83307271 penyakit dan kelainan kelenjar ludah

23
PENYAKIT DAN KELAINAN KELENJAR LUDAH 1. Pengertian dan fungsi Ludah Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “saliva” (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi. Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium. Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu : a. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan b. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan

Upload: sisca-rizkia-arifianti

Post on 09-Aug-2015

371 views

Category:

Documents


66 download

DESCRIPTION

pdf

TRANSCRIPT

Page 1: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

PENYAKIT DAN KELAINAN KELENJAR LUDAH

1. Pengertian dan fungsi Ludah

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas

campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva

dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai

fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut

“saliva” (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan

fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam

duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang

melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar

antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah

1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang

kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air

ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.

Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis

kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit

tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24

jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat

organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein,

lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang

menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride,

Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling

tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan

menelan makanan

b. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair

sehingga mudah ditelan dan dirasakan

Page 2: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

c. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman

d. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer

e. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah)

dan lipase ludah

f. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor

pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva

g. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam

tubuh.

h. membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)

Kurang lebih 80% bau mulut timbul dari dalam rongga mulut. Air ludah atau saliva

memegang peranan dalam masalah bau mulut, gigi berlubang dan penyakit rongga

mulut/penyakit tubuh secara keseluruhan karena air ludah melindungi gigi dan selaput lunak

di rongga mulut dengan sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya bisa

dinetralkan kembali keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup

dengan adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa udara) dijaga keseimbangannya.

Di dalam air ludah juga terdapat antigen dan antibodi yang berfungsi melawan kuman dan

virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit.

Seandainya dalam keadaan normal tersebut seseorang memakai obat kumur ataupun

antiseptik yang berlebihan, maka justru keseimbangan bakteri akan terganggu, bakteri-

bakteri yang penting bisa menjadi mati, justru bakteri-bakteri yang merusak malah menjadi

berlipat ganda sehingga timbul lah masalah dalam rongga mulut. Adanya bakteri akan dapat

membuat sisa makanan di gigi/selaput rongga mulut terfermentasi (seperti halnya ragi),

sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi rapuh (mengalami

demineralisasi/mineral gigi rontok )mula-mula secara mikro dan dengan berjalannya waktu

gigi akan berlubang secara kasat mata. Masalah lain, bakteri terutama bakteri anaerob (hidup

tanpa udara) akan mengeluarkan gas yang mudah menguap antara lain seperti gas H2S

(Hidrogen Sulfid), Metil Merkaptan dll. Gas ini menimbulkan bau mulut.

Pada orang-orang yang mengalami diabetes/kencing manis, perokok, makan obat-

obatan tertentu, orang lanjut usia, maupun orang yang menjalani terapi radiasi (pada

Page 3: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

penderita kanker) punya kecenderungan air ludahnya berkurang (disebut dengan istilah

xerostomia=kekeringan rongga mulut). Hal ini bisa diatasi dengan terapi obat-obatan yang

merangsang keluarnya air ludah (dengan obat-obatan yang diresepkan dari dokter gigi).

Kecuali bagi perokok, barangkali lebih bijaksana apabila frekuensi rokoknya yang

dikurangi, juga orang yang sedang meminum obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan

kekeringan rongga mulut, dapat kembali seperti semula apabila obat-obatan telah dihentikan

pemakaiannya. (Khususnya pada penderita diabetes/kencing manis, ada bau mulut khas

yakni bau aseton). Kemudian dalam hal kualitas, hindari makan-makanan yang terlalu

banyak mengandung zat-zat kimia, seperti makanan yang banyak mengandung zat

pengawet, zat pewarna tambahan, zat penambah rasa, atau makanan yang terlalu

manis/lengket/asam , maupun minuman-minuman berkarbonasi secara terus menerus. Sebab

dengan keasaman yang terus menerus, air ludah tidak dapat menyangga kadar keasamannya

(fungsi buffer tadi) supaya pH-nya naik kembali. Jadi keasaman yang terus menerus itu yang

membuat gigi berlubang (mengalami demineralisasi email). Bila ingin minum air bersoda,

atau permen lebih baik dimakan dalam satu waktu tertentu berdekatan dengan makan

pagi/makan siang/makan malam dan diakhiri dengan minum air putih/sikat gigi, daripada

memakan atau meminumnya sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama. Menyikat

gigi umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan pagi dan malam sebelum

tidur. Dengan jumlah yang 2 kali dan juga kesalahan manusiawi misalnya tidak bisa setiap

saat bisa membersihkan gigi dengan tepat dan teliti ke seluruh bagian, maka kita harus

melepaskan waktu perawatan sisanya kepada air ludah yang cukup jumlahnya dan baik

kualitasnya. Dengan cara makan makanan yang alamiah tidak banyak mengandung zat

kimia, yakni zat perasa, pewarna dan pengawet, makan makanan berserat seperti sayur dan

buah-buahan supaya saat menggigit air ludah dapat terrangsang untuk keluar (pada makanan

yang semuanya lunak/tidak berserat, gigi tidak perlu menggigit kuat, akibatnya air ludah

juga tidak banyak keluar), menghindari minuman berkarbonasi (secara berlebihan) dan juga

pola makannya diatur dengan memakan camilan/minuman manis berdekatan dengan waktu

makan makanan utama, setelah itu gigi dibersihkan, apabila tidak dapat menggosok gigi,

kumur-kumurlah atau minumlah air putih yang banyak. Itu adalah cara yang sederhana dan

paling mudah dilakukan.

2. Jenis kelenjar saliva dan muaranya

Page 4: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Macam-macam kelenjar ludah :

1. Kelenjar ludah utama / mayor / besar-besar

Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya

disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari :

Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus

mastoideus dan ramus mandibula. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulum oris

pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar2 atas. Kelenjar parotis

dibungkus oleh jaringan ikat padat, mengandung sejumlah besar enzim antara lain

amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Jaringan ikat masuk kedalam

parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus. Secara morfologis

kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercabang-cabang

(compound tubulo alveolar gland). Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai

bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan.

Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari

epitel berlapis semu. Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus

interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis tadi kemudian

bercabang-cabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis

merupakan duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat

acidophil dan menunjukkan garis-garis basal. Duktus Boll pada umumnya panjang-

panjang dan menunjukkan percabangan. Duktus Pfluger agak pendek, Sel-selnya pipih

dan memanjang. Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak

yang berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat). Juga pada

jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah

Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibula

Page 5: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus

ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum

lidah, dibelakang gigi seri bawah. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang

memproduksi air liur terbanyak. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel

yang terdiri dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam organ dan membagi

organ tersebut menjadi beberapa lobulus. Secara morfologis kelenjar ini merupakan

kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo alveolar

gland), percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya.

Bentuk sinus kebanyakan memanjang, Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-

sel basket. Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila

dibandingkan glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang. Duktus Pfluger : lebih

panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan

sehingga dalam preparat lebih mudah dicari.

Kelenjar Sublingualis , terletak dibawah lidah

Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar. Terletak pada dasar

rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretorius)

yang disebut Duktus Rivinus. Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara

duktus Wharton pada frenulum lidah. Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang

jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas/tebal. Secara morfologis kelenjar

ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-cabang (compound tubuloalveolar

gland). Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus

murni. Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis, duktus Pfluger sangat pendek,

duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat

sukar ditemukan, pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula

parotis

Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah

makanan.

2. kelenjar ludah minor

Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam

mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam)

yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah

mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.

Page 6: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

a. Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan

asinus-asinus seromukus

b. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus

seromukus

c. Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung

lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus

d. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah,

dnegan asinus-asinus murni serus

e. Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus .

Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior

f. Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .

3. Penyakit dan kelainan kelenjar ludah

Melihat begitu pentingnya peran dan fungsi dari kelenjar ludah beserta ludah yang di

sekresikannya, maka berikut ini akan dibahas beberapa penyakit dan kelainan yang mungkin

dapat mengganggu kerja dari kelenjar ludah tersebut.

1. Kelainan perkembangan

a. Aplasia/agenesis

Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor secara kongenital diistilahkan

sebagai aplasia atau agenesis. Hal ini sangat jarang terjadi, akan tetapi bila terjadi, maka

biasanya yang terkena adalah kelenjar parotis. Abnormalitas lain, seperti misalnya

penyumbatan atau tidak adanya duktus salivarius, juga jarang terjadi, meskipun bisa

mengenai kelenjar sublingualis dan submandibularis. Hipoplasia dari jaringan saliva dapat

terjadi, akan tetapi jarang menimbulkan gejala-gejala klinis yang berarti.

Diagnosis

Sialografi merupakan cara untuk memperlihatkan adanya cacat struktural yang besar

baik pada duktus saliva maupun pada kelenjarnya sendiri. Anehnya, xerostomia tidak

menjadi masalah utama pada penderita-penderita ini, meskipun berkurangnya aliran saliva

sejak lahir akan merupakan faktor predisposisi dalam timbulnya sejumlah keluhan oral di

kemudian hari.

Page 7: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Pengobatan

Pengobatan xerostomia didasarkan pada pemberian saliva tiruan, mengurangi kerusakan

gigi-gigi dengan melakukan tindakan pencegahan dan mengobati infeksi oportunistik.

seperti kandidosis oral dan sialadenitis bakterial.

b. Penyimpangan

Heterotopia/Ectopia

Penambahan atau penyimpangan kelenjar saliva jarang terjadi, akan tetapi dapat

dijumpai pada sejumlah tempat abnormal, termasuk mandibula, dasar leher, tulang

mastoideus, serta jaringan limfe. Jaringan abnormal yang terjadi pada sudut mandibula

diasosiasikan dengan daerah radiolusen yang dapat dilihat pada daerah ini (kista tulang

Stafne). Hal ini terjadi karena salah letak dari kelenjar saliva pada saat migrasi jalur

embrologic selama pertumbuhan.

Diagnosis

Sialografi dapat membantu dalam memastikan adanya jaringan saliva pada situasi ini.

Pengobatan

Jaringan saliva yang menyimpang di daerah-daerah yang jauh dan kepala dan leher

tidak selalu menimbulkan masalah klinis, tetapi tidak boleh diabaikan sebagai suatu tempat

yang berpotensi untuk membentuk tumor.

2. Kelainan-kelainan lain

a. Kalkulus kelenjar saliva (sialolit)

Page 8: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Pembentukan satu atau beberapa deposit berkapur, yang dikenal sebagai kalkuli atau

sialolit, jarang terjadi di dalam duktus kelenjar saliva. Duapertiga dari komposisinya terdiri

atas bahan-bahan anorganik, terutama kalsium dan fosfat, dan sisanya terdiri atas bahan

organik yaitu lemak bebas. Walaupun sebagian besar kalkuli terjadi pada kelenjar saliva

mayor terutama submandibularis, kalkuli dapat juga terjadi di dalam saluran-saluran

kelenjar-kelenjar minor. Penyebab terbentuknya kalkulus belum sepenuhnya diketahui,

tetapi diperkirakan bahwa jamur, bakteri, atau sel-sel epitel deskuamatif bertindak sebagai

nukleus awal klasifikasi progresif.

Kalkuli kelenjar saliva biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali bila menimbulkan

sumbatan pada saluran kelenjar yang akan menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan

kelenjar bersangkutan. Penderita sering melaporkan terjadinya pembengkakan kelenjar

selama 1-2 jam dan rasa tidak nyaman terutama pada waktu makan, Bila pada tingkatan ini

tidak diobati sumbatan progresif pada saluran ini dapat menimbulkan sialadenitis bakteriai

Page 9: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

akut dengan gejala-gejala seperti rasa sakit yang terus menerus, pembengkakan, serta

mungkin demam.

Diagnosis

Secara klinis, mungkin terdapat keabnormalan pada saat pemeriksaan walaupun

stimulasi aliran saliva dapat menimbulkan pembengkakan ekstraoral dari kelenjar

bersangkutan. Secara intraoral dapat dijumpai deposit berkapur pada orifis saluran atau

teraba di dalam saluran. Radiografi dapat membantu dalam penetapan diagnosis dan dapat

menentukan adanya lesi multipel. Namun, tidak semua kalkuli radio-opak dan oleh karena

itu sialografi, yang juga dapat mendeteksi adanya mucous plugs, perlu dilakukan.

Pengobatan

Hingga kini, pengobatan yang dilakukan Untuk menanggulanginya adalah dengan

mengangkat kalkuli. Bila deposit terdapat di sebelah anterior dari saluran atau pada orifis

maka jahitan sementara harus dilakukan di sebelah distal dari kalkulus untuk mencegah

perpindahan ke arah posterior selama pengangkatan. Skalpel atau gunting pemotong

digunakan untuk membuka atap saluran dalam usaha mendapatkan akses ke kalkulus.

Kadang-kadang lebih baik membiarkan luka tetap terbuka karena usaha untuk menutup

rapat kadang-kadang dapat mengakibatkan tersumbatnya lumen saluran. Pengangkatan

kelenjar harus dipertimbangkan bila kalkulus terletak di Sebelah distal saluran atau di

dalam kelenjar itu sendiri. Kalkulus intraglandular, terutama yang terjadi di dalam kelenjar

submandibularis, dapat menjadi besar sekali tanpa menimbulkan gejala-gejala klmis dan

baru terdeteksi secara kebetulan bila dilakukan radiografi.

Sialografi harus dilakukan 2-3 minggu setelah pengangkatan setiap kalkulus untuk

menentukan apakah ada kerusakan pada struktur kelenjar. Dari studi CT-sken ditemukan

bahwa kalkuli yang pernah ada di dalam saluran kelenjar mandibularis tidak akan

mengurangi fungsi kelenjar secara permanen. Tetapi tidak demikian halnya dengan

kelenjar parotis, yang berbeda dari kelenjar submandibularis karena sebagian besar terdiri

atas sel-sel asinar yang mudah mengalami atrofi bila terkena tekanan.

Eksperimen dengan lithotripter ternyata berhasil menghancurkan kalkuli kelenjar saliva

dan jenis perawatan ini bisa menjadi pembedahan altematif di masa mendatang.

Page 10: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Alat lithotripter untuk menghancurkan kalkuli pada kelenjar saliva

Gambar II.1. Radiograf okiusal dan sialolit pada saluran kelenjar submandibularis.

b. Penyempitan papila atau saluran

Edema sebagai akibat inflamasi atau fibrosis karena trauma akut atau kronis pada

saluran papila akan membahayakan lumen saluran dan karena itu akan membatasi aliran

saliva. Penyempitan anatomis dapat terjadi pada tempat lain di sepanjang saluran utama,

walaupun penyebab kelainan itu belum diketahui hingga kini.

Anomali jendela businator merupakan contoh sebuah penyempitan fisiologis khusus

untuk daerah di mana saluran parotis menembus otot businator. Kondisi ini jarang terjadi

dan dipercaya bahwa kekejangan otot businator secara efektif menutup lumen saluran,

yang kemudian akan menghasilkan pembengkakan pada kelenjarnya sendiri. Penderita

yang mengalami penyempitan anatomis maupun fisiologis memberi keluhan yang

karakteristik yaitu adanya perkembangan yang cepat dan pembengkakan kelenjar saliva

Page 11: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

selama makan yang kemudian secara perlahan-lahan akan semakin mengecil dalam waktu

1-2 jam. Namun, hilangnya pembengkakan ini tidak tipikal menunjukkan adanya sumbatan

kelenjar saliva

Diagnosis

Sialografi diperlukan untuk menentukan lokasi serta luas penyempitan. Sialografi

tekanan terpantau merupakan satu-satunya cara mendiagnosis penyempitan fisiologis dan

saluran kelenjar karena walaupun sialogram menunjukkan keadaan normal, tekanan

pengisian akan meningkat selama awal dimasukkannya media kontras.

Pengobatan

Sialografi pada sebuah kelenjar yang mengalami penyempitan biasanya cukup untuk

menimbulkan dilatasi dan meredakan gejala. Bila gejala-gejala tidak berkurang dan

kelainan terdapat pada bagian anterior dari saluran maka dilatasi lanjutan harus dilakukan

dengan menggunakan sonde lakrimal. Hingga kini belum ditemukan cara perawatan untuk

anomali jendela businator yang memuaskan.

Diagnosis banding neoplasia pada jaringan-jaringan sekitarnya harus ditentukan bila

diperkirakan terjadi penyempitan kelenjar saliva sebagai akibat tekanan eksternal pada

saluran.

c. Mucocele

Mucocele merupakan istilah untuk ‘kista’ kelenjar saliva pada kelenjar-kelenjar saliva

minor. Ada dua jenis kista yaitu retensi mukus dan ektravasasi mukus, walaupun

pembedaan secara klinis tidak mungkin dilakukan. Diagnosis ditegakkan dengan

pemeriksaan histologis dan sebuah lesi yang telah dieksisi yang akan menunjukkan apakah

lesi itu merupakan tipe genangan mukus saliva (ekstravasasi) atau, lebih jarang terjadi,

sebuah kavitas kista dikelilingi epitel (tipe retensi). Istilah ‘ranula’ digunakan untuk tipe

mucocele kelenjar sublingualis. Penyebab terjadinya mucocele tidak diketahui, tetapi

dipercaya bahwa trauma pada saluran keluar mungkin menjadi penyebabnya.

Page 12: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Diagnosis

Secara karakteristik sebuah mucocele memperlihatkan pembengkakan submukosa yang

fluktuan, tidak terasa sakit, dan sering berwarna biru. Walaupun lesi dapat terjadi di mana

saja di dalam mulut, namun bibir, terutama bibir bawah merupakan tempat yang paling

sering terkena. Lesi ini biasanya persisten, tetapi beberapa pasien sering mengeluh sebagai

‘luka yang sering timbul’ yang secara periodik membengkak dan mengeluarkan cairan.

Pengobatan

Perawatan terdiri atas dua eksisi lengkap melalui diseksi tumpul secara hati-hati atau

sonde krio (tiga kali 1 menit dengan istirahat selama 1 menit di antara tiap aplikasi).

Terlepas dari metode yang dipilih, pasien harus diberitahu akan kemungkinan terulangnya

kondisi tersebut, terutama bila tindakan bedah diperkirakan tidak bisa dilakukan dengan

sempurna. Pasien juga harus mengetahui bahwa kerusakan saraf selama prosedur

pengangkatan mucocele akan menimbulkan parestesia sementara dan saraf mentalis,

terutama di bibir bawah.

Ranula biasanya lebih besar daripada mucocele dan oleh karena itu, perawatan bedah

harus dilakukan secara marsupialisasi. Usaha untuk melakukan enukleasi mungkin tidak

akan berhasil karena kesukaran dalam menentukan tepi-tepi lesi.

3. Infeksi

a. Sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri (sialadenitis bakterial)

Sialadenitis yang akut dan supuratif, terutama setelah pembedahan abdomen.

Penggunaan antibiotik profilaktik dan pengertian yang baik akan keseimbangan cairan

Page 13: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

akan menurunkan insidens infeksi ini sebagai komplikasi pascabedah. Tetapi sialadenitis

yang disebabkan oleh bakteri tetap bisa terjadi dalam kaitan dengan berkurangnya saliva

secara Iokal atau sistemik. Penyebabnya belum diketahui secara jelas, tetapi diperkirakan

ada hubungannya dengan peningkatan infeksi bakteri dari mikroflora mulut, biasanya

berupa campuran antara streptokokus fakultatif dan bakteri anaerob.

Diagnosis

Sialadenitis supuratif akut terlihat sebagai pembengkakan kelenjar bersangkutan yang

menimbulkan rasa sakit akut diikuti oleh keluarnya nanah pada orifis saluran utama.

Sampel nanah harus diambil dengan jalan disedot menggunakan kateter politen yang

dimasukkan ke dalam saluran; hapusan mikrobiologi dari cairan itu mungkin

terkontaminasi oleh campuran saliva. Sensitivitas antibiotik secara rutin harus diperiksa

sejalan dengan identifikasi mikroorganisme. Namun, karena hasil biakan dan tes

sensitivitas belum akan diperoleh dalam 2-3 hari maka pilihan utama untuk terapi harus

didasarkan pada informasi yang diperoleh dan pewarnaan Gram sampel nanah.

Bakteri yang jarang menimbulkan sialadenitis supurativa adalah aktinomikosis, gonore,

sifilis, dan tuberkulosis.

Pengobatan

Pemberian antibiotik dengan amoksisilin sebagai pilihan pertama. Dosis muatan

amoksisilin sebanyak 3 gram dapat diberikan sebelum terapi konvensional sebesar 250 mg

tiap 8 jam untuk 4-5 hari. Untuk pasien yang sensitif terhadap kelomplok penisilin, dapat

diberi eritromisin. Bila infeksi jelas disebabkan oleh adanva kalkulus maka kalkulus harus

terlebih dahulu dibuang secara operasi untuk memungkinkan drainase nanah. Setelah

simtom akut mereda harus dilakukan sialografi pada kelenjar bersangkutan untuk

mendeteksi faktor-faktor predisposisi seperti kalkuli, mucous plugs atau struktur-struktur

jinak.

b. Parotitis kronis kambuhan pada masa kanak-kanak

Parotitis jenis ini dikarakteristikkan oleh berulangnya sialadenitis supurativa yang

mengenai kelenjar parotis. Faktor predisposisi tidak jelas.

Diagnosis

Page 14: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Sialografi dan kelenjar yang bersangkutan akan memperlihatkan sialektasis bilateral

Walaupun simtom-simtom klinis biasanya mengenai satu kelenjar saja. Ada bukti bahwa

sialektasis dapat mereda di kemudian hari.

Pengobatan

Kondisi mi memerlukan terapi antibiotik untuk waktu yang lama, tetapi simtom dapat

hilang di sekitar masa pubertas.

c. Sialadenitis viral

Virus gondongan (mumps) yaitu paramycovirus, adalah virus yang paling sering

menimbulkan infeksi pada kelenjar-kelenjar saliva. Tipikal, kelenjar parotis akan terkena,

walaupun pada 10% kasus mengenai kelenjar sub mandibulanis, baik tunggal atau sebagai

tambahan dari kelenjar parotis. Masa inkubasi adalah 2-3 minggu, pada saat mana virus

dapat dideteksi di dalam saliva. Pada tingkat ini sifat sangat infektif dari saliva mungkin

dapat menimbulkan wabah pada masyarakat. Selain pembengkakan kelenjar, penderita

mungkin mengalami demam, lesu, serta sakit kepala, Pada orang dewasa, orkhitis atau

oophoritis merupakan komplikasi yang serius yang dapat berakibat pada terjadinya

kemandulan.

Diagnosis

Diagnosis mumps mudah ditegakkan melalu simtom-simtom dan tanda-tanda klinis.

Walaupun demikian, diagnosis itu harus diteguhkan oleh adanya antibodi terhadap inti

nukleoprotein (larut atau antigen S) atau selubung protein (virus atau antigen V) dan

partikel virus. Bukti adanya infeksi yang baru saja terjadi didukung oleh kadar antibodi

1gM yang tinggi baik terhadap antigen S maupun V. Walaupun kadar antibodi terhadap

antigen V dapat bertahan selama bertahun-tahun, tetapi jumlah antigen S cepat turun

setelah kesembuhan klmis.

Pengobatan

Page 15: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Tidak diperlukan tindakan khusus; simtom biasanya akan mereda dengan sendirinya

dalam waktu 1 minggu.

4. BERKURANGNYA SALIVASI

a. Sindrom Sjorgen

Sejak Sjorgen pertama kali menerangkan hubungan antara kekeringan mulut,

kekeringan mata, dan artritis reumatoid, timbul bermacam-ragam kriteria diagnostik untuk

sindrom Sjörgen. Pada umumnya dikatakan ada dua bentuk, yaitu primer dan sekunder.

Sindrom Sjorgen primer yang dahulu dikenal sebagai sindrom Sicca. terdiri atas

kekeringan mata dan kekeringan mulut. Dalam bentuk sekunder, penderita mengalami

kelainan Jaringan ikat di samping kedua simtom pada sindrom primer. Sindrom Sjargen

merupakan kondisi yang relatif sering terjadi dan diperkirakan timbul pada 15% penderita

artritis reumatoid.

Walaupun artritis reumatod merupakan komponen penyakit jaringan ikat yang paling

sering terjadi, kondisi-kondisi lain seperti lupus eritematosis, skierosis sistemis yang

progresif, atau sirosis biliaris primer bisa terlibat. Limfoma ganas merupakan komplikasi

sindrom Sjorgen yang terkenal, terutama varian primer dan rnereka yang menderita

pembengkakan parotis persisten.

Diagnosis

Diagnosis didasarkan atas hasil beberapa tes, termasuk kecepatan aliran saliva parotis

yang distimulasi, kecepatan aliran lakrimal (tes Schirmer), biopsi kelenjar labial, sialografi

serta tes imunologi. Biopsi kelenjar labial, satu-satunya kriteria diagnostik yang paling

spesifik harus melibatkan lima lobus atau lebih karena tidak semua lobus memperlihatkan

kondisi-kondisi tersebut. Sebagai tambahan, kelenjar minor harus diambil dari bagian bibir

yang dilapisi mukosa normal karena perubahan-perubahan inflamasi dapat terlihat pada

kelenjar-kelenjar minor di bawah mukosa yang abnormal. Sialografi pada umumnya akan

memperlihatkan sialektasis, walaupun basil positif palsu dapat terjadi bila teknik injeksi

manual digunakan untuk media kontras daripada metode fisiologis.

Pengobatan

Page 16: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Pengobatan terhadap komponen oral dan sindrom Sjorgen terutama terdiri atas usaha

meredakan simtom xerostomia, menghilangkan infeksi Candida, serta mencegah timbulnya

karies gigi dan penyakit periodontal.

Biopsi yang dilakukan pada kelenjar parotis penderita sindrom Sjorgen, yang dahulu

dilaporkan sebagai lesi limfoepitelial jinak dan yang sekarang oleh sebagian ahli disebut

sebagai sialadenitis mioepitelial, dapat berkembang menjadi limfoma sel-B. Perubahan

status menjadi limfomatosa diikuti penurunan titer sirkulasi auto-antibodi dan oleh karena

itu titer serial sangat membantu.

b. Xerostomia

Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka berfungsi

dengan normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva primer

atau manifestasi sekunder dari suatu kelainan sistemik atau terapi obat. Penyakit kelenjar

saliva primer meliputi sindrom Sjorgen, kerusakan pascaradiasi atau anomali

pertumbuhan. Penyebab sistemik sekunder dari xerostomia meliputi kegelisahan kronis,

dehiderasi atau terapi obat (Tabel 182).

Diagnosis

Konfirmasi adanya penurunan dalam produksi saliva didasarkan atas pemeriksaan klinis

dan pengukuran kecepatan aliran saliva.

Pengobatan

Penderita xerostomia akan mengeluhkan beberapa simtom, khususnya kesulitan dalam

berbicara atau menelan, retensi geligi tiruan yang buruk serta keadaan mulut yang tidak

menyenangkan. Beberapa pengganti saliva, baik metil sellulosa atau mucin, dapat

memperbaiki efek berkurangnya saliva. Sialogues, seperti gliserin dan preparat lemon,

hanya boleh diberikan pada pasien yang tak bergigi karena penggunaan yang terlalu sering

dapat menimbulkan karies gigi pada pasien yang masih bergigi. Pembersihan gigi yang

teliti dan pemberian zat-zat preventif seperti terapi fluoride secara topikal harus diberikan

karena berkurangnya saliva merupakan faktor predisposisi pada penambahan insidens

karies, penyakit periodontal, dan infeksi oral, terutama kandidosis. Nasihat mengenai gizi

harus diberikan, terutama mengenai pembatasan konsumsi gula.

5. Bertambahnya salivasi

Page 17: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

a. Sialorhoea

Peningkatan salivasi (sialorhoea, prialisme) merupakan keluhan yang tidak umum

dibandingkan dengan kekeringan mulut. Periode Sementara dan berlebihnya saliva dapat

terjadi sehubungan dengan kondisi ulserasi oral yang menyakitkan, seperti

gingivostomatitis herpetik atau ulserasi oral yang sering kambuh. ini mungkin merupakan

keluhan pasien yang menggunakan gigi palsu atau alat-alat ortodonsi untuk pertama

kalinya. Menetesnya air liur (drooling) merupakan masalah yang sudah umum diketahui

pada penderita kelainan saraf, terutama keterbelakangan mental, penyakit Parkinson,

schizoprenia, dan epilepsi. Penyebab kenaikan salivasi yang lebih jarang meliputi

keracunan merkuri, akarodinia, rabies, serta terapi obat.

Diagnosis

Pada penderita-penderita sehat tanpa faktor predisposisi yang jelas, keluhan

‘mengalirnya air liur dan mulut’ atau ‘membasahi bantal pada malam hari’ mungkin

merupakan indikasi adanya faktor psikologis. Dalam situasi demikian, dibutuhkan

pengobatan psikologis.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus bagi sialorhoea. Meskipun demikian, penanganan

penyakit psikologis yang melatarbelakanginya biasanya mengarah kepada kesembuhan

simtomatis.

b. Sialosis

Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-neoplastik dari

kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi kadang-

kadang juga mengenai kelenjar submandibularis dan sublingualis. Penyebab

pembengkakan belum diketahui dengan jelas, walaupun dihubungkan dengan sejumlah

penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia

nervosa dan anoreksia nervosa. Sialosis Juga digambarkan sebagai efek samping sejumlah

obat-obatan.

Diagnosis

Page 18: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Pemeriksaan pada penderita sialosis harus melibatkan penentuan kadar gula darah

plasma vena, hormon pertumbuhan, serta tes fungsi hati. Latar belakang terapi obat harus

diperiksa. Erosi palatal pada gigi-gigi anterior atas merupakan indikasi anoreksia nervosa

atau bulimia nervosa.

Pengohatan

Bila faktor etiologi potensial terdeteksi maka tindakan korektif biasanya mengurangi

pembengkakan kelenjar, Tetapi, pada beberapa pasien penyebab pembengkakan kelenjar

saliva yang persisten tidak ditemukan. Dalam kasus-kasus demikian kemungkinan adanya

kondisi-kondisi yang tidak umum, seperti sarkoidosis, infiltrat leukemia dan

adenolimfotria tidak boleh diabaikan.

6. NEOPLASMA

Neoplasma jarang sekali tumbuh di kelenjar ludah, yaitu kira-kira 3% dari semua

neoplasma. Meskipun demikian, neoplasma yang terjadi di dalam rongga mulut terletak

pada urutan kedua setelah karsinoma sel skuamosa yang timbul pada mukosa. Dikenal

banyak Sekali tipe tumor atau neoplasma, baik yang jinak maupun yang ganas. Kelenjar

parotis sepuluh kali lebih sering diserang adenoma pleomorfik daripada kelenjar-keleniar

lain, kira-kira 75% dan semua neoplasma yang menyerang daerah ini.

Walaupun jarang, neoplasma yang terjadi pada kelenjar minor lebih mengkhawatirkan

karena kira-kira 50% dan semua lesi pada daerah ini tengolong ganas.

Diagnosis

Page 19: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Neoplasma pada kelenjar ludah minor biasanya timbul sebagai benjolan yang tidak sakit

atau sebagai daerah ulserasi yang terdapat di daerah langit-langit atau bibir. Untunglah,

lesi-lesi pada daerah ini biasanya relatif kecil dan dapat dibiopsi untuk mengkonfirmasi

diagnosa. Neoplasma yang timbul di kelenjar parotis, submandibularis atau sublingualis

terlihat sebagai benjolan progresif yang cepat membesar. Adanya palsi saraf selain

benjolan pada kelenjar parotis menunjukkan adanya keganasan. Sebagai tambahan, rasa

sakit yang persisten pada kelenjar ludah, sebuah keluhan klinis yang tidak sering harus

dicurigai karena neoplasma sekecil apapun dapat menimbulkan ketidak-nyamanan.

Neoplasma kelenjar ludah mayor dapat diperiksa secara lebih mendetail sebelum operasi

dilakukan dengan menggunakan sialografi. CT-sialografi atau gambar resonansi magnetik.

Teknik semacam ini tidak hanya menentukan adanya lesi yang memakan tempat tetapi

juga menunjukkan sumber/asal serta luasnya. Oleh karena itu. pendekatan pra-operatif

jenis ini menjadi rutin dilakukan di pusat-pusat yang terlibat dalam penatalaksanaan

penyakit kelenjar saliva.

Kondisi sialometaplasia nekrotisasi dapat menimbulkan masalah diagnostik pada waktu

mempertimbangkan adanya tumor kelenjar ludah minor, terutama di palatum, karena

tumor ini dapat sangat mirip dengan karsinoma sel skuamosa baik secara klinis maupun

histologis. Sialometaplasia nekrotisasi tidak diketahui penyebabnya walaupun trauma yang

mendahuluinya, termasuk pengobatan gigi, mfeksi dan iskemia, dipercaya sebagai faktor-

faktor penting. Walaupun pada awalnya cukup mengkhawatirkan, lesi ini akan membatasi

diri dan akan sembuh dalam 7-10 hari.

Pengobatan

Pembedahan merupakan tindakan pilihan untuk neoplasma kelenjar saliva pada daerah

mana saja karena lesi radioresisten. Radioterapi harus dipertimbangkan sebagai tindakan

paliatif dalam pengobatan ketimbang sebagai tindakan kuratif. Sekalipun neoplasma itu

jinak, eksisi secara menyeluruh tetap dianjurkan karena setiap sisa lesi dapat membesar

sehingga menimbulkan risiko untuk berubah menjadi suatu keganasan (karsinoma mantan

adenoma pleomorfik pada kelenjar saliva).

Sebagaimana halnya dengan neoplasma, pasien dengan lesi kelenjar saliva

membutuhkan tindak lanjut yang lama untuk mcncegah agar tidak kambuh.

g. Pemeriksaan Kelenjar saliva

Page 20: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

a. Sialometri

Sialometri rnerupakan pengukuran kecepatan aliran ludah yang dapat dilakukan selama

istirahat maupun waktu terstimulasi. Hari pengambilan sampel dan jenis stimulan yang

digunakan perlu dipertimbangkan. Angka kecepatan aliran saliva yang terstimulir dan

tidak masih diperdebatkan, tetapi kebanyakan informasi didasarkan pada kecepatan saliva

parotis yang distimulasi. Pengumpulan saliva dan kelenjar parotis dilakukan menggunakan

mangkok Carisson-Crittenden yang ditempatkan pada muara tiap saluran (Gambar 35).

Aliran distimulasi dengan jalan menempatkan 1 ml asam sitrat 10% di bagian belakang

lidah. Kecepatan aliran 0,7 mi/menit dianggap normal. Pengukuran aliran kelenjar

submandibularis lebih ruwet dan biasanya hanya dilakukan untuk tujuan penelitian.

b. Susunan kimiawi saliva

Analisa zat-zat saliva telah dilakukan dalam pelbagai penelitian penyakit dan

abnormalitas telah terdeteksi pada penderita sarkoidosis, sindrom Sjorgen, dan berbagai

kelainan hormonal. Teknik ini belum digunakan secara luas dalam diagnosis tetapi dapat

digunakan untuk mengukur dan memonitor kadar obat-obat serta hormon tertentu.

c. Reologi

Hingga kini, informasi klinis mengenai reologi saliva baru sedikit, tetapi diperkirakan

bahwa perubahan dalam aliran serta konsistensi terlibat dalam xerostomia dan pengecapan.

d. Sialografi

Sialografi merupakan metode demonstrasi langsung jaringan saluran, baik kelenjar

submandibularis maupun parotis. Kadang- kadang, kelenjar sublingualis dapat dilihat,

tetapi ini merupakan kejadian yang sangat langka. Teknik didasarkan atas infusi sebuah

medium kontras radio-opak ke dalam saluran kelenjar ludah utama. Media kontras terdapat

dalam dua sediaan yaitu dengan bahan dasar minyak atau air. Media kontras berbahan

dasar minyak biji poppy dulu digunakan secara rutin untuk sialografi. Tetapi, media ini

sekarang jarang digunakan lagi karena pengisian kelenjar yang berlebih dapat berakibat

pada hilangnya bentuk saluran pada radiografi, retensi media di dalam kelenjar, serta

menimbulkan kerusakan kelenjar. Media berbahan dasar air yang mengandung natrium

dan garam-garam dan asam diatrizoic dan iothalamic tidak menimbulkarn masalah tersebut

dan dewasa ini merupakan bahan kontras pilihan.

Metode untuk memasukkan media adalah injeksi yang dipegang dengan tangan, tekanan

Page 21: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Gambar VIII.1 : Peralatan yang dibutuhkan untuk sialografi CIPM.

hidrostatik atau infusi yang bersinambungan. Teknik dipegang dengan tangan berisiko

meninggikan tekanan di dalam kelenjar yang dapat menimbulkan rasa sakit dan kerusakan

kelenjar. Metode hidrostatik tidak menimbulkan tekanan berlebihan pada waktu infusi,

tetapi pengisian kurang sempurna pada kelenjar-kelenjar yang tersumbat. Tekanan infusi

berkesinambungan yang terpantau (CIPM) merupakan metode yang lebih disenangi karena

menghasilkan kontrol infusi yang akurat serta dapat menunjukkan pada klinisi kapan

terjadi tekanan pengisian yang berlebihan. Peralatan yang diperlukan untuk sialografi

CIPM digambar pada Gambar VIII.1. Sebuah kanula politen steril dimasukkan ke dalam

mulut saluran ekskresi. Perlu diberi anestesi lokal secara infiltrasi di dasar mulut bila

kelenjar submandibularis akan diperiksa. Media berbahan dasar air harus dimasukkan

dengan kecepatan 0,5 ml per menit. Radiografi dilakukan setelah 2 dan 4 menit dan

mencakup dua gambar dengan dataran yang berbeda; biasanya pandangan 1a- teral oblik

dan anteroposterior. Gambar lateral 15 derajat kadang-kadang dibutuhkan bila kelenjar

submandibularis ingin diselidiki.

Sialografi bukan merupakan metode yang dapat digunakan untuk memperlihatkan

kelainan struktural, terutama penyempitanjinak,

Page 22: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Gambar VIII.2. Sialograrn kelenjar parotis kanan memperlihatkan pengerutan pada saluran

ekskresi utama.

mucous plugs serta kalkuli (Gambar VIII.2). Distribusi media kontras dapat

menimbulkan gambaran radiografi yang khas pada kondisi peradangan kelenjar saliva

yang kronis. Hal ini berlaku pada dilatasi saluran (sialodokiektasis) serta penumpukan

media tepi (sialektasis) yang dapat dilihat selama sialografi kelenjar parotis pada penderita

sindrom Sjorgen. Gambaran sialektasis kadang-kadang disebut sebagai ‘efek badai salju’.

Peranan sialografi dalam diagnosis dan penatalaksanaan tumor kelenjar saliva amat

kontroversial dan bisa diikuti oleh tomografi komputer dengan atau tanpa sialografi

gabungan. Sialografi tetap memegang peranan dalam pemeriksaan pembengkakan kelenjar

saliva, karena dapat memberikan informasi yang berguna apakah sebuah lesi terletak di

dalam kelenjar ataukah timbul di dalam jaringan sekitarnya yang mengakibatkan

perpindahan letak kelenjar.

Pada dasarnya sialografi merupakan prosedur yang mudah dan aman; satu-satunya

kontra indikasi adalah alergi terhadap iodin atau adanya infeksi akut. Sialografi

diperkirakan bisa menimbulkan bakteriemia, dan oleh karena itu pasien-pasien yang

berisiko terhadap endokarditis harus diberi antibiotik pencegahan.

e. CT-sken

Penelitian radioisotop dan fungsi kelenjar saliva didasarkan pada kesiapan kelenjar-

kelenjar itu untuk menerima radioisotop secara selektif dan aliran darah, Dalam praktik,

radioisotop dan iodin memiliki waktu paruh yang terlalu panjang yang membuatnya sulit

memberikan hasil klinis yang bermanfaat dan oleh karena itu, technetium pertechnetate

yang bisa diperlakukan seperti iodine oleh kelenjar saliva major, dipilih untuk digunakan

secara rutin. Isotop ini dimasukkan secara intravena. Dilakukan skening kepala dan leher

dengan suatu teknik yang mengambil emisi iosotop dan kemudian kelenjar saliva major

diperlihatkan (Gambar VIII.3). Teknik ini memberi ke mungkinan untuk

memperbandingkan masukan kelenjar kanan dan kiri. Masukan keseluruhan bisa

digunakan untuk mendeteksi kelainan fungsional secara menyeluruh.

Kemajuan teknik dasar ini melibatkan penggunaan radioisotop seperti selenomethionine

dan gallium, yang diperkirakan ditahan secara selektif oleh neoplasma kelenjar saliva

tertentu.

Page 23: 83307271 Penyakit Dan Kelainan Kelenjar Ludah

Gambar VIII.3 : CT-sken memperlihatkan tiadanya fungsi pada kelenjar parotis kanan.