8 bab ii kerangka teori 2.1 pemasaran 2.1.1 pemasaran
TRANSCRIPT
8
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pemasaran
2.1.1 Pemasaran
Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan ketrampilan.
Manajemen pemasaran terjadi bila setidaknya satu pihak dalam pertukaran
potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang dia
kehendaki dari pihak lain. dengan demikian pengertian pemasaran sebagai
berikut :
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan kegiatan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler,
2000:19).
2.1.2 Pemasaran Jasa
Pemasaran Jasa adalah sebagai salah satu bentuk produk dapat
didefenisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible
(tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu (Tjiptono,
2005:16).
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam (Lupiyoadi, 2001:5) pemasaran jasa
merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk
dalam bentuk fisik atau konsturksi yang memberikan nilai tambah seperti
kenyamanan, hiburan, kesenangan atau pemecahan masalah yang dihadapi
konsumen.
Universitas Sumatera Utara
9
2.2 Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran (Marketing Mix) merupakan seperangkat alat yang
dapat digunakan pemasaran untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan
kepada pelanggan.Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi
janka panjang dan juga untuk merancang program taktik jangka
pendek.Penyusunan komposisi unsur-unsur bauran pemasaran dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Konsep bauran pemasaran dipopulerkan pertama kali beberapa dekade yang
lalu oleh McCarthy yang merumuskannya menjadi 4P (Product, Price,
Promotion, dan Place). Bila ditinjau dari sudut pandang pelanggan, 4P bisa
dirumuskan pula menjadi 4C (Customers’ need and want, Cost, Communication,
dan Convenience) (Tjiptono, 2014:41).
1. Produk
Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan
untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan
keinginan pelanggan.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi produk
adalah keragaman produk, kualitas produk, design, ciri, nama merek,
kemasan, ukuran, garansi, dan imbalan. (Kotler, 2007:23). Dalam konteks
ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun yang
tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan tertentu (Tjiptono, 2014:42).
Dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasaran perlu
memahami lima tingkatan produk (lihat Gambar 2.1) (Tjiptono, 2008:96),
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
10
a. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya
dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
Dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang dibeli para tamu
adalah ‘istirahat dan tidur’. Untuk bioskop, para penonton
sesungguhnya membeli ‘hiburan’.
b. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi
produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat
berfungsi). Contohnya hotel merupakan suatu bangunan yang
memiliki banyak ruangan untuk disewakan.
c. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang
ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal
(layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Sebagai contoh, tamu
hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk, air
ledeng, telepon, lemari pakaian, dan ketenangan.
d. Produk pelengkap (augmented product), yakni berbagai atribut
produk yang dilengkapi atau di tambahi berbagai manfaat dan
layanan, sehinggah dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa
dibedakan dengan produk pesaing. Misalnya, hotel bisa
menambahkan fasilitas TV, Shampo, bunga-bunga segar, check-in
yang cepat, check-out yang cepat, pelayanan kamar yang baik, dan
lain-lain.
e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.
Misalnya hotel menambahkan fasilitas layanan internet, perekam
Universitas Sumatera Utara
11
video dengan kaset videonya, sepiring buah-buahan segar, dan
sebagainya.
Gambar 2.1
Tingkat Tingkatan (Level) Produk
LEVEL PRODUK KEBUTUHAN
KONSUMEN
Sumber: Tjiptono, Fandy. 2008
2. Harga
Harga merupakan variabel yang dapat dikendalikan dan yang
menentukan diterima tidaknya suatu produk oleh kensumen.Harga semata-
mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan
mempertimbangkan berbagai hal. “murah” atau “mahal”nya harga suatu
produk sangat relatif sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu
dibandingkan dengan harga produk serupa yang diproduksi atau dijual
perusahaan lain artinya, perusahaan perlu selalu memonitor harga yang
ditetapkan oleh para pesaing agar harga yang ditentukan oleh perusahaan
tersebut tidak terlalu tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini, kembali bagian
pemasaran melalui para tenaga penjualnya mempunyai peran yang sangat
penting dalam mencari dan mengumpulkan informasi yang berguna untuk
penetapan harga karena merekalah yang berhubungan langsung dengan
konsumen (Anoraga 2009:221).Elemen-elemen yang perlu diperhatikan
Fungsional PRODUK GENERIK
Manfaat PRODUK UTAMA
PRODUK PELENGKAP
PRODUK HARAPAN
Kepuasan
Kelayakan
PRODUK POTENSIAL Masa Depan
Universitas Sumatera Utara
12
didalam strategi harga adalah daftar harga, rabat atau diskon, potongan harga
khusus, dan periode pembayaran (Kotler, 2007:23).
Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu (Tjiptono
2008:153):
a. Tujuan Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan
selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling
tinggi.Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba.Dalam era
persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak
variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan,
maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk
dapat memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat
dicapai pada tingkat harga tertentu.Dengan demikian, tidak mungkin
suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang
dapat menghasilkan laba maksimum.
b. Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang
menetapkan harganya bersadarkan tujuan yang berorientasi pada
volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume
pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat
mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m3, dan lain-
lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar1 (absolut maupun
relative). Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan
penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel,
Universitas Sumatera Utara
13
pengusahaan bioskop dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta
penyelenggaraan seminar-seminar.Bagi sebuah perusahaan
penerapan, biaya penerbangan untuk satu pesawat yang terisi penuh
maupun yang hanya terisi separuh tidak banyak berbeda.Oleh karena
itu, banyak perusahaan penerbangan yang berupaya memberikan
insentif berupa harga special agar dapat meminimisasi jumlah kursi
yang tidak terisi.
c. Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi
penetapan harga.Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk
membentuk atau mempertahankan citra prestisius.Sementara itu
harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu
(image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa
harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah
tertentu.Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun
rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
d. Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila
suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus
menurunkan pula harga mereka.Kondisi seperti ini yang mendasari
terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu
yang produknya sangat terstandarisasi (misalnya minyak
bumi).Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga
Universitas Sumatera Utara
14
untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu
perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
e. Tujuan-tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya
pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan
ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-
profit juga dapat menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda,
misalnya untuk mencapai partial cost recovery, full cost recovery,
atau untuk menetapkan social price.
3. Promosi
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.Yang di maksud
dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan (Tjiptono 2008:219).
Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan,
direct marketing, personal selling, dan public relations.
4. Tempat
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadapat jasa bagi
para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik
(misalnya keputusan mengenai dimana sebuah hotel atau restoran harus
didirikan), keputusan mengenai penggunaan perantara untuk meningkatkan
aksesibilitas jasa bagi para pelanggan (misalnya, apakah akan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
15
jasa agen perjalanan ataukah harus memasarkan sendiri paket liburan secara
langsung kepada konsumen), dan keputusan non-lokasi yang ditetapkan demi
ketersediaan jasa (contohnya, penggunaan telephone delivery systems)
(Tjiptono 2014:43).Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi tempat
adalah saluran pemasaran, cakupan pasar, lokasi, persediaan dan transportasi
(Kotler, 2007:23).
5. Orang
Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran
pemasaran.Bila produksi dapat dipisahkan dengan konsumsi, sebagaimana
dijumpai dalam kebanyakan kasus pemasaran barang manufaktur, pihak
manajemen biasanya dapat mengurangi pengaruh langsung sumber daya
manusia terhadap output akhir yang diterima pelanggan.Oleh sebab itu,
bagaimana sebuah mobil dibuat umumnya bukanlah faktor penting bagi
pembeli mobil tersebut.Konsumen tidak terlalu memusingkan apakah karyawan
produksi berpakaian acak-acakan, berbahasa kasar di tempat kerja atau datang
terlambat ke tempat kerjanya.Yang penting bagi pembeli adalah kualitas mobil
yang dibelinya. Di lain pihak, dalam industri jasa, setiap orang merupakan
‘part-time marketer’ yang tindakan dan perilakunya memiliki dampak langsung
pada output yang diterima pelanggan.
Oleh sebab itu, setiap organisasi jasa (terutama yang tingkat kontaknya
dengan pelanggan tinggi) harus secara jelas menentukan apa yang diharapkan
dari setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan. Untuk mencapai
strandar yang ditetapkan, metode-metode rekrutmen, pelatihan, pemotivasian,
dan penilaian kinerja karyawan tidak dapat di pandang semata-mata sebagai
Universitas Sumatera Utara
16
keputusan personalia; semua itu juga merupakan keputusan bauran pemasaran
yang penting (Tjiptono 2014:43).
6. Proses
Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari
prosedur, jadwal, mekanisme, aktivitas serta hal-hal rutin dimana jasa
dihasilkan dan disampaikan pada konsumen, dimana objektif utama dari
pemasaran adalah mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar. Oleh
karena itu jasa harus didesain untuk memenuhi keinginan tersebut (Lupiyoadi,
2011:64).
7. Bukti fisik
Bukti fisik merupakan suatu hal yang nyata yang turut mempengaruhi
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan.Bukti fisik ini sangat mempengaruhi image suatu jasa wisata,
dimana dari Bukti fisik, konsumen akan mengidentifikasi dan membandingkan
dengan jasa lain (Yazid, 2005:99).
Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya brosur paket liburan
yang atraktif dan memuat foto lokasi liburan dan tempat menginap; penampilan
staf yang rapi dan sopan; seragam pilot dan pramugari yang mencerminkan
kompetensi mereka; dekorasi internal dan eksternal bangunan yang atraktif
contohnya, banyak rumah sakit khusus anak dan ruang praktik dokter anak
yang didekor dengan nuansa anak-anak dengan harapan agar anak-anak tidak
takut sewaktu diperiksa dokter; ruang tunggu yang nyaman; dan lain-lain
(Tjiptono 2014:43).Unsur-unsur yang termasuk didalam sarana fisik antara lain
lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo,
Universitas Sumatera Utara
17
warna dan barang-barang lainya yang disatukan dengan service yang di berikan
seperti tiket, sampul, label, dan lain sebagainya.
2.3 Jasa
2.3.1 Pengertian Jasa
Jasa dapat didefinisikan sebagai “setiap tindakan atau perbuatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu” (Kotler & Keller, 2012). Walaupun demikian, produk jasa bisa
berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.Maksudnya, ada produk jasa
murni (seperti child care, konsultasi psikologi, dan konsultasi mnajemen), ada
pula jasa yang membutuhkan produk fisik sebagai persyaratan utama misalnya
kapal untuk angkutan laut, pesawat dalam jasa penerbangan, dan makanan di
restoran (Tjiptono 2014:26).
2.3.2 Karakteristik Jasa
Berbagai riset dan literature pemasaran jasa mengungkap bahwa jasa
memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan
berdampak pada cara memasarkannya. Secara garis besar, karakteristik
tersebut terdiri dari intangibility, inseparability, variability/heterogeneity,
perishabiilty, dan lack of ownership, berikut penjalasannya (Tjiptono
2014:28):
Universitas Sumatera Utara
18
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa berbeda dengan barang.Bila barang merupakan suatu obyek,
alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan,
pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab
itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba
sebelum dibeli dan dikonsumsi sehingga ketidakpastian dalam
pembelian jasa relatif tinggi dikarenakan terbatasnya search
qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli
sebelum pembelian dilakukan.
2. Tidak dapat dipisahkan (Insperability)
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3. Berubah-ubah (Variability)
Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-standardized
output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis,
tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi.
4. Kurangnya daya tahun (Perishabiilty)
Perishabiilty berarti bahwa jasa tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Kursi pesawat yang kosong kamar hotel yang tidak
dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan
berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
5. Tidak dapat dimiliki (Lack of ownership)
Universitas Sumatera Utara
19
Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan
barang.Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas
penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya.Mereka bisa
mengkonsumsi, menyimpan, atau menjualnya. Di lain pihak, pada
pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal
atas suatu jasa untuk waktu yang terbatas misalnya kamar hotel,
bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan.
2.4 Asuransi
2.4.1 Pengertian Asuransi
Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian
kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-
kerugian besar yang belum pasti (Salim, 2007:1). Perumusan tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa, orang bersedia membayar kerugian yang
sedikit untuk masa yang sekarang, agar bisa menghadapi kerugian-
kerugian besar yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Bentuk-bentuk asuransi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Asuransi Kerugian (Asuransi Umum), Yaitu mengenai hak milik,
kebakaran dan lain-lain.
2. Asuransi Varia (Marine Insurance) seperti : asuransi kecelakaan,
asuransi mobil dan pencurian.
3. Asuransi Jiwa (Life Insurance) yaitu yang menyangkut kematian,
sakit, cacat, dan lain-lain.
Penulis pada penelitian memfokuskan pembahasannya pada asuransi
jiwa.Pengertian asuransi jiwa menurut (Salim 2007:25) adalah asuransi
Universitas Sumatera Utara
20
yang bertujuan menanggung orang terhadap finansial tak terduga yang
disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu
lama.Di sini terlukis bahwa, dalam asuransi jiwa, resiko yang dihadapi
ialah resiko kematian dan resiko hidup seseorang terlalu lama.
2.4.2 Fungsi Asuransi Jiwa
Fungsi Asuransi Jiwa :
1. Tujuan pertanggungan jiwa ialah mengadakan jaminan bagi
masyarakat, yaitu mengambil alih semua beban resiko dari tiap-tiap
individu. Bilamana ditanggung sendiri akan terlalu berat, maka
lebih baik dipindahkan kepada asuransi jiwa. Untuk mengambil alih
resiko dari masyarakat itu, oleh perusahaan asuransi dipungut suatu
pembayaran yang relatif lebih rendah (pembayaran premi).
2. Perusahaan asuransi mempunyai tugas lain bila dilihat dari sudut
pembangunan (economic development), yaitu sebagai suatu
lembaga yang mengumpulkan dana (funds/premium) dan dana
tersebut dapat diinvestasikan dalam lapangan dan pembangunan
ekonomi seperti industri-industri, perkebunan, dan lain-lain.
Dengan jalan demikian, adanya asuransi bisa untuk membangun
perekonomian nasional.
3. Dari sudut pandang employment (pekerjaan), perusahaan asuransi
member bantuan pada publik, yaitu member kesempatan bekerja
kepada buruh-buruh/pegawai-pegawai untuk memperoleh income
guna kelangsungan hidup mereka sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
21
2.5 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tetang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan
secara teoritis peraturan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara
teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan
dependen.Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,
maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam
penelitian.Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke
dalam bentuk paradigma penelitian.Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir
(Sugiyono 2010:60).
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Sumber: Data Diolah, 2016.
Produk (Product): a. Keragaman produk b. Kualitas produk c. Ciri d. Nama merek e. Garansi f. Imbalan
PT. Asuransi Jiwasraya Medan
Pengumpulan data berupa informasi 7p
Strategi pemasaran yang diterapkan
Analisis bauran pemasaran berdasarkan teori Philip Kotler
Produk (Product): a. Keragaman produk b. Kualitas produk c. Imbalan
Harga (Price): a. Daftar harga
Promosi (Promotion): a. Periklanan b. Promosi penjualan
Tempat (Place): a. Saluran pemasaran b. Cakupan pasar c. Lokasi
Orang (People): a. Rekrutmen b. Pelatihan
Bukti fisik (Physical evidence): a. Bangunan fisik
Proses (Process): a. Prosedur b. Mekanisme
Bukti fisik (Physical evidence)
Promosi (Promotion)
Orang (People)
Produk (Product) Harga (Price)
Tempat (Place)
Proses (Process)
Universitas Sumatera Utara
23
Dalam penelitian ini penulis meneliti di PT. Asuransi Jiwasraya
Medan, penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan penulis
mengumpulkan informasi dari informan dengan melakukan wawancara,
observasi, dan dokumentasi terlebih dahulu, kemudian proses penyusunan
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi yaitu dengan menggunakan penyajian data (data display)
seperti peneliti merangkumkan hasil pencarian informasi berdasarkan
bauran pemasaran (Produk (Product), Harga (Price), Promosi
(Promotion), Tempat (Place), Orang (People), Proses (Process), Bukti
fisik (Physical evident). Setelah Peneliti menganalisa bauran pemasaran
yang diterapkan oleh PT. Asuransi Jiwasraya Medan, kemudian akan
disesuaikan denganmengunakan teori Philip Kotler untuk mengevaluasi
strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT.Asuransi Jiwasraya Medan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian
berhubungan dengan strategi bauran pemasaran terhadap jasa.beberapa
penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Salman Hasibuan
(2014) yang meneliti tetang "Strategi Pengembangan Bisnis Jasa
Angkutan (Studi Pada CV. Batang Pane Baru, Jalan
Sisingamangaraja Medan)". Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperoleh nilai IFAS dan EFAS usaha yang akan digunakan ke
dalam matriks internal eksternal (IE). Pilihan strategi yang dapat
Universitas Sumatera Utara
24
digunakan oleh usaha adalah melakukan pengembangan pasar,
penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan
teknologi.
2. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Gidieon M Sihombing
(2016) yang meneliti tetang "Analisis Bauran Pemasaran Dalam
Persaingan Usaha (Studi Kasus Pada CounterHandphone Di
Sekitaran Jalan Sisingamangaraja Kec. Sidikalang, Kab. Dairi)".
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap usaha
counterhandphone memiliki kekuatan dan kelemahan masing –
masing dalam setiapstrategi bauran pemasaran dalam
meningkatkan persaingan usaha. Tiara Ponselmemiliki kekuatan
produk, harga dan lokasi distribusi dan memiliki
kelemahandalam promosi, Gakomsel masih memiliki kelemahan
dalam bidang strategipemasaran dan Amin Ponsel memiliki
kekuatan strategi produk, promosi dan lokasi serta memiliki
kelemahan pada strategi harga.
3. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Septi Wulan yang
meneliti tetang "Analisis Strategi Bauran Pemasaran Racun Tikus
Pada PT. Hetts Biolestari Medan". Hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi produk, harga, tempat, dan promosi pada PT.
Hetts Biolestari telah berjalan sebagaimana mestinya. Hanya saja
terdapat beberapa kekurangan seperti kurang efektifnya waktu
pembasmian hama tikus , menambah promosi yang ada, serta
Universitas Sumatera Utara
25
menambah sarana transportasi untuk memudahkan pengiriman
barang.
4. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Leavanny Laurie S
(2015) yang meneliti tetang "Analisis Bauran Pemasaran Dalam
Meningkatkan Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada
Trias Tambun Kabanjahe". Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi bauran pemasaran Trias Tambunmencakup penggunaan
ATBM dalam menghasilkan produk yang memiliki cirikhas dari
pesaing, penetapan harga di atas harga pasar, penggunaan
promosimouth to mouth, serta penggunaan distribusi secara
langsung. Penjualan kaintenun tradisional Karo memiliki
kenaikan 1-1,5% per tahun dengan estimasipenjualan yang tidak
optimal sebesar 2,75% untuk 2011- 2014. Peranan
bauranpemasaran dalam meningkatkan penjualan kain tenun
tradisional Karo pada TriasTambun dapat diterapkan melalui
strategi SO yakni : (1) peningkatan kemampuanSDM, (2)
penggunaan media sosial sebagai sarana promosi, (3) inovasi
produkberupa fashion, dan (4) membuka gerai penjualan di luar
Kabanjahe.
5. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Rouly Novalyna Sirait
(2013) yang meneliti tetang "Strategi Bisnis Jasa Transportasi
Pada CV. Sartika Group Medan". Hasil penelitian menunjukkan
bahwaCV. Sartika Group Medan berada pada posisi kompetitif
serta kondisi perusahaan sedang dalam kondisi tumbuh dan
Universitas Sumatera Utara
26
membangun, sehingga alternatif strategi yang perlu diterapkan
yaitu strategi ST. Dari penerapan strategi ST dan berdasar
matriks SPACE maka yang perlu diprioritaskan oleh CV. Sartika
Group Medan dalam menghadapi persaingan yang semangkin
ketat yaitu penerapan strategi pengembangan pasar, prioritas
kedua yaitu strategi pengembangan produk, selanjutnya yaitu
strategi integrasi kedepan, belakang, dan horizontal, serta
penerapan strategi penetrasi pasar.
Universitas Sumatera Utara