83900905 bab i garis pengaruh
TRANSCRIPT
I. GARIS PENGARUH (INFLUENCE LINE)
1. Umum
Pada bab sebelumnya telah dibicarakan mengenai reaksi, gaya lintang, momen dan
gaya normal suatu struktur oleh adanya beban luar yang bersifat statik (tetap) pada suatu
posisi. Berikut ini akan dibicarakan cara menghitung suatu reaksi, gaya lintang, momen dan
gaya normal suatu struktur sederhana, batang tersusun, rangka batang tiga sendi,
pelengkung tiga sendi dan kerangka 2D oleh berbagai macam beban bergerak.
2. Struktur batang sederhana (simple beam)
a. Garis pengaruh reaksi
Bila beban sebesar 1 satuan (P) dijalankan dari titik A ke titik B maka reaksi pada
tumpuan A akan bervariasi memenuhi rumus: Ra = P.x/L persamaan ini merupakan
persamaan linear y = a.x
dengan a = P/L.
Pada saat x = L maka Ra
= 1 dan pada saat x = 0
maka Ra = 0 garis itu
dapat dilihat seperti
gambar (b) di samping
ini. Bidang di antara garis
lurus miring dan garis
datar menunjukkan nilai-
nilai banding ( 0 sampai
dengan 1) reaksi tumpuan
A oleh beban yang
bekerja di sepanjang bentangan AB. Demikian pula untuk mengetahui pengaruh beban
luar pada tumpuan B dapat dilakukan dengan cara serupa : Rb = P.(L-x)/L = P – P.x/L
persamaan garis lurus y = ax – b
b. Garis pengaruh momen
Garis pengaruh momen dapat dilakukan dengan cara seperti berikut. Dalam contoh di
bawah ini akan diamati g.p momen di titik I yang berjarak a dari tumpuan A :
Gb.1.1. Garis pengaruh reaksi tumpuan
a. Letakkan beban 1 satuan di atas titik B amati momen di titik I momen
pada titik I sebesar 0 satuan gambarkan garis tegak senilai 0 satuan di atas titik B
(berskala)
b. Letakkan beban 1 satuan di atas titik I
amati momen di titik I momen
pada titik I sebesar a.b/L (positive)
gambarkan garis tegak di atas titik I
sebesar a.b/L (berskala)
c. Letakkan beban 1 satuan di atas titik
A amati momen di titik I
momen pada titik I sebesar 0 satuan
gambarkan garis tegak senilai 0
satuan di atas titik A (berskala)
d. Hubungkan ujung-ujung ketiga titik
tersebut g.p momen di titik I
terbentuk
e. Apabila garis-garis hubung itu di
teruskan hingga memotong garis
tegak di atas tumpuan A maka
panjang garis tegak di atas A itu
sebesar a dan di atas tumpuan B
sebesar b, sehingga sebenarnya g.p itu
dapat juga dibuat dengan terlebih
dahulu menarik garis tegak di atas A
sebesar a, di atas B sebesar b dan
menghubungkan ujung-ujungnya
menyilang dengan titik 0 pada
tumpuan B dan A yang memotong
garis tegak di atas titik I
c. Garis pengaruh gaya lintang
Gb.1.2. Garis pengaruh momen
Perlu diingat kembali bahwa gaya lintang memiliki dua polaritas yaitu positif dan
negatif. Tanda / polaritas positif apabila gaya-gaya di sebelah kanan potongan bergerak
ke bawah dan di sebelah kiri ke atas dan sebaliknya. Garis pengaruh gaya lintang dari
struktur sama dengan gambar 1.2.f dan 1.2.g akan diselesaikan dengan cara seperti
berikut ini:
a. Letakkan beban 1 satuan pada titik B amati gaya lintang pada titik I
nilai gaya lintang di titik I = 0 satuan gambarkan garis tegak sebesar 0 satuan di
atas B.
b. Letakkan beban 1 satuan di atas I amati gaya lintang pada titik I
nilai gaya lintang di titik I = b/L satuan (positif) gambarkan garis tegak sebesar
b/L satuan di atas I. Hubungkan ujung-ujung garis tegak itu
c. Letakkan beban 1 satuan pada titik A amati gaya lintang pada titik I
nilai gaya lintang di titik I = 0 satuan gambarkan garis tegak sebesar 0 satuan di
atas A.
d. Letakkan beban 1 satuan di atas I amati gaya lintang pada titik I
nilai gaya lintang di titik I = a/L satuan (negatif) gambarkan garis tegak sebesar
a/L satuan di atas I. Hubungkan ujung-ujung garis tegak itu
e. Ternyata bila garis-garis hubung itu dipotongkan dengan garis tegak di
atas tumpuan A dan B maka akan memberikan nilai masing-masing sebesar 1 satuan
dan –1 satuan. Jadi penggambaran g.p gaya lintang dapat pula dilakukan dengan
terlebih dahulu menggambarkan garis tegak 1 satuan dan –1 satuan, kemudian
menarik garis lurus ujung-ujungnya ke titik 0 menyilang pada titik B dan A dan
memotong garis tegak di titik I.
f. Tanda positif dan negatif disesuaikan dengan tanda pada gaya lintang
oleh beban statik.
3. Struktur kantilever
Garis pengaruh reaksi, momen dan gaya lintang pada kantilever dapat digambarkan
dengan cara serupa. Untuk mendapatkan g.p reaksi, momen dan gaya lintang dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan 1 satuan
pada ujung kantilever
b. dan amati reaksi di
atas tumpuan jepit A
c. Pindahkan beban 1
satuan di sepanjang bentang dan amati terus reaksi di atas titik A. Reaksi tumpuan tidak
berubah oleh beban 1 satuan yang bergerak yaitu sebesar 1 satuan pula g.p berupa
garis lurus datar (gambar b).
d. Ulangi butir (a) tetapi amati momen di atas tumpuan A, maka pada saat 1 satuan di ujung
kantilever momen di A maksimum,
dan pada saat 1 satuan di atas A
momen nol. Memenuhi persamaan R =
P.x (memenuhi persamaan linear y = a.x)
gambar (d)
e. Untuk mengetahui g.p. momen dan gaya lintang pada titik I dapat dilakukan dengan cara
serupa seperti butir (a) dan (b), hanya
pengamatan dilakukan pada titik I
(gambar c dan e).
f. Saat 1 satuan di ujung kantilever maka momen di titik I maksimum yaitu = 1.c dan gaya
lintang sebesar 1 satuan, sedang pada
saat 1 satuan di atas I (sedikit ke kiri)
maka momen di I = 0 tetapi gaya lintang
1 satuan.
g. Saat 1 satuan di sebelah kiri titik I maka momen dan gaya lintang di titik I = 0
4. Struktur batang sederhana dengan
kantilever
Cara serupa dapat dilakukan pada sistem struktur sederhana dengan kantilever pada
salah satu ujungnya. Untuk mencari garis pengaruh reaksi tumpuan A maka :
a. Buat garis lurus sejajar batang A’AB
b. Letakkan beban 1 satuan pada titik A maka Ra = 1 gambarkan garis tegak
lurus A’AB sebesar 1 satuan berskala (misal 1 satuan = 2 cm) di atas titik A. Letakkan
Gb.1.3. Garis pengaruh reaksi, momen dan gaya lintang pada kantilever
beban 1 satuan pada titik B maka Ra = 0 gambarkan garis tegak lurus A’AB
sebesar 0 satuan di atas titik B
c. Tarik garis lurus menghubungkan
ujung-ujung ke dua garis tegak
tersebut
d. dari gambar ini didapat bahwa di
atas titik A’ terdapat garis tegak
lurus A’AB sebesar 1 + k/l
e. dengan cara serupa dapat dilakukan
penggambaran g.p reaksi di B yang
memberikan nilai sebesar k/l di atas
titik A’
Dengan cara serupa dapat
dilakukan penggambaran garis
pengaruh pada struktur sederhana
dengan kantilever pada kedua
ujungnya seperti tergambar di atas
(gambar 1.5).
Satu satuan diletakkan di atas titik B
dan dengan demikian reaksi A, Ra =
0. Sedang bila gaya 1 satuan
diletakkan di atas titik A maka reaksi
A, Ra = 1. Pada saat 1 satuan di ujung
kantilever maka reaksi A tetap ada dan
semakin membesar bila gaya 1 satuan
itu di sebelah kiri tumpuan A.
Demikian pula saat 1 satuan berada di
sebelah kanan B maka reaksi A akan
berkebalikan (negatif). Dengan cara
serupa dapat dicari g.p reaksi B seperti
pada gambar 1.5 disamping. Gb.1.5. Garis pengaruh reaksi pada batang
sederhana dengan dua kantilever
Gb.1.4. Garis pengaruh reaksi pada batang sederhana dengan satu kantilever
Pada sistem batang sederhana dengan kantilever pada satu ujungnya dapat pula dicari garis
pengaruh momen pada berbagai titik yang diinginkan oleh beban luar yang berjalan di
atasnya. Gambar di samping ini menunjukkan bagaimana garis pengaruh itu di buat
berdasarkan prinsip di atas (lihat pula
gambar 1.2).
Dari struktur di samping dapat
diketahui bahwa oleh beban berjalan
di atas bentang AB momen pada titik I
positif dan mencapai nilai
maksimumnya pada saat beban 1
satuan ada di atas titik I. Pada saat
beban 1 satuan berjalan di atas
kantilever maka momen di titik I
menjadi negatif dan mencapai nilai
maksimumnya pada saat beban 1
satuan ada di ujung kantilever. Gaya
lintang di titik I dapat pula diamati
perilakunya oleh beban berjalan di
atas bentang tersebut seperti terlihat
pada gambar (1.6.d).
Bila garis pengaruh di titik II akan
dicari maka perlu diketahui bahwa
momen dan gaya lintang di titik II
hanya dipengaruhi oleh beban berjalan
yang berada di sebelah kirinya (ke
arah ujung kantilever), sedang beban
yang berada di sebelah kanannya tidak
mempengaruhinya sama sekali. Di
bawah ini ditunjukkan cara menggambar garis pengaruh momen dan gaya lintang pada
berbagai titik yang ditinjau oleh beban yang berjalan di atas tumpuan sederhana dengan
kantilever pada ke dua ujungnya.
Gb.1.6. Garis pengaruh momen dan gaya lintang batang sederhana dengan kantilever
5. Contoh pemakaian garis pengaruh
Dalam merancang elemen jembatan
yang dibebani oleh beban bergerak di
atasnya harus didasarkan pada keadaan
terburuknya yaitu reaksi, gaya lintang dan
momen terbesarnya. Variasi beban
bergerak dari satu peraturan ke peraturan
dan dari tahun ke tahun berikutnya dapat
berubah.
Menggunakan pengetahuan garis
pengaruh ini dapat dihitung momen dan
gaya lintang struktur oleh berbagai
kemungkinan beban. Apabila q.dx
merupakan bagian terkecil dari beban
terbagi rata, maka momen pada bagian itu
(dx) adalah q.dx.hx. Karena hx.dx sama
dengan luasan pada garis pengaruh, maka
momen oleh beban terbagi rata q sama
dengan luasan garis pengaruh di bawah
beban q itu dikalikan dengan q = luas
bidang sepanjang c-d dikalikan dengan q.
Contoh lain di samping ini ditunjukkan
bagaimana menghitung momen dan gaya
lintang pada titik I oleh beban terpusat
pada posisi tersebut. Pertama kali yang
harus dilakukan adalah menggambar garis
pengaruh momen dan gaya lintang di titik
I. Kemudian, momen dan gaya lintang
dapat diperoleh dengan menjumlahkan
hasil perkalian antara gaya itu dengan
ordinat pada garis pengaruh di bawah
beban itu.Gb.1.8. Menghitung momen dan gaya lintang dengan bantuan garis pengaruh
I
(a)
(b)
(c)
Garis PengaruhMomen I
Garis PengaruhGaya lintang I
Gb.1.7. Mencari momen dan gaya lintang maksimum oleh beban bergerak terbagi merata
Dalam contoh 1.8 diatas,
M = - P1.h1 + P2.h2 + P3.h3 dan
Q = P1.h’1 - P2.h’2 + P3.h’3 .
Contoh serupa dapat dilihat
pada gambar 1.9 dimana
momen di titik I oleh beban
pada posisi itu sebesar Q = -
4.0,5 + 8.1 + 10.1 = -2 + 8 + 10
= 16 tm
Penskalaan garis pengaruh
yang benar akan memberikan
pengalaman keteknikan atau
“engineering sense” yang
benar, dan pada akhirnya akan mempercepat penempatan beban yang akan memberikan
momen dan gaya lintang yang maksimum. Pemilihan posisi beban dapat dilakukan secara
“coba dan ralat” dan selalu dapat dibalik arahnya karena beban berjalan dapat terjadi dalam
berbagai posisi dan arah.
.
Namun demikian jarak antara beban titik, yang mencerminkan jarak gandar kendaraan,
umumnya sudah tertentu. Bila ada beberapa beban terpusat P1 hingga Pn maka pengaruh
beban-beban terpusat itu pada momen ataupun gaya lintang dapat diperoleh dengan
Gb.1.10. Ekivalensi momen dari garis pengaruh
Gb.1.9. Momen pada titik I oleh pengaruh beban pada posisi tersebut
mengalikan resultan gaya-gaya itu (R = P1 + P2 + P3 + …. Pn) dengan ordinat garis
pengaruh di bawah resultan itu. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
M = P1. h1 + P2. h2 + … Pn.hn bila tan(α) = h1/a1, tan(α) = h2/a2 … dst.
M = { P1. a1 + P2. a2 + … Pn.an }tan(α) = R.a0 tan(α) = R.h0
6. Struktur batang Gerber (beban tidak langsung)
Kenyataan pada struktur jembatan 3D umumnya gelagar utama tidak menerima beban
berjalan secara langsung tetapi
melalui gelagar lintang (floor beam)
yang berhubungan langsung dengan
plat lantai jembatan. Beban yang
diterima oleh gelagar utama/ gelagar
bujur (girder) berupa beban titik pada
tumpuan gelagar lintangnya (floor
beam). Struktur demikian
memberikan keuntungan bahwa
momen dan gaya lintang dapat sedikit
berkurang. Pengaruhnya pada g.p.
reaksi dari beban tidak langsung ini
“tidak ada”.
Tatacara penggambaran garis
pengaruh momen dan gaya lintang
sama dengan penggambaran g.p
untuk struktur dengan beban
langsung, hanya pada sekitar tumpuan
gelagar lintangnya garis pengaruh itu
dihubungkan (ada connecting line).
Perhatikan perbedaan itu yang
memberikan pengurangan pada bidang yang diarsir. Ini berarti pengurangan momen dan
gaya lintang yang harus ditanggung oleh batang utama/ gelagar utama. Kesamaan hasil
akan terjadi bila titik yang diamati persis pada titik dimana gelagar melintang (floor beam)
itu berada.
A BGelagar lintang Lantai jembatan
Gelagar utama
Garis penghubung
Garis penghubung
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Garis PengaruhReaksi A
Garis PengaruhReaksi B
Garis PengaruhMomen I
Garis PengaruhGaya Lintang I
Gb.1.11. Garis pengaruh reaksi, momen dan gaya lintang pada batang sederhana dengan beban tidak langsung
Garis pengaruh reaksi pada sistem struktur ini tidak berbeda dari sistem struktur sederhana
sebelumnya. Perbedaan terdapat pada bentuk garis pengaruh momen dan gaya lintang.
Penggambaran garis pengaruh momen dilakukan dengan cara serupa dengan batang sistem
sederhana. Di samping akan dibuat garis pengaruh momen dan gaya lintang pada titik I.
Caranya sebagai berikut.
1. Gambar garis tegak di atas titik A sebesar a (jarak titik I terhadap A).
2. Tarik garis lurus dari puncak garis tegak tersebut ke titik B, memotong garis tegak
melalui I.3. Hubungkan titik potong ini dengan titik A.
4 Potongkan garis tegak melalui balok anak di sekitar titik I hingga memotong garis
pengaruh dan hubungkan titik-titik potong tersebut.
Dengan cara serupa dapat dibuat garis pengaruh gaya lintang. Caranya sebagai berikut :
buat garis tegak sebesar 1 satuan di atas titik A dan di bawah titik B, kemudian hubungkan
puncak-puncak garis tegak tersebut dengan titik tumpuan menyilang hingga memotong
garis tegak melalui balok-balok anak di sekitar titik I. Hubungkan titik-titik potong garis
tersebut.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Garis PengaruhMomen I
Garis PengaruhGaya Lintang I
Garis PengaruhMomen II
Garis PengaruhGaya Lintang II
Gb.1.12. Garis pengaruh momen dan gaya lintang pada batang sederhana dengan beban tidak langsung.
Di atas ini contoh penyelesaian batang Gerber dengan kantilever pada salah satu ujungnya.
Garis pengaruh momen dan gaya lintang di titik I dan II dapat dicari dengan cara serupa
seperti di atas.
7. Struktur bentang banyak statik tertentu (multispan statically determinate)
Struktur bentang banyak dapat berupa statik tertentu dan statik tidak tertentu. Pada
kesempatan ini hanya akan dibicarakan bentang banyak statik tertentu. Ciri-ciri struktur
statik tertentu ialah
bahwa sendi tambahan
sama dengan jumlah
batang pada tumpuan
dikurangi tiga:
S = M - 3
Dalam gambar
1.13.a struktur itu
dikatakan statik
taktentu, karena
jumlah sendi S lebih
besar dari nol (0).
Untuk itu karena jumlah batang dalam tumpuan = 7, maka diperlukan tambahan sendi S
= 7-3 = 4 buah. Namun perlu diketahui bahwa penempatan sendi tambahan harus
sedemikian hingga membentuk struktur yang stabil. Sedang struktur yang stabil dalam
sistem bentang banyak ini dapat diketahui dengan cara memotong elemen batang
melalui sendi-sendi yang ditambahkan dan memastikan batang satu akan ditumpu oleh
batang yang lain hingga seluruh batang akan tertumpu oleh dukungan-dukungan yang
tersedia. Dalam contoh di atas (gb.1.13) penyelesaian 1.13.f mengakibatkan struktur
tidak stabil, karena batang paling kanan dapat berputar hingga struktur runtuh. Untuk itu
setelah sendi tambahan dipasang kemudian harus dikontrol kestabilan struktur secara
keseluruhan dengan memotong-motong batang pada sendi-sendi tambahan dan melihat
reaksi-reaksi tumpuan itu oleh beban yang dijalankan di atasnya. Bila reaksi-reaksi itu
dapat ditumpu oleh batang di sekelilingnya maka dikatakan struktur itu stabil. Contoh
berikut ini menunjukkan bagaimana hal itu dilakukan.
Gb.1.13. Batang menerus statik tertentu
Untuk menggambarkan garis pengaruh perlu diketahui reaksi satu batang terhadap yang
lain. Gambar di bawah ini menunjukkan statik tertentu dan stabil. Batang AE
merupakan batang yang mampu menahan beban vertikal dan horisontal. Batang FD
adalah batang yang paling lemah, karena oleh beban 1 satuan di atasnya maka reaksi di
F harus didukung oleh
batang EF (vertikal
dan horisontal)
batang FD adalah
batang yang
membebani dan batang
EF adalah batang yang
dibebani oleh karena
reaksi ini kemudian
a
kan membebani batang AE (karena batang AE mampu menahan beban vertikal dan
horisontal) maka batang AE adalah batang yang dibebani oleh EF. Secara keseluruhan
batang-batang itu stabil. Dengan cara sama batang menerus dalam gambar 1.15 dapat
dicari kestabilannya. Kontrol semacam ini penting sekali untuk menetapkan sejauh mana
garis pengaruh nantinya harus dihentikan.
Di bawah ini disajikan sebuah contoh penggambaran garis pengaruh dari struktur
menerus. Struktur ini dikatakan statik tertentu karena jumlah batang pada tumpuan M =
4 sehingga jumlah sendi yang ditambahkan S cukup = 1, stabil karena batang ABD
Gb.1.14. Penyelesaian penempatan sendi tambahan dan kontrol kestabilan
Gb.1.15. Kontrol kestabilan struktur menerus
mendukung batang DC dan tidak sebaliknya. Bila garis pengaruh reaksi pada titik C
akan dicari maka gaya P = 1 dijalankan mulai dari titil C-C hingga titik A. Pada saat di
atas C reaksi C = 1 dan pada saat di atas D reaksi C = 0. Karena batang CD ditumpu oleh
batang ABD di
titik D maka pada
saat gaya P berada
di atas bentangan
ABD reaksi di C
tetap = 0. Bila
garis pengaruh
reaksi di titik A
ingin dicari maka
gaya P = 1
dijalankan mulai
dari titik A hingga
titik C.
Pada saat P di atas
A maka reaksi A =
1 dan saat P di atas
B reaksi A = 0
sedang pada saat P
di atas D maka reaksi A berbalik tanda dan saat P berada di atas DC maka reaksi A tetap
ada karena batang DC ditumpu oleh batang ABD. Saat P berada di atas C maka reaksi A
= 0. Garis pengaruh reaksi di titik B dapat pula dicari dengan cara sama. Yang perlu
diketahui adalah bahwa batang ABD menumpu batang DC sehingga saat gaya P berada
di atas DC maka reaksi di B tetap ada dan pada saat P berada di atas C maka reaksi B =
0.
Cara serupa dapat dilakukan pada batang ABCD seperti tertera dalam gambar 1.17 dan
1.18 di bawah ini. Jumlah batang pada pendukung = 6 (jepit memiliki 3 batang), sedang
jumlah sendi yang ditambahkan S = 3 S = M - 3 (sesuai). Batang ini stabil karena
batang H1H2 ditumpu oleh batang ABH1 dan H2CH. . Batang reaksi ABH1 diteruskan ke
tumpuan A dan B, sedang reaksi batang H2CH3 ditumpu oleh batang H3D. Jadi garis
pengaruh momen di titik D akan dipengaruhi oleh beban berjalan P selama beban
berjalan itu berada di atas batang H1H2CH3D. Pengaruh beban berjalan P di atas bentang
ABH1 terputus oleh adanya batang H1H2.
Gb.1.17. Garis pengaruh reaksi dan momen di D
Gb.1.18. Garis pengaruh reaksi dan momen di n