87816262-luka-bakar

14
Luka Bakar Luka bakar merupakan cedera yang sering terjadi dan berpotensi besar menyebabkan morbiditas, mortalitas dan derajat cacat yang lebih tinggi daripada cedera oleh sebab lain. Di Amerika, luka bakar adalah penyebab ketiga kematian akibat kecelakaan setelah kecelakaan kendaraan bermotor dan senjata api. Setiap tahun kira-kira 1,25 juta orang dengan luka bakar datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Sebagian besar menderita luka bakar ringan dan mendapat pertolongan pertama di IGD dan sisanya menderita luka bakar yang luas sehingga perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit. 1 Sebelum dilakukan manajemen terhadap luka bakar, pasien harus dievaluasi secara tepat dan lengkap. Evaluasi ini meliputi jalan napas, pertukaran udara dan stabilitas sirkulasi. Selain itu juga harus diketahui mekanisme terjadinya luka bakar, ada tidaknya gangguan inhalasi, luka bakar pada kornea dan intoksikasi karbon monoksida. Beratnya luka bakar ditentukan dengan menilai derajat serta luas luka bakar. 1 Gawat darurat dan penatalaksanaan awal luka bakar merupakan bagian terpenting dari perawatan keseluruhan, terutama bila lukanya luas dan kemungkinan memerlukan pembedahan. 1 A. Definisi Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. 2 B. Perhitungan Luas Luka Bakar Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Untuk keperluan pencatatan medis, dapat digunakan kartu luka bakar dengan cara Lund and Browder. 3,4 1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule of Nine” oleh Polaski dan Tennison dari Wallace : a. Kepala dan leher : 9% b. Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan) c. Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan) d. Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9% e. Perineum dan genitalia : 1% Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.

Upload: jessicacook

Post on 26-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 87816262-Luka-Bakar

Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera yang sering terjadi dan berpotensi besar menyebabkan morbiditas,

mortalitas dan derajat cacat yang lebih tinggi daripada cedera oleh sebab lain. Di Amerika, luka bakar

adalah penyebab ketiga kematian akibat kecelakaan setelah kecelakaan kendaraan bermotor dan

senjata api. Setiap tahun kira-kira 1,25 juta orang dengan luka bakar datang ke Instalasi Gawat Darurat

(IGD). Sebagian besar menderita luka bakar ringan dan mendapat pertolongan pertama di IGD dan

sisanya menderita luka bakar yang luas sehingga perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit.1

Sebelum dilakukan manajemen terhadap luka bakar, pasien harus dievaluasi secara tepat dan lengkap.

Evaluasi ini meliputi jalan napas, pertukaran udara dan stabilitas sirkulasi. Selain itu juga harus

diketahui mekanisme terjadinya luka bakar, ada tidaknya gangguan inhalasi, luka bakar pada kornea

dan intoksikasi karbon monoksida. Beratnya luka bakar ditentukan dengan menilai derajat serta luas

luka bakar.1

Gawat darurat dan penatalaksanaan awal luka bakar merupakan bagian terpenting dari perawatan

keseluruhan, terutama bila lukanya luas dan kemungkinan memerlukan pembedahan.1

A. Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi

seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.2

B. Perhitungan Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk menghitung

secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang

dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Untuk keperluan pencatatan

medis, dapat digunakan kartu luka bakar dengan cara Lund and Browder. 3,4

1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule of Nine” oleh Polaski dan Tennison dari Wallace :

a. Kepala dan leher : 9%

b. Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan)

c. Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan)

d. Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%

e. Perineum dan genitalia : 1%

Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan

penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.

Page 2: 87816262-Luka-Bakar

2. Perhitungan luas luka bakar menurut Linch dan Blocker (Rumus 10) untuk bayi:

a. Kepala: 20%

b. Tangan, masing-masing 10%

c. Kaki, masing-masing 10%

d. Badan kanan 20 %, kiri 20 %

3. Perhitungan luas luka bakar menurut Lund dan Browder:

Area 0-1 thn 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15 thn Dws

Kepala 19 17 13 11 9 7

Leher 2 2 2 2 2 2

Anterior tubuh 13 13 13 13 13 13

Posterior tubuh 13 13 13 13 13 13

Bokong kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Genitalia 1 1 1 1 1 1

Lengan atas kanan 4 4 4 4 4 4

Lengan atas kiri 4 4 4 4 4 4

Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3 3

Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3 3

Page 3: 87816262-Luka-Bakar

Telapak tangan kanan2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Telapak tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Kaki kanan 5 5 5,5 6 6,5 7

Kaki kiri 5 5 5,5 6 6,5 7

Telapak kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Telapak kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Total

C. Klasifikasi Luas Luka Bakar

Penderita luka bakar dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang terbakar. Klasifikasi ini

selalu dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar dan kita kenal sebagai derajat luka bakar.

Derajat luka bakar ditentukan oleh kedalaman jaringan tubuh yang rusak oleh trauma panas dan

tergantung oleh 2 faktor berikut : 5

1. Intensitas dan lamanya panas mengenai tubuh.

2. Rambatan panas pada jaringan (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan).

Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat (nekrosis) sebaliknya

jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang cukup mengandung air akan cepat

menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan. 5

Bagan

(Klasifikasi Luka Bakar) 6

KlasifikasiJaringan Klinis Tes Jarum Waktu Hasil

Page 4: 87816262-Luka-Bakar

yang rusak “Pin prick” Sembuh

I Epidermis - Sakit

- Merah

- Kering

Hiperalgesi 7 hari Normal

II

Dangkal

Sebagian

dermis,

folikel,

rambut dan

kelenjar

keringat utuh

Sakit

merah/kuning,

basah, bula

Hiperalgesi

atau normal

7 – 14 hari Normal, pucat,

berbintik

II

Dalam

Hanya

kelenjar

keringat yang

utuh

Sakit

merah/kuning,

basah, bula

Hipoalgesi 14 – 31 hari Pucat,

depigmen-tasi,

rata, mengkilat,

rambut (-),

cicatrix,

hipertropi

III Dermis

seluruhnya

Tidak sakit,

putih, coklat,

hitam, kering

Analgesi 21 hari

persekun-

dam

Cicatrix,

hipertropi

Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka, kerusakan kulit dan perlu

tidaknya penderita luka bakar mendapat perawatan intensif, yaitu : 5

1. Luka bakar superfisial (superficial burn)

2. Luka bakar dangkal (superficial partial-thickness burn)

3. Luka bakar dalam (deep partial-thickness burn).

4. Luka bakar seluruh tebal kulit (full thickness burn).

Karena luka bakar sangat bervariasi baik mengenai luas permukan tubuh maupun dalamnya jaringan

yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang memerlukan perawatan dan pengobatan

di Rumah Sakit. Dalam hal ini dapat dipakai patokan sebagai berikut:

Page 5: 87816262-Luka-Bakar

1. Luka bakar berat (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif)

a. Derajat II (dewasa > 30 %, anak > 20 %).

b. Derajat III > 10%

c. Luka bakar dengan komplikasi pada saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak yang hebat.

d. Luka bakar akibat sengatan listrik

e. Derajat III yang mengenai bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan, kaki, mata, telinga, dan

anogenital.

2. Luka bakar sedang (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik, biasanya tak

seintensif luka bakar berat)

a. Derajat II dangkal > 15% (dewasa), 10% (anak)

b. Derajat II dalam antara 15-30% (dewasa), 10-20% (anak)

c. Derajat III < 10% yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, mata, telinga, dan anogenital.

3. Luka bakar ringan

a. Derajat I

b. Derajat II < 15% (dewasa), < 10% (anak-anak)

c. Derajat III < 2%

D. Perubahan Anatomi Patologi pada Kulit dan Perubahan Fisiologi

1. Perubahan anatomi patologi pada kulit

Pada luka bakar terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. Trauma panas

menghasilkan perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu zone dengan sel-sel mati

sehingga sifatnya irreversible (zona koagulasi) dan daerah paling luar yang memperlihatkan hiperemia

dimana kerusakan sel sangat minim dan paling dini menunjukkan perbaikan (zona hiperemia). Diantara

keduanya terdapat zona statis dengan gangguan pada sel dan sirkulasi darah yang bersifat sementara.

Tetapi zona statis ini sangat potensial untuk menjadi luka yang lebih luas dan lebih dalam sehingga

mengenai seluruh tebal kulit karena kondisi sel-selnya sangat peka terhadap infeksi dan kekeringan

yang menimbulkan kematian sel.

Page 6: 87816262-Luka-Bakar

Dengan penanganan luka bakar yang adekuat akan memberikan kesempatan kepada pembuluh darah

untuk menghilangkan sludging (pengendapan partikel padat dari cairan) dan hipoksia jaringan tidak

berlarut-larut.7

2. Perubahan Fisiologi

Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang dapat

menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dijumpai pada

fase awal ( akut atau syok) yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.7

Pada luka bakar timbul beberapa macam gangguan fisiologi yang akut, antara lain:

a. Gangguan Cairan

Terjadi perpindahan cairan dan elektrolit dari intravaskular ke ekstra vaskular dan penguapan air yang

berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.

Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian tubuh yang tidak terbakar pindah tempat masuk

ke dalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula untuk kemudian sebagian melalui

kulit yang rusak. Ini menjelaskan bahwa pada syok luka bakar selain hipovolemia juga terjadi

kekurangan cairan ekstra sel dalam jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme sel

yang memperberat syok.5

Insensible Loss

Orang normal : 15 – 21 cc/jam/m2 Luas Permukaan Tubuh (LPT)

Penderita luka bakar : (25 – % LB) cc/jam/m2 LPT

b. Gangguan Sirkulasi dan Hematologi

Resistensi perifer naik karena sistem arteriola mengalami vasokonstriksi disamping viskositas darah

yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena sludging yang mengakibatkan bertambah

hebatnya gangguan sirkulasi perifer sehingga oksigenasi dan perfusi jaringan sangat buruk.5

c. Gangguan Hormonal dan Metabolisme

Perubahan pada fungsi ini, pada posisi anterior bersifat neurogen dan tidak jelas apakah dipengaruhi

oleh rangsangan metabolik. Sistem saraf simpatis terangsang akibat trauma yang cukup lama. Pengaruh

perubahan pola produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan adanya perubahan metabolik

dalam jaringan.5

Page 7: 87816262-Luka-Bakar

d. Gangguan Imunologi

Netrofil-netrofil yang seharusnya memfagositosis kuman-kuman, terperangkap dalam kapiler di zona

stasis. Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila tubuh adekuat akan terjadi granulasi

di zona stasis dan dapat menahan pertumbuhan bakteri, tetapi bila tidak, pada saat penurunan

kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis.5

E. Penatalaksanaan

Penalataksanaan dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah

standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma American College of Surgeons. Pada survei

primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D penderita. 8

A – (Airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (larinx, pharinx) akibat cedera inhalasi yang

ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness). Kecurigaan dibuat bila

ditemukan oedem mukosa mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut

dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani karena angka

kematiannya sangat tinggi.

B – (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau

eschar melingkar di dada.

C – (Circulation) : Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena

meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel dinding pembuluh darah). Bila

disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah atasi syok lalu lanjutkan resusitasi

cairan.

D – (Disability) : Status neurologis pasien.

1. Penanganan

Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,

mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan

pembatasan pembentukan jaringan parut. 2

a. Pertolongan pertama (penanganan darurat di tempat kejadian)

1). Tidak panik, untuk memudahkan tindakan sel

anjutnya pertolongan diberikan untuk mengurangi akibat yang terjadi kemudian.

2). Mengurangi berat luka bakar

a). Jauhkan benda panas : api dipadamkan (pakaian penderita ditanggalkan)

b). Dinginkan tubuh

Page 8: 87816262-Luka-Bakar

Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar ke bagian yang lebih dalam,

menyiram dengan air dingin 20° - 30 °C dan bersih sangat menolong, karena :

- menurunkan suhu, sehingga mengurangi dalamnya luka

- mengurangi nyeri

- mengurangi oedem

- mengurangi kehilangan protein

3). Mengurangi rasa nyeri

Analgetik dapat diberikan secara oral atau suntikan (morfin / petidin) dan meletakkan bagian yang

terbakar pada posisi yang lebih tinggi.

4). Jalan nafas

Jalan nafas diperiksa, bila dijumpai obstruksi jalan nafas, lakukan pembersihan dan pemberian O2.

5). Mencegah shock

Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah shock. Luka bakar kurang dari 30% diberikan 500 ml

RL/jam, luka bakar lebih dari 30% diberikan 100 ml RL/jam. Pada luka bakar > 30% biasanya fungsi

usus menjadi tidak baik sehingga cairan tidak diserap dan mengakibatkan perut menjadi kembung.

6). Mencegah infeksi

Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam air seperti mentega,

kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka ditutup dengan kain bersih. Jika ada bula,

jangan dipecahkan karena merupakan pelindung sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah

sakit.

7). Pengiriman penderita ke rumah sakit sesegera mungkin. 2,6,9

b. Penanganan di Rumah Sakit

1). Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu :

a). Periksa jalan nafas.

b). Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu tracheostomi atau

intubasi.

Page 9: 87816262-Luka-Bakar

c). Berikan oksigen 100%.

d). Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.

e). Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis.

f). Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.

g). Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.

2). Resusitasi cairan

Periksa cidera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera

inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk

resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat II atau III dengan luas

> 25%, atau bila pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat

menggantikan parenteral. Tiga cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada

penderita luka bakar yaitu : metode Evans, metoda Brook dan metoda Baxter. 4,6,10

Metoda Elektrolit Koloid Dextrose

Evans 1 cc/kgBB/%

(NaCl 0,9%)

1 cc/kgBB/% 2000 cc dws

1000 cc anak2

Brook 1,5 cc/kgBB/%

( R.L )

0,5 cc/kgBB/% 2000 cc dws

1000 cc anak2

Baxter 4 cc/kgBB/%

( R.L )

Dextrose untuk penggantian insensible water loss (IWL)

Cairan diberikan dalam tetes merata. Cara menghitung tetes, dipakai rumus :

P

g =

Page 10: 87816262-Luka-Bakar

Q x 3

Keterangan :

g : Jumlah tetes per menit

P : Jumlah cairan dalam cc

Q : Jam yang diperkirakan

24 jam I

- Separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam I diberikan dalam 8 jam I (dihitung mulai saat kejadian luka

bakar).

- Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

24 jam II

- Diberikan cairan sebanyak separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam I.

- Pada hari ke III diberikan separuh jumlah cairan hari kedua. 6

Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1

ml/kgBB/jam.

3). Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara iv. Hati-hati

dengan pemberian IM (akibat sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di dalam otot). 2,6

4). Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan

debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung

larutan antiseptik (lokal) ® Betadine® atau nitras argenti 0,5%.

5). Pemberian antibiotika pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi

yang terjadi pada luka. Silver nitrate 0,5%, mafinide asetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau

gentamisin sulfat. 6,10

6). Balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril.

7). Anti tetanus : diberikan pada LB derajat II dan III

- Serum ATS : 1500 iu dewasa – 750 iu anak-anak

Page 11: 87816262-Luka-Bakar

- Toxoid : 1 cc dewasa – 0,5 cc anak-anak

Diberikan sebagai “Booster” atau imunisasi dasar

Sebagai imunisasi dasar, pemberian ATS dilakukan 3x masing-masing dengan interval 1 bulan.

Indikasi Rawat Inap

1). Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang

dewasa.

2). Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.

3). Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan, kaki

atau perineum. 2,6

2. Perawatan Luka

Dikenal dua cara merawat luka :

a. Perawatan terbuka (exposure method) 6,10

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi

dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu,

misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang enak

karena melihat luka yang tampak kotor.

Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka

harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka bakar yang dangkal. Untuk

luka bakar derajat III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan pembersihan luka

berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian

yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau

debridement.

b. Perawatan tertutup

(occlusive dressing method) 6,10

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari

kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi

penderita. Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak pembalut dan

antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat mungkin luka

ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres

diganti beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan

Page 12: 87816262-Luka-Bakar

terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk luka bakar luas debridement harus lebih aktif

dan dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.

3. Tindakan Bedah

Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif adalah eksisi dan

penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh sepsis dan akibat-akibat

hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik

dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.

Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah : 6

a. Keadaan umum cepat membaik.

b. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.

c. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.

d. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.

e. Sensitivitas lebih baik.

4. Terapi Suportif

Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans negatif. Hiperpigmentasi

dimulai hari ke 4 selama 7 – 10 hari dengan formula :6

a. Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari

Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari

b. Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB

Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB

Kalorinya terdiri dari : 20% protein

50 – 60% KH

30 – 30% lemak

vitamin C 1.500 mg; B1 50 mg

Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis disesuaikan) 6

Pemeriksaan laboratorium

Page 13: 87816262-Luka-Bakar

- Hb, Ht, ureum dan kreatini, elektrolit darah.

- Kultur dan sensitivitas luka bakar.

- Produksi urin dan berat jenis.1

F. Komplikasi

Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis.

Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan

diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu,

misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

Curling’s ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.

Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus

diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita

luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.

Gangguan Jalan nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari

pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan

membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan

antibiotika.

Konvulsi. Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh

ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan

33% oleh sebab yang tak diketahui.

Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur dan gangguan kosmetik akibat jaringan

parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan

meyebabkan kekakuan sendi sehingga memerlukan program fisioterapi yang intensif dan tindakan

bedah.10

G. Prognosis

Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan luas luka bakar, derajat luka bakar, umur,

tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat lambatnya pertolongan yang diberikan dan fasilitas

tempat pertolongannya.10

H. Permasalahan Pasca Luka Bakar

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat berkembang

menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau

menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali terutama bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi

memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.

Page 14: 87816262-Luka-Bakar

Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa percaya diri

penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika cacat mengenai wajah atau

tangan.

Bila luka bakar yang merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pneumonia atau

insufisiensi fungsi paru pasca trauma.1,10

DAFTAR PUSTAKA

1. Hospital and prehospital resources for optimal care of patients with burn injury: guidelines for

development and operation of burn centers. American Burn Association. J Burn Care Rehabil

1990;11:98-104.

2. Moenadjat Y. Luka Bakar, Penatalaksanan Awal dan Penatalaksanaannya. Ramlim, Umbas R, Panigoro

SS, Kedaruratan Non-Bedah dan Bedah, Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000 : 62-70.

3. Lund C, Browder N. The Estimation of Areas of Burns. Surg Gynecol Obstet 1944;79:352-8.

4. Baxter CR. Management of Burn Wound. Dermatol Clin 1993;11:709-14.

5. Dr. Cornel Prawirawinata. Dasar-dasar Dalam Luka Bakar, PUSDALIN IDI.

6. A. Bambang Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar, Bagian Bedah, FK Undip/RS dr.

Kariadi.

7. Sauer EW. Introduction. Naskah Burn Symposium and Workshop. Jakarta : Sub Bagian Bedah Plastik.

Bagian Ilmu Bedah, FKUI, 1997 : 18-25.

8. Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar, Penanggung Jawab Medis Unit Luka Bakar RS

Sanglah, Denpasar, Bali.

9. Charles W. Van Way III, Charles A, Buerk : Manual Ketrampilan Dasar Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,

1990, 105-110.

10. Bisono, Pusponegoro AD; Luka, Trauma, Syok dan Bencana. Dalam : Syamsuhidajat R, Jong WD ed

Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997 : 81-91.

11. Setiomiharja S. Luka Bakar. Dalam : Rekosprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D, Hutagalung EU,

Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Jakarta Bina Rupa Aksara, 1995, 435-42.