77439115-istanto
DESCRIPTION
77439115-istanto-5353084144.pdfTRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
SISTEM PENGGERAK PADA KERETA REL LISTRIK
DI UPT BALAI YASA MANGGARAI
PT. KERETA API ( Persero )
DISUSUN OLEH :
ISTANTO NRM : 5353084144
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul :
Sistem Penggerak Pada Kereta Rel Listrik (KRL)
Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada program Studi Diploma
III Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta disetujui untuk
diajukan dalam seminar Praktik Kerja Lapangan.
Jakarta,Oktober 2011
Dosen Pembimbing
Imam Maher, S.PD, MPd
LEMBAR PENGESAHAN (I)
Laporan PKL ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Industri/Instruktur
Rahmat
Supervisor
Mengetahui,
Pimpinan Perusahaan/Industri
Dodi Haryadi
Assistant Manager
LEMBAR PENGESAHAN (II)
Judul : Sistem Penggerak Pada KRL
Nama : Istanto
No. Reg. : 5353084144
Dosen Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tanggal
................................... ....... .......…............ .....................
NIP................................
Dosen Penguji
Nama Tanda Tangan Tanggal
……………………... .. ……………… ….…………
NIP…………………...
……………………... .. ……………… ..……….......
NIP…………………...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberi taufiq dan hidayah-Nya serta kemampuan kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan pembuatan laporan ini dengan lancar. Adapun
tujuan pembuatan laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah
Praktek Kerja Lapangan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini baik isi maupun
bentuknya masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Untuk itu penulis tidak menolak segala masukan dalam bentuk saran
dan ktitik yang bersifat membangun semua pihak yang telah membaca laporan ini
sehingga mutu dan kualitasnya dapat ditingkatkan.
Sesungguhnya laporan ini tidak akan penulis selesaikan tanpa bantuan
informasi, bimbingan, arahan dan bantuan yang didapatkan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memungkinkan terwujudnya penulisan laporan ini. Dalam
kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Orang tua serta anggota keluarga penulis yang selalu memberikan doa,
dorongan moril, materil dan spiritual setiap waktu.
2. Bapak Drs. Agus Dudung, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT-
UNJ
3. Bapak Drs. Syamsuir, MT , selaku Ketua Program Studi D-III Teknik
Mesin FT-UNJ
4. Bapak Drs. Tri Bambang AK., selaku Koordinator PKL Jurusan Teknik
Mesin FT-UNJ
5. Bapak Dodi Haryadi Selaku Ass.Manager Perawatan tahunan di Dipo
Depok.
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu penulis dalam
memberikan semangat serta saran demi terlaksana dan selesainya
penulisan laporan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan masih perlu disempurnakan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan untuk meningkatkan hasil kerja
penulis di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Terima
kasih.
Jakarta, September 2011
Penulis
(ISTANTO)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………...…………………... ii
KATA PENGANTAR………………………………….…………...... iv
DAFTAR ISI………………………………………..………..……...... vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………..... ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………. X
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Profil/ Data Umum Perusahaan/ Industri…… 1
1.2 Lingkup Pekerjaan PKL……………………… 5
1.3 Jadual Pelaksanaan PKL………………….… 6
BAB II PELAKSANAAN PKL
2.1 Perancanaan Pekerjaan ………………..……. 7
2.2 Pelaksanaan Pekerjaan……………..………... 9
BAB III ANALISIS PEKERJAAN
3.1 Analisis Pekerjaan……………..………..…….. 13
3.2 Hambatan dan Solusi Pekerjaan………..…… 35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………… 39
4.2 Saran………………………………………....... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Kereta Rel Listrik Pertama (Lokomotif listrik ESS 3201 . . . . . . .1
Gambar 3.1 : Skema Pantograph pada KRL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
Gambar 3.2 : Pantograph tipe Single Arm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
Gambar 3.3 : Pantograph tipe Diamond Shaped . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
Gambar 3.4 : Model gerbong berdasarkan prinsip penggerak . . . . . . . . . . . . . 19
Gambar 3.5 : Sistem penggerak motor DC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .21
Gambar 3.6 : Rangkaian control untuk pasokan DC ke DC motor . . . . . . . . . .21
Gambar 3.7 : Sistem penggerak motor AC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22
Gambar 3.8 : Sistem GTO – VVVF untuk LAA arus bolak – balik . . . . . . . . .23
Gambar 3.9 : Jaringan Saluran Atas (Catenary) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .24
Gambar 3.10 : Sistem Kelistrikan KRL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
Gambar 3.11 : Peralatan Traksi pada KRL Holec Ridderkreck . . . . . . . . . . . . . 29
Gambar 3.12 : Sistem konfigurasi elektrikal KRL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30
Gambar 3.13 : Blok diagram system inverter SIV . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .31
Gambar 3.14 : Empat buah motor traksi yang dipasang secara parallel . . . . . . .32
Gambar 3.15 : Sistem VVVF inverter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Catatan kegiatan selama PKL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
Tabel 3.1 Hambatan dan solusi pada sistem pengereman KRL . . . . . . . .. . .37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Profil Perusahaan
Hoofd – Werkplaatsen Te Manggarai dibangun pada tahun 1920 oleh
perusahaan Kereta Api Belanda SS (Staat Spoor Wagen) yang beralamat di Jl.
Bukit Duri Utara No. 1 Manggarai – Jakarta Selatan, dengan tugas melakukan
perawatan pada semua sarana seperti lokomotif uap, lokomotif listrik dan gerbong
barang. Kini sesuai dengan perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maka
tugas perawatan sarana di Unit Pelaksana Teknis Balai Yasa Manggarai
dikhususkan pada kerata penumpang dan Kereta Rel Listrik (KRL), seiring
dengan meningkatnya jumlah dan jenis kereta serta KRL.
1.1.1 Sejarah Kereta Rel Listrik ( KRL )
Kereta rel listrik (KRL), merupakan kereta rel yang bergerak
dengan sistem propulasi motor listrik. Kereta rel listrik berbeda dengan
lokomotif listrik.
Di Indonesia, kereta rel listrik pertama kali dipergunakan untuk
menghubungkan Batavia dengan Jatinegara atau Meester Cornelis pada
tahun 1925. Pada waktu itu digunakan rangkaian kereta rel listrik sebanyak
dua kereta, yang bisa disambung menjadi empat kereta, yang dibuat oleh
Werkspoor dan Heemaf Hengelo.
Pada saat itu ditangani oleh perusahaan Electrische Staats
Spoorwegen (ESS), bagian dari perusahaan Staats Spoorwegen (SS) yang
khusus menangani sarana, prasarana dan operasional kereta listrik di
diBatavia dan sekitarnya. Selain seri 3200, ESS juga membeli beberapa
jenis lokomotif listrik yang lain seperti seri 3000 buatan pabrik SLM
(Swiss Locomotive&Machine works), BBC (Brown Boverie et Cie) dan seri
3100 buatan pabrik AEG (Aligemaine Electricitat Gesellschaft) Jerman
Gambar 1.1: Kereta rel listrik pertama (lokomotif listrik ESS 3201)
Sumber : UPT Balai Yasa Manggarai
Pada tahun 1960-an kereta api dengan tenaga listrik sempat tidak
digunakan selama beberapa tahun karena kondisi mesin lokomotif dan
kereta yang tidak memadai lagi. Pada tahun 1976 pemerintah Indonesia
melalui Departemen Perhubungan mengaktifkan kembali kereta rel listrik
dan PJKA mulai mendatangkan sejumlah kereta rel listrik dari Jepang.
Kereta rel listrik yang kini digunakan di Indonesia dibuat pada tahun 1976,
1978, 1983, 1984, 1986, 1987, 1994, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, dan
2001. Pada saat ini Indonesia menggunakan kereta listrik Rheostatic dari
Jepang, hingga sekarang dengan berbagai kereta dari Asia dan juga buatan
dalam negeri yaitu Kereta Rel Listrik Indonesia tahun pembuatan 2002.
Sedangkan sejarah singkat elektrifikasi jaringan rel di Indonesia
telah dibangun sejak tahun 1923 dan dioperasikan pertama kalinya pada
tahun 1925 untuk wilayah jabodetabek dengan listrik aliran atas
bertegangan 1500 volt DC.1
1.1.2 Tujuan dan Fungsi
Tujuan dari Balai Yasa Manggarai adalah :
Menjamin keamanan dalam perjalanan KRL.
Menjamin berfungsinya peralatan.
Meningkatkan produktivitas sarana.
Memperbaiki kerusakan.
Optimal keandalan.
Menjaga kenyamanan penumpang dalam perjalanan.
Sedangkan fungsi dari Balai Yasa itu sendiri adalah membina,
melatih, menggali ide–ide setiap pegawai Balai Yasa Manggarai
agar menjadi manusia/Negara yang mandiri dalam hal
perkeretaapiaan.
1.1.3 Tugas Pokok
1 Hartono A.S; Majalah KA 60: hal36-hal37.2011
Membuat serta memperbaiki komponen KRL antara lain rem
block, pegas spiral dan suku cadang lainnya.
Melaksanakan perawatan secara periodik perawatan akhir maupun
perawatan non periodik perbaikan pada Kereta Rel Listrik ( KRL ).
Melakukan Modifikasi, renovasi dan rehabilitasi Kereta Rel Listrik
( KRL ).
Perawatan bogi KRL dengan daur ulang perawatan mencapai
250.000 KM
1.1.4 Manajemen Balai Yasa Manggarai Unit KRL
Manajemen Balai Yasa Manggarai terdiri dari 4 kepala unit dan 2
kepala sub bagian yang dipimpin oleh seorang kepala unit pelaksana
traksi.
1.1.5 Fasilitas Balai Yasa Manggarai Unit KRL
Los bangunan KRL 41.5 x 140 M
Panjang trek 3000 M
Pemakaian tenaga listrik 2.810 KVA
Pemakaian air 1.000 m3/ bulan
Suplai angin kompressor 100 m3/ menit
1.1.6 Hari dan Jam Kerja
Hari kerja yang diberlakukan di PT. KERETA API ( Persero )
UPT BALAI YASA MANGGARAI adalah lima hari dalam seminggu,
yaitu hari Senin hingga Jum’at, sedangkan hari Sabtu dan Minggu
ditetapkan sebagai hari libur, kecuali bagi satuan/bagian yang karena
pekerjaannya bersifat khusus, misalnya pengamanan.
Adapun waktunya ialah sebagai berikut:
Senin – Kamis : Jam 07.30 – 16.00
Istirahat : Jam 12.00 – 13.00
Jum’at : Jam 07.30 – 15.30
1.2 Lingkup Pekerjaan PKL
Lingkup pekerjaan PKL untuk tingkat mahasiswa berbeda dengan tingkat
pendidikan sebelumnya. Apabila tingkat pendidikan sebelumnya seperti sekolah
kejuruan adalah ikut bekerja membantu para pekerja yang ada di tempat PKL,
maka berbeda dengan PKL tingkatan mahasiswa. Mahasiswa yang PKL tidak ikut
terjun langsung ke lapangan akan tetapi mereka hanya menganalisa suatu kegiatan
yang dilakukan oleh para karyawan. Mengacu pada buku Pedoman Akademik
Universitas Negeri Jakarta. Praktek Kerja Lapangan (PKL), merupakan kegiatan
yang harus ditempuh oleh mahasiswa Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta
sebagai salah satu syarat kelulusan.
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan diluar kampus yakni pada perusahaan
yang sesuai dengan program studi yang ada di Fakultas Teknik Universitas Negeri
Jakarta. Perusahaan yang dapat dijadikan tempat PKL, antara lain perusahaan
yang telah memiliki sistem administrasi yang tertib dan baik.
1.3 Jadwal Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL mulai dari tanggal 01 November sampai 30 November
2010. Setelah menyelesaikan PKL diharapkan mahasiswa akan memperoleh
pengalaman nyata dari perusahaan, sebagai upaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pada gilirannya akan dapat mengevaluasi
diri, setelah melihat langsung kemajuan teknologi di lapangan, bukan hanya
dari dalam kelas saja. Karena kita harus memahami sistem – sistemnya.
BAB II
PELAKSANAAN PKL
2.1 Perencanaan Pekerjaan
Perencanaan proses kegiatan yang dilakukan di PT. KERETA API UPT
BALAI YASA MANGGARAI.
Tata tertib kerja pada PT. Kereta Api UPT Balai Yasa Manggarai yang harus
dipatuhi adalah sebagai berikut:
• Jam kerja dimulai pukul 07.30.
• Istirahat pukul 12.00 dan mulai bekerja lagi pada pukul 13.00.
• Bagi para peserta PKL tidak diizinkan meninggalkan area pekerjaan tanpa
seizin dari pembimbing lapangan.
• Peserta PKL baru diperbolehkan pulang pada pukul 16.30 WIB.
2.1.1. Menentukan Kajian Kegiatan
Pada saat kegiatan PKL dimulai yang pertama adalah menentukan
kajian kegiatan/observasi, dimana mahasiswa harus menentukan apa tema
yang akan diambil pada saat kegiatan PKL berlangsung.
2.1.2. Briefing Pekerjaan
Briefing pekerjaan ialah sebelum melakukan pekerjaan, semua
karyawan maupun mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL berkumpul
untuk mendapatkan penjelasan tentang perencanaan pekerjaan dan
keselamatan kerja.
2.1.3. Persiapan K3
Setelah melakukan briefing khususnya mahasiswa langsung
melakukan kegiatan observasi, guna mendapatkan data-data yang akurat di
dalam perusahaan tersebut. Melakukan persiapan K3 dimana karyawan
maupun mahasiswa yang PKL di tuntut untuk mematuhi peraturan, agar
tidak terjadi kecelakaan kerja.
2.1.4. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Kebijakan K3 di PT. Kereta Api (Persero) antara lain :
Melakukan training pada karyawan baru.
Melaksanakan perbaikan K3 secara terus menerus sesuai undang-
undang pemerintah.
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kecelakaan
kerja.
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai
berikut :
o Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, dikarenai
penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training.
o Kondisi tempat kerja (environmental aspect) dan pekerjaan yang
tidak aman (unsafe working condition)
o Kelelahan (fatigue)
o Karakteristik pekerjaan itu sendiri,
Secara teknis bagian tubuh manusia yang harus dilindungio sewaktu
bekerja adalah kepala, wajah, mata, telinga, tangan, badan, dan kaki. Untuk
itu penggunaan alat perlindungan diri pekerja sangat penting.
2.2 Pelaksanaan Pekerjaan
Pada saat surat panggilan dari perusahaan telah di terima dan diminta
memenuhi panggilan dari perusahaan, pada saat itulah pelaksanaan pekerjaan
akan dimulai. Sebelum di terjunkan langsung ke lapangan, mahasiswa diberikan
pengetahuan tentang beberapa prosedur yang harus dilakukan dan pengenalan
tentang peraturan yang berlaku di perusahaan tesebut. Selama satu hari dilakukan
proses itu hingga semuanya dapat dipahami dan dipraktikan pada saat di lapangan
nanti. Salah satu hal yang terpenting dimanapun kita berada yaitu keselamatan
kerja di PT. Kereta Api (Persero).
Setelah semua prosedur perusahaan telah dijelaskan oleh instruktur atau
pembimbing lapangan. Peserta PKL akan diperkenalkan langsung ke dalam
lingkungan kerja. Peserta PKL diizinkan untuk mengamati dan mengmbil data
dari apa yang dijadikan bahan pengamatan dengan bantuan dari pembimbing
lapangan yang telah ditunjuk perusahaan.
Setelah waktu yang disediakan perusahaan untuk PKL telah sampai pada
batas akhir, maka disusunlah hasil pengamatan pekerjaan selama di perusahaan
dalam sebuah laporan kerja praktek. Pemilihan judul diambil peserta PKL
berdasarkan apa yang telah dikerjakan dan diamati pada saat pelaksanaan PKL
dengan bimbingan dari pembimbing lapangan dan dosen pembimbing PKL.
Dalam kesempatan ini pokok bahasan yang diambil saat pelaksanaan PKL
dilakukan adalah mempelajari tentang mesin bubut yang digunakan untuk
mengerjakan pembuatan roda Kereta Rangkaian Listrik (KRL). Kegiatan yang
dilakukan selama PKL berlangsung dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Catatan kegiatan selama PKL
No. Hari, Tgl/bln/thn Uraian Kegiatan
1 Senin, 01 November
2010
Pengenalan lingkungan kerja dan penempatan
bagian.
2 Selasa, 02 November
2010
Mendapatkan penjelasan singkat tentang
mesin bubut yang ada.
3 Rabu, 03 November
2010
Mendapatkan penjelasan tentang cara kerja
mesin bubut
4 Jum’at, 05 November
2010
Mendapatkan penjelasan tentang pemasangan
keping roda ke AS roda menggunakan mesin
bubut.
5 Senin, 15 November
2010
Mendapatkan penjelasan tentang pengerjaan
keping roda sesuai dengan standar yang
ditentukan
6 Selasa, 16 November
2010
Menentukan judul laporan yang akan diambil.
7 Jum’at, 19 November
2010
Mempelajari sistem cara kerja mesin bubut
underflour
8 Selasa, 23 November
2010
Mendapat penjelasa tentang kendala-kendala
pada keping roda yang sudah tidak memenuhi
standar
9 Rabu, 24 November
2010
Mempelajari pemeriksaan keping roda
menggunakan mesin bubut
10 Jum’at, 26 November
2010
Mempelajari melepas keping roda
menggunakan mesin bubut
11 Senin, 29 November
2010
Mempelajari pemeriksaan keretakan yang ada
pada AS roda.
12 Selasa, 30 November
2010
Berpamitan kepada seluruh karyawan,
sekaligus mengucapkan terima kasih atas
bimbingannya selama melaksanakan PKL di
PT. Kereta Api.
BAB III
ANALISIS PEKERJAAN
3.1 Analisis Pekerjaan
Sistem penggerak merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam
sistem pengoperasian kereta api, guna melakukan proses kecepatan,
mempertahankan kecepatan (di jalan turunan). Dimana sistem ini memegang
peran yang vital dalam pengoperasian unit KRL dan lokomotif listrik yang
bersangkutan. Terutama yang menyangkut segi kelancaran perjalanan dan agar
sampai tujuan dengan tepat waktu.
Pada prinsipnya sistem penggerak adalah komponen – komponen yang
mendukung kereta rel listrik agar dapat berjalan dengan baik. Dengan
mengaplikasikan sumber listrik yang dialirkan ke kereta agar dapat menggerakan
motor car. Ada dua macam sumber listrik yang biasa digunakan untuk
menggerakkan kereta rel listrik. Ada kereta rel listrik yang menggunakan sumber
listrik AC (Alternating Current), dan ada juga yang menggunakan sumber listrik
DC (Direct Curent).
Dua sumber listrik ini bisa digunakan pada kereta rel listrik. Sumber listrik
DC yang umum digunakan sekitar 1500 Volt, sedangkan untuk kereta super cepat
mengaplikasikan sumber listrik AC hingga 25.000 Volt.
Selain sumber listrik, komponen yang dibutuhkan untuk mendukung sitem
penggerak pada kereta api listrik adalah pantograph. Kegunaan dari pantograph
adalah untuk menyalurkan listrik pada kereta yang berjalan. Ada dua tipe jenis
pantograph, yaitu tipe diamond-shaped, dan tipe single-arm. Kedua jenis tipe
pantograph ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengalirkan listrik dari
sumber listrik diatas menuju konveter kemudian diteruskan ke motor sehingga
kereta rel listrik dapat berjalan.
Pantograph harus bisa kontak secara berkelanjutan dengan konduktor
sumber tanpa cepat aus, dan harus aerodinamis. Karena pantograph dipakai di
kecepatan yang relative tinggi dan terus menurus.
Gambar 3.1: gambar skema pantograph pada kereta rel listrik
Sumber : Hiroshi Hata. 1998. Japan Railway and Transport
3.1.1. Sistem Penggerak Kereta Rel Listrik Rheoostatic
Suatu bagian yang sangat penting pada setiap kendaraan bergerak
adalah sistem penggerak. Penggerak harus dapat menjamin kestabilan
kecepatan kendaraan tersebut pada saat dikehendakinya oleh
pengemudinya. Oleh karena itu, sistem penggerak harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
Kereta api listrik harus dapat melaju dalam jarak tertentu, misalnya
400 m, 700 m, atau 1000 m dengan mengingat kecepatan awal
Sistem penggerak harus bekerja baik dengan sistem – sistem
lainnya, baik dari sumber listrik, pantograph, system inverter,
maupun dari bantalan rel itu sendiri. Demi kelancaran dan
kenyamanan laju kereta rel listrik.
Pantograph harus bersifat berkelanjutan, artinya harus dapat
mensuplai aliran listrik dari sumber listrik ke motor agar kereta
dapat bergerak.
Kecepatan gerak kereta dalam permukaan datar maupun menanjak
harus diperhatikan akselerasinya, karena sumber listrik yang
dibutuhkan berbeda.
Keausan pantograph harus dalam batas – batas yang diterima,
untuk menjaga faktor keamanan.
Kereta Rel Listrik yang ada di PT KAI dilengkapi dengan
pantograph tipe diamond-shaped, dan tipe single-arm. Kedua jenis tipe
pantograph ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengalirkan listrik
dari sumber listrik diatas menuju konveter kemudian diteruskan ke motor
sehingga kereta rel listrik dapat berjalan.
Pantograph harus bisa kontak secara berkelanjutan dengan konduktor
sumber tanpa cepat aus, dan harus aerodinamis. Karena pantograph
dipakai di kecepatan yang relative tinggi dan terus menerus. Maka
pantograph harus mampu bekerja secara stabil untuk menjaga suplai listrik
ke motor.
3.1.2. Peralatan Pada Sistem Penggerak
Pada sistem gerak kereta api listrik, dibutuhkan alat yang bernama
pantograph untuk mensuplai listrik ke motor yang mendapat sumber listrik dari
aliran listrik yang berada dikabel yang berada diatas bantalan rel kereta.
Pantograph sendiri juga berungsi mengirimkan sinyal kesetiap stasiun kereta,
karena aliran listrik pada kabel yang diatas bantalan rel kereta terdeteksi dan
dikontrol pada setiap stasiun.
Pada awalnya pantograph sendiri diciptakan pada tahun 1895 yang
diaplikasikan pada lokomotif kereta listrik di Baltimore dan Ohio, sedangkan di
Jerman mengaplikasikannya pada tahun 1900 oleh Siemens dan Halske.
Peralatan pantograph ini mempunyai dua tipe, yaitu tipe diamond-shaped, dan
tipe single-arm. Masing – masing tipe pantograph itu sendiri mempunyai ciri –
ciri yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama.
Gambar 3.2 : Pantograph tipe Single-Arm
Sumber : Foto di Dipo Depok
Gambar 3.3 : Pantograph tipe Diamond-Shaped
Sumber : Foto di Dipo Depok
Pantograf terletak pada gerbong M1 dan M2. Masing – masing pantograph
mencatu daya untuk instalasi listik. Arus balik pada instalasi tegangan tinggi
disalurkan kembali ke rel melalui roda – roda pada gebong M1 dan M2.
Pada pantograph dipasang lighting arrester untuk mengamankan kereta
dari sambaan petir dan arus pembebanan lebih (Over Head. Diantara pantograph
dan saluran atas dipasang switch pentahanan (earthing switch) dengan tujuan
untuk perawatan kerja.
Peralatan ini mempunyai ciri khas sebagai berikut:
a) Pantograph diamond-shaped ini berbentuk seperti diamond (berlian), dan
pantograph yang single-arm berbentuk seperti batang tunggal.
b) Pada aplikasi pantograph posisi service dan relase dikontrol secara
sinkron, sebab kecepatan pada tiap kereta tergantung suplai listrik yang
dialirkan ke motor untuk menggerakan kereta rel listrik.
c) Pantograph lebih ideal digunakan untuk kecepatan tinggi karena mampu
menempuh kecepatan 300km/jam, waktu diekperimenkan di Prancis (pra-
TGV).
Keuntungan dari kereta yang menggunakan listrik sebagai sumber penggerak
motor:
Kereta rel listrik dapat berjalan dengan kecepatan yang tinggi berbeda
dengan kereta diesel
Kereta rel listrik terdapat sinyal pada pantograph yang dikirim ke setiap
stasiun untuk mengetahui kedatangan kereta
Kereta rel listrik ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan
bakar untuk menggerakannya.
Kereta rel listrik masih dapat bergerak jika sumber listrik mati, meskipun
kereta berjalan dengan lamban dengan menggunakan sisa listrik yang ada
dipantograph yang disuplai ke motor penggerak.
Kerugian dari kereta yang menggunakan listrik sebagai sumber penggerak motor:
Jika suplai listrik dari PLN atau terjadi pemadaman listrik maka kereta rel
listrik tidak dapat melaju dengan cepat bahkan bisa menyebabkan mogok,
Terjadi keterlambatan tiba distasiun jika jaringan pada pantograph
mengalami gangguan atau sumber listrik yang diterima,
Menggunakan sumber listrik yang sangat besar untuk dapat menggerakan
satu rangkaian kereta rel listrik.
Terkadang pantograph tersangkut karena adanya benang – benang
layangan yang menyangkut di sumber listrik (kabel – kabel)
3.1.3. Jenis Gerbong Pada Satu Rangkaian Kereta
Satu set kereta rel listrik terdiri dari empat buah gerbong yang terdiri dari
empat buah gerbong yang terdiri dari :
1. Trailer Car 1 = kereta gandengan 1 (TC1)
2. Motor Car 1 = kereta penggerak 1 (MC1)
3. Motor Car 2 = kereta penggerak 2 (MC2)
4. Trailer Car 2 = kereta gandengan 2 (TC2)
Gambar 3.4 : model gerbong berdasarkan prinsip penggerak
Sumber : Hiroshi Hata. 1998. Japan Railway and Transport
Kereta gandengan (TC) adalah tempat masinis mengemudikan kereta.
Pada TC1 dan TC2 terdapat system pengaturan untuk keseluruhan kerja kereta,
sedangkan motor traksi dan pantograph terdapat pada gebong M1 dan M2. Jadi
pada kereta Holec Ridderkerk terdapat dua system pengaturan yang saling
mengunci (interlock) satu sama lain. Artinya, kereta hanya dapat dikendalikan
dari satu saja. Jika pengendali pada salah satu sisi kereta sudah diaktifkan,
misalnya pada TC1, maka system pengendali pada TC2 secara otomatis akan
mengikuti system pengendali pada TC1.
Sumber daya yang digunakan sebagai catu daya utama pada system kereta
di Indonesia diperoleh dari jaringan listik PLN yang kemudian disearahkan oleh
penyearah (rectifier) pada gardu (sub-station) hingga menjadi arus listrik searah
dengan besar tegangan nominal 1500 VDC yang disalurkan melalui saluran atas
(catenary) dan dialirkan kekereta dengan menggunakan pantograph.
3.1.4. Sumber Listrik Pada KRL
Pada awal perkembangan KRL, motor dc dominan digunakan karena
mudah pengaturannya. Cara klasik pengaturan KRL motor dc adalah dengan
membatasi tegangan yang masuk ke motor dc dengan menggunakan rheostat
sehingga kecepatan motor dc dapat diatur. Efisiensi yang rendah akibat rheostat
dan berkembangnya teknologi saklar statis (thyristor) mengakibatkan cara ini
sudah tidak lagi dipakai. Sekarang ini untuk mengatur tegangan dc pada KRL
motor dc digunakan konverter dc-dc atau sering disebut chopper dc (Gambar 3.5).
Dengan konverter dc-dc pengaturan tegangan lebih mudah dan efisiensi
lebih baik. Penggunaan konverter dc-dc dimulai pada KRL generasi tahun 1970.
Pada motor dc, komutator, sikat dan cincin belah merupakan sesuatu yang harus
ada, sayangnya banyak kejadian ground fault yang terjadi ketika komutator
kontak dengan sikat pada kecepatan putar yang tinggi. Hal ini termasuk salah satu
yang mendasari penggunaan motor ac pada KRL.
Gambar 3.5 : Sistem penggerak motor DC
Sumber : PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi Pertama. PT
KAI Indonesia, Bandung.
Gambar 3.6 : Rangkaian kontrol untuk pasokan DC ke DC motor
Sumber : PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi Pertama. PT
KAI Indonesia, Bandung.
Kerugian tadi dan semakin berkembangnya teknologi saklar statis untuk
rangkaian elektronika daya mengakibatkan KRL generasi selanjutnya lebih
memanfaatkan motor ac daripada motor dc. Untuk menggerakkan motor ac pada
KRL ditunjukkan pada (Gambar 3.7). Apabila sumber yang digunakan berupa
sumber dc maka pengaturan kecepatan menggunakan inverter VVVF (variable
voltage, variable frequency) untuk mendapatkan tegangan ac tiga fasa yang bisa
diubah – ubah tegangan sekaligus frekuensinya sehingga kecepatan motor ac
dapat berubah-ubah. Pada kasus sumber yang dipakai adalah sumber ac satu fasa,
diperlukan tambahan penyearah untuk mengubah sumber ac menjadi dc,
kemudian baru diubah lagi menjadi tegangan tiga fasa menggunakan vvvf
(Gambar 3.7 bawah). Mengapa tampak repot dengan konfigurasi ac-dc-ac padahal
sumbernya ac dan motornya ac juga? Karena pada umumnya sumber ac yang
dipakai merupakan sumber satu fasa sedangkan motor ac yang digunakan adalah
motor tiga fasa, sampai saat ini konversi satu fasa ke tiga fasa langsung belum
bisa.
Gambar 3.7 : Sistem penggerak Motor AC
Sumber : PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi Pertama. PT
KAI Indonesia, Bandung.
Gambar 3.8 : sistem GTO-VVVF untuk LAA arus bolak-balik (AC), untuk LAA
arus searah (DC) transformator dan rectifier AC to DC ditiadakan.
Sumber: PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi Pertama. PT
KAI Indonesia, Bandung.
Penggunaan motor ac pun terbagi menjadi dua macam, ada KRL yang
menggunakan mesin ac asinkron dan ada juga yang menggunakan mesin ac
sinkron. Contoh terkenal dari KRL yang menggunakan mesin ac sinkron adalah
TGV di Perancis. Alasan penggunaan motor ac sinkron pada TGV adalah pada
saat generasi TGV pertama rilis, dengan menggunakan mesin ac sinkron,
komutasi dan pemadaman thyristor dapat dilakukan secara natural. Hal ini akan
menghilangkan rangkaian tambahan untuk memadamkan thyristor (yang harus
ada apabila motor yang dipakai adalah motor ac asinkron). Alasan lain adalah
adanya peraturan berat maksimum dari boogie pada TGV. Teknologi KRL
sekarang lebih banyak yang memanfaatkan mesin ac asinkron sebagai motor
traksinya.
Gambar 3.9 : Jaringan Saluran Atas (Catenary)
Sumber : http//www.semboyan35.com
Gambar 3.10 : Sisem Kelistrikan KRL
Sumber : PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi Pertama. PT
KAI Indonesia, Bandung.
Untuk mengatasi rugi – rugi tegangan tersebut, maka pada jarak – jarak
tertentu (biasanya setiap 5km) dipasang gardu penghubung (Sub-Station) dari
PLN. Selain itu jaringan saluran atas harus tetap pada jalurnya walaupun terkena
tiupan angin kencang, cuaca yang panas dan dingin, juga terhadap kondisi cuaca
buruk lainnya.
a) Terpusat atau Terdistribusi
Terdapat dua jenis KRL, terpusat (locomotive-hauled) atau terdistribusi
(electric multiple unit) EMU. Kereta cepat di Eropa kebanyakan menganut sistem
terpusat dengan hanya 1 gerbong yang memiliki sistem penggerak, seperti
lokomotif pada kereta konvensional. Keuntungan dari sistem ini adalah biaya
produksi yang lebih rendah karena hanya 1 gerbong saja yang berisi peralatan,
disamping itu getaran dan kebisingan yang lebih rendah bagi para penumpang.
Sebaliknya KRL yang banyak dipakai di Jepang menganut tipe terdistribusi,
termasuk shinkansen (bullet train), sebagai gambaran 1 unit KRL biasanya terdiri
dari 5 gerbong dimana 3 gerbong memilki sistem penggerak dan 2 gerbong tanpa
penggerak. Keuntungan sistem terdistibusi adalah penyebaran berat yang merata,
peluang kegagalan yg lebih rendah karena penggerak yang tersebar, pengereman
regeneratif, dsb. Pemilihan apakah sistem penggerak terpusat atau terdistribusi
murni bebas, bahkan alasan geografis pun bisa dipakai, seperti sistem KRL di
Jepang yang jarak antar stasiun berdekatan tentu saja sistem terdistribusi akan
lebih baik karena akselerasi dan deselerasi dalam waktu singkat.
b) Konsumsi Daya
Sebagai gambaran, TGV keluaran tahun 2005 menggunakan sistem ac 25 kV
dapat mencapai kecepatan maksimum hingga 320 km/j, rating daya mencapai 9.6
MW. Shinkansen N700 16 gerbong keluaran 2007 (ac 25 kV) dapat mencapai
kecepatan maksimum hingga 300 km/j dengan rating daya 17 MW (56 buah
motor 305 kW). Untuk KRL ringan seperti di jaringan Jabodetabek, Seri-7000
(10 gerbong) bekas dari Jepang misalnya menggunakan 24 motor masing-masing
165 kW sehingga total mencapai 3,9 MW pada 1500 V DC.
Sekilas memang KRL mengonsumsi energi yang sangat besar, namun menurut
dengan jumlah daya tampungnya dan waktu tempuhnya, menurut saya masih lebih
hemat daripada energi yang dibakar di kendaraan bermotor di Jakarta. Tentu saja
pelayanan KRL sendiri juga harus diperbaiki, inter-koneksi antar-moda
transportasi dan antar stasiun harus dibuat lebih nyaman dan aman.
3.1.5. Peralatan Traksi
Dalam satu set KRL Holec Ridderkerk terdapat dua buah peralatan traksi
yang terpisah. Fungsi peralatan traksi ini adalah untuk mengkonversikan energy
yang diperoleh dari saluran atas 1500 VDC menjadi energy kinetic untuk
menggerakan kereta. Peralatan traksi terdiri dari:
a) Sebuah Line Switch (Line Breaker)
Line Switch (Line Breaker) digunakan untuk memisahkan peralatan traksi
dari catu daya saluran atas.
b) Sebuah Line filter
Line filter terdiri dari :
Rangkaian filter L-C, digunakan untuk mengurangi riak arus
(ripple current) yang terjadi akibat proses switching.
Rangkaian filter L-R, digunakan untuk membatasi arus penyulutan
(incrush current) pada peralatan.
c) Sebuah Line Choper
Line Choper digunakan untuk mengkonversikan tegangan pada saluran
atas yang sering kali berkualitas buruk agar menjadi sebuah tegangan
rangkaian interstage (Interstage-circuit voltage) yang konstan. Tegangan
rangkaian interstage tersebut lebih tinggi tegangan pada saluran atas,
karena ketika energy listrik diambil dari saluran atas, Line Chopper akan
meregulasi tegangan saluran atas menjadi tegangan rangkaian Interstage
(Uc). Line chopper juga dapat memberikan energy balik kepada saluran
atas.
d) Breaking Chopper
Berfungsi sebagai pengeeman dinamika dan pembatas overvoltage
dinamik.
e) Breaking Resistor
Breaking resistor merupakan bagian dari breaking chopper yang berfungsi
sebagai tempat mendissipasikan energy yang dihasilkan pada saat
dilakukannya pengereman dinamis.
f) Sebuah inverter
Inverter merupakan peralatan yang digunakan untuk mengubah tegangan
searah menjadi tegangan bolak – balik.
g) Empat buah motor traksi induksi
Motor traksi yang digunakan pada KRL Holec Ridderkerk adalah motor
induksi 3fasa. Motor ini teletak pada gerbong motor (M1 dan M2).
Masing – masing gerbong terdiri dari 4 buah motor induksi identik. Untuk
menghasilkan kopel yang cukup besar pada motor traksi, maka poros as
motor traksi disambung dengan roda gigi.
h) Sebuah peralatan control elektronik (Master Controller)
Master Controller ini terletak pada kabin masinis digunakan untuk
mengendalikannya jalannya kereta. Percepatan dan pengereman motor
kereta pun diatur oleh peralatan ini. Saat ini Master Controller hanya
dapat dioperasikan secara manual oleh masinis.
Gambar 3.11 : Peralatan Traksi pada KRL Holec Ridderkreck
Sumber: PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi Pertama. PT
KAI Indonesia, Bandung.
3.1.6. Sistem Propulsi KRL
Konfigurasi system propulsi pada KRL secara garis besar terbagi menjadi
empat bagian sub-sistem utama. Keempat sub-sistem tersebut adalah:
a) Sistem static Inverter (SIV)
b) Sistem VVVF inverter pada motor car 1 (MC1)
c) Sistem VVVF inverter pada motor car 2 (MC2)
d) Sistem Kompresor
Keempat sub-sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Artinya system KRL secara keseluruhan
akan beroperasi apabila keempat sub-sistem tersebut dapat bekerja sesuai
fungsinya. Dengan mengacu pada gambar 3.12, tampak bahwa system propulsi
akan bekerja normal apabila circuit breaker utama CB1 dan CB2 dalam keadaan
tertutup dan fuse dalam kondisi baik, sehingga semua sub-sistem memperoleh
suplai tegangan 1500Volt DC.
System VVVF (variable voltage variable frequency) Inverter sebelum
beroperasi membutuhkan parameter – parameter atau besaran – besaran dari
system SIV dan system kompresor. Data dan besaran – besaran tersebut diperoleh
dari sensor – sensor yang dipasang pada kedua system tersebut dan kemudian
diolah didalam traction control unit (TCU) yang terdapat pada system VVVF
inverter. Selanjutnya TCU ini akan memberikan perintah melalui signal
kontrolnya untuk menutup atau membuka CB utama. Bila data yang diperoleh
dari sensor menunjukan bahwa baik SIV maupun komprresor bekerja normal,
maka perintah yang akan dikirim melalui singnal control dari TCU adalah
perintah untuk menutup CB utama sehingga system VVVF inverter siap bekerja
secara normal dan KRL siap dioperasikan, demikian pula sebaliknya.
Gambar 3.12 : Sistem konfigurasi elektrikal KRL
Sumber : Sumber: PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi
Pertama. PT KAI Indonesia, Bandung.
Selain aspek yang dijelaskan diatas, sesungguhnya masih banyak
hubungan antar sub-sistem yang sangat menentukan beroperasi atau tidaknya
System inverter (SIV)
VVVF inverter (MC1)
VVVF inverter (MC2)
Kompresor
phase phase phase phase
CB1
CB2
KRL, namun contoh tersebut diatas minimal dapat menjelaskan bahwa sub-sistem
SIV dan kompesor sangat menentukan dapat aktif atau tidaknya VVVF inverter.
a. Sistem Static Inverter (SIV)
Sistem SIV digunakan untuk mengubah tegangan certany 1500 VDC
menjadi tegangan output 3x380 VAC, 50Hz, 26 kVA, dan tegangan output 105
VDC. Tegangan output 3x380 VAC (quasis square wave voltage dengan variable
amplitude dan fixed frequency) digunakan untuk mencatu motor fan, lampu, dan
beban tegangan AC lainnya dalam KRL. Sedangkan tegangan output 105 VDC
digunakan untuk battery charging catu pada relay – relay kontraktor, dan
peralatan lainnya yang menggunakan catu tegangan 105 VDC. Dibawah ini
diagram system SIV.
Gambar 3.13 : Blok diagram system SIV
Sumber : Sumber: PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi
Pertama. PT KAI Indonesia, Bandung.
Sistem SIV terdiri dari 8 bagian utama, yaitu :
1. Input filter
2. Thyrstor Crowbar dan Reverse Polanity Potection
3. Down Chopper
4. Intermedite Voltage Circuit
5. Inverter Bridge
6. Rectifier
7. Regulation Board (termasuk didalamnya gate turn off GTO driver)
8. Failure indication board
b. Sistem VVVF Inferter
Untuk satu system KRL yang terdiri atas 4 rangkaian kereta, terdapat dua
buah system VVVF Inverter, masing – masing dipasang pada motor car (MC1
dan MC2). Pada satu system VVVF inverter ini terdapat empat buah motor traksi
yang dipasang secara parallel, sehingga satu inverter mencatu empat buah motor
traksi.
Gambar 3.14 : Empat buah motor traksi yang dipasang secara parallel
Sumber : http//semboyan35.com
Berikut ini adalah bagian – bagian utama beserta fungsi masing – masing bagian
pada system VVVF Inverter:
1. Input Filter
Berfungsi untuk memperhalus input arus bagi inverter dan juga sebagai
pembatas transient saat KRL melintas pada sambungan jala – jala
(catenary)
2. Capacitor DC-Link
Berfungsi menyeimbangkan aliran daya dan bekerja sebagai sumber low
inductive untuk komutasi.
3. Thyristor Crowbar
Berfungsi sebagai proteksi saat GTO (Gate Turn-Off) inverter phase
mengalami overcurrent.
4. Brake Chopper
Berfungsi sebagai pengeeman dinamika dan pembatas overvoltage
dinamik.
5. Brake Resistor
Berfungsi membuang nergy pada saat pengereman dinamik dan sebagai
pembatas arus mula yang mengalir pada kapasitor DC-Link saat awal CB
utama bekerja.
6. Inverter Bridge
Berfungsi mengubah tegangan 1500 VDC menjadi tegangan AC 3 phase
untuk mencatu empat buah motor traksi penggerak KRL. Inverter ini
merupakan tipe sumber tegangan dengan output berbentuk modulasi lebar
pulsa (PWM pulse with modulation) dengan frekuensi dan tegangan
variable.
7. Gate Unit
Berfungsi mengubah signal control dari TCU menjadi pulsa arus untuk
penyalaan dan pemadaman GTO melalui fiber optic.
Selain mengisolir antaa system power elektronik tegangan tinggi dengan
TCU, juga berfungsi untuk mengetahui status GTO dan mengirim
infomasi ini ke TCU sebagai bagian dari proteksi inverter.
8. Gate Unit Power Supply
Befungsi mencatu semua gate unit berupa catu daya berbentuk gelombang
kotak dengan frekuensi 16kHz dan tegangan 85V
9. Traction Contol Unit (TCU)
Berfungsi sebagai pusat control VVVF inverter. Modul ini berupa 15 buah
PCB (Printed Circuit Board) yang tesusun dalam housing yang mengacu
pada standard system bus. Bagian – bagian TCU secara umum adalah
input/output port, vehicle interface software, measurement interface, pulse
generator, general control, protection system.
Gambar 3.15 : system VVVF inverter
Sumber : Sumber: PT KAI, 2002. Diklat Pelatihan Elektronika Daya. Edisi
Pertama. PT KAI Indonesia, Bandung.
c. Sistem Kompresor
System elektikal kompresor pada KRL menggunakan motor DC dengan
catu daya langsung dari jala – jala (1500 VDC), sehingga motor kompresor akan
langsung beroperasi pada saat tegangan jala – jala 1500VDC masuk ke system.
3.2 Perawatan dan Pemeliharaan Sistem Penggerak KRL
Perawatan dan pemeliharaan system penggerak adalah proses kerja yang
bertujuan untuk merawat komponen – komponen serta memperhatikan tingkat
batas kelayakan pemakaian komponen – komponen tersebut, agar system
penggerak dapat dioperasikan.
a) Perawatan Pantograph
Melakukan pemeriksaan pantograph pada KRL, apakah masih layak
digunakan atau tidak. Karena pantograph harus bisa kontak secara
berkelanjutan dengan konduktor sumber tanpa cepat aus, dan aerodinamis.
Karena pantograph tidak digunakan di kecepatan rendah saja, pantograph
bekerja pada kecepatan yang relative tinggi.
b) Kabel Sumber listrik atas (Catenary)
Melakukan pemeriksaan Kabel sumber listrik atas (catenary) dengan cara
karyawan melakukan control langsung dilapangan, apakah kabel bersih
benang – benang yang tersangkut. Karena jika terjadi demikian dapat
menyebabkan tersangkutnya pantograph, dan dapat menghambat
perjalanan KRL.
c) Bantalan Rel
Sama halnya dengan kabel sumber listrik, karyawan melakukan control
langsung dilapangan. Apakah bantalan rel mengalami kerenggangan yang
melampaui batas, atau tidak. Apakah baut – baut pada bantalan rel lengkap
karena berfungsi sebagai pengikat antara rel dan bantalan rel. Karena jika
rel renggang, baut – baut pengikat tidak lengkap akan menyebabkan roda
kereta keluar jalur rel kereta atau biasa dikenal dengan istilah anjlog.
d) Motor Car
Melakukan pemeriksaan pada motor car, atau kereta penggerak apakah
terdapat komponen – komponen yang rusak atau tidak, bongkar dan setel
ulang. Jika tidak bisa lakukan pergantian spare part.
3.3 Hambatan dan Solusi
Dalam system penggerak pada KRL ada berbagai hal yang menyebabkan
kerusakan, Antara lain:
Tabel 3.1 Hambatan dan Solusi pada system penggerak KRL
Gangguan pada sistem pengereman KRL Cara Mengatasi
O Ring inlet dalam self lapping aus. Bongkar self lapping, kemudian ganti
O Ring.
Oil pump pada kompresor rusak, sehingga kompresor tidak
terlumasi, mengakibatkan panas di kompresor.
Ganti oil pump.
System kelistrikan pada kereta tidak berfungsi dengan baik. Diperiksa setiap komponen
kelistrikannya, apakah ada yang
menempel, dikarenakan takut terjadi
korsleting.
Keausan pada Pantograph yang diaplikasikan kereta. Periksa pantograph, apakah
keausannya melampaui batas atau
tidak, jika iya maka segera mengganti.
Gangguan pada sistem pengereman KRL Cara Mengatasi
Traction Control Unit (TCU) mengalami gangguan jaringan. Periksa dan lakukan setel ulang
Motor Car 1 dan Motor Car 2 tidak berfungsi secara Bongkar lalu perbaiki (setel ulang).
bersamaan
Jika sinyal control yang tidak sah dideteksi oleh power
elektronik.
Sinyal control pada power elektronik
akan dimatikan .
Power suplay tiadak berfungsi Periksa apakah terjadi korsleting,
karena jika ada system yang salah
maka kereta tidak akan hidup
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem penggerak merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam
sistem pengoperasian kereta api, guna melakukan proses kecepatan,
mempertahankan kecepatan (di jalan turunan). Pada prinsipnya sistem penggerak
adalah komponen – komponen yang mendukung kereta rel listrik agar dapat
berjalan dengan baik. Dengan mengaplikasikan sumber listrik yang dialirkan ke
kereta agar dapat menggerakan motor listrik.
Dari hasil pengamatan dan laporan yang ada disimpulkan, bahwa ada beberapa
sumber listrik yang dikonversikan agar dapat menggerakan kereta, dan pada KRL
system kelistrikannya saling berkesinambungan antara control untuk menggerakan
kereta dan pengereman. Kereta rel listrik dapat bergerak dilihat dari kerjanya :
a) Pantograph = Berdasarkan adanya arus listrik
b) Dynamic = Hanya perubahan fungsi traksi motor
menjadi generator
c) Catenary = Teraliri sumber listrik dan bersih dari
benang – benang layangan
d) Motor Car = Sumber listrik yang dialiri sampai pada TCU
(Traction Control Unit) sehingga motor car
dapat bergerak.
Agar system penggerak pada kereta rel listrik dapat berfungsi dengan baik
dan tidak cepat rusak, maka PT KAI melakukan system perawatan dan
pemeliharaan pada system penggerak. Diantaranya adalah:
a) Perawatan Pantograph
b) Kabel Sumber listrik atas (Catenary)
c) Bantalan Rel
d) Motor Car
4.2 Saran
Selama masa kerja praktek ini, banyak ilmu dan wawasan yang
didapat.walaupun waktu yang ditempuh singkat yaitu selama 1 bulan. Tetapi dari
itu semua saya sebagai penulis akan memberikan beberapa saran yang mungkin
dapat menunjang kemajuan perusahaan, antara lain :
a) Perlu adanya pemeriksaan khusus pada sarana dan prasarana yang
mendukung pada factor system penggerak, agar kereta rel listrik tidak
mengalami hambatan ketika sedang beroperasi. Karena hambatan tersebut
mengakibatkan keterlambatan kereta hadir di stasiun yang akan membuat
penumpang jenuh dan tidak merasa nyaman.
b) Setiap pemeriksaan atau kereta sebelum jalan beroperasi, pihak petugas
memeriksa kelayakan jalan kereta atau masinis disarankan periksa akan
kebocoran-kebocoran disemua instalasi kereta yang dilalui udara tekan
serta pemeriksaan pada bagian silinder rem jarak antara sepatu rem dengan
roda.
c) Perlu adanya pengalihan bahasa pada modul perawatan dan perbaikan
KRL, dimana modul tersebut masih dalam bahasa negara asal kereta
diproduksi. Agar semua staff pemeliharan dan perbaikan dapat mengerti.
d) Ada baiknya perusahaan memberikan latihan teknologi untuk semua
lapisan pegawai di bengkel KRL.