8 bab ii kerangka teori 2.1 pemasaran 2.1.1 pemasaran

19
8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan ketrampilan. Manajemen pemasaran terjadi bila setidaknya satu pihak dalam pertukaran potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang dia kehendaki dari pihak lain. dengan demikian pengertian pemasaran sebagai berikut : Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan kegiatan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler, 2000:19). 2.1.2 Pemasaran Jasa Pemasaran Jasa adalah sebagai salah satu bentuk produk dapat didefenisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu (Tjiptono, 2005:16). Menurut Zeithaml dan Bitner dalam (Lupiyoadi, 2001:5) pemasaran jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konsturksi yang memberikan nilai tambah seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan atau pemecahan masalah yang dihadapi konsumen. Universitas Sumatera Utara

Upload: duonglien

Post on 13-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

8

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pemasaran

2.1.1 Pemasaran

Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan ketrampilan.

Manajemen pemasaran terjadi bila setidaknya satu pihak dalam pertukaran

potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang dia

kehendaki dari pihak lain. dengan demikian pengertian pemasaran sebagai

berikut :

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dan kegiatan mereka dengan menciptakan,

menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler,

2000:19).

2.1.2 Pemasaran Jasa

Pemasaran Jasa adalah sebagai salah satu bentuk produk dapat

didefenisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan

oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible

(tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu (Tjiptono,

2005:16).

Menurut Zeithaml dan Bitner dalam (Lupiyoadi, 2001:5) pemasaran jasa

merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk

dalam bentuk fisik atau konsturksi yang memberikan nilai tambah seperti

kenyamanan, hiburan, kesenangan atau pemecahan masalah yang dihadapi

konsumen.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

9

2.2 Bauran Pemasaran Jasa

Bauran pemasaran (Marketing Mix) merupakan seperangkat alat yang

dapat digunakan pemasaran untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan

kepada pelanggan.Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi

janka panjang dan juga untuk merancang program taktik jangka

pendek.Penyusunan komposisi unsur-unsur bauran pemasaran dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi.

Konsep bauran pemasaran dipopulerkan pertama kali beberapa dekade yang

lalu oleh McCarthy yang merumuskannya menjadi 4P (Product, Price,

Promotion, dan Place). Bila ditinjau dari sudut pandang pelanggan, 4P bisa

dirumuskan pula menjadi 4C (Customers’ need and want, Cost, Communication,

dan Convenience) (Tjiptono, 2014:41).

1. Produk

Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan

untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan

keinginan pelanggan.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi produk

adalah keragaman produk, kualitas produk, design, ciri, nama merek,

kemasan, ukuran, garansi, dan imbalan. (Kotler, 2007:23). Dalam konteks

ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun yang

tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan tertentu (Tjiptono, 2014:42).

Dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasaran perlu

memahami lima tingkatan produk (lihat Gambar 2.1) (Tjiptono, 2008:96),

yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

10

a. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya

dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.

Dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang dibeli para tamu

adalah ‘istirahat dan tidur’. Untuk bioskop, para penonton

sesungguhnya membeli ‘hiburan’.

b. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi

produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat

berfungsi). Contohnya hotel merupakan suatu bangunan yang

memiliki banyak ruangan untuk disewakan.

c. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang

ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal

(layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Sebagai contoh, tamu

hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk, air

ledeng, telepon, lemari pakaian, dan ketenangan.

d. Produk pelengkap (augmented product), yakni berbagai atribut

produk yang dilengkapi atau di tambahi berbagai manfaat dan

layanan, sehinggah dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa

dibedakan dengan produk pesaing. Misalnya, hotel bisa

menambahkan fasilitas TV, Shampo, bunga-bunga segar, check-in

yang cepat, check-out yang cepat, pelayanan kamar yang baik, dan

lain-lain.

e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang

mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.

Misalnya hotel menambahkan fasilitas layanan internet, perekam

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

11

video dengan kaset videonya, sepiring buah-buahan segar, dan

sebagainya.

Gambar 2.1

Tingkat Tingkatan (Level) Produk

LEVEL PRODUK KEBUTUHAN

KONSUMEN

Sumber: Tjiptono, Fandy. 2008

2. Harga

Harga merupakan variabel yang dapat dikendalikan dan yang

menentukan diterima tidaknya suatu produk oleh kensumen.Harga semata-

mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan

mempertimbangkan berbagai hal. “murah” atau “mahal”nya harga suatu

produk sangat relatif sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu

dibandingkan dengan harga produk serupa yang diproduksi atau dijual

perusahaan lain artinya, perusahaan perlu selalu memonitor harga yang

ditetapkan oleh para pesaing agar harga yang ditentukan oleh perusahaan

tersebut tidak terlalu tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini, kembali bagian

pemasaran melalui para tenaga penjualnya mempunyai peran yang sangat

penting dalam mencari dan mengumpulkan informasi yang berguna untuk

penetapan harga karena merekalah yang berhubungan langsung dengan

konsumen (Anoraga 2009:221).Elemen-elemen yang perlu diperhatikan

Fungsional PRODUK GENERIK

Manfaat PRODUK UTAMA

PRODUK PELENGKAP

PRODUK HARAPAN

Kepuasan

Kelayakan

PRODUK POTENSIAL Masa Depan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

12

didalam strategi harga adalah daftar harga, rabat atau diskon, potongan harga

khusus, dan periode pembayaran (Kotler, 2007:23).

Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu (Tjiptono

2008:153):

a. Tujuan Berorientasi pada Laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan

selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling

tinggi.Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba.Dalam era

persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak

variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan,

maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk

dapat memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat

dicapai pada tingkat harga tertentu.Dengan demikian, tidak mungkin

suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang

dapat menghasilkan laba maksimum.

b. Tujuan Berorientasi pada Volume

Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang

menetapkan harganya bersadarkan tujuan yang berorientasi pada

volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume

pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat

mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m3, dan lain-

lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar1 (absolut maupun

relative). Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan

penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel,

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

13

pengusahaan bioskop dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta

penyelenggaraan seminar-seminar.Bagi sebuah perusahaan

penerapan, biaya penerbangan untuk satu pesawat yang terisi penuh

maupun yang hanya terisi separuh tidak banyak berbeda.Oleh karena

itu, banyak perusahaan penerbangan yang berupaya memberikan

insentif berupa harga special agar dapat meminimisasi jumlah kursi

yang tidak terisi.

c. Tujuan Berorientasi pada Citra

Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi

penetapan harga.Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk

membentuk atau mempertahankan citra prestisius.Sementara itu

harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu

(image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa

harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah

tertentu.Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun

rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap

keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.

d. Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila

suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus

menurunkan pula harga mereka.Kondisi seperti ini yang mendasari

terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu

yang produknya sangat terstandarisasi (misalnya minyak

bumi).Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

14

untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu

perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).

e. Tujuan-tujuan Lainnya

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya

pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan

ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-

profit juga dapat menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda,

misalnya untuk mencapai partial cost recovery, full cost recovery,

atau untuk menetapkan social price.

3. Promosi

Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.Yang di maksud

dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha

menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan

pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,

membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang

bersangkutan (Tjiptono 2008:219).

Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan,

direct marketing, personal selling, dan public relations.

4. Tempat

Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadapat jasa bagi

para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik

(misalnya keputusan mengenai dimana sebuah hotel atau restoran harus

didirikan), keputusan mengenai penggunaan perantara untuk meningkatkan

aksesibilitas jasa bagi para pelanggan (misalnya, apakah akan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

15

jasa agen perjalanan ataukah harus memasarkan sendiri paket liburan secara

langsung kepada konsumen), dan keputusan non-lokasi yang ditetapkan demi

ketersediaan jasa (contohnya, penggunaan telephone delivery systems)

(Tjiptono 2014:43).Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi tempat

adalah saluran pemasaran, cakupan pasar, lokasi, persediaan dan transportasi

(Kotler, 2007:23).

5. Orang

Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran

pemasaran.Bila produksi dapat dipisahkan dengan konsumsi, sebagaimana

dijumpai dalam kebanyakan kasus pemasaran barang manufaktur, pihak

manajemen biasanya dapat mengurangi pengaruh langsung sumber daya

manusia terhadap output akhir yang diterima pelanggan.Oleh sebab itu,

bagaimana sebuah mobil dibuat umumnya bukanlah faktor penting bagi

pembeli mobil tersebut.Konsumen tidak terlalu memusingkan apakah karyawan

produksi berpakaian acak-acakan, berbahasa kasar di tempat kerja atau datang

terlambat ke tempat kerjanya.Yang penting bagi pembeli adalah kualitas mobil

yang dibelinya. Di lain pihak, dalam industri jasa, setiap orang merupakan

‘part-time marketer’ yang tindakan dan perilakunya memiliki dampak langsung

pada output yang diterima pelanggan.

Oleh sebab itu, setiap organisasi jasa (terutama yang tingkat kontaknya

dengan pelanggan tinggi) harus secara jelas menentukan apa yang diharapkan

dari setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan. Untuk mencapai

strandar yang ditetapkan, metode-metode rekrutmen, pelatihan, pemotivasian,

dan penilaian kinerja karyawan tidak dapat di pandang semata-mata sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

16

keputusan personalia; semua itu juga merupakan keputusan bauran pemasaran

yang penting (Tjiptono 2014:43).

6. Proses

Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari

prosedur, jadwal, mekanisme, aktivitas serta hal-hal rutin dimana jasa

dihasilkan dan disampaikan pada konsumen, dimana objektif utama dari

pemasaran adalah mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar. Oleh

karena itu jasa harus didesain untuk memenuhi keinginan tersebut (Lupiyoadi,

2011:64).

7. Bukti fisik

Bukti fisik merupakan suatu hal yang nyata yang turut mempengaruhi

konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang

ditawarkan.Bukti fisik ini sangat mempengaruhi image suatu jasa wisata,

dimana dari Bukti fisik, konsumen akan mengidentifikasi dan membandingkan

dengan jasa lain (Yazid, 2005:99).

Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya brosur paket liburan

yang atraktif dan memuat foto lokasi liburan dan tempat menginap; penampilan

staf yang rapi dan sopan; seragam pilot dan pramugari yang mencerminkan

kompetensi mereka; dekorasi internal dan eksternal bangunan yang atraktif

contohnya, banyak rumah sakit khusus anak dan ruang praktik dokter anak

yang didekor dengan nuansa anak-anak dengan harapan agar anak-anak tidak

takut sewaktu diperiksa dokter; ruang tunggu yang nyaman; dan lain-lain

(Tjiptono 2014:43).Unsur-unsur yang termasuk didalam sarana fisik antara lain

lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo,

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

17

warna dan barang-barang lainya yang disatukan dengan service yang di berikan

seperti tiket, sampul, label, dan lain sebagainya.

2.3 Jasa

2.3.1 Pengertian Jasa

Jasa dapat didefinisikan sebagai “setiap tindakan atau perbuatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan

sesuatu” (Kotler & Keller, 2012). Walaupun demikian, produk jasa bisa

berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.Maksudnya, ada produk jasa

murni (seperti child care, konsultasi psikologi, dan konsultasi mnajemen), ada

pula jasa yang membutuhkan produk fisik sebagai persyaratan utama misalnya

kapal untuk angkutan laut, pesawat dalam jasa penerbangan, dan makanan di

restoran (Tjiptono 2014:26).

2.3.2 Karakteristik Jasa

Berbagai riset dan literature pemasaran jasa mengungkap bahwa jasa

memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan

berdampak pada cara memasarkannya. Secara garis besar, karakteristik

tersebut terdiri dari intangibility, inseparability, variability/heterogeneity,

perishabiilty, dan lack of ownership, berikut penjalasannya (Tjiptono

2014:28):

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

18

1. Tidak berwujud (Intangibility)

Jasa berbeda dengan barang.Bila barang merupakan suatu obyek,

alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan,

pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab

itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba

sebelum dibeli dan dikonsumsi sehingga ketidakpastian dalam

pembelian jasa relatif tinggi dikarenakan terbatasnya search

qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli

sebelum pembelian dilakukan.

2. Tidak dapat dipisahkan (Insperability)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.

Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian

diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3. Berubah-ubah (Variability)

Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-standardized

output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis,

tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi.

4. Kurangnya daya tahun (Perishabiilty)

Perishabiilty berarti bahwa jasa tidak tahan lama dan tidak dapat

disimpan. Kursi pesawat yang kosong kamar hotel yang tidak

dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan

berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

5. Tidak dapat dimiliki (Lack of ownership)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

19

Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan

barang.Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas

penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya.Mereka bisa

mengkonsumsi, menyimpan, atau menjualnya. Di lain pihak, pada

pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal

atas suatu jasa untuk waktu yang terbatas misalnya kamar hotel,

bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan.

2.4 Asuransi

2.4.1 Pengertian Asuransi

Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian

kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-

kerugian besar yang belum pasti (Salim, 2007:1). Perumusan tersebut,

dapat ditarik kesimpulan bahwa, orang bersedia membayar kerugian yang

sedikit untuk masa yang sekarang, agar bisa menghadapi kerugian-

kerugian besar yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

Bentuk-bentuk asuransi dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Asuransi Kerugian (Asuransi Umum), Yaitu mengenai hak milik,

kebakaran dan lain-lain.

2. Asuransi Varia (Marine Insurance) seperti : asuransi kecelakaan,

asuransi mobil dan pencurian.

3. Asuransi Jiwa (Life Insurance) yaitu yang menyangkut kematian,

sakit, cacat, dan lain-lain.

Penulis pada penelitian memfokuskan pembahasannya pada asuransi

jiwa.Pengertian asuransi jiwa menurut (Salim 2007:25) adalah asuransi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

20

yang bertujuan menanggung orang terhadap finansial tak terduga yang

disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu

lama.Di sini terlukis bahwa, dalam asuransi jiwa, resiko yang dihadapi

ialah resiko kematian dan resiko hidup seseorang terlalu lama.

2.4.2 Fungsi Asuransi Jiwa

Fungsi Asuransi Jiwa :

1. Tujuan pertanggungan jiwa ialah mengadakan jaminan bagi

masyarakat, yaitu mengambil alih semua beban resiko dari tiap-tiap

individu. Bilamana ditanggung sendiri akan terlalu berat, maka

lebih baik dipindahkan kepada asuransi jiwa. Untuk mengambil alih

resiko dari masyarakat itu, oleh perusahaan asuransi dipungut suatu

pembayaran yang relatif lebih rendah (pembayaran premi).

2. Perusahaan asuransi mempunyai tugas lain bila dilihat dari sudut

pembangunan (economic development), yaitu sebagai suatu

lembaga yang mengumpulkan dana (funds/premium) dan dana

tersebut dapat diinvestasikan dalam lapangan dan pembangunan

ekonomi seperti industri-industri, perkebunan, dan lain-lain.

Dengan jalan demikian, adanya asuransi bisa untuk membangun

perekonomian nasional.

3. Dari sudut pandang employment (pekerjaan), perusahaan asuransi

member bantuan pada publik, yaitu member kesempatan bekerja

kepada buruh-buruh/pegawai-pegawai untuk memperoleh income

guna kelangsungan hidup mereka sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

21

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tetang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan

secara teoritis peraturan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara

teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan

dependen.Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,

maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam

penelitian.Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke

dalam bentuk paradigma penelitian.Oleh karena itu pada setiap

penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir

(Sugiyono 2010:60).

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

22

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir

Sumber: Data Diolah, 2016.

Produk (Product): a. Keragaman produk b. Kualitas produk c. Ciri d. Nama merek e. Garansi f. Imbalan

PT. Asuransi Jiwasraya Medan

Pengumpulan data berupa informasi 7p

Strategi pemasaran yang diterapkan

Analisis bauran pemasaran berdasarkan teori Philip Kotler

Produk (Product): a. Keragaman produk b. Kualitas produk c. Imbalan

Harga (Price): a. Daftar harga

Promosi (Promotion): a. Periklanan b. Promosi penjualan

Tempat (Place): a. Saluran pemasaran b. Cakupan pasar c. Lokasi

Orang (People): a. Rekrutmen b. Pelatihan

Bukti fisik (Physical evidence): a. Bangunan fisik

Proses (Process): a. Prosedur b. Mekanisme

Bukti fisik (Physical evidence)

Promosi (Promotion)

Orang (People)

Produk (Product) Harga (Price)

Tempat (Place)

Proses (Process)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

23

Dalam penelitian ini penulis meneliti di PT. Asuransi Jiwasraya

Medan, penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan penulis

mengumpulkan informasi dari informan dengan melakukan wawancara,

observasi, dan dokumentasi terlebih dahulu, kemudian proses penyusunan

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi yaitu dengan menggunakan penyajian data (data display)

seperti peneliti merangkumkan hasil pencarian informasi berdasarkan

bauran pemasaran (Produk (Product), Harga (Price), Promosi

(Promotion), Tempat (Place), Orang (People), Proses (Process), Bukti

fisik (Physical evident). Setelah Peneliti menganalisa bauran pemasaran

yang diterapkan oleh PT. Asuransi Jiwasraya Medan, kemudian akan

disesuaikan denganmengunakan teori Philip Kotler untuk mengevaluasi

strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT.Asuransi Jiwasraya Medan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian

berhubungan dengan strategi bauran pemasaran terhadap jasa.beberapa

penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Salman Hasibuan

(2014) yang meneliti tetang "Strategi Pengembangan Bisnis Jasa

Angkutan (Studi Pada CV. Batang Pane Baru, Jalan

Sisingamangaraja Medan)". Hasil penelitian menunjukkan bahwa

diperoleh nilai IFAS dan EFAS usaha yang akan digunakan ke

dalam matriks internal eksternal (IE). Pilihan strategi yang dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

24

digunakan oleh usaha adalah melakukan pengembangan pasar,

penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan

teknologi.

2. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Gidieon M Sihombing

(2016) yang meneliti tetang "Analisis Bauran Pemasaran Dalam

Persaingan Usaha (Studi Kasus Pada CounterHandphone Di

Sekitaran Jalan Sisingamangaraja Kec. Sidikalang, Kab. Dairi)".

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap usaha

counterhandphone memiliki kekuatan dan kelemahan masing –

masing dalam setiapstrategi bauran pemasaran dalam

meningkatkan persaingan usaha. Tiara Ponselmemiliki kekuatan

produk, harga dan lokasi distribusi dan memiliki

kelemahandalam promosi, Gakomsel masih memiliki kelemahan

dalam bidang strategipemasaran dan Amin Ponsel memiliki

kekuatan strategi produk, promosi dan lokasi serta memiliki

kelemahan pada strategi harga.

3. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Septi Wulan yang

meneliti tetang "Analisis Strategi Bauran Pemasaran Racun Tikus

Pada PT. Hetts Biolestari Medan". Hasil penelitian menunjukkan

bahwa strategi produk, harga, tempat, dan promosi pada PT.

Hetts Biolestari telah berjalan sebagaimana mestinya. Hanya saja

terdapat beberapa kekurangan seperti kurang efektifnya waktu

pembasmian hama tikus , menambah promosi yang ada, serta

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

25

menambah sarana transportasi untuk memudahkan pengiriman

barang.

4. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Leavanny Laurie S

(2015) yang meneliti tetang "Analisis Bauran Pemasaran Dalam

Meningkatkan Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada

Trias Tambun Kabanjahe". Hasil penelitian menunjukkan bahwa

strategi bauran pemasaran Trias Tambunmencakup penggunaan

ATBM dalam menghasilkan produk yang memiliki cirikhas dari

pesaing, penetapan harga di atas harga pasar, penggunaan

promosimouth to mouth, serta penggunaan distribusi secara

langsung. Penjualan kaintenun tradisional Karo memiliki

kenaikan 1-1,5% per tahun dengan estimasipenjualan yang tidak

optimal sebesar 2,75% untuk 2011- 2014. Peranan

bauranpemasaran dalam meningkatkan penjualan kain tenun

tradisional Karo pada TriasTambun dapat diterapkan melalui

strategi SO yakni : (1) peningkatan kemampuanSDM, (2)

penggunaan media sosial sebagai sarana promosi, (3) inovasi

produkberupa fashion, dan (4) membuka gerai penjualan di luar

Kabanjahe.

5. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh Rouly Novalyna Sirait

(2013) yang meneliti tetang "Strategi Bisnis Jasa Transportasi

Pada CV. Sartika Group Medan". Hasil penelitian menunjukkan

bahwaCV. Sartika Group Medan berada pada posisi kompetitif

serta kondisi perusahaan sedang dalam kondisi tumbuh dan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pemasaran

26

membangun, sehingga alternatif strategi yang perlu diterapkan

yaitu strategi ST. Dari penerapan strategi ST dan berdasar

matriks SPACE maka yang perlu diprioritaskan oleh CV. Sartika

Group Medan dalam menghadapi persaingan yang semangkin

ketat yaitu penerapan strategi pengembangan pasar, prioritas

kedua yaitu strategi pengembangan produk, selanjutnya yaitu

strategi integrasi kedepan, belakang, dan horizontal, serta

penerapan strategi penetrasi pasar.

Universitas Sumatera Utara