada di Jalan Haji

Agus Salim, Jakarta Pusat. ondisinya memang tidak layak lagi. Selain

kecil-berukuran sekitar 30 sentimeter persegi-terjadi pendangkalan. Air

kotor terlihat dari lubang besi yang menjadi pembuangan air dari jalan,

padahal hari itu tidak ada hujan. Bahkan lubang-lubang besinya sudah

menyempit akibat lapisan beton dan aspal sewaktu perbaikan jalan. Di

Jalan Sunda, di belakang gedung Sarinah, gorong-gorongnya memang

lebih besar, dengan tinggi sekitar 2 meter dan lebar 1,5 meter. Namun

kondisinya penuh sampah

2.2.2. Perubahan Fungsi Lahan

Berubahnya fungsi lahan, seperti:

Pembangunan mal-mal dibangun di daerah wajib resapan air,

mengakibatkan sering terjadinya banjir.

Pemeliharaan infrastruktur yang buruk

Dengan memperhatikan peta DKI Jakarta dibawah ini dan

dengan logika sederhana melihat dan membandingkan antara

8

Page 9: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

luasan area hijau dan area fisik bangunan,dapat kita

lihat betapa Mini-nya luasan RTH yang disyaratkan bagi

pertumbuhan suatu kota sehingga dengan semakin kecilnya

daerah resapan air makin semakin luaslah daerah luapan

banjir, semakin kecilnya daerah hijau maka semakin luaslah

daerah panas dijakarta.

Gambar 2.2. Daerah Penghijaun di Daerah Kemayoran

Tindakan sembrono dalam pemanfaataan ruang dalam kota

Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling

sedikit 30% dari luas wilayah kota. Sementara itu proporsi

Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk yang diperuntukkan bagi

publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari wilayah kota.

Sebaran ruang terbuka hijau publik ini diharapkan merata dari

mulai tingkat RT, RW, Kelurahan,sampai Kecamatan serta dasar

penentuanproporsi RTH itu berdasarkan keterkaitan ekologis

antar wilayah,

Dari Peta udara yang diambil dari google earth kita bisa

melihat luasan hijau dari RTH Monas, RTH Gelora Bung

Karno,Jalur hijau Tebet,Jalur Hijau Barito, RTH cibubur terlihat

demikian MINI dibandingkan dengan luasan Permukiman dan

fungsi-fungsi lainnya.Ruang Kawasan Hijau Kemayoran dan

luasan kawasan Hijau pemakaman Karet dan pemakaman

Tanah Kusir yang berfungsi sebagai daerah resapan air terasa

terhimpit oleh pembangunan fisik perumahan

9

Page 10: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

Gambar 2.3. Daerah Penghijaun di Daerah Tebet

Gambar 2.4. Daerah Penghijaun di Daerah Tanah Kusir

Gambar 2.5. Daerah Penghijaun di Daerah Karet

10

Page 11: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

2.3. Penyebab Banjir di Kota DKI Jakarta

Sumber genangan (banjir) di Kota DKI. Jakarta, dapat dibedakan

menjadi 3 macam,

yaitu:

1. Banjir Kiriman

2. Banjir Lokal

2.3.1.Banjir Kiriman

Banjir kiriman merupakan aliran banjir yang datangnya dari

daerah hulu di luar kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan

yang terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi

kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada, sehingga terjadi

limpasan. Banjir kiriman berasal dari Kota Bogor, karena Bogor terletak

di daerah hulu.

2.3.2.Banjir Lokal

Banjir lokal adalah genangan air yang timbul akibat hujan yang

jatuh di daerah itu sendiri, hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi

melebihi kapasitas sistem drainase yang ada.

2.4. Penanganan Banjir di Kota DKI. Jakarta

Salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Jakarta ialah dengan

membangun Banjir Kanal Timur (BKT). Sejarah BKT dimulai ketika

NEDECO (Netherland Engineering Concultans) menyusun "Master Plan

for Drainage and Flood Control of Jakarta" pada Desember 1973,

termasuk di dalamnya juga ada rencana pembangunan Banjir Kanal

Barat yang selesai dibangun lebih dulu. Berdasarkan rencana induk ini,

seperti yang ditulis Soehoed dalam Membenahi Tata Air Jabotabek,

pengendalian banjir di Jakarta akan bertumpu pada dua terusan yang

melingkari sebagian besar wilayah kota. Terusan itu akan menampung

semua arus air dari selatan dan dibuang ke laut melalui bagian-bagian

hilir kota. Kelak, terusan itu akan dikenal dengan nama Banjir Kanal

Barat dan Banjir Kanal Timur. Ini adalah salah satu upaya pengendalian

11

Page 12: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

banjir Jakarta di samping pembuatan waduk dan penempatan pompa

pada daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut.

Gambar 2.6. Peta Banjir Kanal Timur (BKT)

Pada tahun 1991, rencana induk BKT kemudian dilengkapi

dengan "The Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal

Project in the City of Jakarta" oleh Nikken Ass dengan dana bantuan

dari OECF menghasikan detail design BKT, serta "The Study on

Comprehensive River Water Management Plan in Jabotabek" pada

Maret 1997 oleh JICA (Japan International Cooperation Agency).

Selain berfungsi mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan,

melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta

bagian timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air

untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta

prasarana transportasi air.

12

Page 13: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

BKT direncanakan untuk menampung aliran Kali Cipinang, Kali

Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Daerah

tangkapan air (catchment area) mencakup luas lebih kurang 207

kilometer persegi atau sekitar 20.700 hektare. Rencana pembangunan

BKT tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6

Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 Provinsi DKI

Jakarta.

BKT akan melintasi 13 kelurahan (2 kelurahan di Jakarta Utara

dan 11 kelurahan di Jakarta Timur) dengan panjang 23,5 kilometer.

Total biaya pembangunannya Rp 4,9 triliun, terdiri dari biaya

pembebasan tanah Rp 2,4 triliun (diambil dari APBD DKI Jakarta) dan

biaya konstruksi Rp 2,5 triliun dari dana APBN Kementerian Pekerjaan

Umum.

Gambar 2.7. Trase Banjir Kanal Timur (BKT)

Untuk pembuatan BKT, perlu pembebasan lahan seluas 405,28

hektare yang terdiri dari 147,9 hektare di Jakarta Utara dan 257,3

hektare di Jakarta Timur. Sampai dengan September 2006, lahan yang

telah dibebaskan 111,19 hektare dengan biaya sekitar Rp 700 miliar.

Untuk tahun 2007, direncanakan pembebasan 267,36 hektare dengan

biaya Rp 1,2 triliun.

13

Page 14: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

Gambar 2.8. Penampang Melintang Banjir Kanal Timur (BKT)

Dalam kenyataannya, pembuatan kanal yang sudah

direncanakan lebih dari 30 tahun lalu itu menghadapi pembebasan

tanah yang berjalan alot. Pembangunannya menjadi lambat. Rencana

tersebut tidak kunjung selesai direalisasikan, dan banjir seperti yang

kini dirasakan warga Jakarta menjadi kenyataan setiap tahun.

Gambar 2.9. Foto Pelaksanaan Fisik Banjir Kanal Timur (BKT)

Akhirnya pada tahun 2011 pembangunan BKT selesai dan mulai

dioperasikan. Meskipun belum teruji manfaatnya dalam mengatasi

banjir, Namun, masyarakat Jakarta sudah tampak menikmati

keberadaan BKT. Hal ini terlihat dari kegiatan masyarakat di sekitar

daerah Bantaran BKT. Masyarakat Jakarta, khususnya Jakarta Timur,

seakan menemukan ruang publik yang selama ini dicari. Pengamatan

14

Page 15: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

detikcom, Senin (12/12/2011) di daerah Bantaran BKT Jl Basuki

Rachmat, Cipinang Muara, Jakarta Timur, terdapat banyak warga

Jakarta yang melakukan kegiatan di daerah tersebut. Kegiatan

masyarakat di sekitar BKT cukup beragam, ada yang bermain bersama

anak, memancing, hingga muda-mudi yang berdua-duaan alias

pacaran. Pusat keramaian terdapat di beberapa titik jembatan

penyeberangan yang menghubungkan Jl. Basuki Rachmat dengan

daerah perumahan penduduk Kelurahan Cipinang Muara.

Gambar 2.10. Kondisi Banjir Kanal Timur (BKT) Saat Ini

2.4.1. Sistem Pengendali Banjir di DKI Jakarta

Untuk menangani banjir, Provinsi DKI Jakarta telah membangun

serangkaian Sistem Pengendali Banjir Jakarta. Berikut adalah Sistem

Kawasan Pengendali Banjir dan Drainase Jakarta sampai 2010:

Jakarta Utara

Sunter Timur I

Sunter Timur II

Kelapa Gading

Sunter Barat

Sunter Selatan

Pademangan

Jembatan V

Teluk Gong

Angka Bawah

Jakarta Barat

Jelambar

Grogol

Pinangsia

15

Page 16: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

Jati Pulo

Kali Sekretaris

S.P.Barat

Jakarta Pusat

Sawah Besar

Sumur Batu

Cideng Bawah

Jakarta Selatan

Kali Grogol Atas

Duren Tiga

Pondok Karya

Sangrila

Jakarta Timur

Duren Sawit

Cipinang

Sistem Saluran Makro (13

sungai)

Kali Mookevart

Kali Angke

Kali Pesanggrahan

Kali Grogol

Kali Krukut

Kali Baru (Pasar Minggu)

Kali Ciliwung

Kali Baru Timur

Kali Cipinang

Kali Sunter

Kali Buara

Kali Jati Kramat

Kali Cakung

Banjir Kanal

Banjir Kanal Barat

Banjir Kanal Timur

16

Page 17: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

BAB III

PENUTUP

Dari uraian- uraian yang ada diatas maka solusi yang ingin saya

berikan adalah :

1. Pada bagian hulu :

Pembatasan penggunaan lahan untuk pembangunan.

Pembangunan bendungan, memperbaiki bangunan-bangunan air

yang sudah ada

Reboisasi intensif

Normalisasi aliran sungai

(Solusi di hulu harus berkesinambungan, antara pembatasan

penggunaan lahan, reboisasi intensif, dan pembangunan bendungan.

Jika hanya satu langkah yang dilaksanakan, langkah lain akan

menjadi kurang efektif.)

2. Pada bagian hilir :

Pembuatan Banjir Kanal Timur

Pembuatan penampungan air bawah tanah dalam skala besar

atau deep tunnel reservoir. Penampungan air bawah tanah,

17

Page 18: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta

seperti yang diterapkan Chicago (Amerika Serikat) dan Singapura

mampu menampung sekitar 200 juta meter kubik air dan dapat

bertahan 125 tahun.

Ide penampungan air bawah tanah adalah menampung semua

limpahan air banjir dan limbah cair dari sanitasi lingkungan ke

dalam bendungan bawah tanah. Air tampungan itu dapat diolah

dan digunakan sebagai cadangan air baku bagi Jakarta. Sehingga

jakarta tidak mengalami kekeringan saat musim kemarau

18

Page 19: 88656117 penanganan-banjir-kota-dki-jakarta

Pengendalian Banjir Kota DKI Jakarta