86647439 konsep dasar kb

48
KONSEP DASAR KB Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pelayanan KB Disusun oleh: Fitria Hanifah 130103100063 Nurholiqoh Kamilin 130103100064 Halimatusadiyah 130103100074 Euis Nurul Fuadah 130103100080 Sifa Rahmawati 130103100081 PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 | Konsep Dasar KB

Upload: nsyukriya

Post on 25-Jul-2015

376 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

kb

TRANSCRIPT

Page 1: 86647439 Konsep Dasar Kb

KONSEP DASAR KB

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pelayanan KB

Disusun oleh:

Fitria Hanifah 130103100063

Nurholiqoh Kamilin 130103100064

Halimatusadiyah 130103100074

Euis Nurul Fuadah 130103100080

Sifa Rahmawati 130103100081

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2012

1 | K o n s e p D a s a r K B

Page 2: 86647439 Konsep Dasar Kb

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Konsep Dasar KB” dengan lancar.

Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Pelayanan KB serta menambah pengetahuan tentang Konsep Dasar

KB.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan

karena kurangnya pengetahuan dan terbatasnya referensi yang kami dapatkan,

sehingga kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan

bagi pembaca mengenai Konsep Dasar KB.

Bandung, Februari 2012

2 | K o n s e p D a s a r K B

Page 3: 86647439 Konsep Dasar Kb

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5

1.1. LATAR BELAKANG................................................................................5

1.2. TUJUAN.....................................................................................................5

1.2.1. Tujuan Umum..........................................................................................5

1.2.2. Tujuan Khusus.........................................................................................5

1.3. MANFAAT.................................................................................................5

BAB II ISI.....................................................................................................................6

2.1. PENGERTIAN..............................................................................................6

2.2. TUJUAN KELUARGA BERENCANA.......................................................7

2.3. SASARAN KB..............................................................................................9

2.4 MANFAAT KB...........................................................................................10

2.5. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA...............................................10

2.6. SYARAT-SYARAT KONTRASEPSI.......................................................12

2.7. MACAM – MACAM KONTRASEPSI......................................................14

3 | K o n s e p D a s a r K B

Page 4: 86647439 Konsep Dasar Kb

2.8. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN

ALAT KONTRASEPSI............................................................................16

2.8.1 Pengetahuan................................................................................................17

2.8.2. Efek Samping...........................................................................................19

2.8.3. Pendapatan Keluarga................................................................................19

2.8.4. Agama......................................................................................................20

2.8.5. Umur istri..................................................................................................21

2.8.6. Jumlah anak..............................................................................................21

2.8.7. Tingkat kesejahteraan................................................................................22

2.8.8. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).........................................23

2.8.9. Pendidikan.................................................................................................24

2.8.10. Dukungan suami/istri...............................................................................24

BAB III PEMBAHASAN JURNAL...........................................................................26

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................29

4.1. KESIMPULAN...........................................................................................29

4.2. SARAN.......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

4 | K o n s e p D a s a r K B

Page 5: 86647439 Konsep Dasar Kb

5 | K o n s e p D a s a r K B

Page 6: 86647439 Konsep Dasar Kb

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi.

Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu

menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi

terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya

meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan

peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia

dan sejahtera.

Program KB mengalami perkembangan pesat baik ditinjau dari sudut

tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya

terhadap pencegahan kehamilan.

1.2. TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

mengenai konsep dasar keluarga berencana.

6 | K o n s e p D a s a r K B

Page 7: 86647439 Konsep Dasar Kb

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapaun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk

mengetahui mengenai:

Pengertian KB

Tujuan Keluarga Berencana

Sasaran KB

Manfaat KB

Akseptor Keluarga Berencana

Syarat-Syarat Kontrasepsi

Macam – Macam Kontrasepsi

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi

1.3. MANFAAT

Manfaat yang dapat diperolah dari makalah ini adalah:

Mahasiswa mengetahui mengenai Pengertian KB

Mahasiswa mengetahui mengenai Tujuan Keluarga Berencana

Mahasiswa mengetahui mengenai Sasaran KB

Mahasiswa mengetahui mengenai Manfaat KB

Mahasiswa mengetahui mengenai Akseptor Keluarga Berencana

Mahasiswa mengetahui mengenai Syarat-Syarat Kontrasepsi

Mahasiswa mengetahui mengenai Macam – Macam Kontrasepsi

Mahasiswa mengetahui mengenai Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi

7 | K o n s e p D a s a r K B

Page 8: 86647439 Konsep Dasar Kb

BAB II

ISI

KONSEP DASAR KB (KELUARGA BERENCANA)

2.1. PENGERTIAN

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk

itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan

kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-

duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan

(Suratun, 2008).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

kontrasepsi merupakan variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo,

2005 B)

Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk

mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan ,

upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent

(Sarwono,1999:905).

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi

(Manuaba, 2003).

8 | K o n s e p D a s a r K B

Page 9: 86647439 Konsep Dasar Kb

Keluarga berencana adalah tindakan yang memakai individu atau

pasangan suami istri untuk :

1. Mendapatkan obyek-obyek tertentu

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval diantara kehamilan

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:

keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri

untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran

yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992

(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)

adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera (Arum, 2008).

2.2. TUJUAN KELUARGA BERENCANA

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi suatu

keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar,

2002)

9 | K o n s e p D a s a r K B

Page 10: 86647439 Konsep Dasar Kb

Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan

menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti

dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87

menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak

terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber

daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan

penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat

dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan

manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan

pangan mengikuti deret hitung.

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak

pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta

menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah

lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini

memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang

akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia

dan berkualitas.

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas

artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan,

papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

10 | K o n s e p D a s a r K B

Page 11: 86647439 Konsep Dasar Kb

Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :

1. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan

Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda

kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan :

2. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak

dulu karena berbagai alasan.

3. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.

4. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih

tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.

5. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak

pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra

indikasi terhadap pil oral.

2.3. SASARAN KB

A. Sasaran Langsung

Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15

- 49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan

hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan

kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif

lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008).

B. Sasaran Tidak Langsung

1) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan

merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung

tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan

seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga

program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah

terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

11 | K o n s e p D a s a r K B

Page 12: 86647439 Konsep Dasar Kb

2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi

pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita,

dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam

pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004).

3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

(Prawirohardjo, 2005 A).

2.4 MANFAAT KB

Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah

satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin

tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).

2.5. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur

(PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

2.5.1. Jenis-jenis Akseptor KB

a) Akseptor Aktif adalah: Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan

salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau

mengakhiri kesuburan.

b) Akseptor Aktif Kembali adalah : Pasangan Usia Subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi

suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik

dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat

kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

12 | K o n s e p D a s a r K B

Page 13: 86647439 Konsep Dasar Kb

c) Akseptor KB Baru adalah: Akseptor yang baru pertama kali menggunakan

alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat

kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

d) Akseptor KB Dini adalah: Para ibu yang menerima salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

e) Akseptor Langsung : Para Istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi

dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

f) Akseptor dropout adalah: Akseptor yang menghentikan pemakaian

kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

2.5.2. Akseptor KB menurut Sasarannya

Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu

a. Fase menunda kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh

pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena

umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak

mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria

kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya

kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat

terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan

belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB,

AKDR dan cara sederhana.

b. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan

jarak antara kelahiran adalah 2–4 tahun. Umur terbaik bagi ibu

untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun. Kriteria

kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi,

13 | K o n s e p D a s a r K B

Page 14: 86647439 Konsep Dasar Kb

reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan

punya anak lagi, dapat dipakai 3–4 tahun sesuai jarak kelahiran

yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu

ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut

kondisi ibu yaitu : AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan

c. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri

lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti

ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai fektifitas

tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan

terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.

Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan

untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan

disarankan adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB

dan Pil KB (Suratun, 2008).

2.6. SYARAT-SYARAT KONTRASEPSI

Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

b) Efek samping yang merugikan tidak ada

c) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

d) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

e) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya

f) Cara penggunaannya sederhana

g) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas

h) Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998).

14 | K o n s e p D a s a r K B

Page 15: 86647439 Konsep Dasar Kb

CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIANJURKAN

1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin

hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan

program.

3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun

merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak

dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Ini dikenal sebagai

catur warga.

Alasan menjarangkan kehamilan :

1. Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbalik untuk mengandung

dan melahirkan.

2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD

(Intra Uterine Divice) sebagai pilihan utama.

3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak

atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan pada usia mengandung dan

melahirkan yang baik.

4. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN :

1. Efektivitas cukup tinggi

2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak

lagi.

15 | K o n s e p D a s a r K B

Page 16: 86647439 Konsep Dasar Kb

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak

yang direncanakan.

4. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan

kematian anak.

MENGHENTIKAN / MENGAKHIRI KEHAMILAN / KESUBURAN

Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan :

1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak

punya anak lagi, karena alasan medis atau alasan lainnya.

2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai

kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

2.7. MACAM – MACAM KONTRASEPSI

Macam – macam kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode (Mochtar,

1998):

A. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai

1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)

2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)

B. Menurut pelayanannya

1) Cara medis dan non-medis

2) Cara klinis dan non-klinis

C. Pembagian menurut efek kerjanya

16 | K o n s e p D a s a r K B

Page 17: 86647439 Konsep Dasar Kb

1) Tidak mempengaruhi fertilitas

2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)

3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap

D. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi

1) Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu

badan dll

2) Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,

3) Memakai obat kimiawi : spermisida

4) Kontrasepsi intrauterina : IUD

5) Hormonal : pil KB, sunt ikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit

(AKBK)

6) Operatif : tubektomi dan vasektomi

E. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah

1) Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,

perpanjangan masa laktasi

2) Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan

spermisida

3) Metode modren

Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi

bawah kulit.

Kontrasepsi intrauterina : IUD

4) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi

pada pria (Mochtar, 1998).

Metode kontrasepsi (menurut Hanafi, 2004)

17 | K o n s e p D a s a r K B

Page 18: 86647439 Konsep Dasar Kb

1). Metode sederhana meliputi :

Tanpa alat yaitu KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus),

Metode Suhu Basal (Termal), Metode lendir serviks (Billings),

Metode Simpto-Termal) dan Coitus Interuptus (Hanafi, 2001).

Dengan alat yaitu Mekanis (Barrier) [Kondom Pria, Barier intra-

vaginal (Diafragma),Kap Serviks (Cervical cap), Spons (Sponge),

Kondom wanita] dan kimiawi [Spermisid (Vaginal cream, Vaginal

foam, Vaginal Jelly, Vaginal suppositoria, Vaginal tablet (busa),

Vaginal soluble film].

2). Metode modern

Kontrasepsi hormonal yaitu Per-oral [Pil Oral Kombinasi (POK),

Mini-pil, Morning-after pill], Injeksi atau suntikan [DMPA, NET-EN,

Microspheres, Microcapsules] dan Sub-kutis : Implant (Alat

kontrasepsi bawah kulit = AKBK), Implant Non-biodegradable

(Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon), Implant Biodegradable

(Capronor, Pellets).

Intra uterie devices (IUD, AKDR)

Kontrasepsi mantap : pada wanita (tubektomi) dan pada pria

(vasektomi). (Hanafi, 2004)

2.8. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT

KONTRASEPSI

Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitasi

a. Umur

b. Gaya hidup

c. Frekuensi senggama

d. Jumlah keluarga yang diinginkan

18 | K o n s e p D a s a r K B

Page 19: 86647439 Konsep Dasar Kb

e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu

f. Sikap kewanitaan

g. Sikap kepriaan

Faktor kesehatan – Kontraindikasi absolut atau relatif

a. Status kesehatan

b. Riwayat haid

c. Riwayat keluarga

d. Pemeriksaan fisik

e. Pemeriksaan panggul

Faktor metode kontrasepsi – Penerimaan dan Pemakaian

berkesinambungan

a. Efektivitas

b. Efek samping minor

c. Kerugian

d. Komplikasi-komplikasi yang potensial

e. Biaya.

2.8.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan adalah Hasil tau dari manusia, yang sekedar menjawab

pertanyaan “what”, misalnya, apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam

tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu :

a. Tahu (know)

19 | K o n s e p D a s a r K B

Page 20: 86647439 Konsep Dasar Kb

Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know)

ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang

telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat

menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah

20 | K o n s e p D a s a r K B

Page 21: 86647439 Konsep Dasar Kb

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak

mau ikut KB dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.8.2. Efek Samping

Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat

dari penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius

terhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002).

Menurut Hartanto (2004), dengan belum tersedianya metode

kontrasepsi yang benar-benar100% sempurna, maka ada 3 (tiga) hal yang

sangat penting untuk diketahui oleh calon akseptor KB yakni: efektivitas,

keamanan dan efek samping. Reaksi efek samping yang sering terjadi sebagai

akibat penggunaan alat kontrasepsi adalah:

a) Gangguan Haid (Amenorhoe): tidak datangnya haid setiap bulan pada

akseptor KB yang menggunakan suntik KB 3 (tiga) bulan berturut-

turut.

21 | K o n s e p D a s a r K B

Page 22: 86647439 Konsep Dasar Kb

b) Perubahan Berat Badan: biasanya kenaikan berat badan lebih sering

disebabkan karena pemakaian alat kontrasepsi pil dibanding suntik

KB.

a) Pusing dan Sakit Kepala: timbul rasa sakit pada kepala namun ini

hanya bersipat sementara (Hartanto,2004).

2.8.3. Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota

keluarga. Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-

kebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa

damfak positif bagi keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang,

pangan, papan dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi.

Namun tidak demikian dengan keluarga yang pendapatannya rendah

akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan dalam

pemenuhan kebutuhan hidupnya yang salah satunya adalah

pemeliharaan kesehatan (Keraf, 2001).

2.8.4. Agama

Agama merupakan keyakinan yang dianut seseorang yang dijadikan

pegangan dalam menjalani kehidupan. Agama menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah suatu prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut

dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa,

pengaturan masalah kependudukan merupakan masalah utama yang perlu

ditangani dengan cermat. Mereka memahami bahwa KB tidak bertentangan

dengan agama dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan,

kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat.

Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu

memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu

22 | K o n s e p D a s a r K B

Page 23: 86647439 Konsep Dasar Kb

kelahiran harus diatur jaraknya dengan berKB. Agama Buddha, yang

memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya

berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang

umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang

memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam

pemahaman sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak,

suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat

Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa

tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting untuk

menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan

kependudukan lainnya dan menjadi bagian dari hak asazi manusia. Program

KB di Indonesia, seperti halnya negara Islam lain, adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya dan agama bukan penghambat

untuk mencapai cita-cita ini. Mengingat peran penting tokoh agama dalam

mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua tingkat hendaknya

memperkuat kemitraannya dengan mereka. Tokoh-tokoh agama yang muda

melalui lembaga masing-masing atau bersama-sama agar diberdayakan dan

diajak serta dalam mendukung program KB Nasional (Samekto, 2008).

2.8.5. Umur istri

Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai

faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah,

komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan

fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu

periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan.

Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Masa menunda kehamilan (kesuburan)

b. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan)

c. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi).

23 | K o n s e p D a s a r K B

Page 24: 86647439 Konsep Dasar Kb

Masa reproduksi (kesuburan) ini merupakan dasar dalam pola penggunaan

kontrasepsi rasional.

2.8.6. Jumlah anak

Anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa

jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu,

dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki

sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat

dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap

keinginan yang dipilih oleh orang tua.

Program KB selain upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak

produksi juga untuk penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan dukungan

yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal;

mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak.

Dalam merencanakan jumlah anak dalam keluarga, suami dan istri

perlu mempertimbangkan aspek kesehatan dan kemampuan untuk

memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam hal ini suami perlu

mengetahui apa yang dimaksud dengan 4 terlalu yaitu :

a. Telalu muda untuk hamil/melahirkan (<18 thn)

b. Terlalu tua untuk melahirkan (>34 thn)

c. Terlalu sering melahirkan (> 3 kali)

d. Terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan

berikutnya (< 2 thn).

2.8.7. Tingkat kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan adalah suatu tingkatan yang menyatakan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang

layak, bertakwa pada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras,

dan seimbang antara keluarga, masyarakat dan lingkungan (BKKBN, 1999).

24 | K o n s e p D a s a r K B

Page 25: 86647439 Konsep Dasar Kb

Penentuan tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan berbagai

indikator. Indikator-indikator yang digunakan hendaknya memenuhi syarat :

a. Strategis

Indikator yang dipilih merupakan ciri yang paling menonjol dari

tiap tahapan keluarga.

b. Sensitif

Indikator yang digunakan dapat memberikan respon yang cepat

terhadap setiap perubahan yang terjadi.

c. Applicable

Indikator yang digunakan mudah dilaksanakan oleh semua petugas.

d. Observable

Indikator yang digunakan dapat diamati dan dilihat sehingga tidak

sulit untuk mengenalinya di lapangan.

e. Measurable

Indikator yang digunakan dapat diukur dengan satuan ukuran yang

jelas.

f. Mutable

Indikator yang digunakan dapat diubah bila ada program baru.

Indikator yang dipakai dalam penelitian ini adalah indikator yang

ditetapkan oleh BKKBN.

Indikator Kesejahteraan Keluarga yang ditetapkan oleh

BKKBN pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang

terkandung didalam UU No.10 Tahun 1992. Indikator ini dianggap

cukup baik karena mudah digunakan oleh semua petugas termasuk

kader dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Tingkat kesejahteraan yang ditetapkan oleh BKKBN

dikelompokkan berdasarkan 23 indikator. Berdasarkan 23 indikator

yang ditetapkan oleh BKKBN, tingkat kesejahteraan keluarga dapat

dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu Keluarga Pra Sejahtera,

25 | K o n s e p D a s a r K B

Page 26: 86647439 Konsep Dasar Kb

Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III,

dan Keluarga Sejahtera III Plus.

2.8.8. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Dengan adanya Jamkesmas, keluarga miskin akan mendapatkan

pelayanan KB secara cuma-cuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program

ini dimaksudkan agar keluarga miskin tidak kesulitan dalam mengakses

program KB, karena bila pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan,

maka beban pembangunan akan bertambah.

Pelayanan yang diberikan Jamkesmas bersifat komprehensif

berjenjang. Komprehensif artinya meliputi pelayanan promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Berjenjang artinya pelayanan diberikan dengan

sistem rujukan mulai dari tingkat pelayanan kesehatan yang paling rendah

yakni Puskesmas sampai ke pelayanan oleh dokter spesialis di Rumah Sakit

Umum. Pelayanan KB gratis termasuk dalam pelayanan yang diberikan di

tingkat Puskesmas kecuali untuk jenis MOW dan MOP yang harus dirujuk ke

rumah sakit.

2.8.9. Pendidikan

Menurut Bouge dalam Lucas (1990) menyatakan bahwa pendidikan

menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas daripada

variabel lain.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal,

termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang

berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah

menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980).

26 | K o n s e p D a s a r K B

Page 27: 86647439 Konsep Dasar Kb

2.8.10. Dukungan suami/istri

Peran atau partisipasi suami istri dalam Keluarga Berencana (KB)

antara lain menyangkut :

a. Pemakaian alat kontrasepsi

b. Tempat mendapatkan pelayanan

c. Lama pemakaian

d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi

e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi

Dalam hal komunikasi, peran suami istri antara lain :

a. Suami memakai kontrasepsi

b. Istri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan dengan suami

c. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan antara suami

istri.

d. Suami istri tidak memakai dan tidak dibicarakan antara suami istri.

27 | K o n s e p D a s a r K B

Page 28: 86647439 Konsep Dasar Kb

BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

Bekerja untuk Menghilangkan Kebutuhan Terpenuhi Dunia untuk Kontrasepsi

Pada September 2005 PBB (PBB) World Summit di New York, pertemuan

terbesar para pemimpin dunia dalam sejarah bertemu untuk menyepakati langkah-

langkah selanjutnya menuju rencana ambisius mereka untuk memenuhi kebutuhan

orang-orang termiskin di dunia pada tahun 2015. Ini Tujuan Pembangunan Milenium

(MDGs), hasil dari konferensi bersejarah lain pada tahun 2000, termasuk delapan

item agenda yang luas berkaitan dengan topik-topik seperti kesetaraan pendidikan,

gender dan kesehatan.

Meskipun kesehatan reproduksi tidak secara khusus dimasukkan sebagai

tujuan independen atau target terukur dalam MDGs, selama bertahun-tahun para ahli

telah memberikan bukti bahwa investasi di dalam pelayanan kesehatan reproduksi

merupakan bagian integral bertemu mereka semua. Para ahli telah ditakuti, apalagi,

bahwa dengan membuat tidak menyebutkan eksplisit kesehatan reproduksi sebagai

tujuan, MDGs memiliki potensi untuk mengurangi target di bagian depan itu

disepakati pada Konferensi 1994 Internasional mengenai Kependudukan dan

Pembangunan (ICPD). Salah satu hasil utama dari pertemuan puncak September

2005, oleh karena itu, adalah komitmen untuk "mencapai akses universal terhadap

kesehatan reproduksi pada tahun 2015" dan untuk mengintegrasikan tujuan ini ke

dalam MDGs.

28 | K o n s e p D a s a r K B

Page 29: 86647439 Konsep Dasar Kb

Definisi standar kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti yang digunakan

dalam DHS, adalah kompleks. Seorang wanita dianggap memiliki kebutuhan yang

belum terpenuhi jika dia:

• Menikah atau dalam serikat konsensual dan usia reproduksi (15-49);

• Mampu menjadi hamil (wanita infecund diidentifikasi berdasarkan faktor-

faktor seperti melahirkan anak mereka dan sejarah kontrasepsi dan apa yang

mereka katakan tentang kemampuan mereka untuk hamil);

• Ingin memiliki anak lagi atau menunda melahirkan anak dengan setidaknya

dua tahun, dan,

• Menggunakan baik tradisional maupun metode kontrasepsi modern.

Wanita yang sedang hamil atau yang baru melahirkan dianggap memiliki

kebutuhan yang belum terpenuhi jika kehamilan atau kelahiran terbaru adalah tidak

diinginkan.

Kebutuhan yang belum terpenuhi pengukuran terpisah untuk metode

kontrasepsi modern, yang tidak termasuk pantang berkala dan penarikan-sering

disajikan sisi-by-side dengan statistik standar. Dalam beberapa hal, kedua tindakan

merupakan langkah progresif menuju tujuan memastikan bahwa setiap kehamilan

merupakan salah satu yang diinginkan.

DHS saat ini langkah-langkah standar kebutuhan yang belum terpenuhi dan

kebutuhan yang belum terpenuhi untuk metode modern dapat disangkal tidak

sempurna. Satu masalah adalah bahwa mereka mengecualikan wanita yang belum

menikah yang aktif secara seksual. Di beberapa bagian dunia, pemerintah tidak

mengizinkan data yang akan dikumpulkan pada praktek seksual di luar pernikahan,

bahkan ketika pertanyaan-pertanyaan ini diperbolehkan, perempuan yang tidak

menikah dapat menolak untuk mendiskusikan atau mungkin mengecilkan perilaku

yang tidak diterima secara sosial. Namun demikian, demografi jangan menghitung

29 | K o n s e p D a s a r K B

Page 30: 86647439 Konsep Dasar Kb

kebutuhan yang belum terpenuhi di antara kelompok ini di negara-negara itu adalah

layak, termasuk negara-negara Barat dan banyak di Sub-Sahara Afrika. Para peneliti

juga melihat tindakan kebutuhan yang belum terpenuhi untuk pria dan untuk

pasangan, sesuatu yang membantu mereka mempelajari bagaimana dinamika

hubungan mempengaruhi keputusan tentang ukuran keluarga dan penggunaan

kontrasepsi. Meskipun beberapa keterbatasan praktis, ukuran standar DHS telah

memperoleh penerimaan yang luas dan terbukti menjadi handal kompromi antara apa

yang ideal dalam teori dan apa yang praktis untuk memperoleh data yang sebanding

dari waktu ke waktu dan lintas negara.

30 | K o n s e p D a s a r K B

Page 31: 86647439 Konsep Dasar Kb

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Keluarga berencana adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan

suami istri untuk :

1. Mendapatkan obyek-obyek tertentu

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval diantara kehamilan

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga

berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,

pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan

salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).

4.2. SARAN

Dari makalah ini diharapkan mahasiswa kebidanan dapat memahami

pentingnya keluarga berencana untuk meningkatkan kualitas generasi penerus

bangsa.

31 | K o n s e p D a s a r K B

Page 32: 86647439 Konsep Dasar Kb

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.

2. Alimul. 2007 Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta

Salemba Medika.

3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta.

4. BKKBN. 2005. Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available

from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2008).

5. Depkes RI 2008. Pelayanan Kontrasepsi Available from :

(http//.www.depkes-ri.co.id) (Accessed March 15, 2010).

6. Everett.2008. KB dan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC

7. Hartanto.2003. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN

8. Hanafi. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN

9. Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Salemba Medika

10. Kumala.2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta.

11. Kardianan.2009. Journal of Pelayanan Kontrasepsi (Internet). Available from :

(http//.www.info-kia.com.id) (Accessed 15 Juli 2009).

12. Kurniawan.2008. Ilmu Perilaku. Jakarta:PT. Rineka Cipta

13. Mitrianti.2009. Peran dan Faktor Yang Mempengaruhi. http://www.pt.bangun

setya wacana. Diakses tanggal 15 Juli 2009

14. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.

EGC. Jakarta.

15. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

16. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

32 | K o n s e p D a s a r K B

Page 33: 86647439 Konsep Dasar Kb

17. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika. Jakarta.

18. Pardede.2002. Jenis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Salemba Medika

19. Rhenald.2001. Kesehatan Reprodukssi da Masalahnya. Jakarta: PT Rhineka

Cipta

20. Soetjiningsih.2002.Tumbuh Kembang.Jakarta:EGC

21. Saifudin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

22. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. ALFABETA. Bandung.

23. Suhaemi.2006.Kontrasepsi Implant. http//www.suhaemi.web.block. Akses 20

Maret 2010

33 | K o n s e p D a s a r K B