77713852 efusi pleura

12
Efusi pleura Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya dipisahkan oleh selapis tipis cairan serosa. Lapisan tipis cairan ini memperlihakan adanya keseimbangan antara transudasi dai kapiler-kapiler pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral dan parietal, dan saluran getah bening. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan atau gangguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1,015 dan kadar proteinnya kurang dari 3%; eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi, karena banyak mengandung sel. Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Empiema yang tak ditangani dengan drainase yang baik dapat membahayakan rangka toraks. Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini dikenal dengan nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas, dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat di bawahnya. Pembedahan pengupasan yang dikenal sebagai dekortikasi, kadang- kadang perlu dilakukan guna memisahkan membran-membran pleura tersebut. Istilah hemotoraks dipakai untuk menyatakan perdarahan sejati ke dalam rongga pleura dan tidak dimaksudkan untuk menyatakan efusi pleura yang berdarah. Trauma merupakan penyebab tersering dari hemotoraks. Duktus torasikus dapat juga menyalurkan getah bening ke dalam rongga pleura sebagai akibat trauma atau keganasan, keadaan ini dikenal dengan nama kilotoraks.

Upload: vevi-varcety

Post on 22-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

klk

TRANSCRIPT

Page 1: 77713852 Efusi Pleura

Efusi pleura

Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya

dipisahkan oleh selapis tipis cairan serosa. Lapisan tipis cairan ini memperlihakan adanya

keseimbangan antara transudasi dai kapiler-kapiler pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral

dan parietal, dan saluran getah bening. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk

penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat.

Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung

kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari

pembuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti pada penyakit

hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura hidrotoraks. Cairan pleura

cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat disebabkan

oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan

atau gangguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat dari kadar protein

yang dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1,015 dan

kadar proteinnya kurang dari 3%; eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih

tinggi, karena banyak mengandung sel.

Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema

disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan

komplikasi dari pneumonia, abses paru, atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura.

Empiema yang tak ditangani dengan drainase yang baik dapat membahayakan rangka toraks.

Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa antara

pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini dikenal dengan nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks

meluas, dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang

terdapat di bawahnya. Pembedahan pengupasan yang dikenal sebagai dekortikasi, kadang-

kadang perlu dilakukan guna memisahkan membran-membran pleura tersebut.

Istilah hemotoraks dipakai untuk menyatakan perdarahan sejati ke dalam rongga

pleura dan tidak dimaksudkan untuk menyatakan efusi pleura yang berdarah. Trauma

merupakan penyebab tersering dari hemotoraks. Duktus torasikus dapat juga menyalurkan

getah bening ke dalam rongga pleura sebagai akibat trauma atau keganasan, keadaan ini

dikenal dengan nama kilotoraks.

Page 2: 77713852 Efusi Pleura

Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan

protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat

sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan

osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial

masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar

pleura.

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan.

Bila proses radan oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi

empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat

menyebabkan hemotoraks.

Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura parietalis

sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma

dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema.

Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer

paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum,

hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis

paru dan pneumotoraks.

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas

kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau

kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis

eksudativa yang paling sering adalah karena mikobkaterium tuberkulosis dan dikenal sebagai

pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit (amuba,

paragonimiosis, ekinokokkus), jamur, pneumonia atipik (virus, mikoplasma, fever,

legionella), keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid,

sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat

radiasi.

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik yang

teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura.

Foto toraks (X Ray)

Page 3: 77713852 Efusi Pleura

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan

seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial. Bila

permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut

yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan

antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu

pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi

gravitasi.

Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena terperangkap atau

terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang berbatasan

dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai efusi subpulmonik.

Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma yang terangkat. Jika

terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung menunjukkan efusi

subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi subpulmonik sering terlihat

sebagai bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan dengan diafragma kanan. Untuk

jelasnya bisa dilihat dengan foto dada lateral dekubitus, sehingga gambaran perubahan efusi

tersebut menjadi nyata.

Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk mengelilingi lobus paru (biasanya

lobus kanan) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus, bisa juga

mengumpul di daerah paramediastinal dan terlihat dalam foto sebagai fisura interlobaris, bisa

juga terdapat secara paralel dengan sisi jantung, sehingga terlihat sebagai kardiomegali.

Cairan seperti empiema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat adalah

sebagai bayangan dengan densitas keras di atas diafragma, keadaan ini sulit dibedakan

dengan tumor paru.

Hal lain yang dapat terlihat dari foto dada pada efusi pleura adalah terdorongnya

mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Di samping itu gambaran foto dada

dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang

membesar, adanya massa tumor, adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia

atau abses paru.

Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan

dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat membentu sebagai penuntun waktu melakukan

aspirasi cairan terutama pada efusi yang terlokalisasi. Pemeriksaan CT scan/dada dapat

membantu. Adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat

memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Pemeriksaan ini tidak banyak

dilakukan karena biayanya masih mahal.

Page 4: 77713852 Efusi Pleura

Torakosentesis

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis)berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun

terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi

dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum

abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500

cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari pada satu kali

aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut.

Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlallu cepat. Mekanisme

sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang

tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang

abnormal.

Komplikasi torakosentesis adalah: pneumotoraks (ini yang paling sering udara masuk

melalui jarum), hemotoraks (karena trauma pada pembuluh darah interkostalis) dan emboli

udara yang agak jarang terjadi.

Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri

dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke

vena pulmonalis, sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini terjadi

emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien dibaringkan pada sisi kiri di bagian bawah,

posisi kepala lebih rendah dari leher, sehingga udara tersebut dapat terperangkap di atrium

kanan. Menegakkan diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :

Warna cairan. Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (serous-

santokrom). Bila agak kemerah-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan

adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ni menunjukkan

adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukkan adanya abses karena amuba.

Page 5: 77713852 Efusi Pleura

Biokimia. Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Perbedaan Biokimia Efusi PleuraTransudat Eksudat

Kadar protein dalam efusi (g/dl) <3 >3Kadar protein dalam efusi <0,5 >0,5Kadar Protein dalam serum

Kadar LDH dalam efusi (I.U)

Kadar LDH dalam efusi

<200

<0,6

>200

>0,6Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan efusi

Rivalta

<1,016

Negatif

>1,016

Positif

Di samping pemeriksaan tersebut di atas, secara biokimia diperiksa juga cairan pleura :

• Kadar ph dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artritis

reumatoid dan neoplasma.

• Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis adenokarsinoma.

Transudat. Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah

transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan

koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan

melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.

Biasanya hal ini terjadi pada: 1). Meningkatnya tekanan kapiler sistemik, 2).

Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, 3). Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam

pleura, 4). Menurunnya tekanan intra pleura.

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah: 1). Gagal jantung kiri

(terbanyak), 2). Sindrom nefrotik, 3). Obstruksi vena cava superior, 4). Asites pada sirosis

hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk melalui saluran getah bening), 5).

Sindrom Meig (asites dengan tumor ovarium), 6). Efek tindakan dialisis peritoneal, 7). Ex

vacuo effusion, karena pada pneumotoraks, tekanan intra pleura menjadi sub-atmosfir

sehingga terdapat pembentukan dan penumpukan transudat.

Eksudat. Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang

permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein

transudat. Terjadinya perubahan permeabilitas membran adalah karena adanya peradangan

Page 6: 77713852 Efusi Pleura

pada pleura: infeksi, infark paru atau neoplasma. Protein yang terdapat dalam cairan pleura

kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini

(misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan konsentrasi protein

cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Sitologi

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura,

terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel tertentu.

• Sel neutrofil: menunjukkan adanya infeksi akut.

• Sel limfosit: menunjukkan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau

limfoma maligna.

• Sel mesotel: bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan adanya infark paru.

Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.

• Sel mesotel maligna: pada mesotelioma.

• Sel-sel besar dengan banyak inti: pada artritis reumatoid.

• Sel L.E: pada lupus eritematosus sistemik.

• Sel maligna: pada paru/metastase.

Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme,

apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat

mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan

dalam cairan pleura adalah: Pneumokokkus, E. Coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.

Pleuritis tuberkulosa, biakan cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan

yang positif sampai 20%-30%.

Biopsi pleura

Pemeriksaan histopatologi satu atua beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50-

75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila ternyata hasil biopsi

pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Komplikasi biopsi

adalah pneumotoraks, hematotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

Pendekatan pada Efusi yang Tisak Terdiagnosis

Page 7: 77713852 Efusi Pleura

Analisa terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang tidak dapat

menegakkan diagnosais. Dianjurkan aspirasi dan analisisnya diulang kembali sampai

diagnosis menjadi jelas. Efusi yang menetap dalam waktu empat minggu dan kondisi pasien

tetap stabil, siklus pemeriksaan sebaiknya diulang kembali.

Jika fasilitas kemungkinan dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti: 1).

Bronkoskopi, pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum dalam paru, abses paru dan

dilakukan beberapa biopsi, 2). Scanning isotop, pada kasus-kasus dengan emboli paru, 3).

Torakoskopi (fiber-optic pleuroscopy), pada kasus-kasus dengan neoplasma atau tuberkulosis

pleura.

Cara: dilakukan sedikit insisi pada dinding dada (dengan risiko kecil terjadinya

pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan

supaya bisa melihat kedua pleura.

Di eropa terdapat ±20% kasus efusi pleura yang tak dapat terdiagnosis bahkan juga

setelah penyelidikan yang intensif. Kasus ini dianggap sebagai neoplasma atau penyakit

kolagen pada negara-negara dengan populasi tuberkulosis yang tinggi, efusi pleura yang tetap

tidak terdiagnosis (terutama pada anak-anak dan dewasa muda) dianggap sebagai pleuritis

tuberkulosis dan diberi terapi dengan obat anti tuberkulosa.

Pengobatan Efusi Pleura

Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui sela

iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokular, perlu

tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi

atau larutan antiseptik (betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya segera diberikan,

tetapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi pleura

maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan pleura

parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai) bleomisin,

korinebakterium parvum, Tio-tepa, 5 Fluorourasil.

Prosedur Pleurodesis

Pipa selang dimasukkan pada ruang antar iga dan cairan efusi dialirkan ke luar secara

perlahan-lahan. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar, masukkan 500 mg tetrasiklin

(biasanya oksitetrasiklin) yang dilarutkan dalm 20 cc garam fisiologis ke dalam rongga

pleura, selanjutnya diikuti dengan 20 cc garam fisiologis. Kunci selang selama 6 jam dan

Page 8: 77713852 Efusi Pleura

selama itu pasien diubah-ubah posisinya, sehingga tetrasiklin dapat didistribusikan kesaluran

rongga pleura. Selang antar iga kemudian dibuka dan cairan dalam rongga pleura kembali

dialirkan keluar sampai tidak ada lagi yang tersisa. Selang kemudian dicabut. Jika dipakai zat

korinebakterium parvum, masukkan 7 mg yang dilarutkan dalam 20 cc garam fisiologis

dengan cara seperti tersebut diatas. Komplikasi tindakan pleurodesis ini sedikit sekali dan

biasanya berupa nyeri pleuritik atau demam.

PENYAKIT-PENYAKIT DENGAN EFUSI PLEURA

Pleuritis Karena Virus dan Mikoplasma

Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak banyak

dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis virusnya adalah: echo virus, Coxsackie

group, chlamidia, rickettsia dan mikoplasma.

Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100 – 6.000 per cc. Gejala

penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut.

Kadang-kadang ditemukan juga gejala-gejala perikarditis. Diagnosis ditegakkan dengan

menemukan virus dalam cairan efusi, tapi cara termudah adalah dengan mendeteksi antibodi

terhadap virus dalam cairan efusi.

Pleuritis karena bakteri piogenik

Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan

menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding dada atau

esofagus.

Aerob : Streptokokus pneumonia, Streptokokus mileri, Stafilokokus aureus, Hemophilus sp,

Klebsiella, Pseudomonas sp.

Anaerob : Bakteroides sp, Peptostretokokus, Fusobakterium. Pemberian kemoterapi dengan

Ampisilin 4 x 1 gram dan Metronidazol 3x500 mg hendaknya sudah dimulai sebelum kultur

dan sensitivitas bakteri didapat. Terapi lain yang lebih penting adalah mengalirkan cairan

efusi yang terinfeksi tersebut keluar dari rongga pleura dengan efektif.

Pleuritis tuberkulosa

Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan bersifat eksudat.

Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui fokus subpleura

yang roberk atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan

Page 9: 77713852 Efusi Pleura

ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau kolumna vertebralis

(menimbulkan penyakit paru Pott). Dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi

pleura hemoragik. Jumlah leukosit antara 500 – 2.000 per cc. Mula-mula yang dominan

adalah sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit. Cairan efusi sangat sedikit

mengandung kuman tuberkulosis, tapi adalah karena reaksi hipersensitivitas terhadap

tuberkuloprotein. Pada dinding pleura dapat ditemukan adanya granuloma.

Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberkulosis dalam cairan efusi (biakan)

atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana frekuensi tuberkulosis paru

tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena

pleuritis tuberkulosa walaupun tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsi jaringan

pleura.

Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan

cara pemberian obat seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan ini menyebabkan

cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkan eksudat ini dengan cepat dapat

dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-kadang

dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik. (Prednison 1 mg/kg BB selama 2 minggu

kemudian dosis diturunkan secara perlahan).

Pleuritis fungsi

Pleuritis karena fungsi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungsi dari

jaringan paru. Jenis fungsi penyebab pleuritis adalah: Aktinomikosis, Koksidiomikosis,

Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmolisis, Blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi

pleura adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungsi.

Penyebaran fungsi ke organ tubuh lain amat jarang. Pengobatan dengan AmfoterisinB

memberikan respons yang baik. Prognosis penyakit ini relatif baik.

Pleuritis parasit

Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah amuba. Bentuk

tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru dan

rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan yang ditimbulkannya.

Di samping ini dapat juga terjadi empiema karena amuba yang cairannya berwarna khas

merah coklat. Disini parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi dari parenkim hati. Bisa

juga karena adanya robekan dinding abses amuba pada hati ke arah rongga pleura. Efusi

parapneumonia karena amuba dari abses hati lebih sering terjadi daripada empiema amuba.

Page 10: 77713852 Efusi Pleura

Efusi pleura karena kelainan intra abdominal

Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dari peradangan yang terdapat di

bawah diafragma seperti pankreas atau eksaserbasi akut pankreatitis kronik, abses ginjal,

abses hati dan abses limpa.

Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah

karena berpindahnya cairan yang mengandung enzim pankreas ke rongga pleura melalui

saluran getah bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa, tapi kadang-kadang bisa juga

hemoragik. Kadar amilase dalam efusi lebih tinggi daripada dalam serum.

Efusi pleura juga sering setelah 48-72 pasca operasi abdomen seperti splenektomi,

operasi terhadap obstruksi intestinal atau pasca operasi atelektasis. Biasanya terjadi unilateral

dan jumlah efusi tidak banyak (lebih jelas terlihat pada foto lateral dekubitus). Cairan

biasanya bersifat eksudat dan mengumpul pada sisi operasi, efusi pleura operasi biasanya

bersifat maligna dan kebanyakan akan sembuh secara spontan.

Efusi pleura neoplasma

Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan umumnya

menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling sering banyak ditemukan adalah sesak napas

dan nyeri. Gejala lain adalah akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun dilakukan

torakosentesis berkali-kali.

Efusi bersifat eksudat, tapi sebagian kecil (10%) bisa sebagai transudat. Warna efusi

bisa sero-santokrom ataupun hemoragik (terdapat lebih dari 100.000 sel eritrosit per cc). Di

dalam cairan ditemukan sel-sel limfosit (yang dominan) dan banyak sel mesotelial.

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan efusi atau biopsi pleura parietalis sangat

menentukan diagnosis terhadap jenis-jenis neoplasma. Terdapat beberapa teori tentang

timbulnya efusi pleura neoplasma yakni:

• Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air

dan protein.

• Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan

getah bening, sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkancairan dan protein.

• Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul

hipoproteinemia.

Page 11: 77713852 Efusi Pleura

Efusi pleura karena karena neoplasma biasanya unilateral, tetapi bisa juga bilateral karena

obstruksi saluran getah bening, adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan

dari rongga pleura via diafragma. Keadaan efusi pleura dapat bersifat maligna. Keadaan ini

ditemukan 10-20% karsinoma bronkus, 8% dari limfoma maligna dan leukemia. Jenis-jenis

neoplasma yang menyebabkan efusi pleura adalah:

Mesotelioma. Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura. Tumor ini jarang

ditemukan, bila tumor masih terlokalisasi, biasanya tidak menimbulkan efusi pleura, sehingga

dapat digolongkan sebagai tumor jinak. Sebaliknya bila ia tersebar (difus) digolongkan

sebagai tumor ganas karena dapat menimbulkan efusi pleura yang maligna.

Karsinoma bronkus. Jenis karsinoma ini adalah yang terbanyak menimbulkan efusi pleura.

Tumor bisa ditemukan dalam permukaan pleura karena penjalaran langsung dari paru-paru

melalui pembuluh getah bening. Efusi dapat juga terjadi tanpa adanya pleura yang terganggu,

yakni dengan cara obstruksi pneumonitis atau menurunnya aliran getah bening. Terapi

operasi terhadap tumornya masih dapat dipertimbangkan, tetapi bila pada pemeriksaan

sitologi sudah ditemukan cairan pleura, pasien tidak dapat dioperasi lagi. Untuk mengurangi

keluhan sesak napasnya dapat dilakukan torakosentesis secara berulang-ulang. Tapi sering

timbul lagi dengan cepat, seaiknya dipasang pipa torakotomi pada dinding dada (risikonya

timbul empiema). Tindakan lain untuk mengurangi timbulnya lagi cairan adalah dengan

pleurodesis, memakai zat-zat seperti tetrasiklin, talk, sitotastika, kuinakrin.

Neoplasma metastatik. Jenis-jenis neoplasma yang sering bermetastasis ke pleura dan

menimbulkan efusi adalah: karsinoma payudara (terbanyak), ovarium, lambung, ginjal,

pankreas dan bagian-bagian organ lain dalam abdomen.

Efusi dari pleura yang terjadi dapat bilateral. Gambaran foto toraks mungkin tidak

terlihat bayangan metastasis di jaringan paru, karena implantasi tumor dapat mengenai pleura

viseralis saja.

Pengobatan terhadap neoplasma metastatik ini sama dengan karsinoma bronkus yakni

dengan kemoterapi dan penanggulangan terhadap efusi pleuranya.

Limfoma maligna. Kasus-kasus limfoma maligna (non-Hodgkin dan Hodgkin) ternyata 30%

bermetastasis ke pleura dan juga menimbulkan efusi pleura. Di dalam cairan efusi tidak selalu

terdapat sel-sel ganas seperti pada neoplasma lainnya. Biasanya ditemukan sel-sel limfosit

Page 12: 77713852 Efusi Pleura

karena sel ini ikut dalam aliran darah dan aliran getah bening melintasi rongga pleura. Di

antara sel-sel yang ganas limfoma malignum.

Terdapat beberapa jenis efusi berdasarkan penyebabnya yakni:

• Bila efusi tejadi dari implantasi sel-sel limfoma dan permukaan pleura, cairannya

adalah eksudat, berisi sel limfosit yang banyak dan sering hemoragik.

• Bila efusi pleura terjadi karena obstruksi saluran getah bening, cairannya bisa

transudat atau eksudat dan ada limfosit.

• Bila efusi terjadi karena obstruksi duktus torasikus, cairannya akan berbentuk kilus.

• Bila efusi terjadi karena infeksi pleura dan pasien limfoma maligna karena

menurunnya resistensi terhadap infeksi, efusi akan berbentuk empiema akut atau

kronik.

Seperti pada neoplasma lainnya, efusi pleura yang berulang (efusi maligna) pada limfoma

maligna kebanyakan tidak responsif terhadap tindakan torakostomi san instilasi dengan

beberapa zat kimia. Keadaan dengan efusi maligna ini mempunyai prognosis yang buruk.